SKRIPSI
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI-PROVINSI DI INDONESIA
(METODE KOINTEGRASI)
OLEH
EKA PRATIWI LUMBANTORUAN 100501052
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI-PROVINSI DI INDONESIA
(METODE KOINTEGRASI)
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pola dan hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia (IPM) provinsi-provinsi di Indonesia selama periode 2004-2011.
Penelitian ini menggunakan metode Klassen Typology untuk melihat pola
hubungan dan metode Cointegration test untuk melihat hubungan jangka panjang
dengan bantuan program Eviews7.
Hasil penelitian dengan metode Klassen Typology menunjukkan ada 3
provinsi yang masuk kategori daerah cepat maju dan cepat tumbuh (kuadran I). Untuk kategori daerah yang berkembang cepat (kuadran II) sebanyak 17 provinsi dan masuk kategori daerah maju tetapi tertekan (kuadran III) sebanyak 10 provinsi. Sedangkan daerah yang masuk kategori relatif tertinggal (kuadran IV) sebanyak 3 provinsi. Sementara itu, dari hasil uji kointegrasi menunjukkan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) provinsi-provinsi di Indonesia.
ABSTRACT
ANALYSIS OF ECONOMIC GROWTH AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) PROVINCES IN INDONESIA
(METHOD OF COINTEGRATION)
The purpose of this study is to see patterns and long-term relationship between economic growth and human development index (HDI) provinces in Indonesia during the period 2004-2011.
This study uses Klassen Typology to see the patterns and Cointegration test method to see the long-term relationship by using Eviews 7.
The results showed that by using Klassen Typology, there are 3 provinces in the category of fast forward and fast growing (quadrant I). For the category of fast growing area (quadrant II) there are 17 provinces and regions in the category of advanced but depressed (quadrant III) by 10 provinces. For the category of relatively underdeveloped (quadrant IV) there are 3 provinces. Meanwhile, the results of cointegration test showed a long-term equilibrium relationship between Economic Growth and Human Development Index (HDI) in the Indonesian provinces.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan rahmatNya yang memberikan kesempatan untuk menjalani
masa perkuliahan hingga tahapan penyelesaian skripsi seperti sekarang ini di
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini diberikan judul “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi-Provinsi di Indonesia (Metode
Kointegrasi)”. Penulisan ini didasari ketertarikan terhadap hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan yang terjadi di 33 provinsi di
Indonesia, serta sebagai salah satu unsur penting dalam pemenuhan nilai-nilai
tugas dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, tidak lupa penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Almarhum Ayah tercinta Drs. Altur Lumbantoruan dan Ibu tersayang Mawar
br. Simanjuntak serta ketiga kakak penulis yaitu Rery Lumbantoruan, Ivo
Lumbantoruan, Nova Lumbantoruan dan abang Robless Lumbantoruan yang
terus mendukung penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi
Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Irsyad, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
Bapak Paidi Hidayat, SE. M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus
sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
masukan, saran, dan bimbingan yang baik kepada penulis dari awal hingga
selesainya penulisan skripsi ini.
5. Bapak
memberikan bimbingan selama masa perkuliahan penulis.
6. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Dr. Rujiman, MA selaku
dosen pembanding yang telah memberikan masukan dan saran yang baik
kepada penulis.
7. Seluruh teman-teman dan pihak yang telah banyak membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan segala kritikan dan saran yang bersifat membangun agar bisa lebih baik lagi di kesempatan yang akan datang.
Medan, Maret 2014 Penulis
NIM. 100501052
DAFTAR ISI
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 6
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ... 7
2.2 Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) ... 9
2.2.1 Defenisi Indeks Pembangunan Manusia... 9
2.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia ... 11
2.3.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pembangunan Manusia ... 11
2.3.2 Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi... 12
2.4 Penelitian Sebelumnya ... 14
2.5 Kerangka Konseptual ... 15
2.6 Hipotesis Penelitian ... 16
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 17
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 17
3.3 Metode Analisis ... 18
3.3.1 Tipologi Klassen (Klassen Typology) ... 18
3.3.2 Uji Akar Unit (Unit Root test) ... 19
3.3.3 Uji Kointegrasi (Cointegration test) ... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Indonesia ... 23
4.1.1 Keadaan Geografis ... 23
4.1.2 Keadaan Demografi ... 24
4.2 Kondisi Perekonomian Indonesia... 27
4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 29
4.4 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia ... 33
4.5 Klasifikasi Daerah menurut Analisis Tipologi Klassen ... 38
4.6 Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia ... 41
4.7 Analisis Data ... 42
4.7.1 Hasil Uji Akar Unit ... 42
4.7.2 Hasil Uji Kointegrasi ... 44
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 46
5.2 Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
3.1 Klasifikasi Daerah Menurut Analisis Klassen Tipologi ... 19
4.1 Jumlah Penduduk Provinsi-Provinsi di Indonesia ………... 26
4.2 Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011,
Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun
2011. ... ... 27
4.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2011...…… 32
4.4 IPM 33 Provinsi di Indonesia Tahun 2004-2011 ……….… 34
4.5 Rata-Rata PDRB Per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi
33 Provinsi Indonesia Atas Dasar Harga Konstan
2000 Tahun 2005-2008 ... 38 4.6 Hasil Uji Akar Unit Variabel PertumbuhanEkonomi ... 43
4.7 Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) ... 43
4.8 HasilUji Kointegrasi antara Pertumbuhan Ekonomi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 16
4.1 Grafik Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
di Indonesia Tahun 2000-2009 ... 37
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 ProdukDomestik Regional BrutoAtasDasarHarga
Konstan 2000 MenurutProvinsi2004-2011……... 52
2 PDRB Per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi
33 provinsi Indonesia AtasDasar Harga
Konstan 2000 Tahun 2005-2008 ... 54
3 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan IPM
Provinsi di Indonesia Periode 2004-2011 ... 56 4 UjiAkar Unit VariabelPertumbuhan Ekonomi... 57
5 Uji Akar Unit Variabel Indeks Pembangunan
Manusia ... 59 6 Uji Kointegrasi antara Pertumbuhan Ekonomi
ABSTRAK
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI-PROVINSI DI INDONESIA
(METODE KOINTEGRASI)
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pola dan hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia (IPM) provinsi-provinsi di Indonesia selama periode 2004-2011.
Penelitian ini menggunakan metode Klassen Typology untuk melihat pola
hubungan dan metode Cointegration test untuk melihat hubungan jangka panjang
dengan bantuan program Eviews7.
Hasil penelitian dengan metode Klassen Typology menunjukkan ada 3
provinsi yang masuk kategori daerah cepat maju dan cepat tumbuh (kuadran I). Untuk kategori daerah yang berkembang cepat (kuadran II) sebanyak 17 provinsi dan masuk kategori daerah maju tetapi tertekan (kuadran III) sebanyak 10 provinsi. Sedangkan daerah yang masuk kategori relatif tertinggal (kuadran IV) sebanyak 3 provinsi. Sementara itu, dari hasil uji kointegrasi menunjukkan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) provinsi-provinsi di Indonesia.
ABSTRACT
ANALYSIS OF ECONOMIC GROWTH AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) PROVINCES IN INDONESIA
(METHOD OF COINTEGRATION)
The purpose of this study is to see patterns and long-term relationship between economic growth and human development index (HDI) provinces in Indonesia during the period 2004-2011.
This study uses Klassen Typology to see the patterns and Cointegration test method to see the long-term relationship by using Eviews 7.
The results showed that by using Klassen Typology, there are 3 provinces in the category of fast forward and fast growing (quadrant I). For the category of fast growing area (quadrant II) there are 17 provinces and regions in the category of advanced but depressed (quadrant III) by 10 provinces. For the category of relatively underdeveloped (quadrant IV) there are 3 provinces. Meanwhile, the results of cointegration test showed a long-term equilibrium relationship between Economic Growth and Human Development Index (HDI) in the Indonesian provinces.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat
kinerja perekonomian, baik di tingkat nasional maupun regional (daerah).
Menurut Todaro (dalam Yunitasari, 2007) pertumbuhan ekonomi didefinisikan
sebagai suatu proses dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian
meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang
semakin besar. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berada dalam kisaran angka 4% -
6,5% selama kurun waktu antara tahun 2000–2011.
Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan kapasitas
dalam jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan berbagai jenis barang
dan jasa kepada penduduk (Yunitasari, 2007). Menurut Todaro (2003) berbagai
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut diwujudkan dalam 3
komponen utama. Pertama, akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau
jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal
manusia atau sumberdaya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang
selanjutnya akan menambah jumlah angkatan kerja. Ketiga, kemajuan teknologi
yang dalam pengertian sederhananya terjadi karena ditemukannya cara-cara baru
atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani suatu pekerjaan (dalam
Pambudi, 2013).
Pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara tidak hanya didukung
tenaga kerja serta pemanfaatan kemajuan teknologi. Pembangunan manusia ini
dapat dilakukan dengan meningkatkan beberapa aspek yang penting bagi
kehidupan manusia, yaitu usia hidup, pengetahuan dan standar hidup layak.
Berdasarkan beberapa aspek tersebut, UNDP (United Nation Development
Programme) dalam Publikasi BPS telah menetapkan standar pengukuran
pembangunan sumber daya manusia yang dituangkan ke dalam Human
Development Indeks (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Indeks Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator untuk
mengukur taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk (Andaiyani, 2012). Kualitas
fisik tercermin dari angka harapan hidup sedangkan kualitas non fisik melalui
lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek huruf. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) sebagai salah satu indikator kesejahteraan
masyarakat ternyata semakin membaik selama dua dekade terkahir, meskipun laju
perbaikannya relatif tertinggal dibanding dengan negara-negara tetangga.
Berbeda dengan anggapan umum selama ini, ketimpangan pembangunan
manusia (IPM) di Indonesia ternyata cenderung semakin mengecil. Pada tahun
2011, IPM kawasan Sumatera, Jawa dan Bali pada umumnya berada di atas
rata-rata nasional (72,77). Sedangkan IPM kawasan di luar Jawa, Sumatera dan Bali
(Indonesia Tengah dan Timur) pada umumnya di bawah rata-rata nasional, kecuali
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara. Sementara itu, daerah
tertinggal seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Papua juga
telah mengalami kemajuan tingkat IPM yang lebih pesat dibanding daerah
Pertumbuhan ekonomi meningkatkan persediaan sumberdaya yang
dibutuhkan pembangunan manusia. Peningkatan sumberdaya bersama dengan
alokasi sumberdaya yang tepat serta distribusi peluang yang semakin luas,
khususnya kesempatan kerja akan mendorong pembangunan manusia lebih baik.
Hal ini berlaku juga sebaliknya, pembangunan manusia mendorong peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Tingkat pembangunan manusia yang tinggi sangat
menentukan kemampuan penduduk dalam menyerap dan mengelola
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, baik kaitannya dengan teknologi maupun terhadap
kelembagaan sebagai sarana penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
(Ramirez, et.al, 1998; Brata, 2004 dalam Matahariku1, 2009).
Dalam Indonesian Human Development Report 2004 disebutkan bahwa
perkembangan pembangunan manusia di Indonesia selama ini sangat tergantung
pada pertumbuhan ekonomi dari awal 1970-an sampai akhir 1990-an.
Pertumbuhan tersebut memungkinkan manusia untuk mengalokasikan
pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan. Menurut Ramirez dkk, kendati
adanya hubungan dua arah (two-ways relationship) antara modal manusia dan
pertumbuhan ekonomi itu sudah diterima secara luas namun faktor-faktor spesifik
yang menghubungkannya masih kurang dieksplorasi secara sistematis.
Dengan demikian keterkaitan pembangunan manusia dan pertumbuhan
ekonomi dapat dipahami dari 2 (dua) arah, yaitu pengaruh dari pertumbuhan
ekonomi terhadap pembangunan manusia dan pengaruh dari pembangunan
manusia terhadap pertumbuhan ekonomi. Keterkaitan antara pertumbuhan
namun ditentukan oleh sejauhmana peranan faktor-faktor yang menghubungkan
kedua konsep tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengamati
hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia dan
mengkaji lebih dalam lagi tentang “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi-Provinsi di Indonesia (Metode
Kointegrasi)”.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa
rumusan masalah yang dapat dijadikan sebagai dasar kajian dalam penelitian yang
akan dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah penulisan skripsi ini. Selain
itu, perumusan masalah ini diperlukan sebagai cara untuk mengambil keputusan di
akhir penulisan skripsi. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat hubungan kointegrasi (keseimbangan jangka panjang)
antara pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
provinsi-provinsi di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara
pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
provinsi-provinsi di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
2. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara terutama bagi mahasiswa/i Departemen
Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya
dalam cabang ilmu ekonomi makro.
3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya,
sekaligus untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis.
4. Sebagai bahan tambahan dan pelengkap terhadap penelitian yang sudah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian
suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi menurut Prof. Simon Kuznets (dalam Irawan,
2009) adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya.
Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian
kelembagaan dan ideologi yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga)
komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari
meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju
merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat
pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada
penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan
adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.
pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang.
Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan
jangka panjang. Boediono (1999) menyebutkan secara lebih lanjut bahwa
Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output perkapita”. Dalam
pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP
dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek
tersebut dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan.
Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif
jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut
output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara
lain sebagai berikut:
1. Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga
dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung
kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan
memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses
pembangunan.
2. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam
saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak
didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber
daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya
kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan
kekayaan laut.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja
yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian
aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat
pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
4. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi
yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong
proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan.
Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras
dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat
menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros,
KKN, dan sebagainya.
5. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
2.2 Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
2.2.1 Defenisi Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan
dari angka
semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah
sebuah negara adal
terhadap kualitas hidup.
UNDP (United Nation Development Programme) mendefinisikan
pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan
bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan
akhir (the ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai
sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah
produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995 dalam
Shinegi, 2013). Secara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Produktivitas
Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan
Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari
model pembangunan manusia.
2. Pemerataan
Penduduk harus memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses
terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang
memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus,
sehingga mereka dapat mengambil menfaat dan berpartisipasi dalam kegiatan
produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
3. Kesinambungan
Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya
untuk generasi saat ini, tetapi juga generasi yang akan datang. Semua sumber
daya fisik, manusia, dan lingkungan harus selalu diperbaharui.
4. Pemberdayaan
Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan
menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan
mengambil manfaat dari proses pembangunan.
Satu hal yang sering kali dikaitkan dengan pembangunan manusia adalah
pertumbuhan ekonomi. Para ahli ekonomi banyak mengamati sejauh mana
hubungan dan pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan manusia.
Demikian pula halnya dengan UNDP yang menyatakan bahwa hingga akhir tahun
1990-an, pembangunan manusia di Indonesia ditentukan oleh pertumbuhan
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan
kesehatan yang lebih baik.
2.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia
2.3.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pembangunan Manusia
Aktivitas rumah tangga memberikan kontribusi yang besar terhadap
peningkatan indikator pembangunan manusia melalui belanja rumah tangga untuk
makanan, air bersih, pemeliharaan kesehatan dan sekolah (UNDP, 1996: Ramirez
dkk, 1998 dalam Ranis, 2004). Kecenderungan aktivitas rumah tangga untuk
membelanjakan sejumlah faktor yang langsung berkaitan dengan indikator
pembangunan manusia di atas dipengaruhi oleh tingkat dan distribusi pendapatan,
tingkat pendidikan serta sejauhmana peran perempuan dalam mengontrol
pengeluaran rumah tangga.
Ketika tingkat pendapatan atau PDB per kapita rendah akibat dari
pertumbuhan ekonomi yang rendah, menyebabkan pengeluaran rumah tangga
untuk peningkatan pembangunan manusia menjadi turun. Begitu juga sebaliknya,
tingkat pendapatan yang relatif tinggi cenderung meningkatkan belanja rumah
tangga untuk peningkatan pembangunan manusia. Sebagaimana yang dinyatakan
oleh Ranis (2004), bahwa pertumbuhan ekonomi memberikan manfaat langsung
terhadap peningkatan pembangunan manusia melalui peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendapatan akan meningkatkan alokasi belanja rumah tangga untuk
makanan yang lebih bergizi dan pendidikan, terutama pada rumah tangga miskin.
Selain ditentukan oleh tingkat pendapatan per kapita penduduk, distribusi
kontribusi terhadap peningkatan pembangunan manusia. Pada saat distribusi
pendapatan buruk atau terjadi ketimpangan pendapatan menyebabkan banyak
rumah tangga mengalami keterbatasan keuangan. Akibatnya mengurangi
pengeluaran untuk pendidikan yang lebih tinggi dan makanan yang mengandung
gizi baik (Ramirez et.al, 1998). Pengeluaran lebih banyak ditujukan untuk
mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung banyak asupan gizi dan nutrisi
yang baik (UNDP, 1996). Dengan demikian, jika terjadi perbaikan dalam
distribusi pendapatan akan menyebabkan penduduk miskin memperoleh
pendapatan yang lebih baik. Peningkatan pendapatan pada penduduk miskin
mendorong mereka untuk membelanjakan pengeluaran rumah tangganya agar
dapat memperbaiki kualitas kesehatan dan pendidikan anggota keluarga.
2.3.2 Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pembangunan manusia yang relatif tinggi akan mempengaruhi
kinerja pertumbuhan ekonomi melalui kapabilitas penduduk dan konsekuensinya
adalah peningkatan produktivitas dan kreativitas masyarakat. Dengan
meningkatnya produktivitas dan kreativitas tersebut, penduduk dapat menyerap
dan mengelola sumberdaya yang penting bagi pertumbuhan ekonomi (Brata,
2004).
Pengaruh pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi melalui
peningkatan kualitas sumberdaya manusia atau dalam ilmu ekonomi lazim disebut
mutu modal manusia (Ranis, 2004). Peningkatan kualitas modal manusia dapat
tercapai apabila memperhatikan 2 faktor penentu yang seringkali disebutkan
Pada level mikro, peningkatan pendidikan seseorang dikaitkan dengan
peningkatan pendapatan atau upah yang diperoleh. Apabila upah mencerminkan
produktivitas, maka semakin banyak orang yang memiliki tingkat pendidikan
tinggi maupun pengalaman pelatihan-pelatihan banyak, semakin tinggi
produktivitasnya dan hasilnya ekonomi nasional akan tumbuh lebih tinggi.
Dalam perspektif yang lebih makro, pendidikan dikaitkan langsung
dengan pertumbuhan ekonomi. Disamping pendidikan, kesehatan juga memiliki
peranan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh kesehatan terhadap
pertumbuhan ekonomi terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh secara tidak langsung faktor kesehatan terhadap pertumbuhan
ekonomi umumnya melalui beberapa cara, antara lain misalnya perbaikan
kesehatan penduduk akan meningkatkan partisipasi angkatan kerja, perbaikan
kesehatan dapat pula membawa perbaikan dalam tingkat pendidikan yang
kemudian menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi, ataupun perbaikan taraf
kesehatan mendorong bertambahnya jumlah penduduk yang akan berpengaruh
terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja. Tingkat kesehatan yang baik akan
mempengaruhi penguasaan keterampilan dan kemampuan mengendalikan
tekanan, sehingga mampu mengembangkan intensitas riset dan karenanya
kemajuan teknologi akan tercapai. Kemajuan teknologi ini akan mempengaruhi
kemampuan produksi barang dan jasa yang pada akhirnya akan berpengaruh
2.4 Penelitian Sebelumnya
Aisyah (2004) dalam Triariani (2013) melakukan penelitian tentang
Keterkaitan Antara Indikator Pembangunan Ekonomi (PDRB) dan Indikator
Pembangunan Manusia (IPM) dalam Perekonomian Indonesia. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat gambaran ketimpangan antarwilayah dari
berbagai indikator pembangunan ekonomi dan IPM serta menganalisis keterkaitan
antar indikator pembangunan ekonomi dan IPM. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa daerah yang kaya akan sumber dayaalam dan daerah-daerah
kantong-kantong industri, perdagangan, dan jasa memiliki nilai PDRB per kapita yang
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain yang tidak mempunyai
kelebihan-kelebihan tersebut. Penelitian ini menyarankan bahwa untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, maka kebijakan pemerataan yang diambil sebaiknya
kebijakan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kualitas
manusia secara beriringan.
Ilmalia (2005) dalam Yunitasari (2007) melakukan penelitian dengan judul
Analisis Peranan Sektor Pendidikan terhadap Perekonomian Indonesia. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 2000, alokasioutput sektor
pendidikan terutama jasa, pengeluaran pemerintah lebih banyakdigunakan untuk
keperluan konsumsi dibandingkan dengan keperluan produksi.Sektor pendidikan
memerlukan lebih banyak input dalam bentuk input primer (upah dan gaji),
daripada input antara dan input yang diimpor. Dilihat dari nilai multipliernya,
sektor jasa pengeluaran pemerintah cukup memiliki kemampuan untuk
Jurnal penelitian yang ditulis oleh Aloysius Gunandi Brata (2002)
yangberjudul “Pembangunan Manusia Dan Kinerja Ekonomi Regional Di
Indonesia”. Estimasi model menggunakan metode two-stage least square (TSLS)
dengan maksud untuk meminimalkan bias simultan yang ada dalam model
simultan. Hasil estimasi memberikan bukti adanya hubungan dua arah antara
pembangunan manusia dan pembangunan ekonomi regional di Indonesia,
termasuk di masa krisis. Pembangunan manusia yang berkualitas mendukung
pembangunan ekonomi dan sebaliknya kinerja ekonomi yang baik mendukung
pembangunan manusia. Namun dalam masing-masing hubungan ini juga disertai
dengan berperannya variabel lainnya seperti peran perempuan dan tingkat
ketersediaan sumber daya alam.
Hasil regresi Ratno Siregar (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
Analisis Kausalitas antara Pembangunan Manusia denganPertumbuhan Ekonomi
di Sumatera Utara menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan timbal balik
antara PDRB dan IPM.
2.5 Kerangka Konseptual
Berdasarkan perumusan masalah, metode penelitian dan tujuan penelitian
Angka Harapan
Hidup
Tingkat Pendidikan Indeks Pembangunan Pertumbuhan
Manusia Ekonomi
Standar Hidup Layak
Analisis Kointegrasi
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Konseptual
Penulisan ini menjelaskan hubungan pertumbuhan ekonomi dan indeks
pembangunan manusia di Indonesia. Adapun ruang lingkup kajiannya lebih
diarahkan terhadap hubungan kointegrasi atau suatu hubungan jangka panjang
antara variabel-variabel yang meskipun secara individual tidak stasioner, tetapi
kombinasi linier antara variabel tersebut menjadi stasionerantara pertumbuhan
ekonomi dan indeks pembangunan manusia provinsi-provinsi di Indonesia.
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di
atas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan
prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi penelitian
juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Metode
penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi-Provinsi di Indonesia (Metode
Kointegrasi) selama kurun waktu 2004-2011. Ruang lingkup penelitian ini
dilakukan di 33 provinsi di Indonesia.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini seluruhnya adalah data sekunder
yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet, catatan-catatan, serta sumber lain
yang berhubungan dengan masalah penelitian . Data sekunder adalah data yang
telah tersedia dan telah diproses oleh pihak-pihak lain sebagai hasil atas penelitian
yang telah dilakukan.
Penelitian ini menggunakan jenis data panel yaitu gabungan antara data
time series (selama 8 tahun yakni 2004 – 2011) dan data cross section untuk provinsi-provinsi sebanyak 33 provinsi, sehingga membentuk jumlah data yang
diobservasi sebanyak 264 data (33 provinsi selama periode 8 tahun). Sumber data
berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan data Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) provinsi-provinsi di Indonesia.
3.3 Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif
dengan menggunakan data panel. Model analisis yang digunakan untuk melihat
pola hubungan pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia (IPM)
provinsi-provinsi di Indonesia adalah analisis Tipologi Klassen (Klassen
Typology) dan untuk meneliti hubungan keseimbangan jangka panjang adalah uji
kointegrasi (Cointegration test). Pengujian kointegrasi dilakukan untuk
mengetahui apakah antar variabel dependen dengan variabel independennya
terdapat hubungan atau keterkaitan sehingga dapat digunakan sebagai estimasi
jangka panjang.
3.3.1 Tipologi Klassen (Klassen Typology)
Setiap daerah memiliki kemajuan dan pertumbuhan ekonomi yang
berbeda. Ada daerah yang mampu memacu kegiatan ekonominya sehingga dapat
tumbuh pesat dan ada pula daerah yang siklus ekonominya stagnan di satu titik
atau bahkan tumbuh negatif. Untuk dapat membandingkan tingkat kemajuan suatu
daerah dengan daerah lain dalam suatu lingkup referensi yang sama, maka dapat
Tabel 3.1
Klasifikasi Daerah Menurut Analisis Klassen Tipologi
y
r = Laju pertumbuhan ekonomi wilayah referensi y = PDRB perkapita wilayah referensi
Tipology Klassen melakukan pengolompokan wilayah berdasarkan dua karakteristik yang dimiliki daerah tersebut yaitu PDRB perkapita dan laju
pertumbuhan ekonomi. Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan
struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: daerah pertumbuhan cepat,
daerah sedang tumbuh, daerah tertekan dan daerah relatif tertinggal.
3.3.2 Uji Akar Unit (Unit Root test)
Untuk mengetahui apakah data panel yang digunakan stasioner atau tidak
stasioner, salah satu caranya yang dapat dilakukan adalah menggunakan uji akar
unit (unit root test). Panel data merupakan gabungan antara data time series dan
stasioner di data panel dengan uji stasioner di data time series, hal ini dikarenakan adanya pengaruh individual dan waktu.
Ide dasar uji unit root dalam panel data adalah pengembangan dari uji unit root dalam times series, yang dapat dijelaskan dalam model:
y
i,t=
ρ
ty
it+ x
itδ
it+ ε
it ... (3.1)i = 1, 2, ...., N (jumlah individu) t = 1, 2, ...., T (jumlah periode individu)
Jika diasumsikan α = ρ - 1 dengan lag pi dan bervariasi antar cross section,
maka uji hipotesisnya :
H0: α = 0 (mempunyai akar unit)
H1: α < 0 (tidak mempunyai akar unit)
Jika nilai ρt = 1 maka dikatakan bahwa variabel random Y mempunyai
akar unit (unit root). Jika data panel mempunyai akar unit maka dikatakan data
tersebut bergerak secara random (random walk) dan data yang mempunyai sifat
random walk dikatakan data tidak stasioner. Oleh karena itu jika kita melakukan regresi Yit pada lag Yit - 1dan mendapatkan nilai ρt = 1 maka data dikatakan tidak
stasioner. Inilah ide dasar uji akar unituntuk mengetahui apakah data stasioner
atau tidak. Formula uji unit root dengan dasar ADF adalah :
Δ Y
it= α Y
it-1+
tfΔY
it-f+ X
lit
δ
+ε
it ... (3.2)Jika diasumsikan α = ρ – 1 dengan lag pi dan bervariasi antar cross section,
maka uji hipotesisnya :
H0: α = 0 ( mempunyai akar unit)
Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara
membandingkan antara nilai statistik dengan nilai kritisnya. Jika nilai absolut
statistik lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan
stasioner dan jika sebaliknya, nilai absolut statistik lebih kecil dari nilai kritisnya
maka data tidak stasioner.
3.3.3 Uji Kointegrasi (Cointegration test)
Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang antara
variabel-variabel yang meskipun secara individual tidak stasioner, tetapi kombinasi linier
antara variabel tersebut menjadi stasioner. Terdapat perbedaan metode dalam
menguji kointegrasi data panel. Metode yang dapat digunakan untuk melakukan
uji kointegrasi adalah pengembangan dari uji kointegrasi di data time series, seperti metode Pedroni dan Koo (yang menggunakan dasar test kointegrasi Engle-Granger) dan Combined individual test (Fisher/Johansen).
Adapun formula regresi untuk melakukan uji kointegrasi yaitu :
Y
it= α
t+ δ
t+ β
1tX
1it+ β
2tX
2it+ ... + β
MtX
Mit+ ε
it... (3.3)
Kemudian kita dapatkan residualnya :
ε
it= ρ
itε
it-1 +u
it ... (3.4)atau
ε
it=
ρ
tε
it-1 + itΔε
it-1 +u
it ... (3.5)Dari hasil estimasi nilai statistiknya, kemudian dibandingkan dengan nilai
kritisnya. Nilai statistik diperoleh dari nilai
ρ
t. Jika nilai statistiknya lebih besarmempunyai hubungan jangka panjang dan sebaliknya maka variabel-variabel
yang diamati tidak berkointegrasi.
3.4 Defenisi Operasional
1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) merupakan indikator perkembangan
ekonomi daerah yang dihasilkan dari penjumlahan nilai output bersih seluruh
kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam satu tahun (dalam satuan Rp).
2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator tingkat
pembangunan manusia suatu wilayah, yang dihitung melalui perbandingan
dari angka
3. Angka harapan hidup merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat
ditempuh oleh seseorang selama hidup.
4. Tingkat pendididkan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas.
5. Standar hidup layak adalah tingkat kesejahteraan penduduk yang ditunjukkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Indonesia
4.1.1 Keadaan Geografis
Secara astronomis Indonesia terletak antara 6° 08’ Lintang Utara dan 11°
15’ Lintang Selatan dan antara 94° 45’-141° 05’ Bujur Timur dan dilalui oleh
garis ekuator atau garis khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 0°.
Berdasarkan posisi geografisnya, negara Indonesia memiliki batas-batas
yaitu batas utara adalah negara Malaysia, Singapura, Filipina dan Laut Cina
Selatan; batas selatan adalah negara Australia dan Samudera Hindia; batas barat
adalah Samudera Hindia; serta batas timur adalah negara Papua Nugini, Timor
Leste, dan Samudera Pasifik.
Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada diantara
Benua Asia dan Benua Australia, serta diantara Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik. Indonesia terdiri dari 33 provinsi yang terletak di lima pulau besar dan
empat kepulauan, yaitu:
1. Pulau Sumatera: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung.
2. Kepulauan Riau: Kepulauan Riau
3. Kepulauan Bangka Belitung: Kepulauan Bangka Belitung
4. Pulau Jawa: DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
5. Kepulauan Nusa Tenggara (Sunda Kecil): Bali, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur.
6. Pulau Kalimantan: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
dan Kalimantan Timur.
7. Pulau Sulawesi: Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,
dan Sulawesi Tenggara.
8. Kepulauan Maluku: Maluku dan Maluku Utara.
9. Pulau Papua: Papua dan Papua Barat.
4.1.2 Keadaan Demografi
Penduduk merupakan pelaku pembangunan yang memegang peranan
penting dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar merupakan
modal bagi kegiatan ekonomi, karena penduduk merupakan tenaga kerja yang
akan menghasilkan output dalam pembangunan. Akan tetapi jumlah penduduk
yang besar juga harus diimbangi dengan kualitas penduduk atau tenaga kerja yang
tinggi pula karena apabila jumlah penduduk besar, namun kualitasnya rendah akan
menjadi sumber masalah pembangunan yang harus mendapat perhatian dan
penanganan yang serius (BPS, 2006).
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 237.556.363 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Indonesia memiliki lebih kurang 17.000 buah pulau, dengan luas laut sekitar 7,9 juta km² atau sekitar 81 persen dari luas keseluruhan
Sulawesi sebesar 7 persen; Kalimantan sebesar 6 persen; Bali dan Nusa Tenggara sebesar 6 persen; dan Maluku dan Papua sebesar 3 persen. Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah adalah tiga provinsi dengan urutan teratas yang berpenduduk terbanyak, yaitu masing-masing berjumlah 43.021.826 jiwa, 37.476.011 jiwa, dan 32.380.687 jiwa. Sedangkan Provinsi Sumatera Utara merupakan wilayah yang terbanyak penduduknya di luar Jawa, yaitu sebanyak 12.985.075 jiwa.
Dengan luas wilayah Indonesia yang sekitar 1.910.931 km2, maka rata-rata
tingkat kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124 jiwa per km2. Provinsi
yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Provinsi DKI Jakarta, yaitu
sebesar 14.440 jiwa per km2. Sementara itu, provinsi yang paling rendah tingkat
kepadatan penduduknya adalah Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 8 jiwa per
km2.
Secara nasional, laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun selama
sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 1,49 persen. Berdasarkan Sensus Penduduk
(SP) tahun 1971-2010, jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan menjadi
dua kali lipat selama hampir 40 tahun dari sekitar 118 juta pada tahun 1971
menjadi 237 juta pada tahun 2010. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Papua
adalah yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia,
yaitu sebesar 5,46 persen. Selanjutnya diikuti oleh provinsi Kepulauan Riau (4,99
persen), Kalimantan Timur (3,80 persen), Papua Barat (3,72 persen), Riau (3,59
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Provinsi-Provinsi di Indonesia
4.2 Kondisi Perekonomian Indonesia
Secara nasional laju pertumbuhan PDB Indonesia 2000-2009 cenderung
meningkat meskipun perubahan tiap sektor bervariasi. Selama periode tersebut
pertumbuhan tertinggi terlihat pada sektor transportasi dan komunikasi sebesar
Provinsi Penduduk Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk
Ulang-alik/Ngelaju)
17,1% yang kemudian diikuti listrik, gas dan air 14,7%, jasa 7,4% serta industri
konstruksi 6,4%. Pada tahun 2009, sektor pertanian terus menurun yaitu 15,3%
dan sektor pertambangan dan penggalian juga menurun hingga 10,5%.
Tabel 4.2
Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011, Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik
Sebagaian besar penduduk Indonesia masih bergerak pada sektor
pertanian. Sektor pertanian pertumbuhannya fluktuatif yaitu rata-rata 4%,
meskipun sektor ini menampung lebih 40% tenaga kerja. Sejak krisis moneter
1998, jumlah penduduk bekerja di sektor pertanian meningkat mencapai hampir
50% pada tahun 2002. Pada Februari 2010, pekerja sektor pertanian mencapai
angka sebesar 42.83%. Transformasi perekonomian dari sektor primer ke industri
dan jasa belum berhasil, karena penyerapan tenaga kerja meningkat di sektor
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),
pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai nilai yang cukup baik sepanjang tahun
2011 yaitu sebesar 6,5 persen dengan pembentukan Produk Domestik Bruto
(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.931,3 triliun. Secara kumulatif,
PDB Indonesia pada 2011 berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 7.427,1 triliun,
sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp 2.463,2 triliun. Dengan melihat
pencapaian pertumbuhan ekonomi 2011 dengan realisasi PDB kuartal IV yang
sebesar Rp 624 triliun, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia tumbuh sebesar 6,46 persen dibandingkan periode yang sama pada
2010. Akan tetapi terjadi penurunan pada PDB kuartal IV sekitar 1,3% dari PDB
kuartal III 2011. Pertumbuhan ekonomi tersebut terjadi di semua sektor ekonomi.
Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi yang
tumbuh 10,7%, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 9,2%, sedangkan
sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan tumbuh 6,8%.
Jika dilihat dari sektor industri, penyumbang terbesar PDB 2011 berasal
dari industri pengolahan 24,3%, pertanian 14,7%, perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 13,8%. Meskipun sektor pertanian masih tumbuh, tetapi selama tiga tahun
berturut-turut pertumbuhan sektor pertanian terus menurun. Pertumbuhan industri
pertanian pada 2009 dan 2010 masing-masing 15,3%, sedangkan industri
pengolahan masing-masing 26,4% dan 24,8%. Sementara itu, dari sisi
penggunaan, laju PDB 2011 bisa dilihat dari pertumbuhan konsumsi rumah
tangga 4,7%, konsumsi pemerintah 3,2%, pembentukan modal tetap bruto
konsumsi rumah tangga, 9% belanja pemerintah, 32% PMTB, 26,3% ekspor, serta
impor 24,9%. Dilihat dari sisi distribusinya, PDB 2011 masih didominasi Pulau
Jawa sebesar 57,6%. Lalu diikuti oleh Pulau Sumatera 23,5%, Kalimantan 9,6%,
Sulawesi 4,6%, dan wilayah lain 4,7%.
4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran
ekonomi pada suatu saat, akan tetapi melihat bagaimana suatu perekonomian
berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi merupakan
tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini.
Pemerintah di negara manapun dapat segera jatuh atau bangun berdasarkan tinggi
rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapainya dalam catatan statistik
nasional.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi suatu negara/wilayah/daerah. PDRB adalah jumlah nilai
tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oelh seluruh unit
ekonomi. PDRB atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB
atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar
penghitungannya. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat
pergeseran struktur ekonomi, sedangkan harga konstan dapat digunakan untuk
Dengan demikian, PDRB merupakan indikator untuk mengukur sampai
sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang
ada, dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan.
Semakin tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber
penerimaan daerah tersebut.
Dalam menyusun rencana pembangunan yang baik, tentunya dibutuhkan
data statistik yang memuat informasi tentang kondisi riil suatu daerah pada tahun
tertentu. Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut provinsi,
provinsi DKI Jakarta memiliki PDRB terbesar dibandingkan 32 provinsi lainnya
di Indonesia selama delapan tahun sejak tahun 2004 hingga tahun 2011. Provinsi
yang memiliki PDRB tertinggi kedua adalah Provinsi Jawa Timur. Provinsi yang
memiliki PDRB terbesar ketiga selama delapan tahun terakhir adalah provinsi
Jawa Barat. PDRB Papua Barat atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah
sebesar 3,9 triliun, terus meningkat setiap tahunnya hingga menjadi sebesar 5,51
triliun pada tahun 2006. PDRB Papua Barat atas dasar harga konstan tersebut
berkembang sebesar 1,4 kali lipat antara kurun waktu 2000-2006.
Provinsi Aceh sempat mengalami fluktuasi PDRB pada tahun 2004 hingga
2009. Provinsi Aceh mengalami penurunan pada periode tahun 2004-2005,
2006-2007, dan 2008-2009 dan kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2010.
Provinsi yang memiliki PDRB terendah dibandingkan 32 provinsi di Indonesia
yaitu Provinsi Gorontalo. Selama enam tahun berturut-turut, provinsi ini memiliki
PDRB atas dasar harga konstan 2000 terendah yang hanya berkisar antara 1.892
Pulau Jawa menyumbang PDRB terbesar di Indonesia. PDRB pulau ini
selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2004 hingga tahun
2011. Sebaliknya Pulau Nusa Tenggara, Maluku dan Papua selalu berada di posisi
terendah dalam jumlah PDRB atas dasar harga konstan selama periode waktu
tersebut. Provinsi NTT memiliki daya saing yang sangat rendah jika dibandingkan
dengan 32 provinsi lain di Indonesia. Daya saing Provinsi NTT masih tertinggal
jauh di bawah daya saing nasional karena masih terhambat masalah kinerja
produksi, infrastruktur teknologi, tingkat kompetisi, standar perundangan serta
pelaksanaan hukum. Rendahnya kinerja produksi dan ketidaktersediaan
infrastruktur teknologi turut menyebabkan turunnya minat investor asing yang
berdampak pada rendahnya pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya
menyebabkan rendahnya penerimaan pajak pemerintah.
Adapun data BPS pada tahun 2006 mengenai penguasaan Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB) seluruh provinsi dan laju pertumbuhan PDRB
antar provinsi menunjukkan bahwa propinsi di Jawa dan Bali menguasai sekitar
65,49% dari seluruh PDRB, sedangkan provinsi di Sumatera menguasai sekitar
19,82%, provinsi di Kalimantan menguasai 6,35%, Sulawesi menguasai 4,51%,
dan provinsi di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua hanya 3,81%. Selain itu, laju
pertumbuhan PDRB provinsi di Jawa dan Bali pada tahun 2006 sebesar 5,75%,
provinsi di Sumatera sebesar 5,33%, provinsi di Kalimantan 3,75%, provinsi di
Sulawesi sebesar 6,95%, dan provinsi di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua
Tabel 4.3
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2011
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dengan demikian bila kita melihat seluruh PDRB provinsi Indonesia atas
harga konstan 2000, dapat disimpulkan bahwa adakalanya PDRB mengalami
penurunan. Adapun PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain kekayaan yang berupa sumber-sumber ekonomi
(kekayaan alam), jumlah penduduk dan kemampuan penduduk (SDM) dalam
menerapkan teknik produksi atau mengolah kekayaan yang dimiliki daerahnya.
Kecenderungan persebaran penguasaan PDRB dan laju pertumbuhan yang tidak
merata akan menyebabkan semakin timpangnya pembangunan antar wilayah.
4.4 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia
Pembangunan manusia telah menjadi tema utama dunia seiring dengan
diterbitkannya Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report)
pertama kali oleh PBB pada tahun 1990. Orientasi pembangunan bergeser dari
pembangunan ekonomi yang fokus pada pertumbuhan pendapatan semata menjadi
pembangunan berorientasi manusia. Manusia atau penduduk harus menikmati
hasil-hasil pembangunan secara nyata.
IPM atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran
perbandingan harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk
semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah
sebuah negara termasuk kategori negara maju, negara berkembang atau negara
terbelakang. Selain itu indeks ini juga menjadi parameter untuk melihat pengaruh
kebijakan ekonomi suatu negara terhadap kualitas rakyatnya.
Tabel 4.4
IPM 33 Provinsi di Indonesia Tahun 2004-2011
Laporan Pembangunan Manusia 2010 yang dikeluarkan UNDP
menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia berada di
peringkat 108 dari 169 negara yang tercatat. IPM merupakan indeks komposit
yang mencakup kualitas kesehatan, tingkat pendidikan, dan kondisi ekonomi
(pendapatan). Apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia
hanya berada di peringkat 6 dari 10 negara. Peringkat ini masih lebih rendah
daripada Singapura (27), Brunei Darussalam (37), Malaysia (57), Thailand (92),
dan Filipina (97). Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia
menurun pada tahun 2011 dibanding tahun 2010. Namun IPM-nya sendiri terus
naik.
Melalui tabel 4.3 terlihat bagaimana besaran dan ketimpangan IPM
antar-provinsi, yang relatif berkembang menurut pola tingkat nasional Indonesia,
meskipun perubahannya relatif kecil antara satu tahun dengan tahun yang lainnya.
IPM Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 0,43%
dibanding tahun sebelumnya. IPM Lampung berada di peringkat 21 dari 33
propinsi. Selain itu juga terlihat bahwa selama kurun waktu 2004-2011, DKI
Jakarta selalu menempati posisi atau peringkat tertinggi dengan IPM yang selalu
berada diatas angka 75. Sedangkan peringkat yang terendah diantara
provinsi-provinsi di Indonesia ditempati oleh provinsi-provinsi Nusa Tenggara Barat dan Papua.
Perkembangan IPM Provinsi Kalimantan Barat dalam kurun waktu 2004-2011
semakin membaik, IPM Provinsi Kalimantan Barat tahun 2011 mencapai
69,66masih rendah dibandingkan rata-rata IPM nasional (72,77), dengan ranking
nasional setelah Sulawesi Barat.Pada tahun 2011, urutan peringkat IPM provinsi
yang tertinggi adalah DKI Jakarta 77,97 kemudian disusul oleh yang kedua
Sulawesi Utara 76,54, yang ketiga Riau 76,53, selanjutnya DI Yogyakarta 76,32
dan seterusnya hingga ke 31 Nusa Tenggara Timur 67,75, yang ke 32 Nusa
Tenggara Barat 66,23 dan yang sangat terendah,yaitu yang ke 33 adalah Papua
65,36.
Terjadinya gelombang fluktuasi yang berbeda antara provinsi yang satu
dengan provinsi yang lain adalah sebagai akibat perbedaan keberhasilan dalam upaya
perbaikan atau peningkatan komponen-komponen IPM yang berbeda antar provinsi.
Secara umum pembangunan manusia di Indonesia selama periode
2004-2011 mengalami peningkatan meskipun pada periode 1996-1999 sempat
mengalami penurunan. Hal ini terkait erat dengan situasi perekonomian negara
yang memburuk sebagai dampak krisis ekonomi. Pada tahun 1996, setahun
setelah krisis IPM Indonesia mencapai angka 67,7. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan IPM beberapa negara di Asia Tenggara seperti Vietnam, Kamboja,
dan Myanmar. Namun, sejak krisis ekonomi pertengahan tahun 1997, IPM
Indonesia bergerak turun menjadi 64,3 pada tahun 1999, sehingga peringkat
Indonesia turun ke urutan ke 110 dari 177 negara yang sebelumnya diperingkat 99
Gambar 4.1
Grafik Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia Tahun 2004-2011
Pada grafik tersebut terlihat bahwa telah terjadi peningkatan IPM di
Indonesia setiap tahunnya. Perkembangan IPM menunjukkan peningkatan
pencapaian IPM seiring dengan membaiknya perekonomian negara. Jadi dapat
dikatakan bahwa, dengan adanya peningkatan IPM di Indonesia maka akan
berdampak pada perbaikan perekonomian suatu negara. Pada saat ini, kondisi IPM
di Indonesia cenderung mengalami peningkatan, besarnya nilai pencapaian yang
telah dicapai oleh Indonesia dalam meningkatkan IPM pada akhir tahun 2011
yaitu adalah sebesar 72,77. Selama periode 2005-2009, kondisi IPM di Indonesia
cenderung mengalami peningkatan yaitu 0,5% setiap tahunnya. Hal ini terjadi
karena adanya perubahan satu atau lebih komponen atau penurunan IPM dalam
periode tersebut. Perubahan yang dimaksud dapat berupa peningkatan atau
penurunan besaran dari komponen IPM yaitu angka harapan hidup (AHH), angka
4.5 Klasifikasi Daerah menurut Typology Klassen Analysis
Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengklasifikasikan
provinsi-provinsi di Indonesia menjadi empat karakteristik pertumbuhan ekonomi.
Tabel 4.5
Rata-Rata PDRB Per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi 33 Provinsi Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2008
17. Bali 6.616 4,8
18. NTT 2.413 2,4
19. NTB 3.755 1,3
20. Kalimantan Barat 6.165 4,0
21. Kalimantan Tengah 7.613 3,5
22. Kalimantan Selatan 7.499 3,8
23. Kalimantan Timur 32.974 0,3
24. Sulawesi Utara 6.428 5,6
25. Sulawesi Tengah 5.558 5,7
26. Sulawesi Selatan 5.264 5,3
27. Sulawesi Tenggara 4.473 5,5
28. Gorontalo 2.372 5,3
29. Sulawesi Barat 3.432 6,2
30. Maluku 2.729 3,5
31. Maluku Utara 2.599 3,2
32. Papua Barat 8157 3,1
33. Papua 9.880 5,25
Rata-rata 8849 3,57
Sumber : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan data pada tabel diatas, maka 33 provinsi di Indonesia dapat
diklasifikasikan menjadi 4 klasifikasi sesuai dengan analisis Tipologi Klassen
Gambar 4.2
Klasifikasi Tipologi Klassen
Keterangan:
1 = DKI Jakarta 11 = Riau 21 = Sumatera Selatan 31 = Kalimantan 2 = Bengkulu 12 = Bangka Belitung 22 = Jambi Selatan
3 = Papua 13 = NTB 23 = Banten 32 = Kalimantan
4 = Sumatera Barat 14 = Aceh 24 = Sulawesi Selatan Tengah 5 = Gorontalo 15 = Yogyakarta 25 = Sulawesi Barat 33 = Kalimantan 6 = Jambi 16 = NTT 26 = Sulawesi Utara Barat 7 = Sumatera Utara 17 = Maluku Utara 27 = Bali
8 = Jawa Tengah 18 = Maluku 28 = Jawa Barat 9 = Kalimantan Timur 19 = Papua Barat 29 = Sulawesi Tengah 10 = Kepulauan Riau 20 = Lampung 30 = Sulawesi Tenggara
1. Kuadran I
Provinsi DKI Jakarta, Papua dan Bengkulu termasuk ke dalam kuadran I
memiliki rata-rata laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita daerah
yang lebih tinggi dibanding rata-rata nasional.
2. Kuadran II
Kuadran II merupakan daerah yang berkembang cepat, antara lain Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Lampung dan Sulawesi
Tenggara. Adapun provinsi-provinsi tersebut digolongkan ke dalam kuadran II
karena memiliki laju pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih tinggi dari laju
pertumbuhan ekonomi nasional tetapi pendapatan perkapitanya lebih rendah
dibandingkan nasional.
3. Kuadran III
Kuadran III merupakan daerah maju tetapi tertekan. Yang tergolong ke dalam
kuadran ini adalah Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Maluku, Maluku
Utara, Yogyakarta, NTT, NTB, Papua Barat, Bangka Belitung dan Aceh
karena daerah ini memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah tetapi
pendapatan perkapita lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional.
4. Kuadran IV
Kuadran IV yaitu daerah relatif tertinggal, merupakan daerah dengan laju
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding
rata-rata nasional. Adapun yang tergolong ke dalam kuadran IV ini antara lain
4.6 Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan
Manusia
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan
manusia dalam hal ini ditunjukkan melalui scatter plot. Scatter plot berfungsi untuk melakukan pengujian terhadap seberapa kuatnya hubungan antara dua
variabel serta menentukan jenis hubungan dari dua variabel tersebut apakah
hubungan positif, hubungan negatif ataupun tidak ada hubungan sama sekali
(Kho, 2013). Scatter plot atau scatter diagram adalah gambaran grafis yang terdiri dari titik-titik (point) dari nilai sepasang variabel (variabel X dan variabel Y) .
Dari hasil scatter plot yang diproses dengan Microsoft Excel seperti yang tertera pada lampiran 3, diperoleh nilai koefisien korelasi (r = 0,122). Artinya
hubungan yang terbentuk bersifat positif antara pertumbuhan ekonomi dan indeks
pembangunan manusia di seluruh provinsi di Indonesia. Semakin tinggi capaian
pembangunan manusia, maka semakin meningkat pula tingkat pertumbuhan
ekonomi provinsi-provinsi di Indonesia. Atau dengan kata lain, apabila nilai
variabel indeks pembangunan manusia ditingkatkan, maka akan meningkatkan
nilai variabel yang lain yaitu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila nilai
variabel indeks pembangunan manusia diturunkan, maka akan menurunkan nilai
variabel pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, korelasi yang terbentuk antara kedua
variabel tersebut berada pada tingkat yang rendah, terlihat dari nilai koefisien
4.7 Analisis Data
4.7.1 Hasil Uji Akar Unit
Dengan menggunakan program Eviews, dilakukan uji akar unit (unit root
test) untuk menguji apakah variabel pertumbuhan ekonomi dan indeks
pembangunan manusia (IPM) stasioner atau tidak. Data yang stasioner akan
mempunyai kecenderungan untuk menekan nilai rata-rata dan berfluktuasi di
sekitar nilai rata-ratanya (Enders, 1995). Dalam menganalisis data time series, uji kestasioneran data merupakan tahap yang sangat penting untuk melihat ada atau
tidaknya akar unit (unit root) yang terkandung diantara variabel, sehingga
hubungan diantara variabel menjadi valid. Begitu pula halnya dalam menganalisis
data panel diperlukan uji kestasioneran data karena data panel merupakan
gabungan antara data time series dan cross section. Ide dasar uji akar unit dalam data panel merupakan pengembangan dari uji akar unit (unit root) dalam data time series. Adanya pengaruh individual dan waktu menjadi perbedaan uji stasioner data antara data panel dengan data time series.
Untuk menentukan apakah data yang kita analisis telah stasioner atau tidak
adalah dengan membandingkan antara nilai statistik dengan nilai kritisnya. Jika
nilai absolut statistik lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang dianalisis
menunjukkan data stasioner dan jika sebaliknya, apabila nilai absolut statistik
Tabel 4.6
Hasil Uji Akar Unit Variabel Pertumbuhan Ekonomi
Method Statistic Prob.**
ADF - Fisher Chi-square 147.209 0.0000
ADF - Choi Z-stat -7.72557 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.7
Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Method Statistic Prob.**
ADF - Fisher Chi-square 78.9778 0.0002
ADF - Choi Z-stat -4.45139 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil uji akar unit untuk data panel terhadap variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 4.6 dan tabel 4.7. Dari tabel
hasil pengujian stasioneritas tersebut, ditunjukkan bahwa variabel pertumbuhan
ekonomi memiliki koefisien sebesar 147.209 dengan probabilitas lebih kecil dari
0.05 maka null hypothesis yang menyatakan bahwa data tidak stasioner ditolak. Begitu pula halnya dengan variabel indeks pembangunan manusia (IPM) yang
memiliki koefisien 78.9778 dan probabilitas yang juga lebih kecil dari 0.05
sehingga null hypothesis juga ditolak, sehingga variabel indeks pembangunan
manusia adalah stasioner atau dengan kata lain tidak memiliki akar unit.
Adapun kedua variabel yang diuji kestasionerannya yaitu variabel
pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia telah stasioner pada
derajat integrasi yang berbeda. Variabel pertumbuhan ekonomi stasioner pada
derajat integrasi pertama I(1) sedangkan variabel indeks pembangunan manusia
4.7.2 Hasil Uji Kointegrasi
Variabel-variabel dikatakan berkointegrasi apabila variabel-variabel
tersebut menggambarkan atau mengindikasikan adanya keseimbangan jangka
panjang diantara variabel tersebut. Adapun metode yang dapat digunakan untuk
melakukan uji kointegrasi adalah pengembangan dari uji kointegrasi pada data
time series seperti metode Pedroni dan Koo (yang menggunakan dasar test kointegrasi Engle-Granger) dan Combined individual test (Fisher/Johansen).
Pedroni mengemukakan adanya tujuh bentuk statistik panel kointegrasi,
terdiri dari empat uji yang berbasis pada pooling untuk keseluruhan dimensi
(within-dimension) dan tiga uji yang berbasis pada pooling antar dimensi (between-dimension). Uji statistik pada within-dimesion didasarkan pada estimator
dimana efektivitas koefisien autoregressive pool antar perbedaan anggota
terhadap uji akar unit residual estimasi, sedangkan uji statistik bagi kategori
between-dimension didasarkan pada estimator dimana rata-rata koefisien estimasi secara individu pada setiap anggota. Pada kategori within-dimension, tiga dari empat bentuk uji menggunakan koreksi non-paramatric yang dapat dilakukan
dengan ADF-test.
Hasil pengujian panel kointegrasi dengan pendekatan non parametrics
(tabel 4.8) yang menunjukkan bahwa Panel v-Statistic memiliki koefisien -0.3607 sedangkan Panel rho-Statistic memiliki koefisien kointegrasi sebesar -0.5553.
Selanjutnya koefisien kointegrasi dengan menggunakan Panel PP-Statistic