• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Foto Berita Headline Di Harian Umum Bandung Ekspres Di Tinjau Dari Syarat Nilai Foto Berita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Foto Berita Headline Di Harian Umum Bandung Ekspres Di Tinjau Dari Syarat Nilai Foto Berita"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Strata-1Pada Program Studi

Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

Benny Angga Kusumah NIM. 41804436

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

iii Oleh :

Benny Angga Kusumah

NIM. 41804436

Skripsi ini di bawah bimbingan :

Desayu Eka Surya,. S.Sos,. M.Si

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Bagaimana foto berita headline Harian Umum Bandung Ekspres Ditinjau dari Syarat Nilai Foto Berita. Untuk menjawab penelitian ini digunakan enam kategori yang dijadikan indikator penelitian, di antaranya: Aktual, Faktual, Informatif, Misi, Kedekatan, dan Aktraktif.

Pendekatan penelitian mengunakan metode penelitian kuantitatif yang digunakan deskriptif dengan teknik analisis isi. Dalam penelitian ini populasi berjumlah 14 foto berita headline di Harian Umum Bandung Ekspres selama bulan April dan Mei 2011 dengan menggunakan teknik total sampling, lembar koding,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk kategori Aktual dengan persentase termasa sebesar 91,61% dan nilai foto berita 90,69%. Kategori

Faktual, kenyataan foto berita yakni 91,61%, sedangkan untuk kejujuran foto berita sebesar 89,22%. Kategori Informatif, unsur foto berita yakni 88,53%. Kategori Misi, sasaran 89,22%, dan fokus foto berita 89,22% Kategori

Kedekatan, pengaruh terhadap kehidupan dengan persentase 88,53% dan sifat foto berita 89,85%. Kategori Aktraktif , tampilan 87,22%, warna 87,22% dan garis 93,28%

Kesimpulan, bahwa adanya pengaruh yang sangat tinggi pada foto berita headlineHarian Umum Bandung Ekspres di tinjau dari syarat nilai foto berita.

(3)

iv

PHOTO headline news analysis BANDUNG DAILY EXPRESS PUBLIC REVIEW IN TERMS OF VALUE PHOTO NEWS

by:

Benny Angga Kusumah

NIM. 41804436

This thesis under the guidance of:

Desayu Eka Surya,. S. Sos. M. Si

The research objective is to find out How headline news photosBandung Daily Express Term Value Judging from news photos.To answer this research used six categories are used as indicators of research, among them: Actual, Factual, Informative, Mission, Proximity, and Aktraktif.

Approach to research using quantitative research methods useddescriptive content analysis techniques. In this study population of14 photos news headlines in the Daily Express Bandung duringApril and May 2011 with a total sampling techniques, coding sheet,

The results of this study indicate that for categories with a percentage of Actual termasa of 91.61% and 90.69% the value ofnews photographs. Factual category, the fact that news images91.61%, while for the honesty of news photos of 89.22%.Informative category, ie news phototube 88.53%. Categorymission, goals 89.22% and 89.22% focused news photosCategories proximity, impact on the lives of a percentage of 88.53% and 89.85% nature news photos. Category Aktraktif,display 87.22%, 87.22% color and line 93.28%

Conclusion, that the influence is very high on the news photoBandung Daily Express headline on the review of the terms of the value of news photographs.

(4)

vi

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala kemurahan

dan kebaikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Usulan

Penelitian di Harian Umum Bandung Ekspres. Puji syukur kepada Allah SWT

meskipun banyak mengalami rintangan, halangan serta hambatan selama proses

penyusunannya, namun pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada Ayah dan Ibu tercinta, serta Kakak - kakak yang penulis sayangi, yang

senantiasa mendukung penulis dari awal sampai dengan akhir proses penyusunan

usulan penelitian.

Penyusunan usulan penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, yang telah mengeluarkan surat pengantar

pelaksanaan Penelitian skripsi dan memberikan pengesahan pada surat ini.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Dosen wali Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah

banyak memberikan nasehat, semangat serta ijin di dalam penulisan usulan

(5)

vii Komputer Indonesia.

4. Yth. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si., selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Komputer Indonesia dan selaku pembimbing yang telah sabar memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan Usulan

Penelitian.

5. Yth. Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si, dan Ibu Iin Rahmi H, S.sos., M.si,

selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, terimakasih untuk

pengetahuan dan pengalamanya, khusus telah berkenan sebagai penelah

pada saat seminar usulan penelitian.

6. Yang saya hormati, bapak Sanggra Juliano S.I.Kom, Bapak Inggar Prayoga S.I.Kom, Bapak Adiyana Slamet S.IP,. MSi., Arie Prasetio, S.sos., M.I.Kom, dan Ibu Tineu Agustine S.I.Kom, selaku staf dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Komputer Indonesia.

7. Yth. Ibu Ratna Widiastuti A.Md selaku Sekretaris Dekan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik

(6)

viii

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih diperlukan

penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat

dan kata - kata yang tepat, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini dan semoga

penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan

yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Bandung, Juli 2011

(7)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Fungsi foto dalam media cetak bukan hanya sebagai ilustrasi

sebuah berita. Namun, penyajian foto dalam surat kabar telah membuat

pemberitaan menjadi lebih lengkap, akurat dan menarik, karena foto

digunakan untuk menyalurkan ide, berkomunikasi dengan masyarakat,

memengaruhi orang lain, hingga menghadirkan kenangan lama.

Foto dalam media massa tidak hanya berfungsi sebagai

pelengkap pesan yang ingin disampaikan komunikator, tapi ia

merupakan pesan itu sendiri. Sebuah foto yang disajikan dalam surat kabar

(media massa cetak) tidak lepas dari tujuan jurnalistik, yaitu

menyebarkan berita seluas-luasnya.

Sejak fotografi ditemukan tahun 1839, dalam perkembangannya

kini, telah jauh meninggalkan generasi awalnya. Teknologi digital yang

saat ini sudah mulai masuk pada berbagai sendi-sendi kehidupan

manusia, turut membawa fotografi ke era digitalisasi.

Kehadiran piranti teknologi fotografi berteknologi tinggi

tentunya berpengaruh pada output-nya. Karya foto yang dihasilkan dapat

(8)

Dengan kekuatan visualisasi yang otentik, sebuah foto akan sangat

representatif dipakai sebagai perpajangan dari tujuan kegiatan jurnalistik.

Perkembangan fotografi baik secara langsung maupun tidak,

selaras dengan perkembangan bidang jurnalistik. Teknologi digital yang

berkembang pesat saat ini pun memberi sumbangsih yang signifikan.

Foto yang merekam sebuah peristiwa dapat dengan segera

disebarluaskan dalam hitungan detik saja dengan menggunakan kamera

digital serta perangkat komputer yang memiliki fasilitas internet.

Foto jurnalistik adalah foto yang mengandung nilai berita yang

bersifat factual dalam suatu peristiwa atau kejadian. Faktual intinya

sesuatu yang berdasarkan fakta.

Penggunaan foto dalam surat kabar adalah penting karena beberapa

sebab. Pertama, foto merupakan unsur pertama yang menangkap

mata pembaca. Kedua, foto dalam surat kabar bisa digunakan untuk

berkomunikasi dengan pembaca yang mempunyai latar belakang

beraneka ragam, karena foto bersifat universal. (Flournoy, 1989;183)

Pratomo dalam Teknik Jurnalistik (1996) menyebutkan ada

beberapa persyaratan yang harus dimiliki foto jurnalistik. Hal itu

meliputi nilai berita, kelengkapan teks foto dan memiliki aspek foto yang

(9)

mengandung nilai berita, hal itu dimaksudkan agar suatu foto memiliki

daya tarik bagi khalayak.

Menurut Guru Besar Universitas Missouri, Amerika Serikat, AS,

Cliff Edom, foto jurnalistik adalah paduan kata (words) dan gambar

(pictures). Sementara menurut editor majalahLife , Wilson Hicks,

kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan

komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan

sosial pembacanya.

Foto jurnalistik memiliki lima fungsi seperti yang dinyatakan oleh penulisJournalism in America, an introduction to the new media,Thomas Elliot Berry : 1Pertama,untuk mengkomunikasikan berita(to communicate the news),Foto sering memiliki arti yang sangat penting dalam penyampaian berita.Ia terkadang menyempurnakan suatu berita, dimana tanpa kehadiran foto, berita tersebut akan terasa hambar.Kedua,fungsi foto jurnalistik adalah menimbulkan minat(to generate interest).Ketiga,foto jurnalistik berfungsi untuk menonjolkan dimensi lain dari sebuah objek pemotretan yang dipublikasikan(to give another dimension to a newsworthy figure). Keempat, foto jurnalistik berfungsi untuk meningkatkan berita (sisi kualitas pemberitaan) tanpa mengurangi arti berita, dan terakhir, foto jurnalistik dimanfaatkan untuk keperluan tata arias/perwajahan surat kabar dan majalah secar garis besar.1(http://azteza.wordpress.com/category/persepsi-foto)

Jadi foto yang merekam suatu peristwa adalah foto jurnalistik.

Foto peristiwa, wajib dan senantiasa menghiasi pemberitaan-pemberitaan

surat kabar setiap harinya, apakah foto berita tentang olah raga, seni,

fashion, ataupun kejadian kejadian luar biasa lainnya.

(10)

Jurnalistik identik dengan pers atau bidang kewartawanan, yaitu

kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita

melalui media massa. Dari pengertian tersebut bisa diartikan jurnalistik

foto adalah pengetahuan jurnalistik yang obyeknya foto atau kegiatan

mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan foto yang

mengandung nilai berita melalui media massa.

Jurnalistik foto merupakan sebagian dari ilmu jurnalistik

(komunikasi). Jurnalistik foto adalah ilmunya, sedangkan foto

jurnalistik adalah hasilnya. Foto jurnalistik adalah karya foto biasa tetapi

memilki nilai berita atau pesan yang layak untuk diketahui orang

banyak dan disebarluaskan lewat media massa.

Foto jurnalistik mengandung unsur 5W dan 1H seperti halnya

berita tulis. Jadi dalam sebuah foto menjelaskan What (apa). “Apa”

menyangkut sebuah benda. Unsur “apa” dapat berupa api dari sebuah

kebakaran, sabu-sabu sebagai barang bukti, senjata yang dibawa tentara,

mobil dan sepeda motor yang bertabrakan. Sedangkan Who berarti siapa

yang menyangkut tentang orang. Where ditandai dengan latar belakang

penunjangannya yang hadir bersamaWhen,Why,danHow.

Photo caption atau teks foto adalah kata-kata yang menjelaskan

tentang sebuah foto. Foto yang dilengkapi dengan caption nantinya akan

mempermudah fotografer dan editor serta memerlihatkan

profesionalisme seorang foto jurnalis dalam membuat caption foto.

(11)

Idealnya cukup singkat, padat, namun sudah dapat menjelaskan maksud

foto tersebut.

Suatu foto jurnalistik bisa dikatakan tidak lengkap

pemahamannya tanpa teks foto. Untuk itu, teks foto sangat diperlukan

untuk melengkapinya. Upaya untuk melengkapinya unsur 5W dan 1H

tersebut disesuaikan dengan gambar yang ditampilkan. Foto jurnalistik

memiliki

beberapa jenis, di antaranya yaitu foto ilustrasi, foto feature, foto esai,

foto berita yang terdiri dua jenis; yaitu fotospot news, yaitu foto yang tidak

direncanakan atau insidental dan foto general news, yaitu foto yang

direncanakan.

PT. Bandung Ekspres (Grup Jawa Pos) yang didirikan pada 7

Februari 2009. Kedua perusahaan ini bergerak di bidang penerbitan surat

kabar. Harian Umum Bandung Ekspres mengkhususkan pemberitaan

lokal – sekitar Bandung Raya. Berita-berita nasional dan berita-berita

lainnya, diadakan hanya sebagai pelengkap saja. H.U Bandung Ekspres

merupakan salah satu media yang dalam pelaksanaan kegiatannya sebagai

perusahaan pers berusaha mewujudkan kebutuhan masyarakat akan

informasi. H.U Bandung Ekspres menyajikan beraneka ragam foto

jurnalistik, yang salah satunya terdapat foto berita dengan disertai

(12)

Pada Penelitian kali ini peneliti meneliti Analisis foto yang ada pada

halaman headline Harian Umum Bandung ekspres di tinjau dari syarat nilai

foto berita, foto jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan sebagai foto

yang bertujuan dalam pemotretannya karena keinginan bercerita kepada

orang lain, memberikan informasi tentang suatu peristiwa dalam bentuk

visual gambar (berupa hasil karya foto). Jadi foto jenis ini kepentingan

utamanya adalah keinginan dalam menyampaikan pesan (massage) visual

pada orang lain dengan maksud agar orang yang melihat melakukan sesuatu

tindakan psikis maupun psikologis atas karya yang disajikan.

Tak hanya berita. Tidak sedikit, sajian foto jurnalistik yang dimuat di

sebuah Harian Umum Bandung Ekspres langsung mendapat respon dari sebuah

isntitusi, lembaga pemerintahan. Misalnya foto tentang tata lingkungan di

Kota Bandung, kubangan berbahaya, langsung mendapat respon dari

Pemerintah Kota setelah foto-foto itu dimuat di Harian Umum Bandung

Ekspres. Karena selain sebagai alat komunikasi, foto jurnalistik yang dimuat

juga dapat dijadikan sebagai alat kritik sosial.

Foto jurnalistik dapat juga disebut foto yang mampu menyentuh

perasaan orang yang melihat meskipun tanpa dilengkapi teks.Foto jurnalistik

mudah membangkitkan daya fikir, analisis, dan solidaritas masyarakat.

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa pada awalnya foto jurnalistik

hanyalah sebagai foto pendukung sebuah penerbitan saja. Namun dalam

(13)

jurnalistik berkembang pesat dan mampu menjadi sebuah foto berita secara

mandiri tersendiri, yang mampu menghebohkan dunia.

Dan kini foto jurnalistik tidak lagi hanya sebagai ilustrasi

(penglengkap) sebuah naskah berita di dalam sebuah penerbitan saja.

Khususnya dalam penelitian ini yaitu di Harian Umum Bandung Ekspres foto

berita menjadi syarat penting untuk selalu ditampilkan di dalam setiap

rubriknya.

Berikut adalah contoh foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres yang

memenuhi salah satu syarat nilai foto berita secara umum, pada edisi Kamis,

12 April 2011.

Gambar 1.1

HARAP- HARAP CEMAS

Sumber: Harian Umum Bandung Ekspres

Foto yang termuat pada halaman depan Harian Umum Bandung Ekspres

(14)

peristiwa yang terjadi karena foto adalah faktor pendukung di dalam sebuah

syarat nilai foto berita. Harian Umum Bandung Ekspres memuat sebuah foto

berdasarkan untuk penyampaian sebuah pesan kepada khalayak.

Foto jurnalistik yang baik tidak hanya sekedar fokus secara teknis,

namun juga fokus secara cerita. Fokus dengan teknis adalah gambar

mengandung tajam dan kekaburan yang beralasan. Ini dalam artian

memenuhi syarat nilai foto berita secara teknis fotografi. Fokus secara cerita,

kesan, pesan dan misi yang akan disampaikan kepada pembaca mudah

dimengerti dan dipahami.

Dalam penelitian ini nilai foto berita di Harian Umum Bandung

Ekspres yang ditinjau dari nilai foto berita menggunakan rumusan dari

kelompok kerja PWI bidang Foto Jurnalistik yang menilai sebuah foto

jurnalistik dilihat dari kuat dan lemahnya sosok penampilan foto

berita adalah sebagai berikut:

1. Aktual

2. Faktual

3. Informatif

4 . M i s i

5 . K e d e k a t a n

6 . A k t r a k t i f2

2

KRITERIA NILAI FOTO JURNALISTIK.

(15)

Berita menyangkut segala hal dari segi kehidupan manusia, maka ada

saatnya manusia digambarkan dalam keadaaan sedih, senang, dan juga lucu

dengan berita-berita ringan yang membuat pembaca tersenyum dan merasa

terhibur. Alasan peneliti melakukan penelitian di Harian Umum Bandung

Ekspres karena Harian Umum Bandung Ekspres merupakan surat kabar lokal

Bandung yang baru di kota Bandung dan mempunyai banyak pelanggan dan

memiliki kredibikitas yang bagus baik dari segi berita maupun tampilannya. Di

Harian Umum Bandung Ekspres ada daya tarik tersendiri di headline, memuat

berita-berita social, kriminal, olahraga dilengkapi dengan foto beritanya.

Dengan latar belakang ini, peneliti tertarik untuk meneliti foto berita

headline dalam Harian Umum Bandung Ekspres. Harian Umum Bandung

Ekspres merupakan salah satu koran yang baru berdiri dan lansung biasa

mengambil perhatian pembaca yang lain. Bagian Redaksi Harian Umum

Bandung Ekspres sejarah berdirinya bagian redaksi ini tak lepas dari pertama

kalinya berdirinya perusahaan penerbitan surat kabar ini pada tahun 2009.

Sejarah keberadaannya bagian redaksi khususnya pada jajaran redaksional

Harian Umum Bandung Ekpres yang tampak seperti sekarang ini, dimulai

ketika Harian Umum Bandung Ekspres di miliki oleh manajemen dibawah

naungan Group Jawa Pos.memberikan yang terbaik bagi pembacanya, baik dari

segi berita maupun foto berita dan lain-lainnya sehingga bisa besar seperti

sekarang. Peneliti ingin sekali mengetahui apakah foto berita headline Harian

Umum Bandung Ekspres menggunakan syarat nilai foto berita dengan

(16)

Syarat nilai foto berita yang tidak dimuat di harian umum bandung ekspres

 Tidak ada unsur kekerasan

 Korban pembunuhan atau korban kecelakaan sadis

 Foto tidak blur atau burem

 Tidak sesuai dengan isi berita yang akan dimuat

Syarat nilai foto berita yang layak dimuat di harian umum bandung

ekspres

 Aktual berita yang disampaikan tergolong baru

 Faktual berita yang disampaikan tidak direkayasa

 Foto olahraga terutama sepakbola tentang persib, karena foto

berita tentang persib ada daya tarik tersendiri di warga bandung

 Human intrast , foto tokoh masyarakat atau tokoh politik

Di lihat dari aspek-aspek diatas mengenai pentingnya suatu foto berita

dalam sebuah berita di surat kabar, untuk lebih menguatkan isi dan pesan dari

berita yang disampaikan. Maka penulis membuat rumusan masalah sebagai

(17)

1.2. Identifikasi Masalah

1. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres

ditinjau dari segiaktual?

2. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres

ditinjau dari segifaktual?

3. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres

ditinjau dari segiinformatif?

4. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres

ditinjau dari segimisi?

5. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres

ditinjau dari segikedekatan?

6. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres

ditinjau dari segiaktraktif?

7. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres

(18)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai

analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau

dari syarat nilai foto berita.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segiaktual.

2. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segifaktual.

3. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segiinformatif.

4. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segimisi.

5. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segikedekatan.

(19)

7. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Umum Bandung

Ekspres dari segi syarat nilai foto berita?

1.4 KerangkaPemikiran 1.4.1 Kerangka Teoritis

Dalam penelitian ini kerangka teoritis yang akan digunakan pada

nilai foto berita headline di Harian Umum Bandung Ekspres yang

ditinjau dari syarat nilai foto berita secara umum pada bidang kajian

foto jurnalistik adalah sebagai berikut:

1. Aktual, adalah foto berita, yang disajikan oleh Harian Umum Bandung Ekspres dengan pengambilan foto yang

merekam suatu kejadian peristiwa yang baru terjadi

supaya diusahakan segera untuk dipublikasikan agar tidak

mengurangi nilai beritanya. agar berita tersebut tidak basi,

dimana ditinjau dari foto jurnalistik.

2. Faktual, adalah foto berita yang disajikan oleh Harian Umum Bandung Ekspres untuk merekam suatu kejadian

berdasarkan kenyataan yang terjadi di lokasi kejadian/

tempat. Dan foto tidak dibuat-buat atau direkayasa. Karena

sebuah foto berita itu adalah hal yang berkaitan dengan

(20)

3. Informatif3, adalah suatu foto berita yang disajikan oleh Harian Umum Bandung Ekspres sedikitnya harus

mengandung nilai unsur berita yaitu 5W+1H dan salah satunya

adalah who (sipa), dan why (mengapa), dan kelima

unsure tersebut adalah untuk menambah suatu caption

dalam foto berita, dimana ditinjau dari foto jurnalistik.

4. Misi, Sasaran yang akan dicapai oleh penyajian foto berita dalam penerbitan yang disajikan oleh Harian Umum

Bandung Ekspres, tujuannya bisa mengandung misi

kemanusian, merangsang publik memberikan fokus dari tema

yang disajikan dari foto berita tersebut, dimana ditinjau dari

foto jurnalistik.

5. Kedekatan, adalah sejauh mana topik berita yang disajikan

oleh Harian Umum Bandung Ekspres menjadi

pengetahuan umum, luas cakupan masyarakat mengetahui isu

yang diangkat pada foto berita tersebut, yang mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari dalam skala

masyarakat tertentu. Apakah satu peristiwa atau kejadian

cuma bersifat lokal, nasional. regional atau internasional,

dimana ditinjau dari foto jurnalistik.

3KRITERIA NILAI FOTO JURNALISTIK.

(21)

6. Aktraktif, adalah tampilan grafis menyangkut foto berita yang disajikan oleh Harian Umum Bandung Ekspres

apakah tampil secara mengigit atau mencekam, baik karena

komposisi garis atau warna yang begitu terampil maupun

ekspresif dari subyek utamanya yang amat dramatis, dimana

ditinjau dari foto jurnalistik.

Peneliti menggunakan model komunikasi massa agenda setting sebagai

landasan teorinya. Model ini memberikan gambaran tentang hubungan yang

positif antara penilaian yang diberikan media terhadap suatu persoalan

(Rakhmat, 1995:68).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori komunikasi yang

dirumuskan oleh Backer yang ditulis oleh Jalaludin dalam buku “Metode

Penelitian Sosial” mengatakan:

(22)

Gambar 1.2

Sumber : Jalaluddin, 2000: 71

Dalam buku “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi” karya Onong

Uchjana Effendy mengatakan: Agenda seting model untuk pertama kali

ditampilkan oleh M.E Mc. Combs dan D.L. Shaw dalam “Public

OpinionQuarterly” terbitan tahun 1972, berjudul “The Agenda-Setting

Function ofMass Media”. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa

“jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka

media itu akan m e m p e n ga r u h i k h a la y a k u n tu k

m e n g a n g ga p n y a p e n t i n g ” .(Effendy,2003:287).

Sementara itu Manhein dalam pemikiran tentang konseptualisasi

agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting menyatakan

(23)

khalayak, agenda kebijaksanaan.masing-masing agenda itu mencakup

dimensi-dimensi sebagai berikut:

1. Untuk agenda media dimensi-dimensi:

a. Visibility(visibilitas) jumlah dan tingkat menonjolnya berita

b. Audience salience, tingkat menonjol bagi khalayak relevansi isi

berita dengan kebutuhan khalayak

c. Valance (valensi) menyenangkan atau tidak menyenangkan

carapemberitaan bagi suatu peristiwa.

2. Untuk agenda khalayak, dimensi-dimensi:

a. Familiarty,keakraban derajat kesadaran khalayak akan

b. Personal salience, penonjolan pribadi relevansi kepentingan dengan ciri

pribadi. topik tertentu.

c. Favorability, kesenangan pertimbangan senang atau tidak senang

akan topik berita.

3. Untuk agenda kebijaksanaan, dimensi-dimensi:

a. Support(dukungan) kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita

tertentu.

b. Likelihood of action (kemungkinan kegiatan) kemungkinan

(24)

c. Fredom of action (kebebasan bertindak) nilai kegiatan yang

mungkin dilakukan oleh pemerintah. (Effendy, 2003:288-289).

Untuk mendukung teori di atas, maka peneliti menggunakan

hypodermic Needle Model. Model Jarum suntik pada dasarnya adalah

aliran satu tahap (one step Flow), yaitu dari media massalangsung

kepada khalayak sebagai mass audience. Model ini mengasumsikan

media massa secara langsung, cepat dan mempunyai efek yang amat kuat atas

mass audience.

Kedua teori yang dikemukakan di atas, secara garis besar

menggambarkan tentang tahapan dan tujuan dalam proses komunikasi yang

dilakukan melalui media massa. Agar tujuan itu tercapai.

1.4.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, lebih dapat dijelaskan alur yang ada dalam

komunikasi serta peneliti menggambarkan kerangka konseptual yang

sesuai dengan Teori agenda setting, foto berita yang disajikan oleh Harian

Umum Bandung Ekspres sedikitnya harus mengandung aktual, factual,

informative, misi, kedekatan dan aktratif, pesan yang ada disampaikan kepada

khalayak pembaca Harian Umum Bandung Ekspres agar sebuah kepuasan

pembaca terhadap suatu berita dapat terpenuhi oleh sebuah foto berita yang ada.

Sumber pesan berasal dari Harian Umum Bandung Ekspres yang

(25)

pesan yang disampaikan kepada pembaca agar setelah melihat dan membaca

foto berita yang disajikan oleh media, pembaca pembaca akan mengetahui

pesan atau informasi apa yang ada dalam foto berita. Dalam teori Agenda

setting ini dijelaskan bahwa media mengasumsikan positif terhadap suatu

persoalan yang terjadi.

Setiap media massa menyampaikan suatu peristiwa pada khalayak

pasti ada efek yang akan di timbulkan baik itu persepsi atau pun aksi setelah

mengetahui informasi yang ada dalam media tersebut, maka pihak media harus

benar-benar bersikap netral dan positif terhadap kejadian yang terjadi, karena

masyarakat akan menganggap benar dan mengikuti apa yang telah disampaikan

oleh pihak media.

Sumber pesan berasal dari Harian UmumBandung Ekspres yang

mana dalam berita-berita yang disampaikan dalam bentuk foto selalu terdapat

pesan yang disampaikan kepada pembaca agar setelah melihat dan membaca

foto berita yang disajikan oleh media, pembaca pembaca akan mengetahui

pesan atau informasi apa yang ada dalam foto berita. Dalam teori Agenda

setting ini dijelaskan bahwa media mengasumsikan positif terhadap suatu

persoalan yang terjadi.

Setiap media massa menyampaikan suatu peristiwa pada khalayak

pasti ada efek yang akan di timbulkan baik itu persepsi atau pun aksi setelah

mengetahui informasi yang ada dalam media tersebut, maka pihak media harus

(26)

masyarakat akan menganggap benar dan mengikuti apa yang telah disampaikan

oleh pihak media

Dalam kerangka konseptual ini apabila rumusan di atas

diaplikasikan maka, suatu foto berita yang baik di Harian Umum Bandung

Ekspres dapat dilihat dari aktual tidaknya foto berita tersebut karena, hal itu

dapat menarik minat masyarakat untuk membaca foto berita yang disajikan.

Selain itu foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres juga ditentukan

menurut faktualnya yaitu Subyek foto tidak dibuat-buat atau dalam

pengertian diatur sedemikian rupa. Rekaman peristiwa terjadi spontan sesuai

dengan kenyataan yang sesungguhnya, karena ini berkaitan dengan suatu

kejujuran. Foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres akan sesuai

dengan kaidah foto jurnalistik apabila memiliki nilai informatif yaitu Foto

mampu tampil dan dalam lebatan yang dapat ditangkap apa yang ingin

diceritakan di situ, tanpa harus dibebani oleh sekeranjang kata. Pengertian

informatif bagi tiap foto perlu ukuran khas. Sedikit berbeda dengan sebuah

penulisan yang menuntut unsur 5W + 1H dalam suatu paket yang kompak,

maka dalam sebuah foto jurnalistik minimal unsur who (siapa), why

(mengapa) jika itu menyangkut tokoh dalam sebuah peristiwa. Dan keterangan

selanjutnya untuk melengkapi unsur 5W + 1H (sebagai pelengkap informasi)

ditulis pada keterangan foto (caption).

Harian Umum Bandung Ekspres juga menampilkan foto berita yang

sesuai dengan nilai foto berita yaitu memiliki nilai kedekatan dan atraktif.

(27)

pengetahuan umum, dan punya pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari

dalam skala tertentu. Apakah satu peristiwa atau kejadian cuma bersifat

lokal, nasional,regional atau internasional. Sedangkan atraktif yaitu

menyangkut sosok grafis foto itu sendiri yang mampu tampil secara

mengigit atau mencekam, baik karena komposisi garis atau warna yang

begitu terampil maupun ekspresif dari subyek utamanya yang amat

dramatis.

1.5. Kontruksi Kategori

Menurut Jalaluddin Rakhmat, analisis isi digunakan untuk memperoleh

keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuklambang.

Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi,

seperti: suratkabar, buku, lagu, puisi, cerpen, lukisan, pidato, surat, peraturan,

undang-undang, musik, teater, dan sebagainya (Rakhmat, 1998 : 11).

Untuk melakukan analisis isi dapat menggunakan empat metodologis

sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Guido H. Stempel, yaitu pemilihan

satuan isi, kontruksi kategori, penarikan sampel, dan reliabilitas koding

(Stempel dalam Rakhmat, 1997 : 11)

1. Pemilihan satuan analisis: foto beritaHeadlinedi Harian Umum Bandung

Ekspres ditinjau dari syarat nilai foto berita

2. Kontruksi Kategori: Seberapa jauh pemilihan foto berita aktual, seberapa

(28)

informatif, seberapa jauh pemilihan foto berita misi, seberapa jauh

pemilihan foto berita kedekatan, dan seberapa jauh pemilihan foto berita

aktratif.

3. Penarikan sampel isi: berdasarkan total sampling yang diambil dari

jumlah populasi foto berita di H.U Bandung Ekspres terdapat 14 foto

berita.

4. Reliabilitas koding: Pengkoding dilakukan oleh 4 orang. Para pengkoding

harus memiliki latar belakang akademis yang agak sama, agar dapat

memberikan perspektif yang jelas terhadap penelitian tersebut.

Pengkodingan dilakukan untuk memperoleh kesepakatan terhadap alat

ukur yang ditetapkan dalam konstruksi kategori.

Table 1.1

Konstruksi Kategori

Variabel Sub Konstruk Alat

“Analisis foto beritaHeadlinedi Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari syarat nilai foto berita”

Aktual  Termasa

 Nilai foto Berita

Faktual  Kenyataan Foto

Berita

(29)

Informatif  Unsur Foto Berita

Misi  Sasaran

 Fokus foto berita

Kedekatan  Pengaruh terhadap

kehidupan

 Sifat Foto Berita

Atraktif  Tampilan

 Warna

 Garis

Sumber : Dokumentasi Penelitian 2011

1.6. Populasi dan Sampel

1.6.1 Populasi

Populasi menurut Iqbal Hasan dalam bukunya Metode Penelitian

dan Aplikasinya adalah totalitas dari semua objek atau individu yang

memiliki karateristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Objek

atau nilai yang akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau

elemen populasi. unit analisis dapat berupa orang, perusahaan, media, dan

sebagainya.

Mengacu pada pengertian populasi di atas, yang menjadi

populasi pada penelitian ini adalah foto berita di Harian Umum

(30)

Harian Umum Bandung Ekspres edisi 11 April 2011, 12 April 2011, 13

April 2011, 14 April 2011, 15 April 2011, 16 April 2011, 17 April 2011,

09 Mei 2011, 10 Mei 2011, 11 Mei 2011, 12 Mei 2011, 13 Mei

2011, 14 Mei 2011, 15 mei 2011 yang berjumlah 14 Foto Berita.

Karena foto berita yang di muat terdapat daya tarik, dan pembaca

pun ikut terbawa dalam suasan foto berita tersebut.

1.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui

cara-cara tertentu yang juga memiliki karateristik tertentu, jelas, dan

lengkap yangdianggap bisa mewakili populasi.Objek atau nilai yang

diteliti dalam sampel disebut unit sampel. Unit sampel mungkin

sama dengan unit analisis, tetapi mungkin juga tidak.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

total sampling, karena jumlah populasi relatif kecil. Total sampling

adalah mengambil semua jumlah populasi untuk dijadikan sampel

(Arikunto, 1996 : 122). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah foto-foto berita yang termuat di halaman headline yang

terdapat unsur nilai foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres

edisi 11 April 2011, 12 April 2011, 13 April 2011, 14 April 2011, 15

April 2011, 16 April 2011, 17 April 2011, 09 Mei 2011, 10 Mei 2011,

11 Mei 2011, 12 Mei 2011, 13 Mei 2011, 14 Mei 2011, 15 mei 2011

(31)

Table 1.2 Sampel

Foto HalamanHeadlineHarian Umum Bandung Ekspres No Hari dan

INSIDEN : Tembok proyek

Yogya Kepatihan Bandung

runtuh menimpa 6 orang

PKL, kemarin sekitar pukul

20.00

1

2 Selasa, 12

April 2011

HARAP-HARAP

CEMAS : Beberapa mobil

sedang mengisi BBM di

SPBU Pandjaitan, Jakarta

Timur. Hingga saat ini

(32)

3 Rabu, 13

Senin (11/4) dini hari

1

4

Kamis, 14

April 2011

HEBOH SESAAT : Para

pengunjung BEC

mendengar ada lima bom

yang siap meledak di lima

titik, sekitar pukul 16.00

1

5

Jumat, 15

April 2011

MISTIS : Lisa Saraswati

tampil menakutkan dalam

konsernya bertajuk Djarum

Super Mancawarna

Sarasyati di Aula Indoor

Dago Tea House, Jalan

Djuanda, Bandung

(33)

6

bom bunuh diri di Mesjid

Ad-Dzikra Lingkungan

Mapolrsta Cirebon

mengalami luka-luka

dibagian punggung.

Tercatat 28 korban

luka-luka dalam peristiwa

TERORIS : Kadiv Humas

Mabes Polri Irjen Pol

Anton Bshrul Alam

menunjukan foto pelaku

bom bunuh diri dalam

jumpa pers di RS Polri

1

8

Senin, 09

Mei 2011

STATUS TAK JELAS :

(34)

Martadinata. Dalam siding

tersebut mengagendakan

meminta keterangan saksi

terkait upah pungut PBB

9

Selasa, 10

Mei 2011

PENGAWASAN KHUSUS :

Seorang siswa SD tengah

serius mengerjakan soal UN

di SDN Lengkong Kecil 1,

Jalan Lengkong Kecil,

Bandung. UN tingkat SD

berlangsung hingga 12 Mei

2011

1

10

Rabu, 11

Mei 2011

DILEMPAR BATU BATA :

Siswa dan siswi SMKN 15

Bandung membentangkan

penulisan penolakan

kekerasan saat menggelar aksi

saat di halaman sekolahnya

Jalan Gatot Subroto Bandung.

Aksi itu dipicu tindakan

kekerasan yang dilakukan

salah seorang oknum guru

(35)

11

Kamis, 12

Mei 2011

KONSENTRASI : Sejumlah

siswa SD serius mengerjakan

soal Ujian Nasional (UN) di

SDN Lengkong Kecil kota

Bandung

HISTERIS : Seorang ustad

berusaha mengobati

karyawati PT ADETEX yang

kesurupan massal

1

13

Sabtu, 14

Mei 2011

BANYAK LULUS : Salah

seorang siswi SMA di kota

Bandung mengerjakan soal

UN, beberapa waktu lalu.

Kemendiknas mengklaim

siswa capai 99,22 persen

1

14

Minggu, 15

Mei 2011

FASILITAS MENUNJANG :

Juara Honda DBL Banten

Series 2011 SMA Negri 1

Cilegon berfoto bersama usai

penyematan gelar

1

(36)

1.7. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dalam penelitian ini

metode yang di pakai adalah metode deskriptif “suatu metode penelitian yang

berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu

atau bidang tertentu secarah factual dan cermat” (Rakhmat, 2002:22). “Penelitian

deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang

melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa

kondisi praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi..”

(Rakhmat, 1989:34)

Sementara itu, teknik penelitiannya menggunakan analisis isi. Analisis isi

menurut Jalaludin Rakhmat, mengemukakan “analisis isi berguana untuk

memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk

lambang” (Rakhmat 1985:89), sedangkan menurut Guido menggambarkan

“analisis isi sebagai system formal untuk melakukan sesuatu yang sering kita

lakukan secara informal dengan mengambil kesimpulan dari pengamatan isi”

(Stempel 1983:7).

Analisis yang digunakan dalam penelitian dimaksudkan untuk

memaparkan antara yang diperoleh dengan cara mengelompokan dan

mentabulasikan berdasrakan ketegori yang telah ditetapkan berdasarkan data

(37)

1.8. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Maksud dari mengadakan wawancara itu sendiri,

seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985), dikutip

dalam Moleong yakni, “untuk mengkonstruksikan mengenai

orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,

kepedulian dan lain-lain” (Moleong, 2007, p. 186).4

Proses wawancara akan dilakukan peneliti pada wartawan foto

Harian Umum Bandung Ekspres dan Redaktur Harian Umum

Bandung Ekspres agar memperoleh informasi yang mendalam

dalam penelitian ini.

4

(38)

Tabel 1.3

Daftar Koresponden Wawancara

Sumber : Harian Umum Bandung Ekspres

2. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan mencari referensi lewat buku, Harian Umum

Bandung Ekspres, dan sumber lain untuk mendapatkan data yang

berhubungan dengan masalah seputar penelitian.

3.Internet Searching

Yaitu untuk menghasilkan data yang lebih maskimal, peneliti

juga memanfatkan dunia maya (internet) dalam mengumpulkan

data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.

Metode penelusuran data online adalah tata cara melakukan

penelusuran data melalui media online seperti internet atau media

jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga

NO NAMA JABATAN

1 Adhi Nurhadi Redaktur (Koordinator)

2 Nanang Sungkawa Redaktur

3 Asep Awaludin Wartawan & Fotografer

(39)

memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi online

yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah

mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bungin,

2007:125)

Untuk memperoleh data secara online ini dilakukan dengan

carabrowsing atau megunduh data yang diperlukan dari internet

melaluiweb sitetertentu.

1.9. Deskripsi Pengkoding

Penelitian dilakukan sejak bulan Maret hingga Agustus 2011. Untuk

tahap penelitian analisis ini peneliti membuat tahapan seperti tahap

pembuatan alat ukur (coding), pengumpulan data, dan analisis data yang

peneliti lakukan sendiri. Agar dapat menggambarkan data penelitian secara

objektif, peneliti melakukan beberapa tahapan, Pertama, mengumpulkan

semua edisi yang terbit pada foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres

foto-foto berita yang termuat di headline Harian Umum Bandung Ekspres

edisi Ekspres edisi 11 April 2011, 12 April 2011, 13 April 2011, 14 April

2011, 15 April 2011, 16 April 2011, 17 April 2011, 09 Mei 2011, 10 Mei

2011, 11 Mei 2011, 12 Mei 2011, 13 Mei 2011, 14 Mei 2011, 15 Mei

2011 Dalam penelitian ini, Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah foto-foto berita yang termuat di halaman depan yang terdapat unsur

(40)

April 2011, 13 April 2011, 14 April 2011, 15 April 2011, 16 April 2011, 17

April 2011, 09 Mei 2011, 10 Mei 2011, 11 Mei 2011, 12 Mei 2011, 13

Mei 2011, 14 Mei 2011, 15 mei 2011 yang berjumlah 14 Foto Berita.

Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh tiga orang koder sebagai

penganalisis. Para koder dalam penelitian ini ada empat orang termasuk

peneliti. Mereka dipilih karena memiliki pengetahuan tentang fotografi.

koder tersebut adalah sebagai berikut: Adhi Nurhadi dan Nanang Sungkawa

seorang redaktur Harian Umum Bandung Ekspres, Asep Awaludin

seorang wartawan dan fotografer Harian Umum Bandung Ekspres dan

Benny Angga Kusumah seorang mahasiswa jurnalistik Unikom selaku

peneliti. Mereka dipilih karena memiliki dasar pengetahuan dan latar

belakang pendidikan jurnalistik khususnya di bidang foto.

1.10. Teknik Analisis Data

Setelah data-data terkumpul selanjutnya dilakukan proses pengolahan

data. Pengolahan data mencakup kegiatan menganalisis data

yangdiperoleh dengan mengkoding dan menyusun dari

jawaban-jawaban penelitian.

Analisis isi menurut Guido H. Stempel dalam bukunya Research

Method in Mass Communication menyebutkan, analisis isi merupakan

system formal untuk melakukan sesuatu yang sering kita lakukan secara

(41)

Untuk melakukan analisis isi digunakan empat metologis yang

dikemukakan Stempel, yaitu “Pemilihan satuan analisis, konstruksi

kategori, penarikan stempel isi dan reliabilitas koding (Stempel, 1983:11)

Mengkode data berarti memberikan kode-kode tertentu kepada

masing-masing kategori atau nilai dari setiap variabel yang dikumpulkan

datanya. Setelah pengolahan data, berikutnya tinggal menganalisis dan

menginterpretasikan data.Setelah semua data dikodekan, selanjutnya data

tersebut ditabulasi sesuai dengan susunan sajian data yang dibutuhkan

untuk menjawab masing-masing masalah. (Sanapiah,1989:33-34)

Table 1.4 Daftar Pengkoding

NO NAMA JABATAN

1 Adhi Nurhadi Redaktur (Koordinator)

2 Nanang Sungkawa Redaktur

3 Asep Awaludin Wartawan / Fotografer

4 Benny Angga K Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Sementara itu penelitian ini menggunakan teknik analisis isi yang

bertujuan untuk mengambil kesimpulan dari pengamatan data. Dalam

penelitian ini juga menggunakan simbol koding yang secara luas dengan cara

mencatat lambang-lambang atau pesan-pesan secara sistematis untuk kemudian

(42)

Penelitian ini juga didukung analisis yang sifatnya intelektual dan

konteksual. Tekstual adalah analisis yang menguntungkan gambar

analisisnya dari apa yang tertulis atau tercetak dalam surat kabar yang

diteliti. Sedangkan kontekstual adalah sumber analisis yang datanya diambil

dari luar sumber tekstual yang sedang diteliti misalnya observasi, wawancara,

dan studi pustaka.

Penulis juga melakukan uji statistik yang diterapkan pada penelitian ini

digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan pelaku koding dalam

menghitung uji reliabilitas.

Koefisien korelasi person’s (c) yang digunakan untuk mengukur tingkat

kesepakatan koding atau relibilitas koding

Keterangan :

X = Nilai Chi Kuadrat menghitung setiap

variable N = Ukuran sampel dalam table

(1 – C ) x 100% = Mengukur tingkat kesepakatan koding

(43)

Sedangkan untuk mengetahui persentase tingkat kesepakatan pengkoding

dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Kriffendorf (1980),

yaitu:

( 1 – c ) x 100%

c = Persons’s Chi Kuadrat

Untuk mengetahui tinggi rendahnya kesepakatan yang terjadi diantara

pengkoding, maka penelitian ini menggunakan penafsiran koefisien yang

dikemukakan Surakhmad (2004 : 302), yaitu:

1.11. Lokasi dan Waktu Penelitian

1.11.1 Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di Harian Umum Bandung Ekspres yang

bertempat di Jalan Soekarno Hatta No.627 Bandung Telp (022)

7302838,Fax. (022) 7316634 email redaksi@bandungekspres.com,

bdgekspres@gmail.com

0 % - 20 % Korelasi yang rendah sekali

20 %- 40 % Korelasi yang rendah tapi ada

40 %- 70 % Korelasi yang sedang

70 %- 90 % Korelasi yang tinggi

(44)

1.11.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan terhitung dari bulan Maret

sampai dengan Agustus 2011 untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut :

Table 1.5

Jadwal Penelitian

Sumber : Penelitian 2011

No. URAIAN

MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 4. Penulisan Bab V

(45)

1.12. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab dan disusun dengan sistematika,

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan

teoritis, kegunaan praktis), kerangka pemikiran, daftar

pertanyaan, subjek penelitian dan informan, metode penelitian,

teknik pengumpulan data, subjek penelitian, teknik analisis data,

lokasi dan waktu penelitian (meliputi: lokasi penelitian, waktu

penelitian), sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi, tinjauan

mengenai jurnalistik, tinjauan mengenai fotografi, tinjauan

mengenai teknik fotografi, jurnalistik foto dan foto berita pada

surat kabar, tinjauan mengenai alat ukur hypodermic Needle

Model, tinjauan mengenai agenda settingJalaluddin, tinjauan

mengenai agenda setting.

BAB III : OBJEK PENELITIAN

Mencakup tentang sejarah Harian UmumBandung Ekspres,

profil perusahaan Harian Umum Bandung Ekspers,pembagian

(46)

H.U Bandung Ekspers, struktur organisasi perusahaan

H.U.Bandung Ekspers,job description redaksi H.UBandung

Ekspers,sarana dan prasarana bagian redaksi H.U.

BandungEkspres,foto Berita H.U Bandung Ekspres,kriteria dan

Syarat Foto Berita H.U Bandung Ekspres,tinjauan tentang objek

penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uraian data penelitian, hasil penelitian berdasarkan data

lapangan yang terkumpul, mencakup tentang analisis makna

nilai foto berita yang terdapat di H.U. Bandung Ekspres, hasil

pembahasan.

BAB V : PENUTUP

Mencakup tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang ada

pada identifikasi masalah, saran untuk instansi tempat

dilakukannya penelitian, dan saran bagi para penulis

(47)

41

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia yang sangat

mendasar. Seperti halnya makan dan minum, manusia membutuhkan

komunikasi untuk kelangsungan hidupnya. Komunikasi diibaratkan seperti

detak jantung, keberadaannya amat penting bagi kehidupan manusia,

namun kita sering melupakan betapa besar peranannya.

Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental

dalam kehidupan umat manusia. Istilah komunikasi atau dalam bahasa

Inggris Communication berasal dari kata Latin communicatio, dan

bersumber dari katacommunisyang berartisama.Komunikasi itu minimal

harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat.

(Effendy, 2006:9).

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang

benar atau yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat

dari manfaatnya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan

mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya

(48)

terlalu luas, misalnya komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau

lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang

disampaikannya.

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar

komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip

oleh Onong Effendy Uchjana dalam buku “Ilmu Komunikasi dan filsafat

komunikasi”, mengatakan bahwa “Ilmu komunikasi adalah Upaya yang

sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampain

informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.” (Effendy, 2006: 10)

Berdasarkan dari definisi di atas, dapat dijabarkan bahwa

komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator)

menyampaikan perangsang (berupa lambang) kepada orang lain

(komunikan) bukan hanya sekedar memberitahu, tetapi juga

mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang tersebut untuk melakukan

tindakan tertentu (merubah perilaku orang lain).

Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian

pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan, pesan

itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Dalam prosesnya

Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima) komponen yang

(49)

- Sumber (Source)

- Komunikator (Encoder)

- Pertanyaan/Pesan (Message)

- Komunikan (Decoder)

- Tujuan (Destination), (Susanto, 1988;31)

Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas, merupakan faktor

penting dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut tersebut

oleh para ahli komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara

khusus. Proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian,

yaitu :

1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatusystemkode verbal.

2. Komunikasinon verbal

(50)

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat

dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi seringkali mengutip

paradigma yang ditemukan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The

Structure and Function of Communication in Society. Lasswell

mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjalaskan komunikasi ialah

menjawab pertanyaan sebagai berikutWho Say What In Whice Channel

To Whom Whit What Effec?.

Jadi menurut paradigma tersebut, Lasswell mengartikan bahwa

komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui

media yang menimbulkan efek tertentu. dibawah ini adalah

penjelasannya:

Tabel 2.1

Model Lasswel

No Pertanyaan Jawaban

1. Siapa (Who) ? Komunikator : Orang yang

menyampaikan pesan. 2. Mengatakan apa (Says What) ?

Pesan : Pernyataan yang didukung

(51)

No Pertanyaan Jawaban

3 Melalui saluran apa (In Which Media : Sarana atau saluran yang

Channel) ? mendukung pesan bila komunikan

j a u h t e m p a t n y a a t a u b a n y a k

jumlahnya.

4. Kepada siapa (To Whom) ? Komunikan : orang yang menerima

pesan.

5. Dengan efek apa (With What Efek : dampak sebagai pengaruh

Effect) ? pesan

(Sumber : Effendy, 1993 : 253)

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari

komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada

unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy dalam

bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai

pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah

komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan

terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah

(52)

- Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan; - Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang; - Komunikan : Orang yang menerima pesan;

- Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;

- Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy, 2002 : 6)

2.1.3 Sifat Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi

memiliki sifat-sifat adapun beberapa sifat komunikasi tersebut:

1. Tatap muka (face-to-face) 2. Bermedia (Mediated) 3. Verbal (Verbal) - Lisan (Oral) - Tulisan

4. Non verbal (Non-verbal)

- Gerakan/ isyarat badaniah (gestural) - Bergambar (Pictorial) (Effendy, 2002:7)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan

kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan

dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari komunikan itu

sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator biasa secara langsung

(face-to-face) tanpa mengunakan media apapun, komunikator juga dapat

menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia

kepada komunikan, media tersebut sebagai alat bantu dalam

(53)

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan

non verbal. Verbal di bagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan

tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan

gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan

tangan,mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar

untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan

dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah

mengharapkan adanya umpan yang diberikan opleh lawan berbicara kita

serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara

kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut.

Menurut Onong Uchjana dalam buku “ Ilmu Komunikasi Teori dan

Praktek” mengatakan ada pun beberapa tujuan berkomunikasi:

a. Perubahan sikap(attitude change)

b. Perubahan pendapat(opinion change)

c. Perubahan perilaku(behavior change)

d. Perubahan sosial(social change) (Effendi, 2006:8)

Joseph Devito dalam bukunya “Komunikasi Antar Manusia

(54)

 Menemukan

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar-dunia yang dipenuhi obyek, peristiwa, dan manusia lain.

 Untuk berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain

 Untuk meyakinkan

Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita

 Untuk bermain

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan.(Devito, 1997: 31)

2.2 Jurnalistik

Jurnalistik (Jounalistic) sebagai salah satu disiplin ilmu telah

mengalami perkembangan yang cukup panjang, mulai dari kegiatan

pemasangan pamflet pada zaman Romawi Kuno. Jurnalistik berkembang

dari keperluan menyampaikan berita secara sederhana sampai pada

berdirinya suatu lembaga jurnalistik.

Istilah jurnalistik sendiri bersumber dari bahasa Belanda,

journalistiek. Dalam pendekatan bahasa, dikenal pula istilah journalistic

atau journalism yang dalam bahasa inggris berarti harian atau setiap hari.

Sedang dalam pengertian operasional, menurut Onong U. Effendy

(1986:96), ”jurnalistik adalah ilmu yang merupakan keterampilan atau

kegiatan mengolah bahan berita, mulai dari peliputan sampai kepada

(55)

Erik Hodgins, redaktur majalah Time, (dalam Suhandang),

menyatakan bahwa jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ka

sana dengan benar, seksama, dan cepat, dalam rangka membela kebenaran

dan keadilan berpikir yang selalu dapat dibuktikan (Suhandang, 2004:23).

Sedangkan Ronald E. Wolseley dalam Understanding Magazines, dalam

Mappatoto, menyebutkan jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan,

penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi secara umum, pendapat

pemerhati, hiburan umum secara sistematik, dan dapat dipercaya untuk

diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran

(Mappatoto, 1993:63-70).

Secara umum, jurnalistik dapat diartikan sebagai teknik mengolah

berita, mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarkannya

kepada khalayak. Apa saja yang terjadi di dunia, apakah itu fakta peristiwa

atau pendapat yang diucapkan seseorang, jika diperkirakan menarik

perhatian khalayak, bisa dijadikan bahan berita untuk dapat disebarluaskan

kepada masyarakat, dengan menggunakan sebuah media. Seperti yang

dikemukakan Sumadiria, dalam bukunya Jurnalistik Indonesia, Menulis

Berita dan Featuresebagai berikut:

(56)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa jurnalistik adalah

sebuah proses pencarian berita sampai berita tersebut disebar luaskan

kepada khalayak dengan menggunakan sebuah media berkala. Suhandang

dalam buku Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produk dan Kode

Etikmemberikan pengertian jurnalistik sebagai berikut:

Jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku khalayak sesuai dengan kehendak para jurnalisnya (Suhandang,2004;21)

Jadi, jurnalistik mengandung unsur seni atau keterampilan mencari,

mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi dalam bentuk berita

secara indah agar dapat diminati dan dinikmati, sehingga bermanfaat bagi

segala kebutuhan pergaulan hidup khalayak.

Sedangkan hubungan antara jurnalistik dengan pers adalah pers

merupakan suatu lembaga kemasyarakatan yang menjalankan kegiatan

jurnalistik. Boleh dikatakan bahwa pers adalah media khusus untuk

digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya jurnalistik

kepada khalayak. Hubungan antara pers dengan jurnalistik seperti yang

dikemukakan oleh Suhandang dalam buku Pengantar Jurnalistik, Seputar

(57)

Secara luas, pers dan jurnalistik merupakan suatu kesatuan (institusi) yang bergerak dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan dan penerangan tadi dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan hati nurani manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari (Suhandang, 2004;40)

Jelas tampak adanya hubungan yang tak dapat dipisahkan antara pers

dengan jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Effendy, dalam bukunya

Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, yakni

Pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarluaskan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah asper raga, karena ia berwujud, konkret, nyata; oleh karena itu ia dapat diberi nama, sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan, daya hidup, menghidupi aspek pers. (Effendy, 2003;90)

Maka dari itu, pers dan jurnalistik merupakan dwitunggal. Pers tidak

mungkin bisa beroperasi tanpa jurnalistik. Sebaliknya, jurnalistik tidak

akan mungkin mewujudkan suatu karya bernama berita tanpa adanya

pers.

Peristiwa besar maupun kecil, tindakan organisasi maupun pendapat

individu, asal itu dapat menarik massa pembaca, pendengar, ataupun

pemirsa, akan menjadi dasar jurnalistik untuk kemudian diolah menjadi

berita yang disebarluaskan kepada masyarakat. Lebih lanjut lagi peristiwa

(58)

2.3. Fotografi

Pada dasarnya, fotografi merupakan karya seni. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, fotografi merupakan seni dan proses

pengambilan gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang

dipekakan. Artinya, fotografi adalah teknik melukis dengan cahaya (KBBI

edisi ke tiga, 2002). Dalam hal ini, tampak adanya persamaan fotografi

dan seni lukis. Perbedaannya terletak pada media yang digunakan oleh

kedua teknik tersebut. Seni lukis menggunakan kuas, cat, dan kanvas,

sedangkan fotografi menggunakan cahaya (melalui kamera) untuk

menghasilkan suatu karya. Giwanda dalam bukunya Panduan Praktis

Belajar Fotografi, menyebutkan :

Tanpa adanya cahaya, karya seni fotografi tidak akan tercipta. Selain cahaya, film yang diletakkan di dalam kamera yang kedap cahaya memberikan kontribusi yang cukup besar. Sebuah karya seni akan tercipta jika film ini terekspos oleh cahaya (Giwanda, 2001:2).

Dalam salah satu unsur yang membedakan ruang lingkup fotografi,

yaitu documentary-illustrative photography, yang banyak hubungannya

dengan komunikasi, dikenal juga seni memotret dalam cara penyampaian

atau penyajian informasi, sehingga selain faktual, sisi artistiknya harus

dipikirkan terlebih dahulu sebelum memotret. Sehingga tidak salah jika

(59)

2.3.1. Teknik Fotografi

Komposisi adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang

gambar agar objek menjadi pusat perhatian (POI=Point of Interest).

Dengan mengatur komposisi foto kita juga dapat dan akan membangun

mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek.

Berbicara komposisi maka akan selalu terkait dengan kepekaan dan

“rasa” (sense). Untuk itu sangat diperlukan upaya untuk melatih kepekaan

kita agar dapat memotret dengan komposisi yang baik.

Menurut Feri Thomas dalam artikelnya teknik fotografi; Komposisi

didalam Nature Fotografi, ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk

menghasilkan komposisi yang baik, diantaranya:

1. Sepertiga Bagian (Rule of Thirds)

Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang umum lakukan, di mana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto.

2. Sudut Pemotretan (Angle of View)

(60)

a. Pandangan sebatas mata (eye level viewing);

Paling umum, pemotretan sebatas mata pada posisi berdiri, hasilnya wajar/biasa, tidak menimbulkan efek-efek khusus yang terlihat menonjol kecuali efek-efek yang timbul oleh penggunaan lensa tertentu, seperti menggunakan lensa sudut lebar, mata ikan, tele, dan sebagainya karena umumnya kamera berada sejajar dengan subjek.

b. Pandangan burung (bird eye viewing);

Bidikan dari atas, efek yang tampak subjek terlihat rendah, pendek dan kecil. Kesannya seperti kecil/hina terhadap subjek. Manfaatnya seperti untuk menyajikan suatu lokasi ataulandscape.

c. Low angle camera

Pemotretan dilakukan dari bawah. Efek yang timbul adalah distorsi perspektif yang secara teknis dapat menurunkan kualitas gambar, bagi yang kreatif hal ini dimanfaatkan untuk menimbulkan efek khusus. Kesan efek ini adalah menimbulkan sosok pribadi yang besar, tinggi, kokoh dan berwibawa, juga angkuh. Orang pendek akan terlihat sedikit normal. Menggambarkan bagaimana anak-anak memandang dunia orang dewasa. Termasuk juga dalam jenis ini pemotretan panggung, orang sedang berpidato di atas mimbar yang tinggi.

d. Frog eye viewing

Pandangan sebatas mata katak. Pada posisi ini kamera berada di bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak diarahkan ke atas, tetapi mendatar dan dilakukan sambil tiarap. Angle ini digunakan pada foto peperangan, fauna dan flora.

e. Waist level viewing

Pemotretan sebatas pinggang. Arah lensa disesuaikan dengan arah mata (tanpa harus mengintip dari jendela pengamat). Sudut pengambilan seperti ini sering digunakan untuk foto-foto candid (diam-diam, tidak diketahui subjek foto), tapi pengambilan foto seperti ini adalah spekulatif.

f.High handheld position

(61)

spekulatifnya, tapi ada kiatnya yaitu dengan menggunakan lensa sudut lebar (16 mm sampai 35 mm) dengan memposisikan gelang fokus pada tak terhingga (mentok) dan kemudian memutarnya balik sedikit saja. Pemotretan seperti sering dilakukan untuk memotret tempat keramaian untuk menembus kerumunan.

3. Komposisi pola garis Diagonal, Horizontal, Vertikal, Curve. Di dalam pemotretanNature, pola garis juga menjadi salah satu unsur yang dapat memperkuat objek foto. Pola garis ini dibangun dari perpaduan elemen-elemen lain yang ada didalam suatu foto. Misalnya pohon,ranting, daun, garis cakrawala, gunung, jalan, garis atap rumah dan lain-lain..

Elemen-elemen yang membentuk pola garis ini sebaiknya diletakkan di sepertiga bagian bidang foto. Pola Garis ini dapat membuat komposisi foto menjadi lebih seimbang dinamis dan tidak kaku.

4. Background(BG) danForeground(FG)

Latar belakang dan latar depan adalah benda-benda yang berada di belakang atau di depan objek inti dari suatu foto. Idealnya, BG dan FG ini merupakan pendukung untuk memperkuat kesan dan fokus perhatian mata kepada objek.

Selain itu juga “mood” suatu foto juga ditentukan dari unsur-unsur yang ada pada BG atau FG. BG dan FG, seharusnya tidak lebih dominan (terlalu mencolok) daripada objek intinya. Salah satu caranya adalah dengan mengaburkan (Blur) BG dan FG

melalui pengaturan diafragma

(http://www.hinamagazine.com/index.php/2006/11/02/dasar-dasar-fotografi/teknik-fotografi/)

Hal lain yang dapat menunjang komposisi dan dapat membangun

Point of interest yaitu oleh pemilihan warna, dalam hal ini warna-warna

primer seperti merah dan biru, yang dapat langsung menarik perhatian

(62)

2.4. Tinjauan Tentang Surat Kabar

2.4.1. Surat kabar sebagai salah satu jenis media massa

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya

bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca,

peredarannya serta penekanan isinya.

Kebanyakan surat kabar mengandalkan hidupnya dari iklan, bahkan

kenaikan harga kertas Koran sebagai bahan baku utama surat kabar sering

kali tidak mengakibatkan kenaikan harga jual surat kabar per eksemplar

secara proporsional. Kehadiran iklan dalam media cetak dengan kata lain

telah mampu mensubsidi harga eceran surat kabar.

Selama tahun 1970-1985 diketahui ternyata lebih banyak surat kabar

dan majalah gulung tikar karena tidak mendapatkan iklan, sekalipun di

Indonesia budaya membaca belum terlalu memasyarakat. Surat kabar

merupakan media utama yang banyak digunakan dalam periklanan di

Indonesia, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti :

1. Jangkauan distribusi surat kabar tidak dibatasi. 2. Jangkauan media lainnya, radio dan televisi dibatasi.

Gambar

Table 1.2
Tabel 1.3Daftar Koresponden Wawancara
Table 1.4Daftar Pengkoding
Table 1.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

งานวิจัยนี้เปนการวิจัยเพื่อการศึกษาการประเมินความเสี่ยงจากพฤติกรรมการทองเที่ยวของ นักทองเที่ยวที่สงผลตอความเสียหายของทรัพยากรการทองเที่ยวในพื้นที่อําเภออัมพวา จังหวัดสมุทรสงคราม

ค Research Title: Learning Styles of the Students in Faculty of Education ChiangMai Rajabhat University Researcher: Mrs.Narumon Khampunya Faculty/Department: Curriculum and

Dalam ratoh tersebut, banyak kisah dan cerita yang terkandung di dalamnya dari kisah bahagia yang tercermin dari gerakannya yang dinamis atau kadang begitu

Dari seorang ayah anak belajar bagaimana semestinya bergaul dengan laki-laki dan orang yang tepat untuk dijadikan tempat curhat anak perempuan tentang laki-laki seharusnya adalah

[r]

Adapun skripsi yang diberi judul “PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR MENGGAMBAR TEKNIK DASAR PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN

Examples Non Examples dengan Make a Match menghasilkan produk dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 1 Karangrayung Grobogan Tahun

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Materi Proses Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar 1.. Menghargai

Peneliti dalam penelitian ini melakukan observasi atau pengamatan dalam mengumpulkan data dengan alasan: 1). Teknik observasi didasarkan atas pengamatan yang ampuh

Sedangkan tempe dengan nilai rata-rata tertinggi adalah tempe komposisi koro pedang pada perlakuan A0B1 yang menunjukkan tempe berwarna putih rata, karena