commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION SEBAGAI UPAYA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR STATIKA PADA SISWA KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI
KAYU SMK NEGERI 2 SURAKARTA
SKRIPSI Oleh :
ANGGYTA PUTRI RATNA SARI
NIM K1506006
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION SEBAGAI UPAYA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR STATIKA PADA SISWA KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI
KAYU SMK NEGERI 2 SURAKARTA
Oleh :
ANGGYTA PUTRI RATNA SARI
NIM K1506006
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan
Pendidikan Teknik dan Kejuruan
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Hari : Selasa
Tanggal : 27 Oktober 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Drs H Suhardjono, M.Si Eko Supri Murtiono, ST, MT
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 10 November 2010
Tim penguji Skripsi :
Nama terang Tanda Tangan
Ketua : Drs AG. Tamrin, M.Pd, M.Si ____________
Sekretaris : Abdul Haris setyawan,S.Pd, M.Pd ____________
Anggota 1 : Drs H Suhardjono, M.Si ____ _______
Anggota 2 : Eko Supri Murtiono, ST, MT ____________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M Furqon Hidayatullah, M.Pd
commit to user
ABSTRAK
Anggyta Putri Ratna Sari. K1506006. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION SEBAGAI UPAYA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR STATIKA PADA SISWA KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SMK NEGERI 2 SURAKARTA. Skripsi. 2010. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Efektfitas penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction di kelas X TKK SMK Negeri 2 Surakarta, (2) Peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran statika dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction di kelas X TKK SMK Negeri 2 Surakarta Subjek penelitian adalah siswa kelas X TKK SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010, berjumlah 23 siswa laki – laki. Tindakan kelas diawali dengan membuat skenario pembelajaran model Problem Based Instruction, membuat lembar observasi, membuat pedoman wawancara, membuat alat tes evaluasi serta menyiapkan dokumentasi. Validitas data menggunakan Triangulasi, member chek dan Audit Trail. Teknik analisis menggunakan analisis interaktif. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan alur siklus model spiral, penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, disetiap siklus terdapat beberapa tahapan berupa perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Untuk mengetahui hasil belajar tiap siklus dilaksanakan 2 kali tindakan tes evaluasi. Tahap berikutnya dilakukan observasi berupa data yang akan dikumpulkan, dianalisis, dan direfleksi.
Berdasarkan hasil selama penelitian, sebelum tindakan siklus: siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Banyak siswa beranggapan bahwa mata pelajaran statika sulit, rumit, banyak rumus, serta penerapan dan manfaatnya sangat sedikit dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Statika. Hal ini tampak dari nilai raport yang dilaksanakan sebelum penelitian yaitu semester gasal tahun 2009/2010. Penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan hasil belajar dengan model Problem Based Instruction mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari hasil tes evaluasi, hasil pengamatan dalam ranah afektif dan psikomotorik pada siklus I ke siklus II, tidak hanya itu peningkatan juga berasal dari dukungan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Problem Based Instruction. Kesimpulan penelitian adalah penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran statika kelas X TKK SMK Negeri 2 Surakarta. Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi dalam penerapan metode Problem Based Instruction untuk meningkatkan hasil belajar statika misalnya: terdapat bebrapa kendala diantaranya : masih terdapat sebagian kecil siswa yang belum terfokus pada saat dikelompokkan.
commit to user
MOTTO
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta
pertolongan” (Surat Al Fatihah:5)
“Orang yang bahagia bukanlah orang yang berlimpah harta maupun berpangkat tinggi, melainkan orang yang mampu dan selalu mensyukuri nikmatnya sekecil
apapun”. (Siti Markhamah)
“Jangan berpikir untuk menjadi yang terbaik, tetapi berbuatlah yang terbaik yang
kamu bisa” (Benjamin Franklin).
commit to user
PERSEMBAHAN
Penulisan Skripsi ini kupersembahkan
kepada:
Karya ini dipersembahkan untuk:
Bapak dan Ibu yang selalu menjadi embun
penyejuk jiwa dan cahaya jiwaku Mas Eka dan dik Yayang yang
kusayangi
Mas Prie yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang
Ai, Arin, Heny yang penuh kebersamaan
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
penulisan Skripsi ini, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu dikesempatan yang berbahagia ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuannya kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Universitas
Sebelas Maret.
2. Drs. H. Suwachid, M.Pd, M.T selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik
dan Kejuruan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. AG.Thamrin, M.Pd, M.Si selaku Ketua Program Pendidikan Teknik
Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Bapak Drs. Sutrisno, M.Pd selaku Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik
Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Drs. H Suhardjono, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar dan bijaksana serta
memberikan dorongan dari awal hingga pelaksanaan, dan sampai
terselesainya penulisan skripsi ini.
6. Bapak Eko Supri Murtiono, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar dan bijaksana
serta memberikan dorongan dari awal hingga pelaksanaan, dan sampai
commit to user
7. Ibu Anis Rahmawati, ST, MT selaku Pembimbing Akademik, yang telah
memberikan arahan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program
Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta
8. Kedua orang tuaku dan keluarga atas dukungan moril dan material yang
telah diberikan selama ini.
9. Drs. Susanta, MM selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Surakarta yang
telah mengizinkan untuk penelitian di sekolah.
10.Bapak Hanang Yulianto, S.Pd, selaku guru mata pelajaran statika
sekaligus pembimbing pada saat penelitian di SMK Negeri 2 Surakarta.
11.Teman-teman mahasiswa Program Teknik Bangunan Angkatan Tahun
2006.
12.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
memberikan dukungan dan bantuan sehingga dapat selesainya skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan di
dalam penyusunan Skripsi ini yang sebenarnya tidak dikehendaki. Akhir kata
penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pendidikan dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan seperti yang diharapkan oleh semua pihak. Semoga Allah Ta’ala selalu membimbing kita semua. Amin.
Surakarta, Juli 2010
commit to user DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
JUDUL ... ii
PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan masalah………. 3 4 C. Perumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
1. Manfaat Praktis ... 5
2. Manfaat Teoritis ... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
commit to user
Halaman
2. Pengertian Pembelajaran ... 7
3. Pengertian Efektifitas Pembelajaran ... 8
4. Model Pembelajaran PBI ... 9
a. Hakikat PBI ... 9
b. Proses Pemecahan Masalah ... 12
c. Tahap-tahap Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 14
5. Hasil Belajar ... 15
B. Kerangka Berpikir Penelitian ... 17
C. Hipotesis Tindakan ... 19
BAB III. METODE PENELITIAN ... 20
A. Perencanaan Penelitian ... 20
1. Tempat Penelitian ... 20
2. Subyek Penelitian ... 20
3. Waktu Penelitian ... 20
B. Prosedur Penelitian ... 21
1. Siklus I ... 23
2. Siklus II ... 26
C. Instrumen Penelitian ... 28
1. Pedoman Observasi ... 28
2. Pedoman Wawancara ... 28
3. Tes ... 28
4. Kajian dokumen ... 28
D. Data dan Sumber Data ... 29
E. Teknik Pengumpulan Data ... 29
1. Metode Observasi ... 29
2. Catatan lapangan ... 29
3. Dokumentasi ... 30
F. Validitas data ... 30
commit to user
Halaman
H. Tolak Ukur Keberhasilan ... 32
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33
1. Sejarah SMK Negeri 2 Surakarta ... 33
2. Denah Gedung SMK Negeri 2 Surakarta ... 33
3. Profil Sekolah ... 34
4. Bidang Studi Keahlian Dan Program Studi Keahlian Di SMK Negeri 2 Surakarta ... 35
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 36
1. Hasil Penelitian Siklus I ... 36
a. Tahap Perencanaan Tindakan I ... 36
b. Pelaksanaan Tindakan I ... 37
c. Pengamatan ... 38
d. Evaluasi siklus I ... 39
e. Pelaksanaan refleksi Siklus I... 40
2. Siklus II ... 40
a. Tahap Perencanaan Tindakan II ... 40
b. Pelaksanaan Tindakan II ... 41
c. Pengamatan ... 42
d. Evaluasi siklus II ... 44
e. Pelaksanaan refleksi Siklus II ... 46
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 51
A. Kesimpulan ... 51
B. Implikasi ... 51
C. Saran ... 52
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Tahap-Tahap Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 14
Tabel 2 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 20
Tabel 3 Bidang Keahlian SMK Negeri 2 Surakarta ... 35
Tabel 4 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I ... 38
Tabel 5 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus I………... 39
Table 6 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II………... 43
Tabel 7 Hasil belajar Psikomotorik Siklus II……… 43
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka berfikir ... 18
Gambar 2 Modifikasi Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Mc Taggart ... 22
Gambar 3 Model Analisis Interaktif ... 31
Gambar 4 Denah Lokasi SMK Negeri 2 Surakarta... 34
Gambar 5 Grafik Hasil Belajar Kongnitif Siswa ... 45
Gambar 6 Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa ... 45
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Nama Kelas pnelitian Siswa X TKK
SMK Negeri 2 Surakarta ... 56
Lampiran 2 Dasar Nilai Ulangan harian Sebelum Tindakan ... 57
Lampiran 3 Silabus ... 58
Lampiran 4 Satuan acara pembelajaran………. .. 61
Lampiran 5 Daftar Nama Kelompok ... 67
Lampiran 6 RPP Siklus I Pertemuan I ... 68
Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I ... 72
Lampiran 8 Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siklus I Pertemuan I .... 76
Lampiran 9 Lembar Observasi Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I Pertemuan I ... 79
Lampiran 10 RPP Siklus I Pertemuan II ... 81
Lampiran 11 Lembar Kerja Kognitif Siswa Siklus I Pertemuan II………….. 85
Lampiran 12 Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siklus I Pertemuan II ... 92
Lampiran 13 Lembar Observasi Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I Pertemuan II ... .. 95
Lampiran 14 Kisi- Kisi Soal Evaluasi Kongnitif Siklus I ... 97
Lampiran 15 Lembar Evaluasi Siklus I ... 98
Lampiran 16 Daftar Nilai Siklus I... 101
Lampiran 17 RPP Siklus II Pertemuan I ... 103
Lampiran 18 Lembar Kerja Kongnitif Siswa Siklus II Pertemuan I ... 107
Lampiran 19 Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siklus II Pertemuan I ... 113
Lampiran 20 Lembar Observasi Hasil Belajar Psikomotorik Siklus II Pertemuan I... 116
Lampiran 21 RPP Siklus II Pertemuan II ... 118
Lampiran 22 Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siklus II Pertemuan II ... 122
commit to user
Halaman
Lampiran 24 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Kongnitif Siklus II ... 127
Lampiran 25 Lembar Evaluasi Kongnitif Siswa Siklus II ... 128
Lampiran 26 Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus II ... 132
Lampiran 27 Pedoman Wawancara Untuk Peserta Didik ... 134
Lampiran 28 Pedoman Wawancara Untuk Pendidik …… ... 136
Lampiran 29 Catatan Lapangan Hasil Wawancara ……….... . 139
commit to user
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini demikian pesatnya,
sejalan dengan laju teknologi dan ilmu pengetahuan. Perkembangan pendidikan
yang cukup pesat ini juga ditopang oleh usaha pemerintah, dalam hal ini
Departemen Pendidikan Nasional yang senantiasa melakukan pembenahan sistem
pendidikan kita. Dengan harapan agar dapat dicapai hasil tamatan yang cukup
baik, tidak hanya dalam segi kuantitas tetapi juga kualitas, termasuk pembenahan
sistem pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu lembaga pendidikan
formal yang menyiapkan anak didik menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang
profesional sesuai dengan keahliannya. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pendidikan kejuruan dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional berusaha
memperbaiki bidang pendidikan yang meliputi kurikulum, guru dan proses
pengajaran. Ketiga hal tersebut merupakan variabel utama yang saling berkaitan
dalam strategi pelaksanaan di sekolah.
Pendidikan tidak hanya bertujuan memberikan materi pelajaran saja tetapi
lebih menekankan bagaimana mengajak siswa untuk menemukan dan membangun
pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup
(life skill) dan siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Mata pelajaran statika salah satu pelajaran yang diberikan pada siswa
teknik bangunan di SMK Negeri 2 Surakarta. Mata pelajaran statika berisikan
konsep-konsep dasar perhitungan untuk konstruksi bangunan yaitu pengetahuan
cara-cara pengidentifikasian suatu konstruksi bangunan sederhana dan cara
perhitungan kekuatan konstruksi bangunan.
Mata pelajaran Perhitungan statika berisikan konsep – konsep dasar perhitungan untuk konstruksi bangunan sederhana. Oleh karena keberhasilan
proses kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran statika lebih menekankan
commit to user
Kegiatan belajar mengajar di SMK Negeri 2 Surakarta Kelas X Teknik
Konstruksi Kayu mengalami permasalahan hasil belajar mata pelajaran produktif
statika. Nilai rata-rata standar tuntas pelajaran produktif di SMK Negeri 2
surakarta adalah 75. Siswa kelas X Teknik Konstruksi Kayu pada semester 1
masih banyak yang mendapatkan nilai kurang dari 75 atau belum tuntas. Dari data
menunjukan bahwa dalam pelajaran statika tersebut hanya 52,17 % siswa yang
mendapat nilai 75 keatas.
Banyak siswa beranggapan bahwa mata pelajaran statika sulit, rumit,
banyak rumus, serta penerapan dan manfaatnya sangat sedikit dalam kehidupan
manusia yang mengakibatkan kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran
Statika. Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar statika siswa rendah yaitu
faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi
belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan
belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif dapat
menghambat kemampuan berpikir siswa dan keterampilan pemecahan masalah
sehingga perlu dipilih dan diterapkan suatu model pembelajaran untuk
mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam pengajarn statika
diharapkan siswa benar-benar aktif sehingga akan berdampak pemahaman siswa
tentang apa yang dipelajari akan bertahan lama. Dalam hal ini hendaknya seorang
guru dapat membantu siswanya dalam membangun keterkaitan antara
pengetahuan dengan pengalaman lain guna memecahkan permasalahan
pembelajaran.
Situasi pembelajaran sebaiknya dapat menyajikan fenomena dunia nyata,
masalah yang autentik dan bermakna yang dapat menantang siswa untuk
memecahkannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah
pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction (PBI).
Menurut Nurhadi (2004:109), Problem Based Instruction merupakan
model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
commit to user
masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial dari mata
pelajaran. Guru harus mendorong siswa untuk terlibat dalam tugas-tugas
berorientasi masalah melalui penerapan konsep dan fakta, serta membantu
menyelidiki masalah autentik dari suatu materi.
Mata pelajaran statika merupakan salah satu pelajaran produktif yang
berisikan tentang konsep-konsep dasar perhitumgan untuk konstruksi bangunan
yaitu cara-cara untuk mengidentifikasi suatu konsep bangunan sederhana.
Dengan penerapan Problem Based Instruction, guru berusaha menunjukkan
kepada siswa bahwa materi pelajaran statika konkrit dan berkaitan langsung
dengan pengalaman keseharian siswa.
Berkaitan dengan uraian dan fakta di atas, maka peneliti akan melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul: PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION SEBAGAI UPAYA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR STATIKA PADA SISWA
KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SMK NEGERI 2 SURAKARTA.
B. Pembatasan Masalah
Untuk mengefektifkan proses penelitian, peneliti memberikan batasan
pengkajian sebagai berikut :
1. Efektifitas penerapan model pembelajaran Problem Bases Instruction pada
siswa kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK N 2 Surakarta pada mata
pelajaran statika.
2. Hasil belajar siswa kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK N 2 Surakarta
pada mata pelajaran statika belum tuntas.
Dari pembatasan masalah diatas, timbul beberapa definisi operasional
sebagai berikut :
1. Penelitian ini mengambil studi kasus Peserta didik Kelas X Teknik
commit to user
2. Penelitian diarahkan pada hasil belajar siswa dalam penggunaan metode
pembelajaran Problem Based Instruction di kelas X TKK SMK N 2
Surakarta.
3. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada pembelajaran statika dalam
menetukan titik berat dan bidang datar di kelas X Teknik Konstruksi Kayu
SMK N 2 Surakarta yang belum efektif.
C. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, timbul beberapa permasalahan yang
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana efektifitas penerapan model Problem Based Instruction pada
siswa kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Surakarta dalam
mata pelajaran Statika ?
2. Apakah penerapan Problem Based Instruction dapat meningkatkan hasil
belajar statika pada siswa kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2
Surakarta?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peningkatan efektifitas penerapan model pembelajaran
Problem Based Instruction di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK
Negeri 2 Surakarta dalam mata pelajaran Statika.
2. Untuk mengetahuai peningkatan hasil belajar statika pada siswa kelas X
Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Surakarta melalui penerapan
commit to user
E. Manfaat Hasil Penelitian
Secara teoritis dan praktis,penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk :
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Siswa dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan
bekerja sama, dan kemampuan berkomunikasi
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi tentang model
pembelajaran yang efektif untuk menigkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajaran statika di sekolah.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang
sejenis dan relevan.
b. Sebagai bahan pustaka bagi siswa Program Pendidikan Teknik Bangunan,
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjaun Pustaka
1. Pengertian Belajar
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses
perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan
pengembangan tekhnologi informasi, belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu
tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengatakan
belajar menurut sudut pandang mereka. Beberapa definisi belajar sebagai suatu
perubahan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut.
a. Gagne dan Berliner dalam (Ani Tri, 2004:2) menyatakan bahwa belajar
merupakan proses dimana sesuatu organisme mengubah perilakunya
karena hasil dari pengalaman.
b. Menurut Teori Belajar Konstruktivisme dalam (Ani Tri, 2004:49-50)
belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan
mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus bisa
menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berkutat
dalam berbagai gagasan. Guru adalah bukan orang yang mampu
memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang harus
mengkonstruksikan pengetahuan didalam memorinya sendiri. Sebaliknya
tugas guru yang paling utama adalah :
1) Memperlancar siswa dengan cara mengajarkan cara-cara membuat
informasi bermakna dan relevan dengan siswa.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan gagasannya sendiri.
3) Memanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya
sendiri. Disamping itu guru harus mampu mendorong siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang
commit to user
Guru berinteraksi dengan masing-masing siswa untuk mengamati bagaimana
ia memperoleh informasi baru, membantu siswa merekonstruksi pengetahuan
secara benar, memotivasi serta membimbing siswa dalam memecahkan masalah.
Jadi adanya informasi dan pengalaman baru mengakibatkan terjadinya
rekonstruksi pengetahuan yang lama sehingga terbentuk pengetahuan baru.
c. Menurut Suharsimi Arikunto (1998:19) mengartikan bahwa belajar
merupakan suatu proses karena adanya usaha untuk mengadakan
perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud
memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan,
ketrampilan maupun sikap
Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan belajar dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja
2. Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan yang berkenaan dengan aspek
psikis dan fisik terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan
pembelajaran dapat dipermudah (facilitated) pencapaiannya. Dalam kegiatan
pembelajaran perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai. Pada setiap kegiatan pembelajaran terlebih dahulu harus dirumuskan
tujuan pembelajarannya. Tujuan pembelajaran harus bersifat "behavioral", atau
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati, dan "measureable", atau dapat diukur
artinya dapat dengan tepat dinilai apakah tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan pada awal kegiatan pembelajaran dapat dicapai atau belum (Dewi
Salma Prawiradilaga dan Evelin Siregar, 2004:4).
Gagne dalam Benny A. Pribadi, (2005 : 15) “ Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptkana dengan maksud untuk memudahkan
terjadinya proses belajar”. Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan dalam Benny
commit to user
informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan spesifik”
Yusufhadi Miarso dalam Benny A. Pribadi (2005 : 15) “ Pembelajaran sebagai aktivitas atau kegiatan yang berfokus pada kondisi dan kepentingan pembelajar. Istilah pembelajaran digunakan untuk menggantikan istilah “ pengajaran “ yang lebih bersifat sebagai aktivitas yang berfokus pada guru ( teacher centered )…dst
3. Pengertian Efektifitas Pembelajaran
Proses belajar mengajar yang ada baik di sekolah dasar maupun di sekolah
menengah, sudah barang tentu mempunyai target bahan ajar yang harus dicapai
oleh setiap guru, yang didasarkan pada kurikulum yang berlaku pada saat itu.
Kurikulum yang sekarang ada sudah jelas berbeda dengan kurikulum zaman dulu,
ini ditenggarai oleh sistem pendidikan dan kebutuhan akan pengetahuan
mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan zaman. Bahan ajar yang banyak
terangkum dalam kurikulum tentunya harus disesuaikan dengan waktu yang
tersedia pada hari efektif yang ada pada tahun ajaran tersebut. Namun terkadang
materi yang ada dikurikum lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Ini sangat
ironis sekali dikarenakan semua mata pelajaran dituntut untuk bisa mencapai
target tersebut. Untuk itu perlu adanya strategi efektivitas pembelajaran.
Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat
atau manjur. Efektivitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha
dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:584) mendefinisikan efektif dengan “ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)” atau “dapat membawa hasil, berhasil guna (usaha, tindakan)” dan efektivitas diartikan “keadaan berpengaruh; hal berkesan” atau ” keberhasilan (usaha, tindakan)”.
The Liang Gie dalam Ensiklopedi Administrasi (1989:108) mendefinisikan
efektivitas sebagai berikut. “Suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki. Jika seseorang melakukan
commit to user
itu dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat dari yang dikehendakinya itu.”
Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap
elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan hasil
pembelajaran, membawa kesan, sarana/fasilitas memadai, materi dan metode
affordable, guru profesional. Tinjauan utama efektivitas pembelajaran adalah
outputnya, yaitu kompetensi siswa.Efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur
dan komponen yang terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Efektivitas pembelajaran dapat dicapai
apabila rancangan pada persiapan, implementasi, dan evaluasi dapat dijalankan
sesuai prosedur serta sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan
masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau
manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta
masalah tingkat kepuasaan pengguna/client. Kriteria Efektivitas Pembelajaran
Didalam proses belajar mengajar banyak faktor yang mempengaruhi terhadap
berhasilnya sebuah pembelajaran, antara lain :kurikulum, daya serap, presensi
guru, presensi siswa dan prestasi belajar.
4. Model Pembelajaran PBI
a. Hakikat PBI
Model pembelajaran PBI mempunyai beberapa nama lain seperti
Project-based Teaching (belajar proyek), experienced-based Education (pembelajaran
berdasar pengalaman), Authentic Learning (belajar autentik) dan Anchored
Instruction (belajar berdasar kehidupan nyata). Problem Based Instruction biasa
diterjemahkan menjadi pembelajaran berdasarkan masalah atau pembelajaran
berbasis masalah. Pembelajaran berdasar masalah merupakan pembelajaran yang
commit to user
tingkat tinggi yang berorientasi pada masalah, dan termasuk didalamnya belajar
bagaimana belajar. (Ibrahim, M 2000:14).
Pembelajaran berdasarkan masalah bukanlah sekedar pembelajaran yang
dipenuhi dengan latihan-latihan soal seperti pada bimbingan belajar (les). Dalam
pembelajaran berdasarkan masalah, potensi siswa lebih diberdayakan dengan
dihadapkan pada permasalahan yang mengakibatkan rasa ingin tahu, menyelidiki
masalah dan menemukan jawabannya melalui kerjasama serta mengkomunikasikan
hasil karyanya kepada orang lain.
Model pembelajaran berdasarkan masalah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar mengembangkan potensi melalui suatu aktivitas untuk mencari,
memecahkan dan menemukan sesuatu. Dalam pembelajaran siswa didorong bertindak
aktif mencari jawaban atas masalah, keadaan atau situasi yang dihadapi dan menarik
simpulan melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak
lagi bertindak pasif, menerima dan menghafal pelajaran yang diberikan oleh guru atau
yang terdapat dalam buku teks saja.
Pemecahan masalah adalah suatu jenis belajar discovery. Dalam hal ini, siswa
secara individu maupun secara kelompok berusaha memecahkan masalah autentik.
Memecahkan masalah secara kelompok dipandang lebih menguntungkan karena
dapat memperoleh latar belakang yang lebih luas dari anggota kelompok, sehingga
dapat menstimulasi munculnya ide, permasalahan dan solusi pemecahan masalah.
Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan
masalah adalah memunculkan masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk
proses penyelidikan. Di sini guru membimbing dan memberikan petunjuk minimal
kepada siswa dalam memecahkan masalah.
Pembelajaran jenis ini tidak difokuskan apa yang menjadi perilaku siswa
tetapi lebih kepada apa yang mereka pikirkan pada saat melakukan kegiatan
tersebut.
Terdapat 3 aliran utama yang berpengaruh pada pembelajaran berdasar
masalah:
1. Dewey dan kelas demokrasi
commit to user
dalam tugas-tugas berorientasi masalah dan membimbing mereka menyelidiki suatu masalah. Pembelajaran di sekolah akan lebih bermanfaat jika dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas yang menarik.
2. Piaget, Vygotsky dan konstruktivisme
Piaget (Ibrahim dkk, 2000:17) mengemukakan pandangan bahwa : Anak mempunyai rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini memotivasi mereka secara aktif membangun pengetahuan mereka tentang lingkungan yang mereka hadapi. Oleh karena itu pada semua tahap perkembangan, anak perlu memahami lingkungan, diberi motivasi untuk menyelidiki dan membangun teori-teori yang menjelaskan lingkungan itu.
Pandangan Konstruktivis-Kognitif mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses memperoleh informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus-menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka.
Sedangkan Vygotsky (Ibrahim dkk, 2000:18) bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk menyelesaikan masalah yang muncul. Oleh karena itu, individu mengkaitkan pengalaman baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya dan membangun pengetahuan baru.
3. Bruner dan pembelajaran penemuan
Bruner mengemukakan suatu teori pendukung penting yang dikenal sebagai pembelajaran penemuan, yaitu suatu model penemuan yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi.Pembelajaran berdasar masalah juga bergantung pada konsep lain dari Bruner yaitu Scaffolding, yaitu suatu proses dimana seorang siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melalui kapasitas perkembangannya melalui bantuan dari guru atau orang yang mempunyai kemampuan lebih.
Menurut Sears dan Hersh (dasari 2003:9) pembelajaran berdasar masalah ini dapat melibatkan siswa dalam berpikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah. (http://agungprudent.wordpress.com) Pembelajaran berdasar masalah membantu siswa untuk memecahkan masalah dengan proses penemuan yang berkelanjutan dari tipe masalah yang tidak terstruktur yang dihadapkan oleh orang-orang dewasa atau praktisi profesional. Intinya pembelajaran berdasar masalah mengembangkan siswa agar dapat:
1. Mendefinisikan masalah dengan jelas 2. Membangun hipotesis alternatif
commit to user
4. Membangun solusi yang jelas yang sesuai dengan masalah dan kondisi yang seharusnya berdasatkan informasi dan penjelasan dengan alasan yang jelas.
Ibrahim dkk (2000:7) merumuskan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan pemecahan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan dalam pengalaman nyata dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pembelajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu
siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks. Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan sebuah proses
pembelajaran otonom yang mandiri. Pembelajaran berbasis masalah berusaha
membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru
yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa mengajukan pertanyaan,
mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Dengan
demikian siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara
mandiri.Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan
siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman
belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok
b. Proses Pemecahan Masalah
Dalam proses pemecahan masalah, aktivitas yang dilakukan cukup kompleks karena memerlukan keterampilan berpikir yang sangat beragam antara lain mengamati, melaporkan, menganalisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, memprediksi dan menarik simpulan berdasarkan informasi yang diperoleh dan diolah. Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai proses mencari atau memperoleh informasi secara sistematis, langkah demi langkah dengan mengolah informasi yang diperoleh melalui pengamatan untuk mencapai suatu hasil pemikiran sebagai respon terhadap masalah yang dihadapi (Nasution, 2001:117).
Pada proses pemecahan masalah, setiap siswa harus memiliki konsep awal
terhadap suatu masalah. Pada kegiatan pembelajaran, penguasaan konsep pada
taraf tertentu memerlukan penguasaan konsep pada taraf di bawahnya, karena ini
commit to user
sesuatu yang tidak dikuasai dalam konsep, maka siswa akan menghadapi masalah
dalam pemecahan masalah.
Metode pemecahan masalah yang dikenalkan para ahli (Nasution, 2001:121) adalah sebagai berikut.
a. Model John Dewey
Langkah-langkah pemecahan masalah, sebagai berikut. 1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah 2) Mengemukakan hipotesis
3) Mengumpulkan data 4) Menguji hipotesis 5) Menarik kesimpulan
b. Model Karl Albreacht
Terdiri dari enam langkah yang dapat digolongkan dalam dua fase utama: Fase perluasan atau ekspansi atau fase divergen
1) Menemukan masalah 2) Merumuskan masalah
3) Mencari pilihan atau alternatif
Penyelesaian atau fase konvergen
1) Mengambil keputusan (memilih diantara dua alternatif)
2) Mengambil tindakan (komitmen untuk melaksanakan keputusan demi hasil yang diperoleh)
3) Mengevaluasi hasil (menentukan sampai manakah jerih payah itu berhasil atau menemui kegagalan)
c. Model Berry K beyer
1) Mengidentifikasi masalah 2) Membuat rencana pemecahan
3) Melaksanakan rencana pemecahan masalah 4) Memeriksa jawaban
c. Tahap-tahap Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah terdiri darai 5 tahap yang disajikan
commit to user
Tabel 1. Tahap-tahap pembelajaran berdasarkan masalah
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Orientasi siswa pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
logistik yang dibutuhkan, memotivasi
siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah
Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
Membantu siswa mengidentifikasi
dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan tugas
belajar tersebut
Tahap 3
Membimbing penyelidikan
individu maupun kelompok
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan percobaan
untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Tahap 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Mendorong siswa merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan
Tahap 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Membantu siswa untuk merefleksi
atau mengevaluasi penyelidikan
mereka dan proses yang mereka
gunakan
commit to user
5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran ( Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 250 - 251).
Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti ( Oemar Hamalik, 2006 : 30 ).
Benyamin Bloom ( Nana Sudjana, 2009 : 22) mengklasifikasikan
kemampuan belajar menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Ranah kognitif, meliputi kemempuan intelektual yang terdiri dari pengetahuan/ ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan minat yang terdiri penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas gerakan reflek, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan komplek, dan gerakan ekpresif dan interpretative.
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor
karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus
menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar (Dalyono,
2005:55) adalah sebagai berikut.
1. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri)
a. Kesehatan
commit to user
b. Minat dan Motivasi
Sebagaimana halnya dengan intelegensi dan bakat maka minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar.
c. Cara Belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan factor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
2. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri)
a. Keluarga
Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar.
b. Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut, mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/ perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
c. Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.
d. Lingkungan sekitar
commit to user
B. Kerangka Berpikir
Hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses pembelajaran. Dalam
hal ini pembelajaran statika masih banyak ditemukan masalah antara lain kurang
efektifnya siswa dalam mengikuti pelajaran statika yang berdampak pada
rendahnya hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran statika strategi guru sangat
diperlukan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dengan menggunakan
metode PBI .
Pada siklus pertama perlu adanya tes untuk mengetahui bagaimana hasil
belajar siswa. Apabila hasil belajar siswa belum memenuhi dari indicator
keberhasilan yang telah ditentukan maka perlu diadakan evalusi untuk
melaksanakan siklus kedua.
Pembelajaran statika dengan menerapkan metode PBI berdampak positif
bagi siswa yaitu siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran, karena
pengalaman dan percobaan langsung siswa akan berpengaruh besar terhadap hasil
belajar, membuat guru untuk lebih menguasai materi karena guru sebagai
fasilitator harus menguasai materi dan mampu mengembangkannya serta guru
sebagai motivator yang mampu memotivasi siswa untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya dan menyediakan kesempatan dan pengalaman yang
mendukung proses belajar.
Hasil belajar statika adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah
mengikuti proses pembelajran statika berupa pemahaman dan penguasaan materi
dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan baik untuk masa kini maupun
masa yang akan datang.
commit to user
Gambar 1. Kerangka Berfikir Kondisi Awal
Siswa : Hasil Belajar masih rendah
Guru : Belum
menggunakan model pembelajaran PBI
Tindakan
Siklus II Tes
Siklus I Siklus
I
Tes Siklus
II Guru :
Menggunakan model pembelajaran
PBI
Terselesaikan Belum Terselesaikan
Melalui model pembelajara PBI dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran statika
terselesaikan Belum Terselesaikan
Siklus Selanjutnya Siswa : kurang efektif
commit to user
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka
hipotesis tindakan adalah:
1. Dengan penerapkan model pembelajaran PBI dalam mata pelajaran
statika dapat meningkatkan efektifitas siswa kelas X Teknik Konstruksi
Kayu SMK N 2 Surakarta.
2. Dengan penerapkan model pembelajaran PBI dalam mata pelajaran
statika dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas X Teknik
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Perencanaan Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Surakarta,Jalan LU.Adi Sucipto No.33. Lokasi ini dipilih sebagai tempat
penelitian karena.
a. SMK Negeri 2 Surakarta memerlukan evaluasi kegiatan belajar mengajar
supaya dapat menigkatkan kualitas hasil belajar statika.
b. SMK Negeri 2 Surakarta terdapat data yang memadai untuk keperluan
penelitian untuk menigkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran statika.
2. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X
Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Surakarta. Dengan jumlah siswa
sebanyak 23 siswa.
3. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan mulai bulan Mei sampai Awal bulan Agustus 2010.
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Nama Kegiatan Waktu Kegiatan
1 Pengajuan Judul 14 Januari 2010 – 20 Januari 2010 2 Pembuatan Proposal 26 Januari 2010 – 3 Maret 2010 3 Seminar Proposal 30 Maret 2010
commit to user
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas bekerjasama dengan
guru yang menggunakan data pengamatan langsung terhadap jalannya proses
pembelajaran. Penelitian Tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui
sistem bersiklus dari berbagai kegiatan pembelajaran. Adapun prosedur penelitian
yang dipilih yaitu dengan menggunakan model spiral dari Kemmis dan Mc
Taggart dalam Suharsimi Arikunto, (2006 : 93). Siklus model Kemmis dan Mc
Taggart ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan, seperti siklus di bawah
commit to user
Gambar 2. Modifikasi Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Mc Taggart
(Suharsimi Arikunto,2006 : 93)
Belum terselesaika n
SIKLUS I
SIKLUS II
Perencanaan
Evaluasi I
Refleksi I
Observasi I
Tindakan I
Rencana Terevisi
Tindakan II
Observasi II
Evaluasi II
Refleksi II
commit to user
Langkah-langkah pada modul siklus Kemmis dan Taggart di atas yaitu sebagai
berikut :
1. Perencanaan tindakan (planning)
2. Pelaksanaan tindakan (acting)
3. Pengamatan (observing)
4. Refleksi. (reflecting)
Pada kegiatan siklus akan dilakukan sesuai dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Rencana tindakan siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap persiapan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah dan analisis
masalah melalui wawancara dengan guru bidang studi.
b. Berkolaborasi dengan guru menentukan tindakan perbaikkan yaitu
dengan penerapan model pembelajaran PBI
c. Berkolaborasi dengan guru bidang studi untuk menyusun silabus, LKS,
dan skenario pembelajaran atau rencana pembelajaran dengan model
pembelajaran PBI
d. Menyiapkan alat evaluasi berupa soal pretes dan postes beserta
kisi-kisinya.
e. Menyusun lembar observasi
2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu
pada perencanaan yang telah dibuat yaitu :
a. Tahap awal pembelajaran :
1) Guru mengucapkan salam.
2) Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran.
commit to user
b. Tahap Inti Pembelajaran :
Secara garis besar tahapan pembelajaran PBI :
1). Tahap 1. Orientasi siswa pada masalah
Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan
menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan.
Selanjutnya, guru menyajikan situasi masalah dengan prosedur
yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi masalah.
Situasi masalah harus disampaikan secara tepat dan menarik
sehingga dapat memunculkan ketertarikan, rasa ingin tahu dan
motivasi.
2). Tahap 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Siswa dikelompokkan secara bervariasi dengan memperhatikan
tingkat kemampuan.
3). Tahap 3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
a) Pengumpulan data.
Siswa melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah
dalam kelompoknya. Guru bertugas mendorong siswa untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan penyelidikan sampai
mereka benar-benar memahami situasi masalah yang dihadapi.
Tujuan pengumpulan data yaitu agar siswa mengumpulkan cukup
informasi untuk membangun ide dan pengetahuan mereka sendiri.
b) Berhipotesis, menjelaskan dan memberikan pemecahan
Siswa mengajukan berbagai hipotesis, penjelasan dan
pemecahan dari masalah yang diselidiki. Pada tahap ini guru
mendorong semua ide, menerima sepenuhnya ide tersebut,
melengkapi dan membenarkan konsep-konsep yang salah.
4).Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru meminta salah seorang anggota kelompok untuk
mempresentasikan hasil pemecahan masalah kelompok dilanjutkan
commit to user
kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil sementara
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
5). Tahap 5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
Guru menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir dan
keterampilan penyelidikan siswa serta proses menyimpulkan hasil
penyelidikan.
c. Tahap akhir Pembelajaran :
Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan pada inti
pembelajaran.
Pertemuan berikutnya guru mengadakan evaluasi individual siswa
dengan mengadakan tes kemampuan kognitif.
3. Observasi.
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati
aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran statika dari awal
pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah aktivitas siswa dan kinerja guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum
dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada
siklus berikutnya.
4. Refleksi
Dari hasil tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Pada tahap ini
pengajar dapat merefleksi diri berdasarkan hasil observasi dan diskusi,untuk
mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran statika. Hasil refleksi yang ada dijadikan bahan
pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya
yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan berhasil. Refleksi merupakan
bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap
proses dan hasil pembelajaran yang terjadi yang dilakukan dengan cara sebagai
commit to user
1) Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama
proses tindakan.
2) Mendiskusikan dan pengumpulan data antara guru, peneliti dan kepala
sekolah (pembimbing) berupa hasil nilai siswa, hasil pengamatan, catatan
lapangan, dan lain-lain.
3) Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario
pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam
tindakan sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah
dilakukan pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan
pada siklus II.
2. Rencana tindakan siklus II
1. Perencanaan
a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang ada pada siklus I.
b. Menetukan Indikator pencapaian hasil belajar.
2. Pelaksanaan
Pelaksaan program tindkan II mengacu pada identifikasi dan rumusan
masalah pada siklus I.
Tahapan pembelajaran PBI :
1). Tahap 1. Orientasi siswa pada masalah
Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan
menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan.
Selanjutnya, guru menyajikan situasi masalah dengan prosedur
yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi masalah.
Situasi masalah harus disampaikan secara tepat dan menarik.
2). Tahap 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Siswa dikelompokkan secara bervariasi dengan
memperhatikan tingkat kemampuan.
3). Tahap 3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
commit to user
Siswa melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah
dalam kelompoknya. Guru bertugas mendorong siswa untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan penyelidikan sampai
mereka benar-benar memahami situasi masalah yang dihadapi.
Tujuan pengumpulan data yaitu agar siswa mengumpulkan
cukup informasi untuk membangun ide dan pengetahuan mereka
sendiri.
b) Berhipotesis, menjelaskan dan memberikan pemecahan
Siswa mengajukan berbagai hipotesis, penjelasan dan
pemecahan dari masalah yang diselidiki. Pada tahap ini guru
mendorong semua ide, menerima sepenuhnya ide tersebut,
melengkapi dan membenarkan konsep-konsep yang salah.
4).Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru meminta salah seorang anggota kelompok untuk
mempresentasikan hasil pemecahan masalah kelompok dilanjutkan
dengan diskusi dan membimbing siswa jika mereka mengalami
kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
5). Tahap 5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
Guru menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir dan
keterampilan penyelidikan siswa serta proses menyimpulkan hasil
penyelidikan.
Pertemuan berikutnya guru mengadakan evaluasi individual
siswa dengan mengadakan tes kemampuan kognitif pasca siklus II.
3. Observasi.
Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan
mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah
commit to user
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
b. Mendiskusikan hasil pengamatan dan hasil evaluasi untuk mendapat
kesimpulan diharapkan akhir siklus II ini penerapan PBI dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran statika.
C. Instrumen Penelitian
1. Pedoman Observasi
Observasi dilakukan dengan mengumpulan data melalui pengamatan
langsung terhadap obyek penelitian untuk mendapatkan gambaran yang
senyatanya kemudian mengadakan pencatatan atas data. Observasi dilaksanakan
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
2. Pedoman Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan peneliti untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Yang diwawancarai adalah guru dan
siswa. Pedoman wawancara ini bisa mengenai pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Tujuan diadakan wawancara ini adalah untuk memperoleh data atau
konfirmasi dari siswa dan guru mengenai penyebab kesulitan siswa dalam
memahami pelajaran statika.
3. Tes
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,pengetahuan dan intelegasi kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok” ( Suharsimi Arikunto, 1998:25). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemamupan siswa dalam memahami
statika. Tes yang dilakukan berupa tes tertulis mengunakan butir soal.
4. Kajian Dokumen
Suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mencari dan mengumpulkan
commit to user
atau arsip SMK N 2 Surakarta yang berkaitan dengan obyek penelitian,misalnya
Rencana Pelaksanaan Pembelajran(RPP) dan silabus.
D. Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data hasil setiap akhir
siklus. Data-data tersebut akan digali dari beragam sumber data. Data-data dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua,yaitu :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat melalui sumber utama yaitu
siswa dan guru sebagai mitra peneliti serta seluruh komponen sekolah. Selain
tersebut diperoleh juga dari hasil observasi,wawancara dan tes yang dilakukan
terhadap siswa kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK N 2 Surakarta
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat dari berbagai referensi yang
berasal dari berbagai dokumen.Data ini diperoleh dari dokumen dan arsip
yang dimiliki sekolah.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
mengukur dan memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini
peneliti menggunkan teknik pengumpulan data dengan :
1. Metode Observasi.
“Metode Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis”. (Suharsimi Arikunto, 1998:28). Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti
pada kelas yang dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung
kegiatan belajar siswa dikelas.
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan selama pembelajaran
yang diperoleh peneliti yang tidak teramati dalam lembar observasi bentuk
commit to user
pembelajaran. Catatan lapangan menurut Bagdad dan Biklen
(Moleong,1990:153) adalah “Catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,
dialami dan dipikirkan untuk mengumpulkan data dan refleksi terhadap data
dalam penelitian kualitatif ”.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui
sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti.
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa kelas X
Teknik Konstruksi Kayu , serta foto rekaman proses tindakan penelitian.
F. Validitas Data
Validasi data yang dipilih peneliti dalam penelitian ini merujuk pada
pendapat Hopkins dalam Wiraatmadja, (2005 : 168-171), yaitu :
1. Member chek, memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi
yang diperoleh selama observasi atau wawancara dilakukan dengan cara
mengkonfirmasi dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir
pembelajaran.
2. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti
dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti
secara kolaboratif oleh sekolah.
3. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan
data dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing.
Berdasarkan validasi diatas, maka validasi data yang akan digunakan oleh
peneliti yaitu member chek dan triangulasi. Untuk validasi member chek, setelah
wawancara dengan guru dan siswa serta observasi terhadap kinerja guru dan
aktivitas siswa dalam pembelajaran statika. Peneliti memeriksa hasil wawancara
dan obsevasi, apakah sudah tercatat sesuai yang terjadi atau ada yang belum
tercatat.
Dalam melakukan triangulasi, setelah observasi dan wawancara terhadap
commit to user
mendiskusikan hasil observasi tersebut dengan guru kelas X pada saat
pembelajaran statika.
G. Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini,analisis data yang dilakukan secara
deskriptif kualitatif. Analisis diskriptif kualitatif dilakukan dengan analisis
interaktif. Data yang dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan analisis
interaktif yang terdiri dari reduksi data,penyajian data dan penarikan kesimpulan
dilakukan dalam bentuk interaktif dpengumpulan data sebagai suatu proses siklus.
Pada waktu pengumpulan data peneliti membuat reduksi data dan sajian data yaitu
data yang berupa catatan lapangan adalah data yang dicatat dan di gali.
Menurut M.B Miles (1992 : 20) proses analisis interaktif dapat digambarkan
sebagi berikut :
Pengumpulan Data Penyajian Data
[image:48.595.111.548.185.495.2]Reduksi Data Penarikan kesimpulan
commit to user
H. Tolak Ukur Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian ini tercermin dengan adanya
efektifitas dari penerapan model pembelajaran PBI dan peningkatan hasil belajar
siswa setiap siklusnya berupa kenaikan jumlah siswa yang tuntas belajar baik dari
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik
Indikator keberhasilan meliputi :
1. Aspek kognitif yang meliputi ketuntasan hasil belajar siswa mencapai
80 % dengan nilai minimal 75.
2. Aspek afektif dapat dilihat dari hasil yang meliputi minat, sikap dan nilai
siswa mencapai 80% dengan nilai minimal 75. Aspek afektif juga menjadi
indikator keberhasilan dari efektifitas penerapan model PBI.
3. Aspek psikomotorik dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan siswa
mencapai 80% dengan nilai minimal 75.
Nilai ketuntasan hasil belajar siswa diperoleh data dari SMK N 2 Surakarta
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah SMK Negeri 2 Surakarta
SMK Negeri 2 Surakarta berdiri pada tanggal 1 Juli 1952 yang diberi
nama STM Solo yang berlokasi di Gendengan Solo dengan membuka tiga jurusan
yaitu mesin,listrik,dan bangunan. Pada tanggal 12 Juli 1952 STM Solo resmi
menjadi STM Negeri Solo, pada tahun 1966 dari STM Negeri 1 Surakarta
diperbaiki namanya menjadi STM Negeri 1 Surakarta.
Pada tahun pelajaran 1999/2000 STM Negeri 1 Surakarta diganti dengan
nama SMK Negeri 2 Surakarta. Kemudian pada tanggal 9 Mei 2006 SMK Negeri
2 Surakarta dinyatakan lulus seleksi Sekolah Nasional Bertaraf Intrenasional
ditandai dengan terbitnya Surat Keputusan Direktur Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Nomer : 0004/C5.2/Kep/MN/2006 tentang Penetapan
Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SNBI) tahun 2006.
2. Denah Gedung SMK Negeri 5 Surakarta
Gedung SMK Negeri 2 Surakarta terletak di Jln LU. Adi Sucipto no.33
Surakarta. Dilihat dari keberadaannya, lokasi SMK Negeri 2 Surakarta dekat
dengan Lembaga Pendidikan lainnya, sehingga dapat dikatakan terletak di
lingkungan komplek sekolah, baik negeri maupun swasta. Hal ini dapat menjadi
motivasi tersendiri bagi siswa karena letak dipinggir jalan raya, maka transportasi
commit to user
Gambar 4. Denah Lokasi SMK Negeri 2 Surakarta
3. Profil Sekolah
Profil Sekolah Menengah Kejuruan (SMK ) Negeri 2 Surakarta :
1. Lokasi : Jalan LU. Adisucipto No 33
Kelurahan Manahan
Kecamatan Banjarsari
Kota Surakarta
Kode Pos 57139
Provinsi Jawa Tengah
2. Alamat Surat : SMK Negeri 2 Surakarta
commit to user
Telp (0271)714901
Kode Pos 57139
3. Faximile : (0271)727003
4. E-Mail : info@smkn2-solo.net
5. Kepala Sekolah : Drs Susanta, MM
6. Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 32.103.61.05.001
7. Status Sekolah : Negeri
Nomor : 3095/B
Tanggal : 22 Juli 1952
8. Penyelenggara : Pemerintah Kota Surakarta
9. No. SK terakhir status sekolah : No 188/0/2001 tanggal 28 Oktober
2002
4. Bidang Studi Keahlian dan Program Studi Keahlian
Di SMK Negeri 2 Surakarta
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Nomor : 251/C/kep/2008 tanggal 22 Agustus 2008, maka bidang
[image:52.595.126.508.115.542.2]Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan SMK Negeri 2 Surakarta :
Tabel 3. Bidang Keahlian SMK Negeri 2 Surakarta
No Bidang Studi Keahlian
Program Studi
Keahlian Kompetensi Keahlian
A Teknologi dan
Rekayasa
1.Teknik
Bangunan
1.1 Teknik Konstruksi Kayu
1.2 Teknik Konstruksi Batu
dan Beton
1.3Teknik Gambar Bangunan
2.Teknik
Ketenaga-listrikan
commit to user
3.Teknik Mesin Teknik Pemesinan
4.Teknik
Otomotif
Teknik Kendaraan Ringan
5.Teknik
Elektronika
Teknik Audio Video
B Teknologi Informasi
dan Komunikasi
1.Teknik
Komputer dan
Informatika
1.1 Rekayasa Perangat lunak
1.2 Teknik Komputer <