• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Semiotika Foto Berita Spot News Persib Di Harian Seputar Indonesia Edisi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Semiotika Foto Berita Spot News Persib Di Harian Seputar Indonesia Edisi Jawa Barat"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapat Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Disusun Oleh:

MOCH SOLEHUDIN 41807162

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(3)
(4)

iv

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Foto berita spot news yang ada di Harian Seputar Indonesia. Untuk menjawab tujuan tersebut ditanyakan bagaimana makna denotatif yang terkandung dalam foto berita spot news Persib di Harian Seputar Indonesia edisi Jawa Barat, bagaimana makna konotatif yang terkandung dalam foto berita spot news Persib di Harian Seputar Indonesia edisi Jawa Barat, bagaimana mitos yang terkandung dalam foto berita spot news Persib di Harian Seputar Indonesia edisi Jawa Barat.

Penelitian ini, menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan yang dipakai sebagai acuan dalm penelitian ini adalah pendekatan analisis semiotika dari Roland Barthes. Dan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data dari Roland Barthes. Yaitu Efek tiruan, Sikap (pose), Objek, Fotogenia, Estetisme, Sintaksis.

Hasil penelitian Dari klasifikasi tanda, denotasi dan konotasi. Makna dalam foto menandakan bahwa tanda, dan objek dalam foto Persib tersebut sangat berhubungan erat yang menimbulkan tanda dari foto tersebut ”Anak yang sedang termenung ” maka penanda dan petanda adalah sedang terjadinya suatu permasalah yang sedang menghinggapi anak tersebut. Sementara pada foto yang kedua “foto yang menggambarkan dua orang yang sedang berebut bola” maka penanda dan petandanya adalah adanya sebuah pertandingan yang sedang berlangsung.

Kesimpulan yang di dapat bahwa dalam setiap foto yang ditampilkan sudah terlihat makna denotatif, sedangkan pada makna konotatif dapat terlihat dari proses pengambilan sebuah foto, mulai dari teknik fotografi sampai pada teknik fotografi yang dapat menimbukan makna tertentu pada setiap foto yang ada. Mitos dapat terlihat setelah makna dari konotasi di temukan.

(5)

vi

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

kegiatan penelitian ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita

Rassululah, Nabi Muhamad SAW serta para sahabat dan seluruh pengikutnya semoga

rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan padanya.

Dalam melaksanakan penelitian serta penulisan skripsi ini tidak sedikit

penulis menghadapai kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis.

Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan

serta dukungan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari

berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan pihak keluarga, untuk itu

penulis mengucapkan terimakasih kepada Mamah tercinta yang telah memeliharaku

dengan penuh kasih dan sayang dari kecil sampai sekarang, Ayah, serta semua

kakaku yang telah memberikan dukungan moril, materi serta kasih sayangnya.

Tak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tak

terhingga kepada:

1. Yang Terhormat Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,MA. selaku

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Unikom, yang telah

(6)

vii

2. Yang Terhormat Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua Program

Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations sekaligus Dosen Wali yang telah

banyak membantu baik saat penulis melakukan aktivitas perkuliahan maupun

saat mengurus berbagai perijinan yang cukup membantu kelancaran penulis

dalam pengembangan pada skripsi untuk dapat disidangkan, serta banyak

memberikan bimbingan,arahan dan masukan ketika beliau mengajar.

3. Yang Terhormat Ibu Melly Maulin S.Sos, M.Si., selaku Sekertaris Program

Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations yang telah banyak memberi ilmu

selama peneliti melakukan perkuliahan

4. Yang Terhormat Ibu Desayu Eka Surya S. Sos., M,Si., selaku Dosen

Kemahasiswaan yang telah banyak memberikan, berbagi ilmu serta wawasan

selama penulis melakukan perkuliahan.

5. Yang Terhormat Ibu Rismawaty, S.Sos, M.Si., selaku Dosen yang telah

banyak memberikan masukan dan bimbingan, berbagi ilmu serta wawasan

selama penulis melakukan perkuliahan.

6. Yang terhormat Bapak Arie Prasetyo, S.Sos., M.Si selaku staf Dosen Program

Studi Ilmu Komunikasi dan sekaligus pebimbing di dalam penyusunan skripsi

(7)

viii

7. Yang terhormat Bapak Adiyana Selamet, S.IP, M.Si, Yadi supriadi S.Sos,

M.Phil selaku staf dosen yang juga telah banyak membantu peneliti di dalam

penyususnan skripsi ini. Saya selaku peneliti mengucapkan banyak sekali

terima kasih.

8. Seluruh staf dosen yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, peneliti

ucapkan banyak terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah di berikan. Semoga

ilmu yang diberikan dapat menjadi salah satu bekal bagi peneliti di kemudian

hari.

9. Mbak Astri Ikawati, Amd.Kom., Mbak Intan, S.Ikom., yang telah banyak

membantu dalam hal kesekretariatan dan informasi yang diberikan.

10.Terima kasi saya ucapkan kepada kedua orang tua, yang telah memberi

banyak bantuan, baik itu secara moril maupun materil. Berkat mereka berdua

peneliti masih bisa mendapat pendidikan yang layak samapai keperguruan

tinggi.

11.Terima kasih Untuk semua kakak-kakaku Ai jumanah, Imas maslilah, Ahmad

taufik hidayat dan semua saudara yang telah memberi dukungan untuk

(8)

ix

Ganteng, Jang Ucok, Jang Deear, Jang Plong, Jang Rio, Indah, Apez, Wewet,

Runtini ) Tomy, semuanya saya ucapkan banyak terima kasih atas segala

bantuannya.

13.Terima kasih untuk anak-anak Paspud, yang telah memberi dukungan saat

peneliti merasa tidak semangat dalam menyusun skripsi ini. Kepada Saryana,

terima kasih selalu mau mendengar keluhan yang peneliti rasakan. Buat Ina

terima kasih atas dukungan yang di berikan.

14.Untuk seluruh pihak yang telah memberikan bantuan serta saran-sarannya

kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

Serta saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah mendorong peneliti selama proses penelitian ini

berlangsung sampai tersusunnya tulisan ini. Penulis memohon maaf atas segala

kekurangan dan kesalahan yang telah diperbuat, baik yang disengaja maupun yang

(9)

x

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terimakasih

Bandung, Februari 2012

(10)

xi

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 12

1.3.1 Maksud Penelitian ... 12

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 12

1.4. Kegunaan Penelitian ... 12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 13

1.5. Kerangka Pemikiran ... 14

1.6. Subjek dan Objek penellitian ... 19

(11)

xii

2. Studi Pustaka ... 23

3. Internet Searching ... 23

1.9 Teknik Analisis Data ... 23

1.10 Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

1.10.1 Tempat Penelitian ... 25

1.10.2 Waktu Penelitian ... 26

1.11 Sistematika Penelitian ... 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 30

2.1 Komunikasi ... 30

2.1.1 Pengertian Komunikasi ... 30

2.1.2 Sifat Komunikasi ... 32

2.1.3 Tujiuan Komunikasi ... 33

2.2 Komunikasi Massa ... 34

2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 34

2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa ... 36

2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa ... 37

2.2.4 Karakteristik Media Massa ... 38

2.2.5 Tentang Surat Kabar ... 39

2.2.6 Pengertian surat Kabar ... 39

2.2.7 Fungsi dan Peranan surat Kabar ... 40

2.3 Foto Jurnalistik ... 42

2.3.1 Pengertian fofo Jurnalistik ... 42

2.3.2 Ciri-ciri Foto Jurnalsitik ... 45

2.3.3 fungsi foto jurnalistik ... 45

2.4 Foto berita ... 46

2.4.1 Sifat-sifat Fot Berita ... 47

(12)

xiii

2.5.2 Semiotika Roland Barthes ... 52

BAB III OBJEK PENELITIAN ... 58

3.1 Sejarah Perusahaan ... 58

3.1.1 HarianSeputar Indonesia Nasional ... 58

3.1.2 Harian Seputar Indonesia edisi Jawa Barat ... 60

3.1.3 Sejarah Divisi Redaksi ... 61

3.2 Logo Harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat ... 63

3.3 Produk Harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat ... 63

3.4 Struktur Perusahaan Harian Seputar Indonesia Jawa Barat ... 64

3.5 Job Description Harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat ... 70

3.6 Sarana dan Prasarana ... 74

3.6.1 Sarana ... 74

3.6.2 Prasarana ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77

4.1 Deskriptif Hasil Penelitian ... 77

4.2 Hasil Penelitian ... 78

4.2.1 Makna Denotatif Foto Berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat ... 78

4.2.2 Makna Konotatif Foto Berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat ... 81

4.2.3 Mitos yang terkandung pada Foto beriita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat ... 90

4.3 Hasil Pembahasan ...101

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...106

5.1 Simpulan ...106

5.2 Saran-saran ...108

(13)
(14)

xv

Table 3.3 Job Description ... 71 Tabel 3.4 Sarana Redaksi Harian Sindo Jabar ... 74

(15)

xvi

Gambar 1.4 Signifikasi Dua Tahap Barthes ... 18

Gambar 1.5 Foto Berita 1 ... 20

Gambar 1.6 Foto Berita 2 ... 20

Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes ... 53

Gambar 2.2 Signifikasi Dua Tahap Barthes ... 56

Gambar 3.1 Logo Harian Sindo Jawa Barat... 63

Gambar 3.2 Halaman Muka Sindo Jabar ... 64

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Sindo Jabar ... 65

Gambar 4.1 Foto Berita 1 ... 78

Gambar 4.2 Foto Berita 2 ... 79

Gambar 4.3 Foto Berita 1 ... 81

Gambar 4.4 Foto Berita 2 ... 87

Gambar 4.5 Foto Berita 1 ... 91

(16)

xvii

Lampiran 4 Surat pengantar penelitian ...116

Lampiran 5 Halaman Blog Tentang Foto Dalam Media Cetak ...117

Lampiran 6 Halaman Blog Tentang foto Jurnalistik ...118

Lampiran 7 Halaman Blog Tentang Viking ...119

(17)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Secara sederhana, pengertian foto jurnalsitik adalah berita yang

disajikan dalam bentuk foto atau foto yang mempunyai sebuah nilai berita.

Seperti halnya sebuah berita, foto jurnalistik pun harus memiliki nilai berita,

mempunyai 5W (What,who, where, when, why) dan 1H (How) dan bersifat faktual serta di muat dalam media1.

Ada beberapa jenis foto jurnalistik dalam media massa khususnya

surat kabar. Ada yang dikenal dengan nama spot news, yaitu sebuah foto tunggal yang menyajikan sebuah peristiwa yang berdiri sendiri. Kemudian

foto human interest yaitu foto yang menyajikan kejadian sehari-hari yang tidak selalu menampilkan mutu berita yang hangat atau aktual, tetapi

merupakan lukisan masyarakat. Jenis yang lain dalam foto jurnalistik foto,

ada yang disebut foto essay, foto sequence, dan foto story. Ketiganya merupakan rangkaian foto yang bercerita. (Darmawan, 2009:166-168)

Foto jurnalistik merupakan salah satu produk jurnalistik yang

dihasilkan oleh wartawan selain tulisan yang berbau berita (straight news/ hard news, berita bertafsir, berita berkedalaman / deep reports) maupun non berita (artikel, feature, tajuk rencana, pojok, karikatur dan surat pembaca).

1

(18)

Dan sebagai produk dalam pemberitaan, tentunya Foto jurnalistik memiliki

peran penting dalam media cetak maupun cyber media (internet). Jadi karya foto jurnalistik sudah mendapat pengakuan sebagai karya jurnalistik dalam

bentuk visual untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Fungsi foto dalam media cetak bisa dipergunakan sebagai ilustrasi

sebuah berita. Penyajian foto dalam surat kabar telah membuat pemberitaan

menjadi lebih lengkap, akurat dan juga menarik. Karena foto dapat

digunakan untuk menyalurkan ide, berkomunikasi dengan masyarakat,

mempengaruhi orang lain, hingga menghadirkan kenangan lama.

Foto dalam media massadapat juga berfungsi sebagai pelengkap.

Selain itu, foto jurnalistik juga berfungsi sebagai penghias atau

memperindah surat kabar. Foto juga dapat digunakan sebagai pemisah

antara dua berita terhangat yang ditempatkan di halaman muka surat kabar.

(Darmawan, 2009:1680)

Sejak fotografi ditemukan tahun 1839, dalam perkembangannya kini,

telah jauh meninggalkan generasi awalnya. Teknologi digital yang saat ini

sudah mulai masuk pada berbagai sendi-sendi kehidupan manusia, turut

membawa fotografi ke era digitalisasi.

Kehadiran piranti teknologi fotografi berteknologi tinggi tentunya

berpengaruh pada output-nya. Karya foto yang dihasilkan dapat dibuat atau dirubah sedemikian rupa sesuai kehendak sang fotografer. Dengan kekuatan

visualisasi yang otentik, sebuah foto akan sangat representatif dipakai

(19)

Foto jurnalistik adalah foto yang mengandung nilai berita yang

bersifat faktual dalam suatu peristiwa atau kejadian.Faktual intinya sesuatu

yang berdasarkan fakta.

Foto jurnalistik memiliki lima fungsi seperti yang dinyatakan oleh

penulis Journalism in America, an introduction to the new media, Thomas Elliot Berry (dalam Cahyadi, 2002). Pertama, untuk mengkomunikasikan berita (to communicate the news), Foto sering memiliki arti yang sangat penting dalam penyampaian berita.Ia terkadang menyempurnakan suatu

berita, dimana tanpa kehadiran foto, berita tersebut akan terasa hambar.

Kedua, fungsi foto jurnalistik adalah menimbulkan minat (to generate interest).Ketiga, foto jurnalistik berfungsi untuk menonjolkan dimensi lain dari sebuah objek pemotretan yang dipublikasikan (to give another dimension to a newsworthy figure). Keempat, foto jurnalistik berfungsi untuk meningkatkan berita (sisi kualitas pemberitaan) tanpa mengurangi arti

berita, dan terakhir, foto jurnalistik dimanfaatkan untuk keperluan tata

rias/perwajahan surat kabar dan majalah secar garis besar.2

Jurnalistik identik dengan pers atau bidang kewartawanan, yaitu

kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita

melalui media massa

Jurnalistik foto merupakan sebagian dari ilmu jurnalistik

(komunikasi).Jurnalistik foto adalah ilmunya, sedangkan foto jurnalistik

adalah hasilnya. Foto jurnalistik adalah karya foto biasa tetapi memilki nilai

2

(20)

berita atau pesan yang layak untuk diketahui orang banyak dan

disebarluaskan lewat media massa.

Beradasarkan pengertiannya media massa adalah sebuah tempat

dimuat atau disiarkannya hasil kerja wartawan. Dan media massa memiliki

empat fungsi utama yaitu : menyiarkan informasi (to inform), mendidik (to educate), untuk menghibur (to entertain), dan juga mempengaruhi (to influence). Keempat fungsi tersebut menjadi pilar utama unutk lahirnya sebuah media massa. Namun dalam konteks di Indonesia, media massa

tidak hanya memiliki empat fungsi. Sesuai dengn isi amanah

undang-undang No. 40 tahun 1999 tentang pers, media massa yang dianalogikan

sebagai pers (wahana komunikasi massa) memiliki fungsi tambahan yaitu

sebagai lembaga ekonomi (Hikmat 2011:46).

Media massa ini dapat di bagi kedalam dua kategori, yakni media

massa cetak seperti surat kabar, dan majalah juga media massa elektronik

seperti radio, televise, dan internet (Hikmat 2011:74).

Pada penelitian ini peneliti lebih menitik beratkan pada media massa

cetak terutama surat kabar atau sering kita kenal dengan Koran. Koran

berasal dari bahasa Belanda :krant, dari bahsa Perancis courant adalah suatu penerbitan yang ringan dan juga mudah di buang. Biasanya di cetak pada

kertas yang biayanya rendah yang di sebut dengan kertas koran, yang berisi

(21)

Topik-topik yang di sajikan di dalam surat kabar atau koran biasanya

berupa evenpolitik, kriminalitas, olah raga, tajuk rencana, cuaca dan lain-lain.

Surat kabar atau koran yang biasa kita baca saat ini memiliki sejarah

yang sangat panjang. Sejarah perkembangan pers di dunia, khususnya di

eropa memang tidak dapat melepaskan diri dari sejarah perkembangan pers

di romawi.Hal itu di tandai dengan lahirnya wartawan-wartawan

pertama.Mereka adalah budak-budak belian yang oleh pemiliknya diberi

tugas untuk mengumpulkan informasi, berita-berita, bahkan juga

menghadiri sidang-sidang senat dan melaporkan semua hasilnya baik secara

lisan maupun tulisan (Hikmat, 2011:28).

Di Indonesia pun pers terutama surat kabar memilki perjalanan yang

sangat panjangMahi M. Hikamat dalam bukunya etika dan hukum pers

menuliskan perjalanan pers di Indonesia kedalam enam era (zaman). Yang

pertama era penjajahan, era kemerdekaan dan orde lama, era orde baru, era

reformasi, era pemilu langsung, dan era pers dan bencana (Hikmat,

201:31-46).

Namun awal kebangkitan pers di Indonesia adalah pada era reformasi.

Karena pada era eformasi ini, media massa seakan mendapat sebuah

kemerdekaan dari belenggu pemerintahan orde baru. Sehingga bermunculan

(22)

Pada masa sekaramg ini, media massa dapat menjadi sebuah lahan

bisnis yang sangat menjajinkan. Banyak sekali koran-koran yang saat ini

berhasil bahkan cakupan pemberitaannya nasional.Contohnya saja

KOMPAS, TEMPO, Media Indonesia, Jawa Pos, dan juga Harian Seputar

Indonesia yang baru enam tahun menggeluti dunia pers namun dipercaya

mampu menyajikan berita-berita yang berkualitas.

Harian Sindo yang terbit perdana, pada 30 Juni 2005. Dilahirkan oleh

PT Media Nusantara Informasi (MNI), sub-sidiary dari PT. Media Nusantara Citra (MNC) yang menaungi RCTI, TPI, Global TV dan Trijaya

Network. PT. MNC sudah sangat berpengalaman dalam mengelola media

serta terbilang mapan dan berpengaruh, baik di kalangan masyarakat

maupun pengambil keputusan.

Harian Sindo juga hadir di Jawa Barat.Di tengah persaingan yang

sangat ketat antara media-media lain yang ada di Jawa Barat khususnya

koran seperti Pikiran Rakyat, Galamedia, Tribun Jabar, Bandung Exspres,

Harian Seputar Indonesia Edisi Jawa Barat (Sindo Jabar) diluncurkan

pertama kali pada 1 September 2005 atau dua bulan setelah SindoEdisi

Nasional terbit pada 30 Juni 2005. Sindo Jabar terbit perdana dengan konten

lokal Bandung Raya.

Sebagai media baru di Jabar, Sindo Jabar langsung mendapat

(23)

transparansi, visi pemberantasan korupsi, dan proses penganggaran, olah

raga serta aspek-aspek lain yang langsung berdampak pada publik.

Target pembaca adalah masyarakat kelas menengah ke atas,

pendidikan Sarjana, segmentasi usia 18 tahun ke atas. Dengan diferensiasi

pembaca laki-laki sebanyak 52% dan pembaca wanita sebanyak 48%.Target

distribusi Harian Seputar Indonesia adalah kota-kota besar di seluruh

Indonesia dengan jumlah pembaca sebesar 1 juta orang. (Sumber : Redaksi Harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat 2011)

Dilihat dari target pasar kebanyakan adalah laki-laki, tentunya harian

Seputar Indonesia akan berusaha memberikan berita atau informasi yang di

sukai oleh kaum pria yang salah satunya adalah berita olah raga terutama

mengenai sepak bola.

Di Indonesia sepak bola merupak salah satu olah raga yang sangat di

gemari.Kita lihat saja dua ajang berbeda Piala AFF dan Sea Games stadion

utama Gelora Bung Karno (GBK) selalu dipadati oleh para suporter ketika

timnas Indonesia bermain.Sehingga membuat GBK terlihat merah.

Di jawa barat pun sepak bola menjadi olah raga yang sangat di

sukai.Apa lagi jawa barat meiliki tim sebesar Persib yang memilki sejarah

yang sangat panjang.

Jika melihat perjalanan Persib Bandung selama mengikuti Kompetisi

(24)

boleh jadi Liga Indonesia I yang digelar tahun 1994-1995, merupakan tahun

prestasi bagi Persib.

PERSIB meiliki supporter yang begitu fanatik, mereka sering di juluki

sabagai Bobotoh.Bobotoh memang sudah sangat terkenal di Indonesia

khususnya di Jawa Barat.Kecintaan bobotoh terhadap Persib Bandung

memang selalu ditunjukan dengan selalu hadir di Stadion saat Persib

Bandung bertanding kandang maupun tandang.

Melihat Begitu fanatiknya warga Jawa Barat terhadap PERSIB,

Harian Sindo Jabar selau berusaha memberikan informasi yang dapat

memuaskan para pecinta sepak bola terutama para Bobotoh yang selalu

hadir dan mendukung tim kebanggaan PERSIB Bandung.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai foto berita

spot news Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat terutama pada edisi 16 oktober 2011 dengan menggunakan analisis semiotika dari Roland

Barthes. Di edisi 16 Oktober 2011, Harian Sindo menyajikan sebuah foto

berita yang menunjukan kesedihan seorang anak yang melihat tim

kebanggannya harus berbagi angka dengan lawannya. Seperti terlihat pada

(25)

Gambar 1.1 Foto Berita 1

Judul Berita Masih Belum Maksimal

Sumber : Peneliti, yang di ambil dari Harian Sindo Jabar, tanggal 16 Oktober 2011

Selain itu, terdapat juga foto yang menggambarkan kedua pemain dari

masing-masing keebelasan saling berebut bola

Gambar 1.2 Foto Berita 2

Judul Berita Persib Cari Aman

(26)

Peneliti melihat kedua foto diatas, memilki nilai penting pada

pemberitaan terutama berita mengenai Persib.Jika kita lihat sebelum di

gulirkannya laga perdana antara Persib dan Semen Padang, terjadi banyak

sekali konflik di antara pengurus PSSI.

Bahkan di banyak media massa mengatakan bahwa laga pembuka

bergulirnya Liga Indonesia musim ini antara Persib dan Semen Padang

merupakan akal-akalan dari pengurus PSSI yang baru agar PSSI tidak

dikenai sanksi oleh FIFA. Karena jika pada tanggal 15 Oktober 2011 tidak

ada pertandingan maka PSSI diancam terkena sangsi.

Karena selama ini foto merupakan gambar nyata dari kehidupan,

dalam hal foto jurnalistik tentunya tidak ada setting atau rekayasa terhadap

objek agar peristiwa yang terjadi sesuai dengan keinginan sang fotografer,

semuanya terjadi secara alami. Jadi, dengan foto jurnalistik yang bersifat

spontan, mengandung makna tanda yang tersembunyi dibaliknya.Selain itu,

yang menjadi ketertarikan peneliti untuk meneliti mengenai foto berita

Persib adalah dari Persibnya itu sendiri. Team Persib memiliki cerita sejarah

yang begitu panjang bahkan Persib menjadi salah satu ikon Kota Kembang

(Bandung).

Pendekatan yang dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini adalah

pendekatan analisis semiotika dari Roland Barthes. Barthes berpendapat,

bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari

masyarakat tertentu, dalam waktu tertentu (Sobur, 2003:63). Semiotika atau

(27)

bagaimana kemanusiaan (Humanity)memaknai hal-hal (Things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek-objek-objek itu

hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari

tanda (Barthes, 1988:179;Kurniawan, 2001:53 dalam Sobur, 2003:15).

Dalam konsep Barthes, tanda Konotatif tidak sekadar memilki makna

tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang

melandasi keberadaannya (Sobur, 2003:69).

Dari uraian-uraian diatas, yang telah dikemukakan dalam latar

belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut : “ BAGAIMANA ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BERITA SPOT

NEWS PERSIB DI HARIAN SEPUTAR INDONESIA EDISI JAWA

BARAT?

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka identifikasi maslah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

(28)

4.Bagaimana analisis Semiotika yang terkandung dalam foto berita persib di Harian Seputar Indonesia Jawa barat?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Makna Denotatif, Makna Konotatif dan Mitos yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui makana Denotif yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui makna Konotatif yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat.

3. Untuk mengetahui Mitos yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat.

4. Untuk mengetahui Analisis Semiotika yang terkandung dalam foto berita persib di Harian Seputar Indonesia Jawa barat?

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis ini kita bisa mengungkap makna dan mengetahui

(29)

Diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca, tentang ilmu semiotika

dan mampu memperkaya penelitian-penelitian dibidang semiotika yang

sudah ada sebelumnya. Serta memberikan sumbangsih kepada ilmu

komunikasi khususnya jurnalistik.

1.4.2. Kegunaan Praktis a. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dijadikan

literatur dalam mendukung materi-materi perkuliahan bagi Universitas,

Program Studi, dan mahasiswa-mahasiswi Ilmu Komunikasi, khususnya

bidang fotografi kajian Ilmu Jurnalistik untuk melakukan penelitian

selanjutnya.

b. Bagi Peneliti

Dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu

serta pengetahuan baik dari segi teoritis ataupun praktisnya bagi peneliti,

untuk mengetahui lebih jauh mengenai materi dari penelitian itu sendiri

serta hal-hal yang berkaitan dengan kajian ilmu yang sesuai dengan bidang

ilmu yang peneliti dapatkan selama perkuliahan. Dengan penelitian ini

juga memberikan wawasan kepada peneliti, bahwa dalam kehidupan ini

dipenuhi oleh tanda-yang tidak hanya cukup melihat maknanya dari apa

yang terlihat, namun perlu diperhatikan pula makna lain yang terkandung

(30)

1.5. Kerangka Pemikiran

Semiotika adalah suatu metode analisis untuk mengkaji tentang tanda.

Tanda-tanda adalah adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya

berusahamencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan

bersama-sama manusia. (Sobur, 2003:15)

Dalam semiotika secara historis, di bangun antara dua kubu semiotika,

yaitu semiotika kontinental Ferdinand de Saussure dan Semiotika Amerika

Charles Sander Peirce.

Semiotika, menurut Ferdinand de Saussure, adalah ilmu yang

mengkaji tentang peran tanda sebagai dari kehidupan sosial.Ia mempelajari

sistem-sistem, aturan, konvensi, yang memungkinkan tanda-tanda tersebut

mempunyai arti. Menurut Barthes dalam gambar atau foto, konotasi dapat

dibedakan dari denotasi. Denotasi adalah apa yang terdapat di foto, konotasi

adalah bagaimana foto itu diambil.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan didunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.Semiotika atau dalam istilah Barthes adalah semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things), Memakai (to signify) dalam hal ini

tidak dapat dicampur adukan dengan mengkomunikasikan (to

communicate).Memaknai berarti memakai objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek mendadak berkomunikasi, tapi juga menkonstitusi system terstruktur dari tanda.(Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53).

Roland Barthes merupakan seorang pemikir strukturalis yang

mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean.Barthes juga

(31)

eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra (Sobur,

2003:63).

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader).Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem makna tataran pertama. Melanjutkan studi Hjelmselv, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja (Colbey & Jansz, 1999 dalam Sobur, 2003:68-69).

Gambar 1.3

Peta tanda Roland Barthes

Sumber.Paul Cobley & litza jansz. 1999. Dalam Sobur, 2003:69 Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas

penanda (1) dan petanda (2).Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda

denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut

merupakan unsur material: hanya jika Anda mengenal tanda ”singa”,

barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi

mungkin (Colbey dan Janzs, 1999 dalam Sobur 2003:69).

(32)

Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki

makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif

yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes

sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada

penandaan dalam tataran denotatif (Sobur, 2003:69).

Denotasi yang dikemukaan Barthes memiliki arti yang berbeda

dengan arti yang umum. Jika dalam arti umum denotasi adalah makna yang

sesungguhnya, malah dipakai sebagai referensi dan mengacu pada

penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang diucapkan.

Namun, pengertian denotasi, menurut Roland Barthes, ialah sistem

signifikasi tingkat pertama, dan konotasi pada tingkat kedua.Dalam hal ini

denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan dengan

demikian sensor atau represi politis.Sebagai reaksi yang paling ekstrem

melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opersif (Budiman, dalam Sobur,

2003:70-71).

Pemetaan perlu dilakukan pada tahap – tahap konotasi. Tahapan

konotasi pun dibagi menjadi 2. Tahap pertama memiliki 3 bagian, yaitu :

Efek tiruan, sikap (pose), dan objek. Sedangkan 3 tahap terakhir adalah :Fotogenia, estetisme, dan sintaksis.

Barthes tidak sebatas itu memahami proses penandaan, tetapi dia juga

melihat aspek lain dari penandaan, yaitu mitos (myth) yang menandai suatu masyarakat. Mitos (atau mitologi) sebenarnya merupakan istilah lain yang

(33)

tertinggi dalam penelitian sebuah teks, dan merupakan rangkaian mitos yang

hidup dalam sebuah kebudayaan. Mitos merupakan hal yang penting karena

tidak hanya berfungsi sebagai pernyataan (charter) bagi kelompok yang menyatakan, tetapi merupakan kunci pembuka bagaimana pikiran manusia

dalam sebuah kebudayaan bekerja (Berger, 1982:32 dalam Basarah, 2006:

36).

Mitos ini tidak dipahami sebagaimana pengertian klasiknya, tetapi

lebih diletakkan pada proses penandaan ini sendiri, artinya, mitos berada

dalam diskursus semiologinya tersebut. Menurut Barthes mitos berada pada

tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk system

tanda-penanda-petanda, maka tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian

memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Konstruksi penandaan

pertama adalah bahasa, sedang konstruksi penandaan kedua merupakan

mitos, dan konstruksi penandaan tingkat kedua ini dipahami oleh Barthes

sebagai metabahasa (metalanguage).Perspektif Barthes tentang mitos ini menjadi salah satu ciri khas semiologinya yang membuka ranah baru

semiologi, yakni penggalian lebih jauh penandaan untuk mencapai mitos

yang bekerja dalam realitas keseharian masyarakat (Kurniawan,

2001:22-23).

Dalam peta tanda Barthes mitos sebagai unsure yang terdapat dalam

sebuah semiotik tidak Nampak, namun hal ini baru terlihat pada signifikasi

(34)

Gambar 1.4

Signifikasi Dua Tahap Barthes

Sumber: John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hlm.88.dalam (Sobur, 2001:12)

Konotasi dalam kerangka Barthes identik dengan operasi ideologi,

yang disebutnya sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan

memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu

periode tertentu (Budiman, 1999:22 dalam Sobur, 2003:71).Di dalam mitos

juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai

suatu system yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai rantai pemaknaan

yang telah ada sebelumnya atau, dengan kata lain, mitos adalah juga suatu

system pemaknaan tataran kedua.Di dalam mitos pula sebuah petanda

memiliki beberapa penanda.Bendera Union Jeck misalnya yang

lengan-lengannya menyebar kedelapan penjuru, bahasa Inggris yang kini telah

menginternasional.Artinya dari segi jumlah, petanda lebih miskin jumlahnya

daripada penanda, sehingga dalam praktiknya terjadilah pemunculan sebuah

(35)

mempelajari bentuk-bentuk tersebut karena pengulangan konsep terjadi

dalam wujud berbagai bentuk tersebut (Sobur, 2003:71).

1.6. Subjek dan Objek Penelitian

1.6.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi), yang sifat-keadaannya akan diteliti. Dalam penelitian ini yang

dijadikan subjek penelitian adalah foto berita Persib di Harian Seputar

Indonesia Jawa Barat edisi 16 oktober 2011.Karena pada edisi tersebut, di

Harian Seputar Indonesia Jawa Barat terdapat foto berita yang menampilkan

pertandingan sepak bola antara Persib dan Semen Padang sebagai laga

pembuka bergulirnya Liga Indonesia.

Yang di jadikan sebagai subjek dalam penelitian ini adalah foto berita

Persib terutama foto Spot news yang terdapat pada Harian Seputar

Indonesia pada edisi 16 Oktober 2011. Dari beberapa foto yang ada peneliti

(36)

Gambar 1.5 Foto Berita 1

Judul Berita Masih Belum Maksimal

Sumber : Peneliti, yang di ambil dari Harian Sindo Jabar, tanggal 16 Oktober 2011

Foto anak kecil terlihat menung melihat tim kebanggaannya harus

berbagi angka dengan Semen Padang.

Gambar 1.6 Foto Berita 2

Judul Berita Persib Cari Aman

(37)

1.6.2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Harian Seputar

Indonesia biro Jawa barat. Harian Seputar Indonesia Jawa barat merupakan

salah satu surat kabar yang berada di Jawa barat. Harian Seputar Indonesia

Jawa Barat diluncurkan pertama kali pada 1 September 2005. Dengan focus

penelitian mengenai foto berita spot news yang berada di Harian Seputar

Indonesia Jawa barat.

1.7. Metode Penelitian

Pendekatan yang dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika (semiotic analysis) Roland Barthes.Yang merupakan bagian dari salah satu kelompok metode analisis Foto.

”Pendekatan kualitatif dicirikan oleh tujuan peneliti yang berupaya

memahami gejala-gejala yang sedemikian ruapa yang tidak memrlukan kuantifikasi, atau karena gejala-gejala tersebut tidak dimungkinkan diukur

secara tepat.”(Garna, 1999:32)

Penelitian kualitatif dalam ilmu komunikasi adalah sebagai perspektif

subjektif. Asumsi-asumsi dan pendekatan serta teknik penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini sangat relevan dengan ciri-ciri dari

penelitian yang berperspektif subjektif seperti : (1) sifat realitas yang

bersifat ganda, rumit, semu, dinamis (mudah berubah-ubah),

dikonstruksikan, dan holistic : pembenaran realitas bersifat relative, (2)

actor (subyek) bersifat aktif, kreatif dan memiliki kemauan bebas, dimana

(38)

hubungan dalam dan mengenai realitas , (4) hubungan peneliti dengan

subjek penelitian juga bersifat strata, empati, akrab, interraktif, timbal balik,

saling mempengaruhi dan berjangka lama, (5) tujuan penelitian terkait

dengan hal-hal yeng bersifat khusus, (6) metode penelitian yang deskriptif,

(7) analisis bersifat induktif, (8) otentisitas adalah kriteria kualitas penelitian

subyektif, dan (9) nilai, etika, dan pilihan moral penelitian melekat dalam

proses penelitian (Mulyana, 2002:147-148).

Peneliti menggunakan analisis semiotika, karena analisis ini lebih

dapat memperdalam mengenai makna-makna yang terkandung dala sebuah

foto.Baik itu makna denotative, konotatif, dan juga mitos.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

tanda. Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani, semion yang berarti tanda (Sudjiman dan Van Zoest dalam sobur 2003:16) atau seme yang berarti

penafsir tanda (Cobley dan Janes dalam Sobur:16).

1.8. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data, seperti :

1. Studi Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data-data dan fakta-fakta

yang termuat dalam dokumen. Bahan dokumen sering kali menerangkan

peristiwa yang sudah terjadi mencakup kapan, apa, dimana, dan mencakup

(39)

mengumpulkan data-data mengenai berita foto yang terdapat dalam surat

kabar Harian Seputar Indonesia biro Jawa Barat. 2. Studi Pustaka

Penulis mencari data penunjang yang berkaitan erat dengan penelitian

ini dari berbagai sumber informasi tertulis yang tentunya relevan dengan

masalah yang sedang diteliti.Sehingga didapatkan teori-teori yang dapat

mendukung analisis penelitian.

3. Internet Searching

Untuk menghasilkan data yang lebih maskimal, peneliti juga

memanfatkan dunia maya (internet) dalam mengumpulkan data-data yang

diperlukan untuk penelitian ini.

Metode penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan

lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi online yang berupa data maupun

informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat

dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bungin, 2007:125)

1.9. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, fase-fase penelitian tidak dapat ditentukan

secara pasti seperti halnya dalam penelitian kuantitatif. Tahap-tahap

penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang tegas, oleh sebab

(40)

emergent ” (Nasution, 1996:33). Pada penelitian kualitatif, analisis data dilakukan secara induktif, menghendaki arah bimbingan penyusunan teori

substansif yang berasal dari data, data bersifat deskriptif dalam bentuk kata,

gambar atau simbol, yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, serta

pengkajian dokumen, berkecenderungan lebih kearah proses dari pada hasil

(Hikmat, 2007:51).

Menurut Bogdan, analisis data adalah, “Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain” (Sugiyono, 2008:244)”.

Terdapat beberapa tahap dalam analisa data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu (Huberman dan Miles dalam Bungin, 2003:69)

1. Kategorisasi dan reduksi data, peneliti mengumpulkan informasi-informasi

yang penting yang terkait dengan masalah penelitian, dan selanjutnya

mengelompokan data tersebut sesuai dengan topik masalahnya.

2. Sajian data. Data yang telah terkumpul dan dikelompokan itu kemudian

disusun sistematis sehingga peneliti dapat melihat dan menelaah

komponen-komponen penting dari sajian data.

3. Penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data

sesuai dengan konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Dari

interpretasi yang dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam menjawab

(41)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan analisis

semiotik dari Roland Barthes. Barthes mengungkapkan dalam bukunya

imaji music dan teks ada enam poin yang dapat di analisis yaitu:

1. Efek tiruan adalah mengintervenis denotasi tanpa tedeng aling-aling.

2. Sikap (pose) bangunan struktural yang pada awalnya ganda, yakni denotative konotatif, sampai ke penerima hanya dalam bentuk konotasi sederhana.

3. Objek pengaturan sikap atau posisi objek mesti sungguh-sungguh diperhatikan karena makna akan diserap dari objek-objek yang difoto (entah dengan cara merekayasa secara artificial sikap objek sebelum di foto atau ada staf yang bertugas khusus menkurasi foto objek-objek tertentu).

4. Fotogenia,aspek-aspek teknis dalam produksi foto, seperti pencahayaan, dan pencetakan hasil.

5. Estetisme, yang diperlihatkan foto merujuk (secara serampangan) padaa ide sesungguhnya.

6. Sintaksis, beberapa foto membentuk suatu rangkaian yang saling bersambung engan foto lain (seperti ilustrasi atau cerita-cerita bergambar pada tabloid (Barthes, 1990:7-11).

1.10. Waktu dan Lokasi Penelitian

1.10.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Harian Seputar Indonesia biro Jawa Barat,

yang berlokasi di Jalan Aceh No 62 Bandung.Telp (022) 4203371-

(42)

1.10.2. Waktu Penelitian

Penelitian yang akan penulis laksanakan di mulai pada bulan

September 2011 sebagai persiapan untuk melakukan penelitian dan

diperkirakan hingga bulan februari 2012. Dapat di lihat pada tabel di bawah

(43)
(44)

1.11. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab dan disusun dengan

sistematika, sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pendahuluan Membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan teoritis,

kegunaan praktis), kerangka pemikiran, daftar pertanyaan, subjek penelitian

dan informan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, subjek

penelitian, teknik analisis data, lokasi dan waktu penelitian (meliputi: lokasi

penelitian, waktu penelitian), sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi, tinjauan mengenai

jurnalistik, tinjauan mengenai fotografi, tinjauan mengenai teknik fotografi,

jurnalistik foto dan foto berita pada surat kabar, tinjauan mengenai semiotik,

tinjauan mengenai semiotik Roland Barthes, tinjauan mengenai semiotik

foto.

BAB III Objek Penelitian

Mencakup tentang sejarah Harian Seputar Indonesia Jawa Barat, profil

perusahaan Harian Seputar Indonesia Jawa Barat, pembagian halaman

Harian Sindo Jabar, visi, misi dan motto redaksi Harian Sindo Jabar, logo

(45)

redaksi Harian Sindo Jabar, sarana dan prasarana bagian redaksi Harian

Sindo Jabar, foto berita Harian Sindo Jabar,kriteria dan syarat foto berita

Harian Sindo Jabar.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Uraian data penelitian, hasil penelitian berdasarkan data lapangan

yang terkumpul, mencakup tentang analisis makna Denotatif, Konotatif, dan

Mitos foto berita yang terdapat di Harian Seputar Indonesai Jawa Barat hasil

pembahasan.

BAB V Penutup

Mencakup tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang ada pada

identifikasi masalah, saran untuk instansi tempat dilakukannya penelitian,

dan saran bagi para penulis selanjutnya.

(46)

30 2.1. Komunikasi

2.1.1. Pengertian komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan. Komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna

mengenai apa yang dipercakapkan. Istilah komunikasi atau dalam bahasa

Inggris Communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama

makna.

Berbicara tentang definisi komunikasi, banyak para ahli memaparkan

pandangannya tentang pengertian komunikasi. Di antara para ahli sosiologi,

ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika Serikat, yang menaruh

minat perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovcland mengungkapkan

bahwa ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan

secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pebentukan pendapat dan

sikap (Effendy, 2003 :10).

Dari defines Hovland menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi

ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga

(47)

peranan yang amat penting. Bahkan Hovland mengatakan pengertian khusus

komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of the individuals). Jadi dalam berkomuniasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar

seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang

diiinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang dapat mengubah sikap

pendapat atau perilaku orang lain, hal itu bisa terjadi apabila komunikasi yang

disampaikannya bersifat komunikatif yaitu komunikator akan menyampaikan

pesan haru dipahami dan dimengerti oleh komunikan untuk mencapai tujuan

komunikasi yang komunikatif.

Menurut Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect. Paradigma Laswell di atas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yaitu :

 Komunikator

 Pesan

 Message

 Komunikan

(48)

Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampain pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu.

2.1.2. Sifat komunikasi

Menurut onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi

Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi memiliki sifat-sifat,

adapun beberapa sifat komunikasi, yaitu :

1. Tatap muka (face to face) 2. Bermedia (Mediated)

3. Verbal (verbal)

- Lisan (oral)

- Tulisan

4. Non verbal (Non- verbal)

- Gerakan/isyarat badaniah (gestural)

- Bergambar (Pictorial)

(Effendy, 2003 : 7)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada

komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan

pengalaman aagar adanya umpan balik (feedback) dari komunikan itu sendiri,

(49)

lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut

sebagai alat bantu dalam menyampaikan peaannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non vebal.

Verbal di bagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan

(Written/printed).Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gestural) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan

sebagianya, dan juga mengggunakan gambar untuk mengemukakan idea tau

gagasannya.

2.1.3. Tujuan komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku “llmu Komunikasi Teori dan

Praktek” mengatakan ada beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu:

1. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan

yang persuasif bukan memaksakan kehendak

2. Memahami orang lain

3. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan

sesuatu itu bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang

dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun penting

harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

4. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti, “sebagai pejabat atau

(50)

bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat

mengikuti apa yang kita maksudkan.”(Effendy, 2003 : 18).

2.2 Komunikasi massa

2.2.1 Pengertian komunikasimassa

Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya (Komunikasi

antarpesona, komunikasi kelompok atau komunikasi organisasi), memiliki

sedikitnya enam unsur, yakni komunikator, (penyampai pesan), pesan, media,

komunikan (penerima pesan), efek dan umpan balik.

Berdasarkan pengertiannya, komunikasi massa meurut Bittner adalah

adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar

orang (mass communication is massage communicated through a mass medium to a large number of people) (Rakmat, 2003: 188, dalam Ardianto, Komala,Karlinah 2007:3). Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa

komunikasi massa itu harus menggunakan media massa.

Definisi komunikasi massa yang lebih perinci dikemukaan oleh ahli

komunikasi Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “mass communication is the

technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of massages in industrial societies“. (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi

dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimilki orang

dalam masyarakat industry (Rakmat, 2003: 188, dalam Ardianto,

(51)

Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu

menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut

disebarkan, diditribusikan kepada khalayak secara luas.

Komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamtkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Rakhmat, 2003 : 188 dalam Ardianto, Komala,Karlinah 2007:4 ).

Bagi Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan

istilah sejumlah populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari

berbagai lapisan masyarakat. Artinya pesan tidak hanya ditujukan untuk

sekelompok orang tertentu, melainkan untuk semua orang. Hal ini

sesungguhnya sama dengan istilah terbuka dari Meletzke. Freidson dapat

menunjukkan cirri komunikasi massa yang lain yaitu adanya unsur

keserempakan penerimaan pesan oleh komunikan, pesan dapat mencapai pada

saat yang sama kepada semua orang yang mewakili berbagai lapisan

masyarakat.

Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan para

ahlli komunikasi, tampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip,

bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini

(52)

Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa yang

membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya.

2.2.1. Karateristik komunikasi massa

Definisi-definisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu

makna yang sama, bahkan antara satu definisi yang satu dengan yang lainnya

dapat dianggap saling melengkapi. Melalui definisi itu pula kita dapat

mengetahui karateristik komunikasi massa. Komunikasi massa berbeda dengan

komunikasi antarpesona dan komunikasi kelompok. Perbedaannya terdapat

dalam komponen-komponen yang terlibat didalamnya dan proses

berlangsungnya komunikasi tersebut. Karateristik komunikasi massa adalah

sebagai berikut :

1. Komunikator terlembagakan

2. Pesan berifat umum

3. Komunikannya anonym dan heterogen

4. Media massa menimbulkan keserempakan

5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan

6. Komunikasi massa bersifat satu arah

7. Stimulasi alat indra terbatas

(53)

2.2.3 Fungsi komunikasi massa

Sementara itu, Effendy 1993 mengemukakan fungsi komunikasi massa

secara umum adalah :

1. Fungsi informasi

Fungsi memberikan informasi itu diartikan bahwa media massa adalah

penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi

dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai

kepentingannya. Khlayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa akan haus

informasi yang terjadi.

2. Fungsi pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass

education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya

mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika,

serta aturan-aturan yang berlaku pada pemirsa atau pembaca.

3. Fungsi mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada

tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat

terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar.

Media massa (Mass Media) singkatan dari Media Komunikasi massa

(54)

2.2.4. Karakteristik Media Massa itu meliputi : 1. Publisitas, disebarluaskan kepada khalayak .

2. Universalitas, kesannya bersifat umum.

3. Perioditas, tetap/berkala

4. Kontinuitas, berkesinambungan

5. Aktualitas, berisi hal-hal baru (Romly, 2002:5)

Isi media massa secara garis besar terbagi atas tiga kategori: berita, opini,

feature, karena pengaruhnya terhadap media massa (dapat membentuk opini

publik), media massa disebut “kekuatan keempat” (the four estate) setelah lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Bahkan karena idealisme dengan

fungsi sosial kontrolnya media massa disebut-sebut “musuh alami” penguasa.

(Romly,2002:5)

Media yang termasuk kedalam media massa adalah surat kabar, majalah,

radio, tv, dan film. Kelima media tersebut dinamakan “the big five of mass

media” (Lima besar media massa) media massa sendiri terbagi-bagi, media massa cetak (printed media) dan media massa elektronik (electronic media). Yang termasuk media massa cetak adalah Koran, tabloid, majalah, buku,

newsletter, dan buletin. Sedangkan media massa elektronik adalah radio, tv,

film, termasuk CD. (Romly, 2002:5)

Media massa merupakan institusi sosial baru, yang berkaitan dengan

(55)

mempunyai sejumlah cirri-ciri yang menonjol, diantaranya adalah penggunaan

tekhnologi yang relatif maju untuk produksi (massal) dan penyebarluasan

pesan; mempunyai organisasi sistematis dan aturan-aturan social untuk

pekerjaan ini;dan pesan mengarah pada audiens (yang tidak dikenal pengirim

pesan) dalam jumlah besar dan audiens itu sendiri bebas untuk menerima atau

menolak pesan itu. Institusi media massa pada dasarnya terbuka, beroperasi

dalam dimensi publik untuk memberikan saluran komunikasi regular bagi

berbagai pesan yang dimungkinkan secara kultural dan teknis, mendapat

persetujuan dan dikendaki oleh banyak individu. (Kuper, 2000: 625)

2.2.5 Tentang Surat kabar

Surat kabar sebagai salah satu bentuk media massa, hadir dalam berbagai

bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi

pembaca, peredarannya serta penekanan isinya. Secara fungsional Jurnalistik

memang tidak dapat dipisahkan dengan surat kabar atau pers, sehingga

Jurnalistik adalah bentuk komunikasinya sedangkan pers adalah dimana

Jurnalistik itu disalurkan.

2.2.6. Pengertian surat kabar

Pada awalnya surat kabar sering diidentifikasi dengan pers namun karena

pengertian pers sudah semakin luas, dimana televisi dan radio sekarang ini

sudah dikategorikan sebagai pers juga, maka muncul pengertian pers dalam arti

(56)

massa, baik cetak maupun elektronik. Sedangkan dalam arti sempit, pers hanya

meliputi media massa cetak saja, salah satunya adalah surat kabar.

Menurut Kurniawan Junaidi yang dimkasud dengan surat kabar adalah “Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya pun harus actual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaannya harus bersangkut paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan”. (Junaidi,1991 : 105)

2.2.7. Fungsi dan peranan surat kabar

Pada jaman modern sekarang ini, surat kabar tidak hanya mengelola

berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsi surat

kabat sekarang meliputi berbagai aspek, yaitu :

a. Menyiarkan informasi

Adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama khalayak pembaca

berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai

peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran oran lain, apa yang dikatakan orang

lain dan lain sebagainya.

b. Mendidik

Sebagai sarana pendidikan massa (Mass education), surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca

bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implicit dalam

bentuk berita, bisa juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk

rencana.Kadang-kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga

(57)

c. Menghibur

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk

menimbangi berita-berita berat (Hard News) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung,

cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur, tisak jarang juga berita

mengandung minat insani (Human interest) dan kadang-kadang tajuk rencana. d. Mempengaruhi

Mempengaruhi adalah fungsinya yang ke empat yakni fungsi

mempengaruhi akan menyebabkan surat kabar memegang peranan penting

dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar secara

implicit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana

dan artikel. Fungsi mempengaruhi khusus untuk bidang peniagaan pada

iklan-iklan yang dipesan oleh perusahaan-perusahaan. (Effendy, 1986 : 122-123)

Arti pentingnya surat kabar terletak pada fungsi utamanya dalam

melengkapi berita bagi pembacanya, sebagai agen perubahan sosial. Menurut

Schramm surat kabar atau pers dapat melakukan peran-peran sebagai berikut :

1. Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui surat kabar orang dapat mengetahui kejadian-kejadian yang di alami di Negara-negara lain.

(58)

3. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan media, suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru apa yang disampaikan oleh media tersebut.

4. Pers mampu menciptakan suasana membangun. “Melalui pers dan media massa dapat disebarluaskan informasi kepada masyarakat, ia dapat memperluas cakrawala, pemikiran serta membangun simpati, memusatkan

perhatian pada tujuan pembangunan sehingga tercipta suasana

pembangunan yang serasi dan efektif” (Rachmadi, 1990 : 17-18)

Dengan demikian surat kabar telah membawa banyak perubahan pada

kehidupan individu dan masyarakat lewat berita-berita dan artikel yang

disajikan, serta iklan-iklan yang ditawarkan dengan berbagai bentuk dan

tulisan yang menarik, cakrawala pandangan seseorang menjadi bertambah,

sehingga dapat tercipta aspirasi untuk membenahi diri dan lingkungannya.

2.3. Foto Jurnalistik

2.3.1 Pengertian foto jurnalistik

Jurnalistik foto adalah pengetahuan jurnalistik yang objeknya foto atau

kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan foto, yang

mengandung nilai berita dan disebar luaskan melalui media massa. Jurnalistik

foto merupakan sebagian dari ilmu jurnalistik (komunikasi).Jurnalistik foto

adalah “ilmunya”, sedangkan foto jurnalistik adalah “hasilnya”. Foto jurnalistik

adalah karya foto “biasa” tetapi memilki nilai berita atau pesan yang “layak”

untuk diketahui orang banyak dan disebarluaskan lewat media massa.

Jadi, selain fotonya, foto jurnalistik juga harus didukung dengan kata-kata

(59)

dengan tujuan untuk menjelaskan gambar dan mengungkapkan pesan atau

berita yang akan disampaikan ke publik. Jika tanpa teks foto maka sebuah foto

hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi

dibaliknya.

Foto dapat menggambarkan realitas secara objektif sehingga media massa

membuatnya mencolok untuk disajikan dalam bentuk gambar. Foto jurnalistik,

menurut Guru Besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom, adalah paduan kata

words dan pictures. Sementara meurut editor majalah LIFE, William Hicks adalah kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan

komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial

pembacanya.

Ada delapan karakter foto jurnalistik yang menurut Frank P. Hoy, dari

Sekolah Jurnalistik dan Telekomunikasi Walter Cronkite, Unversitas Arizona,

dalam bukunya yang berjudul Photo journalism The Visual Approach (Hoy, dalam Alwi, 2004: 4), adalah sebagai berikut :

1. Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (Comunication

Photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang

disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.

2. Medium foto jurnalistik adalah media cetak koran atau majalah, dan media

(60)

3. Kegiatan foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.

4. Foto jurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.

5. Foto jurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek, sekaligus

pembaca foto jurnalistik.

6. Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audience). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima

orang yang beraneka ragam.

7. Foto jurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.

8. Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak memenuhi

kebutuhan informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan

berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech dan freedom of press). Fotografi secara ringkas sering didefinisikan sebagai ilmu melukis dengan

menggunakan cahaya. Fotografi sebagai sarana untuk mencatat berita. Dengan

teknik dalam bidang kimia dan teknologinya fotografi, pembuatan gambar

dapat dipersingkat sampai pecahan satu detik, hingga hal ini menguntungkan

sekali sebagai perekaman berita yang cepat.

Foto jurnalistik menurut Guru Besar Universitas Missouri AS, Cliff Edom

adalah panduan kata words dan pictures. Sementara itu, menurut editor foto majalah Life dari 1937-1950, Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar

yang menghasilkan suatu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antar latar

(61)

dasar dari foto jurnalistik adalah tunggal dengan teks yang menyertainya

disebut single picture. Foto tunggal bisa berdiri sendiri, bisa pula menyertai suatu berita atau features.

2.3.1. Ciri-ciri Foto Jurnalistik

Seperti yang ditulis oleh Sukatendel dalam Pratikto mengatakan

definisi fotografi yang disampaikan dapat disimpulkan pada cirri-ciri yang

melekat dalam hasil karya fotografi :

1. Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri

2. Melengkapi suatu berita atau artikel

3. Dimuat dalam suatu berita

2.3.2. Fungsi Foto Jurnalistik 1. To communicate the news

Mengkomunikasikan berita karena foto sering sekali memiliki arti penting

dalam penyampaian berita

2. To generate interest

Untuk menimbulkan minat, begitu melihat foto, pembaca ingin membaca

berita

3. To gave another dimension to a news worthy figure

Untuk menonjolkan dimensi yang lain dari orang yang diberitakan

4. To make a brief but important announcement

Gambar

Gambar 1.1 Foto Berita 1
Gambar 1.3
Gambar 1.4 Signifikasi Dua Tahap Barthes
Gambar 1.6 Foto Berita 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

i) Murabaha means a sale of goods by a person to another under an arrangement whereby the seller is obliged to disclose to the buyer the cost of goods sold either on cash basis or

Pada saat ini aliran proses produksi ada yang terlihat kurang baik sehingga kurang efektif dan efisiennya pekerjaan yang dilakukan serta terlalu sempit ruang pergerakan para

Mengerti akan hal tersebut, CLEAR sebagai ahli perawatan kulit kepala menghadirkan CLEAR baru yang memberikan solusi total perlindungan 3 masalah kulit kepala dengan

[r]

(1) Permohonan kasasi demi kepentingan hukum dapat diajukan oleh Jaksa Agung karena jabatannya dalam perkara perdata atau tata usaha negara yang diperiksa dan diputus oleh

Fitoplankton yang ditemukan di pemimn Teluk Jakarta pada bulan Juli ditemukan 43 genus, 23 genus pada bulan Oktober dan 26 genus pada bulan Desember. Pada bulan Desember

Adapun skripsi yang diberi judul “PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR MENGGAMBAR TEKNIK DASAR PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar biologi siswa dengan model pembelajaran Jigsaw tipe II dan Numbered Head Together (NHT) pada