i KOMPETENSI GURU DALAM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES
UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR ANAK SALEH KOTA MALANG
SKRIPSI
Oleh: SitiWahyuni 201110010311070
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM
ii KOMPETENSI GURU DALAM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES
UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR ANAK SALEH KOTA MALANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)
Oleh: Siti Wahyuni NIM: 201110010311070
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM
v PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tua tercinta:
Bapak Lili Mulyadi
Mamah Uun Unariyah
Orang tua angkat:
Mom Rima Sulastika Chandra
Keluarga Besar:
Bibi Niah
Mamang Pani
Aa Fathon
Aa Rohim
Dan lain-lain
Sahabat-sahabat Tarbiyah B angkatan 2011 Serta teman-teman terbaik di mana pun berada
vii KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas kekuatan yang
diberikan, sehingga skripsi ini berhasil penulis selesaikan. Shalawat dan salam
penulis limpahkan kepada nabi Muhammad SAW.
Banyak pihak yang berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini, oleh
karena itu penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada:
1. Ayah Lili Mulyadi, ayah tiri yang selalu menganggap dan memperlakukan
penulis sebagai anak kandungnya, orang yang paling bekerja keras dalam
memenuhi segala impian penulis.
2. Mamah Uun Unariyah, yang menganggap penulis sebagai pengobat segala
luka hatinya, yang menganggap penulis sebagai kebahagiaan terbesarnya.
Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan, meski berlebihan, tapi
itulah yang membuat penulis selalu ingin membuktikan bahwa penulis sebaik
yang diprasangkakan beliau.
3. Mom (Ibu Rima Chandra), yang tidak pernah berhenti membantu penulis
terutama dalam finansial.
4. Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M. AP selaku Rektor UMM.
5. Drs. Faridi, M. Si selaku Dekan FAI UMM.
6. Saiful Amien, S. Ag, M.Pd selaku dosen wali kelas Tarbiyah B angkatan
2011.
7. Dosen pembimbing skripsi: Drs. Khozin, M. Si (dosen pembimbing 1) dan
viii
lembut namun tegas dan friendly pak Khozin membuat penulis merasa
nyaman saat bimbingan skripsi, terima kasih. Bu Afif, terima kasih atas ide,
saran, dan masukan terhadap kekurangan-kekurangan skripsi penulis.
8. Seluruh dosen Jurusan Tarbiyah FAI UMM, atas ilmu yang luas dan
kesabaran tidak terhingga dalam menyampaikannya kepada penulis.
9. Pihak SD Anak Saleh Kota Malang, terima kasih atas kesediaan meluangkan
waktu untuk memberikan semua informasi yang penulis butuhkan. Terima
kasih juga atas perlakuan yang sangat ramah selama penulis meneliti di sana.
10.Keluarga besar Muhammadiyah Pandeglang dan kakak-kakak PW IPM
Banten, yang selalu memberikan motivasi untuk segera lulus dan kembali ke
Banten dan Muhammadiyah.
11.Sahabat terbaik penulis yang irasional, Unaimah Sanaya, terima kasih atas
motivasi dan ide gila yang tidak pernah habis di otaknya.
12. Keluarga penulis di Malang: Aizz, Umami, mbak Tita, Ukhty Po’oh, terima
kasih untuk telah membersamaiku dalam mudah dan sulit.
13.Teman-teman kelas Tarbiyah B angkatan 2011, dan semua yang tidak
mungkin penulis sebut satu per satu.
Semoga Allah membalas dengan balasan yang lebih baik.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis
memohon kritik dan saran membangun dari pembaca. Semoga bermanfaat!
Malang, 7 Mei 2015
ix DAFTAR ISI
Kover Dalam ... i
Lembar Persetujuan ... ii
Lembar Pengesahan ...iii
Lembar Persembahan ...iv
Surat Pernyataan ...v
Abstrak ...vi
Kata Pengantar ………..vii
Daftar Isi ...ix
Daftar Tabel ...xii
Daftar Gambar ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 8
C.Tujuan Penelitian ... 8
D.Manfaat Penelitian ... 9
E.Batasan Istilah ... 9
1.Implementasi ... 9
2.Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 10
3.Berbasis Multiple Intelligences ... 10
4.Anak Berkebutuhan Khusus ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A.Anak Berkebutuhan Khusus ... 12
1. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus ... 12
2. Sejarah Perkembangan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus .... 13
a. Sekolah Segresi (Terpisah) ... 13
b. Sekolah Integrasi (Terpadu) ... 15
c. Sekolah Inklusif ... 16
3. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus dan Pembelajarannya ... 19
a. Anak dengan Kesulitan Belajar ... 21
b. ADHD ... 24
c. Autis ... 26
d. Anak Berbakat ... 29
B.Kompetensi Guru ... 32
1. Definisi Kompetensi Guru ... 33
2. Macam-Macam Kompetensi Guru ... 33
3. Kompetensi Guru SD ... 37
C.Konsep Multiple Intelligences ... 43
1. DefinisiMultiple Intelligences ... 43
2. Sejarah Teori KecerdasanMultiple Intelligences ... 44
x
a. Kecerdasan Linguistik ... 49
b. Kecerdasan Logis-Matematis ... 49
c. Kecerdasan Spasial... 50
d. Kecerdasan Kinestesis ... 50
e. Kecerdasan Musik ... 50
f.Kecerdasan Intrapersonal ... 51
g. Kecerdasan Interpersonal ... 51
h. Kecerdasan Naturalis ... 52
i.Kecerdasan Eksistensialis ... 52
4. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ... 52
a. RPP Berbasis Multiple Intelligences ... 53
b. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ... 54
c. Penilaian Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ... 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 78
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 65
B. Tempat Penelitian ... 67
C. Informan Penelitian ... 67
D. Teknik Pengambilan Data ... 68
1. Observasi ... 68
2. Wawancara ... 69
3. Dokumentasi ... 71
E. Analisis Data ... 71
F. Sistematika Penulisan ... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 75
A. Penyajian dan Analisa Data ... 75
1. Profil SD Anak Saleh Kota Malang ... 75
2. Visi dan Misi SD Anak Saleh Kota Malang ... 77
3. Struktur Organisasi, Keadaan Guru, dan Keadaan Peserta Didik SDAnak Saleh Kota Malang ... 80
a. Struktur Organisasi SD Anak Saleh Kota Malang ... 80
b. Keadaan Guru SD Anak Saleh Kota Malang ... 82
c. Keadaan Peserta Didik SD Anak Saleh Kota Malang ... 86
d. Keadaan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus SD Anak Saleh Kota Malang ... 89
4. Kurikulum SD Anak Saleh Kota Malang ... 91
5. Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang ... 92
6. Kebijakan Penerimaan ABK di SD Anak Saleh Kota Malang .... .. 94
7. Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus dan Kualifikasi Multiple Intelligences-nya di SD Anak Saleh Kota Malang ... . 96
a. Identifikasi ABK di SD Anak Saleh Kota Malang ... 96
b. KualifikasiMultiple IntelligencesSiswa di SD Anak Saleh Kota Malang ... 99
B.Hasil Penelitian ... 103
xi
2. Implementasi Pembelajaran PAI Berbasis Multiple Intelligences
untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang ... 107
BAB V PENUTUP ... 125
A. Kesimpulan ... 125
B. Saran ... 126
DAFTAR PUSTAKA ... 127
xii DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Kompetensi Guru Kelas di SD/MI ... 37
Tabel 2 Data Guru SD Anak Saleh Kota Malang ... 82
[image:12.595.193.403.315.527.2]Tabel 3 Data Siswa SD Anak Saleh ... 86
xiii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pergerakan dari SLB ke Sekolah Inklusif ... 18
Gambar 2.2 Proses Portofolio ... 62
[image:13.595.192.403.314.525.2]Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 66
xiv DAFTAR LAMPIRAN
1. Biodata Peneliti
2. Pedoman Observasi
3. Pedoman Wawancara
4. Program Tahunan PAI SD Anak Saleh Kota Malang
5. Program Semester PAI SD Anak Saleh Kota Malang
6. Silabus PAI SD Anak Saleh Kota Malang
7. RPP PAI SD Anak Saleh Kota Malang
8. Penilaian Hasil Pembelajaran
xv DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Bungin, Burhan. (2011). Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:
Chamidah, Atien Nur. (2010). Pendidikan Inklusif untuk Anak dengan Kebutuhan Kesehatan Khusus. Jurnal Pendidikan Khusus. Vol. 7, No. 2.
Chatib, Munif. (2014). Gurunya Manusia; Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara. Bandung: Kaifa.
Chatib, Munif. (2014). Sekolah Anak-Anak Juara; Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Kaifa.
Chatib, Munif. 2014. Sekolahnya Manusia; Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: Kaifa.
Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi. Bandung: PT Refika Aditama.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: .
Dokumen Depdiknas RI dihimpun oleh Zainal Aqib, Standar Kualifikasi-Kompetensi-Sertifikasi Guru-Kepala Sekolah-Pengawas Sekolah (Bandung: Penerbit Yrma Widya, 2008).
Elisa, Syafrida dan Aryani Tri Wrastari. (2013). Sikap Guru Terhadap Pendidikan Inklusif Ditinjau dari Faktor Pembentuk Sikap. Jurnal Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Vol. 2, No. 1.
Fadlillah, Muhammad. (2012). Desain Pembelajaran PAUD; Tinjauan Teoritik & Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruz Media.
Gardner, Howard. (2013). Multiple Intelligences. (Terj. Alexander Sindoro). Tangerang Selatan: Interaksara.
Hernawati, Tati. (2007). Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Berbicara Anak Tunarungu. Jurnal JASSI_anakku. Vol. 7, No. 1.
xvi
Koentjaraningrat. (1985). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.
M, Aphroditta. (2013). Panduan Lengkap Orang Tua & Guru untuk Anak dengan Disgrafia (Kesulitan Menulis). Jogjakarta: Javalitera.
Mestika, Putti Addina. Sarana Bantu Atletik Lari Tunanetra dengan Sistem Kerja Line Follower. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain. No. 1.
Misbach. (2012). Seluk-Beluk Tunadaksa & Strategi Pembelajarannya. Jogja: Javalitera.
Mudlofir, Ali. (2012). Pendidik Profesional; Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mulyasa, E. (2013). Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: PT Remaja Rosydakarya.
Osman, Betty B. (2002). Lemah Belajar dan ADHD. Jakarta: Grasindo.
Widiastutik, Anik. (2012). Kompetensi Mengajar Guru IPS SMP di Kabupaten Sleman. Jurnal Ilmiah Pendidikan Nuansa. Vol. 1, No. 1, Maret-Agustus 2012.
Santoso, Hargio. (2012). Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunu, Christopher. (2012). Unlocking Autism; Panduan Memecahkan Masalah Autisme. Yogyakarta: Penerbit Lintangterang.
Suryosubroto, B. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Putra.
Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Sistem Pendidikan Nasional (rev. ed.; Bandung: 2006).
xvii Internet:
Alimin, Zainal. Pendidikan Kebutuhan Khusus. Modul.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19590324198 4031-ZAENAL_ALIMIN/modul_1_UNIT_1_.pdf
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa,diakses pada tanggal 25 Januari 2015 dari: http://www.kopertis12.or.id/wp-
content/uploads/2013/07/Permen-No.-70-2009-tentang-pendidiian-inklusif-memiliki-kelainan-kecerdasan.pdf
Manajemen Pendidikan Inklusif; Konsep, Kebijakan, dan Implementasinya dalam Perspektif Pendidikan Luar Biasa,diakses pada tanggal 25 Januari 2015 dari:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1956072219
85031-SUNARYO/Makalah_Inklusi.pdf
Soal Pendidikan Inklusif, Indonesia Ranking Indonesia Merosot Terus, diakses
pada tanggal 25 Januari 2015 dari:
http://edukasi.kompas.com/read/2009/11/30/17003448/soal.pendidikan.inkl usi.ranking.indonesia.merosot.terus
Jumlah GPK Belum Sebanding dengan ABK,diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari:
http://malang-post.com/pendidikan/84871-jumlah-gpk-belum-sebanding-dengan-abk
Kadindik Jatim: ABK Luar Biasa, diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari: http://presensi-kota-malang.koranpendidikan.com/view/5711/kadindik-jatim-abk-luar-biasa.html
130 Sekolah di Kota Malang Layani Anak Berkebutuhan Khusus,diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari:
http://www.solider.or.id/2014/08/13/130-sekolah-di-kota-malang-layani-anak-berkebutuhan-khusus
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor kesuksesan seseorang.
Pendidikan menjadikan seseorang mengalami kemudahan dalam sosial dan
finansial. Lebih dari itu, pendidikan juga menjadi alat penggerak kemajuan
suatu negara.
Jika demikian, maka negara, melalui pemerintah, bertanggung
jawab atas terpenuhinya hak pendidikan bagi setiap warga negara tanpa
terkecuali. Hal ini dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 Ayat 1, sebagai berikut:
"Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa."1
Undang-undang tersebut menghendaki pendidikan untuk semua
warga negara Indonesia. Dilihat dari kondisi fisik, emosional, mental,
intelektual, dan sosial, warga negara dibagi menjadi dua, yaitu warga
negara yang reguler dan warga negara yang berkebutuhan khusus, namun
penyelenggaraan pendidikan di masyarakat masih cenderung memfasilitasi
warga negara yang reguler dan belum banyak memperhatikan warga
negara berkebutuhan khusus.
Sekolah yang mengaku unggulan mengadakan seleksi ketat untuk
menjaring calon siswanya. Hanya anak-anak dengan nilai tes tertinggilah
yang duduk di bangku sekolah tersebut, sedangkan anak berkebutuhan
1
2
khusus (ABK) yang memiliki kesulitan belajar dianggap akan mencoret
citra sekolah. Mayoritas sekolah beranggapan bahwa in put yang baik akan
menghasilkan out put yang baik pula.
Hal tersebut menjadikan ABK kesulitan mendapatkan layanan
pendidikan. Sekolah luar biasa (SLB), yang merupakan fasilitas
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, di Indonesia jumlahnya masih
sedikit jika dibandingkan dengan jumlah sekolah umum dan
penyebarannya kurang merata. Jumlah SLB pada tahun 2006 hanya 1.312,
kurang dari satu persen dari sekolah umum yang berjumlah 170.891.
Selain itu, SLB juga mayoritas berada di Jawa dan di ibu kota propinsi
atau kabupaten saja.2
Akibatnya, ABK tercecer dan terabaikan. Hasil sensus penduduk
2010, dari 237 juta penduduk Indonesia, jumlah ABK usia sekolah ada
355.859 dan 74,6% dari jumlah tersebut belum memperoleh layanan
pendidikan.3 ABK yang tidak sekolah dan memiliki orang tua yang awam,
sering kali diperlakukan tidak manusiawi. Mereka dititipkan di panti
rehabilitasi jiwa. ABK juga kerap disiksa dan dipasung hingga
meninggal.4
Solusi yang ditawarkan pemerintah untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah dengan merubah paradigma penyelenggaraan pendidikan
untuk ABK dari SLB menjadi sekolah inklusif yang diatur dalam
2
Jumlah SLB Kurang dari Satu Persen, diases pada tanggal 24 Januari 2015 dari: http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/23/02471270/Jumlah.SLB.di.Bawah.Satu.Persen.
3 Ibid. 4
3
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 Tentang
Pendidikan Inklusi Pasal 1:
"Dalam peraturan ini, yang dimaksud dengan Pendidikan Inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya."5
Ditetapkannya peraturan pemerintah tentang pendidikan inklusif
tersebut menimbulkan konsekuensi bagi setiap sekolah umum untuk
menerima ABK mendaftar menjadi siswa di sekolah tersebut. Inovasi ini
tidak hanya menguntungkan bagi ABK, sekolah juga mendapatkan
manfaatnya. Pendidikan inklusif memperluas akses pendidikan bagi ABK
sekaligus mengajari siswa reguler tentang perbedaan kondisi fisik maupun
mental, sehingga mendukung penanaman nilai-nilai toleransi.
Perkembangan pendidikan inklusif di Indonesia cukup
menggembirakan dan mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan,
terutama para praktisi pendidikan. Menurut penilaian organisasi
pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan perserikatan bangsa-bangsa,
UNESCO, pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-58 dari
130 negara dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif untuk ABK.6
Hanya saja, peringkat tersebut tidak dapat bertahan. Berita yang dikutip
Kompas menyampaikan, ranking Indonesia dalam penyelenggaraan
5
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa,diakses pada tanggal 25 Januari 2015 dari:
http://www.kopertis12.or.id/wp-content/uploads/2013/07/Permen-No.-70-2009-tentang-pendidiian-inklusif-memiliki-kelainan-kecerdasan.pdf
6
Manajemen Pendidikan Inklusif; Konsep, Kebijakan, dan Implementasinya dalam Perspektif Pendidikan Luar Biasa,diakses pada tanggal 25 Januari 2015 dari:
4
pendidikan inklusif terus mengalami kemerosotan. Peringkat Indonesia
menurun ke urutan 63 pada tahun 2008 dan pada 2009 merosot hingga di
peringkat ke-71 dari 129 negara.7
Menurunnya peringkat Indonesia dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusif tersebut disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya
adalah ketersediaan tenaga pendidik yang khusus menangani ABK atau
biasa disebut guru pembimbing khusus (GPK) masih sedikit dibandingkan
dengan jumlah ABK.8
Jumlah ABK di Jawa Timur sekitar 6900, sedangkan GPK baru
ada 990 orang. Menanggapi hal ini, pemerintah terus melakukan upaya
peningkatan jumlah GPK. Kepala dinas pendidikan propinsi Jawa Timur,
Harun, menyatakan bahwa ABK harus lebih diperhatikan, salah satunya
dengan mengatur peraturan daerah mengenai pendidikan bagi ABK,
sehingga setiap kabupaten atau kota mengupayakan penambahan
penyediaan GPK. Saat ini terdapat 38 kabupaten atau kota di Jawa Timur
telah memiliki peraturan daerah mengenai pendidikan ABK.9
Kota Malang, yang telah mendeklarasikan diri sebagai kota
pendidikan inklusif pada tahun 2012, dikabarkan Malang Post belum
memiliki GPK yang sebanding dengan jumlah ABK. Sebanyak 1000 ABK
7
Soal Pendidikan Inklusif, Indonesia Ranking Indonesia Merosot Terus, diakses pada
tanggal 25 Januari 2015 dari:
http://edukasi.kompas.com/read/2009/11/30/17003448/soal.pendidikan.inklusi.ranking.indonesia. merosot.terus.
8
Jumlah GPK Belum Sebanding dengan ABK,diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari: http://malang-post.com/pendidikan/84871-jumlah-gpk-belum-sebanding-dengan-abk.
9
5
ditampung di 130 sekolah inklusif pada tahun 2012.10 Sementara itu,
jumlah GPK hanya berjumlah 148 orang dan hanya dua orang yang
berstatus pegawai negeri sipil.
Idayu Astuti, pengawas sekolah dinas pendidikan nasional kota
Malang, menyarankan agar pemerintah kota Malang mulai memikirkan
sumber daya manusia di sekolah inklusif. Idayu juga mengimbau
pemerintah kota Malang agar konsekuen dengan pencanangan kota
inklusif terutama dalam anggaran dana khusus sekolah inklusif. Adapun
dinas pendidikan nasional, menurut Idayu, telah berupaya menambal
kekurangan GPK. Solusi lain untuk permasalahan kurangnya GPK,
ditawarkan Idayu, adalah dengan memberikan pelatihan kepada guru-guru
reguler untuk mendampingi siswa berkebutuhan khusus.11
Keterampilan untuk menangani siswa berkebutuhan khusus perlu
diberikan kepada guru reguler. Hal ini dikarenakan tidak semua ABK
lemah dalam kecerdasan seperti yang banyak diasumsikan di masyarakat.
Kecerdasan ABK beragam. Ada ABK yang lemah dalam kecerdasan,
namun ada pula yang memiliki kecerdasan melebihi anak normal. Hal ini
berarti, ABK dengan kategori kecerdasan tertentu bisa ditangani oleh guru
reguler.
Salah satu cara untuk memberdayakan guru reguler dalam
menangani ABK adalah dengan menerapkan pembelajaran yang
memberikan stimulus terhadap kemampuan intelegensi yang beragam,
10
130 Sekolah di Kota Malang Layani Anak Berkebutuhan Khusus,diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari: http://www.solider.or.id/2014/08/13/130-sekolah-di-kota-malang-layani-anak-berkebutuhan-khusus.
11
6
sehingga dapat mengembangkan potensi siswa sesuai dengan keragaman
intelegisi yang dimilikinya. Pembelajaran berbasis multiple intelligences
meposisikan siswa secara berimbang antara siswa satu dengan siswa
lainnya dalam mengembangkan kemampuan intelegensi mereka yang
beragam.
Multiple intelligences, sebuah teori kecerdasan yang dimunculkan
oleh psikolog Project Zero Harvard University, Howard Gardner, berbeda
dengan teori kecerdasan lainnya. Gardner tidak membatasi kecerdasan
pada label tertentu, sepertiyang dilakukan oleh Alfred Binet pada teori
kecerdasan Intellectual Quotient (IQ), Daniel Goleman pada teori
kecerdasan Emotional Quotient (EQ), dan Paul Scholtz pada teori
Adversity Quotient (AQ),12 Gardner menamai teori kecerdasannya dengan
multiple intelligences. Gardner meyakini bahwa kecerdasan beragam dan
jumlahnya akan terus berkembang, sehingga tidak mungkin dibatasi
dengan hanya satu label tertentu.
Saat diadopsi ke dunia edukasi, multiple intelligences menjadi
sistem yang manusiawi. Sekolah berbasis multiple intelligences
menganggap setiap siswa, termasuk siswa berkebutuhan khusus, memiliki
kecerdasan yang harus dikembangkan secara adil. Hal ini memotivasi
sekolah untuk mengadakan tes kecerdasan pada awal tahun pembelajaran.
Tes kecerdasan tersebut dilakukan untuk mengetahui kecenderungan
kecerdasan siswa, sehingga dapat membantu guru dalam merancang
pembelajaran yang disesuaikan dengan keragaman kecerdasan siswa.
12
7
Sampai saat ini, kecerdasan yang ditemukan oleh Gardner
berjumlah sembilan, yaitu:
1. Kecerdasan linguistik
2. Kecerdasan logis-matematis
3. Kecerdasan spasial
4. Kecerdasan kinestetis
5. Kecerdasan musik
6. Kecerdasan intrapersonal
7. Kecerdasan interpersonal
8. Kecerdasan naturalis, dan
9. Kecerdasan eksistensialis
Menurut Gardner, setiap anak memiliki kecenderungan kecerdasan
sedikitnya dua kecerdasan.13
Sekolah yang menerapkan pembelajaran berbasis multiple
intelligences memungkinkan ABK dan anak reguler dapat belajar bersama.
Guru di sekolah ini fokus pada kelebihan dan mengubur kekurangan setiap
siswa. Guru membantu mengembangkan potensi siswa, meskipun potensi
tersebut kecil.
Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti sebagai calon guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) tertarik menggali informasi lebih
jauh tentang implementasi pembelajaran PAI di sekolah yang telah
menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences kepada ABK.
Adapun sekolah yang peneliti pilih sebagai tempat penelitian adalah
13
8
Sekolah Dasar Anak Saleh Kota Malang yang beralamat di jalan Arumba
Nomor 31, Kota Malang. Sekolah tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian
dengan pertimbangan berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti
lakukan menunjukkan bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah inklusif
dan telah menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences.
Selain berguna bagi peneliti, peneliti juga berharap hasil penelitian
ini dapat memberikan wawasan kepada para praktisi pendidikan dalam
memahami sistem pembelajaran berbasis multiple intelligences dan
implementasinya, sehingga dapat meminimalisir angka ABK yang ditolak
di sekolah umum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa kompetensi yang harus dimiliki guru PAI dalam pembelajaran
berbasis multiple intelligences untuk ABK di SD Anak Saleh Kota
Malang?
2. Bagaimana implementasi pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences
untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang?
C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang harus dimiliki guru
mata pelajaran PAI dalam pembelajaran PAI berbasis multiple
9
2. Mendeskripsikan implementasi pembelajaran PAI berbasis multiple
intelligences untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan setidaknya memiliki dua manfaat, yakni:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan bagi peneliti dan masyarakat.
b. Memperkaya khazanah keilmuan tentang penerapan pembelajaran PAI
berbasis multiple intelligences untuk anak berkebutuhan khusus.
c. Memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Islam.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai informasi berharga bagi para praktisi maupun
lembaga-lembaga pendidikan dalam upaya menyelenggarakan sekolah inklusif
dan meningkatkan mutu pendidikan.
b. Merupakan tambahan wawasan bagi guru reguler dalam memahami
cara menangani dan menyelenggarakan pembelajaran bagi ABK.
E. Batasan Istilah
1. Implementasi
Kata “implementasi” dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan
sebagai pelaksanaan atau penerapan.14 Kata “implementasi” dalam
penelitian ini dimaksudkan sebagai pelaksanaan atau penerapan
pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences untuk ABK. Kata
14
10 “implementasi” tersebut berkaitan dengan proses berlangsungnya
pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, sehingga pembahasannya
mencakup kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi
ajar, metode dan media pembelajaran, soal ujian, dan rapor siswa.
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
PAI dalam penelitian ini adalah salah satu mata pelajaran wajib yang
harus ditempuh oleh siswa SD Anak Saleh berdasarkan kurikulum Dinas
Pendidikan Nasional (Diknas). Mata pelajaran PAI bersifat umum, tidak
memiliki rumpun seperti al-Quran Hadis, Akidah Akhlak, Fiqih, Sejarah
Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.
Pembelajaran PAI dalam penelitian ini difokuskan hanya pada proses
pembelajaran PAI yang mengacu pada pokok pembahasan yang tertuang
dalam buku ajar PAI, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan
keagamaan di luar materi ajar tidak termasuk dalam bahasan penelitian ini.
3. Berbasis Multiple Intelligences
Berbasis multiple intelligences yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah sistem pembelajaran yang mengacu pada teori kecerdasan jamak
Howard Gardner, yaitu cerdas bahasa (linguistic), cerdas matematis-logis
(kognitif), cerdas gambar dan ruang (visual-spasial), cerdas musik, cerdas
gerak (kinestesis), cerdas bergaul (interpersonal), cerdas diri
(intrapersonal), cerdas alam, dan cerdas eksistensial, yang diterapkan di
11
4. Anak Berkebutuhan Khusus
ABK dalam penelitian ini adalah siswa SD Anak Saleh Kota Malang
yang ditetapkan sebagai siswa yang membutuhkan penanganan khusus
dibandingkan siswa lainnya oleh pihak sekolah. Hal ini dikarenakan siswa
tersebut memiliki karakteristik fisik, intelektual, dan emosional yang
berbeda dari siswa lainnya, sehingga mengalami kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran.
Pihak sekolah menerima ABK berdasarkan jumlah kuota yang telah
disediakan. Selanjutnya, ABK diklasifikasikan berdasarkan tes yang
dilakukan oleh pihak sekolah atau orang tua. Pengklasifikasian tersebut
dimaksudkan untuk memudahkan pihak sekolah dalam memberikan