• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION SEBAGAI UPAYA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR STATIKA PADA SISWA KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SMK NEGERI 2 SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION SEBAGAI UPAYA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR STATIKA PADA SISWA KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SMK NEGERI 2 SURAKARTA"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION SEBAGAI UPAYA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR STATIKA PADA SISWA KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI

KAYU SMK NEGERI 2 SURAKARTA

SKRIPSI Oleh :

ANGGYTA PUTRI RATNA SARI

NIM K1506006

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION SEBAGAI UPAYA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR STATIKA PADA SISWA KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI

KAYU SMK NEGERI 2 SURAKARTA

Oleh :

ANGGYTA PUTRI RATNA SARI

NIM K1506006

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan

Pendidikan Teknik dan Kejuruan

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Hari : Selasa

Tanggal : 27 Oktober 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Drs H Suhardjono, M.Si Eko Supri Murtiono, ST, MT

(4)

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Rabu

Tanggal : 10 November 2010

Tim penguji Skripsi :

Nama terang Tanda Tangan

Ketua : Drs AG. Tamrin, M.Pd, M.Si ____________

Sekretaris : Abdul Haris setyawan,S.Pd, M.Pd ____________

Anggota 1 : Drs H Suhardjono, M.Si ____ _______

Anggota 2 : Eko Supri Murtiono, ST, MT ____________

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M Furqon Hidayatullah, M.Pd

(5)

commit to user

ABSTRAK

Anggyta Putri Ratna Sari. K1506006. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION SEBAGAI UPAYA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR STATIKA PADA SISWA KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SMK NEGERI 2 SURAKARTA. Skripsi. 2010. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Efektfitas penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction di kelas X TKK SMK Negeri 2 Surakarta, (2) Peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran statika dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction di kelas X TKK SMK Negeri 2 Surakarta Subjek penelitian adalah siswa kelas X TKK SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010, berjumlah 23 siswa laki – laki. Tindakan kelas diawali dengan membuat skenario pembelajaran model Problem Based Instruction, membuat lembar observasi, membuat pedoman wawancara, membuat alat tes evaluasi serta menyiapkan dokumentasi. Validitas data menggunakan Triangulasi, member chek dan Audit Trail. Teknik analisis menggunakan analisis interaktif. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan alur siklus model spiral, penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, disetiap siklus terdapat beberapa tahapan berupa perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Untuk mengetahui hasil belajar tiap siklus dilaksanakan 2 kali tindakan tes evaluasi. Tahap berikutnya dilakukan observasi berupa data yang akan dikumpulkan, dianalisis, dan direfleksi.

Berdasarkan hasil selama penelitian, sebelum tindakan siklus: siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Banyak siswa beranggapan bahwa mata pelajaran statika sulit, rumit, banyak rumus, serta penerapan dan manfaatnya sangat sedikit dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Statika. Hal ini tampak dari nilai raport yang dilaksanakan sebelum penelitian yaitu semester gasal tahun 2009/2010. Penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan hasil belajar dengan model Problem Based Instruction mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari hasil tes evaluasi, hasil pengamatan dalam ranah afektif dan psikomotorik pada siklus I ke siklus II, tidak hanya itu peningkatan juga berasal dari dukungan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Problem Based Instruction. Kesimpulan penelitian adalah penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran statika kelas X TKK SMK Negeri 2 Surakarta. Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi dalam penerapan metode Problem Based Instruction untuk meningkatkan hasil belajar statika misalnya: terdapat bebrapa kendala diantaranya : masih terdapat sebagian kecil siswa yang belum terfokus pada saat dikelompokkan.

(6)

commit to user

MOTTO

“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta

pertolongan” (Surat Al Fatihah:5)

“Orang yang bahagia bukanlah orang yang berlimpah harta maupun berpangkat tinggi, melainkan orang yang mampu dan selalu mensyukuri nikmatnya sekecil

apapun”. (Siti Markhamah)

“Jangan berpikir untuk menjadi yang terbaik, tetapi berbuatlah yang terbaik yang

kamu bisa(Benjamin Franklin).

(7)

commit to user

PERSEMBAHAN

Penulisan Skripsi ini kupersembahkan

kepada:

Karya ini dipersembahkan untuk:

 Bapak dan Ibu yang selalu menjadi embun

penyejuk jiwa dan cahaya jiwaku  Mas Eka dan dik Yayang yang

kusayangi

 Mas Prie yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang

 Ai, Arin, Heny yang penuh kebersamaan

(8)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa

atas segala limpahan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan

penulisan Skripsi ini, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan

yang timbul dapat teratasi. Untuk itu dikesempatan yang berbahagia ini, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuannya kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Universitas

Sebelas Maret.

2. Drs. H. Suwachid, M.Pd, M.T selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik

dan Kejuruan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. AG.Thamrin, M.Pd, M.Si selaku Ketua Program Pendidikan Teknik

Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Bapak Drs. Sutrisno, M.Pd selaku Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik

Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Drs. H Suhardjono, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar dan bijaksana serta

memberikan dorongan dari awal hingga pelaksanaan, dan sampai

terselesainya penulisan skripsi ini.

6. Bapak Eko Supri Murtiono, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar dan bijaksana

serta memberikan dorongan dari awal hingga pelaksanaan, dan sampai

(9)

commit to user

7. Ibu Anis Rahmawati, ST, MT selaku Pembimbing Akademik, yang telah

memberikan arahan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program

Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta

8. Kedua orang tuaku dan keluarga atas dukungan moril dan material yang

telah diberikan selama ini.

9. Drs. Susanta, MM selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Surakarta yang

telah mengizinkan untuk penelitian di sekolah.

10.Bapak Hanang Yulianto, S.Pd, selaku guru mata pelajaran statika

sekaligus pembimbing pada saat penelitian di SMK Negeri 2 Surakarta.

11.Teman-teman mahasiswa Program Teknik Bangunan Angkatan Tahun

2006.

12.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah

memberikan dukungan dan bantuan sehingga dapat selesainya skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan di

dalam penyusunan Skripsi ini yang sebenarnya tidak dikehendaki. Akhir kata

penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pendidikan dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan seperti yang diharapkan oleh semua pihak. Semoga Allah Ta’ala selalu membimbing kita semua. Amin.

Surakarta, Juli 2010

(10)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

JUDUL ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan masalah………. 3 4 C. Perumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

1. Manfaat Praktis ... 5

2. Manfaat Teoritis ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

(11)

commit to user

Halaman

2. Pengertian Pembelajaran ... 7

3. Pengertian Efektifitas Pembelajaran ... 8

4. Model Pembelajaran PBI ... 9

a. Hakikat PBI ... 9

b. Proses Pemecahan Masalah ... 12

c. Tahap-tahap Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 14

5. Hasil Belajar ... 15

B. Kerangka Berpikir Penelitian ... 17

C. Hipotesis Tindakan ... 19

BAB III. METODE PENELITIAN ... 20

A. Perencanaan Penelitian ... 20

1. Tempat Penelitian ... 20

2. Subyek Penelitian ... 20

3. Waktu Penelitian ... 20

B. Prosedur Penelitian ... 21

1. Siklus I ... 23

2. Siklus II ... 26

C. Instrumen Penelitian ... 28

1. Pedoman Observasi ... 28

2. Pedoman Wawancara ... 28

3. Tes ... 28

4. Kajian dokumen ... 28

D. Data dan Sumber Data ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

1. Metode Observasi ... 29

2. Catatan lapangan ... 29

3. Dokumentasi ... 30

F. Validitas data ... 30

(12)

commit to user

Halaman

H. Tolak Ukur Keberhasilan ... 32

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

1. Sejarah SMK Negeri 2 Surakarta ... 33

2. Denah Gedung SMK Negeri 2 Surakarta ... 33

3. Profil Sekolah ... 34

4. Bidang Studi Keahlian Dan Program Studi Keahlian Di SMK Negeri 2 Surakarta ... 35

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 36

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 36

a. Tahap Perencanaan Tindakan I ... 36

b. Pelaksanaan Tindakan I ... 37

c. Pengamatan ... 38

d. Evaluasi siklus I ... 39

e. Pelaksanaan refleksi Siklus I... 40

2. Siklus II ... 40

a. Tahap Perencanaan Tindakan II ... 40

b. Pelaksanaan Tindakan II ... 41

c. Pengamatan ... 42

d. Evaluasi siklus II ... 44

e. Pelaksanaan refleksi Siklus II ... 46

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Implikasi ... 51

C. Saran ... 52

(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tahap-Tahap Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 14

Tabel 2 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 20

Tabel 3 Bidang Keahlian SMK Negeri 2 Surakarta ... 35

Tabel 4 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I ... 38

Tabel 5 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus I………... 39

Table 6 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II………... 43

Tabel 7 Hasil belajar Psikomotorik Siklus II……… 43

(14)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka berfikir ... 18

Gambar 2 Modifikasi Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Mc Taggart ... 22

Gambar 3 Model Analisis Interaktif ... 31

Gambar 4 Denah Lokasi SMK Negeri 2 Surakarta... 34

Gambar 5 Grafik Hasil Belajar Kongnitif Siswa ... 45

Gambar 6 Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa ... 45

(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Nama Kelas pnelitian Siswa X TKK

SMK Negeri 2 Surakarta ... 56

Lampiran 2 Dasar Nilai Ulangan harian Sebelum Tindakan ... 57

Lampiran 3 Silabus ... 58

Lampiran 4 Satuan acara pembelajaran………. .. 61

Lampiran 5 Daftar Nama Kelompok ... 67

Lampiran 6 RPP Siklus I Pertemuan I ... 68

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I ... 72

Lampiran 8 Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siklus I Pertemuan I .... 76

Lampiran 9 Lembar Observasi Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I Pertemuan I ... 79

Lampiran 10 RPP Siklus I Pertemuan II ... 81

Lampiran 11 Lembar Kerja Kognitif Siswa Siklus I Pertemuan II………….. 85

Lampiran 12 Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siklus I Pertemuan II ... 92

Lampiran 13 Lembar Observasi Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I Pertemuan II ... .. 95

Lampiran 14 Kisi- Kisi Soal Evaluasi Kongnitif Siklus I ... 97

Lampiran 15 Lembar Evaluasi Siklus I ... 98

Lampiran 16 Daftar Nilai Siklus I... 101

Lampiran 17 RPP Siklus II Pertemuan I ... 103

Lampiran 18 Lembar Kerja Kongnitif Siswa Siklus II Pertemuan I ... 107

Lampiran 19 Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siklus II Pertemuan I ... 113

Lampiran 20 Lembar Observasi Hasil Belajar Psikomotorik Siklus II Pertemuan I... 116

Lampiran 21 RPP Siklus II Pertemuan II ... 118

Lampiran 22 Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siklus II Pertemuan II ... 122

(16)
(17)

commit to user

Halaman

Lampiran 24 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Kongnitif Siklus II ... 127

Lampiran 25 Lembar Evaluasi Kongnitif Siswa Siklus II ... 128

Lampiran 26 Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus II ... 132

Lampiran 27 Pedoman Wawancara Untuk Peserta Didik ... 134

Lampiran 28 Pedoman Wawancara Untuk Pendidik …… ... 136

Lampiran 29 Catatan Lapangan Hasil Wawancara ……….... . 139

(18)

commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini demikian pesatnya,

sejalan dengan laju teknologi dan ilmu pengetahuan. Perkembangan pendidikan

yang cukup pesat ini juga ditopang oleh usaha pemerintah, dalam hal ini

Departemen Pendidikan Nasional yang senantiasa melakukan pembenahan sistem

pendidikan kita. Dengan harapan agar dapat dicapai hasil tamatan yang cukup

baik, tidak hanya dalam segi kuantitas tetapi juga kualitas, termasuk pembenahan

sistem pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu lembaga pendidikan

formal yang menyiapkan anak didik menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang

profesional sesuai dengan keahliannya. Untuk mencapai tujuan tersebut,

pendidikan kejuruan dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional berusaha

memperbaiki bidang pendidikan yang meliputi kurikulum, guru dan proses

pengajaran. Ketiga hal tersebut merupakan variabel utama yang saling berkaitan

dalam strategi pelaksanaan di sekolah.

Pendidikan tidak hanya bertujuan memberikan materi pelajaran saja tetapi

lebih menekankan bagaimana mengajak siswa untuk menemukan dan membangun

pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup

(life skill) dan siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

Mata pelajaran statika salah satu pelajaran yang diberikan pada siswa

teknik bangunan di SMK Negeri 2 Surakarta. Mata pelajaran statika berisikan

konsep-konsep dasar perhitungan untuk konstruksi bangunan yaitu pengetahuan

cara-cara pengidentifikasian suatu konstruksi bangunan sederhana dan cara

perhitungan kekuatan konstruksi bangunan.

Mata pelajaran Perhitungan statika berisikan konsep – konsep dasar perhitungan untuk konstruksi bangunan sederhana. Oleh karena keberhasilan

proses kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran statika lebih menekankan

(19)

commit to user

Kegiatan belajar mengajar di SMK Negeri 2 Surakarta Kelas X Teknik

Konstruksi Kayu mengalami permasalahan hasil belajar mata pelajaran produktif

statika. Nilai rata-rata standar tuntas pelajaran produktif di SMK Negeri 2

surakarta adalah 75. Siswa kelas X Teknik Konstruksi Kayu pada semester 1

masih banyak yang mendapatkan nilai kurang dari 75 atau belum tuntas. Dari data

menunjukan bahwa dalam pelajaran statika tersebut hanya 52,17 % siswa yang

mendapat nilai 75 keatas.

Banyak siswa beranggapan bahwa mata pelajaran statika sulit, rumit,

banyak rumus, serta penerapan dan manfaatnya sangat sedikit dalam kehidupan

manusia yang mengakibatkan kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran

Statika. Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar statika siswa rendah yaitu

faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi

belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal

adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan

belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.

Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif dapat

menghambat kemampuan berpikir siswa dan keterampilan pemecahan masalah

sehingga perlu dipilih dan diterapkan suatu model pembelajaran untuk

mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam pengajarn statika

diharapkan siswa benar-benar aktif sehingga akan berdampak pemahaman siswa

tentang apa yang dipelajari akan bertahan lama. Dalam hal ini hendaknya seorang

guru dapat membantu siswanya dalam membangun keterkaitan antara

pengetahuan dengan pengalaman lain guna memecahkan permasalahan

pembelajaran.

Situasi pembelajaran sebaiknya dapat menyajikan fenomena dunia nyata,

masalah yang autentik dan bermakna yang dapat menantang siswa untuk

memecahkannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah

pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction (PBI).

Menurut Nurhadi (2004:109), Problem Based Instruction merupakan

model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

(20)

commit to user

masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial dari mata

pelajaran. Guru harus mendorong siswa untuk terlibat dalam tugas-tugas

berorientasi masalah melalui penerapan konsep dan fakta, serta membantu

menyelidiki masalah autentik dari suatu materi.

Mata pelajaran statika merupakan salah satu pelajaran produktif yang

berisikan tentang konsep-konsep dasar perhitumgan untuk konstruksi bangunan

yaitu cara-cara untuk mengidentifikasi suatu konsep bangunan sederhana.

Dengan penerapan Problem Based Instruction, guru berusaha menunjukkan

kepada siswa bahwa materi pelajaran statika konkrit dan berkaitan langsung

dengan pengalaman keseharian siswa.

Berkaitan dengan uraian dan fakta di atas, maka peneliti akan melakukan

penelitian tindakan kelas dengan judul: PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION SEBAGAI UPAYA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR STATIKA PADA SISWA

KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SMK NEGERI 2 SURAKARTA.

B. Pembatasan Masalah

Untuk mengefektifkan proses penelitian, peneliti memberikan batasan

pengkajian sebagai berikut :

1. Efektifitas penerapan model pembelajaran Problem Bases Instruction pada

siswa kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK N 2 Surakarta pada mata

pelajaran statika.

2. Hasil belajar siswa kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK N 2 Surakarta

pada mata pelajaran statika belum tuntas.

Dari pembatasan masalah diatas, timbul beberapa definisi operasional

sebagai berikut :

1. Penelitian ini mengambil studi kasus Peserta didik Kelas X Teknik

(21)

commit to user

2. Penelitian diarahkan pada hasil belajar siswa dalam penggunaan metode

pembelajaran Problem Based Instruction di kelas X TKK SMK N 2

Surakarta.

3. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada pembelajaran statika dalam

menetukan titik berat dan bidang datar di kelas X Teknik Konstruksi Kayu

SMK N 2 Surakarta yang belum efektif.

C. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, timbul beberapa permasalahan yang

diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana efektifitas penerapan model Problem Based Instruction pada

siswa kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Surakarta dalam

mata pelajaran Statika ?

2. Apakah penerapan Problem Based Instruction dapat meningkatkan hasil

belajar statika pada siswa kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2

Surakarta?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peningkatan efektifitas penerapan model pembelajaran

Problem Based Instruction di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK

Negeri 2 Surakarta dalam mata pelajaran Statika.

2. Untuk mengetahuai peningkatan hasil belajar statika pada siswa kelas X

Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Surakarta melalui penerapan

(22)

commit to user

E. Manfaat Hasil Penelitian

Secara teoritis dan praktis,penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

untuk :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Siswa dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan

bekerja sama, dan kemampuan berkomunikasi

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi tentang model

pembelajaran yang efektif untuk menigkatkan hasil belajar siswa.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu

pembelajaran statika di sekolah.

2. Manfaat Teoritis

a. Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang

sejenis dan relevan.

b. Sebagai bahan pustaka bagi siswa Program Pendidikan Teknik Bangunan,

Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu

(23)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Pustaka

1. Pengertian Belajar

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses

perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan

pengembangan tekhnologi informasi, belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu

tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengatakan

belajar menurut sudut pandang mereka. Beberapa definisi belajar sebagai suatu

perubahan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut.

a. Gagne dan Berliner dalam (Ani Tri, 2004:2) menyatakan bahwa belajar

merupakan proses dimana sesuatu organisme mengubah perilakunya

karena hasil dari pengalaman.

b. Menurut Teori Belajar Konstruktivisme dalam (Ani Tri, 2004:49-50)

belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan

mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus bisa

menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berkutat

dalam berbagai gagasan. Guru adalah bukan orang yang mampu

memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang harus

mengkonstruksikan pengetahuan didalam memorinya sendiri. Sebaliknya

tugas guru yang paling utama adalah :

1) Memperlancar siswa dengan cara mengajarkan cara-cara membuat

informasi bermakna dan relevan dengan siswa.

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan gagasannya sendiri.

3) Memanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya

sendiri. Disamping itu guru harus mampu mendorong siswa untuk

memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang

(24)

commit to user

Guru berinteraksi dengan masing-masing siswa untuk mengamati bagaimana

ia memperoleh informasi baru, membantu siswa merekonstruksi pengetahuan

secara benar, memotivasi serta membimbing siswa dalam memecahkan masalah.

Jadi adanya informasi dan pengalaman baru mengakibatkan terjadinya

rekonstruksi pengetahuan yang lama sehingga terbentuk pengetahuan baru.

c. Menurut Suharsimi Arikunto (1998:19) mengartikan bahwa belajar

merupakan suatu proses karena adanya usaha untuk mengadakan

perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud

memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan,

ketrampilan maupun sikap

Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan belajar dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja

2. Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan yang berkenaan dengan aspek

psikis dan fisik terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan

pembelajaran dapat dipermudah (facilitated) pencapaiannya. Dalam kegiatan

pembelajaran perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat

dicapai. Pada setiap kegiatan pembelajaran terlebih dahulu harus dirumuskan

tujuan pembelajarannya. Tujuan pembelajaran harus bersifat "behavioral", atau

berbentuk tingkah laku yang dapat diamati, dan "measureable", atau dapat diukur

artinya dapat dengan tepat dinilai apakah tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan pada awal kegiatan pembelajaran dapat dicapai atau belum (Dewi

Salma Prawiradilaga dan Evelin Siregar, 2004:4).

Gagne dalam Benny A. Pribadi, (2005 : 15) “ Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptkana dengan maksud untuk memudahkan

terjadinya proses belajar”. Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan dalam Benny

(25)

commit to user

informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan spesifik”

Yusufhadi Miarso dalam Benny A. Pribadi (2005 : 15) “ Pembelajaran sebagai aktivitas atau kegiatan yang berfokus pada kondisi dan kepentingan pembelajar. Istilah pembelajaran digunakan untuk menggantikan istilah “ pengajaran “ yang lebih bersifat sebagai aktivitas yang berfokus pada guru ( teacher centered )…dst

3. Pengertian Efektifitas Pembelajaran

Proses belajar mengajar yang ada baik di sekolah dasar maupun di sekolah

menengah, sudah barang tentu mempunyai target bahan ajar yang harus dicapai

oleh setiap guru, yang didasarkan pada kurikulum yang berlaku pada saat itu.

Kurikulum yang sekarang ada sudah jelas berbeda dengan kurikulum zaman dulu,

ini ditenggarai oleh sistem pendidikan dan kebutuhan akan pengetahuan

mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan zaman. Bahan ajar yang banyak

terangkum dalam kurikulum tentunya harus disesuaikan dengan waktu yang

tersedia pada hari efektif yang ada pada tahun ajaran tersebut. Namun terkadang

materi yang ada dikurikum lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Ini sangat

ironis sekali dikarenakan semua mata pelajaran dituntut untuk bisa mencapai

target tersebut. Untuk itu perlu adanya strategi efektivitas pembelajaran.

Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat

atau manjur. Efektivitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha

dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:584) mendefinisikan efektif dengan “ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)” atau “dapat membawa hasil, berhasil guna (usaha, tindakan)” dan efektivitas diartikan “keadaan berpengaruh; hal berkesan” atau ” keberhasilan (usaha, tindakan)”.

The Liang Gie dalam Ensiklopedi Administrasi (1989:108) mendefinisikan

efektivitas sebagai berikut. “Suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki. Jika seseorang melakukan

(26)

commit to user

itu dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat dari yang dikehendakinya itu.”

Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap

elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan hasil

pembelajaran, membawa kesan, sarana/fasilitas memadai, materi dan metode

affordable, guru profesional. Tinjauan utama efektivitas pembelajaran adalah

outputnya, yaitu kompetensi siswa.Efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur

dan komponen yang terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi sesuai dengan

tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Efektivitas pembelajaran dapat dicapai

apabila rancangan pada persiapan, implementasi, dan evaluasi dapat dijalankan

sesuai prosedur serta sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan

masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau

manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta

masalah tingkat kepuasaan pengguna/client. Kriteria Efektivitas Pembelajaran

Didalam proses belajar mengajar banyak faktor yang mempengaruhi terhadap

berhasilnya sebuah pembelajaran, antara lain :kurikulum, daya serap, presensi

guru, presensi siswa dan prestasi belajar.

4. Model Pembelajaran PBI

a. Hakikat PBI

Model pembelajaran PBI mempunyai beberapa nama lain seperti

Project-based Teaching (belajar proyek), experienced-based Education (pembelajaran

berdasar pengalaman), Authentic Learning (belajar autentik) dan Anchored

Instruction (belajar berdasar kehidupan nyata). Problem Based Instruction biasa

diterjemahkan menjadi pembelajaran berdasarkan masalah atau pembelajaran

berbasis masalah. Pembelajaran berdasar masalah merupakan pembelajaran yang

(27)

commit to user

tingkat tinggi yang berorientasi pada masalah, dan termasuk didalamnya belajar

bagaimana belajar. (Ibrahim, M 2000:14).

Pembelajaran berdasarkan masalah bukanlah sekedar pembelajaran yang

dipenuhi dengan latihan-latihan soal seperti pada bimbingan belajar (les). Dalam

pembelajaran berdasarkan masalah, potensi siswa lebih diberdayakan dengan

dihadapkan pada permasalahan yang mengakibatkan rasa ingin tahu, menyelidiki

masalah dan menemukan jawabannya melalui kerjasama serta mengkomunikasikan

hasil karyanya kepada orang lain.

Model pembelajaran berdasarkan masalah memberikan kesempatan kepada

siswa untuk belajar mengembangkan potensi melalui suatu aktivitas untuk mencari,

memecahkan dan menemukan sesuatu. Dalam pembelajaran siswa didorong bertindak

aktif mencari jawaban atas masalah, keadaan atau situasi yang dihadapi dan menarik

simpulan melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak

lagi bertindak pasif, menerima dan menghafal pelajaran yang diberikan oleh guru atau

yang terdapat dalam buku teks saja.

Pemecahan masalah adalah suatu jenis belajar discovery. Dalam hal ini, siswa

secara individu maupun secara kelompok berusaha memecahkan masalah autentik.

Memecahkan masalah secara kelompok dipandang lebih menguntungkan karena

dapat memperoleh latar belakang yang lebih luas dari anggota kelompok, sehingga

dapat menstimulasi munculnya ide, permasalahan dan solusi pemecahan masalah.

Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan

masalah adalah memunculkan masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk

proses penyelidikan. Di sini guru membimbing dan memberikan petunjuk minimal

kepada siswa dalam memecahkan masalah.

Pembelajaran jenis ini tidak difokuskan apa yang menjadi perilaku siswa

tetapi lebih kepada apa yang mereka pikirkan pada saat melakukan kegiatan

tersebut.

Terdapat 3 aliran utama yang berpengaruh pada pembelajaran berdasar

masalah:

1. Dewey dan kelas demokrasi

(28)

commit to user

dalam tugas-tugas berorientasi masalah dan membimbing mereka menyelidiki suatu masalah. Pembelajaran di sekolah akan lebih bermanfaat jika dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas yang menarik.

2. Piaget, Vygotsky dan konstruktivisme

Piaget (Ibrahim dkk, 2000:17) mengemukakan pandangan bahwa : Anak mempunyai rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini memotivasi mereka secara aktif membangun pengetahuan mereka tentang lingkungan yang mereka hadapi. Oleh karena itu pada semua tahap perkembangan, anak perlu memahami lingkungan, diberi motivasi untuk menyelidiki dan membangun teori-teori yang menjelaskan lingkungan itu.

Pandangan Konstruktivis-Kognitif mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses memperoleh informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus-menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka.

Sedangkan Vygotsky (Ibrahim dkk, 2000:18) bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk menyelesaikan masalah yang muncul. Oleh karena itu, individu mengkaitkan pengalaman baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya dan membangun pengetahuan baru.

3. Bruner dan pembelajaran penemuan

Bruner mengemukakan suatu teori pendukung penting yang dikenal sebagai pembelajaran penemuan, yaitu suatu model penemuan yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi.Pembelajaran berdasar masalah juga bergantung pada konsep lain dari Bruner yaitu Scaffolding, yaitu suatu proses dimana seorang siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melalui kapasitas perkembangannya melalui bantuan dari guru atau orang yang mempunyai kemampuan lebih.

Menurut Sears dan Hersh (dasari 2003:9) pembelajaran berdasar masalah ini dapat melibatkan siswa dalam berpikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah. (http://agungprudent.wordpress.com) Pembelajaran berdasar masalah membantu siswa untuk memecahkan masalah dengan proses penemuan yang berkelanjutan dari tipe masalah yang tidak terstruktur yang dihadapkan oleh orang-orang dewasa atau praktisi profesional. Intinya pembelajaran berdasar masalah mengembangkan siswa agar dapat:

1. Mendefinisikan masalah dengan jelas 2. Membangun hipotesis alternatif

(29)

commit to user

4. Membangun solusi yang jelas yang sesuai dengan masalah dan kondisi yang seharusnya berdasatkan informasi dan penjelasan dengan alasan yang jelas.

Ibrahim dkk (2000:7) merumuskan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan pemecahan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan dalam pengalaman nyata dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif

untuk pembelajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu

siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun

pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar

maupun kompleks. Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan sebuah proses

pembelajaran otonom yang mandiri. Pembelajaran berbasis masalah berusaha

membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru

yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa mengajukan pertanyaan,

mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Dengan

demikian siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara

mandiri.Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan

siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman

belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok

b. Proses Pemecahan Masalah

Dalam proses pemecahan masalah, aktivitas yang dilakukan cukup kompleks karena memerlukan keterampilan berpikir yang sangat beragam antara lain mengamati, melaporkan, menganalisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, memprediksi dan menarik simpulan berdasarkan informasi yang diperoleh dan diolah. Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai proses mencari atau memperoleh informasi secara sistematis, langkah demi langkah dengan mengolah informasi yang diperoleh melalui pengamatan untuk mencapai suatu hasil pemikiran sebagai respon terhadap masalah yang dihadapi (Nasution, 2001:117).

Pada proses pemecahan masalah, setiap siswa harus memiliki konsep awal

terhadap suatu masalah. Pada kegiatan pembelajaran, penguasaan konsep pada

taraf tertentu memerlukan penguasaan konsep pada taraf di bawahnya, karena ini

(30)

commit to user

sesuatu yang tidak dikuasai dalam konsep, maka siswa akan menghadapi masalah

dalam pemecahan masalah.

Metode pemecahan masalah yang dikenalkan para ahli (Nasution, 2001:121) adalah sebagai berikut.

a. Model John Dewey

Langkah-langkah pemecahan masalah, sebagai berikut. 1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah 2) Mengemukakan hipotesis

3) Mengumpulkan data 4) Menguji hipotesis 5) Menarik kesimpulan

b. Model Karl Albreacht

Terdiri dari enam langkah yang dapat digolongkan dalam dua fase utama: Fase perluasan atau ekspansi atau fase divergen

1) Menemukan masalah 2) Merumuskan masalah

3) Mencari pilihan atau alternatif

Penyelesaian atau fase konvergen

1) Mengambil keputusan (memilih diantara dua alternatif)

2) Mengambil tindakan (komitmen untuk melaksanakan keputusan demi hasil yang diperoleh)

3) Mengevaluasi hasil (menentukan sampai manakah jerih payah itu berhasil atau menemui kegagalan)

c. Model Berry K beyer

1) Mengidentifikasi masalah 2) Membuat rencana pemecahan

3) Melaksanakan rencana pemecahan masalah 4) Memeriksa jawaban

c. Tahap-tahap Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah terdiri darai 5 tahap yang disajikan

(31)
[image:31.595.147.508.127.698.2]

commit to user

Tabel 1. Tahap-tahap pembelajaran berdasarkan masalah

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran,

logistik yang dibutuhkan, memotivasi

siswa terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah

Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk

belajar

Membantu siswa mengidentifikasi

dan mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan tugas

belajar tersebut

Tahap 3

Membimbing penyelidikan

individu maupun kelompok

Mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan percobaan

untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah

Tahap 4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Mendorong siswa merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti

laporan

Tahap 5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Membantu siswa untuk merefleksi

atau mengevaluasi penyelidikan

mereka dan proses yang mereka

gunakan

(32)

commit to user

5. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran ( Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 250 - 251).

Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari

tidak mengerti menjadi mengerti ( Oemar Hamalik, 2006 : 30 ).

Benyamin Bloom ( Nana Sudjana, 2009 : 22) mengklasifikasikan

kemampuan belajar menjadi tiga kategori, yaitu:

1) Ranah kognitif, meliputi kemempuan intelektual yang terdiri dari pengetahuan/ ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan minat yang terdiri penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas gerakan reflek, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan komplek, dan gerakan ekpresif dan interpretative.

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor

karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus

menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar (Dalyono,

2005:55) adalah sebagai berikut.

1. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri)

a. Kesehatan

(33)

commit to user

b. Minat dan Motivasi

Sebagaimana halnya dengan intelegensi dan bakat maka minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar.

c. Cara Belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan factor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

2. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri)

a. Keluarga

Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar.

b. Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut, mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/ perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

c. Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.

d. Lingkungan sekitar

(34)

commit to user

B. Kerangka Berpikir

Hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses pembelajaran. Dalam

hal ini pembelajaran statika masih banyak ditemukan masalah antara lain kurang

efektifnya siswa dalam mengikuti pelajaran statika yang berdampak pada

rendahnya hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran statika strategi guru sangat

diperlukan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dengan menggunakan

metode PBI .

Pada siklus pertama perlu adanya tes untuk mengetahui bagaimana hasil

belajar siswa. Apabila hasil belajar siswa belum memenuhi dari indicator

keberhasilan yang telah ditentukan maka perlu diadakan evalusi untuk

melaksanakan siklus kedua.

Pembelajaran statika dengan menerapkan metode PBI berdampak positif

bagi siswa yaitu siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran, karena

pengalaman dan percobaan langsung siswa akan berpengaruh besar terhadap hasil

belajar, membuat guru untuk lebih menguasai materi karena guru sebagai

fasilitator harus menguasai materi dan mampu mengembangkannya serta guru

sebagai motivator yang mampu memotivasi siswa untuk mengekspresikan

gagasan-gagasannya dan menyediakan kesempatan dan pengalaman yang

mendukung proses belajar.

Hasil belajar statika adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah

mengikuti proses pembelajran statika berupa pemahaman dan penguasaan materi

dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan baik untuk masa kini maupun

masa yang akan datang.

(35)
[image:35.595.114.511.108.706.2]

commit to user

Gambar 1. Kerangka Berfikir Kondisi Awal

Siswa : Hasil Belajar masih rendah

Guru : Belum

menggunakan model pembelajaran PBI

Tindakan

Siklus II Tes

Siklus I Siklus

I

Tes Siklus

II Guru :

Menggunakan model pembelajaran

PBI

Terselesaikan Belum Terselesaikan

Melalui model pembelajara PBI dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran statika

terselesaikan Belum Terselesaikan

Siklus Selanjutnya Siswa : kurang efektif

(36)

commit to user

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka

hipotesis tindakan adalah:

1. Dengan penerapkan model pembelajaran PBI dalam mata pelajaran

statika dapat meningkatkan efektifitas siswa kelas X Teknik Konstruksi

Kayu SMK N 2 Surakarta.

2. Dengan penerapkan model pembelajaran PBI dalam mata pelajaran

statika dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas X Teknik

(37)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Perencanaan Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2

Surakarta,Jalan LU.Adi Sucipto No.33. Lokasi ini dipilih sebagai tempat

penelitian karena.

a. SMK Negeri 2 Surakarta memerlukan evaluasi kegiatan belajar mengajar

supaya dapat menigkatkan kualitas hasil belajar statika.

b. SMK Negeri 2 Surakarta terdapat data yang memadai untuk keperluan

penelitian untuk menigkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran statika.

2. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X

Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Surakarta. Dengan jumlah siswa

sebanyak 23 siswa.

3. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan mulai bulan Mei sampai Awal bulan Agustus 2010.

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Nama Kegiatan Waktu Kegiatan

1 Pengajuan Judul 14 Januari 2010 – 20 Januari 2010 2 Pembuatan Proposal 26 Januari 2010 – 3 Maret 2010 3 Seminar Proposal 30 Maret 2010

(38)

commit to user

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas bekerjasama dengan

guru yang menggunakan data pengamatan langsung terhadap jalannya proses

pembelajaran. Penelitian Tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui

sistem bersiklus dari berbagai kegiatan pembelajaran. Adapun prosedur penelitian

yang dipilih yaitu dengan menggunakan model spiral dari Kemmis dan Mc

Taggart dalam Suharsimi Arikunto, (2006 : 93). Siklus model Kemmis dan Mc

Taggart ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan, seperti siklus di bawah

(39)
[image:39.595.142.529.142.636.2]

commit to user

Gambar 2. Modifikasi Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Mc Taggart

(Suharsimi Arikunto,2006 : 93)

Belum terselesaika n

SIKLUS I

SIKLUS II

Perencanaan

Evaluasi I

Refleksi I

Observasi I

Tindakan I

Rencana Terevisi

Tindakan II

Observasi II

Evaluasi II

Refleksi II

(40)

commit to user

Langkah-langkah pada modul siklus Kemmis dan Taggart di atas yaitu sebagai

berikut :

1. Perencanaan tindakan (planning)

2. Pelaksanaan tindakan (acting)

3. Pengamatan (observing)

4. Refleksi. (reflecting)

Pada kegiatan siklus akan dilakukan sesuai dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Rencana tindakan siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap persiapan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah dan analisis

masalah melalui wawancara dengan guru bidang studi.

b. Berkolaborasi dengan guru menentukan tindakan perbaikkan yaitu

dengan penerapan model pembelajaran PBI

c. Berkolaborasi dengan guru bidang studi untuk menyusun silabus, LKS,

dan skenario pembelajaran atau rencana pembelajaran dengan model

pembelajaran PBI

d. Menyiapkan alat evaluasi berupa soal pretes dan postes beserta

kisi-kisinya.

e. Menyusun lembar observasi

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu

pada perencanaan yang telah dibuat yaitu :

a. Tahap awal pembelajaran :

1) Guru mengucapkan salam.

2) Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran.

(41)

commit to user

b. Tahap Inti Pembelajaran :

Secara garis besar tahapan pembelajaran PBI :

1). Tahap 1. Orientasi siswa pada masalah

Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan

menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan.

Selanjutnya, guru menyajikan situasi masalah dengan prosedur

yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi masalah.

Situasi masalah harus disampaikan secara tepat dan menarik

sehingga dapat memunculkan ketertarikan, rasa ingin tahu dan

motivasi.

2). Tahap 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Siswa dikelompokkan secara bervariasi dengan memperhatikan

tingkat kemampuan.

3). Tahap 3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.

a) Pengumpulan data.

Siswa melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah

dalam kelompoknya. Guru bertugas mendorong siswa untuk

mengumpulkan data dan melaksanakan penyelidikan sampai

mereka benar-benar memahami situasi masalah yang dihadapi.

Tujuan pengumpulan data yaitu agar siswa mengumpulkan cukup

informasi untuk membangun ide dan pengetahuan mereka sendiri.

b) Berhipotesis, menjelaskan dan memberikan pemecahan

Siswa mengajukan berbagai hipotesis, penjelasan dan

pemecahan dari masalah yang diselidiki. Pada tahap ini guru

mendorong semua ide, menerima sepenuhnya ide tersebut,

melengkapi dan membenarkan konsep-konsep yang salah.

4).Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru meminta salah seorang anggota kelompok untuk

mempresentasikan hasil pemecahan masalah kelompok dilanjutkan

(42)

commit to user

kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil sementara

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.

5). Tahap 5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

Guru menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir dan

keterampilan penyelidikan siswa serta proses menyimpulkan hasil

penyelidikan.

c. Tahap akhir Pembelajaran :

Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan pada inti

pembelajaran.

Pertemuan berikutnya guru mengadakan evaluasi individual siswa

dengan mengadakan tes kemampuan kognitif.

3. Observasi.

Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan

berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati

aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran statika dari awal

pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah aktivitas siswa dan kinerja guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum

dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada

siklus berikutnya.

4. Refleksi

Dari hasil tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Pada tahap ini

pengajar dapat merefleksi diri berdasarkan hasil observasi dan diskusi,untuk

mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran statika. Hasil refleksi yang ada dijadikan bahan

pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya

yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan berhasil. Refleksi merupakan

bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap

proses dan hasil pembelajaran yang terjadi yang dilakukan dengan cara sebagai

(43)

commit to user

1) Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama

proses tindakan.

2) Mendiskusikan dan pengumpulan data antara guru, peneliti dan kepala

sekolah (pembimbing) berupa hasil nilai siswa, hasil pengamatan, catatan

lapangan, dan lain-lain.

3) Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario

pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam

tindakan sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah

dilakukan pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan

pada siklus II.

2. Rencana tindakan siklus II

1. Perencanaan

a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang ada pada siklus I.

b. Menetukan Indikator pencapaian hasil belajar.

2. Pelaksanaan

Pelaksaan program tindkan II mengacu pada identifikasi dan rumusan

masalah pada siklus I.

Tahapan pembelajaran PBI :

1). Tahap 1. Orientasi siswa pada masalah

Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan

menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan.

Selanjutnya, guru menyajikan situasi masalah dengan prosedur

yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi masalah.

Situasi masalah harus disampaikan secara tepat dan menarik.

2). Tahap 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Siswa dikelompokkan secara bervariasi dengan

memperhatikan tingkat kemampuan.

3). Tahap 3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.

(44)

commit to user

Siswa melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah

dalam kelompoknya. Guru bertugas mendorong siswa untuk

mengumpulkan data dan melaksanakan penyelidikan sampai

mereka benar-benar memahami situasi masalah yang dihadapi.

Tujuan pengumpulan data yaitu agar siswa mengumpulkan

cukup informasi untuk membangun ide dan pengetahuan mereka

sendiri.

b) Berhipotesis, menjelaskan dan memberikan pemecahan

Siswa mengajukan berbagai hipotesis, penjelasan dan

pemecahan dari masalah yang diselidiki. Pada tahap ini guru

mendorong semua ide, menerima sepenuhnya ide tersebut,

melengkapi dan membenarkan konsep-konsep yang salah.

4).Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru meminta salah seorang anggota kelompok untuk

mempresentasikan hasil pemecahan masalah kelompok dilanjutkan

dengan diskusi dan membimbing siswa jika mereka mengalami

kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.

5). Tahap 5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

Guru menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir dan

keterampilan penyelidikan siswa serta proses menyimpulkan hasil

penyelidikan.

Pertemuan berikutnya guru mengadakan evaluasi individual

siswa dengan mengadakan tes kemampuan kognitif pasca siklus II.

3. Observasi.

Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan

mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan

berlangsung. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah

(45)

commit to user

4. Refleksi

a. Melakukan evaluasi pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.

b. Mendiskusikan hasil pengamatan dan hasil evaluasi untuk mendapat

kesimpulan diharapkan akhir siklus II ini penerapan PBI dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran statika.

C. Instrumen Penelitian

1. Pedoman Observasi

Observasi dilakukan dengan mengumpulan data melalui pengamatan

langsung terhadap obyek penelitian untuk mendapatkan gambaran yang

senyatanya kemudian mengadakan pencatatan atas data. Observasi dilaksanakan

selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan peneliti untuk

memperoleh informasi dari terwawancara. Yang diwawancarai adalah guru dan

siswa. Pedoman wawancara ini bisa mengenai pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Tujuan diadakan wawancara ini adalah untuk memperoleh data atau

konfirmasi dari siswa dan guru mengenai penyebab kesulitan siswa dalam

memahami pelajaran statika.

3. Tes

“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,pengetahuan dan intelegasi kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok” ( Suharsimi Arikunto, 1998:25). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemamupan siswa dalam memahami

statika. Tes yang dilakukan berupa tes tertulis mengunakan butir soal.

4. Kajian Dokumen

Suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mencari dan mengumpulkan

(46)

commit to user

atau arsip SMK N 2 Surakarta yang berkaitan dengan obyek penelitian,misalnya

Rencana Pelaksanaan Pembelajran(RPP) dan silabus.

D. Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data hasil setiap akhir

siklus. Data-data tersebut akan digali dari beragam sumber data. Data-data dalam

penelitian ini dibagi menjadi dua,yaitu :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat melalui sumber utama yaitu

siswa dan guru sebagai mitra peneliti serta seluruh komponen sekolah. Selain

tersebut diperoleh juga dari hasil observasi,wawancara dan tes yang dilakukan

terhadap siswa kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK N 2 Surakarta

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat dari berbagai referensi yang

berasal dari berbagai dokumen.Data ini diperoleh dari dokumen dan arsip

yang dimiliki sekolah.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk

mengukur dan memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini

peneliti menggunkan teknik pengumpulan data dengan :

1. Metode Observasi.

“Metode Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis”. (Suharsimi Arikunto, 1998:28). Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti

pada kelas yang dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung

kegiatan belajar siswa dikelas.

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan selama pembelajaran

yang diperoleh peneliti yang tidak teramati dalam lembar observasi bentuk

(47)

commit to user

pembelajaran. Catatan lapangan menurut Bagdad dan Biklen

(Moleong,1990:153) adalah “Catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,

dialami dan dipikirkan untuk mengumpulkan data dan refleksi terhadap data

dalam penelitian kualitatif ”.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui

sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti.

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa kelas X

Teknik Konstruksi Kayu , serta foto rekaman proses tindakan penelitian.

F. Validitas Data

Validasi data yang dipilih peneliti dalam penelitian ini merujuk pada

pendapat Hopkins dalam Wiraatmadja, (2005 : 168-171), yaitu :

1. Member chek, memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi

yang diperoleh selama observasi atau wawancara dilakukan dengan cara

mengkonfirmasi dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir

pembelajaran.

2. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti

dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti

secara kolaboratif oleh sekolah.

3. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan

data dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing.

Berdasarkan validasi diatas, maka validasi data yang akan digunakan oleh

peneliti yaitu member chek dan triangulasi. Untuk validasi member chek, setelah

wawancara dengan guru dan siswa serta observasi terhadap kinerja guru dan

aktivitas siswa dalam pembelajaran statika. Peneliti memeriksa hasil wawancara

dan obsevasi, apakah sudah tercatat sesuai yang terjadi atau ada yang belum

tercatat.

Dalam melakukan triangulasi, setelah observasi dan wawancara terhadap

(48)

commit to user

mendiskusikan hasil observasi tersebut dengan guru kelas X pada saat

pembelajaran statika.

G. Analisis Data

Pada penelitian tindakan kelas ini,analisis data yang dilakukan secara

deskriptif kualitatif. Analisis diskriptif kualitatif dilakukan dengan analisis

interaktif. Data yang dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan analisis

interaktif yang terdiri dari reduksi data,penyajian data dan penarikan kesimpulan

dilakukan dalam bentuk interaktif dpengumpulan data sebagai suatu proses siklus.

Pada waktu pengumpulan data peneliti membuat reduksi data dan sajian data yaitu

data yang berupa catatan lapangan adalah data yang dicatat dan di gali.

Menurut M.B Miles (1992 : 20) proses analisis interaktif dapat digambarkan

sebagi berikut :

Pengumpulan Data Penyajian Data

[image:48.595.111.548.185.495.2]

Reduksi Data Penarikan kesimpulan

(49)

commit to user

H. Tolak Ukur Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini tercermin dengan adanya

efektifitas dari penerapan model pembelajaran PBI dan peningkatan hasil belajar

siswa setiap siklusnya berupa kenaikan jumlah siswa yang tuntas belajar baik dari

aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik

Indikator keberhasilan meliputi :

1. Aspek kognitif yang meliputi ketuntasan hasil belajar siswa mencapai

80 % dengan nilai minimal 75.

2. Aspek afektif dapat dilihat dari hasil yang meliputi minat, sikap dan nilai

siswa mencapai 80% dengan nilai minimal 75. Aspek afektif juga menjadi

indikator keberhasilan dari efektifitas penerapan model PBI.

3. Aspek psikomotorik dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan siswa

mencapai 80% dengan nilai minimal 75.

Nilai ketuntasan hasil belajar siswa diperoleh data dari SMK N 2 Surakarta

(50)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah SMK Negeri 2 Surakarta

SMK Negeri 2 Surakarta berdiri pada tanggal 1 Juli 1952 yang diberi

nama STM Solo yang berlokasi di Gendengan Solo dengan membuka tiga jurusan

yaitu mesin,listrik,dan bangunan. Pada tanggal 12 Juli 1952 STM Solo resmi

menjadi STM Negeri Solo, pada tahun 1966 dari STM Negeri 1 Surakarta

diperbaiki namanya menjadi STM Negeri 1 Surakarta.

Pada tahun pelajaran 1999/2000 STM Negeri 1 Surakarta diganti dengan

nama SMK Negeri 2 Surakarta. Kemudian pada tanggal 9 Mei 2006 SMK Negeri

2 Surakarta dinyatakan lulus seleksi Sekolah Nasional Bertaraf Intrenasional

ditandai dengan terbitnya Surat Keputusan Direktur Pembinaan Sekolah

Menengah Kejuruan Nomer : 0004/C5.2/Kep/MN/2006 tentang Penetapan

Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SNBI) tahun 2006.

2. Denah Gedung SMK Negeri 5 Surakarta

Gedung SMK Negeri 2 Surakarta terletak di Jln LU. Adi Sucipto no.33

Surakarta. Dilihat dari keberadaannya, lokasi SMK Negeri 2 Surakarta dekat

dengan Lembaga Pendidikan lainnya, sehingga dapat dikatakan terletak di

lingkungan komplek sekolah, baik negeri maupun swasta. Hal ini dapat menjadi

motivasi tersendiri bagi siswa karena letak dipinggir jalan raya, maka transportasi

(51)
[image:51.595.127.505.113.541.2]

commit to user

Gambar 4. Denah Lokasi SMK Negeri 2 Surakarta

3. Profil Sekolah

Profil Sekolah Menengah Kejuruan (SMK ) Negeri 2 Surakarta :

1. Lokasi : Jalan LU. Adisucipto No 33

Kelurahan Manahan

Kecamatan Banjarsari

Kota Surakarta

Kode Pos 57139

Provinsi Jawa Tengah

2. Alamat Surat : SMK Negeri 2 Surakarta

(52)

commit to user

Telp (0271)714901

Kode Pos 57139

3. Faximile : (0271)727003

4. E-Mail : info@smkn2-solo.net

5. Kepala Sekolah : Drs Susanta, MM

6. Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 32.103.61.05.001

7. Status Sekolah : Negeri

Nomor : 3095/B

Tanggal : 22 Juli 1952

8. Penyelenggara : Pemerintah Kota Surakarta

9. No. SK terakhir status sekolah : No 188/0/2001 tanggal 28 Oktober

2002

4. Bidang Studi Keahlian dan Program Studi Keahlian

Di SMK Negeri 2 Surakarta

Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Manajemen Pendidikan Dasar

dan Menengah Nomor : 251/C/kep/2008 tanggal 22 Agustus 2008, maka bidang

[image:52.595.126.508.115.542.2]

Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan SMK Negeri 2 Surakarta :

Tabel 3. Bidang Keahlian SMK Negeri 2 Surakarta

No Bidang Studi Keahlian

Program Studi

Keahlian Kompetensi Keahlian

A Teknologi dan

Rekayasa

1.Teknik

Bangunan

1.1 Teknik Konstruksi Kayu

1.2 Teknik Konstruksi Batu

dan Beton

1.3Teknik Gambar Bangunan

2.Teknik

Ketenaga-listrikan

(53)

commit to user

3.Teknik Mesin Teknik Pemesinan

4.Teknik

Otomotif

Teknik Kendaraan Ringan

5.Teknik

Elektronika

Teknik Audio Video

B Teknologi Informasi

dan Komunikasi

1.Teknik

Komputer dan

Informatika

1.1 Rekayasa Perangat lunak

1.2 Teknik Komputer <

Gambar

Tabel  1  Tahap-Tahap Pembelajaran Berdasarkan Masalah ..........................
Gambar  2 Modifikasi Model Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 1. Tahap-tahap pembelajaran berdasarkan masalah
Gambar 1. Kerangka Berfikir commit to user
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tiada kata yang lebih indah untuk diucapkan kecuali puja dan puji syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

[r]

Rasio likuiditas merujuk kepada kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya, sehingga muncul keyakinan bahwa makin besar

Adapun dalam studinya, baik Sari Atmini (2005) maupun Surroh (2005) menyatakan bahwa rasio-rasio keuangan berbasis akrual maupun berbasis aliran kas dapat digunakan

Penyajian dimulai dari data umum tentang karakteristik ibu inpartu yang meliputi umur ibu inpartu, pendidikan ibu inpartu, pekerjaan ibu inpartu, dan jumlah

Jumlah Alokasi Dasar tersebut sudah terdapat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada bagian Belanja Pegawai. Jumlah Alokasi Dasar pada Pemerintah Kota

He is presently working on data analysis and machine learning using a neural network and different statistical tools. He has also jointly authored a textbook called ‘MATLAB

Pada saat pengakuan awal, Perusahaan mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba