STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT BAITUL
MAAL HIDAYATULLAH JAKARTA TIMUR MELALUI
PROGRAM KULIAH DA’I MANDIRI
Skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Di susun oleh:
Oleh :
DINI NURANI
104053002012
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT BAITUL
MAAL HIDAYATULLAH JAKARTA TIMUR MELALUI
PROGRAM KULIAH DA’I MANDIRI
Skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Di susun oleh:
Oleh :
DINI NURANI
104053002012
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT BAITUL MAAL
HIDAYATULLAH JAKARTA TIMUR MELALUI PROGRAM
KULIAH DA’I MANDIRI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh:
DINI NURANI
104053002012
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT BAITUL MAAL
KULIAH DA’I MANDIRI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh:
Dini Nurani
NIM : 104053002012
Pembimbing
,
Drs. Cecep Castrawijaya, MA
NIP: 150287029
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 September 2008
ABSTRAK
Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam Pembinaan Akhlak Santri
Islam adalah agama dakwah. Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya ummat Islam sangat bergantungan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya. Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu dengan dakwah bil-lisan dakwah bil-qalam dan dakwah bil-hal asalkan tujuannya sama, sehingga makna dakwah kepada Allah adalah mengajak dan menyeru manusia untuk melaksanakan perintah Alah berupa iman kepada-Nya dan seluruh ajaran para Rasul-Nya.
Untuk mengetahui apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan pondok pesantren At-Taqwa efektif terhadap pembentukan akhlak santri? Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi?
Dalam penelitian ini di harapkan dapat berguna secara akademis untuk menambah pengetahuan dalam dunia dakwah mauidzoh hasanah dan sebagai masukan untuk para aktivis dakwah.
Penulisan skripsi ini menggunakan teori efektifitas dan dakwah tujuannya untuk melihat seberapa besar pengaruh metode dakwah mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri At-Taqwa Putra Bekasi
Teknik olah data yang digunakan peneliti yaitu dengan dokumentasi atau pengumpulan bahan dari buku, internet dan sebagainya. Selain itu observasi yang didalamnya wawancara dengan nara sumber para mad’u peneliti pun menyebar angket yang berisi pertanyaan guna mengetahui seberapa besar pengaruh metode dakwah mauidzoh hasanah pada santri dalam pembinaan akhlak.
Kegiatan dakwah tersebut secara keseluruhan mampu meningkatkan pengalaman keagamaan para santri, seperti : Bersikap amanah, bijak, rasa syukur serta mempunyai budi pekerti yang baik.
Wawancara dengan Drs. Mawardi MH. Mp.d
(Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa Putra Bekasi)
Tempat : Kantor Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah
Tanggal : 16 Juni 2008
Pukul : 10. 00 WIB
Pertanyaan dan Jawaban
1. P : Apa yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa
Putra Bekasi?
J : 1. Amanah yang harus dijalankan sebagai seorang ulama yang punya
tanggung jawab langsung kepada Allah
2. Keadaan masyarakat yang masih minim dengan pengetahuan Agama
3. Sebagai benteng pertahanan, sebab di pesantrenlah satu-satunya
tempat untuk mencetak kader-kader ulama yang mutafaqqih fiddin.
Jadi tiga hal inilah yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren
At-Taqwa Putra Bekasi.
2. P : Materi atau kitab Akhlak apa saja yang diajarkan di Pondok
Pesantren At- Taqwa Putra?
J : Materi atau kitab yang diajarkan pada Pondok Pesantren ada 4 yaitu:
Ta’lim Muta’lim
Nasaihul Ibad
Risalatul Muawwanah
Fathul Majid
J : a. Alat-alat tulis manual
b. Alat Praga
c..Perangkat Lainnya seperti: Komputer, OHP, Laboratorium, Ruang
Perpustakaan dll.
4. P : Metode dakwah mauidzoh hasanah bagaimana yang diterapkan oleh
Pondok Pesantren At-Taqwa Putra?
J : 1. CBSA yaitu cara belajar siswa aktif yang dilaksanakan di ruang belajar
mereka masing-masing dengan bimbingan seorang guru.
2. Diskusi: seluruh santri diajarkan untuk berdiskusi dengan baik. yaitu
mencari solusi/ kebenaran dari permasalahan
3. Ceramah: metode ini dilakukan oleh segenap guru/ ustadz, seorang
guru memberikan penyampaian pesan dakwah terhadap santri,
penyampaian ini biasanya dilakukan diatas mimbar. Selain itu metode
ceramah ini kerap diikuti oleh seluruh santri dalam sebuah acara yang
bernama muhadhoroh
5. P :Kapan metode dakwah mauidzoh hasanah dilaksanakan?
J : Kapan saja bisa dilakukan bukan hanya di atas mimbar. mauidzoh hasanah
itu kan merupakan dakwah bil-lisan, artinya dakwah dapat dilakukan di
dalam kelas baik dengan cara belajar mengajar maupun diskusi
keagamaan. Dapat juga dilakukan diluar kelas dengan cara memberikan
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembahasan dan Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Metode Penelitian ... 8
E. Tinjauan Pustaka ... 12
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Teori Strategi... 14
1. Pengertian Strategi... 14
2. Proses Strategi ... 17
3. Faktor-faktor Strategi... 20
B. Teori Pendayagunaan... 21
1. Pengertian Pendayagunaan... 21
2. Sasaran Pendayagunaan Zakat (8 Asnaf) ... 23
3. Bentuk dan Sifat Pendayagunaan ... 30
C. Teori Zakat ... 31
1. Pengertian dan Tujuan Zakat... 31
2. Landasan Kewajiban Zakat ... 33
3. Objek dan Subjek Zakat ... 34
4. Harta yang Wajib Dizakatkan ... 35
HIDAYATULLAH
A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya ... 38
B. Struktur Organisasi ... 41
C. Visi dan Misi ... 42
D. Program Pendayagunaan Dana Zakat ... 43
E. Produk dan Jasa ... 46
BAB IV ANALISIS STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT LEMBAGA BAITUL MAAL HIDAYATULLAH MELALUI PROGRAM KULIAH DA’I MANDIRI A. Strategi Baitul Maal Hidayatullah Jakarta Timur dalam Upaya Terwujud Program Kuliah Da’i Mandiri ... 49
B. Pendayagunaan Dana Zakat Lembaga Baitul Maal Hidayatullah Jakarta Timur Melalui Program Kuliah Da’i Mandiri... 60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65
B. Saran-saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA... 68
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sangat mendesak
untuk ditangani. Salah satu ciri umum adalah kondisi masyarakatnya yang miskin
tidak memiliki prasarana dan sarana, dasar perumahan dan pemukiman yang
memadai, kualitas, lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni.
Kemiskinan dan pengentasannya pada persoalan permasyarakatan yang
factor dan tolak ukur kadarnya dapat berbeda akibat perbedaan lokasi dan situasi.
Untuk keluar dari masalah kemiskinan kita harus berfikir keras bagaimana cara
untuk mendapatkan solusinya. Salah satu solusi yang tepat adalah dengn
memberdayakan kaum dhu’afa dan anak-anak yang tidaka mampu lagi untuk
melanjutkan sekolah lagi.
Nabi bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA,
!" #$ﻡ &' ( )
* +"
,
Artinya:“Bantulah orang-orang yang lemah diantara kamu, sesungguhnya kamu mendapatkan bantuan dan rizki melalui kaum dhu’afa diantra kamu.”
Masalah kemiskinan dalam kehidupan dunia modern seperti sekarang
masih tetap merupakan masalah social yang dianggap actual di negeri ini.
Kemiskinan menyangkut kebutuhan dasar dan sekaligus status social, baik bagi
individu maupun kelompok tertentu. Persoalan kemiskina juga menyangkut
berkembang, kemiskinan juga menjadi salah satu persoalan bagi Negara maju
termasuk Indonesia. Kemiskinan seolah menjadi penyakit tak kunjung dapat
disembuhkan. Dengan ukuran yang berbeda, dapat dikatakan bahwa kemiskinan
berlangsung selama berabad-abad lamanya.
!"
#
$%
&
'#
$%
()*+,
-(.
/
. #
$%
*1)-34' '
5
$%
67
89
:8
;#
$%
5
$%
<= >
?
@
#;
$%
<=
>""
A
B(CDE8
FG
H:
@
I
$%
JKL
-DK= >
M
N
6
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 60).
Firman Allah di atas menggambarkan bahwa Islam sebagai agama yang
memuat dan mengandung yang bersifat universal, dalam ayat tersebut
diperintahkan bagaimana seorang yang memiliki harta harus memberikan bantuan
serta menyalurkan sebagian hartanya kepada kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, dan perintah untuk mengeluarkan zakat. Dalam firman ini jelas
bahwa ajaran Islam pada hakikatnya mengandung unsure dimensi sosial berupa
pemberdayaan dan pengentasan melalui perintah wajib mengeluarkan zakat.
Kemiskinan yang melanda di negeri ini bila terus dibiarkan dan tidak
dicarikan jalan keluar (Problem Solving) sangat potensial sekali memicu
terjadinya berbagai dampak dan akibat seprti tindakan kriminalitas (penodongan,
perampokan bahkan pembunuhan yang sering terjadi akibat mendesaknya
ekonomi dan semakin meningkatnya kebutuhan). Hal ini disebabkan karena
yang putus sekolah karena tidak mampu membayar sekolah yang kehidupan
keluarganya secara ekonomi di batas harapan dan putus asa.
Jika orang-orang yang mampu mau berbagi dengan saudaranya yang
kurang mampu maka kesejahteraan akan dirasakan. Ketentraman dan kedamaian
pun akan dating. Sehingga ekonomi akan berputar kepada seluruh lapisan
masyarakat dan tidak dimonopoli oleh orang-orang kaya saja.
Kenyataannya umat Islam dikondisi ideal, karena belum optimal dalam
pengelola kondisi yang ada.
OM
R6S
':
UV
H:
X
ME
E
YV :$%
Z
M
[
OM
4\ .
#
5
YV
:
8 #:%]
@
^
:
*1) `
%a
X
b
$%
L
$c%]
I
3d*4
X
e f4?
C.
gL
:
OM
h
:$%
Ki
V
H:
Z
M
%L
V
:
E
:
j
/
Ck
+6H
;hlmn
M
A
%+6H
;E
:d*4
X
<o
$%
Npp
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra’du: 11).
Bila seluruh potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah,
dikembangkan secara baik, dipadukan dengan potensi Aqidah Islamiah (tauhid),
tentu akan memberikan hasil yang optimal. Dengan demikian, kesadaran
beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin akan semakin meningkat maka
pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan semakin sedikit.
Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani serius adalah
pendayagunaan zakat, infak dan shodaqoh. Sebagaimana dicontohkan oleh
Rasulullah SAW serta penerusan di zaman keemasan Islam.
Potensi dana zakat dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan
Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip: ummatan wahidah, musawamah
(persamaan derajat), ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), dan takaful ijtima’
(tanggung jawab bersama). Zakat menjadi unsur penting dalam mewujudkan
keseimbangan dalam distribusi harta dan keseimbangan tanggung jawab individu
dalam masyarakat.1
Zakat merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan.Zakat yang
dikelola dengan baik dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
pendapatan, economic growth with equity. Yang diterima oleh golongan ekonomi
lemah, memiliki implikasi positif terhadap meningkatnya daya beli masyarakat,
yang pada gilirannya mendorong peningkatan produksi. Namun potensi ekonomi
yang terdapat dalam zakat belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian kalangan
memandang zakat sebagai sebuah kewajiban rutin yang dilaksanakan setiap tahun,
tanpa melihat aspek pemberdayaan ekonominya padahal, zakat bisa menjadi salah
satu solusi alternative berbagai problematika ekonomi kontemporer, jika potensi
yang ada padanya dikelola secara professional untuk aktivitas ekonomi.
Berdasarkan sudut pandang system ekonomi, zakat merupakan upaya
menciptakan ekonomi pendapatan menjadi lebih merata. Selain bertujuan untuk
distribusi, berdasarkan analisis fiscal zakat merupakan sumber pendapatan dan
pembiayaan kegiatan ekonomi.2
Pengurangan kemiskinan dalam Islam harus didukung sepenuhnya dari
kepastian hukum serta bimbingan agama. Salah satu bukti bahwa zakat belum
1
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta, 2005 : CV. Pustaka Amri) Cet, h. 7.
2
terberdayakan dapat dilihat dari kondisi masyarakat Islam yang padat dan miskin.
Fenomena yang sering kita temui adalah di daerah-daerah miskin, mayoritas
dihuni oleh warga yang beragama Islam. Di jalan-jalan kebanyakan pengemis
mengaku beragama Islam. Bahkan, mereka yang meminta dukungan dana untuk
pembangunan sekolah dan masjid di jalan-jalan, bukankah berasal dari kalangan
kita ?.
Memang, orang muslim mana yang tidak mau menyaksikan hal demikian
yang memilukan hati ini. Suatu kegiatan yang menjadi imej buruk untuk Islam.
Akhir-akhir ini kegiatan demikian malah semakin menjadi-jadi. Dengan begitu
siapa yang mau nasuk Islam? Tetapi jelas tidak adil jika kesalahan itu sepenuhnya
dilimpahkan kepada mereka sebab semua itu akibat umat Islam sendiri. Andai
setiap muslim kaya mau menyalurkan zakatnya, maka tidak mungkin kejadian
seperti ini akan terjadi secara berulang-ulang.3
Zakat yang didalamnya terdapat amanat umat yang harus diatur dan
disalurkan kepada yang berhak sesuai dengan aturan agama, jelas memerlukan
pengaturan dan pengelolaan yang dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara
efektif dan efisien. Jadi, dengan melalui pengelolaan zakat yang dilakukan secara
professional dan handal diharapkan tujuan dari kehadirannya zakat itu sendiri
dapat dirasakan kita semua.
Diantara hikmah disyariatkannya mengeluarkan zakat ialah bahwa
pendistribusiannya dan pendayagunaan yang baik mampu memperbaiki
kedudukan masyarakat dari sudut moral dan material dimana ia dapat menyatukan
anggota-anggota masyarakatnya seolah-olah menjadi sebuah satu tubuh. Selain
3
dari itu, zakat juga dapat membersihkan jiwa anggota masyarakat dari sifat pelit
dan bakhil. Zakat juga merupakan benteng keamanan dalam system ekonomi
Islam dan sebagai jaminan kea rah stabilisasi dan keseimbangan sejarah social
sebuah masyarakat.4
Melihat fenomena di atas, maka Baitul Maal Hidayatullah hadir untuk
menjadi salah satu penghimpunan dan penyalur dana zakat melihat perlu upaya
pemberdayaan masyarakat secara utuh dan menyeluruh bukan parsialitas. Yakni
melibatkan fungsi Da’i dan masjid sebagai basis pemberdayaan masyarakat
seutuhnya. Diperlukan pioner-pioner Da’i yang penuh tanggung jawab dan
konsisten dalam melaksanakan tugasnya. Eksistensi Da’i bukan bukan hanya yang
pandai berorator diatas mimbar tetapi kehadiran Da’i mampu memberikan spirit,
inspirasi, mengayomi nilai –nilai kefitrahan dan sebagai agen of change society .
keberadaan dai’I sangat dibutuhkan khususnya Da’i yang bergelut di daerah
kumuh, padat dan pinggiran kota juga dikawasan miskin, pedesaan yang minus,
pedalaman, kepulauan terpencil, kawasan rawan konflik. Tugas sebagai seorang
Da’i yang berlokasi diatas tentu bukan hal yang mudah, pertaruhannya adalah
keyakinan dan hidup itu sendiri.
Berkaitan dengan judul di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil
judul “Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Baitul Maal Hidayatullah Jakarta
Timur Melalui Program Kuliah Da’i Mandiri”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
4
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi yang
akan dibahas hanya tentang Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Baitul Maal
Hidayatullah Jakarta Timur Melalui Kuliah Da’i Mandiri.
2. Perumusan Masalah
Dan berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah pokok yang
akan diangkat dalam skripsi ini adalah meliputi:
a. Bagaiman Strategi Baitul Maal Hidayatullah Jakarta Timur dalam
melaksanakn program Kuliah Da’i Mandiri?
b. Bagaimana Baitul Maal Hidayatullah Jakarta Timur dalam
mendayagunakan dana zakat program Kuliah Da’i Mandiri?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
a. Untuk mengetahui strategi yang digunakan Baitul Maal Hidayatullah
Jakarta Timur dalam melaksanakan program Kuliah Da’i Mandiri.
b. Untuk mengetahui uapaya Baitul Maal Hidayatullah Jakarta Timur
dalam pendayagunaan dana zakat melalui program Kuliah Da’i Mandri.
2. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yang dapat diperoleh dari peneliitian ini adalah :
- Manfaat Akademis: Penelitian ini diharapkan menambah referensi dan
menambah sejumlah studi mengenai lembaga amil zakat dalam
- Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang
menarik dan dapat menambah wawasan serta cakrawala keilmuan
khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca.
D. Metodologi Penelitian
Pada penyusuna skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif
yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan dan deskriptif. Penelitian
deskriptif, artinya mencatat secara teliti segala gejala-gejal (fenomena) yang
dilihat dan didengar serta dibacanya (via wawancara, foto, video, tape, dokumen
pribadi, memo dan lain-lain) dan peneliti harus membanding-bandingkan,
mengkombinasikan, mengabstraksikan dan menarik kesimpulan.5
Penelitian kualitatif dalam buku Lexy J. Moleong diartikan: penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai model alamiah.6
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
deskripsi analisis, pendekatan deskripsi digunakan untuk menggambarkan tentang
Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Baitul Maal Hidayatullah melalui program
Kuliah Da’i Mandiri, dengan uraian sebagai berikut:
1. Waktu dan tempat
a. Waktu Penelitian
Waktu penelitian skripsi ini akan dilaksanakan April sampai Juni 2008.
5
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakrta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), cet ke-1, h 324.
6
b. Tempat Penelitian
Tempat penelitian skripsi ini akan dilaksanakan di kantor Baitul Maal
Hidayatullah yang beralamat di Jl. Inpeksi Salura No. 19 Telp. (021)
8503166.
2. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan dat diperlukan teknik pemeriksaan data.
Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah criteria yang digunakan
ada beberapa hal: derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan
kepastian.7
Dalam penulisan skripsi ini penulis lebih jelasnya menggunakan teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan ketekukan/keajegan
pengamatan. Yaitu mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara
dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan kontative8 terhadap lembaga
Baitul Maal Hidayatullah dalam menguraikan secara rinci tentang Strategi
Pendayagunaan Dana Zakat.
3. Metode Pengumpulan data
Metode yang dilakuakn untuk mengumpulakan data penelitian ini adalah
meliputi:
7
Ibid, h. 324.
8
a. Dokumentasi, adalah data-data yang mengenai hal-hal atau variable yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, makalah dan sebagainya,9 pada
subyek Kuliah Da’i Mandiri.
b. Wawancara, yakni penulis memperoleh keterangan dengan Tanya jawab
sambil bertatap muka antara si penanya dan penjawab, atau responden
dengan menggunakan alat yang dinamika interview guide (panduan
wawancara). Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan
stsf dan karyawan Baitul Maal Hidayatullah.
c. Observasi, yaitu pengamatan langsung, yakni pengumpulan data dimana
penyelidikan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala dan objek
yang diteliti.10 Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengamatan
langsung terhadap objek penelitian yaitu Strategi Pendayagunaan Dana
Zakat Baitul Maal Hidayatullah melalui Program Kuliah Da’i Mandiri.
4. Subjek dan Penelitian
a. Subjek Penelitin
Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang
data-data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini yang menjadi subjeknya
adalah para staf dan karyawan dari lembaga Baitul Maal Hidayatullah.
b. Objek Penelitian
Adapun objek penelitian yaitu Lembaga Baitul Maal Hidayatullah yang
terletak di Jl. Inpeksi Saluran No. 19 Telp. (021) 8503166).
5. Teknik Analisa Data
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), Edisi Revisi II, h. 202.
10
Teknik penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan metode
deskriptif analisis yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu
memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan, kemudian
menganalisanya dengan berpedoman pada sumber-sumber yang tertulis.
Metode analisa dalam penelitian deskriptif analisis ini, terhadap data
berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa, kemudian dikaitkan dengan data
sehingga memperoleh gambaran atau menguatkan suatu gambaran yang sudah ada
dan sebaiknya bila dibandingkan dengan teori yang ada.
Adapun pedoman yang dijadikan sandaran penulis dalam penulisan skripsi
ini adalah Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terbitan UIN Jakarta Press, 2002. dan buku pegangan
Metodologi Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Prof. Dr. Lexy J. Moleong, MA
dan metode Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Burhan Bungin (Ed).
6. Teknis Pengolahan Data
Analisis yang baik memerlukan pengelolaan data yang dilakukan secara
efisien. Karena itu penulis mencatat data dalam format yang memudahkan
analisisnya.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian
lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah
mempunyai judul hamper sama dengan yang akan penulis teliti. Judul-judul
tersebut diantaranya:
- Karya milik Sri Sugiyanti yang memiliki judul “Manajemen
Pendayagunaan Hewan Qurban Melalui Usaha Pengkornetan Pada Rumah
Zakat Indonesia”. Dalam skripsi ini Sri Sugiyanti hanya memaparkan
tentang manajemen POACE (planning, organizing, actuating, controlling,
evaluating) dalam pendayagunaan pengkornetan hewan qurban pada
Rumah Zakat Indonesia serta tidak membahas tentang strategi hanya
pendayagunaan saja.
- Karya milik Nurul Fajriyah yang memiliki judul “Pola Pendayaguanaan
Dana Zakat pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang
Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan”. Berisi tentang pola
pendayagunaan atau pendistribusian dalam upaya peningkatan pendidikan
Kota Tangerang serta factor penghambat dan pendukung dalam
pendayagunaan dana zakat di BAZDA Kota Tangerang.
- Karya milik Mulyanih memiliki judul ”Pendistribusian Dana Zakat Infaq
dan Shodaqoh pada BAZDA Kota Serpong”. Adapun skripsi ini
membahas tentang pendistribusian dan ZIS pada BAZDA Kecamatan
Serpong.
- Karya milik Abdul Fikri memiliki judul “Pola Pendayagunaan Dana Zakat
Pada BAZDA Kota Tangerang Dalam Upaya Pemberdayaan Usaha
Ekomomi Lemah”. Adapun skripsi ini membahas tentang
mengembangkan usaha secara produktif, melalui pendayagunaan dana
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian kali ini
memang penulis ingin menggambarkan secara umum bagaiamana strategi
pendayagunaan dana zakat pada Baitul Maal Hidayatulah Jakarta Timur.
A. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis berusaha
membuat sistematika dengan jalan membuat pengelompokan berdasarkan
kesamaan dan hubungan masalah yang ada.
Bab I : Merupakan bab pendahuluan, dalam bab ini penulis menguraikan
masalah penulisan yang berisikan pemilihan latar belakang
berisikan pemilihan latar belakang masalah.
Bab II : Merupakan bab tinjauan teoritis, membahas tentang teori strategi,
teori pendayagunaan dan teori zakat.
Bab III : Membahas tentang gambaran Lembaga Baitul Maal Hidayatullah,
latar belakang berdirinya, struktur organisasi, produk dan jasa,
program pendayagunaan zakat.
Bab IV : Membahas tentang strategi pendayagunaan dana zakat Lembaga
Baitul Maal Hidayatullah.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. TEORI STRATEGI
1. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Stratogos yang berasal dari
kata Stratogos, yang berarti militer Ag yang berarti memimpin. Dalam konteks
awalnya, strategi diartikan Generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para
jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan
perang.11 Sehingga tidak mengherankan jika pada awal perkembangannya istilah
strategi digunakan dan popular dilingkungan militer.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi banyak diadopsi
dan diberi yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu atau kegiatan yang
menempatkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni
seorang jendral di masa perang, tetapi sudah berkembang pada tanggung jawab
seorang pemimpin.12
Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu organisasi diartikan
sebagai kiat cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam
melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.13
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah seni
atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kegiatan
tertentu.14
11
Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), h. 8.
12
Ibid, h. 10.
13
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian strategi, penulis
mengedepankan pengertian strategi yang dikemukakan beberapa pakar
diantaranya :
a. Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan utama
yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi
serta pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber
daya-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.15
b. Menurut Dr. Fuad Ansyari mengatakan bahwa : “Dalam pengertian
dasarnya strategi dan titik adalah metode titik untuk memenangkan suatu
persaingan. Persaingan itu berbentuk pertempuran fisik untuk merebut
suatu wilayah dengan memakai senjata dan tenaga manusia. Sedangkan
dalam bidang non militer, strategi dan taktik adalah suatu cara untuk
memenangkan suatu persaingan antara kelompok-kelompok yang berbeda
orientasi hidupnya.”16
c. Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan,
penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan
internal, perumusan kebijakan dan strategi tentu untuk mencapai sasaran
dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan
sasaran utama organisasi akan tercapai.17
d. Menurut Din Syamsudin, strategi mengandung arti diantaranya:
1. Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199.
15
A.M Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t.), h. 58.
16
Fuad Amsari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Mizan, 1990), h. 40.
17
2. Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program untuk
mencapai tujuan.
3. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi
dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.18
e. Menurut William F. Glueck, yang dikutip dalam buku Amirullah, et. Al,
Strategi merupakan sesuatu yang dipersatukan, bersifat kompeherensif
terintegrasi yang menghubungkan atau lembaga terhadap tantangan
lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan bahwa sejarah dasar
perusahaan atau organisasi akan dicapai dengan pelaksanaan yang tepat
oleh organisasi yang menerapkannya.19
Dari beberapa pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan: ada
beberapa rumusan-rumusan yang ada dalam strategi, namun demikian tidak
merubah ide-ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula diantaranya, yaitu:
1. Strategi merupakan satu – kesatuan rencana yang terpadu untuk mencapai
tujuan organisasi.
2. Dalam menyusun strategi perlu dihubungkan dengan lingkungan
organisasi sehingga dapat disusun kekuatan strategi organisasi.
2. Proses Strategi
Joel Ross dan Michael mengungkapkan, bahwa sebuah organisasi tanpa
adanya strategi seperti kapal tanpa ada kemudinya, bergerak berputus pada
18
Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Logos, 2000), Cet ke-1, h. 127.
19
lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara tanpa adanya tujuan
tertentu.20 Adapun proses strategi terdiri dari tiga tahapan :
a. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya adalah pengembangan
tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan suatu objektivitas,
menghasilkan strategi alternatif memilih strategi untuk dilaksanakan.21 Dalam
perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas,
menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam satu proses kegiatan.
Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi
kerangka kerja diantarannya:
1. Tahap Input (masukan)
Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah meringkas informasi
sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan
strategi.
2. Tahap Pencocokan
Proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada menghasilkan
strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor
eksternal dan internal.22
3. Tahap Keputusan
Menggunakan semacam teknik, diperoleh dari input sasaran dalam
mengevaluasi strategi alternatif yang telah diidentifikasikan dalam
tahap kedua.23
20
Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3.
21
Ibid, h. 15.
22
Perumusan strategi haruslah selalu melihat kearah depan dengan tujuan,
artinya peran perencanaan amatlah penting dan memiliki andil yang besar.
b. Implementasi Strategi
Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam mendukung
strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah,
menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang
masuk.24 Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalam strategi
karena implementasi berarti juga memobilisasi untuk mengubah strategi yang
telah dirumuskan menjadi tindakan.
Menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan, mengalokasikan sumber daya
dan mengembangkan budaya yang mendukung strategi merupakan usaha yang
dilakukan dalam mengimplementasikan strategi. Implementasi yang sukses
membutuhkan dukungan disiplin, motivasi dan kerja keras.
c. Evaluasi Startegi
Tahapan terakhir dalam sebuah strategi adalah evaluasi strategi. Tiga
macam aktivitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi yaitu:
1. Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan
Faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar
asumsi pembuatan strategi
Adapun perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang harus
dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam
mencapai tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya
23
Ibid, h. 198.
24
strategi yang tidak efektif atau aktifitas implementasi yang buruk dapat
berakibat buruk pula pada hasil yang akan dicapai.
2. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan yang didapat).
Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi
individu dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah penyampaian
sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus
dapat diukur dan dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil yang
lebih penting daripada kriteria yang mengungkapkan dengan apa yang
telah terjadi.
3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai
dengan rencana.
Dalam mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi
yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru dirumuskan.
”....Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang
dibayangkan semula untuk pencapaian yang direncanakan maka disitulah tindakan
korektif diperlukan.”25
Tindakan korektif harus menempatkan posisi yang lebih baik untuk lebih
mampu memanfaatkan kekuatan internal, menghindari, mengurangi, dan
meringankan ancaman eksternal serta mampu memperbaiki kelemahan internal.
Segala kegiatan korektif harus konsisten secara internal dan bertanggungjawab
secara sosial.
25
Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan dimasa depan. Evaluasi
strategi mungkin berupa tindakan yang kompleks dan peka, karena terlalu banyak
penekanan pada evaluasi strategi akan merugikan suatu hasil yang dicapai.
Evaluasi strategi sangat penting untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah
dicapai. Evaluasi strategi sangat diperlukan untuk organisasi dari semua kegiatan
dengan mempertanyakan dan asumsi manajerial, harus memicu tinjauan dan
nilai-nilai yang merangsang kreatifitas.
3. Faktor-Faktor Strategi
Kesadaran bagi setiap orang baik sebagai individu atau kelompok
organisasi, baik organisasi sosial atau organisasi bisnis tentang tujuan yang
hendak dicapai akan berbuah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan
sebuah usaha-usaha yang mengarahkan pada penyampaian tujuan disebut strategi.
Suatu strategi harus efektif dan jelas karena ia mengarahkan organisasi
kepada tujuannya untuk itu konsep suatu strategi harus memperhatikan
faktor-faktor strategi, diantaranya:
a. Lingkungan
Lingkungan tak pernah berada pada kondisi dan selalu berubah. Perubahan
yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada segala sendi kahidupan
manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya kepada cara berfikir
tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan, dan pandangan kehidupan.
b. Lingkungan Organisasi
Lingkungan organisasi yang meliputi segala sumber daya dan kebijakan
organisasi yang ada.
S.P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni seorang
pemimpin adalah orang tertinggi dalam mengambil keputusan. Oleh
karena itu, setiap pemimpin dalam menilai perkembangan yang ada dalam
lingkungan baik eksternal atau internal berbeda.26
B. TEORI PENDAYAGUNAAN
1. Pengertian Pendayagunaan
Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat, adapun
pengertian pendayagunaan sendiri menurut kamus besar Bahasa Indonesia:
a. Pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat.
b. Pengusahaan tenaga dan sebagainya agar mampu menjalankan tugas
dengan baik.
Kata guna dalam Bahasa Arab yaitu: Al-Istitsmar berasal dari kata
Istatsmara-yastatsmiru, yaitu menggapai sesuatu hasil. Kata Istatsmara
Al-Maal-tsammarahu, artinya adalah mempergunakan harta (maal) tersebut untuk
memproduksi keuntungan. Secara istilah kata guna adalah mempergunakan harta
benda untuk menciptakan sesuatau, baik secara langsung dengan membeli
alat-alat produksi, maupun secara tidak langsung.27
Menurut Kamus Bahasa Indonesia istilah pendayagunaan memiliki arti:
suatu pekerjaan yang memberi pengaruh serta dapat mendatangkan perubahan
yang berarti.28
Pendayagunaan zakat berarti membicarakan beberapa usaha atau kegiatan
yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dari penggunaan hasil
26
S.P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994), Cet ke-2, h. 9.
27
www.pendayagunaanlembagaamilzakat.org.com
28
zakat secara baik, tepat dan terarah sesuai dengan tujuan-tujuan zakat yang telah
disyariatkan. Pendayagunaan zakat, menurut pedoman Pelaksana Zakat di DKI
Jakarta ditentukan sebagai berikut:
1. bersifat edukatif, produktif dan ekonomi agar para penerima zakat pada
suatu masa tidak memerlukan zakat lagi, bahkan diharapkan menjadi
orang yang membayar zakat.
2. untuk fakir miskin, muallaf, dan ibnusabil, pembagian zakat itu
dititikberatkan pada pribadinya bukan pada lembaga hukum yang
mengurus kebijaksanaan ini dilakukan agar unsure pendidikan yang
dikandung dalam pembagian zakat itu lebih terasa.
3. bagi kelompok amil, gharim dan sabilillah, pembagian dititikberatkan
pada hukumnya atau kepada lembaga yang mengurus atau melakukan
aktivitas-aktivitas keislaman.29 Dasar pendayagunaan zakat umumnya
didasarkan pada Surat At-Taubah ayat 60:
!"
#
$%
&
'#
$%
()*+,
-(.
/
. #
$%
*1)-34' '
5
$%
67
89
:8
;#
$%
5
$%
<=
>
?
@
#;
$%
<=
>""
A
B(CDE8
FG H:
@
I
$%
JKL
-DK= >
M
N
6
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
29
Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan adalah bagaimana cara
atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar dan lebih
baik. Adapun pendayagunaan zakat merupakan bentuk dari proses optimalisasi
pendayagunaan dana zakat agar lebih efektif, bermanfaat dan berdayaguna.
2. Sasaran Pendayagunaan Zakat (8 Asnaf).
Kebijaksanaan pendayagunaan zakat diarahkan kepada sasaran dalam
pengertian yang lebih luas, secara tepat guna, efektif, dengan distribusi yang serba
guna dan produktif. System distribusi zakat adalah persolan maslahat. Ia
menggunakan metode prioritas sesuai dengan tuntutan kebutuhan umat untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur, dan untuk melaksanakan alokatif dan
distributor dalam kebijaksanaan fiscal.30
Sasaran pembagian zakat yang dikenal dengan sebutan “mustahuqquz
zakat” yaitu kategori (golongan) yang berhak menerima zakat, pengertian secara
luas mengenai kedelapan kategori itu menurut ulama fiqih,31 terutama ulama
kontemporer, adalah sebagai berikut:
a). Golongan Fakir & Miskin.
Menurut Mazhab Hanafi, fakir adalah orang yang mempunyai harta
kurang dari senisab atau lebih, tetapi habis untuk kebutuhannya. Sedangkan
miskin adalah orang yang tidak mempunyai sesuatu apapun juga untuk memenuhi
kebutuhannya.32
Telah ditegaskan bahwa orang-orang yang berhak menerima zakat
diantaranya adalah fakir miskin. Begitu juga di antara tujuan zakat adalah
30
Sjehcul Hadi Pernomo, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 1992), Cet. Ke 2, h. 91.
31
Ibid, hal. 12.
32
menghapuskan kefakiran, kemiskinan dan kemelaratan.33 Masyarakat ini terdiri
dari tiga kategori, kategori pertama: mereka yang pendapatannya yang tidak
mencukupi kebutuhan pokoknya; mereka bisa mengambil jatah zakat. Kategori
kedua: mereka yang dapat mencukupi kebutuhan pokoknya, tapi sisa
pendapatannya di bawah satu nisab; mereka tidak berkewajiban membayar zakat,
tapi tidak berhak mengambil jatah zakat. Kategori ketiga: pendapatannya
mencukupi kebutuhan pokoknya dan sisanya mencukupi satu nisab; mereka wajib
membayar zakat. Allah berfirman:
q
A
% *>'
s
'
B
tc
u
A
q
$%
u4
v'
u4' '$%
$
#
$4i
+*
[
*1 >/
h
S
E$%
1 >B
V
H:
*1 >
@9=
?
I
$%
X
q4'
'
+
>
[
Nwxp
Artinya: Jika kamu menampakkan sedekah(mu), Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al-Baqarah: 271)
Dapat dikatakan bahwa pengertian miskin adalah al-mahrum yaitu orang
yang tidak mampu akan tetapi menjaga kehormatan diri, tidak mau
meminta-minta. Misalnya, seseorang membutuhkan Rp. 10.000,-/hari akan tetapi hanya
mempunyai Rp. 7000,-/hari. Sedangkan fakir adalah golongan yang memiliki
harta namun kebutuhan hidup mereka lebih banyak dibandingkan harta yang
mereka miliki. Misalnya, seseorang membutuhkan Rp. 25.000,-/hari tetapi ia
hanya memiliki Rp. 2.500,-/hari. 34
b). Golongan Amil Zakat.
33
M. Ali Hasan, Zakat, Pajak Asuransi Dan Lembaga Keuangan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. 1, h. 19.
34
Amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas penguasa atau
penggantinya untuk mengambil harta zakat dani wajib zakat, mengumpulkan,
menjaga dan menyalurkannya. Dengan kata lain amil adalah badan, lembaga atau
panitia yang mengurus dan mengelola zakat, terdiri dari orang-orang yang
diangkat oleh pemerintah dan masyarakat sekitar. Adapun amil mendapat bagian
seperdelapan dari seluruh harta zakat yang terkumpul, untuk dipergunakan biaya
operasional, administrasi dan honor/gaji bagi anggota team. Setiap amil boleh
menerima zakatnya sebagai petugas sesuai kedudukan dan prestasi kerjanya,
kendatipun dia orang kaya.35
c). Golongan Muallaf.
Golongan muallaf, antara lain adalah, mereka yang diharapkan
kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau
terhalangnya niat jahat mereka atau atas kaum muslimin atau harapan akan adanya
kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh.36
Diantara golongan masyarakat yang berhak menerima zakat dari kategori
ini adalah sebagai berikut:
1. Orang-orang yang mempunyai keinginan memeluk agama Islam. Dengan
adab yang baik orang-orang yang telah dilembutkan hatinya supaya
memeluk agama Islam.
2. Orang-orang yang mempunyai keinginan membantu umat Islam dengan
adab yang baik orang-orang yang mempunyai kekuasaan bertindak seperti
pemerintah, pemimpin sebuah Negara.
35
Lili Bariadi, dkk, Zakat & Wirausaha, (Jakarta, CV. Pustaka Amri, 2005), Cet. 1, h. 13.
36
3. Orang-orang yang baru memeluk Islam kurang dari satu tahun dan mereka
masih memerlukan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
mereka yang baru walaupun bukan semata-mata berbentuk nafkah.
Bantuan tersebut diberikan secara langsung kepada mereka atau secara
bertahap.
Bagian yang diberikan kepada muallaf memang benar-benar
membuktikan tujuan semula sesuai syariat sampai tercapai kondisi social ideal
yang sesuai dengan syariat Islam.37
d). Golongan Riqab.
Riqab artinya hamba sahaya. Bagian ini diberikan untuk memerdekakan
budak, atau dalam rangka membantu memerdekakannya. Sejalan dengan
perkembangan zaman, budak dalam arti harfiah seperti pada masa pra Islam
mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi perbudakan dalam bentuk lain, misalnya:
masyarakat Islam yang tertindas baik oleh penjajahan atau dominasi golongan
lain. Alokasi dana zakat pada sektor ini diberikan untuk menolong buruh-buruh
agar lebih berkembang.
e). Golongan Gharim.
Gharim adalah orang yang berhutang bukan untuk keperluan maksiat,
seperti hutang untuk menafkahi dirinya, anak-anak dan istrinya serta hamba
sahaya miliknya. Termasuk untuk menjalankan perintah Allah SWT, seperti haji,
umrah dan hutang untuk menunaikan hak-hak seperti membayar diyat (denda)
atau biaya perkawinan. Termasuk dalam kategori ini adalah orang yang berhutang
untuk kepentingan umum seperti mendamaikan manusia.
37
Terbagi dalam tiga macam bentuk gharim diantaranya yaitu:
1. Hutang yang menjadi kewajiban seseorang untuk kemaslahatan dirinya
sendiri dan hutanngnya bukan untuk maksiat.
2. Hutang yang wajib dibayar Karena mendamaikan dua orang yang
berselisih.
3. Hutang yang wajib dibayar karena menanggung orang lain.
f). Golongan Fi Sabilillah.
Sabilillah adalah sarana untuk menuju keridhoan Allah SWT dalam semua
kepentingan bagi umat Islam secara umum, untuk menegakkan agama dan Negara
bukan untuk keperluan pribadi. Kata fisabilillah memiliki arti luas, pengertiannya
bisa berubah sesuai waktu dan kebiasaan. Fisabilillah meliputi banyak perbuatan,
meliputi berbagai bidang perjuangan dan amal ibadah, baik dari segi agama,
pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian, termasuk mendirikan rumah
sakit, pengiriman da,I, penerbitan mushaf dan sebagainya. Semua usaha kebaikan
untuk kemaslahatan umum, semua upaya yang dapat menambah kekuatan dan
kejayaan agama dan Negara termasuk dalam kandungan fisabilillah.
g). Golongan Ibnu Sabil.
Ibnu Sabil adalah musafir, orang yang bepergian jauh, yang sedang
kehabisan bekal. Pada saat itu, ia sangat membutuhkan belanja bagi keperluan
hidupnya. Ia berhak mendapatkan bagian zakat sekedar keperluan yang
dibutuhkan sebagai bekal dalam perjalanannya sampai tempat yang dituju.
Sesuai dengan perkembangan zaman, dana zakat ibnu sabil dapat
disalurkan antara lain untuk keperluan: beasiswa bagi pelajar mahasiswa yang
kahabisan atau kekurangan bekal, penyediaan sarana tempat pemondokan yang
murah bagi musafir muslim atau asrama pelajar dan mahasiswa.38
Pembagian dan pendayagunaan zakat, ditentukan sebagai berikut:
1. Bersifat edukatif, produktif dan ekonomis agar para penerima zakat pada
suatu masa tidak memerlukan zakat lagi. Bahkan diharapkan menjadi
orang yang membayar zakat.
2. Untuk fakir-miskin, muallaf dan ibnu sabil, pembagian zakat itu
ditikberatkan pada pribadinya bukan pada lembaga hukum yang
mengurusnya. Kebijaksanaan ini dilakukan agar unsur pendidikan yang
dikandung dalam pembagian zakat itu lebih jelas dan terasa.
3. Bagi kelompok amil, gharimin, dan sabilillah, pembagian dititikbratkan
pada badan hukumnya atau kepada lembaga yang mengurus dan
melakukan aktivitas-aktivitas keislaman. Dana-dana yang tersedia dari
pengumpulan zakat itu yang belum dibagi atau diserahkan kepada para
mustahik dimanfaatkan untuk pembangunan.
Pendayagunaan dana zakat untuk pemberdayaan selalu memperhatikan
bobot permasalahan yang dihadapi oleh penerima zakat, LPZ juga membuat
ketentuan umum yang merupakan kebijaksanaan zakat. Salah satu alternative
antara lain:
1. Sektor fakir miskin: 35% (dua puluh lima persen untuk bantuan fisik, dan
sepuluh persen untuk dan konsumtif).
2. Sektor amil: 10%,
3. Sektor muallaf, gharim, dan ibnu sabil: 10%,
38
4. Sektor sabilillah: 45% (dua puluh lima persen untuk bantuan fisik, lima
belas persen untuk bantuan social).
Disamping mempertimbangkan ketentuan umum, pendayagunaan dana
zakat juga mempertimbangkan masalah-masalah praktis yang dihadapi
masyarakat.39
3. Bentuk dan Sifat Pendayagunaan
Kalau melihat pendayagunaan zakat pada masa Rasulullah SAW dan para
sahabat kemudian diaplikasikan pada kondisi sekarang dapat bahwa
pendayagunaan zakat dalam dua bentuk: yakni bantuan sesaat dan pemberdayaan.
Bantuan sesaat bukan berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada seseorang satu
kali atau sesaat saja. Bantuan sesaat dalam hal ini berarti bahwa pendayagunaan
kepada mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi mustahik.
Pendayagunaan dalam dua bentuk diatas umumnya disertai dengan sifat
penyaluran yang berbeda. Untuk bantuan sesaat sifat penyaluran idealnya adalah
hibah. Adapun untuk pemberdayaan dana yang disalurkan identiok dengan
pinjaman. Ada tiga sifat penyaluran dana dalam pemberdayaan: hibah. Dana
bergulir qhardhul hasan, dan pembiyaan. Tiga sifat penyaluran ini dibedakan
antara dana zakat dengan bukan dana zakat. Untuk penyaluran dana bukan zakat
penyaluran berupa hibah dan bergulir qhardhul hasan dapat dilakukan.
Zakat pada dasarnya diberikan berupa hibah, artinya tidak ada ikatan
antara pengelola dengan mustahik setelah penyerahan zakat. Perkembangannya
zakat dapat diberikan berupa dana bergulir (pinjaman) oleh pengelola kepada
mustahik dengan catatan berupa qhardhul hasan. Artinya tidak boleh ada
39
kelebihan yang harus diberikan kepada mustahik kepada pengelola ketika
pengembalian pinjaman tersebut. Besar pengembalian sama persis dengan uang
dipinjamkan.40
C. TEORI ZAKAT
1. Pengertian Dan Tujuan Zakat
Zakat dari istilah fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh
Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Legitimasi zakat
sebagai kewajiban terdapat beberapa ayat dalam Al-Qur'an. Kata zakat dalam
Ma'rifah disebut 30 kali di dalam Al-Qur'an, 27 kali diantaranya disebutkan dalam
satu ayat Bersama shalat, dan sisanya disebutkan dalam konteks yang sama
dengan sholat meskipun tidak di dalam satu ayat. Di antara ayat tentang zakat
yang cukup populer adalah Surat Al-Baqarah ayat 110 yang berbunyi.41
A
4 L
%]$%
,yh4,
A
4'
$ $%
,yh4Czg{
h
:$%
A
4:
u
'
X "
n|
YV H:
+*
[
,%
i%:
}
@
gq
/
X
Fj4'
'
+
X
Npp6
Artinya : Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Baqarah : 110).
Makna zakat menurut bahasa ialah "menambah" sedangkan menurut
pengertian syara' ialah nama bagi suatu harta tertentu, menurut cara-cara tertentu,
kemudian diberikan kepada sejumlah kelompok tertentu.42
40
Ibid. h. 25.
41
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syari'ah, (Jakarta, 2003: Ekonisia),Cet 2. hal. 12.
42
Maka dapat ditarik kesimpulan zakat adalah sejumlah harta yang wajib
dikeluarkan dan diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya apabila telah
mencapai nisab tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Dan harta tersebut
pemilikan sempurna yang menjadi persyaratan itu adalah harus lebih dari
kebutuhan primer dan cukup senisab serta terbebas dari hutang.
Adapun tujuan dari dikeluarkannya zakat adalah:
a. Menghindari kesenjangan social antara aghniya dan dhua'afa.
b. Pilar amal jama'I antara aghniya dengan para mujahid dan da'I yang
berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah
SWT.
c. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk.
d. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
e. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan.
f. Untuk pengembangan potensi umat
g. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam.
h. Menambah pendapatan Negara untuk proyek-proyek yang berguna
bagi umat.
i. Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera diman hubungan
seseorang dengan lainhalnya menjadi rukun, damai dan harmonis yang
akhirnya dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir dan
bathin.
j. Zakat adala ibadah amaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi
sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah dan juga merupakan
keadilan, dan sebagai penimbun jurang yang menjadi pemisah antara
golongan yang kuat dan yang lemah.
k. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan distribusi
harta dan keseimbangan tanggung jawab individu.43
2. Landasan Kewajiban Zakat
Zakat tidak diwajibkan kepada semua Nabi dan Rasul karena zakat
berfungsi sebagai alat pembersih kotoran dan dosa, sedangkan para Nabi dan
Rasul terbebas dari dosa dan kemaksiatan karena merekan mendapat jaminan
perlindungan dari Allah SWT.
Landasan kewajiban zakat disebutkan dalam Al-Qur'an, Sunnah dan Ijma'
Ulama.
a.Al-Qur'an
='|
YV
:
*1
•
€$4#:%]
B(
!‚
*1'u
ui ƒ'
1)+
„U {'$%
()3
S<!‚$%
*1
i#=,
-A
gq
R h4, !‚
…V
?
*1•†€
I
$%
‡‡=
?
JKL
-Np68
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.(Q.S. At-Taubah :
103) b.As-Sunnah
Rasulullah bersabda yang diriwayatkan Syaikhan dari Abdullah bin Umar:
-./0
1
234 5 6 7 8 9 2: ;+ <
#=>? 2@. ' A
B +' CD < ﻡ) -
2E
' @ FG'
!" < H 8' ( ) " ! : ;+"
,
Artinya : Islam ialah, hendaknya engkau menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, membayar zakat yang difardhukan, bershaum di bulan Ramadhan dan
43
menuanaikan ibadah haji ke Baitullah.44 (H.R. Syaikhan dari Abdullah Bin Umar)
ﺡ
J
ﻡ
'
G'
F
@
>
ﻡ
EK; '
L;"
M.+N'
L;'
"
M
(
NOﻡ
#) H+'
( )
)
Artinya: Peliharalah harta kalian dengan membayar zakat, obatilah orang-orang yang sakit kalian dengan banyak sedekah dan bersiap-siaplah kalian dengan cara berdo’a untuk menghadapi cobaan. (HR. Bukhori dan Muslim).45
c. Ijma' Ulama
Uama baik salaf (tradisional) maupun khalaf (modern) sepakat akan
kewajiban zakat dan bagi yang mmengingkarinya berarti telah kafir dari Islam.46
3. Subjek dan Objek Zakat
Ulama sepakat bahwa zakat di wajibkan kepada muslim yang baligh,
berakal, merdeka karena telah mencapai nisab tertentu dean dengan syarat tertentu
pula.
Allah SWT telah menentukan dalam Al-Qur'an golongan-golongan yang
berhak menerima zakat. Mereka itu adalah:
1). Fakir
2). Miskin
3). Amil Zakat
4). Orang-orang Muallaf yang dijinakkan hatinya
5). Hamba yang ingin memerdedekan dirinya
6). Orang yang berhutang
44
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Syarah Mukhtarrul Ahaadist, (Bandung, Sinar Baru, 1993), Cet Ke-1, h. 128.
45
Ibid, h. 409.
46
7). Orang yang berjuan Fi Sabilillah
8). Ibnu Sabil.47
4. Harta Yang Wajib Dizakati
Sebelum membahas macam-macam harta yang terkena wajib zakat, para
ulama menetapkan alas an kewajiban zakat dari sifat-sifat harta.Sifat-sifat yang
dijadikan sumberbagi kewajiban zakat adalah sebagai berikut:
1. Sifat harta itu bisa mengangkat status seseorang dari miskin menjadi kaya.
2. Sifat kepemilikan terhadap harta yang terkena wajib zakat harus tidak
hilang sewaktu-waktu.
3. Harta kekayaan itu harus harta yang dapat berkembang, baik melalui suatu
perbuatan maupun suatu baik kebajikan. 48
Harta kekayaan yang dikenakan zakat ditentukan berdasarkan sunnah dan
perbuatan Nabi, serta para sahabat sepeninggal Rasulullah, ada 4 macam
diantaranya:
Jenis pertama, adalah hewan ternak, yaitu unta, sapi dan kerbau. Nabi
telah menentukan kadar-kadarnya, dan kadar zakat yang wajib dikeluarkan dalam
ketentuan-ketentuan yang dipelihara oleh Abu Bakar Siddiq sepeninggal Rasul
dan melaksanakannya sebagaimana Rasulullah. Telah lewat satu tahun merupakan
syarat wajib zakat ternak. Apabila telah lewat satu tahun dan ternak tersebut
kurang nisab, maka sesungguhnya tidak wajib zakat. Rasulullah pernah bersabda:
Tiada zakat atas harta hingga lewat satu tahun.
47
Ibid, Hal. 29.
48
Jenis kedua, adalah hasil bumi dan buah-buahan. Nabi menyatukan dua
jenis kekayaan itu dalam satu kelompok dan diikuti para sahabat-sahabatnya
sepeninggal beliau.
Bersamaan dengan itu para ulama menyepakati dua hal lainnya:
1. Sesungguhnya zakat hasil bumi dan buah-buahan itu diambil langsung dari
tanaman dan buah-buahan itu sendiri.
2. Apabila tanaman dan tumbuh-tumbuhan tersebut disirami tanpa
menggunakan alat, zakat yang dikeluarkan adalah 10%. Apabila disirami
dengan menggunakan alat maka zakat yang dikeluarkan adalah 5%,
semata-mata karena alat tersebut.
Jenis ketiga, adalah emas dan perak. Rasulullah telah menetapkan
nisabnya (batas minimal wajib zakat dan berapa yang harus dikeluarkan).
Jenis keempat, adalah harta dagangan yaitu harta yang dibuat berdagang.
Ibnu Hazm berkata, harta dagang itu tidak wajib zakat. Sebab, tidak ada nash yang
datang dari Nabi tentang kewajiban zakat atas kekayaan jenis ini. Akan tetapi
jumhur ulama fiqih mewajibkan zakat atas harta dagangan. Mereka dalam hal ini,
mengutip dari hadis-hadis Nabi yang menyatakan wajibnya zakat harta
dagangan.49
Maka dapat disimpulkan harta adalah sesuatu barang yang dimiliki,
dipunyai, oleh seseorang, sutu badan ataupun suatu perusahaan. Makin banyak ia
memiliki barang atau benda makin kaya ia. Menurut ajaran Islam, semua benda
yang dimilki itu yang disebut sebagai harta kekayaan, bila sudah mencapai nisab
harus dikeluarkan zakatnya. Namun, ajaran Islam tidak kaku. Tidak pula semua
49
harta yang kita miliki, dikeluarkan juga zakatnya. Pada umumnya harta yang
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG BAITUL MAAL HIDAYATULLAH
A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya
Zakat merupakan potensi umat Islam yang gemilang dalam upaya
pengentasan kemiskinan, pemberdayaan umat islam. Sehingga perlu adanya
pengelolaan dana zakat itu sendiri secara professional, amanah, tanggung jawab
dan tranfaran yang dilakukan oleh masyarakat, lembaga bersama pemerintah.
Ternyata negeri yang dibangun dengan strategi pembangunan yang terlalu
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi serta pembangunan fisik, tetapi
mengabaikan swadaya dan kemandirian masyarakat, serta mengabaikan
pengembangan manusia (human development) itu akhirnya ambruk. Bukan hanya
sumber daya alam yang terkuras habis dieksplotasi atau kualitas sumberdaya
manusia yang malah terpuruk menjadi termasuk terendah di dunia tapi juga
tumpukan utang yang tidak terkira akibat strategi pembangunan yang lebih
banyak ditopang pinjaman luar negeri dan manajemen pembangunan yang buruk.
Paradigma tricle-down effect ini ternyata dalam realitasnya bukan hasil
pembangunan atau kemakmuran yang menetes, tetapi utang menjadi beban lagi
seluruh masyarakat dan yang paling merasakan beban tersebut adalah masyarakat
bawah.
Lalu ketika pondasi yang rapuh itu ambruk, kemiskinanpun menjadi
cermin dari wajah bangsa ini dan berlangsung hingga saat ini.50
50
Maka siapapun dapat menuai malapetaka dari kepongahan dari ketamakan
yang selalu dipertontonkan selama ini. Pengangguran, bencana kelaparan, busung
lapar, mal nutrisi, anak yang putus sekolah, anak jalanan, the lost generation,
poorest of the porr (anak termiskin dari yang miskin), pelayanan kesehatan yang
buruk dan banyak lagi persoalan yang melilit bangsa ini yang tidak hanya
membuat malu sebagai sebuah bangsa sekaligus sebagai Negara yang
berpenduduk muslim terbesar dan bahkan kadang bertanya-tanya, mampukah kita
keluar dari masalah multidimensi ini?.
Pada zaman keemasan Islam, zakat telah terbukti berperan sangat besar
dalam meningkatkan kesejahteraan umat. Zakat tidak sekedar sebuah kewajiban,
tetapi lebih daripada itu, zakat dikelola dengan baik dan didistribusikan secara
merata hingga ketangan yang berhak menerimanya.
Demikian pula sifat keamanahan yang sangat menonjol dari petugas zakat
di zaman Rasulullah SAW. Dan dalam sebuah riwayat kholifah ar-rasyidin,
menyebabakan baitul-maal tempat menampung zakat selalu penuh terisi dengan
harta zakat, kemudian segera disalurkan kepada yang berhak menerimanya.
Dalam periode Daulah Bani Umayyah yang berlangsung selama hamper sembilan
puluh tahun (41-127 H), tampil salah seorang khalifah nya yang sangat
terkenal,yaitu Umar bin Abdul Aziz(99-101 H). Dia terkenal k