• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN PEMBEBASAN MANSOUR FAKIH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN PEMBEBASAN MANSOUR FAKIH"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN PEMBEBASAN MANSOUR FAKIH

SKRIPSI

Oleh: AMIR RIFA’I NIM. 08110033

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang,

Dan diterima untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Pada Tanggal:

Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Drs. Khozin, M.Si. 1. 2. Drs. Faridi, M.Si. 2. 3. Prof. Dr. Ishomuddin, M.Si. 3. 4. Drs. Agus Purwadi, M.Si 4.

Mengesahkan, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang

Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang berkenan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas menyusun skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, nabi Muhammad saw, Nabi akhir zaman yang menerima wahyu dengan cara berangsur-angsur dan nabi yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyyah menuju jaman yang penuh dengan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam menepuh ujian Sarjana Pendidikan pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang. dengan judul “Konsep Pendidikan Pembebasan Mansour Fakih”.

Penulis menyadari tanpa adanya dorongan dari berbagai fihak, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu tanpa mengurangi rasa hormat penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibunda Yatun dan Ayahanda Maskuri yang telah memberikan dukungan serta do’a. Masih teringat dengan jelas dalam benak, ketika penulis punya keinginan hendak kuliah, beliau mengatakan “nak, nanti siapa yang akan membiayai biaya kuliah, kuliah itu tidak murah?” dengan tersenyum saya-pun menjawab “bapak, ibu saya tidak butuh biaya, yang saya butuhkan hanya doa dan ridhomu” terimakasih Ibu, terimakasih bapak atas doa yang selama ini engkau panjatkan untukku.

(4)

3. Bapak Drs. H. Sunarto, M. Ag, Selaku Dekan Fakultas Agama Islam beserta para Pembantu Dekan I, II dan III atas motivasi, dukungan, dan fasilitas akademik yang diberikan selama penulis menuntut ilmu di FAI UMM.

4. Ketua Jurusan Tarbiyah, beserta Stafnya atas dukungan dan fasilitas akademik yang disuguhkan selama penulis menuntut ilmu di jurusan Tarbiyah FAI UMM.

5. Bapak Drs. Khozin M.Si selaku pembimbing I tiada kata yang dapat saya haturkan kecuali ucapan terimakasih yang tiada tara atas kesabaran dan keikhlasanya membimbing penulis yang penuh dengan keterbatasan kemampuan akademik ini untuk menyelesaikan skripsi. Sekali lagi terimakasih bapak, di sela-sela kesibukan bapak masih menyempatkan membimbing saya, saya masih ingat ketika bimbingan beliau mengatakan “yang penting skripsimu ini bagus” walaupun saya tidak bisa sesuai yang diinginkan, tapi saya tetap harus berusaha. dan penulis meminta maaf jika selama bimbingan terdapat kesalahan baik kata maupun sikap.

6. Bapak Drs. Faridi, M. Si. Selaku pembimbing II. Terimakasih pak Farid atas bimbinganya, banyak sekali Ilmu yang saya dapatkan ketika bimbingan baik itu tentang tulisan atau ilmu yang lain.

7. Segenap jajaran dosen Universitas Muhamadiyah Malang, segenap jajaran dosen Jurusan Tarbiyah FAI UMM, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dengan sabar dan ikhlas telah memberikan ilmu pada penulis.

(5)

9. Teman-teman seperjuangan dalam IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), terimaksih atas segala Ilmunya serta motivasinya, mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan.

10. Teman-temanku Tarbiyah FAI UMM angkatan 2008 yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu, yang selalu menuai canda tawa yang menyegarkan. Terutama Sahabatku sekawan (4 Sahabat) terimakasih atas persaudaraan yang kita bangun selama ini. Tak lupa juga mas Yusuf, terimaksih atas Motivasinya, Mas Hasnan terimakasih atas bimbinganya Jasa kalian tidak akan terlupakan.

Semoga Skripsi ini dapat menambah wawasan pendidikan kita serta bisa dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Penulisa menyaadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis berharap ada kritik dan masukan yang membangun dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua.

Malang, 23 Januari 2013

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

LEMBAR PERSETUJUAN ……….. ii

LEMBAR PENGESAHAN ……….... iii

MOTO ………... iv

PERSEMBAHAN ………..………. v

SURAT PERNYATAAN ………... vi

ABSTRAKSI ………... vii

KATA PENGANTAR ………... viii

DAFTAR ISI ……… xi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 7

C. Tujuan Penelitian ………. 7

D. Definisi Operasional ………. 8

E. Manfaat Penelitian ………... 11

F. Metode Penelitian ……….. 12

G. Sistematika Pembahasan ……….. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Paradigma Pendidikan ………. 20

1. Pengertian Pendidikan ………... 20

2. Pengertian Paradigma ………. 21

3. Paradigma Pendidikan ………... 23

a. Paradigma konservatif ………... 24

b. Paradigma Pendidikan Liberal ………... 27

c. Paradigma Pendidikan Kritis ……….. 30

(7)

1. Paradigma Formisme ………. 32

2. Paradigma Mekanisme ………... 32

3. Paradigma Organisme ……….... 33

C. Pendidikan Pembebasan ………... 34

1. Pendidikan Pembebasan Menurut Paulo Freire ……….. 37

2. Pendidikan Pembebasan Menurut Soedjatmoko ………. 40

3. Pendidikan Pembebasan Menurut Imam Al-Ghozali …. 42 D. Pendidikan Pembebasan dalam Islam ………. 43

BAB III BIOGRAFI MANSOUR FAKIH A. Riwayat Hidup DR. Mansour Fakih ……… 50

B. Pendidikan dan Karir Mansour Fakih ………... 51

C. Karya-karya Mansour Fakih ………... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pemikiran Pendidikan Pembebasan Mansour Fakih ……… 56

1. Komponen Pendidikan Pembebasan Kritis …………... 58

a. Asumsi-asumsi dasar Pendidikan Kritis ………….. 58

b. Fasilitator ………... 59

c.Metode Pendidikan Kritis ……….. 59

2. Proses Pendidikan Kritis ……….. 60

a. Belajar dari Realitas atau Pengalaman …………... 61

b. Tidak Menggurui ……….... 61

c.Dialogis ………... 61

B. Kritik Wacana terhadap Pendidikan Mansour Fakih …. 63 C. Relevansi Antara Pendidikan Mansour Fakih dengan Pendidikan Islam ……….. 67

1. Pendidikan dalam Pandangan Islam ………... 67

2. Pengertian Pendidikan Islam ………... 67

3. Dasar-dasar Pendidikan Islam ……… 70

(8)

5. Konsep Manusia Menurut Islam ………. 73 6. Pendidikan Islam sebagai Upaya Pembebasan Manusia

……….. 74

D. Solusi Fundamental Pendidikan Pembebasan dalam Islam 1. Islam dan Pembebasan ……… 76 2. Kebebasan Manusia dan Transformasi Sosial…... 79 3. Pendidikan Harus Membebaskan ……….. 80

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ………. 81

B. SARAN ……….. 82

(9)

Daftar Pustaka

Achmadi, (1992), Islam Sebagai paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Medika Ahmad, Jamil, (2000) “Seratus Muslim Terkemuka”, Jakarta: Pustaka Firdaus.

Aliah Darma, Yoce. (2009). Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.

Ali Engineer, Asghar, (1993) Islam dan Pembebasan, Yogjakarta : LKiS

………., (1999), Islam dan Teologi Pembebasan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar An-nahlawi, Abduurrahman, (1992), Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung:

CV Diponegoro

Asyrofi, Syamsudin (2012) “Beberapa Pemikiran Pendidikan” Yogyakarta: Aditya Media, Asyarie, Musa (1992) Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Quran, Yogyakarta: LESFI Azra, Azumardi, (1999) Pendidikan islam, Tradisi dan Modernisasi menuju Millenium baru,

Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu

Azzet, Muhaimin, (2001)Pendidikan yang Membebaskan. Yogyakarta: Ar-Ruz Media. Badudu dan Zain, (1994) “Kamus Umum Bahasa Indonesia” Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Bungin, Burhan, (2010). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Grup.

Charis Zubair Akhmad dan Anton Bakker (1990), metode Penelitian Filsafat Yogyakarta: Kanisius.

Daradjat, Zakiah et.al, (2008) Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Freire, Paulo, (1984) Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan, Jakarta: Gramedia

………., (2007). Politik Pendidikan: “Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

……….., et al., (2009) Menggugat Pendidikan Fundamentalis, Konservatif, Liberal, Anarkis. Yogyakkarta: Pustaka Pelajar

(10)

Kurniawan, Syamsul, et al, (2001), Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Latif, Abdul, (2007) Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, Bandung: Refika Aditama Ma’arif, A. Syafi’I (1991), Pemikiran tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia,

dalam Muslih Musa, Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan Fakta, Yogyakarta: Tiara wacana,

Moleong, Lexi J (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya Mu’arif, (2008) Liiberalisasi Pendidikan, Yogyakarta: Pinus

Muhaimin, (2001), Paradigma Pendidikan Islam, Malang : Rosda Karya.

Muhammmad Al-Toumy Al-Syaibany, (1979) Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan langgulung, Jakarta: Bulan Bintang

Ismail, Muhammad et al, (2004) Menggagas Pendidikan Islam, Bogor: Al-Azhar Press

Mukhtar, Erna Widodo. (2000). Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif. Yogyakarta: Avyrouz. Murtiningsih, Siti. (2004). Pendidikan Alat Perlawanan, “Teori Pendidikan radikal Paulo

Freire”. Yogyakarta: Resist Book.

M. Pidarta, (1999). Studi tentang Landasan Kependidikan; Jurnal, Filsafat, Teori dan Praktik Kependidikan. Jakarta.

Syaodih Sukmadinata, Nana, (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Nadim al-Jisr, (1991), Filsafat Kebebasan dalam Islam, Terj. Kathur Suhardi. Solo: Pustaka Mantiq

Nugroho, Singgih, (2003) Pendidikan Pemerdekaan dan Islam, Bantul: Pondok Edukasi O’neil, William F, (2008) “Ideologi-Ideologi Pendidikan” Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Putra Daulay, Haidar, (2009) “Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia” Jakarta: Rineka Cipta

Putra, Nusa (1933) “Pemikiran Soedjatmoko tentang Kebebasan” Jakarta: Gramedia. Prasetyo, Eko, (2006). Guru: Mendidik itu Melawan. Yogyakarta: Resist Book

Qardhawi, Yusuf (1980) Pendidikan Islam dan madrasah Al-Banna, terj. Bustani A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad. Jakarta: Bulan Bintang

(11)

Soedjatmoko, (1984) ”Etika Pembebasan” Jakarta: LP3ES

Soyomukti, Nurani, (2008) “Metode Pendidikan Marxis Sosialis” Yogyakarta, Ar-ruzzMedia Tobroni, (2008). Pendidikan Islam: “Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas”. Malang:

UMM Press.

Tafsir, Ahmad (2006). Filsafat Pendidikan Islami: “Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia” Bandung

Umiarso, et, al. (2011) Pendidikan Pembebasan Dalam Perspektif Barat dan Timur, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Biografi Mansour Fakih, diakses pada tanggal 20 November 2012 dari http://www.referensimakalah.com/2012/11/biografi-mansour-fakih.html

UNESCO badan PBB yang membidangi pendidikan dan kebudayaan pada tahun 1998. Diakses pada tanggal 20 November 2012 dari http://www.laskarinformasi.com/2012/04/visi-misi-pendidikan-tinggi-abad-xxi.html#ixzz2Gt1gAr1F.

Undang-undang republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional, diakses pada tanggal 13 September 2012. Dari http://archive.web.dikti.go.id/2009/UUno20th2003-sisdiknas.htm

Pentingnya Pendidikan, diakses pada tanggal 05 September 2012 dari

http://www.smkn1yogyakarta.org/news/2-pentingnya-pendidikan.html

Pengertian Paradigma, diakses pada tanggal 5 januari 2013 dari: http://ridwanaz.com/umum/akademik/ingin-tau-apa-pengertian-paradigma/

Paradigma diakses pada tanggal 5 Januari 2013 dari: http://pitcing.blogspot.com/2011/11/pengertian-paradigma.html

Paradigma Pendidikan Islam, Diakses pada tanggal Kamis, 27 Desember 2012 dari: http://jumridahusni.blogspot.com/2011/02/paradigma-pendidikan-islam-dan.html

Makalah Paradigma Pendidikan, diakses pada tanggal 5 Januari 2013 dari : http://afifah-medp.blogspot.com/2011/03/makalah-paradigma-pendidikan.html

(12)

Andre Yuris, Studi Analisis Wacana Kritis, diakses pada tanggal 13 Januari 2013 dari http://andreyuris.wordpress.com

Daftar Pustaka Mansour Fakih

Fakih, Mansour, et.al., (2005). Pendidikan Populer, Membangun Kesadaran Kritis. Yogyakarta: INSIST Press.

Fakih, Mansour (2001), Sebuah Pengantar dalam buku Francis Wahono, Kapitalisme penddikan Antara Kompetisi dan Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fakih, Mansour (2011) Jalan Lain Manifesto Intelektual Organik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fakih, Mansour et al. (2000) Membincang Feminisme “Diskursus Gender Perspektif Islam”,

Surabaya: Risalah Gusti

Fakih, Mansour (1996) Masyarakat Sipil dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fakih, Mansour (2009), Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta: INSIST

Ppess,

Fakih, Mansour (2004), Gramsci di Indonesia, Pengantar buku Roger Simon, Gagasan-Gagasan Politik Gramsci, Yogyakarta: Pustaka Pelajarr dan Insist Prress.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan anak bangsa yang bisa membawa kepada pencerahan secara keseluruhan, pendidikan juga bertujuan untuk membangun sebuah bangunan bangsa yang melekat dengan nilai-nilai kecerdasan, kepekaan dan kepedulian terhadap bangsa dan negara. Semakin berkembang dunia ini, semakin berkembang pula pendidikan dan dalam perkembanganya tersebut, dituntut untuk mendeklarasikan sebuah gaya yang “berbeda”, supaya bisa menjadi lebih baik dari masa ke masa (progressive).

Pendidikan harus mampu mewujudkan manusia yang seutuhnya, karena berfungsi sebagai proses penyadaran terhadap manusia untuk mampu mengenal, mengerti dan memahami relitas kehidupan sehari-hari. Kunci pendidikan, adalah kemanusiaan. Bahkan kurang lebih 600 tahun SM di Yunani, telah dideklarasikan bahwa “Pendidikan adalah usaha membantu manusia menjadi manusia.”1 Dengan demikian, relasi antara perkembangan zaman dengan kesadaran pendidikan adalah harus secara progresif bersesuaian dengan perkembangan zaman, kebudayaan, pemikiran, sains dan teknologi yang berlandaskan kemanusiaan sejati.

Pendidikan sangat penting di seluruh aspek kehidupan. Akan tetapi selama ini banyak orang yang mengartikan bahwa pendidikan adalah sebuah proses belajar mengajar secara formal saja. Padahal pendidikan sebagai aktivitas penyadaran kemanusiaan, bisa dilakukan oleh siapa-pun dan di mana-pun, termasuk di rumah. Jelas sekali bahwa pandangan ini merupakan sebuah kekurangan bila dibandingkan dengan tujuan luhur pendidikan.

1 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami: “Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia”

(14)

Pendidikan formal maupun non formal adalah satu kesatuan. Satu tujuan integratif menyangkut pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia. Cita-cita humanisme pendidikan yang utama adalah membuka ruang dialog untuk keadilan kemanusiaan. Tidak ada sekat sama sekali yang meminggirkan hak kemanusiaan.

Bila dalam dunia pendidikan masih terbatasi oleh sekat sosial tertentu, belumlah dikatakan bahwa pendidikan itu sudah manusiawi. Karena itu dalam agenda humanisasi pendidikan, keadilan sosial adalah prinsip yang utama. Pendidikan yang masih menaruh perhatian dan melayani hanya satu golongan tertentu serta mengikuti trend dan kepentingan akumulasi profit para pemilik kapital bahkan cenderung menginjak martabat kemanusiaan, maka itu bukanlah filsafat pendidikan yang sesungguhnya. Dengan kata lain, pemahaman atas filsafat pendidikan yang dimengerti saat ini, masih melayani kehendak kepentingan pribadi tertentu, atau kehendak politik yang dehumanistik dan imoral.

Sebenarnya filsafat pendidikan adalah sebuah penghormatan terhadap pengetahuan yang luhur dalam proses dialogis. Guru dan murid saling memberi dan mengapresiasi pengetahuan. Tidak ada manusia yang bodoh dan tidak ada pula siapa pun yang paling pintar di antara manusia lainnya. Murid adalah guru bagi gurunya, dan guru adalah fasilitator yang memacu dan memicu percepatan meraup limpahan pengetahuan. Karena itu, setiap pendidikan harus memiliki garis-garis halauan sebagai petunjuk praksis pendidikan yang jelas dan menjunjung humanisme. Tidak terkecuali juga di Indonesia. Dengan pelbagai masalah yang dialami bangsa ini, maka pendidikan harus tetap teguh untuk berpegang terhadap kredo utamanya, humanisme.

Berbicara tentang pendidikan yang humanis, berarti sama halnya membicarakan pendidikan

(15)

kita seringkali dibodohi dengan praktik pendidikan yang sangat kurang bermutu. Terlebih bahwa pendidikan saat ini memiliki trend “mutu” yang lebih mementingkan taraf internasional. Dengan kata lain, kualitas yang baik, sebenarnya ditentukan oleh internasionalisasi lembaga formil pendidikan.

Suatu hal yang memprihatinkan ketika melihat bahwa internasionalisasi sebenarnya hanyalah klasifikasi sosial pendidikan yang melayani kehendak pasar bebas dan kapitalisme. Pendidikan akan dianggap lebih terhormat dibanding yang lain, bila memiliki kapital yang kuat. Kekuatan kapital inilah yang selalu menjadi dasar pendidikan dan kependidikan, dari pada pembebasan kemanusiaan.

Fakta dewasa ini, mencatat bahwa praktik pendidikan masih tergolong “tebang pilih”.2 Siapa yang memiliki kualitas finansial yang baik, maka dia bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik. Uang yang selalu berjalan seperti di pasaran dan hasilnya siswa menjadi pembeli sedangkan sang guru menjadi penjual.3 Pendidikan semacam ini akan menjadikan sekolah sebagai penentu akumulasi profit kapitalis, bukan kecerdasan dan kreatifitas. Dengan demikian, pendidikan adalah komoditas.

Pasar, dalam wacana ini telah menjadi penjajah kesadaran kritis. Tidak hanya itu, yang lebih parah lagi telah menjadi pemutus harapan bagi kelas termarginalkan.4 Praktik pendidikan pasar juga dilakukan dengan cara menggratiskan biaya sekolah, namun tetap saja mengambil pungutan dan menambah tarif biaya buku atau Lembar Kerja Siswa (LKS). Atas dasar fenomena tersebut, malah pemerintah melakukan pembiaran atas segala praktik pendidikan yang berorientasi pasar.5

2 Eko Prasetyo, Guru: Mendidik itu Melawan (Yogyakarta: Resist Book, 2006), hal. 96.

3Ibid.,

(16)

Selain praktek pendidikan mahal, kasus pembodohan juga kerap sekali terjadi di dunia pendidikan saat ini. Anak-anak yang dibiarkan di dalam lingkungan yang sangat memprihatinkan ini, tentu memerlukan pendidikan yang penuh dengan harapan. Bukan hanya pendidikan yang memposisikan peserta didik sebagai objek dari perubahan, melainkan pendidikan yang memerankan mereka sebagi manusia yang memiliki hak (the pedagogy of hope). Sayangnya, di sekolah, murid diibaratkan hanya sebagai sebuah wadah, dan guru atau pendidik berperan untuk mengisi wadah itu dengan pengetahuan. Murid hanya menerima, tanpa diajak untuk berpikir kritis, bagaimana memahami kondisi sosialnya dan memiliki kesadaran untuk merubah kondisi tersebut dari segala keterbatasan, menuju situasi yang lebih membebaskan.

Siswa dalam proses pembelajarannya, mempunyai hak untuk mendapatkan pelajaran yang lebih manusiawi. Setiap anak didik memiliki hak untuk memilih peran mereka sendiri. Seorang pendidik tentunya harus mempunyai ide yang layak bagi seorang anak, yang semata-mata bukan hanya kumpulan siswa, tetapi seseorang yang punya kaitan dengan lingkungan sosialnya.6 Sudah sepatutnya, guru adalah fasilitator untuk meraup segala jenis kesadaran kritis. Bila guru merasa dirinya serba tahu seperti Tuhan, maka murid tidak pernah berdaya, terlebih bahwa murid tidak memiliki kesempatan untuk agenda transformasi sosial sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialaminya.

Senada dengan hal ini, Paulo Freire secara sederhana menyusun daftar antagonisme pendidikan “gaya bank” untuk menyebut segala praktik penindasan di dunia pendidikan. Menurutnya, pendidikan yang menindas tersebut adalah

1. Guru mengajar, murid belajar,

2. guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa, 3. guru berpikir, murid dipikirkan,

(17)

6. Guru memilih dan memaksakan pilihanya, mmurid menuruti

7. Guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sebagaimana bertindak seperti gurunya.

8. Guru memilih apa yang akan diajarkan, murid menyesuaikan diri

9. Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan wewenang profesionalismenya, dan mempertentangkanya dengan murid-murid

10. Guru adalah suibjek proses belajar, murid objeknya.”7

Jelas hal ini sangat berlawanan dengan hakikat pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia kembali.8

Dari sini, muncullah gagasan pendidikan yang diharapkan mampu memberi jawaban yang selama ini cukup meresahkan martabat kemanusiaan. Pelbagai problem di atas adalah kegagalan pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas. Karena itu, gagasan pendidikan kritis yang membebaskan adalah solusi yang ditawarkan dalam menjawab tantangan zaman kini.

Pendidikan kritis bukan wacana baru, namun sudah lama berkembang. Kendati demikian, pendidikan kritis harus selalu disuarakan karena menjadi kelanjutan dari agenda gerakan pembebasan.9 Secara filosofis, pendidikan kritis dan pembebasan pada dasarnya merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.10

Istilah pembebasan muncul sebagai gugatan karena ketergantungan terhadap sistem kapitalisme, pengekangan guru dan kurang menghargai kreatifitas siswa sebagai peserta didik. Hal ini sungguh akan merugikan generasi muda di masa mendatang. Di sinilah pentingnya setiap individu terlibat dalam proses pendidikan, untuk menyadarkan semua kalangan masyarakat.11 Pembacaan baru tentang konsep pembebasan ini, sangat menarik untuk dikaji secara serius.

7 Paulo Freire, Politik Pendidikan: “Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan” (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2007), hal. Xi.

8 Mansour Fakih et.al., Pendidikan Populer, Membangun Kesadaran Kritis (Yogyakarta: INSIST Press, 2005),

hal. Xvi.

9Ibid., hal. 42. 10Ibid.,

(18)

Salah satu pemikir dan juga praktisi pendidikan yang sangat selalu menyuarakan konsep pembebasan terhadap pendidikan adalah Mansour Fakih. Ia adalah salah satu aktivis organisasi non pemerintah (Non Government Organisation) dan juga tokoh pendidikan, yang secara intens mengkritik praktik pendidikan yang selama ini ada di Indonesia. Fakih, selalu mencoba menawarkan solusi ilmiah dan rasional guna perbaikan pendidikan dewasa ini.

Memang, selama ini Fakih bukanlah satu-satunya tokoh pendidikan pembebasan yang ada. Namun, banyak pula para pedagog kritis, di antaranya adalah Tan Malaka, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asyari, Ki Hajar Dewantara, Yb. Mangunwijaya, Toto Raharjo, Roem Topatimasam, Soedjatmoko, H.A.R. Tilaar dan juga tokoh pendidikan pembebasan terkemuka dari Brazil, yaitu Paulo Freire.

Pemilihan Mansour Fakih dalam kajian ini, bukan semata-mata untuk memposisikan bahwa Mansour Fakih sebagai tokoh sentral pendidikan pembebasan. Namun, nilai tambah yang membuat kajian ini menjadi sangat menarik adalah, kiprah Fakih di dunia aktivisme yang selalu mencoba melakukan perubahan (social change) di tengah masyarakat secara langsung. Dengan kata lain, ia merupakan tokoh kunci, yang begitu berani melakukan transformasi sosial dan merespon segala permasalahan kontemporer yang ada saat ini.

Inilah salah satu alasan yang masuk akal untuk mengkaji kembali konsep pendidikan pembebasan dalam pemikiran Mansour Fakih, dengan harapan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah

(19)

1. Bagaimana konsep pendidikan pembebasan Mansour Fakih?

2. Bagaimana relevansi konsep pendidikan pembebasan Mansour Fakih, terhadap pendidikan Islam di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk:

1. Untuk menjelaskan bagaimana konsep pendidikan pembebasan Mansour Fakih; 2. Untuk Mendeskripsikan bagaimana relevansi konsep pendidikan pembebasan

Mansour Fakih dengan pendidikan Islam di Indonesia.

D. Definisi Operasional

Supaya tidak terjadi kesalahan dalam memahami makna dari judul skripsi ini, maka disini perlu dijelaskan istilah-istilah yang menjadi kata kunci.

1. Pendidikan Pembebasan

Konsep pendidikan pembebasan pada dasarnya sudah menjadi perbincangan yang cukup lama bagi kalangan pakar, dan ini menjadi salah satu persoalan yang harus dihadapi dengan sungguh-sungguh.12 Karena hal itu menyangkut permasalah pemanusiaan manusia.

Pembebasan berasal dari kata bebas. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, bebas artinya lepas atau merdeka. Kebebasan artinya kemerdekaan, tidak terikat,

12 Paulo Freire et al., Menggugat Pendidikan Fundamentalis, Konservatif, Liberal, Anarkis. (Yogyakkarta:

(20)

tidak terganggu dan tidak diwajibkan. Sedangkan pembebasan adalah hal, cara atau hasil pekerjaan membebaskan.13

Konsep pendidikan pembebasan oleh Mansour Fakih dijelaskan dalam 2 teori yaitu Pendidikan Pemberdayaan dan Pendidikan Kritis. Dari kedua konsep itu diharapkan bisa memberikan pencerahan bagi para pendidik secara khusus serta semua kalangan masyarakat secara umum untuk melakukan perubahan terhadap pendidikan.

Pendidikan pembebasan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah pendidikan yang tidak mengekang nilai-nilai pembebasan yang sejatinya dimiliki oleh siswa. Yang diantaranya adalah pendidikan kritis, Oleh karena itu perlu dikaji lebih dalam tentang penelitian konsep pendidikan pembebasan.

2. Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Islam

Islam adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai kebebasan yang bersifat tidak membelenggu. Baik itu yang membelenggu fisik atau Psikis. Iman yang kokoh sejatinya digunakan sebagai semangat untuk melakukan segala hal dari sifat yang lemah, baik fisik ataupun materi. Maka nilai pembebasan dalam Islam yang dijadikan penelitian ini adalah untuk menjadiakan keyakinan agama yang kuat dan mendalam sebagai pengalaman nilai-nilai ajaran yang konsisten sebagai kekuatan pembebas dari segala hal yang membelenggu.

Sedangkan belenggu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang mengekang kebebasan berfikir dan kebebasan bertindak. Selama tidak

(21)

bertentangan dengan prinsip-prinsip pengajaran agama. Oleh karena itu peneliti ingin secara lebih dalam mengkaji pendidikan pembebasan dalam perspektif Islam yang sebenarnya.

3. Relevansi Pendidikan Pembebabasan bagi Pendidikan Islam

Islam adalah agama pembebasan karena "Islam memberikan penghargaan terhadap manusia secara sejajar, mengutamakan kemanusiaan, menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan keadilan, mengajarkan berkata yang hak dan benar, dan mengasihi yang lemah dan tertindas". Ayat-ayat Al Qur'an misalnya, diantaranya "...Kami bermaksud memberikan karunia kepada orang-orang tertindas di bumi. Kami akan menjadikan mereka pemimpin dan pewaris bumi...".14 Hal ini semakin menegaskan bahwa asal usul diturunkannya Islam (dan juga rasul-rasul) adalah untuk membebaskan manusia dari belenggu ketertindasan dan ketidaksadaran.15

Nabi Muhammad dalam perjalanan sejarahya, telah mekalukan sebuah gerakan pembebasan yang cukup besar. Nabi Muhammad bukan saja melakukan pembebabasan terhadap kaum perempuan yang selama berabad-abad telah tertidas oleh budaya Arab yang memarginalkan peran perempuan dalam berbagai sektor publik, tetapi juga mewajibkan kepada setiap Muslim untuk menuntut ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan inilah, umat Islam diharapkan mempunyai “kesadaran terhadap realitas”. Dalam pandangan Asghar Ali Engineer, ilmu

14 QS. Al-Qasas [28]:5

15 Lihat misalnya Musa dengan melakukan pembebasan bagi kaum Israel atas Fir’un, Luth dengan upaya

(22)

pengetahuan ini dapat dihubungkan dengan nur (cahaya), artinya dengan ilmu pengetahuan manusia mampu terbebas dari kegelapan menuju cahaya keselamatan.16

4. Mansour Fakih

Tokoh yang dimaksud dalam penelitian di sini adalah DR. Mansour Fakih, seorang tokoh sosial dan juga pendidik lulusan Fakultas Filsafat dan Teologi, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Hampir 20 tahun, pria yang lahir di Bojonegoro Jawa Timur ini juga menekuni peran sebagai fasilitator program pendidikan kerakyatan di berbagai ORNOP di Indonesia. Fakih juga sebagai pendiri dan pernah menjabat sebagai direktur INSIST.17

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian tentang Mansour Fakih ini diharapkan mempunyai manfaat. Dan manfaat tersebut bisa bersifat teoritis dan praktis. 1. Secara Teoritis, penelitian ini digunakan sebagai salah satu panduan dalam

pengembangan pendidikan secara umum dan pendidikan Islam secara khusus ke arah yang lebih maju melalui pendidikan pembebasan ini. Di samping itu dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan jawaban atas problematika pendidikan saat ini, sehingga dengan penelitian ini hasilnya bisa dirasakan secara luas oleh masyarakat. 2. Secara Praktis, penelitian ini memberi manfaat bagi para pembaca pendidikan dan

bisa dijadikan bahan refrensi tambahan baik di perpustakaan Universitas

16 Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan (Yogyakarta: 1993), hlm 46

17 Mansour Fakih et.al., Pendidikan Populer, Membangun Kesadaran Kritis (Yogyakarta: INSIST Press,

(23)

Muhammadiyah Malang secara umum maupun di perpustakaan Fakultas Agama Islam secara khusus. Penelitian ini juga memberikan kontribusi tentang konsep pembebasan pendidikan Islam dan pengembangan pendidikan dalam dunia pendidikan.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini adalah library research atau kajian pustaka. Kajian pustaka yang mengungkapkan konsep-konsep baru dengan cara membaca dan menganalisis segala tulisan Mansour Fakih yang ada tentang pendidikan, politik, maupun kebudayaan. Bahan bacaan meliputi buku-buku, teks jurnal, majalah-majalah ilmiah dan hasil penelitian yang berhubungan dengan wacana tersebut.18 Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, di mana data yang hendak diteliti, adalah data-data yang memiliki kualitas makna-makna tertentu. Atas penggalian terhadap makna-makna tersebut, diharapkan akan menemukan makna-makna terhadap realitas, peristiwa, aktivitas sosial, persepsi dan pemikiran yang diajukan sebagai obyek pewacanaan atau diskursus utama penelitian.19

2. Objek Studi

Penelitian ini dikhususkan pada pemikiran pendidikan DR. Mansour Fakih seputar konsep pendidikan pembebasan. Adapun yang menjadi objek studi dari judul yang diambil adalah beberapa buku karya DR. Mansour Fakih.

18 M. Pidarta, Studi tentang Landasan Kependidikan; Jurnal, Filsafat, Teori dan Praktik Kependidikan

(Jakarta: 1999), hal. 3-4.

(24)

3. Teknik Pengumpulan Data

Karena penelitian ini merupakan penelitian berbentuk library research, maka penelitian ini disebut juga dokumentasi dan terlebih dahulu peneliti melakukan pencarian segala buku yang ada karya DR. Mansour Fakih dan juga buku-buku penunjang yang relevan. Selain buku, peneliti juga melakukan pencarian terhadap teks, dokumen yang tidak diterbitkan karya DR. Mansour Fakih. Buku, teks, dan dokumen-dokumen tersebut dinamakan dengan sumber data. Dan adapun sumber data tersebut dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data asli yang berasal dari karya DR. Mansour Fakih berupa buku-buku, jurnal, dan teks diantaranya adalah:

a) Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial; Pergolakan Ideologi LSM di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996)

b) Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)

c) Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi (Yogyakarta: Insist Press, 2005)

d) Jalan Lain: Manifesto Intelektual Organik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002)

(25)

f) Menggeser Konsepsi Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996)

g) Pendidikan Pembebasan: Membangun kesadaran Kritis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2001)

h) Idiologi dalam Pendidikan (Pengantar buku Idiologi-Idiologi Pendidikan, William F.Oneil)

i) Membaincang feminisme, Diskursus gender Perspektif Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1996)

j) Komodifikasi sebagai Ancaman kemanusiaan, Pengantar buku Kapitalisme Pendidikan, Francis X Wahono, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001).

k) Catatan Pengantar Bahasa Sebagai Media Dominasi, Pengantar Buku Arwan Tuti Artha, Bahasa dalam Wacana Demokrasi dan Pers (Yogyakarta: AK Group, 2002)

l) Modul Pendidikan Orang Dewasa, Belajar dari Pengalaman; Biarkan Mereka Bicara; Budaya Bisu dan Lain-lain. (P3M).

2) Sumber Data Sekunder

Sedangkan sumber data sekunder merupakan sumber data yang berasal dari buku-buku, jurnal dan teks penunjang yang representatif dengan tema/judul penelitian ini.

(26)

Analis data adalah proses yang dilakukan dengan menggunakan data, mengorganisasikan serta memilih atau memilah menjadi satuan yang dapat dikelola serta mencari dan menemukan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dpat diceritakan kepada orang lain.20 Proses mencari dan mengatur secara sistematik, data-data atau bahan-bahan penelitian yang ditemukan di lapangan, dan tujuan dari analisis data adalah membantu meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang diteliti olehnya.21

Analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis wacana. Adapun makna dari Analisis Wacana adalah:

Istilah wacana (discourse) yang berasal dari Bahasa Latin, discursus, telah digunakan baik dalam arti terbatas maupun luas. Secara terbatas, istilah ini menunjuk pada aturan-aturan dan kebiasaan-kebiasaan yang mendasari penggunaan bahasa baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Secara lebih luas, istilah wacana menunjuk pada bahasa dalam tindakan serta pola-pola yang menjadi ciri jenis-jenis bahasa dalam tindakanAnalisis wacana, dalam arti paling sederhana adalah kajian terhadap satuan bahasa di atas kalimat. Lazimnya, perluasan arti istilah ini dikaitkan dengan konteks lebih luas yang mempengaruhi makna rangkaian ungkapan secara keseluruhan. Para analis wacana mengkaji bagian lebih besar bahasa ketika mereka saling bertautan. Beberapa analis wacana mempertimbangkan konteks yang lebih luas lagi untuk memahami bagaimana konteks itu mempengaruhi makna kalimat.22

Dalam analisis data yang menggunakan analisis wacana pada penelitian ini, haruslah mempertimbangkan konteks yang lebih luas agar seorang peneliti bisa mengetahui bagaimana konteks mempengaruhi kalimat atau teks yang diteliti.

20 Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: 2007), hlm, 346

21 Mukhtar, Erna Widodo. Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif. (Yogyakarta: Avyrouz, 2000) .hal.

123.

22 Mudjia Rahardjo, Analis Wacana dalam Stuti Keislaman Sebuah Pengantar Awal, diakses pada

(27)

Disamping hal itu, analis wacana tidak hanya dipergunakan dalam satu penelitian saja akan tetapi bisa dipakai dalam penelitian lain termasuk bisa dipakai dalam penelitian lapangan.23

Berdasarkan analisis yang dipakai untuk menganalisa data terhadap analisis wacana maka dapat ditemukan ciri-ciri dan karakteristik yang terdapat pada analisis wacana yaitu.24

1. Ciri-ciri analisis wacana

a. Membahas makna yang terkandung di dalam sebuah teks.

b. Usaha memahami makna yang terdapat dalam kontes, teks dan situasi. c. Pemahaman rangkaian tuturan melalui interpretasi semantik.

d. Mengarahkan pemakaian bahasa pada pemakaian bahasa secara fungsional. 2. Adapun karakteristik dari analisis wacana kritis adalah sebagai berikut:

a. Tindakan. Wacana dapat dipahami sebagai tindakan, yaitu mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. Sesorang berbicara, menulis, menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain.

b. Konteks. Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana dipandang, diproduksi, dimengerti dan dianalisis dalam konteks tertentu.

c. Historis, menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks.

d. Kekuasaan. Analisis wacana kritis harus mempertimbangkan elemen kekuasaan. Wacana dalam bentuk teks, percakapan atau apa pun tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah wajar dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan yang

23 Ibid. 24

(28)

dimaksudkan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat.25

Dari cri-ciri dan karakterisktik yang tertera di atas maka penelitian yang menggunakan analisis wacana sebagai analisis datanya tentu haruslah memperhatikan tindakan, konteks, historis dan kekuasan. Pada masa penulis menulis teks tersebut. Pendeskripsian sebuah teks harus sesuai dan menggunakan analisis yang tepat untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik. Dalam penelitian ini, peneliti beranggapan bahwa analisis wacana sangat tepat digunakan dalam penelitian ini.

Selain itu, alasan peneliti menggunakan analisis wacana ini dan tidak

menggunakan analisis isi adalah karena analisis isi tidak mampu untuk menentukan

contoh yang sangat relevan sesuai dengan yang di inginkan peneliti dan juga tidak

mampu memberikan definisi oprasional dari topik yang diteliti.26

Oleh karena itu, analisis wacana menurut peneliti sangat cocok apabila digunakan dalam penelitian yang menggunakan model penelitian studi teks terhadap studi tokoh ini. Dan diharapkan dari analisis wacana ini dapat ditemukan makna yang sesuai dengan apa yang diinginkan dalam penulisan skripsi ini.

G. Sistematika Pembahasan

Bab I Pendahuluan, pendahuluan ini ditulis guna mencapai Sasaran tujuan dan maksud awal dari Penulisan penelitian ini. Pembahasan pada bab ini meliputi Latar

25

Andre Yuris, Studi Analisis Wacana Kritis, diakses pada tanggal 13 Jauari 2013 dari

http://andreyuris.wordpress.com

(29)

Belakang masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Metode penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

Bab II Kajian Pustaka, bab ini akan membahas tentang Konsep Kunci yaitu berhubungan dengan konsep pendidikan Mansour Fakih yaitu pendidikan pembebasan, pendidikan dan pemberdayaan serta pendidikan dan humanisasi.

Bab. III Biografi Mansour Fakih dalam bab ini akan dibahas tentang riwayat kehidupannya, perjalanan pendidikan, perjalanan karir, hasil karya ilmiahnya dan Pemikirannya tentang pendidikan.

Bab IV Isi atau pemaparan hasil penelitian. Bab ini berisi tentang makna konsep pendidikan pembebasan, relevansinya dengan pendidikan Islam di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Bahan pencampur serbuk Ca(OH) 2 kelompok khlorheksidin 2% dan kelompok Gliserin memiliki perbedaan secara bermakna dalam menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus

Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Young (2012) pada individu dengan gangguan mental yang menunjukkan bahwa efek positif dari spiritualitas dapat meningkatkan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: (1) Hanya terdapat satu variabel yang signifikan mempengaruhi pemberian opini audit going concern oleh auditor

client yang beritikad tidak baik dari sejak awal yang menjual “piutang debitur” fiktif kepada pihak factor sehingga berimbas pada wanprestasinya pihak client

Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai yang lebih luas dan mendalam. Seseorang yang memiliki

Berdasarkan hasil uji lanjut DNMRT (α= 5%), produksi biogas tertinggi hingga terendah dihasilkan dari feses kuda, sapi, kerbau dan kambing, baik pada perlakuan

Hasil penelitian didapat bahwa intensitas rasa haus pada kelompok intervensi terjadi penurunan intensitas rasa haus rerata adalah 3.03 dengan nilai signifikan p-value 0.000

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran Pengetahuan Pasien tentang Diet Cairan dan Nutrisi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruang hemodialisa RSUD