• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Perancangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Perancangan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

8

A.

Tinjauan Perancangan

Dewasa ini pertumbuhan media cetak mengalami peningkatan yang sangat pesat. Proses komunikasi dengan sarana barang cetak perlu diberi daya tarik yang semenarik mungkin dalam penyajiannya. Dalam hal ini sebuah produk yang dibuat harus mampu untuk menarik calon konsumen untuk membeli dan memilikinya. Yang disebut dengan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dibeli, digunakan atau dikonsumsi, dalam hal ini istilah produk mencakup benda fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi dan ide (Philip Kotler, 1983: 30).

Perancangan merupakan titik awal dalam memulai. Perancangan yang matang membuat proses pengerjaan menjadi lebih terorganisir dan menghasilkan hal terbaik. Di dalam pembuatan rancangan desain selalu ada alur kesatuan yang menghubungkan unsur atau elemen satu dengan lainnya sebagai pengikat sehingga menjadi suatu kesatuan rancangan (Kusrianto, 2009:91).

B.

Tinjauan Buku Bacaan

1. Pengertian Buku

Buku dalam arti luas mencakup semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukiskan atas segala macam lembaran papyrus, lontar, perkamen dan kertas dengan segala bentuknya: berupa gulungan, dilubangi dan diikat dengan atau

(2)

dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain, karton dan kayu. (Ensiklopedi Indonesia, 1980: 538).

Buku merupakan alat penyampaian informasi yang cukup efektif, karena buku dapat menyampaikan banyak sekali informasi, karena memiliki jumlah halaman yang banyak (Rustan, 2009:122).

Buku adalah jendela dunia, lewat buku kita bisa mengetahui banyak hal-hal baru. Buku bisa membawa kita menjelajah ke dunia lain. Lewat buku juga, wawasan dan pengetahuan kita terbuka akan hal-hal baru. Buku adalah alat perantara antara penulis dengan pembacanya, sehingga hal-hal yang disampaikan oleh penulis dapat dimengerti dan dipahami oleh pembacanya (Tuchman, 1989).

Buku bisa merujuk pada karya-karya sastra, atau satu bagian utama dari karya itu. Di perpustakaan dan ilmu informasi, buku disebut monograf untuk membedakannya dari berkala serial seperti majalah, jurnal atau koran. Dalam novel-novel dan kadang-kadang lain-lain jenis buku (misalnya, riwayat hidup), buku dibagi menjadi beberapa bagian yang besar, juga disebut buku (Buku 1, Buku 2 Buku 3, dan sebagainya).

2. Jenis Buku

Beberapa jenis buku yang beredar saat ini, adalah: a. Novel

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia ‘novella’ yang berarti sebuah kisah, sepotong berita. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen.

(3)

b. Cergam (Cerita Bergambar)

Arswendo Atmowiloto (1986) mengungkapkan bahwa cergam sama dengan komik, gambar yang dinarasikan, kisah ilustrasi, picto-fiksi dan lain-lain.

c. Komik

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.

d. Ensiklopedi

Ensiklopedia atau ensiklopedi, adalah sejumlah buku yang berisi penjelasan mengenai setiap cabang ilmu pengetahuan yang tersusun menurut abjad atau menurut kategori secara singkat dan padat.

e. Antologi (kumpulan)

Secara harafiah antalogi merupakan serapan dari kata bahasa Yunani yang berarti karangan bunga atau kumpulan bunga. Adalah sebuah kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya definisi ini hanya mencakup kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak dalam satu

volume.

f. Biografi

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang

(4)

perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian. Biografi yang ditulis sendiri oleh tokohnya dinamakan autobiografi.

g. Catatan harian ( Jurnal / diary )

Catatan harian adalah buku yang isinya berdasarkan catatan harian atau catatan harian itu sendiri, misalnya catatan harian Anne Frank. Buku yang dibuat berdasarkan catatan harian misalnya, ‘Bersaksi di Tengah Badai’ karya Wiranto.

h. Kamus

Kamus adalah buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahannya. Kamus dapat pula diartikan sebagai buku yg memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya (KBBI).

3. Buku cerita Bergambar

Buku cerita bergambar adalah buku yang menyuguhkan cerita dengan menggunakan gambar. Baik cerita maupun cerita bergambar mempunyai fungsi untuk menyampaikan kisah sehingga kedua aspek itu hadir sama kuat saling mengisi dan saling menjelaskan (Toha, 2009:18).

a. Ciri Umum Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar merupakan sebuah format (bentuk/desain) bukanlah sebuah genre (Denise,1999), walaupun beberapa orang masih menggunakan istilah genre untuk mendeskripsikan buku cerita bergambar secara keseluruhan. Berikut ini adalah ciri-ciri umum suatu buku cerita bergambar:

(5)

1) Berisi 32 halaman (standar). 2) Ilustrasi mendominasi teks.

3) Ilustrasi berintegrasi dengan narasi membawakan cerita ke suatu kesimpulan akhir.

4) Jumlah kata umumnya kurang dari 500 kata. Namun ada juga yang mencapai lebih dari 2000 kata atau bahkan tidak sama sekali. Desain keseluruhan menunjukkan hubungan antara teks dan ilustrasi yang menyangkut halaman depan, halaman belakang dan lapisan buku.

b. Genre Cerita bergambar

Tidak seperti novel yang memiliki berbagai macam genre, buku cerita bergambar hanya memiliki beberapa genre (Denise. 1999). Berikut ini adalah beberapa genre mendasar sebuah buku cerita bergambar:

1) Anthropomorphic (Animal) Stories

Adalah cerita realis yang bertokoh utama hewan/binatang atau benda-benda mati. Hewan-hewan diceritakan bisa berbicara, berjalan, berpakaian dan berkelakuan layaknya manusia. Biasanya menyertakan kemampuan hal-hal magis baik itu dalam porsi sedikit atau bahkan tidak ada, karena hewan atau benda mati digambarkan memiliki karakteristik manusia yang membawakan kemampuan luar biasa. Cerita bisa nyata maupun fiksi.

2) Realistic Stories

Menampilkan tokoh-tokoh simpatis yang menimbulkan rasa empati. Topik yang diangkat sebagian besar berkesan suram, seperti

(6)

kanker, kematian, homoseksualitas, adopsi dan AIDS. Seperti namanya, cerita genre ini diangkat dari kisah nyata.

3) Magic Realism

Adalah gabungan dari realita dan imajinasi. Kesan petualangan seakan dimasukan dalam kegiatan sehari-hari, segalanya mungkin terjadi.

4) Traditional Literature

Meliputi dongeng, cerita rakyat, mitos, legenda, cerita tentang monster, cerita pembentukan, mother goose, dan fabel. Cerita ini menampilkan pola-pola bercerita, kaya akan bahasa dan elemen-elemen fantasi. Setting cerita bisa fiksi dan nyata.

5) Informational (Nonfiksi)

Buku cerita bergambar ini merupakan alternatif dari ensiklopedi atau sumber-sumber referensi lainnya ilustrasi yang ditampilkan umumnya menarik perhatian dan menampilkan warna-warna cerah. Ketepatan waktu dan judul memegang peranan penting. Yang membedakan buku ini dengan buku lain adalah catatan sumber, bibliografi, index, dan tabel isi.

C.

Ilustrasi

1. Pengertian Ilustrasi

Secara Etimologi kata ilustrasi (illustration) berasal dari bahasa Latin yaitu ilustrare yang artinya menjelaskan atau menerangkan sesuatu, yakni cerita atau artikel dengan gambar. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI),

(7)

ilustrasi adalah lukisan (gambar, foto) yang dimaksudkan untuk membantu memperkuat daya khayal atau memperjelas maksud uraian.

Ilustrasi menurut definisinya adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual. Dalam perkembangannya, ilustrasi secara lebih lanjut ternyata tidak hanya berguna sebagai sarana pendukung cerita, tetapi dapat juga menghiasi ruang kosong (Kusrianto, 2009:140).

Dalam buku Pengantar Desain Komunikasi Visual, Adi Kusrianto menerangkan, ilustrasi secara harafiah berarti gambar yang dipergunakan untuk menerangkan atau mengisi sesuatu. Dalam desain grafis, ilustrasi merupakan subjek tersendiri yang meiliki alur serajah serta perkembangan yang spesifik atas jenis kegiatan seni itu.

Sebuah ilustrasi mampu membantu pembaca untuk menggambarkan apa yang tertulis dalam suatu artikel maupun cerita. Seorang ilustrator yang baik mampu berperan sebagai seorang visualiser atas sebuah naskah (Kusrianto,2009:139).

2. Sejarah Perkembangan Ilustrasi

Perkembangan ilustrasi dari abad ke abad menarik untuk disimak karena pada awalnya kekuatan seni gambar ilustrasi tidak kalah dengan seni luki naturalis dan tergolong dalam Fine Art. Perbedaannya, seni gambar ilustrasi dihasilkan menggunakan pensil atau tinta hitam (tinta cina), sedangkan seni lukis menggunakan cat minyak maupun cat air.

(8)

Teknik membuat ilustrasi yang kemudian merupakan bagian dari grafis desain tidak dapat dipisahkan dari teknik reproduksi (untuk memperbanyak) yang berkembang waktu itu. Teknik pertama yang dikenal dengan nama

woodcut alias membuat cukilan atau relief pada sebuah papan kayu

kemudian dicap pada kertas atau kain.

Teknik cetak/pengecapan berwarna degnan sistem yang disebut

woodblock telah muncul di Jepang pada periode antara tahun 1603-1867

saat berkuasanya wangsa Edo karya-karya ilustrasi tersebut dihasilkan oleh seorang seniman Jepang dari Sekolah Seni Ukiyo-e.

b. Ilustrasi dalam fine art

Pada awalnya, ketika seorang seniman grafis melukiskan ilustrasi dari sebuah cerita atau dongeng, mereka mencoba merepresentasikan suatu keadaan secara natural sebagaimana orang menggunakan kamera untuk memotret suatu keadaan. Oleh karena itu, sebuah karya ilustrasi dibuat sedemikian detail mendekati keadaan sebenarnya. Karya-karya itu kemudian dikelompokkan sebagai fine art seperti karya-karya lukis yang ada pada zaman itu.

Ketika teknik fotografi belum begitu maju, orang yang hidup ada akhir abad 18 lebih suka memanfaatkan goresan pena ilustrasi untuk menggambarkan suatu pemandangan atau suasana.

c. Art Noveau

Art Noveau adalah sebuah gerakan dibidang seni yang dipelopori oleh

(9)

lebih ‘Seni Baru’. Gerakan seni itu mempersatukan antara fine art dan

applied art atau karya seni yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Bentuk garis-garis dekoratif yang dipergunakan dalam ilustrasi memperlihatkan perubahan yang cukup jelas ketika pengaruh art noveau

menyentuh dunia ilustrasi. Hal itu terlihat dari karya-karya seniman grafis dari Eropa maupun Amerika di akhir abad sembilan belas.

Kekuatan garis-garis anatomi diandalkan. Keberanian untuk menggunakan ruang-ruang kosong maupun blocking bidang menggunakan warna gelap terang menggantikan trend sebelumnya yang mengandalkan garis-garis arsiran sebagai pengisi ruang.

Penggunaan garis-garis dekoratif, style penokohan, serta penampilan grafis dengan ruang yang datar sangatlah kental dengan pengaruh gaya art

noveau.

d. Teknik Airbrush

Ilustrasi menggunakan teknik airbrush (kuas semprot) pernah mencapai masa kejayaan antara tahun tujuh puluhan hingga delapan puluhan. Para seniman grafis sebenarnya memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan keindahan karya-karya lukis airbrush dalam bentuk iklan, baik dalam format cetak majalah maupun dalam format sangat besar berbentuk baliho.

Teknik airbrush sempat mencuri dominasi teknik fotografi karena pada periode itu teknik cetak fotografi yang berukuran sangat besar belum ditemukan sehingga seniman airbrush membuat lukisan / ilustrasi dalam format foto realistis berukuran besar. Kelebihan airbrush adalah

(10)

kemampuannya menggambar (mereproduksi) foto atau melukis dengan hasil seperti foto.

e. Ilustrasi Buku dan Majalah.

Buku cerita dan majalah adalah media yang sangat membutuhkan ilustrasi. Ilustrasi tersebut akan memudahkan pembaca untuk berimajinasi tentang tokoh atau cerita yang ditulis dalam buku atau majalah.

f. Ilustrasi dengan Computer Graphic

Pada saat teknologi komputer sudah populer, goresan ilustrasi berwarna yang terutama dibuat dengan pena dan tinta hitam maupun cat air, kini digantikan dengan program-program gambar digital.

Kemudahan gambar yang diperoleh menggunakan komputer dapat dimodifikasi dan digandaan dengan cepat, baik secara keseluruhan maupun di bagian-bagian tertentu sehingga pembuatan efek-efek yang sama pada saat harus membuat adegan lain dari ilustrasi akan menjadi lebih mudah (Kusrianto, 2009:140).

3. Fungsi Ilustrasi

Ilustrasi dapat dipergunakan untuk menampilkan banyak hal serta berfungsi antara lain:

a. Memberikan gambaran tokoh atau karakter dalam cerita.

b. Menampilkan beberapa contoh item yang diterangkan dalam suatu buku pelajaran (text book).

c. Memvisualisasikan langkah-demi langskah pada sebuah instruksi dalam panduan teknik.

(11)

d. Atau sekedar membuat pembaca tersenyum atau tertawa, dan sebagainya (Kusrianto, 2009:110).

4. Jenis Ilustrasi

Ada pun jenis-jenis ilustrasi pada media cetak, seperti pada buku, majalah, tabloid. Dan media cetak lainnya yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Ilustrasi untuk karya ilmiah, seperti buku pelajaran, ilmu pengetahuan dan tabloid.

b. Ilustrasi untuk karya ilmiah umumnya berupa bentuk realis, bentuk simbolis dan ada juga yang berupa bagian, skema, table dan peta.

c. Ilustrasi untuk karya sastra, seperti puisi, cerpen dan novel.

D. Legenda

1. Pengertian Legenda

Kisah-kisah tradisional adalah cerita-cerita karena sifatnya yang anonim dan turun-temurun yang dikenal sebagai milik setiap orang. Dimiliki oleh setiap bangsa di dunia, demikian juga di Indonesia ( Toha, 2009:19).

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sunguh-sungguh pernah terjadi. Legenda bersifat keduniawian, terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang.

Legenda biasanya bersifat migratoris, yakni dapat berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda. Selain itu, legenda acapkali tersebar dalam bentuk pengelompokan yang disebut siklus (cycle), yaitu

(12)

sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau suatu kejadian tertentu (Danandjaya, 1991:66).

Menurut Alan Dunbes (Dunbes, 1971:25) dalam bukunya Danandjaya, mengatakan bahwa legenda dapat tercipta yang baru, apabila seorang tokoh, tempat, atau kejadian dianggap berharga oleh kolektifnya untuk diabadikan menjadi legenda. Sudah tentu hal itu tidak berarti bahwa pada legenda tidak ada pola-pola tradisional. Pola-pola ini menyebabkan legenda yang kelihatannya baru tetap mirip dengan legenda lama (Danandjaya, 1991:67).

Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian (Danandjaya, 1991:50).

2. Jenis Legenda

Selanjutnya berbicara mengenai legenda tentunya kita tidak akan lepas dari pembicaraan mengenai penggolongan legenda. Selama ini telah ada atau mungkin banyak ahli yang menggolongkan legenda, namun sampai kini belum ada kesatuan pendapat mengenai hal itu.

Menurut Jan Harold Brunvand (dalam Danandjaja) menggolongkan legenda menjadi empat kelompok yakni:

(13)

Legenda orang-orang suci (santo/ santa) Nasrani, orang saleh, para wali penyebar agama Islam. Salah satu contoh misalnya cerita-cerita mengenai wali sanga di Jawa yang banyak sekali berkembang di masyarakat. Selain itu terdapat pula peninggalan mereka yang berupa makam atau disebut keramat. Mengenai legenda jenis ini bila kita perhatikan pengelompokan yang dilakukan oleh Rusyana dan kawan-kawan, salah satunya termasuk pada kelompok legenda keagamaan ini, yaitu legenda penyebaran agama Islam.

b. Legenda Alam Gaib (Supernatural Legends)

Biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Fungsi legenda semacam ini adalah untuk meneguhkan kebenaran takhyul atau kepercayaan rakyat. Legenda alam gaib ini berhubungan dengan kenyataan di luar dunia nyata namun ada di sekitar kita, misalnya tentang keberadaan makhluk gaib, hantu, setan ataupun tempat-tempat yang sekiranya memiliki keanehan tersendiri misalnya desa yang dapat menghilang dan sebagainya.

c. Legenda Perseorangan (Personal Legends)

Legenda yang bercerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar terjadi. Legenda golongan ini bila kita cermati dan kita bandingkan dengan pengelompokan legenda menurut Rusyana dan kawan-kawan, maka termasuk pada kelompok yang kedua yaitu legenda pahlawan pembangunan masyarakat atau budaya. Keduanya disebut demikian dengan pertimbangan bahwa kedua kelompok tersebut

(14)

bercerita mengenai tokoh atau orang yang telah melakukan sesuatu yang sampai sekarang masih dianggap kebenarannya oleh masyarakat.

d. Legenda Setempat (Local Legends)

Cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan bentuk tofografi, yakni bentuk permukaan suatu daerah, apakah berbukit-bukit, berjurang dan sebagainya. Legenda setempat ini merupakan golongan legenda yang paling banyak jumlahnya. Sebagaimana telah dikemukakan, hal yang terpenting bagi penelitian sejarah, tradisi lisan bukan kebenaran faktanya. Untuk mencari kebenaran faktanya sangatlah sulit, apalagi sumber-sumber tertulis, karena kemungkinan pada awal pertama kali ceriita-cerita itu dikenal di masyarakat, belum mengenal tradisi menulis. Bahkan cerita-cerita itu banyak dibumbui oleh hal-hal yang sepertinya sulit bisa masuk akal atau tidak rasional. (Danandjaya, 1991: 67-82).

3. Ciri Legenda

Menurut Yus Rusyana mengemukakan beberapa ciri legenda, yaitu:

a. Legenda merupakan cerita tradisional karena cerita tersebut sudah dimiliki masyarakat sejak dahulu.

b. Ceritanya biasa dihubungkan dengan peristiwa dan benda yang berasal dari masa lalu, seperti peristiwa penyebaran agama dan benda-benda peninggalan seperti mesjid, kuburan dan lain-lain.

c. Para pelaku dalam legenda dibayangkan sebagai pelaku yang betul-betul pernah hidup pada masyarakat lalu. Mereka itu merupakan orang yang terkemuka, dianggap sebagai pelaku sejarah, juga dianggap pernah melakukan perbuatan yang berguna bagi masyarakat.

(15)

d. Hubungan tiap peristiwa dalam legenda menunjukan hubungan yang logis. e. Latar cerita terdiri dari latar tempat dan latar waktu. Latar tampat biasanya

ada yang disebut secara jelas dan ada juga yang tidak. Sedangkan latar waktu biasanya merupakan waktu yang teralami dalam sejarah.

f. Pelaku dan perbuatan yang dibayangkan benar-benar terjadi menjadikan legenda seolah-olah terjadi dalam ruang dan waktu yang sesungguhnya. Sejalan dengan hal itu anggapan masyarakat pun menjadi seperti itu dan melahirkan perilaku dan perbuatan yang benar-benar menghormati keberadaan pelaku dan perbuatan dalam legenda.

4. Fungsi legenda

Legenda disamping memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang atau masyarakat, juga memiliki fungsi bagi masyarakat pendukungnya, karena legenda merupakan bagian dari cerita rakyat yang didalamnya mengandung nilai-nilai, norma-norma dan arahan tertentu yang memberi pedoman bagi kehidupan manusia (Pamungkas, 2012 :127).

Dalam bukunya Danandajaya, Peursen menyebutkan fungsi legenda dibagi menjadi tiga, yaitu

a. Legenda menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib. Mitos itu tidak memberikan bahan informasi megenai kekuatan-kekuatan itu, tetapi membantu manusia agar dia dapat menghayati daya-daya itu sebagai suatu kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai alam dan kehidupan sukunya.

(16)

b. Mitos memberikan jaminan bagi masa kini. Mitos mempresentasikan berbagai peristiwa yang pernah ada dan mengandung saran serta antisipasi bagi kekinian.

c. Mitos memberikan pengetahuan tentang dunia. Lewat mitos, manusia primitif memperoleh keterangan-keterangan. Tidak menurut arti kata modern, tetapi mitos memberikan keterangan tentang terjadinya dunia, hubungan antara dewa-dewa dan asal mula kejahatan (Danandjaya, 1997:65).

Fungsi legenda menurut Bascom (dalam Danandjaja) ada empat, yaitu a. Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu

kolektif.

b. Sebagai alat-alat pengesahan pranata-pranata dari lembaga-lembaga kebudayaan.

c. Sebagai alat pendidikan anak.

d. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipakai anggota kolektifnya (Danandjaya, 1997: 19).

5. Hukum Legenda

Menurut Axel Olrik (dalam Danandjaya) struktur atau susuanan cerita prosa rakyak terikat oleh hukum-hukum yang sama, yang olehnya disebut sebagai ‘Hukum-hukum Epos’ (Epic Laws). Menurutnya, cerita prosa rakyat (mite, legenda, dongeng) dan teks nyanyian rakyat (folksong) tidak mengikuti hukum-hukum lain selain hukum-hukum-hukum-hukumnya sendiri. Hukum-hukum-hukum itu membatasi kebebasan pengarang kesusastraan lisan, sehingga susunan sastra lisan, jika dibandingkan dengan kesustraan tertulis, lebih kurang bebas.

(17)

Menurut Olrik, hukum-hukum itu adalah:

a. Hukum pembukaan dan penutup (The laws of opening and closing), yaitu cerita rakyat tidak akan dimulai dengan suatu aksi tiba-tiba dan tidak juga berakhir dengan mendadak.

b. Hukum pengulangan (The law of repetition), yakni demi memberian tekanan pada cerita rakyat, suatu adegan diulang beberapa kali.

c. Hukum tiga kali (The law of three), yakni tokoh cerita rakyat baru akan berhasil menunaikan tugasnya setelah mencobanya tiga kali.

d. Hukum dua tokoh di dalam satu adegan (The law of two to a scene), yakni di dalam satu adegan cerita rakyat, tokoh yang diperkenankan untuk menampilkan diri dalam waktu bersamaan, paling banyak hanya boleh dua orang saja.

e. Hukum keadaan berlawanan (The law of contrast), yakni tokoh-tokoh cerita rakyat selalu mempunyai sifat yang berlawanan.

f. Hukum anak kembar (The law twin), anak kembar di sini mempunyai arti yang luas, karena dapat berarti anak kembar sesungguhnya atau dua saudara kandang, bahkan dua orang yang menampilkan diri dalam peran yang sama. g. Hukum pentingnya tokoh-tokoh yang keluar pertama dan yang keluar

terakhir (The law of the importacnce of initial and final position), yakni jika ada sederet orang atau kejadian yang muncul atau terjadi, maka yang terpenting akan ditampilkan terdahulu, walaupun yang ditampilkan terakhir, atau kejadian yang terjadi kemudian, adalah yang akan mendapat simpati atau perhatian cerita itu.

(18)

h. Hukum bentuk berpola cerita rakyat (The law of pattering), misalnya seorang pemuda harus pergi ke satu tempat untuk tiga hari berturut-turut dan setiap hari ia akan bertemu dengan raksasa dan berhasil membunuhnya dengan cara yang sama.

i. Hukum ada satu pokok cerita saja dalam suatu cerita (The law the single

strand), yakni dalam suatu cerita, jalan ceritanya tidak akan kembali lagi

hanya untuk mengisi kekurangan yang tertinggal dan jika sampai ada keterangan mengenai kejadian sebelumnya yang perlu ditambahkan, maka akan diisi dalam rupa dialog saja.

j. Hukum penggunaan adegan-adegan tablo (the law of the use of tableaux

scenes), yakni adegan-adegan puncak seperti adegan sewaktu Samson dari

kitab injil perjanjian lama diikat ditiang pilar setelah kedua matanya dibutakan.

k. Hukum logika legenda (The law of the sage), yakni cerita rakyat mempunyai logikanya sendiri, yang tidak sama dengan logika ilmu pengetahuan, dan biasanya lebih bersifat animisme, berlandaskan kepada kepercayaan terhadap kemukzizatan dan ilmu gaib.

l. Hukum kesatupaduan rencana cerita (The law of the unity of the plot), misalnya jika seorang anak telah dijanjikan diberikan kepada raksasa, maka jalan cerita selanjutnya berkisar pada masalah bagaimana menghindarkan anak itu dari kekuasaan raksasa itu.

m.Hukum pemusatan pada tokoh utama dalam cerita rakyat itu (The law of the

Referensi

Dokumen terkait

Melalui proses pencacahan/pemotongan, dan untuk menghasilkan cacahan yang baik, untuk itu di rancang suatu pisau pencacah. Pisau yang di buat merupakan alat yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang kanker serviks dengan metode peer group terhadap minat ibu melakukan pap smear di Desa Caturharjo,

Cara pengujian untuk seleksi bahan tanaman yang tahan terhadap penyakit Ganoderma dilakukan dengan dua tahap yaitu pengujian di lapangan (komersial dan progeni)

3.4.1.8 Menyerahkan BRuMKK kepada Pengetua sekolah untuk disahkan bahawa calon telah menghasilkan kerja kursus Bahasa Arab dan kerja kursus itu telah ditaksir dan

Leontine Anasthasia Nikita 15 Berdasarkan data di atas maka dapat di lihat pada tahun pada tahun 2006 hingga 2008 terjadi peningkatan yang bersamaan antara jumlah wisatawan

Sebagaimana dalam pendahuluan sebagai pengganti tubuh manusia yang digunakan pada pengujian dilakukan adalah tahanan dengan nilai yang diambil dari pengukuran tahanan

Berdasarkan salah satu literatur yaitu Padila (2019), menjelaskan bahwa kurangnya peran serta keluarga dalam melakukan penanganan penyakit ISPA pada anak disebabkan

Prinsip kerja dinamometer yang akan dipergunakan pada penelitian ini adalah, putaran roda belakang motor bakar disambungkan langsung terhadap belt, belt ini berfungsi sebagai