i
Dian Prasetyo NIM: 41806090
Pembimbing: Rismawaty, S.Sos., M.Si
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi kriteria kaidah foto jurnalistik. Analisis Foto Berita Di Harian Pagi Bandung Ekspres bagi khalayak pembaca khususnya masyarakat memberikan tambahan pengetahuan mengenai foto-foto berita terbaru dan foto-foto berita yang penting bagi mereka, hal ini dikarenakan masyarakat dituntut untuk mempunyai wawasan yang luas.
Tipe penelitian adalah kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Sedangkan teknik pengumpulan data ialah wawancara, studi pustaka dan Internet Searching. Teknik sampling yang digunakan ialah pengambilan sampel dengan menggunakan melakukan uji statistik yang diterapkan pada penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan pelaku koding dalam menghitung uji reliabilitas. . Hasil penelitian menunjukan frekuensi Aktual pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres adalah sebesar 96,8 %, Faktual pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres adalah sebesar 100 %, Informatif pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres adalah sebesar 100 %, Misi pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres adalah sebesar 90,9 %, Gema pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres adalah sebesar 92,4 %, Atraktif pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres adalah sebesar 92,4 %, Sehingga secara umum Analisis Foto Berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau Dari Kriteria Kaidah Foto Jurnalistik layak ditampilkan secara umum kepada khalayak karena mempunyai korelasi yang sangat tinggi terhadap kriteria kaidah foto jurnalistik.
Kesimpulan, bahwa adanya pengaruh yang sangat tinggi pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres di tinjau Dari kriteria kaidah foto jurnalistik.
ii
ABSTRACT
Analyzing News Photo At Daily News Bandung Ekspres Observed From Principle Criteria Photo Journalism Bandung Ekspres observed from principle criteria photo journalism. Analyzing news photo at daily news Bandung Ekspres for reader specifically for society give additional knowledge about news photographic nowaday and the important news photographic, this because the society demanded to be have a wide insight. This research use the quantitative methode with descriptive methode. This research use interview, literatural study and internet searching methode for gathering the data. The sampling technique is use statistical test applied to measuring agreement level by coder in counting reability test.
The result of this research shows actual frequent on the daily news Bandung Ekspres front page’s news photo at 96,8 %, the factual of the daily news Bandung Ekspres front page’s news photo is at 100 %, the informational of the daily news Bandung Ekspres front page’s news photo is at 100 %, the mission of the daily news Bandung Ekspres front page’s news photo is at 90,9 %, the echo of the daily news Bandung Ekspres front page’s news photo is at 92,4 %, the attractivity of the daily news Bandung Ekspres front page’s news photo is at 92,4 %. Generally news photo at daily news Bandung Ekspres observed from principle criteria photo journalism is suitable to be presented for society, this because had a high correlation concerned to the principle criteria photo journalism.
The conclusion, is there is a high influence on the news photo at daily news Bandung Ekspres observed from principle criteria photo journalism.
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Melalui informasi kita dapat mengembangkan kepercayaan pada
masyarakat akan pentingnya sebuah berita. Atau informasi, karena pada saat
sekarang ini berita merupakan suatu keperluan yang sangat penting bagi
kehidupan masyarakat. Kebutuhan manusia akan informasi, baik populer dan
ilmiah, yang dibawa oleh kehausan akan ilmu pengetahuan dan pengalaman,
menyebabkan bahwa jurnalisme tidak memiliki batas-batas lagi, hanya
garis-garis pemisah dalam golongan peminat dan profesi. Seluruh pemenuhan
kebutuhan manusia akan informasi yang berupa visual apapun sifat dan
karakteristiknya dapat diartikan jurnalisme.
Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu
pihak ke pihak lainnya, yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana
dimulai dengan sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak
seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian
dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara
langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual,
kode suara, atau kode tulisan.
Komunikasi massa, dalam segala bentuknya, tidak dapat dilepaskan dari
kebutuhan manusia sehari-hari. Pers sebagai salah satu perwujudan
2
Komunikasi massa merupakan salah satu domain komunikasi manusia yang
telah banyak mengalami kemajuan yang pesat sejak bentuk-bentuk awalnya.
“Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar majalah, film, buku, dan pita. (Effendy, 1984 : 21).
Sedangkan pengertian dari berita itu sendiri adalah laporan peristiwa
yang bernilai jurnalistik atau memiliki nilai berita (news values) aktual,
faktual, penting, dan menarik. Suatu berita dapat diinformasikan melalui
suatu tulisan dan biasanya disebarkan melalui media massa. Akan tetapi
dilihat pada perkembangan informasi di media massa khususnya surat kabar,
masyarakat terkadang malas untuk membaca berita dalam bentuk tulisan, oleh
karena itu dalam suatu surat kabar selalu disertai dengan sebuah foto. karena
dengan melihat foto pun orang dapat menilai apa yang terjadi atau apa makna
yang ada dalam foto tersebut. Karena suatu foto dalam surat kabar sudah bisa
menceritakan sebuah berita.
Pengertian foto itu sendiri yaitu gambar yang dihasilkan dengan
menangkap cahaya pada medium yang telah dilapisi bahan kimia peka
cahaya atau sensor digital (kombinasi dari foto yang berarti cahaya, dan
graph yang berarti catatan, tulisan, atau lukisan). Pada level wujud, foto
memang sebuah gambar, sebuah penyerupaan yang dihasilkan lewat proses
yang dinamakan fotografi. Namun pada definisi paling dasar ini pun,
tersimpan persoalan. Ada banyak jenis gambar yang dapat digolongkan
Pada dasarnya semua foto yang dimuat di media massa disebut sebagai
foto jurnalistik, termasuk foto-foto peristiwa yang tampil di media maya
seperti internet. Artinya semua produk foto yang mempunyai nilai berita bisa
disebut sebagai foto jurnalistik. Namun dalam perkembangannya, kebutuhan
foto jurnalistik tidak berhenti untuk kepentingan pemberitaan. Produk foto
bernilai berita kini juga tampil dalam pameran-pameran foto atau lomba foto.
Foto berita merupakan unsur pendukung dalam media massa.
Kehadiran foto di media massa bisa jadi sebagai penghias halaman surat
kabar, bisa juga sebagai bahan informasi penegasan kebenaran. Dan
merupakan senjata ampuh untuk menyakinkan pembaca, atau pemirsa.
Fungsi fotografi dalam surat kabar, selain memperindah halaman, juga
sebagai pelengkap unsur berita tulis itu sendiri, lebih jauh dijelaskan fungsi
foto atau gambar dalam surat kabar adalah:
1. Gambar atau foto memiliki daya kekuatan dalam dua segi; yaitu segi
daya penarik dan segi pentingnya, sama halnya dengan kedudukan
berita yang dibuat dengan baik.
2. Foto dapat digunakan sebagai pemisah antara dua berita terhangat
yang ditempatkan paling atas. Jalan itu ditempuh agar tidak terdapat
gambaran seolah-olah kedua berita. Penting itu merupakan dua batu
nisan yang tiada bergairah sama sekali. Bila hal ini sampai terjadi,
4
berebutan pengaruh yang akan memberikan kesan kurang baik bagi
para pembaca.
3. Gambar atau foto juga merupakan penolong bagi surat kabar dari
kesuraman bentuk atau rias muka. Sehingga dengan memuat gambar
atau foto, maka halaman muka surat kabar menjadi segar dan menarik.
4. Gambar atau foto juga merupakan pembantu dalam menciptakan
bimbingan atau petunjuk bagi pandangan mata pembaca. Bila melihat
barang cetakan, mata cenderung untuk melihat terlebih dahulu
bidang-bidang yang tampaknya lebih hitam atau putih yang berbeda dengan
cetakan atau bidang-bidang lainnya. Seandainya pada halaman surat
kabar dipasang gambar atau foto, maka itu akan tampak lebih hitam
atau putih dari bidang-bidang lainnya. Ini berarti gambar atau foto
akan membimbing mata pembaca ke arahnya.(1)
Kajian foto berita dalam hal media surat kabar, sangatlah penting sekali
karena foto berita adalah sebuah foto yang menggambarkan salah satu
peristiwa yang ada real terjadi, tentu saja banyak hal yang harus diperhatikan
dalam membuat sebuah foto berita. Foto berita mempunyai sifat tersendiri,
dimana suatu foto berita harus memiliki sifat Foto seperti berita tulis bahwa
berita itu disajikan dalam bentuk foto dan dengan kriteria foto berita yang
seharusnya singkat dan jelas dan mempunyai komposisi yang lebih objektif
serta akurat dalam sebuah pemotretan atau pengambilan sebuah peristiwa.
(1)
DASAR JURNALISTIK FOTO bag.2.
Foto berita dapat diambil berdasarkan subyek foto berita tersebut
dimana salah satu subyek sebagai foto berita adalah tokoh yang dimaksud
dengan tokoh disini bukan saja seseorang dengan status sosial, melainkan
dengan pengertian sosok manusia pada umumnya yang kita jadikan subjek
penulisan selain itu tempat merupakan subjek dalam foto berita dan tempat
bisa berupa rumah, lingkungan, kota, desa, Peristiwa aneka ragam kejadian
yang bentuknya tidak terjadi dua kali dalam bentuk serupa itu juga termasuk
kedalam sebuah subyek foto berita dan tokoh di suatu tempat dalam suatu
Peristiwa (gabungan dari jenis subjek yang sebelumnya).
Pada Penelitian kali ini peneliti meneliti Analisis foto yang ada pada
halaman depan Harian Bandung ekspres di tinjau dari kriteria kaidah foto
jurnalistik, Foto jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan sebagai foto
yang bertujuan dalam pemotretannya karena keinginan bercerita kepada
orang lain, memberikan informasi tentang suatu peristiwa dalam bentuk
visual gambar (berupa hasil karya foto). Jadi foto jenis ini kepentingan
utamanya adalah keinginan dalam menyampaikan pesan (massage) visual
pada orang lain dengan maksud agar orang yang melihat melakukan sesuatu
tindakan psikis maupun psikologis atas karya yang disajikan.
Tak hanya berita. Tidak sedikit, sajinan foto jurnalistik yang dimuat di
sebuah Harian Pagi Bandung Ekspres langsung mendapat respon dari sebuah
isntitusi, lembaga pemerintahan. Misalnya foto tentang tata lingkungan di
Kota Bandung, kubangan berbahaya, langsung mendapat respon dari
6
Ekspres. karena selain sebagai alat komunikasi, foto jurnalistik yang dimuat
juga dapat dijadikan sebagai alat kritik sosial.
Foto jurnalistik dapat juga disebut foto yang mampu menyentuh
perasaan orang yang melihat meskipun tanpa dilengkapi teks. Foto jurnalistik
mudah membangkitkan daya fikir, analisis, dan solidaritas masyarakat.
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa pada awalnya foto jurnalistik
hanyalah sebagai foto pendukung sebuah penerbitan saja. Namun dalam
perkembangannya foto jurnalistik tak lagi sebagai foto pelengkap. Tetapi foto
jurnalistik berkembang pesat dan mampu menjadi sebuah foto berita secara
mandiri tersendiri, yang mampu menghebohkan dunia.
Dan kini foto jurnalistik tidak lagi hanya sebagai ilustrasi
(penglengkap) sebuah naskah berita di dalam sebuah penerbitan saja.
Khususnya dalam penelitian ini yaitu di Harian Pagi Bandung Ekspres Foto
berita menjadi syarat penting untuk selalu ditampilkan di dalam setiap
rubriknya.
Berikut adalah contoh foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres yang
memenuhi salah satu kriteria kaidah foto jurnalistik berita secara umum, pada
Gambar 1.1
Sumber: Harian Pagi Bandung Ekspres
Foto yang termuat pada halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres
bukan saja fokus terhadap suatu objek, akan tetapi foto menceritakan sebuah
peristiwa yang terjadi karena foto adalah faktor pendukung di dalam sebuah
kriteria kaidah foto jurnalistik. Harian Pagi Bandung Ekspres memuat sebuah
foto berdasarkan untuk penyampaian sebuah pesan kepada khalayak.
Foto jurnalistik yang baik tidak hanya sekedar fokus secara teknis,
namun juga fokus secara cerita. Fokus dengan teknis adalah gambar
mengandung tajam dan kekaburan yang beralasan. Ini dalam artian
memenuhi syarat atau kriteria secara teknis fotografi. Fokus secara cerita,
kesan, pesan dan misi yang akan disampaikan kepada pembaca mudah
dimengerti dan dipahami.
Dalam penelitian ini kriteria foto berita di Harian Pagi Bandung
Ekspres yang ditinjau dari kaidah foto jurnalistik menggunakan rumusan dari
8
jurnalistik dilihat dari kuat dan lemahnya sosok penampilan foto
berita(1)adalah sebagai berikut:
1. Aktual
2. Faktual
3. Informatif
4. Misi
5. Gema
6. Atraktif
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti mengambil
rumusan masalah yaitu ”Sejauhmana analisis foto berita di Harian Pagi
Bandung Ekspres ditinjau dari kriteria kaidah foto jurnalistik”.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau
dari segi aktual?
2. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau
dari segi faktual?
3. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau
dari segi informatif?
4. Sejauhmana analisis foto berita di harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau
dari segi misi?
(1)
KRITERIA PENILAIAN FOTO JURNALISTIK.
5. Sejauhmana analisis foto berita di harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau
dari segi atraktif?
6. Sejauhmana analisis foto berita di harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau
dari segi gema?
7. Sejauhmana analisis foto berita di harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau
dari segi kriteria kaidah foto jurnalistik?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai
sejauhmana analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres
ditinjau dari kriteria kaidah foto jurnalistik.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi aktual.
2. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi faktual.
3. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi informatif.
4. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi misi.
10
6. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi atraktif.
7. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi kriteria kaidah foto jurnalistik.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini dilakukan dengan maksud agar bermanfaat untuk
konsentrasi kajian ilmu jurnalistik dan sebagai bahan referensi untuk
penelitian sejenis selanjutnya.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Penelitian ini dilakukan dengan maksud manfaat dari hasil
yang didapat dapat menjadi sarana pembenahan bagi Harian
Pagi Bandung Ekspres sebagai instansi tempat dilakukan
penelitian agar dapat menghasilkan suatu foto berita lebih
berkualitas dan berguna bagi kalangan masyarakat.
2. Penelitian ini dilakukan dengan maksud agar masyarakat dari
berbagai kalangan mengetahui bagaimana sebuah foto berita
yang sesuai dengan kriteria kaidah foto jurnalistik.
3. Penelitian ini dilakukan dengan maksud agar hasil yang
didapat bermanfaat bagi diri peneliti agar fotografer selalu
bersikap netral dalam pengambilan sebuah foto berita. Dan
foto yang sesuai dengan kriteria kaidah foto jurnalistik. Serta
penelitian ini berguna bagi Nusa dan Bangsa dalam
mewujudkan satu kesatuan Nasional
1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis
Dalam penelitian ini kerangka teoritis yang akan digunakan pada
kriteria foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres yang ditinjau dari
kaidah foto jurnalistik secara umum pada bidang kajian foto jurnalistik
adalah sebagai berikut:
1. Aktual, adalah foto berita, dimana suatu pengambilan foto yang merekam suatu kejadian peristiwa yang baru terjadi
supaya diusahakan segera untuk dipublikasikan agar tidak
mengurangi nilai beritanya. agar berita tersebut tidak basi.
2. Faktual, adalah foto berita yang merekan suatu kejadian berdasarkan kenyataan yang terjadi di lokasi kejadian/ tempat.
Dan foto tidak dibuat-buat atau direkayasa. Karena sebuah
foto berita itu adalah hal yang berkaitan dengan kejujuran.
3. Informatif, adalah suatu foto berita sedikitnya harus mengandung nilai unsur berita yaitu 5W+1H dan salah satunya
12
tersebut adalah untuk menambah suatu caption dalam foto
berita.
4. Misi, Sasaran yang akan dicapai oleh penyajian foto berita dalam penerbitan, tujuannya bisa mengandung misi
kemanusian, merangsang publik memberikan fokus dari tema
yang disajikan dari foto berita tersebut.
5. Gema, adalah sejauh mana topik berita menjadi pengetahuan umum, luas cakupan masyarakat mengetahui isu yang diangkat
pada foto berita tersebut, yangmempunyai pengaruh terhadap
kehidupan sehari-hari dalam skala masyarakat tertentu.
Apakah satu peristiwa atau kejadian cuma bersifat lokal,
nasional. regional atau internasional.
6. Aktraktif, adalah tampilan grafis menyangkut foto berita apakah tampil secara mengigit atau mencekam, baik karena
komposisi garis atau warna yang begitu terampil maupun
ekspresif dari subyek utamanya yang amat dramatis.
Peneliti menggunakan model komunikasi massa agenda setting
sebagai landasan teorinya. Model ini memberikan gambaran tentang
hubungan yang positif antara penilaian yang diberikan media terhadap
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori komunikasi yang
dirumuskan oleh Backer yang ditulis oleh Jalaludin dalam buku “Metode Penelitian Sosial” mengatakan:
Model Agenda Setting merupakan salah satu model teori komunikasi yang merupakan penggembangan dari model Jarum Hipodermik, asumsi dasar model ini membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Karena model ini mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang di berikan oleh media pada suatu persoalan. Singkatnya apa yang dianggap penting olah media, akan dianggap penting juga bagi masyarakat (Jalaluddin, 2000 : 68-69)
Gambar 1.2
Sumber : Jalaluddin, 2000: 71
Dalam buku “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi” karya Onong
Uchjana Effendy mengatakan: Agenda seting model untuk pertama kali ditampilkan oleh M.E Mc. Combs dan D.L. Shaw dalam “Public Opinion
14
Mass Media”. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa “jika media
memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting”.
(Effendy,2003:287).
Sementara itu Manhein dalam pemikiran tentang konseptualisasi
agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting menyatakan
bahwa agenda setting meliputi tiga agenda, yaitu agenda media. Agenda
khalayak, agenda kebijaksanaan. masing-masing agenda itu mencakup
dimensi-dimensi sebagai berikut:
1. Untuk agenda media dimensi-dimensi:
a. Visibility (visibilitas) jumlah dan tingkat menonjolnya berita
b. Audience salience, tingkat menonjol bagi khalayak relevansi isi
berita dengan kebutuhan khalayak
c. Valance (valensi) menyenangkan atau tidak menyenangkan cara
pemberitaan bagi suatu peristiwa.
2. Untuk agenda khalayak, dimensi-dimensi:
a. Familiarty, keakraban derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu.
b. Personal salience, penonjolan pribadi relevansi kepentingan dengan ciri
pribadi.
c. Favorability, kesenangan pertimbangan senang atau tidak senang akan
3. Untuk agenda kebijaksanaan, dimensi-dimensi:
a. Support (dukungan) kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu
berita tertentu.
b. Likelihood of action (kemungkinan kegiatan) kemungkinan
pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.
c. Fredom of action (kebebasan bertindak) nilai kegiatan yang
mungkin dilakukan oleh pemerintah. (Effendy, 2003:288-289).
Untuk mendukung teori di atas, maka peneliti menggunakan
hypodermic Needle Model. Model Jarum suntik pada dasarnya
adalah aliran satu tahap (one step Flow), yaitu dari media massa langsung kepada khalayak sebagai mass audience. Model ini mengasumsikan media massa secara langsung, cepat dan mempunyai efek yang amat kuat atas mass audience.
Kedua teori yang dikemukakan di atas, secara garis besar menggambarkan
tentang tahapan dan tujuan dalam proses komunikasi yang dilakukan melalui
media massa. Agar tujuan itu tercapai.
1.5.2 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, lebih dapat dijelaskan alur yang ada
dalam komunikasi serta peneliti menggambarkan kerangka
konseptual yang sesuai dengan Teori agenda setting, pesan yang
ada disampaikan kepada khalayak pembaca Harian Pagi Bandung
Ekspres agar sebuah kepuasan pembaca terhadap suatu berita dapat
16
Sumber pesan berasal dari Harian Pagi bandung Ekspres
yang mana dalam berita-berita yang disampaikan dalam bentuk
foto selalu terdapat pesan yang disampaikan kepada pembaca agar
setelah melihat dan membaca foto berita yang disajikan oleh
media, pembaca pembaca akan mengetahui pesan atau informasi
apa yang ada dalam foto berita. Dalam teori Agenda setting ini
dijelaskan bahwa media mengasumsikan positif terhadap suatu
persoalan yang terjadi.
Setiap media massa menyampaikan suatu peristiwa pada
khalayak pasti ada efek yang akan di timbulkan baik itu persepsi
atau pun aksi setelah mengetahui informasi yang ada dalam media
tersebut, maka pihak media harus benar-benar bersikap netral dan
positif terhadap kejadian yang terjadi, karena masyarakat akan
menganggap benar dan mengikuti apa yang telah disampaikan oleh
pihak media
Dalam kerangka konseptual ini apabila rumusan di atas
diaplikasikan maka, suatu foto berita yang baik di Harian Pagi
Bandung Ekspres dapat dilihat dari aktual tidaknya foto berita
tersebut karena, hal itu dapat menarik minat masyarakat untuk
membaca foto berita yang disajikan. Selain itu foto berita di Harian
Pagi Bandung Ekspres juga ditentukan menurut faktualnya yaitu
sedemikian rupa. Rekaman peristiwa terjadi spontan sesuai dengan
kenyataan yang sesungguhnya, karena ini berkaitan dengan suatu
kejujuran.
Foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres akan sesuai
dengan kaidah foto jurnalistik apabila memiliki nilai informatif
yaitu Foto mampu tampil dan dalam lebatan yang dapat ditangkap
apa yang ingin diceritakan di situ, tanpa harus dibebani oleh
sekeranjang kata. Pengertian informatif bagi tiap foto perlu ukuran
khas. Sedikit berbeda dengan sebuah penulisan yang menuntut
unsur 5W + 1H dalam suatu paket yang kompak, maka dalam
sebuah foto jurnalistik minimal unsur who (siapa), why (mengapa)
jika itu menyangkut tokoh dalam sebuah peristiwa. Dan keterangan
selanjutnya untuk melengkapi unsur 5W + 1H (sebagai pelengkap
informasi) ditulis pada keterangan foto (caption).
Harian Pagi Bandung Ekspres juga menampilkan foto berita
yang sesuai dengan kaidah foto jurnalistik yaitu memiliki nilai
gema dan atraktif. Dimana gema adalah sejauh mana topik berita
berita menjadi pengetahuan umum, dan punya pengaruh terhadap
kehidupan sehari-hari dalam skala tertentu. Apakah satu peristiwa
atau kejadian cuma bersifat lokal, nasional. regional atau
internasional. Sedangkan atraktif yaitu menyangkut sosok grafis
18
mencekam, baik karena komposisi garis atau warna yang begitu
terampil maupun ekspresif dari subyek utamanya yang amat
dramatis.
1.6. Kontruksi Kategori
Table 1.1
Konstruksi Kategori
Variabel Sub Konstruk Alat Ukur
Analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari kriteria kaidah foto
jurnalistik”.
Aktual o Termasa
o Nilai foto Berita
Faktual o Kenyataan Foto Berita
o Kejujuran Foto Berita
Informatif o Unsur Foto Berita
Misi o Sasaran
o Fokus foto berita
Gema o Pengaruh
Atraktif o Tampilan
o Warna
o Garis
1.7. Populasi dan Sampel 1.7.1 Populasi
Populasi menurut Iqbal Hasan dalam bukunya Metode Penelitian dan
Aplikasinya adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karateristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Objek atau nilai
yang akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau elemen
populasi. unit analisis dapat berupa orang, perusahaan, media, dan
sebagainya.
Mengacu pada pengertian populasi di atas, berdasarkan
pertimbangan dari pihak Harian Pagi Bandung Ekspres maka yang
menjadi populasi pada penelitian ini adalah foto berita di Harian Pagi
Bandung Ekspres foto-foto berita yang termuat di halaman depan Harian
Pagi Bandung Ekspres edisi 29 Mei 2010, 1 Juni 2010, 5 Juni 2010, 6 Juni
2010, 10 Juni 2010,11 Juni 2010, 12 Juni 2010, 15 Juni 2010, 18 Juni
2010 yang berjumlah 9 Foto Berita.
1.7.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara
20
dianggap bisa mewakili populasi. Objek atau nilai yang diteliti dalam
sampel disebut unit sampel. Unit sampel mungkin sama dengan unit
analisis, tetapi mungkin juga tidak.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
sampling, karena jumlah populasi relatif kecil. Total sampling adalah
mengambil semua jumlah populasi untuk dijadikan sampel (Arikunto,
1996 : 122). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto-foto
berita yang termuat di halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres edisi
edisi 29 Mei 2010, 1 Juni 2010, 5 Juni 2010, 6 Juni 2010, 10 Juni 2010, 11
Juni 2010, 12 Juni 2010, 15 Juni 2010, 18 Juni 2010 yang berjumlah 9
Foto Berita. adalah sebagai berikut :
Table 1.2 Sampel
menyaksikan berita dari televisi
terkait kecelakaan Nagreg,
kemarin.
3 Sabtu, 5 Juni 2010 BUTUH PERHATIAN : Dua dari
bayi kembar empat masih bisa
bertahan hidup, namun keduanya
harus dirujuk ke RS Borromeous
Kota Bandung, kemarin.
Yanto S Utomo (empat dari kiri)
dan Presiden Direktur PT DAM
Krisgianto LILIKwarga (lima dari
geng motor lain, Selasa lalu (7/6)
22
milik siswa SMA 9 Bandung,
Kamis (10/6). Razia dilakukan
seiring merebaknya video porno
mirip Ariel Peterpan, mirip Luna
Maya, Mirip Cut Tari.
Piala Dunia 2010 antara Afrika
Selatan Versus Meksiko di Lapang Gasibu Bandung, Jum‟at (11/6)
malam.
1
8 Selasa, 15 Juni
2010
SERU JUGA : Sejumlah petugas
kamar mayat RSHS Bandung asik
menonton pertandingan piala dunia
2010 antara Jerman dan Australia,
Senin (14/6) dini hari.
1
9 Jum‟at, 18 Juni
2010
NGGAK TAHU : Nazlin Facridzal
saat memberikan keterangan di
depan rumah orang tuanya. Kakak
sulung Ariel ini mengatakan,
kemarin. Ariel diguna-guna
banayak orang yang sirik akan
kesuksesan kariernya
Total Foto Berita 9
Sumber : Harian Pagi Bandung Ekspres
1.8 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang bertujuan
melukiskan secara sistematis. Seperti yang dikatakan oleh Jalaludin Rakhmat dalam buku “Metode Penelitian Komunikasi”
“Metode deskriptif, yaitu dengan cara mempelajari masalah-masalah dan
tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu
dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis
fakta atau karateristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat”. (Rakhmat, 2005:22)
Adapun teknik penilitian yang digunakan adalah analisis, analisis adalah
penelitian terhadap suatu peristiwa untuk diketahui sebab utamanya, duduk
perkaranya, atau prosesnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat
bagaimana wartawan Harian Pagi Bandung Ekspres dalam analisis Foto berita
24
1.9Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu. Maksud dari mengadakan wawancara itu
sendiri, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985), dikutip dalam Moleong yakni, “untuk mengkonstruksikan mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain” (Moleong, 2007, p. 186).1
Proses wawancara akan dilakukan peneliti pada wartawan foto Harian
Pagi Bandung Ekspres dan Redaktur foto Harian Pagi Bandung Ekspres
agar memperoleh informasi yang mendalam dalam penelitian ini.
Tabel 1.3
Daftar Koresponden Wawancara
NO NAMA JABATAN
1 Handri Susan Budiman Redaktur Pelaksana Harian Pagi Bandung Ekspres
2 Nanang Sungkawa Redaktur Pelaksana Harian Pagi Bandung Ekspres
3 Armin Abdul Jabbar Fotografer Harian Pagi Bandung Ekspres
4 Evi Herminati Koordinator Pracetak Harian Pagi Bandung Ekspres
1
Sumber : Harian Pagi Bandung Ekspres
2. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mencari referensi lewat buku, Harian Pagi Bandung
Ekspres, dan sumber lain untuk mendapatkan data yang berhubungan
dengan masalah seputar penelitian.
3.Internet Searching
Yaitu untuk menghasilkan data yang lebih maskimal, peneliti
juga memanfatkan dunia maya (internet) dalam mengumpulkan
data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.
Metode penelusuran data online adalah tata cara melakukan
penelusuran data melalui media online seperti internet atau media
jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga
memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi online
yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah
mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bungin,
2007:125)
Untuk memperoleh data secara online ini dilakukan dengan cara
browsing atau megunduh data yang diperlukan dari internet melalui
web site tertentu.
1.10 Teknik Analisis Data
Setelah data-data terkumpul selanjutnya dilakukan proses pengolahan
26
diperoleh dengan mengkoding dan menyusun dari jawaban-jawaban
penelitian.
Analisis isi menurut Guido H. Stempel dalam bukunya Research
Method in Mass Communication menyebutkan, analisis isi merupakan
system formal untuk melakukan sesuatu yang sering kita lakukan secara
formal dengan mengambil dari pengamatan isi. (Guido, 1983:5)
Untuk melakukan analisis isi digunakan empat metologis yang dikemukakan Stempel, yaitu “Pemilihan satuan analisis, konstruksi
kategori, penarikan stempel isi dan reliabilitas koding (Stempel, 1983:11)
Mengkode data berarti memberikan kode-kode tertentu kepada
masing-masing kategori atau nilai dari setiap variabel yang dikumpulkan
datanya. Setelah pengolahan data, berikutnya tinggal menganalisis dan
menginterpretasikan data. Setelah semua data dikodekan, selanjutnya data
tersebut ditabulasi sesuai dengan susunan sajian data yang dibutuhkan
untuk menjawab masing-masing masalah. (Sanapiah, 1989: 33-34).
Table 1.4 Daftar Pengkoding
NO NAMA JABATAN
1 Handri Susan Budiman Redaktur Pelaksana Harian Pagi Bandung Ekspres 2 Armin Abdul Jabbar Fotografer Harian Pagi
Bandung Ekspres 3 Nanang Sungkawa Redaktur Pelaksana Harian
Sementara itu penelitian ini menggunakan teknik analisis isi yang
bertujuan untuk mengambil kesimpulan dari pengamatan data. Dalam
penelitian ini juga menggunakan simbol koding yang secara luas dengan
cara mencatat lambang-lambang atau pesan-pesan secara sistematis untuk
kemudian diberikan interpretasi.
Penelitian ini juga didukung analisis yang sifatnya intelektual dan
konteksual. Tekstual adalah analisis yang menguntungkan gambar
analisisnya dari apa yang tertulis atau tercetak dalam surat kabar yang
diteliti. Sedangkan kontekstual adalah sumber analisis yang datanya
diambil dari luar sumber tekstual yang sedang diteliti misalnya observasi,
wawancara, dan studi pustaka.
Penulis juga melakukan uji statistik yang diterapkan pada penelitian ini
digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan pelaku koding dalam
menghitung uji reliabilitas.
Koefisien korelasi person‟s (c) yang digunakan untuk mengukur tingkat
kesepakatan koding atau relibilitas koding
Keterangan :
X = Nilai Chi Kuadrat menghitung setiap variable
N = Ukuran sampel dalam table
28
Sedangkan untuk mengetahui persentase tingkat kesepakatan pengkoding
dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Kriffendorf (1980),
yaitu:
( 1 – c ) x 100% c = Persons‟s Chi Kuadrat
Untuk mengetahui tinggi rendahnya kesepakatan yang terjadi diantara
pengkoding, maka penelitian ini menggunakan penafsiran koefisien yang
dikemukakan Surakhmad (2004 : 302), yaitu:
0 % - 20 % Korelasi yang rendah sekali
20 % - 40 % Korelasi yang rendah tapi ada
40 % - 70 % Korelasi yang sedang
70 % - 90 % Korelasi yang tinggi
90 % - 100 % Korelasi yang tinggi sekali
(Surakhmad, 2004 : 32)
1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di Harian Pagi Bandung Ekspres yang
bertempat di Jalan Soekarno Hatta No.627 Bandung Telp (022)
7302838,Fax. (022) 7316634 email redaksi@bandungekspres.com,
bdgekspres@gmail.com.
Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret sampai dengan dengan Juli
2010 dengan tabel sebagai berikut :
30 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang sering dilakukan
oleh setiap manusia, Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris
Communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu
makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi
akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa
yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim
sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2002:9).
Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang
benar atau yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat
dari kemamfaatan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan
mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya “Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik”, atau
terlalu luas, misalnya “Komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau
lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang
Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan
pakar komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Peraktek”
ilmu komunikasi adalah: Upaya yang sistematis untuk merumuskan
secara tegar asas-asas penyampain informasi serta pembentukan
pendapat dan sikap. (Effendy, 2001:10)
Hovland juga menungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi
ilmu komunikasi bukan hanya penyampain informasi, melainkan juga
pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public
attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan
peranan yang amat penting. Tetapi dalam pengertian khusus komunikasi,
Hovland mengatakan Komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang
lain (communication is the process to modify the behafavior of other
individuals). Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu,
tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang
melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator,
akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku
orang lain, hal itu bisaterjadi apabila komunikasi yang disampaikanya
bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan
pesan-pesan harus benar-benar di mengerti dan dipahami oleh komunikan untuk
mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif.
Menurut Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan,
32
Menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang
disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of
reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of
expreiences and meanings) yang pernah di peroleh komunikan.
Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian
pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan, pesan
itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Dalam prosesnya
Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima) komponen yang
melandasi komunikasi, yaitu sebagai berikut :
- Sumber (Source)
- Komunikator (Encoder)
- Pertanyaan/Pesan (Message)
- Komunikan (Decoder)
- Tujuan (Destination), (Susanto, 1988;31)
Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas, merupakan faktor
penting dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut tersebut
oleh para ahli komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara
khusus. Proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian,
1. Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan
wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal
disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga
dianggap sebagai suatu system kode verbal.
2. Komunikasi non verbal
Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang
bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E.
Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan
(kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh
individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim
atau penerima. (Mulyana, 2000 : 237)
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat
dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi seringkali mengutip
paradigma yang ditemukan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The
Structure and Function of Communication in Society. Lasswell
mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjalaskan komunikasi ialah
menjawab pertanyaan sebagai berikut Who Say What In Whice Channel
34
Jadi menurut paradigma tersebut, Lasswell mengartikan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui
media yang menimbulkan efek tertentu. dibawah ini adalah
penjelasannya:
Tabel 2.1 Model Lasswel
No Pertanyaan Jawaban
1.
mendukung pesan bila komunikan
2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan
dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada
unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy
dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari
berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah
komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan
terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah
sebagai berikut:
- Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan;
- Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang;
- Komunikan : Orang yang menerima pesan;
- Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan
bila komunikan jauh tempatnya atau banyak
jumlahnya;
- Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan.
36
2.1.3 Sifat Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi
memiliki sifat-sifat adapun beberapa sifat komunikasi tersebut:
1. Tatap muka (face-to-face)
2. Bermedia (Mediated)
3. Verbal (Verbal)
- Lisan (Oral)
- Tulisan
4. Non verbal (Non-verbal)
- Gerakan/ isyarat badaniah (gestural)
- Bergambar (Pictorial) (Effendy, 2002:7)
Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan
kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki
kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari
sikomunikan itu sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator bisa
secara langsung (face-to-face) tanpa mengunakan media apapun,
komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang atau
simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut sebagai
alat bantu dalam menyampaikan pesannya.
Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan
tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan
gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan,
mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk
mengemukakan ide atau gagasannya.
2.1.4 Tujuan Komunikasi
Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan
dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah
mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita
serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara
kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi
tersebut. Menurut Onong Uchjana dalam buku “ Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengatakan ada pun beberapa tujuan berkomunikasi:
a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan
yang persuasive bukan memaksakan kehendak.
b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus
mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang
diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita
memberi jalur ke timur.
c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan
sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang
38
yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik
melakukannya.
d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat
ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan
(penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga
mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.(Effendy, 1993 :
18)
Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah
mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan
yang utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat
dimengerti dan diterima oleh komunikan.
2.1.5 Komunikasi Massa
Untuk membatasi tentang komunikasi massa dan setiap bentuk
komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Istilah komunikasi massa
sudah tidak asing lagi di dengar oleh masyarakat dan kebanyakan orang
berpendapat bahwa komunikasi massa adalah sesuatu yang berhubungan
dengan surat kabar, radio, televisi atau film. Banyak pakar komunikasi
yang mengartikan komunikasi massa dari berbagai sudut pandang,
seperti halnya Onong Uchjana Effendy mengartikan komunikasi massa
yaitu komunikasi melalui media massa modern, dan media massa ini
adalah surat kabar, radio, film serta televisi. Karena media itulah yang
yang lugas Bittner mengatakan, “Mass Communication Is Messages
Communicated Trough A Mass Medium To A Large Number Of People”,
(komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang). (Rahkmat, 1991 : 188)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
massa adalah salah satu bentuk penyampaian pesan dengan
menggunakan media, dan si komunikator hanya menyampaikan pesan
tanpa mengetahui siapa dan dari golongan mana pesan tersebut diterima.
Tetapi tidak dapat dikatakan sebagai proses komunikasi massa. Ada
kalanya proses komunikasi terjadi dengan menggunakan media massa
tetapi tidak dapat dikatakan sebagai proses komunikasi massa.
Penerima pesan dalam komunikasi massa tidak hanya besar
dalam jumlah, tetapi memiliki sifat yang berbeda, mereka terdiri dari
orang-orang yang berbeda dalam segala hal, baik itu usia, jenis kelamin,
tingkat sosial, jenis pekerjaan, agama dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988)
disebutkan;
“Mass communication is aprocess whereby mass-produced message
are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of
receivers (Komunikasi massa adalah sebuah proses dimana
pesan-pesan yang diproduksi secara massal / tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen)”.
40
2.1.5.1 Karakteristik Komunikasi Massa
Dalam komunikasi massa terdapat juga ciri-ciri khusus yang
Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard Jr dikaitkan dengan
pendapat Devito, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus
yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya, ciri-cirinya sebagai
berikut :
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah
Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada
komunikator, dengan kata lain perkataan komunikator tidak
mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita
yang disiarkan.
2. Komunikasi pada komunikasi massa melembaga
Yakni suatu institusi atau organisasi, oleh karena itu komunikatornya
melembaga, mempunyai lebih banyak kebebasan.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Media ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum,
tidak ditujukan kepada sekelompok orang tertentu. Media massa tidak
akan menyiarkan suatu pesan yang tidak menyangkut kepentingan
umum.
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Ciri ini merupakan yang paling hakiki dibandingkan dengan media
5. Komunikasi massa bersifat heterogen
Komunikasi adalah khalayak yang merupakan kumpulan anggota
masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai
sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen dalam
keberadaannya secara terpecah-pecah, dimana satu sama lain tidak
saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing
berbeda dalam berbagai hal, jenis kelaminnya, usia, agama, ideologi,
pekerjaan, pendidikan, pengalaman hidup, kebudayaan, pandangan
hidup, keinginan, cita-cita dan sebagainya.
(Effendy, 1984 : 23-24)
2.2 Tinjauan Tentang Media Massa
Media massa (mass media) singkatan dari media komunikasi
massa dan merupakan channel of mass yaitu saluran, alat atau sarana
yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, karakteristik media
massa itu meliputi :
1. Publisitas, disebarluaskan kepada khalayak.
2. Universalitas, kesannya bersifat umum.
3. Perioditas, tetap atau berkala.
4. Kontinuitas, berkesinambungan.
5. Aktualitas, berisi hal-hal baru.
42
Isi media massa secara garis besar terbagai atas tiga kategori :
berita, opini, feature. Karena pengaruhnya terhadap massa (dapat membentuk opini publik), media massa disebut “kekuatan keempat” (The
Four Estate) setelah lembaga eksekutif, legistatif, yudikatif. Bahkan karena
idealisme dengan fungsi sosial controlnya media massa disebut-sebut “musuh alami” penguasa. (Romly, 2002 : 5)
Media yang termasuk kedalam kategori media massa adalah surat kabar, majalah, radio, TV dan film. Kelima media tersebut dinamakan “The
Big Five Of Mass Media” (lima besar media massa), media massa sendiri
terbagi dua macam, media massa cetak (printed media), dan media massa
elektronik (electronic media). Yang termasuk media massa elektronik
adalah radio, TV, film (movie), termasuk CD. Sedangkan media massa
cetak dari segi formatnya dibagi menjadi enam yaitu :
1. Koran atau surat kabar (ukuran kertas broadsheet atau ½ plano)
2. Tabloid (½ broadsheet)
3. Majalah (½ tabloid atau kertas ukuran polio atau kuarto)
4. Buku (½ majalah)
5. Newsletter (polio atau kuarto, jumlah halaman lazimnya 4 – 8
halaman)
6. Buletin (½ majalah jumlah halaman lazimnya 4 – 8)
2.3 Tinjauan Tentang Surat Kabar
2.3.1 Surat kabar sebagai salah satu jenis media massa
Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang
jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca,
peredarannya serta penekanan isinya.
Kebanyakan surat kabar mengandalkan hidupnya dari iklan,
bahkan kenaikan harga kertas Koran sebagai bahan baku utama surat kabar
sering kali tidak mengakibatkan kenaikan harga jual surat kabar per
eksemplar secara proporsional. Kehadiran iklan dalam media cetak dengan
kata lain telah mampu mensubsidi harga eceran surat kabar.
Selama tahun 1970-1985 diketahui ternyata lebih banyak surat
kabar dan majalah gulung tikar karena tidak mendapatkan iklan, sekalipun di
Indonesia budaya membaca belum terlalu memasyarakat. Surat kabar
merupakan media utama yang banyak digunakan dalam periklanan di
Indonesia, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti :
1. Jangkauan distribusi surat kabar tidak dibatasi.
2. Jangkauan media lainnya, radio dan televisi dibatasi.
3. Harga satuan surat kabar murah dan dapat dibeli eceran.
(Kasali, 1995 : 100)
2.3.2 Pengertian Surat Kabar
Pada awalnya surat kabar sering kali diidentikan dengan pers
44
radio sekarang ini sudah dikategorikan sebagai pers juga, maka muncul
pengertian pers dalam arti luas dan sempit. Dalam pengertian pers luas
pers meliputi seluruh media massa, baik cetak maupun elektronik.
Sedangkan dalam arti sempit, pers hanya melipui media massa tercetak
saja, salah satunya adalah surat kabar. Menurut Kurniawan Junaidi yang
dimaksud dengan surat kabar adalah :
“Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa
tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan
dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan
serta diedarkan secara umum, isinya pun harus actual, juga harus bersifat
universal, maksudnya pemberitaanya harus bersangkut-paut dengan
manusia dari berbagai golongan dan kalangan”. (Junaidi, 1991 : 105)
Definisi surat kabar menurut George Fox Mott yaitu :
1. Suatu lembaga masyarakat yang punya fasilitas dan target
masing-masing.
2. Suatu pelayanan masyarakat atau melayani masyarakat untuk
kepentingan-kepentingan informasi.
3. Pemimpin yang bertujuan untuk memimpin pada masyarakat yang
menyangkut nilai-nilai moral, etika dan lain-lain.
4. Penghubung antara masyarakat dalam menyampaikan
5. Penjual pengetahuan menyerap berbagai informasi dan pengetahuan
lalu menyebarkannya kepada masyarakat.
(Junaidi, 1991 : 105)
Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang
jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi
pembaca, peredarannya serta penekanan isinya. Sementara pengertian
surat kabar menurut Onong Uchjana Effendy adalah :
“Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di
masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodic, bersifat umum,
isinya termasa/actual, mengenal apa saja di seluruh dunia yang
mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak pembaca”.
(Effendy, 1993 : 241)
2.3.3 Ciri-ciri Surat Kabar
Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai surat kabar sebagai
salah satu jenis media cetak, maka kita pun harus mengetahui ciri-ciri dari
surat kabar itu sendiri, yaitu :
- Publisitas
Publisitas adalah penyebaran kepada publik atau khalayak, karena
46
- Perioditas (Kontinuitas)
Adalah keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, bisa dua
kali sehari bisa pula satu kali atau dua kali seminggu.
- Universalitas
Universalitas adalah kesemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh
dunia.
- Aktualitas
Aktualitas adalah kecepatan laporan tanpa mengesampingkan
kebenaran berita (Effendy, 1986 : 120)
Demikianlah empat ciri surat kabar dapat dikatakan empat syarat
yang harus dipenuhi surat kabar. Penelitian yang tidak mempunyai salah
satu ciri saja dari keempat ciri tersebut, bukanlah surat kabar.
2.3.4 Fungsi Surat Kabar
Pada jaman modern sekarang ini, surat kabar tidak hanya
mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena
itu fungsi surat kabar sekarang meliputi berbagai aspek, yaitu :
a. Menyiarkan informasi
Adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama khalayak pembaca
berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi
mengenai berbagai hal mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau
pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan
b. Mendidik
Sebagai sarana pendidikan massa (Mass Education), surat kabar
memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga
khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini
bisa secara implicit dalam bentuk berita, bisa juga secara eksplisit
dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita
bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek
pendidikan.
c. Menghibur
Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk
mengimbangi berita-berita berat (Hard News) dan artikel yang
berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita
pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok,
karikatur, tidak jarang juga berita mengandung minat insani (Human
Interest) dan kadang-kadang tajuk rencana.
d. Mempengaruhi
Mempengaruhi adalah fungsinya yang keempat yakni fungsi
mempengaruhi yang menyebabkan surat kabar memegang peranan
penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat
kabar secara implicit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit
terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Fungsi mempengaruhi khusus
untuk bidang perniagaan pada iklan-iklan yang dipesan oleh
48
Selain hal tersebut diatas surat kabar sebagai media massa
mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat seperti dikatakan oleh Oetomo “berbagai penelitian mengungkapkan orang
mambaca surat kabar, hal itu merupakan sarana untuk hidup, pers
menjadi perabot rumah tangga yang lebih dalam maknanya dari
perabot meja dan kursi, pers menjadi sarana hidup sebab untuk hidup
orang perlu mengetahui lingkungannya dan berkomunikasi dengan
lingkungannya, untuk masyarakat semakin luas, kompak serta pesatnya
perkembangan pers menjadi sarana disamping berbagai media massa lainnya”. (Oetomo, 1986 : 47)
Arti pentingnya surat kabar terletak pada fungsi utamanya dalam
melengkapi berita bagi para pembacanya, sebagai agen perubahan
sosial. Menurut Schramm surat kabar atau pers dapat melakukan
peran-peran sebagai berikut :
a. Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui surat kabar
orang dapat mengetahui kejadian-kejadian yang dialami di
negara-negara lain.
b. Pers dapat memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-pesan yang
ditulisnya. Dalam masyarakat modern gambaran kita tentang
lingkungan yang jauh diperoleh dari pers dan media massa lainnya,
masyarakat menilai menggantungkan pengetahuan pers dan media
c. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan media, suatu
masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru
apa yang disampaikan oleh media tersebut.
d. Pers mampu menciptakan suasana membangun. Melalui pers dan
media massa dapat disebarluaskan informasi kepada masyarakat, ia
dapat memperluas cakrawala, pemikiran serta membangun simpati,
memusatkan perhatian pada tujuan pembangunan sehingga tercipta
suasana pembangunan yang serasi dan efektif. (Rachmadi, 1990 :
17-18)
Dengan demikian surat kabar telah membawa banyak perubahan
pada kehidupan individu dan masyarakatlewat berita-berita dan artikel
yang disajikan, serta iklan-iklan yang ditawarkan dengan berbagai bentuk
dan tulisan yang menarik, cakrawala pandangan seseorang menjadi
bertambah, sehingga dapat tercipta aspirasi untuk membenahi diri dan
lingkungannya.
2.4. Tinjauan Tentang Jurnalistik dan Pers 2.4.1. Definisi Jurnalistik
Menurut Asep Syamsul M Romli melalui bukunya ”Jurnalistik Terapan, Pedoman Kewartawanan dan Penulisan”, pengertian jurnalistik
dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu pengertian jurnalistik secara
harfiyah, konseptual, dan praktis.
50
”Kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan. Kata dasarnya ‟jurnal‟
(journal), artinya laporan atau catatan, atau ‟jour‟ dalam bahasa Prancis
yang berarti ‟hari‟ (day) atau ‟catatan harian‟ (diary). Dalam bahasa Belanda, journalistiek artinya penyiaran catatan harian” (Romli, 2005:1).
Sementara secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut
pandang, yaitu:
1. Sebagai proses, jurnalistik adalah ”aktivitas” mencari, mengolah,
menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melaui
media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).
2. Sebagai teknik, jurnalistik adalah ”keahlian” (expertise) atau ”keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel,
feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan
seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.
3. Sebagai ilmu, jurnalistik adalah ”bidang kajian” mengenai
pembuatan dan menyebarluaskan informasi (peristiwa, opini,
pemikiran, dan ide) melalui media massa. Jurnalistik termasuk
ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang
sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
dan dinamika masyarakat sendiri (Romli, 2005:2).
Namun, secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan
informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui
media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat
komponen dalam dunia jurnalistik:
1. Informasi
3. Penyebarluasan Informasi
4. Media massa (Romli, 2005:3)
2.4.2. Definisi Pers
Masih dalam bukunya ”Jurnalistik Terapan, Pedoman
Kewartawanan dan Penulisan”, Romli menuturkan:
”Istilah ‟pers‟ muncul berkat kemajuan teknologi dan ditemukannya percetakan suratkabar atau media massa cetak dengan sistem silinder (rotasi). Akibatnya, ornag mengindentikkan istilah ‟jurnalistik‟ dengan ‟pers‟, di samping mengindentikkan ‟jurnalistik‟ dengan ‟media massa‟. Bahkan, wartawan pun mendapat julukan ‟insan pers‟ selain julukan lain seperti kuli tinta, kuli disket, dan orang media” (Romli, 2005:6).
Dalam bahasa Inggris, pers (press) berarti mesin pencetak, mencetak,
orang-orang yang terlibat dalam kepenulisan atau produksi berita,
menekan, dan sebagainya. Dalam Leksikon Komunikasi, pers punya
banyak arti:
1. Usaha percetakan atau penerbitan.
2. Usaha pengumpulan atau penyiaran berita.
3. Penyiaran berita melalui media massa.
4. Orang-orang yang bergerak dalam penyiaran berita.
5. Media Penyiaran, yaitu media massa.
6. Ada pula pendapat, pers merupakan singkatan dari
52
2.5 Tinjauan Tentang Foto Berita 2.5.1 Pengertian Foto Berita
Kenneth Kobre (dalam bukunya Photojournalism) mencontohkan
dengan apa yang diterapkan Washington Post dalam menggolongkan
sebuah foto berita, yakni: informational, graphically appealing, emotional
dan intimate. Kategorisasi ini dibuat agar sebuah foto dapat menjawab rasa
kehausan informasi sekaligus menyentuh nilai kemanusiaan, berdasarkan
standar kecepatan untuk merekam peristiwa serta menyampaikan isu
dengan kekuatan visual.
Namun ada satu hal lagi yang seharusnya dikandung oleh sebuah
foto peristiwa, yaitu orisinal dan bukan hasil rekonstruksi termasuk
rekayasa komputer grafis.
Pada dasarnya semua foto yang dimuat di media massa disebut
sebagai foto jurnalistik, termasuk foto-foto peristiwa yang tampil di media
maya seperti internet. Artinya semua produk foto yang mempunyai nilai
berita bisa disebut sebagai foto jurnalistik. Namun dalam
perkembangannya, kebutuhan foto jurnalistik tidak berhenti untuk
kepentingan pemberitaan. Produk foto bernilai berita kini juga tampil
Foto jurnalistik merupakan salah satu produk jurnalistik yang
dihasilkan oleh wartawan selain tulisan yang berbau berita (straight news/
hard news, berita bertafsir, berita berkedalaman/deep reports) maupun non
berita (artikel, feature, tajuk rencana, pojok, karikatur dan surat pembaca).
Dan sebagai produk dalam pemberitaan, tentunya foto jurnalistik memiliki
peran penting dalam media cetak maupun cyber media (internet). Jadi
karya foto jurnalistik sudah mendapat pengakuan sebagai karya jurnalistik
dalam bentuk visual untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Ada beberapa pengertian mengenai foto jurnalistik sebagai ilmu
maupun cabang dari jurnalistik itu sendiri.
Menurut Oscar Motuloh dalam makalahnya “Suatu Pendekatan Visual Dengan Suara Hati”, foto jurnalistik adalah suatu medium sajian
untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada
masyarakat seluas-luasnya, bahkan hingga kerak di balik peristiwa
tersebut, tentu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Melihat foto
jurnalistik sebagai suatu kajian artinya memasuki matra yang memiliki tradisi kuat tetang proses “sesuatu” yang dikomunikasikan – dalam hal ini
yang bernilai berita – kepada orang lain atau khalayak lain dalam
masyarakat.
Wilson Hick redaktur senior majalah „Life‟ (1937-1950) dalam