• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Laboratorium Kemetrologian dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur tanggal 26 April 2005 Nomor 1 Seri E, maka untuk efektivitas pelaksanaanya dipandang perlu menetapkan petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah dimaksud dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi

Jawa Timur juncto Undang-undang Nomor 18 Tahun 1950 Peraturan tentang Mengadakan Perubahan dalam Undang-undang Tahun 1950 Nomor 2 dari hal Pembentukan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 32);

2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3193);

5. Undang-Undang Rl Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389 );

7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437 );

(2)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang serta Syarat-syarat bagi UTTP (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3283);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang Satuan Turunan, Satuan Tambahan dan Satuan Lain yang Berlaku (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3352); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1989 tentang Standar Nasional

Untuk Satuan Ukuran

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan lembaran Negara 3952);

12. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor:

61/MPP/Kep/2/1998 tentang Penyelenggaraan Kemetrologian ;

13. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor :

731/MPP/Kep/10/2002 tentang Pengelolaan Kemetrologian dan Pengelolaan Laboratorium Kemetrologian.

14. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2000 tentang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Timur;

15. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2002 tentang Retribusi Biaya Tera/Tera Ulang dan Kalibrasi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya serta Pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus;

16. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Laboratorium Kemetrologian.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Propinsi adalah Propinsi Jawa Timur.

2. Gubernur, adalah Gubernur Jawa Timur.

3. Dinas adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Timur.

4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Timur.

5. Izin Tanda Pabrik adalah izin yang harus dimiliki oleh perusahaan pembuat UTTP, baik hasil produksi sendiri dan atau hasil rakitan dari komponen-komponen UTTP.

6. Izin Type adalah izin yang harus dimiliki oleh perorangan/perusahaan yang menggunakan UTTP impor.

7. Alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang selanjutnya disebut UTTP adalah UTTP yang wajib ditera, ditera ulang, bebas tera ulang, bebas tera dan tera ulang.

8. Alat Ukur adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran kuantitas dan atau kualitas.

9. Alat Takar adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran kuantitas atau penakaran.

10. Alat Timbang adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi

pengukuran massa atau penimbangan.

11. Alat Perlengkapan adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai sebagai pelengkap atau tambahan pada alat-alat ukur, takar atau timbang, yang menentukan hasil pengukuran, penakaran atau penimbangan.

12. Barang Dalam Keadaan Terbungkus yang selanjutnya disingkat BDKT adalah Barang yang ditempatkan dalam bungkusan atau kemasan tertutup yang untuk mempergunakannya harus merusak pembungkusnya atau segel pembungkusnya dan atau barang-barang yang secara nyata tidak dibungkus tetapi penetapan barangnya dinyatakan dalam satu kesatuan ukuran diperlakukan ketentuan-ketentuan sebagaimana yang berlaku atas BDKT.

13. Etiket/Label adalah keterangan yang ditempelkan/dicantumkan pada BDKT.

14. Label edar adalah tanda pengendali dalam bentuk stiker hologram yang ditempel pada setiap BDKT yang akan dijual kepada konsumen.

15. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan melakukan usaha dalam wilayah Jawa Timur, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

16. Perusahaan adalah pelaku usaha yang bertanggung jawab terhadap pengemas BDKT.

(4)

18. Pengecer adalah pelaku usaha yang melakukan penjualan BDKT kepada konsumen.

19. Konsumen adalah setiap orang pemakai BDKT, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

BAB II

TANDA TERA, TEMPAT, OBYEK DAN SUBYEK UTTP Pasal 2

(1) Tanda Tera terdiri dari tanda tera sah, tanda batal, tanda jaminan, tanda daerah dan tanda pegawai yang berhak.

(2) Bentuk, ukuran dan masa berlaku Tanda Tera sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3

Penentuan lokasi sidang tera ulang UTTP dilaksanakan oleh Kepala Dinas. Pasal 4

(1) Obyek UTTP terdiri dari:

a. Produksi UTTP yang berasal dari dalam negeri. b. Produksi UTTP yang berasal dari luar negeri.

(2) Subyek UTTP adalah orang pribadi atau badan usaha sebagai

distributor, agen maupun pengecer. BAB III

MEKANISME PERIZINAN Bagian Pertama

Rekomendasi Izin Tanda Pabrik Pasal 5

(1) Untuk memperoleh rekomendasi izin tanda pabrik perusahaan UTTP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Berbadan hukum ;

b. Mempunyai surat izin usaha ;

c. Mempunyai peralatan dan tenaga terampil yang dibuktikan sertifikat penataran kemetrologian yang diterbitkan Kepala Dinas. d. Membuat prototipe (contoh) UTTP yang akan diproduksi berupa ;

1) Hasil Produksi sendiri;

(5)

(2) Perusahaan UTTP wajib melaporkan apabila terjadi perubahan pada : a. Merek Pabrik;

b. Konstruksi UTTP yang diproduksi; c. Kepemilikan Perusahaan ;

d. Prototipe.

Pasal 6

(1) Untuk memperoleh rekomendasi izin tanda pabrik bagi Perusahaan yang pertama kali membuat UTTP, dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:

a. Pengusaha atau kuasa Perusahaan UTTP mengajukan surat permohonan Izin Tanda Pabrik kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri atau pejabat yang ditunjuk melalui Dinas ;

b. mengisi Daftar isian yang telah disediakan Dinas.

c. melampirkan Contoh " merek pabrik " yang dibubuhkan pada plat kuningan atau alumunium ukuran 70 mm x 50 mm.

d. Melampirkan

- Izin Usaha industri / Tanda Daftar Perusahaan dan atau Surat

Izin Usaha Perdagangan serta Tanda Daftar Perusahaan.

- Prototipe (contoh) UTTP untuk diteliti dan di uji, atau gambar

teknik prototype bagi UTTP yang tidak bisa diangkat.

- Laporan pemeriksaan UTTP disertai pendapat teknis Kepala

Dinas.

- Rekaman / foto copy daftar peralatan produksi dan tenaga

terampil.

(2) Untuk mendapatkan Perpanjangan Izin Tanda Pabrik, dilakukan tata cara sebagai berikut:

a. Pemegang izin tanda pabrik mengajukan surat permohonan perpanjangan Surat Izin Tanda Pabrik paling lambat 2 (dua) bulan sebelum Izin Tanda Pabrik lama habis masa berlakunya kepada Dinas

b. Mengisi Daftar Isian yang telah disediakan Dinas. c. Melampirkan :

- Izin Usaha Industri/ Tanda Daftar Industri dan atau Surat Izin

Usaha Perdagangan/ Tanda Daftar Usaha Perdagangan serta Tanda Daftar Perusahaan.

- Laporan Dinas tentang mutu hasil produksi dari perusahaan

UTTP.

- Izin Tanda Pabrik yang terakhir.

- Rekaman daftar peralatan produksi dan tenaga terampil.

(3) Pemegang Izin Tanda Pabrik harus melaporkan kepada Dinas tentang UTTP yang diproduksi mengenai kelangsungan dan pelaksanaan hasil kegiatan usahanya paling sedikit 2 (dua) kali dalam 5 (lima) tahun dan atau sewaktu-waktu diminta.

(6)

(4) Dinas menerbitkan perpanjangan Surat Izin Tanda Pabrik yang berlaku selama 5 (lima) tahun.

Bagian Kedua Rekomendasi Izin Type

Pasal 7

(1) Untuk memperoleh rekomendasi izin type perusahaan UTTP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Setiap UTTP yang masuk pertama kali dan akan digunakan wajib memperoleh Izin Type;

b. Importir yang akan memasukkan UTTP dengan model / type baru sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib menyerahkan 1 (satu) contoh UTTP untuk diadakan penelitian dan pengujian pendahuluan;

c. Bagi UTTP yang terlanjur masuk sebelum memperoleh Izin Type harus melalui penelitian dan pengujian pendahuluan dengan melampirkan :

1) Surat pernyataan ; 2) Gambar desain UTTP.

(2) Untuk memperoleh rekomendasi izin type bagi Importir dilakukan dengan cara menyampaikan surat permohonan kepada Dinas dengan melampirkan :

a. Proforma invoice atau daftar yang di dalamnya memuat type, kapasitas/kekuatan dan jumlah UTTP yang akan dimasukkan ke Propinsi dan lain-lain keterangan yang dianggap perlu.

b. Leaflet / brosur yang memuat gambar konstruksi dan data-data teknis lengkap dari UTTP yang akan diimpor.

(3) UTTP yang terlanjur masuk tanpa melalui tata cara yang berlaku pemakai/Importir disamping harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga harus melampirkan :

a. Hasil penelitian teknis UTTP dari pejabat yang berwenang.

b. Surat pernyataan tidak akan mengulangi lagi mengimpor UTTP tanpa melalui proseduryang berlaku.

c. Hasil penelitian dan atau pengujian terhadap UTTP model / type baru oleh Dinas.

Bagian Ketiga Izin Reparatir

(7)

Pasal 8

(1) Untuk memperoleh izin Reparatir perusahaan dibidang reparasi/ pelayanan purna jual UTTP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki tenaga terampil dibidang reparasi/ pelayanan purna jual UTTP, yang dibuktikan dengan tanda lulus ujian.

b. memiliki peralatan yang memadai untuk melakukan pekerjaan reparasi.

(2) Perusahaan dibidang reparasi/ pelayanan purna jual UTTP dapat

memperoleh Izin Reparatir 1 (satu) atau lebih jenis UTTP.

(3) Tata cara memperoleh izin reparatir:

a. Pengusaha mengajukan permohonan kepada Dinas.

b. Dinas melakukan penelitian mengenai tempat peralatan dan tenaga kerja terampil yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

c. Para calon tenaga kerja terampil harus mengikuti ujian teori dan praktek untuk setiap jenis UTTP sesuai dengan bidangnya yang diselenggarakan oleh Dinas.

d. Para peserta ujian dapat mengikuti ujian untuk lebih dari 1 (satu)jenis UTTP.

e. Dinas menerbitkan Surat Izin Reparatir kepada pengusaha yang telah memenuhi persyaratan.

Pasal 9

Segala biaya yang berkenaan dengan kegiatan penelitian, pengujian dan peneraan UTTP diluar tempat yang telah ditentukan dan atas permintaan subyek UTTP, dibebankan kepada subyek UTTP.

BAB IV

BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS Pasal 10

(1) Obyek BDKT adalah:

a. BDKT yang pembungkusannya dilakukan didalam negeri, yang diedarkan, dijual di wilayah propinsi.

b. BDKT yang berasal dari impor yang dijual, diedarkan di wilayah propinsi.

c. BDKT yang tidak basi atau tahan lebih dari 7 (tujuh) hari.

d. BDKT yang isi bersih atau berat bersihnya sama dengan atau lebih dari 5 ml atau 5 gram.

e. BDKT yang secara nyata tidak dibungkus tetapi penetapan barangnya dalam satu kesatuan ukuran.

(8)

(2) Subyek BDKT adalah orang pribadi atau badan usaha sebagai distributor, agen, pengecer maupun produsen BDKT.

Pasal 11

(1) Pencantuman label edar pada BDKT setelah pelaku usaha memperoleh sertifikat dari Dinas.

(2) Dinas memberikan sertifikat kepada pelaku usaha untuk setiap kali pengujian produk BDKT yang telah memenuhi kebenaran label dan kebenaran kuantitas berdasarkan hasil pengujian.

(3) Ukuran bentuk dan warna tulisan, penggandaan/pencetakan dan pendistribusian label edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Dinas.

BAB V

PENGAWASAN DAN KOORDINASI Pasal 12

(1) Lingkup pengawasan meliputi BDKT produksi dalam negeri maupun impor baik yang siap edar maupun yang sudah beredar.

(2) Pengawasan BDKT sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memenuhi kebenaran label dan kebenaran kuantitas.

Pasal 13

(1) Pengawasan kebenaran label dan kebenaran kuantitas BDKT yang siap edar dilakukan di perusahaan dan atau agen.

(2) Pengawasan kebenaran label dan kebenaran kuantitas BDKT yang sudah beredar dan belum dicantumkan label edar dilakukan di pengecer dan atau konsumen.

Pasal 14

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, meliputi: a. Nama barang ;

b. Penulisan isi bersih/berat bersih/netto ;

c. Penggunaan satuan atau lambang Satuan Sistem Internasional (SI).

(2) Apabila BDKT yang beredar setelah dilakukan pengawasan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) ternyata tidak memenuhi persyaratan maka BDKT dimaksud wajib ditarik dari peredaran dan atau dire-ekspor.

(3) Pengawasan BDKT dan pengujian kebenaran kuantitas BDKT dilakukan oleh Dinas.

(9)

Pasal 15

Metode pengujian BDKT diatur lebih lanjut dengan keputusan Kepala Dinas.

Pasal 16 Tata cara pengawasan dan koordinasi:

a. PPNS Metrologi melihat cap tanda tera atau surat keterangan yang sah sebagai pengganti cap tanda tera sah yang berlaku.

b. PPNS Metrologi melakukan pengawasan terhadap kebenaran penggunaan UTTP dan BDKT dan sistim satuan Sistem internasional (SI).

c. PPNS Metrologi melakukan pengujian kebenaran UTTP dan BDKT dengan menggunakan alat ukur standar guna mengetahui batas kesalahan yang diizinkan.

d. PPNS Metrologi melakukan pengawasan perizinan terhadap orang pribadi atau badan usaha yang bergerak di bidang reparatir, produsen dan importir UTTP.

e. Dalam hal PPNS Metrologi melakukan pengawasan terhadap UTTP dan BDKT dapat dilakukan koordinasi dengan penyidik POLRI, PPNS Perlindungan Konsumen, Balai POM dan Bea Cukai setempat.

f. Dalam hal pengawasan UTTP dan BDKT di tempat-tempat umum yang tidak dapat dimasuki PPNS Metrologi, maka PPNS Metrologi melaksanakan koordinasi dengan pihak POLRI.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 17

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Gubernur ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaanya akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Dinas.

Pasal 18

Peraturan Gubernur ini berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat rnengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Propinsi Jawa Tirnur.

Ditetapkan di Surabaya,

Pada tanggal 15 September 2005

Referensi

Dokumen terkait

Tambahan pula, kini perangkat pendidikan ini kini juga diramu dengan unsur hiburan (entertainment) yang sesuai dengan materi, sehingga anak semakin suka. Dalam kaitan ini,

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka dalam penelitian ini akan dibangun sebuah sistem pakar berbasis desktop dengan menggunakan compiler Delphi 2010 yang

Audit keuangan bertujuan memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan dan menekankan terselenggaranya pengendalian intern perusahaan dan hasil audit

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan pada Permata Bank Cabang TasikmalayaMetode penelitian yang digunakan adalah metode survey.Data

Manfaat perencanaan SDM pegawai di masa depan menuntut aanya pimpinan yang secara teratur melakukan proses pengembangan strategi sumber daya manusia pada

Konsep tingkatan-tingkatan realitas sosial yang ia paparkan dalam karyanya merupakan penjelasan bahwa realitas sosial memerlukan penanganan intelektual yang tidak tunggal

Ketika masyarakat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi kepada BTPN Syariah dan keyakinan akan proses pembiayaan yang berjalan secara syariah dan memberikan

Temuan penelitian selanjutnya menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap kinerja pegawai, hal ini dapat diartikan bahwa