• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku coping dan dukungan sosial keluarga pada korban trafiking

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku coping dan dukungan sosial keluarga pada korban trafiking"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU COPING DAN

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA

PADA KORBAN TRAFIKING

Oleh:

HARTIN KURNIAWATI

NIM : 103070028996

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

FAKULTAS PSIKOLO,GI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PERILAKU COPING DAN

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA

PADA KORBAN TRAFIKING

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

embimbing I

Oleh:

HARTIN KURNIAWATI NIM: 103070028996

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing II

[ヲ[カMセセ@

Neneng Ta;i HartJti M.Si, Psi

NIP. 150300679

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAIVI NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAl-I

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIANI

Skripsi yang berjudul "Perilaku Coping Dan Dukungan Sosial Keluarga Pada Korban Trafiking", telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta,

27

Maret 2008

Ora. H'. Nett . artati M.Si NIP.

150 215

セX@

Penguji I

!-Bambang ryadi Ph.D NIP.

150 26891

Pembim int

1

I.

,V.

·... . .· 1/'

ivr

./

! ; // ' ! / /

i /

M.Si

Sidang Munaqasyah

Anggota

Sekretaris Merangkap Anggota

<J,,'

Dra. Hj. Zahrotun NQィ。セ@ ah M.Si NIP.

150 238 773y

Prof. m an Yasun M.Si NIP.

1503 1146

Pembimbing II

(1

:/

/0'1

(4)

Ji/?.g, liati tefali tfifiputi rasa putus asa,

aan liati yang fapang tefali menjacfi sesafi.:.

'Kfl{a

ujian aan co6aan tefali menjafur,

<Dan tfi aafam liati tefali teraiam semua 6encana.

'Engf?.g,u taliu Iiams R! mana mengusir R!sufitan,

<Dan tii:lak,pufa 6ennanfaat usalia orang-orang pintar.

Saat itufali aatang 6antuan untuk,putus asamu,

<Dari Cf@66 <Yang :Malia 1Pem6eri aan !Malia <De/?.g,t.

Semua

ー・イゥウエセキ。@

wafaupun tefali memuncak.,

)l/?.g,n 6ersam6ung aan al?gn aaa jafan R!fuar

<Dafam wak.J;u i:lel?gt.

(All ibvc MC!qlC!V!)

Tak ada pelangi yang tak diawali oleh badai

Tak ada sukses

tanpa peljuangan keras

Yang diawali dengan k_eteguhan hati

1(arya seaerhana ini ftu persem6afiRflJ!'l{rztuft:

<Papa:,

セm。ュ。@

tercinta,serta

1('

novi aan <Poepoet

(5)

(A) Fakultas Psikologi (B) Maret 2008

(C) Hartin Kurniawati

ABSTRAK

(D) Perilaku Coping Dan Dukungan Sosial Keluarga Pada Korban Trafiking (E) xiv+ 116 halaman + lampiran

(F) Trafiking atau perdagangan manusia adalah selmuh aktivi.tas yang meliputi perekrutan dan atau perpindahan seseorang di dalam atau melewati batas nasional untuk dijual, beke1ja, atau melayani laki-laki dengan cara kekerasan, penipuan, atau bentuk-bentuk paksaan dan kekerasan lain. Dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti pelacuran, pengemis, perbudakan, dan sebagainya, dan lebih ditekankan yang dilakukan dengan penipuan, kekerasan dan berbagai bentuk pelangaran hak asasi manusia.

Korban trafiking akan mengalami berbagai situasi yang clapat membuatnya menjadi stress ketika menghadapi kenyaiaan hidupnya selama bekerja secara paksaan atau dengan persetujuan.

Akhirnya korban akan menampilkan perilaku coping tertentu, guna menyelesaikan masalahnya, baik itu perilaku coping yang terpusat pada masalah (problem focused coping) atau yang terpusat pada emosi (emotion focused coping) atau kedua-duanya. Keluarga memainkan peran penting dalam menciptakan dan mempertahankan kebahagiaan anggotanya. Dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga dapat berfungsi meningkatkan kesejahteraan korban walaupun korban tersehut tidak dalam keadaan stress. Selain itu, keluarga memiliki peranan untuk melindungi anggota keluarganya dari efek negatif akibat stress.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif Subyek penelitian adalah korban trafiking yang mengalami perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau paksaan atau penipuan atau

penyalahgunaan kekuasaan. Penelitian ini melibatkan 3 subyek yang ditentukan dengan menggunakan teb1ik purposive sampling atau sarnpel bertujuan.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Wawancara cligunakan sebagai metode utama dalam penelitian ini, · sedangkan observasi digunakan untuk melengkapi data yang terkumpul melalui wawancara tersebut.

Berdasarkan perolehan data dan analisa kasus, dalam mengatasi segala permasalahan ketiga subyek menggunakan coping berupa coping yang berpusat pada masalah (Active Coping, Planning, Restraint Coping, Seeking social support for Instrumental), coping yang berpusat pada emosi (Seeking Social Support of Emotion Reasons, Positive Reinterpretati<m and Growth, Denial, Acceptance, Turning to Religion). Dua orang dari sabyek menerirna dukungan sosial dari orang tua, suami, anak, ipar, keponakan, dan sanak saudara lainnya. Sedangkan satu orang subyek tidak

(6)

perhatian, kepedulian, kasih sayang dan membesarkan hati ( dukungan emosi); memberikan keyakinan subyek mampu untuk dapat menga.tasi permasalaha.n dan menerima kondisi yang te1jadi (dukungan penghargaan); mendapatkan informasi untuk segera keluar dari permasalahannya ( dukungan informasi) dan; dukungan persahabatan.

Berdasarkan basil penelitian, maka penulis memberikan saran kepada penelitian selanjutnya untuk mengambil sampel yang lebih beragam (bentuk eksploitasi korban) agar hasil penelitian lebih beragam pula dan dapat menjelaskan lebih banyak dinamika permasalahan dan penyelesaian korban trafiking. Selain itu, pada keluarga korban membcrikan kasih sayang dan pcrhatian yang baik pada korban. Menjauhkan dari rasa tegang clanjiwa yang tertekan sehingga lebih bertambah lagi permasalaha.n yang clihaclapi. Tentunya cliperlukan ke1jasama untuk mengatasi clan menghapuskan sinclikat trafiking krsmna-3ama.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirrabbil'alamin, segala puji syukur tak henti-·hentinya penulis

ucapka·n bagi Allah SWT. Sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul "Perilaku Coping Dan Dukungan Sosial Keluarga Pada Korban Trafiking". Shalawat dan salam juga tak lupa disampaikan kepada manusia terkasihNya, Nabi Muhammad SAW. Semoga kelak Allah SWT me:igumpulkan kita dalam barisan orang-orang di belakang panji beliau, amin. Kesederhanaan karya ini dapat selesai dengan penuh perjuangan serta

pengorbanan, tidak terlepas dari bantuan serta dukungan baik secara materil maupun immaterial dari berbagai pihak , pelayanan, pemberian saran, kritik yang tak henti-henlinya dan memolivasi agar karya ini lerselesaikan. Unluk itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih secara langsung kepada semua pihak yang telah membantu, yaitu :

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, !bu Ora_ Netty Hartati, M.Si atas ilmu serta dukungannya kepada penulis selama penulis menimba ilmu di Fakullas Psikologi tercinla.

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik, !bu Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si atas saran, kritik dan pengalamannya yang lelah banyak rnembantu penulis. 3. Dasen pembimbing 1, Bapak Prof. Hamdan Yasun, M.Si yang lak lelah membimbing penulis. Semoga bapak tidak bosan dengan pertanyaan-pertanyaan dari penulis.

(8)

5. Dosen Psikologi (lbu Tia, Bapak Abdurrahman, lbu Solihah) dan seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mereka lah yang telah menyampaikan ilmu psikologi kepada penulis. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan bapak dan ibu.

6. Petugas perpustakaan, terutama Bapak Haidir dan seluruh staf i\kademik Fakultas Psikologi yang telah membantu penulis selama kuliah.

7. Kepala RS RuJTah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto khusus pada Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) dan lembaga International Organization for Migration (IOM). Bu Sundari, Bu Tini, Bu Sumirah dan seluruh staf yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada para korban trafiking yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, penulis berharap semoga kesabaran yang kalian lakukan akan mendapatkan keridhaan dari Tuhan Yang Maha Esa, dan selalu

menampakkan keceriaan pada wajah kalian.

9. Teruntuk separuh jiwaku : Mama, Papa, curahan kasih sayang dan tetesan keringat akan menjadi mutiara di hati akhir kelak. K' Novi, Poepoet, dan adik kecil Edis yang telah memberikan motivasi, serta doa yang telah kalian panjatkan untuk penulis.

10. keluarga H.Satiri, H. Djana, Bunda Ina, ayah dan om Par, yang telah

.

memberikan berbagai bantuan demi terselesaikannya skripsi ini.

11. Keluarga besar LOK Syahid, FP21, IMAMUPSI, IU:\U\NG,TLC, ASK atas ilmu, pengalaman dan kebersamaan yang luar biasa.

(9)

13. Semua keluarga, sahabat, teman dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih banyak atas doa, dukungan dan semangat luar biasa yang telah diberikan kepada penulis.

Masa kebersamaan selama di Fakultas Psikologi tercinta telah banyak

menorehkan kenangan indah. Terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis, mungkin hanya doa terbaik yang bisa penulis balaskan untuk mereka. Jazakulullah Khairan Katsiran.

Hariya Allah SWT yang dapat membalas segala kebaikan yang kalian berikan pada penulis. Semoga hasil skripsi ini berguna dan menjadi amal, dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, Maret 2008

(10)

DAFTAR

ISi

Halaman Judul ... .

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pegesahan ... iii

Motto iv Abstract ... . v

Kata Pengantar ... vii

Daftar lsi x Daftar Tabel ... . Daftar Gambar ... .

BAB 1

Pendahuluan ... .

xiii xiv

1-12

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 ldentifikasi Masalah... 8

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah... 9

1.3.1 Pembatasan Masalah... 9

1.3.2 Perumusan Masalah... 10

1.5 Tujuan Penelitian... 10

1.6 Manfaat Penelitian 11 1.6 Sisternatika Penelitian ... . 12

BAB 2 Landasan Teori... 14-44 2.1 Coping···... 14

2.1.1 Pengertian... ... 14

2.1.2 Jenis-jenis Perilaku Coping··· ... 16

(11)

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Coping···---···---· 25

2.2 Dukungan sosial··---···---···---·-···--- -·----····---··· 25

2.2.1 Pengertian···----·-···---···---·-···----·----···---·--·-···-- 25

2.2.2 Bentuk-bentuk dukungan sosial --- 27

2.2.3 Sumber Dukungan sosial_____________________________________________________ 31 2.2.4 Efek Dukungan Sosial__________________________________________________________ 32 2.3 Trafiking... 34

2.3.1 Pengertian... ... . .. . .. ... ... ... ... ... ... ... .. . . .. ... . . . ... ... . . . ... 34

2.3.2 Korban Trafiking... ... ... ... . . . ... .. . ... ... . . ... . . . ... ... ... . 37

2.3.3 Bentuk Kekerasan.... .. ... ... ... ... ... . . .. . .. . . .. .. . . .. . .. 39

2.3.4 Dampak Kekerasan... ... .. . ... ... ... ... . . .. . ... . . .. ... ... 40

2.3.5 Pandangan Islam terhadap Trafiking_···---···---·-···· 41

2.4 Perilaku Coping dan Dukungan Sosial Keluarga Pada korbanTrafiking... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 44

BAB 3 Metodologi Penelitian... 51-59 3.1 Metode Penelitian dan Pendekatan 51 3.2 Variabel Penelitian_ ... __________ ... ---···---··---··---·---···· 52

3.3 Subyek Penelitian. .. . .. ... ... ... ... . . . ... . .. ... . .. ... ... . . . ... ... . . 53

3.2.1 Karakteristik Subyek_····---··---···---·----···---·--·---·--·· 53

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel -···---·--·--···---··-···--- 54

3.3.3 Jumlah Subyek_·--····---····---····---·-· ···----·---·-···--- 55

3.3 lnstrumen Penelitian ____ ···---····---·--··· ---···-···---···--· 55

3.3.1 Pedoman Wawancara 56 3.3.2 Observasi_···----··-··---···---···---···-·---·---··---··--····-- 57

3.3.3 Ala! Perekam 57 3.4 Prosedur Penelitian·---···-·---·-····---····---···-- ----···---· 58

(12)

3.4.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... . 3.4.3 Tahap Ana\isis Data ... .

BAB 4 Has ii Penelitian ... . 4.1 Gambaran Umum Subyek ... . 4.2 Riwayat Kasus dan Ana\isb Kasus ... . 4.2. セ@ Kasus SR ... . 4.2.2 Kasus TS ... . 4.2.3 Kasus EL ... . 4.3 Analisis Antar Kasus ... .

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran ... . 5.1 Kesimpulan ... . 5.1 Diskusi ... . 5.1 Saran ... .

Daftar Pustaka ... .

Lampiran

58

59

60-107

60

61

61

73

96

105

108-112

108 110 112

(13)
[image:13.595.57.444.149.521.2]

DAFT AR T ABEL

(14)

DAFT AR GAMBAR

Garnbar 2.4 Kerangka Berpikir ... ... ... .. .. .... ... 50

[image:14.595.43.453.148.524.2]

Garnbar 4.2.1 Skema Kasus SR ... 72

Gambar 4.2.2 Skema Kasus TS ... :.... 95

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Dala111 era ke111erdekaan yang de111okratis dengan 111asyarakat religius dan

111enjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, bangsa Indonesia terus 111eningkatkan

ko111it111ennya untuk 111enyejahterakan kehidupan bangsa 111elalui

upaya-upaya yang diselenggarakan secara konsisten dan berkelanjutan dala111

111elindungi warga negc:ranya antara lain dari praktek-praktek perdagangan

111anusia dan bentuk-bentuk eksploitasi lainnya. Salah satu bentuk

perdagangan 111anusia yang sedang ra111ai dibicarakan dan dibahas adalah

perdagangan pere111puan (trafficking in women) dengan berbagai tujuan,

seperti untuk 111enjadi penge111is, pe111bantu ru111ah tangga, pelacuran,

eksploitasi seksual, buruh 111igran legal 111aupun illegal, adopsi anak,

pengantin pesanan, industri pornografi, pengedar obat terlarang juga untuk

kepentingan pe111indahan organ tubuh.

Kasus trafiking atau perdagangan 111anusia khususnya pere111puan dan anak

ke111bali ra111ai dibicarakan 111asyarakat. lsu perdagangan 111anusia (human

trafficking) sebagai bagian dari bentuk kejahatan ke111anusiaan bukan

(16)

karena korban perdagangan manusia adalah perempuan dan anak. Untuk menyelidiki, mengusut dan akhirnya membongkar mata rantai kasus ini dibutuhkan "tenaga dan semangat" karena kendala yang dihadapi cukup banyak yaitu pengangguran, kemiskinan, pendidikan (ketidaktahuan

masyarakat bahwa itu perdagangan manusia), konsumerisme, kesenjangan gender, budaya patriarki. Juga minimnya aturan hukum dan kepekaan, kesadaran masyarakat, pemerintah serta aparat penegak hukum dalam mengatasi permasalahan perdagangan manusia masih belum memadai.

Oleh karena itu kasus perdagangan perempuan dan anak biasanya baru terbongkar jika ada lapo1cm dari keluarga korban yang merasa kehilangan kontak maupun meninggal. Sepanjang masih ada kontak meskipun

sebenarnya telah terjadi perdagangan manusia maka individu tersebut tidak memahami bahwa telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia melalui perdagangan manusia.

Kata trafiking sebenarnya adalah pengindonesiaan dari istilah dalam bahasa lnggris "trafficking in human" atau "trafficking in person" yang diperpendek menjadi "trafficking". Secara sederhana, trafiking dipahami sebagai

(17)

Definisi trafiking sendiri sebenarnya cukup mudah dipaharni oleh masyarakat yaitu semua tindakan yang mengandung salah satu atau lebih tindakan perekrutan, pengangkutan antar daerah atau antar negara, pemindah tanganan, pemberangkatan, penerimaan, dan penampungan sementara disertai ancaman atau penggunaan kekerasan verbal atau pisik, penculikan,

penipuan, memanfaatkan posisi kerentanan (tidak ada pilihan lain,

eksploitasi, ketergantungan obat, jebakan utang) memberikan atau menerima pembayaran keuntungan dimana perempuan dan anak untuk iujuan

pelacuran, eksploitasi seksual, buruh migran legal maupun illegal, adopsi anak, pembantu rumah tangga, pengantin pesanan, industri pornografi, pengedar obat terlarang juga untuk kepentingan pemindahan organ tubuh (Suyanto, 2002).

Praktek perdagangan anak dapat menimbulkan berbagai dampak pada fisik, psikis dan juga menimbulkan dampak sosial bagi korban. Hal ini disebabkan karena adanya perlakuan para pelaku trafiking terhadap korban yang

(18)

Kasus dibawah ini dapat menggambarkan seseorang yang terjerat kasus trafiking (Suyanto, 2002).

Kasus Shinta (16 tahun) asal Wonosobo, Jawa Ten[Jah, memiliki pendidikan terakhir tamat SD. Hal tersebut dikarenakan orang tuanya tidak mampu membiayai sekolah yang lebih tinggi. Dia terjerurnus kasus trafiking karena tetangganya. Pada awalnya, tetangganya mengatakan bahwa dia akan dipekerjakan sebagai pelayan toko. Namum ternyata dia dimasukkan ke lokalisasi pelacuran. Dahulu, Shinta adalah gadis yang alim, taat beragamaa, latar belakang

keluarganya ;·eligius. Akan tetapi setelah dia terjerurnus menjadi sering minum-minurnan, merokok, dan omongannya sering kali memunculkan kata-kata kotor. Pada saat ini, dia tidak lagi peduli dengan norma-norma agama dan moral.

Dengan keberadaan mereka sebagai korban trafiking, timbul pandangan negatif masyarakat terhadap mereka. Karena pandangan negatif itu, masyarakat mengatakannya sebagai perempuan tidak bennoral, tidak mempunyai etika, dan sebagainya. Keadaan ini dapat mempersulit para korban untuk keluar dari sindikat perdagangan manusia. Oleh Karena itu,

diperlukan sikap dan dukungan dari keluarga dan masyarakat dalam menyikapi permasalahan ini. ·

(19)

menyesuaikan diri dengan keadaan yang sedang berlangsung. Apabila penyesuaian tersebut ditujukan pada keadaan-keadaan atau situasi-situasi yang dianggap sebagai ancaman, tantangan, atau tekanan serta

menimbulkan emosi-emosi yang tidak menyenangkan, maka proses yang terjadi dinamakan perilaku coping (Lazarus,

1976).

Penelitian yang dilakukan oleh Varni dan Wallander (dalam Midence dkk.,

1993)

mengungkapkan bahwa kurangnya dukungan sosial pada keluarga yang memiliki anak yang menderita·penyakit kronis ternyata dapat

menimbulkan resiko ketidakmampuan penyesuaian diri pada keluarga

tersebut. Oleh karena itu diharapkan dengan mengetahui gambaran keadaan dukungan sosial yang didapat oleh keluarga, atau lingkungan dimana korban penjualan anak berada yang ditampilkannya dapat dilakukan intervensi yang tepat dalam membantu atau memberikan dukungan pada korban.

Manusia adalah makhluk sosial. Untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membi.1a hubungan interpersonal yang baik. Hubungan

(20)

anak, karena keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. k・ャオ。イセ。@

merupakan sebuah batu pondasi setiap masyarakat besar manusia, dimana setiap anggotanya memiliki peran mendasar dalam memperkokoh hubungan sosial dan pengembangan

Tujuan utama keluarga adalah sebagai perantara, yaitu menanggung semua harapan-harapan dan kewajiban-kewajiban masyarakat serta membentuk dan mengubahnya sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap anggota individu dalam keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi dan sosial. Sebuah keluarga diharapkan dapat bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dan

tuntutan dari orangtua dan anak-anak yang beraneka ragam pada saat tertentu. Di lain pihak, masyarakat mengharapkan setiap anggotanya

memenuhi kewajiban-kewajiban dan tuntutannya. Oleh karena itu, keluarga harus menjadi perantara bagi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Tujuan utama dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya.

Keluarga menjadi struktur sosial yang penting karena interaksi antar anggota keluarga terjadi di sini. Perilaku seseorang di dalam keluaqJa dapat

(21)

dihargai, yang pada akhirnya membantu dirinya untuk lebih dapat

menghargai dirinya sendiri. Situasi keluarga yang tidak bahagia kurang dapat menghasilkan pribadi yang memiliki harga diri yang positif. Kebahagiaan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh adanya hubungan antar anggota keluarga yang harmonis, baik hubungan antara orang tua clan anak maupun hubungan antara anak dengan saudaranya.

Dengan demikian penting untuk diketahui bagaimana anggota keluarga mampu menggambarkan persoalari-persoalan lain dari anggota keluarga mereka, memberikan dukungan sosial yang diterima korban dapat berperan dalam kehidupannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diawal

bahwasanya keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak, karena keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Apakah keluarga memberikan perlakuan yang baik pada anggota keluarga yang menjadi korban trafiking, ataukah malah membuatnya terjerumus pad a ju rang trafiking?.

Pad a saat itu, keluarga akan sangat berperan yang besar untuk

(22)

adanya dukungan dapat menimbulkan gangguan pada individu.

Bagaimanakah perilaku korban dalam menghadapi kehidupannya, dukungan dalam keluarga dapat berpengaruh terhadap penyesuaian diri seseorang dalam menghadapi masalah, dalam ha! ini periaku coping. Karena itu penulis memberi judul skripsi ini "PERILAKU COPING DAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA KORBAN TRAFIKING".

1.2

ldentifikasi Masalah

1. Apa saja bentuk persoalan atau permasalahan yang dialami korban trafiking pada tahap perekrutan atau penampungan atau pemasaran atau pelayanan seksual oada konsumen dan segala perrnasalahan yang dihadapi korban se!ama bekerja menjadi buruh atau irnigran atau TKW atau pekerja seks komersil?

2. Bagaimana korban trafiking menangani situasi yang penuh tekanan atau eniosi yang dihadapi agar lebih baik?

(23)

1.3

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas maka perlu suatu pembatasan masalah. Adapun pokok permasalahan ケ。ョセQ@ menjadi batasan permasalahan dalam skripsi ini adalah :

a. Coping yang dimaksud disini adalah usaha-usaha yan!J melibatkan tingkah laku yang nyata dan kegiatan kognitif untuk mengatasi situasi yang dinilai penuh stress, penyE;suaian diri terhadap perubahan yang datang tiba-tiba atau penyesuaian terhadap perubahan alami yang terjadi selama perkembangan kehidupan.

b. Dukungan sosial yang dimaksud disini adalah segala bentuk bantuan yang diberikan seperti informasi, dukungan emosi, penghargaan, materi atau persahabatan dan berbagai sumber yang dipersepsikan oleh keluarga.

(24)

d. Trafiking atau perdagangan manusia adalah seluruh aktivitas yang meliputi perekrutan dan atau perpindahan seseorang didalam atau melewati batas nasional untuk dijual, bekerja, atau melayani laki-laki dengan cara kekerasan, penipuan, atau bentuk-bentuk paksaan dan kekerasan lain. Dilakukan untuk berbagai tujuan, sepe1ii pelacuran,

pengemis, perbudakan, dan sebagainya. Dan lebih ditekankan yang dilakukan dengan penipuan, kekerasan dan berbagai bentuk palangaran hak asasi manusia.

1.3.2 Perumusan Masalah

Bagaimana perilaku coping dan dukungan sosial pada korban trafiking ?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum penelilian ini ditujukan untuk melihat gambaran perilaku coping yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam

kehidupan yang timbul karena terjebak jaringan trafikin9 sehingga korban dapat mengatasi, mengurangi atau menghilangkan permasalahan yang dialaminya.

(25)

motivasi pada anggota keluarganya sehingga dapat dilihat bagaimana keluarga tersebut menumbuhkan kepercayaan diri, bertahan dalam situasi stress dan menyesuaikan diri seseorang dalam menghadapi masalahnya.

Dan kembali bersosiaiisasi bahkan mewujudkan cita-citanya.

1.5

Manfaat penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca umumnya mengenai sikap seorang korban trafiking dalam mengatasi situasi stress yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya guna memperoleh rasa aman pada dirinya.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi keluarga, terutama keluarga yang memiliki ekonomi kebawah bertambah wawasannya dalam melindungi anak dan anggota keluarganya. Begitu juga bagi orang-orang disekitar korban perdagangan agar dapat mengetahui gambaran dukungan sosial yang dibutuhkan anak agar dapat membantunya mengatasi masalah kehidupannya.

(26)

motivasi agar anak dapat terus menggapai harapannya. Selain itu penelitian ini turut membuat kemajuan menghapus perdagangan, khususnya

perempuan dan anak-anak, dan membuka cakrawala peneliti selanjutnya yang berminat pada masalah perdagangan anak atau bidang-bidang lain yang masih relevan dengan masalah ini.

1.6

Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan penulis susun sesuai sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab 1 : Pendahuluan

Berisi latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penelitian, perumusan masalah dan pembatasa.1 masalah, serta sistematika penulisan.

Bab 2 : Landasan Teori

Teori dukungan sosiCJI keluarga: pengertian, dukungan sosial keluarga, Bentuk dukungan so,-,ial

Berisi teori coping : penge1iian, jenis-jenis perilaku coping, strategi coping, faktor yang mempengaruhi coping

Teori trafiking: pengertian, korban trafiking, bentuk kekerasan, dampak kekerasan, pandangan Islam terhadap trafiking,

(27)

Bab 3 : Metodologi Penelitian

Berisi uraian tentang metode penelitian dan pendekatan, subyek penelitian, instru1T1en penelitian, prosedur penelitian.

Bab 4 : Hasil Penelitian

Berisi gambaran umum subyek, riwayat kasus dan analisis kasus, dan analisis antar kasus

(28)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

Coping

2.1.1 Pengertian

Coping merupakan salah satu proses ynng terjadi bila orang mengalami stress. Lazarus (1976) mengemukakan bahwa stress ュ・ョセQ。ョ、オョァ@ tiga proses yaitu:

1. Penilaian primer yaitu: proses mempersepsi adanya suatu ancaman bagi seseorang.

2. Penilaian sekunder yaitu: proses pengolahan di otak tentang suatu potensi respon terhadap ancaman.

3. Coping yaitu proses yang memutuskan respon yang digunakan untuk menghadapinya.

(29)

Coping menu rut Lazarus (Lazarus, 1976) adalah ·

"Coping specially refers to what the person does to handle stressful or emotionally changed demeans".

Hal penting yang ditunjukkan pada definisi ini adalah adanya ketegangan dari tuntutan, rnernbatasi ャセッョウ・ー@ coping lebih kepada transaksi dengan stress yang dipersepsikan dari pada penyesuaian secara urnurn.

Coping khususnya berhubungan dengan apa yang seseorang lakukan untuk rnenangani situasi yang penuh teka·nan atau ernosi yang dihadapi agar rnenjadi baik.

Sernentara itu ahli lain, Cox (1991) rnernberikan definisinya sebagai berikut :

"Cognitioning and behaviour which, following a stressful transaction and defined independently of outcome, have the primary function, consciously decided, of dealing with the emotion caused by transaction and developing a sense of personal control. This achieved by those cognitions and behaviours combining into strategy which perform a mixture of functions : problem solving, reappraisal and avoidance. Any particular option or strategy may perform anyone or a number of these function in the space of dealing with one stressful transaction".

(30)

strategi coping yaitu pemecahan masalah, penilaian kembali dan menghindar.

Coping dapat diartikan sebagai suatu faktor pengaruh yang dapat membantu seseorang memelihara adaptasi psikologi sosial selama periode yang penuh tekanan, penyesuaian usaha-usaha kognitif serta perilaku dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan kondisi yang menegangkan.

2.1.2 Jenis - Jenis Perilaku Coping

Lazarus (1976) membedakan perilaku coping menjadi dua bagian, dan merupakan pembagian yang cukup jelas dan sering digunakan dalam penelitian mengenai coping, yaitu :

1. Coping terpusat masalah (problem focused coping)

(31)

2. Coping terpusat ernosi (emotion focused coping)

Yaitu perilaku coping yang bertujuan untuk rnenangani atau menurunkan atau mengendalikan distress ernosional atau emosi yang tidak

menyenangkan yang berhubungan dengan situasi yang menekan. Jenis coping ini sering digunakan jika seseorang rnerasa bahwa sumber stress adalah sesuatu yang harus ditoleransi keberadaannya. Coping terpusat pada ernosi ini digunakan pada saat individu tidak dapat

melakukan sesuatu untuk mengubah kondisi-kondisi yang rnenimbulkan stress.

2.1.3 Strategi Coping

Pembagian jenis coping seperti diatas e;ukup penting namun bagaimanapun tampak terlalu sederhana. Oleh karena itu, banyak peneliti yang menemukan respon mengenai cara coping ini dalam bentuk banyak faktor, tidak hanya semata dua jenis. Secara umum mereka melihat faktor itu sebagai variasi dari dua jenis coping tersebut.

Dalam mempelajari perilaku coping banyak ahli yang ュ・ョAセァッャッョァォ。ョ@

(32)

Strategi coping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stress yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif

maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.

Carver, dkk (1989) mengajukan beberapa dimensi atau jenis coping yang merupakan variasi bentuk coping dari problem focused coping dan emotion

focused coping. Selain itu, ia juga menambahkan beberapa dimensi coping

yang maladaptif, yaitu kecendrungan coping yang kurang berguna atau efektif. Carver, dkk (1989) menyusun pembagian jenis-jenis coping ini

berdasarkan beberapa argumen dari teori tentang strategi coping yang efektif maupun tidak efektif. !a juga memasukkan jenis coping yang diindikasikan dalam penelitian sebelumnya sebagai strategi coping yan9 bernilai atau adaptif.

a. Strategi Coping yang tergolong Coping Terpusat Masalah ''problem Focused Coping"

(33)

1. Active Coping. Yaitu suatu proses pengambilan langkah aktif untuk mencoba memindahkan atau menghilangkan sumber stress atau untuk mengurangi efek atau akibatnya. Active coping termasuk tindakan langsung, meningkatnya usaha individu dan mencoba untuk

melaksanakan usaha coping dengan langkah yang bijal<sana dan secara bertahap.

2. Planning. Yaitu aktifitas-al<tifitas yang direncanal<an tentang bagaimana

untul< mengatasi situasi yang menimbull<an stress. Planning atau perencanaan melibatkan pemikiran dengan strategi tinclal<an, berfil<ir tentang langl<ah apa yang al<an diambil dan seberapa bail< untuk m•=mecahl<an suatu masalah yang dilal<ul<an untul< menangani sumber stress.

Al<tivitas seperti ini secara jelas terpusat pada masalah tapi berbeda secara l<onsep dari pelal<sanaan tindal<an terpusat masalah. Planning terjadi selama masa penilaian sekunder 'Secondary appraisal" sedangl<an

active coping terjadi selama tahap coping.

3. Suppression of Competing Activities. Yaitu usaha individu dengan

(34)

pengolahan informasi yc.ng diterima dengan tujuan agar individu dapat berkonsentrasi penuh pada tantangan maupun ancaman yang sedang dialaminya.

4. Restraint Coping. Yaitu suatu latihan untuk mengontrol atau

mengendalikan. Dalam hal ini individu menunggt.: sampai kesempatan yang tepat untuk melakukan suatu tindakan, menahan dan tidak bertindak terlalu cepat sehingga seseorang dapat mengatasi sumber stress secara efektif.

Jenis coping ini merupakan strategi coping aktif dalam hal tindakan individu yang terpusat dalam menghadapi sumber stress secara efektif tetapi juga merupakan strategi yang pasif karena penggunaan restraint

(mengontrol atau mengendalikan) berarti melakukan penundaan atau tidak bertindak.

5. Seeking Social Support for Instrumental Reasons. Strategi coping lain

yang berkaitan dengan coping terpusat masalah adalah mencari

dukungan social. Dalam hal ini adalah dukungan instrumental. Dimana individu melakukan suatu usaha untuk mendapatkan dukungan sosial dengan cara meminic. nasehat, bantuan atau informasi dengan orang lain dengan alasan mendapatkan cara mengatasi masalah clan dapat

(35)

b. Strategi Coping yang tergolong Coping Terpusat Emosi "Emotion Focused Coping"

Dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Strategi Coping yang tergolong Coping Terpusat Emosi 'Emotion Focused Coping' terbagi atas 5 strategi, yaitu:

1. Seeking Social Support for Emotion Reasons. Suatu usaha yang

dilakukan untuk mendapatkan d·ukungan sosial dengan cara meminta dukungan moral, simpati atau pengertian dari orang lain. Kecenderungan individu untuk mencari dukungan sosial untuk alasan-alasan emosional ini dapat menyebabkan dirinya yang merasa tidak aman karena situasi yang penuh stress, kembali merasa aman. Hal tersebut dapat terlihat efektif, tetapi disisi lain kecenderungan ini juga dapat bersifat negatif. Jika, sumber-sumber dukungan simpati lebih dipergunakan sebagai tempat untuk mengeluarkan per::isaan-perasaan saja.

2. Positive Reinterpretation and Growth. Dalam strategi coping ini, lebih

(36)

sesuatu yang positif yang intrinsik mengarahkan indiviclu untuk tetap aktif atau melakukan tinclakan coping terpusat masalah.

3. Denial. Yaitu suatu strategi atau usa:1a untuk menolak kenyataan atau

kejadian-kejadian yang membuat stress atau bertindak seolah-olah sumber stress tidak ada.

4. Acceptance. Merupakan kebalikan dari denial. Acceptance merupakan

suatu perilaku coping dirnana individu harus menerima atau

menyesuaikan cliri dengan keadaan yang dialaminya. Penerimaan terhadap adanya sumber stress sebagai suatu yang nyata terjadi pada tahap penilaiaan primer. Penerimaan terhadap tidak adanya strategi coping aktif yang clapat dilakukan berhubungan dengan penilaiaan

sekunder. Seseorang dapat melihat sumber stress s'°'!bagai hal yang amat penting dalam situasi dimana stressor adalah sesuatu yang tidak mudah untuk diubah, sehingga harus cliterima.

5. Turning to Religion. Data jenis coping ini diungkapkan oleh Mc Crae dan

(37)

c. Strategi Coping yang tergolong Maladaptif atau neurotic coping

Jenis coping ini dipercayai tidak berfungsi dan merupakan strategi yang kurang sesuai dalam situasi apapun untuk jangka waktu panjang. Jenis perilaku seperti coping ini sama dengan karakter coping yang neurotis. Jenis coping tersebut antara lain Carver, dkk (1989) :

1. Focusing and Venting of Emotions. Adalah kecendrungan untuk

memusatkan diri pada stress yang bersifat negatif, kekecewaan individu, kesalahan atau perasaan yang dialami individu dan mengungkapkan atau mengeluarkan kekesalan serta perasaan tersebut. Respon seperti ini

kadang berfungsi jika seseorang memanfaatkan masa berkabung dalam menghadapi kel1ilangan. Para ahli berpendapat bahwa memusatkan perhatian pad a emosi-emosi (terutama untuk jangka waktu lama) dapat menghalangi penyesuaian diri, karena dengan menyadari distress yang dialami akan memperburuk distress itu sendiri, selainitu pemusatan pada emosi yang tidak menyenangkan juga menjauhkan individu dari usaha coping yang bersifat aktif.

2. Behavioral Disengagement. Adalah usaha yang dilakukan individu

(38)

dan secara teoris, jenis coping ini mungkin terjadi jika seseorang menduga kui-ang atau tidal< adanya hasil dari strategi coping.

3. Mental Disengagement. Merupakan variasi dari behavioral

disengagement, yang dipastikan terjadi jika kondisi mencegah adanya behavioral disengagement. Mental disengagement terjadi melalui berbagai macam aktivitas yang membuat pikiran indiviclu teralih dari pikiran tentang tindakan atau bertujuan untuk menghalangi seseorang memikirkan stressor. Strategi jenis coping ini termasuk tindakan pengganti untuk mengalihkan pikiran clari masalah, misalnya melarikan diri dengan tidur, menonton TV, berjalan-jalan, melamun. Meskipun aktifitas alternatif

ini dapat membuat indiviclu melupakan masalah yang dihadapinya untuk sementa1·a waktu, tetapi strategi ini akan menghambat individu untuk melakukan coping yang bersifat adaptif.

4. Alcohol Drug Disengagement. Jenis coping ini sebenarnya diajukan

(39)

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Coping

Keberhasilan coping tergantung pada penggabungan strategi coping yang sesuai dengan cirri masing-masing kejadian yang per uh stress dari pada mencoba menemukan satu strategi coping yang paling berhasil (Taylor, 1999).

2.2

Dukungan Sosial

2.2.1 Pengertian Dukungan Sosial Keluarga

Keluarga sebagai lembaga yang pertama kali dikenal oleh individu mempunyai peranan yang cukup penting di dalam bersosialisasi anak sebagai individu yang terdapat di dalam masyarakat.

Banyak ahli yang mendefinisikan dukungan sosial. Dukungan sosial

(40)

Sarafino (1990) yang mengatakan bahwa adanya dukungan sosial berarti adanya penerimaan dari orang tua atau sekelompok ッイ。ョセj@ terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai dan ditolong. Gottieb mendefinisikan dukungan sosial secara

operasional yaitu bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non verbal yang diberikan oleh suatu jaringan sosial tersebut dan mempunyai manfaat perilaku bagi pihak penerima .

Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Orang yang menerima dukungan sosial memahami makna dukungan sosial yang diberikan orang Jain.

Berdasarkan definisi diatas penulis mendefinisikan dukungan sosial keluarga adalah penerimaan bantuan dalam berbagai bentuk seperti perhatian, kasih sayang, penilaian, dan nesehat yang b8rdampak positif bagi individu.

(41)

Pentingnya membangun perilaku baik dalam keluarga, karena keluarga ini merupakan salah satu pilar utama di dalam membangun masyarakat madani yang dicita-citakan. Tidak mungkin masyarakat madani ini terwujud apabila tidak didukung oleh pemuentukan karakter keluarga baik.

Keluarga tidak dapat hidup dalam keterisolasian, tapi akan berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Lain lading lain belalang, lain lubuk lain ikannya demikian kata sebuah peribahasa. Keluarga sebagai unit masyarakat terkecil adalah ladang asal mula tumbuh dan berkembangnya individu. \l\lalau dalam suatu masyarakat terdapat norma-norma umum, dalam unit-unit terkecil itu terdapat nilai-nilai, harapan-harapan yang berbeda-beda. Sebuah keluarga memiliki nilai-nilai, sikap serta harapan-harapan terhadap para anggotanya yang tidak selalu sama dengan keluarga lain, bahkan mun9kin tidak s:ima dengan yang berlaku dimasyarakat umum. Sehingga, dalam tiap keluarga menghasilkan individu yang berbeda.

2.2.2

Bentuk - Bentuk Dukungan Sosial

(42)

a. Dukungan emosi (emotional support)

Dukungan Emosi, mengacu pada bantuan yang berbentuk dorongan yang . membesarkan hati, kehangatan dan kasih sayang. suatu bentuk

dukungan yang diekspresikan melalui perasaan oositif yang berwujud empati, perhatian, dan kepedulian terhadap individu lain. Bentuk

dukungan ini dapat menimbulkan perasaan nyaman, perasaan dilibatkan dan dicintai pada individu yang bersangkutan.

b. Dukungan penghargaan (esteem support)

Dukungan penghargaan, bentuk dukungan yang diekspresikan melalui penghargaan セッウゥエゥヲ@ tan pa syarat, apa adanya, pemberian nasihat atau persetujuan. Bentuk dukungan ini dapat menimbulkan perasaan berharga dan kompeten. House menyatakan bahwa dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan penghargaan atau penilaian yang positif untuk individu, dorongan maju dan semangat, atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif individu dengan orang lain. Pada dukungan penghargaan dititik beratkan pada adanya ungkapan penilaian yang positif atas individu dan penerimaan individu apa adanya. Bentuk dukungan ini membentuk perasaan dalam diri individu bahwa ia berharga, mam,:iu dan berarti.

c. Dukungan instrumen I material (instrumental I material support)

(43)

Contoh : dukungan ini seperti pinjaman atau sumban!Jan uang dari orang lain, penyediaan layanan penitipan anak, penjagaan clan pengawasan . rumah yang ditinggal pergi pemiliknya dan lain sebaginya yang

merupakan bantuan nyata berupa materi atau jasa. d. Dukungan lnformasi

Bentuk dukungan informasi yang berarti memberikan informasi atau mengajarkan suatu keterampilan yang dapat memberikan solusi atas suatu masalah, misalnya berupa petunjuk, nasehat atau penghargaan .

.

Bentuk lainnya yaitu dukungan informasi yang berupa dukungan penilaian

(appraisal support) yang melibatkan informasi sehinmia dapat membantu

seseorang dalam menilai kemampuan dirinya serta dengan memberikan umpan balik atas keterampilan yang dimiliki individu.

Jadi, dukungan informasi adalah dukungan yang diberikan dengan cara memberikan informasi baik berupa nasehat, umpan balik, atau cara-cara yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah (Smet, 1994).

e. Dukungan Persahabatan (companionship support)

Dukungan persahabatan merupakan suatu interaksi sosial yang positif dengan orang lain dimana individu dapat menghabiskan waktu dengan individu lain dalam suatu aktivitas sosial dan hiburan. Menurut Orford (1992) hal ini dapat menurunkan stress karena dapat memenuhi

(44)

tidak membuatnya terlarut dalam kekhawatiran alas masalah yang dihadapi serta dapat mernbantu menciptakan suatu hati yang positif. Bentuk dukungan yang diperlukan dan diterima individu tergantung pada keadaan dan situasi ウセイ・ウウ@ yang dihadapinya. Misalnya, dukungan

instrumental akan lebih efektif untuk masalah yang membutuhkan bantuan nyata seperti kemiskinan. Sedangkan dukungan informasi akan lebih bermanfaat jika individu memiliki kekurangan pengetahuan atau keterampilan dan dalam keadaan yang sangat tidak pasti tentang

persoalan yang dihadapi individu seperti prognosis penyakit yang berat.

Keluarga juga dapat memberikan dukungan untuk membantu individu karena keluarga merupakan sistem pendukung yang paling dekat dengan subyek (Potter, 2005) :

a. Mencari dukungan sosial. Keluarga mencari dukungan atau bantuan dari anggota keluarga dekat lain, tetangga, teman, atau keluarga jauh.

b. Reframing. Mengkaji ulang kejadian stress agar lebih dapat menangani dan menerimanya.

c. Mencari dukungan spiritual. Mencari dan berusaha secara spiritual, berdo'a menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah. d. Menggerakkan keluarga untuk mendapat dan menerima bantuan.

(45)

e. Penilaian secara pasif. Kemampuan keluarga secara pasif menerima stress, misalnya dengan jalan-jalan atau diam saja.

2.2.3 Sumber Dukungan Sosial

Secara ringkas, orang-orang menerima berbagai jenis pendukungan dari para teman, keluarga, dan orang lain di dalam hidup mereka. Dukungan sosial pada umumnya bertujuan untuk mengurangi tekanan masyarakat dan manfaat kesehatan mereka.Sumber-sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya. Sumber dukungan sosial merupakan aspek paling penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut, seseorang akan tahu kepada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial sesuai dengan situasi dan

keinginannya yang spesifik, sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.

Sarafino (1994) menjelaskan dukungan sosial dapat berasal dari :

(46)

terhadap kesejahteraan individu berbeda dengan kontribusi yang diberikan dari kalangan professional. Hal ini dikarenakan hubungan antara individu dengan kalangan non-professional lebih mudah diperoleh, bebas dari biaya finansial, dan berakar pada keakraban yang cukup lame:. Selain itu dukungan ini dapat terjadi melalui cara pemberian yang bervariasi, mulai dari pembenan material sampai hanya sekedar menjadi pendengar. b. Professional, seperti psikolog atau dokter.

c. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support groups). Sumber dukungan lain yang juga berrilanfaat bagi individu adalah kelompok-kelompok dukungan sosial. Kelompok pendukung (support group)

merupakan suatu kelompok kecil yang melibatkan interaksi langsung dari para anggotanya, menekankan pada partisipasi individu yang hadir secara sukarela yang bertujuan untuk secara bersama-sama mendapatkan pemecahan masalah dalam menolong anggota-anggota kelompok menghadapi masalahnya serta menyediakan dukunsian emosi kepada para anggotanya.

2.2.4 Efek Dukungan Sosial

Gottlieb (1983) mengemukakan bahwa ada dua model peranan dukungan sosial dalam kehidupan manusia, yaitu model efek langsung (direct effect)

(47)

dukungan sosial berfungsi meningkatkan kesejahteraan individu walaupun individu tersebut tidak dalam keadaan stress. Model ini menekankan pada struktur dukungan, seperti jumlah orang dalam jaringan sosial atau kegiatan yang ada dalam kegiatan sosial.

Pada efek samping pelindung, dukungan sosial memiliki peranan untuk melindungi individu dari efek negatif akibat stress. Model ini menekankan pada fungsi dukungan berkaitan yang dirasakan individu dalam hubungan sosialnya. Kedua model ini pada akhirnya menekankan bahwa dukungan sosial memiliki peranan dalam memperlemahkan efek negatif dari kondisi dan situasi stress terhadap kesehatan mental individu.

(48)

2.3

Trafiking

2.3.1 Pengertian

Persoalan mendasar perdagangan anak adalah tidak memadainya definisi yang ada: lsu tersebut telah mencuat sejak akhir abad yang lalu. Akan tetapi, selalu timbul macam-macam pemahaman tentang apa dan praktek seperti apa yang dapat dikategorisasikan sebagai perdagangan tersebut. Keragaman pemahaman tampak dari berbagai definisi, konsep dan debat yang dimuat (baik dalam instrumen hukum nasional maupun konvensi internasional) (Sulistyowati, dkk 2005).

Secara teoritis, tiadanya definisi yang dapat berlaku umum, bukan sesuatu yang mengherankan. Sebab, perdagangan anak adalah fenomena yang sangat kompleks. Terus berubah, dan menyentuh berbagai isu intensif yang sering sangat ekstrem, seperti seks, uang , narkotika, dan migrasi. Sampai sekarang, definisi yang sangat tepat, masih menjadi pertanyaan akademis. Walaupun begitu untuk menjawab ketiadaan sebuah definisi konkret yang dapat diterima ditingkat internasional.

(49)

khususnya perempuan dan anak, dan banyak dijadikan referensi ditingkat internasional, Mohammad Nuh (2005) yaitu :

a.

Human trafficking is the recruitment, transportation, transfers, harbouring

or receipt of person, by means of the threat or use of force or other forms of coercion, of abduction. of fraud, of deception, of the abuse of power or

of

a

position of vulnerability or of the giving or receiving of payments or

benefits to achieve the consent of a person having control over another person, for the purpose of exploitation shall include, at a minimum, the exploitation, of the prostitution of other forms of sexual exploitation, forced labor or services, slavery or practices similar to slavery, servitud or the removal of organs.

Perdagangan manusia adalah perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan· seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan, atau penyalar.gunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi.

Eksploitasi termasuk, paling tidak, eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik-praktik serupa perbudakan, perhambaan atau pengambilan organ tubuh.

b. The consent of a victim of in person to the intended exploitation set forth in

(50)

Persetujuan korban perdagangan manusia terhadap eksploitasi yang dimaksud dikemukakan dalam subalinea (a) artikel ini tidak akan relevan jika salah satu dari cara-cara yang dimuat dalam subalinea digunakan

c.

The recruitment , transportation, transfer, harbouring or receipt of a child

for the purpose of exploitation shall be considered "in person" even if this does not involve any the means set forth in subparagraph (a) of this article

Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan seorang anak untuk tujuan eksploitasi dipandang ウ・「。セゥ。ゥ@ "perdagangan manusia" bahkan jika kegiatan ini tidak melibatkan satu pun cara yang dikemukakan dalam subalinea pasal ini.

d. "Chi/" shall mean any person under eighteen years of age

Anak adalah setiap 」セ。ョァ@ yang berumur dibawah delapan belas tahun.

Dengan demikian, penulis mendefinisikan trafiking atau perdagangan manusia adalah seluruh aktivitas yang meliputi perekrutan dan atau

perpindahan seorang anak didalam atau melewati batas nasional untuk dijual, bekerja, atau melayani laki-laki dengan cara kekerasan, penipuan, atau

bentuk-bentuk paksaan dan kekerasan lain. Dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti pelacuran, pengemis, perbudakan, dan sebagainya. Dan lebih

(51)

2.3.2 Karban Trafiking

Perdagangan manusia dapat mengambil korban dari ,;iapapun: orang-orang dewasa dan anak-anak, laki-laki maupun perempuan yang pada umumnya berada dalam kondisi rentan, seperti misalnya: laki-laki, perempuan dan anak-anak dari keluarga miskin yang berasal dari pedesaan atau daerah kumuh perkotaan, mereka yang berpendidikan dan berpengetahuan terbatas, yang terlibat masalah ekonomi, politik dan sosial yang serius, anggota

keluarga yang menghadapi krisis ekonomi seperti hilangnya pendapatan suami/orang tua, suami/orangtua sakit keras, atau meninggal dunia, anak-anak putus sekolah, korban kekerasan fisik, psikis, seksual, para pencari kerja (termasuk buruh migran), perempuan dan anak jalanan, korban penculikan, janda cerai akibat pernikahan dini, mereka yang mendapat tekanan dari orang tua atau lingkungannya untuk bekerja, bahkan pekerja seks yang menganggap bahwa bekerja diluar negeri menjanjikan pendapatan lebih '.Suyanto, 2002).

(52)

hamil yang kesulitan biaya untuk melahirkan atau membesarkan anal< dibujuk dengan jeratan utang supaya anaknya boleh diadopsi agar dapat hidup lebih baik, namun kemudian dijual kepada yang menginginkannya (Suyanto, 2002).

Memalsu identitas banyak dilakukan terutama untuk perdagangan orang ke luar negeri. RT/RW, kelurahan dan Kecamatan dapat terlibat dalam

pemalsuan KTP atau Akte Kelahiran, karena adanya syarat umur tertentu yang dituntut oleh agen untuk pengurusan dokumen (passport). Dalam

.

pemrosesannya, juga melibatkan dinas-dinas yang tidak cermat meneliti kesesuaian identitas dengan subyeknya.

Agen dan calo perdagangan manusia mendekati korbannya dirumah-rumah pedesaan, dikeramaian pesta-pesta pantai, mall, kafe atau restauran. Para agen atau calo ini bekerja dalam kelompok dan seringkali menyaru sebagai remaja yang sedang bersenang-senang atau sebagai agen pencari kerja.

(53)

2.3.3 Bentuk Kekerasan

Berbagai macam bent11k kekerasan yang dialami oleh korban trafiking (Suyanto, 2002) diantaranya :

1. Kekerasan Fisik

Kc,kerasan fisik yang dialami korban hampir semuanya serupa yaitu

ditampar, dijambak atau ditarik rambutnya, disilet, disundut puntung rokok, disiram air, dan dilempari sesuatu barang. Berbagai bentuk kekerasan fisik yang dialami di penampungan, dirumah germo, adalah dijambak, dipukul, disundut rokok, disiram air panas dan air dingin, dilempar benda ringan sampai barang pecah belah seperti gelas, piring, dan sendok yang dilakukan oleh sesama korban, dianiaya oleh para pekerja laki-laki

(tempat pemasaran korban), bodyguard, germo, dan piaraan germo. 2. Kekerasan seksual

Berbagai bentuk kekerasan seksual yang dilakukan terl1adap korban trafiking adalah pemaksaa.n melayani konsumen pada saat haid, harus melayani bayak konsumen dalam hari yang sama. Karban dipaksa untuk melayani kepuasan seksual.

3. Kekerasan mental

(54)

verbal, berupa kata-kata yang membuat korban merasa takut, jengkel, marah, dan sebagainya.

2.3.4

Dampak Kekerasan

Berbagai bentuk kekerasan yang dilakukan oleh para pelaku dan penadah terhadap korban, baik secara Jangsung maupun tidak, dapat menimbulkan dampak bagi lrnrban (Suyanto,2002). Kekerasan fisik dan seksual yang dilakukan terhadap korban dapat berakibat buruk bagi korban. Dari berbagai bentuk kekerasan yang dialami korban berupa kekerasan fisik ringan, seperti sundutan rokok, Iuka silet, dan tusukan pisau, terjadi dampak yang bersifat ringan, artinya Iuka tidak menyebankan cacat permanen. Para korban perdagangan anak pe1·empuan untuk tujuan seksual secara psikis

menanggung berbagai beban. Para korban pada オュオュョケ\セ@ merasa pesimis memasuki jenjang rumah tangga, minder tehadao sesama perempuan, dan sebagainya.

Selain itu, dampak perdagangan manusia dapat pula menjadikan mereka traumatis dalam hidup. Mereka merasa trauma karena sud ah terlanjur hancur hidupnya. Mereka sering berpandangan bahwa hidupnya sudak tidak

(55)

Disamping itu, dengan keberadaan mereka sebagai korban trafiking, timbul pandangan negatif, masyarakat memvo;1isnya sebagai perempuan tidak bermoral, ntidak mempunyai etika, dan sebagainya. Keadaan semacam ini semakin mempersulit para korban untuk keluar dari sindikat trafiking. Oleh karena itu, diperlukan sikap bijaksana dan berbagai dukun9an dalam menyikapi masalah ini.

2.3.5 Pandangan Islam Tehadap Trafiking

Fenomena perdagangan anak dan 'perempuan tak dapat dipisahkan dari fenomena kekerasan tehadap perempuan yang semakin hari semakin besar jumlahnya. Trafiking bukan hanya tindakan yang menodai harkat dan

martabat kemanusiaan, tetapi juga mengancam dan merusak nilai-nilai yang dibangun ajaran agama, yaitu keadilan, kesetaraan, kemaslahatan dan kerahmatan.

Banyak orang mengkategorikan trafiking sebagai bentuk baru dari

perbudakan manusia yang telah diharamkan seluruh komunitas dunic.. Pada masa dahulu, hampir semua tatanan dunia memperkenankan adanya

(56)

dengan doktrin ajaran agama. Tak ada satu agama pun yang membenarkan tindakan yang merendahkan derajat kemanusiaan.

Sejak awal, Islam menegaskan agenda penghapusan segala bentuk praktik perbudakan yang nyata-nyata anti kemanusiaan. Manusia tidak boleh

memperbudak manusia lain dengan alasan apapun. Allah swt bahkan menyatakan penghormatannya terhadap makhluk manusia, karena dalam dirinya terkandung sesuatu yang sangat istimewa, yaitu akal. Akal inilah yang menyebabkan manusia berbeda dengan makhluk yang lainnya.

Ada dua isi fatwa penting yang dikeluarkan NU. Pertama, rnengharamkan eksploitasi se\ama proses perekrutan, pengangkutan, penarnpungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan darei orang yang memegang l<endali alas orang itu, baik yang dilakukan dalam nrgara maupun antar negara. Kedua, mewajibkan semua pihak, pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat mencegah trafiking dan melindungi korban.

(57)

Ajaran-akaran dalam Islam bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT semata, melainkan juga menjelaskan soal etika

kemanusiaan sebagai dasar relasi antar sesama. Dalam pandangan Islam, seorang Muslim yarg baik adalah mereka yang sukses membangun

hubungan baik dalam dua arah sekaligus. Secara vertikal, ia terus membina hubungan dengan Tuhan sebagai Dzat yang mencipta, dan secara horizontal ia senantiasa memperbaiki hubungan dengan sesama manusia.

Bukanlah muslim yang baik, seseorang yang hanya melaksanakan rutin peribadatan, tetapi dalam waktu yang sama melakukan tinclakan anti kemanusiaan, seperti penindasan, kedzaliman, kekerasan, pemerasan, manipulasi, eksploitasi, dan sebagainya. Bagi Islam, keadilan adalah basis dari relasi social dalam kehidupan manusia (Faqihuddin, dkk, 2006).

(58)

2.4

Perilaku Coping dan Dukungan Sosial Keluarga Pada

Karban Trafiking

Kekerasan terhadap perempuan sering dipahami oleh masyarakat sebagai suatu resiko bagi perempuan dan terjadi karena ketidak hati-hatian

perempuan.

Masalah trafiking, mulai menjadi perhatian masyarakat dan kepedulian

lingkungan masyarakat, terlihat dengan mulai banyaknya penelitian-penelitian mengenai trafiking yang terjadi di daerah sekitar, dan Undang-Undang yang telah disahkan oleh pemerintah. Akan tetapi, apakah hanya sampai sebagai pembahasan semata? Aparat kepolisian yang bertugas untuk melindungi, mengayomi dan pelayan bagi masyarakat, tidak dapat berbuat apa-apa tanpa adanya dukungan ciari masyarakat.

(59)

Keluarga menjadi struktur sosial yang penting karena interaksi antar anggota keluarga terjadi di sini. Perilaku seseorang di dalam keluarga dapat

mempengaruhi perilaku anggota keluarga yang lainnya. Di dalam keluarga seseorang dapat merasakan dirinya dicintai, diinginkan, diterima dan dihargai, yang pada akhirnya membantu dirinya untuk lebih dapat

menghargai dirinya sendiri. Situasi keluarga yang tidak bahagia kurang dapat menghasilkan pribadi yang memiliki harga diri yang positif. Kebahagiaan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh adanya hubungan antar anggota keluarga yang harmonis, baik hubungan antara orang tua dan anak maupun hubungan antara anal< dengan saudaranya.

Besarnya perhatian Islam terhadap kehidupan keluarga menunjukkan pentingnya posisi dan peran keluarga. Islam menghendaki nilai-nilai Islam dapat ditegakkan dalam seluruh aspek kehidupan termasuk dalam kehidupan keluarga. Setiap muslim yang hendak membentuk sebuah rumah tangga hendaknya memahami dengan benar tujuan sesungguhnya untuk apa keluarga dibentuk. la juga harus mengetahui bagaimana proses

pembentukan keluarga dilakukan, termasuk bagaimana memilih pasangan hidup yang akan menemaninya mengarungi kehidupan berkeluarga.

Orangtua yang seharusnya berperan melindungi anak-anaknya, dalam kasus trafiking, bisa jadi orangtua menjadi salah satu pelaku (trafficker). Hal

(60)

menjual anaknya kepada tetangga atau kenalannya yang Juga merupakan sindikat dari trafiking. Kemiskinan memang sering kali menjadi alasan orang tua untuk menjual anakanya kepada pelaku sindikat trafiki11g.

Dalam hasil penelitian yang dilakukan Mulyanto (2004), melihat fenomena perdagangan anak perempuan di Palembang, kemiskinan dan keterbatasan akses merupakan karakteristik korban trafiking. Hal tersebut tercermin melalui beberapa hal, antara lain dari kondisi fisik, tempat tinggal korban, status pekerjaan orangn tua, dan tingkat pendidikan korban itu sendiri. An\ara individu sebagai korban dan keluarga memang memiliki hubungan yang khas, di satu pihak individu adalah dirinya sendiri tetapi dipihak lain ia adalah

anggota keluarga dan sekaligus anggota masyarakat dirnana ia berpijak.

(61)

Menerima kenyataan adalah kunci pertama proses pengembalian jati diri, harga diri dan menumbuhkan sikap mandiri pada korban trafiking. Keluarga harus bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan penderita. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat korban semakin depresi bahkan cenderung bersikap kasar.

lkatan keluarga yang dibentuk dalam suasana saling mencintai, menyayangi dan menghargai, merupakan ikatan yang penuh dengan keberkahan. Sebuah perjalanan panjang demi lahirlah ra·sa tentram dan ketenangan serta

kebahagiaan hidup dalam suasana saling memahami, エッャッョセQMュ・ョッャッQQァ@ dan nasihat-menasehati dalam keluarga.

Meskipun rata-rata pendidikan keluarga Indonesia masih rendah dengan status ekonomi yang kurang menguntungkan, keluarga masih dapat

diharapkan menjadi contoh dan teladan bagi anak-ana'rnya agar berperilaku sehat dan memilih teman bergaul yang tepat. Dan memaksimalkan peran keluarga dalam pencegahan kasus trafiking di kalangan anak dan

(62)

eksploitasi seksual. Seseorang akan mengalami berbagai situasi yang dapat membuatnya menjadi stress ketika menghadapi kenyataan hidupnya selama bekerja secara ー。ォセ@ aan atau dengan persetujuan.

Akhirnya korban akan menampilkan perilaku coping tertentu, guna

menyelesaikan masalahnya, baik itu perilaku coping yang terpusat masalah

(problem focused coping) atau yang terpusat pada emosi (emotion problem

coping) atau kedua-duanya.

Perilaku coping terpusat masalah dapat ditambilkan korban dalam bentuk coping aktif (active coping), perencanaan (planning), mengesampingkan aktivitas pesaing (suppression of competing activities), menahan diri (restrain

coping), atau mencari dukungan dalam bentuk material (seeking social

support for instrumental reasons). Sedangkan coping terpusat pada emosi

dapat ditampilkan dalam bentuk mencari dukungan emosional (seeking social

support for emotion reasons), mengambil hikmah peristiwa yang dialami

(positive reinterpretation and growth), penolakan (denial), penerimaan atau

(63)

Keluarga memainkan peran penting dalam menciptakan dan

mempertahankan keuntuhan anggotanya. Dukungan sosial yang diberikan oleh. keluarga dapat berfungsi meningkatkan kesejahteraan korban wa\aupun korban tersebut tidak dalam keadaan stress. Selain itu, keluarga memiliki peranan untuk melind•1ngi anggota keluarganya dari efek negatif akibat stress.

Dalam hal ini menekankan pada fungsi dukungan berkaitan yang dirasakan individu dalam hubungan sosialnya. Sehingga pada akhirnya menekankan bahwa dukungan sosial dari keluarga memiliki peranan dalam

memperlemahkan efek negatif dari kondisi dan situasi stress terhadap kesehatan mental individu.

(64)

Garn bar 2.4

Bagan Kerangka Berfikir

,----..

Perilaku

セ@

,_

Coping

Masalah Yang '---"

.ORBAN Timbul Akibat

RAFI KING セ@

Menjadi 1 -Korb an

Trafiking

セ@

Dukungan

セ@

Sosial

-:

Problem Focused Coping

- Active Coping - Planning

- Suppression of Competing activities

- Restraint Coping - Seeking social

support for

Emotion Focused coping

- Seeking Social Support of

Emotion Reasons - Positive

Reinterpretation and Growth - Denial - Acceptance

- Turning to Religion

Sumber (Keluarga) - Orang tua

- Suami - Anak

- Kakek-nenek - Saudara

Bentuk Dukungan - Dukungan emosi - Dukungan

Penghargaan - Dukungan Material - Dukungan

(65)

BAB3

METODOLOGI PENELJTIJ\N

Dalam melaksanakan suatu penelitian, metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan sukses atau tidaknya

pelaksanaan penelitian tersebut, sebab metode penelitian merupakan panduan bagi peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian.

3.1

Metode Penelitian dan Pendekatan

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan metocle kualitatif

dikarenakan dalam metode ini digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikan makna atasnya, dilaksanakan untuk menjelaskan dan mendorong pemahaman tentang pengalaman manusia dalam :ineka bentuk.

(66)

Adapun pendekatan yang digunakan yaitu dengan penjekatan studi kasus. Dimana studi kasus sangat bermanfaat ketika peneliti rnerasa perlu

memahami suatu kasus spesifik, orang-orang tertentu, kelompok dengan karakteristik tertentu, ataupun situasi unik secara mendalam.

Dengan menggunakan pola ini peneliti berharap agar dapat memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang ー・ョセセィ。ケ。エ。ョ@ responden terhadap keadaan yang dialaminya. Oleh karena itu diperlukan data yang bersifat khusus dan individual untuk mendapatkan hasil yang mendalam. Dukungan sosial keluarga yang ditampilkan merupakan hal yang sifatnya subyektif pada setiap individu, sehingga oenggunaan pendekatan kualitatif daiam penelitian ini data yang diperoleh lebih mendalam dari masing-masing subyek.

3.2

Variabel Penelitian

(67)

3.3

Subyek Penelitian

Sebagian peneliti kualitatif tidak setuju dengan istilah sampel, yang

berkonotasi jumlah, dan menggantinya dengan istilah subyek atau sasaran penelitian. Akan tetapi sebagian yang lain (Patton,

1990; dan Corbin,

1998)

tetap menggunakan istilah sampel, meskipun dalam pengertian yang beda. Dalam hal ini peneliti menggunakan istilah subyek, sejauh pengertiannya sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yang tidak memfokus pada generelasi jumlah.

3.3.1 Karakteristik Subyek

Karakteristik individu yang menjadi korban trafiking :

a. Subyek adalah seseorang yang mengalami perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang dengan

ancaman atau paksaan atau penipuan atau penyalahgunaan kekuasaan. b. S1Jbyek adalah seseorang yang menjadi buruh migran ilegal dan tanpa

dokumen yang lengkap.

(68)

3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sa!""pel yang digunakan oleh peneliti adalah purposive

sampling (sampel bertujuan). Dimana teknik pengambilan sampel sumber

data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan itu seperti misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan peneliti sehingga akan memudahkan peneliti mendalami obyek atau situasi sosial yang diteliti. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan alas adanya tujuan tertentu.

Prosedur pengambilan sampel pada umumnya menampilkan bebera1Ja karakterisik:

a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.

b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, se

Gambar

Tabel 4.1. Gambaran Um um Subyek Penelitian .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .
Gambar 4.2.2
Gambaran Umum Subyek Penelitian
Tabel 4.3 Subyek SR TS EL
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian eksperimen dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial, yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 12

Dasar hukum yang pertama, yaitu Pasal 28I ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia, ada beberapa syarat yang terpenuhi atau telah dilanggar oleh aparat TNI dan

Pemeliharaan pada saat shutdown testing adalah berupa pengujian individu yaitu, pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kinerja dan karakteristik relai itu

Interaksi enzim eksoxilanase IT-08 terhadap substrat pNP-X maupun xilooligosakarida masih belum ada yang melaporkan sampai saat ini, hal ini dikarenakan belum

Didukung dengan model bisnis franchise yang akan mengurangi biaya operasional operator, maka desain ini dapat menjadi peluang bisnis baru bagi operator eksisting

tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada solum tanah yang dalam..

Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Laboratorium Kemetrologian dan diundangkan dalam

dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru