• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI TENTANG KONSEP PENDIDIKAN ISLAM"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

A. Ilmu Pengetahuan

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan merupakan rangkaian kata yang sangat berbeda namun memiliki kaitan yang sangat kuat. Ilmu dan pengetahuan memang terkadang sulit dibedakan oleh sebagian orang karena memiliki makna yang berkaitan dan sangat berhubungan erat. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan dan definisinya memang sebenarnya tidak semudah yang diperkirakan. Adanya berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk memahami hakikat ilmu pengetahuan itu.

a. Pengertian Ilmu

Ilmu berasal dari bahasa arab, yakni „alima, ya‟lamu „ilman dengan wazan fa‟ala, yaf‟alu yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa inggris disebut science dari bahasa latin scienta (pengeahuan) scire (mengetahui). Sinonim yang paling dekat dengan bahasa yunani adalah episeme (Jujun S. Suriasumantri, 1998 : 324). Di dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang- bidang fisik atau indrawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisik (Wihadi, Admojo,1998 : 378)

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah :

(2)

1) Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.

2) Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.

3) Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.

4) Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.

5) Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh pancaindrea manusia

6) Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.

Dari beberapa definisi ilmu yang dijelaskan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang rasional, sistematik, konfrehensif, konsisten, dan bersifat umum tentang fakta dari pengamatan yang telah dilakukan.

b. Pengertian Pengetahuan

(3)

Pengetahuan merupakan hasil dari keingintahuan manusia dengan suatu subjek yang ingin diketahuinya. Pada hakikatnya, manusia memahami secara sederhana apa itu pengetahuan namun yang menjadi masalahnya tidak semua manusia dapat mendefinisikan dengan baik pengetahuan ilmu pengetahuan itu.

Karena sebenarnya, pengetahuan itu timbul karena manusianya sendiri yang mencari tahu. Ilmu kadang memiliki makna sebagai sesuatu yang dimiliki seseorang setelah ia mempelajarinya, sementara pengetahuan adalah apa yang diketahuinya.

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of phisolopy dijelaskan bahwa definisi pengeahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).

Sedangkan secara terminologi, menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu milik atau isi pikiran.

Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

1) Hakikat Pengetahuan

Hakikat pengetahuan menurut aliran yang berkembang yakni:

a) Idealisme

Para penganut aliran idealism berpandangan bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental dan psikologis yang bersifat subyektif. Oleh karena itu, pengetahuan tidak lain merupakan gambaran subyektif tentang suatu kenyataan. Menurut mereka, pengetahuan tidak memberikan gambaran sebenarnya tentang kenyataan yang berada di luar pikiran manusia.

b) Empirisme

(4)

Tentang asal-usul pengetahua para penganut aliran ini mengatakan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman indra. Tentang hakikat pengetahuan, mereka mengatakan bahwa pengetahuan adlah pengalaman. Seorang tokoh empirisme radikal adalah David Hume. Dia berpendapat bahwa ide-ide dapat dikembalikan kepada sensasi-sensasi (rangsang indra). Pengalaman merupakan ukuran terakhir dari kenyataan. Apa yang dialami, itulah pengetahuan.

c) Positivisme

Kalau idealism dapat dianggap sebagai kelanjutan dari rasionalisme, maka positivime merupakan perpanjangan dari empirisme. Para penganut aliran ini menolak kenyataan di luar pengalaman. Mereka mengatakan bahwa kepercayaan yang berdasarkan dogma harus digantikan pengetahuan yang berdasarkan fakta.

d) Pragtisme

Tokoh-tokoh aliran ini antara lain Willian James, John Dewey, dan C.S.

Pierce. Menurut aliran ini, hakikat pengetahuan terletak dalam manfaat praktisnya bagi kehidupan. Pengetahuan adalah sarana bagi perbuatan.

C.S. Pierce mengatakan bahwa yang penting adalah pengaruh sebuah ide atau pengetahuan bagi sebuah rencana. Nilai sebuah pengetahuan tergantung pada penerapannya secara konkrit dalam kehidupan masyarakat. Suatu pengetahuan itu benar bukan karena ia mencerminkan kenyataan obyektif, melainkan karena ia bermanfaat bagi umum. Menurut William James, ukuran kebenaran ditentukan oleh akibat praktisnya.

Sedangkan John Dewey menegaskan tidak perlu mempersoalkan kebenaran suatu pengetahuan, tapi sejauh mana pengetahuan memecahkan

(5)

persoalan yang dihadapi masyarakat. Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan berwarna pandangan atau paham filsafatnya.

2) Jenis dan Sumber Pengetahuan

Secara umum, pengetahuan terdiri atas:

a) Pengetahuan non ilmiah/ pengetahuan biasa (common sense)

Pengetahuan non ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah. Secara umum pengetahuan non ilmiah ialah hasil pemahaman manusia mengenai suatu objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

b) Pengetahuan ilmiah

Pengetahuan ilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat tertentu dengan cara berpikir yang khas, yaitu metodologi ilmiah.

c) Pengetahuan noesis (filsafat)

Pengetahuan Noesis (filsafat) adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling hakiki.

Pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebanaran yang asli yang mengandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika atau pengetahuan yang objeknya adalah arche ialah

(6)

prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik, ontologi dan aksionlogi.

d) Pengetahuan agama

Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan melalui para Nabi dan Rasul-Nya yang bersifat mutlak dan wajib diikuti para pemeluknya. Menjadi tolak ukur kebenaran dalam suatu keyakinan dan perpegang pada kitab yang dipegang oara pememluknya.

3) Sumber Pengetahuan

Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasioanal atau menggunakan logika deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta. Namun pada dasarnya, manusia memperoleh pengetahuan dari empat sumber yakni empirisme, rasionalisme, intuisi, dan wahyu.

a) Empirisme, merupakan manusia yang mendasarkan dirinya kepada pengalaman yang mengembangkan paham. Menganggap bahwa dunia fisikadalah nyata karena merupakan gejala yang tertangkap oleh pancaindera. Tokoh-tokohnya antara lain John Locke, Barkeley, David Hume. Para penganut aliran empirisme tentu saja menentang kaum rasionalis yang begitu memberikan tempat dan peranan bagi akal dalam proses lahirnya pengetahuan. Mereka mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh lewat pengalaman. Peran rasio dalam pengetahuan kecil saja.

Yang lebih menentukan adalah pengalaman indra. Akal hanya merupakan tempat penampungan yang secara positif menerima apa yang diterima

(7)

indra. John Locke, filsuf Inggris, misalnya menyebut manusia dengan tabula rasa (papan yang kosong). Di atas papan yang kosong inilah dicatat pengalaman-pengalaman yang masuk lewat indra.

b) Rasionalisme, merupakan kaum rasionalis yang mengembangkan paham rasionalisme, dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan. Para penganut rasionalisme tidak menyangkal peran indra, tetapi mengatakan bahwa peran indra sangat kecil. Yang lebih aktif justru rasio. Mereka mengatakan, pengetahuan manusia sebenarnya sudah ada lebih dulu dalam rasio berupa kategori-kategori. Ketika indra manangkap objek, maka objek-objek yang ditangkap itu hanya dicocokkan saja dengan kategori yang sudah ada lebih dulu dalam rasio. Jadi menurut mereka, pengalaman adalah pelengkap bagi akal. Kaum ini menggunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya, idenya didapatkan dari anggapan- anggapan yang menurutnya jelas dan dapat diterima. Tokoh-tokohnya kebanyakan para filsuf abad pertengahan, seperti Agustinus, Johanes Scotus, Avicenna, dan para filsuf modern seperti Rene Descartes, Spinoza, Leibniz, Fichte, Hegel. Plato, Galileo Galilei dan Leonardo Da Vinci juga termasuk kelompok ini.

c) Intuisi, merupakan manusia yang memperoleh pengetahuan yang tanpa melalui proses penalaran tertentu. Tanpa melalui proses berpikir berliku- liku tiba-tiba saja dia sudah sampai disitu. Paham ini diajarkan oleh Henri Bergon, sering filsuf Prancis. Bergson membedakan pengetahuan atas pengetahuan diskursif dan pengetahuan intuitif. Pengetahuan diskursif bersifat analitis, dan diperoleh melalui perantara simbol. Pengetahuan seperti ini dinyatakan dalam simbol, yakni bahasa. Jadi ini merupakan

(8)

pengetahuan tidak langsung. Kalau saya menceritakan pengalaman saya, maka saya menggunakan bahasa. Jadi, pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini bersifat tidak langsung. Sebaliknya pengetahuan intuitif bersifat langsung, sebab tidak dikomunikasikan melalui media simbol.

Pengetahuan ini diperoleh lewat intuisi, pengalaman langsung orang yang bersangkutan. Jelas, pengetahuan seperti ini lebih lengkap. Ia menghadirkan pengalaman dan pengetahuan yang lengkap bagi orang yang mengalaminya. Tapi, alhasil pengetahuan jenis ini bersifat subyektif, sebab hanya dialami oleh orang tersebut. Menurut intuisionisme, pengetahuan yang lengkap hanya diperoleh lewat intuisi, yakni penglihatan langsung.

Pada pengalaman itu orang seperti melihat kilatan cahaya yang memberikan kepadanya pengetahuan tentang sesuatu secara tuntas. Jadi, ini merupakan pengetahuan lengkap, sedangkan pengetahuan diskursif bersifat nisbih dan parsial. Jelaslah, bahwa sifat pengetahuan dalam intuisionisme lebih subyektif dibanding pengetahuan rasionalis dan empiris yang lebih objektif.

d) Wahyu, merupakan pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hamba-Nya yang terpilih untuk menyampaikannya (Nabi atau Rasul).

Melalui wahyu, manusia diajarkan tentang pengetahuan, baik yang terjangkau maupun tidak terjangkau oleh manusia

Jadi, dari asumsi-asumsi, pendapat-pendapat yang telah dikumpulkan, maka ilmu pengetahuan dapat didefinisikan sebagai seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-

(9)

rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu diperoleh dari keterbatannya.

Dan berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka.

Secara lebih jelas, ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.

Jika bisa saya ambil kesimpulan, ilmu pengetahuan adalah suatu bidang yang berasal dari berbagai pengetahuan yang didapatkan sebagai hasil dari suatu gejala yang dianalisa dan diperiksa secara teliti dengan menggunakan metode metode tertentu (secara rasional, sistematik, logis, dan konsisten) sehingga didapat penjelasana mengenai gejala yang bersangkutan. Jadi ilmu pengetahuan itu konkrit dan tidak terbatas, yaitu dapat diukur kebenarannya. Kehadiran objek dan subjek tidaka dapat dipisahkan atau memiliki keterkaitan satu sama lainnya.

B. Konsep Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan secara bahasa dan istilah

(10)

a. Pengertian pendidikan menurut bahasa

Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan terdiri dari didik, sebagaimana dijelaskan Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan (hal, cara dan sebagainya) mendidik (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991 : 323).

Pengertian ini memberi kesan bahwa kata pendidikan lebih mengacu kepada cara mendidik. Selain kata pendidikan, dalam bahasa Indonesia terdapat pula kata pengajaran, sebagaimana dijelaskan Poerwadarminta berarti cara mengajar atau mengajarkan, kata lain yang serumpun dengan kata tersebut adalah mengajar yang berarti member pengetahuan (Poerwardarminta, 1991 : 250).

b. Pengertian Pendidikan menurut Istilah

Ditinjau dari segi istilah, pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. Nur Uhbiyati menyatakan, Pendidikan Islam adalah “suatau system pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang di butuhkan oleh hamba Allah”. oleh karena itu Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik di dunia maupun di akhirat (Nur Uhbiyati, 1999 : 12).

Sedangkan menurut Drs. Ahmad Marimba: pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian utama dengan istilah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam (Nur Uhbiyati, 1998 : 5).

Adapun menurut Dr. Ali Ashraf, pendidikan Islam, kata saya dalam kata pengantar crisis in muslim education-(krisis dalam pendidikan Islam)-adalah

(11)

pendidikan yang melatih sensibilitas murid-murid sedemikian rupa, sehingga dalam perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan keputusan begitu pula pendekatan mereka terhadap semua ilmu pengetahuan mereka diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam dirasakan (Dr. Ali Ashraf, 1996 : 23).

2. Dasar-dasar Pendidikan Islam

Dalam menetapkan sumber pendidikan Islam dikemukakan tiga dasar utama dalam pendidikan Islam, adalah:

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai kalam Allah SWT, yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW bagi pedoman manusia, merupakan petunjuk yang lengkap mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yang universal yang mana ruang lingkupnya mencakup ilmu pengetahuan yang luas dan nilai ibadah bagi yang membacanya yang isinya tidak dapat dimengerti kecuali dengan dipelajari kandungan yang mulia itu (Manna Al-Qothan, 1999 : 21).

Pengertian Al-Qur’an ini lebih lengkap dikemukakan oleh Abdul Wahab Kholaf, menurutnya, Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan oleh Malaikat Jibril kepada Rosulullah SAW dengan menggunakan lafadz Arab dan makna yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rosul, bahwa ia benar-benar Rosulullah SAW, menjadi undang-undang bagi manusia, sebagai petunjuk dan sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah SWT bagi pembacanya (Abdul Wahab Khalaf, 1972 : 23).

b. As-Sunnah

Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang termuat dalam tiga dimensi yaitu berisi ucapan, pernyataan, dan persetujuan Nabi atas peristiwa yang terjadi. Semua contoh yang ditujukan Nabi merupakan acuan

(12)

yang dapat diteladani oleh manusia dalam aspek kehidupan. Posisi hadits sebagai sumber pendidikan utama bagi pelaksanaan pendidikan Islam, yang dijadikan referensi teoritis maupun praktis. Acuan tersebut dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu:

1) Sebagai acuan syari’ah: yang meliputi muatan-muatan pokok ajaran Islam secara teoritis.

2) Sebagai acuan operasional-aplikatif: yang meliputi cara Nabi memainkan perannya sebagai pendidik yang professional, adil dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.

Proses pendidikan Islam yang ditujukan Nabi merupakan bentuk pelaksanaan pendidikan yang bersifat fleksibel dan universal, sesuai dengan potensi yang dimiliki manusia, kebiasaan, masyarakat, serta kondisi alam dimana proses pendidikan tersebut berlangsung (Samsul Nizar, 2001 : 97).

c. Ijtihad

Melakukan ijtihad di bidang pendidikan Islam perlu karena media pendidikan merupakan sarana utama dalam membangun pranata kehidupan social, dalam arti maju mundurnya kebudayaan manusia berkembang secara dinamis sangat ditentukan dari dinamika system pendidikan yang dilaksanakan.

Dalam dunia pendidikan, sumbangan ijtihad dalam keikutsertaanya menata system pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan untuk perumusan system pendidikan yang dialogis dan adaptik, baik karena pertimbangan perkembangan zaman maupun kebutuhan manusia dengan berbagai potensi diperlukan upaya maksimal. Proses ijtihad, harus merupakan kerjasama yang utuh diantara mujtahid (Samsul Nizar, 2008 : 100).

.

(13)

3. Tujuan Pendidikan Islam

Berbicara tentang tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup, yaitu tujuan hidup manusia. Di mana manusia diciptakan untuk menjadi khalifah, manusia yang dianggap sebagai khalifah Allah SWT tidak dapat memegang peranan tanggung jawab sebagai khalifah kecuali kalau ia dilengkapi dengan potensi-potensi yang membolehkan berbuat demikian.

Tujuan pendidikan Islam ditinjau dari segi historis memiliki dinamika seirama dengan kepentingan dan perkembangan masyarakat di mana pendidikan itu dilaksanakan. Contoh sederhana bahwa tujuan pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW berbeda jauh dengan tujuan pendidikan Islam pada masa modern sekarang ini.

Perkembangan inilah yang menyebabkan tujuan pendidikan Islam secara khusus mengalami dinamika seirama dengan perkembangan zaman, namun tanpa melepaskan diri pada nilai-nilai Ilahiah dan tujuan umumnya, yaitu sebagai ibadat.

Akibat dinamikanya ini, para ahli muslim mencoba untuk memberikan definisi khusus terhadap pendidikan Islam. Antara lain adalah Muhammad Fadhil Al-Jumaly yang memberikan batasan bahwa tujuan pendidikan Islam itu adalah membina kesadaran atas diri manusia itu sendiri dan atas sistem sosial yang Islami. Sikap dan rasa tanggung jawab sosialnya, juga terhadap alam ciptaan-Nya serta kesadarannya untuk mengembangkan dan mengelola alam ini bagi kepentingan dan kesejahteraan umat manusia. Dan yang penting lagi ialah terbinanya ma’rifat kepada Allah Pencipta alam semesta dengan beribadah kepada-Nya dengan cara mentaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya (Samsul Nizar, 2008 : 105).

Dalam versi yang lain, Ibn Khaldun menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam berupaya bagi pembentukan aqidah/keimanan yang mendalam. Menumbuhkan dasar-dasar akhlak karimah melalui jalan agamis yang diturunkan untuk mendidik jiwa

(14)

manusia serta menegakkan akhlak yang akan membangkitkan kepada perbuatan yang terpuji. Upaya ini sebagai perwujudan penyerahan diri kepada Allah pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya (Samsul Nizar, 2008 : 106).

Sedangkan dalam undang-undang nasional RI No. 2 Tahun 1989 disebutkan bahwa:

“Pendidikan nasional bertujuan, mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan budi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan yang kebangsaan”

Dari berbagai rumusan di atas, terdapat beberapa tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

a. Tujuan umum, yakni tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, penghayatan dan keyakinan akan kebenaran.

b. Tujuan akhir, yaitu insan kamil yang mati dan akan menghadap tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam. Dalam arti bahwa mati dalam keadaan muslim merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup yang pasti berisikan kegiatan pendidikan.

c. Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.

d. Tujuan operasional yaitu tujuan praktis yang hendak dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu, yang menuntut kemampuan dan keterampilan tertentu yang lebih ditonjolkan pada sifat penghayatan dan kepribadian (Samsul Nizar, 2008 : 112).

(15)

Melaui bebagai penjelsan di atas, jelaslah bahwa tujuan pendidikan Islam lebih berorientasi kepada nilai-nilai luhur dari Tuhan yang harus diinternalisasikan ke dalam diri individu anak didik melalui proses pendidikan.

4. Metode Pendidikan Islam

Dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata, yaitu kata “meta” yang berarti melalui dan kata “hodos” yang berarti jalan, dengan demikian metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu (Abuddin Nata, 1997 : 91). Jalan mencapai tujuan ini bermakna ditempatkan pada posisi sebagai cara untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau tersistematisasikannya. Dengan pengertian tersebut berarti metode lebih memperlihatkan sebagai alat untuk mengolah dan mengemban suatu gagasan.

Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat berarti bahwa metode sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek dan sasaran, yaitu pribadi Islami.

Selain itu metode dapat pula berarti sebagai cara untuk memahami, menggali dan mengembangkan ajaran Islam sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Demikianlah ilmu pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan Islam yang tugas dan fungsinya adalah memberikan cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dan ilmu pendidikan tersebut.

Ada beberapa metode dalam pendidikan Islam yang dikemukakan para ahli, di antaranya ialah:

a. Keteladanan

Metode teladan atau pemberian contoh merupakan teknik pendidikan yang efektif karena memberikan cukup besar pengaruh dalam mendidik, sehingga dapat menterjemahkan dengan tingkah laku, tindak tanduk, ungkapan rasa dan pikiran,

(16)

sehingga menjadi dasar dan arti suatu metode. Dengan demikian, suatu metodologi akan berubah menjadi suatu gerakan. Karena itulah, maka Allah mengutus Nabi Muhammad SAW menjadi teladan untuk manusia. Dalam diri beliau Allah menyusun suatu bentuk sempurna, yang mengandung nilai paedagogis bagi kelangsungan hidup manusia. Firman Allah Ta’ala:

ۡ دَلَّى

ۡ ِلُٔسَرۡ ِفِۡ ًُك َىَۡنَكَ ۡ

ِۡ َّللّٱ

ۡ

ْۡأُج رَيۡ َن َكٍَََِّۡلۡٞثَِ َسَحٌۡةَٔ س ُ أ

َۡ َّللّٱ

َۡۡو

َۡم َٔ لۡٱ

ۡ

َۡرِخلۡأٓٱ

ۡ

َۡرَنَذَو

َۡ َّللّٱ

ۡ ۡ ۡۡ ٢١ ۡاٗيرِثَن

ۡ

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al-Ahzab: 21)

b. Metode Permisalan

Mendidik dengan menggunakan metode pemberian perumpamaan atau metode imtsal tentang kekuasaan Tuhan dalam menciptakan hal-hal yang hak dan hal-hal yang bathil, misalnya sebagai yang digambarkan Allah SWT dalam firman- Nya sebagai berikut:

َۡلَزُ َ أ

ۡ

ۡ ٌََِ

ِۡءٓاٍَ َّسلٱ

ۡ

َۡفۡ ٗءٓاٌَ

َۡفۡاَِْرَدَلِةۡةَُۢيِد و َ

أۡ جَىا َس

َۡوٍََت حٱ

ۡ

ُۡو ي َّسلٱ

َۡنوُدِكُٔيۡاٍَِّمَوۡۖاٗيِباَّرۡا ٗدَبَز ۡ

ۡ ِفِِّۡ ي َيَع

ِۡراَّلنٱ

َۡءٓاَغِت ةٱ ۡ

ُُّۡي ثٌِّۡٞدَبَزۡ ٖعَٰ َتٌَۡ و َ ۡ أٍۡثَي يِح

ۡ ُبِ ضَۡيۡ َمِلَٰ َذَن ۡ ۥۡ

ُۡ َّللّٱ

ۡ

َّۡقَ لۡٱ

ۡ َوِطَٰ َب ىٱ َۡۡو

ۡ

َ ۡ أَف اٌَّ

ۡ

ُۡدَبَّزلٱ

ۡ

ُۡعَفَِيۡاٌَۡاٌَّ َ

أَوۡۖٗءٓاَفُجۡ ُبَْ ذَيَف

ۡ َساَّلنٱ

ۡ ِفِۡ ُثُه ٍَيَف ۡ

ۡ ِضرۡ َ لۡٱ

ۡ ُبِ ضَۡيۡ َمِلَٰ َذَن ۡ

ُۡ َّللّٱ

ۡ

َۡلاَث ٌ لۡٱ َ

ۡ

١٧

ۡۡ

ۡ

Artinya: “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat

(17)

perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan”. (Q.S. Ar-Ra’d: 17)

c. Metode Motivasi

Yaitu cara memberikan pelajaran dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk memperoleh kegembiraan bila mendapatkan sukses dalam kebaikan, sedangkan bila dalam keadaan tidak sukses karena tidak mau mengikuti petunjuk yang benar maka akan mendapat kesusahan. Metode ini juga disebut sebagai metode targhieb dan tarhieb (hadiah dan ancaman). Yang memberikan dorongan untuk selalu berbuat baik dalam hal-hal yang bersifat positif (Nur Uhbiyati, 1999 : 110).

Dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam surat Al-Zalzalah ayat 7-8 sebagai berikut:

ٍَََف

ُۡهَرَيۡاٗ يرَخٍۡةَّرَذۡ َلاَل ثٌِۡ وٍَ عَي ۡ ۥۡ

٧

ُۡهَرَيۡاّٗ َشٖۡةَّرَذۡ َلاَل ثٌِۡ وٍَ عَيٌَََۡو ۡۡ

ۥۡ

٨

ۡۡ

ۡ

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya (7). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (8)”. (Q.S. Al-Zalzalah: 7-8) d. Metode Instruksional

Yaitu metode yang bersifat mengajar tentang ciri-ciri orang yang beriman dan bersikap serta bertingkah laku agar mereka dapat mengetahui bagaimana seharusnya mereka bersikap dan bertingkah dalam kehidupan sehari-hari.

e. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab sering digunakan oleh Rasulullah SAW dan para Nabi dalam mengajarkan agama kepada umatnya. Bahkan para ahli pikir dan filosofpun banyak mempergunakan metode tanya jawab ini. Oleh karenanya, metode ini adalah

(18)

yang paling tua dalam dunia pendidikan dan pengajaran di samping metode ceramah. Namun efektifitasnya lebih besardaripada metode-metode yang lain, karena dengan tanya jawab, pengertian dan pemahaman seseorang dapat lebih dimantapkan, sehingga segala bentuk kesalah pahaman, kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat dihindari (H. M. Arifin: 1996 : 70).

Dalam Al-Qur’an disebutkan pada surat An-Nahl ayat 43 sebagai berikut:

ۡٓاٌََو

ۡ سَفۡۖ ًِٓ َلِۡإۡٓ ِحُُِّٔۡ ٗلَّاَجِرۡ َّلَِّإَۡمِي تَقٌَِۡۡاَِ يَس رَأ ۡ

َۡٔۡ

ۡ َو ْ َ أْۡآُٔي

ِۡر نِّلٱ

ۡ ًُتُِنۡنِإ ۡ

ۡ

َۡنٍَُٔي عَتۡ لَّ َ ٤٣

ۡۡ

Artinya: “Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (Q.S. An-Nahl: 43)

f. Metode Kisah-kisah

Kisah atau cerita sebagai metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan.

Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan. Ia menggunakan berbagai jenis cerita; cerita sejarah faktual yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang ditampilkan oleh contoh-contoh tersebut, cerita drama yang melukiskan fakta yang sebenarnya tetapi bisa diterapkan kapan dan di saat apapun (Abuddin Nata, 1997 : 97). Metode ini juga dicontohkan dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76:

ۡ ٌََِۡ َُّٰ َن يَتاَءَوۡۖ ًِٓ ي َيَعۡ َٰ َغََتَفۡ َٰ َسَُٔمۡ ِم َٔكٌَِۡۡ َنَكَۡ َنوُرََٰقۡ َّن إ

ِۡزُِٔ ُه ىٱ

َُّۡ ِتِاَفٌَۡ َّنِإۡ ٓاٌَ ۡ ۥۡ

ۡ ُ أَُِٓٔ َلَ

ِۡثَت صُع ىٱ ِۡة

ۡ ِلِْو ُ ۡ أ

ِۡةَُّٔل ىٱ

ۡ

ُۡ َ

لۡ َلاَكۡ ذِإ ۥۡ

ٌُُّۡ َٔك

َّۡنِإۡۖ حَر فَتۡ لَّ َ ۥۡ

َۡ َّللّٱ

ۡ

ۡ ُّبِ ُيُۡ لَّ َ

َۡيِحِرَف ىٱ

ۡ ٧٦

ۡۡ

ۡ

Artinya: “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah

(19)

orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". (Q.S. Al-Qashash: 76)

5. Ruang Lingkup Pendidikan

H. M. Arifin mengatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam mencakup kegiatan-kegiatan kependidikan secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi.

a. lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.

b. lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang sejahtera.

c. lapangan hidup ekonomi. agar dapat berkembang menjadi sistem kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia.

d. lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan makmur di bawah ridlo dan ampunan Allah swt.

e. lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai ajaran Islam.

f. lapangan hidup seni budaya, agar menjadikan hidup manusia penuh keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai-nilai moral agama.

g. lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh iman. (H.M. Arifin, 1991 : 30)

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ruang lingkup materi pendidikan Islam meliputi kegamaan, kemasyarakatan, seni budaya dan ilmu pengetahuan.

Dengan demikian materi pendidikan Islam yang diberikan di sekolah berperan untuk pengembangan potensi kreatifitas peserta didik dan bertujuan untuk mewujudkan manusia

(20)

yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi. Oleh karena itu, pendidikan Islam sangat bertolak belakang dengan ilmu pendidikan non-Islam. Pengembangan pendidikan Islam adalah upaya mengembangkan sebuah sistem pendidikan alternatif yang lebih baik dan relatif dapat memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan yang mereka hadapi sehari-hari.

Referensi

Dokumen terkait

Ini akan menguntungkan karena biasanya anak tak bisa meludah, hingga lendir yang menyumbat saluran pernapasan sulit dikeluarkan.Khusus pada bayi atau anak di bawah usia 2

Tehran's Joint ISPRS Conferences of GI Research, SMPR and EOEC 2017, 7–10 October 2017, Tehran, Iran.. integration of geo web services for advanced queries such as

Guru mengatakan bahwa keaktifan siswa dalam diskusi atau mengemukakan pendapat saat diskusi hanya 25% dan siswa aktif menanggapi pendapat saat kelompok lain persentasi

Alternatif teknologi pengelolaan limbah padat B3 yang dapat direkomendasikan anatara lain dengan pengadaaan bahan yang sesuai kebutuhan; melaksanakan house keeping yang lebih

Berdasrkan tabel angket mahasiswa di atas, dapat diketahui bahwa jumlah P (prosentase data secara keseluruhan) adalah 78, 25%, sehingga media pembelajaran berbasis animasi pada

Gambar 5 mengilustrasikan pergantian fluida 1 dengan kontras densitas ρ0 oleh fluida 2 dengan kontras densitas ρ1 dan direpresentasikan oleh perubahan nilai

serta cara pengelolaan usaha pihak yang melakukan penawaran umum dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syariah di pasar modal sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar Perseroan

Kesimpulan dari artikel ini adalah Lembar Kerja Mahasiswa untuk meningkatkan literasi sains pada mata kuliah Fisika Biologi bersifat valid dengan kategori baik.. Dengan