• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motif KB Masyarakat Desa Babakan Ciseeng Menurut Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Motif KB Masyarakat Desa Babakan Ciseeng Menurut Hukum Islam"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Syariah & Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh : HERI YANTO NIM 107043102286

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu pernyataan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta. 13 Mei 2014 Hormat Kami

Heri yanto

(5)

Islam Negeri Sarif Hidayatullah Jakarta, 1434 / 2014 M.

Dalam penelitian ini, penulis mengngkat suatu permasalahan yaitu bagaiman Pandangan hukum islam KB (Keluarga Berencana) di desa Babakan dan Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan KB (Keluarga Berencana)di desa Babakan Dampak yang mengakibatkan melakukan KB (Keluarga berencana) di desa Babakan Tujuan analisi ini adalah Mengetahui pengembangan yang telah dan atau yang dilakukan masyarakat desa babakan dalam melaksanakan keluarga berencana KB. Menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi peluang pengembangannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Objek penelitian yaitu Motif KB Masyarakat Desa Babakan Ciseeng Menurut Hukum Islam Jenis penelitian yang digunakan merupakan perpaduan antara penelitian kepustakaan (library research dan penelitian lapangan field research yakni penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Teknik analisis data ini berupa indentifikasi peluang pengembanagan disertai factor-factor yang mempengaruhuinya.

Hasil analisis ini disimpulkan bahwa penyebab masyarakat Desa Babakan melakukan KB keluarga berencana karena factor dari ekonomi dan pendidikan yang sehingga masyarakat tidak mampu memenuhi kehidupan sehari-harinya.

Kata kunci : KB, Desa Babakan, Hukum Islam

Pembimbing : Fahmi Muhammad Ahmadi M.Si

(6)

iv

Segala puji bagi Allah SWT pemilik jiwa manusia dan alam semesta beserta isinya. Persembahan syukur yang mendalam atas semua nikmat yang diberikan-Nya kepada penulis dan semoga skripsi ini dijadikan hal yang bermanfaat kepada semua kalangan sebagai salah satu dari nikmat-Nya kepada manusia. Salam kesejahteraan serta keagungan, penulis sampaikan kepada baginda Muhammad SAW sebagai Rasul serta inspirasi terbesar yang memberikan keteladanan dalam keilmuan dan masyarakatan.

Skripsi ini merupakan bentuk harsat penulis yang melihat hukum dari sudut pandang yang berbeda dalam memahami hukum Islam sejak penulis mendalam hukum Islam khususnya dalam bidang perbandingan Mazhab Fikih. Sekripsi ini berjudul “MOTIF KB MASYARAKAT DESA BABAKAN CISEENG

MENURUT HUKUM ISLAM”.

(7)

v

Penulis menyadari dalam hal apapun adalah tidak ada kata sempurna begithu juga skripsi ini karena kesempurnaan hanya milik Allah swt namun yang terpenting adalah penulis sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik dalam wacana keilmuan dengan skripsi ini. Hal tersebut tidak mungkin penulis dapat lakukan tangapan dukungan berbagi pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. H. Muhammad Taufiqi M.Ag. selaku Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi S.Ag M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis dan yang telah tekun dan sabar dalam peroses menyusun skripsi ini.

3. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan pengetahuannya dengan sabar dan tekun selama masa pendidikan yang berlangsung di kampus.

(8)

vi

ikhlas sebagai pensupport lahir dan batin penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Saudara kandung: kaka robiyana dan lita listiyana yang telah memberikan kasih sayang dan kebahagian dalam hidup penulis. Semoga dikebahagian kan hidupnya anak-anak yang taat, patuh dan menjadi teladan keilmuan di masa depan.

7. Saudaraku sepupu: Jaya, Sopian yang memberikan support dan bimbingan, semoga beliau selalu di berikan oleh Allah kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketentraman.

8. Para sahabat-sahabatku, teman-temanku seperjuangan yang tak henti-hentinya memberikan supprot kepada penulis, canda tawanya yang selalu menghibur disaat kegelisahan.

(9)

vii

Jakarta, Mei 2014

(10)

viii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Review Studi Terdahulu ... 10

E. Metode Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian KB (Keluarga Berencana) ... 16

B. Jenis Jenis KB (Keluarga Berencana) ... 23

C. Dalil Tentang KB (Keluarga Berencana) ... 31

BAB III : GAMBARAN UMUM DESA BABAKAN A. Profil Desa Babakan... 36

B. Kondisi Sosial Ekonomi Di Desa Babakan... 41

C. Pelayanan dan Sosialisasi KB Di Desa Babakan ... 43

(11)

ix

B. Dampak Hukum Masyarakat Melakukan

Keluarga Berencana (KB) ... 49 C. Dampak Keluarga Berencana (KB) Terhadap

Kehidupan Masyarakat ... 52

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 58 B. Saran... 59

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pengertian nikah secara bahasa berarti mengumpulkan, atau sebuah pengibaratan akan sebuah hubungan intim dan akad sekaligus, yang di dalam syari’at dikenal dengan akad nikah. Sedangkan secara

syari’at berarti sebuah akad yang mengandung pembolehan

bersenang-senang dengan perempuan, dengan berhubungan intim, menyentuh, mencium, memeluk dan sebagainya, jika perempuan tersebut bukan termasuk mahram dari segi nasab, susuan, dan keluarga.1

Keluarga adalah satu-satunya wadah yang mengumpulkan antara laki-laki dan perempuan, mengumpulkan seluruh faktor keteguhan, kedamaian dalam jiwa manusia, menenangkan teriakan-teriakan jasad dengan cara menentramkan, tanpa ketakutan dan kecemasan.2Dalam undang-undang perkawinan disebutkan bahwa, “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri

1

Azzuhaili, wahbah, Fiqih Islam 9; kitab Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. (jakarta: Gema Insani,2011), h. 48.

2

(13)

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.3

Perkawinan sebagai intitusi dasar merupakan suatu kebutuhan hidup yang tidak terelakkan bahkan menjadi hukum alam. Hal ini dikarenakan perkawinan merupakan kebutuhan pokok bagi semua manusia. Karena tiap-tiap manusia yang normal memiliki naluri seksual yang butuh penyaluran.4

Penyaluran yang sesuai jalan hukum yaitu penyaluran melalui perkawinan. Sehingga dengan perkawinan, intitusi dasar tersebut selain dapat terpenuhi juga mendapat penyaluran dengan penuh pengertian, kasih sayang dan kepuasan kedua belah pihak, maka amatlah besar daya gunanya dalam memberikan perasaan bahagia kedua belah pihak. Selain hal tersebut diatas, perkawinan juga mempunyai cakupan tujuan yang lebih luas yang diantaranya melahirkan generasi baru demi kelangsungan hidup umat manusia Karena pada hakikatnya, dengan melahirkan generasi baru akan menambah lebih erat hubungan pasangan suami istri.5

Pernikahan merupakan nikmat Allah atas hambanya dan termasuk salah satu sunnah Rasulullah SAW. Agama sangat menganjurkan karena

3

Undang-undang Perkawinan di Indonesia No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 1 (Surabaya: Arkola), h. 1.

4

As-Sayyid Sabiq, Fiqih As-Sunnah (Beirut: al-Kitab al- Araby, 1973), II, h. 3.

5

(14)

pernikahan adalah usaha membangun rumah tangga berdasarkan kedamaian jiwa dan adap sosial, dalam sebuah rangka yang sempurna, yaitu iman kepada Allah hidup sesuai hidayah-Nya, serta usaha meninggikan kalimat-Nya dan menyampaikan risallah-Nya.6 Allah SWT telah berfirman :









































Artinya :

“Dan Sesungguhnya kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu

dan kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan

tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat)

melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang

tertentu)”7

. (Q.S. Ar-Ra’d : 38)

6

Majdi Fathi Ali Kuhail, h. 3 7

(15)

Dalam ayat ini dibahas dua masalah yaitu:

Pertama: ada yang mengatakan, sesunguhnya orang-orang Yahudi mencerca Nabi Muhammad SAW, sehingga membuatnya merasa penghinaan dan mereka berkata, “Kami tidak menemukan pada lelaki-laki ini (Muhammad) sesuatu keinginan kecuali hanya memperdulikan wanita dan pernikahan. Sekiranya dia seorang Nabi, tentunya dia disibukkan perkara kenabiannya dari pada memperbanayk istri.” Oleh karena itu,

turunlah firman Allah SWT yang menyebutkan kapada mereka perkara Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, “Dan sesungguhnya telah Kami utus Nabi-Nabi sebelum kamu dan jadikan kepada mereka beberapa istri dan

keturunan,” maksudnya adalah, kami menjadikan mereka sebagai manusia

biasa menunaikan apa yang dihala;kan Allah SWT kepada mereka berupa kedunia. Bedanya adalah mereka memperoleh wahyu.

Kedua: Ayat ini menjelaskan anjuran dan perintah menikah serta larangan hidup bujangan atau menjauhi pernikahan. Karena ini merupakan Sunnah para Rasul seperti yang dinyatakan teks ayat ini.8

Dalam pengembangan keturunan, dan Islam tidak menghendaki keturunan yang lemah dan serba kekurangan baik lemah jasmani maupun rohani, sandang pangan, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang menyebabkan keluarga menjadi lemah adalah tidak

8 Syakh imam Al Qurtubi; penerjemah,Muhyiddin Masridha; editor, m.Ikbal Kadir – Jakarta:

(16)

adanya keseimbangan antara keadaan, kebutuhan, pendapatan dan pengeluaran. Sehingga sangat diperlukannya perencanaan kelahiran antara kelahiran satu dengan kelahiran berikutnya. Dan kesejahteraan masyarakat meningkat dan hal-hal lain yang tidak diinginkan dapat diantisipasi dari jauh.9

Selain itu juga setiap keluarga harus mengatur jarak kelahiran, hal itu mempertimbangkan kondisi kesehatan ibu dan perkembangan jiwa anak. Apabila jarak kelahiran terlalu dekat, sang ibu tidak ada kesempatan untuk merawat kesehatan dirinya, menata rumah tangganya, juga sang ibu tidak mempunya peluang mencurahkan kasih sayang terhadap anak, sehingga sang anak kurang kasih sayang dan air susu ibunya.10

Keluarga Berencana (KB) menjadi salah satu isu kontroversial dalam diskursus pemikiran Islam modern. Ada sejumlah persoaalan yang muncul terkait dengan masalah Islam dan KB, mulai dari masalah hukum ber – KB, makna KB apakah pengaturan keturunan (tanzim al-nasl) atau pembatasan keturunan (tahdid al-nasl)?, motivasi ber-KB, persoaalan alat kontrasepsi (cara kerja dan cara penggunanya), KB dan hak reproduksi perempuan, KB sendiri kini bukan lagi sebatas persoalan suatu negara, tetapi sudah persoalan dunia internasional. Oleh karenanya, ia selalu

9

Ibn Hajar al-Asqalani, Buluqhul Maram, (Surabaya: Daarul Abidin), h. 222.

10

(17)

menjadi tema menarik untuk dikaji. Sudah banyak studi yang dilakukan oleh para ulama dan lembaga-lembaga keislaman mengenai KB dalam berbagai perspektif. Para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi KB. Perbedaan pendapat terjadi karena tidak adanya nash (Al-Qur’an dan Hadist) yang secara ekplisit melarang dan membolehkan ber-KB. Sehingga kini masih muncul kontroversi seputar KB dalam wacana intelektual muslim.11

Adapun praktek KB yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan cara

merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena menentang tujuan pernikahan untuk menghasilkan keturunan.12

Hampir semua pasangan suami-istri memerlukan perencanaan kehamilan dan sekaligus membatasi jumlah anak. Karena itu, kontrasepsi dibutuhkan. Alasan penggunaan kontrasepsi bisa macam-macam, dari menunda kehamilan, menjarangkan jarak kehamilan, sampai menghentikan kehamilan.

11

Abd Al-rahim’Umran , islam dan KB, (Jakarta : PT .Lentera Basritama, 1997), Cet. Ke-1.h.14

12

luthfi As-syaukani, Politik, Ham dan isu-isu Figih Kontemporer (Bandung: pustaka

(18)

Dalam praktek KB keluarga berencana yang ada di masyarakat desa babakan ciseeng bogor terdapat dua program yaitu program yang melalui jalur pemerintah dan ada juga yang melalui jalur swasta, adapun yang membedakannya yaitu jika perserta KB keluarga berencana mengikuti dengan melalui jalur pemerintah mereka tidak dikenakan biaya apapun, jika melalui jalur swasta mereka datang sendiri ketempat pelayanan KB dan membayar sesuai tarif yang berlaku. Hal tersebut tentunya mendapatkan respon dan perhatian dari masyarakat untuk tertarik melakukan KB (Keluarga Berencana) melaui jalur pemerintah baik itu KB-nya memakai kotrasepsi pil, suntikan, implant, ataupun IUD.

Berangkat dari latar belakang di atas, penulis ini tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai praktek dan motifasi para peserta KB keluarga berencana dan menganalisa secara mendalam dalam sebuah skripsi yang berjudul “MOTIF KB MASYARAKAT DESA BABAKAN CISEENG MENURUT HUKUM ISLAM”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

(19)

menyusun skripsi ini membatasi pada hukum KB (Keluarga Berencana) dalam masyarakat khususnya dalam hukum Islam. Pembatasan masalah tersebut penulis rinci sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan KB (Keluarga Berencana) di Desa Babakan

b. Dampak yang mengakibatkan melakukan KB (Keluarga berencana) di Desa Babakan?

c. Pandangan hukum islam KB (Keluarga Berencana) di Desa Babakan 2. Perumusan Masalah

Dalam teori, KB keluarga berencana yang telah dilakukan masyarakat karena ketidaktahuan tentang hukum Islam KB keluarga di Desa Babakan Ciseeng Bogor. Dalam hal ini penulis ingin mengetahui pandangan dari hukum Islam. Maka dalam perumusan masalah penulis merumuskan beberapa hal sebagai berikut :

a. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap KB (Keluarga Berencana) di Desa Babakan ?

(20)

b. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Secara rinci sesuai permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai KB (Keluarga Berencana) di Desa Babakan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya KB (Keluarga Berencana) di Desa babakan.

3. Untuk mengetahui apa hukum Islam tentang KB (Keluarga Berencana) di Desa Babakan.

Selain tercapainya tujuan yang di inginkan oleh penulis, penulis mengharapkan adanya manfaat dari hasil peneliti ini. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan dapat menambah kontribusi pemahaman tentang KB (Keluarga Berencana) sekaligus memperkaya kepustakan hukum khususnya hukum Islam di indonesia.

(21)

c. Review Studi Terdahulu

Berdasarkan upaya penelurusan dalam melakukan studi review terdahulu sebagai proses karya ilmiah, penulisan menemukan karya ilmiah, kitab-kitab klasik, buku-buku dan literatur-literatur lainya diantaranya yaitu:

1. Skripsi dengan judul “PRAKTEK KB DI MASYARAKAT

PONDOK AREN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM” yang di tulis

oleh Miftahul Jannah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Perbedaan mendasar skripsi ini dengan skripsi saya adalah pada objek penelitiannya, dimana penulis skripsi tersebut ingin melihat praktek KB dan di Pondok Aren dan melihat dari perspektif hukum Islamnya.

2. KONSEP BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA

BERENCANA NASIONAL (BKKBN) TENTANG KELURGA BERANCANA (KB) DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF, sebuah skripsi yang ditulis oleh Arif Faturahman Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. Dalam isinya membahas banyak konsep program KB dari pemerintah (BKKBN) visi dan misi BKKBN, dan apa pendapat hukum islam dan hukum positif terhadap program KB BKKBN.

(22)

3. Skripsi yang berjudul “ KELUARGA BERENCANA DALAM

AL-QUR’AN MENURUT PANDANGAN TAFSIR AL-MISBAH”

yang di tulis oleh Ahmad Sahal mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009. Perbedaan mendasar penelitian ini terletak pada subjek penelitian yaitu sama-sama meneliti program keluarga berencana. Dan perbedaannya skripsi saudara Ahmad Sahal berbicara dari sudut hukum dalam Al-Qur’an menurut pandangan Tafsir Al Misbah.

d. METODE PENELITIAN

Untuk mengumpulkan data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Jenis dan Metode Penelitian

Adapun jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yakni dengan instrumen penelitian lapangan. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yakni berusaha menyajikan fakta-fakta yang objektif sesuai dengan kondisi dan situasi yang sebenarnya terjadi pada saat penelitian dilakukan.

(23)

artikel, kitab-kitab karangan para ulama, dan lain-lain sebagai faktor penunjang yang melandasi dasar-dasar teoritis.

2. Sumber Data a. Data Primer

Merupakan data yang di peroleh langsung dari melalui studi lapangan yaitu dengan mengadakan penelitian di instansi atau perorangan yang ada kaitannya dengan penelitian skripsi ini.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang bertujuan memperoleh landasan teori yang bersumber dari buku-buku yang memiliki relevansi dengan objek penelitian, artikel, kitab-kitab karangan para ulama, internet, dan literatur lain yang berkaitan dengan objek penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Dokumentasi

(24)

b. Observasi

Adalah pengamatan pencatatan yang di laksanakan secara langsung dari fenomena yang diselidiki. Dalam teknik ini peneliti melakukan sebuah proses penelitian secara mendalam untuk mengerahui dalam hal ini faktor penyebab di laksanakan KB keluarga berencana.

c. Wawancara

Teknik ini dilakukan dengan cara wawancara yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak pewawancara (interviewer) dan pihak diwawancarai (interview) lurah, warga, dan para tokoh masyarakat maupun pihak yang bersangkutan dengan objek penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan tujuan Mengetahui kejadian, kegiatan, dan lain-lain serta memperoleh informasi yang dipelukan dalam penelitian.

4. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam laporan penelitian ini berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi, yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(25)

e. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN: terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KB KELUARGA BERENCANA: terdiri dari Pengertian KB keluarga berencana, Dalil Tentang KB keluarga berencana, Syarat KB keluarga berencana.

(26)

BAB IV SEBAB DAN AKIBAT KB DIDESA BABAKAN CISEENG: terdiri dari alesan KB masyarakat desa Babakan, Dampak KB terhadap kehidupan masyrakat desa Babakan, Dampak hukum masyarakat ber KB.

BAB V PENUTUP: terdiri dari Kesimpulan dan Saran Daftar pustaka

(27)

16 BAB II

A. PENGERTIAN KB (KELUARGA BERENCANA)

Dalam sejarah beradaban manusia, Keluarga dikenal sebagai suatu kumpulan (unit) terkecil, pertama dan utama dalam masyarakat. Dari persekutuan inilah manusia berkembang biak menjadi suatu komunitas masyarakat. Dalam wujud marga, puak, kabilah dan suku yang seterusnya menjadi umat dan bangsa-bangsa yang bertebaran di muka bumi. Keluarga adalah inti dari jiwa dari suatu bangsa, kemajuan dan keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup pada bangsa tersebut.1

KB (Keluarga Berencana) yaitu mengatur atau mengendalikan jumlah anak, hanya dua, tiga dan lainya.2 Keluarga Berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha pengaturan atau pengendalian kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atau kesepakatan suami – istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga, masyarakat maupun negara3. Jadi, keluarga Berencana dititik ibaratkan pada perencanaan, pengaturan, dan pertanggung jawaban orang terhadap anggota-anggota keluarganya, beda dengan istilah Birth Control yang artinya pembatasan atau penghapusan

1 Aminudin yakub, KB Dalam Polemik: Melacak Pesan Subtantif Islam , (Jakarta:PBB UIN, 2003) cet. Ke- 1, h. 4.

2 Muhammad Arifin Badri, Soal Jawab : Hukum Keluarga berencana (KB). Kategori: Figh dan Muamalah, diakses pada tanggal 4 Maret 2009 dari,http://muslim.or.id/soaljawab/-jawab-Keluarga

(28)

kelahiran4. Jika dilihat dari difinisi keluarga berencana seperti tersebut di atas, maka tidak ada alasan kita menolaknya. Hanya sekarang yang dipermasalahkan cara pelaksanaan keluarga berencana dimana dari sebuah prakteknya ada cara-cara yang dilarang oleh agama (Islam), misalnya vasektomi dan tubektomi.

Keluarga berencana di Indonesia selain untuk kepentingan nasional juga berkaitan pribadi dari suami dan istri. Sebagai kepentingan nasional sebab keluarga berencana oleh pemerintah Indonesia dimaksudkan akan lebih mudah menanggulangi masalah kependudukan yang semakin rumit, masalah sandang, pangan, perumahan, penanggulangan kependudukan akan mudah diatasi jika program keluarga berencana berhasil dilaksanakan. Setelah kita ketahui betapa pentingnya keluarga berencana, baik untuk kepentingan umum, dalam upaya mendukung program pemerintah, maka tidak perlu lagi menyaksikan atau ragu-ragu menjadi peserta keluarga berencana, hanya saja untuk jadi peserta keluarga berencana harus berpijak pada tiga dasar yaitu :

1. Tidak hanya dengan cara yang bertentangan dengan ajaran agama (Islam) 2. Tidak menganggu dan merusak hubungan suami istri

3. Mendapatkan izin dari suami atau dari istri

Keputusan ikut dan tidaknya menjadi keluarga berencana ada sepenuhnya ditangan suami istri, tetapi ada juga yang berdasarkan nasehat dokter. Maksudnya adalah dalam melakukan KB keluarga berencana itu sesuai dengan kemampuan

4

(29)

rumah tangga mereka segi dari ekonomi dan kebutuhan. Menurut dokter seorang ibu yang baru melahirkan, seorang ibu harus melakukan KB karena untuk menjaga kesehatan ibu dan anak yang baru lahir.

Menurut Nasrudin Latif menjelaskan bahwa usaha-usaha keluarga berencana di negara-negara demokrasi dijalankan secara sukralela5. Mengenai keluarga berencana yang dijalankan seseorang untuk membatasi jumlah anak dalam rumah tangganya, memang boleh dan tidak mengapa selama ini, khususnya sifatnya bukan menjadi ukuran bagi seluruh umat islam. Jika mempergunakan suatu cara untuk mencegah kehamilan karena ini merupakan perbuatan khusus antara suami yang bersifat darurat.6 Keluarga berencana salah satu bentuk yang ditempuh untuk mengatasi masalah pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, cara pengaturan kelahiran (fertilitas) dengan tujuan mencapai suatu keluarga (ayah, ibu dan anak) yang sehat, baik fisik, mental maupun sosial ekonomis. Dalam tujuan Keluarga Berencana tersebut terdapat kemaslahatan, yaitu kesejahteraan materiil dan spiritual. Dalam pengertian ini, Keluarga Berencana adalah salah satu bentuk usaha menyiapkan generasi yang tangguh. Dengan demikian, selama cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan itu dapat dikarenakan ajaran Islam .

5

Nasarudin Latif, KB Dipandang dari sudut Hukum Islam, (Jakarta : BKKBN, 1972), h . 16

6

(30)

Allah SWT berfirman:





































Artinya:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah

dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”. {Q.S An-nisa: 9}

Dengan demikian, KB disini mempunyai arti yang sama dengan tanzim al-nasl (pengaturan keturunan). Penggunaan istilah “Keluarga Berencana” juga sama artinya dengan istilah yang umum di pakai di dunia internasional yakni family planning atau parenthood, seperti yang digunakan oleh international. Planned Parenthood Federation (IPPF) adalah nama sebuah organisasi KB Internasional yang berkedudukan di london.7

KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasanagan suami istri untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuannya serta sesuai situasi

7

(31)

mesyarakat dan Negara. Dengan demikian KB berbeda dengan birth control, yang artinya pembatasan/ penghapusan kelahiran (tahdid al-nasl), istilah birth control

dapat berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi dan strerilisasi (pemandulan).8

Perencanan keluarga merujuk kepada penggunaan metode-metode konterasepsi oleh suami istri atas persetujuan bersama di antara mereka, untuk mengatur kesuburan mereka dengan tujuan (motivasi) soal pembiayaan hidup, baik pembiayan sandang, pangan, pembiayaan pendidikan dan untuk menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan, dan ekonomi dan untuk memungkinkan mereka memikul tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat.

Ini meliputi hal-hal sebagai berikut9:

1. Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyusuan dan penjagaan kesehatan ibu dan anak.

2. Pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman.

3. Mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga melainkan juga untuk kemampuan fisik, finansial, pendidikan, dan pemeliharaan anak.

Terlaksananya keluarga berencana bermotivasi agama. Agama yang mendorong kita untuk melaksanakan keluarga berencana, sedangkan pembiayan itu adalah salah satu faktor pokok atau salah satu keterangan lahir yang telah

8

Yakub, KB Dalam Polemik:Melacak Pesa Substantif Islam, h. 24

9

(32)

diungkapkan oleh agama. Batinnya atau hakikatnya agamalah yang merupakan sentral pemantap, atau agamalah yang merupakan motivasi terpokok.10

Rasulullah SAW telah bersabda:

ع

ْ

ج

ب

ر

ر

ض

ي

ه

ع

ْه

ق

ل

ك ( :

ْع

ز

ل

ع

ىل

ع

ْ

ر

س

ْل

ه

ىلص

ه

ع

لْي

ه

س

لم

ْلق

ْر

آ

ي

ز

ل

،

ل

ْ

ك

ش

ْي

ي

ْ

ع ى

ْه

ل

ع

ْه

ْ

قل

ر

آ

م )

تف

ق

ع

لْي

ه

ل

ْس

لم

:

ف (

بل

غ

ل

ك

ب

ي

ه

ص

ل

ه ى

ع

لْي

ه

س

لم

ف

لْم

ي

ْ

)

11 Artinya :

“Jabir berkata : Kami melakukan „azl pada zaman Rasulullah

Shallallaahu „alaihi wa Sallam dan al-Qur’an masih diturunkan, jika ia

merupakan sesuatu yang dilarang, niscaya al-Qur’an melarangnya pada

kami. Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Muslim : Hal itu sampai kepada

Nabi Shallallaahu „alaihi wa Sallam dan beliau tidak melarangnya pada

kami.”

Dalam hadist di atas dijelaskan bahwasanya azal itu tidak dilarang oleh Nabi saw. Pada zaman Nabi saw banyak para sahabat melakukan azal

10

Hudaf, Keluarga Berencana dalam Qur’an dan Sunnah, (Yayasan Kesejahteraan IAIN Jakarta), h. 11.

11

(33)

terutama sahabat nabi yaitu Zabir beliau telah melakukan azal ketika bersetubuh. Pada waktu itu zaman Nabi saw belum ada ayat yang melarang dan tegas tentang

azal.

Motivasi keluarga berencana dapat diberikan dengan berbagi cara, akan tetapi diharapkan caranya itu adalah yang mudah dan dapat diterima oleh rakyat banyak. Jika selama ini dari berbagi macam segi sudah mendukung, bagaimanapun agama diharapkan dapat memberikan motivasi ke arah suksesnya bangsa kita hidup beragama, serta selalu mengingatkan seluruh permasalahan hidup mereka dengan aspek keagamaan. Pelaksanaan Keluarga berencana, harus diarahkan pada Pembina keluarga sebagai suatu alternatif untuk mencapai kesejahteraan keluarga. Alasan pelaksanaan keluarga berencana dalam hubungan ini adalah:

1. Kesehatan dan kemampuan ibu.

2. Kemampuan riil ekonomi orang tua atau rumah tangga. 3. Pendidikan anak-anak atau masa depan keluarga.12

Keluarga berencana mempunyai kepentingan vital, bagi keluarga khususnya, dan bagi negara umumnya. Dasar utama bagi suatu keluarga adalah kesadaran yang tumbuh atas kepentingan kesehatan, juga kesejahteraan. Sebagai salah satu upaya mengurangi lajunya pertumbuhan penduduk di Indonesia. Keluarga berencana mengandung pengertian usaha mewaktukan kelahiran, atas

12

(34)

dasar untuk mencapai kemaslahatan. Dengan demikian dapat ditingkatkan kesadaran di kalangan masyarakat secara meluas bahwa tujuan keluarga berencana adalah suatu langkah untuk memperkaya manusia, dan bukan menguranginya. Jelasnya tujuan keluarga berencana adalah :

1. Memelihara kesehatan ibu dan anak, baik fisik maupun psychis dalam artinya luas yaitu untuk mejaga keselamatan dan kesehatan agar terjaga dari penyakit. 2. Mengatur Kehamilan dan kelahiran sesuai dengan kemampuan yang terbatas. 3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hakikat dan tanggung jawab

keluarga.13

B. JENIS-JENIS KB (KELUARGA BERENCANA)

Adapun cara-cara yang ditempuh dalam program keluarga berencana, dengan menggunakan beberapa metode kontrasepsi, diantaranya adalah:

1. PIL KB

Pil kontrasepsi bekerja dengan “menggangu” proses hormonal yang

normal pada tubuh wanita. Gangguan ini akan menyebabkan pematangan dan pelepasan sel telur dari idung telur akan ikut terganggu. Sel sperma tentu tidak

13

(35)

akan berhasil membuahi sel telur bila memang tidak ada sel telur yang keluar dari idung telur.14

[image:35.612.113.502.417.671.2]

Berupa kombinasi dosis rendah estroben dan progesterone. merupakan metode KB paling efektif Karena bekerja dengan beberapa cara sekaligus sebagai berikut ini mencegah ovlasi (pematangan dan pelepasan sel teluar), meningkatkan kekentalan kelender leher rahim sehingga menghalangkan sperma, membuat diding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan, bila pasien disiplin minum OC-nya, bisa di pastikan perlindungan Kotrasepsi hampir 100%. Selain itu OC merupakan metode yang paling reversible, artinya bila pengguna ingin hamil bisa langsung berhenti minum pil dan biasanya bisa langsung hamil dalam 3 bulan.

Gambar. No. 1. Pil KB

14

(36)

Sumber :http://blogbintang. Com/alat-kontrasepsi-dan-macamnya 2. IUD (Alat Konterasepsi Dalam Rahim/ AKDR)

[image:36.612.155.375.472.594.2]

Mekanisme kerja sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan seksual terjadi), AKDR mengubah tranportasi tubal dan rahim dan mepengaruhi sel telur dan seperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah berhubungan seksual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme kerja yang sama dengan mekanisme AKDR sebagai alat kontrasepsi biasa di atas, namun pada kontrasepsi darurat ini, mekanisme yang lebih mungkin adalah mencegah terjadinya implantasi (penyerangan sel telur yang telah dibuahi dinding rahim).

Gambar. No. 2 IUD

(37)

3. Susuk Implant

Susuk KB adalah obat kontrasepsi yang berbentuk seperti tabung kecil, sebesar korek api , Didalam tergantung hormone progestron yang akan dikeluarkan sedikit demi sedikit. Alat kontrasepsi ini dimasukan dibawa kulit pada bagian lengan atas. Tidak terlihat dari luar. Tapi masih bisa diraba. Tersedia dua macam yang 1 batang atau 2 batang. Cara kerjanya yaitu hormon progestron yang di lepaskan implant akan menghambat terjadinya Ovulasi, menyebabkan selaput lendir atau endometrium tidak siap menerima pembuahan.15

Gamabar. No. 3 Susuk Implant

Sumber :http://blogbintang. Com/alat-kontrasepsi-dan-macamnya

4. Suntikan (Injeks)

15

(38)

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk menjegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di Indonesia semakin banyak dipakai karena terjadinya yang evktif , pemakaian yang peraktis, harganya relatif murah dan aman. Sebelum disuntik kesehatan ibu harus di periksa dulu untuk memastikan kecocokannya. Suntikan di berikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Umumnya pemakai suntikan KB mempunya persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu pula bagi orang yang tidak memakai suntikan KB, termaksuk penggunaan cara KB hormonal selama maksimal % tahun. Jenis KN suntikan yang sering digunakan di Indonesia:

a. Suntikan per-bulan : Cyclofem

[image:38.612.157.372.498.651.2]

b. Suntikan per-3 bulan : Depo provera, depogeston

Gambar. No. 4 Suntikan (Injeks)

(39)

5. MOP (Vasektomi)

Banyak masyarakat yang salah paham antara kebiri dengan MOP,

[image:39.612.131.494.363.566.2]

kebiri adalah pengangkatan testis, sementara MOP dilakukan dengan membuat satu atau dua sayatan kecil pada kulit scrotum (kantung buah zakar), kemudian saluran keluarnya diikat sehingga ketika keluar tidak mengandung seperma lagi. Dengan MOP ,produksi hormone testotron pria tetap berjalan seperti biasa. Semetara kebiri membuat laki-laki tidak bisa peroduksi sperma lagi. MOP ini tidak perlu dikhatirkan menimbul impotensi, semua fungsi kejantanan laki-laki masih normal dengan metode MOP.

Gambar. No. 5 MOP (Vasektomi)

Sumber : http://blogbintang. Com/alat-kontrasepsi-dan-macamnya

6. MOW (Tubektomi)

(40)

anak (karena alesan kesehatan). Bila kemudian Anda ingin punya anak, pembatalan masih mungkin dilakukan, tetapi membutuhkan operasi besar dan tidak selalu berhasil.

[image:40.612.131.534.114.518.2]

Para ahli kebidanan banyak merekomandasikan sterilisasi pada wanita yang beresiko tinggi untuk hamil dan melahirkan lagi, misalnya karena beriwayat memiliki komlikasi kehamilan dan melahirkan .namun pada mereka yang belum berusia 35 tahun. Pengalaman menunjukan banyak perempuan yang disterilkan lalu menyesali keputusan.16

Gambar. No. 6 MOW (Tubektomi)

Sumber :http://blogbintang. Com/alat-kontrasepsi-dan-macamnya

1. Kebiri

Kebiri (juga disebut pengebirian atau kastrasi) adalah tindakan bedah atau kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi testis pada jantan atau fungsi ovarium pada betina. Pengebirian dapat dilakukan baik pada hewan ataupun

16

(41)

manusia. Praktik pengebirian sudah dilakukan manusia bahkan jauh sebelum tercatat dalam sejarah. Kebiri kadang kala dilakukan atas dasar alasan keagamaan atau sosial di budaya tertentu di Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika, dan Asia Timur. Setelah peperangan, pemenang biasanya mengebiri dengan memotong penis dan testis mayat prajurit yang telah dikalahkan sebagai tindakan simbolis "merampas" kekuatan dan keperkasaan mereka. Laki-laki yang dikebiri biasanya dipekerjakan dan diterima pada kelas sosial istimewa dan biasanya menjadi pegawai birokrasi atau rumah tangga istana khususnya haram. Pengebirian juga muncul dalam dunia keagamaan. Sementara beberapa agama seperti agama Yahudi sangat melarang praktik ini. Kitab Imamat misalnya secara khusus melarang orang kasim atau yang alat kelaminnya cacat untuk masuk menjadi biarawan Katolik, sebagaimana tradisi sebelumnya melarang hewan kebiri untuk dikorbankan.Dalam sejarah Tiongkok, orang kasim atau disebut sida-sida diketahui memegang kekuasaan yang cukup besar di istana, terkadang merebut kekuasaan dari kaisar yang sah, seperti disebutkan dalam sejarah dinasti Han, dan masa menjelang akhir dinasti Ming. Peristiwa yang sama juga dilaporkan terjadi di Timur Tengah. Di masa purba, pengebirian juga melibatkan pemotongan seluruh alat kelamin pria, baik testis sekaligus penis. Praktik ini sangat berbahaya dan kerap mengakibatkan kematian akibat pendarahan hebat atau infeksi, sehingga dalam beberapa kebudayaan seperti Kekaisaran Byzantium, pengebirian disamakan dengan hukuman mati. Pemotongan hanya testisnya saja mengurangi risiko kematian.17

17

(42)

Gambar. No. 7 Kebiri

Sumber :http://blogbintang. Com/alat-kontrasepsi-dan-macamnya

C. DALIL TENTANG KB (KELUARGA BERENCANA)

(43)

kesehatan, dan sebelum di keluarkan fatwa itu, muktamar telah mendengarkan ceramah berbagai bejabat tinggi, termaksud Emil Salim, seorang profesor dan menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Haryono Suyono, Kepala badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Dan Munawir Sjazali, menteri Agama.18 Pokok-pokok isi fatwa itu adalah sebagai tersebut :

1. Islam membenarkan pelaksanaan keluarga Berencana yang ditunjukan demi kesehatan ibu dan anak, dan demi kepentingan pendidikan anak. Pelaksanaan harus dilakukan dengan sukarela, dan mengunakan alat kotrasepsi yang tidak dilarang oleh Islam.

2. Pengguguran kandungan dalam bentuk apapun dan pada tingkat kehamilan kapan pun dilarang oleh islam, kerena perbuatan itu tergolong membunuh. Ini termaksud pengaturan waktu haid dengan menggunakan pil. Pengecuali diberikan hanya jika pengguguran dilakukan demi menolong jiwa sang ibu. 3. Vasektomi dan tubektomi dilarang dalam Islam, kecuali dalam keadaan

darurat , sepeti untuk mencegah jalurnya penyakit menular atau menolong jiwa orang yang hendak menjalani vasektomi dan tubektomi.

4. Penggunaan IUD (Intra Uterine Devices) dalam keluarga berencana dibenarkan, Asalkan pemasangan dilakukan oleh dokter wanita atau, dalam

18

(44)

keadaan tertentu, oleh dokter lelaki dihadiri oleh kaum wanita lain atau suami.19

Sebelum meneliti dalil fatwa tersebut, perlu kiranya dicatat bahwa dua butir pertama dari keempat butir lainya membicarakan soal-soal baru, sedangkan kedua butir membicarakan soal-soal lama. Pembenaran pelaksanaan keluarga berencana secara umum dan larangan terhadap pengguguran kandungan adalah pernyataan-pernyataan baru, yang belum pernah dinyatakan oleh para ulama Indonesia. Pernyataan tentang larangan melakukan vasektomi dan tubektomi adalah ulangan fatwa-fatwa MUI yang terdahulu. Sebagai diterangkan terlebih dahulu, pada tanggal 13 juli 1979 MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa baik vasektomi atau tubektomi itu dilarang oleh islam , sebagian karena di Indonesia itu dianggap sebagai prosedur-prosedur yang tidak dapat dikembalikan (diperbaiki).20 Pernyataan tentang diizinkannya penggunaan IUD penarikan kembali (pembantalan) fatwa yang dikeluarkan tahun 1971 0leh 11 orang ulama Indonesia telah kemukakan, yang menyatakan Bahwa penggunaan IUD adalah dilarang oleh Islam. Bagian pembatalan dapat dimungkinkan dalam peraturan hukum agama Islam akan dibicarakan nanti, tetapi

19

Majlis Ulama Indonesia , Kumpulan fatwa, h.168-169

20

(45)

sekarang baiklah dilihat lebih terdahulu dalil-dalil yang membolehkan pelaksanaan keluarga berencana pada umumnya.

Hadis-Hadis yang dikutip menyangkut banyak masalah anjuran agar orang segera kawin kalau secara ekonomis sudah sanggup, perlunya umat islam berbadan sehat, pentinya mewariskan anak dengan kekayaan yang memandai dari para kemiskinaan, dilakukan senggama terputus (coitus intruptus) di zaman Nabi, dan kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan baik hadi-hadis tersebut dapat terpercaya, karena tiga diantaranya dicatat oleh Bukhari dan muslim dan yang lain oler Tirmizi dan Al-Hakim.21

Diperbolehkan penggunanaan alat-alat kontrasepsi di simpulkan dari perbuata senggama terputus oleh sementara orang di zaman Nabi. Izin untuk menggunakan IUD adalah kelanjutan modern dari cara-cara Teradisional, senggama terputus. Jadi sekali lagi dipergunakan analogi untuk membuat fatwa itu. Jika analogi dapat dianggap sempurna dalam hal ini, maka yang jadi pertanyaan adalah apakah yang telah dijadikan seluk-beluk hukum islam bagi pembatalan fatwa tahun 1971 oleh fatwa tahun 1983. Tentang hal ini Ibrahin Hosen, Ketua Komisi Fatwa MUI menjelaskan bahwa fatwa tahun 1983 bukan pembatalan atas fatwa tahun 1971, melainkan pembetulan dasar dalil-dalil yang digunakan pada fatwa tahun 1971. Penggunana IUD dilarang karena disebabkan karena pemasanya menyangkut melihat bagian peribadi wanita (aurat) , dan larangan itu secara metodologi digolongkan sebagai hurima li zatihi (dilarang

21

(46)

karena zatnya) .Selanjutnya Hosen menyatakan bahwa garis dalil ini harus diubah, karena melihat aurat tidak dilarang karena melihatnya adalah suaminya sendiri. jadi melihat auratnya itu sendiri larangan bukan karena soal melihat (li zatihi) tetapi sebagian pencegahan terhadap pelanggaran selanjutnya, yakni perbuatan zina. Dengan kata lain larangan melihat aurat secara metodologi harus digolongkan sebagai larangan untuk pencegahan (hurima li sad az-zarai).22

Hosen selanjutnya menyatakan adanya perbedaan derajat antara kekuatan larangan berdasarkan inti (li zatihi) dan larangan untuk mencegah (li sad az-zarai). Apa yang dilarang berdasarkan yang pertama tidak akan di perbolehkan kecuali dalam keadaan darurat yang dapat membahayakan jiwa manusia (ma hurimma li Zzatihi ubiha li darurah ). Hosen mengambil daging babi sebagai contoh adalah dilarang sebagai inti dan dapat dimakan oleh muslim hanya dalam keadan darurat yang mengancam jiwa manusia, misalnya bila tidak ada bahan makanan lain yang tersedia. Sebaliknya apa yang dilarang untuk mencegah , dapat diizinkan apabila timbul keperluan tanpa harus dalam keadaan darurat (ma hurima li sad az-zarai ubiha li hajah) . Hosen kemudian mengatakan bahwa dalam soal penggunaan IUD untuk keluarga berencana di Indonesia, keperluanya sudah jelas. Tekanan pertambahan jumlah penduduk di Indonesia adalah demikian besarnya, sehingga Keluarga Berencana adalah satu-satunya jalan yang praktis untuk mengurangi tekanan itu IUD oleh para ahli dianggap sebagai salah

22

(47)

satu alat kontrasepsi yang paling efektif dan yang paling murah. Hosen mengakhiri keterangannya bahwa berdasarkan keperluan itulah maka fatwa tahun 1983 mengenai keluarga berencana dikeluarkan, sehingga larangan penggunana IUD oleh fatwa tahun 1971 dibatalkan, Hal ini terjadiberkat adanya perbedaan konsepsi antara hurrima li zatihi dan hurrima li saddaz-zarai di kalangan ulama indonesia.23

23

(48)

36 A. Profil Desa Babakan

1. Letak Geografis

Babakan adalah sebuah Desa yang teletak di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, dengan luas desa sebesar 456,442 Ha. Mayoritas daerah Babakan adalah empang atau balong yang dimaksud yaitu masyarakat mata pencarian adalah perikanan yang berbagi jenis dan macam-macam ikan. Dengan ketinggian tanah 100 meter diatas permukaan laut (mdpl) menyebabkan kelembaban udara yang ada disini berkisar pada 25-34 derajat celcius. Sebagai Desa yang terletak di kota hujan, maka curah hujan yang tinggi yaitu sebanyak 2.500-5000 mm/tahun. Berikut adalah gambaran geografis Desa Babakan secara lengkap:

a. Kondisi Umum

Desa : Babakan Luas Wilayah : 456,442 Ha 1. Batas Wilayah :

- Sebelah Utara : Desa Parigi Mekar / Desa Ciseeng Kecamatan Ciseeng

[image:48.612.128.527.107.317.2]
(49)

- Sebelah Barat : Desa Putatnutug /Desa Cibeuteung Muara Kecamatan Ciseeng.

- Sebelah Timur : Desa Iwul Kecamatan Parung /Desa Jampang Kecamatan Kemang .

b. Ketinggian tanah 34-117 m dari permukaan air laut c. Curah hujan 2500-5000mm/tahun

d. Kelembaban dengan suhu rata-rata 25-34 derajat Celcius

e. Bentuk wilayah dataran rendah dengan kemiringan 20 derajat Celcius f. Jarak dari pemerintahan :

- Ibukota Kecamatan : 4 KM - Ibukota Kabupaten Bogor : 30 KM - Ibukota Propinsi Jawa Barat : 120 KM - Ibukota Negara RI : 60 KM g. Wilayah Adminstratif Terdiri dari :

(50)
(51)

agama prostetan ada 17 orang dan agama budha 41 orang dari 4 agama yang ada didesa babakan terutama lebih banya agama Islam.

Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Babakan ada pun yang buta huruf ada 18 orang dan belum sekolah ada 1.Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Babakan ada pun yang buta huruf ada 18 orang dan belum sekolah ada 1.463 orang dan adapun yang tidak tamat SD ada 2.431 orang dan ada yang tamat yaitu SD yaitu ada 3.597 orang. Dan adapun yang tamat dari SLTP yaitu ada 2.998 orang dan yang tamat dari smu yaitu ada 2.443 orang

(52)

Dan ada pun prasarana Wilayah dari perasana pengairan di Desa Babakan sungai/kali ada 4 buah dan perasana antara daerah terutama jalanan untuk jalan Kabupaten 2,6 KM dan jalan Desa ada 5,5 KM dan jembatan beton ada 17 buah dan jembatan besi ada1 buah dan gorong-gorong ada 15 buah. Ada lembaga keuanga perkereditan di Desa Babakan yaitu koprasi simpan pinjam ada 1 buah dan ada perasana ekonomi ada warung 32 buah dan minimarket 1buah dan perasana pertanian ada 7 buah.Ada perasana kesehatan rumah bersalin 1 buah dan ada posyandu 5 buah ada perasana pendidikan SMU Swasta ada 2 buah. Sltp Swasta 4 buah dan MTs Swasta ada2 buah.dan SD negeri 4 buah dan sd swasta ada1 buah. Dan MI swasta ada 3 buah . Dan PAUD ada 6 buah.

b. Kondisi Sosial Ekonomi Di Desa Babakan

(53)

minim sekali dari factor pendidikan yang rendah ini penyebab utama bagi masyarakat desa babakan. Bahkan ada yang sama sekali masyrakat yang tidah punya perkerjaan mereka hanya mengharapkan dari sumbangan dari pemerintahan dan masyarakat yaitu karena foktor dari sumberdaya menusia byang sangat lemah sekali, Bagi seorang suami kebanyakan para petani ikan dan bagi istri kebanyak mengikuti pengajian dimajlis talim. mereka mencukupi kehidupannya hanya dengan petani dari makan, pakaian dan biaya anak sekolah itu semua dari petani. para petani mereka kebanyakan mempunyai empang dan mereka petani ikan emas koi dan koky, ikan lele, ikan bawal, ikan patin dan lain-lain. Dan ikan itu tergantung dengan cuaca kalau cuaca panas petani kekurangan air dan ikan banyak yang mati. Kalau cuaca musim hujan ikan kebanjiran dan ikan kedinginan banyak pada mati. Kebanyakan masyarakat mengeluh dengan pendapatan berkurang yang sangat sedikit. Jadi selama sebulan masyarakat mereka banyak mengeluh masalah pengeluaran dan pemasukan untuk biaya rumah tangga.

(54)

sekali yang sehingga penyebab banjir yang sehingga empang masyarakat menjadi banjir dan ikan oada hanyut dibawa air yang banyak. Maka dari itu perekonomian yang tidak setabil dimasyarakat Desa Babakan. Oleh karena itu masyarakat dalam berumah tangga melakukan KB keluarga berancaan agar perekonomian sesuai dengan pemasukn dan pengeluaran.

Masyarakat Desa Babakan dalam pendidikan juga terbatas dan kebanyakan masyarakat desa babakan dalam pendidikan lulus SD langsung kerja dan ada pula lulus SMP langsung kerja dan ada pula tidak sama sekali sekolah. maka dalam kondisi pendidikan didesa babakan.masyrakat yang penuh dengan pendidikin ke agama dalam teori figih dan mencari keberkahan dengan mengikuti adat istiadat di Desa Babakan. Jadi masalah pendidikan umum banyak masyarakat kekurangan teori. Oleh karena itu kondisi pendidikan masyarakat Desa yang penuh prihatin.

B. Pelayanan dan Sosilisasi KB di Desa Babakan

(55)

Dalam kerjasama antara pemerintahan setempat maka membentuk suatu pelayanan masyrakat yaitu posyandu yang bersediam membantu masyrakat dengan penuh tanggung jawab. Agar masyarakat merasa di perhatikan oleh pemerintah setempat. Di Desa Babakan Ciseeng dalam posyandu ada 5 posyandu yang di bentuk oleh pemerintahaan setempat dan di sini ada kerja sama antara bidan dan dokter di daerah bogor. Untuk petugas ada 5 bidan yang bertugas membantu masyarakat Desa Babakan. Di Desa Babakan dengan pelayanan masyarakat ber-KB keluarga berencana di Desa Babakan Ciseeng Bogor sangat baik sekali. Karena dengan kondisi masyarakat yang kekurangan ekonominya. Sebagai ibu bidan yang membantu dalam melakukan KB keluarga berencana terbuka bagi ibu-ibu yang melakukan KB keluarga berencana.sebagian besar masyarakat memilih KB keluarga berencana di bandingkan memiliki anak yang banyak. Masyarakat memakai suntik yang 3 bulan dan ini murah meriah bisa harganya sampai 50 ribu dan ada yang 1 bulan ini jarang dipakai oleh masyarakat karena waktunya sangat dekat maka masrakat memilih yang 3 bulan karena dari faktor ekonomi masyarakat memilih tersebut.

(56)

kepada terhadap masyarakat yang tidak terdidik karena kebanyakan anak oleh karena itulah pemerintahan melakukan program KB keluarga berencana.

C. Para Peserta KB (Keluarga Berencana)

Dalam berumah tangga membentuk keluarga yang sakinnah dan mawadah dan warahmah agar keutuhan menjalani suatu bentuk keluarga yang bahagian maka keluarga tersebut melakukan KB keluarga berencana. Karena demi keutuhan keluarga mereka masing-masing untuk menjapi kehidupan yang berbahagia yaitu dengan cara melakukan KB keluarga berencana dengan rencana merenggangkan anaknatau hanya bebrapa anak saja untuk memepermudah mendidik anak supaya menjadi anak yang cerdas dan pintar.

(57)

Dalam ibu-ibu melakukan KB keluarga berencana yaitu untuk mempermudah pendidikan anak dan mencukupi kebutuhan anak dari perekonomian yang mereka hasilkan. Apalagi mempunyai satu atau dua anak yang memperingankan perekonomian mereka. Masyarakat Desa Babakan terutama pada ibu-ibu ber-KB keluarga berencana atas dorongan suaminya.karena kesepakatan dari suami dan istrilah mereka sepakat untuk ber-KB keluarga berencana. Tujuan mereka untuk kebahagian dan keutuhan rumah tangga.

(58)
(59)

46 BAB IV

SEBAB DAN AKIBAT KB DI DESA BABAKAN CISEENG

A.

Alasan Masyarakat Desa Babakan Melakukan Keluarga Berencana

(KB)

Masyarakat Desa Babakan dalam melihat kondisi perekonomian yang ini tidak sesuai dengan pemasukan dan pengeluaran yang tidak seimbang dalam rumah tangga mereka. Rumah tangga yang penuh pengeluaran bahan pangan, papan, pokok dan apa lagi biaya pendidikan yang terus meningkat kebutuhannya. Maka masyarakat di Desa Babakan melakukan KB keluarga berencana untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan pendidikan. Inilah solusi yang tepat untuk masyarakat yang berumah tangga. Karena masyarakat takut tidak tercukupi kebutuhan rumah tangga dan kekurangan biaya pendidikan.

(60)

perjalanan hidup masih panjang adalah salah satunya melakukan KB (Keluarga Berencana).

Dalam kehidupan ini tiap tahun ketahun semua kebutuhan rumah tangga yang meningkat. Sungguh berat rasa kehidupan masyarakat Desa Babakan seperti halnya makan sehari-hari dan kebutuhan hidup masyarakat desa Babakan yang pendidikan kurang karena ketidaktahuan dan kurang pahamnya dalam mengikuti KB keluarga berencana. Masyarakat yang mengikuti KB (Keluarga Berencana) hanya ikut-ikutan dari tetangga. Oleh karena itu masyarakat Desa Babakan perlu informasi tentang KB keluarga berencana jangan seperti sebelumnya hanya mengikuti dari tentangga.

(61)

karena untuk menjarangkan anak agar kehidupan anak teratur dan dapat mengsesuaikan ekonomi mereka. Untuk masyarakat melakukan KB dengan alat lingkaran biru yang jangkanya ada yang 3 bulan. Ada satu alat yang tidak pernah di pakai oleh masysarakat Desa Babakan yaitu vasektomi dan tobektomi alat ini tidak satupun masyarakat yang melakukan karena ketidaktahuan masyarakat.

(62)

yang jadi susah ekonominya menjadi mudah ekonominya yang susah dari pendidikanya menjadi mudah terdidik anaknya.

B.

Dampak Hukum Masyarakat Melakukan Keluarga Berencana

(KB)

Dalam masyarakat yang melakukan KB (Keluarga Berencana) hanya karena ikut-ikutan, mereka tidak tahu apa hukum KB (Keluarga Berencana) dan tidak tahu dampak melakukan KB (Keluarga Berencana). Bagi ibu-ibu yang melakukan KB (Keluarga Berencana) menahan pembuahan sel telur yang membuahi didalam perut sang ibu, kalau saluran sel telur dimapetkan maka akibatnya sel telur akan pecah didalam rahim kandungan sang ibu, maka akan timbul penyakit yang ada didalam seperti, darah kotor dan lain-lain. Disinilah ibu-ibu yang melakukan KB (Keluara Berencana) tidak memperhatikan kondisi kesehatan.

(63)

ber-KB. Kalau boleh ber-KB itu karena anak mereka takut tidak terdidik dan kurang perhatian dari segi pendidikanya itu di bolehkan untuk ber-KB. Masalah pendidikan sudah pasti kewajiban orang tua kalau anak banyak sudah pasti susah untuk mendidiknya maka masyrakat kalau KB keluarga berencana takut tidak terdidik maka di bolehkan. Tapi kalu masyarakat takut ekonomi sebagai jadi alesan maka hukum ber-KB keluarga berencana menjadi haram karena masalah rezeki itu sudah digarisakan oleh Allah SWT. Manusia tidak boleh takut karena rezeki sudah ada yang mengatur, masing-masing manusia sudah ditetapkan rezekinya.

Karena ketidak tahuan masyarakat yang menjadi tidak faham apa hukum KB keluarga berencana.dalam pengajian majlis ta’lim

(64)
(65)

berencana dan juga ada yang mengikuti tidak boleh ber-KB keluarga berencana. Berarti di Desa Babakan masih ada kontrasepsi antara yang membolehkan dan ada yang tidak membolehkan ini perlu dievaluasi dalam hukum Islam agar masyarakat paham apa hukum KB keluarga berencana. Agar masyarakat tidak salah paham tentang hukum KB keluaraga berencana

C.

Dampak keluarga Berencana (KB) Terhadap Kehidupan

Masyarakat

(66)

Desa Babakan melakukan yaitu KB keluarga berencana yang di mana masyarakat Desa Babakan sangat terlihat Dengan sunyi sekali.

Dalam hal ini jumlah penduduk yang sangat sedikit dan ekonomi yang terbatas dan tingkat yang sangat pendidikan yang sangat kurang maka ini adalah termaksud alasan masyrakat Desa Babakan yang melakukan KB keluarga berencana mereka melihat dari segi kemampuan mereka dalam rumah tangga sanggup atau tidak untuk

berumah tangga. Kita lihat masyrakat Desa Babakan dari segi pernikahan disini

(67)

sampai meninggal dunia karena dari kesehatan yang sangat tidak di perhatikan oleh orang tuanya.

(68)

sehingga dapat merusak rumah tangga. Tapi seorang lelaki yang sudah menikah harus mempunnyai rasa tanggung jawab yang tinggi agar bisa menjaga istri dan anaknya. Oleh karena itu rumah tangga bukan sembarangan rumah tangga perlu kita evaluasi masyaarakat di Desa Babakan Ciseeng Bogor untuk merubah kehidupan dan memberantas kebodohan agar masyarakat kehidupannya menjadi membaik.

(69)

punya anak maka mereka berhenti untuk berKB keluarga berencana. Sampai sekarang menikah sudah lamanya sembilan tahun belum punya anak. Disini perlu kita evaluasi apa penyebab mereka tidak punya anak, apa mungkin dari factor mereka awal nikah melakukan KB keluarga berencana jadi cara berKBnya yang salah atau bisa jadi dari laki-lakinya yang sepermanya lemah hingga menjadi tidak subur atau dari perempuanya kantong rahimnya yang lemah atau bisa jadi itu semua kehendak Allah SWT.

Maka semua ini perlu kita pahami setiap sesuatu ada segi baik dan segi buruk. Sebelum kita lakukan maka kita pikir dahulu contohnya seperti yang diceritakan diatas. karena setiap orang pasti ada tujuanya untuk menikah, didalam pernikahan pasti ada yang nama mempunyai buah hati yaitu anak atau katurunan itu idaman dari hasil pernikahan.maka rugi sekali kalu selama pernikahan tidak mempunyai anak atau keturunan.

Dalam akibat masyarakat desa Babakan melakukan KB keluarga berencana ada 2 yaitu :

(70)

Dari segi ekonomi mereka lebih tercukupi untuk kebutuhan mereka dan dari segi pendidikan mereka tercukupi untuk biaya sekolah.

2. Masalah kesehatan yang kurang diperhatikan.

(71)

57 A. Kesimpulan

Dalam bagian terakhir ini, penulis mencoba untuk menyimpulkan beberapa uraian di atas di atas bahwa tidak ada ayat al-Qur’an dan Hadis nabi satu pun yang berbicara secara tegas tentang KB.

Secara subtansial KB tidak bertentangan dengan ajaran agama islam, bahkan ia merupakan salah satu bentuk implementasi semangat islam mewujudkan sebuah kemaslahatan. Dengan adanya permasalahan di Desa Babakan Ciseeng antara masyarakat dan tokoh agama yang tidak sama pendapat tentang KB keluarga berencana maka penulis meneliti dan mengambil kesimpulan, Bahwasanya masyrakat Desa babakan alesan berKB yaitu karena ekonomi yang rendah dan kurang paham hukum KB keluarga berencana.

(72)

Semua itu berkaitan dengan faktor social, lingkungan hidup, kehidupan beragama dan ekonomi, yakni beban biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu KB juga merupakan sebuah hak suami-istri, bukan kewajiban. Tidak boleh ada tekanaan, pemaksaan apa lagi intimidasi dari pihak lain dalam ber-KB. Suami dan istri-lah yang berhak menentukan sikap mereka dalam bar-KB, termaksud jumlah seorang anak yang mereka inginkan (sesuai dengan kemampuan).

B. Saran

Setelah penulis memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan keluarga Berencana (KB), selanjutnya penulis akan memberikan saran sebagai berikut :

1. Penulis hanya mengkaji masalah KB ini yang ada di masyarakat desa Babakan. Karena ada berbagi kendala yang menjadikan masyrakat dalam kehidupanya terbatas dri segi ekonomi dan pendidikan agar kehidupannya tercukupi dan terpenuhi untuk kemaslahatan maka mayarakat melakukan yang namanya keluarga berencana.

(73)

negatif dala melakukan KB agar dalam menjalani kehidupan tidak adanya kekurangan

3. Begitu pentingnya pemahaman KB ini sehingga perlu adanya

kitab dan buku-buku lainya, Khususnya bagi pemerhati studi kitab-kitab. Akan tetapi langkahnya literature yang tersedia, maka kepada pihak yang berwenang diharapkan agar melakukan pengdaan kitab-kitab dan buku-buku lainnya untuk mempermudah peruses pemahaman para mahasiswa dan masyrakat luas terhadap kitab-kitab dan ilmu-ilmu lainya.

4. Masyarakat sangat mebutuhkan sekali informasi tentang KB .ini perlu

(74)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya

Al-Asqalani , Ibn Hajar. Buluqhul Maram. Surabaya: Daarul Abidin

Ali Kuhail, Majdi Fathi. Fatwa-fatwa Pernikahan dan Hubungan Suami Isteri. Jakarta: Kalam Pusaka. 2006

Al Maliki Alhassani, Muhammad Alwi . Etika Dalam Rumah Tangga Islam. Surabaya : PT Bungkut indah

As-syaukani, Luthfi. Politik, Ham dan isu-isu Figih Kontemporer. Bandung: Pustaka Hidayah. 1998

Azzuhaili, Wahbah. Fiqih Islam 9. Kitab Abdul Hayyie al-Kattani. Jakarta: Gema Insani. 2011

MUDZHAR, Mohammad Atho. Fatwa –Fatwa Majelis Ulama Indonesia(Fatwas Of the Council of Indonesia Ulama): sebuah studi tentang pemikiran

hukum islam di Indonesia, 1975-1988,edisi dwibahasa. Jakarta:INIS, 1993. Hal 126-132.

BKKBN. Keluarga Berencana Ditinjau Dari Segi Agama-agama Besar di Dunia. Cet IV. Jakarta: BKKBN. 1982

(75)

Depertemen Pendidikan Nasional Pusat Perbukuan Proyek Agama Pendidikan Dasar (pusat) Tahun Angaran 2001. Ensiklopedi Islam 3 KAL-NAH. Jakarta:PT ichtiar Baru Van Hoevw. 2005

Hudaf. Keluarga Berencana dalam Qur’an dan Sunnah. Jakarta: Yayasan Kesejahteraan IAIN Jakarta

Laporan Bulanan Desa Babakan

Latif,Nasarudin . KB Dipandang dari sudut Hukum Islam. Jakarta : BKKBN. 1972 Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul ulama dan BKKBN. Membina

Kemaslahatan Keluarga. Jakarta :BKKBN. 1982 Rahman, Fazlur, Health and Identity. New York: Crossroad. 1987

Rosyadi Soeroso, A. Rahmad. Dasar Indonesia: Keluarga Berencana Ditinjau Dari Hukum Islam. Cet. 1. Bandung: Pustaka

Sabiq, As-Sayyid. Fiqih As-Sunnah. Beirut: al-Kitab al- Araby. 1973 Syaamil. Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata. Bandung: Sygma. 2012

Umran, Abd Al-rahim. Islam dan KB. Cet 1. Jakarta : PT. Lentera Basritama. 1997

Undang-undang Perkawinan di Indonesia No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Surabaya: Arkola.

Yakub, Aminudin. KB Dalam Polemik: Melacak Pesan Subtantif Islam. Cet ke 1. Jakarta: PBB UIN. 2003

Zuhdi, Masjfuk., Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia. Cet v. Surabaya : PT Bina Ilmu. 1986

(76)

Internet

“Alat-kontrasepsi-dan-macamnya” Artikel di unduh pada tanggal 19 juni 2012 pukul

01:59 WIB pada http://blogbintang.Com

Badri, Muhammad Arifin. Soal Jawab : Hukum Keluarga berencana (KB). Kategori: Figh dan Muamalah, diakses pada tanggal 4 Maret 2009 dari,http://muslim.or.id/soaljawab/-jawab-Keluarga

“Pilihan –metode-kontrasepsi “ Artikel diunduh pada tanggal 19 juni 2012 pada

pukul 01:59 WIB pada

http://ihm.nlm.nihgov/luna/servlet/detail/NLMNLM~1~1~101454946~196918:7-

“Sterilisasi-wanita-tubektomi “Artikel di unduh pada tanggal 19 juni 2012 pada pukul

[image:76.612.110.529.111.351.2]
(77)

2. Siapa yang mendorong KB ? 3. Dimana anda KB !

4. Alat kontarasepsi KB yang digunakan ! 5. Mulai kapan anda berkB !

6. Apakah suami menyutujui KB ! 7. Siapa badan yang tugas KB ! 8. Apakah anda mengajak untuk KB ! 9. Siapa saja yang anda ajak Kb ! 10.Apakah mereka mau berKB ! 11.Kalau tahu apa alat KB ! 12.Apakah anda tahu hukum KB !

13.Apakah ada sosialisasi KB dimasyarakat ! 14.Siapa yang berKb !

15.Apakah akibat sosialisasi KB tersebut anda tertarik !

Pertanyan untuk suami yang istri berKB

1. Bapak sejak kapan istri ikut KB ! 2. Siapa yang mendorong istri ikut KB ! 3. Apakah bapak menyutujui istri ikut KB !

(78)

2.Apa alasan mereka !

3.Menurut Pak ustad apa hukum KB di desa ini !

4.Apakah mereka tahu KB apa hukumnya ! 5.Apakah ada masyrakat yang bertanya KB kepada pak ustad ! siapa saja !

Pertanyan petugas KB atau dokter

1. Ada perapa peserta KB !

2. Bagaimana cara sosialisasi KB di desa ini ! 3. Mengapa perlu ada sosialisasi KB !

4. Kapan diadakan sosialisasi KB !

5. Apakah anda tahu alasan orang-orang desa berKB ! 6. Ada berapa pos KB !

7. Ada perapa petugas pelayanan KB! 8. Alat KB apa yang dipake masyarkat ! 9. Kenapa masyrakat memilih alat tersebut !

Pertanyan buat lurah

1. Apakah ada program sosialisasi KB di desa ! 2. Bagaimana bentuk sosialisasi !

(79)

1. Semenjak anak pertama 40 akhir 2. Kesepakatan bersama

3. 100%

- Untuk mempermudah mendidiknya dan memperjarang jangka waktu anak

- Mengejar target anaknya

Istri

1. Buat menjarangkan anak 2. Suami

3. Di puskesmas 4. Suntik

5. Mulai anak 40 hari 6. Ya

7. Bidan 8. Tidak

9. Tidak ada yang saya ajak 10.Mau berK

Gambar

Gambar. No. 1. Pil KB
Gambar. No. 2  IUD
Gambar. No. 4
Gambar. No. 5
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian di lapangan setelah data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis, maka menghasilkan temuan penelitian yaitu persepsi masyarakat terhadap perkawinan

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada responden yang menjawab bahwa mantan suami memberi nafkah kepada anank-anaknya setelah perceraian, 1 orang

Bertitik tolak dari beberapa pandangan yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bagi hasil adalah pembagian keuntungan dari hasil usaha

PNS (Pegawai Negeri Sipil), penduduk yang menjadi pegawai negeri sipil di Desa Pangkalan Nyirih ini adalah sebagai pegawai di sekolah dan pegawai di kantor