• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Isi Rubrik Foto Frame Di Harian Seputar Indonesia Ditinjau Dari Nilai Berita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Isi Rubrik Foto Frame Di Harian Seputar Indonesia Ditinjau Dari Nilai Berita"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS ISI RUBRIK FOTO FRAME DI HARIAN SEPUTAR

INDONESIA DITINJAU DARI NILAI BERITA

Skripsi

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

Deden Iman Wauntara

NIM. 41806123

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(3)
(4)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ANALISIS ISI RUBRIK FOTO FRAME DI HARIAN

SEPUTAR INDONESIA DITINJAU DARI NILAI BERITA

PENYUSUN : DEDEN IMAN WAUNTARA

NIM : 41806123

Disahkan :

Bandung, Agustus 2012

Menyetujui,

Pembimbing

Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si NIP.4127. 35. 30. 006

Mengetahui,

Dekan FISIP

Universitas Komputer Indonesia

Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A NIP.4127. 70. 00. 014

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

(5)

iii

ABSTRAK

ANALISIS ISI RUBRIK FOTO FRAME DI HARIAN SEPUTAR INDONESIA DITINJAU DARI NILAI BERITA

Oleh :

DEDEN IMAN WAUNTARA NIM. 41806123

Skripsi ini dibawah bimbingan, Desayu Eka Surya S.Sos., M.Si

Tujuan penelitian adalah, untuk mengetahui sejauhmana isi rubrik foto Frame di Harian Seputar Indonesia ditinjau dari nilai berita . Untuk menjawab tujuan di atas, maka peneliti menggunakan indikator nilai aktual, nilai faktual, nilai penting dan nilai menarik sebagai pembentuk nilai berita.

Pendekatan penelitian ini kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif dengan teknik analilis isi. Untuk pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling karena jumlah populasi yang digunakan relative sedikit, yakni 7 rubrik yang diambil pada tanggal 4 Maret hingga 29 April 2012. Ada 4 tahapan metedologi yang digunakan dalam analisis isi yaitu pemilihan satuan analisis, kontruksi kategori, penarikan sampel dan koding. Sedangan teknik anaisis data menggunakan uji validitas, uji reabilitas, dan uji statistika.

Hasil penelitian menunjukan kategori nilai aktual memiliki presentasi sebesar

80% menunjukan nilai korelasi yang tinggi, kategori nilai faktual memiliki

presentasi sebesar 77% menunjukan nilai korelasi yang tinggi, kategori nilai

penting memiliki presentasi sebesar 81% menunjukan nilai korelasi yang

tinggi,dan kategori nilai menarik memiliki presentasi sebesar 66% menunjukan

nilai korelasi yang sedang.

Kesimpulan penelitian yang didapat, rubrik foto Frame di Harian Seputar Indonesia telah memiliki nilai berita dalam setiap rubrik yang diterbitkannya.

(6)

iv

ABSTRACT

CONTENT ANALYSIS RUBRIC FOTO FRAME IN HARIAN SEPUTAR INDONESIA THE REVISED VALUE OF NEWS

By:

Deden Iman Wauntara NIM. 41806702

This research Under Guidance by: Desayu Eka Surya S.Sos,. M.Si

The aim of the research is to understand the content of the "Frame" photography rubric in "Harian Seputar Indonesia" in terms of news value. To achieve this aim, the researcher used some indicators such as actual value, factual value, important value, and attractive value as the constructor of the news value.

This research used the quantitative approaching by using the descriptive methods with the content analysis techniques. The sampling used in this research was total sampling because the amount of the population used was relatively small, which were 7 rubrics taken from March 4 until April 29, 2012. There were 4 methodology steps used in content analysis, namely analysis unit selection, category construction, sample selection, and coding. Whereas the techniques of data analysis used validity test, reliability test, and statistic test.

The results of this study indicate the category of actual value had a percentage of 80% indicating a high correlation value; The category of factual value had percentage of 77% indicating a high correlation value; the category of important value had a percentage of 77% indicating a high correlation value; while the category of attractive value had a percentage of 66% indicating a medium correlation value.

From the result of this research, this rubric had a news value in every singlerubric published.

(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

kegiatan penelitian ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita

Rasulullah, Nabi Muhammad SAW serta para sahabat dan seluruh pengikutnya semoga rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan padanya.

Dalam melaksanakan penelitian skripsi ini tidak sedikit penulis

menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis. Namun atas

izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta

dukungan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari

berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan Skripsi ini tak lepas dari dukungan pihak keluarga, untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dan Ayah tercinta serta Adik dan

Kakakku yang telah memberikan dukungan moril, materil serta kasih sayangnya.

Tak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih

yang tak terhingga kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA. Selaku Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang

telah mengeluarkan surat pengantar untuk melakukan penelitian skripsi.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si,, selaku Ketua Program Studi Ilmu

(8)

vi

kegiatan perkuliahan maupun saat mengurus berbagai perizinan yang cukup

membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan penelitian juga

memberikan izin untuk bisa mengikuti seminar usulan penelitian, serta banyak

memberikan bimbingan, arahan dan nasehatnya agar penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

3. Yth. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Komunikasi, juga selaku Dosen Wali yang telah banyak membantu

penulis khususnya melalui pengetahuan dan wawasan serta motivasi yang ibu

berikan kepada penulis pada saat penulis mengikuti perkuliahan.

4. Yth. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si, selaku Dosen Kemahasiswaan

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia, sekaligus dosen pembimbing yang telah

sabar dalam memberikan bimbingan, nasehat, semangat serta izin dalam

penyusunan penelitian skripsi ini

5. Yth. Bapak dan Ibu Dosen Khususnya Kepada Ibu Rismawaty, S.Sos.,

M.Si., Bapak Sangra Juliano P., S.I.Kom., Bapak Inggar Prayoga,

S.I.Kom., Bapak Adiyana Slamet., S.IP., M.Si., Bapak Ari Prasetyo,

S.Sos., M.Si., Bapak Yadi Supriadi, S.Sos., M.phil., di Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer

Indonesia konsentrasi Jurnalistik yang telah memberikan bimbingan dan

berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

6. Yth. Ibu Ratna Widiastusti, A.Md, selaku sekretaris Dekan dan Astri

(9)

vii

telah membantu dalam mengurus surat-surat izin pelaksanaan penelitian ke

perusahaan dan administrasi selama perkuliahan.

7. Yth. Bapak Rudini selaku kepala Redaksi Harian Seputar Indonesia biro

Jawa Barat yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di

Harian Seputar Indonesia.

8. Yth. Bapak Aziz Indra selaku Redaktur Foto Harian Seputar Indonesia yang

dengan sabar membantu penyusunan skripsi ini.

9. Irfan Al-Faritsi selaku Fotografer Harian Seputar Indonesia yang telah

banyak membantu penyusunan skripsi ini.

10.Seluruh rekan kerja di Harian Seputar Indonesia yang selalu memberikan

motivasi dan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

11.Kakakku Tintus Windayani dan Agi Bagja Ginanjar, adikku Dimas

Djembar M.Agistio, dan Keponakan Ameira Syafia Kamil yang selalu

memberikan semangat dan motivasi ketika menyusun skripsi ini.

12.Hamdikri yang selalu membantu hingga selesainya skripsi ini

13.Teman-teman Jurnalistik 06-09. Kenangan bersama kalian tidak akan bisa

terlupakan dan akan menjadi kenangan manis di detik-detik kebersamaan kita.

14.Ivan Perdana selaku teman seangkatan Jurnalistik-06 yang selalu

memberikan bantuan dan motivasi hingga skripsi ini selesai.

15.Teman-teman Wartawan Foto Bandung (WFB) yang selalu memberikan

motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

(10)

viii

Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

mendorong peneliti selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini

berlangsung. Untuk kesempurnaan dari penelitian ini, kritik dan saran yang

membangun senantiasa dinanti. Akhir kata, peneliti berharap semoga karya ilmiah

ini bermanfaat, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pihak yang menaruh

perhatian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Agustus 2012

Peneliti

(11)

ix DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN………...………. i

LEMBAR PERNYATAAN………...………. ii

ABSTRAK………..………...………. iii

KATA PENGANTAR………...……….. v

DAFTAR ISI………...………. ix

DAFTAR TABEL………...………. xiii

DAFTAR GAMBAR………...……… xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12

(12)

x

2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 14

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi... 14

2.1.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ... 17

2.1.1.3 Sifat Komunikasi ... 18

2.1.1.4 Tujuan Komunikasi ... 19

2.1.1.5 Komunikasi Massa ... 20

2.1.1.6 Karakteristik Komunikasi Massa ... 21

2.1.2 Tinjauan Tentang Media Massa ... 22

2.1.3 Tinjauan Tentang Surat Kabar ... 23

2.1.3.1 Surat Kabar Sebagai Salah Satu Jenis Media Massa ... 24

2.1.3.2 Pengertian Surat Kabar ... 24

2.1.3.3 Ciri-ciri Surat kabar ... 25

2.1.3.4 Fungsi Surat Kabar ... 26

2.1.3.5 Rubrik Dalam Surat Kabar ... 28

2.1.4 Tinjauan Tentang Berita ... 29

2.1.4.1 Pengertian Berita ... 29

2.1.4.2 Jenis-jenis Berita ... 30

2.1.4.3 Nilai Berita ... 32

2.1.5 Tinjauan Tentang Foto Jurnalistik ... 33

2.1.5.1 Pengertian Foto Jurnalistik ... 33

2.1.5.2 Jenis-jenis Foto Jurnalistik ... 35

2.1.5.3 Tema Penyajian Foto Jurnalistik ... 37

(13)

xi

2.1.7 Tinjauan Tentang Nilai Berita ... 41

2.1.8 Tinjauan Tentang Analisis Isi ... 43

2.2 Kerangka Pemikiran ... 44

2.2.1 Kerangka Teoritis ... 44

2.2.2 Kerangka Konseptual ... 48

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 51

3.1.1 Sejarah Harian Seputar Indonesia Nasional ... 51

3.1.2 Sejarah Harian Seputar Indonesia Biro jawa barat ... 53

3.1.3 Sejarah Divisi redaksi ... 54

3.1.4 Logo harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat ... 55

3.1.5 Halaman Muka Harian Seputar Indonesia ... 56

3.1.6 Struktur Redaksi Harian Seputar Indonesia ... 57

3.1.7 Struktur Redaksi Harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat . 58 3.2 Metode Penelitian ... 62

3.2.1 Desain Penelitian ... 62

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 63

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 63

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 64

3.2.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 65

3.2.3.1 Populasi Penelitian ... 65

(14)

xii

3.2.4 Operasionalisasi Variabel... 74

3.2.5 Teknik Analisa Data ... 74

3.2.5.1 Uji Validitas ... 75

3.2.5.2 Uji Reabilitas ... 76

3.2.5.3 Uji Statistika ... 76

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 77

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 77

3.2.6.2 Waktu Penelitian... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 81

4.2 Hasil Uji Reabilitas Koding ... 84

4.3 Hasil Penelitian ... 93

4.3.1 Analisis Isi Rubrik Frame Ditinjau Dari Nilai Aktual ... 93

4.3.2 Analisis Isi Rubrik Frame Ditinjau Dari Nilai Faktual... 96

4.3.3 Analisis Isi Rubrik Frame Ditinjau Dari Nilai Penting ... 98

4.3.4 Analisis Isi Rubrik Frame Ditinjau Dari Nilai Menarik ... 100

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 103

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 111

(15)

xiii

DAFTAR PUSTAKA………...……….. 114

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 117

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan sebuah kegiatan yang sudah tidak bisa dipisahkan

dalam kehidupan manusia. Beragam cara dilakukan manusia pada saat melakukan

proses komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana

sampai cara yang kompleks, namun sekarang ini perkembangan teknologi telah

merubah cara pandang kita dalam berkomunikasi.

Era reformasi merupakan tonggak awal kemajuan dunia informasi di

Indonesia. Teknologi komunikasi semakin berkembang begitu pula surat kabar

yang semakin beraneka ragam. Setiap surat kabar berlomba menampilkan yang

terbaik bagi beritanya agar dapat menarik pembaca sebanyak - banyaknya

Jurnalistik pada awalnya diartikan sebagai catatan harian, khususnya di

jaman Julius Caesar. Lalu kemudian berkembang pesat dimana pada tahun

1960-an disebut 'jurnalistik baru' yakni bagaim1960-ana menyampaik1960-an pes1960-an atau berita.

Jurnalistik adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan dan sarana yang

digunakan dalam mencari, memproses, menyusun berita, dan ulasan mengenai

berita hingga mencapai publik atau kelompok tertentu yang menaruh perhatian

khusus pada hal-hal tertentu. Jurnalistik berasal dari kata dujour yang berarti hari,

yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak. Karena

kemajuan teknologi dan ditemukannya percetakan surat kabar dengan sistem

silinder (rotasi), istilah pers muncul sehingga orang mengidentikkan istilah

(17)

2

Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang

pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut mencerdaskan

masyarakat, menegakkan keadilan dan memberantas kebatilan serta membawa

perubahan ke arah yang lebih baik. Selama melaksanakan tugasnya, pers terkait

erat dengan tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dalam kehidupan

sosial, masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui segala hal yang berkaitan

dengan hajat hidup mereka. Untuk itulah, pers sebagai lembaga kemasyarakatan

dituntut untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakatnya. (Djuroto,

2004)

Pers dituntut sebanyak mungkin mengenali dan memahami tata nilai

kemasyarakatan, pers harus mampu menjalin hubungan kerja yang baik dengan

lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di masyarakat, pers dalam

kapasitasnya sebagai motivator harus tetap mempunyai pola pikir dan pola kerja

yang bersandarkan pada nilai-nilai kekeluargaan, kebersamaan dan

kegotong-royongan antara sesama anggota masyarakat.

Dalam melaksanakan misinya, pers harus mempunyai jiwa dan semangat

untuk menjalin kesetiakawanan, bantu membantu, saling melakukan control untuk

kemajuan bersama. Dalam hal ini perbedaan-perbedaan pendapat yang

menimbulkan konflik antar sesamanya, pers harus mampu memcari penyelesaian

berdasarkan hukum, bukan berdasarkan kemampuannya mempengaruhi

masyarakat.

Media informasi yang mampu menyampaikan berita sesuai harapan

(18)

3

aktual, faktual, adanya nilai penting, dan menarik. Surat kabar yang memenuhi ke

empat unsur tersebut maka dengan sendirinya akan bertahan dan penjualan oplah

pun semakin meningkat.

Persaingan antara media massa cetak, dan elektronik saling berlomba

untuk berebut perhatian masyarakat. Visualisasi atau perwajahan merupakan

pilihan utama untuk menarik perhatian. Orang cenderung lebih suka mendengar

dan melihat dari pada membaca banyak tulisan.

Oleh karena itu banyak media massa cetak sekarang lebih memperhatikan

perwajahan yang di dominasi oleh foto jurnalistik untuk memudahkan pembaca

mencerna berita. Bukan itu saja, sekarang mulai bertumbuhan media internet yang

juga menyajikan berita dan foto yang membuka peluang kerja yang sangat luas

bagi fotografer.

Foto jurnalistik adalah membuat berita dengan menggunakan foto sebagai

media informasi. Penggabungan dua media komunikasi visual dan verbal inilah

yang disebut sebagai foto jurnalistik. Kalau kita melihat surat kabar maka yang

kita lakukan adalah melihat foto yang menarik, membaca teksnya, kemudian

kembali melihat fotonya.

Pada saat seseorang memutuskan belajar foto jurnalistik, dia akan masuk

ke sebuah daerah dimana terdapat sebuah tradisi kuat untuk menyampaikan pesan

lewat gambar kepada orang lain-publik. Secara tidak sadar, ketika dia menekan

tombol pelepas rana kameranya dan bayangan yang terekam pada film atau sensor

menghasilkan imaji, sebuah rekaman sejarah telah dibuatnya. Seperti yang

(19)

4

artistik untuk menghasilkan foto jurnalistik yang dapat dinikmati layaknya sebuak

karya seni yang didukung unsur estetika, etika, ataupun pertimbangan keamanan

dan politik..

Foto jurnalistik pada dasarnya adalah bercerita atau melaporkan suatu

kejadian atau kenyataan dengan menggunakan medium foto. Seperti juga

pelaporan dalam bentuk tulisan, maka pada foto pun berlaku bahwa yang kita

sampaikan lewat foto haruslah jelas dan mudah dimengerti. Patokan 5W + 1H

wajib dalam setiap melakukan pemotretan, unsur apa (what), siapa (who), di mana

(where), kapan (when) dan mengapa (why). Ketika unsur berita dalam sebuah foto

tidak lengkap, maka caption atau keterangan gambar dapat menjadi pelengkap

unsur berita tersebut.

Layaknya penulis yang menggunakan istilah/gaya bahasa tertentu dalam

kalimat-kalimatnya untuk merangsang emosi pembaca, unsur-unsur dalam foto

jurnalistik juga dapat disusun untuk membangkitkan berbagai tanggapan maupun

kekaguman. Foto yang bisa menggugah respon emosional (ngeri, haru , iba, atau

perasaan lain) dengan teknik pemotretan yang baik bisa disebut foto berita yang

berhasil. Seperti yang dikatakan oleh Atok Sugiarto dalam bukunya “Paparazzi

Memahami Fotografi Kewartawanan”, bahwa :

“Nilai foto berita secara umum dilihat dari gema peristiwanya. Ketepatan informasi dan kecepatan penyiarannya merupakan hal utama. Tentu saja foto yang baik, artistik, dan sesui tuntunan akan

bernilai lebih.” (Atok Sugiarto, 2005:22)

Sebuah foto jurnalistik bukan hanya sekedar foto yang indah dan menarik

(20)

5

mengkomunikasikan apa yang dilihat, dicatat, dan dirasakan dan ingin

dikomentari oleh pewarta foto kepada pembaca.

Menurut Frank P. Hoy, dari Sekolah Jurnalistik dan Telekomunikasi

Walter Cronkite, Universitas Arizona, pada bukunya yang berjudul

“Photojournalism The Visual Approach”, yang dikutip oleh Audy Mirza Alwi

Dalam buku “Foto Jurnalistik”, mengatakan bahwa :

“Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (communication photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi”. (Alwi, 4:2008)

Untuk menjadi pewarta foto maka persyaratan yang harus diketahui antara

lain yang disebutkan Rich Clarkson dari majalah National Geographic yang

dikutip Audy Mirza Alwi dalam bukunya “Foto Jurnalistik”, yang menyebutkan

bahwa menjadi wartawan foto bukanlah sekedar menyenangi foto yang dibuat

tetapi bagaimana mengkomunikasikannya kepada orang lain (Alwi, 10:2008).

Sementara Frank P. Hoy yang dikutip Audy Mirza Alwi dalam bukunya

“Foto Jurnalistik”, mengatakan untuk menjadi pewarta foto selain yang baik

adalah dengan belajar membuat foto dengan teknik yang bagus dengan

kesenangan dan kewajaran sebagai pemotret snapshot (snapshooter)

(Alwi,10:2008). Memotret snapshot dan menjadi snapshooter menurut Hoy

merupakan tahap awal untuk menjadi pewarta foto. Tahap berikutnya adalah tahap

sebagai fotografer amatir atau advance amateur. Setelah melewati dua tahap

tersebut, kemudian fotografer memasuki tahapan yang lebih serius lagi, yaitu

(21)

6

foto dengan pandangan pribadi (personal style), mulai melihat dunia dengan mata

artistik dengan rancangan yang sedikit abstrak dan mulai memikirkan untuk

membuat port folio dari hasil-hasil yang dibuat.

Pewarta foto lepas majalah Sport Illustrated dan Life, Brian Lanker

mengatakan bahwa tahapan fotografi seni sebagai latar belakang pendidikan yang

bagus bagi foto jurnalistik. Pengalaman sebagai snapshooter, fotografer amatir,

dan fotografer seni, memberikan elemen penting sebagai pewarta foto, termasuk

didalamnya yaitu kebebasan, kemampuan teknis dalam memotret, rasa estetika,

kekuatan, dan etika serta rasa keingintahuan.

Pewarta foto yang baik adalah bila ia bisa membangun instingnya, berada

di tempat yang benar pada waktu yang benar dengan kamera dan lensa yang tepat.

Fotografer harus dapat menangkap ekspresi subjek yang sesungguhnya tanpa

diketahuinya (disadari). Fotografer mengamati tetapi tidak mengatur.

Keberhasilannya tergantung dari kemampuannya untuk menangkap momen tanpa

menginterupsinya.

Pada artikelnya abdul rohman yang berjudul foto jurnalistik :

“Definisi dari fotojurnalistik dapat diketahui dengan

menyimpulkan ciri-ciri yang melekat pada foto yang dihasilkan itu. Biasanya foto jurnalistik memiliki ciri-ciri yang melekat seperti; Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri.

Melengkapi suatu berita/artikel dan dimuat dalam suatu media baik media cetak maupun media online. Sebuah foto dapat berdiri sendiri, tapi jurnalistik tanpa foto rasanya kurang lengkap. Sehingga timbul pertanyaan, mengapa foto begitu penting ? Karena foto merupakan salah satu media visual untuk merekam, mengabadikan atau menceritakan suatu peristiwa dan memiliki

akurasi yang hakiki.”1

1

(22)

7

Pada prinsipnya foto jurnalistik adalah salah satu alat untuk

mengkomunikasikan atau menginformasikan „sesuatu’ kepada yang lainnya, sama

seperti yang dilakukan oleh wartawan tulis di sebuah media cetak. Hanya saja

mediumnya lain, yaitu visual. Sebagai alat informasi tentu saja perannya banyak,

bisa untuk memperbaiki sesuatu, atau memperburuk sebuah situasi. Foto seperti

halnya tulisan, bisa dipergunakan untuk membentuk opini publik, tergantung

siapa yang mempublikasikannya.

Berdasarkan penyajian, foto jurnalistik di media cetak tampil dalam

berbagai tema. Tema penyajian umumnya lebih sering ditentukan dari hasil

pemotretan atau objek dan peritiwa yang diabadikan. Salah satu tema penyajian

foto jurnalistik di media cetak adalah foto esai.

Esai berbentuk tulisan adalah laporan yang mengangkat masalah melalui

opini penulisnya. Esai foto secara umum tidak jauh berbeda atau mempunyai sifat

yang sama dengan sebuah esai tulisan yang mengandumg opini dari sudut

pandang. Bisa dikatakan foto esai adalah laporan yang mengandung opini

pemotret dari sudut pandang, tanpa harus ada penyelesaian dari peristiwa yang

diangkatnya. Namun dalam prakteknya mempunyai kekhasan karena cerita foto

disamping terdiri dari tulisan, juga terdiri dari foto yang merupakan elemen

utama, sementara tulisan yang menyertai hanya pelengkap sifatnya. Maka

konsekuensinya foto harus mampu menggantikan kata-kata sementara hal-hal

yang tidak bisa digambarkan oleh foto terungkap dalam naskah.

Foto jurnalistik menjadi salah satu elemen vital pada setiap surat kabar.

(23)

8

merupakan salah satu surat kabar yang cukup memberikan perhatiannya pada

keberadaan foto jurnalistik khususnya foto esai.

Surat kabar Harian Seputar Indonesia setiap edisi hari minggu selalu

menyediakan halaman khusus untuk foto esai, bagian tersebut bernama rubrik foto

Frame, membahas mengenai berbagai hal mengenai foto jurnalistik khususnya

foto esai. Harian Umum Seputar Indonesia menempatkan foto esai sebagai salah

satu rubrik andalan dihari minggu.

Rubrik foto Frame adalah rubrik khusus yang menyajikan berbagai berita

yang berbantuk kumpulan foto-foto yang mana kumpulan foto itu sendiri dapat

menceritakan berbagai berita atau kejadian. Foto-foto yang dimuat merupakan

hasil seleksi dari redaktur foto Harian Seputar Indonesia dan disajikan satu

halaman penuh dalam setiap edisinya. Dalam rubrik ini, foto ditentukan

berdasarkan ide dari pewarta foto Harian Seputar Indonesia yang kemudian

ditentukan oleh redaktur foto, tema-tema yang diambil biasanya berjenis daily life

photo, art and culture photo dan social and environtment. Daily life photo, adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi kemanusiawiannya

(human interest), art and culture photo, adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni

dan budaya, sedangkan social and environtment photo, adalah foto-foto tentang

kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.

Foto esai adalah kumpulan foto naratif (bernarasi) yang digabungkan

secara bersama-sama untuk menghadirkan (membicarakan) sebuah topik. Sebuah

cerita foto termasuk judul cerita, keterangan foto dan tata letak yang antara satu

(24)

9

menyampaikan pesan. Seperti yang dikatakan oleh Atok Sugiarto dalam bukunya

“Paparazzi Memahami Fotografi Kewartawanan”, bahwa :

“Secara umum esai foto disusun dari beberapa bagian. Bagian pertama, foto yang mengawali ide cerita. Foto pertama biasa disebut foto pembuka. Bagian kedua, foto yang menggambarkan pesan utama tema. Disebut pula foto utama, biasanya dicetak besar. Bagian ketiga, foto penutup. Tidak harus dicetak dalam ukuran besar, dengan ukuran kecil pun ia tidak akan kehilangan fungsi dan perannya. (Atok Sugiarto, 2005:75)

Penyajian berita yang berkualitas akan menimbulkan manfaat yang sangat

berguna bagi pembacanya sendiri, Persaingan ini secara langsung memberikan

efek pada kualitas berita yang disampaikan.

Mengingat betapa pentingnya hal itu, maka sudah sewajarnyalah ketika para

pelaku pers banyak melakukan usaha untuk meningkatkan kualitas

pemberitaannya. Mereka berusaha agar informasi yang diberikan kepada pembaca

tidak basi. Seperti yang dikatakan oleh Effendy dalam bukunya “Ilmu, Teori, dan

Filsafat Komunikasi”, bahwa:

“Pers adalah sarana yang menyiarkan produk jurnalistik. Fungsi

pers berarti fungsi jurnalistik (Effendy,2003:93)

Pers bukan hanya sebagai sarana untuk menyiarkan atau menginformasikan

produk jurnalistik saja. Pers juga memiliki fungsi-fungsi lain. Seperti yang

dikatakan oleh Effendy dalam bukunya Ilmu, “Teori Dan Filsafat Komunikasi”

Bahwa:

(25)

10

Nilai berita merupakan salah satu unsur penting dalam foto jurnalistik.

Seorang pewarta foto dituntut untuk selalu dapat hadir tepat waktu pada sebuah

peristiwa. Jika seorang pewarta foto telat datang, maka dirinya akan kehilangan

sebuah moment berharga yang tidak bisa diulangi kembali. Unsur-unsur nilai

berita itu sendiri meliputi aktualitas, faktual, penting, menarik.

Rubrik Foto Frame di Harian Seputar Indonesia di tempatkan satu halaman

penuh untuk memberikan keleluasaan kepada fotografer ketika memotret dan

pembaca saat menikmati rubrik tersebut. Dalam pembuatannya, fotografer harus

berpikir ekstra karena rubrik tersebut merupakan andalan dan bersaing dengan

koran-koran lainnya setiap hari Minggu, sehingga bukan hanya nilai estetikanya

saja tetapi nilai beritanya pun selalu diperhatikan setiap penerbitannya.

Apabila nilai berita diperhatikan dalam setiap penyajian rubrik foto Frame di

Harian Seputar Indonesia, maka rubrik tersebut dapat menjadi sebuah rubrik yang

berkualitas dan layak ditampilkan jika unsur-unsur nilai beritanya tidak

terabaikan.

Bertolak dari pembahasan di atas, maka penelitian ini akan mencoba

membahas mengenai isi rubrik foto esai yang ada di Harian Seputar Indonesia

yaitu rubrik foto Frame. Maka dalam penelitian ini identifikasi masalahnya adalah

“Sejauhmana isi Rubrik Foto Frame di Harian Seputar Indonesia ditinjau

(26)

11

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti pun ingin meninjau :

1) Sejauh mana isi Rubrik Foto Frame di Harian Seputar Indonesia

ditinjau dari aktualitas?

2) Sejauh mana isi Rubrik Foto Frame di Harian Seputar Indonesia

ditinjau dari faktualitas?

3) Sejauh mana isi Rubrik Foto Frame di Harian Seputar Indonesia

ditinjau dari nilai penting?

4) Sejauh mana isi Rubrik Foto Frame di Harian Seputar Indonesia

ditinjau dari nilai menarik?

5) Sejauh mana isi Rubrik Foto Frame di Harian Seputar Indonesia

ditinjau dari nilai berita?

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, menjawab,

dan mengenali nilai berita apa saja yang terkandung dalam rubrik Foto

Frame di Harian Seputar Indonesia.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui isi Rubrik Foto Frame di Harian Seputar Indonesia

ditinjau dari aktualitas.

2) Untuk mengetahui isi Rubrik Foto Frame di Harian Seputar Indonesia

(27)

12

3) Untuk mengetahui isi Rubrik Foto Frame di Harian Seputar Indonesia

ditinjau dari nilai penting.

4) Untuk mengetahui isi Rubrik Foto Frame di Harian Seputar Indonesia

ditinjau dari nilai menarik.

5) Untuk mengetahui isi Rubrik Foto Frame di Harian Seputar Indonesia

ditinjau dari nilai berita.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, peneliti bermaksud agar hasil

penelitian ini secara teoritis dapat memberikan manfaat besar bagi

keilmuan khususnya Ilmu Komunikasi konsentrasi Jurnalistik.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Peneliti melakukan penelitian ini dengan maksud agar penelitian

ini dapat dijadikan, di antaranya sebagai berikut :

1. Peneliti

Kegunaan penelitian ini bagi peneliti adalah sebagai salah satu

cara untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama

masa perkuliahan dan dapat meningkatkan wawasan serta ilmu

pengetahuan di bidang jurnalistik khususnya mengenai isi

rubrik foto Frame dan nilai berita yang terkandung di

(28)

13

2. Universitas dan Program Studi

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan literature

maupun referensi bagi mahasiswa Unikom pada umumnya dan

Program Studi Ilmu Komunikasi pada khususnya, yang akan

3. Perusahaan

Kegunaan penelitian ini sebagai bahan informasi, referensi,

dan evaluasi bagi Harian Seputar Indonesia dalam isi rubrik

(29)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari

kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam

komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan

makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si

pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2003:9).

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau

yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatan

untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa

definisi mungkin terlalu sempit, misalnya “Komunikasi adalah penyampaian

pesan melalui media elektronik”, atau terlalu luas, misalnya “Komunikasi adalah

interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami

pesan yang disampaikannya.

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar

komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh

Onong Uchana Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Peraktek” ilmu

(30)

asas-15

asas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.(Effendy,

2003:10)

Hovland juga mengungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu

komunikasi bukan hanya penyampain informasi, melainkan juga pembentukan

pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam

kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang sangat penting.

Tetapi dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland mengatakan Komunikasi

adalah proses mengubah prilaku orang lain (communication is the process to

modify the behafavior of other individuals). Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau

sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh

komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau

perilaku orang lain, hal itu bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikanya

bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan harus

benar-benar di mengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan

komunikasi yang komunikatif.

Menurut Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan, dalam

karyanya “Communication Research In The United States” yang dikutip oleh

Onong Uchana Effendy. Menyatakan bahwa:

“Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian

pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan

(31)

16

Menurut Mitchall. N. Charmley yang dikutip dalam buku “Komunikasi

dalam Teori dan Praktek” karya Phil Astrid Susanto memperkenalkan 5 (lima)

komponen yang melandasi komunikasi, yaitu sebagai berikut :

Sumber (Source)

Komunikator (Encoder)

Pertanyaan/Pesan (Message)

Komunikan (Decoder)

Tujuan (Destination), (Susanto, 1988;31)

Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas, merupakan faktor penting dalam

komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut tersebut oleh para ahli komunikasi

dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Proses komunikasi dapat

diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga

dianggap sebagai suatu system kode verbal.

2. Komunikasi non verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E.

Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan

(kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Mulyana, 2000 : 237)

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara

efektif, para peminat komunikasi seringkali mengutip paradigma yang ditemukan

oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of

(32)

17

menjalaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut Who Say

What In Whice Channel To Whom Whit What Effect?.

Jadi menurut paradigma tersebut, Lasswell mengartikan bahwa komunikasi

adalah proses penyampain pesan oleh komunikator melalui media yang

menimbulkan efek tertentu. dibawah ini adalah penjelasannya:

Tabel 2.1 Model Lasswel

No Pertanyaan Jawaban

1. mendukung pesan bila komunikan

jauh tempatnya atau banyak

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari

komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur

yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang

berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang

(33)

18

merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur

tersebut adalah sebagai berikut:

- Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan;

- Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang;

- Komunikan : Orang yang menerima pesan;

- Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila

komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;

- Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan.

(Effendy, 2003 : 6)

2.1.1.3 Sifat Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi memiliki sifat-sifat adapun

beberapa sifat komunikasi tersebut:

Komuniktor (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada

komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan

pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari sikomunikan itu sendiri,

dalam penyampain pesan komunikator bisa secara langsung (face-to-face) tanpa

mengunakan media apapun, komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai

lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut

(34)

19

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal.

Verbal dibagi kedalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/printed).

Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah

(gesturual) sepertimelambaikan tangan, mengedipkan mata dansebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

2.1.1.4 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari

komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan

adanya umpan yang diberikan opleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang

kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi

setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana dalam buku “

Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengatakan ada pun beberapa tujuan

berkomunikasi:

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan

yang persuasive bukan memaksakan kehendak.

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus

mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang

diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.

c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan

sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat

(35)

20

Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah

mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang

utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan

diterima oleh komunikan.

2.1.1.5 Komunikasi Massa

Untuk membatasi tentang komunikasi massa dan setiap bentuk komunikasi

massa memiliki ciri tersendiri. Istilah komunikasi massa sudah tidak asing lagi di

dengar oleh masyarakat dan kebanyakan orang berpendapat bahwa komunikasi

massa adalah sesuatu yang berhubungan dengan surat kabar, radio, televisi atau

film. Banyak pakar komunikasi yang mengartikan komunikasi massa dari

berbagai sudut pandang, seperti halnya Onong Uchjana Effendy mengartikan

komunikasi massa yaitu komunikasi melalui media massa modern, dan media

massa ini adalah surat kabar, radio, film serta televisi. Karena media itulah yang

lazim digunakan dalam kegiatan komunikasi massa. Dengan kalimat yang lugas

Bittner mengatakan, “Mass Communication Is Messages Communicated Trough A

Mass Medium To A Large Number Of People”, (komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).

(Rahkmat, 2000 : 188)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah

salah satu bentuk penyampaian pesan dengan menggunakan media, dan si

komunikator hanya menyampaikan pesan tanpa mengetahui siapa dan dari

(36)

21

proses komunikasi massa. Ada kalanya proses komunikasi terjadi dengan

menggunakan media massa tetapi tidak dapat dikatakan sebagai proses

komunikasi massa.

Penerima pesan dalam komunikasi massa tidak hanya besar dalam jumlah,

tetapi memiliki sifat yang berbeda, mereka terdiri dari orang-orang yang berbeda

dalam segala hal, baik itu usia, jenis kelamin, tingkat sosial, jenis pekerjaan,

agama dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988)

disebutkan;

“Mass communication is aprocess whereby mass-produced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers (Komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal / tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen)”. (Nurudin, 2003:11)

2.1.1.6 Karakteristik Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa terdapat juga ciri-ciri khusus yang Seperti yang

dikatakan oleh Severin dan Tankard Jr dikaitkan dengan pendapat Devito, maka

komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat

komponennya, ciri-cirinya sebagai berikut :

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator, dengan kata lain perkataan komunikator tidak mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkan.

2. Komunikasi pada komunikasi massa melembaga

Yakni suatu institusi atau organisasi, oleh karena itu komunikatornya melembaga, mempunyai lebih banyak kebebasan.

(37)

22

Media ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum, tidak ditujukan kepada sekelompok orang tertentu. Media massa tidak akan menyiarkan suatu pesan yang tidak menyangkut kepentingan umum.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Ciri ini merupakan yang paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya.

5. Komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikasi adalah khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai

sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen dalam

keberadaannya secara terpecah-pecah, dimana satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal, jenis kelaminnya, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman hidup, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan sebagainya.

(Effendy, 1984 : 23-24)

2.1.2 Tinjauan Tentang Media Massa

Media massa (mass media) singkatan dari media komunikasi massa dan

merupakan channel of mass yaitu saluran, alat atau sarana yang dipergunakan

dalam proses komunikasi massa, karakteristik media massa itu meliputi :

1. Publisitas, disebarluaskan kepada khalayak.

2. Universalitas, kesannya bersifat umum.

3. Perioditas, tetap atau berkala.

4. Kontinuitas, berkesinambungan.

5. Aktualitas, berisi hal-hal baru.

(Romly, 2002 : 5)

Isi media massa secara garis besar terbagai atas tiga kategori : berita, opini,

feature. Karena pengaruhnya terhadap massa (dapat membentuk opini publik), media massa disebut “kekuatan keempat” (The Four Estate) setelah lembaga

eksekutif, legistatif, yudikatif. Bahkan karena idealisme dengan fungsi sosial

(38)

23

Media yang termasuk kedalam kategori media massa adalah surat kabar,

majalah, radio, TV dan film. Kelima media tersebut dinamakan “The Big Five Of

Mass Media” (lima besar media massa), media massa sendiri terbagi dua macam,

media massa cetak (printed media), dan media massa elektronik (electronic

media). Yang termasuk media massa elektronik adalah radio, TV, film (movie), termasuk CD. Sedangkan media massa cetak dari segi formatnya dibagi menjadi

enam yaitu :

1. Koran atau surat kabar (ukuran kertas broadsheet atau ½ plano)

2. Tabloid (½ broadsheet)

3. Majalah (½ tabloid atau kertas ukuran polio atau kuarto)

4. Buku (½ majalah)

5. Newsletter (polio atau kuarto, jumlah halaman lazimnya 4 – 8 halaman)

6. Buletin (½ majalah jumlah halaman lazimnya 4 – 8)

(Romly, 2002 : 5)

2.1.3 Tinjauan Tentang Surat Kabar

2.1.3.1 Surat kabar sebagai salah satu jenis media massa

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya

bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya

serta penekanan isinya.

Kebanyakan surat kabar mengandalkan hidupnya dari iklan, bahkan

kenaikan harga kertas Koran sebagai bahan baku utama surat kabar sering kali

tidak mengakibatkan kenaikan harga jual surat kabar per eksemplar secara

proporsional. Kehadiran iklan dalam media cetak dengan kata lain telah mampu

(39)

24

Selama tahun 1970-1985 diketahui ternyata lebih banyak surat kabar dan

majalah gulung tikar karena tidak mendapatkan iklan, sekalipun di Indonesia

budaya membaca belum terlalu memasyarakat. Surat kabar merupakan media

utama yang banyak digunakan dalam periklanan di Indonesia, hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor seperti :

1. Jangkauan distribusi surat kabar tidak dibatasi.

2. Jangkauan media lainnya, radio dan televisi dibatasi.

3. Harga satuan surat kabar murah dan dapat dibeli eceran.

(Kasali, 1995 : 100)

2.1.3.2 Pengertian Surat Kabar

Pada awalnya surat kabar sering kali diidentikan dengan pers namun karena

pengertian pers sudah semakin luas, dimana televisi dan radio sekarang ini sudah

dikategorikan sebagai pers juga, maka muncul pengertian pers dalam arti luas dan

sempit. Dalam pengertian pers luas pers meliputi seluruh media massa, baik cetak

maupun elektronik. Sedangkan dalam arti sempit, pers hanya melipui media

massa tercetak saja, salah satunya adalah surat kabar. Menurut Kurniawan Junaidi

yang dimaksud dengan surat kabar adalah :

“Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya pun harus actual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaanya harus bersangkut-paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan”. (Junaidi, 1991 : 105)

Definisi surat kabar menurut George Fox Mott yang dikutip oleh

Kurniawan Junaidi yaitu :

1. Suatu lembaga masyarakat yang punya fasilitas dan target

(40)

25

2. Suatu pelayanan masyarakat atau melayani masyarakat untuk

kepentingan-kepentingan informasi.

3. Pemimpin yang bertujuan untuk memimpin pada masyarakat yang

menyangkut nilai-nilai moral, etika dan lain-lain.

4. Penghubung antara masyarakat dalam menyampaikan

informasi-informasi.

5. Penjual pengetahuan menyerap berbagai informasi dan pengetahuan

lalu menyebarkannya kepada masyarakat. (Junaidi, 1991 : 105)

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya

bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya

serta penekanan isinya. Sementara pengertian surat kabar menurut Onong Uchjana

Effendy adalah :

“Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodic, bersifat umum, isinya termasa/actual, mengenal apa saja di seluruh dunia yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak pembaca”. (Effendy, 1993 : 241)

2.1.3.3 Ciri-ciri Surat Kabar

Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai surat kabar sebagai salah satu

jenis media cetak, maka kita pun harus mengetahui ciri-ciri dari surat kabar itu

sendiri, yaitu :

- Publisitas

Publisitas adalah penyebaran kepada publik atau khalayak, karena diperuntukkan khalayak, maka sifat surat kabar adalah umum.

- Perioditas (Kontinuitas)

Adalah keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari bisa pula satu kali atau dua kali seminggu.

- Universalitas

Universalitas adalah kesemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh dunia.

- Aktualitas

(41)

26

Demikianlah empat ciri surat kabar dapat dikatakan empat syarat yang harus

dipenuhi surat kabar. Penelitian yang tidak mempunyai salah satu ciri saja dari

keempat ciri tersebut, bukanlah surat kabar.

2.1.3.4 Fungsi Surat Kabar

Pada jaman modern sekarang ini, surat kabar tidak hanya mengelola berita,

tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsi surat kabar

sekarang meliputi berbagai aspek, yaitu :

a. Menyiarkan informasi

Adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan lain sebagainya.

b. Mendidik

Sebagai sarana pendidikan massa (Mass Education), surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implicit dalam bentuk berita, bisa juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan.

c. Menghibur

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi berita-berita berat (Hard News) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur, tidak jarang juga berita mengandung minat insani (Human Interest) dan kadang-kadang tajuk rencana.

d. Mempengaruhi

(42)

27

Selain hal tersebut diatas surat kabar sebagai media massa mempunyai

peranan yang sangat penting dalam masyarakat seperti dikatakan oleh Oetomo

“berbagai penelitian mengungkapkan orang mambaca surat kabar, hal itu

merupakan sarana untuk hidup, pers menjadi perabot rumah tangga yang lebih

dalam maknanya dari perabot meja dan kursi, pers menjadi sarana hidup sebab

untuk hidup orang perlu mengetahui lingkungannya dan berkomunikasi dengan

lingkungannya, untuk masyarakat semakin luas, kompak serta pesatnya

perkembangan pers menjadi sarana disamping berbagai media massa lainnya”.

(Oetomo, 1986 : 47)

Arti pentingnya surat kabar terletak pada fungsi utamanya dalam

melengkapi berita bagi para pembacanya, sebagai agen perubahan sosial. Menurut

Schramm surat kabar atau pers dapat melakukan peran-peran sebagai berikut :

a. Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui surat kabar

orang dapat mengetahui kejadian-kejadian yang dialami di negara-negara lain.

b. Pers dapat memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-pesan yang

ditulisnya. Dalam masyarakat modern gambaran kita tentang lingkungan yang jauh diperoleh dari pers dan media massa lainnya, masyarakat menilai menggantungkan pengetahuan pers dan media massa.

c. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan media, suatu

masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru apa yang disampaikan oleh media tersebut.

d. Pers mampu menciptakan suasana membangun. Melalui pers dan

media massa dapat disebarluaskan informasi kepada masyarakat, ia dapat memperluas cakrawala, pemikiran serta membangun simpati, memusatkan perhatian pada tujuan pembangunan sehingga tercipta suasana pembangunan yang serasi dan efektif. (Rachmadi, 1990 : 17-18)

Dengan demikian surat kabar telah membawa banyak perubahan pada

(43)

28

serta iklan-iklan yang ditawarkan dengan berbagai bentuk dan tulisan yang

menarik, cakrawala pandangan seseorang menjadi bertambah, sehingga dapat

tercipta aspirasi untuk membenahi diri dan lingkungannya.

2.1.3.5 Rubrik Dalam Surat Kabar

Istilah rubrik biasa digunakan dalam surat kabar atau majalah, rubrik

sering dipakai untuk menyebut kolom dalam surat kabar yang membahas

masalah-masalah secara khusus, misalnyar rubrik olahraga, rubrik ekonomi,

rubrik kampus dan sebagainya. Rubrik biasanya disajikan secara lengkap.

Pengertian rubrik menurut kamus bahasa Indonesia yang disusun oleh

WJS. Poerwadarminta menyebutkan rubrik adalah kepala (ruangan) karangan

dalam surat kabar, majalah dan lain sebagainya. Misalnya Rubrik Luar Negeri.

(WJS. Poerwadarminta, 1985:83)

Pendapat yang lebih tegas lagi mengenai rubrik dikemukakan oleh

Soeharmono Tjitrosoewarno, yaitu:

“Rubrik adalah ruangan yang terdapat dalam surat kabar yang memuat isi

dan berita, ruangan khusus yang dapat dimuat dengan periode yang tetap dengan

hari-hari tertentu atau beberapa minggu sekali, yang membuat masalah atau

membuat masalahnya masing-masing sesuai yang ditulis rubrik tersebut, misalnya

rubrik luar negeri akan memuat berita-berita informasi dari berbagai penjuru

dunia, rubrik dalam kota akan memuat berita-berita informasi yang berasal dari

(44)

29

menempati ruangan-ruangan khusus yang telah disediakan dalam lembaran surat

kabar”. (Soerjawidjaja, 1981:19)

Dengan melihat pengertian rubrik yang telah diuraikan diatas maka pada

dasarnya memiliki beberapa kesamaan pengertian bahwa rubrik merupakan suatu

ruangan yang menyajikan masalah secara khusus, rubric disajikan secara tetap dan

pemunculannya teratur, serta ditempatkan pada halaman yang sama pada setiap

penerbitannya.

Surat kabar dan majalah yang ingin memenuhi kepuasan pembacanya akan

melakukan berbagai cara dalam penyajiannya. Perkembangan bidang Jurnalistik

melahirkan berbagai macam rubrik dalam media cetak.

2.1.4 Tinjauan Tentang Berita

2.1.4.1 Pengertian Berita

Kata “berita” sendiri berasal dari kata sangsekerta, vrit (ada atau terjadi) atau

vritta (kejadian atau peristiwa). Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan, Berita adalah “laporan tercepat mengenai kejadian atau peristiwa yang

hangat”.Berita dalam bahasa Inggris disebut News. Dalam The Oxford Paperback

Dictionary terbitan Oxford University Press (1979), news diartikan sebagai “informasi tentang peristiwa terbaru”.

Adapun definisi berita yang dikemukakan para pakar komunikasi dan

jurnalistik

Berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca (Dean M Lyle Spencer).

(45)

30

Berita adalah laporan pertama dari kejadian penting dan dapat menarik perhatian umum (Eric C. Hepwood).

Berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca serta menyangkut kepentingan mereka (Micthel V. Charnley).

(Romli, 2003 ; 35)

Sedangkan menurut The New Glorier Webster International Dictionary,

berita adalah:

1. Informasi hangat tentang sesuatu yang telah terjadi, atau tentang

sesuatu yang belum diketahui sebelumnya.

2. Berita adalah informasi yang disajikan oleh media semisal surat

kabar, radio dan televis.

3. Berita adalah sesuatu atau seseorang yang dipandang oleh media

merupakansubjek yang layak untuk diberitakan. (Hikmat, Purnama Kusumaningrat, 2005 : 39)

2.1.4.2 Jenis-jenis Berita

Ada sejumlah jenis berita yang dikenal di dunia jurnalistik, yang paling

popular dan menjadi menu utama surat kabar adalah :

1. Berita Langsung

Berita langsung (straight news) adalah laporan peristiwa yang ditulis

secara singkat, padat, lugas, dan apa adanya. Ditulis dengan gaya memaparkan peristiwa dalam keadaan apa adanya, tanpa ditambah dengan penjelasan, apalagi interpretasi.

Berita langsung dibagi menjadi dua jenis : berita keras atau hangat (hard

news) dan berita lembut atau ringan (soft news).

2. Berita Opini

Berita opini (opinion news) yaitu berita mengenai pendapat, pernyataan,

(46)

31

3. Berita Interpretatif

Berita interpretaif (interpretative news) adalah berita yang

dikembangkan dengan komentar atau penilaian wartawan atau nara sumber yang kompeten atas berita yang muncul sebelumnya sehingga merupakan gabungan antara fakta dan interpretasi. Berawal dari informasi yang dirasakan kurang jelas atau tidak lengkap arti dan maksudnya.

4. Berita Mendalam

Berita mendalam (depth news) adalah berita yang merupakan

pengembangan dari berita yang sudah muncul, dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. Bermula dari sebuah berita yang masih belum selesai pengungkapannya dan bisa dilanjutkan

kembali (follow up system). Pendalaman dilakukan dengan mencari

informasi tambahan dari nara sumber atau berita terkait.

5. Berita Penjelasan

Berita penjelasan (explanatory news) adalah berita yang sifatnta

menjelaskan dengan menguraikan sebuah peristiwa secara lengkap, penuh data. Fakta diperoleh dijelaskan secara rinci dengan beberapa argumentasi atau pendapat penulisnya. Berita jenis ini biasanya panjang lebar sehingga harus disajikan secara bersambung dan berseri.

6. Berita Penyelidikan

Berita penyelidikan (investigative news) dalah berita yang diperoleh dan

dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber. Disebut pula penggalian karena wartawan menggali informasi dari berbagai pihak, bahkan melakukan penyelidikan langsung ke lapangan, bermula dari data mentah atau berita singkat. Umumnya berita

investigasi disajikan dalam format tulisan feature.

(Romly, 2003 : 40-46)

Selain jenis-jenis berita diatas, dikenal pula jenis-jenis berita lainnya, antara

lain

1. Berita Singkat (spot news), yaitu berita atau laporan peristiwa yang

sedang bterjadi secara langsung atau siaran langsung.

2. Berita Basi, yaitu berita yang sudah tidak actual lagi.

3. Berita Bohong (libel), yaitu berita yang tidak benar atau tidak factual

sehingga menjurus pada kasus pencemaran nama baik.

4. Berita Foto, yaitu laporan peristiwa yang ditampilkan dalam bentuk

foto lepas, tidak ada kaitan dengan tulisan yang ada di sekelilingnya.

5. Berita Kilat (news flash), yaitu berita yang penting segera diketahui

publik, dimuat di halaman depan surat kabar.

6. Berita Pembuka Halaman (opening news), yaitu berita atau tulisan

yang ditempatkan di bagian awal atau paling atas halaman surat kabar,

semacam berita utama (headline)

(47)

32

2.1.4.3 Nilai Berita

Suatu berita memiliki nilai layak berita jika didalamnya ada unsur kejelasan

(clarity) tentang kejadiannya, ada unsur kejutannya (surprise), ada unsur

kedekatannya (proximity) secara geografis, serta ada dampak (impact) dan konflik

personalnya.

Tetapi, Kriteria tentang nilai berita ini sekarang sudah lebih disederhanakan

dan disistimatiskan sehingga sebuah unsur kriteria mencangkup jenis-jenis berita

yang lebih luas, dalam buku Jurnalistik Terapan Asep Syamsul M Romli (2003 ;

37), mengemukakan unsur-unsur nilai berita yang sekarang dipakai dalam

memilih berita, unsur-unsur tersebut adalah :

1. Aktualitas, peristiwa terbaru, terkini, terhangat (up to date), sedang atau

baru saja terjadi (recent events).

2. Faktual (factual), yakni ada faktanya (fact), benar-benar terjadi bukan fiksi (rekaan, khayalan, atau karangan). Fakta muncul dari sebuah kejadian

nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement).

3. Penting, besar kecilnya dampak peristiwa pada masyarakat (consequences), artinya, peristiwa itu menyangkut kepentingan banyak atau berdampak pada masyarakat.

4. Menarik, artinya memunculkan rasa ingin tahu (curiousity) dan minat

membaca (interesting). Peristiwa yang biasanya menarik perhatian

pembaca, disamping actual, factual, dan penting, juga bersifat :

1. Menghibur, yakni peristiwa lucu atau mengandung unsur humor

yang menimbulkan rasa ingin tertawa atau minimal tersenyum.

2. Mengandung Keganjilan, peristiwa yang penuh keanehan,

keluarbiasaan, atau ketidaklaziman.

3. Kedekatan (proximity), peristiwa yang dekat baik secara

geografis maupun emosional.

4. Human Interest, terkandung unsur menarik empati, simpati atau menggugah perasaan khalayak yang membacanya.

5. Mengandung unsur seks, yakni peristiwa yang berkaitan dengan

kebutuhan biologis atau nafsu seksual manusia.

(48)

33

2.1.5 Tinjauan Tentang Foto Jurnalistik

2.1.5.1 Pengertian Foto Jurnalistik

Foto jurnalistik adalah membuat berita dengan menggunakan foto sebagai

media informasi. Penggabungan dua media komunikasi visual dan verbal inilah

yang disebut sebagai foto jurnalistik. Kalau kita melihat surat kabar maka yang

kita lakukan adalah melihat foto yang menarik, membaca teksnya, kemudian

kembali melihat fotonya.

Foto pada hakekatnya punya kelebihan dari media oral. Selain mudah

diingat, foto juga mempunyai efek ketiga yang timbul jika kita melihatnya. Foto

bisa menimbulkan efek bayangan lain tergantung dari siapa, pekerjaan,

pengalaman, pendidikan, pengetahuan dan inspirasi yang melihatnya.

Pada saat seseorang memutuskan belajar foto jurnalistik, dia akan masuk

ke sebuah daerah dimana terdapat sebuah tradisi kuat untuk menyampaikan

„sesuatu’-berita kepada orang lain-publik. Seperti yang dilakukan oleh fotografer

seni, seorang wartawan foto harus mempunyai sentuhan artistik untuk

menghasilkan image yang menyengat.

Foto jurnalistik pada dasarnya adalah bercerita atau melaporkan suatu

kejadian atau kenyataan dengan menggunakan medium foto. Seperti juga

pelaporan dalam bentuk tulisan, maka pada foto pun berlaku bahwa yang kita

sampaikan lewat foto haruslah jelas dan mudah dimengerti. Patokan 5W + 1H

wajib dalam setiap melakukan pemotretan, unsur apa (what), siapa (who), di mana

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.2 Model agenda seting
Model “Agenda Setting”Gambar 2.3
Gambar 3.1 Logo Harian Seputar Indonesia Biro Jabar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana efektivitas strategi digital

Examples Non Examples dengan Make a Match menghasilkan produk dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 1 Karangrayung Grobogan Tahun

6 Nurul Ursyiyah Itsnaini SMPN 1 Kalianget 69. 7 Za'im Jundi Muhammad SMPIT Al-Hidayah

Merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil Pembahasan Tata Cara Pelaksanan Berwakaf Tanah menurut Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf(Studi

[r]

This research was intended to describe the types and the ways how Theme and Rheme are used in Reading Text of Senior High School’s National Examination.. This research

[r]

Penelitian ini diperkuat juga oleh Sofiana (2012) tentang hubungan antara stress dengan konsep diri pada penderita DM tipe 2 bahwa sebagian besar pasien