• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh efektifitas sistem perpajakan, pemahaman, tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum, kualitas pelayanan pajak terhadap willingness to pay taxes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh efektifitas sistem perpajakan, pemahaman, tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum, kualitas pelayanan pajak terhadap willingness to pay taxes"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH EFEKTIFITAS SISTEM PERPAJAKAN, PEMAHAMAN, TINGKAT KEPERCAYAAN PADA SISTEM PEMERINTAHAN DAN HUKUM, KUALITAS PELAYANAN PAJAK

TERHADAP WILLINGNESS TO PAY TAXES

(Studi Empiris pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pancoran) Proposal Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Disusun Oleh: Aljuni Vernorth Nuzul

NIM. 208082000059

JURUSAN AKUNTANSI PAJAK FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ANALISIS PENGARUH EFEKTIFITAS SISTEM PERPAJAKAN, PEMAHAMAN, TINGKAT KEPERCAYAAN PADA SISTEM PEMERINTAHAN DAN HUKUM, KUALITAS PELAYANAN PAJAK

TERHADAP WILLINGNESS TO PAY TAXES (Studi Empiris pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pancoran)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Aljuni Vernorth Nuzul NIM. 208082000059

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Ismawati Haribowo,SE., M.Si NIP. 19570617 198503 1 002 NIDN. 2009098001

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Jumat, tanggal 9 Agustus 2014 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Aljuni Vernorth Nuzul

2. NIM : 208082000059

3. Jurusan : Akuntansi Pajak

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Efektifitas Sistem Perpajakan, Pemahaman, Tingkat Kepercayaan Sistem Pemerintahan dan Hukum, Kualitas Pelayanan Pajak terhadap

Willingness to Pay Taxes.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 agustus 2014

1. Arief Fitrianto, M.Si ( )

NIP. 197111182005011003 Penguji I

2. Yusro Rahma, SE., M.Si ( )

NIP. 198005062008012016 Penguji II

3. Yayu Putri Senjani, SE., Msc ( )

(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, tanggal 21 April 2015 telah dilakukan ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Aljuni Vernorth Nuzul

2. NIM : 208082000059

3. Jurusan : Akuntansi Pajak

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Efektifitas Sistem Perpajakan, Pemahaman, Tingkat Kepercayaan Sistem Pemerintahan dan Hukum, Kualitas Pelayanan Pajak terhadap

Willingness to Pay Taxes

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 April 2014

1. Leis Suzanawaty, SE,. M.Si ( )

NIP. 19720809 200501 2 004 Ketua

2. Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM ( )

NIP. 19720516 20090 1 1006 Sekretaris

3. Dr. Rini, M.Si., Ak., CA ( )

NIP. 19760315 200501 2 002 Penguji Ahli

4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( )

NIP. 19570617 198503 1 002 Pembimbing I

5. Ismawati Haribowo, SE., M.Si ( )

(5)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Nama Mahasiswa : Aljuni Vernorth Nuzul

NIM : 208082000059

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi Pajak

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Maret 2015

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.Data Pribadi

1. Nama : Aljuni Vernorth Nuzul

2. Tempat Tanggal Lahir : Lhokseumawe, 12 januari 1990

3. Alamat : Villa Inti Persada Blok B3 no 12A (Pamulang Timur)

4. Agama : Islam

5. Nama Ayah : Nuzul Kurman 6. Nama Ibu : Nelliwarti 7. Nomor Telepon : 081297531249

8. E-mail : aljunivernorth@hotmail.com

B.Data Pendidikan Formal

1. 1995 - 1996 : TK. Darul Ulum PGAI (Padang) 2. 1996 - 2002 : SDN Negeri Cirendeu.I

3. 2002 - 2005 : Mts Madrasah Pembangunan UIN 4. 2005 - 2008 : SMU Negeri 6 Jakarta

(7)

ANALYSIS OF EFFECT EFFECTIVENESS TAXATION SYSTEMS, UNDERSTANDING, THE LEVEL CONFIDENCE IN A SYSTEM GOVERNMENT AND LAW, QUALITY TAX SERVICE

TOWARD WILLINGNESS TO PAY TAXES (Empirical Studies on Tax Office Pratama Pancoran)

By:

Aljuni Vernorth Nuzul

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the influence effectiveness taxation systems, understanding, the level confidence in a system government and law, service tax quality towards willingness to pay taxes partially and simultaneously. Sampling methods in the study was convenience sampling. Data was acquired from the primery data by giving the questionnaire for taxpayers at tax office in KPP Pratama Pancoran. The data analysis was done by using multiple regression analysis. The results of this research show that there are simultaneous influence on variables (effectiveness taxation systems, understanding, the level confidence in a system government and law, service tax quality) toward willingness to pay taxes, seen significant value under 0.05 and value Fvalue (26,117) > Ftable (2.48).

The results of this research also shows the value of the variable effectiveness taxation systems of tvalue (2.004), understanding of tvalue (2.365), the level

confidence in a system government and law of tvalue (3.007) and service tax quality

of tvalue (2.953) more this ttable (1.98) then declared there is effect toward

willingness to pay taxes. On the determination of the test there is influence of 53,6% of the independent variables (effectiveness taxation systems, understanding, the level confidence in a system government and law, service tax quality) of the dependent variable (willingness to pay taxes). Meanwhile, a total of 46,4% is affected by other variables and not included into this regression analysis, such as awareness preference risk, Moral a norm and ect.

(8)

ANALISIS PENGARUH EFEKTIFITAS SISTEM PERPAJAKAN, PEMAHAMAN, TINGKAT KEPERCAYAAN PADA SISTEM PEMERINTAHAN DAN HUKUM, KUALITAS PELAYANAN PAJAK

TERHADAP WILLINGNESS TO PAY TAXES

(Studi Empiris pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pancoran)

Oleh:

Aljuni Vernorth Nuzul

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel efektifitas sistem perpajakan, pemahaman, tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum, kualitas pelayanan pajak terhadap variabel willingness to pay taxes secara parsial dan secara simultan. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner pada wajib pajak pada kantor pelayanan pajak pratama Pancoran. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel (efektifitas sistem perpajakan, pemahaman, tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum, kualitas pelayanan pajak) terhadap willingness to pay taxes, terlihat nilai signifikan di bawah 0,05 dan nilai Fhitung (57,770) > Ftabel (2,87). Hasil penelitian ini juga menunjukkan nilai thitung pada variabel efektifitas sistem perpajakan sebesar (2,004), pemahaman sebesar (2,365), tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum sebesar (3,007) dan kualitas pelayanan pajak sebesar (2,953) lebih besar dari ttabel (1,98) maka dinyatakan terdapat pengaruh terhadap willingness to pay taxes. Pada uji determinasi terdapat pengaruh sebesar 53,6% dari variabel independen (efektifitas sistem perpajakan, pemahaman, tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum, kualitas pelayanan pajak) terhadap variabel dependen (willingness to pay taxes). Sedangkan, sebanyak 46,4% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini, seperti kesadaran, Preferensi risiko, norma moral dan lain - lain.

Kata kunci: efektifitas sistem perpajakan, pemahaman, tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum, kualitas pelayanan pajak,

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi AllahSWT semesta alam yang telah melimpahkan taufiq, hidayah serta rahmat kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya. Serta kepada-Nya pula kita memohon pertolongan dan pengampunan. Hanya padamu tuhan tempatku berteduh dari semua kepalsuan dunia. Shalawat serta salam semoga tercurah dan terlimpah kepada junjungan tercinta, teladan mulia dan kekasih idaman Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan pengikutnya hingga akhir zaman. Mudah-mudahan kita selalu hidup dengan memegang teguh pada dua pusaka yang tidak akan menggelincirkan manusia kedalam kehinaan dan kesesatan. Pusaka yang akan membimbing kita kepada cahaya dan keselamatan yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Atas segala kuasa dan kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis pengaruh Efektivitas Sistem Perpajakan, Pemahaman, Tingkat Kepercayaan pada Sistem Pemerintahan dan Hukum, Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Willingness To Pay Taxes”.

(10)

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis, secara khusus penulis haturkan terima kasih kepada:

1. Pertama kupanjatkan terima kasih kepada ALLAH SWT dan Kedua orang tuaku tercinta bapak Nuzul kurman dan Ibu Nelliwarti, Kakak ku Nira rahmiati SE dan adikku Diah rahmiati.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta para wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Leis Suzanawaty, SE,. M.Si, (Wakil Dekan Bidang Akademik), Dr. Herni Ali HT, SE,. MM (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan), Yulianti, SE,. M.Si (Wakil Dekan Bidang Adminstrasi Umum).

3. Bapak Hepi Prayudiawan,SE,MM,Ak,CA selaku Ketua jurusan Akuntasi. 4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Pembimbing I yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini.

5. Ibu Ismawati Haribowo, SE, M.Si selaku Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini.

6. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.

(11)

8. untuk teman teman seperjuangan angkatan terbaik yaitu belo, fandi, yoga, basir, kadir, indra, kutil, suhendri, karyo, pipin terima kasih atas keajaiban yang tidak pernah terlupakan.

9. Kawan-kawan seperjuangan kelas Akuntansi Pajak, manajemen, iesp, semangat untuk cita - citanya

10. Serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan saran dan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Namun demikian penulis berusaha sesuai dengan kemampuan, dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Penulis juga mengharapkan adanya saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, Maret 2015

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstract ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Tinjauan Umum Tentang Pajak ... 10

2. Wajib Pajak ... 19

3. Efektifitas Sistem Perpajakan ... 21

4. Pemahaman Wajib Pajak ... 23

(13)

6. Kualitas Pelayanan Pajak ... 31

7. Tingkat Kepercayaan pada Sistem Pemerintahan dan Hukum ... 32

8. Kemauan Membayar Pajak (Willingness Pay Taxes) ... 34

B. Penelitian Terdahulu ... 36

C. Kerangka Pemikiran ... 41

D. Hipotesis ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 48

B. Metode Penentuan Sampel ... 48

C. Metode Pengumpulan Data ... 49

D. Metode Analisis Data ... 50

E. Operasional Variabel Penelitian ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 66

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 66

2. Karakteristik Responden ... 67

B. Hasil dan Pembahasan ... 70

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 70

2. Hasil Uji Kualitas data ... 71

a. Hasil Uji Validitas ... 70

b. Uji Reliabilitas ... 74

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 75

a. Hasil Uji Normalitas Data ... 75

b. Hasil Uji Multikolinieritas ... 78

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79

4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 80

a. Hasil Koefisien Determinasi(Adjusted R2) ... 80

(14)

5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 82

a. Hasil Uji F (Simultan) ... 82

b. Hasil Uji t (Parsial) ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Realisasi Penerimaan Pajak (Dalam Milyaran Rupiah) ... 4

2.1 Tarif Pajak Tahun 2013 ... 27

2.2 Penelitian Terdahulu ... 36

3.1 Operasional Variabel ... 63

4.1 Distribusi Sampel Penelitian ... 67

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Responden ... 68

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 69

4.5 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 71

4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Efektifitas Sistem Perpajakan ... 72

4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman ... 72

4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Kepercayaan pada Sistem Pemerintahan dan Hukum ... 73

4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Pelayanan Pajak ... 73

4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Willingness To Pay Taxes ... 74

4.11 Hasil Uji Reliabilitas ... 74

4.12 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik ... 78

4.13 Hasil Uji Multikolinearitas ... 78

4.14 Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2) ... 81

4.15 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ... 82

4.16 Hasil Uji Statistik F (Simultan) ... 82

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 46 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Responden ... 69 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir ... 70 4.4 Uji Normalitas Data Secara Grafik ... 77 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 80

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 94

2 Data Mentah Jawaban Responden ... 100

3 Hasil Pengolahan SPSS 20 ... 110

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Begitu besarnya peran pajak dalam APBN, maka usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak terus dilakukan oleh pemerintah yang dalam hal ini merupakan tugas Direktorat Jenderal Pajak. Berbagai upaya dilakukan Direktorat Jenderal Pajak agar penerimaan pajak maksimal, antara lain adalah dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak. Hal tersebut dilakukan dengan cara perluasan subjek dan objek pajak, dengan menjaring wajib pajak baru.

Pajak merupakan penerimaan terbesar negara sampai dengan tahun 2014, yaitu mencakup kurang lebih 2/3 dari penerimaan negara. Negara menggunakan penerimaan pajak untuk membiayai pelayanan publik dan pembangunan nasional. Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar, terlebih ketika sumber daya alam, khususnya minyak bumi tidak bisa lagi diandalkan. Penerimaan dari sumber daya alam mempunyai umur yang relatif terbatas, pada saatnya akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempunyai umur tidak terbatas, terlebih dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya (Nugroho dan Zulaika, 2012:1).

(19)

sekitar 73,7 persen dari total penerimaan negara bersumber dari penerimaan pajak (http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/). Mengingat begitu pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak (Muliari, 2009:1).

Penerimaan pajak diharapkan dapat terus meningkat agar pembangunan negara dapat berjalan dengan lancar. Bila setiap wajib pajak sadar akan kewajibannya untuk membayar pajak, tentunya penerimaan negara atas pajak akan terus meningkat bukan berkurang, sebab jumlah wajib pajak potensial cenderung semakin bertambah setiap tahun. Kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan, pelayan fiskus yang berkualitas, dan wajib pajak atas efektifitas sistem perpajakan. Sebagian wajib pajak tidak mengerti tentang peraturan perpajakan yang ada. Masih ada wajib pajak yang menunggu ditagih baru membayar pajak, seperti peraturan pajak pada periode lama (Wulandari, 2007:3).

(20)

perpajakan yang memadai juga memegang peran penting, agar wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar. Karena melalui sistem ini, setiap wajib pajak di wajibkan mengisi sendiri dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dengan benar, lengkap, dan jelas (Wulandari, 2007:4).

Penerimaan pajak merupakan dana yang paling potensial bagi negara, karena besarnya pajak seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, perekonomian dan stabilitas politik. Penerimaan pajak merupakan salah satu komponen penerimaan dalam negeri yang harus ditinggalkan peranannya, karena pajak merupakan sumber penerimaan utama yang merefleksikan praktek demokrasi yang paling mendasar yaitu peran serta masyarakat dalam membiayai negara dan pemerintahannya. Dari tahun ke tahun kontribusi penerimaan pajak kepada penerimaan negara semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peranan pemerintah yang telah memperbaiki sistem perpajakan nasional agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih mandiri dalam pembiayaan pembangunannya, dalam arti tidak terlalu bergantung pada pinjaman luar negeri (Alfiani, 2010:5).

(21)

Tabel 1.1

Realisasi Penerimaan Pajak (Dalam Milyaran Rupiah)

490 988 658 701 619 922 723 307 873 874 980 500 1 148 300 1 310 200

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa penerimaan negara yang bersumber dari sektor pajak setiap tahunnya mengalami peningkatan. Seiring dengan hal tersebut maka menjadi motivasi aparat Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk memperbaharui sistem administrasi perpajakan dalam meningkatkan penerimaannya. Peningkatan realisasi penerimaan pajak terjadi karena semakin baiknya sistem yang digunakan kantor pelayanan pajak dalam melayani wajib pajak

(22)

pekerja profesional lainnya. Dalam pemberian NPWP oleh Dirjen Pajak, diharapkan wajib pajak dapat mengetahui hak dan kewajibanya (Widayati dan Nurlis, 2010). Wajib pajak yang memiliki penghasilan lebih dari PTKP wajib membayar pajak. Bila setiap wajib pajak mengetahui dengan jelas tentang kriteria wajib pajak dan perhitungannya, maka wajib pajak akan memiliki kemauan untuk membayar pajak penghasilannya. Faktor kedua yang mempengaruhi kemauan membayar pajak adalah adanya pelayan fiskus yang berkualitas. Fiskus yang berkualitas adalah fiskus yang memberikan informasi yang akurat tentang hal-hal yang berkaitan dengan pajak dan tata cara perhitungannya serta tidak melakukan penggelapan pajak ataupun tindakan lain yang tidak sesuai dengan peraturan dan SOP yang berlaku. Munculnya oknum seperti Gayus, Dhana Widyatmika dan banyak petugas pajak lainnya membuat keyakinan wajib pajak atas kinerja pelayanan fiskus berkurang sehingga wajib pajak tidak mau membayar pajak karena takut uangnya digelapkan, bukan untuk pembangunan negara, atau adanya biaya tambahan yang dipungut oleh fiskus (Nugroho dan Zulaika, 2012:3).

(23)

untuk membayar, mengorbankan atau menukarkan sesuatu untuk memperoleh barang atau jasa Fikriningrum dan Syafruddin (2012). Pada sebagian besar rakyat di seluruh negara tidak akan pernah menikmati kewajibannya membayar pajak sehingga memenuhinya tidak ada yang tanpa menggerutu, sedikit saja yang merasa benar-benar rela dan merasa ikut bertanggungjawab membiayai pemerintahan suatu negara (Devano dan Rahayu, 2006:113), maka tanpa adanya rasa kemauan dalam diri wajib pajak untuk rela membayar pajak, usaha untuk memaksimalkan pendapatan pada sektor pajak tidak dapat tercapai sempurna. Menurut Sanjaya dalam Tatiana dan Priyo (2009) menjelaskan bahwa kemauan membayar pajak dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pajak, persepsi terhadap sanksi pajak, kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, persepsi terhadap para petugas pajak, dan persepsi terhadap kemudahaan dalam pelaksanaan sistem pajak.

(24)

kinerja penerimaan pajak dilakukan oleh dalam Suryadi (2006) menyatakan bahwa persepsi masyarakat terhadap kinerja Badan Perpajakan Nasional Swedia, ini dilihat dari: kesadaran prosedur yang bermanfaat bagi wajib pajak, kebutuhan bagi wajib pajak, perlakuan yang adil, keahlian aparat dalam mendeteksi kesalahan, serta dalam mengoreksi laporan pajak. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa persepsi wajib pajak yang positif dapat mempengaruhi perilaku wajib pajak dalam membayar pajak.

Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan wajib pajak untuk membayar pajak cukup banyak diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Zulaika (2012) dalam penelitianya

yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan utuk Membayar Pajak dengan Kesadaran Membayar Pajak sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas yang Terdaftar di KPP Pratama Semarang Tengah Satu)”.

(25)

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh efektifitas sistem perpajakan terhadap willingness to pay taxes?

2. Bagaimana pengaruh pemahaman terhadap willingness to pay taxes?

3. Bagaimana pengaruh tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum terhadap willingness to pay taxes?

4. Bagaimana pengaruh tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum terhadap willingness to pay taxes?

5. Bagaimana pengaruh efektifitas sistem perpajakan, pemahaman dan tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum, kualitas pelayanan pajak terhadap willingness to pay taxes?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh variabel efektifitas sistem perpajakan terhadap

willingness to pay taxes.

2. Menganalisis pengaruh variabel pemahaman terhadap willingness to pay taxes.

(26)

4. Menganalisis pengaruh variabel kualitas pelayanan pajak terhadap

willingness to pay taxes.

5. Menganalisis pengaruh secara simultan variabel efektifitas sistem perpajakan, pemahaman dan tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum, kualitas pelayanan pajak terhadap willingness to pay taxes.

D.Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, adapun manfaat penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Kantor Pelayanan Pajak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Kantor Pelayanan Pajak, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam memahami pengaruh efektifitas sistem perpajakan, pemahaman dan tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum, kualitas pelayanan pajak terhadap willingness to pay taxes.

2. Bagi Akademisi

(27)

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi peneliti, khususnya dalam menambah pengetahuan dan memberikan keyakinan mengenai pengaruh efektifitas sistem perpajakan, pemahaman, dan tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum terhadap willingness to pay taxes.

4. Pembaca

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Pajak a. Pengertian Pajak

Dalam ilmu perpajakan yang mendasari adalah peraturan yang tercantum dalam Undang-undang yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pajak. Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi pajak, diantaranya: Definisi pajak menurut Undang-undang No.28 tahun 2010:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2011:1):

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra Prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Menurut Soeparman dalam Suandy (2011:9):

“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam

mencapai kesejahteraan umum”.

Menurut Andriani dalam Lubis (2007):

(29)

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpukan bahwa pajak memiliki unsur-unsur (Lubis, 2007:5):

1) Pajak dipungut berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya, dan sifatnya dapat dipaksakan.

2) Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

3) Pajak merupakan peralihan kekayaan dari orang atau badan ke negara (pemerintah).

4) Pajak dapat dipungut baik langsung maupun tidak langsung.

5) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah (fungsi budgetair), yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai investasi publik.

6) Pajak untuk melaksankan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (fungsi regulerend). Contoh: dikenakan pajak yang tinggi terhadap minuman keras sehingga konsumsi minuman keras dapat ditekan.

(30)

b. Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:1) fungsi pajak dalam masyarakat suatu negara terbagi dalam 2 (dua) fungsi, yaitu:

1) Fungsi Budgetair (sumber dana bagi pemerintah) fungsi ini bertujuan untuk memasukan penerimaan uang untuk kas negara sebanyak-banyaknya antara lain mengisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan target penerimaan pajak yang telah ditetapkan, sehingga posisi anggaran pendapatan dan pengeluaran yang berimbang tercapai.

2) Fungsi Regulerend (mengatur) fungsi pajak yang secara tidak langsung dapat mengatur dan menggerakan perkembangan sarana perekonomian nasional yang produktif. Adanya pertumbuhan perekonomian yang demikian maka akan dapat menumbuhkan objek pajak dan subjek pajak yang baru yang lebih banyak lagi, sehingga basis pajak lebih meningkat lagi.

Berdasarkan fungsi pajak di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

fungsi budgetair merupakan suatu alat untuk mengisi kas negara atau daerah sebanyak-banyaknya dalam rangka membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintah pusat maupun daerah, sedangkan fungsi regulerend yaitu bersifat mengatur dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan budaya.

c. Jenis Pajak

(31)

1) Menurut golongannya, jenis pajak terdiri:

a) Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.

b) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

2) Menurut sifatnya, jenis pajak terdiri dari:

a) Pajak subjektif, adalah pajak yang pengenaannya memperlihatkan pada keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan pada subjeknya.

b) Pajak objektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal.

3) Menurut lembaga pemungutannya, jenis pajak terdiri dari:

a) Pajak negara atau pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

(32)

Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas bahwa jenis-jenis dari pajak daerah pada hakekatnya sama dengan pajak pusat, yaitu dalam pemungutannya pajak pusat maupun pajak daerah sama harus berdasarkan peraturan perundang-undangan begitu juga dengan hasil penerimaannya dipergunakan untuk pembiayaan pembangunan, baik pembangunan pusat maupun pembangunan daerah, dan yang membedakannya hanyalah pelaksana pemungutnya.

d. Tata Cara Pemungutan Pajak

Menurut Waluyo (2011:16) tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak. 1) Stelsel Pajak

a) Stelsel nyata (rill), stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan banyak didasarkan objek yang sesungguhnya terjadi (untuk pajak penghasilan maka objeknya adalah pajak penghasilan). Oleh karena itu, pemungutan pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak diketahui.

b) Stelsel anggapan, stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. c) Stelsel campuran, stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak

(33)

Dianutnya suatu stelsel pajak tertentu dalam suatu negara membawa adanya sistem pemungutan tertentu juga di dalamnya, seperti yang telah di uraikan di atas stelsel dibagi menjadi tiga, dan ketiganya juga memiliki kelebihan maupun kelemahan masing-masing.

e. Asas Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:7) dalam era globalisasi sekarang ini, batas negara menjadi tidak jelas bagi wajib pajak dalam mencari dan memperoleh penghasilan, sehingga penentuan cara pemungutan pajak ini penting untuk menentukan negara mana yang berhak memungut pajak. Dalam pemungutan pajak penghasilan ada tiga macam cara yang biasa dilakukan sebagai berikut:

1) Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)

Dalam asas ini, pemungutan pajak berdasarkan domisili atau tempat tinggal wajib pajak dalam suatu negara. Negara di mana wajib pajak bertempat tinggal berhak memungut pajak terhadap wajib pajak tanpa melihat dari mana pendapatan atau penghasilan tersebut diperoleh, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri dan tanpa melihat kebangsaan atau kewarganegaraan wajib pajak tersebut. 2) Asas Sumber

(34)

3) Asas Kebangsaan

Dalam asas ini, pemungutan pajak didasarkan pada kebangsaan atau kewarganegaraan dari wajib pajak, tanpa melihat dari mana sumber pendapatan tersebut maupun di negara mana tempat tinggal (domisili) dari wajib pajak yang bersangkutan.

Di Indonesia, secara tegas dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa segala pajak untuk keuangan negara ditetapkan berdasarkan undang-undang. Untuk dapat menyusun suatu undang-undang perpajakan, diperlukan asas-asas atau dasar-dasar yang akan dijadikan landasan oleh negara. Seperti yang telah di uraikan di atas merupakan asas utama yang paling sering digunakan oleh negara sebagai asas dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan.

f. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:9) sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu Official Assessment System, Self Assessment System, With Holding System.

1) Official Assessment System

(35)

2) Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri. Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3) With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus atau bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

(36)

menganut System Self Assessment dimana wajib pajak diberikan kepercayaan dengan memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk mendaftarkan dan melaporkan sendiri objek pajak yang dikuasai dimiliki atau dimanfaatkan (Self Declaration) dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). (3) With Holding System diterapkan dalam mekanisme pemotongan atau pemungutan sesuai PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Final Pasal 4 Ayat (2), PPh Pasal 15, dan PPN. Sebagai bukti atas pelunasan pajak ini biasanya berupa bukti potong atau bukti pungut. Dalam kasus tertentu ada juga yang berupa Surat Setoran Pajak (SSP). Bukti-bukti pemotongan ini nanti dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh / SPT masa PPN dari wajib pajak yang bersangkutan.

g. Tarif Pajak

Menururt Mardiasmo (2011:9) pajak dipungut berdasarkan tarif. Ada empat macam tarif pajak, yaitu tarif proposional, tarif tetap, tarif progresif, dan tarif degresif.

1) Tarif Proposional

Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenakan pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang proposional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

2) Tarif Tetap

(37)

3) Tarif Progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

4) Tarif Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah dikenai pajak semakin besar.

Tarif pajak merupakan ukuran atau standar pemungutan pajak, dalam hubungannya dengan pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam UU PPh maka tarif yang diterapkan adalah tarif progresif sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat (1) UU PPh. Sedangkan untuk Pajak Pertambahan Nilai berlaku tarif pajak proporsional yaitu 10%.

2. Wajib Pajak

Berdasarkan pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, pengertian wajib pajak yaitu:

“Orang Pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan. Orang Pribadi merupakan Subjek Pajak yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia”

(38)

politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Kewajiban perpajakan wajib pajak badan maupun perseorangan sesuai dengan undang-undang KUP antara lain:

a. Wajib mendaftarkan diri kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat untuk mendapatkan NPWP.

b. Wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan benar, lengkap dan jelas.

c. Wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang melalui kantor pos atau bank persepsi yang ditunjuk.

Menurut “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” UU No. 28

Tahun 2007, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Ramadiansyah, 2014:2).

(39)

3. Efektifitas Sistem Perpajakan

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan membayar pajak, maka diperlukan perubahan atau penyempurnaan dan perbaikan dalam sistem administrasi modern yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.01/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Intansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengenai tentang Pedoman Umum Kelembagaan Instansi yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Dari sisi akuntabilitas, berdasarkan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pusat tahun 2011.

Berdasarkan hal tersebut diharapakan sistem perpajakan yang sekarang sudah ada seperti SPT, filling, NPWP, registration, e-banking dan dropbox, dan lain-lain dapat lebih sempurna serta memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam membayar atau melaporkan kewajiban perpajakan dan dapat memberikan pencitraan atau persepsi yang baik kepada hal yang terkait dengan pajak terutama pada sistem perpajakan. Menurut Fikriningrum dan Syafruddin (2012:4) hal-hal yang mengindikasikan efektifitas sistem perpajakan yang saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain: (1) Adanya sistem pelaporan melalui e-SPT

(40)

pemberitahuan dari KPP tempat wajib pajak terdatar. 5) Pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan secara online melalui e-registration dari website

pajak. Hal ini akan memudahkan wajib pajak untuk memperoleh NPWP secara lebih cepat. Persepsi wajib pajak terhadap sistem perpajakan di Indonesia berkaitan dengan media yang digunakan dalam membayar pajak. Jika wajib pajak merasa bahwa sistem parpajakan yang ada adalah terpercaya, handal dan akurat, maka wajib pajak akan memiliki pandangan yang positif untuk sadar membayar pajak. Namun jika sistem perpajakan yang ada tidak memuaskan bagi wajib pajak, maka hal itu dapat turut mempengaruhi kesadaran wajib pajak.

Persepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengorganisasian, pengintepretasian terhadap stimulus oleh organisasi atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas integrated dalam diri individu. Sedangkan efektifitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas dan waktu) telah tercapai (Handayani, 2012:4).

Hal-hal yang mengindikasikan efektifitas sistem perpajakan dan saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain (Sutari dan Wardani, 2013:2) adalah sebagai berikut:

a. Adanya sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-filling. Wajib pajak dapat melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat.

(41)

c. Pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan secara online melalui e-register

dari website pajak untuk memudahkan wajib pajak memperoleh NPWP. d. Penyampaian SPT melalui drop box yang dapat dilakukan di berbagai

tempat, tidak harus di KPP tempat wajib pajak terdaftar.

e. Adanya Kring Pajak 500200 yang digunakan sebagai informasi peraturan perpajakan yang dilayani melalui telepon.

Menurut Fitriana (2013:4) menyatakan bahwa efektifitas sistem perpajakan terdiri dari:

a. Adanya sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-filling. Wajib pajak dapat melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat.

b. Pembayaran melalui e-banking yang memudahkan wajib pajak dalam melakukan pembayaran dimana dan kapan saja.

c. Penyampaian SPT melalui drop box yang dapat dilakukan di berbagai tempat, tidak harus di KPP tempat wajib pajak terdaftar.

d. Peraturan perpajakan dapat diakses dengan lebih cepat melalui internet tanpa harus menunggu adanya pemberitahuan dari KPP.

e. Pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan secara online melalui e-register

dari website pajak untuk memudahkan wajib pajak memperoleh NPWP.

4. Pemahaman Wajib Pajak

(42)

menunggu ditagih baru membayar pajak, seperti peraturan pajak pada periode lama. Hal ini dapat menurunkan jumlah penerimaan pajak negara serta tingkat kepatuhan wajib pajak (Adiasa, 2013:2).

Pemahaman dan pengetahuan tentang peraturan perpajakan akan meningkatkan kemauan Wajib Pajak untuk membayar pajak. Karena Wajib Pajak yang sudah memahami peraturan pajak kebanyakan berpikiran lebih baik membayar daripada terkena sanksi pajak (Handayani, 2012:4). Pengetahuan dan pemahaman adalah suatu proses atau cara dimana manusia mengerti, paham dan mengetahui sesuatu yang bertujuan. Ini timbulnya adanya motivasi yang merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan (Andi, 2014:2).

Adanya pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan (syarat-syarat) terkait pembayaran pajak. Syarat-syarat untuk melakukan pembayaran pajak adalah (1) Wajib pajak harus memiliki NPWP dan (2) Wajib pajak harus melaporkan SPT (Permadi, 2013:6).

Pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan wajib pajak antara lain dibuktikan dengan kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Peningkatan jumlah pajak tercapai seiring dengan peningkatan jumlah wajib pajak. Pemberian NPWP dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar (Sutari dan Wardani, 2013:2). Pasal 1 ayat 6 Undang-udang No. 28 Tahun 2007 tentang

(43)

pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakaannya. Setiap wajib pajak yang memiliki penghasilan wajib untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP sebagai salah satu sarana untuk pengadministrasian pajak. Pendaftaran NPWP dapat dilakukan secara langsung, untuk orang pribadi yaitu wajib pajak orang pribadi berdasarkan domisili, mengisi formulir pendaftaran dengan melampirkan persyaratan tertentu (foto copy KTP, foto copy kartu keluarga dan surat keterangan domisili dan untuk orang pribadi karyawan ditambah dengan surat rekomendasi dari instansi yang bersangkutan). Setelah itu, wajib pajak akan memperoleh NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT). Pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan melalui internet yaitu dengan membuka situs www.pajak.go.id pilih menu e-reg, kemudian isi formulirnya. Kemudian wajib pajak akan memperoleh NPWP dan SKTS (jangka waktu 30 hari). Sebelum jatuh tempo wajib pajak harus ke KPP terdaftar untuk meminta SKT.

(44)

Ketiga, pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan. Menurut Undang-undang No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sanksi keterlambatan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan wajib pajak orang pribadi adalah Rp.100.000,00, Sedangkan sanksi untuk keterlambatan pembayaran pajak adalah berupa bunga 2% per bulan yang dihitung dari berakhirnya batas waktu penyampaian surat pemberitahuan tahunan sampai tanggal pembayaran, sanksi untuk wajib pajak yang tidak memiliki NPWP adalah sanksi administrasi berupa denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Sanksi pidana berupa penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun. Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahun Tahunan wajib pajak orang pribadi, paling lambat tiga bulan setelah akhir tahun pajak. Sedangkan batas waktu pembayaran, paling lambat sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan disampaikan (30 Maret). SPT harus diisi dengan benar, lengkap dan jelas. Semakin mengetahui dan paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin paham pula wajib pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban perpajakan mereka. Hal ini tentu akan mendorong setiap wajib pajak yang taat akan menjalankan kewajibannnya dengan baik.

(45)

162/PMK.Oll/2012 yang diberlakukan sejak 1 Januari 2013 tentang Pajak Penghasilan pada pasal 7 ayat 1, PTKP pertahun paling sedikit sebesar: a. Rp. 24.300.000,00 untuk diri wajib pajak orang pribadi.

b. Rp. 2.025.000,00 untuk wajib pajak yang kawin.

c. Rp.24.300.000,00 untuk tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung oleh suami.

d. Rp.2.025.000,00 untuk anggota keluarga wajib pajak yang menjadi tanggungan wajib pajak, maksimal tanggungan tiga orang.

Penghasilan Kena Pajak (PKP) adalah penghasilan yang melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak dan tarif pajak. Tarif pajak orang pribadi berdasarkan Undang-undang No. 36 tahun 2008 yang berlaku pada tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan pada pasal 17 ayat 1(a):

Tabel 2.1

Tarif Pajak Tahun 2013

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 5%

Di atas Rp. 50.000.000,00 - Rp. 250.000.000,00 15% Di atas Rp. 250.000.000,00 - Rp. 500.000.000,00 25%

Di atas Rp. 500.000.000,00 30%

Sumber: http: www.ekonomi-holic.com

Dengan mengetahui dan memahami mengenai tarif pajak yang berlaku, maka akan dapat mendorong wajib pajak untuk dapat menghitung kewajiban pajak sendiri secara benar.

(46)

dan yang keenam adalah bahwa wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan pajak melalui training perpajakan yang mereka ikuti. Masyarakat hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan peraturan perpajakan, karena untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, pembayar pajak harus mengetahui tentang pajak terlebih dahulu. Adanya pemahaman tentang perpajakan diharapkan dapat mendorong kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

5. Tingkat Kepercayaan pada Sistem Pemerintahan dan Hukum

Di beberapa negara maju yang memberlakukan wajib pajak, warga negara mendapatkan tunjangan dari negara, misalnya tunjangan untuk yang pengangguran, tunjangan kesehatan gratis, pendidikan dasar gratis, transportasi yang nyaman, dll. Keuntungan-keuntungan secara langsung maupun tidak langsung ini mendorong wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak dengan kesadaran penuh bahwa mereka akan mendapatkan imbalannya melalui fasilitas yang telah dirancang oleh pemerintah. Secara otomatis keinginan untuk mengingkari kewajiban membayar pajak akan terkikis (Handayani, 2012:5).

(47)

Sedangkan dalam penelitian Henriket dalam Handayani (2012) yang dilakukan di Swedia mengemukakan bahwa ketidakpercayaan wajib pajak terhadap politisi terkemuka akan berpengaruh pada kemauan membayar pajak memburuk dan kemungkinan mengumpulkan pajak untuk menjaga kesejahteraan negara dikurangi.

Kepercayaan sistem pemerintahan dan hukum dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan penilaian antar lembaga negara dalam menyelenggarakan kekuasaan-kekuasaan negara untuk kepentingan negara itu sendiri dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya sesuai dengan undang-undang yang berlaku (Permadi, 2013:6). Kepercayan terhadap sistem pemerintahan dan hukum yang berlaku turut mendorong kemauan wajib pajak untuk membayar pajaknya ketika wajib pajak memiliki kepercayaan yang tinggi kepada sistem pemerintahan dan hukum yang tegas dalam melaksanakan semua aturan-aturan yang berlaku (Probondari, 2013:4).

(48)

seharusnya besar itu? Kenyataan di lapangan tampaknya memberikan jawaban dari pertanyaan tersebut. Adanya pemasukan yang besar ternyata terkadang bocor di tengah jalan. Ada yang salah dengan perpajakan kita. Kemauan wajib pajak yang masih rendah disertai dengan rendahnya profesionalitas aparat pajak menjadi bagian dari kesalahan tersebut, hilangnya kepercayaan terhadap aparat pajak dikarenakan banyaknya kasus-kasus pajak yang ada di indonesia seperti pengelapan pajak maupun penyimpangan pembayaran pajak lainnya (Andi, 2014:2).

Kepercayaan adalah sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku kooperif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang sama (Handayani, 2012:8). Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Kepercayaan terhadap sistem pemerintahan ditetapkan (2) Kepercayaan terhadap sistem hukum (3) Kepercayaan terhadap politisi akan politik pemerintah dan (4) Kepercayaan terhadap pemungutan pajak yang dialokasikan kembali ke rakyat dengan kepercayaan terhadap pemungutan pajak, kepercayaan pengalokasian pajak untuk pembangunan dan kepercayaan akan pengalokasian pajak demi kepentingan rakyat (Handayani, 2012:8).

(49)

6. Kualitas Pelayanan Pajak

Kualitas yang baik bukanlah berdasarkan pada persepsi pihak penyedia jasa tetapi berdasrkan persepsi pelanggan, karena pelangganlah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa pelayanan sehingga konsumen yang seharusnya menentukan kualitas pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa. Kualitas merupakan derajat yang dicapai oleh karateristik yang berkaitan dalam memenuhi persyaratan. Kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh produk mampu memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang ditetapkan. Kualitas merupakan cara petugas pajak dalam membantu menyiapkan serta mengurus semua keperluan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakanya (Sutari dan Wardani, 2013:2).

(50)

Kualitas pelayanan adalah ukuran sejauh mana pelayanan yang diberikan dapat memenuhi harapan pelanggan (Assegaf, 2009:173). Pelayanan Pajak dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada Wajib Pajak adalah melalui Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) yang dirasakan perlu untuk lebih diberdayakan lagi elemen kualitas pelayanannya yang meliputi (Setyonugroho, 2012:6):

a. Prosedur Pelayanan

Dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak sebagaimana yang diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-09/PJ.9/1995 tentang Pelaksanaan Sistem Informasi Perpajakan dan Buku Pedoman Pelayanan Umum, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1) Pelayanan sesuai standar dan prosedur yang telah ditetapkan.

2) Mengutamakan keramahan, kelancaran, keterbukaan dan kejelasan dalam pemberian informasi dan pelayanan kepada Wajib Pajak.

3) Pelayanan yang mudah, tepat, cepat dan professional. 4) Pelayanan yang adil dan tanpa biaya.

5) Diperlukan budaya kerja yang tinggi, responsif dan efektif. 6) Kepuasan Wajib Pajak menjadi tanggung jawab KPP

b. Organisasi

(51)

pemberian informasi, dan pelayanan kepada Wajib Pajak di TPT menjadi tanggung jawab Kepala Seksi TUP, sedangkan tugas-tugas penyediaan data dan hal-hal teknis yang berhubungan dengan komputer menjadi tanggung jawab Kepala Seksi PDI.

c. Sumber Daya Manusia

Penunjukan petugas pajak yang bertugas di TPT dilakukan melalui Nota Dinas Kepala KPP yang dilakukan setiap bulan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Berpenampilan menarik serta ramah.

2) Menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik. 3) Integritas dan dedikasi yang tinggi.

4) Kemapuan berkomunikasi yang baik serta dapat mengoperasikan komputer.

5) Pengetahuan yang memadai di bidang perpajakan bagi yang ditempatkan di information desk.

6) Penunjukan koordinasi harian/mingguan yang bertanggung jawab.

d. Sarana dan prasarana

(52)

7. Kemauan Membayar Pajak (Willingness Pay Taxes)

Kemauan merupakan dorongan dari dalam yang sadar, berdasarkan pertimbangan pikir dan perasan, serta seluruh pribadi seseorang yang menimbulkan kegiatan yang terarah pada tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan kebutuhan hidupnya. Kemauan membayar merupakan suatu nilai dimana seseorang rela untuk membayar, mengorbankan atau menukarkan sesuatu untuk memperoleh barang atau jasa (Fikriningrum dan Syafruddin, 2012:8).

Berdasarkan definisi di atas, maka kemauan membayar pajak dapat diartikan sebagai suatu nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang (yang ditetapkan dengan peraturan) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung. Kemauan membayar pajak dapat diartikan sebagai suatu nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang kepada negara (yang ditetapkan dengan peraturan) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (Fitriana, 2013:3).

Definisi kemauan membayar pajak sependapat dengan Sutari dan Wardani (2013:3) yang menyatakan bahwa kemauan membayar pajak adalah suatu nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang (yang ditetapkan dengan peraturan) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum Negara dengan tidak mendapat kontraprestasi secara langsung.

(53)

masyarakat dalam membayar pajak, persepsi terhadap para petugas pajak, dan persepsi terhadap kemudahaan dalam pelaksanaan sistem pajak.

Konsep kemauan membayar pajak dikembangkan melalui dua subkonsep yaitu, konsep kemauan membayar dan konsep pajak. Pertama, konsep kemauan membayar. Kemauan membayar merupakan suatu nilai dimana seseorang rela untuk membayar, mengorbankan atau menukarkan sesuatu untuk memperoleh barang atau jasa. Kedua, konsep pajak. pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh negara dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Lovihan, 2013:4).

Setyonugroho (2012:7) menyatakan bahwa pengukuran kemauan membayar pajak yaitu:

a. Jumlah pajak yang tidak memberatkan, wajib pajak akan membayarkan pajaknya jika jumlah pajak sesuai dengan penghasilan wajib pajak dan tidak memberatkan wajib pajak

b. Keadilan sanksi perpajakan, suatu sanksi dikatakan adil jika sanksi dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memberikan sanksi secara adil

c. Pemanfaatan pajak yang tepat, wajib pajak akan melakukan pembayaran jika pajak digunakan sesuai dengan manfaatnya seperti pembangunan dan kesejahteraan masyarakat

(54)

B.Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh efektifitas sistem perpajakan, pemahaman dan tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum, kualitas pelayanan pajak terhadap willingness to pay taxes telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan pada penelitian ini. Berikut ini adalah tabel yang menunjukan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh efektifitas sistem perpajakan, pemahaman dan tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum, kualitas pelayanan pajak terhadap willingness to pay taxes.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No Peneliti dan

Tahun

Judul Penelitian Metodologi

Penelitian

(55)

Tabel 2.2 (Lanjutan) No Peneliti dan

Tahun

Judul Penelitian Metodologi

(56)

Tabel 2.2 (Lanjutan) No Peneliti dan

Tahun

Judul Penelitian Metodologi

(57)

Tabel 2.2 (Lanjutan) No Peneliti dan

Tahun

Judul Penelitian Metodologi

(58)

Tabel 2.2 (Lanjutan) No Peneliti dan

(59)

C.Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori dan penelitian yang dilakukan beberapa peneliti, maka dapat dijabarkan kerangka pemikiran serta hubungan antar variabel adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Efektifitas Sistem Perpajakan terhadap Willingness To Pay Taxes

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, mengakses internet sudah sangat mudah. Wajib Pajak sudah dapat membeli modem dan paket internet dari berbagai provider dengan harga yang terjangkau yang ditawarkan. Bahkan beberapa fasilitas umum sudah menyediakan jaringan wifi secara gratis, yang mempermudah dalam mengakses internet. Sehingga dengan berbagai tawaran fasilitas yang mempermudah Wajib Pajak dalam membayar pajak akan menimbulkan persepsi yang baik dan kemauan untuk membayar pajak pun akan meningkat. Penelitian mengenai efektifitas sistem perpajakan dilakukan oleh Sutari dan Wardhani (2013) dalam penelitianya menyatakan bahwa kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan, persepsi terhadap pelayanan fiskus dan persepsi terhadap pelaksanaan sanksi denda berpengaruh positif signifikan. Persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.

(60)

Menurut Fikriningrum (2012:18-21), hal-hal yang mengindikasikan efektifitas sistem perpajakan yang saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain yaitu pertama, pembayaran melalui e-banking lebih memudahkan wajib pajak dalam membayar pajak. Persepsi efektifitas sistem perpajakan adalah bagaimana wajib pajak menilai menurut persepsinya masing-masing mengenai efektifitas system perpajakan apakah mempermudah wajib pajak atau mempersulit wajib pajak (Fitriana, 2013:3).

2. Pengaruh Pemahaman terhadap Willingness To Pay Taxes

(61)

kemauan dalam membayar pajak. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah diuraikan diatas, maka kualitas pemahaman berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak.

Penelitian mengenai pemahaman wajib pajak terhadap kemauan wajib pajak telah banyak dilakukan oleh penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Adiasa (2013) hasil penelitianya menyatakan bahwa pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Preferensi risiko sebagai variabel moderating tidak berpengaruh. Preferensi risiko terhadap hubungan antara pemahaman tentang peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak.

Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan pristiwa, objek serta manusia. Sedangkan Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Mardiasmo, 2011:24).

3. Pengaruh Tingkat Kepercayaan Pada Sistem Pemerintahan dan Hukum terhadap Willingness To Pay Taxes

(62)

kewajibannya untuk membayar pajak dengan kesadaran penuh bahwa mereka akan mendapatkan imbalannya melalui fasilitas yang telah dirancang oleh pemerintah (Handayani, 2012:5).

Kepercayaan sistem pemerintahan dan hukum dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan penilaian antar lembaga negara dalam menyelenggarakan kekuasaan-kekuasaan negara untuk kepentingan negara itu sendiri dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Kepercayaan adalah sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku kooperif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang sama. Kepercayan terhadap sistem pemerintahan dan hukum yang berlaku turut mendorong kemauan wajib pajak untuk membayar pajaknya ketika wajib pajak memiliki kepercayaan yang tinggi kepada sistem pemerintahan dan hukum yang tegas dalam melaksanakan semua aturan-aturan yang berlaku (Probondari, 2013:4).

(63)

4. Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Willingness To Pay Taxes

Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2007:110). Definisi lain kualitas adalah derajat yang dicapai oleh karateristik yang berkaitan dalam memenuhi persyaratan. Kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh produk mampu memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang ditetapkan (Lupiyoadi, 2006:175).

Kualitas pelayanan yang baik akan meningkatkan kemauan wajib pajak dalam membayar pajak, penelitian mengenai kualitas pelayanan telah dilakukan oleh beberapa penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh Setyonugroho (2012) kesadaran membayar pajak tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak berpengaruh. efektifitas sistem perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Kualitas pelayanan berpengaruh.

(64)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

Uji Asumsi Klasik:

1. Uji Normalitas Data 2. Uji Multikolonieritas 3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Kualitas Data

1. Uji Validitas Data 2. Uji Reliabilitas Data

1. Efektifitas Sistem Perpajakan (X1)

2. Pemahaman (X2)

3. Tingkat Kepercayaan pada Sistem

Pemerintahan dan Hukum (X3)

4. Kualitas Pelayanan (X4)

Pengaruh Efektifitas Sistem Perpajakan, Pemahaman, Tingkat

Kepercayaan pada Sistem Pemerintahan dan Hukum, Kualitas Layanan terhadap Willingness To Pay Taxes

Willingness To Pay Taxes (Y)

Uji Regresi Linier Berganda

1. Koefisien Determinasi (AdjustedR2) 2. Persamaan Linier Berganda

Uji Hipotesis

1. Uji Secara Simultan (Uji F) 2. Uji Secara Parsial (Uji t)

Interpretasi

(65)

D.Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dijelaskan pada gambar 2.1 maka akan dijelaskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan antara efektifitas sistem perpajakan terhadap willingness to pay taxes

2. Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan antara pemahaman terhadap

willingness to pay taxes

3. Ha3 : Terdapat pengaruh signifikan antara tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum terhadap willingness to pay taxes

4. Ha4 : Terdapat pengaruh signifikan antara kualitas pelayanan pajak terhadap willingness to pay taxes

(66)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di KPP Pratama Pancoran dan penelitian dilakukan pada tahun 2015. Adapun yang akan dibahas terbatas hanya pada seberapa besar pengaruh efektifitas sistem perpajakan, pemahaman, tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum, kualitas pelayanan pajak terhadap willingness to pay taxes pada KPP Pratama Pancoran.

Sebagai variabel independent dalam penelitian ini adalah efektifitas sistem perpajakan (X1), pemahaman (X2), tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum (X3), kualitas pelayanan pajak (X4). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah willingness to pay taxes (Y).

B.Metode Penentuan Sampel

(67)

mudah untuk diukurnya dan bersifat kooperatif (Hamid, 2012:18). Teknik pemilihan sampel ini dipilih karena pertimbangan lokasi yang mudah untuk dijangkau sehingga dapat memudahkan peneliti dalam pengumpulan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini.

C.Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002:150). Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan kemauan membayar pajak.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

(68)

D.Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kemencengan distribusi (kurtosis dan skewness) (Ghozali, 2013:23).

2. Uji Kualitas Data

Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

a. Uji Validitas

Gambar

Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak (Dalam Milyaran Rupiah)
Tabel 2.1 Tarif Pajak Tahun 2013
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka penyempwnaan pelaksanaan pemberian hibah, bantuan sosial dan bantuan keuangan kepada Partai Politik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Adanya kandungan antiinflamasi dan antiproliferatif yang dimiliki, maka diharapkan tidak akan menyebabkan penebalan epidermis, jarak antara epidermis- dermis,

Salah satu penyakit viral yang saat ini banyak menyerang udang vaname adalah IMNV( Infectious Myonecrosis Virus ). Penelitian ini dilakukan untuk menguji

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sektor agroindustri ternyata lebih mampu mendorong pertumbuhan atau pembentukan output sektor-sektor yang menjadi penyedia

As part of its contribution under its cooperative assistance program with Indonesia and as outlined in Annex "A" attached hereto, the Government of

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SDN Cepokosawit II Tahun Pelajaran 2011/ 2012 melalui penerapan model

Namun apabila nilai Kamu diubah menjadi 6, maka yang muncul adalah ‘Nilai Anda adalah yang lain’.. Sedangkan berikut adalah contoh penggunaan case untuk variabel bertipe

Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance , dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan pada Perusahaan Publik yang terdaftar di.. Bursa