SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapat Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik
Disusun Oleh:
MOCH SOLEHUDIN 41807162
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iv
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Foto berita spot news yang ada di Harian Seputar Indonesia. Untuk menjawab tujuan tersebut ditanyakan bagaimana makna denotatif yang terkandung dalam foto berita spot news Persib di Harian Seputar Indonesia edisi Jawa Barat, bagaimana makna konotatif yang terkandung dalam foto berita spot news Persib di Harian Seputar Indonesia edisi Jawa Barat, bagaimana mitos yang terkandung dalam foto berita spot news Persib di Harian Seputar Indonesia edisi Jawa Barat.
Penelitian ini, menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan yang dipakai sebagai acuan dalm penelitian ini adalah pendekatan analisis semiotika dari Roland Barthes. Dan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data dari Roland Barthes. Yaitu Efek tiruan, Sikap (pose), Objek, Fotogenia, Estetisme, Sintaksis.
Hasil penelitian Dari klasifikasi tanda, denotasi dan konotasi. Makna dalam foto menandakan bahwa tanda, dan objek dalam foto Persib tersebut sangat berhubungan erat yang menimbulkan tanda dari foto tersebut ”Anak yang sedang termenung ” maka penanda dan petanda adalah sedang terjadinya suatu permasalah yang sedang menghinggapi anak tersebut. Sementara pada foto yang kedua “foto yang menggambarkan dua orang yang sedang berebut bola” maka penanda dan petandanya adalah adanya sebuah pertandingan yang sedang berlangsung.
Kesimpulan yang di dapat bahwa dalam setiap foto yang ditampilkan sudah terlihat makna denotatif, sedangkan pada makna konotatif dapat terlihat dari proses pengambilan sebuah foto, mulai dari teknik fotografi sampai pada teknik fotografi yang dapat menimbukan makna tertentu pada setiap foto yang ada. Mitos dapat terlihat setelah makna dari konotasi di temukan.
vi
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
kegiatan penelitian ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita
Rassululah, Nabi Muhamad SAW serta para sahabat dan seluruh pengikutnya semoga
rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan padanya.
Dalam melaksanakan penelitian serta penulisan skripsi ini tidak sedikit
penulis menghadapai kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis.
Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan
serta dukungan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari
berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan pihak keluarga, untuk itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada Mamah tercinta yang telah memeliharaku
dengan penuh kasih dan sayang dari kecil sampai sekarang, Ayah, serta semua
kakaku yang telah memberikan dukungan moril, materi serta kasih sayangnya.
Tak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tak
terhingga kepada:
1. Yang Terhormat Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,MA. selaku
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Unikom, yang telah
vii
2. Yang Terhormat Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua Program
Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations sekaligus Dosen Wali yang telah
banyak membantu baik saat penulis melakukan aktivitas perkuliahan maupun
saat mengurus berbagai perijinan yang cukup membantu kelancaran penulis
dalam pengembangan pada skripsi untuk dapat disidangkan, serta banyak
memberikan bimbingan,arahan dan masukan ketika beliau mengajar.
3. Yang Terhormat Ibu Melly Maulin S.Sos, M.Si., selaku Sekertaris Program
Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations yang telah banyak memberi ilmu
selama peneliti melakukan perkuliahan
4. Yang Terhormat Ibu Desayu Eka Surya S. Sos., M,Si., selaku Dosen
Kemahasiswaan yang telah banyak memberikan, berbagi ilmu serta wawasan
selama penulis melakukan perkuliahan.
5. Yang Terhormat Ibu Rismawaty, S.Sos, M.Si., selaku Dosen yang telah
banyak memberikan masukan dan bimbingan, berbagi ilmu serta wawasan
selama penulis melakukan perkuliahan.
6. Yang terhormat Bapak Arie Prasetyo, S.Sos., M.Si selaku staf Dosen Program
Studi Ilmu Komunikasi dan sekaligus pebimbing di dalam penyusunan skripsi
viii
7. Yang terhormat Bapak Adiyana Selamet, S.IP, M.Si, Yadi supriadi S.Sos,
M.Phil selaku staf dosen yang juga telah banyak membantu peneliti di dalam
penyususnan skripsi ini. Saya selaku peneliti mengucapkan banyak sekali
terima kasih.
8. Seluruh staf dosen yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, peneliti
ucapkan banyak terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah di berikan. Semoga
ilmu yang diberikan dapat menjadi salah satu bekal bagi peneliti di kemudian
hari.
9. Mbak Astri Ikawati, Amd.Kom., Mbak Intan, S.Ikom., yang telah banyak
membantu dalam hal kesekretariatan dan informasi yang diberikan.
10.Terima kasi saya ucapkan kepada kedua orang tua, yang telah memberi
banyak bantuan, baik itu secara moril maupun materil. Berkat mereka berdua
peneliti masih bisa mendapat pendidikan yang layak samapai keperguruan
tinggi.
11.Terima kasih Untuk semua kakak-kakaku Ai jumanah, Imas maslilah, Ahmad
taufik hidayat dan semua saudara yang telah memberi dukungan untuk
ix
Ganteng, Jang Ucok, Jang Deear, Jang Plong, Jang Rio, Indah, Apez, Wewet,
Runtini ) Tomy, semuanya saya ucapkan banyak terima kasih atas segala
bantuannya.
13.Terima kasih untuk anak-anak Paspud, yang telah memberi dukungan saat
peneliti merasa tidak semangat dalam menyusun skripsi ini. Kepada Saryana,
terima kasih selalu mau mendengar keluhan yang peneliti rasakan. Buat Ina
terima kasih atas dukungan yang di berikan.
14.Untuk seluruh pihak yang telah memberikan bantuan serta saran-sarannya
kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
Serta saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah mendorong peneliti selama proses penelitian ini
berlangsung sampai tersusunnya tulisan ini. Penulis memohon maaf atas segala
kekurangan dan kesalahan yang telah diperbuat, baik yang disengaja maupun yang
x
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terimakasih
Bandung, Februari 2012
xi
1.2 Identifikasi Masalah ... 11
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 12
1.3.1 Maksud Penelitian ... 12
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 12
1.4. Kegunaan Penelitian ... 12
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 13
1.5. Kerangka Pemikiran ... 14
1.6. Subjek dan Objek penellitian ... 19
xii
2. Studi Pustaka ... 23
3. Internet Searching ... 23
1.9 Teknik Analisis Data ... 23
1.10 Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
1.10.1 Tempat Penelitian ... 25
1.10.2 Waktu Penelitian ... 26
1.11 Sistematika Penelitian ... 28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 30
2.1 Komunikasi ... 30
2.1.1 Pengertian Komunikasi ... 30
2.1.2 Sifat Komunikasi ... 32
2.1.3 Tujiuan Komunikasi ... 33
2.2 Komunikasi Massa ... 34
2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 34
2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa ... 36
2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa ... 37
2.2.4 Karakteristik Media Massa ... 38
2.2.5 Tentang Surat Kabar ... 39
2.2.6 Pengertian surat Kabar ... 39
2.2.7 Fungsi dan Peranan surat Kabar ... 40
2.3 Foto Jurnalistik ... 42
2.3.1 Pengertian fofo Jurnalistik ... 42
2.3.2 Ciri-ciri Foto Jurnalsitik ... 45
2.3.3 fungsi foto jurnalistik ... 45
2.4 Foto berita ... 46
2.4.1 Sifat-sifat Fot Berita ... 47
xiii
2.5.2 Semiotika Roland Barthes ... 52
BAB III OBJEK PENELITIAN ... 58
3.1 Sejarah Perusahaan ... 58
3.1.1 HarianSeputar Indonesia Nasional ... 58
3.1.2 Harian Seputar Indonesia edisi Jawa Barat ... 60
3.1.3 Sejarah Divisi Redaksi ... 61
3.2 Logo Harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat ... 63
3.3 Produk Harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat ... 63
3.4 Struktur Perusahaan Harian Seputar Indonesia Jawa Barat ... 64
3.5 Job Description Harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat ... 70
3.6 Sarana dan Prasarana ... 74
3.6.1 Sarana ... 74
3.6.2 Prasarana ... 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77
4.1 Deskriptif Hasil Penelitian ... 77
4.2 Hasil Penelitian ... 78
4.2.1 Makna Denotatif Foto Berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat ... 78
4.2.2 Makna Konotatif Foto Berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat ... 81
4.2.3 Mitos yang terkandung pada Foto beriita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat ... 90
4.3 Hasil Pembahasan ...101
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...106
5.1 Simpulan ...106
5.2 Saran-saran ...108
xv
Table 3.3 Job Description ... 71 Tabel 3.4 Sarana Redaksi Harian Sindo Jabar ... 74
xvi
Gambar 1.4 Signifikasi Dua Tahap Barthes ... 18
Gambar 1.5 Foto Berita 1 ... 20
Gambar 1.6 Foto Berita 2 ... 20
Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes ... 53
Gambar 2.2 Signifikasi Dua Tahap Barthes ... 56
Gambar 3.1 Logo Harian Sindo Jawa Barat... 63
Gambar 3.2 Halaman Muka Sindo Jabar ... 64
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Sindo Jabar ... 65
Gambar 4.1 Foto Berita 1 ... 78
Gambar 4.2 Foto Berita 2 ... 79
Gambar 4.3 Foto Berita 1 ... 81
Gambar 4.4 Foto Berita 2 ... 87
Gambar 4.5 Foto Berita 1 ... 91
xvii
Lampiran 4 Surat pengantar penelitian ...116
Lampiran 5 Halaman Blog Tentang Foto Dalam Media Cetak ...117
Lampiran 6 Halaman Blog Tentang foto Jurnalistik ...118
Lampiran 7 Halaman Blog Tentang Viking ...119
1 1.1. Latar Belakang Masalah
Secara sederhana, pengertian foto jurnalsitik adalah berita yang
disajikan dalam bentuk foto atau foto yang mempunyai sebuah nilai berita.
Seperti halnya sebuah berita, foto jurnalistik pun harus memiliki nilai berita,
mempunyai 5W (What,who, where, when, why) dan 1H (How) dan bersifat faktual serta di muat dalam media1.
Ada beberapa jenis foto jurnalistik dalam media massa khususnya
surat kabar. Ada yang dikenal dengan nama spot news, yaitu sebuah foto tunggal yang menyajikan sebuah peristiwa yang berdiri sendiri. Kemudian
foto human interest yaitu foto yang menyajikan kejadian sehari-hari yang tidak selalu menampilkan mutu berita yang hangat atau aktual, tetapi
merupakan lukisan masyarakat. Jenis yang lain dalam foto jurnalistik foto,
ada yang disebut foto essay, foto sequence, dan foto story. Ketiganya merupakan rangkaian foto yang bercerita. (Darmawan, 2009:166-168)
Foto jurnalistik merupakan salah satu produk jurnalistik yang
dihasilkan oleh wartawan selain tulisan yang berbau berita (straight news/ hard news, berita bertafsir, berita berkedalaman / deep reports) maupun non berita (artikel, feature, tajuk rencana, pojok, karikatur dan surat pembaca).
1
Dan sebagai produk dalam pemberitaan, tentunya Foto jurnalistik memiliki
peran penting dalam media cetak maupun cyber media (internet). Jadi karya foto jurnalistik sudah mendapat pengakuan sebagai karya jurnalistik dalam
bentuk visual untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Fungsi foto dalam media cetak bisa dipergunakan sebagai ilustrasi
sebuah berita. Penyajian foto dalam surat kabar telah membuat pemberitaan
menjadi lebih lengkap, akurat dan juga menarik. Karena foto dapat
digunakan untuk menyalurkan ide, berkomunikasi dengan masyarakat,
mempengaruhi orang lain, hingga menghadirkan kenangan lama.
Foto dalam media massadapat juga berfungsi sebagai pelengkap.
Selain itu, foto jurnalistik juga berfungsi sebagai penghias atau
memperindah surat kabar. Foto juga dapat digunakan sebagai pemisah
antara dua berita terhangat yang ditempatkan di halaman muka surat kabar.
(Darmawan, 2009:1680)
Sejak fotografi ditemukan tahun 1839, dalam perkembangannya kini,
telah jauh meninggalkan generasi awalnya. Teknologi digital yang saat ini
sudah mulai masuk pada berbagai sendi-sendi kehidupan manusia, turut
membawa fotografi ke era digitalisasi.
Kehadiran piranti teknologi fotografi berteknologi tinggi tentunya
berpengaruh pada output-nya. Karya foto yang dihasilkan dapat dibuat atau dirubah sedemikian rupa sesuai kehendak sang fotografer. Dengan kekuatan
visualisasi yang otentik, sebuah foto akan sangat representatif dipakai
Foto jurnalistik adalah foto yang mengandung nilai berita yang
bersifat faktual dalam suatu peristiwa atau kejadian.Faktual intinya sesuatu
yang berdasarkan fakta.
Foto jurnalistik memiliki lima fungsi seperti yang dinyatakan oleh
penulis Journalism in America, an introduction to the new media, Thomas Elliot Berry (dalam Cahyadi, 2002). Pertama, untuk mengkomunikasikan berita (to communicate the news), Foto sering memiliki arti yang sangat penting dalam penyampaian berita.Ia terkadang menyempurnakan suatu
berita, dimana tanpa kehadiran foto, berita tersebut akan terasa hambar.
Kedua, fungsi foto jurnalistik adalah menimbulkan minat (to generate interest).Ketiga, foto jurnalistik berfungsi untuk menonjolkan dimensi lain dari sebuah objek pemotretan yang dipublikasikan (to give another dimension to a newsworthy figure). Keempat, foto jurnalistik berfungsi untuk meningkatkan berita (sisi kualitas pemberitaan) tanpa mengurangi arti
berita, dan terakhir, foto jurnalistik dimanfaatkan untuk keperluan tata
rias/perwajahan surat kabar dan majalah secar garis besar.2
Jurnalistik identik dengan pers atau bidang kewartawanan, yaitu
kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita
melalui media massa
Jurnalistik foto merupakan sebagian dari ilmu jurnalistik
(komunikasi).Jurnalistik foto adalah ilmunya, sedangkan foto jurnalistik
adalah hasilnya. Foto jurnalistik adalah karya foto biasa tetapi memilki nilai
2
berita atau pesan yang layak untuk diketahui orang banyak dan
disebarluaskan lewat media massa.
Beradasarkan pengertiannya media massa adalah sebuah tempat
dimuat atau disiarkannya hasil kerja wartawan. Dan media massa memiliki
empat fungsi utama yaitu : menyiarkan informasi (to inform), mendidik (to educate), untuk menghibur (to entertain), dan juga mempengaruhi (to influence). Keempat fungsi tersebut menjadi pilar utama unutk lahirnya sebuah media massa. Namun dalam konteks di Indonesia, media massa
tidak hanya memiliki empat fungsi. Sesuai dengn isi amanah
undang-undang No. 40 tahun 1999 tentang pers, media massa yang dianalogikan
sebagai pers (wahana komunikasi massa) memiliki fungsi tambahan yaitu
sebagai lembaga ekonomi (Hikmat 2011:46).
Media massa ini dapat di bagi kedalam dua kategori, yakni media
massa cetak seperti surat kabar, dan majalah juga media massa elektronik
seperti radio, televise, dan internet (Hikmat 2011:74).
Pada penelitian ini peneliti lebih menitik beratkan pada media massa
cetak terutama surat kabar atau sering kita kenal dengan Koran. Koran
berasal dari bahasa Belanda :krant, dari bahsa Perancis courant adalah suatu penerbitan yang ringan dan juga mudah di buang. Biasanya di cetak pada
kertas yang biayanya rendah yang di sebut dengan kertas koran, yang berisi
Topik-topik yang di sajikan di dalam surat kabar atau koran biasanya
berupa evenpolitik, kriminalitas, olah raga, tajuk rencana, cuaca dan lain-lain.
Surat kabar atau koran yang biasa kita baca saat ini memiliki sejarah
yang sangat panjang. Sejarah perkembangan pers di dunia, khususnya di
eropa memang tidak dapat melepaskan diri dari sejarah perkembangan pers
di romawi.Hal itu di tandai dengan lahirnya wartawan-wartawan
pertama.Mereka adalah budak-budak belian yang oleh pemiliknya diberi
tugas untuk mengumpulkan informasi, berita-berita, bahkan juga
menghadiri sidang-sidang senat dan melaporkan semua hasilnya baik secara
lisan maupun tulisan (Hikmat, 2011:28).
Di Indonesia pun pers terutama surat kabar memilki perjalanan yang
sangat panjangMahi M. Hikamat dalam bukunya etika dan hukum pers
menuliskan perjalanan pers di Indonesia kedalam enam era (zaman). Yang
pertama era penjajahan, era kemerdekaan dan orde lama, era orde baru, era
reformasi, era pemilu langsung, dan era pers dan bencana (Hikmat,
201:31-46).
Namun awal kebangkitan pers di Indonesia adalah pada era reformasi.
Karena pada era eformasi ini, media massa seakan mendapat sebuah
kemerdekaan dari belenggu pemerintahan orde baru. Sehingga bermunculan
Pada masa sekaramg ini, media massa dapat menjadi sebuah lahan
bisnis yang sangat menjajinkan. Banyak sekali koran-koran yang saat ini
berhasil bahkan cakupan pemberitaannya nasional.Contohnya saja
KOMPAS, TEMPO, Media Indonesia, Jawa Pos, dan juga Harian Seputar
Indonesia yang baru enam tahun menggeluti dunia pers namun dipercaya
mampu menyajikan berita-berita yang berkualitas.
Harian Sindo yang terbit perdana, pada 30 Juni 2005. Dilahirkan oleh
PT Media Nusantara Informasi (MNI), sub-sidiary dari PT. Media Nusantara Citra (MNC) yang menaungi RCTI, TPI, Global TV dan Trijaya
Network. PT. MNC sudah sangat berpengalaman dalam mengelola media
serta terbilang mapan dan berpengaruh, baik di kalangan masyarakat
maupun pengambil keputusan.
Harian Sindo juga hadir di Jawa Barat.Di tengah persaingan yang
sangat ketat antara media-media lain yang ada di Jawa Barat khususnya
koran seperti Pikiran Rakyat, Galamedia, Tribun Jabar, Bandung Exspres,
Harian Seputar Indonesia Edisi Jawa Barat (Sindo Jabar) diluncurkan
pertama kali pada 1 September 2005 atau dua bulan setelah SindoEdisi
Nasional terbit pada 30 Juni 2005. Sindo Jabar terbit perdana dengan konten
lokal Bandung Raya.
Sebagai media baru di Jabar, Sindo Jabar langsung mendapat
transparansi, visi pemberantasan korupsi, dan proses penganggaran, olah
raga serta aspek-aspek lain yang langsung berdampak pada publik.
Target pembaca adalah masyarakat kelas menengah ke atas,
pendidikan Sarjana, segmentasi usia 18 tahun ke atas. Dengan diferensiasi
pembaca laki-laki sebanyak 52% dan pembaca wanita sebanyak 48%.Target
distribusi Harian Seputar Indonesia adalah kota-kota besar di seluruh
Indonesia dengan jumlah pembaca sebesar 1 juta orang. (Sumber : Redaksi Harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat 2011)
Dilihat dari target pasar kebanyakan adalah laki-laki, tentunya harian
Seputar Indonesia akan berusaha memberikan berita atau informasi yang di
sukai oleh kaum pria yang salah satunya adalah berita olah raga terutama
mengenai sepak bola.
Di Indonesia sepak bola merupak salah satu olah raga yang sangat di
gemari.Kita lihat saja dua ajang berbeda Piala AFF dan Sea Games stadion
utama Gelora Bung Karno (GBK) selalu dipadati oleh para suporter ketika
timnas Indonesia bermain.Sehingga membuat GBK terlihat merah.
Di jawa barat pun sepak bola menjadi olah raga yang sangat di
sukai.Apa lagi jawa barat meiliki tim sebesar Persib yang memilki sejarah
yang sangat panjang.
Jika melihat perjalanan Persib Bandung selama mengikuti Kompetisi
boleh jadi Liga Indonesia I yang digelar tahun 1994-1995, merupakan tahun
prestasi bagi Persib.
PERSIB meiliki supporter yang begitu fanatik, mereka sering di juluki
sabagai Bobotoh.Bobotoh memang sudah sangat terkenal di Indonesia
khususnya di Jawa Barat.Kecintaan bobotoh terhadap Persib Bandung
memang selalu ditunjukan dengan selalu hadir di Stadion saat Persib
Bandung bertanding kandang maupun tandang.
Melihat Begitu fanatiknya warga Jawa Barat terhadap PERSIB,
Harian Sindo Jabar selau berusaha memberikan informasi yang dapat
memuaskan para pecinta sepak bola terutama para Bobotoh yang selalu
hadir dan mendukung tim kebanggaan PERSIB Bandung.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai foto berita
spot news Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat terutama pada edisi 16 oktober 2011 dengan menggunakan analisis semiotika dari Roland
Barthes. Di edisi 16 Oktober 2011, Harian Sindo menyajikan sebuah foto
berita yang menunjukan kesedihan seorang anak yang melihat tim
kebanggannya harus berbagi angka dengan lawannya. Seperti terlihat pada
Gambar 1.1 Foto Berita 1
Judul Berita Masih Belum Maksimal
Sumber : Peneliti, yang di ambil dari Harian Sindo Jabar, tanggal 16 Oktober 2011
Selain itu, terdapat juga foto yang menggambarkan kedua pemain dari
masing-masing keebelasan saling berebut bola
Gambar 1.2 Foto Berita 2
Judul Berita Persib Cari Aman
Peneliti melihat kedua foto diatas, memilki nilai penting pada
pemberitaan terutama berita mengenai Persib.Jika kita lihat sebelum di
gulirkannya laga perdana antara Persib dan Semen Padang, terjadi banyak
sekali konflik di antara pengurus PSSI.
Bahkan di banyak media massa mengatakan bahwa laga pembuka
bergulirnya Liga Indonesia musim ini antara Persib dan Semen Padang
merupakan akal-akalan dari pengurus PSSI yang baru agar PSSI tidak
dikenai sanksi oleh FIFA. Karena jika pada tanggal 15 Oktober 2011 tidak
ada pertandingan maka PSSI diancam terkena sangsi.
Karena selama ini foto merupakan gambar nyata dari kehidupan,
dalam hal foto jurnalistik tentunya tidak ada setting atau rekayasa terhadap
objek agar peristiwa yang terjadi sesuai dengan keinginan sang fotografer,
semuanya terjadi secara alami. Jadi, dengan foto jurnalistik yang bersifat
spontan, mengandung makna tanda yang tersembunyi dibaliknya.Selain itu,
yang menjadi ketertarikan peneliti untuk meneliti mengenai foto berita
Persib adalah dari Persibnya itu sendiri. Team Persib memiliki cerita sejarah
yang begitu panjang bahkan Persib menjadi salah satu ikon Kota Kembang
(Bandung).
Pendekatan yang dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini adalah
pendekatan analisis semiotika dari Roland Barthes. Barthes berpendapat,
bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari
masyarakat tertentu, dalam waktu tertentu (Sobur, 2003:63). Semiotika atau
bagaimana kemanusiaan (Humanity)memaknai hal-hal (Things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek-objek-objek itu
hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari
tanda (Barthes, 1988:179;Kurniawan, 2001:53 dalam Sobur, 2003:15).
Dalam konsep Barthes, tanda Konotatif tidak sekadar memilki makna
tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang
melandasi keberadaannya (Sobur, 2003:69).
Dari uraian-uraian diatas, yang telah dikemukakan dalam latar
belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut : “ BAGAIMANA ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BERITA SPOT
NEWS PERSIB DI HARIAN SEPUTAR INDONESIA EDISI JAWA
BARAT?
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka identifikasi maslah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
4.Bagaimana analisis Semiotika yang terkandung dalam foto berita persib di Harian Seputar Indonesia Jawa barat?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Makna Denotatif, Makna Konotatif dan Mitos yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui makana Denotif yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui makna Konotatif yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat.
3. Untuk mengetahui Mitos yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat.
4. Untuk mengetahui Analisis Semiotika yang terkandung dalam foto berita persib di Harian Seputar Indonesia Jawa barat?
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoritis
Kegunaan teoritis ini kita bisa mengungkap makna dan mengetahui
Diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca, tentang ilmu semiotika
dan mampu memperkaya penelitian-penelitian dibidang semiotika yang
sudah ada sebelumnya. Serta memberikan sumbangsih kepada ilmu
komunikasi khususnya jurnalistik.
1.4.2. Kegunaan Praktis a. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dijadikan
literatur dalam mendukung materi-materi perkuliahan bagi Universitas,
Program Studi, dan mahasiswa-mahasiswi Ilmu Komunikasi, khususnya
bidang fotografi kajian Ilmu Jurnalistik untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
b. Bagi Peneliti
Dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu
serta pengetahuan baik dari segi teoritis ataupun praktisnya bagi peneliti,
untuk mengetahui lebih jauh mengenai materi dari penelitian itu sendiri
serta hal-hal yang berkaitan dengan kajian ilmu yang sesuai dengan bidang
ilmu yang peneliti dapatkan selama perkuliahan. Dengan penelitian ini
juga memberikan wawasan kepada peneliti, bahwa dalam kehidupan ini
dipenuhi oleh tanda-yang tidak hanya cukup melihat maknanya dari apa
yang terlihat, namun perlu diperhatikan pula makna lain yang terkandung
1.5. Kerangka Pemikiran
Semiotika adalah suatu metode analisis untuk mengkaji tentang tanda.
Tanda-tanda adalah adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya
berusahamencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan
bersama-sama manusia. (Sobur, 2003:15)
Dalam semiotika secara historis, di bangun antara dua kubu semiotika,
yaitu semiotika kontinental Ferdinand de Saussure dan Semiotika Amerika
Charles Sander Peirce.
Semiotika, menurut Ferdinand de Saussure, adalah ilmu yang
mengkaji tentang peran tanda sebagai dari kehidupan sosial.Ia mempelajari
sistem-sistem, aturan, konvensi, yang memungkinkan tanda-tanda tersebut
mempunyai arti. Menurut Barthes dalam gambar atau foto, konotasi dapat
dibedakan dari denotasi. Denotasi adalah apa yang terdapat di foto, konotasi
adalah bagaimana foto itu diambil.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan didunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.Semiotika atau dalam istilah Barthes adalah semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things), Memakai (to signify) dalam hal ini
tidak dapat dicampur adukan dengan mengkomunikasikan (to
communicate).Memaknai berarti memakai objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek mendadak berkomunikasi, tapi juga menkonstitusi system terstruktur dari tanda.(Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53).
Roland Barthes merupakan seorang pemikir strukturalis yang
mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean.Barthes juga
eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra (Sobur,
2003:63).
Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader).Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem makna tataran pertama. Melanjutkan studi Hjelmselv, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja (Colbey & Jansz, 1999 dalam Sobur, 2003:68-69).
Gambar 1.3
Peta tanda Roland Barthes
Sumber.Paul Cobley & litza jansz. 1999. Dalam Sobur, 2003:69 Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
penanda (1) dan petanda (2).Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut
merupakan unsur material: hanya jika Anda mengenal tanda ”singa”,
barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi
mungkin (Colbey dan Janzs, 1999 dalam Sobur 2003:69).
Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki
makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif
yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes
sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada
penandaan dalam tataran denotatif (Sobur, 2003:69).
Denotasi yang dikemukaan Barthes memiliki arti yang berbeda
dengan arti yang umum. Jika dalam arti umum denotasi adalah makna yang
sesungguhnya, malah dipakai sebagai referensi dan mengacu pada
penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang diucapkan.
Namun, pengertian denotasi, menurut Roland Barthes, ialah sistem
signifikasi tingkat pertama, dan konotasi pada tingkat kedua.Dalam hal ini
denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan dengan
demikian sensor atau represi politis.Sebagai reaksi yang paling ekstrem
melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opersif (Budiman, dalam Sobur,
2003:70-71).
Pemetaan perlu dilakukan pada tahap – tahap konotasi. Tahapan
konotasi pun dibagi menjadi 2. Tahap pertama memiliki 3 bagian, yaitu :
Efek tiruan, sikap (pose), dan objek. Sedangkan 3 tahap terakhir adalah :Fotogenia, estetisme, dan sintaksis.
Barthes tidak sebatas itu memahami proses penandaan, tetapi dia juga
melihat aspek lain dari penandaan, yaitu mitos (myth) yang menandai suatu masyarakat. Mitos (atau mitologi) sebenarnya merupakan istilah lain yang
tertinggi dalam penelitian sebuah teks, dan merupakan rangkaian mitos yang
hidup dalam sebuah kebudayaan. Mitos merupakan hal yang penting karena
tidak hanya berfungsi sebagai pernyataan (charter) bagi kelompok yang menyatakan, tetapi merupakan kunci pembuka bagaimana pikiran manusia
dalam sebuah kebudayaan bekerja (Berger, 1982:32 dalam Basarah, 2006:
36).
Mitos ini tidak dipahami sebagaimana pengertian klasiknya, tetapi
lebih diletakkan pada proses penandaan ini sendiri, artinya, mitos berada
dalam diskursus semiologinya tersebut. Menurut Barthes mitos berada pada
tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk system
tanda-penanda-petanda, maka tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian
memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Konstruksi penandaan
pertama adalah bahasa, sedang konstruksi penandaan kedua merupakan
mitos, dan konstruksi penandaan tingkat kedua ini dipahami oleh Barthes
sebagai metabahasa (metalanguage).Perspektif Barthes tentang mitos ini menjadi salah satu ciri khas semiologinya yang membuka ranah baru
semiologi, yakni penggalian lebih jauh penandaan untuk mencapai mitos
yang bekerja dalam realitas keseharian masyarakat (Kurniawan,
2001:22-23).
Dalam peta tanda Barthes mitos sebagai unsure yang terdapat dalam
sebuah semiotik tidak Nampak, namun hal ini baru terlihat pada signifikasi
Gambar 1.4
Signifikasi Dua Tahap Barthes
Sumber: John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hlm.88.dalam (Sobur, 2001:12)
Konotasi dalam kerangka Barthes identik dengan operasi ideologi,
yang disebutnya sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan
memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu
periode tertentu (Budiman, 1999:22 dalam Sobur, 2003:71).Di dalam mitos
juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai
suatu system yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai rantai pemaknaan
yang telah ada sebelumnya atau, dengan kata lain, mitos adalah juga suatu
system pemaknaan tataran kedua.Di dalam mitos pula sebuah petanda
memiliki beberapa penanda.Bendera Union Jeck misalnya yang
lengan-lengannya menyebar kedelapan penjuru, bahasa Inggris yang kini telah
menginternasional.Artinya dari segi jumlah, petanda lebih miskin jumlahnya
daripada penanda, sehingga dalam praktiknya terjadilah pemunculan sebuah
mempelajari bentuk-bentuk tersebut karena pengulangan konsep terjadi
dalam wujud berbagai bentuk tersebut (Sobur, 2003:71).
1.6. Subjek dan Objek Penelitian
1.6.1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga
(organisasi), yang sifat-keadaannya akan diteliti. Dalam penelitian ini yang
dijadikan subjek penelitian adalah foto berita Persib di Harian Seputar
Indonesia Jawa Barat edisi 16 oktober 2011.Karena pada edisi tersebut, di
Harian Seputar Indonesia Jawa Barat terdapat foto berita yang menampilkan
pertandingan sepak bola antara Persib dan Semen Padang sebagai laga
pembuka bergulirnya Liga Indonesia.
Yang di jadikan sebagai subjek dalam penelitian ini adalah foto berita
Persib terutama foto Spot news yang terdapat pada Harian Seputar
Indonesia pada edisi 16 Oktober 2011. Dari beberapa foto yang ada peneliti
Gambar 1.5 Foto Berita 1
Judul Berita Masih Belum Maksimal
Sumber : Peneliti, yang di ambil dari Harian Sindo Jabar, tanggal 16 Oktober 2011
Foto anak kecil terlihat menung melihat tim kebanggaannya harus
berbagi angka dengan Semen Padang.
Gambar 1.6 Foto Berita 2
Judul Berita Persib Cari Aman
1.6.2. Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Harian Seputar
Indonesia biro Jawa barat. Harian Seputar Indonesia Jawa barat merupakan
salah satu surat kabar yang berada di Jawa barat. Harian Seputar Indonesia
Jawa Barat diluncurkan pertama kali pada 1 September 2005. Dengan focus
penelitian mengenai foto berita spot news yang berada di Harian Seputar
Indonesia Jawa barat.
1.7. Metode Penelitian
Pendekatan yang dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika (semiotic analysis) Roland Barthes.Yang merupakan bagian dari salah satu kelompok metode analisis Foto.
”Pendekatan kualitatif dicirikan oleh tujuan peneliti yang berupaya
memahami gejala-gejala yang sedemikian ruapa yang tidak memrlukan kuantifikasi, atau karena gejala-gejala tersebut tidak dimungkinkan diukur
secara tepat.”(Garna, 1999:32)
Penelitian kualitatif dalam ilmu komunikasi adalah sebagai perspektif
subjektif. Asumsi-asumsi dan pendekatan serta teknik penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini sangat relevan dengan ciri-ciri dari
penelitian yang berperspektif subjektif seperti : (1) sifat realitas yang
bersifat ganda, rumit, semu, dinamis (mudah berubah-ubah),
dikonstruksikan, dan holistic : pembenaran realitas bersifat relative, (2)
actor (subyek) bersifat aktif, kreatif dan memiliki kemauan bebas, dimana
hubungan dalam dan mengenai realitas , (4) hubungan peneliti dengan
subjek penelitian juga bersifat strata, empati, akrab, interraktif, timbal balik,
saling mempengaruhi dan berjangka lama, (5) tujuan penelitian terkait
dengan hal-hal yeng bersifat khusus, (6) metode penelitian yang deskriptif,
(7) analisis bersifat induktif, (8) otentisitas adalah kriteria kualitas penelitian
subyektif, dan (9) nilai, etika, dan pilihan moral penelitian melekat dalam
proses penelitian (Mulyana, 2002:147-148).
Peneliti menggunakan analisis semiotika, karena analisis ini lebih
dapat memperdalam mengenai makna-makna yang terkandung dala sebuah
foto.Baik itu makna denotative, konotatif, dan juga mitos.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
tanda. Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani, semion yang berarti tanda (Sudjiman dan Van Zoest dalam sobur 2003:16) atau seme yang berarti
penafsir tanda (Cobley dan Janes dalam Sobur:16).
1.8. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, seperti :
1. Studi Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data-data dan fakta-fakta
yang termuat dalam dokumen. Bahan dokumen sering kali menerangkan
peristiwa yang sudah terjadi mencakup kapan, apa, dimana, dan mencakup
mengumpulkan data-data mengenai berita foto yang terdapat dalam surat
kabar Harian Seputar Indonesia biro Jawa Barat. 2. Studi Pustaka
Penulis mencari data penunjang yang berkaitan erat dengan penelitian
ini dari berbagai sumber informasi tertulis yang tentunya relevan dengan
masalah yang sedang diteliti.Sehingga didapatkan teori-teori yang dapat
mendukung analisis penelitian.
3. Internet Searching
Untuk menghasilkan data yang lebih maskimal, peneliti juga
memanfatkan dunia maya (internet) dalam mengumpulkan data-data yang
diperlukan untuk penelitian ini.
Metode penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan
lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi online yang berupa data maupun
informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bungin, 2007:125)
1.9. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, fase-fase penelitian tidak dapat ditentukan
secara pasti seperti halnya dalam penelitian kuantitatif. Tahap-tahap
penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang tegas, oleh sebab
emergent ” (Nasution, 1996:33). Pada penelitian kualitatif, analisis data dilakukan secara induktif, menghendaki arah bimbingan penyusunan teori
substansif yang berasal dari data, data bersifat deskriptif dalam bentuk kata,
gambar atau simbol, yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, serta
pengkajian dokumen, berkecenderungan lebih kearah proses dari pada hasil
(Hikmat, 2007:51).
Menurut Bogdan, analisis data adalah, “Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain” (Sugiyono, 2008:244)”.
Terdapat beberapa tahap dalam analisa data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu (Huberman dan Miles dalam Bungin, 2003:69)
1. Kategorisasi dan reduksi data, peneliti mengumpulkan informasi-informasi
yang penting yang terkait dengan masalah penelitian, dan selanjutnya
mengelompokan data tersebut sesuai dengan topik masalahnya.
2. Sajian data. Data yang telah terkumpul dan dikelompokan itu kemudian
disusun sistematis sehingga peneliti dapat melihat dan menelaah
komponen-komponen penting dari sajian data.
3. Penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data
sesuai dengan konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Dari
interpretasi yang dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam menjawab
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan analisis
semiotik dari Roland Barthes. Barthes mengungkapkan dalam bukunya
imaji music dan teks ada enam poin yang dapat di analisis yaitu:
1. Efek tiruan adalah mengintervenis denotasi tanpa tedeng aling-aling.
2. Sikap (pose) bangunan struktural yang pada awalnya ganda, yakni denotative konotatif, sampai ke penerima hanya dalam bentuk konotasi sederhana.
3. Objek pengaturan sikap atau posisi objek mesti sungguh-sungguh diperhatikan karena makna akan diserap dari objek-objek yang difoto (entah dengan cara merekayasa secara artificial sikap objek sebelum di foto atau ada staf yang bertugas khusus menkurasi foto objek-objek tertentu).
4. Fotogenia,aspek-aspek teknis dalam produksi foto, seperti pencahayaan, dan pencetakan hasil.
5. Estetisme, yang diperlihatkan foto merujuk (secara serampangan) padaa ide sesungguhnya.
6. Sintaksis, beberapa foto membentuk suatu rangkaian yang saling bersambung engan foto lain (seperti ilustrasi atau cerita-cerita bergambar pada tabloid (Barthes, 1990:7-11).
1.10. Waktu dan Lokasi Penelitian
1.10.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Harian Seputar Indonesia biro Jawa Barat,
yang berlokasi di Jalan Aceh No 62 Bandung.Telp (022) 4203371-
1.10.2. Waktu Penelitian
Penelitian yang akan penulis laksanakan di mulai pada bulan
September 2011 sebagai persiapan untuk melakukan penelitian dan
diperkirakan hingga bulan februari 2012. Dapat di lihat pada tabel di bawah
1.11. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab dan disusun dengan
sistematika, sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan Membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan teoritis,
kegunaan praktis), kerangka pemikiran, daftar pertanyaan, subjek penelitian
dan informan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, subjek
penelitian, teknik analisis data, lokasi dan waktu penelitian (meliputi: lokasi
penelitian, waktu penelitian), sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi, tinjauan mengenai
jurnalistik, tinjauan mengenai fotografi, tinjauan mengenai teknik fotografi,
jurnalistik foto dan foto berita pada surat kabar, tinjauan mengenai semiotik,
tinjauan mengenai semiotik Roland Barthes, tinjauan mengenai semiotik
foto.
BAB III Objek Penelitian
Mencakup tentang sejarah Harian Seputar Indonesia Jawa Barat, profil
perusahaan Harian Seputar Indonesia Jawa Barat, pembagian halaman
Harian Sindo Jabar, visi, misi dan motto redaksi Harian Sindo Jabar, logo
redaksi Harian Sindo Jabar, sarana dan prasarana bagian redaksi Harian
Sindo Jabar, foto berita Harian Sindo Jabar,kriteria dan syarat foto berita
Harian Sindo Jabar.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Uraian data penelitian, hasil penelitian berdasarkan data lapangan
yang terkumpul, mencakup tentang analisis makna Denotatif, Konotatif, dan
Mitos foto berita yang terdapat di Harian Seputar Indonesai Jawa Barat hasil
pembahasan.
BAB V Penutup
Mencakup tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang ada pada
identifikasi masalah, saran untuk instansi tempat dilakukannya penelitian,
dan saran bagi para penulis selanjutnya.
30 2.1. Komunikasi
2.1.1. Pengertian komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan. Komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna
mengenai apa yang dipercakapkan. Istilah komunikasi atau dalam bahasa
Inggris Communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama
makna.
Berbicara tentang definisi komunikasi, banyak para ahli memaparkan
pandangannya tentang pengertian komunikasi. Di antara para ahli sosiologi,
ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika Serikat, yang menaruh
minat perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovcland mengungkapkan
bahwa ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan
secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pebentukan pendapat dan
sikap (Effendy, 2003 :10).
Dari defines Hovland menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi
ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga
peranan yang amat penting. Bahkan Hovland mengatakan pengertian khusus
komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of the individuals). Jadi dalam berkomuniasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar
seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang
diiinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang dapat mengubah sikap
pendapat atau perilaku orang lain, hal itu bisa terjadi apabila komunikasi yang
disampaikannya bersifat komunikatif yaitu komunikator akan menyampaikan
pesan haru dipahami dan dimengerti oleh komunikan untuk mencapai tujuan
komunikasi yang komunikatif.
Menurut Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect. Paradigma Laswell di atas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yaitu :
Komunikator
Pesan
Message
Komunikan
Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampain pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.
2.1.2. Sifat komunikasi
Menurut onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi memiliki sifat-sifat,
adapun beberapa sifat komunikasi, yaitu :
1. Tatap muka (face to face) 2. Bermedia (Mediated)
3. Verbal (verbal)
- Lisan (oral)
- Tulisan
4. Non verbal (Non- verbal)
- Gerakan/isyarat badaniah (gestural)
- Bergambar (Pictorial)
(Effendy, 2003 : 7)
Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada
komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan
pengalaman aagar adanya umpan balik (feedback) dari komunikan itu sendiri,
lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut
sebagai alat bantu dalam menyampaikan peaannya.
Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non vebal.
Verbal di bagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan
(Written/printed).Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gestural) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan
sebagianya, dan juga mengggunakan gambar untuk mengemukakan idea tau
gagasannya.
2.1.3. Tujuan komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku “llmu Komunikasi Teori dan
Praktek” mengatakan ada beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu:
1. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan
yang persuasif bukan memaksakan kehendak
2. Memahami orang lain
3. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan
sesuatu itu bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang
dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun penting
harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.
4. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti, “sebagai pejabat atau
bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat
mengikuti apa yang kita maksudkan.”(Effendy, 2003 : 18).
2.2 Komunikasi massa
2.2.1 Pengertian komunikasimassa
Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya (Komunikasi
antarpesona, komunikasi kelompok atau komunikasi organisasi), memiliki
sedikitnya enam unsur, yakni komunikator, (penyampai pesan), pesan, media,
komunikan (penerima pesan), efek dan umpan balik.
Berdasarkan pengertiannya, komunikasi massa meurut Bittner adalah
adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar
orang (mass communication is massage communicated through a mass medium to a large number of people) (Rakmat, 2003: 188, dalam Ardianto, Komala,Karlinah 2007:3). Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa
komunikasi massa itu harus menggunakan media massa.
Definisi komunikasi massa yang lebih perinci dikemukaan oleh ahli
komunikasi Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “mass communication is the
technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of massages in industrial societies“. (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi
dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimilki orang
dalam masyarakat industry (Rakmat, 2003: 188, dalam Ardianto,
Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu
menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut
disebarkan, diditribusikan kepada khalayak secara luas.
Komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamtkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Rakhmat, 2003 : 188 dalam Ardianto, Komala,Karlinah 2007:4 ).
Bagi Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan
istilah sejumlah populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari
berbagai lapisan masyarakat. Artinya pesan tidak hanya ditujukan untuk
sekelompok orang tertentu, melainkan untuk semua orang. Hal ini
sesungguhnya sama dengan istilah terbuka dari Meletzke. Freidson dapat
menunjukkan cirri komunikasi massa yang lain yaitu adanya unsur
keserempakan penerimaan pesan oleh komunikan, pesan dapat mencapai pada
saat yang sama kepada semua orang yang mewakili berbagai lapisan
masyarakat.
Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan para
ahlli komunikasi, tampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip,
bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini
Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa yang
membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya.
2.2.1. Karateristik komunikasi massa
Definisi-definisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu
makna yang sama, bahkan antara satu definisi yang satu dengan yang lainnya
dapat dianggap saling melengkapi. Melalui definisi itu pula kita dapat
mengetahui karateristik komunikasi massa. Komunikasi massa berbeda dengan
komunikasi antarpesona dan komunikasi kelompok. Perbedaannya terdapat
dalam komponen-komponen yang terlibat didalamnya dan proses
berlangsungnya komunikasi tersebut. Karateristik komunikasi massa adalah
sebagai berikut :
1. Komunikator terlembagakan
2. Pesan berifat umum
3. Komunikannya anonym dan heterogen
4. Media massa menimbulkan keserempakan
5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan
6. Komunikasi massa bersifat satu arah
7. Stimulasi alat indra terbatas
2.2.3 Fungsi komunikasi massa
Sementara itu, Effendy 1993 mengemukakan fungsi komunikasi massa
secara umum adalah :
1. Fungsi informasi
Fungsi memberikan informasi itu diartikan bahwa media massa adalah
penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi
dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai
kepentingannya. Khlayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa akan haus
informasi yang terjadi.
2. Fungsi pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass
education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya
mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika,
serta aturan-aturan yang berlaku pada pemirsa atau pembaca.
3. Fungsi mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada
tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat
terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar.
Media massa (Mass Media) singkatan dari Media Komunikasi massa
2.2.4. Karakteristik Media Massa itu meliputi : 1. Publisitas, disebarluaskan kepada khalayak .
2. Universalitas, kesannya bersifat umum.
3. Perioditas, tetap/berkala
4. Kontinuitas, berkesinambungan
5. Aktualitas, berisi hal-hal baru (Romly, 2002:5)
Isi media massa secara garis besar terbagi atas tiga kategori: berita, opini,
feature, karena pengaruhnya terhadap media massa (dapat membentuk opini
publik), media massa disebut “kekuatan keempat” (the four estate) setelah lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Bahkan karena idealisme dengan
fungsi sosial kontrolnya media massa disebut-sebut “musuh alami” penguasa.
(Romly,2002:5)
Media yang termasuk kedalam media massa adalah surat kabar, majalah,
radio, tv, dan film. Kelima media tersebut dinamakan “the big five of mass
media” (Lima besar media massa) media massa sendiri terbagi-bagi, media massa cetak (printed media) dan media massa elektronik (electronic media). Yang termasuk media massa cetak adalah Koran, tabloid, majalah, buku,
newsletter, dan buletin. Sedangkan media massa elektronik adalah radio, tv,
film, termasuk CD. (Romly, 2002:5)
Media massa merupakan institusi sosial baru, yang berkaitan dengan
mempunyai sejumlah cirri-ciri yang menonjol, diantaranya adalah penggunaan
tekhnologi yang relatif maju untuk produksi (massal) dan penyebarluasan
pesan; mempunyai organisasi sistematis dan aturan-aturan social untuk
pekerjaan ini;dan pesan mengarah pada audiens (yang tidak dikenal pengirim
pesan) dalam jumlah besar dan audiens itu sendiri bebas untuk menerima atau
menolak pesan itu. Institusi media massa pada dasarnya terbuka, beroperasi
dalam dimensi publik untuk memberikan saluran komunikasi regular bagi
berbagai pesan yang dimungkinkan secara kultural dan teknis, mendapat
persetujuan dan dikendaki oleh banyak individu. (Kuper, 2000: 625)
2.2.5 Tentang Surat kabar
Surat kabar sebagai salah satu bentuk media massa, hadir dalam berbagai
bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi
pembaca, peredarannya serta penekanan isinya. Secara fungsional Jurnalistik
memang tidak dapat dipisahkan dengan surat kabar atau pers, sehingga
Jurnalistik adalah bentuk komunikasinya sedangkan pers adalah dimana
Jurnalistik itu disalurkan.
2.2.6. Pengertian surat kabar
Pada awalnya surat kabar sering diidentifikasi dengan pers namun karena
pengertian pers sudah semakin luas, dimana televisi dan radio sekarang ini
sudah dikategorikan sebagai pers juga, maka muncul pengertian pers dalam arti
massa, baik cetak maupun elektronik. Sedangkan dalam arti sempit, pers hanya
meliputi media massa cetak saja, salah satunya adalah surat kabar.
Menurut Kurniawan Junaidi yang dimkasud dengan surat kabar adalah “Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya pun harus actual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaannya harus bersangkut paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan”. (Junaidi,1991 : 105)
2.2.7. Fungsi dan peranan surat kabar
Pada jaman modern sekarang ini, surat kabar tidak hanya mengelola
berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsi surat
kabat sekarang meliputi berbagai aspek, yaitu :
a. Menyiarkan informasi
Adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama khalayak pembaca
berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai
peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran oran lain, apa yang dikatakan orang
lain dan lain sebagainya.
b. Mendidik
Sebagai sarana pendidikan massa (Mass education), surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca
bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implicit dalam
bentuk berita, bisa juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk
rencana.Kadang-kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga
c. Menghibur
Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk
menimbangi berita-berita berat (Hard News) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung,
cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur, tisak jarang juga berita
mengandung minat insani (Human interest) dan kadang-kadang tajuk rencana. d. Mempengaruhi
Mempengaruhi adalah fungsinya yang ke empat yakni fungsi
mempengaruhi akan menyebabkan surat kabar memegang peranan penting
dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar secara
implicit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana
dan artikel. Fungsi mempengaruhi khusus untuk bidang peniagaan pada
iklan-iklan yang dipesan oleh perusahaan-perusahaan. (Effendy, 1986 : 122-123)
Arti pentingnya surat kabar terletak pada fungsi utamanya dalam
melengkapi berita bagi pembacanya, sebagai agen perubahan sosial. Menurut
Schramm surat kabar atau pers dapat melakukan peran-peran sebagai berikut :
1. Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui surat kabar orang dapat mengetahui kejadian-kejadian yang di alami di Negara-negara lain.
3. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan media, suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru apa yang disampaikan oleh media tersebut.
4. Pers mampu menciptakan suasana membangun. “Melalui pers dan media massa dapat disebarluaskan informasi kepada masyarakat, ia dapat memperluas cakrawala, pemikiran serta membangun simpati, memusatkan
perhatian pada tujuan pembangunan sehingga tercipta suasana
pembangunan yang serasi dan efektif” (Rachmadi, 1990 : 17-18)
Dengan demikian surat kabar telah membawa banyak perubahan pada
kehidupan individu dan masyarakat lewat berita-berita dan artikel yang
disajikan, serta iklan-iklan yang ditawarkan dengan berbagai bentuk dan
tulisan yang menarik, cakrawala pandangan seseorang menjadi bertambah,
sehingga dapat tercipta aspirasi untuk membenahi diri dan lingkungannya.
2.3. Foto Jurnalistik
2.3.1 Pengertian foto jurnalistik
Jurnalistik foto adalah pengetahuan jurnalistik yang objeknya foto atau
kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan foto, yang
mengandung nilai berita dan disebar luaskan melalui media massa. Jurnalistik
foto merupakan sebagian dari ilmu jurnalistik (komunikasi).Jurnalistik foto
adalah “ilmunya”, sedangkan foto jurnalistik adalah “hasilnya”. Foto jurnalistik
adalah karya foto “biasa” tetapi memilki nilai berita atau pesan yang “layak”
untuk diketahui orang banyak dan disebarluaskan lewat media massa.
Jadi, selain fotonya, foto jurnalistik juga harus didukung dengan kata-kata
dengan tujuan untuk menjelaskan gambar dan mengungkapkan pesan atau
berita yang akan disampaikan ke publik. Jika tanpa teks foto maka sebuah foto
hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi
dibaliknya.
Foto dapat menggambarkan realitas secara objektif sehingga media massa
membuatnya mencolok untuk disajikan dalam bentuk gambar. Foto jurnalistik,
menurut Guru Besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom, adalah paduan kata
words dan pictures. Sementara meurut editor majalah LIFE, William Hicks adalah kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan
komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial
pembacanya.
Ada delapan karakter foto jurnalistik yang menurut Frank P. Hoy, dari
Sekolah Jurnalistik dan Telekomunikasi Walter Cronkite, Unversitas Arizona,
dalam bukunya yang berjudul Photo journalism The Visual Approach (Hoy, dalam Alwi, 2004: 4), adalah sebagai berikut :
1. Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (Comunication
Photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang
disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.
2. Medium foto jurnalistik adalah media cetak koran atau majalah, dan media
3. Kegiatan foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.
4. Foto jurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.
5. Foto jurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek, sekaligus
pembaca foto jurnalistik.
6. Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audience). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima
orang yang beraneka ragam.
7. Foto jurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.
8. Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak memenuhi
kebutuhan informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan
berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech dan freedom of press). Fotografi secara ringkas sering didefinisikan sebagai ilmu melukis dengan
menggunakan cahaya. Fotografi sebagai sarana untuk mencatat berita. Dengan
teknik dalam bidang kimia dan teknologinya fotografi, pembuatan gambar
dapat dipersingkat sampai pecahan satu detik, hingga hal ini menguntungkan
sekali sebagai perekaman berita yang cepat.
Foto jurnalistik menurut Guru Besar Universitas Missouri AS, Cliff Edom
adalah panduan kata words dan pictures. Sementara itu, menurut editor foto majalah Life dari 1937-1950, Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar
yang menghasilkan suatu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antar latar
dasar dari foto jurnalistik adalah tunggal dengan teks yang menyertainya
disebut single picture. Foto tunggal bisa berdiri sendiri, bisa pula menyertai suatu berita atau features.
2.3.1. Ciri-ciri Foto Jurnalistik
Seperti yang ditulis oleh Sukatendel dalam Pratikto mengatakan
definisi fotografi yang disampaikan dapat disimpulkan pada cirri-ciri yang
melekat dalam hasil karya fotografi :
1. Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri
2. Melengkapi suatu berita atau artikel
3. Dimuat dalam suatu berita
2.3.2. Fungsi Foto Jurnalistik 1. To communicate the news
Mengkomunikasikan berita karena foto sering sekali memiliki arti penting
dalam penyampaian berita
2. To generate interest
Untuk menimbulkan minat, begitu melihat foto, pembaca ingin membaca
berita
3. To gave another dimension to a news worthy figure
Untuk menonjolkan dimensi yang lain dari orang yang diberitakan
4. To make a brief but important announcement