• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyerapan Cairan Obat Kumur Klorheksidin 0,12% Pada Semen Ionomer Kaca Tipe Ii Setelah Perendaman 1, 3, 5 Dan 7 Hari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyerapan Cairan Obat Kumur Klorheksidin 0,12% Pada Semen Ionomer Kaca Tipe Ii Setelah Perendaman 1, 3, 5 Dan 7 Hari"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Kerangka Teori

Semen Ionomer Kaca

Klasifikasi

Pengertian

Tipe 1: Luting Cement Tipe 2 : Restorative Cement

Tipe 3 : Lining and Bases Cement

Komposisi

Bubuk Cairan

Sifat-sifat ReaksiPengerasan

Biologis

• Biokompatiblitas Mekanis

Compressive strength Tensilestrength

Fisis

• Kelarutan bahan

• Koefisien ekspansi termal

• Estetsis

• Kesimbangan air Kimiawi

• Adhesi

• Pelepasan fluor

Obat Kumur Penyerapan

cairan

Bahan aktif Bahan inaktif

(2)

Lampiran 2. Kerangka Konsep

Penyerapan Cairan

Obat Kumur klorheksidin

Efek pada bahan restorasi Sikat gigi

Semen Ionomer

Kaca Tipe II

Sifat-sifat

Biologis

Fisis

Kimiawi

Mekanis

Proses

(3)

Lampiran 3 Alur Penelitian

Pembuatan master cast logam dengan ukuran diameter 15mm dan ketebalan 2mm

Semen Ionomer Kaca diaduk sesuai petunjuk pabrik dengan perbandingan 2g:1ml selama 30 detik

Semen ionomer kaca yang diaduk dimasukkan ke dalam master cast sampai penuh dan ditutupdengan cellophane strip selama 6 menit

Setelah mengeras sampel dikeluarkan dari master cast

Penyelesaian akhir

Penimbangan awal dengan menggunakan alat penimbang (Acis) untuk mendapatkan berat awal (M1)

Kelompok 1 direndam dalam obat kumur klorheksidin 0,12% dan

disimpan di dalam inkubator selama 1

hari inkubator selama 3 hari

(n=6)

Kelompok 3 direndam dalam obat kumur klorheksidin 0,12% dan

disimpan di dalam inkubator selama 5 hari

(n=6)

Kelompok 4 direndam dalam obat kumur klorheksidin 0,12% dan disimpan di dalam inkubator selama 7 hari

(4)

Lampiran 4: Pengukuran Berat Bahan Semen Ionomer Kaca Pengukuran berat bahan semen ionomer kaca

(5)

Lampiran 5: Nilai Penyerapan Cairan

No Sampel Nilai Penyerapan Cairan

Kelompok I (µg/mm3

Kelompok II ) (µg/mm3

Kelompok III ) (µg/mm3

Kelompok IV ) (µg/mm3)

1 56,617 28,309 113,234 283.086

2 28,309 56,617 113,234 311,394

3 47,423 56.617 141,543 315,079

4 28,309 36,774 113,234 315,079

5 56,617 36,774 141,543 352,456

6 28,309 35.505 169,851 283,086

Rerata

±

SD

40.930

±

10.231

41.766

±

11.299

132.106

±

23.113

310.030

±

(6)

Lampiran 6: Analisis Hasil Penelitian

Tests of Normality

Sample

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PenyerapanCairan Kelompok 1 .136 6 .200* .978 6 .940

Kelompok 2 .177 6 .200* .945 6 .703

Kelompok 3 .293 6 .117 .822 6 .091

Kelompok 4 .243 6 .200* .860 6 .191

Oneway

Descriptives

PenyerapanCairan

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Kelompok 1 6 40.9306 10.231290 4.176907 30.19342 51.66758 28.309 56.617

Kelompok 2 6 -41.7668 11.299848 4.613144 -53.62530 -29.90837 -56.617 -28.309

Kelompok 3 6 -132.106 23.113875 9.436200 -156.36302 -107.84998 -169.851 -113.234

Kelompok 4 6 -310.030 30.057986 1.2271120 -341.57409 -278.48624 -352.456 -283.086

Total 24 -110.743 134.480727 2.7450760 -167.52948 -53.95702 -352.456 56.617

Test of Homogeneity of Variances

PenyerapanCairan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

(7)

ANOVA

PenyerapanCairan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 407606.017 3 135868.672 325.415 .000

Within Groups 8350.498 20 417.525

Total 415956.515 23

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

(I) Sample (J) Sample

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kelompok 1 Kelompok 2 82.697333* 1.1797240 .000 58.08871 107.30595

Kelompok 3 173.037000* 1.1797240 .000 148.42838 197.64562

Kelompok 4 350.960667* 1.1797240 .000 326.35205 375.56929

Kelompok 2 Kelompok 1 -82.697333* 1.1797240 .000 -107.30595 -58.08871

Kelompok 3 90.339667* 1.1797240 .000 65.73105 114.94829

Kelompok 4 268.263333* 1.1797240 .000 243.65471 292.87195

Kelompok 3 Kelompok 1 -173.037000* 1.1797240 .000 -197.64562 -148.42838

Kelompok 2 -90.339667* 1.1797240 .000 -114.94829 -65.73105

Kelompok 4 177.923667* 1.1797240 .000 153.31505 202.53229

Kelompok 4 Kelompok 1 -350.960667* 1.1797240 .000 -375.56929 -326.35205

Kelompok 2 -268.263333* 1.1797240 .000 -292.87195 -243.65471

Kelompok 3 -177.923667* 1.1797240 .000 -202.53229 -153.31505

(8)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice J. Philips Science of Dental Material. 11th

2. Powers JM. Craig's Restorative Dental Materials. 13th ed. Philladelphia: Elsevier; 2012:186-9,339-341

ed. India: Elsevier; 2009: 471-5

3. Gandolfi MG. Fluoride release and absorption at different pH from Glass Ionomer Cement. Dent Materials. 2006; 70-9

4. Roberson TM. Studervant’s Art & Science of Operative Dentistry. 5th

5. Ghanim MA. Water sorption and solubility of different commercially available dental cements (An in vitro study). Med J Babylon. 2010; 7: 410-21

ed. Philadelphia: Elsevier; 2002.215-9

6. Hakan S. Water Sorption and Solubility of Provisional and Permanent Luting Cements. Arastirma. 2006; 19:24-32

7. Jafari K. Hekmatfar BS. The effect of Mouthwashes on Surface Hardness of Dental Ceramics. J Dent BioMat. 2014; 1;124-135

8. Jyoti KN. Effect of five commercial mouth rinse on the microhardness of a nanofilled resin composite restorative bahan: An invitro study. J Conserv Dent. 2012; 15:30-7

9. Mahesh Singh TR. Glass Ionomer Cements (GIC) In Dentistry: A Review. Int J Plant, Animal Environmental Sc. 2011; 1: 10-7

10. Ibrahim M Hamouda DAI. Fracture Toughness, Surface Roughness and Fluoride release of glass ionomers after immersion in athletic drinks. Dental and Oral Implants. 2011; 1(1)

11. Somayeh HT. The Effect of Three Mouthwashes on Microleakage of a Composite Resin-An Invitro Study. J Am Sc. 2013; 9:1-11

12. Awliya WY. The Effect of Mouthrinses on Surface Hardness and Weight Changes of Esthetic Restorative Materials. 13. Lohbauer U. Dental Glass Ionomer Cements as Permanent Filling. J Med.

2010; 3: 76-95

(9)

15. Iqbal K. Role of Different Ingredients of Toothpastes and Mouthwashes. Journal of the Pakistan Dental Association. 2011; 20: 163-170

16. Balagopal S. Chlorhexidine: The Gold Standard Antiplaque Agent. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research. 2013; 5(12): 270-4

17. Mount GJ. An Atlas of Glass Ionomer Cement: A Clinician's Guide London: Taylor & Francis; 2003.1-6

18. Saleem M. Comparison of Solubility of Zinc Phosphate and Glass Ionomer Cement in Artificial Saliva of Varying pH Values (In Vitro Study). Pakistan Oral Dent J. 2011; 31

19. Dinakaran S. Sorption and Solubility Characterisics of Compomers, Convential and Resin Modified Glass Ionomer Cement Immersed in Various Media. IOSR J Dent Med Sc. 2014; 13:29-37

20. Sidhu S. Glass-ionomer cement restorative bahans: a sticky subject? Australian Dental Journal. 2011;

21. Neelakantan P. Fluoride Release from a new Glass Ionomer Cement. Op Dent. 2011; 36:55-62

22. Heshmat.H. In-Vitro Evaluation of Water Sorption of G-Cem and Fuji Cem in Water and Acid. 2013; 25:30-43

23. Marco AB. Fluoride Release Profile of a Nanofilled Resin-Modified Glass Ionomer Cement. Brazilian Dent J. 2011; 22:40-9

24. Hanafia M. Percobaan Teori dan aplikasi. 3rd ed. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2003. 15

25. Wilson DA. Acid-Base Cements.Their biomedical and industrial applications.1st

26. Franciese D. Diametral tensile strength and water sorption of glass ionomer cements used in Atraumatic Restorative Treatment. J Appl Oral Sc. 2003;11:96-101

(10)

BAB 3

METODOLOGI PENELITAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories

3.2 Desain Penelitian

Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah Posttest design

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian

1. Departemen Ilmu Bahan dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG USU Medan Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU Medan

3.3.2 Waktu Penelitian

Februari 2015 – April 2016

3.4 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.4.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah semen ionomer kaca yang dibuat berbentuk tablet dengan diameter 15mm dan tebal 2mm.24

Gambar 5. Ukuran sampel penelitian

2mm

(11)

3.4.2 Besar Sampel Penelitian

Pada penelitian ini besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Frederer:

Keterangan: 24

t: Jumlah perlakuan

r: Jumlah sampel tiap kelompok

Dalam penelitian ini terdapat empat kelompok perlakuan, dimana 4 kelompok tersebut yaitu:

1. Kelompok I sampel semen ionomer kaca direndam di dalam obat kumur yang mengandung klorheksidin 0,12% disimpan di dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 1 hari.

2. Kelompok II sampel semen ionomer kaca direndam di dalam obat kumur yang mengandung klorheksidin 0,12% disimpan di dalam inkubatordengan suhu 37°C selama 3 hari.

3. Kelompok III sampel semen ionomer kaca direndam di dalam obat kumur yang mengandung klorheksidin 0,12% disimpan di dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 5 hari.

4. Kelompok IV sampel semen ionomer kaca direndam di dalam obat kumur yang mengandung klorheksidin 0,12% disimpan di dalaminkubator dengan suhu 37°C selama 7 hari.

maka t= 4 dan jumlah sampel (r) tiap kelompok dapat tentukan sebagai berikut:

(4-1)(r-1) ≥ 15 3r-3 ≥ 15 3r ≥ 18 r ≥ 6

Minimal besar sampel tiap kelompok adalah 6 sampel, jumlah sampel yang digunakan adalah 6 sampel pada tiap kelompok. Jadi, jumlah total keseluruhan sampel untuk 4 kelompok perlakuan adalah 24 sampel.

\

(12)

3.4.2.1 Kriteria Inklusi Sampel:

1. Sampel memiliki permukaan halus

2. Sampel tidak terkontaminasi debu, kotoran dan sebagainya 3. Sampel memiliki permukaan yang rata

3.4.2.2 Kriteria Eksklusi Sampel:

1. Sampel rusak 2. Sampel poreous

3.5.1 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas

Lama perendaman bahan restorasi semen ionomer kaca dalam larutan obat kumur klorheksidin selama 1 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari.

3.5.2Variabel Terikat

Penyerapan cairan pada semen ionomer kaca selama 1 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari.

3.5.3 Variabel Terkendali

1. Ukuran sampel bahan restorasi semen ionomer kaca berdiameter 15mm dan tebal 2mm.

2. Rasio powder dan liquid semen ionomer kaca 2g : 1ml 3. Volume obat kumur (10 ml)

4. Suhu inkubator (37°C)

3.5.3 Variabel tidak Terkendali

(13)

3.6 Definisi Operasional

1. Semen ionomer kaca merupakan bahan restorasi sewarna gigi yang mengandung semen silikat dan larutan asam poliakrilat. Ia mempunyai reaksi asam basa antara bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan asam poliakrilik.

2. Penyerapan air adalah kemampuan suatu bahan restorasi untuk menyerap air sehingga menyebabkan penggembungan bahan tersebut yang mengakibatkan terjadinya degradasi secara permanen. Penyerapan air dapat diukur dengan menimbang berat semen ionomer kaca (dalam satuan microgram) dengan menggunakan timbangan digital.

3. Obat kumur klorheksidin 0,12% adalah cairan yang digunakan untuk menghambat pembentukan plak yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berada di dalam rongga mulut.

4. Perendaman sampel adalah keadaan dimana sampel direndam di dalam obat kumur sebanyak 10 ml selama 1, 3, 5 dan 7 hari. Sampel direndam di dalam obat kumur klorheksidin 0,12% selama 1, 3, 5 dan 7 hari karena dilaporkan bahawa 24 jam adalah setara dengan pemakaian 2 menit perhari selama setahun.

3.7 Alat dan Bahan Peneltian 3.7.1 Alat Penelitian

1. Master cast berdiameter 15mm x 2mm

(14)

2. Semen spatel 3. Pinset

4. Tisu

5. Cellophane Strip

6. Timbangan digital (Acis)

Gambar 7. Timbangan digital Acis 7. Inkubator (Schutzart DIN 40050-IP, Germany)

Gambar 8. Inkubator 8. Spuit (10cc)

(15)

3.7.2 Bahan Penelitian

1. Semen ionomer kaca Fuji IX

Gambar 9. Semen ionomer kaca tipe II

Tabel 4. Komposisi semen ionomer kaca Fuji IX

Komposisi Persentase

(%)

Pabrik

Powder: kaca aluminosilikat 93.9 GIC Corp, Tokyo, Japan Liquid: Asam poliakrilik

Asam polibasik

35 15

GIC Corp, Tokyo, Japan

2. Obat kumur Pepsodent Sens Expert Alcohol free

Gambar 10. Pepsodent Sens Expert

Tabel 5. Komposisi obat kumur Pepsodent Sens Expert Alcohol free

No Komposisi Obat kumur Pepsodent Sens Expert Alcohol free

Persentase (%)

1 Klorheksidin 0,12%

2 Sorbitol 3%

3 Potassium citrate 0-2%

(16)

5 Sodium benzoate 0.1%

6 Perisa 2%

7. Zinc sulfate 0,00025%

8. Citric acid 2%

9. Sodium saccharin 0,068

10 Sodium fluoride 0.05%

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1 Pembuatan Sampel Penelitian

1. Eksperimen ini dilakukan menurut ISO 9917:2007, standar untuk mengevaluasi penyerapan cairan dan pelarutan bahan restorasi semen ionomer kaca.

2. Master cast dengan mould berdiameter 15mm dan ketinggian 2mm diletakkan di atas cellophane strip.

22

3. Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk dan cairan yang diaduk dengan semen spatel di atas glass slab dengan perbandingan 2 g : 1 ml selama 30 detik. 4. Semen ionomer kaca yang telah diaduk kemudian dimasukkan ke dalam

cetakan sampel sampai penuh dan ditutup dengan cellophane strip dan glass slab.

5. Setelah mengeras, sampel dikeluarkan dari cetakan, dan dirapikan dan ditandai dengan perekat warna.

6. Buat 24 sampel dengan 6 sampel untuk masing-masing perlakuan.

3.8.2 Perendaman dan Penimbangan Sampel

1. Sampel dikeluarkan dari mould.

2. Sampel ditimbang dan dicatat beratnya (M1).

3. Setelah itu, sampel dimasukkan ke dalam wadah yang berisi obat kumur sesuai dengan waktu yang ditentukan.

(17)

dibersihkan dengan air, kemudian dikeringkan di atas kertas tisu selama 30 detik dan ditimbang. (M2)

5. Kelompok II: 6 buah sampel semen ionomer kaca direndam dalam obat kumur sebanyak 10 ml dan disimpan dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 3 hari. Sampel dikeluarkan dari inkubator, dibersihkan dengan air, kemudian dikeringkan di atas kertas tisu dan ditimbang.

6. Kelompok III: 6 buah sampel semen ionomer kaca direndam dalam obat kumur sebanyak 10 ml dan disimpan dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 5 hari. Sampel dikeluarkan dari inkubator, dibersihkan dengan air, kemudian dikeringkan di atas kertas tisu dan ditimbang.

7. Kelompok IV: 6 buah sampel semen ionomer kaca direndam dalam obat kumur sebanyak 10 ml dan disimpan dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 7 hari. Sampel dikeluarkan dari inkubator, dibersihkan dengan air, kemudian dikeringkan di atas kertas tisu dan ditimbang.

3.8.3 Perhitungan Volume Sampel

Perhitungan volume= [(D)/2]2

Perhitungan penyerapan cairan dalam µg/mm 3

3 W

adalah sebagai berikut: sp=

V (M2-M1)

V= volume

D= Diameter sample penelitian

h = ketebalan sample penelitian Wsp

M

= Water sorption

1:

M

adalah berat sampel ditimbang sebelum direndam di dalam obat kumur klorheksidin

2: adalah berat sampel ditimbang setelah perendaman obat kumur klorheksidin.2, 3

3.7 Analisis data

(18)
(19)

BAB 4

HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

Hasil nilai penyerapan cairan semen ionomer kaca dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Nilai Penyerapan Cairan , Rerata dan Standar Deviasi Semen Ionomer Kaca Tipe II pada Kelompok I, II, III dan IV setelah Perendaman selama 1, 3, 5 dan 7 hari dalam Larutan Obat Kumur Klorheksidin 0,12%.

No Sampel

Nilai Penyerapan Cairan(µg/mm3)

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV

(µg/mm3) % (µg/mm3) % (µg/mm3) % (µg/mm3) %

Dari Tabel 6, terlihat nilai penyerapan cairan, rerata dan standard deviasi pada 4 kelompok perlakuan yang direndam dalam larutan obat kumur klorheksidin 0,12%. Pada kelompok I yang direndam selama 1 hari, menunjukkan nilai rerata dan standar deviasi 40.391±10.231 µg/mm3; Kelompok II yang direndam selama 3 hari menunjukkan nilai rerata dan standar deviasi 41.766±11.299 µg/mm3; Kelompok III yang direndam selama 5 hari menunjukkan nilai rerata dan standar deviasi 132.106±23.114 µg/mm3; Kelompok IV yang direndam selama 7 hari menunjukkan nilai rerata dan standar deviasi 310.030±30.057 µg/mm3

Dari tabel 6, data dilihat bahwa semakin lama bahan restorasi semen ionomer .

(20)

4.2 Analisis hasil penelitian

Sebelum dilakukan uji analisis antar kelompok perlakuan, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro-Wilk Test (Lampiran 5). Hasilnya, setiap kelompok perlakuan memiliki data berdistribusi normal. Kemudian dilakukan uji One-way Anova untuk mengetahui adanya perbedaan dari nilai rerata nilai penyerapan cairan antar kelompok. Sebagai hasilnya data dilhat pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji One way Anova Penyerapan Cairan Semen Ionomer Kaca.

Sum of Squares Df perbedaan yang signifikan (p<0,05), antar kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa H0

Tabel 8. Signifikasi Nilai Penyerapan Cairan Semen Ionomer Kaca dengan Post Hoc Test (LSD)

(Hipotesa awal) ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat penyerapan cairan yang signifikan pada semen ionomer kaca tipe II setelah direndam dalam larutan obat kumur klorheksidin 0,12%. Untuk mengetahui adanya perbedaan antar masing-masing kelompok, dilakukan Post Hoc Test

dengan menggunakan uji Least Significance Difference (LSD) yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 8.

(21)

Kelompok III Kelompok IV 177.923 11.797 0.00*

*Ada perbedaan yang signifikan (p<0,05)

Pada Tabel 8 dapat dilihat dari hasil perhitungan uji Least Significance

Difference (LSD) didapatkan nilai p antar kelompok I dengan kelompok II, III

dan IV adalah p= 0,00 (p<0,05), yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok I dengan kelompok II yang direndam selama 3 hari.

Pada penelitian ini terlihat bahwa nilai rerata penyerapan cairan semen ionomer kaca meningka t setelah direndam dalam obat kumur klorheksidin. Gambar 11 menunjukkan nilai rerata penyerapan cairan semen ionomer kaca yang meningkat setelah direndam selama 1, 3, 5 dan 7 hari.

Gambar 11. Grafik rerata nilai penyerapan cairan semen ionomer kaca setelah direndam dalam obat kumur klorheksidin.

-50

1 hari 3 Hari 5 hari 7 hari Lama Perendaman

(22)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan nilai penyerapan cairan, rerata dan standar deviasi yang mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya waktu perendaman, dapat dilihat pada tabel 7. Kelompok I yang direndam selama 1 hari menunjukkan nilai rerata dan standar deviasi 40,391±10,231 µg/mm3; Kelompok II yang direndam selama 3 hari menunjukkan nilai rerata dan standar deviasi 41,766±11,299 µg/mm3; Kelompok III yang direndam selama 5 hari menunjukkan nilai rerata dan standar deviasi 132,106±23,114 µg/mm3; Kelompok IV yang direndam selama 7 hari menunjukkan nilai rerata dan standard deviasi 310,030±30,058 µg/mm3

Perubahan berat bahan restorasi digunakan sebagai metode pengukuran untuk melihat perubahan dari sifat fisik bahan restorasi. Peningkatan berat bahan restorasi mengindikasi serapan cairan dari media perendaman. Peningkatan dalam berat bahan restorasi yang tidak bervariasi menandakan keseimbangan telah dicapai antara media perendaman dan bahan yang direndam. Jika terdapat perubahan yang signifikan dalam keseimbangan ini, bisa terjadi perubahan reversibel atau irreversibel dalam bahan restorasi yang direndam.

. Berat bahan semen ionomer kaca yang meningkat menunjukkan bahwa penyerapan cairan dalam semen ionomer kaca terjadi. Dalam hal ini, terjadi peningkatan dalam penyerapan cairan semen ionomer kaca setelah dilakukan perendaman dalam obat kumur klorheksidin.

Perendaman semen ionomer kaca tipe II dalam obat kumur Pepsodent menunjukkan bahwa adanya peningkatan berat bahan setelah direndam selama 1, 3, 5 dan 7 hari berikutnya. Peningkatan berat bahan ini mengindikasi bahwa bahan restorasi semen ionomer kaca menyerap cairan obat kumur klorheksidin. Komposisi semen ionomer kaca yang mengandung kacaaluminosilikat yang berperan dalam penyerapan cairan

12

Metode pengukuran cairan merupakan pengukuran keuntungan berat bersih bahan restorasi akibat dari masuknya molekul air dan keluarnya ion-ion kalsium

(23)

dan aluminium. Dari sudut pandang atom, mekanisme difusi adalah migrasi yang berlaku secara bertahap dari satu gugus molekul (COO-) ke gugus molekulnya (COO-) lainnya. Umumnya, air berdifusi secara bertahap dengan mengikat bahan lain ke kelompok hidrofilik yang disebut dengan teori interaksi.5 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shiji Dinakaran (2014), penyerapan semen ionomer kaca lebih signifikan jika direndam dalam larutan minuman asam.

Elution of cement yang membentuk kation pada permukaan semen ionomer kaca

yang berperan dalam penyerapan cairan dan menyebabkan meningkatnya berat bahan semen ionomer kaca.19 Menurut Hakan S (2006) semen ionomer kaca mempunyai nilai penyerapan cairan yang tinggi jika dibandingkan dengan semen zinc eugenol karena sifat fisik semen ionomer kaca yang hidrofilik.6Mahesh Singh menemukan bahwa ada kerusakan pada sifat fisis semen ionomer kaca seperti kekuatan fleksural setelah semen disimpan di dalam lingkungan berair pada jangka waktu yang lama. Penurunan kekuatan fleksural disebabkan oleh penyerapan air oleh bahan restorasi semen ionomer kaca. Bagian dari air yang diserap bertindak sebagai plasticiser yang menyebabkan kekuatan fleksural semen ionomer kaca menurun.9 Keberadaan air dalam semen ionomer kaca membuat bahan restorasi ini sulit memberikan nilai estesis dan kekuatan mekanis dibandingkan dengan komposit gigi.

Menurut Crisp, Lewis dan Wilson (1980). Air diserap sebanyak 3,2% dalam 1 hari dan 3,8% dalam 7 hari.

8

25

(24)
(25)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat penyerapan cairan pada semen ionomer kaca tipe II pada semua kelompok perlakuan yang direndam dalam obat kumur klorheksidin 0,12% selama 1, 3, 5 dan 7 hari dengan nilai signifkasi p= 0,00 (p<0,05).

2. Semakin lama perendaman semen ionomer kaca tipe II dalam obat kumur klorheksidin 0,12% berat bahan semen ionomer kaca meningkat.

6.2 Saran

Saran dari penelitian ini adalah:

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal untuk penelitian lebih lanjut.

2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat membahas lebih dalam lagi tentang pengaruh cairan lainnya terhadap bahan restorasi semen ionomer kaca tipe II.

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semen Ionomer Kaca

2.1.1 Pengertian Semen Ionomer Kaca

Semen ionomer kaca adalah bahan yang terdiri dari polimer silang matriks yang diperkuat oleh partikel kaca di sekitarnya. Semen ionomer kaca digunakan untuk mengembalikan fungsi estetis pada gigi anterior dan dianjurkan untuk digunakan pada gigi dengan persiapan kavitas restorasi Klas III dan Klas V. Di samping itu, semen ionomer kaca mempunyai ikatan adesif yang kuat terhadap struktur gigi dan mempunyai potensi dalam pencegahan karies. Jenis semen ionomer kaca telah diperluas untuk mencakup penggunaan mereka sebagai luting

agent¸ perekat piranti ortodonti, pit and fissure sealant, liners and bases, core

build up, dan sebagai restorasi intermediate. Aplikasi semen ionomer kaca

tergantung pada konsistensi semen yang berkisar dari viskositas rendah hingga viskositas yang tinggi yang disesuaikan mengikut distribusi ukuran partikel dan rasio powder/liquid.

Semen ionomer kaca pertama kali diperkenalkan di bidang kedokteran gigi pada tahun 1972 oleh Wilson dan Kent,

1

2

(27)

dengan jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan fluor yang beraksi sebagai antikariogenik, kontraksi volume pada pengerasan sedikit dan koefisien ekspansi termal sama dengan struktur gigi. 4,13

2.1.2 Komposisi Semen Ionomer Kaca

Semen ionomer kaca adalah bahan yang terdiri dari kalsium, bubuk kaca strontium aluminosilikat yang digabung dengan polimer larut air yang bersifat asam.4,7,13 Bubuk semen ionomer kaca terdiri dari kalsium, kaca aluminosilikat larut asam yang mengandung fluor, alumina, silica, kalsium fluorida, aluminium fosfat dan cryolite.13 Cairannya mengandung larutan poliakrilik dan asam itaconic. Asam tartaric juga dimasukkan ke dalam cairan ini untuk mengurangi ikatan-ikatan hidrogen antara molekul-molekul asam supaya tingkat pembentukan gel pada cairan dapat berkurang serta meningkatkan tingkat reaktivitas cairan ini.1

Tabel 1. Komposisi bubuk semen ionomer kaca

2.1.3 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca

Semen ionomer kaca dikategorikan sebagai konvensional, metal inforced dan

resin-modified. Klasifikasi semen ionomer kaca dalam bidang kedokteran gigi ada

beberapa tipe yaitu :

Tipe I: Luting cement

Semen ionomer kaca jenis ini sangat disukai karena tidak mengiritasi pulpa, mengikat ke struktur gigi dan melepaskan fluor.

Tipe II: Restorative cement

No KOMPOSISI PERSENTASE (%)

1 Silica 29.0

2 Alumina 16.6

3 Kalsium Fluorida 34.3

4 Cryolite 5.0

5 Aluminium Flourida 5.3

(28)

Semen ionomer kaca sebagai bahan restorasi tidak digunakan pada daerah yang menerima tekanan kuat karena mempunyai tensile strength yang lemah.

Digunakan sebagai bahan restorasi untuk lesi servikal non karies (misalnya abrasi sikat gigi) karena semen ini dapat ditempatkan tanpa ada harus membuang jaringan gigi untuk mendapatkan ikatan mekanis yang berfungsi untuk menahan restorasi. Terdapat dua jenis yaitu Tipe II (a) semen restorative estetis dan Tipe II (b) semen restorative yang diperkuat.

Tipe III: Basis dan lining

Sebagai lining, semen ini digunakan sebagai pelindung pulpa dari perubahan temperatur bahan kimia restorasi lainnya dan asam etsa. Semen ini mengandung sedikit bubuk dan diaplikasikan selapis tipis sedangkan sebagai basis, digunakan untuk menggantikan dentin yang hilang yang pengaplikasiannya lebih tebal dari lining dan memiliki kadar bubuk yang lebih banyak dan kuat secara fisik. 2, 7

2.1.4 Sifat-sifat Semen Ionomer Kaca 2.1.4.1 Sifat-sifat Mekanis

Persyaratan ANSI/ADA Spesifikasi No.96 (ISO 9917)untuk semen ionomer kaca yang digunakan sebagai bahan restoratif mempunyai ketebalan film sedikit kurang dari 25 µ m.14 Pengerasan semen ionomer kaca adalah enam hingga delapan menit dari awal pencampuran. Compressive strength 24 jam semen ionomer kaca berkisar dari 90 hingga 230 MPa. Nilai kekuatan tensile strength

semen ionomer kaca lebih rendah dari resin komposit disebabkan oleh sifat rapuh semen ionomer kaca. Modulus elastis semen ionomer kaca adalah sebanding dengan resin komposit dan semen ionomer kaca resin modified. Kekakuan semen ionomer kaca ditingkatkan oleh partikel kaca dan sifat ikatan ionik antara rantai polimer.

Semen ionomer kaca mempunyai tensile strength antara 1-3 MPa. Kekuatan ikatan semen ionomer kaca agak lebih rendah dari semen zinc polikarboksilat, mungkin karena semen ionomer kaca lebih sensitif terhadap kelembaban selama proses pengerasan. Kekuatan semen ionomer kaca telah ditingkatkan dengan pengaplikasian conditioner yang bersifat asam diikuti dengan aplikasi larutan

(29)

FeCl3 pada dentin. Nilai kelarutan semen ionomer kaca yang diukur dalam air secara substansial adalah lebih tinggi dari nilai yang diukur untuk semen lainnya.15

2.1.4.2 Sifat-sifat Fisik

Dua sifat fisik penting yang mempengaruhi daya tahan klinis dari bahan restoratif adalah penyerapan air dan kelarutan bahan.4,11 Penyerapan cairan didefinisikan sebagai peningkatan berat bahan restorasi per area atau satuan volume karena dissolution atau dekomposisi bahan restorasi dalam jangka waktu dan suhu tertentu dalam cairan rongga mulut. Penyerapan air dapat meningkatkan volume bahan dan dapat bereaksi dengan molekul-molekul karboksilat dan dapat menyebabkan kerusakan struktur matriks semen ionomer kaca. Sifat penyerapan terdiri dari kombinasi proses adsorption dan absorption. Adsorption merupakan fenonmena yang berlaku pada permukaan bahan restorasi manakala absorption

adalah proses yang melibatkan penetrasi molekul cairan ke dalam stuktur padat melalui difusi.6

Apabila bahan restorasi semen ionomer kaca direndam atau disimpan di dalam lingkungan air, dua mekanisme yang berbeda terjadi. Pertama sekali penyerapan air (water sorption) yang berlaku apabila bahan restorasi semen ionomer kaca ini menyerap air yang menyebabkan meningkatnya berat bahan restorasi ini. Kedua, pelepasan atau larutnya ion-ion di dalam bahan ini di dalam saliva dalam rongga mulut akan menyebabkan berat bahan ini berkurang. Penyerapan air dan kelarutan semen ionomer kaca dapat menyebabkan degradasi bahan restorasi ini yang mengarah ke dekomposisi.4,6 Kondisi yang ditemukan dalam lingkungan rongga mulut khususnya, diterapkan hanya untuk kelarutan pada jangka waktu yang pendek.

Semen ionomer kaca merupakan bahan yang berbahan dasar air. Air memegang peranan penting pada saat proses pengerasan. Air merupakan medium reaksi di dalam kation- kation pembentuk semen (kalsium dan aluminium) yang dilepaskan dan ditransportasikan untuk bereaksi dengan poliasam untuk

4

(30)

semen yang telah mengeras adalah air, sehingga semen ionomer kaca dapat dikatakan sebagai bahan yang berbahan dasar air. Air yang terdapat di dalam Semen ionomer kaca dikelompokkan menjadi “air ikatan kuat” dan “air ikatan longgar” yang dibedakan berdasarkan dapat atau tidaknya air keluar dari semen akibat desikasi pada gel silika atau pemanasan pada suhu 1050°C. Air dengan mudahnya hilang dan didapatkan kembali karena adanya ikatan longgar yang sifatnya stabil. Semen dapat stabil dalam udara dengan kelembaban relatif 80% sehingga pada kondisi kelembaban yang tinggi, semen akan mengabsorpsi air dan sebagai konsekuensinya ekspansi hidroskopik dapat melebihi setting shrinkage. Kontak awal semen dengan air dapat mengakibatkan kerusakan. Semen ionomer kaca menyerap air secara cepat terutama pada hari pertama. Jika semen tidak cukup mengeras, hal ini dapat mengakibatkan rusaknya permukaan semen ionomer kaca akibat adanya pembengkakan atau hilangnya substansi ke lingkungan mulut yang mengakibatkan kasarnya permukaan. Tetapi jika semen ionomer kaca terlindungi selama antara 10 dan 30 menit masalah tersebut dapat diminimalkan. Klinisi harus menjaga agar lingkungan tetap stabil untuk restorasi yang baru ditempatkan dan melapisinya paling tidak satu jam dan lebih baik lagi jika dilakukan pada satu hari pertama (Causton, 1982). Hal ini dilakukan untuk mencegah absorpsi air ke dalam semen yang dapat menguraikan ikatan kalsium poliakrilat yang mudah larut. Jika absorpsi air terjadi pada tahap di mana pembentukan rantai kalsium poliakrilat sedang terjadi, maka ikatan divalen kalsium poliakrilat yang tidak stabil ini akan larut dan terjadi penurunan sifat fisik dan translusensi semen. Kalsium poliakrilat, lebih rentan terhadap air dibandingkan dengan aluminium poliakrilat, yang jumlahnya lebih dominan pada semen yang baru mengalami pengerasan, oleh karena itu dibutuhkan adanya proteksi pada semen yang baru saja mengeras. Absorpsi air berbeda untuk setiap tipe semen ionomer kaca. Pada semen ionomer kaca tipe II yang konvensional, kerentanan terhadap air terjadi paling tidak selama 1 hari setelah dilakukan penumpatan pada struktur gigi, sedangkan pada tipe semen ionomer kaca yang

fast set, contohnya semen ionomer kaca modifikasi resin, kerentanan terhadap air

(31)

Semen dapat kehilangan air di bawah kondisi yang kering, jika restorasi yang belum matang dibiarkan terekspos ke udara, maka restorasi ini berpotensi mengalami desikasi pada 6 bulan pertama setelah penumpatan. Desikasi akibat hilangnya air tersebut akan menyebabkan keretakan. Selain itu, hilangnya air akan menghambat pembentukan semen karena air merupakan medium reaksi dan akan mencegah kekuatan semen berkembang secara sempurna dikarenakan air dibutuhkan untuk menghidrasi garam- garam matriks. Oleh karena itu, restorasi tersebut harus dilapisi dengan lapisan yang kedap air untuk membantu menjaga keseimbangan air. Walaupun resistensi terhadap absorpsi air pada semen ionomer kaca yang fast set lebih cepat dibandingkan semen ionomer kaca konvensional, tetapi kematangan yang sempurna dan resistensi kehilangan air masih belum tersedia paling tidak selama 2 minggu pertama, sehingga baik semen ionomer kaca konvensional maupu n semen ionomer kaca yang fast set masih dapat mengalami dehidrasi jika dibiarkan terpajan ke udara selama periode 2 minggu tersebut.

Kelarutan semen ionomer kaca dalam jangka waktu panjang dapat disebabkan karena bahan restorasi ini sering terekpos pada saliva dan makanan di dalam rongga mulut. Selain itu, konsumsi makanan dan minuman akan memberikan efek kepada restorasi semen ionomer kaca. pH saliva sering bervariasi dari asam ke basa disebabkan oleh pengkonsumsian makanan dan perubahan yang terjadi pada saliva.

17

16

Dinakaran S (2014) meneliti bahwa konsumsi minuman yang berasam melarutkan bahan restorasi semen ionomer kaca.4 Dalam saliva, bahan restorasi semen ionomer kaca mengalami reaksi pada permukaannya yang menyebabkan ion pot assium dan fosfat mengalami proses pengendapan pada lapisan terluar semen ionomer kaca. Pada kondisi yang asam, ion matriks yang terbentuk dilepaskan pada lingkungan di sekitarnya. Keadaan ini terjadi akibat proses

buffering dari bahan restorasi semen ionomer kaca ke media atau saliva.

Solubilitas semen ionomer kacadiukur beberapa waktu setelah pengerasannya selesai. Menurut Standar Internasional (ISO) 9917 menentukan bahawa pelarutan semen ionomer kaca berlaku setelah satu jam selesai pengerasannya, sedangkan standar pada masa kini pengukuran dilakukan setelah 24 jam setelah pengerasannya selesai.

4

6

(32)

partikel rasio bubuk dengan cairan, teknik pengadukan, kontaminasi dan oral higene pasien dapat mempengaruhi kelarutan semen ionomer kaca.

Bahan restorasi semen ionomer kaca pada gigi dapat rusak jika terkena saliva dalam mulut dan menyebabkan marginal leakage terjadi antara gigi dan bahan restorasi. Pada gigi predisposisi karies, bisa terjadi pasca hipersensitivitas, peradangan pulpa dan penyakit periodontal. Penyerapan air dan kelarutan semen menyebabkan perubahan dimensi dan kontur margin bahan restorasi, kehilangan retensi, pewarnaan serta mempengaruhi perilaku mekanis seperti kekuatan lentur, kekerasan Vickers dan stabilitas mekanis. Kelarutan semen ionomer kaca berpengaruh terhadap biokompatibilitas biologis restorasi pada gigi.

6,18

Menurut Ahmed Ghanim (2010) semen ionomer kaca mempunyai tingkat kelarutan yang tinggi apabila semen yang sudah diaduk terpapar pada air dan semen ionomer kaca lebih sensitif terhadap kontak air pada enam menit pertama setelah pengadukan.

9

9

Mahesh Singh mengatakan sifat-sifat fisik semen ionomer kaca merosot apabila disimpan di dalam lingkungan yang encer yang menyebabkan penyerapan air pada bahan restorasi tersebut.9 Sebagian dari air yang diserap ke dalam bahan ini mengakibatkan degradasi pada semen ini. Dinakaran S (2014) juga mengatakan solubilitas semen ionomer kaca adalah lebih tinggi di dalam lingkungan yang asam.

Koefisien ekspansi termal bahan restorasi semen ionomer kaca ini hampir sama dengan struktur gigi dan mempunyai alasan yang signifikan untuk mempunyai adaptasi marjinal yang baik. Akan tetapi, disebabkan semen ionomer kaca mempunyai bond strength yang rendah berbanding dengan resin komposit,

marginal leakage terjadi terutama pada restorasi pada bagian marjinal atau

servikal.

4

Semen ionomer kaca sering digunakan di bidang kedokteran gigi karena ia mempunyai sifat estetis yang baik. Ini adalah karena semen ionomer kaca sewarna dengan struktur gigi.

3

3

mempunyai pengisi kaca serta tergantung pada proses pembentukannya. Semen ionomer kaca mempunyai proses pengerasan yang lama (24 jam), ia mengambil masa untuk matang sepenuhnya dan menjadi translusen. Semen ionomer kaca juga tahan terhadap stain karena ia mempunyai surface finish yang baik.

Semen ionomer kaca mempunyai sifat translusen karena ia

(33)

2.1.4.3 Sifat Kimiawi

Semen ionomer kaca mampu merekat secara permanen pada enamel dan dentin. Ini adalah karena adanya pertukaran ion antara semen dengan jaringan gigi yang kaya dengan ion kalsium dan fosfat mengakibatkan lapisan semen merekat pada struktur gigi.3,19 Semen ionomer kaca mempunyai adhesi terhadap tubulus dentin melalui pertukaran ion yang berlaku berdekatan dengan dentin.9 Ia memberikan retensi yang kuat di dalam kavitas yang telah dipreparasi dan mengelakkan karies sekunder daripada terjadi.3 Di samping itu, harus diaplikasikan surface retreatement (dentin conditioning) pada kavitas sebelum semen ionomer kaca diaplikasikan. Dentin conditioning digunakan untuk menguatkan perlekatan secara adhesif bahan restorasi semen ionomer kaca pada permukaan gigi. 3 Kebanyakan bahan restorasi semen ionomer kaca mengalami ekspansi atau penyusutan secara luas dari struktur gigi atau mengalami perubahan dimensi sewaktu proses pengerasan atau bila terdedah pada kelembaban maupun saliva. Salah satu karakteristik utama semen ionomer kaca adalah ia mempunyai stabilitas dimensi yang tinggi dan efek yang dihasilkan langsung menguntungkan pada sifat kesenjangan marginal dan pada tekanan pulpa.

Pelepasan fluor adalah salah satu karakteristik bahan restorasi semen ionomer kaca.

20

3,21

Fluor dilepas dari partikel kaca yang terdapat di dalam semen ionomer kaca ke gigi yang berdekatan dengan tumpatan semen ionomer kaca.20 Ia mempunyai efek penghambatan karies karena ia bisa menyimpan dan melepaskan fluor untuk jangka waktu yang panjang. Namun demikian, semen ini mempunyai kapasitas untuk mengambil fluor dari lingkungan rongga mulut (tergantung pada konsentrasi gradient). Bahan restorasi semen ionomer kaca bertindak sebagai

reservoir fluorida yang diperkirakan mengambil ion fluorida dari lingkungan

sekitar dan diperkirakan dapat terus mempertahankan bahan restorasi semen ionomer kaca.3, 22

2.1.4.4 Sifat Biologis

(34)

ada dentin barrier. Akan tetapi efek panjang dari aplikasi langsung dari bahan restorasi semen ionomer kaca pada jaringan pulpa sehingga kini masih tidak diketahui.3, 22 Semen ionomer kaca mempunyai ion-ion seperti aluminium yang mungkin terlarut dalam rongga mulut yang mungkin memiliki potensi efek biologi. Akan tetapi, menurut penelitian ion-ion aluminium yang terlarut akan disekresikan keluar dari badan.20, 21

2.1.5 Mekanisme Pengerasan

Reaksi pengerasan dimulai saat cairan asam polielektrolit berkontak dengan permukaan kaca aluminosilikat yang kelak akan menghasilkan pelepasan sejumlah ion. Asam poliakrilat menyerang bubuk kaca untuk melepaskan kation dan ion fluorida. Ion ini merupakan metal fluoride complex yang bereaksi dengan polianion untuk membentuk matriks yang berbentuk gel. Pada reaksi pengerasan selama tiga jam pertama, ion kalsium bereaksi dengan rantai polikarboksilat. Ion trivalent aluminium selanjutnya akan bereaksi selama 48 jam. Selama proses ini berlaku, 20 hingga 30% kaca akan terurai disebabkan oleh serangan proton. Ion fluorida dan fosfat akan membentuk garam yang tidak larut manakala ion sodium akan membentuk gel silica. Struktur semen yang telah mengalami proses pengerasan yang sempurna adalah gabungan dari partikel kaca yang dikelilingi oleh gel silica dalam matriks poli anion dihubungkan melalui jembatan ion. Dalam matriks ini terdapat partikel kecil dari gel silica yang mengandung kristal fluorida.

Semen ionomer kaca terikat secara kimiawi pada enamel dan dentin selama proses pengerasan berlaku. Mekanisme ikatan terjadi disebabkan oleh interaksi ion antara ion kalsium dan fosfat dari permukaan enamel dan dentin. Ikatan ionik ini akan menjadi lebih efektif jika permukaan gigi dibersihkan sebelum semen ini diaplikasikan dan pembersihan yang dilakukan tidak menghapus terlalu banyak ion kalsium. Permukaan gigi yang dipreparasi selalunya dibersihkan dengan menggunakan conditioner yang bersifat asam dan diikuti dengan pengaplikasian

ferric chloride untuk menguatkan ikatan antara bahan restorasi dengan permukaan

(35)

permukaan dentin tanpa menghapuskan ion-ion ferum supaya ion-ion dapat meningkatkan ikatan antara permukaan dentin dengan semen.2

Gambar 1. Prinsip hidrolisis semasa pengerasan semen14

Pada tahap ini, kehilangan air dapat menyebabkan keretakan sehingga permukaan semen kelihatan seperti kapur.14 Semen yang terekspos pada udara lingkungan tanpa pelindung akan retak akibat pengeringan. Kontaminasi air yang terjadi pada tahap ini akan menyebaban penyerapan air atau disolusi pada matriks sehingga membentuk kation dan anion ke daerah sekitarnya. Baik pengeringan atau kontaminasi air akan mempengaruhi integritas bahan ini. Oleh karena itu, semen ionomer kaca harus dilindung dari pengeringan dan perubahan air yang berlaku dalam struktur matriks ini selama penempatan pada kavitas dan untuk beberapa minggu setelah penempatan semen ini.1

(36)

2.2 Obat Kumur

Kebersihan mulut adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari dan faktor yang paling penting dari pembersihan ini adalah dicapai oleh tindakan mekanis dari sikat gigi bukan pasta gigi.14 Pemakaian obat kumur berkembang pesat di lingkungan kedokteran gigi maupun di lingkungan masyarakat.16 Obat kumur didefnisikan sebagai larutan non steril digunakan sebagai efek antiseptik juga dirancang untuk mengurangi bakteri dalam mulut, menghilangan partikel makanan, sementara mengurangi bau mulut dan memberikan rasa menyenangkan. Referensi pertama yang diketahui ditemukan dalam pengobatan China seitar 2700 SM. Pada akhir abad ke 19, penggunaan minyak essensial yang diperkenalkan. Listerine, obat kumur yang terdiri dari campuran minyak essensial diperkenalkan oleh Dr. Joseph Lawrence dan apoteker Jordan Gandum pada tahun 1987. Minyak essensial yang ditambahkan ke dalam obat kumur adalah thymol, eucalyptol, menthol dan metil salisilat. Akhirnya pada pertengahan 1980-an, obat kumur antiseptic digunakan dalam perawatan kesehatan mulut. Selain tujuan kosmetik ini, terapi obat kumur sekarang mengandung bahan-bahan seperti khloreksidin dan fluoride.

Obat kumur berbeda dari pasta gigi karena obat kumur tidak mengandung abrasif. Sebagian besar obat kumur mengandung 6% sehingga 26.9% alkohol dan disebut alcohol containing mouthwashes. Tujuan alkohol dalam obat kumur adalah untuk melarutkan bahan lain dan sebagai agen antiseptik. Obat kumur yang

14

mengandung alkohol merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan mucositis, pasien yang menjalani terapi radiasi kepala dan leher, pasien

immunocompromised, pasien sensitif terhadap alkohol dan pasien dengan restorasi

komposit. Peneliti juga telah menunjukkan alcohol containing mouthwashes dapat menyebabkan degradasi bahan restorasi.

Penggunaan obat kumur mempunyai beberapa tujuan yaitu: membunuh bakteri, sebagai astringen, menghilangkan bau mulut sebagai terapi dan pencegahan terhadap karies gigi. Obat kumur bisguanide adalah obat kumur yang mengandung klorheksidin, alexidine dan octenidine. Antara kegunaan obat kumur ini adalah untuk menghambat pembentukan plak dan gingivitis, khususnya pada anak-anak usia muda di mana kontrol plak secara mekanis adalah tidak optimal

(37)

dalam mempertahankan kesehatan gingiva. Aplikasi obat kumur khlorheksidin adalah dalam pencegahan timbulnya plak dan karies, juga pencegahan penyakit yang menyerang gusi. Karena khlorheksidin memiliki kemampuan bakterisid dan bakteriostatik terhadap bakteri rongga mulut mulut, termasuk Streptococcus mutans.

Obat kumur mempunyai beberapa efek terhadap bahan restorasi yang antaranya menyebabkan micro leakage pada bahan restorasi. Menurut penelitian Somayeh Hosseini (2013) khlorheksidine dapat mempengaruhi dalam proses bonding karena adsorption yang berlaku pada permukaan gigi dapat menyebabkan meningkatnya micro leakage pada bahan restorasi.

15

11

Awliya menemukan bahawa micro leakage pada bahan restorasi sangat ketara apabila direndam di dalam obat kumur yang mengandung alkohol.12 Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Jyothi KN menemukan bahawa terdapat penurunan

microhardness pada bahan restorasi resin komposit. Hal ini disebabkan oleh

alkohol yang terkandung dalam obat kumur bisa bereaksi dengan komponen-komponen yang terdapat dalam bahan restorasi sehingga menyebabkan degradasi dari bahan restorasi.8

2.2.1 Komposisi obat kumur.

(38)

Gambar 3. Sintesis klorheksidin

Gambar 4. Klorheksidin glukonat

Klorheksidin bertindak sebagai agen antimikroba. Klorheksidin merupakan bahan yang dikationic pada tingkat pH 3,5 dan ke atas. Klorheksidin yang memiliki sifat dikationik ini bisa membunuh bakteri dengan merusak membran bakteri diikuti oleh koagulasi intraseluler. Penggunaan klorheksidin pada dosisi rendah menghambat bakteri mulut. Ia juga mencegah akumulasi plak dan sering digunakan sebagai agen antiplak dan antigingivitis. Properti unik yang lain dari

klorheksidin adalah substantivitasnya, karena ia mengacu pada retentif oral. Namun, efek samping dari klorheksidin adalah ia menyebabkan kurangnya daya pengecapan serta menyebabkan diskolorasi pada lidah, permukaan gigi dan bahan restorasi sewarna gigi.

Menurut penelitian oleh Makinen dan Scheinen (1971), xylitol telah banyak digunakan sebagai pemanis dan penghambat karies serta secara resmi disetujui oleh pihak berwenang di Jepang (1997).

14, 16

14

(39)

Ion-ion yang sering terkandung dalam obat kumur adalah fluoride, kalsium dan fosfat. Zat-zat ini sering dimasukkan sebagai anti plak karena fluor bisa menghambat karies dan memungkinkan remineralisasi enamel. Kalsium dan fosfat juga membantu remineralisasi dengan mengikatkan fluor ke permukaan gigi. Fluor yang terdapat di dalam obat kumur mempunyai sifat pelindung terhadap karies. Efek kariostatic utama fluor adalah penghambatan demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi lesi karies awal. Ada juga penggabungan biokimia ion fluorida langsung ke struktur gigi yang menghasilkan substitusi ion hidroksil dengan ion fluoride yang mengarah ke pembentukan fluoroapatit.

Fluor menghambat asam yang diproduksi oleh bakteri dengan mengganggu aktivitas enzim dalam bakteri dan menghambat produksi perekat polisakarida bakteri. Tampaknya konsentrasi rendah fluor dalam air liur dan plak memiliki efek lebih besar pada demineralisasi enamel.

14

8,14

Bahan inaktif mencakup semua sisa bahan pada obat kumur yang peran mereka adalah untukmenyediakan struktur, tekstur, pembersihan aktivitas, warna, dan rasa, serta pengawet. Bahan aktif dan inaktif serta fungsi mereka disajikan dalam tabel di bawah: 14

Tabel 2. Bahan aktif yang terdapat di dalam obat kumur

Bahan aktif

14

Kandungan Fungsi

Antiseptik Klorheksidin Sebagai antiplak

Antimalodor Cetylptridinium chloride Mengatasi bau mulut

Anticavity Fluor Menghambat karies

Analgesik Benzydamine Sebagai anti inflamatori

(40)

Tabel 3. Bahan inaktif yang terdapat di dalam obat kumur14

Bahan inaktif Kandungan Fungsi

Humectant Glycerin

Sorbitol

Mempertahankan kelembaban Mencegah dehidrasi

Memberikan rasa manis Surfactant/ deterjen Sodium lauryl

sulphate

Menyebabkan perbusaan Mengurangi surface tension

Melonggarkan dan mengeluarkan plak

Agen buffer Sodium hidroksida Mengontrol pH

Pemanis Xylitol Memberikan rasa manis

Perasa Essential oils

Menthol

Peppermint

Memberikan rasan

Dyes Vegetable dyes Meningkatkan penampilan/rasa

Preservatif Alkohol

Benzoate

(41)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Semen ionomer kaca merupakan bahan restoratif yang sering digunakan di bidang kedokteran gigi. Nama generik semen ini berasal dari kelompok bahan yang berdasarkan pada reaksi bubuk kaca silikat dan asam poliakrilat.1 Di bidang kedokteran gigi, semen ionomer kaca (SIK), adalah pilihan yang umum dan berguna untuk tambalan restoratif yang terletak pada regio anterior.1 Semen ionomer kaca terdiri dari kalsium, bubuk kaca strontium aluminosilikat yang digabung dengan polimer larut air yang bersifat asam.2 Semen ionomer kaca pertama kali diperkenalkan pada profesi Kedokteran Gigi pada tahun 1972 oleh Wilson dan Kent.2 Bahan ini memiliki beberapa keuntungan yaitu pelepasan fluor dalam jangka waktu yang lama dengan daya hambat karies dan bersifat adhesif terhadap stuktur jaringan gigi.3 Koefisien ekspansi termalnya hampir sama dengan struktur gigi dan sedikit pengerutan selama pengerasan sehingga bahan ini mempunyai marginal sealing yang baik, bersifat biokompatibilitas dengan struktur gigi dan memiliki retensi yang baik.3,5 Semen ionomer kaca memiliki kekurangan yang menyebabkan penggunaanya menjadi terbatas. Semen ionomer kaca sangat sensitif terhadap kontak dengan air atau kelembaban selama 6 menit pertama setelah pencampuran yang menyebabkan meningkatnya kelarutan bahan restorasi ini. Ia juga mempunyai waktu kerja yang singkat tapi waktu pengerasan yang lama.

Dua sifat fisik penting yang mempengaruhi daya tahan klinis dari bahan restoratif adalah penyerapan air dan kelarutan bahan. Penyerapan air dapat meningkatkan volume dan menyebabkan kerusakan struktur matriks bahan restorasi.

5

6,7

(42)

marginal leakage sehingga menyebabkan karies sekunder, hipersensitifitas post-operatif, inflamasi pulpa dan penyakit periodontal. Penyerapan air pada bahan restorasi semen ionomer kaca menyebabkan struktur matriks mengalami perubahan dimensi, kehilangan retensi, staining pada kontur margin serta menyebabkan kekuatan fleksural serta kekerasan Vickers menurun.

Semen ionomer kaca sensitif terhadap erosi air, disebabkan bahan ini bisa mengalami hidrolisis setelah berkontak dengan saliva, makanan dan minuman dalam rongga mulut. Mahesh Singh (2011) menemukan bahwa ada kerusakan pada sifat fisis semen ionomer kaca seperti kekuatan fleksural setelah semen disimpan di dalam lingkungan berair pada jangka waktu yang lama. Penurunan kekuatan fleksural disebabkan oleh penyerapan air oleh bahan restorasi semen ionomer kaca. Bagian dari air yang diserap bereaksi dengan molekul yang terdapat dalam semen ionomer kaca (COO-) yang menyebabkan degradasi bahan restorasi ini.

1

9

Keberadaan air dalam semen ionomer kaca membuat bahan restorasi ini sulit memberikan nilai estesis dan kekuatan mekanis dibandingkan dengan komposit gigi.

Bahan restorasi semen ionomer kaca sering berkontak dengan saliva dalam rongga mulut. Akibatnya, bahan restorasi ini bisa mengalami kerusakan apabila sering berkontak dengan saliva, makanan, minuman dan bahan-bahan pembersih gigi seperti pasta gigi dan obat kumur. Kebersihan mulut adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari dan faktor yang paling penting dari pembersihan ini adalah dicapai dengan tindakan mekanis dari sikat gigi bukan pasta gigi. Penggunaan obat kumur sering digunakan pada saat ini sebagai metode efektif untuk tujuan preventif dan untuk mengontrol karies serta penyakit periodontal.

8

10,11

(43)

alkohol yang terdapat di dalam obat kumur bisa melarutkan bahan-bahan yang terdapat dalam bahan restorasi.8 Selain itu, sodium flourida yang terkandung dalam obat kumur bisa menyebabkan diskolorasi pada bahan restorasi.10

Komponen-komponen yang terkandung dalam obat kumur selain alkohol bisa memberi efek degradasi pada semen ionomer kaca disebabkan oleh beberapa faktor seperti komposisi bahan restorasi, waktu penyimpanan dalam obat kumur dan media penyimpanan (jenis obat kumur).

11

Oleh karena penyerapan air adalah penting dalam menilai daya tahan klinis semen ionomer kaca, maka dirasa perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh lama perendaman dalam obat kumur terhadap penyerapan cairan bahan restorasi semen ionomer kaca.2,10 Sampel direndam di dalam obat kumur yang mengandung klorheksidin 0,12% selama 1, 3, 5 dan 7 hari karena dilaporkan bahawa 24 jam adalah setara dengan pemakaian 2 menit perhari selama setahun.12

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, timbul permasalahan apakah ada penyerapan cairan semen ionomer kaca tipe II setelah direndam dalam obat kumur yang mengandung klorheksidin 0,12% selama 1, 3, 5, dan 7 hari.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penyerapan cairan semen ionomer kaca tipe II setelah direndam di dalam obat kumur yang mengandung klorheksidin 0.12%

terhadap penyerapan cairan selama 1, 3, 5, dan 7 hari.

1.4 Hipotesis Penelitian

(44)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat, dokter gigi dan praktisi mengenai pengaruh obat kumur klorheksidin terhadap penyerapan cairan bahan restorasi semen ionomer kaca.

2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.

(45)

PENYERAPAN CAIRAN OBAT KUMUR KLORHEKSIDIN 0,12% PADA SEMEN IONOMER KACA TIPE II SETELAH PERENDAMAN 1, 3, 5

DAN 7 HARI

Oleh:

Hemaasvini Chandran 110600190

Dosen Pembimbing:

1. Lasminda Syafiar, drg, Mkes NIP: 19540803 198003 2001 2.Kholidina Imanda Harahap, drg, MDSc

NIP: 19820911 20081 22001

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Tahun 2016

Hemaasvini Chandran

Penyerapan Cairan Obat Kumur Klorheksidin 0,12% pada Semen Ionomer Kaca Tipe II setelah Perendaman 1, 3, 5 dan 7 Hari.

xi + 36 halaman

Semen ionomer kaca merupakan bahan restoratif yang sering digunakan di bidang

kedokteran gigi. Semen ionomer kaca sangat sensitif terhadap kontak air atau

kelembaban, mempunyai waktu kerja yang singkat tapi waktu pengerasannya

yang lama, sehingga penyelesaian akhir menjadi tertunda. Penyerapan cairan

dapat meningkatkan volume dan menyebabkan kerusakan struktur material bahan

restorasi ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar semen

ionomer kaca menyerap cairan obat kumur klorheksidin setelah direndam di

dalam obat kumur klorheksidin 0,12% selama 1, 3, 5 dan 7 hari. Sampel

penelitian ini adalah semen ionomer kaca yang berbentuk tablet dengan diameter

15 mm dengan ketebalan 2 mm sebanyak 6 sampel untuk setiap kelompok

perlakuan. Sampel ditimbang terlebih dahulu dengan menggunakan timbangan

digital dan dicatat berat awalnya (M1). Sampel direndam di dalam obat kumur

klorheksidin 0,12% selama 1, 3, 5 dan 7 hari dalam inkubator pada suhu 37°C.

Setelah dikeluarkan dari obat kumur, sampel dikeringkan dengan menggunakan

tisu dan ditimbang beratnya dengan menggunakan timbangan digital serta dicatat

berat akhirnya (M2). Nilai penyerapan cairan dihitung dengan menggunakan

rumus Wsp= (M2-M1)/V. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik One

(47)

diperoleh, nilai penyerapan cairan semen ionomer kaca yang direndam selama 1,

3, 5 dan 7 hari masing-masing adalah 40,930 µg/mm3, 41,766 µg/mm3, 133,160

µg/mm3 dan 310,030 µg/mm3. Berdasarkan uji statistik One way Anova

didapatkan nilai signifikasi antara kelompok I, II, III dan IV adalah p= 0,00 (p<

0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan dalam penyerapan cairan

semen ionomer kaca apabila direndam di dalam obat kumur klorheksidin 0,12%

setelah direndam selama 1, 3, 5 dan 7 hari.

(48)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipersetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 30 Mei 2016

Pembimbing:

Tandatangan

2. Lasminda Syafiar, drg, Mkes

NIP: 19540803 198003 2001

……….

2.Kholidina Imanda Harahap, drg, MDSc

NIP: 19820911 20081 22001

(49)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipersetujui unuk dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 30 Mei 2016

TIM PENGUJI

Ketua: Lasminda Syafiar, drg., M.Kes

Anggota: 1. Kholidina Imanda Harahap, drg., MDSc 2. Sumadhi S, drg., Ph.D

(50)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, yang memberikan rahmatnya kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi penulis ingin menunjukkan terima kasih tiada terhingga kepada orang tua saya yang memberi kasih sayang, didikan dan dukungan secara moral dan material kepada penulis.

Tersusunnya skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera.

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes., selaku Ketua Departmen Ilmu Material Kedokteran gigi dan selaku dosen pembimbing penulis atas keluangan waktu, saran dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Kholidina Imanda Harahap drg., MDSc selaku dosen pembimbing penulis dalam skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberi pengarahan kepada penulis selama penulisan skripsi.

4. Hendry Rusdy, drg., SpBM., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(51)

6. Maya Fitria, SKM, M.Kes, selaku konsultan yang telah meluangkan waktu membantu penulisan dalam analisis statistik penelitian di Departemen Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam penulisan skripsi ini. Namun, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga penulisan ini dapat bermanfaat dan memberi sumbangan pemikiran bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat serta FKG-USU.

Juni, 2016 Penulis,

(52)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang………...

1.2 Rumusan Masalah...………..

1.3 Tujuan Umum………....

1.4 Hipotesis…………...………...

1.5 Manfaat Penelitian……….

1 3 3 3 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semen Ionomer Kaca…...……….. 2.1.1 Pengertian semen ionomer kaca.………. 2.1.2 Komposisi………...………... 2.2.1 Komposisi Obat Kumur………..

5

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian………...… 3.2 Desain Penelitian………

(53)

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian……….... 3.3.1 Tempat Penelitian………... 3.3.2 Waktu Penelitian………. 3.4 Sampel dan Besar Penelitian……….. 3.4.1 Sampel Penelitian………... 3.4.2 Besar Sampel Penelitian………... 3.4.2.1 Kriteria Inklusi………... 3.5.4 Variabel Tidak Terkendali……….. 3.6 Definisi Operasional……….. 3.7Alat dan Bahan Penelitian………... 3.7.1 Alat Penelitian………. 3.7.2 Bahan

Penelitian……….

3.8 Prosedur Penelitian………..……….. 3.8.1 Pembuatan Sampel Penelitian………. 3.8.2 Perendaman dan Penimbangan Sampel……….. 3.8.3 Perhitungan volume sampel...………. 3.9 Analisis Data………..

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil

Penelitian………...

4.2 Analisis Penelitian………..

BAB 5 PEMBAHASAN………..

(54)

DAFTAR TABEL

Komposisi bubuk semen ionomer kaca………. Bahan aktif yang terandung dalam obat kumur…………... Bahan inaktif yang terandung dalam obat kumur…………... Komposisi bahan semen ionomer kaca………... Komposisi Obat kumur Pepsodent………. Nilai penyerapan cairan, rerata dan standar deviasi semen ionomer kaca tipe II pada kelompok I, II, III dan IV setelah perendaman selama 1, 3, 5 dan 7 hari dalam larutan obat kumur klorheksidin

0,12%………...

Uji One way Anova Penyerapan Cairan Semen Ionomer

(55)

DAFTAR GAMBAR

Prinsip hidrolisis semasa pengerasan semen………... Reaksi mekanisme pengerasan………. Sintesis khloreksidin………. Klorhesidin glukonat.……… Ukuran sampel penelitian………...

Master cast………..……….

Timbangan Digital Acis………

Inkubator……….. Semen ionomer kaca Tipe II……….

Pepsodent Sens Exepert………

Grafik rerata nilai penyerapan cairan………

(56)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kerangka teori 2. Kerangka konsep 3. Alur Penelitian

4. Pengukuran berat bahan semen ionomer kaca 5. Nilai penyerapan cairan

6. Analisa data One way Anova

7. Surat penyataan Pengolahan data SPSS di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Gambar

Gambar 6. Master cast
Gambar 8. Inkubator
Gambar 9. Semen ionomer kaca tipe II
Tabel 6. Nilai Penyerapan Cairan , Rerata dan Standar Deviasi Semen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah apakah ada perbedaan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca (SIK) setelah perendaman

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah apakah ada perbedaan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca (SIK) setelah perendaman

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh obat kumur povidon iodin 1% terhadap kekerasan semen ionomer kaca diperkuat zirkonia. Metode:

dibandingkan dengan nilai kekerasan permukaan glass ionomer cement yang. direndam obat kumur

adalah untuk melihat perubahan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca. setelah direndam dalam

nanofilled resin composite restorative bahan: An invitro study.. Mahesh

PENGARUH OBAT KUMUR POVIDON IODIN 1% TERHADAP KEKERASAN SEMEN IONOMER KACA DIPERKUAT ZIRKONIA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH disusun oleh MONICA BRENDA CHRISTY PRIMASARI

Dinyatakan bahwa alkohol dapat mempengaruhi sifat restorasi gigi seperti resin komposit, semen ionomer kaca dan kompomer.8,9 Awliya WY 2005 melaporkan bahwa obat kumur yang mengandung