• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESERASIAN DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN 2007-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KESERASIAN DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN 2007-2011"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESERASIAN DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERIODE TAHUN 2007-2011

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

Derajad Sarjana Ekonomi

Oleh :

Muhammad Aditya Pratama 09630001

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr, Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA DAN KABUPATEN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN 2007-2011 .

Sehubungan dengan terselesainya skripsi ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah bersedia memberikan bantuan baik moril maupun materiil serta do a kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik baiknya.

Penulis menyampaikan segenap ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :

(8)

5. Ibu Dra. Sudarti, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan banyak waktu serta saran, motivasi dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.

6. Bapak Dr. Aries Soelistyo, M.Si, selaku dosen wali kelas A angkatan 2009 Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah memberikan pengetahuan selama masa perkuliahan, sehingga dapat menyelesaikan skrispi ini.

8. Kedua orang tua (Drs. Harnan Humaidi dan Rusmini) yang selalu sabar dalam membesarkan, mendidik serta mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moral dan materiil .

9. Muhammad Nugraha Eka Wardana selaku adik yang selalu memberikan dukungan dan doanya untuk mengerjakan skripsi ini.

10. Adinda Dina Yulisa yang selalu memberikan motivasi serta doanya untukku dan kesabaranmu menungguku untuk menjemputmu dan menemani kehidupanku setelah perkuliahan ini.

11. Keluarga besar Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, terutama IESP A angkatan 2009 yang telah membantu memberi saran, masukan serta dukungan untuk mengerjakan Skripsi ini.

(9)

Disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki peneliti, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Wassalamu alaikum Wr. Wb

Malang, 19 Maret 2013

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAKSI... BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian ...6

E. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu ... 8

B. Keuangan Daerah...10

(11)

D. Stuktur APBD ...12

E. Kinerja Keuangan Daerah ...13

F. Analisis Rasio Keuangan Daerah ...17

G. Definisi Operasional Variabel ...18

BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ...19

B. Jenis Penelitian ...19

C. Jenis dan Sumber Data ...19

D. Teknik Pengumpulan Data...19

E. Teknik Analisis Data ...20

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Selatan ...24

1. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Selatan ...24

2. Penggunaan Lahan ...25

3. Kondisi Penduduk...25

4. Sektor Sumber Daya...26

5. Pendapatan Regional ...27

6. Kota dan Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan ...28

(12)

1. Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Pada Kota dan

Kabupaten di Kalimantan Selatan ...30

2. Rasio Kemandirian Keungan Daerah...32

3. Rasio Keserasian Keuangan Daerah ...38

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...45

B. Saran...46

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pola Hubungan, Tingkat Kemandirian dan Kemampuan Keuangan

Daerah ...22

Tabel 4.1 Pendapatan Asli Daerah Pada Kota dan Kabupaten di Kalimantan

Selatan Tahun 2007 Sampai 2011 ...29

Tabel 4.2 Rasio Pertumbuhan Kota dan Kabupaten di Kalimantan Selatan Tahun

2007-2011 (Dalam %) ...30

Tabel 4.3 Data PAD dan Bantuan Pemerintah Kota dan Kabupaten di Kalimantan

Selatan Tahun 2007-2008 ...32

Tabel 4.4 Data PAD dan Bantuan Pemerintah Kota dan Kabupaten di Kalimantan

Selatan Tahun 2009-2010 ...33

Tabel 4.5 Data PAD dan Bantuan Pemerintah Kota dan Kabupaten di Kalimantan

Selatan Tahun 2011...34

Tabel 4.6 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kota dan Kabupaten di

Kalimantan Selatan Tahun 2007-2011 (%) ...35

Tabel 4.7 Kemampuan Keuangan Daerah Kota dan Kabupaten di Kalimantan

Selatan Tahun 2007-20011 (%) ...36

Tabel 4.8 Pola Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah Kota dan Kabupaten di

(14)

Tabel 4.9 Rasio Keserasian Kota dan Kabupaten di kalimantan Selatan Tahun

2007 (dalam %)...39

Tabel 4.10 Rasio Keserasian Kota dan Kabupaten di Kalimantan Selatan Tahun

2008 (dalam %)...40

Tabel 4.11 Rasio Keserasian Kota dan Kabupaten di Kalimantan Selatan Tahun

2009 (dalam %)...41

Tabel 4.12 Rasio Keserasian Kota dan Kabupaten di Kalimantan Selatan Tahun

2010 (dalam %)...42

Tabel 4.13 Rasio Keserasian Kota dan Kabupaten di Kalimantan Selatan Tahun

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Pendapatan Asli Daerah pada Kota dan Kabupaten di Propinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2007 2011

Lampiran 2 : Perhitungan Rasio Perumbuhan Pendapatan Asli Daerah pada Kota dan

Kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2007 2011.

Lampiran 3 : Data Pendapatan Asli Daerah dan Bantuan Pemerintah pada Kota dan

Kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2007 2008.

Lampiran 4 : Data Pendapatan Asli Daerah dan Bantuan Pemerintah pada Kota dan

Kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009-2010.

Lampiran 5 : Data Pendapatan Asli Daerah dan Bantuan Pemerintah pada Kota dan

Kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011.

Lampiran 6 : Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah pada Kota dan

Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2007 2011.

Lampiran 7 : Kemampuan Keuangan Daerah pada Kota dan Kabupaten di Propinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2007 2011.

Lampiran 8 : Pola Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah pada Kota dan Kabupaten

di Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2007 2011.

Lampiran 9 : Data Total Pendapatan pada Kota dan Kabupaten di Propinsi Kalimantan

(16)

Lampiran 10 : Data Belanja Langsung dan Tidak Langsung pada Kota dan Kabupaten di

Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2007-2008

Lampiran 11 : Data Belanja Langsung dan Tidak Langsung pada Kota dan Kabupaten di

Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009-2010

Lampiran 12 : Data Belanja Langsung dan Tidak Langsung pada Kota dan Kabupaten di

Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011.

Lampiran 13 : Perhitungan Rasio Keserasian pada Kota dan Kabupaten di Propinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2007-2008 (dalam %).

Lampiran 14 : Perhitungan Rasio Keserasian pada Kota dan Kabupaten di Propinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2009-2010 (dalam %).

Lampiran 15 : Perhitungan Rasio Keserasian pada Kota dan Kabupaten di Propinsi

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Davey, K.J, 1988,Pembiayaan Pemerintah Daerah: Praktek-praktek Internasional dan Relevansinya bagi Dunia Ketiga, UI Press, Jakarta.

Halim, Abdul, 2001, Bunga Rampai: Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Pertama, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah.

Salemba Empat. Jakarta

Halim, Abdul. 2007.Pengelolaan Keuangan Daerah.UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Hirawan, Susiati B, 1990, Keleluasaan daerah atau kontrol pusat? , dalam Arsyad Anwar dan Iwan Jaya Azis (Editor), Bunga Rampai Ekonomi, FE UI, Jakarta.

Kaho, Yosef Riwu, 1998.Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia,

PT. Bina Aksara, Jakarta.

Kunarjo. 1996.Glosarium Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan,Balai Pustaka, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Erlangga. Yogyakarta.

Mamesah, D. J., 1995, Sistem Administrasi Keuangan Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Mardiasmo. 2002.Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah.Andi, Yogyakarta

(18)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13, Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 2006. Depdagri RI

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59, Tahun 2007 tentang Pedoman Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 2007. Depdagri RI.

Samson, A.K. 2001. Indikator Indikator Keberhasilan Pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaten Barito Kuala 1995/1996 1999/2000. Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen, dan Ekonomi. Vol. 1 No.1.

Simatupang, Paula. Studi Komparasi Evaluasi APBD Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Selatan. Tesis Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Palembang.(tidak dipublikasikan)

Suwarno, 2007. Analisis Kemampuan Keuangan Pemerintah daerah dengan Finansial Rasio terhadap Neraca Pemerintah Daerah. Materi Orasi Ilmiah untuk Pengukuhan Widyaiswara Utama Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia 2007.

Syamsi, 1986. Pokok Pokok Kebijaksanaan, Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran Pembangunan Tingkat Nasional. CV. Rajawali. Jakarta.

Usman, Sunyoto. 1998.Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka pelajar. Yogyakarta.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

pemerintah daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas

dalam menyelenggarakan semua urusan pemerintah mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi kecuali

kewenangan bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan,

moneter, fiskal, agama dan kewenangan lain yang ditetapkan peraturan

pemerintah. Pemberian hak otonomi daerah kepada pemerintah daerah

untuk menentukan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)

sendiri sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah. Anggaran

pendapatan dan belanja daerah yang dituangkan dalam bentuk

kebijaksanaan keuangan pemerintah daerah merupakan salah satu pemicu

pertumbuhan perekonomian suatu daerah.

Pemberian otonomi yang luas dan desentralisasi membuka jalan

bagi pemerintah untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah yang

berorientasi pada kepentingan publik. Pasal 4 Peraturan pemerintah nomor

105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan

daerah menegaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan

secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien,

(20)

keadilan dan kepatuhan. Kemampuan daerah dalam mengelola keuangan

dituangkan dalam APBD yang langsung maupun tidak langsung

mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan

tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan sosial masyarakat.

Evaluasi terhadap pengelolaan keuangan daerah dan pembiayaan

keuangan daerah akan sangat menentukan kedudukan suatu pemerintah

daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah. Pengukuran kinerja

sangat penting untuk menilai akuntabilitas pemerintah daerah dalam

melakukan pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas bukan sekedar

kemampuan menunjukan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi

meliputi kemampuan yang menunjukan bahwa uang publik tersebut telah

dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud

pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003

merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan APBD

memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan dengan

penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai

kebijakan Pemerintah Pusat dalam perencanaan dan penganggaran negara.

APBD terdiri atas pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah. Pendapatan

daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DP),

(21)

tidak langsung dan belanja langsung. Pembiayaan daerah terdiri dari

penerimanaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Berdasarkan pandangan yang diungkapkan oleh Pamudji dalam Kaho

(1998: 124) menegaskan bahwa Pemerintah Daerah tidak akan dapat

melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup

untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Sumber daya keuangan

inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata

kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan

demikian masalah keuangan merupakan masalah penting dalam setiap

kegiatan pemerintah di dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah

karena tidak ada kegiatan pemerintah yang tidak membutuhkan biaya, selain

itu faktor keuangan ini merupakan faktor penting didalam mengukur tingkat

kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Kemampuan daerah

yang dimaksud dalam pengertian tersebut adalah sampai seberapa jauh daerah

dapat menggali sumber-sumber keuangan sendiri guna membiayai

kebutuhannya tanpa harus selalu menggantungkan diri pada bantuan dan

subsidi Pemerintah Pusat.

Halim (2001: 167) menjelaskan bahwa ciri utama suatu daerah yang

mampu melaksanakan otonomi, yaitu (1) kemampuan keuangan daerah,

artinya daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali

sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri

yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya,

(22)

pendapatan asli daerah (PAD) dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar

sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar. Namun pada

kenyataannya, hampir sepuluh tahun sejak otonomi daerah diberlakukan, saat

ini kemampuan keuangan beberapa pemerinta daerah masih sangat

tergantung pada penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat.

Berkaitan dengan hakekat otonomi daerah yaitu yang berkenaan

dengan pelimpahan wewenang pengambilan keputusan kebijakan, pengelolaan

dana publik dan pengaturan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan dan pelayanan masyarakat, maka peranan data atau informasi

keuangan daerah sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi sumber-sumber

pembiayaan daerah serta jenis dan besar belanja yang harus dikeluarkan agar

perencanaan keuangan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Informasi keuangan yang dimaksud adalah berupa penyajian laporan

keuangan yang disusun oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan, sebagai

salah satu alat untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas

publik.

Pendapatan asli daerah Provinsi Kalimantan Selatan secara

keseluruhan pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 700 M. dimana pendapatan

asli daerah di Provinsi Kalimantan Selatan ini mengalami kenaikan yg

signifikan setiap tahunnya. Hal ini dapat di buktikan dimana pendapatan asli

daerah di Kalimantan Selatan pada tahun 2011 sudah mencapai Rp. 1,392 T.

Ini menunjukkan bahwa dalam jangka 5 tahun pertumbuhan pendapatan asli

(23)

100%. Wilayah adminsitrasi di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu mencakup

11 Kabupaten dan 2 Kota, dimana masing-masing wilayah memiliki potensi

daerah yang berbeda sehingga secara langsung mempengaruhi pancapaian

pendapatan asli daerah di masing-masing wilayah kabupaten atau kota.

Perbedaan potensi daerah juga diikuti dengan perbedaan jumlah penduduk di

masing-masing wilayah sehinga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat

konsumsi atau pengeluaran masing-masing wilayah.

Adanya beberapa perbedaan tersebut menjadikan peran serta dari

pemerintah pusat atau propinsi turut menentukan keberhasilan pencapaian

disetiap wilayah. Pertimbangan adanya perbedaan potensi dan demografi dari

masing-masing wilayah menjadi hal penting untuk dilakukan kajian tentang

efektivitas dan kemandirian keuangan daerah. Berdasarkan latar belakang

penelitian maka judul penelitian yang akan dilakukan yaitu: Analisis

Keserasian dan Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten dan Kota di

Provinsi Kalimantan Selatan Periode Tahun 2007-2011 .

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar tingkat kemandirian keuangan daerah pada kota dan

kabupaten di Kalimanatan Selatan pada tahun 2007 2011?

2. Seberapa besar keserasian antara pendapatan dengan belanja daerah pada

(24)

6

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan masalah tidak melebar dan tujuan penelitian bisa

tercapai dengan fokusnya kajian maka dalam penelitian ini peneliti hanya

menbahas kemandirian keuangan daerah dilihat dari aspek rasio kemandirian

keuangan, rasio keserasian di kabupaten dan kota Kalimantan Selatan 2007-2011.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui tingkat kemandirian keuangan daerah pada kota dan

kabupaten di Kalimantan Selatan pada tahun 2007 2011.

2. Untuk mengetahui keserasian antara pendapatan dengan belanja daerah

pada kota dan kabupaten di Kalimantan Selatan pada tahun 2007 2011.

E. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentu mempunyai kegunaan (manfaat) penelitian yang

berguna bagi lembaga pendidikan, bagi pemerintah yang dijadikan objek

penelitian dan juga dapat berguna bagi peneliti itu sendiri. Adapun kegunaan

(manfaat) penelitian ini adalah:

1. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota

Sebagai kontribusi sumbangan pemikiran dan saran untuk bahan

evaluasi yang bermanfaat dalam melakukan reftifikasi dan dalam hal

penentuan formulasi kebijakan alternatif dalam eksploirasi dan

mengembangkan sasaran pembangunan kinerja pengelolaan keuangan

daerah, serta meningkatkan koordinasi pemerintah daerah dalam

(25)

secara terpadu untuk diimplementasikan karena eksplisit dan sebagai

upaya untuk mengetahui perkembangan kebijakan pelayanan kepada

masyarakat, dalam integrasi dan koordinasi yang intensif mulai dari

perencanaan, implementasi dan evaluasi atas pelaksanaan bidang tugas

masing-masing dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran

penyelenggaraan otonomi daerah yaitu mewujudkan dan meningkatkan

kinerja pemerintah daerah sehingga dapat meningkatkan pendapatan

daerah propinsi dan pemerintah Kabupaten/kota yang ada di tiap-tiap

wilayah Kalimantan Selatan dan daerah lainnya.

2. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai landasan

untuk penelitian yang lebih lanjut, terutama mengenai masalah

Referensi

Dokumen terkait

Secar a alam iah yang dim aksud dengan susu adalah hasil pem erahan sapi at au hew an m enyusui lainnya, yang dapat dim akan at au dapat digunakan sebagai bahan m akanan, yang am

Pengat ur an pola t anam m er upakan hal yang har us diper hat ikan t er ut am a unt uk t anam an dengan lim bah per t anian yang dapat dim anfaat kan sebagai sum ber pak an

Jika PPN produk pertanian akan tetap dikenakan pada konsumen, maka pemerintah harus melakukan langkah-langkah untuk mengimbangi dampak tersebut seperti dengan melakukan

Genus kapang yang teridentifikasi pada buah dan berpotensi menghasilkan mikotoksin antara lain adalah Fusarium sp., Aspergillus sp., Penicillium sp., dan Alternaria

Terlebih pada anak PAUD yang membutuhkan bimbingan ketika belajar, dari hasil penelitian terlihat beberapa sekolah tidak menitik beratkan pembelajaran kepada orangtua sehingga

Dikarenakan daya lekat antara bambu dan beton belum cukup kuat, pada penelitian kali ini akan meneliti penggunaan variasi jarak pemasangan klem selang sebagai kait pada

asuransi mengadakan perjanjian mudharabah (bagi-hasil), sekaligus dinyatakan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak; (3) Setiap peserta asuransi akan

Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan