• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pendayagunaan dana zakat baitul maal Hidayatullah Jakarta Timur melalui program kuliah da'i mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi pendayagunaan dana zakat baitul maal Hidayatullah Jakarta Timur melalui program kuliah da'i mandiri"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT BAITUL

MAAL HIDAYATULLAH JAKARTA TIMUR MELALUI

PROGRAM KULIAH DA’I MANDIRI

Skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Di susun oleh:

Oleh :

DINI NURANI

104053002012

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT BAITUL

MAAL HIDAYATULLAH JAKARTA TIMUR MELALUI

PROGRAM KULIAH DA’I MANDIRI

Skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Di susun oleh:

Oleh :

DINI NURANI

104053002012

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT BAITUL MAAL

HIDAYATULLAH JAKARTA TIMUR MELALUI PROGRAM

KULIAH DA’I MANDIRI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh:

DINI NURANI

104053002012

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT BAITUL MAAL

(4)

KULIAH DA’I MANDIRI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh:

Dini Nurani

NIM : 104053002012

Pembimbing

,

Drs. Cecep Castrawijaya, MA

NIP: 150287029

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 September 2008

(6)

ABSTRAK

Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam Pembinaan Akhlak Santri

Islam adalah agama dakwah. Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya ummat Islam sangat bergantungan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya. Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu dengan dakwah bil-lisan dakwah bil-qalam dan dakwah bil-hal asalkan tujuannya sama, sehingga makna dakwah kepada Allah adalah mengajak dan menyeru manusia untuk melaksanakan perintah Alah berupa iman kepada-Nya dan seluruh ajaran para Rasul-Nya.

Untuk mengetahui apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan pondok pesantren At-Taqwa efektif terhadap pembentukan akhlak santri? Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi?

Dalam penelitian ini di harapkan dapat berguna secara akademis untuk menambah pengetahuan dalam dunia dakwah mauidzoh hasanah dan sebagai masukan untuk para aktivis dakwah.

Penulisan skripsi ini menggunakan teori efektifitas dan dakwah tujuannya untuk melihat seberapa besar pengaruh metode dakwah mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri At-Taqwa Putra Bekasi

Teknik olah data yang digunakan peneliti yaitu dengan dokumentasi atau pengumpulan bahan dari buku, internet dan sebagainya. Selain itu observasi yang didalamnya wawancara dengan nara sumber para mad’u peneliti pun menyebar angket yang berisi pertanyaan guna mengetahui seberapa besar pengaruh metode dakwah mauidzoh hasanah pada santri dalam pembinaan akhlak.

Kegiatan dakwah tersebut secara keseluruhan mampu meningkatkan pengalaman keagamaan para santri, seperti : Bersikap amanah, bijak, rasa syukur serta mempunyai budi pekerti yang baik.

(7)

Wawancara dengan Drs. Mawardi MH. Mp.d

(Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa Putra Bekasi)

Tempat : Kantor Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah

Tanggal : 16 Juni 2008

Pukul : 10. 00 WIB

Pertanyaan dan Jawaban

1. P : Apa yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa

Putra Bekasi?

J : 1. Amanah yang harus dijalankan sebagai seorang ulama yang punya

tanggung jawab langsung kepada Allah

2. Keadaan masyarakat yang masih minim dengan pengetahuan Agama

3. Sebagai benteng pertahanan, sebab di pesantrenlah satu-satunya

tempat untuk mencetak kader-kader ulama yang mutafaqqih fiddin.

Jadi tiga hal inilah yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren

At-Taqwa Putra Bekasi.

2. P : Materi atau kitab Akhlak apa saja yang diajarkan di Pondok

Pesantren At- Taqwa Putra?

J : Materi atau kitab yang diajarkan pada Pondok Pesantren ada 4 yaitu:

Ta’lim Muta’lim

Nasaihul Ibad

Risalatul Muawwanah

Fathul Majid

(8)

J : a. Alat-alat tulis manual

b. Alat Praga

c..Perangkat Lainnya seperti: Komputer, OHP, Laboratorium, Ruang

Perpustakaan dll.

4. P : Metode dakwah mauidzoh hasanah bagaimana yang diterapkan oleh

Pondok Pesantren At-Taqwa Putra?

J : 1. CBSA yaitu cara belajar siswa aktif yang dilaksanakan di ruang belajar

mereka masing-masing dengan bimbingan seorang guru.

2. Diskusi: seluruh santri diajarkan untuk berdiskusi dengan baik. yaitu

mencari solusi/ kebenaran dari permasalahan

3. Ceramah: metode ini dilakukan oleh segenap guru/ ustadz, seorang

guru memberikan penyampaian pesan dakwah terhadap santri,

penyampaian ini biasanya dilakukan diatas mimbar. Selain itu metode

ceramah ini kerap diikuti oleh seluruh santri dalam sebuah acara yang

bernama muhadhoroh

5. P :Kapan metode dakwah mauidzoh hasanah dilaksanakan?

J : Kapan saja bisa dilakukan bukan hanya di atas mimbar. mauidzoh hasanah

itu kan merupakan dakwah bil-lisan, artinya dakwah dapat dilakukan di

dalam kelas baik dengan cara belajar mengajar maupun diskusi

keagamaan. Dapat juga dilakukan diluar kelas dengan cara memberikan

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembahasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metode Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Teori Strategi... 14

1. Pengertian Strategi... 14

2. Proses Strategi ... 17

3. Faktor-faktor Strategi... 20

B. Teori Pendayagunaan... 21

1. Pengertian Pendayagunaan... 21

2. Sasaran Pendayagunaan Zakat (8 Asnaf) ... 23

3. Bentuk dan Sifat Pendayagunaan ... 30

C. Teori Zakat ... 31

1. Pengertian dan Tujuan Zakat... 31

2. Landasan Kewajiban Zakat ... 33

3. Objek dan Subjek Zakat ... 34

4. Harta yang Wajib Dizakatkan ... 35

(10)

HIDAYATULLAH

A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya ... 38

B. Struktur Organisasi ... 41

C. Visi dan Misi ... 42

D. Program Pendayagunaan Dana Zakat ... 43

E. Produk dan Jasa ... 46

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT LEMBAGA BAITUL MAAL HIDAYATULLAH MELALUI PROGRAM KULIAH DA’I MANDIRI A. Strategi Baitul Maal Hidayatullah Jakarta Timur dalam Upaya Terwujud Program Kuliah Da’i Mandiri ... 49

B. Pendayagunaan Dana Zakat Lembaga Baitul Maal Hidayatullah Jakarta Timur Melalui Program Kuliah Da’i Mandiri... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

B. Saran-saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA... 68

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sangat mendesak

untuk ditangani. Salah satu ciri umum adalah kondisi masyarakatnya yang miskin

tidak memiliki prasarana dan sarana, dasar perumahan dan pemukiman yang

memadai, kualitas, lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni.

Kemiskinan dan pengentasannya pada persoalan permasyarakatan yang

factor dan tolak ukur kadarnya dapat berbeda akibat perbedaan lokasi dan situasi.

Untuk keluar dari masalah kemiskinan kita harus berfikir keras bagaimana cara

untuk mendapatkan solusinya. Salah satu solusi yang tepat adalah dengn

memberdayakan kaum dhu’afa dan anak-anak yang tidaka mampu lagi untuk

melanjutkan sekolah lagi.

Nabi bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA,

!" #$ﻡ &' ( )

* +"

,

Artinya:“Bantulah orang-orang yang lemah diantara kamu, sesungguhnya kamu mendapatkan bantuan dan rizki melalui kaum dhu’afa diantra kamu.”

Masalah kemiskinan dalam kehidupan dunia modern seperti sekarang

masih tetap merupakan masalah social yang dianggap actual di negeri ini.

Kemiskinan menyangkut kebutuhan dasar dan sekaligus status social, baik bagi

individu maupun kelompok tertentu. Persoalan kemiskina juga menyangkut

(12)

berkembang, kemiskinan juga menjadi salah satu persoalan bagi Negara maju

termasuk Indonesia. Kemiskinan seolah menjadi penyakit tak kunjung dapat

disembuhkan. Dengan ukuran yang berbeda, dapat dikatakan bahwa kemiskinan

berlangsung selama berabad-abad lamanya.

!"

#

$%

&

'#

$%

()*+,

-(.

/

.  #

$%

*1)-34' '

5

$%

67

89

:8

;#

$%

5

$%

<= >

?

@

#;

$%

<=

>""

A

B(CDE8

FG

H:

@

I

$%

JKL

-DK= >

M

N

6

Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah

Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 60).

Firman Allah di atas menggambarkan bahwa Islam sebagai agama yang

memuat dan mengandung yang bersifat universal, dalam ayat tersebut

diperintahkan bagaimana seorang yang memiliki harta harus memberikan bantuan

serta menyalurkan sebagian hartanya kepada kerabat, anak-anak yatim,

orang-orang miskin, dan perintah untuk mengeluarkan zakat. Dalam firman ini jelas

bahwa ajaran Islam pada hakikatnya mengandung unsure dimensi sosial berupa

pemberdayaan dan pengentasan melalui perintah wajib mengeluarkan zakat.

Kemiskinan yang melanda di negeri ini bila terus dibiarkan dan tidak

dicarikan jalan keluar (Problem Solving) sangat potensial sekali memicu

terjadinya berbagai dampak dan akibat seprti tindakan kriminalitas (penodongan,

perampokan bahkan pembunuhan yang sering terjadi akibat mendesaknya

ekonomi dan semakin meningkatnya kebutuhan). Hal ini disebabkan karena

(13)

yang putus sekolah karena tidak mampu membayar sekolah yang kehidupan

keluarganya secara ekonomi di batas harapan dan putus asa.

Jika orang-orang yang mampu mau berbagi dengan saudaranya yang

kurang mampu maka kesejahteraan akan dirasakan. Ketentraman dan kedamaian

pun akan dating. Sehingga ekonomi akan berputar kepada seluruh lapisan

masyarakat dan tidak dimonopoli oleh orang-orang kaya saja.

Kenyataannya umat Islam dikondisi ideal, karena belum optimal dalam

pengelola kondisi yang ada.

OM

R6S

':

UV

H:

X

ME

E

YV :$%

Z

M

[

OM

4\ .

#

5

YV

:

8 #:%]

@

^

:

*1) `

%a

X

b

$%

L

$c%]

I

3d*4

X

e f4?

C.

gL

:

OM

h

:$%

Ki

V

H:

Z

M

%L

V

:

E

:

j

/

Ck

+6H

;hlmn

M

A

%+6H

;E

:d*4

X

<o

$%

Npp

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra’du: 11).

Bila seluruh potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah,

dikembangkan secara baik, dipadukan dengan potensi Aqidah Islamiah (tauhid),

tentu akan memberikan hasil yang optimal. Dengan demikian, kesadaran

beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin akan semakin meningkat maka

pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan semakin sedikit.

Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani serius adalah

(14)

pendayagunaan zakat, infak dan shodaqoh. Sebagaimana dicontohkan oleh

Rasulullah SAW serta penerusan di zaman keemasan Islam.

Potensi dana zakat dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan

Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip: ummatan wahidah, musawamah

(persamaan derajat), ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), dan takaful ijtima’

(tanggung jawab bersama). Zakat menjadi unsur penting dalam mewujudkan

keseimbangan dalam distribusi harta dan keseimbangan tanggung jawab individu

dalam masyarakat.1

Zakat merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan.Zakat yang

dikelola dengan baik dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan

pendapatan, economic growth with equity. Yang diterima oleh golongan ekonomi

lemah, memiliki implikasi positif terhadap meningkatnya daya beli masyarakat,

yang pada gilirannya mendorong peningkatan produksi. Namun potensi ekonomi

yang terdapat dalam zakat belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian kalangan

memandang zakat sebagai sebuah kewajiban rutin yang dilaksanakan setiap tahun,

tanpa melihat aspek pemberdayaan ekonominya padahal, zakat bisa menjadi salah

satu solusi alternative berbagai problematika ekonomi kontemporer, jika potensi

yang ada padanya dikelola secara professional untuk aktivitas ekonomi.

Berdasarkan sudut pandang system ekonomi, zakat merupakan upaya

menciptakan ekonomi pendapatan menjadi lebih merata. Selain bertujuan untuk

distribusi, berdasarkan analisis fiscal zakat merupakan sumber pendapatan dan

pembiayaan kegiatan ekonomi.2

Pengurangan kemiskinan dalam Islam harus didukung sepenuhnya dari

kepastian hukum serta bimbingan agama. Salah satu bukti bahwa zakat belum

1

Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta, 2005 : CV. Pustaka Amri) Cet, h. 7.

2

(15)

terberdayakan dapat dilihat dari kondisi masyarakat Islam yang padat dan miskin.

Fenomena yang sering kita temui adalah di daerah-daerah miskin, mayoritas

dihuni oleh warga yang beragama Islam. Di jalan-jalan kebanyakan pengemis

mengaku beragama Islam. Bahkan, mereka yang meminta dukungan dana untuk

pembangunan sekolah dan masjid di jalan-jalan, bukankah berasal dari kalangan

kita ?.

Memang, orang muslim mana yang tidak mau menyaksikan hal demikian

yang memilukan hati ini. Suatu kegiatan yang menjadi imej buruk untuk Islam.

Akhir-akhir ini kegiatan demikian malah semakin menjadi-jadi. Dengan begitu

siapa yang mau nasuk Islam? Tetapi jelas tidak adil jika kesalahan itu sepenuhnya

dilimpahkan kepada mereka sebab semua itu akibat umat Islam sendiri. Andai

setiap muslim kaya mau menyalurkan zakatnya, maka tidak mungkin kejadian

seperti ini akan terjadi secara berulang-ulang.3

Zakat yang didalamnya terdapat amanat umat yang harus diatur dan

disalurkan kepada yang berhak sesuai dengan aturan agama, jelas memerlukan

pengaturan dan pengelolaan yang dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara

efektif dan efisien. Jadi, dengan melalui pengelolaan zakat yang dilakukan secara

professional dan handal diharapkan tujuan dari kehadirannya zakat itu sendiri

dapat dirasakan kita semua.

Diantara hikmah disyariatkannya mengeluarkan zakat ialah bahwa

pendistribusiannya dan pendayagunaan yang baik mampu memperbaiki

kedudukan masyarakat dari sudut moral dan material dimana ia dapat menyatukan

anggota-anggota masyarakatnya seolah-olah menjadi sebuah satu tubuh. Selain

3

(16)

dari itu, zakat juga dapat membersihkan jiwa anggota masyarakat dari sifat pelit

dan bakhil. Zakat juga merupakan benteng keamanan dalam system ekonomi

Islam dan sebagai jaminan kea rah stabilisasi dan keseimbangan sejarah social

sebuah masyarakat.4

Melihat fenomena di atas, maka Baitul Maal Hidayatullah hadir untuk

menjadi salah satu penghimpunan dan penyalur dana zakat melihat perlu upaya

pemberdayaan masyarakat secara utuh dan menyeluruh bukan parsialitas. Yakni

melibatkan fungsi Da’i dan masjid sebagai basis pemberdayaan masyarakat

seutuhnya. Diperlukan pioner-pioner Da’i yang penuh tanggung jawab dan

konsisten dalam melaksanakan tugasnya. Eksistensi Da’i bukan bukan hanya yang

pandai berorator diatas mimbar tetapi kehadiran Da’i mampu memberikan spirit,

inspirasi, mengayomi nilai –nilai kefitrahan dan sebagai agen of change society .

keberadaan dai’I sangat dibutuhkan khususnya Da’i yang bergelut di daerah

kumuh, padat dan pinggiran kota juga dikawasan miskin, pedesaan yang minus,

pedalaman, kepulauan terpencil, kawasan rawan konflik. Tugas sebagai seorang

Da’i yang berlokasi diatas tentu bukan hal yang mudah, pertaruhannya adalah

keyakinan dan hidup itu sendiri.

Berkaitan dengan judul di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil

judul “Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Baitul Maal Hidayatullah Jakarta

Timur Melalui Program Kuliah Da’i Mandiri”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

4

(17)

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi yang

akan dibahas hanya tentang Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Baitul Maal

Hidayatullah Jakarta Timur Melalui Kuliah Da’i Mandiri.

2. Perumusan Masalah

Dan berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah pokok yang

akan diangkat dalam skripsi ini adalah meliputi:

a. Bagaiman Strategi Baitul Maal Hidayatullah Jakarta Timur dalam

melaksanakn program Kuliah Da’i Mandiri?

b. Bagaimana Baitul Maal Hidayatullah Jakarta Timur dalam

mendayagunakan dana zakat program Kuliah Da’i Mandiri?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui strategi yang digunakan Baitul Maal Hidayatullah

Jakarta Timur dalam melaksanakan program Kuliah Da’i Mandiri.

b. Untuk mengetahui uapaya Baitul Maal Hidayatullah Jakarta Timur

dalam pendayagunaan dana zakat melalui program Kuliah Da’i Mandri.

2. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat yang dapat diperoleh dari peneliitian ini adalah :

- Manfaat Akademis: Penelitian ini diharapkan menambah referensi dan

menambah sejumlah studi mengenai lembaga amil zakat dalam

(18)

- Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang

menarik dan dapat menambah wawasan serta cakrawala keilmuan

khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca.

D. Metodologi Penelitian

Pada penyusuna skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif

yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan dan deskriptif. Penelitian

deskriptif, artinya mencatat secara teliti segala gejala-gejal (fenomena) yang

dilihat dan didengar serta dibacanya (via wawancara, foto, video, tape, dokumen

pribadi, memo dan lain-lain) dan peneliti harus membanding-bandingkan,

mengkombinasikan, mengabstraksikan dan menarik kesimpulan.5

Penelitian kualitatif dalam buku Lexy J. Moleong diartikan: penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai model alamiah.6

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

deskripsi analisis, pendekatan deskripsi digunakan untuk menggambarkan tentang

Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Baitul Maal Hidayatullah melalui program

Kuliah Da’i Mandiri, dengan uraian sebagai berikut:

1. Waktu dan tempat

a. Waktu Penelitian

Waktu penelitian skripsi ini akan dilaksanakan April sampai Juni 2008.

5

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakrta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), cet ke-1, h 324.

6

(19)

b. Tempat Penelitian

Tempat penelitian skripsi ini akan dilaksanakan di kantor Baitul Maal

Hidayatullah yang beralamat di Jl. Inpeksi Salura No. 19 Telp. (021)

8503166.

2. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan dat diperlukan teknik pemeriksaan data.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah criteria yang digunakan

ada beberapa hal: derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan

kepastian.7

Dalam penulisan skripsi ini penulis lebih jelasnya menggunakan teknik

pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan ketekukan/keajegan

pengamatan. Yaitu mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara

dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan kontative8 terhadap lembaga

Baitul Maal Hidayatullah dalam menguraikan secara rinci tentang Strategi

Pendayagunaan Dana Zakat.

3. Metode Pengumpulan data

Metode yang dilakuakn untuk mengumpulakan data penelitian ini adalah

meliputi:

7

Ibid, h. 324.

8

(20)

a. Dokumentasi, adalah data-data yang mengenai hal-hal atau variable yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, makalah dan sebagainya,9 pada

subyek Kuliah Da’i Mandiri.

b. Wawancara, yakni penulis memperoleh keterangan dengan Tanya jawab

sambil bertatap muka antara si penanya dan penjawab, atau responden

dengan menggunakan alat yang dinamika interview guide (panduan

wawancara). Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan

stsf dan karyawan Baitul Maal Hidayatullah.

c. Observasi, yaitu pengamatan langsung, yakni pengumpulan data dimana

penyelidikan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala dan objek

yang diteliti.10 Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengamatan

langsung terhadap objek penelitian yaitu Strategi Pendayagunaan Dana

Zakat Baitul Maal Hidayatullah melalui Program Kuliah Da’i Mandiri.

4. Subjek dan Penelitian

a. Subjek Penelitin

Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang

data-data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini yang menjadi subjeknya

adalah para staf dan karyawan dari lembaga Baitul Maal Hidayatullah.

b. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian yaitu Lembaga Baitul Maal Hidayatullah yang

terletak di Jl. Inpeksi Saluran No. 19 Telp. (021) 8503166).

5. Teknik Analisa Data

9

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), Edisi Revisi II, h. 202.

10

(21)

Teknik penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan metode

deskriptif analisis yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu

memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan, kemudian

menganalisanya dengan berpedoman pada sumber-sumber yang tertulis.

Metode analisa dalam penelitian deskriptif analisis ini, terhadap data

berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa, kemudian dikaitkan dengan data

sehingga memperoleh gambaran atau menguatkan suatu gambaran yang sudah ada

dan sebaiknya bila dibandingkan dengan teori yang ada.

Adapun pedoman yang dijadikan sandaran penulis dalam penulisan skripsi

ini adalah Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, terbitan UIN Jakarta Press, 2002. dan buku pegangan

Metodologi Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Prof. Dr. Lexy J. Moleong, MA

dan metode Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Burhan Bungin (Ed).

6. Teknis Pengolahan Data

Analisis yang baik memerlukan pengelolaan data yang dilakukan secara

efisien. Karena itu penulis mencatat data dalam format yang memudahkan

analisisnya.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian

lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah

(22)

mempunyai judul hamper sama dengan yang akan penulis teliti. Judul-judul

tersebut diantaranya:

- Karya milik Sri Sugiyanti yang memiliki judul “Manajemen

Pendayagunaan Hewan Qurban Melalui Usaha Pengkornetan Pada Rumah

Zakat Indonesia”. Dalam skripsi ini Sri Sugiyanti hanya memaparkan

tentang manajemen POACE (planning, organizing, actuating, controlling,

evaluating) dalam pendayagunaan pengkornetan hewan qurban pada

Rumah Zakat Indonesia serta tidak membahas tentang strategi hanya

pendayagunaan saja.

- Karya milik Nurul Fajriyah yang memiliki judul “Pola Pendayaguanaan

Dana Zakat pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan”. Berisi tentang pola

pendayagunaan atau pendistribusian dalam upaya peningkatan pendidikan

Kota Tangerang serta factor penghambat dan pendukung dalam

pendayagunaan dana zakat di BAZDA Kota Tangerang.

- Karya milik Mulyanih memiliki judul ”Pendistribusian Dana Zakat Infaq

dan Shodaqoh pada BAZDA Kota Serpong”. Adapun skripsi ini

membahas tentang pendistribusian dan ZIS pada BAZDA Kecamatan

Serpong.

- Karya milik Abdul Fikri memiliki judul “Pola Pendayagunaan Dana Zakat

Pada BAZDA Kota Tangerang Dalam Upaya Pemberdayaan Usaha

Ekomomi Lemah”. Adapun skripsi ini membahas tentang

mengembangkan usaha secara produktif, melalui pendayagunaan dana

(23)

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian kali ini

memang penulis ingin menggambarkan secara umum bagaiamana strategi

pendayagunaan dana zakat pada Baitul Maal Hidayatulah Jakarta Timur.

A. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis berusaha

membuat sistematika dengan jalan membuat pengelompokan berdasarkan

kesamaan dan hubungan masalah yang ada.

Bab I : Merupakan bab pendahuluan, dalam bab ini penulis menguraikan

masalah penulisan yang berisikan pemilihan latar belakang

berisikan pemilihan latar belakang masalah.

Bab II : Merupakan bab tinjauan teoritis, membahas tentang teori strategi,

teori pendayagunaan dan teori zakat.

Bab III : Membahas tentang gambaran Lembaga Baitul Maal Hidayatullah,

latar belakang berdirinya, struktur organisasi, produk dan jasa,

program pendayagunaan zakat.

Bab IV : Membahas tentang strategi pendayagunaan dana zakat Lembaga

Baitul Maal Hidayatullah.

(24)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. TEORI STRATEGI

1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Stratogos yang berasal dari

kata Stratogos, yang berarti militer Ag yang berarti memimpin. Dalam konteks

awalnya, strategi diartikan Generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para

jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan

perang.11 Sehingga tidak mengherankan jika pada awal perkembangannya istilah

strategi digunakan dan popular dilingkungan militer.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi banyak diadopsi

dan diberi yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu atau kegiatan yang

menempatkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni

seorang jendral di masa perang, tetapi sudah berkembang pada tanggung jawab

seorang pemimpin.12

Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu organisasi diartikan

sebagai kiat cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam

melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.13

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah seni

atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kegiatan

tertentu.14

11

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), h. 8.

12

Ibid, h. 10.

13

(25)

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian strategi, penulis

mengedepankan pengertian strategi yang dikemukakan beberapa pakar

diantaranya :

a. Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan utama

yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi

serta pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber

daya-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.15

b. Menurut Dr. Fuad Ansyari mengatakan bahwa : “Dalam pengertian

dasarnya strategi dan titik adalah metode titik untuk memenangkan suatu

persaingan. Persaingan itu berbentuk pertempuran fisik untuk merebut

suatu wilayah dengan memakai senjata dan tenaga manusia. Sedangkan

dalam bidang non militer, strategi dan taktik adalah suatu cara untuk

memenangkan suatu persaingan antara kelompok-kelompok yang berbeda

orientasi hidupnya.”16

c. Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan,

penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan

internal, perumusan kebijakan dan strategi tentu untuk mencapai sasaran

dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan

sasaran utama organisasi akan tercapai.17

d. Menurut Din Syamsudin, strategi mengandung arti diantaranya:

1. Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan

14

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199.

15

A.M Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t.), h. 58.

16

Fuad Amsari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Mizan, 1990), h. 40.

17

(26)

2. Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program untuk

mencapai tujuan.

3. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi

dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.18

e. Menurut William F. Glueck, yang dikutip dalam buku Amirullah, et. Al,

Strategi merupakan sesuatu yang dipersatukan, bersifat kompeherensif

terintegrasi yang menghubungkan atau lembaga terhadap tantangan

lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan bahwa sejarah dasar

perusahaan atau organisasi akan dicapai dengan pelaksanaan yang tepat

oleh organisasi yang menerapkannya.19

Dari beberapa pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan: ada

beberapa rumusan-rumusan yang ada dalam strategi, namun demikian tidak

merubah ide-ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula diantaranya, yaitu:

1. Strategi merupakan satu – kesatuan rencana yang terpadu untuk mencapai

tujuan organisasi.

2. Dalam menyusun strategi perlu dihubungkan dengan lingkungan

organisasi sehingga dapat disusun kekuatan strategi organisasi.

2. Proses Strategi

Joel Ross dan Michael mengungkapkan, bahwa sebuah organisasi tanpa

adanya strategi seperti kapal tanpa ada kemudinya, bergerak berputus pada

18

Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Logos, 2000), Cet ke-1, h. 127.

19

(27)

lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara tanpa adanya tujuan

tertentu.20 Adapun proses strategi terdiri dari tiga tahapan :

a. Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya adalah pengembangan

tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan suatu objektivitas,

menghasilkan strategi alternatif memilih strategi untuk dilaksanakan.21 Dalam

perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas,

menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam satu proses kegiatan.

Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi

kerangka kerja diantarannya:

1. Tahap Input (masukan)

Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah meringkas informasi

sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan

strategi.

2. Tahap Pencocokan

Proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada menghasilkan

strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor

eksternal dan internal.22

3. Tahap Keputusan

Menggunakan semacam teknik, diperoleh dari input sasaran dalam

mengevaluasi strategi alternatif yang telah diidentifikasikan dalam

tahap kedua.23

20

Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3.

21

Ibid, h. 15.

22

(28)

Perumusan strategi haruslah selalu melihat kearah depan dengan tujuan,

artinya peran perencanaan amatlah penting dan memiliki andil yang besar.

b. Implementasi Strategi

Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam mendukung

strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah,

menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang

masuk.24 Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalam strategi

karena implementasi berarti juga memobilisasi untuk mengubah strategi yang

telah dirumuskan menjadi tindakan.

Menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan, mengalokasikan sumber daya

dan mengembangkan budaya yang mendukung strategi merupakan usaha yang

dilakukan dalam mengimplementasikan strategi. Implementasi yang sukses

membutuhkan dukungan disiplin, motivasi dan kerja keras.

c. Evaluasi Startegi

Tahapan terakhir dalam sebuah strategi adalah evaluasi strategi. Tiga

macam aktivitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi yaitu:

1. Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan

Faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar

asumsi pembuatan strategi

Adapun perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang harus

dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam

mencapai tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya

23

Ibid, h. 198.

24

(29)

strategi yang tidak efektif atau aktifitas implementasi yang buruk dapat

berakibat buruk pula pada hasil yang akan dicapai.

2. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan

kenyataan yang didapat).

Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi

individu dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah penyampaian

sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus

dapat diukur dan dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil yang

lebih penting daripada kriteria yang mengungkapkan dengan apa yang

telah terjadi.

3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai

dengan rencana.

Dalam mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi

yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru dirumuskan.

”....Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang

dibayangkan semula untuk pencapaian yang direncanakan maka disitulah tindakan

korektif diperlukan.”25

Tindakan korektif harus menempatkan posisi yang lebih baik untuk lebih

mampu memanfaatkan kekuatan internal, menghindari, mengurangi, dan

meringankan ancaman eksternal serta mampu memperbaiki kelemahan internal.

Segala kegiatan korektif harus konsisten secara internal dan bertanggungjawab

secara sosial.

25

(30)

Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan dimasa depan. Evaluasi

strategi mungkin berupa tindakan yang kompleks dan peka, karena terlalu banyak

penekanan pada evaluasi strategi akan merugikan suatu hasil yang dicapai.

Evaluasi strategi sangat penting untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah

dicapai. Evaluasi strategi sangat diperlukan untuk organisasi dari semua kegiatan

dengan mempertanyakan dan asumsi manajerial, harus memicu tinjauan dan

nilai-nilai yang merangsang kreatifitas.

3. Faktor-Faktor Strategi

Kesadaran bagi setiap orang baik sebagai individu atau kelompok

organisasi, baik organisasi sosial atau organisasi bisnis tentang tujuan yang

hendak dicapai akan berbuah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan

sebuah usaha-usaha yang mengarahkan pada penyampaian tujuan disebut strategi.

Suatu strategi harus efektif dan jelas karena ia mengarahkan organisasi

kepada tujuannya untuk itu konsep suatu strategi harus memperhatikan

faktor-faktor strategi, diantaranya:

a. Lingkungan

Lingkungan tak pernah berada pada kondisi dan selalu berubah. Perubahan

yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada segala sendi kahidupan

manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya kepada cara berfikir

tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan, dan pandangan kehidupan.

b. Lingkungan Organisasi

Lingkungan organisasi yang meliputi segala sumber daya dan kebijakan

organisasi yang ada.

(31)

S.P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni seorang

pemimpin adalah orang tertinggi dalam mengambil keputusan. Oleh

karena itu, setiap pemimpin dalam menilai perkembangan yang ada dalam

lingkungan baik eksternal atau internal berbeda.26

B. TEORI PENDAYAGUNAAN

1. Pengertian Pendayagunaan

Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat, adapun

pengertian pendayagunaan sendiri menurut kamus besar Bahasa Indonesia:

a. Pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat.

b. Pengusahaan tenaga dan sebagainya agar mampu menjalankan tugas

dengan baik.

Kata guna dalam Bahasa Arab yaitu: Al-Istitsmar berasal dari kata

Istatsmara-yastatsmiru, yaitu menggapai sesuatu hasil. Kata Istatsmara

Al-Maal-tsammarahu, artinya adalah mempergunakan harta (maal) tersebut untuk

memproduksi keuntungan. Secara istilah kata guna adalah mempergunakan harta

benda untuk menciptakan sesuatau, baik secara langsung dengan membeli

alat-alat produksi, maupun secara tidak langsung.27

Menurut Kamus Bahasa Indonesia istilah pendayagunaan memiliki arti:

suatu pekerjaan yang memberi pengaruh serta dapat mendatangkan perubahan

yang berarti.28

Pendayagunaan zakat berarti membicarakan beberapa usaha atau kegiatan

yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dari penggunaan hasil

26

S.P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994), Cet ke-2, h. 9.

27

www.pendayagunaanlembagaamilzakat.org.com

28

(32)

zakat secara baik, tepat dan terarah sesuai dengan tujuan-tujuan zakat yang telah

disyariatkan. Pendayagunaan zakat, menurut pedoman Pelaksana Zakat di DKI

Jakarta ditentukan sebagai berikut:

1. bersifat edukatif, produktif dan ekonomi agar para penerima zakat pada

suatu masa tidak memerlukan zakat lagi, bahkan diharapkan menjadi

orang yang membayar zakat.

2. untuk fakir miskin, muallaf, dan ibnusabil, pembagian zakat itu

dititikberatkan pada pribadinya bukan pada lembaga hukum yang

mengurus kebijaksanaan ini dilakukan agar unsure pendidikan yang

dikandung dalam pembagian zakat itu lebih terasa.

3. bagi kelompok amil, gharim dan sabilillah, pembagian dititikberatkan

pada hukumnya atau kepada lembaga yang mengurus atau melakukan

aktivitas-aktivitas keislaman.29 Dasar pendayagunaan zakat umumnya

didasarkan pada Surat At-Taubah ayat 60:

!"

#

$%

&

'#

$%

()*+,

-(.

/

.  #

$%

*1)-34' '

5

$%

67

89

:8

;#

$%

5

$%

<=

>

?

@

#;

$%

<=

>""

A

B(CDE8

FG H:

@

I

$%

JKL

-DK= >

M

N

6

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah

Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

29

(33)

Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan adalah bagaimana cara

atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar dan lebih

baik. Adapun pendayagunaan zakat merupakan bentuk dari proses optimalisasi

pendayagunaan dana zakat agar lebih efektif, bermanfaat dan berdayaguna.

2. Sasaran Pendayagunaan Zakat (8 Asnaf).

Kebijaksanaan pendayagunaan zakat diarahkan kepada sasaran dalam

pengertian yang lebih luas, secara tepat guna, efektif, dengan distribusi yang serba

guna dan produktif. System distribusi zakat adalah persolan maslahat. Ia

menggunakan metode prioritas sesuai dengan tuntutan kebutuhan umat untuk

mencapai masyarakat adil dan makmur, dan untuk melaksanakan alokatif dan

distributor dalam kebijaksanaan fiscal.30

Sasaran pembagian zakat yang dikenal dengan sebutan “mustahuqquz

zakat” yaitu kategori (golongan) yang berhak menerima zakat, pengertian secara

luas mengenai kedelapan kategori itu menurut ulama fiqih,31 terutama ulama

kontemporer, adalah sebagai berikut:

a). Golongan Fakir & Miskin.

Menurut Mazhab Hanafi, fakir adalah orang yang mempunyai harta

kurang dari senisab atau lebih, tetapi habis untuk kebutuhannya. Sedangkan

miskin adalah orang yang tidak mempunyai sesuatu apapun juga untuk memenuhi

kebutuhannya.32

Telah ditegaskan bahwa orang-orang yang berhak menerima zakat

diantaranya adalah fakir miskin. Begitu juga di antara tujuan zakat adalah

30

Sjehcul Hadi Pernomo, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 1992), Cet. Ke 2, h. 91.

31

Ibid, hal. 12.

32

(34)

menghapuskan kefakiran, kemiskinan dan kemelaratan.33 Masyarakat ini terdiri

dari tiga kategori, kategori pertama: mereka yang pendapatannya yang tidak

mencukupi kebutuhan pokoknya; mereka bisa mengambil jatah zakat. Kategori

kedua: mereka yang dapat mencukupi kebutuhan pokoknya, tapi sisa

pendapatannya di bawah satu nisab; mereka tidak berkewajiban membayar zakat,

tapi tidak berhak mengambil jatah zakat. Kategori ketiga: pendapatannya

mencukupi kebutuhan pokoknya dan sisanya mencukupi satu nisab; mereka wajib

membayar zakat. Allah berfirman:

q

A

% *>'

s

'

B

tc

u

A

q

$%

u4

v'

u4' '$%

$

#

$4i

+*

[

*1 >/

h

S

E$%

1 >B 

V

H:

*1 >

@9=

?

I

$%

X

q4'

' 

+

>

[

Nwxp

Artinya: Jika kamu menampakkan sedekah(mu), Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al-Baqarah: 271)

Dapat dikatakan bahwa pengertian miskin adalah al-mahrum yaitu orang

yang tidak mampu akan tetapi menjaga kehormatan diri, tidak mau

meminta-minta. Misalnya, seseorang membutuhkan Rp. 10.000,-/hari akan tetapi hanya

mempunyai Rp. 7000,-/hari. Sedangkan fakir adalah golongan yang memiliki

harta namun kebutuhan hidup mereka lebih banyak dibandingkan harta yang

mereka miliki. Misalnya, seseorang membutuhkan Rp. 25.000,-/hari tetapi ia

hanya memiliki Rp. 2.500,-/hari. 34

b). Golongan Amil Zakat.

33

M. Ali Hasan, Zakat, Pajak Asuransi Dan Lembaga Keuangan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. 1, h. 19.

34

(35)

Amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas penguasa atau

penggantinya untuk mengambil harta zakat dani wajib zakat, mengumpulkan,

menjaga dan menyalurkannya. Dengan kata lain amil adalah badan, lembaga atau

panitia yang mengurus dan mengelola zakat, terdiri dari orang-orang yang

diangkat oleh pemerintah dan masyarakat sekitar. Adapun amil mendapat bagian

seperdelapan dari seluruh harta zakat yang terkumpul, untuk dipergunakan biaya

operasional, administrasi dan honor/gaji bagi anggota team. Setiap amil boleh

menerima zakatnya sebagai petugas sesuai kedudukan dan prestasi kerjanya,

kendatipun dia orang kaya.35

c). Golongan Muallaf.

Golongan muallaf, antara lain adalah, mereka yang diharapkan

kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau

terhalangnya niat jahat mereka atau atas kaum muslimin atau harapan akan adanya

kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh.36

Diantara golongan masyarakat yang berhak menerima zakat dari kategori

ini adalah sebagai berikut:

1. Orang-orang yang mempunyai keinginan memeluk agama Islam. Dengan

adab yang baik orang-orang yang telah dilembutkan hatinya supaya

memeluk agama Islam.

2. Orang-orang yang mempunyai keinginan membantu umat Islam dengan

adab yang baik orang-orang yang mempunyai kekuasaan bertindak seperti

pemerintah, pemimpin sebuah Negara.

35

Lili Bariadi, dkk, Zakat & Wirausaha, (Jakarta, CV. Pustaka Amri, 2005), Cet. 1, h. 13.

36

(36)

3. Orang-orang yang baru memeluk Islam kurang dari satu tahun dan mereka

masih memerlukan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan

mereka yang baru walaupun bukan semata-mata berbentuk nafkah.

Bantuan tersebut diberikan secara langsung kepada mereka atau secara

bertahap.

Bagian yang diberikan kepada muallaf memang benar-benar

membuktikan tujuan semula sesuai syariat sampai tercapai kondisi social ideal

yang sesuai dengan syariat Islam.37

d). Golongan Riqab.

Riqab artinya hamba sahaya. Bagian ini diberikan untuk memerdekakan

budak, atau dalam rangka membantu memerdekakannya. Sejalan dengan

perkembangan zaman, budak dalam arti harfiah seperti pada masa pra Islam

mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi perbudakan dalam bentuk lain, misalnya:

masyarakat Islam yang tertindas baik oleh penjajahan atau dominasi golongan

lain. Alokasi dana zakat pada sektor ini diberikan untuk menolong buruh-buruh

agar lebih berkembang.

e). Golongan Gharim.

Gharim adalah orang yang berhutang bukan untuk keperluan maksiat,

seperti hutang untuk menafkahi dirinya, anak-anak dan istrinya serta hamba

sahaya miliknya. Termasuk untuk menjalankan perintah Allah SWT, seperti haji,

umrah dan hutang untuk menunaikan hak-hak seperti membayar diyat (denda)

atau biaya perkawinan. Termasuk dalam kategori ini adalah orang yang berhutang

untuk kepentingan umum seperti mendamaikan manusia.

37

(37)

Terbagi dalam tiga macam bentuk gharim diantaranya yaitu:

1. Hutang yang menjadi kewajiban seseorang untuk kemaslahatan dirinya

sendiri dan hutanngnya bukan untuk maksiat.

2. Hutang yang wajib dibayar Karena mendamaikan dua orang yang

berselisih.

3. Hutang yang wajib dibayar karena menanggung orang lain.

f). Golongan Fi Sabilillah.

Sabilillah adalah sarana untuk menuju keridhoan Allah SWT dalam semua

kepentingan bagi umat Islam secara umum, untuk menegakkan agama dan Negara

bukan untuk keperluan pribadi. Kata fisabilillah memiliki arti luas, pengertiannya

bisa berubah sesuai waktu dan kebiasaan. Fisabilillah meliputi banyak perbuatan,

meliputi berbagai bidang perjuangan dan amal ibadah, baik dari segi agama,

pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian, termasuk mendirikan rumah

sakit, pengiriman da,I, penerbitan mushaf dan sebagainya. Semua usaha kebaikan

untuk kemaslahatan umum, semua upaya yang dapat menambah kekuatan dan

kejayaan agama dan Negara termasuk dalam kandungan fisabilillah.

g). Golongan Ibnu Sabil.

Ibnu Sabil adalah musafir, orang yang bepergian jauh, yang sedang

kehabisan bekal. Pada saat itu, ia sangat membutuhkan belanja bagi keperluan

hidupnya. Ia berhak mendapatkan bagian zakat sekedar keperluan yang

dibutuhkan sebagai bekal dalam perjalanannya sampai tempat yang dituju.

Sesuai dengan perkembangan zaman, dana zakat ibnu sabil dapat

disalurkan antara lain untuk keperluan: beasiswa bagi pelajar mahasiswa yang

(38)

kahabisan atau kekurangan bekal, penyediaan sarana tempat pemondokan yang

murah bagi musafir muslim atau asrama pelajar dan mahasiswa.38

Pembagian dan pendayagunaan zakat, ditentukan sebagai berikut:

1. Bersifat edukatif, produktif dan ekonomis agar para penerima zakat pada

suatu masa tidak memerlukan zakat lagi. Bahkan diharapkan menjadi

orang yang membayar zakat.

2. Untuk fakir-miskin, muallaf dan ibnu sabil, pembagian zakat itu

ditikberatkan pada pribadinya bukan pada lembaga hukum yang

mengurusnya. Kebijaksanaan ini dilakukan agar unsur pendidikan yang

dikandung dalam pembagian zakat itu lebih jelas dan terasa.

3. Bagi kelompok amil, gharimin, dan sabilillah, pembagian dititikbratkan

pada badan hukumnya atau kepada lembaga yang mengurus dan

melakukan aktivitas-aktivitas keislaman. Dana-dana yang tersedia dari

pengumpulan zakat itu yang belum dibagi atau diserahkan kepada para

mustahik dimanfaatkan untuk pembangunan.

Pendayagunaan dana zakat untuk pemberdayaan selalu memperhatikan

bobot permasalahan yang dihadapi oleh penerima zakat, LPZ juga membuat

ketentuan umum yang merupakan kebijaksanaan zakat. Salah satu alternative

antara lain:

1. Sektor fakir miskin: 35% (dua puluh lima persen untuk bantuan fisik, dan

sepuluh persen untuk dan konsumtif).

2. Sektor amil: 10%,

3. Sektor muallaf, gharim, dan ibnu sabil: 10%,

38

(39)

4. Sektor sabilillah: 45% (dua puluh lima persen untuk bantuan fisik, lima

belas persen untuk bantuan social).

Disamping mempertimbangkan ketentuan umum, pendayagunaan dana

zakat juga mempertimbangkan masalah-masalah praktis yang dihadapi

masyarakat.39

3. Bentuk dan Sifat Pendayagunaan

Kalau melihat pendayagunaan zakat pada masa Rasulullah SAW dan para

sahabat kemudian diaplikasikan pada kondisi sekarang dapat bahwa

pendayagunaan zakat dalam dua bentuk: yakni bantuan sesaat dan pemberdayaan.

Bantuan sesaat bukan berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada seseorang satu

kali atau sesaat saja. Bantuan sesaat dalam hal ini berarti bahwa pendayagunaan

kepada mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi mustahik.

Pendayagunaan dalam dua bentuk diatas umumnya disertai dengan sifat

penyaluran yang berbeda. Untuk bantuan sesaat sifat penyaluran idealnya adalah

hibah. Adapun untuk pemberdayaan dana yang disalurkan identiok dengan

pinjaman. Ada tiga sifat penyaluran dana dalam pemberdayaan: hibah. Dana

bergulir qhardhul hasan, dan pembiyaan. Tiga sifat penyaluran ini dibedakan

antara dana zakat dengan bukan dana zakat. Untuk penyaluran dana bukan zakat

penyaluran berupa hibah dan bergulir qhardhul hasan dapat dilakukan.

Zakat pada dasarnya diberikan berupa hibah, artinya tidak ada ikatan

antara pengelola dengan mustahik setelah penyerahan zakat. Perkembangannya

zakat dapat diberikan berupa dana bergulir (pinjaman) oleh pengelola kepada

mustahik dengan catatan berupa qhardhul hasan. Artinya tidak boleh ada

39

(40)

kelebihan yang harus diberikan kepada mustahik kepada pengelola ketika

pengembalian pinjaman tersebut. Besar pengembalian sama persis dengan uang

dipinjamkan.40

C. TEORI ZAKAT

1. Pengertian Dan Tujuan Zakat

Zakat dari istilah fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh

Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Legitimasi zakat

sebagai kewajiban terdapat beberapa ayat dalam Al-Qur'an. Kata zakat dalam

Ma'rifah disebut 30 kali di dalam Al-Qur'an, 27 kali diantaranya disebutkan dalam

satu ayat Bersama shalat, dan sisanya disebutkan dalam konteks yang sama

dengan sholat meskipun tidak di dalam satu ayat. Di antara ayat tentang zakat

yang cukup populer adalah Surat Al-Baqarah ayat 110 yang berbunyi.41

A

4 L

%]$%

,yh4,

A

4'

$ $%

,yh4Czg{

h

:$%

A

4:

u

'

X "

n|

YV H:

+*

[

,%

i%:

}

@

gq

/

X

Fj4'

' 

+

X

Npp6

Artinya : Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Baqarah : 110).

Makna zakat menurut bahasa ialah "menambah" sedangkan menurut

pengertian syara' ialah nama bagi suatu harta tertentu, menurut cara-cara tertentu,

kemudian diberikan kepada sejumlah kelompok tertentu.42

40

Ibid. h. 25.

41

Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syari'ah, (Jakarta, 2003: Ekonisia),Cet 2. hal. 12.

42

(41)

Maka dapat ditarik kesimpulan zakat adalah sejumlah harta yang wajib

dikeluarkan dan diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya apabila telah

mencapai nisab tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Dan harta tersebut

pemilikan sempurna yang menjadi persyaratan itu adalah harus lebih dari

kebutuhan primer dan cukup senisab serta terbebas dari hutang.

Adapun tujuan dari dikeluarkannya zakat adalah:

a. Menghindari kesenjangan social antara aghniya dan dhua'afa.

b. Pilar amal jama'I antara aghniya dengan para mujahid dan da'I yang

berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah

SWT.

c. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk.

d. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.

e. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan.

f. Untuk pengembangan potensi umat

g. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam.

h. Menambah pendapatan Negara untuk proyek-proyek yang berguna

bagi umat.

i. Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera diman hubungan

seseorang dengan lainhalnya menjadi rukun, damai dan harmonis yang

akhirnya dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir dan

bathin.

j. Zakat adala ibadah amaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi

sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah dan juga merupakan

(42)

keadilan, dan sebagai penimbun jurang yang menjadi pemisah antara

golongan yang kuat dan yang lemah.

k. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan distribusi

harta dan keseimbangan tanggung jawab individu.43

2. Landasan Kewajiban Zakat

Zakat tidak diwajibkan kepada semua Nabi dan Rasul karena zakat

berfungsi sebagai alat pembersih kotoran dan dosa, sedangkan para Nabi dan

Rasul terbebas dari dosa dan kemaksiatan karena merekan mendapat jaminan

perlindungan dari Allah SWT.

Landasan kewajiban zakat disebutkan dalam Al-Qur'an, Sunnah dan Ijma'

Ulama.

a.Al-Qur'an

='|

YV

:

*1

€$4#:%]

B(

!‚

*1'u

ui ƒ'

1)+

„U {'$%

()3

S<!‚$%

*1

i#=,

-A

gq

R h4, !‚

…V

?

*1•†€

I

$%

‡‡=

?

JKL

-Np68

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.

dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.(Q.S. At-Taubah :

103) b.As-Sunnah

Rasulullah bersabda yang diriwayatkan Syaikhan dari Abdullah bin Umar:

-./0

1

234 5 6 7 8 9 2: ;+ <

#=>? 2@. ' A

B +' CD < ﻡ) -

2E

' @ FG'

!" < H 8' ( ) " ! : ;+"

,

Artinya : Islam ialah, hendaknya engkau menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, membayar zakat yang difardhukan, bershaum di bulan Ramadhan dan

43

(43)

menuanaikan ibadah haji ke Baitullah.44 (H.R. Syaikhan dari Abdullah Bin Umar)

J

'

G'

F

@

>

EK; '

L;"

M.+N'

L;'

"

M

(

NOﻡ

#) H+'

( )

)

Artinya: Peliharalah harta kalian dengan membayar zakat, obatilah orang-orang yang sakit kalian dengan banyak sedekah dan bersiap-siaplah kalian dengan cara berdo’a untuk menghadapi cobaan. (HR. Bukhori dan Muslim).45

c. Ijma' Ulama

Uama baik salaf (tradisional) maupun khalaf (modern) sepakat akan

kewajiban zakat dan bagi yang mmengingkarinya berarti telah kafir dari Islam.46

3. Subjek dan Objek Zakat

Ulama sepakat bahwa zakat di wajibkan kepada muslim yang baligh,

berakal, merdeka karena telah mencapai nisab tertentu dean dengan syarat tertentu

pula.

Allah SWT telah menentukan dalam Al-Qur'an golongan-golongan yang

berhak menerima zakat. Mereka itu adalah:

1). Fakir

2). Miskin

3). Amil Zakat

4). Orang-orang Muallaf yang dijinakkan hatinya

5). Hamba yang ingin memerdedekan dirinya

6). Orang yang berhutang

44

Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Syarah Mukhtarrul Ahaadist, (Bandung, Sinar Baru, 1993), Cet Ke-1, h. 128.

45

Ibid, h. 409.

46

(44)

7). Orang yang berjuan Fi Sabilillah

8). Ibnu Sabil.47

4. Harta Yang Wajib Dizakati

Sebelum membahas macam-macam harta yang terkena wajib zakat, para

ulama menetapkan alas an kewajiban zakat dari sifat-sifat harta.Sifat-sifat yang

dijadikan sumberbagi kewajiban zakat adalah sebagai berikut:

1. Sifat harta itu bisa mengangkat status seseorang dari miskin menjadi kaya.

2. Sifat kepemilikan terhadap harta yang terkena wajib zakat harus tidak

hilang sewaktu-waktu.

3. Harta kekayaan itu harus harta yang dapat berkembang, baik melalui suatu

perbuatan maupun suatu baik kebajikan. 48

Harta kekayaan yang dikenakan zakat ditentukan berdasarkan sunnah dan

perbuatan Nabi, serta para sahabat sepeninggal Rasulullah, ada 4 macam

diantaranya:

Jenis pertama, adalah hewan ternak, yaitu unta, sapi dan kerbau. Nabi

telah menentukan kadar-kadarnya, dan kadar zakat yang wajib dikeluarkan dalam

ketentuan-ketentuan yang dipelihara oleh Abu Bakar Siddiq sepeninggal Rasul

dan melaksanakannya sebagaimana Rasulullah. Telah lewat satu tahun merupakan

syarat wajib zakat ternak. Apabila telah lewat satu tahun dan ternak tersebut

kurang nisab, maka sesungguhnya tidak wajib zakat. Rasulullah pernah bersabda:

Tiada zakat atas harta hingga lewat satu tahun.

47

Ibid, Hal. 29.

48

(45)

Jenis kedua, adalah hasil bumi dan buah-buahan. Nabi menyatukan dua

jenis kekayaan itu dalam satu kelompok dan diikuti para sahabat-sahabatnya

sepeninggal beliau.

Bersamaan dengan itu para ulama menyepakati dua hal lainnya:

1. Sesungguhnya zakat hasil bumi dan buah-buahan itu diambil langsung dari

tanaman dan buah-buahan itu sendiri.

2. Apabila tanaman dan tumbuh-tumbuhan tersebut disirami tanpa

menggunakan alat, zakat yang dikeluarkan adalah 10%. Apabila disirami

dengan menggunakan alat maka zakat yang dikeluarkan adalah 5%,

semata-mata karena alat tersebut.

Jenis ketiga, adalah emas dan perak. Rasulullah telah menetapkan

nisabnya (batas minimal wajib zakat dan berapa yang harus dikeluarkan).

Jenis keempat, adalah harta dagangan yaitu harta yang dibuat berdagang.

Ibnu Hazm berkata, harta dagang itu tidak wajib zakat. Sebab, tidak ada nash yang

datang dari Nabi tentang kewajiban zakat atas kekayaan jenis ini. Akan tetapi

jumhur ulama fiqih mewajibkan zakat atas harta dagangan. Mereka dalam hal ini,

mengutip dari hadis-hadis Nabi yang menyatakan wajibnya zakat harta

dagangan.49

Maka dapat disimpulkan harta adalah sesuatu barang yang dimiliki,

dipunyai, oleh seseorang, sutu badan ataupun suatu perusahaan. Makin banyak ia

memiliki barang atau benda makin kaya ia. Menurut ajaran Islam, semua benda

yang dimilki itu yang disebut sebagai harta kekayaan, bila sudah mencapai nisab

harus dikeluarkan zakatnya. Namun, ajaran Islam tidak kaku. Tidak pula semua

49

(46)

harta yang kita miliki, dikeluarkan juga zakatnya. Pada umumnya harta yang

(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG BAITUL MAAL HIDAYATULLAH

A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya

Zakat merupakan potensi umat Islam yang gemilang dalam upaya

pengentasan kemiskinan, pemberdayaan umat islam. Sehingga perlu adanya

pengelolaan dana zakat itu sendiri secara professional, amanah, tanggung jawab

dan tranfaran yang dilakukan oleh masyarakat, lembaga bersama pemerintah.

Ternyata negeri yang dibangun dengan strategi pembangunan yang terlalu

berorientasi pada pertumbuhan ekonomi serta pembangunan fisik, tetapi

mengabaikan swadaya dan kemandirian masyarakat, serta mengabaikan

pengembangan manusia (human development) itu akhirnya ambruk. Bukan hanya

sumber daya alam yang terkuras habis dieksplotasi atau kualitas sumberdaya

manusia yang malah terpuruk menjadi termasuk terendah di dunia tapi juga

tumpukan utang yang tidak terkira akibat strategi pembangunan yang lebih

banyak ditopang pinjaman luar negeri dan manajemen pembangunan yang buruk.

Paradigma tricle-down effect ini ternyata dalam realitasnya bukan hasil

pembangunan atau kemakmuran yang menetes, tetapi utang menjadi beban lagi

seluruh masyarakat dan yang paling merasakan beban tersebut adalah masyarakat

bawah.

Lalu ketika pondasi yang rapuh itu ambruk, kemiskinanpun menjadi

cermin dari wajah bangsa ini dan berlangsung hingga saat ini.50

50

(48)

Maka siapapun dapat menuai malapetaka dari kepongahan dari ketamakan

yang selalu dipertontonkan selama ini. Pengangguran, bencana kelaparan, busung

lapar, mal nutrisi, anak yang putus sekolah, anak jalanan, the lost generation,

poorest of the porr (anak termiskin dari yang miskin), pelayanan kesehatan yang

buruk dan banyak lagi persoalan yang melilit bangsa ini yang tidak hanya

membuat malu sebagai sebuah bangsa sekaligus sebagai Negara yang

berpenduduk muslim terbesar dan bahkan kadang bertanya-tanya, mampukah kita

keluar dari masalah multidimensi ini?.

Pada zaman keemasan Islam, zakat telah terbukti berperan sangat besar

dalam meningkatkan kesejahteraan umat. Zakat tidak sekedar sebuah kewajiban,

tetapi lebih daripada itu, zakat dikelola dengan baik dan didistribusikan secara

merata hingga ketangan yang berhak menerimanya.

Demikian pula sifat keamanahan yang sangat menonjol dari petugas zakat

di zaman Rasulullah SAW. Dan dalam sebuah riwayat kholifah ar-rasyidin,

menyebabakan baitul-maal tempat menampung zakat selalu penuh terisi dengan

harta zakat, kemudian segera disalurkan kepada yang berhak menerimanya.

Dalam periode Daulah Bani Umayyah yang berlangsung selama hamper sembilan

puluh tahun (41-127 H), tampil salah seorang khalifah nya yang sangat

terkenal,yaitu Umar bin Abdul Aziz(99-101 H). Dia terkenal k

Referensi

Dokumen terkait

Namun dalam kenyataannya, banyak ditemui pemilik kendaraan bermotor yang tidak begitu memperdulikan masalah balik nama kendaraan bermotor dengan berbagai macam

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah

“Perusahaan kita ini kan ada jaringan kantor antar kantor itu jangan sampai terputus kemudian dari internal sendiri di lingkungan Kantor Pos Subang antar

Odlučivanje robota u ovisnosti o stanju senzora temelji se na obradi prikupljenih podataka iz Microsoft Kinect ureĎaja i vizijskog sustava na robotu na način da robot u

Pada pembiayaan murabahah bank syariah dapat melakukan penjadwalan kembali ( rescheduling ) tagihan murabahah bagi nasabah.. yang tidak bisa menyelesaikan atau

Sedangkan batuan porous carbonate disimbolkan dengan warna merah, yang memiliki nilai P-Impedance yang relatif rendah yaitu antara 30600-33000 ((ft/s)*(g/cc)), serta nilai

Besarnya pengaruh keaktifan mahasiswa terhadap hasil belajar diketahui dari nilai R 2 (indeks determinasi) sebesar 81,3%, sedangkan variabel lain yang mempengaruhi hasil belajar

Strategi penegakan hukum yang dilakukan oleh Badan Penaggulangan Narkotika Kota (BPNK) Kabupaten Sidrap adalah upaya terpadu dalam pemberantasan narkoba secara