• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Auditing

Secara garis besar dapat dikatakan dengan suatu aktivitas membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada, pada dasarnya setiap audit bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan sudah selaras dengan yang digariskan. Oleh karena itu ada 2 unsur yang ditemukan dalam audit yaitu kondisi dan kriteria

Kondisi adalah kenyataan yang ada atau keadaan yang melekat pada objek yang diperiksa, sedangkan kriteria biasa disebut standar, adalah hal yang seharusnya dikerjakan atau adalah hal yang seharusnya melekat pada objek yang diperiksa, kriteria adalah bahan pembanding sehingga auditor dapat menentukan apakah kondisi meyimpang atau tidak.

Menurut Arens and Loebbecke ( 2000 : 9 ) “ Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on degrees of coresspondense between the information and estabilished criteria. Auditing should be done by a competent, independent person “

Menurut Mulyadi ( 2002 : 9 )

Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan – pernyataan tentang keadaan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Dari definisi tersebut dapat diketahui adanya beberapa karateristik yang umumnya terdapat dalam definisi auditing, antara lain :

(2)

a. Suatu proses sistematik

Auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa rangkaian langkah atau prosedur yang logis terencana,terorganisir dan bertujuan. b. Untuk memperoleh evaluasi bukti yang secara objektif

Proses sistematik tersebut bertujuan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat individu atau badan usaha, serta mengevaluasi tanpa memihak dan berperasangka buruk terhadap bukti – bukti tersebut.

c. Pernyataan mengenai kegiatan serta kejadian ekonomi.

Adalah hasil proses yang terdiri dari pengidentifikasian, pengukuran dan penyampaian informasi ekonomi.

d. Menetapkan tingkat kesesuaian

Pengumpulan bukti mengenai pernyataan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan tingkat kesesuaian pernyataan tersebut dengan criteria yang di tetapkan

e. Kriteria yang ditetapkan

Kriteria yang dipakai digunakan sebagai standart dalam menilai pernyataan.

f. Penyampaian hasil.

Penyampaian hasil dilaporkan secara tertulis dalam bentuk laporan audit yang harus memuat informasi mengenai kesesuaian antara informasi yang diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan.

(3)

Menurut Arens dan Loebbecke ( 2000 : 12 ) “ An operasional audit is a review of any part of organization’ s operating procedures and method for purpose of evaluating efficiency and affectiveness.”

Menurut Intitute of Internal Auditing ( IIA ) sebagai mana dikutip Boyton, Jhonson dan Kell ( 2002 : 498 ) “ Auditing operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi efektivitas, efisiensi dan kehematan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang – orang yang tepat hasil – hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan.”

Setelah mempelajari definisi – definisi tersebut diatas terlihat beberapa hal yang merupakan inti dari beberapa hal yang merupakan inti dari pengertian audit operasional sebagai berikut :

a. Audit Operasional merupakan penelaahan yang sistematis atas kegiatan atau keadaan pada suatu organisasi dengan tujuan untuk memeriksa efficiency dan effectivitas suatu kegiatan.

b. Audit operasional bertujuan untuk menilai cara – cara pengelolaan yang diterapkan dalam objek audit operasional berupa kegiatan program, unit atau fungsi yang menjadi bagian organisasi sudah berjalan dengan baik. c. Tujuan pokok diadakannya audit operasional adalah untuk :

- menilai efisiensi, efektivitas dan kehematan - mengidentifikasi kemungkinan perbaikan

sesuai dengan tujuan kemungkinan terjadinnya peningkatan dan perbaikan maka audit tidak bertujuan mencari kesalahaan dimasa lalu, melainkan lebih berorientasi kemasa yang akan datang untuk lebih membantu

(4)

manajemen dalam mengingkatkan efisiensi, meningkatkan efektivitas serta mengurangi pemborosan.

3. Jenis – jenis Audit Operasional

Menurut Arens dan Loebbecke ( 2000 : 799 – 800 ) Audit Operasional dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu :

a. Fungsional

seperti yang tersirat dalam namanya, audit fungsional bersangkutan dengan satu fungsi atau lebih dalam suatu organisasi. Misalnya : fungsi pembayaran, fungsi pemasaran , fungsi penggajian suatu divisi atau untuk perusahaan secara keseluruhan. Auditor fungsional adalah memungkinkan adanya spesialisasi oleh auditor. Kekurangan audit fungsional adalah tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan. b. Organisasional

Audit operasional atas suatu organisasi mencakup keseluruhan unit organisasional seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan dalam suatu audit organisasional adalah seberapa efisien dan efektif fungsi – fungsi yang salaing berinteraksi. Rencana organisasi dan metode – metode untuk mengkoordinasikan aktivitas – aktivitas khususnya penting dalam audit jenis ini.

c. Penugasan Khusus

Penugasan auditing operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Ada banyak variasi dalam audit seperti ini. Contoh – contoh penentuan penyebab tidak efektifnya suatu sistem EDP, penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam suatu divisi dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang. 4. Ruang Lingkup Audit Operasional

Perbedaan pokok antara audit operasional dengan audit keuangan terletak pada ruang lingkupnya. Audit keuangan bertujuan memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan dan menekankan terselenggaranya pengendalian intern perusahaan dan hasil audit perusahaan seringkali dilaporkan kepada pihak luar perusahaan seperti pemegang saham , masyarakat, juga manajemen sedangkan audit operasional bertujuan pada untuk mengetahui kegiatan, mengidentifikasi kemungkinan terjadinya perbaikan atau peningkatan atau rekomendasi perbaikan kagiatan yang

(5)

sedang berlangsung dan biasanya hasil audit operasional dilaporkan pada manajemen perusahaan.

Audit operasional memiliki cakupan yang lebih luas dari audit keuangan, pada audit keuangan penelaahan dilakukan terhadap aktivitas langsung yang mempengaruhi kewajaran laporan keuangan, sedangkan audit operasional tidak hanya pada masalah – masalah keuangan tetapi juga masalah – masalah diluar keuangan yang memerlukan rekomendasi dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas perusahaan.

Ruang lingkup audit operasional untuk suatu perusahaan harus berdasarkan keputusan manajemen dengan memperhatikan pertimbangan – pertimbangan tertentu, para pelaksana audit harus memperhatikan tujuan manajemen perusahaan mengadakan audit ini

Arens dan Loebbecke ( 2000 : 803 – 804 ) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat digunakan pada audit operasional, yaitu :

1. Historical Performance 2. Comparable Performance 3. Engineered Standart

4. Discussion and Aggreement

Historical performance, merupakan hasil actual yang didapat dari hasil actual periode sebelumnya. Dalam hal ini prestasi kerja periode berjalan dibandingkan dengan periode kerja tahun sebelumnya. Kriteria ini seringkali tidak memberikan keadaan yang tepat mengenai organisasi yang sesungguhnya, karena kemungkinan adanya perubahaan pada dua periode sebelumnya.

(6)

Comparable performance, merupakan hasil yang diterapkan melalui hasil dari organisasi yang sejenis.

Engineered standart, merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan standart rekayasa. Seperti penggunaan time and motion studi untuk menentukan banyaknya output yang harus diproduksi. Kriteria ini efektif untuk menyelesaikan masalah operasional yang penting. Tetapi pembuatan kriteria ini menekan biaya dan waktu yang cukup tinggi karena memerlukan suatu keahlian khusus.

Discussion An Aggrement, merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dan tujuan bersama antara manajemen dan pihak – pihak lain yang terlibat dalam audit operasional.kriteria umum ini digunakan karena pembuatan kriteri lainnya seringkali sulit dan membutuhkan biaya tinggi.

5. Tujuan Audit Operasional

Menurut Guy Dan M, Wayne A dan Alan J ( 2003 : 421 ) Tujuan Audit Operasional Sebagai berikut :

a. menilai kinerja setiap audit operasional meliputi penilaian kinerja organisasi dengan ( 1 ) tujuan, kebijakan standar dan sasaran organisasi yang ditetapkan manajemen atau pihak yang menugaskan, serta ( 2 ) kriteria lain yang sesuai.

b. mengidentifikasi peluang perbaikan efektivitas, efisiensi dan ekonomi merupakan kategori yang luas dan pengklasifikasian sebagian besar perbaikan, auditor dapat mengidentifikasikan peluang perbaikan tertentu dengan mewawancarai individu ( apakah didalam atau luar organisasi ), mengobservasi operasi, menelaah laporan masa lalu atau laporan masa berjalan, mempelajari transaksi, membandingkan dengan standar industri, menggunakn pertimbangan professional berdasarkan pengalaman atau menggunkan sarana atau cara lainnya yang sesuai.

c. mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut sifat dan luas rekomendasi akan berkembang secara

(7)

beragam selama pelaksanaan operasional. Dalam banyak hal auditor dapat memberikan rokendasi tertentu. Dalam kasus lainnya mungkin memerlukan studi lebih lanjut diluas ruang lingkup penugasan dimana auditor dapat menyebutkan alasan mengapa studi lebih lanjut pada bidang tertentu dianggap tepat. Audit operasional menekankan pada efisiensi dan efektivitas, kemudian audit operasional juga berorientasi pada kinerja operasi pada masa yang akan datang yang akan dicapai oleh perusahaan.

6. Keterbatasan Audit Operasional

Hal – hal yang membatasi Audit Operasional menurut Amin Widjaja ( 2008 : 43 ) yaitu : a. Waktu b.Pengetahuan c. Biaya d. Data e. Standart

f. Orang dan entitas audit

Menurut Nugroho Widjayanto (1985 : 24 ) ada beberapa keterbatasan dari Audit Operasional :

a. Waktu

waktu menjadi faktor yang sangat membatasi, karena auditor harus memberikan informasi kepada manajemen secara cepat setidaknya tepat waktu untuk memecahkan suatu masalah. Sebaiknya audit dilakukan secara teratur untuk menjamin bahwa permasalahan yang penting tidak menjadi kronis dalam perusahaan.

b. Keahlian auditor

kurangnya pengetahuan banyak dikeluhkan oleh auditor operasional karena tidak mungkin bagi seorang auditor dapat menguasai berbagai disiplin bisnis. Auditor operasional hanya lebih ahli pada bidang audit dari pada bidang bisnis.

c. Biaya

biaya merupakan salah satu faktor pembatas karena tentu biaya audit harus lebih kecil daripada jumlah uang dapat dihemat. Oleh karena itu auditor harus mengabaikan masalah kecil yang memungkinkan dapat memakan biaya jika diselidiki lebih lanjut.

(8)

7. Tahap – Tahap Audit Operasional

Audit operasional memerlukan kerangka tugas sebagi pedoman kerja, karena tanpa adanya kerangka yang tersusun dengan baik auditor audior akan banyak mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya mengingat kegiatan struktur perusahaan telah semakin maju dan rumit.

Menurut Arens dan Loebbecke ( 2000 : 760-762 ) Tahap – Tahap Audit Operasional adalah sebagai berikut :

a. Planning.

b. Evidence accumulation and evalution c. Reporting and follow-up

Menurut Nugroho Widjayanto ( 1985 : 29 ) Audit Operasional terdiri dari tiga tahap :

a. Tahap Pendahuluan b. Tahap Audit Mendalam c. Tahap Pelaporan

Ketiga tahapan tersebut akan membantu auditor untuk berkerja secara aktif, sistematis dan teratur baik satu maupun seluruh audit.

a. Tahap Pendahuluan

Tahap pendahuluan memungkingkan terselenggaranya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan secara teratur. Tahap ini dapat digunakan untuk memanfaatkan sumber – sumber daya audit yang langka untuk mencapai hasil yang terbaik. Ruang lingkup dan waktu yang diperlukan dalam tahapan ini banyak dipengaruhi pada keahlian dan pengalaman auditor, pengetahuan atas bidang yang diperiksa,

(9)

ukuran kerumitan atas aktivitas atau program, tipe audit yang diperiksa, daerah geografis kegiatan organisasi serta sifat penugasannya apakah merupakan penugasan baru atau penugasan yang berlanjut. Dari tahap pendahuluan auditor akan memperoleh informasi umum atau informasi latar belakang dalam waktu yang relatif singkat dalam semua aspek perusahaan, aktivitas , program dan sistem objek yang periksanya.

Tahap pendahuluan dapat meliputi kegiatan antara lain :

- pengamatan atas fasilitas fisik, dengan pengamatan fisik keseluruh bagian auditor dapat memperoleh kesempatan untuk meninjau bagian perusahaan serta mendapatkan gambaran nyata tentang aktivitas perusahaan

Dalam hal ini biasanya auditor biasanya menggunakan kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu sesuai dengan tekanan permasalahan yang dihadapi. Dengan pengamatan fasilitas fisik ke seluruh bagian, auditor dapat memperoleh kesempatan, untuk meninjau seluruh bagian kegiatan dan mendapatkan gambaran nyata mengenai perusahaan.

- mencari data tertulis, tujuan pada tahapan ini apakah perusahaan menerapkan praktek manajemen yang konsisten, untuk itu auditor harus mendapatkan dokumen tertulis yang dijadikan bahan perbandingan dengan data departemen. dokumen – dokumen tertulis tersebut adalah sasaran dan tujuan perusahaan yang tertulis, petunjuk kebijaksanaan serta prosedur perusahaan, uraian tugas ,bagan

(10)

organisasi, laporan – laporan intern perdepartemen, laporan keuangan bagan arus yang dibuat auditor ekstern dan sebaginya.

- wawancara dengan personil manajemen, pada tahap wawancara auditor memahami apa yang dirasakan karyawan perusahaan dan bagaimana pandangan mereka terhadap masalah tertentu. Orang yang ahli dalam suatu perusahaan adalah mereka yang menjalankan perusahaan, karenanya auditor dapat memperoleh informasi yang paling baik dengan cara mewawancarai manajer yang relevan dalam mengidentifikasi permasalahan.

- kegiatan analisis, tahap terakhir dari perkerjaan pendahuluan menganalisa yang dilakukan pemeriksa. Dokumentasi yang diperlukan dalam analisa harus sudah terlengkapi dalam tahap pengumpulan data. Hasil dari tahap pendahuluan ini kemudian disimpulkan dalam satu laporan pemeriksaan pendahuluan yang lazim disebut memorandum survei. Memoramdum survei ini tidak boleh diserahkan kepada pihak lain tetapi semata – mata digunakan bgi pemeriksa untuk digunakan untuk menetapkan daerah – daerah atau bagian mana yang kiranya memerlukan pemeriksaan yang mendalam.

b. Tahap Audit Mendalam

Tahap audit mendalam meliputi kegiatan mengevaluasi terhadap temuan – temuan audit, membandingkan dengan kriteria yang seharusnya serta melakukan penilaian dari hasil perbandingan. Pada tahap akhir ini auditor akan menyusun kesimpulan audit serta mengembangkan rekomendasi mengenai berbagai tindakan perbaikan yang diperlukan

(11)

dalam menyelesaikan masalah yang ada. Informasi tersebut dapat digunakan dalam menyusun laporan audit.

Tahap Audit Mendalam mencakup kegiatan – kegiatan :

- studi lapangan, yang meliput antara lain : wawancara dengan pegawai inti setiap tingkat organisasi, mewawancarai sumber – sumber ekstren yang dianggap penting tanpa melanggar kerahasiaan penugasan, abservasi aktivitas operasional dan fungsi – fungsi manajemen, penelitian pengendalian intern, penelitian arus transaksi, penelitian penempatan pegawai, peralatan formulir dan laporan, penelitian aspek – aspek inti aktivitas operasional dengan menggunakan kuesioner khusus, pendiskusian dan pengusulan penggunaan kriteria pengukuran pegawai yang sesuai.

- analisis yang meliputi antara lain : penghubungan dan perbandingan berbagai data yang dikumpulkan dengan kriteria pengukuran, penilaian resiko dan infesiensi perusahaan untuk menentukan bidang dan aktivitas yang dapat ditingkatkan, pendokumentasian temuan hasil audit dan manfaat hasil potensial , penegasan kembali kriteria pengukuran, pendiskusian temuan audit serta saran perbaikan yang diperlukan, pengembangan berbagai alternatif perbaikan, rekomendasi dan saran -saran.

c. Tahap Pelaporan.

- Setelah tahap audit mendalam selesai, auditor bertanggungjawab melaporkan hasil temuan auditnya kepada manajemen atau pihak lain yang memberikan penugasan melalui laporan hasil audit, dengan

(12)

demikian pihak perusahaan akan dapat bertanggungjawab dan dapat segera mengambil tindakan koreksi yang dibutuhkan.

Bentuk sifat laporan akan tergantung pada permintaan pihak yang memberikan penugasan atau kebijaksanaan auditor. Tetapi suatu laporan biasanya mengandung uraian mengenai kegiatan apa yang dikerjakan dalam audit, daerah mana yang perlu mendapatkan perbaikan dan rekomendasi yang diusulkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan.

Isi laporan audit operasional berbeda antara satu dengan lainnya, tergantung pada sifat perusahaan yang diperiksa dan tipe masalah yang ditelaah.

Namun secara umum, laporan hasil audit operasional akan memuat hal – hal sebagai berikut :

 Tujuan dan lingkup audit

 Prosedur audit yang digunakan auditor  Temuan khusus hasil audit

 Rekomendasi tindakan perbaikan.

8. Pengertian Penjualan dan Ruang Lingkup Penjualan

Penjualan adalah tindak lanjut dari pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Melalui penjualan ini perusahaan berhubungan dengan pihak lain, dimana terjadi transaksi penyerahan barang dan perolehan kas yang setara dengan nilai barang tersebut.

(13)

Pengertian Penjualan menurut Mulyadi ( 2001 : 202 ) Kegiatan penjualan terdiri dari transaksi secara kredit maupun tunai. Dalam transaksi penjualan kredit, jika order dari pelanggan telah dipenuhi dengan order pengiriman barang atau penyerahan jasa, untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada pelanggannya. Kegitan penjualan secara kredit ini ditangani perusahaan oleh sistem penjualan kredit. Dalam transaksi penjualan tunai , barang dan jasa baru diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli jika perusahaan telah menerima kas dari pembeli.

Pengertian Penjualan menurut Michell Suharli ( 2009 : 82 ) “Penjualan artinya transaksi mentranfer barang dagang kepada pelanggan dengan harga tertentu baik penjualan tunai, penjualan kredit atau kombinasinya”

Dari definisi diatas, dapat diambil kesimpulan adalah penjualan adalah suatu pengalihan atau perpindahan hak kepemilikan atas barang dan jasa kepada penjual ke pembeli yang disertai dengan penyerahan imbalan dari pihak penerima barang atau jasa sebagai timbal balik dari penyerahan tersebut.

Untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan, aktivitas penjualan harus direncanakan terlebih dahulu.

Dalam perencanaan penjualan harus diperhatikan kondisi perusahaan artinya untuk mencapai rencana volume penjualan, haruslah memperhatikan keadaan perekonomian dimasa yang akan datang, dan dalam hal ini bagian penjualan haruslah selalu ikut serta dalam penentuan penjualan agar jumlah penjualan yang ditentukan memungkinkan tercapai.

(14)

a. Penjualan Tunai, penjualan ini terjadi apabila penyerahan barang dan jasa segera diikuti dengan pembayaran dari pembelian, sedangkan penjualan kredit ada tenggang waktu antara penyerahan barang dan atau jasa dalam peneriman pembelian. b. Penjualan Kredit, pada saat penyerahan barang atau jasa ,

penjual menerima tanda penerimaan barang dari pembeli sekaligus merupakan pernyataan untuk melakukan pembelian dikemudian hari, bukti inilah yang membuktikan adanya piutang dari pihak penjual.

Jaringan Prosedur yang membentuk sistem penjualan kredit yang dikemukan oleh Mulyadi ( 2001 : 219 ) adalah sebagai berikut :

- Prosedur Order penjualan

Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan menembahkan informasi penting pada surat order pembeli. Fungsi penjualna kemudian membuat surat order pengiriman dan mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lainnya untuk memungkinkan fungsi tersebut memberikan konstribusi dalam melayani order pembeli

- Prosedur Persetujuan Kredit

Dalam prosedur ini , fungsi penjualan meminta persetujuan penjualan kredit kepada pembeli tertentu dari fungsi kredit. - Prosedur Pengiriman.

Dalam prosedur ini , fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan informasi yang tercantum dalam surat order pengiriman yang diterima dari fungsi pengiriman.

- Prosedur Penagihan

Dalam prosedur ini, fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan mengrimkannya kepada pembeli.

- Prosedur Pencatatan Piutang

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan kedalam kartu piutang atau dalam metode pencatatan tertentu mengarsipkan dokumen tembusan menurut abjad yang berfungsi sebagai catatan piutang.

- Prosedur Distribusi Penjualan

Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mendistribusikan data penjualan menurut informasi yang dibutuhkan manajemen. - Prosedur Pencatatan Harga Pokok Penjualan.

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat secara periodik total harga pokok penjualan yang dijual dalam periode akuntasi tertentu.

(15)

Menurut Mulyadi ( 2001 : 219 ) sistem penjualan kredit terdiri dari dua prosedur pokok : prosedur order pengiriman dan prosedur penjualan. Dalam pengiriman digunakan formulir surat order pengiriman dan prosedur penjualan digunakan formulir faktur penjualan. Seringkali prosedur penjualan tersebut dikombinasikan dengan prosedur order pengiriman. Kombinasi kedua prosedur tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :

- Prosedur Pengiriman dan Penagihan Terpisah

Dalam prosedur ini pembuatan faktur penjualan dan tembusannya dilakukan secara terpisah dari pembuatan surat order pengiriman dan tembusannya.

- Prosedur Pengiriman Satuan

Prosedur ini merupakan modifikasi dari prosedur order pengiriman dan prosedur penagihan yang terpisah. Dalam prosedur ini, untuk setiap barang yang tercantum dari order pelanggan, oleh fungsi penjualan dibuatkan satu surat order pengiriman.

- Prosedur Pra Penagihan Lengkap

Dalam prosedur ini, faktur penjualan dan tembusannya dibuat secara lengkap bersamaan dengan pembuatan surat order pengiriman dan tembusannya.

- Prosedur Penagihan Tidak Lengkap

Dalam prosedur ini, faktur penjulan dan tembusannya dibuat oleh fungsi penjualan bersamaan dengan pembuatan surat order pengiriman, namun faktur penjualan belum diisi dengan informasi yang lengkap oleh fungsi tersebut.

a. Efektivitas Penjualan

Suatu penjualan dikatakan efektif jika perusahaan memiliki karakteristik sebagai berikut :

- Adanya perkembangan penjualan yang dapat dilihat perkembangan volume penjualan secara terus menerus meningkat dan adanya anggaran penjualan yang dapat segera direalisasikan.

(16)

- Transaksi penjualan dicatat sesuai dengan tanggal dan arsip nomor urut. - Kegiatan penjualan mulai dari penerimaan order penjualan sampai dengan

penyerahan barang dapat diselesaikan sesuai dengan order yang diterima dari pelanggan, sehingga operasi perusahaan dapat berjalan lancar dan efisien.

- Terdapat kepuasan pelanggan terhadap produk yang dipesan.

b. Peranan Audit Operasional Dalam Menunjang Efektivitas Penjualan

Peranan audit operasional atast penjualan dalam hubungannya untuk mencapai efektivitas perusahaan dalam meliputi seluruh aspek dan kegiatan yang bersangkutan dengan penjualan.

Hal ini dapat dilihat dari tujuan audit operasional dari aktivitas penjualan seperti yang dikemukan Nugroho Widjayanto ( 1985 : 228 ) yaitu :

Tujuan dilakukan audit operasional atas penjualan adalah untuk : 1. Menilai pelaksanaan kegiatan penjualan

2. Mendeteksi adanya kelemahan dalam kegiatan penjualan 3. Mencari alternatif dalam rangka meningkatkan efisiensi dan

efektivitas penjualan

4. Mengembangkan rekomendasi bagi penanggulangan kelemahan dan peningkatan prestasi.

Dalam melakukan penilaian kegiatan penjualan, auditor harus berpegang bahwa prinsip bahwa prosedur yang ditetapkan dalam audit telah mengandung unsur – unsur pengendalian yang cukup, sehingga mengurangi ketidakefisienan dan ketidakefektivan hingga pada tingkat terendah, akan tetapi auditor harus menyadari bahwa pengendalian yang berlebihan akan mengakibatkan kegiatan menjadi kurang efisien dan efektif sehingga auditor harus berdiri pada posisi keduanya.

(17)

Efektivitas operasi penjualan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara peningkatan kuantitas atau volume penjualan dengan melihat kemampuan perusahaan dalam menyalurkan baraang , kebijaksanaan, strategi yang ditetapkan perusahaan agar penjualan efektif. Penjualan efektif dapat tercapai dengan melakukan berbagai kegiatan pemasaran, pengembangan produk, penetapan harga dan saluran distribusi, serta mempromosikannya secara efektif akan dapat meningkatkan penjualan sampai saat ini belum ada format standart atas fungsi penjualan, tetapi pada umumnya setiap audit yang dilakukan meneliti enam aspek utama. Dari operasi penjualan yaitu :

Tujuan, kebijakan, organisasi, metode , prosedur dan personal.

Efektivitas penjualan dapat di ukur dengan cara membandingkan rencana dengan pelaksanaannya , jika penjualan yang direncanakan sebesar y% sedangkan pelaksanaanya lebih kecil dari y % dapat dikatakan penjualan tersebut tidak efektif.

Dengan adanya analisa pengujian atas aktivitas penjualan, akan didapat dua kemungkinan yaitu hal – hal yang dapat mendukung dan hal – hal yang kurang mendukung dalam mencapai efektivitas kelancaran operasi penjualan khususnya aktivitas penjualan perusahaan.auditor dapat memberikan saran –saran untuk dapat mempertahankan prestasi atau menanggulangi kelemahan yang ada dalam mencapai efektivitas penjualan. Dari rekomendasi yang diberikan oleh auditor perusahaan akan dapat segera mengambil tindakan menganggulangi kelemahan and meningkatkan prestasinya melalui alternatif – alternatif yang direkomendasikan berdasarkan penilaian kegiatan dan analisa penjualan.

(18)

Jadi audit operasional atas fungsi penjualan membantu semua fungsi yang ada dalam perusahaan untuk mencapai efektivitas aktivitas penjualan dengan mengidentifikasikan masalah secara dini kemudian memberikan saran untuk memungkinkan diambilnya tindakan korektif

9. Pengertian dan Ruang Lingkup Piutang

Pada umumnya dalam pengertian yang luas piutang diartikan sebagai semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa.

Menurut Donald E. Keiso ( 2001 : 386 ) “ menyatakan piutang adalah klaim uang , barang atau jasa kepada pelanggan atau pihak ketiga”

Menurut Michell Suharli ( 2006 : 202 ) “Piutang dagang adalah jumlah piutang dari pelanggan yang terjadi karena penjualan barang dan jasa, umumnya piutang dengan jangka waktu pelunasan 30 – 60 hari tergantung syarat kredit seperti n/30, n/45 atau n/eom.”

Menurut Mulyadi ( 2001 ) Penerimaan kas dari piutang melalui penagihan perusahaan dilaksanakan dengan prosedur berikut ini :

- Bagian piutang memberikan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih kepada bagian penagihan.

- bagian penagihan mengirimkan penagih yang merupakan karyawan perusahaan, untuk melakukan penagihan kepada debitur.

- bagian penagihan menerima cek atas nama dan surat pemberitahuan dari debitur

- bagian penagihan menyerahkan cek kepada bagian kassa. - bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada

bagian piutang untuk kepentingan posting kedalam kartu piutang.

- bagian kassa mengirimkan kuitansi sebagai tanda penerimaan kas kepada debitur

- bagian kassa menyetorkan cek kebank, setelah cek atas cek tersebut dilakukan endorsement oleh pejabat yang berwenang.

(19)

- bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut kebank debitur.

- Pencatatan piutang dapat dilakukan dengan salah satu metode posting periodik yaitu penagihan bersiklus dalam metode ini, selama sebulan media disortasi dan diarsipkan menurut nama pelanggan. Metode penagihan bersiklus ini membagi pekerjaan posting ke dalam kartu piutang dan pernyataan piutang tersebut tersebar merata kedalam hari kerja selama sebulan.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu NO. Peneliti dan

Tahun Penelitian

Masalah Yang

Diteliti Metode yangdigunakan Hasil Penelitian 1. Bertha Elvina 2004 “Pemanfaatan Anggaran Penjualan Sebagai Alat Bantu Manajemen Dalam Mendukung Efektivitas Penjualan Pada CV. Metro Jaya Lestari Bandung” Analisis Deskriptif Dalam Bentuk Studi Kasus a. Penyusunan anggaran sudah disusun secara memadai

b. Pada perusahaan, proses penjualan sudah efektif c. Anggaran penjualan bermanfaat untuk mendukung efektivitas penjualan d. Berdasarkan hasil peneliti, pertanyaan tambahan dimana responden bebas memberikan jawaban 2. Widya R 2008 “Peranan Anggaran Penjualan Dalam Pengendalian Penjualan Pada PT KAI ( Persero ) Divisi Regional I Medan” Analisis Deskriptif Dalam Bentuk Studi Kasus a.Penyusunan anggaran penjualan pada PT KAI ( Persero ) telah cukup efektif karena

melibatkan pihak tertinggi sampai pihak terendah dalam

manajemen

b. Pengendalian yang dilakukan PT KAI ( Persero ) cukup efektif

karena telah dilaluinya proses pengendalian penjualan melalui anggaran untuk mecapai target penjualan yang dikehendaki dengan

(20)

penerapan

kebijaksanaan yang mendukung target penjualan, hal ini terlihat dari realisasi penjualan dari anggaran sebesar 88,4%., hasil dari penelitian didapat kesimpulan bahwa anggaran berpengaruh terhadap efektifitas pengendalian penjualan

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik semakin menurun karena pasien tidak hanya menghadapi masalah kesehatannya tetapi juga masalah terapi yang akan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan biodiesel dari bahan baku kualitas rendah dengan proses yang efektif, mengetahui efektifitas proses pembuatan biodiesel

Masalah pada pengendalian sebuah muatan roket adalah bagaiamana sebuah muatan roket dapat mengendalikan dirinya secara otomatis. Pengendalian tersebut tidak akan

Penulisan Hukum Kartu ujian harus dibawa saat ujian. Yogyakarta, 29

Iman yang tidak hanya dalam satu aspek saja saja tetapi menyangkut semua aspek kehidupan, Sayyid Quthb dalam Tafsir F i Zhilalil Quran terutama pada surat

pembelajaran bermakna, (4) sebagian besar (75%) siswa kelas VII SMPN 20 Palu masih mengalamai kesulitan pada pokok bahasan PLSV pada hal penguasaan materi ini

Dalam penelitian ini gaya belajar yang dimaksudkan adalah kecendrungan masing masing individu untuk menggunakan perangsang atau alat indra tertentu untuk menyerap

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan dalam perspektif geokimia dan proses fosilisasi fosil kayu petrisian dan insitu araucarioxylon diketahui bahwa komponen