• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerukunan hidup umat beragama di sekolah : studi kasus di SMK Yadika 5 Pondok Aren

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kerukunan hidup umat beragama di sekolah : studi kasus di SMK Yadika 5 Pondok Aren"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA DI SEKOLAH

(Studi Kasus di SMK Yadika 5 Pondok Aren)

Oleh:

IBNU SOLIHIN

NIM. 102032224674

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita

taufik, hidayah, inayah, nikmat dan segala-galanya kepada kita semua, sehingga dengan

kekuatan dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam

semoga selalu tercurahkan dan tersampaikan kepada junjungan kita, baginda besar Nabi

Muhammmad SAW, sebagai suri teladan dan idola yang paling sempurna bagi kita

semua.

Sejak penulis belajar di program studi sosiologi agama jurusan Perbandingan

Agama Fakultas Ushuluddin dan filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta hingga penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini, betapa banyak

bantuan dan sumbangan, baik moril maupun materil, yang telah penulis terima dari

berbagai pihak.

Oleh karena itu, melalui tulisan ini perkenankanlah penulis dari lubuk hati yang

paling dalam menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Amin Nurdin M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuludin dan Filsafat dan

Wakil Dekan Fakultas Ushuludin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuludin dan Filsafat

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Suwarno Imam, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan

(3)

kehormatan dan kebangaan tersendiri bagi penulis bisa berada di bawah bimbingan

beliau.

4. Kepada seluruh guru yang telah mengarjakan banyak hal kepada kami sehingga kami

bisa mengenal huruf sampai dengan menyelasaikan penulisan skripsi ini, kalian

semua adalah cahaya dalam kehidupan ini.

5. Bapak Caskam Cahyadi S.Pd, selaku kepala sekolah SMK Yadika 5 Pondok Aren dan

segenap Para guru dan Pegawai SMK Yadika 5 Pondok Aren yang telah memberi

izinkepada penulis untuk melakukan penelitian serta meluangkan waktu dan

memberikan kemudahan melakukan penelitian.

6. Perpustakaan pusat serta Perpustakaan Fakultas Ushuludin dan Filsafat Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga telah memberikan bantuan

berupa bahan-bahan yang menjadi refrensidalam penulisan skripsi ini.

7. Secara khusus skripsi ini penulis persembahakan kepada kedua orang tua penulis

yang tercinta, Ayahnda muslih dan Ibunda Muhaya yang senantiasa menjaga,

membimbing dan memotivasi penulisdengan tulus serta selalu mendo’akan agar

penulis selalu sukses dalam segala hal. Anada sadar semua jasa baik bapak dan ibu

tidak akan dapat terganti dengan apapun di dunia ini.

8. Adik-adikku tercinta, Babay Umaya, Nurlaila Serta Faris Ilham Al-Faizi yang telah

menghilangkan kepenatan dan rasa stress penulis dengan semua canda, kasih sayang

dan kebersamaan kalian.

9. Noe2, seorang yang selama ini telah menjadi penyempurna dari segala kekurangan

(4)

10.Sahabat-sahabat penulis, diantaranya Doni Setiawan yang telah membantu saya

dalam menyelesaikan skripsi ini, Uut, Insan, Teguh, Bom-Bom, Heri, Ina, Uswah, Aef

dan semua teman-teman seperjuangan kelas Sosiologi Agama angkatan 2002. Haris,

Dede, Salim, Kurni (The Best), semua pemuda Pondok Jaya dan sahabat-sahabt

lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, kalian semua yang terhebat dalam

sejarah hidup ini.

Selain itu, tidak pula penulis mohon maaf apabila dalam penulisan ini terdapat

banyak kekliruan dan kesalahandan kekeliruan, karena penulis sadar bahwa rulisan ini

masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran sangatlah penulis harapkan. Akhirnya,

kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, semoga skripsi ini bermanfaat, Amin.

Jakarta, 26 Maret 2008 18 Rabiul Awal 1429

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……….. iv

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah………...…...…….... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah………... 4

C. Tujuan Penelitian……….………..….. 5

D. Metodologi Penelitian………..………...…. 5

E.Sistematika Penulisan………...………...…. 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS………. 9

A. Pengertian kerukunan Hidup Umat Beragama……….………… 9

B. Ladasan Kerukunan Hidup Umat Beragama………….….……...18

C. Prisip Kerukunan Hidup Umat Beragama……….….…….. 29

BAB III GAMABARAN UMUM SMK YADIKA 5 PONDOK AREN, TANGERANG……….…… 34

A. Sejarah Singkat dan Perkembangannya………... 34

B. Struktur Organisasi dan Tujuannya……….………. 35

C. Keadaaan Guru, Siswa-Siswi dan Karyawan……….…….. 37

D. Pedoman Kurikulum dan Proses Belajar Mengajar………. 43

E. Fasilitas Sarana dan Prasarana………. 44

(6)

A. Pembinanaan Kerukunan Hidup Umat Beragama di SMK Yadika

5……….……….. 46

B. Kerukunan Hidup Umat Beragama Antar Siswa-Siswi SMK Yadika 5……….. 53

1.Dalam Proses Belajar Mengajar Pelajaran Agama…….…… 54

2.Dalam Situasi Ibadah……….. 55

3.Dlam Situasi Peringatan Hari Besar Keagamaan………... 57

4.Dalam Situasi Pergaulan Antar Siswa-Siswi……….. 58

5.Dalam Situasi Pendidikan Ekstra Kulikuler……….... 60

C. Faktor Yang Mendukung dan Menghambat Terciptanya Kerukunan Hidup Umat Beragama di SMK Yadika 5 Pondok Aren……….……….…….…….. 61

BAB V PENUTUP ……….……….64

A. Kesimpulan………. 64

B. Saran-Saran………. 66

DAFTAR PUSTAKA

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia pada saat ini, yang diikuti oleh pergantian masa membawa

kita kedalam kehidupan yang multikultural. Pergantian masa itu adalah sunatullah yang

tidak bisa kita tolak. Pergantian masa akan diikuti oleh transformasi semua realitas

kehidupan manusia yang meliputi politik, ekonomi, budaya, hukum, ideologi, agama, dan

lain sebagainya.

Dari semua realitas kehidupan itu, agama nampaknya mengandung daya tarik

sendiri untuk diperbincangkan. Dibandingkan dengan realitas lainnya seperti politik dan

ekonomi, agama menempati posisi yang unik dalam jantung manusia. Sebagai contoh,

misalnya ekonomi secara langsung dan kongkret bersentuhan dengan pemenuhan

kebutuhan manusia secara fisik, maka agama tidak demikian. Agama adalah realitas

ontologism yang mutlak, sehingga “pembumian” dan “pemanusiaan” agama melewati

rentang antropologis dan historis yang berlaku dan panjang.

Agama menghendaki adanya hubungan baik antar sesama manusia, dengan

mengajarkan hidup rukun, tidak hanya mengajarkan hidup rukun antara umat seagama

melainkan antar umat beragama. Dengan hidup rukun tersebut diharapkan kehidupan

(8)

manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan kerjasama dengan manusia lainnya

dalam menjalani kehidupan ini.

Untuk mencapai kehidupan umat beragama yang maju, damai dan sejahtera lahir

dan batin, ajaran kebersamaan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuaan harus dapat

diwujudkan dan juga harus dapat berperan penting dalam kehidupan. Sila pertama dalam

pancasila yang menyebutkan bahwa bangsa Indonesia berdasarkan ketuhanan Yang Maha

Esa, merupakan sinyalemen bahwa sebagian besar penduduk Indonesia adalah beragama.

Ajaran kebersamaan, persatuan dan kesatuan untuk terwujudnya kerukunan hidup

beragama memiliki peranan penting dalam mencapai cita-cita luhur, yaitu kehidupan

umat beragama yang maju, damai, sejahtera lahir-batin. Menurut sensus Biro Pusat

Statistik tercatat sebagian besar penduduk bumi beragama; dan di Indonesia sendiri

mayoritas penduduknya beragama.

Dengan keragaman agama yang ada dan jumlah penganutnya yang cukup besar,

kebutuhan terhadap pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa merupakan kebutuhan

yang mutlak dan sekaligus merupakan tantangan yang tidak ringan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, bagi umat beragama dan pemerintah tidak ada

pilihan lain yang lebih utama dalam mempertahankan stabilitas dan ketahanan nasional,

kecuali memantapkan kerukunan hidup beragama.

Sebagai bangsa yang multikulturalisme, kita juga harus menerima dan

menjalankan kerukunan bukan karena sebuah paksaan melainkan menjadi sebuah

(9)

Penggunaan istilah “kerukunan hidup beragama sebagai jalan hidup” diilhami

oleh pemikiran Louis Wirth tentang urbanisme sebagai jalan hidup (urbanism as way of life).1 Tesis Wirth menjelaskan, bahwa peradaban moderen ditandai oleh pertumbuhan kota-kota yang kecenderungan kehidupan perkotaan yang semakin merata dikalangan

masyarakat moderen pendukung peradaban tersebut. Sebenarnya, selain urbanisme, jalan

hidup moderen mencakup juga kerukunan hidup antar umat beragama sebagai

perwujudan dan penghormatan masyarakat modern atas hak-hak individu dan kelompok

dalam menganut iman dan kepercayaan yang beraneka ragam.

Pengembangan kerukunan hidup beragama menjadi suatu syarat utama untuk

tercapainya kehidupan yang dicita-citakan. Termasuk pula pada sekolah, karena ada

beberapa sekolah di negeri ini yang siswa-siswinya menganut agama yang berbeda. Oleh

karena itu, kerukunan hidup beragama harus ditanamkan dan dibangun oleh segenap

masyarakat, termasuk masyarakat di lingkungan sekolah. Dalam hal ini, yang dijadikan

sampel penelitian yaitu siswa-siswi sekolah SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren,

Kabupaten Tangerang.

Pelajar, selaku penganut agama, memahami dan mengamalkan ajaran agama

sesuai keyakinan masing-masing adalah suatu kewajiban, sehingga dimungkinkan

terciptanya kerukunan hidup beragama di lingkungan sekolah. Namun, kerukunan dapat

terusik karena munculnya fenomena konservatisme, fundamentalisme sempit dan ekstrim

keagamaan. Sebaliknya, toleransi berlebihan dapat pula terjadi korban atas kemurnian

keyakinan atau menjadi agama campuran.

1

(10)

Sehubungan dengan hal tersebut, pengembangan kerukunan hidup beragama

dikalangan pelajar perlu memperoleh perhatian, apalagi mengingat posisinya sebagai

intelektual dan generasi penerus cita-cita dan calon pemimpin bangsa di masa yang yang

akan datang. Dalam konteks tersebut perlu diketahui perwujudan kerukunan hidup

beragama di kalangan pelajar.

Masalah pokok dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah perwujudan kerukunan

hidup beragama di kalangan pelajar di sekolah? Dalam hal ini, dapat dilihat pada aspek

aktivitas peribadatan, sosial, kebijakan pengembangan kehidupan beragama dan

faktor-faktor pendukung serta penghambatnya.

Oleh karena itu, berdasarkan pengamatan penulis mengenai permasalahan yang

telah dipaparkan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahasnya dan

menuangkannya dalam penelitian ini, dengan judul: KERUKUNAN UMAT

BERAGAMA DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok

Aren, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten).

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian yang akan dilakukan dan mempertajam

permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi permasalahan tersebut pada

kerukunan hidup umat beragama di sekolah SMK Yadika 5, Kecamatan Pondok Aren,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, pada tahun 2007.

Dari penjelasan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

muncul pokok pertanyaan. Bagaimanakah kerukunan hidup umat beragama antar

(11)

Untuk mendukung pertanyaan di atas maka muncullah pertanyaan Bagaimana

pembinaan kerukunan hidup umat beragama di SMK Yadika 5?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran perwujudan kerukunan hidup beragama di kalangan

siswa-siswi yang berbeda agama di sekolah di SMK Yadika 5 Pondok Aren.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang pembinaan kerukunan hidup beragama.

3. Menginventarisasi bentuk-bentuk kebijakan dan faktor yang mendukung dan yang

menghambat terciptanya kerukunan hidup beragama di kalangan siswa-siswi SMK

Yadika 5 Pondok Aren.

4. Kajiaan ini dapat menambah wawasan tentang kebijakan dan perwujudan kerukunan

hidup beragama dikalangan pelajar dilingkungan sekolah. Dengan demikian, dapat

diupayakan model-model pembinaan agar kerukunan semakin mantap dan dinamis.

D. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data yang lengkap dan objektif, maka peneliti melakukan

beberapa langkah penelitian, yaitu :

1. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian dengan cara mengumpulkan dan menelaah beberapa literatur buku-buku ilmiah dan sumber cetak

lainnya yang memiliki relevansi dengan objek penelitian ini, sebagai dasar-dasar

(12)

2. Penelitian lapangan ( field research), yaitu peneliti terjun langsung ke SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren untuk mengumpulkan data primer, dengan teknik

pengumpulan data, yaitu :

a. Qeistioner atau angket, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden yang telah ditentukan sebagai

sampel. Dalam penentuan sampelnya penulis menggunakan teknik random sampling (pengambilan sampel secara acak).

b. Interview atau wawancara, yaitu teknik pengumpulan data untuk memperoleh keterangan sesuai dengan tujuan penelitian dengan cara tanya-jawab secara lisan

antara peneliti dengan informan dengan menggunakan alat yang dinamakan

interview guide (pedoman wawancara).2 Pelaksanaan wawancara pun dilakukan tidak hanya sekali atau dua kali, melainkan berulang-ulang dengan intensitas yang

tinggi, dari informan yang satu ke informan yang lain agar bisa mendapatkan data

ataupun informasi yang lebih valid dan akurat.

c. Observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara

mengamati langsung terhadap objeknya disertai pencatatan secara sistematik

terhadap fenomena yang diselidiki.3 Teknik ini memungkinkan peneliti menarik makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang

diamati. Melalui teknik ini peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak

terucapkan, bagaimana teori digunakan langsung dan sudut pandang narasumber

atau responden yang mungkin tidak didapati dari wawancara.

3. Analisis Data

2

Moh. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985) h. 182 3

(13)

Setelah data diperoleh, selanjutnya data tersebut, akan disajikan dalam bentuk tabel

persentase (%), kemudian dianalisis secara kuantitatif dan akan disajikan dalam

variasi bentuk tabel persentase (%), dengan menggunakan metode analisis statistis.

Prosesnya dibagi menjadi tiga tahap, yang satu sama lain berkaitan erat. Tahap

pertama adalah tahap pendahuluan yang disebut tahap pengolahan data. Tahap

berikutnya adalah tahap pokok yang di sebut tahap pengorganisasian data. Adapun

tahap terakhir adalah tahap penemuan hasil.4 Peneliti mencoba mereduksi aspek-aspek penting yang muncul dan memuat ringkasan tiap-tiap kasus. Peneliti

menganalisis tiap-tiap kasus dari data yang dikelompokan dan berusaha untuk

memahami secara utuh dari tema-tema penting, khususnya mengenai kerukunan

beragama siswa-siswi SMK Yadika 5 Pondok Aren, Tangerang, yang penulis lakukan

selama 3 bulan yaitu sejak tanggal 6 Mei 2007 s.d 10 Juli 2007.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan

Disertasi” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun sistematika penulisan dalam

penelitian ini, terdiri dari lima Bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Batasan dan

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Teoritis, yang meliputi Pengertian Kerukunan Hidup umat

Beragama, Landasan Kerukunan Hidup Beragama dan Prinsip kerukunan Hidup Umat

Beragama.

4

(14)

BAB III Gambaran Umum SMK Yadika 5 Pondok Aren, yang meliputi Sejarah

Singkat dan Perkembangannya, Struktur Organisasi dan Tujuannya, Keadaan Guru,

Siswa-Siswi dan Karyawan, Pedoman Kurikulum dan Proses Belajar Mengajar, serta

Fasilitas Sarana dan Prasarana.

BAB IV Kerukunan Hidup Beragama dan Perwujudan serta Pengembangannya di

SMK Yadika 5, yang meliputi: Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama, Kerukunan

Umat Beragama antar Siswa-Siswi, yang terdiri dari: Kondisi Proses Belajar Mengajar

Studi Agama, Kondisi Ibadah, Kondisi Hari Besar, Kondisi dalam Pergaulan

Siswa-Sisiwi, serta Kondisi Penggunaan Atribut Keagamaan, dan Faktor yang Mendukung dan

Menghambat Kerukunan Hidup Beragama.

BAB V Penutup, yang terdiri dari: Kesimpulan dan Saran-Saran, dimana pada

bagian akhir terdapat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

(15)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Kerukunan Hidup Umat Beragama

Kerukunan berasal dari akar kata “rukun”. Secara etimologis pada mulanya kata

rukun berasal dari bahasa Arab, yaitu; “raknun” yang berarti tiang, dasar, atau sila.5 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata rukun diartikan; (1) baik dan damai, tidak

bertengkar (tentang pertalian persahabatan); (2) bersatu hati, bersepakat. Sedangkan arti

kerukunan, yaitu: (1) perilaku hidup rukun; (2) rasa rukun, kesepakatan.6 Dalam kaitan sosial, kata rukun diartikan dengan adanya yang satu mendukung keberadaan yang lain.7

Niels Murder mengartikan kata “rukun” adalah berada dalam keadaan selaras,

tenang dan tentram tanpa perselisihan dan pertentangan, bersatu dalam maksud untuk

saling membantu.8 Bila kata rukun diawali ke dan diakhiri sisipan- an, maka menunjukan perihal hidup rukun, keagamaan, persepakatan dan perasaan rukun/bersatu hati.9

Jamak dari raknun adalah “arkan” yang artinya suatu bangunan sederhana yang terdiri dari berbagai unsur. Dari kata arkan diperoleh pengertian, bahwa kerukunan merupakan satu kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur yang berlainan dan setiap unsur

5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka,1988), h. 658

6

Lukman Ali, et.al., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 850 7

Hamka Haq, Jaringan Kerjasama Antar Umat Beragama Dari Wacana ke Aksi Nyata, (Jakarta: Titahandalusia, 2002), h. 54

8

Niels Mulder, Keperibadian Jawa dan Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Gajah Mada University Press, 1986), h. 39

9

(16)

tersebut saling menguatkan. Kesatuan tidak dapat terwujud jika ada diantara unsur

tersebut yang tidak berfungsi.10

Kerukunan adalah kehidupan bersama yang diwarnai oleh suasana yang baik dan

damai. Hidup rukun berarti tidak bertengkar, melainkan bersatu hati dan sepakat dalam

berfikir dan bertindak demi mewujudkan kesejahtraan bersama.11 Didalam kerukunan semua orang bisa hidup bersama tanpa kecurigaan, dimana tumbuh semangat dan sikap

saling menghormati dan kesediaan untuk bekerjasama untuk kepentingan bersama.

Bagi Parsudi Suparlan, konsep umat di sini adalah masyarakat. Hal tersebut,

sejalan dengan pernyataanya mengenai masyarakat:

Masyarakat diartikan sebagai satuan kehidupan sosial manusia yang menempati wilayah tertentu, yang keteraturan dalam kehidupan sosial tersebut dimungkinkan karena adanya seperangkat pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan kebudayaan yang mereka miliki bersama. Sedangkan yang dimaksud dengan agama dalam penelitian ini tidak di pandang sebagaimana yang terdapat dalam teks-teks suci, akan tetapi agama dilihat sebagai kebudayaan, yaitu suatu simbol atau sistem pengetahuan yang menciptakan atau menggolong-golongkan, dan menggunakan simbol-simbol itu untuk berkomunikasi dan menghadapi lingkungannya.12

Agama mengandung arti kepercayaan kepada Tuhan, ibadah dan kewajiban yang

bertalian dengan keyakinan. Beragama berarti memeluk agama.13 Jadi, beragama dapat diartikan memeluk agama.

Banyak yang mengartikan agama, jika dilihat dari bahasa sansekerta agama

berarti tidak kacau. Sedangkan menurut istilah, agama banyak yang mendefenisikan,

diantaranya sebagai berikut:

10

Agil Husein, Fikih Huibungan Antar Agama, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 4 11

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1997), h. 8

12

Parsudi Suparlan, Pengetahuan Budaya, Ilmu-Ilmu Sosial dan Pengkajian Masalah-masalah Agama, (Jakarta: Proyek Penelitian dan Pengembangan Agama, Depag RI,!981/1982), h. 87

13

(17)

Menurut H. Mukti Ali, agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan Yang

Maha Esa dan hukum yang diwahyukan kepada utusan-utusannya untuk kebahagian

hidup manusia di dunia dan di akhirat. Selanjutnya, menurut beliau, ciri-ciri agama ialah

mempercayai akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai Kitab suci dari Tuhan

Yang Maha Esa, mempercayai akan adanya rasul atau utusan dari Tuhan Yang Maha Esa,

mempunyai hukum tersendiri bagi kehidupan penganutnya berupa perintah dan

petunjuk.14

Menurut Emile Durkheim, agama adalah sistem yang menyatu mengenai berbagai

kepercayaan dan peribadatan yang berkaitan dengan benda-benda sakral,

kepercayaan-kepercayaan dan ibadat-ibadat yang mempersatukan semua orang yang menganutnya ke

dalam komunitas moral yang disebut gereja.15

Menurut Islam, agama memiliki peran dan fungsi yang sangat signifikan bagi

pemeluknya. Hal ini terbukti dalam dua dimensi penting yang terdapat di dalam ajaran

Islam, yakni dimensi Ilahiyyah (Ke-Tuhan-an) atau sering juga disebut dengan

Ubuddiyah (Ritual/ibadah) dan dimensi mua’malah (hubungan sosial kemasyarakatan).

Agama sangat penting bagi kehidupan manusia karena agama mempunyai

berbagai fungsi seperti diungkapkan oleh Thomas. F. O’Dea, yang menuliskan enam

fungsi agama, di antaranya:

1. Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi.

2. Sarana hubungan transidental melalui pemujaan dan upacara ibadah.

14

Mudjahid Abdul Manaf, Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994), h. 3-4

15

(18)

3. Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada.

4. Pengoreksi fungsi yang sudah ada.

5. pemberi identitas diri.

6. Pendewasaan agama.16

Agama yang dimaksud di sini adalah agama yang telah disahkan atau diakui oleh

pemerintah melalui Undang-undang, yaitu Islam, (Kristen) Protestan, Katolik, Hindu dan

Buddha serta Khonghucu.

Kemudian, yang dimaksud dengan umat beragama adalah setiap orang yang

menganut agama tertentu yang sesuai dengan pilihan hati nuraninya. Dengan demikian,

tidak dibedakan-bedakan disini seorang pemeluk agama menurut pangkat, jabatan atau

apapun yang melekat pada dirinya.

Menurut Von Weise golongan agama adalah golongan gaib atau golongan

abstrak. Maksud golongan gaib atau abstrak dalam bentuk hasil hidup yang berdasarkan

paham. Persatuan dalam golongan agama sebagai golongan gaib diikat oleh hubungan

batin antara anggotanya yang menjadikan anggota golongan ini sebagai golongan kekal,

karena yang melihat dan menerima agama bukan sebagai suatau yang membosankan,

melainkan sebagai penggerak (spirit) yang hidup dan yang menggetarkan seluruh jiwa

dan tubuhnya serta mempunyai pengaruh besar terhadap anggota-anggotanya.17

Kerukunan beragama merupakan sesuatu yang harus ditanamkan dan

dikembangkan dalam kehidupan kita. Dan hidup rukun harus pula diajarkan dan

ditanamkan kepada para pelajar agar tidak terjadi konflik-konflik yang mengatasnamakan

16

Thomas F. O’dea.”The Sosiologi Of Religion”. (terjemahan) Tim Penerjemah Tasogama. Dalam buku Dadang Kahmadi, Sosiologi Agama (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h.130

17

(19)

agama dilingkungan sekolah, masyarakat dan negara. Nilai-nilai kerukunan beragama

harus diajarkan kepada pelajar, agar mereka tidak mudah terpengaruh terhadap publikasi

media masa tentang konflik-konflik yang terjadi yang dilatar belakangi oleh agama.

Dengan demikian, kerukunan hidup umat beragama pada dasarnya adalah

kerukunan yang terwujud diantara umat beragama dalam kehidupan sosial tanpa

mempersoalkan agama yang dianut oleh masing-masing anggota masyarakat. Sedangkan

agama yang dianut oleh masing-masing orang dalam masyarakat tersebut tidak bisa

disamakan, karena masing-masing agama memiliki ajaran yang khas, yang

mencirikannya sekaligus membedakan dengan agama lain.

Balitbang Departemen Agama memberikan pengertian kerukunan umat beragama

adalah terciptanya suatu hubungan yang harmonis dan dinamis serta rukun dan damai di

antara umat beragama di Indonesia, yaitu hubungan harmonis antara sesama umat

beragama dan umat beragama yang berbeda agama serta antara umat beragama dan

permerintah dalam usaha mempekokoh kesatuan dan peratuan bangsa serta meningkatkan

amal untuk bersama-sama membangun masyarakat sejahtera lahir batin.18

Menurut Sudjangi kerukunan hidup umat beragama adalah:

Kerukunan yang terwujud diantara berbagai agama, bukan kerukunan agamanya, maka yang terjadi sasaran perhatian dalam kajian mengenai kerukunan hidup beragama sebenarnya adalah kerukunan sebagaimana terwujud dalam sebuah interaksi. Kata interaksi selalu mengacu kepada adanya hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang memiliki identitas. Dalam kaitannya dengan kerukunan hidup umat beragama, maka interaksi yang terwujud di antara umat atau penganut agama yang berlainan itu tidak memunculkan atau menonjolkan identitas agama masing-masing, yang memang disadari memiliki ajaran yang tidak mungkin bisa dikompromikan. Tidak mengaktifkan simbol-simbol agama atau tidak menonjolkan identitas agama dalam interaksi secara

18

(20)

implisit merupakan pengakuan akan adanya perbedaan-perbedaan diantara agama-agama tersebut sekaligus menghargai perbedaan-perbedaan tersebut.19

Kerukunan sebagai interaksi sosial bersifat dinamis. Suatu masyarakat yang

mula-mula rukun bisa tidak menjadi rukun, dan sebaliknya masyarakat yang mula-mula-mula-mulanya

tidak rukun dapat menjadi kembali rukun. Perubahan yang terjadi ini tergantung dari

proses interaksi dari pihak yang bersangkutan yakni penganut agama.

Dalam ilmu sosial, istilah kerukunan menjadi bagian yang tercakup dalam konsep

integrasi. Intergrasi adalah penyatuan kelompok-kelompok yang tadinya terpisah satu

sama lain dengan melenyapkan perbedaan-perbedaan sosial dan kebudayaan yang adanya

sebelumnya. Integrasi sosial dapat juga diartikan sebagai diterimanya seorang individu

oleh anggota-anggota lain dari suatu kelompok.20

Untuk menciptakan kerukunan itu membutuhkan nilai-nilai ajaran agama yang

benar bagi umat beragama, sehingga perilaku umat beragama dapat senantiasa dilandasi

nilai-nilai tersebut.

Mukti Ali mengemukakan, bahwa konsep teori yang dapat digunakan untuk

menciptakan kerukunan hidup beragama itu ada 5 (lima), yaitu :

1. Menganggap bahwa pada dasarnya semua agama adalah benar, yang menurutnya

konsep ini akan membawa implikasi sinkritisme.

2. Dengan jalan conception, pandangan ini menawarkan pemikiran bahwa orang harus menyelami secara mendalam dan meninjau kembali ajaran-ajaran agamanya sendiri

dalam rangka konfrontasinya dengan agama-agama lain.

19

Sudjangi, Kajian Agama dan Masyarakat III Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama 15 Tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Agama 1975-1990, (Jakarta Depag RI, 1992/1993), h.248

20

Ahmad Fedyani Saefuddin, Konflik dan Integrasi: Perbedaan Faham Dalam Agama Islam

(21)

3. Syntesa, yakni menciptakan suatu agama baru yang elemen-elemennya diambil dari agama lain atau berbagai agama.

4. Dengan jalan penggantian, mengakui agama sendiri sebagai satu-satunya agama yang

benar dan memaksa pemeluk agama lain untuk memeluk agamanya.

5. Agree in Disegreement (setuju dalam perubahan). Gagasan ini menekankan bahwa agama yang ia peluk itulah yang paling baik. Walaupun demikian dia mengakui,

diantara agama yang satu dengan agama yang lainnya selain terdapat perbedaan juga

terdapat persamaan. Pengakuan seperti ini akan membawa kepada suatu pengertian

yang dapat menimbukan adanya saling harga menghargai dan saling hormat

menghormati diantara kelompok-kelompok pemekuk agama yang satu dengan yang

lainnya. Dari kelima konsep tersebut, Mukti Ali sendiri lebih cenderung megambil

konsep yang kelima. 21

Banyak sekali kasus mengenai kerukunan hidup umat beragama dari berbagai

daerah, disana ditemukan nilai-nilai kewajaran, dimana penduduk yang berlainan agama

hidup berdampingan dalam pola kekerabatan dan ketenangan melalui kegiatan

tolong-menolong dan gotong-royong.

Selain kewajiban, dinamika kerukunan ditandai oleh kesediaan untuk berkorban

dalam menciptakan keharmonisan kehidupan antar sesama warga yang berlainan agama.

Adapun bentuk-bentuk kerukunan umat beragama yang ideal itu tidak ada, akan

tetapi upaya kearah sana itu mesti ada. Setiap pemeluk agama harus memiliki hati yang

21

(22)

bersih, saling menghargai dan harus memahami betul tugasnya di bumi ini. Kerukunan

hidup umat beragama menjadi prasyarat untuk membangun bangsa di masa depan.

Kerukunan hidup umat beragama ditengah kemajemukan menjadi sangat penting. Hal ini

perlu penetapan agar kelangsungan hidup lebih terjamin. Dalam rumusan ringkas,

kerukunan umat beragama yaitu terciptanya suatu hubungan yang harmonis dan dinamis

antar umat beragama. Dalam hubungan tersebut terdapat suasana kebersamaan dan

bekerjasama yang rukun dan damai. Dalam konteks ini dibatasi pada kerukunan umat

beragama dikalangan pelajar SMK Yadika 5 Pondok Aren.

Pelajar adalah setiap orang yang yang terdaftar untuk mengikuti kegiatan belajar

di sekolah. Pelajar pada Sekolah Menengah Atas sering diistilahkan remaja. Remaja

berasal dari kata latin “adolescere” yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Dalam bahasa Inggris kata “adolescent” diartikan sebagai suatu periode perkembangan manusia yang dimulai dengan masa cukup umur (puber) dan berakhir

dengan tercapainya kematangan sebagai orang dewasa.22

Remaja adalah anak dalam usia 13 tahun sampai 21 tahun, bila kita meninjau dari

segi usia, tapi bila ditinjau dari segi tingkah laku, banyak yang di atas 21 tahun

bertingkah laku seperti remaja. Remaja juga merupakan pribadi yang sedang tumbuh dan

berkembang menuju kedewasaan. Dalam perkembangannya tidak sedikit

perubahan-perubahan yang dialami, perubahan-perubahan fisik seringkali diikuti oleh adanya perubahan-perubahan

emosional, yang kemudian menjelma menjadi remaja yang sensitive, mudah sekali

terpancing oleh suasana sekitarnya, dan cepat sekali mengikuti perubahan yang terjadi

pada lingkungannya, suka sekali mengikuti mode-mode yang sedang berlaku tanpa

22

(23)

berpikir lagi, apakah sesuai atau tidak pokoknya ikut perkembangan masa, dan remaja

tersebut bersifat labil.23

Sebenarnya masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari

kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah

perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Anak-anak jelas

kedudukkannya, yaitu yang belum dapat hidup sediri, belum matang dari segala segi,

hidup masih bergantung pada orang dewasa dan belum dapat diberi tanggung jawab atas

segala hal. Masa dewasa juga jelas. Pertubuhan jasmani telah sempurna, kecerdasan dan

emosi telah cukup berkembang.24

Definisi-definisi di atas dengan jelas memberikan pengertian bahwa remaja adalah

tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir. Masa ini merupakan masa

peralihan di mana ia bukan lagi anak-anak tetapi belum juga sepenuhnya menjadi orang

dewasa sifat dan tingkah lakunya belum sempurna atau labil dan mudah terpengaruh

terhadap lingkungan serta ingin mencoba hal-hal yang baru.Untuk itu pendidikan dan

pembinaan kerukunan hidup beragama sangat penting di kalangan pelajar agar tidak

terjadinya hal-hal yang negatif seperti konflik khususnya yang dilatar belakangi oleh

agama.

B. Landasan Kerukunan Hidup Umat Beragama

1. Landasan Global

Sejak dahulu hingga sekarang, masalah kebebasan beragama selalu menjadi

perhatian umat manusia, ada beberapa keputusan penting dalam sejarah yang berkaitan

23

Mahdiah, Remaja, Da'wah Islam Dan Perjuangan, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), h.5-6. 24

(24)

dengan agama yang dikemukakan disini, yaitu Deklarasi tentang Hak Asasi Manusia,

Piagam Madinah dan Konsili Vatikan.25 a. Deklarasi Hak Asasi Manusia

Pada tanggal 10 Desember 1945 ditetapkan deklarasi tentang Hak Asasi

Manusia (The Universal Declaration of Human Right). Deklarasi ini memuat kebebasan beragama pada pasal 18, yang menerangkan bahwa kebebasan beragama

merupakan salah satu hak asasi manusia (HAM).

b. Piagam Madinah

Sebelum lahir Diklarasi (HAM), yaitu pada tahun 624 Masehi, Nabi

Muhammad SAW telah menetapkan Piagam Madinah. Piagam ini meletakkan

dasar-dasar kebebasan dan kerukunan hidup beragama. Dengan piagam tersebut telah

ditunjukan bagaimana hidup berdampingan secara damai penganut-penganut agama

dan semua golongan.

c. Konsili Vatikan

Selanjutnya, konsili vatikan II (Katolik) juga telah menghasilkan keputusan

antara lain tentang kebebasan beragama dan sikap gereja terhadap agama-agama

non-Kristen. Kebebasan beragama hak setiap orang yang harus dilindungi dan didukung

oleh masyarakat, pemerintah dan gereja-gereja menunjukan rasa hormat terhadap

Hinduisme, Buddhisme dan terutama terhadap Islam yang juga menyembah Allah

Yang Maha Kuasa.

2. Landasan Nasional

25

(25)

a. Landasan Ideal Pancasila

Pancasila, bagi bangsa Indonesia menjadi sebuah nilai yang sangat dijunjung

tinggi dan sangat dihormati. Karena, pancasila sebagaimana terdapat dalam

pembukaan UUD 45 adalah telah diakui sebagai dasar Negara yang dapat digunakan

sebagai falsafah, pandangan hidup dan landasan moral berbangsa.

Dari berbagai kajian dan pandangan umum masyarakat, isi dari butir-butir

pancasila telah mencerminkan adanya nilai-nilai luhur keagamaan, kemanusian dan

nilai sosial yang sifatnya universal, serta dapat mendorong terwujudnya semangat

persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia menjadi suatu bangsa yang kokoh.

Secara singkat nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila, yang dapat

dijadikan sebagai landasan pemikiran untuk mencegah dan mewaspai konflik antar

umat beragama adalah sebagai berikut:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama yang menyatakan ketuhanan Yang Maha Esa mengandung

arti bahwa semua agama yang diakui di Indonesia mengakui dan menyakini

tentang adanya Tuhan Yang Satu, Yang Maha Kuasa dan Maha Besar, meskipun

cara mengekspresikannya antara satu agama dengan agama yang lain bebeda.

Ketuhanan Yang Maha Esa juga mengandung makna bahwa bangsa

Indonesia hendaknya bersifat religius, menjunjung tinggi manusia yang beragama,

percaya terhadap Tuhan yang Maha Esa apapun nama agamanya. Dengan dasar

yang bersifat religius ini, seluruh umat beragama didorong untuk saling

(26)

2) Kemanusian Yang Adil dan Beradab

Sila kedua, yang menyatakan kemanusiaan yang adil dan beradab

mengandung nilai universal, bahwa bangsa Indonesia hendaknya memiliki rasa

kemanusiaan yang tinggi, menghargai hak asasi kemanusian, menghormati dan

mencintai manusia tanpa pandang perbedaan agama, asal-usul suku bangsa dan

tingkat status sosial.

Pernyataan kemanusiaan yang adil dan beradab juga mengandung nilai

luhur agar bangsa Indonesia tidak bersikap dan bertindak kepada siapapun juga

dengan cara sewenang-wenang, menindas, eksploitatif, dzolim, aniaya dan

diskrimnatif.

3) Persatuan Indonesia

Sila ketiga dengan pernyataan persatuan Indonesia mengandung makna

bangsa Indonesia yang sangat majemuk ini agar memiliki kesadaran tetap bersatu,

saling tolong menolong, hidup rukun, harmoni dan damai dalam wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan.

Pernyataan sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam perwakilan permusyawaratan, mengandung nilai yang

mendukung sistem demokrasi. Pernyataan ini menghendaki agar bangsa Indonesia

(27)

dasar musyawarah ini berarti bangsa Indonesia tidak menghendaki adanya

tindakan atau keputusan yang sepihak, yang otoriter, yang sewenag-wenang.

Selain itu, nilai musyawarah juga dimaksudkan agar bangsa Indonesia mengakui

dan menghargai eksistensi setiap orang, setiap kelompok, dan setiap komunitas

baik yang kecil maupun yang besar.

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila kelima, yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam prisip keadilan sosial yang terkandung pada sila kelima ini, merupakan

nilai universal yang didukung oleh semua ajaran agama dan norma sosial.

Pernyataan tersebut mengandung makna agar rakyat Indonesia memiliki rasa

keadilan antara sesama warga Indonesia, pada berbagai bidang kehidupan sosial.

Berbagai pemikiran dan kajian sosial menunjukan bahwa faktor keadilan sangat

menentukan tingkat persatuan masyarakat dan bangsa. Untuk itu, keadilan sosial

bagi seluruh bangsa Indonesia harus diciptakan dan direalisasikan demi mencegah

disintegrasi bangsa dan selalu terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa

Indonesia.

b. Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)

Setiap warga Negara Indonesia sepatutnya mengerti dan memahami UUD 45.

Jika kita mengerti dan memahami UUD 45, maka kita akan mengetahui dasar yang

kuat tentang kehidupan agama-agama di Indonesia. Dengan pemahaman ini, maka

umat beragama akan mampu memposisikan dirinya dalam masyarakat berbangsa,

(28)

Pertama, pada pembukaan undang-undang 1945, alenia ketiga disebutkan:

“atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa maka rakyat Indonesia menyatakan

dengan ini kemerdekaannya.” Pernyataan, “berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”

ini merefleksikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan

menghargai nilai-nilai agama.

Kedua, beberapa pasal dari UUD 45 dan amandemen pasal-pasal UUD 45

secara jelas menyatakan beberapa hal tentang masalah keagamaan, sebagai contoh

diantaranya:

1) Pasal 28, point E ayat (1), disebutkan: “Setiap orang bebas memeluk agama dan

beribadah sesuai menurut agamanya….”. Pernyataan dalam pasal ini juga

memiliki makna bahwa seseorang, baik secara individu maupun kelompok tidak

diperkenankan untuk memaksa orang lain untuk menganut agama tertentu. Setiap

orang harus diberi kebebasan menganut dan mengamalkan agamanya sesuai

dengan ajaran agama yang dipilihnya.

2) Pasal 28, point J ayat (1), disebutkan: Setiap orang wajib menghormati hak asasi

manusia orang lain dalam tertib kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam kaitan ini, memeluk agama dipandang sebagai salah satu hak asasi setiap

orang yang harus dihormati dan dihargai, dalam rangka dalam arti setiap orang

berhak memeluk agama sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

3) Pasal 29, ayat (1) menyatakan bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang

Maha Esa, dan ayat (2) menyatakan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah

(29)

c. Wawasan Nusantara sebagai Landasan Visional

Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia

mengenai diri dan lingkungan yang serba beragam dan bernilai strategis yang

mengutamakan persatuan dan kesatuan, menghargai dan menghormati kebhinekaan

atau aneka ragam di dalam setiap aspek kehidupan nasional, untuk mencapai tujuan

nasional. Inti pemahaman wawasan nusantara adalah mengenal bahwa bangsa

Indonesia dilihat dari berbagai aspek kehidupan, mulai dari aspek geografi, sumber

daya alam, sumber daya manusia, politik ekonomi, sosial budaya, termasuk idiologi

dan agama sangat beraneka ragam, tetapi tetap dalam bingkai Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Kebhinekaan artinya mengakui adanya keanakaragaman unsur, ciri, karakter,

kemampuan, potensi dalam masyarakat, dan juga memahami adanya kelebihan dan

kekurangan setiap elemen dalam masyarakat. Sedangkan persatuan dan kesatuan,

menekankan terhadap adanya semangat nasionalisme bahwa kepentingan nasional itu

di atas kepentingan individu atau kelompok. Makna persatuan dan kesatuan juga

menekankan pada pemahaman bahwa rakyat Indonesia yang sangat majemuk telah

menyatu dalam satu bangsa, satu wilayah dan satu tanah air, satu bahasa dan satu

negara, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Ketahanan Nasional Sebagai Landasan Konsepsional

Sebagai dasar konsepsional, ketahanan nasional pada prinsipnya merupakan

kondisi bangsa Indonesia yang mampu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi.26 Karena itu merupakan kemampuan, ketangguhan dan keuletan bangsa Indonesia

26

(30)

untuk terus berupaya menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan. Dengan

semangat nilai ketahanan nasional, segenap elemen bangsa diharapkan memiliki

kesadaran yang tinggi untuk selalu mewaspadai datangnya anasir-anasir dari mana

saja yang hendak menciptakan disintegrasi bangsa dan menghancurkan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, termasuk kewaspadaan terhadap kemungkinan

berkembangnya konflik antar umat beragama yang akan memperlemah integrasi

nasional.

e. GBHN 1999-2004 sebagai Landasan Operasional

Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004, secara tak langsung

telah memberikan arah agar umat beragama menghindarkan diri dari konflik yang

bernuansa SARA. Dalam kaitan ini, pengembangan agama yang perlu

diimplementasikan menurut GBHN adalah meningkatkan kerukunan hidup umat

beragama sehingga tercipta suasana kehidupan yang harmonis dan saling

menghormati dalam semangat kemajemukan melalui dialog antar umat beragama dan

pelaksanaan pendidikan agama secara deskriptif yang tidak dogmatis untuk

pendidikan .

Pernyataan dalam GBHN, memberikan arahan umum yang mengandung

makna bahwa konflik antar umat beragama sedapat mungkin harus diwaspadai dan

dicegah jangan sampai meluas menjadi konflik kekerasan terbuka. Hal ini, karena

konflik antar umat beragama merupakan masalah yang sangat peka, menyangkut

kehidupan manusia yang asasi, menyentuh rasa keyakinan dan emosi yang sangat

(31)

terjadi diberbagai Negara dapat menimbulkan akibat yang sangat serius, tidak saja

mengakibatkan korban harta dan benda, tetapi juga disintegrasi bangsa.

f. Peraturan Perundang-undangan

Dalam rangka mencegah terjadinya konflik antar umat beragama, pemerintah

telah membuat seperangkat aturan dalam bentuk perundang-undangan dan

keputusan-keputusan dan atau intruksi serta edaran-edaran. Kerukunan hidup beragama yang

dicita-citakan (ideal) yaitu kerukunan yang lebih mantap dan dinamis serta hilangnya

sikap ekslusif dan berkembangnya kerukunan yang otentik dengan prinsip saling

menghormati dan semangat kerjasama demi kesejahtraan sesama umat manusia.

sebagai contoh, diantaranya sebagai berikut:

1) Trilogi Kerukunan

Dengan bentuk-bentuk pengembangan kerukunan hidup beragama melalui

pendidikan praktis pragmatis oleh H. Alamsyah Ratu Prawiranegara, sewaktu

menjabat Menteri Agama, dirumuskan Trilogi Kerukunan, yaitu27: a. Kerukunan intern umat beragama

b. Kerukunan antar umat beragama

c. Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.

2) Penetapan Presiden Republik Indonesia nomor 1 Tahun 1965, tanggal 27 Januari,

tentang Pencegahan dan Penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama, beserta

penjelasannya. Diantara isinya, menyatakan: Pasal 1, Setiap orang dilarang

dengan sengaja dimuka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan

27

(32)

dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di

Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai

keagamaan dari agama itu; penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari

pokok-pokok ajaran agama itu.

3) Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor

01/BER/mdn-mag/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparat Pemerintah Dalam

menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat

Agama oleh Pemeluk-pemeluknya. Diantara isinya, disebutkan:

• Kepala daerah memberikan kesempatan kepada setiap usaha penyebaran

agama dan pelaksaan ibadat oleh pemeluk-pemeluknya, sepanjang kegatan

tersebut tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku dan tidak

mengganggu keamanan dan ketertiban umum (Pasal 1).

• Kepala daerah membimbing dan mengawasi agar pelaksanaan penyebaran

agama dan ibadat oleh pemeluk-pemeluknya tersebut:

a. tidak menimbulkan perpecahan diantara umat beragama,

b. tidak disertai dengan intimidasi, bujukan, paksaan atau ancaman dalam

segala bentuknya.

c. tidak melanggar hukum serta keamanan dan ketertiban umum. (Pasal 2,

ayat (1))

4) Keputusan Menteri Agama Nomor 70 Tahun 1978, tanggal 1 Agustus 1978

tentang Pedoman Penyiran Agama. Semangat penting dari Kepmen ini adalah

untuk menjaga stabilitas nasional dan pembangunan kerukunan antar umat

(33)

dan penyiaran agama supaya dilaksanakan dengan semangat kerukunan, tenggang

rasa, hormat menghormati antara umat beragama sesuai dengan nilai-nilai

pancasila.

5) Keputusan Menteri Agama Nomor 77 tahun 1978 tanggal 15 agustus 1978 tentang

Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga keagamaan di Indonesia. Diantara isi

kepmen ini adalah bahwa penggunaan tenaga asing untuk pengembangan dan

penyiaran agama dibatasi, disamping perlu adanya izin dalam melakukan kegiatan

keagamaan.

6) Keputusan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1979,

tanggal 2 Januari 1979 tentang tata cara penyiaran agama dan bantuan luar negeri;

Diantara lain adalah:

• Pelaksanaan penyiaran agama dilakukan dengan semangat kerukunan,

tenggang rasa, saling menghargai dan saling menghormati antara sesama umat

beragama serta dengan dilandaskan pada penghormatan terhadap hak dan

kemerdekaan seseorang untuk memeluk atau menganut dan melakukan ibadat

menurut agamanya. (Pasal 3)

• Pelaksanaan penyiran agama tidak dibenarkan untuk ditunjukan terhadap

orang atau kelompok orang yang telah memeluk atau menganut agama lain

(Pasal 4), dengan cara:

a) Menggunakan bujukan dengan atau tanpa pemberian barang, uang,

pakaian, makanan atau minuman, pengobatan, obat-obatan dan

bentuk-bentuk pemberian apapun lainnya agar orang atau kelompok orang yang

(34)

b) Menyebarkan pamflet, majalah, buletin, buku-buku, dan bentuk barang

penerbitan cetakan lainnya kepada orang atau kelompok orang yang telah

memeluk atau menganut agama lain.

c) Melakukan kunjungan dari rumah ke rumah umat yang telah memeluk

atau menganut agama lain.

7) Surat Edaran Menteri Agama (SEMA) Nomor ma/432/1981 tentang

penyelenggaraan hari-hari besar keagamaan. Diantara poin yang disebutkan dalam

SEMA tersebut adalah: sejalan dengan pokok-pokok pikiran yang disampaikan

oleh wadah muyawarah antar umat beragama tertanggal 25 agustus 1981 dan

petunjuk bapak presiden tanggal 1 september 1981, bahwa peringatan hari-hari

besar keagamaan pada dasarnya hanya diselenggarakan dan dihadiri oleh para

pemeluk agama yang bersangkutan; namun sepanjang tidak bertentangan dengan

aqidah atau ajaran agamanya; pemeluk agama yang lain dapat turut menghormati

sesuai dengan asas kekeluargaan, bertetangga baik dan gotong royongan.

Peraturan-peraturan tersebut, pada intinya merupakan aturan normatif, ibarat lalu

lintas ia mengatur jalannya kendaraan agar tidak mudah terjadi kecelakaan. Dalam kaitan

ini, ia mengatur lalu lintas dan memberikan rambu-ranbu kegiatan umat beragama agar

terhindar dari benturan-benturan yang menyebabkan konflik yang dapat mengganggu

stabilitas nasional. Dalam konteks tulisan ini, aturan-aturan tersebut merupakan bagian

dari upaya mewaspadai dan mencegah timbul dan berkembangnya konflik antar umat

beragama.

(35)

Setiap agama mengajarkan nilai-nilai luhur diantaranya adalah mengajarkan

kepada pemeluk atau penganut agama untuk saling mengenal dan menghargai, saling

menghormati, saling tolong-menolong dan menghindari pertentangan antara sesama umat

manusia. Berikut adalah bebarapa kutipan beberapa ajaran agama yang sejalan dengan

nilai luhur bangsa Indonesia di atas.

1. Menurut Agama Islam

a. Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa manusia itu diciptakanberbangsa-bangsa dan

bersuku-suku, agar saling mengenal dan orang yang paling mulia adalah orang

yang bertaqwa, sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah al-Hujurat/49 :183

berikut :

ﺎأ

اﺎ

سﺎ

إ

ـﻜ

ذ

آ

و

ا

و

ـﻜ

و

ﺋﺎ

رﺎ

ﻮا

ا

ن

ا

آ

ﷲا

ا

ـﻜ

ا

ن

ﷲا

)

تﺮ ا

( :

Wahai manusia sungguh kami telah menjadikan kamu dari seseorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu ialah yang paling taqwa diantara kamu; sesungguhnya hanya Allah maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

b. Dalam Al-qur’an juga dinyatakan bahwa tidak ada paksaan masuk atau memeluk

agama Islam, sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah al-Baqarah/2 :256

berikut :

إ

آ

ا

ﺪ ا

ﺮ ا

ا

ﻄ ا

ت

و

ﷲا

ﺪا

و

ة

ﻮ ا

ا

ﷲاو

)

ةﺮ ا

:

(

(36)

c. Dalam ayat lain di dalam al-Qur,an dinyatakan bahwa tidak semua manusia itu

beriman dan juga tidak boleh memaksa seseorang untuk beriman atau masuk

agama Islam , sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Yunus/10 :99

و

ﺂء

ر

ﻻا

ر

ض

آ

ا

ا

سﺎ

ﻮا

)

( :

Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya, karena itu apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?.”

2. Menurut Agama Kristen Protestan

a. Umat Kristen sebagai orang-orang yang percaya dipanggil untuk melakukan

perbuatan-perbuatan baik dengan memberikan keselamatan yang disediakan Allah

kepada segala Makhluk.(Markus 16:15)

b. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22:39)

c. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah

kepada mereka (Matius 7:12)

3. Menurut Agama Kristen Katolik

a. Dalam tugasnya memupuk kesatuan dan cinta kasih antara manusia, malah antara

bangsa-bangsa, gereja memandang terutama apa yang sama pada manusia dan

yang membawa manusia kepada persamaan hidup (NA ps 2)

b. Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci dalam agama-agama ini

(NA ps 2)

c. mengingat bahwa dalam peredaran jaman, telah timbul pertikaian dan

permusuhan yang tidak sedikit antara orang Kristen dan Islam, maka konsili suci

(37)

dengan jujur saling pengertian dan melindungi lagi memajukan bersama-sama

keadilan sosial, nilai-nilai moral serta kebebasan untuk semua orang (NA ps 3)

4. Menurut Agama Hindu

a. Semoga bumi yang memberi tempat keepada penduduk yang berbicara

berbeda-beda bahasa, berberbeda-beda-berbeda-beda tata cara, agama menurut tempat tinggalnya,

memperkaya hamba dengan ribuan pahala, laksana lembu menyusui anaknya tak

pernah kekurangan(A. XII, 1.45)

b. Hendaknya semua makhluk melihat saya dari kaca mata. Hendaknya Saya melihat

semua makhluk itu dari kacamata. Hendaknya kami senang mengenal satu dengan

yang lain, seperti sahabat (Y.36-18)

c. Apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, Aku

(Brahma) mempermalukan kepercayaan mereka sama, supaya tetap teguh

sejahtera (Bhagawadgita Sloka 21)

5. Menurut Agama Buddha

a. Janganlah kita hanya menghormati agama sendiri dan mencela agama orang lain

tanpa suatu dasar yang kuat. Sebaliknya agama orang lainpun hendaknya

dihormati atas dasar-dasar tertentu. Dengan berbuat demikian kita telah

membantu agama kita sendiri, untuk berkembang di samping menguntungkan

pula orang lain. Dengan berbuat sebaliknya kita telah merugikan agama kita

sendiri, disamping merugikan agama orang lain. Oleh karena itu kerukunan yang

dianjurkan dengan pengertian bahwa semua orang hendaknya mendengarkan dan

bersedia mendengarkan ajaran yang di anut orang lain (Prasasti Kalinga No. XXII

(38)

b. Kebencian tak akan berakhir apabila di balas dengan kebencian. Tetapi, kebencian

akan berakhir bila di balas dengan tidak membenci. Inilah satu hukum abadi

(Dhammapada 5)

c. Sebagian orang tidak mengetahui bahwa dalam pertengkaran mereka akan binasa,

tetapi mereka yang dapat menyadari kebenaran ini akan mengakhiri semua

pertengkaran (Dhammapada 5)

Dari kutipan di atas, menunjukkan bahwa semua agama mengajarkan kepada

pemeluknya agar senantiasa menciptakan kedamaian, kerukunan, dan saling memberikan

penghargaan untuk sesama umat manusia. Kutipan tersebut, secara tidak langsung juga

(39)

BAB III

GAMBARAN UMUM SMK YADIKA 5

A. SEJARAH SINGKAT DAN PERKEMBAGANNYA

Yayasan Abdi Karya berdiri pada tahun 1976 yang didirikan oleh seorang putra

daerah yang berasal dari Sumatera Utara yang bernama Dr. Sutan Raja DL. Sitorus, yang

bergerak dibidang pendidikan dan kesehatan.

Sebagai lembaga pendidikan yang telah menginjak usia 30 tahun, Yayasan Abdi

Karya mendirikan SMK Yadika 5 di wilayah Pondok Aren pada tahun 1997/1998

berdasarkan SK : Keputusan Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi

Jawa Barat No. 77 3a/102.I/Kep/0I/1998. Dengan mengemban tugas menjadi mitra

pemerintah dalam pemerataan memperoleh pendidikan untuk ikut serta mencerdasakan

kehidupan bangsa.

SMK Yadika 5 Pertama kali dipimpin oleh kepala Sekolah yang bernama Drs.

Manangap Sitorus dari tanggal 1 Juni 1997 sampai dengan 1 Juni 1998. Kemudian beliau

digantikan oleh Drs. Helmi Paros dari tanggal 1 Juni 1998 – 25 Juli 2005. Pada saat ini

SMK Yadika dipipimpin oleh Caskam Cahyadi, S. Pd yang mulai bertugas dari tanggal

25 Juli 2005.

Yayasan Abdi Karya mempunyai komitmen untuk selalu meningkatkan fasilitas

belajar sehingga pada tahun ini SMK Yadika 5 menempati gedung baru berlantai tiga

yang dilengkapi berbagai fasilitas pendukung yang disesuaikan dengan yang dibutuhkan

oleh Sekolah Menengah Kejuruan. Dan pada saat ini status SMK Yadika 5 adalah

Terakreditasi dan Potensi Bertaraf Nasional dengan SK Direktorat Nomor :

(40)

B. Struktur Organisasi dan Tujuannya

1.Struktur Organisasi

Yayasan Abdi Karya sebagai pengelola SMK Yadika 5 bertugas memantau

kinerja dari struktur organisasi SMK Yadika 5. Seperti sekolah lainnya, SMK Yadika

diketuai oleh Kepala Sekolah dan dibantu oleh Wakil Kepala Sekolah yang terdiri dari 3

bidang yaitu: bidang Kurikulum, bidang Kesiswaan dan bidang Humas.

Kepala Sekolah juga dibantu oleh dua Kepala Program Keahlian yaitu Kepala

Program Keahlian Administrasi Perkantoran dan Kepala Program Keahlian Akuntansi.

Dibawah Kepala Bidang Keahlian, terdapat Wali Kelas yang mengurusi tiap kelas yang

ada di SMK Yadika. Dan selanjutnya dibantu oleh guru dari berbagai bidang studi.

Untuk membantu kelancaran administrasi terdapat Bagian Tata Usaha (TU).

Bagian tata usaha ini diketuai oleh Kasubag. Tata Usaha yang dibantu oleh berbagai seksi

yaitu: Urusan Kurikulum, Kesiswaan, Kepegawaian/Persuratan, Umum/Humas,

Perlengkapan, Keuangan dan Perpustakaan.

Dari rincian struktur organisasi kepengurusan sekolah SMK Yadika 5 Kecamatan

Pondok Aren tersebut, berikut penulis rincikan komposisi atau sruktur organisasi

(41)

Struktur Organisasi Kepengurusan SMK Yadika 5 Pondok Aren Tahun DIKLAT 2006/2007

SISWA

KELAS I KELAS II KELAS III

Garis Komando/Dinas

Garis Koordinasi/Kerjasama

KEPALA SEKOLAH

Caskam Cahyadi, S. Pd

KOMITE SEKOLAH

WAKA. SEKOLAH

1. Kurikulum : Ign. Kusnaeni, S. Pd 2. Kesiswaan : Hanna Susanti, S. Pd 3. Humas : Drs. Sugiyarno

KASUBAG. TU

Syaifullah

Ur. Kurikilum : Rita Herawati. M Ur. Kesiswaan :Tiurma Simanjuntak Ur. Kepegawaian,

Persuratan umum/

Humas : Desima Nadeak

Ur. Perlengkapan : Asahan Hasibuan Ur. Keuangan : Jojor Sitorus Ur. Perpustakaan : Rudi Hartono Ptgs, Kebersihan,

Dan Keamanan : Junaedi, Zubaedah

KEPALA PROGRAM KEAHLIAN ADM. PERKANTORAN

Mailinda, S.Pd.

KEPALA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI

Repelita Sipahutar., S.Pd.

WALI KELAS

(42)

Sumber: Tata Usaha SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren

2. Tujuan SMK Yadika 5

Adapun yang menjadi tujuan SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren, adalah

sebagai berikut:

a.Memberi pelayanan terbaik kepada para orang tua dan peserta didik menuju sekolah

yang berkualitas.

b.Membentuk peserta didik menjadi insan yang beriman dan ber-Taqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

c.Membentuk peserta didik yang menguasai dan berprestasi dalam bidang Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntunan pendidikan global.

d.Membentuk peserta didik yang kreatif, inovatif dan mampu bersaing di dunia kerja.

e.Membentuk peserta didik yang menghargai nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat

majemuk, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan

Pancasila.

C. Keadaan Guru, Siswa-siswi dan Karyawan

1. Keadaan Guru

Pada SMK Yadika 5 terdapat 21 guru yang mengajar dengan berbagai macam

disiplin ilmu sesuai dengan bidangnya, adapun dewan guru SMK Yadika 5 berjumlah 21

orang dengan perincian 7 orang laki-laki dan 14 wanita. Guru di SMK Yadika 5

mempunyai agama yang berbeda dengan perincian: 15 orang beragama Islam, 4 orang

beragama Kristen Protestan dan 2 beragama Kristen Katolik. Status guru di SMK Yadika

(43)

20 orang lulusan S.1 dari berbagai disipln ilmu dan 1 orang D.III Komputer. Seperti

[image:43.612.92.498.161.710.2]

terlihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Data Guru SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren

NO NAMA PENDIDIKAN AGAMA JABATAN

1 Caskam Cahyadi, S.pd. S.1- STKIP Islam Kepala Sekolah

2 Ignatius Kusnaeni, S.Pd S1-STKIP Kristen

Katolik

Ka.Prog.Keahlian

3 Mailinda, S.Pd. S1- IKIP Islam Guru

4 Repelita Sipahutar, S.Pd S1- FKIP Protestan Guru

5 Elizabeth S, SE. S1- SE Protestan Guru

6 Dra. Suartini Suad S.1- IKIP Islam Guru

7 Hanna Susanti, S.Pd. S.1- IKIP Islam Guru

8 Ridwan Siagian, S.Pd. S.1- IKIP Protestan Guru

9 Drs. Sugirno S.1- IKIP Islam Guru

10 Nalih, S,Pd. S.1- STKIP Islam Guru

11 Arnold S.1- STT Katolik Guru

12 Animar, S.Ag. S.1- IAIN Islam Guru

13 Warsa Djumiarsa. SE. S.1- Unis. Islam Guru

14 Ahdarwati, SE. S.1- U. Andalas Islam Ka.Prog.Keahlian

15 Suherni, S.Pd. S.1- STKIP Islam Guru

16 Risdawati., S.Pd. S.1- STKIP Islam Guru

17 Dra. Erny Y. Tarigan S.1- Unis. Karo Protestan Guru

18 Nurma, S.Pd. S.1- Bhs. Inggris Islam Guru

19 Sunarmi, S.Pd. S.1- Ekonomi Islam Guru

20 Amirotun Nahrozi D.III- Komputer Islam Guru

(44)

Sumber: Tata Usaha SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren

2. Keadaan siswa-Siswi

Secara keseluruhan jumlah siswa-siswi di SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok

[image:44.612.88.521.245.510.2]

Aren berjumlah kurang lebih 297 siswa. Adapun perincian siswa-siswi sebagai berikut :

Tabel 3.2

Data Siswa SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren

berdasarkan Klasifikasi Agama ditiap-tiap kelas Tahun Ajaran 2006-2007

Agama No

Kelas L P Jumlah

Islam Protestan Katolik

1 I 25 51 76 64 10 2

2 II 24 88 112 99 9 4

3 III 23 83 106 80 21 5

Jumlah 72 222 294 243 40 11

Sumber: Tata Usaha SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren

Dari tabel di atas, dapat diketahui, siswa kelas 1 sampai dengan kelas 3 berjumlah

294 siswa yang terdiri dari 72 siswa dan 222 siswi. Dari jumlah siswa-siswi diatas

mereka mempunyai latar belakang agama yang berbeda dengan perincian 243 siswa

beragama Islam, 40 siswa beragama Kristen Protestan dan 11 siswa beragama Kristen

Katolik.

Tabel 3.3

Data Siswa SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren berdasarkan Klasifikasi Agama di kelas 1 ditiap-tiap jurusan

Tahun Ajaran 2006-2007

AGAMA NO KELAS/JURUSAN L P JML

Islam Protestan Katolik

(45)

2. 1 Ap 14 25 31 31 1 7

Sumber: Tata Usaha SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren.

Dari tabel di atas dapat penulis perincikan sebagai berikut : Pada kelas I terdapat

dua jurusan yaitu jursan Akuntansi dan jurusan Admistrasi perkantoran. Siswa jurusan

Akuntasi berjumlah 38 siswa yang terdiri dari 11 siswa dan 27 siswi. Dari jumlah tersebut

terdapat 34 siswa beragama Islam, 3 siswa beragama Protestan dan 1 siswa beragama

Katolik.

Sedangkan siswa kelas I yang memilih jurusan Administrasi Perkantoran

berjumlah 39 siswa, terdiri dari 14 siswa dan 25 siswi. Dari jumlah tersebut terdapat 31

siswa beragama Islam, 1 siswa beragama Kristen Protestan dan 7 siswa bergama Kristen

[image:45.612.95.512.293.554.2]

Katolik.

Tabel 3.4

Data Siswa SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren berdasarkan Klasifikasi Agama di kelas II di tiap-tiap jurusan

Tahun Ajaran 2006-2007

AGAMA NO KELAS/JURUSAN L P JML

Islam Protestan Katolik

1. II-Ak. 10 30 40 35 5 -

2. II-Ap.1 7 29 36 31 3 2

3. II-Ap.2 7 29 36 33 1 2

Sumber: Tata Usaha SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa pada kelas II adalah 112

siswa yang terbagi dalam 3 kelas yaitu kelas jurusan Akuntansi, jurusan Administrasi

Perkantoran 1 dan jurusan Administrasi Perkantoran 2. Siswa kelas II jurusan Akuntansi

berjumlah 40 siswa yang terdiri dari 10 siswa dan siswi. 35 siswa memeluk agama Islam

(46)

Pada kelas II jurusan Administrasi Perkantoran 1 terdapat 36 siswa yang terdiri

dari 7 siswa dan 29 siswi. Siswa kelas II jurusan Administrasi 1, 31 siswa beragama

Islam, 3 siswa beragama Protestan dan 2 siswa beragama Katolik.

Pada kelas II jurusan Administrasi Perkantoran 2 terdapat 36 siswa yang terdiri

dari 7 siswa dan 29 siswi. Siswa kelas II jurusan Administrasi 2, 33 siswa beragama

[image:46.612.99.514.172.504.2]

Islam, 1 siswa beragama Protestan dan 2 siswa beragama Katolik.

Tabel 3.5

Data Siswa SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren berdasarkan Klasifikasi Agama di kelas III di tiap-tiap jurusan

Tahun Ajaran 2006-2007

AGAMA

NO KELAS/JURUSAN L P JML Islam Protestan Katoli

k

1. III-Ak. 6 32 38 29 4 5

2. III-Ap.1 8 26 34 24 10 -

3. III-Ap.2 9 25 34 27 7 -

Sumber: Tata Usaha SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren

Siswa kelas III berjumlah 106 siswa yang terbagi dalam 3 kelas. Kelas III jurusan

Akuntansi berjumlah 38 siswa yang terdiri dari 6 laki-laki dan 32 perempuan. Terdapat

29 siswa beragama Islam, 4 siswa beragama Protestan dan 5 siswa beragama Katolik.

Siswa pada kelas III jurusan Administrasi Perkantoran 1 berjumlah 34 siswa yang

terdiri dari 8 siswa dan 26 siswi. Pada kelas ini terdapat 24 siswa beragama Islam dan 10

siswa beragama Katolik.

Siswa pada kelas III jurusan Administrasi Perkantoran 2 berjumlah 34 siswa yang

terdiri dari 9 siswa dan 25 siswi. Pada kelas ini terdapat 27 siswa beragama Islam dan 7

(47)

3. Keadaan Karyawan

Jumlah karyawan di SMK Yadika berjumlah 25 orang, yang terdiri dari 9 orang

karyawan tata usaha, 1 orang petugas laboratorium, 1 orang petugas perpustakaan, 1

orang pembantu administrasi,1 orang petugas bagian taman, 6 orang satpam, dan 6 orang

petugas kebersihan Pendidikan terakhir karyawan adalah 11 orang lulusan SMA, 3 orang

lulusan SMP, 4 orang lulusan SD dan 5 orang tidak lulus SD. Sedangkan jika dilihat daru

segi agama terdapat 17 orang karyawan beragama Islam,7 orang beragama protestan dan

[image:47.612.90.509.257.698.2]

1 orang beragama Kristen Katolik seperti terlihat di dalam tabel ini.

Tabel 3.6

Data Pegawai/Karyawan SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren Tahun Ajaran 2006-2007

No Nama Pendidikan Agama Jabatan

1 Syaifullah SMEA Islam Ka. Tata Usaha

2 Tiopan H. Marpaung SMEA Protestsn Pembukuan

3 Rita Herawati Manurung SMEA Protestan Tata Usaha

4 Jojor Sitorus SMA Katolik Kasir

5 Mariatan Siagian SMA Protestan Penerima Uang

6 Asahan Hasibuan SMA Protestan Logistik

7 Tiurma Simanjuntak STKIP Protestan Tata Usaha

8 Sri Nurfaina SMEA Islam Pencatat Uang

9 Desima Nadaek D. III Transp. Protestan Tata Usaha

10 Ribka Lubis SMA Protestan Pet. Lab

11 Rudi Hartono SMEA Islam Pet. Perpus.

12 Khairudin SMP Islam Satpam

13 Junaidi SD Islam Satpam

14 Gunawan SMP Islam Satpam

(48)

16 Nikam SD Islam Satpam

17 Riduan SMA Islam Satpam

18 Nalam SD Islam Pet. Bag.Taman

19 Suratno MTs. Islam Pemb. Adm.

20 Zuhana - Islam Pet. Kebersihan

21 Zubaidah - Islam Pet. Kebersihan

22 Liah - Islam Pet. Kebersihan

23 Muhammad Nur SLTP Islam Pet. Kebersihan

24 Muriah - Islam Pet. Kebersihan

25 Mail - Islam Pet. Kebersihan

Sumber: Tata Usaha SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren

D. Pedoman Kurikulum dan Proses Belajar Mengajar

Pedoman kurikulum yang digunakan oleh SMK Yadika 5 adalah berdasarkan

kurikulum 2006 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di SMK Yadika 5

terdapat dua program keahlian yaitu: (1) Program Keahlian Akutansi dan (2) Program

Keahlian Administrasi Perkantoran.

Proses belajar mengajar dilaksanakan setiap hari Senin sampai Sabtu kecuali hari

libur. Materi dilaksanakan sesuai dengan silabus yang telah dibuat. Proses belajar

mengajar dilaksanakan dengan metode penjelasan oleh guru, diskusi dan praktek.

E. Fasilitas Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung proses belajar mengajar SMK Yadika dilengkapi oleh sarana

(49)
[image:49.612.89.499.123.695.2]

Tabel 3.7

Data Sarana dan Prasarana SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren Tahun Ajaran 2006-2007

No Sarana Jumlah

1 Gedung sekolah 3 Lantai

2 Ruang belajar 10 ruang

3 Ruang perpustakaan 1 ruang

4 Ruang bimbingan dan penyuluhan 1 ruang

5 Ruang UKS 1 ruang

6 Ruang OSIS 1 ruang

7

Ruang serba guna/Aula 1 ruang

8 Ruang koperasi 1 ruang

9 Ruang unit produksi 1 ruang

10 Ruang unit produksi 1 ruang

11 Musallah 1 ruang

12 Ruang Ibadah 1 ruang

13 Laboraturium bahasa 1 ruang

14 Laboraturium sekretaris 1 ruang

15 Laboraturium akutansi 1 ruang

(50)

17 Lapangan olah raga 2 lapangan olah raga

18 Tempat Parkir 1 Area

(51)

BAB IV

KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA DI SMK YADIKA 5 PONDOK AREN

A. PEMBINAAN KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA

Pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti bangun. Apabila diberi awalan

me- maka menja

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Data Siswa  SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren
Tabel 3.4 Data Siswa  SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren
Tabel 3.5 Data Siswa  SMK Yadika 5 Kecamatan Pondok Aren
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh memberikan informasi bahwa ekstrak daun Tembakau dan ekstrak daun Zodia pada pengujian terhadap larva Aedes aegypti memberikan

Pre-test akan dibandingkan dengan hasil Post- test sehingga dapat diketahui apakah kegiatan belajar mengajar berhasil baik atau tidak dan diharapkan pemahaman

Pada budaya yang terlihat, pengajar dan pemelajar akan segera menyadari akan hal tersebut karena memang terlihat dengan jelas, sedangkan pada mienai bunka ( 見えない文化

Dengan ini menyatakan bahwa seluruh materi dalam skripsi saya yang berjudul ANALISIS PRODUCT PLACEMENT DALAM SINETRON TUKANG OJEK PENGKOLAN , adalah hasil karya tulis

Orangtua yang menerapkan strength- based parenting cenderung memberikan saran dan motivasi kepada remaja untuk terus menemukan potensinya, lalu memberikan pujian

belum mematuhi standar operasional prosedur (SOP) yang dibuat untuk memperlancar penyelesaian pelayanan. selain itu badan Lingkungan Hidup Kota Semarang belum dalam

Gejala yang paling dominan ialah mosaik kuning dan bergaris kuning yang diperoleh dari semua sampel bawang merah (Bandung, Bantul, Brebes, dan Cirebon), sedangkan jenis gejala

Alkalinitas - nilai pH pada rasio feses sapi dicampur dengan air (kg/kg) Dari Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa gasbio yang dihasilkan oleh campuran kotoran sapi yang komposisinya