• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Foto Berita Olahraga "Gala Persib" Harian Umum Galamedia Ditinjau Dari Bahasa Fotografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Foto Berita Olahraga "Gala Persib" Harian Umum Galamedia Ditinjau Dari Bahasa Fotografi"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS FOTO BERITA OLAHRAGA “GALA PERSIB” HARIAN UMUM GALAMEDIA DITINJAU DARI BAHASA FOTOGRAFI

Oleh : Garnita Erdianputri

NIM 41806142

Skripsi ini dibawah bimbingan : Rismawaty, S.sos, M.si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sejaumana Foto Berita Olahraga “Gala Persib” Harian Umum Galamedia Ditinjau dari Bahasa Fotografi untuk menjawab penelitian ini peneliti menggunakan enam kategori yang dijadikan alat ukur sebagai identifikasi masalah yaitu bahasa penampilan, komposisi, gerak, objek, konteks, dan tanda.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan pendekatan penelitian ini adalah kuantitaif dengan teknik analisis isi. Untuk melakukan analisis isi digunakan empat metode sebagaimana dikemukakan Guido H Stempel, yaitu pemilihan satuan analisis, konstruksi kategori, penarikan sampel, dan uji reliabilitas koding. Untuk pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Karena jumlah populasi relative kecil, yakni 6 foto berita yang diambil dari rubric “Gala Persib” Harian Umum Galamedia yang terbit pada tanggal 5 April sampai tanggal 13 April.

Hasil penelitian ini menunjukkan masing-masing kategori adalah : bahasa penampilan menunjukkan kolerasi yang tinggi, bahasa komposisi menunjukkan kolerasi yang sedang, bahasa gerak menunjukkan kolerasi yang sedang, bahasa objek menunjukkan kolerasi yang tinggi sekali, bahasa konteks menunjukkan kolerasi yang tinggi sekali, dan bahasa tanda menunjukkan kolerasi yang tinggi sekali.

Kesimpulannya adalah bahwa foto berita olahraga “Gala Persib” sesuai dengan kaidah bahasa fotografi yang ada dengan menggunakan unsur-unsur bahasa fotografi didalam pembuatan foto beritanya.

Saran peneliti Harian Umum Galamedia tetap mempertahankan dan memperhatikan unsur bahasa fotografi dalam pembuatan foto beritanya agar menghasilkan foto yang yang baik

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS SPORTS PHOTO NEWS "GALA PERSIB" DAILY GENERAL PHOTOGRAPHY GALAMEDIA VIEWED FROM THE LANGUAGE

Editor: Garnita Erdianputri

NIM 41806142

This thesis under guidance of:

Rismawaty, S.sos, M.si

This study aimed to find out the Photos News Sport "Gala Persib" General Daily Language Galamedia Viewed from Photography to answer this study researchers used six categories are used as a measuring tool that is language performance problem identification, composition, movement, object, context, and signs.

The method used is descriptive method and approach of this research is qualitative content analysis. To conduct a content analysis used four methods as told Guido H Seals, namely the selection unit of analysis, category construction, sampling, and coding reliability test. For samples used in this study is total sampling. Because of the relatively small population size, ie 6 news photos taken from the rubric "Gala Persib" Galamedia Commercial Daily, published on April 5 until April 13.

The results of this study indicate the respective categories are: language performance showed a high correlation, the language of composition shows that correlation is, the language of the motion indicates that correlation is, the language of the object shows a very high correlation, the language context indicates a very high correlation, and sign language shows a very high correlation.

The conclusion was that the sports news photo "Gala Persib" in accordance with existing kaiadah fotigrafi language using language elements of photography didlam making the news in order to produce photo-quality images. Daily Advice General Galamedia researchers should maintain and pay attention to the language element in the manufacture of photographic images to produce photo quality news is good.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Kebutuhan manusia akan informasi, baik populer dan ilmiah, yang dibawa oleh kehausan akan ilmu pengetahuan dan pengalaman, menyebabkan bahwa jurnalisme tidak memiliki batas-batas lagi, hanya garis-garis pemisah dalam golongan peminat dan profesi. Seluruh pemenuhan kebutuhan manusia akan informasi yang berupa visual apapun sifat dan karateristiknya dapat diartikan jurnalisme.

Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya, yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai dengan sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan.

Komunikasi massa, dalam segala bentuknya, tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan manusia sehari-hari. Pers sebagai salah satu perwujudan komunikasi massa, lahir dari adanya kebutuhan akan berita dan informasi. Komunikasi massa merupakan salah satu domain komunikasi manusia yang telah banyak mengalami kemajuan yang pesat sejak bentuk-bentuk awalnya.

(4)

Sebagai alat komunikasi massa, surat kabar di dalamnya memiliki berbagai macam bentuk informasi atau berita yang ditujukan kepada khalayak yang beragam dan dikemas dalam bentuk tulisan dalam ruangan-ruangan atau kolom-kolom tertentu. Tulisan ini merupakan suatu fakta yang ditulis bersama dengan opini atau pernyataan sikap dalam mengamati setiap peristiwa sosial yang menarik.

Berbeda dengan media massa lainnya, surat kabar dalam menyajikan informasi memiliki kelebihan antara lain terekam atau tidak selintas. Artinya setiap peristiwa atau hal yang diberitakan dapat dibaca setiap saat dan mudah dibawa kemana saja, surat kabar didokumentasikan serta bisa dibaca berulang-ulang di lain hal berita juga merupakan sarana, informasi dan pendidikan untuk masyarakat. Sebagai sarana informasi berita memberikan data-data mengenai situasi dan kondisi yang terjadi di dalam negeri. Diharapkan khalayak akan mampu menetapkan sikap serta minatnya dimana dia harus berdiri, apakah harus mengikuti arus, menentang arus atau netral.

Dalam penyampaian informasinya surat kabar memuat berbagai macam berita disamping itu juga memuat foto-foto berita, yang merupakan penunjang dari tulisan berita tersebut. Dalam memuat foto berita pada berita olahraga biasanya seorang wartawan mengambil dokumentasi suatu perisitiwa sebaik mungkin agar menarik di lihat. Dalam hal ini wartawan berlomba mempersembahkan foto terbaik untuk medianya.

(5)

dimana selain dapat mengetahui informasi terbaru tentang olahraga, pembaca pun dapat melihat momen dari kegiatan olahraga yang dibacanya. Didalam sebuah surat kabar, foto dapat menguatkan suatu berita. Contoh berita tentang seorang balita jago merokok, terdengarnya sangat tidak lazim membuat orang tidak percaya bahwa hal itu dapat terjadi. Namun bila ada fotonya, maka pembaca pun akan percaya dengan berita yang disajikan. Begitu juga tentang fotonya, karena suatu peristiwa yang hebat, tidak dapat diramalkan dan dimunculkan dimana-mana.

Sebuah foto berita memiliki kemampuan menyajikan secara detail, dan pembaca tidak memerlukan penjelasan seperti halnya sebuah berita yang menguraikan fakta secara jelas. Karenanya, fotografi dengan sifat-sifatnya mampu merekam sesuatu yang tepat dan obyektif bisa menyajikan peristiwa yang mengandung unsur berita. Foto berita dapat mengungkapkan keterangan atau sejarah peristiwa sebelumnya. Foto berita adalah foto-foto yang mengandung nilai berita atau nilai jurnalistik, yakni faktual, aktual, penting, dan menarik. Foto berita umumnya adalah politik, kriminal, olahraga, ekonomi yang ingin diketahui perkembangannya dari waktu ke waktu oleh pembaca.

(6)

memotret sebagai bagian dari tugas intelijennya, dan mereka para wartawan yang kini kian banyak jumlahnya seiring dengan banyaknya media. Dari memotret yang dilakukan petugas humas, fotografer amatir, mahasiswa, dan aparat keamanan, tujuannya untuk dokumentasi atau dijual. Berbeda dengan wartawan yang memotret tujuannya untuk disiarkan di media massa, baik itu media massa cetak Koran atau majalah, media internet seperti detic.com atau satu.net, dan kantor berita. Tetapi tidak menutup kemungkinan foto-foto yang dibuat para petugas humas, fotografer amatir, mahasiswa, dan aparat keamanan, juga disiarkan seperti halnya wartawan. Misalnya, diminta wartawan atau redaksi suatu media.

Syarat foto jurnalistik, selain mengandung berita dan secara fotografi bagus (fotografis). Foto harus mencerminkan etika atau norma hukum baik dari segi pembuatan maupun penyajiannya. Di Indonesia, etika yang mengatur fotojurnalistik ada pada kode etik yang disebut kode etik jurnalistik. Terdapat pada pasal 2 dan 3.

Pasal 2 berisi pertanggungjawaban yang antara lain, “wartawan Indonesia tidak

menyiarkan hal-hal yang sifatnya detruktif dan dapat merugikan bangsa dan Negara, hal-hal yang dapat menumbulkan kekacauan, menyinggung perasaan susila, agama, kepercayaan, atau keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang dilindungi undang-undang”. Sementara pasal ke 3 berisi, “cara pemberitaan dan menyatakan pendapat, anatar lain disebutkan bahwa

wartawan Indonesia menempuh jalan dan cara yang jujur untuk memperoleh bahan-bahan berita. Wartawan Indonesia meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum menyiarkannya denagn juga memperhatikan kredibilitas sumber berita. Di dalam menyusun berita, wartawan Indonesia membedakan antara kejadian (fakta) dan pendapat (opini)”.

(7)

menghasilkan sebuah foto berita yang layak untuk diterbitkan, terkadang sebuah foto berita tak lepas dari unsur estetik, dan keindahan” (Sukatendel, dalam Pratikto, 1987 : 201)

Para ahli di berbagai bidang ilmu pengetahuan yang membutuhkan keahlian fotografi, akan menekuni fotografi untuk melengkapi kegiatan profesionalnya yang akan lebih menjelaskan daripada disusun secara verbal dan grafik saja. Salah satu sifat atau kelebihan fotografi sebagai kegiatan komunikasi yaitu sifatnya yang non-verbal menyebabkan bahwa gambar-gambar yang dibuat kamera dapat melintasi batasan-batasan bahasa, dan langsung dapat dimengerti oleh peminatnya. Sifat inilah yang menyebabkan fotografi sebagai unsur pemberitaan yang ampuh dalam waktu yang relatif singkat dapat merebut tempatnya di media massa yang kompetitif.

Disamping itu, wartawan sebagai pelaku pers harus megetahui bagaimana cara membuat foto berita yang berkualitas. Untuk memahami itu perlu juga diketahui bagaimana cara-cara memotret, termasuk di dalamnya mengetahui apa itu tahapan memotret, teknik memotret, dan juga bahasa fotografi. Bahasa memiliki cakupan yang luas, bukan hanya bahasa yang kita gunakan sehari-hari tapi ada pula bahasa yang digunakan dalam fotografi. Sama halnya percakapan, bahasa fotografi digunakan untuk menyampaikan pesan tertentu. Sebagaimana kita menggunakan tata bahasa dalam berbicara dan menulis, demikian juga menyampaikannya melalui foto, contohnya saja untuk menyampaikan perasaan tertentu (sedih, bersemangat, dan sukacita) kita dapat melakukannya dengan warna.

(8)

communication yang menjadi bahasa sendiri yaitu photography language atau bahasa fotografi disingkat bahasa foto.

Adapun bahasa fotografi itu sendiri meliputi : 1. Bahasa penampilan

2. Bahasa komposisi 3. Bahasa gerak 4. Bahasa konteks 5. Bahasa objek 6. Bahasa tanda

(Sukatendel, dalam Pratikto, 1987 : 153-157)

Sekarang ini, dunia olahraga semakin maju dan berkembang pesat. Karena selain sumber daya manusia yang lebih berpotensi di bidang olahraga, masyarakat kini lebih menyukai tayangan ataupun berita-berita mengenai kegiatan olahraga. Hampir setiap surat kabar sekarang mempunyai halaman atau rubrik khusus berita olahraga. Bahkan televisi dan radio pun menyediakan porsi khusus untuk berita-berita peristiwa olahraga dalam siaran-siaran beritanya. Antusiasme masyarakat terhadap berita olahraga lebih tinggi dengan adanya dokumentasi berupa foto dan audio visual. Apalagi berita olahraga yang memuat kegiatan olahraga sepak bola yang sangat diminati hampir seluruh masyarakatt Bandung. Selain itu, tema foto berita umumnya adalah politik, kriminal, olahraga dan ekonomi yang selalu ingin diketahui perkembangannya dari waktu ke waktu oleh pembacanya.

(9)

Umum Galamedia terdapat rubrik khusus yang memuat berita-berita olahraga dilengkapi dengan foto beritanya.

Dengan latar belakang ini, peneliti tertarik untuk meneliti foto berita olahraga dalam Harian Umum Galamedia. Harian Umum Galamedia merupakan salah satu koran kebanggaan masyarakat Jawa Barat, yang sudah berdiri begitu lama. Sejak tahun 1968 Harian Umum Galamedia berusaha memberikan yang terbaik bagi pembacanya, baik dari segi berita maupun foto berita dan lain-lainnya sehingga bisa besar seperti sekarang. Peneliti ingin sekali mengetahui apakah foto berita olahraga Harian Umum Galamedia menggunakan bahasa fotografi dengan teknik yang digunakan dalam setiap pembuatan foto beritanya.

Di lihat dari aspek-aspek diatas mengenai pentingnya suatu foto berita dalam sebuah berita di surat kabar, untuk lebih menguatkan isi dan pesan dari berita yang disampaikan. Maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: “Sejauhmana Analisis Foto Berita Olahraga “Gala Persib” Harian Umum Galamedia Bandung Di tinjau dari

Bahasa Fotografi?”

1.2.Identifikasi Masalah

(10)

1. Sejauhmana foto berita olahraga Harian Umum Galamedia Bandung di tinjau dari bahasa penampilan?

2. Sejauhmana foto berita olahraga Harian Umum Galamedia Bandung di tinjau dari bahasa komposisi?

3. Sejauhmana foto berita olahraga Harian Umum Galamedia Bandung di tinjau dari bahasa gerak?

4. Sejauhmana foto berita olahraga Harian Umum Galamedia Bandung di tinjau dari bahasa konteks?

5. Sejauhmana foto berita olahraga Harian Umum Galamedia Bandung di tinjau dari bahasa objek?

6. Sejauhmana foto berita olahraga Harian Umum Galamedia Bandung di tinjau dari bahasa tanda?

7. Sejauhmana foto berita olahraga Harian Umum Galamedia Bandung di tinjau dari bahasa fotografi?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaplikasian bahasa fotografi oleh wartawan Harian Umum Galamedia dalam menghasilkan foto berita.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari peneliti adalah sebagai berikut :

(11)

2. Untuk mengetahui foto berita olahraga Harian Umum Galamedia di tinjau dari bahasa komposisi

3. Untuk mengetahui foto berita olahraga Harian Umum Galamedia di tinjau dari bahasa gerak

4. Untuk mengetahui foto berita olahraga Harian Umum Galamedia di tinjau dari bahasa konteks

5. Untuk mengetahui foto berita olahraga Harian Umum Galamedia di tinjau dari bahasa objek

6. Untuk mengetahui foto berita olahraga Harian Umum Galamedia di tinjau dari bahasa tanda

7. Untuk mengetahui foto berita olahraga Harian Umum Galamedia di tinjau dari bahasa fotografi

1.4.Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu jurnalistik sehingga bisa diaplikasikan di lapangan.

1.4.2. Kegunaan Praktis

(12)

diaplikasikan dalam praktek lapangan. Melalui penelitian ini penulis pun berharap dapat lebih memahami manfaat bahasa fotografi dalam pembuatan foto berita, jika pada suatu saat nanti penulis menjadi seorang jurnalis dan terjun langsung ke lapangan untuk menghasilkan karya foto jurnalistik yang berkualitas.

2. Bagi universitas, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa, khusunya Program Studi Ilmu komunikasi konsentrasi jurnalistik yang akan melakukan penelitian serupa.

3. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi wartawan Harian Umum Galamedia untuk lebih meningkatkan kualitas foto berita yang berkaitan dengan bahasa fotografi. Agar memudahkan pembaca untuk memahami pesan berita tersebut.

1.5.Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka teoritis

Menurut Zoelferdi, wartawan dan fotografer Tempo memiliki pandangan sendiri tentang kesan :

(13)

Semua jenis kesan itu akan muncul jika sebuah foto memiliki tata bahasa fotografi yang baik. Bahasa fotografi menurut Sukatendel dalam buku Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi menyebutkan enam faktor bahasa fotografi :

1. Bahasa penampilan

Menampilkan perasaan atau situasi yang terdapat dalam diri objek 2. Bahasa komposisi

Peletakkan unsur-unsur komposisi yang tepat, sehingga menimbulkan makna tertentu. Bahasa tata letak memvariasikan obyek supaya tidak monoton.

3. Bahasa gerak

Foto atau gambar yang menunjukan bermacam-macam gerak. Yaitu dengan meggunakan tenik memotret atau fotografi.

4. Bahasa objek

Foto yang memperlihatkan suasana khas dari suatu keadaan, situasi atau tempat tertentu, sehingga dengan melihat foto tersebut kita dapat mengetahui/menangkap pesan yang dimaksud.

5. Bahasa konteks

Sebuah foto harus berdasarkan aturan atau dasar yang ada, agar tujuan yang dimaksud tersampaikan

6. Bahasa tanda

(14)

Menurut Sukatendel (dalam Praktikto, 1987:163), masih ada kekurangan dalam pengutaraan komunikasi fotografi di surat kabar atau majalah. Tanggapan ini lahir karena adanya rangsangan dan proses komunikasi yang ditebarkan media. Tanggapan itu sendiri lahir karena adanya rangsangan dan proses komunikasi yang ditebarkan media. Tanggapan itu sendiri yaitu (respone) sikap atau perilaku seseorang dalam proses komunikasi ketika menerima pesan yang ditujukan kepadanya (Effendy, 1989:314)

Terlepas dari itu, segala sesuatunya dalam olahraga bukanlah semata pertandingan yang kelak menghasilkan kemenangan dan kekalahan. Masih banyak aspek-aspek lain yang dapat diangkat.

Penulis menggunakan model komunikasi massa agenda setting sebagai landasan teorinya. Model ini memberikan gambaran tentang hubungan yang positif antara penilaian yang diberikan media terhadap suatu persoalan itu (Rakhmat, 1995 :68)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori komunikasi yang dirumuskan oleh Backer yang ditulis oleh Jalaludin dalam buku “Metode Penelitian Sosial” mengatakan:

“Model Agenda Setting merupakan salah satu model teori komunikasi yang merupakan penggembangan dari model Jarum Hipodermi, asumsi dasar model ini membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Karena model ini mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang di berikan oleh media pada suatu persoalan. Singkatnya apa yang dianggap penting olah media, akan dianggap penting juga bagi masyarakat (Jalaluddin, 2000 : 68-69)”

Dalam buku “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi” karangan Onong Uchjana

(15)

“The Agenda-Setting Function of Mass Media”. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa “jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting”. (Effendy,2003:287).

Sementara itu Manhein dalam pemikiran tentang konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting menyatakan bahwa agenda setting meliputi tiga agenda, yaitu agenda media, khalayak, dan kebijaksanaan.

1.5.2. Kerangka Konseptual

Proses komunikasi yang dilakukan Rubrik Olahraga Harian Umum Galamedia dalam foto berita olahraganya adalah pesan yang ditujukan kepada pembaca dalam mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi dalam kegiatan olahraga.

Dalam penelitian ini akan dijelaskan alur komukasi serta peneliti akan menggambarkan kerangka konseptual sesuai dengan Teori agenda setting. Sumber pesan berasal dari HU Galamedia yang mana dalam foto beritanya selalu terdapat pesan yang disampaikan kepada pembaca agar setelah membaca berita olahraga yang disajikan oleh media, kepuasan pembaca terpenuhi dengan foto berita yang dapat mendukung berita yang disajikan.

(16)

mencakup enam unsur, yaitu Bahasa penamilan. Ekspresi wajah obyek yang memperlihatkan kegembiraan, kesedihan, sinis, ataupun terkejut. Bahasa Isyarat, gerakan tubuh dari obyek yang memperlihatkan makna tertentu, misalnya saja jari yang membentuk huruf V, berarti victory. Bahasa Penciuman, tindakan atau perbuatan obyek yang memperlihatkan apakah sesuatu yang diciumnya harum/tidak. Bahasa Pendengaran, tindakan obyek yang terlihat sedang mendengarkan sesuatu. Misalnya tangan didekatkan ke telinga. Bahasa komposisi, bahasa yang memperlihatkan peletakkan unsur-unsur komposisi yang tepat sehingga menimbulkan mana tertentu.

(17)

suatu kertas. Memperlihatkan suatu gerakan dimana obyek dan latar belakang keduanya dibuat kurang jelas seperti terpecah-pecah. Teknisnya dengan menggunakan lensa zoom dan merubah jarak fokus pada saat berlangsungnya pemotretan. Obyek gambar tidak terlihat secara jelas, yang terlihat hanya cahaya/kilatan cahaya yang membentuk pola tertentu. Teknisnya dengan menggunakan shutter speed rendah/menggunakan bulb dan ditahan beberapa detik. Merupakan pembekuan obyek foto yang tengah bergerak cepat, obyek bergerak seolah-olah “dibekukan.”. Teknisnya dengan memotret obyek yang sedang bergerak dengan shutter speed tinggi disesuaikan dengan kecepatan dari benda yang tengah diabadikan.

Bahasa objek, foto yang memperlihatkan suasana khas dari suatu keadaan, situasi atau tempat tertentu, sehingga dengan melihat foto tersebut kita dapat mengetahui/menangkap pesan yang dimaksud. Bahasa Konteks, sebuah foto harus berdasarkan aturan atau dasar fotografi, agar tujuan yang dimaksud tersampaikan. Foto yang memperlihatkan rung dan waktu. Bahasa Tanda, bahasa tanda adalah sebuah stimulus yang menandakan kehadiran dari suatu hal. Tanda adalah sebuah representasi sederhana dari objek yang mereka tandai dan bahwa media telah menggerakan proses ini hingga titik dimana tidak ada yang nyata. Foto-foto yang menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang yang khas sehingga hanya dengan melihat gambar, kita dapat mengerti maksud foto tersebut.

(18)

1.6.Kontruksi Kategori

Table 1.1

Konstruksi Kategori

Variabel Sub Konstruk Alat Ukur

Analisis Foto Berita Olahraga “Gala Persib” Harian Umum

Galamedia Di tinjau dari Bahasa Fotografi

Bahasa penampilan - Ekspresi muka - isyarat

- penciuman - pendengaran Bahasa Komposisi - Warna

- Tekstur - Garis - Sinar - Bentuk

Bahasa Gerak - Panning

- Blurring Bahasa Objek - keadaan, situasi

(19)

Bahasa Konteks - dasar fotografi

Bahasa Tanda - representasi

sederhana dari objek

(Sumber : dokumentasi peneliti, 2010)

1.7.Populasi dan Sampel

1.7.1 Populasi

Populasi menurut Iqbal Hasan dalam bukunya Metode Penelitian dan Aplikasinya adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karateristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Objek atau nilai yang akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau elemen populasi. unit analisis dapat berupa orang, perusahaan, media, dan sebagainya.

Mengacu pada pengertian populasi di atas, berdasarkan pertimbangan dari pihak Harian Umum Galamedia maka yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah foto berita olahraga “Gala persib” Harian Umum Galamedia yang terbit pada tanggal 5 April

sampai 13 April 2010 dengan jumlah berita 6.

1.7.2 Sampel

(20)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, karena jumlah populasi reltif kecil. Total sampling adalah mengambil semua jumlah populasi untuk dijadikan sampel (Arikunto, 1996 : 122). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto berita olahraga “Gala Persib” Harian Umum Galamedia edisi bulan April

2010.

Table 1.2

Sampel

Foto berita olahraga “Gala Persib” Harian Umum Galamedia

No Hari dan Tanggal Terbit Kolom Foto Berita Jumlah

Foto Berita

1 Senin, 5 April 2010 Gala Persib 1

2 Rabu, 7 April 2010 Gala Persib 1

3 Kamis, 8 April 2010 Gala Persib 1

4 Jumat, 9 April 2010 Gala Persib 1

(21)

6 Selasa, 13 April 2010 Gala Persib 1

Total Berita 6

Sumber : Arsip Harian Umum Galamedia terbitan 5 April sampai 13 April 2010.

1.8.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis. Seperti yang dikatakan oleh Jalaludin Rakhmat dalam buku “Metode Penelitian Komunikasi”

mengatakan :

“Metode deskriptif, yaitu dengan cara mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karateristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat”. (Rakhmat, 2002 :22)

Adapun teknik penelitian yang digunakan adalah anilisis, analisis adalah penelitian terhadap suatu peristiwa untuk diketahui sebab utamanya, duduk perkaranya, atau prosesnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana wartawan Harian Umum Galamedia menggunakan bahasa fotografi dalam menghasilkan suatu foto berita.

(22)

1. Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan langsung mengadakan tanya jawab objek yang diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan dari objek yang diteliti. (Hasan, 2008:17).

Proses wawancara akan dilakukan peneliti pada Ass Redaktur foto Harian Umum Galamedia, Digdo Moedji agar memperoleh informasi yang mendalam dalam penelitian ini.

2. Studi kepustakaan

Teknik kepustakaan yang dilakukan dengan menelaah teori, opini, membaca buku yang relevan dengan masalah yang diteliti untuk dapat mendukung penjelasan masalah yang diteliti.

3. Internet Searching

Dengan mencari data yang diambil dari situs-situs yang berkaitan dan menjadi sumber dari peneltan ini

1.10. Teknik Analisis Data

Setelah data-data terkumpul selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Pengolahan data mencakup kegiatan menganalisis data yang diperoleh dengan mengkoding dan menyusun dari jawaban-jawaban penelitian.

(23)

Untuk melakukan analisis isi digunakan empat metologis yang dikemukakan Stempel, yaitu “Pemilihan satuan analisis, konstruksi kategori, penarikan stempel isi dan

reliabilitas koding (Stempel, 1983:11)

Mengkode data berarti memberikan kode-kode tertentu kepada masing-masing kategori atau nilai dari setiap variabel yang dikumpulkan datanya. Setelah pengolahan data, berikutnya tinggal menganalisis dan menginterpretasikan data. Setelah semua data dikodekan, selanjutnya data tersebut ditabulasi sesuai dengan susunan sajian data yang dibutuhkan untuk menjawab masing-masing masalah. (Sanapiah, 2007: 33-34).

Table 1.3

Daftar Pengkoding

NO NAMA JABATAN

1 Digdo Moedji Redaktur Foto

2 Imam Cahyadi Fotografer / wartawan foto 3 Garnita Erdianputri Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Sementara itu penelitian ini menggunakan teknik analisis isi yang bertujuan untuk mengambil kesimpulan dari pengamatan data. Dalam penelitian ini juga menggunakan simbol koding yang secara luas dengan cara mecatat lambing-lambang atau pesan-pesan secara sistematis untuk kemudian diberikan interpretasi.

(24)

analisis yang datanya diambil dari luar sumber tekstual yang sedang diteliti misalnya observasi, wawancara, dan studi pustaka.

Penulis juga melakukan uji statistik yang diterapkan pada peneltian ini digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan pelaku koding dalam menghitung uji reliabilitas. Koefisien korelasi person‟s (c) yang digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan

koding atau relibilitas koding (Hasan, 2003 : 241)

Keterangan :

X = Nilai Chi Kuadrat menghitung setiap variable N = Ukuran sampel dalam table

(1 – C ) x 100% = Mengukur tingkat kesepakatan koding

Sedangkan untuk mengetahui persentase tingkat kesepakatan pengkoding dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Kriffendorf (1980),

yaitu:

( 1 – c ) x 100%

c = Persons‟s Chi Kuadrat

Untuk mengetahui tinggi rendahnya kesepakatan yang terjadi diantara pengkoding, maka penelitian ini menggunakan penafsiran koefisien yang dikemukakan Surakhmad (2004 : 302), yaitu:

(25)

70 % - 90 % Korelasi yang tinggi

90 % - 100 % Korelasi yang tinggi sekali (Surakhmad, 2004 : 32)

1.11. Lokasi dan Waktu penelitian

1.11.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian penulis adalah Harian Umum Galamedia Bandung, redaktur foto dengan alamat Jl. Belakang Factory no. 2B 40111, Tlp (022) 4210063 – 4205347, Fax (022) 4205262, web : http:/klik-gaamedia.com

1.11.2. Waktu penelitian

Penelitian yang akan penulis laksanakan dimulai pada bulan April 2010 dan diperkirakan hingga bulan Juli 2010. Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke penyelesaian dengan perincian waktu pada table 1.4 berikut :

Tabel 1.5

Waktu dan Jadwal Penelitian

No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli

(26)

1 Pengajuan judul 2 Penulisan Bab 1

Bimbingan

3 Seminar UP

4 Penulisan Bab II

Bimbingan

5 Penulisan Bab III

Bimbingan

6 Pengumpulan Data

Wawancara

Bimbingan

7 Pengolahan Data

Penulisan Bab IV

Bimbingan

8 Penulisan Bab V

Bimbingan

9 Penyusunan Bab

(27)

1.12. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian (meliputi; maksud penelitian, tujuan penelitian), kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan teoritis, kegunaan praktis), kerangka pemikiran (meliputi: kerangka teoritis, kerangka konseptual), metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik pengolahan dan analisis data, lokasi dan waktu penelitian (meliputi: lokasi penelitian, waktu penelitian), sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi (meliputi: definisi komunikasi, unsur-unsur komunikasi, proses komunikasi dan tujuan komunikasi), tinjauan mengenai komunikasi massa (meliputi: definisi komunikasi massa, karakteristik komunikasi massa), tinjauan mengenai media massa, tinjauan mengenai surat kabar (meliputi: sejarah surat kabar, definisi surat kabar, ciri-ciri surat kabar, fungsi surat kabar), tinjauan mengenai berita (meliputi: definisi, jenis-jenis berita, nilai berita, isi berita, dan foto berita), tinjauan tentang fotojurnalistik dan fotografi.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Mencakup tentang sejarah Harian Umum Galamedia, Sejarah Bagian Redaksi HU Galamedia, profil perusahaan, keterangan teknis, Struktur Organisasi redaksi Harian Umum Galamedia, job description redaksi Harian Umum Galamedia, sarana dan prasarana Bagian Redaksi Harian Umum Galamedia.

(28)

Uraian dari hasil penelitian berdasarkan data lapangan yang terkumpul, mencakup tentang analisis deskripsi, analisis deskriptif hasil penelitian (meliputi: tabel distribusi frekuensi), pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Komunikasi

2.1.1. Pengertian komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.

Berbicara tentang definisi komunikasi, banyak para ahli memaparkan pandangannya tentang pengertian komunikasi. Di antara para ahli sosiologi, ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika Serikat, yang menaruh minat perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovcland mengungkapkan bahwa ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pebentukan pendapat dan sikap (Effendy, 2002 :10).

Dari defines Hovland menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan Hovland mengatakan pengertian khusus komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of the individuals). Jadi dalam berkomuniasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah

(30)

orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diiinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseoeang dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal itu bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikannya bersifat komunikatif yaitu komunikator akan menyampaikan pesan haru dipahami dan dimengerti oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif.

Menurut Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect. Paradigma Laswell di atas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yaitu :

- Komunikator - Pesan

- Message - Komunikan - Efek

Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampain pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2.1.2. Sifat komunikasi

Menurut onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan

Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi memiliki sifat-sifat, adapun beberapa sifat

komunikasi, yaitu :

(31)

2. Bermedia (Mediated) 3. Verbal (verbal)

- Lisan (oral) - Tulisan

4. Non verbal (Non- verbal) - Gerakan/isyarat badaniah (gestural) - Bergambar (Pictorial)

(Effendy, 2002 : 7)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman aagar adanya umpan balik (feedback) dari komunikan itu sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator juga menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan peaannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non vebal. Verbal di bagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gestural) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagianya, dan juga mengggunakan gambar untuk mengemukakan idea tau gagasannya.

2.1.3. Unsur-unsur Komunikasi

(32)

Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

2. Encoding

Encoding adalah penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

3. Message

Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

4. Media

Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

5. Decoding

Decoding adalah pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan pada komunikator kepadanya.

6. Receiver

Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator. 7. Response

Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterima pesan.

8. Feedback

(33)

9. Noise

Noise adalah gangguan tak terencana yang terjadi pada proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan komunikator kepadanya.

2.1.4. Tujuan komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku “llmu Komunikasi Teori dan

Praktek” mengatakan ada beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu:

1. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak

2. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan menginginkan arah ke barat tapi kita member jalur ke timur.

3. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

4. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti, “sebagai pejabat atau komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.”(Effendi, 2002 : 18)

(34)

Komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamtkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Rakhmat, 2003 : 188)

Bagi Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan istilah sejumlah populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari berbagai lapisan masyarakat. Artinya pesan tidak hanya ditujukan untuk sekelompok orang tertentu, melainkan untuk semua orang. Hal ini sesungguhnya sama dengan istilah terbuka dari Meletzke. Freidson dapat menunjukkan cirri komunikasi massa yang lain yaitu adanya unsur keserempakan penerimaan pesan oleh komunikan, pesan dapat mencapai pada saat yang sama kepada semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat.

Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan para ahlli komunikasi, tampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa. Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya.

2.1.5.1. Karateristik komunikasi massa

(35)

dianggap saling melengkapi. Melalui definisi itu pula kita dapat mengetahui karateristik komunikasi massa. Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antarpesona dan komunikasi kelompok. Perbedaannya terdapat dalam komponen-komponen yang terlibat didalamnya dan proses berlangsungnya komunikasi tersebut. Karateristik komunikasi massa adalah sebagai berikut :

1. Komunikator terlembagakan 2. Pesan berifat umum

3. Komunikannya anonym dan heterogen 4. Media massa menimbulkan keserempakan

5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan 6. Komunikasi massa bersifat satu arah

7. Stimulasi alat indra terbatas

8. Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect)

2.1.5.2. Fungsi komunikasi massa

Sementara itu, Effendy (2002) mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum adalah :

1. Fungsi informasi

(36)

2. Fungsi pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku pada pemirsa atau pembaca.

3. Fungsi mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar.

Media massa (Mass Media) singkatan dari Media Komunikasi massa merupakan channel of mass yaitu saluran, alat/sarana yang dipergunakan dalam komunikasi massa.

2.1.5.3. Karakteristik Media Massa itu meliputi :

1. Publisitas, disebarluaskan kepada khalayak . 2. Universalitas, kesannya bersifat umum. 3. Perioditas, tetap/berkala

4. Kontinuitas, berkesinambungan 5. Aktualitas, berisi hal-hal baru (Romly, 2002:5)

(37)

legislatif, dan yudikatif. Bahkan karena idealisme dengan fungsi sosial kontrolnya media massa disebut-sebut “musuh alami” penguasa. (Romly,2002:5)

Media yang termasuk kedalam media massa adalah surat kabar, majalah, radio, tv, dan film. Kelima media tersebut dinamakan “the big five of mass media” (Lima besar

media massa) media massa sendiri terbagi-bagi, media massa cetak (printed media) dan media massa elektronik (electronic media). Yang termasuk media massa cetak adalah Koran, tabloid, majalah, buku, newsletter, dan buletin. Sedangkan media massa elektronik adalah radio, tv, film, termasuk CD. (Romly, 2002:5)

Media massa merupakan institusi sosial baru, yang berkaitan dengan produksi dan distribusi pengetahuan dalam pengertian luas. Media massa mempunyai sejumlah cirri-ciri yang menonjol, diantaranya adalah penggunaan tekhnologi yang relatif maju untuk produksi (massal) dan penyebarluasan pesan; mempunyai organisasi sistematis dan aturan-aturan social untuk pekerjaan ini;dan pesan mengarah pada audiens (yang tidak dikenal pengirim pesan) dalam jumlah besar dan audiens itu sendiri bebas untuk menerima atau menolak pesan itu. Institusi media massa pada dasarnya terbuka, beroperasi dalam dimensi publik untuk memberikan salurankomunikasi regular bsgi berbagai pesan yang dimungkinkan secara cultural dan tekhnis, mendapat persetujuan dan dikendaki oleh banyak individu. (Kuper, 2000: 625)

2.2 Tinjauan tentang Surat kabar

(38)

penekanan isinya. Secara fungsional Jurnalistik memang tidak dapat dipisahkan dengan surat kabar atau pers, sehingga Jurnalistik adalah bentuk komunikasinya sedangkan pers adalah dimana Jurnalistik itu disalurkan.

Selama tahun 1970-1985 diketahui ternyata lebih banyak surat kabar dan majalah gulung tikar karena tidak mendapatkan iklan, sekalipun di Indonesia budaya membaca belum terlalu memasyarakat. Surat kabar merupakan media utama yang banyak digunakan dalam periklanan di Indonesia, hal ini disebabkan oleh beberapa factor seperti :

1. Jangkauan distribusi surat kabar tidak dibatasi 2. Jangkauan media lainnya, radio dan televise dibatasi 3. Harga satuan surat kabar murah dan dapat dibeli eceran

2.2.1. Pengertian surat kabar

Pada awalnya surat kabar sering diidentifikasi dengan pers namun karena pengertian pers sudah semakin luas, dimana televise dan radio sekarang ini sudah dikategorikan sebagai pers juga, maka muncul pengertian pers dalam arti luas dan sempit. Dalam pengertian pers luas, pers meliputi seluruh media massa, baik cetak maupun elektronik. Sedangkan dalam arti sempit, pers hanya meliputi media massa cetak saja, salah satunya adalah surat kabar.

(39)

Definis surat kabar menurut Goerge Fox Mott yaitu:

1. Suatu lembaga masyarakat yang punya fasilitas dan target masing-masing

2. Suatu pelayanan masyarakat atau melayani masyarakat untuk kepentingan-kepentingan informasi

3. Pemimpin yang bertujuan untuk memimpin masyarakat yang menyangkut nilai-nilai moral, etika dan lain-lain

4. Penghubung antara masyarakat dalam menyampaikan informasi-informasi

5. Penjual pengetahuan menyerap berbagai informasi dan pengetahuan lalu menyebarkannya kepada masyarakat.

(Junaidi, 1991 : 105)

Berdasarkan batasan di atas, surat kabar selain tercetak juga memerlukan syarat-syarat khusus. Syarat-syarat tersebut merupakan hal yang mutlak yang harus dipenuhi oleh surat kabar, tanpa terpenuhinya syarat itu suatu surat kabar tidak layak untuk disebut surat kabar.

2.2.2. Fungsi dan peranan surat kabar

Pada jaman modern sekarang ini, surat kabar tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsi surat kabat sekarang meliputi berbagai aspek, yaitu :

a. Menyiarkan informasi

Adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran oran lain, apa yang dikatakan orang lain dan lain sebagainya.

(40)

Sebagai sarana pendidikan massa (Mass education), surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implicit dalam bentuk berita, bisa juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan.

c. Menghibur

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk menimbangi berita-berita berat (Hard News) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur, tisak jarang juga berita mengandung minat insani (Human interest) dan kadang-kadang tajuk rencana.

d. Mempengaruhi

Mempengaruhi adalah fungsinya yang ke empat yakni fungsi mempengaruhi akan menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar secara implicit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Fungsi mempengaruhi khusus untuk bidang peniagaan pada iklan-iklan yang dipesan oleh perusahaan-perusahaan. (Effendy, 1986 : 122-123)

(41)

kursi, pers menjadi sarana hidup sebab untuk hidup orang perlu mengetahui lingkungannya dan berkomunikasi dengan lingkungannya, untuk masyarakat semakin luas, kompak serta pesatnya perkembangan pers menjadi sarana disamping berbagai media massa lainnya. (Yakob, 1986 : 47)

Arti pentingnya surat kabar terletak pada fungsi utamanya dalam melengkapi berita bagi pembacanya, sebagai agen perubahan sosial. Menurut Schramm surat kabar atau pers dapat melakukan peran-peran sebagai berikut :

a. Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui surat kabar orang dapat mengetahui kejadian-kejadian yang di alami di Negara-negara lain.

b. Pers dapat memusatkan perhatian khlayalak dengan pesan-pesan yang ditulisnya. Dalam masyarakat modern gambaran kita tentang lingkungan yang diperoleh dari pers dan media massa lainnya, masyarakat menggantungkan pengetahuan pers dan media massa.

c. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan media, suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru apa yang disampaikan oleh media tersebut.

(42)

Dengan demikian surat kabar telah membawa banyak perubahan pada kehidupan individu dan masyarakat lewat berita-berita dan artikel yang disajikan, serta iklan-iklan yang ditawarkan dengan berbagai bentuk dan tulisan yang menarik, cakrawala pandangan seseorang menjadi bertambah, sehingga dapat tercipta aspirasi untuk membenahi diri dan lingkungannya.

2.2.3. Ciri dan sifat surat kabar

Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai surat kabar sebagai salah satu jenis media cetak, maka kita pun harus mengetahui cirri-ciri dari surat kabar itu sendiri, yaitu :

 Publisitas

Publisitas adalah penyebaran kepada publik atau khalayak, karena diperuntukkan khalayak, maka sifat surat kabar adalah umum.

 Perioditas (kontinuitas)

Adalah keteraturan tertibnya surat kabar, bisa satu kali sehari, bisa pula satu kali atau dua kali seminggu

 Universalitas

Universalitas adalah kesemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh dunia.

 Aktualitas

Aktualitas adalah kecepatan laporan tanpa mengesampingkan kebenaran berita (Effendy, 1986 : 120)

(43)

2.2.4. Karateristik surat kabar

Karateristik surat kabar dapat ditelusuri dari karateristik pers, karena surat kabar merupakan bagian dari pers. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak.

2.3 Pengertian foto jurnalistik

Foto adalah gambar yang diambil melalui kamera untuk mengabadiakan suatu peristiwa atau kejadian. Foto jurnalistik harus bisa menceritakan kejadian sehingga tidak banyak komentar pun orang sudah tahu cerita foto tersebut (Hendro Subroto, wartawan perang senior). Foto Jurnalistik adalah bagian dari foto dokumentasi. Perbedaannya terletak pada pilihan, membuat foto jurnalistik (Kartono Ryadi, Editor HU Kompas).

Fotografi secara ringkas sering didefinisikan sebagai ilmu melukis dengan menggunakan cahaya. Fotografi sebagai sarana untuk mencatat berita. Dengan teknik dalam bidang kimia dan teknologinya fotografi, pembuatan gambar dapat dipersingkat sampai pecahan satu detik, hingga hal ini menguntungkan sekali sebagai perekaman berita yang cepat.

(44)

mengatakan bahwa unit dasar dari foto jurnalistik adalah tunggal dengan teks yang menyertainya disebut single picture. Foto tunggal bisa berdiri sendiri, bisa pula menyertai suatu berita atau features.

Hermanus Prihatna (editor Foto KB Antara) menyebutkan perbedaan antara foto jurnalistik dengan foto dokumentasi terletak pada peristiwa yang diabadikan secepat-cepatnya disampaikan kepada khalayak melalui media massa, sedangkan foto dokumentasi lebih kepada pengabdian peristiwa hanya unutk kepentingan pribadi. Tetapi foto dokumentasi bisa menjadi foto jurnalistik. Esensi dari Foto Jurnalistik adalah adanya cerita untuk diinformasikan yang berdasarkan fakta, disajikan secara visual dan menimbulkan kesan mendalam.

2.3.1. Ciri-ciri Foto Jurnalistik

Seperti yang ditulis oleh Sukatendel dalam Pratikto mengatakan definisi fotografi yang disampaikan dapat disimpulkan pada cirri-ciri yang melekat dalam hasil karya fotografi :

1. Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri 2. Melengkapi suatu berita atau artikel

3. Dimuat dalam suatu berita

2.3.2. Karateristik foto jurnalistik

(45)

1. Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto. Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.

2. Medium fotojurnalistik adalah media cetak koran atau majalah, media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita (write service).

3. Kegiatan fotojurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita. 4. Foto jurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto

5. Fotojurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek, sekaligus pembaca fotojurnalistik.

6. Fotojurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audience). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.

7. Fotojurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.

8. Tujuan fotojurnalistik adalah memnuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press)

(Foto Jurnalistik, Alwi Mirza, 2004 : 4)

2.3.3. Fungsi Foto Jurnalistik

(46)

Mengkomunikasikan berita karena foto sering sekali memiliki arti penting dalam penyampaian berita

b) To generate interest

Untuk menimbulkan minat, begitu melihat foto, pembaca ingin membaca berita c) To gave another dimension to a news worthy figure

Untuk menonjolkan dimensi yang lain dari orang yang diberitakan d) To make a brief but important announcement

Untuk meningkatkan berita tanpa mengurangi arti dari berita tersebut e) To make the page attractive

Sebagai penghias halaman surat kabar

2.3.4. Jenis-jenis Foto Jurnalistik

1. Foto berita

Adalah foto yang lebih menonjolkan berita, terdiri dari :

a. Spot News : foto-foto incidental atau perencanaan (berencana, kerusuhan, dan lain-lain) b. General News : foto-foto terencana (siding, olahraga, dan lain-lain)

2. Foto Feature

Sebuah foto yang lebih menitikberatkan pada daya tarik bagi pembaca. Ciri-cirinya :

a. Dalam pesan yang ditampilkan melalui gambar foto ada kesa suatu kepentingan.

b. Pesan yang ditampilkan melalui gambar foto dengan si pembaca terjadi dialog, ada sesuatu yang dijelaskan.

(47)

Foto ilustrasi dimuat untuk menghias halaman dan untuk memperjelas uraian tertentu. 3. Foto Esai

Kumpulan beberapa foto yang dapat bercerita.

2.4. Tinjauan tentang foto berita

Foto berita adalah foto yang mengandung nilai berita atau nilai jurnalistik dari suatu peristiwa. Tema foto berita umumnya adalah politik, olahraga, dan ekonomi, yang selalalu ingin diketahui perkembangannya. Berita adalah sesuatu yang sanggup menarik perhatian orang banyak. Untuk dapat menarik perhatian orang banyak, maka suatu kejadian harus memiliki sifat yang lain dari pada kejadian sehari-hari, yang baru, yang belum pernah terjadi akan tetapi dengan kondisi yang baru. Adapun enam syarat foto berita menurut Prof. Bernd. Heydemann, anggota Persatuan Jerman untuk Fotografi (Deutsche Gesellschaft fur Photogrphie) yaitu :

1. Foto berita harus mampu menonjolkan diri, melawan membanjirnya informasi berita (prinsip pesaingan). Tidak dikatakan dengan cara bagaimana, apakah mencari yang sensasional, yang mneyentuh hati manusia dengan cara penyajian yang tidak konvensionil.

2. Foto berita harus disusun sedemikian rupa, hingga dia mudah diterima oleh pengamat, tanpa kesukaran mengenalnya. Prinsip berkesan pada indera pengamat. 3. Foto berita harus mampu menyajikan beritanya dengan kekayaan detail gambar,

yang dapat dikenal sebagai penyajian modern. (prinsip originalitas).

(48)

5. Foto berita harus mampu merangsang daerah-daerah sensitive dari proses penyampaian informasi dalam masyarakat. Proses relasi terhadap sensitivitas pengamat.

6. Foto berita harus benar-benar terjadi karena bila terjadi pemalsuan atau penipuan, dalam jangka panjang akan terjadi penolakan atas dasar pengalaman yang negatif.

2.4.1. Syarat Foto Berita

a. Secara visual, langsung dimengerti pembaca b. Memenuhi syarat suatu berita

c. Nilai suatu foto ditentukan oleh aktualitasnya d. Proximity

e. Prominence (rasa agung)

f. Aspek keterlibatan pembaca, masalah yang ditampilkan dalam foto yang lebih menarik adalah yang melibatkan pembaca.

g. Aspek manusiawi

2.4.2. Subjek Foto Berita

a. Tokoh

Bukan hanya seorang dengan status social melainkan dengan pengertian sosok manusia pada umunya yang kita jadikan subjek penulisan

b. Tempat

(49)

c. Peristiwa

Aneka ragam kejadian yang sesungguhnya, tidak akan ada duanya, tidak akan terjadi dalam bentuk serupa

d. Tokoh di suatu tempat pada suatu peristiwa

Gabungan dari ketiga jenis subjek, baik tokohnya yang termasyur, tempat yang terkenal, peristiwa ada duanya.

2.4.3. Cara Menilai Suatu Berita

a. Isi

Kebenarannya,apakah foto tersebut benar mencerminkan kenyataan atau benar-benar terjadi. Ketidakbenar-benaran foto banyak terjadi antara lain, yaitu :

1. Dilakukan trick ataupun manipulasi 2. Salah caption

3. Penafsiran

b. Nilai beritanya dapat dilihat dari objek, momentum dan aktualitas c. Cara pengutaran berdasarkan bahasa fotografi

d. Teknik pemotretan, pencuvian, percetakan, presentasi dalam surat kabar/majalah.

(50)

Bahasa memiliki cakupan yang luas, bukan hanya bahasa yang kita gunakan sehari-hari tapi ada pula bahasa yang digunakan dalam fotografi. Sama halnya percakapan, bahasa fotografi digunakan untuk menyampaikan pesan tertentu. Sebagaimana kita menggunakan tata bahasa dalam berbicara dan menulis, demikian juga menyampaikannya melalui foto, contohnya saja untuk menyampaikan perasaan tertentu (sedih, bersemangat, dan sukacita) kita dapat melakukannya dengan warna.

Bahasa fotografi menurut Sukatendel dalam buku Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi menyebutkan enam faktor bahasa fotografi :

1. Bahasa penampilan

Menampilkan perasaan atau situasi yang terdapat dalam diri objek. 2. Bahasa komposisi

Peletakkan unsur-unsur komposisi yang tepat, sehingga menimbulkan makna tertentu. Bahasa tata letak memvariasikan obyek supaya tidak monoton.

3. Bahasa gerak

Foto atau gambar yang menunjukan bermacam-macam gerak. Yaitu dengan meggunakan tenik memotret atau fotografi.

4. Bahasa objek

Foto yang memperlihatkan suasana khas dari suatu keadaan, situasi atau tempat tertentu, sehingga dengan melihat foto tersebut kita dapat mengetahui/menangkap pesan yang dimaksud.

(51)

Sebuah foto harus berdasarkan aturan dasar yanga ada, agar tujuan yang dimkasud tersampaikan.

6. Sebuah foto harus berdasarkan aturan atau dasar yang ada, agar tujuan yang dimaksud tersampaikan

7. Bahasa tanda

(52)

1 BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1. Sejarah Harian Umum Galamedia

PT. Galamedia Bandung Perkasa (Grup Pikiran Rakyat) didirikan pada tahun 1968 di kota Bandung. Perusahaan ini bergerak di bidang penerbitan surat kabar. Surat kabar yang diterbitkan PT. Galamedia Bandung Perkasa bernama Gala. Surat kabar Gala semula muncul dari izin terbit majalah Sunda Tjampaka yang diterbitkan oleh CV Tjempaka. Sekitar bulan Agustus 1968, majalah Sunda Tjampaka diubah menjadi surat kabat dengan nama surat kabar mingguan Gala. Berdasarkan SIT No. 0128/SK Direktur BP/SK tanggal 16 Oktober1968 yang dikeluarkan Direktur Pembinaan Pers Departemen Penerangan, Anwar Luthan (alm.), dengan persetujuan Menteri Penerangan II, Boediharjo, surat mingguan Gala diterbitkan dan diedarkan pertama kali pada hari Jumat, 20 Oktober 1968 dan secara resmi terbit pada hari Minggu, 22 Oktober 1968.

Surat kabar Mingguan Gala pertama kali dicetak di percetakan Jakarta Pers, jalan Gunung Sahari Ancol, Jakarta. Percetakan ini dikelola oleh lima orang, tiga orang direksinya masing-masing di tempatkan di Bandung, termasuk Pemimpin Umum atau Pemimpin Redaksi. Sedangkan di Jakarta, Sofyan Lubis memegang jabatan sebagai Redaktur Pelaksana dan Chaeruddin sebagai kolektor. Selama surat kabar mingguan Gala di cetak di Jakarta , peredaranya melebihi 50% dari jumlah oplah cetak, yakni 20.000 eksemplar setiap terbit.

(53)

2

Setelah enam bulan surat kabar mingguan Gala berpindah cetak di Bandung, terjadi peningkatan oplah Gala hingga mendekati oplah tertinggi pada saat menerbitkan Gala di Jakarta. Perkembangan ini mendorong pengelola Gala untuk meningkatkan periode penerbitan surat kabar mingguan Gala menjadi dua kali dalam satu minggu. Namun, akhirnya, pada tanggal 27 Desenber 1971, surat kabar mingguan Gala beralih dari surat kabar mingguan menjadi surat kabar harian. Hal ini didasarkan pada SIT No. 0113/Per-3/SK/Dirjen PG/71, tanggal 28 Desember 1971. Namun demikian, edisi pertama terbit pada tanggal 21 Desember 1971, sebagai nomor perkenalan.

Pada tanggal 31 Desember 1971, CV Tjampaka yang menerbitkan surat kabar mingguan Gala sejak pertama kali, menghentikan kegiatan produksinya. Seiring dengan penghentian kegiatan produksi CV Tjampaka, PT. Galamedia mengajukan permohonan perolehan SIT penerbitan Gala beserta akta penghentian kegiatan CV Tjampaka, dan pengambilan SIT atas nama SIT CV tersebut kepada menteri penerangan.

Pada tanggal 26 Agustus 1975, setelah empat tahun surat kabar Gala terbit sebagai surat kabar harian, Dirjen PPG/Deppen mengeluarkan ijin untuk menambah jumlah halaman yang semula hanya terdiri dari empat halaman, menjadi delapan halaman.

(54)

3

surat kabar harian Gala dibenahi secara total. Karena pembenahan tersebut, surat kabar ini seakan menemukan jati dirinya yang khas.

Setelah tiga belas tahun Gala terbit sebagai surat kabar harian. Itu terjadi karena oplah Gala meningkat hingga mencapai 118.500 eksemplar yang saat itu terjadi musim pembunuhan misterius sekitar tahun 1982 sampai tahun 1983. oplah surat kabar harian yang berada diatas 100.000 eksemplar yang pada saat itu merupakan oplah terbesar penerbitan surat kabar harian daerah se-Indonesia.

Pada tahun 1985, diberlakukan peraturan Menteri Penerangan Republik Indonesia No. 61/1984 mengenai perubahan undang-undang pokok pers No. 21/1982. SIUP dengan No. 009/SK/Menpen/SIUPPA-7/85 tanggal 8 November 1985 yang berisi tentang ijin penambahan jumlah halaman surat kabar harian Gala menjadi dua belas halaman, dan terbit di Jawa Barat. Pada tanggal 10 November 1989. surat kabar harian Gala terbit dengan wajah baru, terdiri dari dua belas halaman dan diterbitkan tujuh kali seminggu. Pada tanggal 4 Oktober 1999, surat kabar harian Gala beralih manajemen menjadi harian umum Galamedia, yang berada di bawah naungan Grup Pikiran Rakyat Bandung. Setelah beralih menjadi harian umum Galamedia, oplah yang dihasilkan adalah 26.000 eksemplar. Sedangkan saat masih bernama harian Gala, oplah yang dihasilkan hanya 3.000 eksemplar.

(55)

4

harian umum Galamedia adalah berita kriminalitas dan berita kasus. Tampilan beritanya disajikan secara etis, tajam dan akurat.

3.2 Sejarah Bagian Redaksi harian Umum galamedia

Bagian redaksi dalam sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan surat kabar atau yang berkaitan dengan kegiatan jurnalistik, dapat diibaratkan sebagai organ tubuh manusia yang paling vital yaitu jantung. Perusahaan penerbitan surat kabar tidak akan pernah bisa menjalankan kegiatannya tanpa adanya bagian redaksi. Bagian menjadi bagian yang menentukan kelangsungan hidup sebuah perusahaan penerbitan surat kabar. Di bagian ini pula semua kegiatan penting berjalan.

Demikian juga dengan bagian redaksi Harian Umum Galamedia pada PT. Galamedia Bandung Perkasa. Sejarah berdirinya Bagian Redaksi Harian Umum Galamedia tak terlepas dari pertama kali berdirinya perusahaan penerbitan surat kabar ini pada tahun 1968.

(56)

5

Walau demikian perusahaan ini tidak melepaskan kegiatan jurnalistiknya, bahkan di bawah manajemen yang baru ini Harian Umum Galamedia, lebih bisa menempatkan diri di hati para pembaca khususnya di hati pembaca dari kalangan masyarakat menegah ke bawah.

Harian Umum Galamedia merupakan surat kabar yang terbit setiap hari. Lebih mengkhususkan diri pada pemberitaan lokal yaitu kejadian atau peristiwa yang terjadi di sekitar Bandung Raya. Sedangkan berita-berita yang sifatnya nasional lebih bersifat untuk melengkapi.

Sedangkan sasaran pembacanya ditujukan untuk semua lapisan masyarakat, dengan lebih menekankan pada konsumen lapisan menengah ke bawah. Penekanan jenis beritanya yaitu Berita Hukum dan Kriminalitas atau berita yang bersifat suatu kasus. Semua berita yang disajikan pada Harian Umum Galamedia disajikan secara Etis, Tajam dan Akurat seperti halnya motto dari Harian Umum Galamedia.

3.3 Profil Perusahaan

Nama Surat Kabar : Harian Umum Galamedia Badan Hukum : Perseroan Terbatas Motto : Tajam, Etis dan Akurat

Alamat Redaksi : Jalan Belakang Factory No. 2B Bandung 40111. Telp (022) 4210063/4205347

(57)

6

Percetakan : PT. Granesia (Grup Pikiran Rakyat) Jalan Soekarno-Hatta No.147, Bandung.

3.3.1 Keterangan Teknis

Jenis Surat Kabar : Harian Umum (Terbit Setiap Hari) Waktu Terbit : Pagi Hari

Bahasa : Indonesia dan Daerah

Halaman : 20 Halaman

Jumlah Kolom : 8 KolomUkuran : a. Halaman Kertas 42 X 58 cm

b. Lebar Halaman Tercetak 40,5 cm c. Tinggi Halaman Tercetak 55 cm d. Lebar Kolom Per-Halaman 9 X 4.2 cm e. Lebar Kolom Iklan 4.2 cm

3.3.2. Visi dan Misi HU Galamedia

A. Visi HU Galamedia

(58)

7

B. Misi HU Galamedia

1. Memberikan Informasi seakurat mungkin kepada pembaca

2. Menciptakan sarana komunikasi dan informasi bagi masyarakat umum

3. Mencari keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya demi kesejahteraan para karyawan atau karyawati

4. Menyediakan berita yang melaporkan tentang peristiwa atau kejadian yang ada relevansinya dengan kehidupan sehari-hari 5. Meningkatkan kinerja supaya masyarakat gemar membaca untuk

menambah pengetahuan bagi mereka tentang sesuatu hal atau masalah yang sedang terjadi pada keadaan yang sebenarnya

6. Mengurangi pengangguran.

3.3.3. Motto HU Galamedia

Bagi setiap perusahaan, keberadaan motto merupakan bentuk keseriusan dalam dunia bisnis. Karena dengan adanya motto, dapat menggambarkan identitas perusahaan secara singkat. Demikian halnya dengan HU.Galamedia yang memiliki motto sebagai berikut:

“EKSPRESI GREATER BANDUNG”

(59)

8

1.3.4. Logo HU Galamedia

Setiap perusahaan memiliki logo sebagai simbol dari identitas diri perusahaan agar dapat dikenal oleh masyarakat. Demikian pula dengan PT. Galamedia Bandung Perkasa (Harian Umum Galamedia) memiliki logo dengan ciri khas tertentu. Ciri khas Harian Umum Galamedia adalah huruf G, A ,L, A, M, E, D, I, A berwarna hitam yang ditambah banner berwarna merah yang bertuliskan Koran Urang Bandung diatasnya seperti tampak dalam gambar 3.1.

Berikut ini adalah gambar logo PT. Galamedia Bandung Perkasa (Harian Umum Galamedia) :

Gambar 3.1

Logo HU.Galamedia

(Sumber : www.klik-galamedia.com a. Arti Logo

(60)

9

b. Huruf “GALAMEDIA”

Huruf GALAMEDIA dengan tipografi karakter tebal namun dalam bentuk sederhana, lugas tanpa ornamen berwarna hitam. Di bawah huruf terdapat tulisan Koran Urang Bandung dengan latar belakang berwarna merah menandakan bahwa Galamedia siap setiap saat dan berani dalam menyampaikan informasi, mengupas setiap realita yang terjadi tanpa pandang bulu bagi warga Bandung dan menunjukkan eksistensinya sebagai koran se-Bandung Raya. Tipografi ini menyiratkan kedinamisan langkah yang tidak dibatasi oleh rumit dan ketatnya aturan formal.

3.5. Struktur Organisasi Harian Umum Galamedia

Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi. Dimana struktur organisasi ini menyusun dan menjelaskan peranan atau tugas dan wewenang dari berbagai bagian atau divisi, dan juga bagaimana setiap bagian tersebut berhubungan dan bertanggung jawab atas hasil kerjanya. Demikian pula struktur organisasi PT. Galamedia Bandung Perkasa yang memiliki berbagai bagian atau divisi dan peranan masing-masing.

(61)

10

( Sumber : Dokumentasi HU Galamedia )

Struktur Organisasi

Gambar

Table 1.1 Konstruksi Kategori
Table 1.2
Table 1.3
Tabel 1.5 Waktu dan Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan penelitian ini ada dua: 1) Penggunaan konfiks ke-an pada artikel olahraga dalam Harian Solopos. 2)

Rubrik Foto Pekan Ini di Harian Umum Pikiran Rakyat di tinjau dari nilai menarik, yang terbit pada edisi tanggal 6 Maret sampai 17 April 2011 menujukan unsur layak

Penelitian ini mencakup dua tujuan, yaitu mendeskripsikan penggunaan konfiks per-an dalam berita opini harian Kompas dan mengidentifikasi fungsi konfiks per-an

Mendeskripsikan fungsi penggunaan reduplikasi dalam wacana berita olahraga pada harian koran Kompas sebagai materi pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas XI

Bab ini peneliti memaparkan mengenai Analisis Isi Berita Rubrik Maung Bandung Di Harian Umum Bandung Ekspres Ditinjau berdasarkan kualitas berita, dimana hasil analisis berasal

Penelitian ini menunjukan bahwa bentuk sapaan yang ditemukan dalam wacana berita olahraga di surat kabar Solopos berjumlah 50 data, yang terdiri dari referensial warna

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak foto berita yang melanggar Kode Etik Jurnalistik, khususnya Pasal 4 dan 5, dalam koran Harian

ABSTRAK Skripsi ini berjudul Analisis Penggunaan Bahasa Jurnalistik pada Berita Kriminal Rubrik Hukrim Di Harian Umum BeritaPagi Palembang.. Tujuan dari penelitian ini untuk