PERANAN AGEN DALAM PENGEMBANGAN BISNIS
ASURANSI
SYARI’AH
(Studi Kasus PT. Asuransi Takaful Keluarga)
Oleh:
FUAD IBNU MADYA
103046228375
KONSENTRASI ASURANSI SYARI’AH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PERANAN AGEN DALAM PENGEMBANGAN BISNIS
ASURANSI SYARI’AH
(
Studi Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)
Oleh:
FUAD IBNU MADYA
NIM. 103046228375
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Agus Edi Sumanto, AAIJ, MM AM. Hasan Ali, MA
NIP
:
150
370
226
KONSENTRASI ASURANSI SYARI'AH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan agen dalam
pengembangan bisnis asuransi syariah, dan bagaimana sistem pembinaan dan
pelatihan dapat mengubah kemampuan agen, sebelum memulai terjun kelapangan
untuk mengembangkan bisnis dan memasarkan produk.
Data penelitian ini menggunakan data primer dari hasil pengambilan data
dengan agen. Serta data sekunder dari hasil wawancara yang berbentuk jawaban dari
pertanyaan yang diajukan berupa data kualitatif.
Berdasarkan hasil dari wawancara PT. Asuransi Takaful Keluarga, dapat
ditarik kesimpulan bahwa peranan agen dalam pengembangan bisnis yaitu:
Dalam pengembangan bisnis asuransi syariahnya seorang agen berperan
mengembangkan pasar baru atau memperluas pasar, terutama untuk wilayah
(masyarakat) yang belum menggunakan jasa asuransi melalui sosialisasi secara
langsung.
Agen juga berperan dalam mempertahankan dan meningkatkan pasar yang
sudah ada dengan berupaya untuk selalu menjaga komunikasi dengan pelanggan
dalam rangka memberikan layanan terbaiknya. Dengan demikian, agen berperan
dalam meningkatkan penjualan, baik melalui pasar baru, maupun dari pasar yang
Selain itu agen berperan dalam melakukan kegiatan edukasi/pendidikan
kepada masyarakat dengan mengenalkan perencanaan keuangan dan pengelolaan
resiko dalam asuransi. Langkah yang dapat dilakukan agen dalam memberikan
pendidikan masyarakat, diantaranya mengadakan pelatihan, workshop, ceramah dan seminar. Sehingga dengan sendirinya masyarakat mempunyai kesadaran yang tinggi
dan mampu menumbuhkan informasi tentang perasuransian syariah. Dalam hal ini
agen dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan, seperti sekolah,
perguruan tinggi, pemuka agama, maupun institusi lainnya.
Seorang agen juga berperan menyeleksi risiko atas diri peserta, dengan cara mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya risiko-risiko yang dihadapi peserta, mengevaluasi dan mengukur besarnya risiko yang mungkin terjadi, dan menentukan metode yang terbaik untuk menangani risiko yang telah diidentifikasi tersebut. Dengan demikian, agen membantu dalam meminimalkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi syariah.
Untuk meningkatkan kemampuan agen yang dimiliki, perusahaan
mengembangkan sistem pembinaan yang dilaksanakan melalui Field Development System. Dengan sistem ini agen diharapkan dapat membuat perencanaan dan terobosan dalam memasarkan produk dan pengembangan bisnis asuransi syariah
Penerapan FDS menjadi satu kesatuan utuh sistem perusahaan dalam melaksanakan recruitment (rekrut), training (pelatihan) dan development
(pengembangan) khususnya yang berada di kantor cabang-cabang (branch office) untuk mengembangkan para agen dibawah bimbingan seorang leader. Leader
inilah yang akan menilai kinerja baik buruknya seorang agen.
Sebagai pengembangan jaringan,, seorang agen dituntut untuk
selalu dapat meningkatkan jumlah prospeknya. Maka dari itu
seorang agen harus terus berusaha untuk berkenalan dengan orang
minimal ia dapat mengenal produk tersebut sehingga kemungkinan
ia mengembangkan jaringan tetap terbuka walaupun itu terjadi di
KATA PENGANTAR
¯2Ù{´
G¡+Ýo
¯2lµo
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada hadirat Allah SWT, yang
senantiasa memberi rahmat, taufiq dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarganya, sahabatnya dan kepada kita semua selaku umatnya.
Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT, serta dilakukan dengan
sungguh-sungguh, penulis dapat menyusun skripsi ini hingga selesai yang berjudul “Peranan
Agen dalam Pengembangan Bisnis Asuransi Syari’ah (Studi Kasus PT. Asuransi
Takaful Keluarga)”. Dalam menyusun skripsi ini, penulis banyak menemukan
berbagai kesulitan yang dirasakan menghambat penyelesaian skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, MA, M.M, Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag, Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
3. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, Sekretaris Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam).
4. Seluruh dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang selalu mendukung gerak
administrasi yang telah memberikan pelayanan kepada penulis selama
melaksanakan studi.
5. Bapak Ir. Agus Edi Sumanto, AAIJ, MM, Dosen Pembimbing I yang dengan
penuh kesabaran telah banyak memberi semangat dan dorongan serta arahan
dalam membimbing di tengah kesibukan beliau, sehingga pada akhirnya
skripsi ini menjadi lebih baik dan sempurna.
6. Bapak AM. Hasan Ali, MA, Dosen Pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran pula telah banyak memberi semangat dan dorongan serta arahan
dalam membimbing baik secara lahir maupun batin, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Pengurus dan staff perpustakaan fakultas syariah dan hukum UIN Syarif
Hidayatullah, yang telah meluangkan waktu, memberikan fasilitas dan
beberapa referensi untuk penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Iik Hikmat, Firdian dan Bapak A. Asy’ari Suparmin dari Div. Training
dan Development, Bapak Fatkhurrahman sebagai Branch Manager Cabang
Depok, Ibu Eni Martiasih, SH, Bapak Muhammad Kasim SE, Bapak Sugeng
Bhakti Riawan, SE, dan Bapak Affandi Mansyur dari Agen PT. Asuransi
Takaful Keluarga Cabang Depok, serta seluruh pihak dalam PT. Asuransi
Takaful Keluarga yang telah meluangkan waktu dalam membantu penulis
untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Ayahanda Maryadi, SM dan Ibunda Etik Dwi Sukamti, orang tuaku yang
terbatas untuk semua pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan kuliah dan skripsi ini. Ku yakin kasih sayang, cinta suci dan
pengorbanan kalian takkan tertandingi adanya, oleh karena itu saya selaku
anakmu akan selalu berusaha membuat kalian tersenyum dan bangga. Serta
kuucapkan terima kasih pula kepada adik-adikku Fajar, Fahmi, dan Fadtur,
karena pengertian dan dukungan dari kalian pula, kakakmu berhasil meraih
gelar sarjana ini.
10.Ust. Hermawan, S.Ag, Lc, Murobbiku. Atas dasar dorongan cinta yang paling dalam, beliau selalu siap membimbing, mengajak, mendidik, menegur sapa,
dan menasehati penulis dalam segala aktivitas kehidupan.
11.Keluarga Besar Kepanduan DPC Cimanggis dan DPD Depok, Aktivis
Dakwah Kampus l.d.k, KAMMI, dan PIM, DSC dan Aktivis Dakwah Sekolah
Islamic Student Annahl Se-Depok, Pejuang-pejuang Ekonom Muslim Muda FOSSEI dan LISENSI, dan Saudara-saudaraku seperjuangan Halaqoh, yaitu Bambang Kurnianto, Fahmi, Gunawan, Irfan Hamdani, Lc, Irfan Syuhada, SS,
Iyus Saputra, Lc, Riky Budi Wibowo, S.Sos, dan Slamet Nuryanto. Yang
selalu menuntun dan memberikan tausyiahnya kepada penulis agar tetap
semangat dalam menjalani arus kehidupan di dunia ini, sehingga penulis
dengan penuh kesabaran dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
12.Ust. Prihandoko Pimpinan Lembaga Kajian Pembangunan Daerah (LKPD)
kota Depok, Ust. Muhaimin Iqbal Pimpinan Gerai Dinar, Rumah Madu,
Pimpinan Abbiyyah Advertising, dan Bang Ariyadi Crew Depok Post selaku teman, guru dan orang tuaku dalam mencari maisyah (penghasilan) hidup serta yang memberikan motivasi dalam mengarungi samudra kehidupan.
13.Teman-temanku yang sangat ku sayangi karena telah membantuku dalam hal
apapun, semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang yang sukses dalam
segala hal, amin. yaitu Letda. Hendi Ismoyo (Keluarga Besar POLRI), M.
Sumpeno, SEI, M. Sueb, Ahmad Fauzi, Bani MP, Aditya Widianto, SEI
selaku teman karibku, serta teman-teman kelasku Asuransi Syari'ah angkatan
2003 yang tidak bisa ku sebutkan satu persatu, namun turut berjuang bersama
dalam memajukan Ekonomi Islam di Tanah air ini. Allahu Akbar
Akhirnya tiada untaian kata yang berharga kecuali ucapan
Alhamdulillahi robbil ’alamin atas rahmat dan karunia serta ridho Allah SWT. Besar harapan penulis, dengan hadirnya skripsi ini semoga bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya, sekian dan terima
kasih.
Jazakumullah khairun katsir
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 15 Juni 2008
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Kajian Kepustakaan ... 7
E. Kajian Teori dan Konsep ... 8
F. Metode Penelitian ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI SYARIAH, AGEN DALAM PENGEMBANGAN A. Asuransi Syariah ... 16
1. Pengertian Asuransi ... 16
3. Landasan Hukum Asuransi Syariah ... 20
4. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional ... 25
B. Fenomena Agen Asuransi Syariah ... 29
1. Pengertian Agen Asuransi Syariah ... 29
2. Fungsi Agen ... 31
3. Wewenang Agen ... 37
4. Kelebihan Agen ... 38
C. Konsep Pelatihan dan Pengembangan Bisnis ... 41
1. Pengertian Pelatihan dan Pengembangan ... 41
2. Tujuan Pelatihan dan Pengembangan ... 44
3. Manfaat Pelatihan dan Pengembangan ... 46
4. Langkah-langkah Pelatihan dan Pengembangan... 48
BAB III GAMBARAN UMUM PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA A. Sejarah Perkembangan Asuransi takaful Keluarga ... 49
B. Visi dan Misi ... 53
C. Struktur Organisasi ... 53
D. Produk - Produk Asuransi Takaful Keluarga ... 56
E. Kewajiban Perusahaan Terhadap Agen ... 58
BAB IV PERANAN AGEN DALAM PENGEMBANGAN BISNIS ASURANSI SYARIAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA A. Kebijakan Agen dalam Pengembangan Bisnis ... 62
1. Performance Review and Planning (PRP)... 65
2. Individual Instruction and Drill (IID)... 66
3. Field Observation and Demonstartion (FOD) ... 70
4. Group Instuction and Drill (GID)... 71
C. Aplikasi Pengembangan Bisnis Agen ... 73
D. Peranan Agen dalam Pengembangkan Bisnis Asuransi Syariah . 77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR TABEL
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
1. Nama : Fuad Ibnu Madya
2. Jenis Kelamin : Pria 3. Warga Negara : Indonesia
4. Tempat / Tgl lahir : Jakarta, 29 Juli 1985
5. Alamat : Kp. Areman Rt. 007/08, Tugu, Kelapa Dua
Cimanggis - Depok 16951
6. Agama : Islam
7. Status : Belum Menikah
II. Pendidikan Formal
1. SD NEGERI 08 Cimanggis Bogor, periode 1991-1997. 2. SMP NEGERI 217 Jakarta Timur, periode 1997-2000. 3. SMU KARTIKA XI-I Jakarta Selatan, periode 2000-2003.
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Asuransi Syari’ah, periode 2003-sekarang.
Pengalaman Kerja
3. Relawan dan Konsultan Zakat BAZNAS.
4. Marketing Ritel Gerai Ramadhan dan Qurban PkPu. 5. Agen Mandiri Gerai Dinar.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekonomi Islam merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membantu
mewujudkan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang
langka, tanpa mengekang kebebasan individu secara berlebihan yang menimbulkan
ketidakseimbangan mikro ekonomi dan ekologi.
Segala aturan yang Allah SWT turunkan dalam sistem Islam mengarah pada
tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan serta menghapuskan kejahatan,
kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaannya. Demikian pula dalam hal
ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan
akhirat.1
Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal
yang menunjukkan sifat hakiki “tidak kekal” yang selalu menyertai kehidupan dan
kegiatan manusia pada umumnya. Keadaan tidak kekal yang merupakan sifat alamiah
mengakibatkan adanya suatu keadaan yang tidak dapat diramalkan lebih dahulu,
sehingga dengan demikian tidak adanya suatu kepastian. Keadaan tidak pasti tersebut,
dapat berwujud dalam bentuk dan peristiwa yang biasanya selalu dihindari.
1
Upaya untuk mengatasi dilakukan oleh manusia dengan cara menghindari,
atau melimpahkannya kepada pihak-pihak lain diluar dirinya sendiri. Usaha dan
upaya manusia untuk menghindari risiko dengan melimpahkan risiko tersebut kepada
lembaga asuransi.
Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik perorangan maupun
dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana financial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko kematian, ataupun menghadapi risiko
atas harta benda yang dimiliki. 2Demikian pula pada keselamatan hidup seseorang
dalam aktivitas dan kegiatannya dihadapkan oleh berbagai risiko yang mungkin dapat
mengganggu jiwa kesehatan tertanggung.
Oleh karena itu, untuk dapat menanggung risiko yang lebih besar diperlukan
sistem saling tolong menolong dan melindungi, namun tetap berpedoman pada
ketentuan syariat Islam, konsep tersebut tertuang dalam asuransi syari’ah. Sebagai
asuransi yang bertumpu pada konsep tolong menolong dalam kebaikan dan
ketakwaan serta perlindungan, menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar
yang saling menanggung satu sama lain.
Saat ini perkembangan ekonomi syari’ah di Indonesia kian meningkat dari
waktu ke waktu. Peningkatan tersebut ditandai dengan semakin banyaknya lembaga
keuangan syari’ah mulai dari Bank Syari’ah, Asuransi Syari’ah, dan Pasar Modal
2
Syari’ah.3 Salah satunya dengan hadirnya Asuransi Syari’ah memberikan dampak
positif bagi perekonomian Indonesia, khususnya kepada masyarakat yang
menginginkan yang bertransaksi secara halal, bebas dari unsur riba, qimar dan gharar yang cenderung merugikan salah satu pihak.
Berdirinya PT. Asuransi Takaful Keluarga di Indonesia dengan keunggulan
sistem mudharabahnya jelas akan meningkatkan kesadaran berasuransi masyarakat muslim Indonesia yang selama ini masih meragukan kehalalan usaha ini. Sehingga di
samping untuk membangun sumber daya keuangan dalam negeri, juga akan
memberikan dampak yang positif untuk menahan laju inflasi perekonomian.
Oleh karena itu diperlukan urgensi bisnis yang tidak bisa dipandang sebelah
mata. Sebab bisnis selalu memegang peranan vital di dalam kehidupan sosial dan
ekonomi manusia sepanjang masa. Hal ini pun masih berlaku di era kehidupan kita.
Karena kekuatan ekonomi mempunyai kesamaan makna dengan kekuatan politik,
sehingga urgensi bisnis mempengaruhi semua tingkat individu, sosial, regional,
nasional, dan internasional. Tidaklah mengherankan, apabila jutaan Muslim dewasa
ini terlibat dalam berbagai kegiatan bisnis atau yang lainnya.4
Dengan keadaan ekonomi yang cenderung merosot akibat krisis ekonomi,
memberikan dampak buruk bagi kemajuan lembaga keuangan di Indonesia.
Pertumbuhan perekonomian khususnya dunia usaha asuransi merupakan salah satu
bidang usaha yang sangat potensial untuk dikembangkan di masa yang akan datang.
3
Muhammad Syakir Sula, Asuransi (Life dan General) Konsep dan Sistem Asuransi Syariah, Gema Insani (Jakarta: Gema Insani Press, 2004)
4
Selama inipun bidang usaha jasa ini sudah cukup berkembang, seiring dengan
kebutuhan masyarakat akan jaminan risiko terhadap kegiatan mereka yang semakin
kompleks.
Persoalan yang dihadapi oleh Industri asuransi di tanah air, salah satunya
adalah pengadaan SDM yang belum memadai dan rendahnya pengetahuan
masyarakat mengenai pentingnya arti asuransi bagi kehidupan masyarakat.
Keterbatasan SDM yang terjadi pada gilirannya berujung pada kekecewaan
konsumen. Untuk menghindari kekecewaan, salah satu faktor yang mempengaruhi
antara perusahaan jasa dengan konsumen adalah pelayanan yang dilakukan oleh agen
selaku bagian dari SDM yang menawarkan produk secara langsung kepada
masyarakat atau konsumen. Meskipun kemajuan ekonomi dan teknologi yang
semakin canggih, tanpa adanya bagian keagenan sulit kiranya tercapainya tujuan.
Dengan bertambahnya jumlah masyarakat muslim yang ingin berasuransi
tentu juga akan memicu perkembangan usaha perasuransian di Indonesia. Dapat kita
lihat sekarang ini banyak perusahaan asuransi konvensional yang mulai membuka
divisi syari’ah pada perusahaan mereka. Langkah ini ditempuh oleh perusahaan
asuransi, baik perusahaan asuransi milik pribumi maupun milik asing, untuk dapat
bisa terus bertahan dan memenangkan persaingan di era globalisasi sekarang ini.
Pada dasarnya, perusahaan asuransi syariah secara terbuka mengadakan
penawaran dan proteksi di masa yang akan datang kepada individu atau kelompok
dalam masyarakat atau institusi-institusi lain, atas kemungkinan adanya kerugian
Salah satu hubungan yang paling dekat dengan calon nasabah adalah agen
asuransi. Karena naik tidaknya pendapatan perusahaan asuransi, tergantung pada
peranan agen dalam menjual asuransi. Agen asuransi diharapkan dapat memahami
apa sebenarnya fungsi, kedudukan, tugas dan tanggung jawabnya dalam
mengembangkan bisnis asuransi.
Seorang agen juga harus proaktif dan dapat menciptakan peluang dalam
pengembangan bisnis asuransi syariah di perusahaannya. Tentunya bukan merupakan
hal yang mudah untuk dilakukan para agen dalam mengembangkan bisnis asuransi
syariah. Oleh karena itu perlu adanya pembinaan-pembinaan dalam mengasah
pengetahuan dan mentalitas untuk memperluas jaringannya, yang semua itu bertujuan
meningkatkan kinerja perusahaan asuransi syariah.
Dari uraian di atas penulis bermaksud utuk meninjau lebih dalam tentang agen dalam perusahaan asuransi syari’ah, khususnya mengenai PERANAN AGEN DALAM PENGEMBANGAN BISNIS ASURANSI SYARI’AH (Studi Kasus PT. Asuransi Takaful Keluarga)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan ini, penulis ingin meneliti lebih lanjut guna mengetahui
bagaimana peranan agen di dalam pengembangan bisnis asuransi syari’ah.
Sebagaimana halnya kita ketahui bahwa Asuransi Syari’ah merupakan lembaga yang
memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia, dalam rangka merespons
kebutuhan masyarakat yang ingin bertransaksi secara islami. Sehingga meningkatkan
Untuk memudahkan penyusunan dan pembahasan, penulis hanya membatasi
masalah pada peranan agen asuransi syariah dalam pengembangan bisnis saja. Maka
penulis kemudian ingin merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan agen dalam pengembangkan bisnis asuransi syariah ?
2. Bagaimana sistem dan prakteknya di PT. Asuransi Takaful Keluarga dalam
menyelenggarakan pembinaan bagi para agennya ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah memperhatikan judul dari pembahasan ini serta latar belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara empiris beberapa permasalahan sebagai berikut:
Tujuan
1. Untuk mengetahui peranan agen dalam mengembangkan bisnis asuransi syariah
di perusahaan PT. Asuransi Takaful Keluarga.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan Field Development System yang merupakan sistem pembinaan agen asuransi syariah di PT. Asuransi Takaful Keluarga, dalam
upaya meningkatkan produktivitas perusahaan.
Manfaat
1. Bagi Penulis sendiri manfaat yang dirasakan dari penelitian ini menambah
khasanah pengetahuan dan wawasan di bidang Asuransi Syari’ah umumnya, dan
khususnya mengenai agen dalam mengembangkan asuransi syariah pada
2. Bagi Pihak Asuransi Syari’ah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan dan bahan evaluasi bagi Perusahaan Asuransi Syari’ah untuk kemajuan
di masa mendatang.
3. Bagi Pihak Lain, terutama di dunia pendidikan, penulis berharap penelitian ini
dapat menambah bahan kepustakaan. Dan dapat memberikan pengetahuan kepada
masyarakat mengenai peranan agen asuransi syariah dan prakteknya, khususnya
dalam mengembangkan bisnis asuransi syariah.
D. Kajian Kepustakaan
Sebelum masuk lebih jauh mengenai pembahasan penelitian ini. Ada beberapa
penelitian terdahulu, yang mengangkat judul dengan metode yang sama. Namun
tentunya ada sudut perbedaannya, diantaranya sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ana Albina, yang membahas mengenai “Prilaku
Agen Asuransi dalam Meningkatkan Volume Penjualan (Studi Kasus pada PT.
AJB BUMIPUTERA 1912)”. Penulis meneliti tentang Prilaku Agen Asuransi,
Konsep Marketing, Ruang Lingkup dari Agen Asuransi, Kode Etik Agen, Sifat
Ideal Agen, dan Larangan Agen 5
2. Dan dari penelitian oleh Hamdi, yang meneliti tentang “Profesionalisme
Pelayanan Agen dalam Meningkatkan Volume Penjualan Polis Asuransi
Kerugian (studi kasus pada PT. Asuransi Umum BUMIPUTERAMUDA 1967)”.
5
6
Penulis meneliti mengenai Profesionalisme dan Pelayanan, Prinsip Pemasaran,
Sistem Pemasaran yang Profesional dan Nilai Pemasaran dalam Ekonomi
Syari’ah.
Namun dari penelitian sebelumnya di atas, bahwa yang menjadi objeknya pun
berbeda. Diantara perbedaan dalam penelitian ini adalah Fungsi Agen, Wewenang
Agen, Tujuan Agen, Pelatihan dan Pengembangan Agen. Untuk itu apa yang
dianalisis pun berbeda sesuai dengan penelitian dan perkembangan pada saat ini.
Oleh karena itu, pengkajian atas peranan agen asuransi syariah dan
pelaksanaannya menjadi bahasan cukup menarik bagi penulis untuk mengetahui
peranannya terhadap pengembangan bisnis asuransi syariah di PT. Asuransi Takaful
Keluarga.
Judul skripsi ini diambil sepenuhnya dari informasi dan permasalahan yang
ada saat ini, pada PT. Asuransi Takaful Keluarga. Melalui media elektronik maupun
massa, buku-buku, dan majalah. Yang dapat dijadikan acuan untuk menyelesaikan
skripsi yang penulis buat ini.
E. Kerangka Teori dan Konsep
Dari berbagai permasalahan yang telah dijabarkan di atas. Dapat terlihat
bagaimana begitu pentingnya peranan agen dalam pengembangan bisnis asuransi di
perusahaan Asuransi Syari’ah.
6
Asuransi Syari’ah merupakan lembaga yang telah dipercaya untuk melayani
masyarakat. Ini merupakan bentuk kepedulian pihak PT. Asuransi Takaful Keluarga
terhadap keinginan sebagian masyarakat yang menginginkan adanya pelayanan
keuangan yang diperlukan berdasarkan syari’ah Islam, seperti yang dicontohkan oleh
Nabi Muhammad SAW dalam bermuamalah.
Perusahaan Asuransi Syari’ah diberikan kepercayaan (amanah) oleh peserta
untuk mengelola premi (kontribusi) peserta, mengembangkan bisnis dengan jalan
yang halal, terhindar dari praktek-praktek yang diharamkan Allah SWT, dan
memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati bersama. Tentunya semua itu perlu campur tangan seorang
agen, melalui hasil kerja keras dalam mengembangkan asuransi syariah.
Maka untuk mengukurnya dengan mengidentifikasikan indikator pekerjaan yang dilakukan oleh Agen Asuransi dan hasil yang dicapainya dalam aktivitas serta
prosesnya. Sehingga peranan agen mempunyai dampak yang besar untuk
mengembangkan asuransi syariah ditengah persaingan asuransi konvensional bagi
perusahaan Asuransi Syari’ah.
Untuk memperjelas pemahaman tentang agen, didefinisikan oleh Drs. Syafri
Ayat dalam bukunya Kamus Praktis Asuransi (1996), adalah seseorang atau badan
usaha yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan asuransi dalam menawarkan
atau menjual produk asuransi.7
7
Agen adalah orang yang menjual produk asuransi kepada calon pembeli baik
secara perorangan maupun lebih, untuk membeli produk secara menguntungkan.8
Selain itu agen mempunyai peranan dalam bisnis asuransi , salah satunya sebagai
ujung tombak pemasaran produk asuransi sekaligus sebagai ikon perusahaan.
Pengembangan adalah pembangunan secara bertahap dan teratur, serta yang
menjurus ke sasaran yang dikehendaki, pengembangan ditandai oleh meningkatnya
pertambahan hasil yang semakin lama semakin besar.
Sementara Pengembangan Pasar diartikan sebagai strategi bisnis yang
ditujukan pada peningkatan penjualan dari produk yang ada dengan menemukan
pasar baru bagi produksi tersebut. Strategi ini dapat berupa masuknya perusahaan
dalam jaminan pasar ekspor atau menemukan aplikasi penggunaan baru bagi
produknya9
Menurut Raymond E. Glos dalam bukunya “Business: Its Nature and Environment: An Introduction” bisnis yaitu seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri yang
mnyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki
standar serta kualitas hidup mereka.10
Pemasaran didefinisikan sebagai sebuah proses sosial dan manajerial dimana
individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
melalui penawaran dan pertukaran produk-produk yang bernilai. Definisi tersebut
8
Ketut Sendra, Panduan Sukses Menjual Asuiransi , (Jakarta:PPM, 2002), h.97
9
B.N. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Harapan,2003), Cet.1, h.242
10
mengacu kepada beberapa konsep utama seperti kebutuhan, keinginan dan
permintaan, produk-produk barang jasa, nilai, biaya dan kepuasan, pertukaran dan
transaksi, hubungan dan jaringan, pasar dan para pemasar, serta prospek.11
Studi yang peneliti bahas ini adalah sebagian dari yang utama dari pembahasan judul skripsi yang penulis buat sebagai kerangka teori, dan tidak menutup kemungkinan juga bahwa ada studi-studi yang lain mengenai hal ini. Yang selanjutnya akan penulis pergunakan sebagai penambah khasanah ilmu skripsi ini.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis, yaitu dengan cara penulis menggambarkan permasalahan
dengan didasarkan data-data yang ada kemudian di analisis lebih lanjut untuk
kemudian ditarik kesimpulan. Dengan tipe pendekatan studi kasus ini, penulis
mengadakan penelitian dengan cara melihat, menggambarkan dan menguraikan
adanya hubungan peranan agen asuransi syariah dalam mengembangkan bisnis
asuransi syariah bagi Perusahaan Asuransi Syariah.
2. Pendekatan Penelitian
Secara keseluruhan dalam mengerjakan skripsi ini menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu jenis pendekatan yang berdasarkan kata-kata atau berdasarkan tata
cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh
nara sumber secara lisan.
3. Sumber Data
11
Pada penelitian ini sumber data yang dipakai adalah sumber data sekunder, yaitu
sumber yang diperoleh dari data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian
tersebut, seperti dokumen di PT. Takaful Keluarga atau pun kantor kelembagaan
yang terkait.
4. Teknik pengumpulan data
Salah satu variabel penelitian yang penting adalah bentuk metode yang akan
digunakan. Oleh karena itulah dalam penelitian ini penulis akan menggunakan
metode pengumpulan data dan teknik pengolahannya sebagai berikut:
a) Riset Kepustakaan (Library Research)
Dengan metode ini penulis memperoleh data dengan mempelajari beberapa
literature tertulis baik itu dari buku-buku pedoman, artikel, makalah, media
cetak, internet dan sumber tertulis lainnya. Dan mengandung informasi yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas.
b) Riset Lapangan (Field Research)
1) Observasi yaitu, pengamatan langsung dengan menginventarisir beberapa
kasus yang berkaitan dengan topik penelitian. Hal ini bertujuan
mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi di lokasi penelitian dengan
peranan agen asuransi syariah dalam mengembangkan bisnis asuransi
syariah, melalui bagian marketing support. Sekaligus memperoleh data lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian
2) Wawancara yaitu, penulis mengumpulkan data-data dengan melakukan
interview kepada para tokoh lembaga atau para fungsionaris secara langsung, khususnya pihak yang dianggap paling berkompeten dan
representative dengan masalah tersebut.
3) Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah PT. Asuransi
Takaful Keluarga, yang berlokasi di Jl. Mampang Prapatan Raya No.100
Jakarta 12790, Telp.(6221) 7991234, 7992345, Fax.(6221) 7901944,
7901435. Periode penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 Februari – 5
Mei 2008.
5. Teknik Analisis Data
Di dalam melakukan penelitian ini, penulis mencoba mengemukakan hasil
penelitian dan pembahasan guna memperoleh jawaban dalam penelitian. Maka
atas dasar kata-kata yang diperoleh penulis menggunakan deskriptif kualitatif.
Penggunaan analisis data ini bertujuan untuk memberikan penjelasan secara
sistematis berdasarkan konsep teori dengan permasalahan dan fakta-fakta yang
ada dilapangan.
6. Pedoman Penulisan Laporan
Untuk mempermudah dan terarah dalam penulisan skripsi ini, teknik penulisan
nya menggunakan pedoman buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan
oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
Dalam sistematika penulisan, penulis membagi skripsi ini menjadi beberapa
bab dan setiap babnya terdiri atas sub bab dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian
Kepustakaan, Kerangka Teori dan Konsep, Metode Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM, AGEN DALAM PENGEMBANGAN
Bab ini terdiri dari Pengertian Asuransi, Landasan Hukum Asuransi,
Perbedaan Asuransi Syari’ah dan Asuransi Konvensional, Fenomena
Agen, Pengertian Agen Asuransi Syariah, Fungsi Agen, Wewenang
Agen, Kelebihan Agen, Pengertian Pelatihan dan Pengembangan,
Tujuan Pelatihan dan Pengembangan, Manfaat Pelatihan dan
Pengembangan, dan Langkah-langkah Pelatihan dan Pengembangan.
BAB III GAMBARAN UMUM PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA
Bab ini terdiri dari Sejarah Perkembangan PT. Asuransi Takaful
Keluarga, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Produk-produk PT.
Asuransi Takaful Keluarga, Kewajiban Perusahaan Kepada Agen.
BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN
Bab ini terdiri dari Kebijakan Agen dalam Mengembangkan Bisnis
[image:29.612.111.533.147.544.2]Takaful Keluarga, Sistem Pengembangan Bisnis dan Peranan Agen
Dalam Pengembangan Bisnis Asuransi Syariah.
BAB V : PENUTUP
Bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI SYARI’AH, AGEN
DALAM PENGEMBANGAN
Asuransi Syariah
Pengertian Asuransi
Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang
pertanggungan merupakan sebuah institusi modern hasil temuan dari dunia barat yang
lahir bersamaan dengan adanya semangat pencerahan (renaissance). Institusi ini bersama dengan lembaga keuangan bank menjadi motor penggerak ekonomi pada era
modern dan berlanjut pada masa sekarang. Dasar yang menjadi semangat operasional
asuransi modern adalah berorientasikan pada sistem kapitalis yang intinya hanya bermain dalam penanaman modal untuk keperluan pribadi atau golongan tertentu.
Dewasa ini asuransi telah berkembang menjadi suatu bidang usaha/bisnis
yang menarik dan mempunyai peranan yang tidak kecil dalam kehidupan ekonomi
maupun dalam pembangunan ekonomi, terutama di bidang pendanaan.
Dalam Undang-undang Hukum Dagang pasal 246 disebutkan: “Asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, di mana seorang penanggung mengikat diri
kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak
tertentu.
Menurut UU No. 2 tahun 1992 tentang perasurasian, asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan yang diharapkan, atau tanggung jawab kepada pihak ketiga yang mungkin
ada di derita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang di dasarkan atas meninggal seseorang
yang dipertanggungkan.12
Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Asuransi di Indonesia
memaknai asuransi sebagai: “suatu persetujuan di mana pihak yang menjamin
berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai
pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat
dari suatu peristiwa yang belum jelas.13
Sedangkan Ahmad Azhar Basyir yang dimaksud dengan asuransi adalah:
“Suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian
12
Muhammad Firdaus NH et. Al, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah: Sistem Operasional Asuransi Syariah, (Jakarta: Renaissan, 2005), cet.ke-1.h.17
13
kepadanya karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu”.14
Dalam pandangan ekonomi, asuransi adalah metode untuk mengurangi risiko
dengan jalan memindahkan dan mengombinasikan ketidakpastian akan adanya
kerugian-kerugian financial. Dengan demikian asuransi merupakan suatu alat sosial yang mengalihkan risiko-risiko pribadi kepada semua anggota kelompoknya
dengan memanfaatkan dana yang dikumpulkan bersama dari kelompok itu untuk
membayar kerugian yang dialami dalam hal-hal yang sudah disepakati.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa dalam asuransi itu paling
tidak ada tiga unsur yang terlibat. Pertama, pihak tertanggung yang berjanji akan
membayar uang premi kepada pihak penanggung sekaligus atau dengan angsuran.
Kedua, pihak penanggung yang berjanji akan membayar sejumlah uang kepada pihak
tertanggung sekaligus atau berangsur-angsur apabila terjadi musibah. Ketiga, suatu
peristiwa yang belum jelas terjadi.
2. Pengertian Asuransi Syariah
Dalam Ensiklopedia Hukum Islam disebutkan bahwa asuransi adalah “
transaksi perjanjian antara kedua belah pihak, dimana pihak yang satu berkewajiban
membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya
kepada pembayar iuran jika sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan
perjanjian yang dibuat.
14
Asuransi dalam Islam dikenal dengan istilah Takaful yang berarti saling memikul resiko di antara sesama orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya
menjadi penanggung atas resiko yang lainnya. Saling memikul resiko ini dilakukan
atas dasar tolong menolong dalam kebaikan, dimana masing-masing mengeluarkan
dana/derma (tabarru) yang ditunjuk untuk menanggung resiko tersebut. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Maidah[5] :2.
. ... " Î ` 5 Í É " t Þ ¯ p O ´ * Þ u y " Î ` 5 Í É " t S 0 2 Þ 2 ¯ Þ Î É k Ú I ® ...
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
Dari ayat diatas kita dapat mengambil hikmah, bahwa dalam kehidupan yang
penuh dengan ketidakpastian, manusia wajib untuk saling tolong menolong dan
membantu sesama dalam kebaikan.
Asuransi syari’ah adalah asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Menurut Fatwa DSN No. 21 / DSN-MUI/III/2002 tentang asuransi syariah, yaitu
usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.15
15
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dalam asuransi terdapat empat
unsur yang mesti ada. 16Pertama, akad tabarru yang mendasari terbentuknya perikatan
antara dua belah pihak yang sekaligus terjadinya hubungan keperdataan (mu’amalah). Kedua, berupa sejumlah uang yang sanggup dibayarkan oleh tertanggung kepada
penanggung. Ketiga, adanya penggantian dari penanggung kepada tertanggung jika
terjadi klaim atau masa perjanjian selesai. Keempat, adanya suatu peristiwa yang
tidak tertentu yang adanya suatu risiko yang memungkinkan datang atau tidak ada
risiko.
Jadi asuransi syariah adalah penghayatan terhadap semangat saling
bertanggung jawab, kerjasama dan perlindungan dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat, demi kesejahteraan umat dan masyarakat umumnya. Sebagai seorang
Muslim, kita wajib percaya bahwa segala hal yang terjadi diatas tidak terlepas dari
Qadha dan Qadar Allah SWT terhadap hamba-hambanya.
Kemalangan atau kerugian yang mungkin terjadi itu ada kalanya berasal dan
disebabkan dari diri manusia itu sendiri dan ada kalanya berasal dari luar diri
manusia. Akan tetapi, kita tidak boleh pasrah dengan keadaan tersebut, kita harus
berikhtiar dan berjaga-jaga untuk menjaga kemungkinan terjadinya bahaya dan
malapetaka. Asuransi dalam hal ini bertujuan memperkecil adanya resiko yang
ditimbulkan oleh bencana dan malapetaka tersebut.
3. Landasan Hukum Asuransi
16
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa dihadapkan pada
kemungkinan terjadinya musibah dan bencana yang dapat menyebabkan kerugian
baik materi maupun maupun immateri. 17Setiap musibah dan bencana yang menimpa
manusia tersebut adalah merupakan Qadha dan Qadar yang telah ditetapkan oleh Allah swt atas setiap makhluknya, namun setiap manusia khusus kaum muslim wajib
berikhtiar dan berusaha untuk melakukan tindakan berjaga-jaga serta memperkecil
kemungkinan terjadinya resiko yang akan dihadapi dari terjadinya musibah dan
bencana tersebut.
Dalam pelaksanaannya, Landasan hukum yang digunakan oleh perusahaan
asuransi syariah di Indonesia mengacu kepada UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha
perasuransian, serta SK. Menteri Keuangan RI No. 247/KMK.017/1995. Lebih
khusus lagi, perusahaan asuransi syariah juga harus tunduk pada Fatwa-fatwa yang
telah dikeluarkan oleh DSN. Diantara Fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN
adalah sebagai berikut18:
1. Ketentuan Umum
a. Asuransi syariah (ta’min, takaful atau thadamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan tabarru yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai syariah.19
17
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, (Jakarta: Salemba Empat, 1999), h.71
18
Muhammad Firdaus NH et. Al, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah: Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer, (Jakarta: Renaissan, 2005), cet.ke-1.h.64
19
b. Akad yang sesuai dengan syariah adalah tidak mengandung gharar
(penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulum (penganiayaan), risywah (suap), dan barang haram dan maksiat.
c. Akad Tabarru adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial.
d. Akad Tabarru adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong.
e. Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana
kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
f. Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan
asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
2. Akad dalam asuransi
a. Akad yang dilakukan peserta dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah yaitu
mudharabah, dan akad tabarru yaitu hibah.
b. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan:
1) Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan
2) Cara dan waktu pembayaran premi
3) Syarat-syarat yang telah disepakati
3. Kedudukan para pihak dana akad tijarah dan tabarru
b. Dalam akad tabarru (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah.20
4. Ketentuan dalam akad tijarah dan tabarru
a. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru bila pihak yang tertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan
kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya.
b. Jenis akad tabarru tidak dapat diubah menjadi tijarah. 5. Premi
a. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru. b. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat
menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel
morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan unsur riba dalam penghitungannya.
c. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi-bagikan kepada peserta.
d. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru dapat diinvestasikan. 6. Klaim
a. Klaim dibayarkan berdasakan akad yang disepakati pada awal perjanjian.
b. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.
c. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
20
d. Klaim atas akad tabarru merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.
7. Investasi
a. Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana
yang terkumpul.
b. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan akad syariah.
8. Reasuransi
Asuransi syariah hanya dapat melakukan reasuransi kepada perusahaan reasuransi yang berlandaskan prinsip syariah.
9. Pengelolaan
a. Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang
berfungsi sebagai pemegang amanah.
b. Perusahaan asuransi syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana
yang terkumpul atas dasar akad ijarah (mudharabah).
c. Perusahaan asuransi syariah memperoleh ujrah (fee) dari pengelolaan dana akad tabarru (hibah).21
10.Ketentuan Tambahan
a. Implementasi dari fatwa ini masih selalu dikonsultasikan dan diawasi oleh
DPS.
b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
21
c. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya.
4. Perbedaan Asuransi syariah dengan Asuransi Konvensional
Secara umum terdapat tiga hal yang menjadikan perbedaan antara asuransi syariah
dengan asuransi konvensional, yaitu :
1) Maisir (judi / untung-untungan)
Dalam mekanisme asuransi konvensional, maisir terjadi sebagai akibat dari adanya ketidakjelasan. Maisir dalam asuransi konvensional terjadi dalam tiga hal, yaitu:
a) Ketika seorang pedagang polis tiba-tiba mengalami musibah sehingga
memperoleh klaim, padahal baru sesaat menjadi klien asuransi dan
baru sedikit membayar premi. Hal ini maka nasabah yang
diuntungkan.
b) Jika hingga akhir masa perjanjian tidak terjadi sesuatu, sementara
peserta sudah membayar premi secara penuh, maka perusahaanlah
yang diuntungkan.
c) Dan apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu
membatalkan kontraknya sebelum masa receiving period, maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah
2) Gharar (ketidakpastian)
Terdapat dua bentuk yang menjadikan asuransi konvensional bernilai
gharar, yaitu :
a) Bentuk akad yang melandasi penutupan polis.
b) Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i penerimaan
klaim itu sendiri.
3) Riba (bunga)
Seperti yang dikemukakan oleh pakar ekonomi islam, bahwa riba
diantaranya :22
a) Riba Qardh, yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyariatkan terhadap yang berhutang (muqtaridh)
b) Riba Jahiliah, yaitu utang yang dibayar dari pokoknya, karena si
peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang
ditetapkan.
c) Riba Fadhl, yaitu pertukaran antar barang yang dipertukarkan dalam jual beli ribawi yang sejenis, bukan karena faktor penundaan
pembayaran.
d) Riba Nasi’ah, yaitu penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya.
Riba dalam nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau
22
tambahan antara yang diserahkan saat ini dengan yang diserahkan
kemudian.
Adapun pada prinsip dasar kegiatan operasionalnya, terdapat beberapa
perbedaan yang ditemui antara asuransi syariah dan asuransi konvensional,
23
yaitu:
1) Asuransi Syariah
a) Adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas melakukan
pengawasan terhadap seluruh produk yang dipasarkan dan investasi
dana
b) Akad yang diterapkannya adalah (takafulli) tolong menolong
c) Investasi dananya berdasarkan syariah menggunakan sistem bagi hasil
(mudharabah).
d) Dana yang terkumpul dari nasabah (premi) merupakan milik peserta,
sedangkan perusahaan sebagai pemegang amanah untuk
mengelolanya.
e) Pembayaran klaim berasal dari rekening dana kebajikan (tabarru) seluruh peserta sejak awal sudah diikhlaskan oleh peserta untuk
keperluan tolong menolong bila terjadi musibah.
f) Keuntungan (profit) dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil.
2) Asuransi Konvensional
23
a) Tidak ada Dewan Pengawas Syariah yang mengawasi produk serta
investasi dana
b) Akad yang ditetapkan adalah jual beli (tabaduli)
c) Investasi dana berdasarkan bunga, yang seluruhnya milik perusahaan.
d) Dana yang terkumpul dari nasabah menjadi milik perusahaan
e) Pembayaran klaim diambil dari rekening dana perusahaan
f) Keuntungan seluruhnya menjadi milik perusahaan
Fenomena Agen Industri Asuransi Syari’ah
Pengertian Agen Asuransi Syari’ah
Seorang agen yang profesional pasti sangat adaptif terhadap perubahan. Perubahan yang merupakan kemampuan untuk mengubah kebiasaan dan pola
kehidupan, dan tidak dapat dihindari karena perubahan yang terus menerus.
Terkadang orang mengalami ketakutan dalam menghadapi perubahan. Cara terbaik
untuk mengalahkan ketakutan terhadap perubahan adalah dengan meningkatkan
secara maksimal pengetahuan dan cara yang kita miliki dalam melakukan pekerjaan
tertentu. Semakin kita maju dalam pekerjaan, maka akan semakin mudah untuk
melakukan perubahan. Orang-orang inilah yang disebut sebagai penjual yang sukses
Dalam bisnis jasa asuransi, sebutan seorang penjual produk asuransi pada
umumnya adalah Agent Executive, Financial Consultant, Agen Representative, Consultanst, Agent. Sedangkan sebutan yang sudah memasyarakat adalah Agen, sehingga di setiap kelembagaan seperti di kantor pemasaran asuransi dan ataupun di
tingkat asosiasi asuransi terdapat Divisi Keagenan atau Komisi Keagenan.24
Di lain pihak, menurut UU perasuransian No.2 Tahun 1992 definisi dari agen
asuransi adalah seorang atau badan hukum yang kegiatannya memberikan jasa
dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.25 Jadi dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan agen asuransi adalah orang atau badan
hukum yang memasarkan jasa asuransi atau melakukan persuasif kepada calon pembeli atau klien, baik secara perorangan maupun lebih, untuk membeli jasa asuransi yang ditawarkan secara menguntungkan.
Secara umum agen berarti seseorang yang diberi pekerjaan untuk tujuan
kontrak antara perusahaan dengan pihak ketiga. Agen bertindak sebagai perantara
untuk mempertemukan pembeli dan penjual barang atau jasa, dengan menerima
premi berdasarkan kesepakatan sesuai dengan nilai transaksi yang dilakukan. Agen
dalam kegiatan ekonomi memainkan peranan yang penting untuk memperlancar
fungsi dan mekanisme pasar.
Russel, Beach dan Buskirk berpendapat, bahwa seorang agen adalah suatu seni
orang lain untuk melakukan sesuatu yang tidak dapat atau tidak mau dikerjakan,
24
Ketut Sendra, Panduan Sukses Menjual Asuransi, (Jakarta: PPM, 2002), cet. ke-1.h. 5
25
kekuatan langsung tersebut untuk mendorong seseorang dapat melakukannya
dengan baik.
Agen menurut Jean Beltrand adalah kemampuan atau seni seseorang untuk
menyajikan atau menanamkan ide, membangun semangat atau memotivasi untuk
bertindak sesuai keinginan penjual.26
Menurut Wahyu Prihantono, Agen adalah orang yang dipercaya oleh
perusahaan asuransi dan dipercaya oleh pemegang polis yang bertugas mencari dan
mendapatkan calon-calon pemegang polis dengan memberikan penerangan tentang
pentingnya jaminan untuk hari tua, perlindungan untuk keluarga, atau orang lain yang
ada kepentingan asuransinya.27
Dengan demikian agen mengajarkan untuk selalu mengutamakan kepentingan
pembeli. Penempatan seni dalam kegiatan menjual adalah jalur memenangkan tujuan
dengan mengandalkan kebaikan, sebab memenangkan tujuan dengan jalan kekerasan
hanya akan mendapatkan hasil yang buruk.
Di Indonesia pada dasawarsa terakhir terjadi perkembangan kepemilikan polis
yang menggembirakan karena ditunjang oleh tingkat kemajuan ekonomi dan
pendapatan perkapita. Dengan semakin meningkatnya perkembangan ekonomi
suatu bangsa maka kesadaran berasuransi pun akan semakin meningkat.
Konsekuensinya, jumlah perusahaan asuransi akan semakin meningkat, demikian
juga kualitas tenaga penjualnya.
26
Ibid., h. 6
27
2. Fungsi Agen
Pada awal berdirinya asuransi syariah di Indonesia yaitu asuransi takaful,
dalam menjual polis atau mencari premi tidak menggunakan sistem keagenan seperti
yang dilakukan oleh asuransi konvensional umumnya, karena merujuk pada
perusahaan asuransi syariah yang ada di Malaysia agen tidak terlihat, tetapi
orang-orang datang sendiri untuk membeli polis asuransi. Namun setelah satu tahun dicoba
tanpa keagenan ternyata pertumbuhannya tidak terlalu cepat, bahkan terlihat lamban.
Sampai saat ini masyarakat Indonesia masih banyak yang belum menyadari
akan produk asuransi. Bahkan, mereka yang sadar akan kebutuhannya masih harus
didorong untuk ikut asuransi. Hal ini kemungkinan disebabkan pembeli asuransi
masih kurang memahami tentang asuransi, dan mereka kurang memiliki informasi
yang jelas akan produk asuransi, sehingga meskipun sudah ada keinginan untuk
berasuransi, tetapi mereka sering menangguh-nangguhkannya. Melihat kenyataan ini,
maka produk-produk asuransi harus secara aktif diinformasikan kepada masyarakat
umum.
Hal ini menjadi perhatian penuh bagi pihak perusahaan asuransi syariah
bahwa peran agen sebagai orang yang mengenalkan, menginformasikan, dan
menjelaskan ke masyarakat sangat dibutuhkan. Karena fungsi agen menjual asuransi
sama halnya dengan perbuatan memproduksi asuransi.28 Agen merupakan orang yang
dipercaya oleh perusahaan asuransi untuk memberikan pengertian tentang betapa
pentingnya asuransi sebagai jaminan masyarakat. Oleh karena itu agen harus jujur,
28
baik jujur kepada diri sendiri, jujur kepada masyarakat, maupun jujur kepada
perusahaan.
Melihat vitalnya peran agen pada perusahaan asuransi maka fungsi seorang agen
dalam menjalankan kegiatannya mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung
jawab:
1) Tugas-tugas Agen
Agen dalam perusahaan asuransi mempunyai tugas yaitu menjual produk
sekaligus. Bertitik tolak pada hal ini, maka dapat dikatakan bahwa tugas agen
adalah sebagai berikut :
a. Menjelaskan betapa pentingnya asuransi bagi masyarakat.
b. Menjelaskan tentang apa, siapa, dan bagaimana kinerja perusahaan asuransi.
c. Mendapatkan calon pemegang polis/nasabah sebanyak-banyaknya.
d. Dapat dipercaya, baik oleh perusahaan maupun masyarakat.
e. Menjaga nama baik perusahaan asuransi tempat mereka bekerja.
2) Kewajiban Agen
Berdasarkan tugas-tugas agen seperti disebut diatas, maka agen harus
menaati dan memenuhi kewajibannya apabila menginginkan aktivitasnya
mendatangkan hasil yang optimal. Adapun yang menjadi kewajiban agen adalah
sebagai berikut :
a. Agen perlu mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan calon tertanggung,
b. Melakukan penutupan dan segera menyetorkan premi pertama yang berhasil
ditagih pada hari kerja.29
c. Memberikan pelayanan yang baik kepada calon tertanggung, dengan tidak
melanggar kode etik profesi agen asuransi.
3) Tanggung jawab Agen
Sesuai dengan tugas yang diemban oleh agen, maka yang menjadi
tanggung jawab agen adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi target yang ditetapkan.
b. Berproduksi secara sehat.
c. Menyetor premi pertama dan premi lanjutan sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Syarat-syarat Agen
Agen sebagai seorang penjual dalam asuransi tidaklah mudah untuk dapat
menjual dengan prestasi yang baik, untuk itu diperlukan syarat-syarat untuk
keberhasilan dalam mengembangkan dan menjual produk asuransi. Adapun
syarat-syarat yang harus ditempuh oleh seorang agen asuransi untuk menjadi
penjual yang sukses adalah sebagai berikut :30
a.
Jujur, yaitu seorang agen harus jujur dalam perkataan,
perbuatan dan hati nurani, menjelaskan segala sesuatu dengan
jujur kepada prospek tanpa nada memaksa, dan akan
29
Ketut Sendra, Panduan Sukses Menjual Asuransi, (Jakarta: PPM, 2002), cet. ke-1.h. 19
30
mendorong prospek untuk dapat menjawab dengan jujur yang
memudahkan penutupan dan pemeliharaan polis.
b. Loyal, yaitu setia dan loyalitas kepada perusahaan yang diwakilinya.
c. Inisiatif, yaitu penuh inisiatif dalam bekerja, tanpa harus ada dorongan dari
orang lain.
d. Imajinasi, yaitu seorang agen harus mempunyai daya imajinasi yang baik, dan
akan mampu menghayati kebutuhan prospek.
e. Antusiasme, yaitu bekerja dengan bergairah akan membuat prospek juga
bergairah mendengarkan penjelasan agen.
f. Keyakinan diri, yaitu sebelum melakukan penjualan hendaknya agen
mempersiapkan diri antara lain belajar sehingga diri sendiri yakin akan
kebaikan asuransi.
g. Ambisi, yaitu mempunyai ambisi untuk mencapai tujuan yang lebih
direncanakan.
h. Keberanian, yaitu berani mengambil sikap dan membantu prospek
pengambilan keputusan.
i. Cepat tanggap, yaitu seorang agen harus cepat tanggap terhadap reaksi
prospek.
j. Mengenal identitas perusahaan dan produknya, yaitu sebelum melakukan
k. Mengenal calon pembeli, yaitu sebelum melakukan pendekatan agen
sebaiknya sudah mempelajari, mengenal dan mengetahui data prospek untuk
dapat menentukan cara pendekatan kebutuhannya.
l. Memahami teknik menjual, yaitu mempelajari dan menguasai teknik-teknik
menjual, agen akan lebih mudah menuntun prospek menuju penutupan
(clossing).
m. Penampilan pribadi, yaitu penampilan yang akan menentukan penjualan,
antara lain cara berpakaian, budi bahasa, sikap yang bertujuan memberi kesan
simpatik.
n. Mengenal “siapa dirinya”, yaitu memahami segi positif dan negatif diri sendiri, kemudian mampu mengembangkan yang positif dan mengatasi
negatif.
o. Mempunyai perencanaan yang baik, yaitu sebelum memulai pekerjaannya,
agen harus mempunyai perencanaan yang baik untuk dapat mendukung
peningkatan penjualan.
5) Kode Etik Agen asuransi
Sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 8 Keputusan Menteri keuangan No.425 bahwa tenaga ahli dalam perasuransian wajib melakukan tugasnya dengan berpedoman pada standar praktek dan kode etik profesi yang berlaku.31 Dalam menjalankan tugasnya untuk menjaga nama baik perusahaan dan calon tertanggung maka agen harus menjunjung tinggi kode etik Agen Asuransi, diantaranya sebagai berikut :32
a. Mengutamakan kepentingan para pemegang polis.
31
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK. 06/2003, Tentang Perizinan dan Penyelenggarakan kegiatan Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi
32
b. Menghormati kepercayaan yang diberikan pemegang polis, dan akan
memegang rahasia pribadinya.
c. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dan terus menerus kepada
pemegang polis.
d. Menggunakan setiap cara yang layak dan sesuai dengan kode etik untuk
mendapatkan calon pemegang polis, tetapi juga dengan tegas menolak segala
cara yang dapat menurunkan derajat profesi agen.
e. Memberikan setiap fakta dan keterangan yang perlu secara lengkap dan tepat
dengan setulus-tulusnya agar memungkinkan pemegang polis mengambil
keputusan secara tepat.
f. Berusaha menyempurnakan kemahiran serta menambah pengetahuan dengan cara berpikir kembali dan belajar secara
terus menerus.
g. Berusaha melakukan tugas sedemikian rupa dengan memperlihatkan sifat dan
suri tauladan yang baik dalam jabatan maupun kehidupan pribadi sehari-hari.
Prinsip Islam dalam etika bisnis mewajibkan adanya keadilan antara pihak yang
berkaitan denagn transaksi dalam melakukan penjualan. Tujuannya agar salah satu
pihak tidak ada yang dirugikan melainkan masing-masing mendapatkan
manfaatnya.
3. Wewenang Agen
Dalam bisnis agen diberi kuasa dan wewenang untuk melakukan penjualan
dan promosi barang-barang atau jasa milik perusahaan yang diageninya. Secara
umum wewenang seorang agen terutama terletak pada wewenang yang diberikan
keagenan. Karena adanya wewenang yang dimiliki oleh agen merupakan kriteria
utama untuk mendapatkan adanya suatu keagenan. Namun, kekuasaannya untuk
mengikat perusahaan melampaui wewenang kontrak ini.33
Agen mempunyai tiga macam wewenang, pertama adalah wewenang
tersurat yaitu tercantum dalam kontraknya dengan perusahaan yang dalam hal ini
perusahaan asuransi. Yang kedua adalah wewenang tersirat, yaitu agen memperoleh
wewenang yang layak dianggap publik yang dimilikinya. Aturan menyelidiki
syarat-syarat sesungguhnya dari setiap perjanjian keagenan. Jika layak maka bagi publik
yaitu untuk mempercayai bahwa seorang agen mempunyai wewenang untuk suatu
tindakan tertentu, maka sejauh yang menyangkut hukum, agen tersebut mempunyai
wewenang itu.34
Yang ketiga, agen mempunyai wewenang lahiriah yaitu wewenang yang
telah dilaksanakan itu didiamkan saja oleh perusahaan, artinya perusahaan asuransi
itu gagal melarang tindakan agen tersebut. Contoh, seorang agen telah dilarang oleh
perusahaannya untuk mengambil asuransi mobil untuk pengemudi yang usianya
dibawah 25 tahun. Akan tetapi si agen ini dengan dasar penilaian dia mengambil juga
polis untuk seorang mahasiswa tingkat dua yang baru berumur 18 tahun, sementara
perusahaan asuransi menerima premi tersebut. Dengan tindakannya ini, perusahaan
asuransi mendiamkan tindakan agen tersebut dan berarti merestui wewenangnya
menjual polis tersebut.
4. Kelebihan Agen
33
Sumantoro, Hukum Ekonomi (Jakarta: UIP, 1986), cet ke-1, h.24
34
Adapun kelebihan memilih karier sebagai agen asuransi diantaranya yaitu:35
a. Uang dan kepuasan pribadi
Manusia bekerja untuk kompensasi, yaitu uang dan kepuasan pribadi yang
bersumber dari keberhasilan melaksanakan tugasnya. Hanya sebagian kecil agen
yang sukses bekerja semata-mata karena dorongan kebutuhan uang saja. Hal ini
disebabkan karena seorang agen asuransi berperan juga sebagai penasehat dalam
pemecahan masalah keuangan keluarga, antara lain kepada para professional,
dokter, ahli hukum, guru, dan berbagai profesi lainnya yang ada di masyarakat.
b. Tidak diperlukan investasi besar
Untuk memasuki pekerjaan sebagai agen asuransi, hanya diperlukan sedikit
modal jika dibandingkan dengan usaha lainnya. Perlu dipahami tidak seorang pun
dapat memasuki suatu usaha tanpa menginvestasikan modal, tidak terkecuali
usaha asuransi. Modal utama yang diperlukan dalamn usaha asuransi adalah
waktu dan semangat atau tenaga serta biaya yang minim sebab tidak perlu sewa
gedung termasuk inventaris kantor dan biaya perawatannya.
c. Penghasilan yang baik
Barangkali tidak berlebihan jika dikatakan, penghasilan rata-rata agen asuransi di atas penghasilan rata-rata karyawan perusahaan lainnya. Bagi agen asuransi terbuka kesempatan dan peluang untuk berpenghasilan besar yang bebas dan terus berkembang. Bagi agen yang berprestasi, peluang untuk meraih penghasilan besar dan karier sangat terbuka luas.
d. Tidak ada penghasilan musiman
asuransi adalah usaha sepanjang tahun dan tidak mengenal musim paceklik.
Artinya, setiap saat agen asuransi dapat menerima penghasilan dari komisinya
atas hasil produksi atau penjualannya. Sepanjang aktivitas prospektingnya
35
berkesinambungan maka dengan sendirinya penjualan meningkat terus dan
otomatis penghasilan dapat diterima setiap saat. Tidak takluk dan terpengaruh
oleh fluktuasi harga pasar dan tidak ppula terpengaruh oleh goncangan harga
barang dagangan di pasar.
e. Jangka waktu penghasilan
Realitas menunjukkan bahwa tidak pernah ada istilah agen terlalu tua untuk
berpenghasilan. Demikian juga tidak mengenal persoalan pensiun bagi agen
asuransi sebab usia bukanlah rintangan untuk berpenghasilan besar. Hanya
semangat, kemauan, dan kemampuan untuk melakukan prospecting yang
menentukan.36
f. Kesempatan untuk mengembangkan diri
Pekerjaan asuransi memberikan kesempatan untuk pengembangan pribadi,
terutama kepada agen yang peka dan waspada secara mental dan fisik. Asuransi
adalah sesuatu tidak nyata (intangable product) oleh karena itu, agen harus memiliki intelegensi dan imajinasi tinggi supaya dapat mempresentasikan dengan
baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan prospek manapun pelanggannya.
Hubungan yang terus menerus (relationship) dan tanpa putus dengan masyarakat berbagai golongan adalah latihan yang sangat berharga dan tidak ada
bandingannya bagi agen. Manfaat utamanya ialah untuk mengembangkan
kepekaan, kewaspadaan, dan kepribadian agen.
g. Kesempatan manajerial
36
Pada umumnya agen yang sukses dalam menjual memiliki peluang yang luas
untuk mengembangkan karier manajerial dan eksekutifnya. Mereka biasa menjadi
manager penjualan atau agency, atau jasa konsultasi bagi para eksekutif.37
Konsep Pelatihan dan Pengembangan Bisnis
Pengertian Pelatihan dan Pengembangan
Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat dan
berkembang pesat, tujuan tersebut akan dapat tercapai apabila perusahaan sudah
mampu untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil penjualannya dengan
mencari dan membina para karyawannya.
Dengan keadaan ekonomi yang cenderung mengalami penurunan yang
mencolok tajam akibat pengaruh krisis ekonomi memberikan dampak buruk terhadap
sektor-sektor riil perekonomian Indonesia. Pertumbuhan dunia usaha khususnya
dunia usaha asuransi merupakan salah satu bidang usaha yang sangat potensial untuk
dikembangkan di masa yang akan datang, sehingga diperlukan adanya pelatihan dan
pengembangan.38
Definisi pelatihan menurut Center for Development Management and Productivity adalah belajar untuk mengubah tingkah laku orang dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Pelatihan pada dasarnya adalah suatu proses memberikan bantuan
bagi karyawan atau pekerja untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu
untuk memperbaiki kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan mereka.
37
Ibid., h.12
38
Pelatihan sebagai bahan pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang
berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih
mengutamakan pada praktik daripada teori. Sementara itu ketrampilan adalah
meliputi pengertian phsicall skill, social skill, managerial skill dan lain-lain.
Menurut Rolf P. Lyton dan Udai Parek (1992) dilihat dari perspektif tindakan,
pelatihan adalah suatu upaya sistematis untuk mengembangkan sumber daya
manusia, perorangan atau kelompok dan juga kemampuan keorganisasian yang
diperlukan untuk mengurus tugas sekarang maupun masa depan dan
menanggulangi persoalan atau masalah yang timbul.
Sementara pengembangan menurut B.N. Marbun adalah suatu yang mengarah
kepada pembangunan secara bertahap dan teratur, serta menjurus ke sasaran yang
dikehendaki. Pengembangannya ditandai oleh meningkatnya pertambahan hasil yang
semakin lama semakin besar. 39
Pengembangan biasanya membekali karyawan dengan pengetahuan teknis dan
pendalaman hubungan antar manusia dalam bidang bisnis. Pengembangan dilakukan
dalam berbagai bentuk, dan banyak program yang ditawarkan kepada karyawan
mengandung unsur-unsur pelatihan.40
Pelatihan sangat penting bagi agen baru maupun agen yang sudah lama. Pelatihan,
secara singkat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja
39
B.N. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Harapan,2003), Cet.1, h.241
40
saat ini dan kinerja di masa mendatang. Hal-hal berikut ini penting untuk
mengetahui konsep pelatihan lebih lanjut, yaitu :
Pelatihan adalah proses secara sistematis mengubah tingkah laku karyawan untuk
mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan denagan keahlian dan
kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan
memiliki orientasi yang membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan
kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaannya.
Program pelatihan formal adalah usaha pemberi kerja untuk membe