• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Al-Jazera dalam transformasi politik tunisia pada peristiwa arab Spring 2010-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Al-Jazera dalam transformasi politik tunisia pada peristiwa arab Spring 2010-2011"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN AL-JAZEERA DALAM TRANSFORMASI POLITIK TUNISIA PADA PERISTIWA ARAB SPRING 2010-2011

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh:

Indi Nisauf Fikry Sakila (1111022000011)

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Menulis suatu karya adalah perjuangan yang melelahkan, sekaligus suatu

kebanggaan tersendiri yang tak dapat diungkapkan. Segala puji dan syukur penulis

ucapkan kepada Allah yang telah memberikan kemudahan serta kemampuan

untuk dapat menyusun kata demi kata dalam karya yang penulis sebut “Skripsi”

ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada beliau

yang telah memberikan kontribusinya dalam membuat skripsi ini menjadi lebih

baik. Dengan kesabaran dan ketelatenannya, penulis diarahkan dan dibimbingnya

untuk dapat menyempurnakan skripsi ini. Adalah Ibu Awalia Rahma, MA, yang

telah menyisihkan waktu dan tenaganya demi membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Drs.

Saidun Derani, MA. dan Dra.Tati Hartimah, MA. selaku pembimbing akademik

yang tanpa bosan selalu memberikan semangat serta nasehatnya kepada penulis.

Sehingga tanpa jasa mereka, penulis tidak akan sampai pada titik ini.

Adapun skripsi ini sendiri tidak akan ada tanpa dukungan dan dorongan

dari orang-orang terdekat penulis, khususnya Nimas dan Imas, adik tersayang

yang selalu memberi semangat, teman-teman SKI 2011 yang tak hanya sebagai

tempat berbagi suka duka namun juga sebagai partner bertukar ilmu – khususnya

Mulki Mulyadi yang telah membantu penulis dalam hal transliterasi sumber Arab,

para senior SKI khususnya Kak Endi yang telah banyak membantu penulis dalam

hal diskusi masalah skripsi dan pencarian sumber, teman-teman BJ Community

dan para sahabat tercinta (Timmy, Nurul, Maya, Yeni) yang tak henti-hentinya

memberi semangat serta dorongan kepada penulis, serta Ekky – teman, sahabat,

sekaligus saudara yang selalu menjadi rival dan motivator penulis selama

(6)

iii

Terakhir, tak lupa pula rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga

untuk kedua orang tua penulis yang selalu sabar dan tak henti-hentinya

memberikan doa serta dukungannya. Penulis pun mendedikasikan skripsi ini

untuk ayah dan ibu, yang tanpa ridho mereka penulis sadar tidak akan mampu

melewati perjuangan yang melelahkan ini.

(7)

iv ABSTRAK

Indi Nisauf Fikry Sakila

Peran Al-Jazeera dalam Transformasi Politik Tunisia pada Peristiwa Arab

Spring 2010-2011

Al-Jazeera merupakan salah satu media internasional yang berbasis di Doha, Qatar. Didirikan pertama kali pada tahun 1996 atas inisiatif Emir Qatar, sejak saat itu Al-Jazeera secara aktif meliput peristiwa-peristiwa yang terjadi di kawasan Arab. Al-Jazeera mulai banyak mendapatkan pujian serta pengakuan dari banyak kalangan, khususnya dunia internasional saat meliput peristiwa besar seperti perang Amerika yang terjadi di Irak dan Afghanistan, menjadikan Al-Jazeera sebagai media yang mempunyai peran dan pengaruh yang besar bagi dunia Arab dan Internasional. Al-Jazeera kembali membuktikan perannya yang penting sebagai media yang terdepan saat terjadi peristiwa Arab Spring di Tunisia tahun 2010-2011.

Melalui pendekatan media studies, serta metode historis, penulis mengetahui seberapa penting peran Al-Jazeera dalam peristiwa Arab Spring yang terjadi di Tunisia tahun 2010-2011. Al-Jazeera menjadi salah satu faktor terpenting munculnya revolusi yang terjadi di Tunisia sehingga dapat menyebar secara luas sampai akhirnya terjadi secara besar-besaran dan berhasil menumbangkan pemerintahan Ben Ali yang telah berkuasa selama 23 tahun.

Penulis menemukan bahwa peran Al-Jazeera dalam transformasi politik Tunisia pada peristiwa Arab Spring sangatlah penting, yaitu telah menginspirasi dan menggerakkan masyarakat Tunisia melalui berita-berita yang disiarkannya sehingga mampu mempengaruhi masyarakat untuk melakukan aksi tersebut. Perannya yang lain yaitu Al-Jazeera telah menghasilkan sesuatu yang disebut diseminasi berita. Dimana dengan adanya diseminasi berita yang dibawa oleh Al-Jazeera tersebut mampu melahirkan peristiwa Arab Spring di Tunisia. Selain itu, keberadaan Al-Jazeera juga telah menginspirasi masyarakat di negara-negara MENA (Middle East and North Africa) untuk melakukan revolusi yang sama di negaranya masing-masing.

(8)

v

KATA PENGANTAR

Dalam era modern seperti saat ini, keberadaan media tidak dapat

dipisahkan dari masyarakat. Dengan kata lain, media memiliki peran penting

dalam kehidupan sehari-hari. Media memainkan perannya dalam memberikan

informasi kepada masyarakat sehingga mampu mempengaruhi cara berpikir dan

bagaimana mereka bertindak, khususnya dalam menanggapi masalah-masalah

terkait politik, ekonomi, sosial, pemerintahan, dan masalah lainnya. Dalam dunia

Arab sendiri, keberadaan media tak ubahnya hanya sebagai „boneka‟ pemerintah,

dimana media harus tunduk dan patuh kepada penguasa. Media selalu berada di

bawah pengawasan dan harus melalui sensor yang ketat sebelum informasi yang

mereka sajikan sampai kepada masyarakat. Sehingga tidak hanya media di Arab

yang merasa terkekang, masyarakat Arab pun merasakan hal yang sama karena

terbatasnya informasi yang mereka peroleh.

Tak jarang media juga menjadi faktor penting dalam setiap konflik yang

terjadi di dunia Arab. Adapun kemunculan Al-Jazeera sebagai media yang

independen dan bebas dari pengaruh pemerintah, telah memberikan perubahan

penting dalam sejarah Arab. Media Al-Jazeera yang telah menghasilkan berita

serta menyebarkan informasi tentang apa yang sedang terjadi ketika konflik, telah

menempatkannya sebagai salah satu aktor penting yang tidak hanya mampu

mempengaruhi kondisi masyarakat, tapi juga suatu pemerintahan. Hal tersebut

selaras dengan perkataan mantan sekretaris jenderal PBB – Kofi Annan,

“Knowledge is power, information is liberating” yang artinya pengetahuan adalah

sebuah kekuatan, informasi adalah sebuah kebebasan. Berkat informasi yang

(9)

vi

sedang terjadi, sehingga dengan kesadaran tersebut masyarakat memiliki kekuatan

untuk bertindak dan memutuskan bagaimana nasib mereka di masa depan.

Terlepas dari hal diatas, studi kali ini mengambil salah satu media di

Arab, yaitu Al-Jazeera yang berbasis di Doha – Qatar, terkait dengan revolusi

yang dilakukan oleh masyarakat Tunisia terhadap pemerintahan mereka, dengan

(10)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... Iv KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 10

1. Identifikasi Masalah ... 10

2. Pembatasan Masalah ... 11

3. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Landasan Teori ... 17

G. Metode Penelitian ... 18

H. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II JARINGAN MEDIA AL-JAZEERA ... 21

A. Sekilas Tentang Al-Jazeera ... 22

B. Saluran dan Program Al-Jazeera ... 29

1. Al-Jazeera English Television/AJE TV ... 30

2. Situs Al-Jazeera Arab dan Inggris ... 38

a. Al-Jazeera.net berbahasa Arab ... 39

b. Al-Jazeera.com berbahasa Inggris ... 40

(11)

viii

BAB III ZINE EL ABIDIN BEN ALI DAN TUNISIA DI BAWAH

PEMERINTAHANNYA (1957-2011) ... 47

A. Latar Belakang Sejarah Tunisia ... 47

B. Tunisia di bawah Pemerintahan Zine El Abidin Ben Ali ... 55

BAB IV PERAN AL-JAZEERA DALAM PERISTIWA ARAB SPRING DI TUNISIA ... 67

A. Laporan Peristiwa Arab Spring di Tunisia akhir tahun 2010 sd 2012 oleh Al-Jazeera ... 67

B. Peran Media Al-Jazeera ... 80

C. Arab Spring = Revolusi Al-Jazeera? ... 91

BAB V PENUTUP ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, media mempunyai peranan yang sangat

penting. Dengan adanya media kita dapat saling berkomunikasi dengan mudah

antara satu dengan lainnya. Melalui beberapa bukunya, seorang ilmuwan Kanada

yang bernama McLuhan juga mengatakan bahwa media merupakan „wujud

perluasan‟ dari manusia, sama seperti mobil, pakaian, arloji, dan berbagai benda

lainnya yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia1. Dengan adanya hubungan yang tak terpisahkan tersebut maka tak heran jika kemudian

media menjadi salah satu alat penunjang untuk memenuhi salah satu kebutuhan

manusia, yaitu kebutuhan akan informasi serta hiburan. Adapun jenis-jenis media

seperti koran atau surat kabar, dan majalah yang termasuk dalam media cetak

telah dibuat dan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu sampai

munculnya media elektronik seperti radio, televisi, dan juga internet.

Selain sebagai sarana komunikasi, informasi dan hiburan, media juga

berfungsi sebagai sarana pendidikan, serta alat pembentuk opini atau pendapat di

kalangan masyarakat. Dari berbagai fungsi tersebut, media mampu membantu

proses pembentukan masyarakat yang lebih dewasa dan modern. Dalam cakupan

yang lebih luas, misalnya dalam sebuah pemerintahan di suatu negara, media

sering dimanfaatkan sebagai wahana untuk melancarkan kegiatan propaganda2.

1

William L.Rivers, dll, Mass Media and Modern Society, edisi kedua. Diterjemahkan oleh Haris Munandar(Jakarta: Kencana, 2003), h. 37

2

(13)

2

Media menjadi wahana yang efektif untuk melakukan propaganda karena

memiliki kemampuan untuk mempengaruhi masyarakat atau massa. Fungsi media

lainnya dalam propaganda adalah dapat mempengaruhi hubungan sosial dalam

masyarakat. Melalui media, khalayak mempelajari apa apa yang terjadi dalam

masyarakat dan akan mempengaruhi opini yang berkembang dalam masyarakat,

sehingga tak heran jika hal tersebut terkadang dapat menimbulkan perubahan

dalam sebuah masyarakat3.

Lebih lanjut, untuk memenuhi kebutuhan informasi dengan cara yang

cepat dan mudah, media elektronik seperti televisi dan media online seperti

internet menjadi salah satu pilihan yang diminati oleh masyarakat. Berbeda

dengan media cetak seperti koran dan majalah yang membutuhkan waktu yang

lama sebelum akhirnya sampai kepada masyarakat, media elektronik dan

khususnya online dapat akses secara praktis dan dapat dijangkau dengan mudah.

Selain itu masyarakat juga dapat mengakses selama 24 jam tanpa henti

berita-berita hiburan ataupun informasi terkini secara cepat4. Terlebih di era teknologi yang serba canggih seperti saat ini, media online juga menjadi bagian yang tak

terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena seperti ini melahirkan istilah

yang sering disebut dengan Aktivitas online. Aktivitas online sendiri merupakan

kegiatan yang mengandalkan internet atau berbasiskan Internet, terutama dalam

melakukan gerakan-gerakan politik. Aktivitas tersebut juga bertujuan untuk

dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang banyak agar menganut suatu aliran paham, sikap, atau arah tindakan tertentu; biasanya disertai dengan janji yang muluk-muluk. (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005), h.898

3

Mohammad Shoelhi, Propaganda dalam Komunikasi Internasional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012), h. 117-118

4

(14)

3

mendokumentasikan serta menyebarkan peristiwa-peristiwa tertentu ke berbagai

wilayah di dunia5.

Adapun baru-baru ini di akhir tahun 2010, di kawasan Timur Tengah6 telah terjadi sebuah fenomena yang menjadi topik hangat di seluruh dunia.

Fenomena tersebut erat kaitannya dengan adanya aktivitas online. Memanfaatkan

media online, masyarakat di negara Timur Tengah telah melakukan perubahan

menuntut pemerintahan yang lebih demokratis. Hal ini tidak heran karena di

kawasan tersebut seperti yang telah kita ketahui banyak negara yang masih

menganut sistem otoriter dimana kekuasaan tertinggi dipegang oleh raja.

Peristiwa menuntut perubahan demokrasi tersebut, secara teoritis

dibedakan dalam dua fase, yaitu fase pembebasan dari pemerintahan yang otoriter

dan pembentukan konstitusi yang demokratis7. Adapun fenomena perubahan terhadap demokratisasi yang diawali oleh gelombang protes pada beberapa negara

Arab Timur Tengah tersebut lebih dikenal dengan nama Arab Spring atau disebut

5

Mc Caughey M dan Ayers MD, Cyberactivism: Online Activism in Theory and Practice,

(London: Routledge), h.71

6 Istilah Timur Tengah sebenarnya merupakan nama yang relatif baru. Nama ini mulai diperkenalkan oleh para sarjana Eropa semisal Mohan yang mencoba mengidentifikasi suatu wilayah yang menghubungkan antara benua Eropa dengan Asia. Benua Eropa seringkali dirujukkan dengan istilah Barat sedangkan Asia sering diistilahkan dengan Timur. Karenanya untuk menyebut wilayah tersebut Mohan menyebutnya dengan Timur Tengah (Middle East Alfred Thayer Mahan dalam Encarta Encyclopedia 2004). Lebih lanjut Definisi / Istilah Timur Tengah sesungguhnya merupakan sesuatu yang sampai sekarang masih bersifat „debatable‟ dikalangan para sejarawan sendiri. Menurut Nikki R. Keddie dalam tulisannya yang berjudul Is There a

Middle East?,menjelaskan bahwa awalnya Istilah Timur Tengah adalah istilah geografi yang secara umum menggambarkan daerah yang membentang antara Maroko sampai Afghanistan, dan merupakan daerah awal taklukan kaum Mulimin ditambah daerah Anatolia/Turki. Istilah tersebut sendiri merupakan istilah yang diciptakan oleh kaum orientalis di abad ke-19 dan 20. Lebih lanjut pada perkembangannya secara historis daerah Timur Tengah ini merupakan daerah hasil taklukan 3 dinasti besar Islam, yaitu Umayyah, Abasiyyah dan Usmani. Sedangkan menurut Marshall G.S.

Hodgson sendiri dalam bukunya menyebut istilah Timur Tengah sebagai istilah “Negeri atau

daratan – daratan dari Nil ke Oksus”. Dikutip dari The Venture of Islam, Volume I, (Chicago Press Books, 1974), h.161

7Humphrey Wangke, “Masyarakat Sipil dan Transisi Demokrasi di Timur Tengah”, Info Singkat Hubungan Internasional, Vol. 1, No.3, 2014, h. 6. Tersedia di

(15)

4

juga sebagai Musim Semi Arab, dimana awal mula munculnya peristiwa tersebut

berasal dari Tunisia pada Desember 2010 sampai akhir 2011 sebelum akhirnya

merambat ke Negara-negara lainnya seperti Mesir, Libya, Yaman, Syiria, Bahrain,

dll (selanjutnya disebut dengan negara-negara MENA / Middle East and North

Africa)8. Selain istilah Arab Spring, gelombang protes tersebut banyak juga yang

menyebutnya dengan Al-Tsawrat al-Arabiyyah dalam bahasa Arab, Kebangkitan

Arab atau The Arab Uprising/Arab Awakening, dan Revolusi Melati/Jasmine

Revolution9.

Istilah The Arab Spring sendiri dari berbagai sumber tertulis yang penulis

temukan, banyak pendapat yang mengemukakan mengenai arti dari istilah

tersebut. Menurut Massad, Arab Spring merupakan istilah yang terinspirasi dari

The Spring of Nations, yaitu Revolusi Eropa yang terjadi pada tahun 1848, dimana

istilah Spring tersebut digunakan untuk menggambarkan perjuangan rezim liberal

yang menentang pemerintahan diktator untuk membentuk negara demokrasi10. Lebih lanjut, peneliti lain mengatakan bahwa istilah tersebut merupakan label

yang diberikan oleh para pengamat politik dan media massa. Adapun istilah

„perlawanan sipil‟ atau „aksi protes‟ yang terjadi secara besar-besaran kemudian

berevolusi menjadi istilah „aksi pro-demokrasi‟ yang kemudian berevolusi lagi

menjadi The Arab Spring11.

8

Cosima Ungaro dan Paul Vale, “The Huffington Post: Arab Spring Timeline: 17 December 2010 to 17 December 2011”dalam http://www.huffingtonpost..co.uk/2011/12/16/arab-spring-timeline-_n_1153909.html, akses 28 Maret 2015, 10:25

9 Apriadi Tamburaka, Revolusi Timur Tengah, (Yogyakarta:Narasi, 2011), h.9

10

Massed Joseph, “The Arab Spring and Other American Seasons” dalam

http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2012/08/201282972539153865.html, akses 24 Maret 2015, 10:14

11 Black, Bahrain‟s Arab Spring chapter is still being Written Two Years On, dalam

(16)

5

Kata „Spring‟ dalam bahasa Inggris berarti musim semi. Kata tersebut biasa digunakan di negara-negara yang mempunyai 4 musim, yang diawali oleh

musim panas (summer), musim gugur (fall/autumn), musim dingin (winter), dan

musim semi (spring). Setelah musim dingin, tanaman-tanaman mulai tumbuh dan

segar kembali. Sehingga sering disebut bahwa musim semi merupakan musim

yang penuh dengan harapan baru. Sehingga tidak heran jika istilah Spring tersebut

menyimbolkan aksi perlawanan yang terjadi di kawasan Arab sebagai sebuah

musim baru bagi perpolitikan di Negara-negara Arab, yang mana diharapkan akan

muncul harapan baru seiring dengan tumbuhnya harapan baru saat musim semi

tiba.

Peristiwa Arab Spring juga mempunyai beberapa julukan lain, yaitu the

Revolution of the „street‟ atau revolusi jalanan karena sebagian besar aksi protes

terjadi di jalan-jalan, dan the revolution of sabab al-feisbuk (the youth of

facebook) atau revolusi facebook muda12

. Besarnya peran media, baik itu seperti

facebook dan twitter, serta media seperti Al-Jazeera, telah menjadi elemen utama

dalam setiap revolusi yang terjadi. facebook dan twitter, begitupun juga dengan

Al-Jazeera telah menjadi alat komunikasi penting bagi demonstran dalam

menyampaikan pesan serta apa-apa yang akan dan telah mereka lakukan. Untuk

itu, istilah-istilah seperti Facebook Revolution, Twitter Revolution, atau

Al-Jazeera‟s Revolution, telah menjadi slogan terkenal pada masa-masa awal

terjadinya revolusi.

Terlepas dari hal di atas, peristiwa revolusi yang terjadi di Tunisia disebut

juga sebagai revolusi melati. Melati sebagai simbol revolusi, disematkan pada

12

Armando Salvatore, Before (and After) the „Arab Spring‟: from Connectedness to

(17)

6

peristiwa yang terjadi di Tunisia sebagai suatu refleksi nasionalisme masyarakat

Tunisia. Spesies dari bunga melati itu sendiri mulai masuk ke Tunisia pada abad

ke-18, yang dibawa untuk pertama kalinya dari Andalusia (Spanyol) menuju

Tunisia dan kemudian berkembang. Sejak saat itu bunga melati dianggap sebagai

bunga nasional Tunisia. Tempat terjadinya peristiwa revolusi di Tunisia pada

tahun 2011 sendiri berawal dari sebuah kota kecil yang juga mempunyai nilai

sejarah tersendiri bagi masyarakat Tunisia, yaitu kota Sidi Bouzid. Sidi Bouzid

berasal dari kata Bou Said, yang mana Bou merupakan panggilan hormat yang

disematkan terhadap orang yang dituakan. Bou Said yang dikenal sebagai seorang

wali yang dihormati, dulunya hidup di tempat yang sekarang dikenal sebagai kota

Sidi Bouzid tersebut. Sampai sekarang, masyarakat Tunisia masih banyak yang

mengunjungi makam Bou Said di Sidi Bouzid yang merupakan tujuan wisata

ziarah di Tunisia. Selain sebagai tempat yang pernah ditinggali seorang wali

sekaligus tempat bermulanya revolusi, Sidi Bouzid juga merupakan tempat asal

Muhammad Bouazizi (lahir 29 Maret 1984, wafat 4 Januari 2011) yang dianggap

sebagai martir / syuhada dalam peristiwa revolusi tersebut. Sehingga nilai sejarah

dari Sidi Bouzid telah memberi warna tersendiri pada revolusi melati di Tunisia

tahun 201113.

Adapun maksud dari Revolusi Melati disini adalah sebuah aksi protes

besar-besaran masyarakat kepada pemerintah Tunisia yang bermula sejak

peristiwa pembakaran diri Muhammad Bouazizi di sebuah kota kecil Sidi Bouzid,

yang kemudian mampu menyebar ke kota-kota di seluruh Tunisia. Aksi protes

13

(18)

7

sosial tersebut akhirnya mampu menggulingkan kekuasaan Ben Ali sebagai

presiden dan membuatnya angkat kaki dari Tunisia, negara yang telah

dipimpinnya selama kurang lebih 23 tahun lamanya. Melihat keberhasilan aksi

revolusi yang terjadi di Tunisia tersebut, banyak masyarakat dari negara-negara

Arab yang akhirnya melakukan aksi serupa. Peristiwa tergulingnya kekuasaan

para pemimpin secara paksa yang terjadi di beberapa negara seperti MENA

tersebut kemudian dikenal sebagai peristiwa Arab Spring atau the Arab

Awakening. Sehingga dapat dikatakan baik itu Revolusi Melati, ataupun Arab

Spring telah menjadi peristiwa yang mempunyai makna tersendiri bagi

masyarakat Tunisia.

Awal munculnya gelombang Arab Spring itu sendiri berawal dari aksi

bakar diri salah seorang penjual buah di Tunisia yang bernama Mohammad

Bouazizi (selanjutnya disingkat dengan Bouazizi) kepada pemerintah pada tanggal

17 Desember 2010 di kota Sidi Bauzizi. Aksi protes tersebut dilakukan karena Ia

merasa marah dan dizholimi oleh seorang polisi wanita yang telah menyita

gerobak serta buah dagangannya dengan alasan tak ada izin berdagang14. Aksi tersebut sontak dengan cepat menyebar ke seluruh negeri melalui berbagai media.

Gelombang protes mulai dilakukan oleh berbagai masyarakat di Tunisia kepada

pemerintah. Informasi tersebut bahkan sampai menyebar ke berbagai Negara di

Timur Tengah yang pada akhirnya membuat masyarakat untuk melakukan aksi

protes menuntut perubahan di negaranya masing-masing.

Menurut situs the guardian, faktor penyebab terjadinya Arab Spring jauh

telah ada sebelum peristiwa bakar diri Bouazizi. Memasuki abad ke-21 banyak

14

Al-Jazeera, “Man Sets Himself Ablaze in Tunisia” dalam

(19)

8

negara MENA yang mengalami krisis air akut, dimana persedian air tidak

sebanding dengan pertumbuhan masyarakat yang semakin meningkat.

Kebanyakan negara MENA yang kaya akan minyak, mengandalkan proses

desalinasi (proses yang menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk

mendapatkan air yang dikonsumsi binatang, tanaman, dan manusia) untuk

mendapatkan pasokan air bersih. Akibatnya air menjadi sesuatu yang mahal untuk

diperoleh. Ketika harga minyak dan makanan semakin mahal, masyarakat menjadi

semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga kemiskinan,

kelaparan, pengangguran, serta penindasan untuk saling bertahan hidup menjadi

dampak yang tidak terelakkan. Kondisi tersebut kemudian menjadi salah satu

faktor pemicu adanya Arab Spring di negara-negara MENA15.

Menurut Primoz Manfreda sendiri, salah seorang ahli masalah Timur

Tengah, mengatakan bahwa salah satu faktor utama yang menyebabkan

munculnya peristiwa Arab Spring adalah adanya internet, dalam hal ini adalah

media sosial seperti twitter dan facebook16. Melalui media sosial tersebut, masyarakat mampu berkomunikasi dengan lainnya dan mampu menggerakkan

masyarakat untuk melakukan perubahan dan aksi kepada pemerintah. Namun

kenyataannya tidak hanya twitter dan facebook, media massa lainnya seperti

koran, radio dan juga televisi juga berperan dalam memberikan informasi

mengenai perkembangan terbaru seputar aksi protes tersebut.

15

Damian Carrington, “The Middle East is running dry –and into the perfect storm?”,

(19 Mei 2011), dalam http://www.theguardian.com/environment/damian-carrington-blog/2011/may/19/water-climate-change, akses 23 Oktober 2015, 11:21

16

(20)

9

Adalah Al-Jazeera, sebuah media massa yang berbasis di Doha – Qatar,

merupakan salah satu media massa internasional pertama yang memberikan

liputan mengenai peristiwa protes yang terjadi di Tunisia tersebut. Seperti yang

telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam mendapatkan informasi aktual secara

cepat dan mudah, media adalah pilihan yang efektif. Selama 24 jam Al-Jazeera

telah menyiarkan berita kepada masyarakat mengenai perkembangan terbaru

seputar terjadinya protes. Baik itu melalui stasiun televisinya, maupun melalui

situs website Al-Jazeera. Hal tersebut tentu menjadikan Al-Jazeera sebagai

alternatif pilihan bagi masyarakat untuk dapat memperoleh informasi tersebut,

khususnya bagi masyarakat yang tidak mempunyai akun twitter ataupun facebook.

Adanya peristiwa black out atau pemutusan internet oleh pemerintah yang terjadi

selama beberapa hari setelah aksi protes terjadi juga turut menjadi faktor utama

dipilihnya Al-Jazeera oleh masyarakat dalam memperoleh berita secara cepat dan

mudah.

Berdasarkan pemaparan tersebut, tulisan ini sendiri akan membahas

bagaimana terjadinya peristiwa Arab Spring di Tunisia pada bulan Desember

2010 sampai Januari 2011 lalu sebagai sebuah peristiwa sejarah, serta peran media

dalam melakukan perubahan masyarakat di Tunisia, dimana peran media yang

akan dibahas serta ditekankan dalam tulisan ini adalah satelit televisi Al-Jazeera,

dan situs Al-Jazeera.com yang merupakan situs resmi Al-Jazeera Media Network

sebagai penguat informasi yang ada.

Lebih lanjut alasan penulis memilik topik ini karena seperti yang telah

penulis temukan dalam berbagai buku ataupun artikel yang membahas tentang

(21)

10

lebih banyak ditekankan sebagai faktor utama dalam terjadinya peristiwa tersebut.

Namun kenyataannya kehadiran media seperti Al-Jazeera juga turut memberi

andil dalam peristiwa Arab Spring melalui berita-berita yang disampaikannya.

Melalui beritanya tersebut Al-Jazeera secara tidak langsung telah mendorong

masyarakat Tunisia untuk ikut berpartisipasi dan berperan aktif turun ke

jalan-jalan untuk melakukan aksi protes. Sehingga dari uraian tersebut penulis memiliki

ketertarikan untuk membahas lebih lanjut tentang seberapa penting peran media

Al-Jazeera dalam peristiwa Arab Spring yang terjadi di Tunisia tahun 2010-2011.

B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang pemikiran di atas, peneliti menemukan bahwa tidak

hanya media sosial seperti twitter atau facebook, media lainnya seperti televisi

Al-Jazeera dan media online seperti situs Al-Al-Jazeera.com juga mempunyai perannya

tersendiri dalam melakukan transformasi politik pada peristiwa Arab Spring di

Tunisia. Adanya transformasi politik tersebut tidak lepas dari peran media

Al-Jazeera yang mampu menggerakkan masyarakat untuk bersama-sama melakukan

perubahan. Banyaknya pemirsa yang dimiliki Al-Jazeera (khususnya dari

kalangan remaja hingga dewasa umur 15-29 tahun17) telah menjadikan informasi yang disampaikan Al-Jazeera dapat menyebar secara luas. Selain itu, adanya

dukungan dari berbagai kalangan dan profesi termasuk serikat buruh; konfederasi

industri, kerajinan dan perdagangan; pengacara; serta kelompok hak asasi, yang

masing-masing diwakili oleh Houcine Abbasi, Ouided Bouchamaoui, Mohammed

17

Danielle Geara, Johanne Staugaard Johansen, Al-Jazeera: A Middle Eastern Enfant

Terrible Goes Global, (Singapore: INSEAD, 2010), h. 12. Tersedia di

(22)

11

Fadhel Mahfoudh, dan Abdessattar Ben Moussa, telah berhasil mensukseskan

transisi demokrasi di Tunisia secara damai. Bahkan keempat orang tersebut

sampai sekarang masih aktif dalam perpolitikan di Tunisia dan baru-baru ini

berhasil menerima nobel perdamaian atas kontribusi dan kiprah mereka18.

Terlepas dari hal tersebut, Al-Jazeera yang selama 24 jam terus

menayangkan berita terkait Arab Spring di Tunisia secara aktual telah

mempengaruhi serta mendorong masyarakat yang menontonnya untuk ikut

berpartisipasi dalam aksi tersebut. Melalui sumber-sumber yang diperoleh dari

media sosial seperti facebook dan twitter berupa video-video, Al-Jazeera kembali

menyampaikan kepada masyarakat tentang apa yang sedang terjadi, dan membuat

berita yang ada menjadi lebih nyata dengan video-video yang langsung diambil

dari tempat kejadian. Hal tersebut kemudian mampu membangkitkan rasa simpati

dan solidaritas masyarakat yang melihatnya untuk ikut berkontribusi dalam

peristiwa Arab Spring di Tunisia. Sehingga dari uraian di atas timbul beberapa

permasalahan yang dapat diidentifikasikan, antara lain peran Al-Jazeera dalam

transformasi politik Tunisia pada peristiwa Arab Spring 2010-2011.

2. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan tema penelitian yang dipilih, penulis merasa perlu untuk

memberikan batasan kajian dan merumuskan terlebih dahulu masalah yang akan

dibahas agar arah, tujuan dan sasaran yang akan disampaikan penulis menjadi

lebih jelas dan terarah. Dengan demikian penelitian ini difokuskan pada peristiwa

Arab Spring yang terjadi di Tunisia, mulai terjadinya gelombang protes pada

bulan Desember 2010, sampai bulan Januari 2011 setelah Ben Ali dilengserkan

18

(23)

12

dari kursi kepemimpinannya. Penulis juga akan membahas tentang kondisi

Tunisia pasca revolusi arab spring sampai awal tahun 2012. Adapun objek pada

studi ini mencakup pembahasan mengenai proses terjadinya peristiwa Arab

Spring di Tunisia serta peran televisi Al-Jazeera dan situs Al-Jazeera.com dalam

peristiwa tersebut.

3. Rumusan Masalah

Masalah pokok dalam studi ini adalah bagaimana peran Al-Jazeera dalam

transformasi politik Tunisia pada peristiwa Arab Spring tahun 2010-2011?

Adapun sub masalahnya sebagai berikut:

1. Apa fungsi serta pengaruh Al-Jazeera sebagai salah satu media massa di

Timur Tengah?

2. Bagaimana kondisi Tunisia sebelum terjadinya peristiwa Arab Spring

2010-2011?

3. Bagaimana peran Al-Jazeera pada peristiwa Arab Spring di Tunisia

tahun 2010-2011?

C. Tujuan Penelitian

Dengan sejumlah permasalahn di atas, maka tujuan studi ini ingin

menjelaskan seberapa penting peran Al-Jazeera dalam perubahan masyarakat pada

peristiwa Arab Spring di Tunisia. Adapun tujuan secara spesifik dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui fungsi serta pengaruh Al-Jazeera sebagai salah satu

(24)

13

2. Untuk mengetahui kondisi Tunisia sebelum terjadinya peristiwa Arab

Spring tahun 2010-2011

3. Untuk mengetahui peran media Al-Jazeera pada peristiwa Arab Spring

di Tunisia tahun 2010-2011

D. Manfaat Penelitian

Studi ini pun diharapkan memiliki manfaat untuk:

1. Secara edukatif dapat menambah wawasan para pembaca, khususnya

wawasan kesejarahan, terkait media Al-Jazeera dan peristiwa Arab Spring

di Tunisia

2. Secara inspiratif dapat menjadi bahan studi dan referensi bagi mahasiswa

atau masyarakat yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai media

Al-Jazeera atau peristiwa Arab Spring di Tunisia.

E. Tinjauan Pustaka

Studi yang berkaitan dengan media Al-Jazeera dan peristiwa Arab Spring

sudah banyak dilakukan, beberapa diantaranya yang dijadikan tinjauan pustaka

ialah;

Skripsi karya Subkhan dalam repository Universitas Indonesia yang

berjudul Revolusi Melati di Tunisia Januari 2011. Meskipun sama-sama

membahas mengenai peristiwa Arab Spring atau yang disebut juga Revolusi

Melati, fokus kajian dalam tulisan ini berbeda dengan penelitian tersebut. Jika

tulisan milik Subkhan lebih fokus kepada peran situs jejaring sosial facebook

dalam peristiwa tersebut, dalam tulisan ini lebih fokus terhadap peran Al-Jazeera

(25)

14

Penulis juga menemukan tulisan lain berbentuk thesis yang berjudul

Al-Jazeera‟s Democratizing Role and the Rise of Arab Public Sphere karya

Ezzeddine Abdelmoula. Secara garis besar thesis tersebut menjelaskan tentang

peran Al-Jazeera dalam proses demokrasi serta dampak politiknya di kawasan

Arab. Dalam salah satu bab pada thesis tersebut, yaitu di Bab 8 terdapat

pembahasan mengenai pemberitaan melalui media televisi tentang peristiwa Arab

Spring di kawasan Arab yang dilakukan oleh Al-Jazeera. Sedangkan kajian studi

ini lebih fokus ke peran serta pemberitaan Al-Jazeera terhadap peristiwa Arab

Spring di Tunisia, bukan di kawasan Arab secara umum.

Untuk masalah sumber yang berupa buku, penulis sedikit kesulitan dalam

menemukan sumber buku yang membahas secara detail mengenai peristiwa

tersebut dikarenakan peristiwa Arab Spring di Tunisia masih tergolong peristiwa

kontemporer. Penulis sendiri banyak menemukan tulisan-tulisan berupa jurnal dan

artikel, ataupun buku-buku yang berisi kumpulan dari artikel ataupun jurnal yang

membahas mengenai peristiwa Arab Spring. Adapun Toby Manhire dengan

karyanya yang berjudul The Arab Spring: Rebellion, revolution and a new world

order (2013) merupakan salah satu karya dari sederet karya yang membahas

tentang Arab Spring. Buku ini merupakan kumpulan tulisan para penulis dari situs

Guardian yang berbasis di London, Cairo, dan New York. Secara umum peristiwa

Arab Spring di berbagai Negara seperti di Tunisia, Mesir, Libya, Suriah, serta

negara lainnya di Timur Tengah diceritakan dalam buku ini. Lebih lanjut dalam

buku ini juga terdapat tulisan mengenai Al-Jazeera yang disebutkan sebagai

(26)

15

Foreign Affairs Journal (USA) juga menertbitkan sebuah karya yang

berisi kumpulan artikel terkait dengan kondisi wilayah Timur Tengah saat

peristiwa Arab Spring terjadi. Karya tersebut diberi judul The New Arab Revolt:

What Happened, What It Means and What Comes Next (2011). Dalam karya

tersebut, penulis mengambil beberapa artikel yang berkaitan dengan pembahasan

penulis, seperti Morning in Tunisia: The Frustations of the Arab World Boil Over

oleh Michele Penner Angrist, Demystifying the Arab Spring: Parsing the

Differences Between Tunisia, Egypt, and Libya oleh Lisa Anderson,

Understanding the Revolutions of 2011: Weakness and Resilience in Middle

Eastern Autocracies oleh Jack A. Goldstone, yang mana ketiga artikel tersebut

sama-sama membahas masalah aksi protes di Tunisia khususnya, dan di kawasan

Timur Tengah itu sendiri secara umum.

Muhammad Zayani dalam bukunya yang berjudul The Al-Jazeera

Phenomenon: Critical Perspectives on New Arab Media (2005) berisi tentang

kumpulan artikel serta jurnal-jurnal yang ditulis oleh para pakar Timur Tengah

seputar Al-Jazeera sebagai sebuah media baru yang ada di dunia Arab. Dalam

buku ini kebanyakan artikel membahas tentang latar belakang serta sejarah

munculnya Al-Jazeera, peran dan posisi Al-Jazeera dalam setiap peristiwa yang

terjadi di kawasan Arab, serta dampak kemunculan Al-Jazeera di wilayah Arab.

Penulis sendiri mengambil beberapa artikel yang berhubungan dengan penelitian

ini, antara lain The Politics of Al-Jazeera or the Diplomacy of Doha oleh Olivier

Da Lage, Influence without Power: Al-Jazeera and the Arab Public Sphere oleh

(27)

16

Media oleh Gloria Awad, dimana semua artikel tersebut terangkum dalam satu

bab yang berjudul Al-Jazeera, Regional Politics and the Public Sphere.

Selain buku dan karya tulis lainnya, penulis juga menggunakan rujukan

jurnal-jurnal sebagai sumber utama yang penulis ambil dari situs berita

Al-Jazeera.com. Dalam situs-situs tersebut, tidak hanya menyediakan berita-berita

serta video footage seputar peristiwa Arab Spring secara langsung, namun juga

terdapat banyak tulisan serta hasil wawancara yang dilakukan oleh para jurnalis

kepada tokoh-tokoh yang bersangkutan dalam peristiwa Arab Spring tersebut.

Selain melalui situs Al-Jazeera, penulis juga menggunakan rujukan situs-situs lain

seperti The Guardian, BBC serta CNN dalam pengambilan sumber-sumber yang

terkait dengan penulisan ini.

Penulis juga memakai rujukan dari situs YouTube.com milik Al-Jazeera

English sebagai sumber utama yang tak kalah penting, dimana di situs tersebut

telah memuat program-program unggulan dari saluran TV Al-Jazeera. Adapun

beberapa program yang dijadikan rujukan penulis antara lain Inside Story: Are

Politicians Hijacking the Tunisian Revolution?, The Café: Tunisia – The Arab

Spring‟s Success Story, Empire: Tunisia – A Revolutionary Model, serta program

Talk to Al-Jazeera, episode Moncef Marzouki tentang the Price of Revolution dan

Tunisia at the Crossroads.

Kesimpulan dari pemaparan di atas yang penulis lakukan dalam buku

ataupun jurnal-jurnal lainnya tidak penulis temukan pembahasan atau penjelasan

secara spesifik mengenai peran Al-Jazeera dalam peristiwa Arab Spring yang

(28)

17 F. Landasan Teori

Studi ini menggunakan teori Jarum Suntik atau Hypodermic Needle

Theory yang menyebutkan bahwa media massa memiliki kemampuan penuh

dalam mempengaruhi seseorang. Media massa dianggap lebih pintar dan lebih

segalanya dibanding dengan audiens, sehingga mempunyai pengaruh yang kuat

dalam pesan-pesan atau berita yang disampaikannya19. Dengan kata lain media massa mempunyai peran penting dalam mempengaruhi atau mengubah cara

berpikir, bertindak, dan berperilaku manusia.

Adapun dinamakan teori jarum suntik karena media dianggap seperti

jarum suntik yang langsung “menyuntikkan” pesan dan berita yang dibawanya

kepada para audiensnya. Selain itu teori ini juga disebut sebagai teori peluru atau

bullet theory karena apa yang disampaikan oleh media langsung sampai terhadap

audiens yang dianggap pasif dalam menerima berondongan pesan dan berita dari

media tersebut20.

Jadi dari uraian dimuka, penulis menggunakan teori tersebut untuk

mengetahui seberapa penting peran media massa, dalam hal ini adalah media

massa Al-Jazeera dalam tranformasi politik Tunisia pada peristiwa Arab Spring

2010-2011.

19

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa. (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2007), h. 65 20

(29)

18 G. Metode Penelitian

Skripsi ini menggunakan pendekatan media studies, dan metode historis.

Metode ini sendiri merupakan seperangkat aturan dan tata cara untuk

mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan

mengajukannya secara sistematis hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan21. Sebagaimana tujuan dari penelitian ini sendiri yaitu untuk mencapai penulisan

sejarah, oleh karena itu upaya merekonstruksi masa lampau dari obyek yang

diteliti ditempuh melalui metode sejarah dan menggunakan penelitian deskriptif

analisis, yaitu mencoba untuk menjelaskan peran Al-Jazeera terhadap peristiwa

Arab Spring di Tunisia.

Adapun Deddy Mulyana menyatakan bahwa media massa secara pasti

mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi pikiran dan tindakan khalayak

tentang dampak komunikasi massa pada pengetahuan, persepsi, sikap dan perilaku

masyarakat22. Sehingga dalam studi ini penulis berusaha melihat masalah yang ada melalui pendekatan media untuk mengetahui seberapa penting peran media

Al-Jazeera dalam mempengaruhi masyarakat Tunisia.

Adapun tahap-tahap penulisan ini terdiri atas empat tahapan, yaitu:

1. Heuristik atau teknik mencari, yaitu mengumpulkan data atau sumber

(dokumen)23. Dalam hal ini, penulis mengumpulkan data-data sebagai bahan penulisan dan melakukan kepustakaan (Library Research) dengan merujuk

kepada sumber-sumber yang berhubungan dengan tema dalam skripsi ini.

Penulis mencari sumber-sumber tersebut dari beberapa perpustakaan seperti

21

Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Yogyakarta; Ar Ruzz Media), h.43-44

22

Deddy Mulyana, Nuansa – nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h.121

(30)

19

Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Utama Universitas Indonesia,

serta Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Selain itu, penulis juga

mengunjungi repository atau situs-situs perpustakaan kampus di Indonesia

seperti lontar.ui.ac.id, tulis.uinjkt.ac.id, lib.uin-suka.ac.id, library.usu.ac.id dan

repository kampus dari luar negeri seperti journals.cambridge.org, ijoc.org,

jis.oxfordjournals.org, dll. Tak lupa pula situs berbayar yang dilanggan UIN

Jakarta seperti Jstor juga penulis kunjungi untuk mendapatkan sumber-sumber

berupa jurnal, e-book, dll. Selain itu, penulis juga mengambil sumber-sumber

melalui situs berita seperti Al-Jazeera.com, guardian.com, bbc.co.uk, serta

cnn.com. Adapun hasil dari proses ini penulis telah mengumpulkan sumber

sebanyak 28 buku, 36 artikel dari situs internet, dan 25 sumber yang terdiri dari

skripsi, thesis, koran, dan jurnal.

2. Tahap selanjutnya penulis melakukan kritik dan uji (verifikasi) terhadap

sumber-sumber yang telah terkumpul, baik dengan kritik internal maupun

eksternal dengan maksud untuk mengidentifikasi keabsahan sumber yang

dipakai.

3. Tahap interpretasi, yaitu pada tahap ini penulis mengkritik dan menganalisis

berbagai sumber yang telah didapat. Adapun berbagai sumber tersebut

biasanya masih memiliki perbedaan dalam hal isi, untuk itu dalam tahap

interpretasi ini penulis akan menguraikan sebab akibat peristiwa yang terjadi,

menafsirkan serta menganalisanya.

4. Tahapan terakhir adalah historiografi. Pada tahap ini penulis memaparkan dan

(31)

20

disajikan sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan dari UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta24.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi ke dalam lima bab

penulisan. Berikut dituliskan secara singkat bab I sampai bab V beserta

sub-babnya masing-masing.

Bab I, Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang masalah, permasalahan (identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan

masalah), tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II, menjelaskan mengenai Jazera, meliputi sejarah munculnya Al-Jazeera, saluran dan program-program Al-Al-Jazeera, serta pengaruh yang dibawa

oleh Al-Jazeera.

Bab III, deskripsi Tunisia sebelum terjadinya Arab Spring (keadaan sosial, ekonomi, serta politik pemerintahan), dalam bab ini mencakup pembahasan

mengenai Tunisia berada di bawah pemerintahan Ben Ali.

Bab IV, Al-Jazeera dan Arab Spring di Tunisia, meliputi laporan Al-Jazeera terhadap peristiwa Arab Spring di Tunisia, peran Al-Jazeera dalam

perubahan masyarakat Tunisia, serta pembahasan mengenai revolusi Al-Jazeera.

Bab V, penutup yang berisi kesimpulan, saran serta rekomendasi penulis mengenai penelitian ini.

24

(32)

21 BAB II

JARINGAN MEDIA AL-JAZEERA

Dalam tulisannya yang berjudul The Rise of Al-Jazeera, Nicholas Eliades

mengatakan bahwa kemunculan Al-Jazeera merupakan salah satu fenomena

media yang paling kontroversial dalam kurun waktu dekade terakhir. Terkait

dengan plus minusnya, efek yang dibawanya tidak terelakkan lagi. Al-Jazeera

telah melakukan apa yang sebelumnya belum mampu dilakukan oleh media lain,

yaitu membawa semua Arab bersatu, di bawah satu payung, bersama-sama

mengemukakan pikiran mereka25. Sejarah media di dunia Arab sendiri pada dekade-dekade sebelumnya cukup tertinggal jika dibanding dengan dunia Barat.

Adanya media di Arab cenderung selalu di bawah kontrol negara yang

menaunginya, dan harus melewati sensor yang cukup ketat sebelum akhirnya

sampai kepada masyarakat Arab. Akibatnya berita-berita yang tersaji tidak jarang

kurang akurat karena telah mendapat campur tangan dari pemerintah.

Pembatasan serta sensor juga berlaku terhadap berita yang datang dari

media luar Arab. Hal ini tentu mengakibatkan kurang leluasanya masyarakat Arab

dalam mengakses dan memperoleh informasi tentang dunia di dalam dan luar

Arab, dan begitu pun sebaliknya. Selain itu ketatnya kontrol pemerintah terhadap

media Arab mengakibatkan kurang dihargainya profesi seorang jurnalis oleh

masyarakat. Masyarakat menganggap kebanyakan jurnalis hanyalah boneka milik

para diktator yang berada dalam skenario politik mereka.

25

(33)

22

Kemunculan Al-Jazeera tentunya seperti angin segar yang akhirnya

muncul dalam kering dan terbatasnya informasi di dunia Arab. Dengan membawa

slogan “Bebas dari belenggu sensor dan kontrol pemerintahan” atau Free from the

Shackles of Cencorship and Government Control26, Al-Jazeera secara independen

berusaha untuk keluar dari stereotip media Arab yang sangat tunduk oleh

pemerintahan. Al-Jazeera pun menawarkan kepada masyarakat Arab ruang untuk

bebas berpikir, berdebat serta tentunya media penyalur informasi yang lebih luas.

Sehingga dengan perspektif baru inilah tentu menjadikan Al-Jazeera berbeda

dengan media lainnya.

A. Sekilas tentang Al-Jazeera

Al-Jazeera adalah salah satu stasiun televisi berbahasa Arab dan Inggris

yang berbasis di Doha, Qatar. Kata Al-Jazeera sendiri dalam bahasa Arab

bermakna Semenanjung (Jazirah) atau pulau. Munculnya Al-Jazeera ini berawal

dari gagasan seorang Putra Mahkota Qatar – Syekh Hamad bin Khalifa Al-Thani

(lahir 1 Januari 1952) ketika Ia baru saja menduduki posisi Emir setelah

menggantikan ayahnya pada tahun 199527. Dengan modal awal sebesar $137 juta yang sepenuhnya dari Emir Qatar, Al-Jazeera pun memulai siaran pertamanya

26

Kelly Kinner, Al-Jazeera.net and BBC.CO.UK: Media Framing of the Darfur

Humanitarian Crisis, (University of Colorado at Boulder, 2005), h.15 27

Setelah menduduki posisi Qatar, Ia langsung berinisiatif untuk mereformasi media Negara dan pemerintahan. Sehingga dengan dimunculkannya media Emirat sebagai sarana publisitas yang baik, diharapkan akan banyak membantu mencapai keinginannya tersebut (Pierre Tristam, “Revolutionizing Middle Eastern Media and Perception – Profile: Al Jazeera” dalam

http://middleeast.about.com/od/mediacultureandthearts/a/meme0080313.html, akses 1 Juni 2015, 09:11). Lebih lanjut Keinginan Syekh Hamad tersebut tidak lain dipengaruhi oleh ketertarikannya akan mudahnya memperoleh informasi secara bebas ketika Ia belajar di U.K dan lulus dari Akademi Elit Militer di Sandhurst pada tahun 1971. Syekh Hamad pun lalu mengenalkan serta menerapkan ide demokrasi dan kebebasan informasi saat masa pemerintahannya (Kelly Kinner,

(34)

23

pada akhir 1996. Sebelumnya pada tahun yang sama di bulan April, BBC World28 berbahasa Arab yang juga berbasis di Doha-Qatar harus menutup operasinya

karena mengalami masalah dengan Arab Saudi terkait penolakan sensor29. Akibatnya 250 wartawan ahli BBC menjadi pengangguran. Melihat hal tersebut

Emir Qatar pun merekrut 120 orang wartawan dari mereka untuk bekerja di

Al-Jazeera, dan akhirnya pada tanggal 1 November 1996 Al-Jazeera untuk pertama

kalinya resmi mengudara30.

Adapun sumber lain menjelaskan bahwa dengan dana sebesar $150 juta

milik Emir, diharapkan setelah 5 tahun Al-Jazeera dapat berdiri sendiri pada tahun

2001. Namun ketika hal tersebut belum bisa tercapai, Emir Qatar tetap

melanjutkan subsidinya. Dilihat dari kemampuan Emir Qatar dalam memback-up

Al-Jazeera, dapat dikatakan bahwa Al-Jazeera secara finansial dan politikal

dikuasai oleh Emir, atau bisa juga dikatakan milik pemerintah. Namun

kenyataannya, Al-Jazeera sama sekali bebas dari kontrol pemerintah. Emir Qatar

justru menghapus sensor media dengan cara membubarkan Menteri Informasi,

28

Singkatan dari The British Broadcaster yang pertama kali diluncurkan pada tahun 1931 di Inggris. Konflik antara BBC dengan Arab Saudi saat itu terkait dengan penarikan dukungan financialnya dikarenakan terjadi argumen mengenai penolakan BBC untuk mensensor siaran dokumenter tentang eksekusi di Arab Saudi.

29

Adapun ketatnya kontol atas suatu media oleh pemerintah pada tahun-tahun 1990an tersebut tidak hanya terjadi di Saudi Arabia atau di negara-negara Arab lainnya. Di Indonesia sendiri media juga tak kalah mendapat kontrol yang cukup ketat. Memasuki orde baru di bawah pemerintahan Soeharto, banyak media yang berupa surat kabar atau majalah yang dibredel dan dilarang terbit karena dianggap terlalu ikut campur dengan permasalahan pemerintah. Akibatnya surat kabar dan majalah besar seperti Tempo, Detik, Sinar Harapan terpaksa harus berhenti beredar karena telah dicabut SIUP / Surat Izin Usaha Penerbitannya oleh Kementrian Penerangan yang saat itu dipimpin oleh Harmoko

( http://www.kompasiana.com/fachrulkhairuddin/surat-kabar-di-indonesia_550061a2813311a219fa776 dan

http://www.tempo.co.id/read/news/2015/06/21/078676972/21-tahun-pembredelan-tempo-pemberangusan-kebebasan-pers, akses 20 Desember 2015, 06:38)

30Al-Jazeera Satellite Channel Company Profile, Information, Business Description, History, Background Information on Al-Jazeera Satellite Channel” dalam

(35)

24

sehingga Al-Jazeera menikmati kebebasan dalam hal pengeditan yang belum

pernah terjadi sebelumnya31. Hal tersebut juga berbanding terbalik jika dilihat dari Negara Qatar dan kebanyakan Negara Arab yang bersifat otokrasi, Al-Jazeera

dapat menikmati pengalaman media yang bebas dibanding dengan media lainnya

di dunia Arab. Keuntungan yang dimiliki Al-Jazeera tersebut tentu menjadi salah

satu fakor pendukung tingginya popularitas Al-Jazeera di kalangan pemirsa Arab.

Setelah berhasil mengudara, secara bebas Al-Jazeera banyak mengkritik

pemerintahan resmi di wilayah Arab, termasuk wilayah yang mensponsorinya

yaitu Qatar. Tak jarang Al-Jazeera berselisih dengan pemerintahan di suatu

wilayah, yang sempat berhasil membuat dunia Arab kebingungan. Sifat

Al-Jazeera yang independen serta bebas dalam mengemukakan pemikirannya ini

sedikit banyak dipengaruhi oleh BBC. Adanya perekrutan sebagian besar mantan

staff BBC oleh Al-Jazeera secara tidak langsung membuat Al-Jazeera mewarisi

sifat BBC, yaitu “Editorial spirit, freedom and style” atau jiwa semangat yang

bebas dalam pengeditan. Terlepas dari tekanan-tekanan politik yang didapat, serta

penghasilan dari pajak iklan yang juga dirasa kurang mencukupi, Al-Jazeera terus

berkembang dan fokus menjalankan tugasnya dalam peliputan berita, dimana

kebanyakan sumber berita menggunakan sumber-sumber lokal32.

Dalam perkembangannya Al-Jazeera mulai mendirikan markas-markas di

beberapa kota di Arab, termasuk juga di Israel. Hal tersebut sangat membantu

Al-Jazeera dalam memperoleh berita-berita eklusif secara langsung, dimana hal

31

Joseph Oliver Boyd-Barret and Shuang Xie, “Al-Jazeera, Phoenix Satellite Television and the Return of the State: Case studies in market liberalization, public sphre and media

imperialism”, International Journal of Communication, (2008), h. 211. Tersedia di

http://ijoc.org/index.php/ijoc/article/viewFile/200/134, akses 28 Maret 2015, 11:33

32

Philip Fiske de Gouveia, An African Al-Jazeera? Mass Media and the African

(36)

25

tersebut merupakan kelebihan tersendiri dibanding dengan media lain seperti

CNN (Cable News Network). Al-Jazeera akhirnya dapat mengakses berita-berita

panas terkait apa yang terjadi di Irak saat itu, tentang usaha Saddam Husein dalam

melawan raja-raja Arab, atau tentang Taliban yang berhasil menghancurkan

patung-patung Budha di Bamiyan, Afghanistan. Al-Jazeera bahkan berhasil meliput berita tentang pemilihan yang terjadi di Israel serta wawancaranya dengan

penguasa setempat33.

Hal tersebut tentu memberikan informasi baru tentang Israel terlepas dari

fokus masyarakat terhadap konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina. Pada

tahun 2000, Al-Jazeera berhasil meliput Intifada yang terjadi di Palestina. Liputan

tersebut banyak menarik perhatian masyarakat karena dalam berita ditampilkan

video seorang anak umur 12 tahun yang meninggal dalam pelukan ayahnya

dengan diiringi musik Palestina “Jerussalem will return to us”34.

Kejadian tersebut tentu berhasil melambungkan nama Al-Jazeera.

Masyarakat Arab akhirnya merasa mendapatkan berita yang disampaikan melalui

sudut pandang Arab, bukan dari sudut pandang Barat melalui medianya. Dari

Arab, oleh Arab. Al-Jazeera menjadi wakil masyarakat Arab dalam membuka

wawasan tentang apa yang sebenarnya terjadi di dunia Arab kepada masyarakat

luar, khususnya kepada dunia Barat35. Mengingat sebelumnya berita-berita yang

33

Megan E Zingarelli, The CNN Effect and The Al-Jazeera Effect in Global Politics and

Society. Thesis. Georgetown University, Washington D.C, 2010. h. 32

34

William Rugh, Arab Mass Media: Newspaper, Radio, and Television in Arab Politics,

(Westport, Conn: Praeger, 2004), h. 230 35

(37)

26

dibawa oleh Media Barat selalu disampaikan melalui sudut pandang mereka, dan

demi memenuhi kepuasan orang Barat36.

Akibatnya masyarakat merasa jenuh dengan berita-berita tersebut.

Kebanyakan berita yang ada selalu menjelek-jelekkan Arab dan Islam secara

khusus. Kesan negatif yang melekat kepada Arab dan Islam tentu tidak terelakkan

lagi. Media Barat terus mencekoki masyarakat dengan berita-berita yang tidak

jauh dari konflik, terorisme, serta liputan tentang negara Arab yang hanya unggul

dalam sumber daya minyaknya yang melimpah, dibanding dengan menyajikan

berita tentang sejarah serta kebudayaannya yang khas dan beragam.

Dengan kemunculan Al-Jazeera sebagai representasi media Arab, tentu

sangat disambut baik oleh masyarakat. Namun lain halnya dengan para pemimpin

Arab, mereka merasa tidak nyaman dengan gaya Al-Jazeera yang berbicara soal

politik secara terang-terangan. Sebagai Negara yang kebanyakan bersifat monarki,

sifat Al-Jazeera yang cenderung demokrasi dianggap sebagai ancaman tersediri

bagi pemerintahan mereka. Hasilnya beberapa negara Arab akhirnya melarang

akses saluran Al-Jazeera dan bahkan menutup markas mereka. Namun hal tersebut

tidak banyak mempengaruhi keberadaan Al-Jazeera dan bahkan Al-Jazeera

semakin banyak mendapat respon positif dari dunia Barat37.

Nama Al-Jazeera kembali melambung dimata internasional ketika terjadi

peristiwa pemboman gedung WTC 11 September 2001 (peristiwa 9/11). Pro

kontra kembali muncul ketika Al-Jazeera menyiarkan secara langsung peristiwa

konflik yang terjadi di Afghanistan terkait aktivitas kelompok Taliban, yang mana

36

Nicolas Eliades, “The Rise of Al- Jazeera”, h.7 37

(38)

27

kelompok tersebut dituduh sebagai dalang dibalik peristiwa 9/1138. Dengan adanya markas di Kabul-Afghanistan, secara otomatis Al-Jazeera dapat meliput

peristiwa secara langsung, seperti ketika terjadinya ledakan bom, jatuhnya para

korban yang kebanyakan warga sipil, bahkan hasil wawancara dengan pemimpin

kelompok Taliban – Osama bin Laden. Hal tersebut tentunya menimbulkan

banyak reaksi negatif dimata Barat karena Al-Jazeera dianggap telah bekerja sama

dengan kelompok teroris. Ditambah saat itu media Barat seperti BBC dan CNN

dan yang lainnya tidak bisa mendapatkan berita seperti Al-Jazeera karena tidak

mempunyai akses langsung di wilayah tersebut.

Hal yang sama juga terjadi saat perang Irak-Amerika, dimana Al-Jazeera

menampilkan berita secara langsung dari tempat kejadian. Ketika kebanyakan

media Barat menyajikan berita yang sudah diedit dan dikemas seperti sebuh

presentasi, Al-Jazeera menampilkan apa adanya tanpa ada pengeditan. Ketika

liputan berita tersebut sampai di wilayah Barat, baik itu melalui internet atau

media lain, kebanyakan dari mereka merasa kaget karena selama ini mereka

melihat perang dari satu sudut pandang saja39. Meskipun akhirnya tetap menimbulkan pro kontra, Al-Jazeera tak sedikit telah menarik banyak simpati

masyarakat Barat atas usahanya dalam hal peliputan berita yang sangat berbeda

dari media lain, khususnya media Barat. Lebih lanjut Pintak menjelaskan

perbedaan liputan antara Al-Jazeera dan media barat:

38

Jika sebelumnya Al-Jazeera telah dikenal dan dipuji akan kemampuannya yang berani dalam mengkritik pemerintahan Arab dan mengangkat topik-topik yang dianggap tabu seperti seks, agama dan politik, maka setelah terjadinya peristiwa 9/11 tersebut orang Barat menganggap bahwa Al-Jazeera terlibat dalam aksi terorisme dan mendukung adanya Israel dan anti-Amerika. Lihat: Kai Hafez, The Role of Media in the Arab World‟s Transformation Process, h.330. Tersedia di https://www.uni-erfurt.de/fileadmin/user-docs/philfak/kommunikationswissenschaft/files_publikationen/hafez/inhalt899_bound_hafez.pdf, akses 29 Oktober 2015, 16.45

39

Megan E Zingarelli, The CNN Effect and The Al-Jazeera Effect in Global Politics and

(39)

28

“Al-Jazeera specialized in an up-close, in-your-face approach to

covering the Muslim world‟s first television wars. Dead babies, wounded

children, screaming mothers dominated the channel‟s coverage of Iraq,

Afghanistan and Palestine. Almost nothing was too gruesome to show: close-ups of open wounds, limbs torn asunder, people collapsing in agony. But those pictures were largely ignored by the U.S. networks. Where audiences watching Al-Jazeera and the other broadcasters saw bleeding children and destroyed homes, Americans experienced the war as a Hollywood extravaganza on the small screen, billed in advance by the

White House as certain to evoke „shock and awe”40

(Al-Jazeera secara khusus melakukan pendekatan langsung di depan muka dalam meliput siaran perang dalam dunia islam untuk pertama kalinya. Bayi-bayi yang meninggal, anak kecil yang terluka, teriakan-terian para ibu mendominasi peliputan saluran tersebut pada perang Irak, Afghanistan dan Palestina. Hampir tidak ada yang tidak mengerikan untuk diperlihatkan: luka dalam jarak dekat, anggota badan yang robek dan terbelah, orang-orang yang tak tergeletak kesakitan. Tetapi gambaran seperti itu kebanyakan diabaikan oleh jaringan Amerika Serikat. Ketika para penonton melihat Al-Jazeera dan saluran lain melihat anak-anak yang berdarah dan rumah-rumah yang hancur, Orang-orang Amerika melihat perang sebagai pertunjukan Holliwod di layar kecil, yang telah dirancang sebelumnya oleh Gedung Putih untuk menimbulkan kekejutan dan kekaguman)

Terlepas dari pemaparan di atas, seiring berkembangnya waktu Al-Jazeera

terus berkembang dan semakin maju. Dengan diluncurkannya situs internet

berbahasa Arab dan Inggris, serta Al-Jazeera English membuat nama Al-Jazeera

semakin diakui sebagai salah satu media terbaik di Timur Tengah bahkan di

dunia. Tidak hanya itu, dalam “The Top 40 Arab Brands in 2006” Forbes Arabia juga menetapkan Al-Jazeera sebagai brand nomer satu di Arab41. Adapun beberapa faktor yang menjadikan Al-Jazeera sebagai salah satu merek yang

berpengaruh antara lain karena Al-Jazeera dianggap sebagai The Voice of

Voiceless (wakil suara bagi mereka yang tak memiliki hak suara), keterkaitannya

40

Lawrence Pintak, Reflections in a Bloodshot Lens: America, Islam and the War of Ideas,(Ann Arbor: Pluto, 2006), h.208-209

41

(40)

29

dengan masalah-masalah tabu, ulasannya tentang Perang di Irak dan Afghanistan,

terlepas dari kesan misterius pada merek / brand42

Pada perkembangannya, Al-Jazeera mulai melebarkan jaringannya dengan

berbagai inovasinya seperti meluncurkan Al-Jazeera English, meluncurkan situs

website Al-Jazeera dalam bahasa Arab dan Inggris, serta saluran dan

program-program unggulan lainnya (program-program-program-program unggulan tersebut akan dibahas

dalam sub bab berikutnya). Saat ini, untuk mengakses berita-berita serta

perkembangan terbaru Al-Jazeera dapat dilakukan dengan mudah. Terus

meningkatnya kecanggihan di bidang teknologi yang dibarengi dengan

berkembangnya sosial media, memudahkan masyarakat untuk terhubung langsung

degan Al-Jazeera, antara lain melalui Facebook, Twitter, Youtube, Dailymotion,

dan Aplikasi iPhone43. Bahkan pada saluran youtube sendiri, baik itu yang berbahasa Arab dan Inggris telah mempunyai lebih dari 50.000 video dengan

lebih dari 700.000 pelanggan44. Hal tersebut tentu membuktikan bahwa minat masyarakat terhadap jaringan media Al-Jazeera sangatlah tinggi.

B. Saluran dan Program Al-Jazeera

Sejak pertama kali diluncurkan tahun 1996 sampai awal tahun 2000-an,

Al-Jazeera merupakan saluran TV yang hanya fokus menyajikan berita Arab dan

hal-hal yang berhubungan dengannya. Setelah itu Al-Jazeera mulai memperluas

jaringannya sebagai saluran TV dalam berbagai bahasa di beberapa wilayah di

dunia. Pada tahun 2009 Al-Jazeera mulai menawarkan berbagai program seperti

42

Penjelasan lebih lanjut lihat Danielle Geara, Johanne Staugaard Johansen, Al-Jazeera: A Middle Eastern Enfant Terrible Goes Global, h. 5-6.

43

Danielle Geara, Johanne Staugaard Johansen, Al-Jazeera: A Middle Eastern Enfant

Terrible Goes Global, h.16 44

http://www.youtube.com/AlJazeeraEnglish dan

(41)

30

bincang-bincang / talk show, analisis berita dan dokumentasi45

. Sebagai tambahan

dari saluran asli – Al-Jazeera Arabic, jaringan lain juga ditambah seperti saluran

Al-Jazeera Amerika (AJ America), Al-Jazeera Plus (AJ +), Al-Jazeera Arab (AJ

Arabic), Al-Jazeera Balkans (AJ Balkans), Al-Jazeera Turki (AJ Turk), Al-Jazeera

Mubasher46, dan Al-Jazeera Dokumenter (AJ Documentary)47.

1. Al-Jazeera English Television / AJE TV

Al-Jazeera English yang masih saudara dengan Al-Jazeera berbahasa

Arab, adalah saluran berita internasional berbahasa Inggris 24 jam yang

berbasis di Doha - Qatar. Saluran ini tidak hanya bertujuan untuk

mengemukakan suara rakyat di suatu wilayah namun juga perspektif

global kepada pemirsa Internasional yang satu juta lebih dari mereka

berbahasa Inggris. Al-Jazeera English sendiri pertama kali diluncurkan

pada tanggal 15 November 2006 dan mempunyai stasiun pusat di Doha,

London, dan Washington DC. Sejak pertama kali diluncurkan, Al-Jazeera

English terus berkembang dan melampaui target awal dengan mencapai 80

juta pemirsa. Pada tahun 2009 Al-Jazeera English sudah dapat akses di

sebagian besar Eropa, serta dapat dinikmati oleh 130 juta pemirsa di lebih

dari 100 negara48.

Sebagai saluran berita global pertama berbahasa Inggris di dunia yang

berbasis di Timur Tengah, fokus konsumennya adalah mereka yang tidak

45

Danielle Geara, Johanne Staugaard Johansen, Al-Jazeera: A Middle Eastern Enfant

Terrible Goes Global, h. 2

46

Siaran langsung politik dan minat publik yang disiarkan di waktu yang tepat tanpa editan atau penjelasan. Dengan kata lain, jaringan ini didedikasikan untuk menyiarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi tanpa adanya campur tangan bagian pengeditan / editorial interference. Jaringan yang mempunyai tugas unik tersebut pertama kali diluncurkan pada tahun 2005 dan beroperasi selama 24 jam perhari.

47

http://www.aljazeera.com/aboutus/, akses 1 Mei 2015, 20:15

48

(42)

31

berbahasa Arab, khususnya kepada mereka yang berbicara bahasa Inggris sebagai

bahasa utama mereka, dalam hal ini adalah Barat. Al-Jazeera English ingin

menjadi saluran berita berbasis Internasional yang dapat bersaing dengan

media-media Barat seperti CNN dan BBC, dan memberikan liputan berita yang berbeda

dari perspektif kebanyakan media Barat. Tidak hanya itu, demi mencapai

tujuannya dalam meliput perkembangan dunia, yang kebanyakan sering diabaikan

oleh saluran global lainnya, Al-Jazeera English menyewa beberapa penyiar berita

dan orang-orang yang ahli di bidang media, yang sebelumnya bekerja di saluran

besar seperti BBC dan CNN49.

Dengan anggaran dana awal sebesar satu milyar dolar Amerika yang

kebanyakan dari Emir Qatar, Al-Jazeera English telah mendirikan markas

utamanya di beberapa negara dan membuka 21 cabang stasiun di Afrika, Amerika

Latin dan juga Asia, dimana ketiga wilayah tersebut merupakan daerah yang

sering dipinggirkan dan diabaikan oleh kebanyakan media barat. Karena

kepopulerannya yang semakin berkembang, Al-Jazeera English yang memiliki

keuntungan penghasilan yang cukup besar, menjadikan Al-Jazeera English tidak

terkena dampak dari tekanan ekonomi yang mengakibatkan menurunnya kualitas

seperti kebanyakan media Barat50.

Sejak pertama kali diluncurkan sampai sekarang, Al-Jazeera English tidak

hanya berhasil menarik simpati serta kesan yang baik bagi pemirsanya, namun

juga telah membawa kesan tersendiri bagi para pegawai Al-Jazeera English.

49

Muhammad M. Abdul Mageed, dan Susan C. Herring, “Arabic and English News

Coverage on Al-Jazeera.net”, Proceedings of Cultural Attitudes Towards Technology and

Communication 2008, h.3. Tersedia di http://info.ils.indiana.edu/~herring/catac08.aljazeera.pdf, akses 29 Oktober 2015, 16.40

50

Mohammed el-Nawawy & Shawn Powers, Mediating Conflict: Al-Jazeera English and

(43)

32

Ketika ditanya tentang apa arti Al-Jazeera English bagi mereka, Scott Furgeson –

direktur acara Al-Jazeera English (AJE) mengungkapkan bahwa Al-Jazeera

English berarti kebebasan, salah

Referensi

Dokumen terkait

Sudrajat (2001) membagi amfibi menurut perilaku dan habitatnya menjadi tiga grup besar yaitu: jenis yang terbuka pada asosiasi dengan manusia dan tergantung pada

Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (2014) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan E-commerce Terhadap Kepuasan Pelanggan,

Pada umumnya, dasar kolam pendederan sudah dirancang miring dan ada saluran di tengah kolam, selain itu pada dasar kolam tersebut ada bagian yang lebih dalam dengan

Karya sastra, terutama puisi yang disusun dalam bahasa sehari-hari, memainkan peran dominan dalam menggambarkan peristiwa Arab Spring, karena kemampuannya yang

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sunguh-sungguh pernah terjadi.. Legenda bersifat keduniawian,

Pemberian angket ini dilakukan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Walaupun indeks produksi paling tinggi dan nilai emisi paling rendah pada perlakuan tanpa amelioran dan dengan pemupukan NPK 100%, namun mengingat perbedaan hasil

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, rezeki, dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi