• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PERKEMBANGAN SEJARAH DUNIA DAN POSISI INDONESIARANGKUMAN MATERIJakarta: Widya Utama Disusun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I PERKEMBANGAN SEJARAH DUNIA DAN POSISI INDONESIARANGKUMAN MATERIJakarta: Widya Utama Disusun"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PERKEMBANGAN SEJARAH DUNIA DAN POSISI INDONESIA

Standar Kompetensi

3. Menganalisis perkembangan sejarah dunia sejak Perang Dunia II sampai dengan

perkembangan mutakhir

Kompetensi Dasar

3.1 Menganalisis perkembangan sejarah dunia dan posisi Indonesia di tengah perubahan

politik dan ekonomi internasional setelah Perang Dunia II sampai dengan berakhirnya

Perang Dingin

Indikator

1. Menghubungkan dekolonisasi di Asia dan Afrika dengan transformasi politik dan sosial

di berbagai negara.

2. Menjelaskan hubungan perkembangan sistem ekonomi internasional dengan perubahan

politik dan ekonomi Indonesia.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya Perang Dingin.

4. Menghubungkan pemerintah komunis di Cina dengan perluasan Perang Dingin di

kawasan Asia Tenggara.

5. Menghubungkan pemerintah komunis di Perang Korea dengan perluasan Perang Dingin

ke luar Eropa.

6. Menghubungkan Perang Vietnam dengan perkembangan politik di Asia Tenggara.

7. Menjelaskan ciri-ciri politik luar negeri Indonesia.

8. Membandingkan kebijakan politik luar negeri Indonesia sebelum dan setelah peristiwa

Gerakan 30 September 1965 / PKI.

RANGKUMAN MATERI

A. Dekolonisasi di Asia dan Afrika Dengan Transformasi Politik dan Sosial di Berbagai

Negara Setelah PD II

Sejak berlangsungnya revolusi industri, banyak kawasan di Asia dan Afrika berubah

menjadi daerah jajahan. Bangsa Eropa yang menjajah Asia meliputi : Inggris, Belanda,

Perancis, Spanyol dan Portugis. Sedangkan di Afrika terbagi atas daerah jajahan Inggris,

Perancis, Belanda, Portugis, Jerman, Italia, Belgia, dan beberapa negara Eropa dengan

daerah kekuasaan yang terbatas. Hal ini dapat dilihat dari data, pada awal abad 19 daerah

jajahan meliputi 51,5 % di wilayah Asia dan berkembang menjadi 56,6 %. Bahkan kawasan

Afrika lebih tampak, dimana pada awal abad 19 hanya 10,8 % dan meningkat pesat

menjadi 90 %.

(2)

Dekolonisasi merupakan istilah yang digunakan bangsa Eropa dalam menjalankan

praktik imperialisme dan kolonialisme di wilayah Asia Afrika. Namun demikian rakyat

jajahan cenderung menggunakan istilah Perang Kemerdekaan atau Perjuangan

Kemerdekaan untuk menentang praktik kolonialisme. Bandingkan dengan istilah perang

kemerdekaan Indonesia (1945

1949) yang digunakan bangsa Indonesia yaitu Agresi Militer

I dan II dan Aksi Polisional I dan II yang digunakan Belanda.

Setelah perang dunia II usai, timbul dorongan dari negara pemenang perang yang

melahirkan Atlantic Charter. Atlantic Charter merupakan hasil pertemuan presiden AS, FD

Roosevelt dengan PM Inggris, Winston Churchill. Piagam ini berisikan bahwa setiap bangsa

berhak menentukan nasibnya sendiri. Bangsa Asia Afrika termotivasi piagam tersebut dan

segera mencapai kemerdekaannya, misal India dan Indonesia.

Indonesia yang telah merdeka sejak 17 Agustus 1945, berusaha ikut mendorong

perjuangan bangsa lain di kawasan Asia Afrika untuk mencapai kemerdekaan.

Negara-negara : Indonesia, India, Pakistan, Srilangka dan Burma / Myanmar merintis adanya kerja

sama negara-negara di Asia Afrika dalam perdamaian dunia.

Pada tanggal 18

24 April 1955 diselenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di

Bandung. KAA dihadiri oleh 29 negara, termasuk 5 lima penggagas. Konferensi tersebut

menjadi titik awal perjuangan kemerdekaan yang dikembangkan di Asia Afrika dan

didukung oleh para peserta. Pada saat diselenggarakan, banyak negara Asia Afrika

menghadapi masalah dan tantangan. Ada negara yang sudah mencapai kemerdekaan dan

banyak yang masih dibawah kekuasaan kolonial.

Pengaruh dari KAA tahun 1955 sangat penting bagi kawasan Asia Afrika. Banyak

daerah yang mencapai kemerdekaan, misal Tunisia dan Sudan (1956) dan disusul negara

yang lain, terutama sekitar tahun 1960an.

Dalam pertemuan KAA dihasilkan beberapa keputusan penting yang meliputi :

1. Kerjasama dalam bidang ekonomi

2. Kerjasama dalam bidang kebudayaan

3. HAM dan hak menentukan nasib sendiri

4. Masalah yang dihadapi rakyat yang terjajah

5. Masalah lain

6. Mengumandangkan perdamaian dan kerjasama dunia

7. Deklarasi mengenai peningkatan perdamaian dan kerjasama dunia

Bangsa Eropa menyadari perkembangan yang berlangsung, dimana mereka tidak lagi

dapat menjalankan kolonialisme seperti masa sebelumnya. Negara Eropa secara perlahan

mulai memberikan pengakuan kedaulatan kepada daerah jajahannya. Misal Perancis

memberikan pengakuan kepada kawasan Indo China pada tahun 1954. Aljazair mendapat

kemerdekaan dari Perancis pada tahun 1962. Inggris memberikan kemerdekaan bagi

beberapa daerah jajahan dan mengubah hubungan negeri Inggris dengan bekas jajahan

dalam lingkungan persemakmuran (Commonwealth atau dominion). Hal ini diikuti pula

oleh beberapa negara Eropa yang lain. Dengan demikian setelah Perang Dunia II, terjadi

kecenderungan dekolonisasi di kawasan Asia Afrika. Muncullah berbagai perubahan

ketatanegaraan dan sosial masyarakat di kedua kawasan tersebut.

B. Perkembangan Sistem Ekonomi Internasional Dengan Perubahan Politik dan

Ekonomi Indonesia

Sejak berakhirnya Perang Dunia II, terjadilah perubahan besar dalam bidang politik,

ekonomi, sosial, budaya dan militer di dunia. Setelah perang usai, kondisi perekonomian di

Eropa mengalami kerusakan parah. Kegiatan ekonomi industri perdagangan di Eropa

mengalami kerugian besar.

(3)

1. Rusaknya lahan pertanian dan pabrik akibat perang, sehingga tidak berfungsi

maksimal

2. Indonesia tidak dapat mengekspor impor barang karena blokade Belanda

3. Masih beredarnya mata uang Jepang dalam jumlah besar secara tidak terkendali.

Masalah yang dihadapi Indonesia tersebut, mendorong pemerintah menyusun kebijakan :

1. Menerbitkan mata uang sendiri yaitu ORI (Oeang Repoeblik Indonesia) pada 17

Oktober 1946 berdasarkan UU No 19 tahun 1946.

2. Meresmikan berdirinya BNI pada tanggal 1 Nopember 1946 dengan pimpinan

Margono Joyohadikusumo.

3. Berusaha menembus blokade Belanda dengan membina hubungan dengan India,

mengeluarkan Kasimo Plan serta melakukan sanering terhadap nilai mata uang

sehingga uang Rp. 5,00 ke atas menjadi separuhnya.

Setelah pengakuan kemerdekaan, pemerintahan Soekarno mengeluarkan beberapa

kebijakan. Diantaranya UU No 24 tahun 1951 tanggal 15 Desember 1951 tentang

nasionalisasi De Javaasche Bank menjadi Bank Indonesia. BI memiliki fungsi sebagai bank

sentral dan bank sirkulasi dibawah pimpinan gubernur Mr. Syafrudin Prawiranegara.

Disamping itu dikeluarkan progam Benteng atau Gerakan Benteng. Program Benteng

diusulkan Sumitro Joyohadikusumo yang saat itu menjadi menteri keuangan. Gerakan

Benteng merupakan konsep ekonomi dimana pemerintah mendorong lahirnya kelas

pengusaha, dimana rakyat bukan hanya sekedar menjadi pedagang, melainkan akan

menjadi golongan yang mau berusaha dalam perekonomian. Hal ini disebabkan pedagang

umumnya memiliki modal kecil, mereka diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam

membangun perekonomian rakyat.

Gerakan Benteng pada akhirnya mengalami kegagalan. Adapun faktor penyebab

kegagalan tersebut adalah :

1. Pedagang tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai bisnis.

2. Kehidupan masyarakat Indonesia masih terikat pada sistem sosial budaya feodal.

3. Penjualan pemilik lisensi kepada pihak asing terutama kepada orang Cina.

4. Terjadinya kolusi dan korupsi di kalangan pemegang lisensi.

Pertumbuhan ekonomi sejak tahun 1950

1959 yang rendah berbanding terbalik

dengan pertumbuhan penduduk Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk Indoneia

meningkat pesat. Berdasarkan data statistik, diperkirakan jumlah penduduk mencapai 77,2

juta (1950), meningkat menjadi 85,4 juta (1955) dan menurut sensus tahun 1961 menjadi

97,02 juta. Produksi pertanian memang meningkat, tetapi tidak dapat mencukupi

kebutuhan nasional.

Selama tahun 1950

1953, pertumbuhan ekspor Indonesia meningkat sejalan dengan

pecahnya Perang Korea. Negara yang semula memenuhi kebutuhan ekonomi dunia,

terkonsentrasikan di daerah konflik dan perannya digantikan Indonesia dan negara yang

baru merdeka lainnya. Namun demikian, perkembangan ini tidak berlangsung lama. Seusai

perang Korea, negara produsen kembali menguasai pasar dunia.

Pemulihan ekonomi Indonesia berlangsung lambat. Minyak sebagai penghasil devisa

terbesar kedua setelah karet, merupakan harapan untuk jangka panjang. Tahun 1957,

produksi minyak mencapai dua kali lipat dari produksi tahun 1940. Namun demikian

peningkatan ini dikonsumsi untuk dalam negeri. Di sisi lain, sarana ekonomi yang vital

dipegang asing. Perusahaan minyak, perbankan, perusahaan pelayaran dan kredit bagi

rakyat kecil dipegang Amerika, Belanda, Inggris dan Cina. Sebaliknya dalam kurun waktu

Pebruari 1951

September 1952, harga karet turun 71 persen. Lambannya pemulihan

ekonomi dan peningkatan pengeluaran pemerintah berakibat inflasi terus berlanjut.

(4)

Irian Barat terus dilanjutkan, bahkan cenderung mengarah pada konfrontasi langsung

dengan Belanda. Upaya ini paling tidak ikut menyedot keuangan negara untuk persiapan

dan pelaksanaan perjuangan. Disamping itu juga timbul beberapa pemberontakan

separatis di beberapa daerah hingga tahun 1960an yang juga ikut menyedot potensi

ekonomi nasional. Anggaran untuk kesejahteraan rakyat dan ekonomi dialihkan untuk

menegakkan keamanan nasional.

Memasuki tahun 1960an, setelah upaya perjuangan pembebasan Irian Barat selesai,

maka dikumandangkan kebijakan Dwikora tahun 1962. Potensi nasional berubah diarahkan

untuk menggagalkan pembentukan negara Malaysia. Program pembangunan ekonomi dan

sektor lain menjadi terbengkalai. Program pembangunan semesta memang disusun oleh

Djuanda, namun agak sulit dalam pelaksanaannya. Inflasi membumbung tinggi dan harga

kebutuhan rakyat tinggi. Hal ini berlangsung hingga meletusnya pemberontakan G 30 S PKI

tahun 1965.

Selama masa pemerintahan Soeharto, perkembangan ekonomi mengalami

peningkatan. Hal ini nampak dari program Pelita I hingga Pelita V. Bahkan pada Pelita IV (

1984

1989), Indonesia mengalami perkembangan ekonomi yang cukup pesat. Banyak

pihak di dunia yang memberikan penghargaan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Perkembangan yang pesat tersebut mengalami titik balik sejak bulan Juli 1997. Di

kawasan Asia Tenggara berlangsung krisis moneter yang diawali dengan merosotnya nilai

mata uang regional (rupiah, baht, ringgit, peso) terhadap dollar US. Nilai tukar rupiah

melemah tajam. Hal ini dapat dilihat dari 2.575/ dollar US (Juli 1997) menurun tajam

menjadi 16.000/ dollar US (Maret 1998). Penurunan serupa juga berlangsung di pasar

saham BEJ.

Kondisi ekonomi dalam negeri ternyata tidak dapat diharapkan untuk mendukung

upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini nampak pada bulan Nopember 1998 sejumlah 16

bank swasta ditutup oleh BI.

Perkembangan politik pada saat itu ikut memperburuk kepercayaan pasar terhadap

perekonomian Indonesia. Tarik ulur antara pemerintah dengan IMF mengenai kesepakatan

program bantuan IMF mempersulit keadaan. Beberapa kebijakan pemerintah dikeluarkan

untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, misal intervensi BI dalam pasar valas dan revisi

APBN tahun 1998/ 1999.

Perpolitikan nasional pada awal tahun 1998 menunjukkan perubahan yang cukup

signifikan. Aksi demonstrasi yang makin luas mencapai puncak dengan peristiwa

mundurnya Soeharto sebagai Presiden ke 2 RI tanggal 21 Mei 1998. Kecenderungan

melemahnya rupiah terus berlanjut yang didorong adanya peristiwa 12 Mei dan aksi

kerusuhan 13

14 Mei di Jakarta, Solo dan beberapa daerah lainnya. Penurunan nilai tukar

rupiah berlangsung hingga pernah mencapai Rp. 17.000 per dollar US.

Kondisi ekonomi mengalami pertumbuhan minus 13 %, inflasi yang tinggi, suku bunga

bank yang melambung membawa dampak buruk bagi perusahaan nasional yang terdaftar di

bursa saham. Dengan demikian, berbagai perubahan dalam bidang sosial politik ikut

mempengaruhi perkembangan ekonomi nasional Indonesia.

Pada masa pemerintahan BJ. Habibie, telah dikeluarkan beberapa kebijakan dalam

bidang ekonomi yang meliputi :

1. Rekapitulasi perbankan.

2. Rekonstruksi perekonomian nasional.

3. Likuidasi beberapa bank yang tidak sehat, dengan demikian akan mengurangi

jumlah bank swasta yang beroperasi.

4. Menaikkan nilai tukar rupiah sampai dibawah Rp. 10.000,00.

5. Implementasi reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF.

(5)

permasalahan politik dan berpuncak dengan penarikan mandat yang diberikan KH.

Abdurrahman Wahid. Sebagai penggantinya, naiklah Megawati dan Hamzah Haz sebagai

presiden dan wakil presiden.

Selama masa pemerintahan Gus Dur, telah dilakukan beberapa kebijakan,

diantaranya memekarkan provinsi dari 26 menjadi 32 dan pembagian alokasi keuangan

terkait dengan kekayaan daerah dengan prosentase yang lebih baik dibanding sebelumnya.

Sejak Megawati menjadi presiden, maka diupayakan beberapa kebijakan ekonomi

yang meliputi :

1. Menurunkan laju inflasi sampai 10 %.

2. Privatisasi BUMN dengan harapan memperoleh dana yang besar.

3. Menjual aset negara melalui BPPN dengan asumsi mendapatkan dana pembangunan

yang besar

4. Pemutusan kerjasama dengan IMF.

5. Restrukturisasi dan reformasi sektor keuangan.

6. Meningkatkan pendapatan melalui perpajakan, cukai dan kepabeanan.

7. Menciptakan suasana (politk, sosial, keamanan) yang kondusif bagi investor.

8. Meningkatkan ekspor.

9. Mendorong berkembangnya usaha kecil dan menengah.

10. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya laut.

Pada tahun 2004, diselenggarakan pemilihan umum untuk anggota legislatif dan

presiden serta wakil presiden. Hasilnya terpilih Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad

Yusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden RI periode berikutnya. Serangkaian

kebijakan disusun guna memulihkan dan membenahi masalah ekonomi nasional Indonesia.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Perang Dingin

1. Lahirnya negara adikuasa

Perang dunia II (1939 – 1945) ternyata lebih dahsyat dan ruang lingkupnya lebih luas dibanding perang dunia I (1914 – 1918). Perang tersebut membawa dampak luas dalam bidang politik, ekonomi dan sosial masyarakat. Dampak politik memunculkan negara adikuasa dan berlangsung persaingan Amerika Serikat dengan Uni Sovyet untuk memperebutkan pengaruh di dunia.

Perang dingin adalah suasana internasional yang sangat tegang dan bermusuhan akibat konflik ideologi antara blok Barat (liberal kapitalis) dipimpin USA dan blok Timur (sosialis komunis) dipimpin Uni Sovyet yang berkembang setelah perang dunia II.

2. Penyebab terjadinya perang dingin

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, dua negara utama pemenang perang (AS dan Uni Sovyet) berkembang menjadi dua kekuatan raksasa dunia (super power). Amerika Serikat memiliki ideologi demokrasi liberal kapitalis yang didukung Inggris dan Perancis. Sedangkan Uni Sovyet berideologi komunis. Masing-masing menganggap ideologinya paling mampu menjawab persoalan bangsa-bangsa di dunia. Kedua pihak bersaing dalam perebutan hegemoni dunia di bidang ekonomi, politik, ideologi dan militer. Dengan demikian, perang dingin dapat disebabkan faktor sebagai berikut :

a. perbedaan paham

Perbedaan nampak dari Amerika Serikat yang mengembangkan liberalisme – kapitalis, sedangkan Uni Sovyet berupaya mengembangkan paham sosialis – komunis.

b. keinginan berkuasa

Dalam perang dunia II, kedua negara besar bersatu melawan kelompok Poros (Jerman, Italia dan Jepang). Namun setelah perang usai, karena perbedaan paham, Amerika Serikat dan Uni Sovyet ingin menguasai dunia. Hal ini ditunjukkan melalui perebutan pengaruh, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer maupun teknologi ruang angkasa.

(6)

dari negara lain (negara dalam PD II) dan negara yang baru merdeka. Sehingga lahirlah blok barat (AS) dan blok timur (Uni Sovyet). Tujuan masing-masing adalah menjadi penguasa tunggal di dunia yang dapat dicapai dengan melakukan segala hal. Namun demikian, kedua blok belum pernah secara langsung berhadapan dalam perang terbuka.

Pada tanggal 4 April 1949, Amerika Serikat didukung negara-negara Eropa Barat membentuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dengan markas Brussel. Adapun anggotanya Inggris, Irlandia, Islandia, Norwegia, Denmark, Belgia, Nederland, Luxemburg, Perancis, Portugal, Kanada dan Amerika Serikat. Untuk mengimbangi NATO, Uni Sovyet membentuk Pakta Warsawa pada tahun 1951 dengan markas Warsawa. Adapun anggotanya meliputi: Uni Sovyet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia dan Rumania. Kedua pihak berlomba saling mengembangkan persenjataan, mata-mata dan mempertahankan pengaruhnya bersama sekutunya masing-masing.

Istilah Perang Dingin digunakan media massa AS tahun 1948 untuk menggambarkan makin meningkatnya “permusuhan” antara AS dan Uni Sovyet pasca Perang Dunia II. Perang dingin dilatarbelakangi munculnya ketegangan sebagai wujud konflik kepentingan, supremasi, perbedaan ideologi, saling tidak mempercayai dan sebagainya antara blok barat dan blok timur. Perang dingin ditandai dengan peristiwa Krisis Berlin tahun 1948. Peristiwa ini terjadi ketika Uni Sovyet melanggar Perjanjian Yalta (Pebruari 1945) dengan memblokade seluruh jalan masuk kota Berlin. Berlin adalah kota pendudukan AS dan sekutunya, namun terletak di daerah Jerman Timur. Oleh karena itu suplai bahan makanan dan keperluan lain bagi penduduk kota Berlin harus dikirim lewat udara. Krisis yang berakhir bulan Mei 1949 berakibat Jerman terpecah menjadi dua: Jerman Barat beribukota Berlin barat dan Jerman Timur beribukota Berlin Timur.

Selama perang dingin, di Uni Sovyet sendiri, rakyat hidup dibawah kontrol ketat daripada biasanya. Rakyat diberitahukan bahwa mereka telah memenangkan Perang Patriotik Terbesarnya sendiri, tanpa bantuan dari negara Barat. Kebudayaan Barat dikecam karena rendah tingkatannya. Sebaliknya kebudayaan Sovyet dipropagandakan sebagai lebih unggul dibanding dengan yang lain.

Selama perang dingin berlangsung, kedua negara adikuasa tersebut tidak pernah terlibat dalam suatu konflik atau peperangan terbuka. Namun keduanya selalu memberikan dukungan kepada negara-negara yang sedang bersengketa. Ada beberapa hal yang mewarnai situasi perang dingin yaitu:

a. Doktrin Truman

Kebijakan Doktrin Truman muncul bulan Maret 1947, dimana pengaruh komunis Uni Sovyet pasca perang dunia II makin luas. Doktrin tersebut untuk membendung pengaruh komunis di dunia. Tujuannya membantu Turki dan Yunani menghadapi gerilyawan komunis yang berasal dari negara tetangganya: Yugoslavia dan Albania. Total bantuan ekonomi dan militer mencapai US$ 400 juta.

Dicanangkannya kebijakan tersebut, berdasarkan keyakinan AS bahwa jika satu negara jatuh ke tangan penerintahan komunis maka akan jatuh pula negara-negara tetangganya. Keyakinan ini sesuai dengan Teori Domino.

b. Perang terbuka di beberapa negara

Kedua negara adikuasa selalu berada di belakang negara-negara yang bertikai dengan melibatkan dukungan ideologi, politik dan militer. Diantaranya Perang Korea yang disebabkan pada tanggal 25 Juni 1950 60.000 tentara Korea Utara menyerbu Korea Selatan. PBB turun tangan dengan mengirim tentara gabungan membantu Korea Selatan melawan Korea Utara yang didukung blok Timur. Perang selama tiga tahun ini berakhir dengan gencatan senjata di Pamunjom pada 27 Juli 1953.

Selain itu, Uni Sovyet membantu Mesir dan Syiria (Suriah) dalam perang melawan Israel tahun 1967. Israel dibantu Inggris, Perancis dan AS. Dalam Perang Vietnam, Uni Sovyet mendukung berdirinya Vietnam Utara bahkan mendapat peran pangkalan AL di Cam Ranh. Sementara Vietnam Selatan didukung Perancis dan selanjutnya dukungan besar dari AS.

c. Perlombaan senjata

(7)

peluncuran (silo) dibangun di berbagai negara yang ada dalam pengaruhnya. Berikut gambaran mengenai perlombaan senjata :

Jenis Persenjataan Uni Sovyet USA

Rudal balistik berpangkalan di darat 1398 1052

Rudal yang dilontarkan dari kapal selam 989 584

Pesawat pembom berawak dengan rudal 150 376

Kendaraan MIRVS 4872 6774

Kekuatan Nuklir Medan: Rudal 860 108

Kekuatan Nuklir Medan: Pesawat Pembom 880 218

Tank artileri 45.000 17.000 Senjata artileri 19.400 9.500

Senjata Anti Pesawat Udara 6.500 5.300

Pelontar Rudal Darat ke Udara 6.300 1.800

Pelontar Rudal Darat ke Darat 1.200 350

(sumber data dari Jurnal Analisis tahun 1983).

d. Perlombaan teknologi ruang angkasa

Dalam perkembangannya perlombaan mengarah ke ruang angkasa. Tahun 1957, Uni Sovyet berhasil meluncurkan Sputnik I tanpa awak dan diikuti Sputnik II yang membawa seekor anjing. AS mengimbangi dengan meluncurkan Explorer I tahun 1958 dan disusul Explorer II, Discoverer dan Vanguard. Uni Sovyet melampaui dengan meluncurkan Lunik dan mendarat di bulan. Selanjutnya diimbangi AS dengan pendaratan manusia di bulan.

Pada bulan April 1961, Uni Sovyet berhasil mengirim kosmonotnya Yuri A. Gagarin ke ruang angkasa dengan pesawat Vostok I dan mengitari bumi 1 jam 29 menit. AS menyusul dengan astronoutnya Alan Bartlett Shepard Jr. pada tahun 1961. Uni Sovyet kembali meluncurkan Vostok II dengan astronotnya Gherman Stepanovich Titov. Disusul AS meluncurkan Friendship VII dengan John H. Glenn. Kegiatan lomba teknologi luar angkasa ini berlangsung terus hingga tahun 1980an.

Pada bulan Maret 1983, presiden Ronald Reagan mengusulkan Strategic Defence Initiative (SDI atau dikenal Prakarsa Pertahanan Strategis atau Strategi Perang Bintang). Hal ini memunculkan protes Uni Sovyet yang menganggap bertentangan dengan persetujuan ABM Treaty.

e. Kegiatan mata-mata

Kegiatan mata-mata atau spionase mewarnai kondisi politik selama perang dingin. Tujuannya mencari informasi atau rahasia negara yang sengaja ditujukan terhadap lawan. Setiap negara membentuk dinas rahasia, misal AS dengan CIA, Uni Sovyet (KGB), Inggris (MI 6). Masing-masing dinas rahasia kadang berperan dalam membantu terciptanya peristiwa di dunia, contoh Insiden Teluk Babi tahun 1961.

f. Sistem Aliansi

Setiap negara yang bertentangan berusaha memperkuat diri dengan bergabung dalam aliansi Beberapa aliansi yang terbentuk yaitu:

1) Pembentukan Cominform (The Communist Information Bureau) tahun 1947 sebagai wadah kerjasama partai-partai komunis Eropa yang berpusat di Beograd (Yugo).

2) Perjanjian RRC dan Uni Sovyet tahun 1950 yaitu kerjasama untuk menghadapi kemungkinan agresi Jepang.

3) Pembentukan NATO tahun 1949.

4) Pembentukan Pakta Warsawa tahun 1955.

5) Pembentukan ANZUS tahun 1951 yang terdiri dari AS, Australia dan Selandia Baru.

6) Pembentukan SEATO yaitu kerjasama pertahanan negara-negara Asia tenggara dengan pihak barat. Anggotanya: AS, Inggris, Perancis, Philipina, Singapura dan Selandia Baru.

(8)

negara Eropa (Inggris dan Prancis). Perkembangan ini berakibat percaturan politik dunia menjadi semakin rumit.

D. Hubungan Pemerintah Komunis di Cina, Perang Korea dan Revolusi Kuba Dengan

Perluasan Perang Dingin ke Luar Eropa

1. Pemerintah komunis di Cina

Pada saat perang dunia II, kekuatan nasionalis dan komunis di Cina bersatu dalam menghadapi serangan musuh bersama. Namun, setelah perang usai, kedua kekuatan bersaing dan berlanjut dalam perang saudara (1945 – 1949). Perang saudara berakhir dengan tersingkirnya kaum nasionalis dibawah Chiang Kai Shek ke pulau Formosa dan mendirikan negara Republik Cina atau Taiwan. Sedangkan kekuatan komunis membentuk Republik Rakyat Cina (RRC) pada tanggal 1 Oktober 1949 dengan ibukota Beijing dibawah Mao Zedong. Terbentuknya RRC ini disusul dengan mengalirnya bantuan militer dan ekonomi dari Uni Sovyet. Kemampuan yang dimiliki Cina ternyata memunculkan kekhawatiran bagi negara blok Barat.

Suasana perang dingin di Asia makin kompleks sejalan dengan kebijakan RRC yang berusaha memperluas ajaran Mao Zedong ke negara-negara berkembang lainnya dan timbul kebijakan ekspansi wilayah. Tibet merupakan daerah pertama yang terkena kebijakan RRC (1950). Kekuatan Cina ini ternyata menimbulkan kekhawatiran AS dan Uni Sovyet. Hal ini disebabkan perannya dalam Perang Korea (1950 – 1953) dan klaim atas Taiwan.

Hubungan baik Cina dengan Uni Sovyet berakhir pada tahun 1960an. Hal ini disebabkan Cina sangat mengecam kebijakan Sovyet yang hidup berdampingan dengan blok Barat. Hal ini nampak pada penghentian pengiriman tenaga ahli ke Cina oleh Sovyet serta penolakan Uni Sovyet untuk membantu Cina dalam perang perbatasan dengan India (1962).

2. Perang Korea (1950 – 1953)

Pada akhir perang dunia II, Uni Sovyet menyerbu Korea dari arah utara dan menghancurkan sisa kekuatan Jepang pada tanggal 12 Agustus 1945. Selanjutnya pada September 1945, USA mendaratkan pasukan di Korea bagian selatan. Sehingga di semenanjung Korea terdapat dua pendudukan yaitu Korea bagian utara diduduki Uni Sovyet dan Korea bagian selatan diduduki USA dengan batas garis lintang 38 °.

Pada tahun 1948, sebagian besar pasukan AS ditarik pulang dan hanya meninggalkan dalam jumlah kecil penasehat militer. Hal ini berkaitan dengan pembentukan pemerintah Republik Korea (Korsel) tanggal 15 Agustus 1948. Ibukota Korea Selatan di Seoul dengan presiden pertama, Dr. Syngman Rhee.

Uni Sovyet mengambil kebijakan dengan membentuk negara di wilayah utara yaitu Republik Demokratik Rakyat Korea (Korea Utara) pada tanggal 1 Mei 1948. Sebagai presiden diangkatlah Kim Il Sung. Segera Uni Sovyet mengadakan perjanjian tentang pemberian bantuan ekonomi, militer dan teknologi dengan Korea Utara. Korea Utara juga menjalin hubungan dengan Cina.

Dalam perkembangan berikutnya, 60 ribu tentara Korea Utara menyerbu Korea Selatan pada tanggal 25 Juni 1950 dengan dalih untuk menyatukan kembali Korea. PBB dengan pengaruh besar USA turun tangan dan membantu Korea Selatan. Anggota PBB memberi bantuan militer ke Korea Selatan dan dibentuk pasukan PBB yang terdiri atas 16 negara anggota. Hal ini mengawali pecahnya Perang Korea selama 3 tahun (1950 – 1953). Dalam serbuan awal tersebut, Korea Utara berhasil menguasai Seoul sebagai ibukota Korea Selatan.

Bantuan PBB dibawah Mc. Arthur kepada Korea Selatan berhasil mendesak mundur tentara Korea Utara sampai melewati garis 38 ° LU. Pergerakan tentara Korea Selatan yang didukung penuh PBB berhasil masuk Korea Utara hingga batas wilayah Manchuria. Dalam kondisi terdesak, Korea Utara mendapat bantuan RRC yang berupa 60.000 pasukan. Dengan demikian dalam perang Korea menimbulkan persaingan antara dua kutub, makin jauh dari perdamaian.

Secara mengejutkan pada tanggal 4 Januari 1951, pasukan PBB terdesak oleh pasukan gabungan Korea Utara – Cina. Bahkan ibukota Seoul jatuh ke tangan pasukan gabungan. Setelah melakukan konsolidasi kekuatan, pasukan PBB berhasil merebut kembali ibukota Seoul pada tanggal 12 Maret 1951.

(9)

mencapai penyelesaian secara permanen. Perang Korea telah menunjukkan adanya persaingan sengit antara ideologi komunis dan kapitalis. Kedua ideologi berupaya menanamkan pengaruh di semenanjung tersebut.

3. Revolusi Cuba

Wilayah Kuba semula merupakan jajahan Spanyol dalam waktu yang lama. Letak geografisnya yang sangat strategis ternyata menjadi incaran perluasan pengaruh dan ideologi negara adidaya.

Di Kuba pada tahun 1868 – 1878 berlangsung gerakan menuntut kemerdekaan, namun gagal. Berikutnya, pada tahun 1895 dibawah Jose Marti berlangsung Perang Kemerdekaan. AS mendukung gerakan tersebut dengan alasan kapal AS disabotase Spanyol . Selanjutnya Kuba dibawah perlindungan AS hingga tahun 1902.

Tahun 1933 kaum revolusioner dipimpin Fulqencio Batista mengambil alih pemerintahan di Kuba dan membentuk pemerintahan diktator. Kondisi rakyat sangat memprihatinkan, sehingga mendorong timbulnya gerakan kudeta dibawah Fidel Castro tahun 1953, namun mengalami kegagalan.

Pada tahun 1956, Fidel Castro dan pengikutnya berusaha menggulingkan pemerintahan Batista. Setelah berjuang 3 tahun, maka Batista meninggalkan Kuba dan digantikan Castro (1959). Setelah memerintah, Castro melakukan perubahan pola kehidupan masyarakat Kuba. Pembangunan sekolah dan rumah bagi orang yang tidak mampu dilakukan pemerintah Kuba. Pemerintahan Fidel Castro mengontrol pers, siaran radio dan televisi. Berikutnya pemerintah Kuba melakukan nasionalisasi perusahaan asing yang ada di Kuba. Hal berakibat AS menghentikan hubungan dengan Kuba tahun 1961.

Melihat situasi tersebut, Fidel Castro menjalin hubungan dengan Cina dan Uni Sovyet serta negara komunis lainnya. Hal ini dimaksudkan agar negara komunis mau memberi bantuan ekonomi guna melaksanakan dan melanjutkan pembangunan. AS menjumpai bahwa Kuba telah masuk blok komunis dan membahayakan keselamatan negaranya (ingat jarak AS – Kuba hanya 10 mil). Sehingga AS berniat untuk menggulingkan pemerintahan Castro. AS menggunakan cara memanfaatkan pelarian Kuba yang tinggal di Amerika Serikat.

Perkembangan Perang Dingin berlangsung terus, dimana aktivitas Amerika Serikat dan Uni Sovyet meningkat terutama dalam kegiatan mata-mata atau spionase. Uni Sovyet membentuk KGB (Komite Gosudarstevennoy Bezopasnosti) yang merupakan dinas intelijen sipil Uni Sovyet. Sedangkan USA membentuk CIA (Central Intelligence Agency) sebagai dinas intelijen USA. Kedua pihak berusaha mencari informasi rahasia mengenai segala hal dari pihak lain atau negara dibawah pengaruh pihak lain. Selama kurun waktu Perang Dingin, KGB dan CIA turut berperan dalam membantu terciptanya berbagai peristiwa di dunia.

Pada tanggal 17 April 1961, CIA membantu orang Kuba di perantauan untuk melakukan serangan ke Kuba dengan bentuk penyusupan dan pendaratan ke daerah tersebut. Peristiwa ini dikenal dengan Insiden Teluk Babi. AS mengirimkan sejumlah 1.200 orang Kuba pelarian masuk ke wilayah Kuba. Uni Sovyet memberikan dukungan penuh kepada Fidel Castro, presiden Kuba dalam menghadapi invasi itu. Dari peristiwa ini nampak sekali mengancam perdamaian dunia.

Pada saat-saat terakhir penyerbuan, presiden JF. Kennedy membatalkan misi perlindungan dan pengawalan oleh AS. Sehingga pemerintah Kuba dengan mudah dapat mematahkan penyerangan tersebut. Akibatnya, hubungan Kuba dengan Amerika Serikat menjadi makin renggang.

Di sisi lain, Uni Sovyet berusaha makin mendekati Kuba dan menawarkan bantuan ekonomi yang lebih besar. Akan tetapi dengan kompensasi Uni Sovyet diijinkan membangun pangkalan militer dan menempatkan rudal strategisnya di wilayah tersebut. Hal ini memicu ketegangan atau krisis baru antara AS dengan Uni Sovyet. AS menganggap niat tersebut sebagai ancaman langsung terhadap negaranya. Kapal Uni Sovyet yang berencana menuju Kuba dihadang armada Amerika Serikat. Krisis tersebut hampir membawa dunia dalam perang nuklir.

Karena belum berimbang militernya, maka Uni Sovyet membatalkan rencana penempatan perangkat militernya. Sedangkan Amerika Serikat berjanji untuk tidak mencampuri lagi urusan dalam negeri Kuba. Hubungan baik Kuba – AS dikembangkan pada tahun 1973. Selanjutnya tahun 1975, embargo ekonomi terhadap Kuba dihapuskan AS. Namun demikian, tahun 1975 hubungan mereka memanas lagi setelah Kuba mengirimkan pasukan ke Angola.

(10)

Berlangsungnya perang saudara di Cina melahirkan pemerintahan komunis Republik Rakyat Cina (1949). Konflik kepentingan di semenanjung Korea memunculkan perang Korea (1950 – 1953) yang berakibat Korea terpecah atas Korea Selatan dan Korea Utara. Dalam perkembangan berikutnya, upaya perebutan kekuasaan oleh Fidel Castro terhadap Batista memunculkan pula pemerintahan komunis di Cuba. Beberapa peristiwa tersebut menunjukkan bahwa perang dingin ternyata tidak hanya berlangsung di daratan Eropa dan Amerika, melainkan juga meluas ke kawasan lain di dunia. Dengan demikian dunia internasional terpengaruh, dimana seolah tercekam adanya pertentangan blok Barat dan Blok Timur, timbul kekhawatiran akan pecahnya perang besar serta terjadinya berbagai peristiwa di seluruh penjuru dunia. Misal perang saudara, konflik antar negara dan sebagainya.

E. Hubungan Perang Vietnam Dengan Perkembangan Politik di Asia Tenggara

Sehubungan dengan usainya perang dunia II, negara Eropa berusaha kembali berkuasa di kawasan Asia dan Afrika, termasuk didalamnya kawasan Indochina. Daerah Indochina merupakan jajahan Perancis. Setelah perang, Perancis ingin berkuasa lagi di Indochina. Keinginan Perancis ternyata mendapat dukungan Inggris. Namun mendapat perlawanan sengit dari Viet Minh atau Liga Vietnam Merdeka dibawah pimpinan Ho Chi Minh.

Memasuki tahun 1946, wilayah Vietnam bergolak dengan terjadinya pertempuran Viet Minh dengan Perancis yang dibantu Inggris. Perancis menggunakan cara mengangkat Bao Dai sebagai penguasa Vietnam pada tahun 1949. Sejak tahun 1950, AS mulai terlibat dalam masalah Vietnam dengan memberi bantuan paket ekonomi dan militer kepada pemerintahan Vietnam bentukan Perancis. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat digunakan untuk memerangi Viet Minh.

Viet Minh yang telah ada pada jaman pendudukan Jepang, sejak tahun 1949, mulai mengkonsolidasi kekuatannya kembali. Hal ini disebabkan dukungan / bantuan persenjataan dari Cina dan Uni Sovyet. Dengan demikian masalah Vietnam meluas menjadi masalah internasional. Selanjutnya Viet Minh kembali melancarkan serangan pada pertahanan Perancis (ingat pada pertempuran memperebutkan benteng Dien Bien Phu). Atas desakan Cina dan Uni Sovyet, Viet Minh bersedia melakukan perundingan Berlin (Jerman) pada bulan Pebruari 1954 yang membahas masalah perang Korea dan Perang Vietnam. Dalam pelaksanaan konferensi Jenewa tanggal 20 Juli 1954, disepakati :

a. Mengakui kemerdekaan negara Kampuchea, Laos dan Vietnam.

b. Menyetujui wilayah Vietnam terbagi atas Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. c. Akan segera diadakan pemilu bulan Juli 1956 untuk menyatukan Vietnam.

Perjanjian Jenewa tidak mampu menyelesaikan masalah Vietnam. Vietnam terbagi dua yaitu Vietnam Utara berhaluan komunis dan Vietnam Selatan berhaluan liberal. Hal ini ditolak oleh Ho Chi Minh yang tetap menghendaki Vietnam bersatu. Keadaan menjadi genting, Ho Chi Minh mengirim tentara ke arah selatan yang didukung oleh Uni Sovyet dan Cina. AS mendukung Vietnam selatan, sehingga pecah perang Vietnam.

Dalam perang Vietnam bertemulah benturan kepentingan blok Barat yang mendukung Vietnam Selatan dan blok Timur yang mendukung Vietnam Utara. Dalam berbagai pertempuran, kedua pihak banyak mengalami kerugian material dan jiwa, misal pertempuran Tahun Baru Tet 1968 (The Tet Offensive).

Upaya perdamaian terus dilakukan, dimana tahun 1970an awal berlangsung perundingan Vietnam Utara, Vietnam Selatan dan Amerika Serikat di Paris. Tahun 1972, AS mengumumkan Indonesia, Kanada, Polandia, dan Hongaria sepakat menjadi pengawas gencatan senjata di Vietnam. Kesepakatan menjadi kacau, setelah Viet Minh dan gerilyawan Vietnam Selatan (Viet Kong) melakukan serangan besar-besaran yang hampir menguasai Saigon, ibukota Vietnam Selatan (3 April 1972).

Keadaan dalam negeri Vietnam Selatan mengalami perubahan besar. Presiden Nguyen Van Thiew mengundurkan diri dan menunjuk wakilnya, Tran Van Huong sebagai penggantinya. Perang terus berlanjut, dimana Vietnam Selatan mengalami banyak kekalahan, bahkan Saigon dapat diduduki Vietnam Utara (18 April 1975).

Pada tanggal 30 April 1975, presiden Duong Van Minh menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Vietnam Utara. Sebagai puncak perang, maka tentara Vietnam Utara menyerang langsung ke Saigon dan berhasil. Selanjutnya Saigon diubah menjadi Ho Chi Minh City dan wilayah Vietnam bersatu kembali.

(11)

invasi Vietnam ke Kamboja pada 7 Januari 1979. Peristiwa ini memicu ketegangan baru di Asia Tenggara dan menjadi persoalan rumit bagi ASEAN maupun dunia yang baru diselesaikan pada tahun 1992.

Selesainya perang Vietnam, membawa kekalahan besar bagi pihak Amerika Serikat. Upaya mereka untuk membendung pengaruh komunis di Asia Tenggara, khususnya di Indochina mengalami kegagalan. Hal ini ditindaklanjuti dengan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Philipina, Amerika Serikat memiliki pangkalan strategis untuk mengawasi perkembangan pesaing utamanya yaitu dari pangkalan Clark dan Subic. Sedangkan Uni Sovyet berada di pangkalan teluk Camp Ranh. Dengan demikian di Asia Tenggara mengalami ketegangan baru dengan kehadiran dua negara adidaya. Usaha untuk meredakan dan mengurangi ketegangan terus dilakukan dengan kesepakatan bersama dalam konsep ZOPFAN.

F. Ciri Politik Luar Negeri Indonesia

Politik luar negeri Indonesia dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan

bahwa “Ikut melaksanakan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Hal ini menunjukkan keinginan bangsa Indonesia dalam melakukan hubungan internasional dan menjadi sumber utama bagi politik luar negeri Indonesia yaitu bebas aktif. Adapun tujuan pokok politik luar negeri Indonesia meliputi :

1. Mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dan ikut menjaga kedaulatan negara. 2. Perdamaian internasional, karena hanya dalam keadaan damai Indonesia dapat membangun

untuk mensejahterakan rakyatnya.

3. Persaudaraan antara semua bangsa sebagai pelaksanaan cita-cita yang tercantum dalam UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konskuen.

Untuk mencapai tujuan di atas, maka bangsa Indonesia melaksanakan dengan :

1. Politik damai, dalam arti berperan aktif ikut serta dalam membina perdamaian dunia.

2. Bersahabat dengan semua bangsa tanpa melihat etnis, warna kulit, dan agama dengan dasar saling menghargai dan menghormati dan tidak ikut mencampuri urusan dalam negeri negara masing-masing.

3. Memperkuat sendi-sendi hukum internasional dan organisasi internasional untuk menyusun perdamaian yang abadi.

4. Berusaha melalui PBB untuk mencapai kemerdekaan bagi bangsa-bangsa yang belum merdeka.

Politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas dalam arti bahwa Indonesia menempuh cara sendiri dalam menanggapi masalah-masalah internasional. Sedangkan aktif berarti Indonesia berusaha semaksimal mungkin untuk ikut memelihara perdamaian dan meredakan ketegangan dunia. Hal ini dapat dicontohkan pelaksanaan KAA tahun 1955 dan KTT Non Blok, dan keikutsertaan dalam misi pasukan penjaga perdamaian dibawah PBB.

Politik luar negeri Indonesia mencapai kemajuan besar sebagaimana tahun 1955 (KAA), yaitu saat Indonesia dipercaya menjadi ketua Gerakan Non Blok (1992 – 1995). Selain didasari isi pembukaan UUD 1945, juga didasarkan pada Tap MPR tahun 1993 yang menyatakan bahwa politik luar negeri bebas aktif perlu ditingkatkan dan diabdikan bagi kepentingan nasional. Sebagai ketua Gerakan Non Blok, Indonesia membawa mandat yang berhasil dijalankan dengan baik, yang meliputi :

1. Memperjuangkan kemitraan global Utara – Selatan.

2. Upaya meningkatkan hubungan dengan lembaga keuangan internasional agar memberikan sumbangannya secara aktif.

3. Kerjasama Selatan – Selatan dalam GNB. 4. Pembahasan masalah krisis hutang luar negeri. 5. Masalah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

6. Keterlibatan dalam isu politik, konflik dan ketegangan keamanan sebagai sarana bagi penyelesaian konflik.

7. GNB terus mematuhi posisi yang dianutnya. 8. Pertikaian di antara sesama anggota GNB.

G. Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Sebelum Dan Setelah Peristiwa Gerakan 30 September / PKI

(12)

Sejak pengakuan kedaulatan, Indonesia melakukan politik luar negeri bebas dan aktif. Selama masa RIS, dikembangkan hubungan dengan negara Asia dan negara Eropa Barat. Hal ini ditujukan untuk kepentingan ekonomi dan pembangunan Indonesia yang masih berkiblat ke Eropa. Pusat pemasaran produk Indonesia di Amsterdam dan pembangunan pasaran ekonomi masih perlu bantuan Amerika Serikat. Praktik ini berkembang terus sejak Indonesia diterima menjadi anggota PBB pada September 1950.

Pada masa kabinet Sukiman (1951 – 1952) menempuh kebijakan menyimpang dari politik luar negeri yaitu pertukaran nota dengan duta besar AS di Indonesia, Merle Cochran. Nota tersebut berisi bantuan teknik, ekonomi dan militer dari AS dalam ikatan Mutual Security Act (MSA). Kebijakan ini mendapat reaksi dari berbagai pihak yang menilai pemerintah telah meninggalkan prinsip bebas aktif dan memasukkan Indonesia dalam salah satu blok/ kelompok.

Dalam pemerintahan Wilopo (1952 – 1953) dan selanjutnya tetap dilakukan kebijakan yang berdasarkan pada prinsip bebas aktif. Masa pemerintahan Ali I (1953 – 1955), pelaksanaan politik luar negeri tersebut lebih mendekatkan diri pada negara-negara Asia Afrika dan blok sosialis. Upaya menggalang solidaritas bangsa Asia Afrika ditujukan untuk membebaskan diri dari kolonialisme dan meredakan ketegangan dunia akibat perang dingin. Kebijakan ini tampak dari penyelenggaraan KAA tahun 1955 dan hasil-hasilnya.

Dalam pelaksanaan politik luar negeri tahun 1950an, selain aktif ikut menciptakan perdamaian dunia, Indonesia juga memiliki tujuan sesuai dengan amanat proklamasi. Tujuan tersebut adalah kemerdekaan Indonesia yang wilayahnya bekas jajahan Hindia Belanda. Pada saat itu, Irian barat masih dikuasai Belanda. Upaya membebaskan wilayah Irian Barat ditempuh melalui pertemuan bilateral (Indonesia – Belanda) dan multilateral (PBB). Melalui penyelenggaraan KAA tahun 1955, diambil keputusan KAA berupa Dasasila Bandung serta peserta mendukung sepenuhnya perjuangan Indonesia untuk mendapatkan kembali wilayah Irian Barat.

Hubungan Indonesia dengan Belanda memburuk karena Belanda menolak untuk merundingkan penyerahan Irian Barat (1956). Oleh karena itu ditempuh tindakan sepihak dengan tidak mau mengakui hutang negara seperti yang tercantum dalam isi KMB tahun 1949. Dalam suasana tersebut, kondisi dalam negeri mengalami gangguan keamanan. Timbul pemberontakan PRRI / Permesta tahun 1958. Dalam pemberontakan tersebut, nampak keterlibatan pihak asing dengan membantu pihak pemberontak. Peristiwa ini sedikit banyak akan mempengaruhi kebijakan luar negeri Indonesia.

Pada masa pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif berubah menjadi politik yang condong ke blok komunis. Hal ini nampak dari beberapa kebijakan misal dilakukannya kebijakan politik konfrontasi. Politik konfrontasi menciptakan negara Nefo ( New Emerging Forces) berhadapan dengan Oldefo (Old Established Forces). Konsep ini setingkat dengan doktrin komunis. Untuk mempererat hubungan diantara anggota Nefo, maka direncanakan kegiatan Ganefo.

Kondisi demikian berakibat hubungan Indonesia dengan Barat menjadi renggang, sedangkan hubungan dengan blok timur makin erat. Hal ini didasari pengalaman bahwa dalam perjuangan pembebasan Irian Barat, Belanda didukung oleh Amerika Serikat. Indonesia lebih mendapat dukungan dari Uni Sovyet. Keberhasilan dalam pembebasan Irian Barat, membuat Indonesia merasa cukup bangga dan nasionalismenya dalam tingkatan sangat tinggi. Dalam suasana demikian, Indonesia mencanangkan Dwikora yang menunjukkan politik konfrontasi sehubungan dengan pembentukan negara Malaysia. Politik ini menimbulkan konflik Indonesia – Malaysia dan reaksi dalam negeri sampai pecahnya Gerakan 30 September / PKI. Indonesia memutuskan keluar dari keanggotaan PBB.

Dengan demikian politik luar negeri yang bebas aktif, karena dilatarbelakangi berbagai faktor intern dan ekstern berubah menjadi politik konfrontasi dan cenderung memihak kepada blok komunis.

2. Sesudah peristiwa Gerakan 30 September / PKI

(13)

Indonesia yang lebih mengedepankan konsep pembangunan ekonomi, mengembangkan politik luar negeri yang bebas aktif. Hal ini dilakukan dengan harapan akan tercipta iklim yang kondusif bagi penyelenggaraan pembangunan ekonomi Indonesia. Adanya prioritas pembangunan ekonomi, mendorong pihak Indonesia mengembangkan hubungan dengan dunia internasional secara luas. Guna mendapatkan dana bantuan luar negeri, Indonesia merintis terbentuknya forum kerjasama bagi Indonesia yaitu IGGI (Inter Governmental Group on Indonesia) yang pada perkembangan berikutnya berubah menjadi CGI (Consultative Group on Indonesia ).

Dalam pelaksanaan politik bebas aktif, Indonesia bersama Philipina, Malaysia, Singapura dan Thailand merintis berdirinya organisasi regional ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967. Organisasi ini pada masa berikutnya akan mengambil peran penting dalam upaya meredakan ketegangan dunia dan mengatasi masalah regional Asia Tenggara. Akibat peristiwa G 30 S / PKI, maka Indonesia membekukan hubungan diplomatik dengan RRC. Kondisi ini berlangsung selama kurang lebih tiga dekade.

Indonesia terus mengembangkan politik luar negeri yang bebas dan aktif, dimana aktif ikut dalam berbagai organisasi regional maupun internasional. Organisasi OKI, OPEC, Non Blok dan sebagainya juga diikuti dengan baik dan prestasi yang membanggakan. Bahkan pada tahun 1992, Indonesia dipercaya menjadi penyelenggaraan KTT Gerakan Non Blok sekaligus menjadi Ketua selama tiga tahun. Suatu kepemimpinan dalam kondisi yang sulit, namun dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kondisi saat itu, perang dingin sudah selesai. Non Blok mengedepankan kegiatan dalam menjaga perdamaian dan mengembangkan hubungan timur – barat dan hubungan selatan – selatan serta hubungan utara – selatan.

Selain melalui organisasi regional dan internasional, Indonesia juga aktif menjaga perdamaian dunia. Indonesia ikut aktif menyumbangkan misi penjaga perdamaian dibawah PBB, melalui misi Garuda. Dalam konflik Vietnam, Indonesia mengiriman misi Garuda IV dan disusul beberapa misi berikutnya. Dalam konflik Kamboja Indonesia mengirimkan misi terbesar dalam sejarah dengan kontingen Garuda X tahun 1992 dan membawa nama harum Indonesia di dunia internasional.

Bahan Acuan :

Untuk mempelajari materi ini, silakan baca lebih lanjut :

CSIS. 1987. Analisa Tahun 1987.2. Tahun XVI no 2. Pebruari 1987

---. 1988. Analisa Tahun 1988.3. Tahun XVII no 3 Maret 1988

Djalinus Syah. 1985. Mengenal ASEAN dan Negara-Negara Anggotanya. Jakarta: Kreasi Jaya

Utama

---. 1988. Indonesia Dalam Abad 20 Jilid 2. Jogjakarta: Kanisius

Marwati Djoenod Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional

Indonesia Jilid V dan VI. Jakarta: Balai Pustaka

Mochtar Kusumaatmadja. 1983. Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaanya Dewasa

Ini. Bandung : Alumni

Nana Supriyatna. 2001. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum untuk SMU kelas III. Jakarta:

Grafindo Media Pratama

Negara dan Bangsa Jilid Khusus Pasca Komunis. 1989. Grolier International: Incorporated

PT. Widyadara

Ricklefs, MC. 1999. Sejarah Indonesia Modern. Jogjakarta: Gajah Mada University Press

Sardiman, AM. 1983. Analisis Kemenangan Komunis Vietnam dan Pengaruhnya terhadap

Perkembangan Politik di Asia Tenggara. Jogjakarta: Liberty

Suhartono dan Syamsul Rizal. 2007. Sejarah untuk SMA dan MA Kelas XII Program IPS.

Jakarta: Widya Utama

Disusun :

Eko Heru Prasetyo

email :

ekoheruprasty69@gmail.com

web :

www.sosiosejarah.com

Referensi

Dokumen terkait

Banyak perpustakaan memiliki akun media sosial dan banyak juga yang telah memposting informasi secara rutin, namun apakah posting-an tersebut dibaca atau mendapat respon

adalah imej yang ada pada sosok politik tersebut. Tiap anggota partai politik biasanya dipromosikan seara intens dan habis-habisan. Hal itu jelas terlihat dari

Dengan demikian sistem ekonomi koperasi merupakan suatu sistem ekonomi yang berbau sosialis dan liberalis, meski bau sosialisnya cenderung lebih dominan dengan proses

Background: The pathophysiology of acute coronary syndromes (ACS) is now accepted as the rupture or erosion of an atherosclerotic plaque, which initially occurs at the

[r]

[r]

Pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis, spesifik, algoritma, metode, dan kriteria untuk menentukan prosedur yang

model pembelajaran kooperatif tipe team accelerated instruction (TAI) diterapkan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak pokok bahasan akhlak terpuji, maka hasil belajar siswa