• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Aktif Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Aktif Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Oleh : A Z I Z A H

805011001433

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIFTERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA yang disusun oleh AZIZAH Nomor Induk Mahasiswa 805011001433, Jurusan Pendidikan Agama Islam telah melalui bimbingan dinyatakan sah sebagai karya ilmiyah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasyah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, Januari 2008

Yang Mengesahkan

Pembimbing

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Jenjang Pendidikan Strata (S1)

Oleh: AZIZAH NIM:805011001433

Di bawah bimbingan:

Dra. Muhlisrarini, M.Pd NIP:150 293 220

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA diajukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 28 Januari 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, Januari 2008 Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Merangkap Sekretaris,

Dra. Eri Rosatria, MA NIP. 150 077 513 Penguji I

Drs. Abdul Fattah Wibisono, MA NIP. 150 236 009

Penguji II

Dra. Afidah Mas’ud NIP. 150 228 775

Tanggal

….………

……….

………...

Tanda Tangan

……….

………..

………...

Mengetahui: Dekan,

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

PENGESAHAN PEMBIMBING ……….. ii

ABSTRAK ……… iii

B. Identifikasi Masalah ………. 4

C. Pembatasan Masalah ……… 5

D. Perumusan Masalah ………. 5

E. Tujuan Penelitian ……….. 5

F. Kegunaan Hasil Penelitian ……… 6

BAB II KAJIAN TEORI ………. 7 A. Motivasi Belajar ………...

1. Pengertian Motivasi ……….. 2. Pengertian Belajar ………. 3. Pengertian Motivasi Belajar ………..

7 7 8 14 B. Pembelajaran Matematika ………

1. Pengertian Pembelajaran ………... 2. Pengertian Matematika ………. 3. Pengertian Pembelajaran Matematika ………...

15 15 17 19 C. Pendekatan Pembelajaran Aktif ………...

1. Pengertian Pendekatan ……….. 2. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Aktif ……….. 3. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Aktif ……..

(6)

4. Tahapan Persiapan Mengajar melalui Pendekatan Pembelajaran Aktif ………... 5. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran Aktif …..

a. Strategi Pembentukan Tim ……….. b. Strategi Penilaian Sederhana ………... c. Strategi Pelibatan Belajar Langsung………

24 25 25 29 30

D. Pembelajaran Konvensional ……… 32

E. Kerangka Berpikir ………... 34

F. Hipotesis ……….. 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 36

B. Metode dan Desain Penelitian ……….. 36

C. Populasi dan Sampel ……… 37

D. Teknik Pengumpulan Sampel………... 37

E. Kontrol Terhadap Validitas Internal ..……….. 39

F. Teknik Analisa Data ………. 41

G. Hipotesis Statistik ……… 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 44

A. Gambaran Umum SD Generasi Rabbani ……… 44

B. Deskripsi Data ……… 49

C. Analisis Data ……… 53

D. Interpretasi Data ………. 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 55

A. Kesimpulan ……….. 55

B. Saran-Saran ……….. 56

DAFTAR PUSTAKA ……… 57

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Desain Penelitian

………...

38

Tabel 2 Kisi-kisi Alat Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa …………..

39

Tabel 3 Jumlah siswa perkelas SD Generasi Rabbani ………

47

Tabel 4 Data Guru dan Karyawan

………..…………

48

Tabel 5 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ……….

50

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Balejar Kelas Eksperimen ……

52

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Balejar Kelas Kontrol ……...

53

Tabel 8 Angket Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa (uji validitas)……

61

Tabel 9 Angket Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa (Instrumen penelitian)

………...

62

Tabel 10 Uji Validitas dan Reliabilitas ………...

63

Tabel 11 Perhitungan Ukuran Pemusatan Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas Experimen

……….

66

Tabel 12 Perhitungan Ukuran Pemusatan Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol

……….

69

(8)

………... Tabel 14 Rencana Persiapan Pembelajaran Aktif Pertemuan

Pertama……...

70

Tabel 15 Rencana Persiapan Pembelajaran Aktif Pertemuan Kedua ………...

72

Tabel 16 Rencana Persiapan Pembelajaran Aktif Pertemuan ketiga …………

74

Tabel 17 Rencana Persiapan Pembelajaran Aktif Pertemuan Keempat………

77

Tabel 18 Rencana Persiapan Pembelajaran Konvensional Pertemuan Pertama

80

Tabel 19 Rencana Persiapan Pembelajaran Konvensional Pertemuan Kedua .

82

Tabel 20 Rencana Persiapan Pembelajaran Konvensional Pertemuan Ketiga .

84

Tabel 21 Rencana Persiapan Pembelajaran Konvensional Pertemuan Keempat

……….

86

Tabel 22 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ………..

88

Tabel 23 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ………...……….

89

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ...

Gambar 2 Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol …….

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa Untuk Uji validitas

………..…….

59

Lampiran 2 Angket Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa Untuk Instrumen Penelitian

………..………..

60

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas ………..

61

Lampiran 4 Perhitungan Ukuran Pemusatan Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen

………...……….

63

Lampiran 5 Perhitungan Ukuran Pemusatan Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol

………..………

66

Lampiran 6 Uji Hipotesis

………...

68

Lampiran 7 Rancangan Persiapan Pengajaran Aktif ………..

70

Lampiran 8 Rancangan Persiapan Pengajaran Konvensional ………

80

Lampiran 9 Daftar Nama Siswa Kelas

Eksperimen………

88

Lampiran 10 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ………..

89

Lampiran 11 Daftar Nama Siswa Kelas Uji Validitas ………

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pentingnya pendidikan bagi anak sudah tidak dapat diragukan lagi, karena awal kehidupan anak merupakan masa yang paling tepat dalam memberikan dorongan ataupun stimulasi agar anak dapat berkembang secara optimal. Apa yang anak pelajari pada masa awal pertumbuhan dan perkembangannya akan berdampak pada kehidupannya di masa yang akan datang. Lingkungan pertama yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak adalah lingkungan keluarganya. Kemudian lingkungan kedua yang berfungsi juga sebagai tempat pendidikan di luar keluarga adalah masyarakat, dan unsur lain yang berperan dalam pendidikan anak adalah lingkungan “sekolah”, yaitu lingkungan formal yang dalam hal ini biasanya dilakukan di suatu lembaga tertentu yang telah terstruktur dan mempunyai program yang baku.

Pada Negara-negara yang sudah berkembang atau yang sudah mengalami stabilitas politik dan agama, pendidikan menjadi perhatian yang penting bagi masyarakat. Bahkan pada sekitar waktu peluncuran pesawat ruang angkasa pertama kali, sebagian besar masyarakat dunia tidak lagi hanya memperhatian, melainkan menjadi demam memikirkan pendidikan. Masyarakat muali ramai memperdebatkan fungsi dan tujuan pendidikan.

(12)

kemauan, serta dapat mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.1

Pendidikan amat penting bagi perkembangan generasi muda Indonesia. Hal ini nampak jelas pada UUSPN yang mengatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Untuk merealisasikan tujuan itu semua maka pemerintah mewajibkan bagi seluruh anak bangsa untuk mendapatkan hak menuntut ilmu yang sama. Berbagai macam bidang ilmu yang diberikan kepada masyarakat antara lain adalah; Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Moral, Pendidikan Pengetahuan Sosial, Pendidikan Pengetahuan Alam, Pendidikan Olah raga dan Kesehatan, dan pendidikan ilmu pengetahuan yang lainnya. Dari beberapa disiplin ilmu tersebut ada satu disiplin ilmu yang penting untuk dipelajari yaitu matematika. Matematika sering sekali disebut dengan ilmu pasti karena segala hal yang terkait dengan ilmu tersebut harus dijawab dengan pasti. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan

1

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm.3. 2

(13)

bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.3

Dalam suasana belajar-mengajar di lapangan, lingkungan sekolah-sekolah sering kita jumpai beberapa masalah. Para siswa meskipun mendapatkan nilai-nilai yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, ke dalam situasi yang lain. Para siswa memang memiliki sejumlah pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu diterima dari guru sebagai informasi, sedangkan mereka sendiri tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi itu. Akibatnya, pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Cepat terlupakan.4

Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar adalah sebagian dari pengajar melakukan kegiatan pendekatan mengajar secara konvensional. Hal ini dirasakan oleh sebagian besar siswa terutama di Sekolah Dasar Generasi Rabbani sebagai suatu kegiatan belajar mengajar yang membosankan sehingga siswa lebih mudah mengalami kejenuhan dalam belajar khususnya pada pelajaran matematika. Hal ini juga pernah diungkapkan oleh beberapa orag tua siswa terkait dengan anak-anak mereka yang megalami kesusahan dan malas untuk belajar. Pendekatan konvensional ini mendorong pengajar untuk banyak menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan penugasan, sehingga kegiatan belajar mengajar tersebut lebih berpusat pada pengajar, siswa sebagai pelajar hanya bersikap pasif dan tidak dapat mengalami kegiatan pembelajaran secara lansung. Karena siswa lebih bersikap pasif hal tersebut dapat berpengaruh terhadap penurunan motivasi belajar siswa.

Oleh karena itu, agar tujuan pembelajaran matematika dapat memenuhi harapan, maka perlu adanya perbaikan-perbaikan. Misalnya pada pemilihan

3

Depdiknas, KTSP Mata Pelajaran Matematik4a SD/MI, (Jakarta: 2006), hlm.416. 4

(14)

pendekatan, metode bahkan teknik pembelajarannya. Salah satu pendekatan yang baik untuk diterapkan dalam pembelajaran Matematika adalah pendekatan pembelajaran aktif.

Pendekatan pembelajaran aktif adalah sebuah proses pembelajaran yang memfokuskan seluruh kegiatan belajar terhadap pelajar sehingga pelajar dapat mengalami secara langsung proses kegiatan belajar mengajar tersebut.

Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran aktif ini, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa, dan dapat menjawab permasalahan yang dihadapi oleh orang tua siswa terkait dengan anak-anak mereka yang kurang termotivasi untuk belajar matematika. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui adanya pengaruh pendekatan pembelajaran aktif terhadap motivasi belajar Matematika siswa.

Berdasarkan pemikiran di atas penulis ingin mengetahui peranan pendekatan pembelajaran aktif dalam meningkatkan motivasi belajar matematika siswa, sehingga skripsi ini diberi judu: “PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah:

1. Masih adanya anggapan bahwa pelajaran matematika sulit untuk dipelajari.

2. Rendahnya motivasi siswa untuk belajar matematika.

3. Kurangnya perhatian guru untuk memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan pengetahhuan matematikanya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Lemahnya sumber daya guru dalam pemahaman konsep serta pengembangan strategi, metode ataupun pendekatan yang lebih variatif dan tidak membosankan siswa.

(15)

6. Rendahnya peran serta orang tua untuk memotivasi siswa.

7. Tingginya tuntutan isi/konten kurikulum yang dirasa terlalu padat. 8. Rendahnnya sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah untuk

media pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka dapat kita ketahui bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasii belajar matematika. Untuk itu perlu dibatasi dalam ruang lingkup yang mungkin dapat dilaksanakan oleh peneliti. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh pendekatan pembelajaran aktif terhadap motivasi belajar Matematika siswa.

Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi belajar matematika siswa. Pendekatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran aktif yang memungkinkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran aktif yang akan digunakan oleh peneliti adalah pendekatan pelibatan belajar langsung. Motivasi yang akan digunakan adalah motivasi ekstrinsik.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan indentivikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar Matematika antara siswa yang diberikan pendekatan pembelajaran aktif dengan siswa yang diberikan pendekatan konvensional”

E. Tujuan Penelitian

(16)

Hasil penelitian ini dari segi teoritis diharapkan dapat memberikan gambaran sekaligus mengembangkan pengetahuan tentang proses belajar-mengajar Matematika, terutama tentang upaya peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran melalui penerapan pendekatan pembelajaran aktif.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

(17)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi

Berbicara motivasi tidak lepas dari kata motif. Secara morfologi, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian motif dan motivasi adalah kata benda yang artinya pendorong, sedangkan motivasi adalah kata kerja yang artinya mendorong. Syaodih membedakan pengertian motif dan motivasi sebagai berikut:

Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong atau menggerakkan individu untuk bertindak mencapai tujuan dan motivasi merupakan suatu kondisi yang tercipta atau diciptakan sehingga membangkitkan atau memperbesar motif pada seseorang.5

Sadirman mengemukakan bahwa motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Sedangkan motivasi diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.6

Guru-guru sangat menyadari pentingnya motivasi didalam membimbing belajar siswanya. Berbagai macam teknik misalnya dengan cara kenaikan tingkat, memberikan penghargaan, peranan-peranan kehormatan, piagam-piagam prestasi, dan celaan telah dipergunakan untuk mendorong siswa-siswa agar mau senang belajar. Yang terpenting dalam

5

Syaodih. Nana. Sikap Belajar Siswa Aktif dan Motifasi dari Guru dengan Prestasi

Belajar. Tesis Master pada jurusan PPB FIP IKIP (Bandung: 1990) hlm 6. tidak diterbitkan. 6

(18)

meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan cara memberikan pendekatan-pendekatan belajar yang efektif.

Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu beupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar.7

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu sedangkan motivasi adalah dorongan atau kekuatan dalam diri individu untuk melakukan sesuatu dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidkan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketiak ia berada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.

Wittig, seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Pskologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mendefinisikan belajar

7

(19)

sebagai: any relati vely permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil”.8

Reber, seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Pskologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru dalam kamus

susunannya yang tergolong modern, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. “Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oelh sebaian ahli dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan. Kedua belajar adalah A relatively permanent change ini respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice,

yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan yang.”9

Bertolak dari pengertian belajar di atas dapat disimpulkan secara ringkas bahwa belajar adalah suatu proses transfer ilmu pengetahuan yang melibatkan fungsi kognitif dari pengajar kepada pelajar baik di dunia pendidikan sekolah atau yang lainnya.

a. Jenis-Jenis Belajar

Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegaiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar inimuncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bemacam-macam.

8

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosda Karya 2002) hlm. 90

9

(20)

1) Belajar Abstrak

Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak. Tujuannya adalah untukmemperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prisip konsep,dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar metematika, kimia, kosmografi, astronomi,dan juag sebagian materi bidang studi agama seperti.10

2) Belajar Keterampilan

Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf otot-otot/neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya belajar olah raga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah salat dan haji.11

3) Belajar Sosial

Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk mrnguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah social seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.

10

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosda Karya 2002) hlm 122

11

(21)

Selain itu, belajar social juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk bahan pelajaran social antara lain pelajaran agama dan PKN12.

4) Belajar Pemecahan Masalah

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.

Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru (khususnya yang mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah.13

5) Belajar Rasional

“Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rational

12

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosda Karya 2002) hlm 123

13

(22)

problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan

menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis”.14

Bidang-bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar pemecahan masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak memberi tekanan khusus pada penggunaan bidang studi eksakta. Artinya bidang-bidang studi noneksakta pun dapat memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.

6) Belajar Kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).15

Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan cultural. Belajar kebiasaan akan lebih tepat dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga sebagaimana yang dimaksud oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional/1989 Bab IV Pasal 10 (4). Namun demikian, tentu tidak tertutup kemungkinan penggunaan pelajaran agama dan PKN sebagai sarana belajar kebiasaan bagi para siswa.16

14

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosda Karya 2002) hlm 124

15 Muhibbin Syah.

Psikologi Pendidikan dengan …, hlm 124. 16

(23)

7) Belajar Apresiasi

Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hai ini kemampuan menghargai secara tepat

terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.

Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan (prakarya), kesenian, dan menggambar. Selain bidang-bisang studi ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pengembangan apresiasi siswa, misalnya dalam hal seni baca tulis Al-Qur’an.17

8) Belajar Pengetahuan

Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.

3. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi adalah daya dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Kalau seorang siswa rajin belajar, guru hendaknya menyelidiki apa kiranya motif yang mendorongnya. Kalau

17 Muhibbin Syah.

(24)

seorang siswa malas belajar, guru hendaknya menyelidiki mengapa ia berbuat demikian. Guru hendaknya berperan sebagai pendorong, motivator, agar motif-motif yang positif dibangkitkan dan/atau ditingkatkan dalam diri siswa.18

W. S. Winkel, seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengemukakan bahwa

motivasi belajar adalah “keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa tercapai”.19

Sardiman mengatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.20

Prayitno menyatakan bahwa motivasi belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Lebih lanjut, Marx & Tombuch mengumpamakan, “motivasi sebagai bahan baker dalam beroperasinya mesin gasoline”. Tidaklah menjadi berarti betapapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual atau bakat siswa dan materi yang akan diajarkan serta lengkapnya sarana belajar, namun bila siswa tidak termotivasi dalam belajarnya, maka PBM tidak akan berlangsung optimal.21

Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi dari dalam diri anak (intrinsik) dan motivasi dari luar diri anak (ekstrinsik). Motivasi dari dalam dapat dilakukan dengan menggairahkan perasaan ingin tahu anak, keinginan

18

Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar, Jakarta: 1992, hlm.10.

19

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosda Karya 2002) hlm 136.

20

Sardiman. A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rajawali Pers 1998) hlm 75.

21

(25)

untuk mencoba, dan hasrat untuk maju dalam belajar. Motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran, misalnya melalui pujian, hukuman, misalnya dengan penugasan untuk memperbaiki pekerjaan rumahnya.22

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau kekuatan dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.

B. Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Pembelajaran

Banyak oraang yang beranggapan, bahwa yag dimsud degan belajar mecari ilmu atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secaralebih khusus mengartikan belajar adalah menyerap pegetahuan. Ini berarti, orang mesti mengumpulkan fakta-fakta sebanyak-banyaknya. Jika konsep ini yang dipakai orang, maka pada orang itu masih dipertayakan, apakah dengan belajar semacam itu orang akan menjadi tumbuh dan berkembang?

Memang kalau bertanya kepada seseorang tentang apakah belajar itu, akan memperoleh jawaban yang bermacam-macam. Perbedaan pedapat orang tentang arti belajar itu disebabkan adanya kenyataan, bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macambayak jenis kegiatan yang oleh kebanyakan orang dapat disepakati sebagai perbuatan belajar misalnya menirukan ucapan kalimat, mengumpulkan perbendaharaan kata, mengumpulkan fakta-fakta, menghafalkan lagu, menghitung dan mengerjakan soal-soal matematika, dan sebagainya.

Hailgard dan Bower, seperti yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku sesorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pegalamannya yang berulang-ulang

22

(26)

dalam situsi itu, diman perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).”23

Menurut Jemes O. Wittaker, seperti yang dikutip oleh Wasty Soemanto dalam bukuya Psikologi Pendidikan megemukakan “Belajar dapat dideviisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.24

Adapun menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pedidikan dengan Pendekatan Terbaru “Belajar dapat dipahami sebagai tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.25

Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.

Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari.

Bertolak dari pengertian belajar diatas dapat disimpulkan secara ringkas bahwa belajar adalah suatu proses transfer ilmu pengetahuan yang melibatkan fungsi kognitif dari pengajar kepada pelajar baik di dunia pendidikan sekolah atau yang lainnya.

2. Pengertian Matematika

Matematika adalah salah satu mata pelajaran pokok yang dikenalkan kepada siswa mulai dari usia Play Gorup bahkan sampai bangku

23

Drs. M. Ngalim Perwanto, MP Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya 2000) hlm 84.

24

Drs. Wasty Soemato,M.Pd Psikologi Pendikan. (Jakarta: PT RINEKACIPTA 1998) hlm 104.

25

(27)

perkuliahan, karena matematika berguna untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat dalam memecahkan suatu masalah melaui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komonikasi melalui symbol, table, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.26

Dalam Ensiklopedi Indonesia dinyatakan bahwa “matematika adalah salah satu ilmu pendidikan yang tertua yang terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang.27 Hal yang senada ini juga dinyatakan dalam Kamus Bahasa Indonesia bahwa matematika diartikan sebagai “ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.28

Betrand Russel menyatakan bahwa matematika adalah subjek dimana kita tidak pernah tau apa yang kita bicarakan bahkan tidak tau apakah yang kita katakan benar.29 Sedangkan D. Hilbert dalam Nasution menyatakan bahwa matematika adalah permainan di atas kertas yang menggunakan kaidah-kaidah sederhana dan lambang-lambang yang tidak berarti.30

Ruseffendi, berpendapat bahwa matematika ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada hasil observasi (induktif) tetapi generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif; ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil.31 Sedangkan Erman Suherman mengutip pendapat James yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran dan

26 Departemen Pendidikan Nasional

Kurikulun Stadar Kompetensi Mata Pelajaran Kelas II Jakarta Departemen Pendidikan Nasional 2004) 17

27

Ensiklopedia Indonesia Modern dan Masa Kini, (Jakarta, Ichtira Baru Van Hoeve, 1993), hlm 2171

28

Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-11, hlm. 108

29

Buchari Kifli dan Mustofa Usman, Prinsip-prinsip Matematika, (Bandung: Sinar Baru, 1985), hlm. 25

30

A.H. Nasution, Landasan Matematika, (Jakarta: Bhatara, 1978), hlm. 76 31

(28)

konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.32

Johnson dan Rising, mengatakan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Sedangkan Reisman, mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.33

Berbagai pendapat lain tentang matematika juga masih kita dengar seperti yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol; matematika adalah bahasa numerik; bahasa emosional, matematika adalah metode berfikir logis; matematika adalah sarana berfikir; matematika adalah ratunya ilmu dan masih banyak yang lainnya. Dalam matematika, suatu generalisasi, sifat, teori, atau dalil itu belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif. Jadi matematika itu merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif) tetapi generalisasi yang didasarkan pada pembuktian secara deduktif.

Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoles sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.34

32

Erman Suherman, et al, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 16

33

Erman Suherman, et al, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 16

34

(29)

Berdasarkan pengertian matematika di atas dapat kita simpulkan bahwa matematika adalah pelajaran eksak/pasti yang dapat mengajak siswa untuk dapat berpikir secara sistematis dan logis, dapat berpikir abstrak, dan dapat mengguunakannya dalam memecahakan suatu masalah yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan,

3. Pembelajaran Matematika

Dalam kegiatan belajar mengajar tentunya tidak lepas dari istilah pembelajaran dalam hal ini adalah pembelajaran matematika. Pembelajaran metematika diajarkan kepada siswa agar siswa dapat memahami konsep pada pelajaran matematika yang diberikan.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan focus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka denga solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.35

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dinilai dengan pengenalan masalah yang sesuai denga sttuasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, pesrta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran sekoalh diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komonikasi seperti computer, alat peraga, atau media lainnya.36

Berdasarkan pengertian pembelajaran matematika diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses kegiatan pembelajaran yang memberikan siswa pengetahuan eksak sehingga

35

Departemen Pendidikan Nasional. Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan stndar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar (Jakarta Departemen Pendidikan Nasional, 2006) hlm. 9

36 Departemen Pendidikan Nasional.

(30)

siswa dapat berpikir logis, dan realistis, serta dapat memecahkan suatu permasalahan melalui penegtahuan matematika yang dimilikinya.

C. Pendekatan Pembelajaran Aktif 1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Proses kegiatan belajar mengajar sangat erat sekali hubungannya dengan pendekatan pembelajaran. Dengan mengetahui pendekatan pembelajaran tersebut maka akan mempermudah guru dalam melakukan kegiatan mengajar.

Pendekatan pembelajaran atau kiat melaksanakan pendekatan serta metode belajar termasuk factor-faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa. Sering terjadi seorang siswa yang memliki kemampuan ranah cipta (kognitif) yang lebih tinggi daripada teman-temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan yang dicapai teman-temannya. Bahkan, bukan hal yang mustahil jika suatu saat siswa cerdas tersebut mengalami kemerosotan prestasi sampai ke titik yang lebih rendah daripada prestasi temannya yang berkapasitas rata-rata.37

Sebaliknya, seorang siswa yang sebenarnya hanya memiliki kemampuan ranah cipta rata-rata atau sedang, dapat mencapai puncak prestasi (samapi batas optimal kemampuannya) yang memuaskan, lantaran menggunakan pendekatan belajar yang efisien dan efektif. Kosekwensi positifnya ialah harga diri (self esteem) siswa tersebut melonjak hingga setara dengan teman-temannya, yang beberapa orang diantaranya mungkin berkapasitas kognitif lebih tinggi.38

Menurut Suparman pendekatan pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, siswa,

37

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosda Karya 2002) hlm 125

38

(31)

peralatan, bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan .39

Reigeluth, Bunderson dan Merill seperti yang dikutip Degeng mengemukakan tiga bagian pendekatan pembelajaran, yaitu: 1). pendekatan pengorganisasian yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis dari fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan, 2). pendekatan penyampaian yang mengacu pada cara yang dipakai untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada si belajar dan sekaligus untuk menerima dan merespon masukan dari si belajar, dan 3). pendekatan pengelolaan yang mengacu pada penjadwalan penggunaan strategi, pembuatan catatan kemajuan mahasiswa, pengelolaan motivasional dan kontrol belajar.40

Pendekatan merupakan orientasi atau cara memandang terhadap sesuatu. Pendekatan yang berbeda tentu akan melahirkan cara, langkah, dan teknik operasional yang berbeda pula untuk mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Pendekatan merupakan pilihan seseorang dalam melihat suatu obyek. Oleh karena itu, pendekatan merupakan bagian dari strategi. Ada beberapa pendekatan yang berbeda yang terkait dengan teori dalam belajar-mengajar, sebagai berikut; a). terkait dengan model belajar. b). terkait dengan pengelolaan kelas.c). terkait dengan sasaran belajar

Pendekatan pembelajaran salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh pengajar. Pedekatan pembelajaran merupakan bagian dari sistem pembelajaran yang menjelaskan komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur yang digunakan bersama bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa.

Berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep tentang pendekatan pembelajaran di atas , maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola

39

Suparman, Desain Instruksional. Pusat Antar Universitas, untuk Peningkatan dan pengembangan Instruksional, (Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud, Jakarta, 1997). hlm 3

40

(32)

kegiatan instruksional untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematik, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara evektif dan efisien. Pendekatan pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dlam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Jadi yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran pada kajian ini adalah keseluruhan pola umum kegiatan guru-siswa dalam mewujudkan peristiwa belajar mengajar yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, terbentuk oleh paduan antara urutan kegiatan, metode yang digunakan, penggunaan media dalam pembelajaran, dan pendefinisian peran antara guru dan siswa.sebagai pola umum kegiatan guru-siswa pendekatan pembelajaran digambarkan dalam garis kontinum untuk mempresentasikan tentang tingkat dominasi peran guru dan partisipasi aktif siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran. Semangkin kuat atau dominant peran guru maka semakin pasif peran siswa dalam proses pembelajaran, dan sebaliknya berkurang peran dan dominasi guru maka semakin besar peran siswa dalam proses pembelajaran.

2. Pendekatan Pembelajaran Aktif

Pembelajaran Aktif (Active Learning) merupakan salah satu dari pendekatan yang terkait dengan model belajar. Pembelajaran aktif atau yang diistilahkan sebagai pembelajaran orang dewasa, adalah pembelajaran yang sengaja didesain agar peserta didik dapat secara aktif dan bertanggung jawab atas apa yang dipelajarinya.

Pendekatran pembelajaran aktif dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, social, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.41

41

(33)

Pembelajaran di sini tidak lagi menempatkan siswa sebagai objek pembelajaran, sebagaimana yang selama ini terjadi, namun mahasiswa diposisikan sebagai subjek pembelajaran yang memiliki tanggung jawab sendiri dalam keberhasilan proses pembelajarannya. Sistem ini tidak lagi memposisikan pengajar sebagai pusat, akan tetapi siswa harus mampu mengembangkan pembelajarannya sendiri.

Sudah seharusnya memang kita perlu memandang peserta didik kita yakni siswa sebagai individu yang telah mampu mempersepsi dirinya sebagai penanggung jawab atas hidupnya sendiri. Ini ciri khas pembelajaran yang diterapkan untuk siswa.

Dengan pendekatan ini, pembelajaran berpusat pada siswa. Guru memposisikan diri sebagai salah satu sumber belajar yang berperan untuk menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang kondusif dengan memfasilitasi aktivitas mereka. Pendekatan ini dipengaruhi oleh pandangan bahwa siswa/peserta didik itu adalah individu-individu yang membawa potensi masing-masing. Tugas guru adalah untuk mengembangkannya.42

Dari pengertian tentang belajar aktif di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa belajar aktif yaitu sebuah proses pembelajaran yang memfokuskan seluruh kegiatan belajar terhadap pelajar sehingga pelajar dapat mengalami secara langsung proses kegiatan belajar mengajar tersebut.

3. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Aktif

Paling sedikit ada tiga alasan mengapa belajar aktif diperlukan; a). karakteristik siswa/anak. b). hakekat belajar. c). Karakteristik lulusan yang dikehendaki43

42

Drs. A. Syafii, M.Ag, Makalah Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta, 2006, hlm.2-4

43

(34)

Sesuai dengan pengertian mengajar, yaitu menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa, maka sikap guru yaitu; a). terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa. b). membiasakan siswa untuk mendengarkan bila guru atau siswa lain berbicara. c). menghargai perbedaan pendapat. d). mentolerir kesalahan dan mendorong untuk memperbaiki. e). menumbuhkan rasa percaya diri siswa. f). tidak terlalu cepat membantu siswa. g). memberi umpan balik terhadap hasil kerja siswa. h). tidak kikir untuk memuji/menghargai siswa. i). tidak menertawakan pendapat/hasil karya siswa sekalipun kurang berkualitas. j). mendorong siswa untuk tidak takut salah dan berani menanggung resiko.44

Keadaan kelas sangat penting peranannya untuk menunjang keberhasilan belajar aktif. Diantara hal-hal yang menunjang tesebut antara lain adalah; a). berisi banyak sumber belajar, seperti buku dan benda nyata. b). berisi banyak alat bantu belajar, seperti batu, lidi, tanaman dan alat peraga. c). berisi banyak hasil kerja siswa, seperti lukisan, hasil/laporan percobaan/karya. d). letak bangku dan meja diatur sedemikian rupa sehingga siswa leluasa bergerak.45

4. Tahapan Persiapan Mengajar melalui Pendekatan Pembelajaran Aktif

Didalam melakukan kegiatan belajar mengajar perlu sekali adanya persiapan-persiapan sebelum melakuan proses kegaitan belajar mengajar. Ada beberapa kegiatan persiapan yang harus dilakukan antara lain adalah; a). memilih topik/pokok bahasan. b). Menentukan tema pemersatu. c). mennetukan tujuan pembelajaran (umum-khusus). d). merumuskan kegiatan belajar mengajar. e). menentukan alat, sarana dan sumber belajar. f). menentukan strategi penilaian dan menyusun bahannya.46

44

Drs. Geis Muhammad, M.Pd Mengoptimalisasi Proses Belajar-Mengajar Melalui Pendekatan Belajar Aktif. (Jakarta: Makalah, Al-Shoffa 2003), hlm 15

45

Drs. Geis Muhammad, M.Pd Mengoptimalisasi Proses Belajar …, hlm. 51 46

(35)

5. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Aktif

Dalam memulai pelajaran apapun, kita sangat perlu menjadikan siswa aktif semenjak awal. Jika tidak, kemungkinan besar kepasifan akan melekat seperti semen yang butuh waktu lama untuk mengeringkannya. Susunlah aktivitas pembuka yang menjadikan siswa lebih mengenal satu sama lain, merasa lebih leluasa ikut berfikir, dan memerlihatkan minat terhadap pelajaran. Pengalaman-pengalaman ini bias dianggap sebagai”hidangan pembuka” sebelum makanan utama; pengalaman ini membuat siswa berselera untuk menikmati hidangan selanjutnya. Memang ada sebagian guru yang memilih untu memulai pelajaran hanya dengan penegnalan singkat, namun menambahkan setidaknya satu latihan pembuka pada rencana pengajaran Anda merupakan langkah pertama yang memiliki banyak manfaat.

Setidaknya ada 3 bentuk pendekatan belajar aktif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran tersebut yaitu:

a. Strategi Pembentukan Tim

Kumpulan strategi pertama akan membantu siswa untuk lebih saling mengenal dan untuk membangun semangat tim dengan sebuah kelompok yang sudah kenal satu sama lain. Strategi ini juga menyemarakkan lingkungan belajr aktif dengan memberi siswa kesempatan untuk bergerak secara fisik, berbagi pendapat dan perasaan secara terbuka, dan mencapai sesuatu yang bisa mereka banggakan. Banyak dari strategi ini yang sudah dikenal luas di kalangan pendidikan. Ketika anda menggunakan strategi pembentukan tim, cobalah untuk mengaitkannya dengan materi yang anda ajarkan. Juga cobalah untuk bereksperimen dengan strategi-strategi yang masih baru bagi anda dan siswa anda. 47

47

(36)

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan strategi pembentukan tim antara lain adalah:

1) Bertukar Tempat

Strategi ini memungkinkan siswa untuk lebih mengenal, berbagi pendapat dan membahas gagasan, nilai-nilai atau pemecahan masalah baru. Ini merupakan cara yang luar biasa bagus untuk meningkatkan keterbukaan diri atau bertukar pendapat secara aktif.48

2) Siapa Saja yang ada di Kelas

Aktivitas pembuka yang terkenal ini merupakan perburuan atau pencarian teman sekelas, bukannya pencarian benda. Perburuan ini bisa dirancang dalam sejumlah cara dan untuk ukuran kelas apapun. Cara ini membantu terbentuknya semangat tim dan memungkinkan adanya gerakan fisik semenjak awal pelajaran.49

3) Resume Kelompok

Resume biasanya menjelaskan hal-hal yang telah dicapai individu. Resume kelompok merupakan cara menarik untuk membantu siswa mengenal satu sama lain atau melakukan semacam pembentukan tim yang anggotanya sudah saling mengenal. Aktivitas ini bisa sangat efektif jika resume itu sangat relevan dengan materi pelajaran yang anda ajarkan.50

48

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Penerbit Nuansa, Bandung, 2006, hlm. 65

49

Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 67 50

(37)

4) Prediksi

Ini merupakan cara menyenangkan guna membantu siswa mengenal satu sama lain. Kegitan ini juga merupakan eksperimen berkesan menarik.51

5) Iklan Televisi

Ini merupakan kegiatan pembuka yang baik bagi siswa yang telah mengenal satu sama lain. Aktifitas ini dapat memunculkan semangat tim dengan cepat.52

6) Teman Yang Kita Miliki

Kegiatan ini memperkenalkan gerak fisik dari awal pelajaran dan membentuk siswa lebih mengenal satu-sama lain. Kegiatan ini berlangsung cepat dan sangat menyenangkan.53

7) Benar-benar Kian Mengenal

Sebagian besar kegiatan perkenalan merupakan peluang emas untuk berjumpa denga sesam siswa. Sebagi alternatifnya adalah menyusun sebuah kegiatan dimana pasangan siswa bisa benar-benar mengenal.54

8) Benteng Pertahanan

Seringkali, kegiatan belajar aktif akan menjadi lebih bergairah dengan menciptakan tim-tim belajar jangka panjang yang bisa belajar bersam, mengerjakan proyek, dan terlibat dalam kegiatan belajar bersama lainnya. Bila ini termasuk dalam rencana, ada baiknya melakukan semacam kegiatan

51

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Penerbit Nuansa, Bandung, 2006, hlm. 69

52

Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 72 53

Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 74 54

(38)

pembentukan tim awal untuk memastikan awal yang baik. Memang banyak kegiatan pembentukan tim yang bisa menjadi bahan pertimbangan, namun ini merupakan kegiatan favorit.55

9) Mengakrabkan Kembali

Pada mata pelajaran yang berkelanjutan ada baiknya meluangkan waktu untuk menghubungkan atau mengingatkan kembali siswa setelah lewat beberapa waktu dari pelajaran yang pernah diajarkan. Aktvitas ini mempertimbangkan sejumlah cara untuk melakukannya

10) Hembusan Angin Kencang

Ini merupakan kegiatan pembuka yang cepat dan memberi siswa keleluasaan untuk bergerak dan tertawa. Kegiatan ini merupakan sarana pembentuk tim yang baik dan memungkinkan siswa untuk lebih mengenal satu sama lain.56 11) Menyusun Aturan Dasar Kelas

Ini merupakan metode jajak pendapat yang memungkinkan siswa untuk menetapkan aturan bagi prilaku mereka sendiri. Bila siswa merupakan bagian dari proses pembentukan tim ini, mereka lebih cenderung mendukung norma atau aturan yang mereka tetapkan.57

b. Strategi Penilaian Sederhana

Strategi-strategi berikut ini dapat digunakan dalam kaitannya dengan upaya pembentukan tim. Semuanya dirancang untuk membantu mempelajari kelas sembari melibatkan siswa semenjak awal. Beberapa di antara strategi itu memungkinkan guru untuk menilai hal-hal tertentu

55

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Penerbit Nuansa, Bandung, 2006, hlm. 78

56

Melvin L. Silberman, Active Learning :, hlm. 80 53

(39)

tentang siswa, sedngkan segaian lain cukup berguna untuk memberi gambaran unum. Strategi penilain sederhana ini terutama berguna ketika guru tidak memiliki kesempatan untuk mempelajari karakteristik siswa sebelum saat dimulainya pelajaran. Strategi-straegi itu juga bisa digunakan untuk memperkuat informasi yang guru kumpulkan sebelum dimulainya pemberian materi pelajaran.58

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan strategi penilaian sederhana antara lain adalah:

1) Pertanyaan Penilaian

Ini merupakan cara menarik untuk menilai kelas secara langsung dan, pada sat bersamaan, melibatkan siswa dari awal untu mengenal satu sama lain dan bekerja sama.59

2) Pertanyaan yang Dimiliki Siswa

Ini merupakan cara yang tidak membuat siswa takut untuk mempelajari apa yang dibutuhkan dan diharapkan mereka. Cara ini memanfaatkan tehnik yang mengundang partisipasi melalui penulisan, bukannya pembicaraan.60

3) Penilaian Instan

Ini merupakan strategi yang menyenagkan dan tidak mengancam untuk mengetahui siswa. Guru bisa menggunakannya untuk menilai “secara instan” latar belakang, pengalaman, sikap, harapan dan kepedulian siswa61.

4) Sampel Perwakilan

Adakalanya jumlah siswa dalam kelas sedemikian banyaknya dan mustahil untuk segera memahami siapa saja mereka ini. Prosedur ini memungkinkan guru untuk menarik sampel

58

Melvin L. Silberman, Active Learning :101 Cara Belajar Siswa Aktif , Penerbit Nuansa, Bandung, 2006, hlm. 88

59

Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 89 60

Melvin L. Silberman, Active Learning…..,hlm. 89 61

(40)

perwakilan siswa dari seluruh kelas dan mengetahuinya dengan mewawancarai mereka di depan kelas.62

5) Persoalan Pelajaran

Siswa biasanya memiliki persoalan terhadap pelajaran yang mereka ikuti untuk pertamakalinya, khususnya jika pelajaran ini menggunakan cara belajar aktif. Aktivitas ini memungkinkan diungkapkan dan didiskusikannya persoalan-persoalan tersebut secara bebas tapi sopan.63

c. Strategi Pelibatan Belajar Langsung

Cara lain untuk menjadikan siswa aktif dari awal adalah denga menggunakan strategi-strategi berikut. Strategi itu dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka untuk berfikir. Siswa idak bisa berbuat apa-apa jika pikiran mereka-atau jika “komputer” mereka-tidak di”on”kan! Banyak guru yang membuat kesalahan dengan mengajar terlalu awal-yakni sebelum siswa merasa terlibatdan siap secara mental. Penggunaan beberapa strategi berikut ini akan mengoreksi kecenderungan ini.64

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan strategi pelibatan belajar langsung antara lain adalah:

1. Berbagi Pengetahuan Secara Aktif

Ini merupakan cara bagus untuk mengenalkan siswa kepada materi pelajaran yang diajarkan. Guru juga dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sembari melakukan

62

Melvin L. Silberman, Active learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Penerbit Nuansa, Bandung, 2006, hlm. 95

63

Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 97 64

(41)

kegiatan pembentukan tim. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dan dengan materi pelajaran apapun.65

2. Merotasi Pertukaran Pendapat Kelompok Tiga Orang

Ini merupakan cara terperinci bagi siswa untuk mendiskusikan permasalahan dengan sebagian (dan biasanya memang tidak semua) teman sekelas mereka. Pertukaran pendapat ini bisa dengan mudah diarahkan kepada materi yang akan diajarakan di kelas.66

3. Kembali ke Tampat Semula

Ini merupakan cara yang cukup dikenal untuk menyertakan gerakan fisik pada awal pelajaran. Strategi ini cukup fleksibel untuk digunakan pada beragam aktifitas yang dirancang untuk menstimulir mionat awal terhadap mata pelajaran.67

4. Menyemarakkan Suasana

Sebuah kelas bisa dengan cepat mewujudkan iklim belajar informal yang santai dengan meminta siswa menggunakan humor kreatif tentang materi pelajaran yang tengah diajarkan. Strategi ini tidak hanya akan membuat siswa berhumor ria, namun juga berfikir.68

5. Bertukar Tempat

Kegiatan ini bisa digunakan untuk menstimulasi keterlibatan siswa dalam pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan ini juga

65

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Penerbit Nuansa, Bandung, 2006, hlm. 100

66

Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 103 67

Melvin L. Silberman, Active Learning…, hlm. 105 68

(42)

mengingatkan siswa untuk mendengarkan secara cermat dan membuka diri terhadap berbagai pendapat.69

6. Benar atau Salah

Aktifitas kerjasama ini juga segera menstimulasi keterlibatan terhadap pengajaran yang dilakukan. Kegiatan ini meningkatka pembentukan tim, pertukaran pendapat, dan pembelajaran lansung.70

7. Bertanggung jawab terhadap Mata pelajaran

Rancangan ini memberi peluang bagi siswa untuk memikirkan dan mengakui tanggung jawab individual mereka dalam kegiatan belajar aktif di kelas.71

D. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakuakan oleh guru kepada siswanya sebagai proses transfer knowledge yaitu suatu kegiatan yan terfokus kepada guru sehingga siswa sebagai pelajar terkesan pasif dalam proses belajar tersebut.

Pada proses pembelajaran konvensional, pertemuan antara pengajar dan peserta belajar dilakukan secara langsung dalam suatu kelas, yang menciptakan berbagai efek baik sosial, moril, maupun psikologis bagi peserta belajar tersebut. Tatap mata dari sang pengajar dapat dirasakan sebagai perhatian, teguran, maupun pengawasan. Suasana hiruk-pikuk selama pergantian sesi jadwal belajar ataupun selama diskusi hingga keadaan sunyi senyap kala sang pengajar sedang seriusnya memberikan bahan-bahan pembelajaran, menghadirkan suasana belajar yang hidup.

Sementara itu, bahan-bahan pembelajaran diberikan oleh sang pengajar secara setahap demi setahap, satu kalimat demi satu kalimat, satu rumus demi

69

Melvin L. Silberman, Active Learning :101 Cara Belajar Siswa Aktif , Penerbit Nuansa, Bandung, 2006, hlm. 109

70

Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 111 71

(43)

satu rumus dituliskan dan dijelaskan oleh pengajar dengan intonasi tertentu. Peserta belajar dapat memahami melalui “permainan” intonasi tersebut, mengerti bagian mana yang ditekankan penting oleh sang pengajar dan bagian mana yang hanya berupa keterangan pendukung saja.

Pertemuan antara pengajar dengan peserta belajar serta antarpeserta belajar yang berbeda jenis kelamin, latar belakang keluarga dan status sosial, budaya dan cara pandang, sikap serta pola pergaulan, secara langsung maupun secara tidak langsung akan membentuk kepribadian para peserta belajar.

Jika metode pembelajaran konvensional diperhatikan secara lebih seksama, dapat diketahui bahwa suatu proses pembelajaran tidak hanya menekankan pada aspek ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi juga memiliki sejumlah manfaat lain yang juga penting dalam membentuk kepribadian seseorang.

1. Karakteristik dalam Pembelajaran Konvensional:

Ada beberapa karakteristik dalam pendekatan pembelajaran konvensional antara lain adalah:

a. M

enyandarkan pada hapalan

b. P

emilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.

c. S

iswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.

d. P

embelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.

e. M

emberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.

f. C

(44)

g. W aktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).

h. P

erilaku dibangun atas kebiasaan.

i. K

eterampilan dikembangkan atas dasar latihan.

j. H

adiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.

k. S

iswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.

l. P

erilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.

m. P

embelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.

n. H

asil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

E. Kerangka Berfikir

Pendekatan belajar aktif adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi, yang dilaksanakan oleh siswa, bukan oleh guru; serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si siswa sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya, dan tidak tergantung kepada guru/orang lain jika mereka mempelajari hal-hal baru.

(45)

maka peneliti akan mencoba menerapkan pembelajaran aktif dalam proses belajar-mengajar di kelas.

Dengan adanya prinsip-pronsip pembelajaran aktif, siswa diharapkan mendapat hasil yang maksimal dan bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Jika siswa diajarkan dengan pendekatan pembelajaran aktif, diharapkan akan ada pengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.

F. Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan motivasi belajar matematika siswa antara yang diberikan pendekatan pembelajaran aktif dengan yang diberikan dengan pendekatan konvensional.

Ha = Terdapat perbedaan motivasi belajar matematika siswa antara yang diberikan pendekatan pembelajaran aktif dengan yang diberikan dengan pendekatan konvensional.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah Sekolah Dasar Generasi Rabbani yang beralamat di jalan majelis taklim al-Mansuriyah perumahan Bumi Mutiara desa Bojong Kulur kecamatan Gunung Putri kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu perpertemuan 2 jam pelajaran dikali 35 menit pada semester genap tahun pelajaran 2007/2008, yaitu pada bulan Januari 2008.

B. Metode dan Desain Penelitian

(46)

eksperimen yaitu kelas yang diajar dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Aktif, sedangkan kelas kontrol yaitu kelas yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian: Two Group Randomized Subject Post Tes Only.72 Rancangan penelitian tersebut dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 1 Desain Penelitian

Kelompok Treatment Questioner

(R)E XE T

(R)K - T

Keterangan:

XE : Perlakuan pada kelompok eksperimen E : Kelompok Eksperimen

K : Kelompok Kontrol

T : Angket yang sama pada kedua kelompok R : Proses pemilihan subyek secara random

Dalam penelitian ini, penulis mengambil dua variabel yaitu: 1. Variabel bebas (X): Pendekatan Pembelajaran Aktif 2. Variabel terikat (Y): Motivasi Belajar Matematika Siswa

C. Populasi dan Sampel

72

(47)

Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Dasar Generasi Rabbani. Sedangkan sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas II Sekolah Dasar Generasi Rabbani dan diambil dua kelas yang berjumlah 50 siswa yang terbagi atas dua kelas yaitu kelas Mata Air dan Laut. Penempatan siswa pada kelas II tersebut dilakukan secara acak oleh pihak sekolah tanpa didasarkan atas ranking atau nilai. Maka diasumsikan bahwa setiap kelas pada kelas II SD Sekolah Dasar Generasi Rabbani ini merupakan kelas yang relatif homogen, sehingga penulis tidak melakukan uji homogenitas.

D. Tehnik Pengumpulan Sampel

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar matematika. Tes motivasi belajar matematika ini merupakan tes tertulis yang berbentuk tes pilihan ganda (multiple choice) dengan dua pilihan. Setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan untuk jawaban salah diberi nilai 0. Materi tes yang diberikan kepada siswa mencakup pokok bahasan kesetaraan antar satuan.

Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Kisi-kisi Alat Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa

Dimensi Indikator Favourable Unfavourable Jumlah 1.Ketekunan

2. Mengikuti PBM di kelas

3. Belajar di rumah

(48)

i kesulitan

E. Kontrol Terhadap Validitas Internal

Instrumen terlebih dahulu diujicobakan sebelum digunakan untuk memperoleh data. Uji coba ini dimaksudkan untuk memperoleh validitas dan reliabilitas instrumen.

Gambar

Tabel 14 Rencana Persiapan Pembelajaran Aktif Pertemuan
Gambar 1 Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Kelas
gambaran sekaligus mengembangkan pengetahuan tentang proses belajar-
gambaran unum. Strategi penilain sederhana ini terutama berguna ketika
+7

Referensi

Dokumen terkait

di tempat-tempat perempuan nakal. Biaya yang ia pakai untuk berfoya-foya itu, ia curi dari orang tuanya. Kini, giliran yang terkabarkan sakit payah adalah Pak

Jumlah Peserta yang masuk daftar pendek dan diundang untuk memasukan/upload dokumen penawaran sebanyak 5 (lima) perusahaan :1. Hasil enkripsi data rhs

QUESTIONS AND FILTERS CODE SKIP TO Now I would like to talk about family planning.. The various ways or methods that a couple can use to delay or avoid

Dari hasil penelitia lanjut usia yang memiliki pasangan hidup mengalami sebagian besar tingkat kesepiannya adalah tingkat kesepian rendah 24 orang (60%) dan pada lanjut

Bila pelat dari baja BJ37 dan baut dari baja BJ50, pembuatan lubang dengan bor dan ulir tidak pada bidang geser baut, berapakah beban terfaktor Pu yang dapat dipikul?.

Rasionalnya memberi dukungan emosi, yang dapat menurunkan rasa takut, tingkat ansietas, dan meminimalkan nyeri (Doenges dan Moorhause, 2001). 5) Selma fase laten, ibu

[r]

Menetapkan : KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA TENTANG URAIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PADA DINAS KESEHATAN KOTA