• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi-Provinsi di Indonesia (Metode Kointegrasi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi-Provinsi di Indonesia (Metode Kointegrasi)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI-PROVINSI DI INDONESIA

(METODE KOINTEGRASI)

OLEH

EKA PRATIWI LUMBANTORUAN 100501052

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI-PROVINSI DI INDONESIA

(METODE KOINTEGRASI)

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pola dan hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia (IPM) provinsi-provinsi di Indonesia selama periode 2004-2011.

Penelitian ini menggunakan metode Klassen Typology untuk melihat pola

hubungan dan metode Cointegration test untuk melihat hubungan jangka panjang

dengan bantuan program Eviews7.

Hasil penelitian dengan metode Klassen Typology menunjukkan ada 3

provinsi yang masuk kategori daerah cepat maju dan cepat tumbuh (kuadran I). Untuk kategori daerah yang berkembang cepat (kuadran II) sebanyak 17 provinsi dan masuk kategori daerah maju tetapi tertekan (kuadran III) sebanyak 10 provinsi. Sedangkan daerah yang masuk kategori relatif tertinggal (kuadran IV) sebanyak 3 provinsi. Sementara itu, dari hasil uji kointegrasi menunjukkan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) provinsi-provinsi di Indonesia.

(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF ECONOMIC GROWTH AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) PROVINCES IN INDONESIA

(METHOD OF COINTEGRATION)

The purpose of this study is to see patterns and long-term relationship between economic growth and human development index (HDI) provinces in Indonesia during the period 2004-2011.

This study uses Klassen Typology to see the patterns and Cointegration test method to see the long-term relationship by using Eviews 7.

The results showed that by using Klassen Typology, there are 3 provinces in the category of fast forward and fast growing (quadrant I). For the category of fast growing area (quadrant II) there are 17 provinces and regions in the category of advanced but depressed (quadrant III) by 10 provinces. For the category of relatively underdeveloped (quadrant IV) there are 3 provinces. Meanwhile, the results of cointegration test showed a long-term equilibrium relationship between Economic Growth and Human Development Index (HDI) in the Indonesian provinces.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan rahmatNya yang memberikan kesempatan untuk menjalani

masa perkuliahan hingga tahapan penyelesaian skripsi seperti sekarang ini di

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini diberikan judul “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi-Provinsi di Indonesia (Metode

Kointegrasi)”. Penulisan ini didasari ketertarikan terhadap hubungan antara

pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan yang terjadi di 33 provinsi di

Indonesia, serta sebagai salah satu unsur penting dalam pemenuhan nilai-nilai

tugas dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, tidak lupa penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Almarhum Ayah tercinta Drs. Altur Lumbantoruan dan Ibu tersayang Mawar

br. Simanjuntak serta ketiga kakak penulis yaitu Rery Lumbantoruan, Ivo

Lumbantoruan, Nova Lumbantoruan dan abang Robless Lumbantoruan yang

terus mendukung penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi

(5)

Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Irsyad, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan

Bapak Paidi Hidayat, SE. M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus

sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan

masukan, saran, dan bimbingan yang baik kepada penulis dari awal hingga

selesainya penulisan skripsi ini.

5. Bapak

memberikan bimbingan selama masa perkuliahan penulis.

6. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Dr. Rujiman, MA selaku

dosen pembanding yang telah memberikan masukan dan saran yang baik

kepada penulis.

7. Seluruh teman-teman dan pihak yang telah banyak membantu baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan segala kritikan dan saran yang bersifat membangun agar bisa lebih baik lagi di kesempatan yang akan datang.

Medan, Maret 2014 Penulis

NIM. 100501052

(6)

DAFTAR ISI

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 6

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ... 7

2.2 Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) ... 9

2.2.1 Defenisi Indeks Pembangunan Manusia... 9

2.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia ... 11

2.3.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pembangunan Manusia ... 11

2.3.2 Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi... 12

2.4 Penelitian Sebelumnya ... 14

2.5 Kerangka Konseptual ... 15

2.6 Hipotesis Penelitian ... 16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 17

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 17

3.3 Metode Analisis ... 18

3.3.1 Tipologi Klassen (Klassen Typology) ... 18

3.3.2 Uji Akar Unit (Unit Root test) ... 19

3.3.3 Uji Kointegrasi (Cointegration test) ... 21

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Indonesia ... 23

4.1.1 Keadaan Geografis ... 23

4.1.2 Keadaan Demografi ... 24

4.2 Kondisi Perekonomian Indonesia... 27

4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 29

4.4 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia ... 33

4.5 Klasifikasi Daerah menurut Analisis Tipologi Klassen ... 38

4.6 Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia ... 41

4.7 Analisis Data ... 42

4.7.1 Hasil Uji Akar Unit ... 42

4.7.2 Hasil Uji Kointegrasi ... 44

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

3.1 Klasifikasi Daerah Menurut Analisis Klassen Tipologi ... 19

4.1 Jumlah Penduduk Provinsi-Provinsi di Indonesia ………... 26

4.2 Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011,

Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun

2011. ... ... 27

4.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2011...…… 32

4.4 IPM 33 Provinsi di Indonesia Tahun 2004-2011 ……….… 34

4.5 Rata-Rata PDRB Per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi

33 Provinsi Indonesia Atas Dasar Harga Konstan

2000 Tahun 2005-2008 ... 38 4.6 Hasil Uji Akar Unit Variabel PertumbuhanEkonomi ... 43

4.7 Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) ... 43

4.8 HasilUji Kointegrasi antara Pertumbuhan Ekonomi

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 16

4.1 Grafik Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

di Indonesia Tahun 2000-2009 ... 37

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 ProdukDomestik Regional BrutoAtasDasarHarga

Konstan 2000 MenurutProvinsi2004-2011……... 52

2 PDRB Per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi

33 provinsi Indonesia AtasDasar Harga

Konstan 2000 Tahun 2005-2008 ... 54

3 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan IPM

Provinsi di Indonesia Periode 2004-2011 ... 56 4 UjiAkar Unit VariabelPertumbuhan Ekonomi... 57

5 Uji Akar Unit Variabel Indeks Pembangunan

Manusia ... 59 6 Uji Kointegrasi antara Pertumbuhan Ekonomi

(11)

ABSTRAK

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI-PROVINSI DI INDONESIA

(METODE KOINTEGRASI)

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pola dan hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia (IPM) provinsi-provinsi di Indonesia selama periode 2004-2011.

Penelitian ini menggunakan metode Klassen Typology untuk melihat pola

hubungan dan metode Cointegration test untuk melihat hubungan jangka panjang

dengan bantuan program Eviews7.

Hasil penelitian dengan metode Klassen Typology menunjukkan ada 3

provinsi yang masuk kategori daerah cepat maju dan cepat tumbuh (kuadran I). Untuk kategori daerah yang berkembang cepat (kuadran II) sebanyak 17 provinsi dan masuk kategori daerah maju tetapi tertekan (kuadran III) sebanyak 10 provinsi. Sedangkan daerah yang masuk kategori relatif tertinggal (kuadran IV) sebanyak 3 provinsi. Sementara itu, dari hasil uji kointegrasi menunjukkan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) provinsi-provinsi di Indonesia.

(12)

ABSTRACT

ANALYSIS OF ECONOMIC GROWTH AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) PROVINCES IN INDONESIA

(METHOD OF COINTEGRATION)

The purpose of this study is to see patterns and long-term relationship between economic growth and human development index (HDI) provinces in Indonesia during the period 2004-2011.

This study uses Klassen Typology to see the patterns and Cointegration test method to see the long-term relationship by using Eviews 7.

The results showed that by using Klassen Typology, there are 3 provinces in the category of fast forward and fast growing (quadrant I). For the category of fast growing area (quadrant II) there are 17 provinces and regions in the category of advanced but depressed (quadrant III) by 10 provinces. For the category of relatively underdeveloped (quadrant IV) there are 3 provinces. Meanwhile, the results of cointegration test showed a long-term equilibrium relationship between Economic Growth and Human Development Index (HDI) in the Indonesian provinces.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat

kinerja perekonomian, baik di tingkat nasional maupun regional (daerah).

Menurut Todaro (dalam Yunitasari, 2007) pertumbuhan ekonomi didefinisikan

sebagai suatu proses dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian

meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang

semakin besar. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berada dalam kisaran angka 4% -

6,5% selama kurun waktu antara tahun 2000–2011.

Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan kapasitas

dalam jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan berbagai jenis barang

dan jasa kepada penduduk (Yunitasari, 2007). Menurut Todaro (2003) berbagai

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut diwujudkan dalam 3

komponen utama. Pertama, akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau

jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal

manusia atau sumberdaya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang

selanjutnya akan menambah jumlah angkatan kerja. Ketiga, kemajuan teknologi

yang dalam pengertian sederhananya terjadi karena ditemukannya cara-cara baru

atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani suatu pekerjaan (dalam

Pambudi, 2013).

Pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara tidak hanya didukung

(14)

tenaga kerja serta pemanfaatan kemajuan teknologi. Pembangunan manusia ini

dapat dilakukan dengan meningkatkan beberapa aspek yang penting bagi

kehidupan manusia, yaitu usia hidup, pengetahuan dan standar hidup layak.

Berdasarkan beberapa aspek tersebut, UNDP (United Nation Development

Programme) dalam Publikasi BPS telah menetapkan standar pengukuran

pembangunan sumber daya manusia yang dituangkan ke dalam Human

Development Indeks (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Indeks Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator untuk

mengukur taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk (Andaiyani, 2012). Kualitas

fisik tercermin dari angka harapan hidup sedangkan kualitas non fisik melalui

lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek huruf. Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) sebagai salah satu indikator kesejahteraan

masyarakat ternyata semakin membaik selama dua dekade terkahir, meskipun laju

perbaikannya relatif tertinggal dibanding dengan negara-negara tetangga.

Berbeda dengan anggapan umum selama ini, ketimpangan pembangunan

manusia (IPM) di Indonesia ternyata cenderung semakin mengecil. Pada tahun

2011, IPM kawasan Sumatera, Jawa dan Bali pada umumnya berada di atas

rata-rata nasional (72,77). Sedangkan IPM kawasan di luar Jawa, Sumatera dan Bali

(Indonesia Tengah dan Timur) pada umumnya di bawah rata-rata nasional, kecuali

Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara. Sementara itu, daerah

tertinggal seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Papua juga

telah mengalami kemajuan tingkat IPM yang lebih pesat dibanding daerah

(15)

Pertumbuhan ekonomi meningkatkan persediaan sumberdaya yang

dibutuhkan pembangunan manusia. Peningkatan sumberdaya bersama dengan

alokasi sumberdaya yang tepat serta distribusi peluang yang semakin luas,

khususnya kesempatan kerja akan mendorong pembangunan manusia lebih baik.

Hal ini berlaku juga sebaliknya, pembangunan manusia mendorong peningkatan

pertumbuhan ekonomi. Tingkat pembangunan manusia yang tinggi sangat

menentukan kemampuan penduduk dalam menyerap dan mengelola

sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, baik kaitannya dengan teknologi maupun terhadap

kelembagaan sebagai sarana penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi

(Ramirez, et.al, 1998; Brata, 2004 dalam Matahariku1, 2009).

Dalam Indonesian Human Development Report 2004 disebutkan bahwa

perkembangan pembangunan manusia di Indonesia selama ini sangat tergantung

pada pertumbuhan ekonomi dari awal 1970-an sampai akhir 1990-an.

Pertumbuhan tersebut memungkinkan manusia untuk mengalokasikan

pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan. Menurut Ramirez dkk, kendati

adanya hubungan dua arah (two-ways relationship) antara modal manusia dan

pertumbuhan ekonomi itu sudah diterima secara luas namun faktor-faktor spesifik

yang menghubungkannya masih kurang dieksplorasi secara sistematis.

Dengan demikian keterkaitan pembangunan manusia dan pertumbuhan

ekonomi dapat dipahami dari 2 (dua) arah, yaitu pengaruh dari pertumbuhan

ekonomi terhadap pembangunan manusia dan pengaruh dari pembangunan

manusia terhadap pertumbuhan ekonomi. Keterkaitan antara pertumbuhan

(16)

namun ditentukan oleh sejauhmana peranan faktor-faktor yang menghubungkan

kedua konsep tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengamati

hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia dan

mengkaji lebih dalam lagi tentang “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi-Provinsi di Indonesia (Metode

Kointegrasi)”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa

rumusan masalah yang dapat dijadikan sebagai dasar kajian dalam penelitian yang

akan dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah penulisan skripsi ini. Selain

itu, perumusan masalah ini diperlukan sebagai cara untuk mengambil keputusan di

akhir penulisan skripsi. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat hubungan kointegrasi (keseimbangan jangka panjang)

antara pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

provinsi-provinsi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara

pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

provinsi-provinsi di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

(17)

2. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara terutama bagi mahasiswa/i Departemen

Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya

dalam cabang ilmu ekonomi makro.

3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya,

sekaligus untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis.

4. Sebagai bahan tambahan dan pelengkap terhadap penelitian yang sudah

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian

suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama

periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses

kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk

kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi

keberhasilan pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi menurut Prof. Simon Kuznets (dalam Irawan,

2009) adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk

menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya.

Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian

kelembagaan dan ideologi yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga)

komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari

meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju

merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat

pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada

penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan

adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang

dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.

(19)

pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang.

Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan

jangka panjang. Boediono (1999) menyebutkan secara lebih lanjut bahwa

Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output perkapita”. Dalam

pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP

dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek

tersebut dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan.

Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif

jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut

output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara

lain sebagai berikut:

1. Faktor Sumber Daya Manusia

Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga

dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting

dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung

kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan

memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses

pembangunan.

2. Faktor Sumber Daya Alam

Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam

(20)

saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak

didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber

daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya

kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan

kekayaan laut.

3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja

yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin

canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian

aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat

pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.

4. Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi

yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong

proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan.

Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras

dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat

menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros,

KKN, dan sebagainya.

5. Sumber Daya Modal

Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan

(21)

modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan

ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

2.2 Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)

2.2.1 Defenisi Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan

dari angka

semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah

sebuah negara adal

terhadap kualitas hidup.

UNDP (United Nation Development Programme) mendefinisikan

pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan

bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan

akhir (the ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai

sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah

produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995 dalam

Shinegi, 2013). Secara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung

prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Produktivitas

Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan

(22)

Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari

model pembangunan manusia.

2. Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses

terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang

memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus,

sehingga mereka dapat mengambil menfaat dan berpartisipasi dalam kegiatan

produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

3. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya

untuk generasi saat ini, tetapi juga generasi yang akan datang. Semua sumber

daya fisik, manusia, dan lingkungan harus selalu diperbaharui.

4. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan

menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan

mengambil manfaat dari proses pembangunan.

Satu hal yang sering kali dikaitkan dengan pembangunan manusia adalah

pertumbuhan ekonomi. Para ahli ekonomi banyak mengamati sejauh mana

hubungan dan pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan manusia.

Demikian pula halnya dengan UNDP yang menyatakan bahwa hingga akhir tahun

1990-an, pembangunan manusia di Indonesia ditentukan oleh pertumbuhan

(23)

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan

kesehatan yang lebih baik.

2.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia

2.3.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pembangunan Manusia

Aktivitas rumah tangga memberikan kontribusi yang besar terhadap

peningkatan indikator pembangunan manusia melalui belanja rumah tangga untuk

makanan, air bersih, pemeliharaan kesehatan dan sekolah (UNDP, 1996: Ramirez

dkk, 1998 dalam Ranis, 2004). Kecenderungan aktivitas rumah tangga untuk

membelanjakan sejumlah faktor yang langsung berkaitan dengan indikator

pembangunan manusia di atas dipengaruhi oleh tingkat dan distribusi pendapatan,

tingkat pendidikan serta sejauhmana peran perempuan dalam mengontrol

pengeluaran rumah tangga.

Ketika tingkat pendapatan atau PDB per kapita rendah akibat dari

pertumbuhan ekonomi yang rendah, menyebabkan pengeluaran rumah tangga

untuk peningkatan pembangunan manusia menjadi turun. Begitu juga sebaliknya,

tingkat pendapatan yang relatif tinggi cenderung meningkatkan belanja rumah

tangga untuk peningkatan pembangunan manusia. Sebagaimana yang dinyatakan

oleh Ranis (2004), bahwa pertumbuhan ekonomi memberikan manfaat langsung

terhadap peningkatan pembangunan manusia melalui peningkatan pendapatan.

Peningkatan pendapatan akan meningkatkan alokasi belanja rumah tangga untuk

makanan yang lebih bergizi dan pendidikan, terutama pada rumah tangga miskin.

Selain ditentukan oleh tingkat pendapatan per kapita penduduk, distribusi

(24)

kontribusi terhadap peningkatan pembangunan manusia. Pada saat distribusi

pendapatan buruk atau terjadi ketimpangan pendapatan menyebabkan banyak

rumah tangga mengalami keterbatasan keuangan. Akibatnya mengurangi

pengeluaran untuk pendidikan yang lebih tinggi dan makanan yang mengandung

gizi baik (Ramirez et.al, 1998). Pengeluaran lebih banyak ditujukan untuk

mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung banyak asupan gizi dan nutrisi

yang baik (UNDP, 1996). Dengan demikian, jika terjadi perbaikan dalam

distribusi pendapatan akan menyebabkan penduduk miskin memperoleh

pendapatan yang lebih baik. Peningkatan pendapatan pada penduduk miskin

mendorong mereka untuk membelanjakan pengeluaran rumah tangganya agar

dapat memperbaiki kualitas kesehatan dan pendidikan anggota keluarga.

2.3.2 Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat pembangunan manusia yang relatif tinggi akan mempengaruhi

kinerja pertumbuhan ekonomi melalui kapabilitas penduduk dan konsekuensinya

adalah peningkatan produktivitas dan kreativitas masyarakat. Dengan

meningkatnya produktivitas dan kreativitas tersebut, penduduk dapat menyerap

dan mengelola sumberdaya yang penting bagi pertumbuhan ekonomi (Brata,

2004).

Pengaruh pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi melalui

peningkatan kualitas sumberdaya manusia atau dalam ilmu ekonomi lazim disebut

mutu modal manusia (Ranis, 2004). Peningkatan kualitas modal manusia dapat

tercapai apabila memperhatikan 2 faktor penentu yang seringkali disebutkan

(25)

Pada level mikro, peningkatan pendidikan seseorang dikaitkan dengan

peningkatan pendapatan atau upah yang diperoleh. Apabila upah mencerminkan

produktivitas, maka semakin banyak orang yang memiliki tingkat pendidikan

tinggi maupun pengalaman pelatihan-pelatihan banyak, semakin tinggi

produktivitasnya dan hasilnya ekonomi nasional akan tumbuh lebih tinggi.

Dalam perspektif yang lebih makro, pendidikan dikaitkan langsung

dengan pertumbuhan ekonomi. Disamping pendidikan, kesehatan juga memiliki

peranan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh kesehatan terhadap

pertumbuhan ekonomi terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

Pengaruh secara tidak langsung faktor kesehatan terhadap pertumbuhan

ekonomi umumnya melalui beberapa cara, antara lain misalnya perbaikan

kesehatan penduduk akan meningkatkan partisipasi angkatan kerja, perbaikan

kesehatan dapat pula membawa perbaikan dalam tingkat pendidikan yang

kemudian menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi, ataupun perbaikan taraf

kesehatan mendorong bertambahnya jumlah penduduk yang akan berpengaruh

terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja. Tingkat kesehatan yang baik akan

mempengaruhi penguasaan keterampilan dan kemampuan mengendalikan

tekanan, sehingga mampu mengembangkan intensitas riset dan karenanya

kemajuan teknologi akan tercapai. Kemajuan teknologi ini akan mempengaruhi

kemampuan produksi barang dan jasa yang pada akhirnya akan berpengaruh

(26)

2.4 Penelitian Sebelumnya

Aisyah (2004) dalam Triariani (2013) melakukan penelitian tentang

Keterkaitan Antara Indikator Pembangunan Ekonomi (PDRB) dan Indikator

Pembangunan Manusia (IPM) dalam Perekonomian Indonesia. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk melihat gambaran ketimpangan antarwilayah dari

berbagai indikator pembangunan ekonomi dan IPM serta menganalisis keterkaitan

antar indikator pembangunan ekonomi dan IPM. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa daerah yang kaya akan sumber dayaalam dan daerah-daerah

kantong-kantong industri, perdagangan, dan jasa memiliki nilai PDRB per kapita yang

lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain yang tidak mempunyai

kelebihan-kelebihan tersebut. Penelitian ini menyarankan bahwa untuk meningkatkan

kualitas manusia Indonesia, maka kebijakan pemerataan yang diambil sebaiknya

kebijakan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kualitas

manusia secara beriringan.

Ilmalia (2005) dalam Yunitasari (2007) melakukan penelitian dengan judul

Analisis Peranan Sektor Pendidikan terhadap Perekonomian Indonesia. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 2000, alokasioutput sektor

pendidikan terutama jasa, pengeluaran pemerintah lebih banyakdigunakan untuk

keperluan konsumsi dibandingkan dengan keperluan produksi.Sektor pendidikan

memerlukan lebih banyak input dalam bentuk input primer (upah dan gaji),

daripada input antara dan input yang diimpor. Dilihat dari nilai multipliernya,

sektor jasa pengeluaran pemerintah cukup memiliki kemampuan untuk

(27)

Jurnal penelitian yang ditulis oleh Aloysius Gunandi Brata (2002)

yangberjudul “Pembangunan Manusia Dan Kinerja Ekonomi Regional Di

Indonesia”. Estimasi model menggunakan metode two-stage least square (TSLS)

dengan maksud untuk meminimalkan bias simultan yang ada dalam model

simultan. Hasil estimasi memberikan bukti adanya hubungan dua arah antara

pembangunan manusia dan pembangunan ekonomi regional di Indonesia,

termasuk di masa krisis. Pembangunan manusia yang berkualitas mendukung

pembangunan ekonomi dan sebaliknya kinerja ekonomi yang baik mendukung

pembangunan manusia. Namun dalam masing-masing hubungan ini juga disertai

dengan berperannya variabel lainnya seperti peran perempuan dan tingkat

ketersediaan sumber daya alam.

Hasil regresi Ratno Siregar (2007) dalam penelitiannya yang berjudul

Analisis Kausalitas antara Pembangunan Manusia denganPertumbuhan Ekonomi

di Sumatera Utara menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan timbal balik

antara PDRB dan IPM.

2.5 Kerangka Konseptual

Berdasarkan perumusan masalah, metode penelitian dan tujuan penelitian

(28)

Angka Harapan

Hidup

Tingkat Pendidikan Indeks Pembangunan Pertumbuhan

Manusia Ekonomi

Standar Hidup Layak

Analisis Kointegrasi

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Konseptual

Penulisan ini menjelaskan hubungan pertumbuhan ekonomi dan indeks

pembangunan manusia di Indonesia. Adapun ruang lingkup kajiannya lebih

diarahkan terhadap hubungan kointegrasi atau suatu hubungan jangka panjang

antara variabel-variabel yang meskipun secara individual tidak stasioner, tetapi

kombinasi linier antara variabel tersebut menjadi stasionerantara pertumbuhan

ekonomi dan indeks pembangunan manusia provinsi-provinsi di Indonesia.

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian

yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di

atas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan

prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi penelitian

juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Metode

penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi-Provinsi di Indonesia (Metode

Kointegrasi) selama kurun waktu 2004-2011. Ruang lingkup penelitian ini

dilakukan di 33 provinsi di Indonesia.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini seluruhnya adalah data sekunder

yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet, catatan-catatan, serta sumber lain

yang berhubungan dengan masalah penelitian . Data sekunder adalah data yang

telah tersedia dan telah diproses oleh pihak-pihak lain sebagai hasil atas penelitian

yang telah dilakukan.

Penelitian ini menggunakan jenis data panel yaitu gabungan antara data

time series (selama 8 tahun yakni 2004 – 2011) dan data cross section untuk provinsi-provinsi sebanyak 33 provinsi, sehingga membentuk jumlah data yang

diobservasi sebanyak 264 data (33 provinsi selama periode 8 tahun). Sumber data

(30)

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan data Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) provinsi-provinsi di Indonesia.

3.3 Metode Analisis

Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif

dengan menggunakan data panel. Model analisis yang digunakan untuk melihat

pola hubungan pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia (IPM)

provinsi-provinsi di Indonesia adalah analisis Tipologi Klassen (Klassen

Typology) dan untuk meneliti hubungan keseimbangan jangka panjang adalah uji

kointegrasi (Cointegration test). Pengujian kointegrasi dilakukan untuk

mengetahui apakah antar variabel dependen dengan variabel independennya

terdapat hubungan atau keterkaitan sehingga dapat digunakan sebagai estimasi

jangka panjang.

3.3.1 Tipologi Klassen (Klassen Typology)

Setiap daerah memiliki kemajuan dan pertumbuhan ekonomi yang

berbeda. Ada daerah yang mampu memacu kegiatan ekonominya sehingga dapat

tumbuh pesat dan ada pula daerah yang siklus ekonominya stagnan di satu titik

atau bahkan tumbuh negatif. Untuk dapat membandingkan tingkat kemajuan suatu

daerah dengan daerah lain dalam suatu lingkup referensi yang sama, maka dapat

(31)

Tabel 3.1

Klasifikasi Daerah Menurut Analisis Klassen Tipologi

y

r = Laju pertumbuhan ekonomi wilayah referensi y = PDRB perkapita wilayah referensi

Tipology Klassen melakukan pengolompokan wilayah berdasarkan dua karakteristik yang dimiliki daerah tersebut yaitu PDRB perkapita dan laju

pertumbuhan ekonomi. Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan

struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: daerah pertumbuhan cepat,

daerah sedang tumbuh, daerah tertekan dan daerah relatif tertinggal.

3.3.2 Uji Akar Unit (Unit Root test)

Untuk mengetahui apakah data panel yang digunakan stasioner atau tidak

stasioner, salah satu caranya yang dapat dilakukan adalah menggunakan uji akar

unit (unit root test). Panel data merupakan gabungan antara data time series dan

(32)

stasioner di data panel dengan uji stasioner di data time series, hal ini dikarenakan adanya pengaruh individual dan waktu.

Ide dasar uji unit root dalam panel data adalah pengembangan dari uji unit root dalam times series, yang dapat dijelaskan dalam model:

y

i,t

=

ρ

t

y

it

+ x

it

δ

it

+ ε

it ... (3.1)

i = 1, 2, ...., N (jumlah individu) t = 1, 2, ...., T (jumlah periode individu)

Jika diasumsikan α = ρ - 1 dengan lag pi dan bervariasi antar cross section,

maka uji hipotesisnya :

H0: α = 0 (mempunyai akar unit)

H1: α < 0 (tidak mempunyai akar unit)

Jika nilai ρt = 1 maka dikatakan bahwa variabel random Y mempunyai

akar unit (unit root). Jika data panel mempunyai akar unit maka dikatakan data

tersebut bergerak secara random (random walk) dan data yang mempunyai sifat

random walk dikatakan data tidak stasioner. Oleh karena itu jika kita melakukan regresi Yit pada lag Yit - 1dan mendapatkan nilai ρt = 1 maka data dikatakan tidak

stasioner. Inilah ide dasar uji akar unituntuk mengetahui apakah data stasioner

atau tidak. Formula uji unit root dengan dasar ADF adalah :

Δ Y

it

= α Y

it-1

+

tf

ΔY

it-f

+ X

l

it

δ

+

ε

it ... (3.2)

Jika diasumsikan α = ρ – 1 dengan lag pi dan bervariasi antar cross section,

maka uji hipotesisnya :

H0: α = 0 ( mempunyai akar unit)

(33)

Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara

membandingkan antara nilai statistik dengan nilai kritisnya. Jika nilai absolut

statistik lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan

stasioner dan jika sebaliknya, nilai absolut statistik lebih kecil dari nilai kritisnya

maka data tidak stasioner.

3.3.3 Uji Kointegrasi (Cointegration test)

Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang antara

variabel-variabel yang meskipun secara individual tidak stasioner, tetapi kombinasi linier

antara variabel tersebut menjadi stasioner. Terdapat perbedaan metode dalam

menguji kointegrasi data panel. Metode yang dapat digunakan untuk melakukan

uji kointegrasi adalah pengembangan dari uji kointegrasi di data time series, seperti metode Pedroni dan Koo (yang menggunakan dasar test kointegrasi Engle-Granger) dan Combined individual test (Fisher/Johansen).

Adapun formula regresi untuk melakukan uji kointegrasi yaitu :

Y

it

= α

t

+ δ

t

+ β

1t

X

1it

+ β

2t

X

2it

+ ... + β

Mt

X

Mit

+ ε

it

... (3.3)

Kemudian kita dapatkan residualnya :

ε

it

= ρ

it

ε

it-1 +

u

it ... (3.4)

atau

ε

it

=

ρ

t

ε

it-1 + it

Δε

it-1 +

u

it ... (3.5)

Dari hasil estimasi nilai statistiknya, kemudian dibandingkan dengan nilai

kritisnya. Nilai statistik diperoleh dari nilai

ρ

t. Jika nilai statistiknya lebih besar

(34)

mempunyai hubungan jangka panjang dan sebaliknya maka variabel-variabel

yang diamati tidak berkointegrasi.

3.4 Defenisi Operasional

1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) merupakan indikator perkembangan

ekonomi daerah yang dihasilkan dari penjumlahan nilai output bersih seluruh

kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam satu tahun (dalam satuan Rp).

2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator tingkat

pembangunan manusia suatu wilayah, yang dihitung melalui perbandingan

dari angka

3. Angka harapan hidup merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat

ditempuh oleh seseorang selama hidup.

4. Tingkat pendididkan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.

Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas.

5. Standar hidup layak adalah tingkat kesejahteraan penduduk yang ditunjukkan

(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Indonesia

4.1.1 Keadaan Geografis

Secara astronomis Indonesia terletak antara 6° 08’ Lintang Utara dan 11°

15’ Lintang Selatan dan antara 94° 45’-141° 05’ Bujur Timur dan dilalui oleh

garis ekuator atau garis khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 0°.

Berdasarkan posisi geografisnya, negara Indonesia memiliki batas-batas

yaitu batas utara adalah negara Malaysia, Singapura, Filipina dan Laut Cina

Selatan; batas selatan adalah negara Australia dan Samudera Hindia; batas barat

adalah Samudera Hindia; serta batas timur adalah negara Papua Nugini, Timor

Leste, dan Samudera Pasifik.

Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada diantara

Benua Asia dan Benua Australia, serta diantara Samudera Hindia dan Samudera

Pasifik. Indonesia terdiri dari 33 provinsi yang terletak di lima pulau besar dan

empat kepulauan, yaitu:

1. Pulau Sumatera: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi,

Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung.

2. Kepulauan Riau: Kepulauan Riau

3. Kepulauan Bangka Belitung: Kepulauan Bangka Belitung

4. Pulau Jawa: DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,

(36)

5. Kepulauan Nusa Tenggara (Sunda Kecil): Bali, Nusa Tenggara Barat, dan

Nusa Tenggara Timur.

6. Pulau Kalimantan: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,

dan Kalimantan Timur.

7. Pulau Sulawesi: Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,

dan Sulawesi Tenggara.

8. Kepulauan Maluku: Maluku dan Maluku Utara.

9. Pulau Papua: Papua dan Papua Barat.

4.1.2 Keadaan Demografi

Penduduk merupakan pelaku pembangunan yang memegang peranan

penting dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar merupakan

modal bagi kegiatan ekonomi, karena penduduk merupakan tenaga kerja yang

akan menghasilkan output dalam pembangunan. Akan tetapi jumlah penduduk

yang besar juga harus diimbangi dengan kualitas penduduk atau tenaga kerja yang

tinggi pula karena apabila jumlah penduduk besar, namun kualitasnya rendah akan

menjadi sumber masalah pembangunan yang harus mendapat perhatian dan

penanganan yang serius (BPS, 2006).

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 237.556.363 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Indonesia memiliki lebih kurang 17.000 buah pulau, dengan luas laut sekitar 7,9 juta km² atau sekitar 81 persen dari luas keseluruhan

(37)

Sulawesi sebesar 7 persen; Kalimantan sebesar 6 persen; Bali dan Nusa Tenggara sebesar 6 persen; dan Maluku dan Papua sebesar 3 persen. Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah adalah tiga provinsi dengan urutan teratas yang berpenduduk terbanyak, yaitu masing-masing berjumlah 43.021.826 jiwa, 37.476.011 jiwa, dan 32.380.687 jiwa. Sedangkan Provinsi Sumatera Utara merupakan wilayah yang terbanyak penduduknya di luar Jawa, yaitu sebanyak 12.985.075 jiwa.

Dengan luas wilayah Indonesia yang sekitar 1.910.931 km2, maka rata-rata

tingkat kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124 jiwa per km2. Provinsi

yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Provinsi DKI Jakarta, yaitu

sebesar 14.440 jiwa per km2. Sementara itu, provinsi yang paling rendah tingkat

kepadatan penduduknya adalah Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 8 jiwa per

km2.

Secara nasional, laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun selama

sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 1,49 persen. Berdasarkan Sensus Penduduk

(SP) tahun 1971-2010, jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan menjadi

dua kali lipat selama hampir 40 tahun dari sekitar 118 juta pada tahun 1971

menjadi 237 juta pada tahun 2010. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Papua

adalah yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia,

yaitu sebesar 5,46 persen. Selanjutnya diikuti oleh provinsi Kepulauan Riau (4,99

persen), Kalimantan Timur (3,80 persen), Papua Barat (3,72 persen), Riau (3,59

(38)

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Provinsi-Provinsi di Indonesia

4.2 Kondisi Perekonomian Indonesia

Secara nasional laju pertumbuhan PDB Indonesia 2000-2009 cenderung

meningkat meskipun perubahan tiap sektor bervariasi. Selama periode tersebut

pertumbuhan tertinggi terlihat pada sektor transportasi dan komunikasi sebesar

Provinsi Penduduk Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk

Ulang-alik/Ngelaju)

(39)

17,1% yang kemudian diikuti listrik, gas dan air 14,7%, jasa 7,4% serta industri

konstruksi 6,4%. Pada tahun 2009, sektor pertanian terus menurun yaitu 15,3%

dan sektor pertambangan dan penggalian juga menurun hingga 10,5%.

Tabel 4.2

Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011, Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sebagaian besar penduduk Indonesia masih bergerak pada sektor

pertanian. Sektor pertanian pertumbuhannya fluktuatif yaitu rata-rata 4%,

meskipun sektor ini menampung lebih 40% tenaga kerja. Sejak krisis moneter

1998, jumlah penduduk bekerja di sektor pertanian meningkat mencapai hampir

50% pada tahun 2002. Pada Februari 2010, pekerja sektor pertanian mencapai

angka sebesar 42.83%. Transformasi perekonomian dari sektor primer ke industri

dan jasa belum berhasil, karena penyerapan tenaga kerja meningkat di sektor

(40)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai nilai yang cukup baik sepanjang tahun

2011 yaitu sebesar 6,5 persen dengan pembentukan Produk Domestik Bruto

(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.931,3 triliun. Secara kumulatif,

PDB Indonesia pada 2011 berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 7.427,1 triliun,

sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp 2.463,2 triliun. Dengan melihat

pencapaian pertumbuhan ekonomi 2011 dengan realisasi PDB kuartal IV yang

sebesar Rp 624 triliun, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

Indonesia tumbuh sebesar 6,46 persen dibandingkan periode yang sama pada

2010. Akan tetapi terjadi penurunan pada PDB kuartal IV sekitar 1,3% dari PDB

kuartal III 2011. Pertumbuhan ekonomi tersebut terjadi di semua sektor ekonomi.

Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi yang

tumbuh 10,7%, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 9,2%, sedangkan

sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan tumbuh 6,8%.

Jika dilihat dari sektor industri, penyumbang terbesar PDB 2011 berasal

dari industri pengolahan 24,3%, pertanian 14,7%, perdagangan, hotel dan restoran

sebesar 13,8%. Meskipun sektor pertanian masih tumbuh, tetapi selama tiga tahun

berturut-turut pertumbuhan sektor pertanian terus menurun. Pertumbuhan industri

pertanian pada 2009 dan 2010 masing-masing 15,3%, sedangkan industri

pengolahan masing-masing 26,4% dan 24,8%. Sementara itu, dari sisi

penggunaan, laju PDB 2011 bisa dilihat dari pertumbuhan konsumsi rumah

tangga 4,7%, konsumsi pemerintah 3,2%, pembentukan modal tetap bruto

(41)

konsumsi rumah tangga, 9% belanja pemerintah, 32% PMTB, 26,3% ekspor, serta

impor 24,9%. Dilihat dari sisi distribusinya, PDB 2011 masih didominasi Pulau

Jawa sebesar 57,6%. Lalu diikuti oleh Pulau Sumatera 23,5%, Kalimantan 9,6%,

Sulawesi 4,6%, dan wilayah lain 4,7%.

4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran

ekonomi pada suatu saat, akan tetapi melihat bagaimana suatu perekonomian

berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi merupakan

tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini.

Pemerintah di negara manapun dapat segera jatuh atau bangun berdasarkan tinggi

rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapainya dalam catatan statistik

nasional.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

pertumbuhan ekonomi suatu negara/wilayah/daerah. PDRB adalah jumlah nilai

tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau

merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oelh seluruh unit

ekonomi. PDRB atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa

yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB

atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar

penghitungannya. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat

pergeseran struktur ekonomi, sedangkan harga konstan dapat digunakan untuk

(42)

Dengan demikian, PDRB merupakan indikator untuk mengukur sampai

sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang

ada, dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan.

Semakin tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber

penerimaan daerah tersebut.

Dalam menyusun rencana pembangunan yang baik, tentunya dibutuhkan

data statistik yang memuat informasi tentang kondisi riil suatu daerah pada tahun

tertentu. Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut provinsi,

provinsi DKI Jakarta memiliki PDRB terbesar dibandingkan 32 provinsi lainnya

di Indonesia selama delapan tahun sejak tahun 2004 hingga tahun 2011. Provinsi

yang memiliki PDRB tertinggi kedua adalah Provinsi Jawa Timur. Provinsi yang

memiliki PDRB terbesar ketiga selama delapan tahun terakhir adalah provinsi

Jawa Barat. PDRB Papua Barat atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah

sebesar 3,9 triliun, terus meningkat setiap tahunnya hingga menjadi sebesar 5,51

triliun pada tahun 2006. PDRB Papua Barat atas dasar harga konstan tersebut

berkembang sebesar 1,4 kali lipat antara kurun waktu 2000-2006.

Provinsi Aceh sempat mengalami fluktuasi PDRB pada tahun 2004 hingga

2009. Provinsi Aceh mengalami penurunan pada periode tahun 2004-2005,

2006-2007, dan 2008-2009 dan kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2010.

Provinsi yang memiliki PDRB terendah dibandingkan 32 provinsi di Indonesia

yaitu Provinsi Gorontalo. Selama enam tahun berturut-turut, provinsi ini memiliki

PDRB atas dasar harga konstan 2000 terendah yang hanya berkisar antara 1.892

(43)

Pulau Jawa menyumbang PDRB terbesar di Indonesia. PDRB pulau ini

selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2004 hingga tahun

2011. Sebaliknya Pulau Nusa Tenggara, Maluku dan Papua selalu berada di posisi

terendah dalam jumlah PDRB atas dasar harga konstan selama periode waktu

tersebut. Provinsi NTT memiliki daya saing yang sangat rendah jika dibandingkan

dengan 32 provinsi lain di Indonesia. Daya saing Provinsi NTT masih tertinggal

jauh di bawah daya saing nasional karena masih terhambat masalah kinerja

produksi, infrastruktur teknologi, tingkat kompetisi, standar perundangan serta

pelaksanaan hukum. Rendahnya kinerja produksi dan ketidaktersediaan

infrastruktur teknologi turut menyebabkan turunnya minat investor asing yang

berdampak pada rendahnya pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya

menyebabkan rendahnya penerimaan pajak pemerintah.

Adapun data BPS pada tahun 2006 mengenai penguasaan Pendapatan

Domestik Regional Bruto (PDRB) seluruh provinsi dan laju pertumbuhan PDRB

antar provinsi menunjukkan bahwa propinsi di Jawa dan Bali menguasai sekitar

65,49% dari seluruh PDRB, sedangkan provinsi di Sumatera menguasai sekitar

19,82%, provinsi di Kalimantan menguasai 6,35%, Sulawesi menguasai 4,51%,

dan provinsi di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua hanya 3,81%. Selain itu, laju

pertumbuhan PDRB provinsi di Jawa dan Bali pada tahun 2006 sebesar 5,75%,

provinsi di Sumatera sebesar 5,33%, provinsi di Kalimantan 3,75%, provinsi di

Sulawesi sebesar 6,95%, dan provinsi di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua

(44)

Tabel 4.3

PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2011

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dengan demikian bila kita melihat seluruh PDRB provinsi Indonesia atas

harga konstan 2000, dapat disimpulkan bahwa adakalanya PDRB mengalami

(45)

penurunan. Adapun PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dipengaruhi oleh

beberapa hal antara lain kekayaan yang berupa sumber-sumber ekonomi

(kekayaan alam), jumlah penduduk dan kemampuan penduduk (SDM) dalam

menerapkan teknik produksi atau mengolah kekayaan yang dimiliki daerahnya.

Kecenderungan persebaran penguasaan PDRB dan laju pertumbuhan yang tidak

merata akan menyebabkan semakin timpangnya pembangunan antar wilayah.

4.4 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia

Pembangunan manusia telah menjadi tema utama dunia seiring dengan

diterbitkannya Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report)

pertama kali oleh PBB pada tahun 1990. Orientasi pembangunan bergeser dari

pembangunan ekonomi yang fokus pada pertumbuhan pendapatan semata menjadi

pembangunan berorientasi manusia. Manusia atau penduduk harus menikmati

hasil-hasil pembangunan secara nyata.

IPM atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran

perbandingan harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk

semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah

sebuah negara termasuk kategori negara maju, negara berkembang atau negara

terbelakang. Selain itu indeks ini juga menjadi parameter untuk melihat pengaruh

kebijakan ekonomi suatu negara terhadap kualitas rakyatnya.

(46)

Tabel 4.4

IPM 33 Provinsi di Indonesia Tahun 2004-2011

(47)

Laporan Pembangunan Manusia 2010 yang dikeluarkan UNDP

menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia berada di

peringkat 108 dari 169 negara yang tercatat. IPM merupakan indeks komposit

yang mencakup kualitas kesehatan, tingkat pendidikan, dan kondisi ekonomi

(pendapatan). Apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia

hanya berada di peringkat 6 dari 10 negara. Peringkat ini masih lebih rendah

daripada Singapura (27), Brunei Darussalam (37), Malaysia (57), Thailand (92),

dan Filipina (97). Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia

menurun pada tahun 2011 dibanding tahun 2010. Namun IPM-nya sendiri terus

naik.

Melalui tabel 4.3 terlihat bagaimana besaran dan ketimpangan IPM

antar-provinsi, yang relatif berkembang menurut pola tingkat nasional Indonesia,

meskipun perubahannya relatif kecil antara satu tahun dengan tahun yang lainnya.

IPM Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 0,43%

dibanding tahun sebelumnya. IPM Lampung berada di peringkat 21 dari 33

propinsi. Selain itu juga terlihat bahwa selama kurun waktu 2004-2011, DKI

Jakarta selalu menempati posisi atau peringkat tertinggi dengan IPM yang selalu

berada diatas angka 75. Sedangkan peringkat yang terendah diantara

provinsi-provinsi di Indonesia ditempati oleh provinsi-provinsi Nusa Tenggara Barat dan Papua.

Perkembangan IPM Provinsi Kalimantan Barat dalam kurun waktu 2004-2011

semakin membaik, IPM Provinsi Kalimantan Barat tahun 2011 mencapai

69,66masih rendah dibandingkan rata-rata IPM nasional (72,77), dengan ranking

(48)

nasional setelah Sulawesi Barat.Pada tahun 2011, urutan peringkat IPM provinsi

yang tertinggi adalah DKI Jakarta 77,97 kemudian disusul oleh yang kedua

Sulawesi Utara 76,54, yang ketiga Riau 76,53, selanjutnya DI Yogyakarta 76,32

dan seterusnya hingga ke 31 Nusa Tenggara Timur 67,75, yang ke 32 Nusa

Tenggara Barat 66,23 dan yang sangat terendah,yaitu yang ke 33 adalah Papua

65,36.

Terjadinya gelombang fluktuasi yang berbeda antara provinsi yang satu

dengan provinsi yang lain adalah sebagai akibat perbedaan keberhasilan dalam upaya

perbaikan atau peningkatan komponen-komponen IPM yang berbeda antar provinsi.

Secara umum pembangunan manusia di Indonesia selama periode

2004-2011 mengalami peningkatan meskipun pada periode 1996-1999 sempat

mengalami penurunan. Hal ini terkait erat dengan situasi perekonomian negara

yang memburuk sebagai dampak krisis ekonomi. Pada tahun 1996, setahun

setelah krisis IPM Indonesia mencapai angka 67,7. Angka ini lebih tinggi

dibandingkan IPM beberapa negara di Asia Tenggara seperti Vietnam, Kamboja,

dan Myanmar. Namun, sejak krisis ekonomi pertengahan tahun 1997, IPM

Indonesia bergerak turun menjadi 64,3 pada tahun 1999, sehingga peringkat

Indonesia turun ke urutan ke 110 dari 177 negara yang sebelumnya diperingkat 99

(49)

Gambar 4.1

Grafik Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia Tahun 2004-2011

Pada grafik tersebut terlihat bahwa telah terjadi peningkatan IPM di

Indonesia setiap tahunnya. Perkembangan IPM menunjukkan peningkatan

pencapaian IPM seiring dengan membaiknya perekonomian negara. Jadi dapat

dikatakan bahwa, dengan adanya peningkatan IPM di Indonesia maka akan

berdampak pada perbaikan perekonomian suatu negara. Pada saat ini, kondisi IPM

di Indonesia cenderung mengalami peningkatan, besarnya nilai pencapaian yang

telah dicapai oleh Indonesia dalam meningkatkan IPM pada akhir tahun 2011

yaitu adalah sebesar 72,77. Selama periode 2005-2009, kondisi IPM di Indonesia

cenderung mengalami peningkatan yaitu 0,5% setiap tahunnya. Hal ini terjadi

karena adanya perubahan satu atau lebih komponen atau penurunan IPM dalam

periode tersebut. Perubahan yang dimaksud dapat berupa peningkatan atau

penurunan besaran dari komponen IPM yaitu angka harapan hidup (AHH), angka

(50)

4.5 Klasifikasi Daerah menurut Typology Klassen Analysis

Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengklasifikasikan

provinsi-provinsi di Indonesia menjadi empat karakteristik pertumbuhan ekonomi.

Tabel 4.5

Rata-Rata PDRB Per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi 33 Provinsi Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2008

(51)

17. Bali 6.616 4,8

18. NTT 2.413 2,4

19. NTB 3.755 1,3

20. Kalimantan Barat 6.165 4,0

21. Kalimantan Tengah 7.613 3,5

22. Kalimantan Selatan 7.499 3,8

23. Kalimantan Timur 32.974 0,3

24. Sulawesi Utara 6.428 5,6

25. Sulawesi Tengah 5.558 5,7

26. Sulawesi Selatan 5.264 5,3

27. Sulawesi Tenggara 4.473 5,5

28. Gorontalo 2.372 5,3

29. Sulawesi Barat 3.432 6,2

30. Maluku 2.729 3,5

31. Maluku Utara 2.599 3,2

32. Papua Barat 8157 3,1

33. Papua 9.880 5,25

Rata-rata 8849 3,57

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data pada tabel diatas, maka 33 provinsi di Indonesia dapat

diklasifikasikan menjadi 4 klasifikasi sesuai dengan analisis Tipologi Klassen

(52)

Gambar 4.2

Klasifikasi Tipologi Klassen

Keterangan:

1 = DKI Jakarta 11 = Riau 21 = Sumatera Selatan 31 = Kalimantan 2 = Bengkulu 12 = Bangka Belitung 22 = Jambi Selatan

3 = Papua 13 = NTB 23 = Banten 32 = Kalimantan

4 = Sumatera Barat 14 = Aceh 24 = Sulawesi Selatan Tengah 5 = Gorontalo 15 = Yogyakarta 25 = Sulawesi Barat 33 = Kalimantan 6 = Jambi 16 = NTT 26 = Sulawesi Utara Barat 7 = Sumatera Utara 17 = Maluku Utara 27 = Bali

8 = Jawa Tengah 18 = Maluku 28 = Jawa Barat 9 = Kalimantan Timur 19 = Papua Barat 29 = Sulawesi Tengah 10 = Kepulauan Riau 20 = Lampung 30 = Sulawesi Tenggara

1. Kuadran I

Provinsi DKI Jakarta, Papua dan Bengkulu termasuk ke dalam kuadran I

(53)

memiliki rata-rata laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita daerah

yang lebih tinggi dibanding rata-rata nasional.

2. Kuadran II

Kuadran II merupakan daerah yang berkembang cepat, antara lain Sumatera

Utara, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Bali, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Lampung dan Sulawesi

Tenggara. Adapun provinsi-provinsi tersebut digolongkan ke dalam kuadran II

karena memiliki laju pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih tinggi dari laju

pertumbuhan ekonomi nasional tetapi pendapatan perkapitanya lebih rendah

dibandingkan nasional.

3. Kuadran III

Kuadran III merupakan daerah maju tetapi tertekan. Yang tergolong ke dalam

kuadran ini adalah Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Maluku, Maluku

Utara, Yogyakarta, NTT, NTB, Papua Barat, Bangka Belitung dan Aceh

karena daerah ini memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah tetapi

pendapatan perkapita lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional.

4. Kuadran IV

Kuadran IV yaitu daerah relatif tertinggal, merupakan daerah dengan laju

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding

rata-rata nasional. Adapun yang tergolong ke dalam kuadran IV ini antara lain

(54)

4.6 Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan

Manusia

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan

manusia dalam hal ini ditunjukkan melalui scatter plot. Scatter plot berfungsi untuk melakukan pengujian terhadap seberapa kuatnya hubungan antara dua

variabel serta menentukan jenis hubungan dari dua variabel tersebut apakah

hubungan positif, hubungan negatif ataupun tidak ada hubungan sama sekali

(Kho, 2013). Scatter plot atau scatter diagram adalah gambaran grafis yang terdiri dari titik-titik (point) dari nilai sepasang variabel (variabel X dan variabel Y) .

Dari hasil scatter plot yang diproses dengan Microsoft Excel seperti yang tertera pada lampiran 3, diperoleh nilai koefisien korelasi (r = 0,122). Artinya

hubungan yang terbentuk bersifat positif antara pertumbuhan ekonomi dan indeks

pembangunan manusia di seluruh provinsi di Indonesia. Semakin tinggi capaian

pembangunan manusia, maka semakin meningkat pula tingkat pertumbuhan

ekonomi provinsi-provinsi di Indonesia. Atau dengan kata lain, apabila nilai

variabel indeks pembangunan manusia ditingkatkan, maka akan meningkatkan

nilai variabel yang lain yaitu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila nilai

variabel indeks pembangunan manusia diturunkan, maka akan menurunkan nilai

variabel pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, korelasi yang terbentuk antara kedua

variabel tersebut berada pada tingkat yang rendah, terlihat dari nilai koefisien

(55)

4.7 Analisis Data

4.7.1 Hasil Uji Akar Unit

Dengan menggunakan program Eviews, dilakukan uji akar unit (unit root

test) untuk menguji apakah variabel pertumbuhan ekonomi dan indeks

pembangunan manusia (IPM) stasioner atau tidak. Data yang stasioner akan

mempunyai kecenderungan untuk menekan nilai rata-rata dan berfluktuasi di

sekitar nilai rata-ratanya (Enders, 1995). Dalam menganalisis data time series, uji kestasioneran data merupakan tahap yang sangat penting untuk melihat ada atau

tidaknya akar unit (unit root) yang terkandung diantara variabel, sehingga

hubungan diantara variabel menjadi valid. Begitu pula halnya dalam menganalisis

data panel diperlukan uji kestasioneran data karena data panel merupakan

gabungan antara data time series dan cross section. Ide dasar uji akar unit dalam data panel merupakan pengembangan dari uji akar unit (unit root) dalam data time series. Adanya pengaruh individual dan waktu menjadi perbedaan uji stasioner data antara data panel dengan data time series.

Untuk menentukan apakah data yang kita analisis telah stasioner atau tidak

adalah dengan membandingkan antara nilai statistik dengan nilai kritisnya. Jika

nilai absolut statistik lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang dianalisis

menunjukkan data stasioner dan jika sebaliknya, apabila nilai absolut statistik

(56)

Tabel 4.6

Hasil Uji Akar Unit Variabel Pertumbuhan Ekonomi

Method Statistic Prob.**

ADF - Fisher Chi-square 147.209 0.0000

ADF - Choi Z-stat -7.72557 0.0000

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.7

Hasil Uji Akar Unit Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Method Statistic Prob.**

ADF - Fisher Chi-square 78.9778 0.0002

ADF - Choi Z-stat -4.45139 0.0000

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Hasil uji akar unit untuk data panel terhadap variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 4.6 dan tabel 4.7. Dari tabel

hasil pengujian stasioneritas tersebut, ditunjukkan bahwa variabel pertumbuhan

ekonomi memiliki koefisien sebesar 147.209 dengan probabilitas lebih kecil dari

0.05 maka null hypothesis yang menyatakan bahwa data tidak stasioner ditolak. Begitu pula halnya dengan variabel indeks pembangunan manusia (IPM) yang

memiliki koefisien 78.9778 dan probabilitas yang juga lebih kecil dari 0.05

sehingga null hypothesis juga ditolak, sehingga variabel indeks pembangunan

manusia adalah stasioner atau dengan kata lain tidak memiliki akar unit.

Adapun kedua variabel yang diuji kestasionerannya yaitu variabel

pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia telah stasioner pada

derajat integrasi yang berbeda. Variabel pertumbuhan ekonomi stasioner pada

derajat integrasi pertama I(1) sedangkan variabel indeks pembangunan manusia

(57)

4.7.2 Hasil Uji Kointegrasi

Variabel-variabel dikatakan berkointegrasi apabila variabel-variabel

tersebut menggambarkan atau mengindikasikan adanya keseimbangan jangka

panjang diantara variabel tersebut. Adapun metode yang dapat digunakan untuk

melakukan uji kointegrasi adalah pengembangan dari uji kointegrasi pada data

time series seperti metode Pedroni dan Koo (yang menggunakan dasar test kointegrasi Engle-Granger) dan Combined individual test (Fisher/Johansen).

Pedroni mengemukakan adanya tujuh bentuk statistik panel kointegrasi,

terdiri dari empat uji yang berbasis pada pooling untuk keseluruhan dimensi

(within-dimension) dan tiga uji yang berbasis pada pooling antar dimensi (between-dimension). Uji statistik pada within-dimesion didasarkan pada estimator

dimana efektivitas koefisien autoregressive pool antar perbedaan anggota

terhadap uji akar unit residual estimasi, sedangkan uji statistik bagi kategori

between-dimension didasarkan pada estimator dimana rata-rata koefisien estimasi secara individu pada setiap anggota. Pada kategori within-dimension, tiga dari empat bentuk uji menggunakan koreksi non-paramatric yang dapat dilakukan

dengan ADF-test.

Hasil pengujian panel kointegrasi dengan pendekatan non parametrics

(tabel 4.8) yang menunjukkan bahwa Panel v-Statistic memiliki koefisien -0.3607 sedangkan Panel rho-Statistic memiliki koefisien kointegrasi sebesar -0.5553.

Selanjutnya koefisien kointegrasi dengan menggunakan Panel PP-Statistic

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2 Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011,
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The comparison of apo E and triglyceride concentrations in Finnish subjects using covariance analysis (on log-transformed values and after adjustment for age, and apo E

[r]

The aim of this trial was to evaluate the efficacy and safety of once-daily atorvastatin 10− 80 mg for the treatment of hyperlipidemia in type 2 diabetics with plasma

[r]

We also found, in keeping with our previous report, a significant negative correlation between serum angiotensin-converting enzyme levels, a well-known marker of inflammatory

[r]

To study the association of alcohol consumption and lipid-based cardiovascular risk factors among middle-age women, cross-sectional analysis among 274 middle-aged healthy women