• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon jamaah majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah sedekah Ustad Yusuf Mansur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon jamaah majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah sedekah Ustad Yusuf Mansur"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

USTAD YUSUF MANSUR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Sofyan Hadi Rahman NIM: 107051002421

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memenuhi gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari bahwa karya ini bukan asli karya saya atau merupakan hasil

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 September 2011 Penulis

(6)

Respon Jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi Dakwah

“Sedekah” Ustad Yusuf Mansur

Bersedekah merupakan aktivitas seorang muslim yang memiliki sifat keutamaan, karena ketinggian derajat seorang muslim ditentukan oleh sebesar dan sejauh mana ia memiliki kepedulian dan kepekaan sosial kepada muslim yang lainnya. Baik yang kaya ataupun miskin, baik yang kuat ataupun lemah, baik laki-laki maupun perempuan dan baik yang muda ataupun yang tua. Sedekah bukanlah amalan biasa. Sedekah punya keajaiban yang terkadang membuat hitung-hitungan logika manusia tercengang. Bagi kita mungkin 1+1 =2, tapi pada konsep sedekah 1+1= 10. Inilah keajaiban Tuhan yang diberikan kepada hambaNya yang mau melakukan amalan mulia tersebut. Ingat, bahwa ibadah sedekah tidak hanya melibatkan dua pihak yakni pelaku sedekah dengan Tuhan akan tetapi ibadah ini melibatkan tiga pihak, yakni si pelaku, objek penerima dan Tuhan. Ustad Yusuf Mansur melaui The Power Of Giving banyak menjelaskan kepada pembaca mengenai berbagai macam keuntungan ibadah sedekah dan hikmah yang terjadi pada diri seseorang setelah ia melakukan ibadah sedeka. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membuat sebuah penelitian yang berjudul Respon Jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi Dakwah “Sedekah” Ustad Yusuf Mansur”.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah “sedekah” Ustad Yusuf, yang meliputi respon kognitif Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap materi dakwah

“sedekah” dakwah Ustad Yusuf Mansur?, respon afektif Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi dakwah “sedekah” dakwah Ustad Yusuf Mansur?, respon konatif/behavioral Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi dakwah

“sedekah” dakwah Ustad Yusuf Mansur?.

Pada penelitian ini teori yang digunakan adalah stimulus respon, yang mana ini dikarenakan komunikan atau dalam hal ini adalah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere akan distimulus atau dirangsang oleh ceramah Ustad Yusuf Mansur dan melakukan perhatian, pengertian dan penerimaan stimulus sehingga munculah respon ataupun efek yang didapatkan dari ceramah itu.

Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah melakukan perhitungan angka yang tepat. Selain itu metode kuantitatif lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh. format deskriptif dalam penelitian ini. Format deskriptif adalah format yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.

(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin...

Tidak ada kata selain puji serta syukur penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Meskipun banyak kendala-kendala di tengah jalan yang terkadang menjadi beban penulis dan penghambat proses, tapi semua ini penulis jadikan pembelajaran dan pengalaman yang sangat berjarga. Dengan usaha dan kerja keras akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon jamaah

Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda Abudurrahman dan ibunda Sumarni yang tak pernah bosan memberi semangat dan nasehat kepada penulis untuk terus membaca dan menyelesaikan skripsi ini. Kakanda Khaeruddin dan adinda Tasya yang selalu membantu dan menemani penulis menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk semua bantuan moril dan materil selama ini.

(9)

3. Ketua Komunikasi dan Penyiaran Islam Bapak Drs. Jumroni M.Si, beserta Sekretaris Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Umi Musyarrofah M.A, atas segala bantuan dan bimbingannya selama ini.

4. Bapak Dr.A Ilyas Ismail, MA selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu, memberikan pengarahan dan kesempurnaan pada penulisan skripsi ini.

5. Seluruh jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere beserta pengurus. Terimakasih penulis ucapkan atas waktu dan bantuannya dalam mengisi angket.

6. Seluruh dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terimakasih untuk saran-saranya dan bantuannya.

7. Terima kasih buat anak-anak KPI C 2007, Fitri, Hany, Fardun, Wati, Fauziah, Eva, Adin, Ucup, Rifat, Arin, Arip, Ari, Ayu, Angga, Dara, Ega, Fena, Hikmah, Iin, Irna, Leha, Lini, Melia, Riyadul, Reza, Sucy, Ubay yang sudah memberi semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skirpsi ini.

8. Terima kasih untuk anak-anak KKN GB 2010.

9. Terima kasih juga untuk “yadzasoha”, yang telah memberikan motivasi penulis untuk jangan menyerah dan tetap semangat.

10. Terakhir terimaksih untuk semua pihak yang membantu penulis.

Jakarta 27 Juli 2011

(10)
(11)

ABSTRAK...i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Pembatasan dan perumusan masalah ... 5

C. Tujuan dan manfaat penelitian ... 6

D. Tinjauan pustaka ... 7

E. Metodologi 1. Lokasi penelitian ... 8

2. Metode penelitian ... 8

3. Variable Penelitian ... 9

4. Definisi operasional ... 9

5. Populasi dan Sampel ... 12

6. Teknik sampling ... 13

7. Teknik pengumpulan data ... 13

8. Teknik analisis data ... 14

9. Hipotesis ... 16

F. Sistematika penulisan ... 17

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Teori S-O-R 1. Teori stimulus respon ... 17

2. Pengertian respon ... 18

(12)

1. Pengertian dakwah……… ...21

2. Tujuan dakwah ... 22

3. Subjek dan objek dakwah... 23

4. Metode dakwah……….. ..25

C. Sedekah 1. Pengertian sedekah ... 27

2. Dasar dan hukum sedekah ... 28

3. Perbedaan sedekah dengan zakat ... 28

4. Perbedaan dan persamaan sedekah dan infaq………...…... 29

5. Hikmah sedekah………....29

D. Majelis Taklim dan Jamaah 1. Pengertian Majelis Taklim ... 30

2. Penegrtian Jamaah ...31

BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Ustad Yusuf Mansur 1. Biografi Ustad Yusuf Mansur ... 32

2. Kiprah dakwah Ustad Yusuf Mansur ... 36

3. Karya-karya Ustad Yusuf Mansur ... 37

B. Profil Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere ... 38

1. Visi dan Misi ……….…. 39

(13)

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Responden ... 42 2. Deskripsi Kuesioner ... 43 B. Anlisis data

1. Analisis Skala Likert ... 44 2. Analisis chi-square ... 53 BAB V PENUTUP

(14)

Tabel 1 Jenis Kelamin Responden ...40

Tabel 2 Latar Belakang Pendidikan Responden ...41

Tabel 3 Pertanyaan Kuesioner ...42

Tabel 4 Skala Likert Respon Kognitif ...42

Tabel 5 Skala Likert Respon Afektif ...45

Tabel 6 Skala Likert Respon Behavioral ...48

Tabel 7 Uji chisquare berdasarkan jenis kelamin ...51

(15)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdakwah merupakan salah satu fenomena yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Dakwah bisa menggerakkan pelbagi naluri dan menempati tempat yang sentral dalam kehidupan kita, apabila di era yang sarat dengan krisis akidah seperti sekarang ini.

Al-Quran merupakan sebuah Kitab Dakwah. Yang memilki ruh pembangkit. Yang berfungsi sebagai penguat. Yang menjadi tempat berpijak. Berperan sebagai penjaga, penerang, dan penejelas. Merupakan suatu undang-undang dan konsep-konsep global. Dan merupakan tempat kembali satu-satunya bagi para penyeru dakwah dalam mengambil rujukan untuk melakukan kegiatan dakwah, dalam menyusun suatu konsep gerakan dakwah selanjutnya.1

Apabila kita memperhatikan Al-Quran dan sunnah maka kita akan mengetahui, sesungguhnya dakwah menduduki tempat dan posisi utama, sentral, strategis dan menentukan. Keindahan dan kesesuaian Islam dengan perkembangan zaman, baik dalam sejarah maupun prekteknya, sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah yang dilakukan umatnya. Materi dakwah maupun metodenya yang tidak dapat menyebabkan kesalahlangkahan dalam pelaksanaan dakwah. Sehingga dakwah sering tidak membawa perubahan apapun, padahal tujuan dakwah adalah

1

(16)

untuk mengubah masyarakat sasaran dakwah ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, lahiriah maupun batiniah.2

Islam merupakan suatu kebenaran, maka Islam menurut fitrahnya harus tersebar luas, diperkenalkan dan diperlihatkan kepada umat manusia. Menyampaiakan ajaran-ajaran agama Islam kepada umat manusia merupakan tanggung jawab bersama yang telah menerima dan memeluk agama Islam.3

Implikasai dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut ummatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya.

Djamaluddin Kaffe dalam bukunya Psikologi Dakwah mengatakan bahwa “dakwah adalah suatu system kegiatan seseorang, sekelompok, segolongan ummat

sebagai aktualisasi yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan dan panggilan”.4

Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam tatatran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutdan dengan masalah pribadi, keluarga, maupun sosial kemasyarakatannya, agar terdapat kehidupan yang penuh dengan keberkahan samawi dan keberkahan ardhi atau dapat juga diartikan kebaikan dunai dan akhirat, serta terbatas dari azab neraka.

(17)

kejujurannya, berkurangnya angka kemaksiatan, ramainya shalat berjamaah di Masjid, berkurangnya tingkat pengangguran dan lain sebagainya.

Setiap muslim dan muslimah pada dasanya mempunyai kewajiaban untuk berdakwah, menyeru kepada ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar. Akan tetapi kalau kita cermati dewasa ini kebanyakan para da’i terkesan pasif yaitu hanya mengandalakan undangan dari para mad’u, baik yang diorganisir oleh

Majelis Taklim maupun acara perorangan, padahal kalau kita tengok ke masa lalu mengenai metode dakwahnya Rasulullah SAW, beliau lebih banyak melakukan dakwah dengan cara mendatangi para mad’u baik yang sudah masuk Islam maupun yang belum masuk Islam.

Majelis Taklim identik dengan sarana aktifitas dakwah dalam bentuk pendidikan dan keagamaan. Bagaimanapun, ia tetap menjadi suatu kebutuhan, karena mengikat akan perannya yang begitu besar dan berarti bagi masyarakat.

Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere berdiri pada tahun 1985. Awalnya,

majelis ini merupakan pengajian rutin ibu-ibu dari rumah ke rumah.

(18)

Sebagaimana kita ketahui, hidup jadi susah, lantaran memang kita banyak dosanya. Dosa-dosa itu mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari kasih sayang Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa Allah berikan ini semua? Kepada siapapun yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain, kepada yang mau peduli dan berbagi.

Ustad Yusuf Mansur menemukan hikmah tentang sedekah saat dipenjara. Selepas dari penjara, Ustad Yusuf Mansur berjualan es di terminal Kali Deres. Berkat keikhlasan sedekah pula, akhirnya bisnis Ustad Yusuf Mansur berkembang.

(19)

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang

menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang

menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas

(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Rasulullah SAW bersabda:

[

“Dari Abu Dzar radhiallahuanhu: “Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat

Rasulullah berkata kepada Rasulullah SAW “ Wahai Rasululullah, orang-orang

kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya). Rasulullah SAW bersabda : Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah. Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya, beliau bersabda : Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa, demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka

baginya mendapatkan pahala”. (Riwayat Muslim).

(20)

terhadap materi dakwah ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur untuk itu penulis mengambil judul “RESPON JAMAAH MAJELIS TAKLIM BAITURRAHMAN BUKIT CINERE TERHADAP MATERI DAKWAH „SEDEKAH‟ USTAD YUSUF MANSUR”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk memberikan gambaran yang terarah dalam penulisan ini, penulis memberikan pembatasan masalah yaitu respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi Sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur. Penulis hanya mengambil subjek dari Majelis Taklim Baiturahman Bukit Cinere, yaitu hanya mengambil sample 94 jamaah.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas, maka rumusan masalah penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana respon kognitif jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur? b. Bagaimana respon afektif jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit

Cinere terhadap materi dakwah ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur? c. Bagaimana respon konatif jamaah Majeleis Taklim Baiturrahman

(21)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana respon jamaah Majlis Taklim Baiturahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur. Serta untuk mengetahui faktor-faktor yang

mendukung jamaah Majelis Taklim Baiturahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

1) Penulisan ini diharapkan untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan kebijakan tentang respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur.

2) Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi akan respons jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur.

b. Manfaat Praktisi

(22)

D. Tinjauan Pustaka

Dari sekian banyak skripsi yang membahas tentang respons namun tidak satupun penulis menemukan skripsi yang membahas respons jama’ah Majelis Taklim Baiturahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur.

Skripsi itu diantaranya yang berjudul: “Respons Masyarakat Terhadap

Metode Dakwah K.H. M. Syafie Hadzami di Majelis Taklim Ni’matul Ittihad Pondok Pinang Jakarta Selatan” atas nama Syafie Hadzami, “Respons Masyarakat Depok Terhadap Progam Tazkia Qalbu di Music City FM” atas nama Ana

Sabhana Azmi, “Respons siswa SMAN 1 Ciputat Terhadap Isi Pesan Dakwah

dalam Album Ya Rahman: Opik” atasa nama Umi Habibah, “Respons Masyarakat

Patal Senayan Terhadap Tayangan Iklan Bintang Sabun Lux di Televisi” atas

nama Upik Susanti.

Oleh karena itu, penulis berusaha membandingkan karya tulis terdahulu dengan skripsi yang penulis kerjakan, dalam hal ini tentang respon jama’ah Majelis Taklim Baiturrahan Bukit Cinere terhadap Materi Sedekah Dakwah Ustad Yusuf Mansur.

E. Metodologi Penelitian

1. Lokasi dan waktu penelitian

(23)

2. Metode penelitian

Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah melakukan perhitungan angka yang tepat. Selain itu metode kuantitatif lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.

Metode penelitian menurut Wiradi, “Metode adalah seperangkat langkah

(apa yang harus dilakukan) yang disusun secara sistematis (urutan logis).”

Sedangkan metodologi penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja yaitu memahami objek.

Bentuk penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research). Dimana peneliti melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

Selain itu, penulis juga memilih format deskriptif dalam penelitian ini. Format deskriptif adalah format yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.5 Dan untuk melengkapi penelitian ini, penulis juga menggunakan metode survey. Metode survey adalah metode (penelitian) yang menggunakan kuesioner sebagai instrument utama untuk mengumpulkan data.6

5

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana: 2008), Edisi Pertama, cet Ke. 3, h.36

6

(24)

3. Variable

Berdasarkan variable penelitian ini tentang respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap mater dakwahi ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur, menetapkan 2 variable. Yang pertama variable independent adalah Yusuf Mansur, dan variable dependent adalah respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere.

4. Definisi Operasional a) Variabel dependen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel out put. Dalam bahasa Indonesia sering disebut juga variabel terikat. Variable dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere.

b)Variabel independen

Variabel stimulus.dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel independen adalah yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah materi dakwah ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur.

(25)

Variable independent Variable dependent

Metode dakwah respon kogintif

Materi dakwah respon afektif

respon konatif

a. Respon Jamaah Majelis Taklim Baiturrhaman Bukit Cinere Suatu tanggapan, sikap dan reaksi terhadap stimulus atau rangsangan yang diterima oleh komunika dari komunkator. Dan dalam hal ini adalah tentang respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur. Dan jika berbicara tentang respon maka akan

berbicara pula tentang effek media massa yang meliputi: a) Effek kognitif

1) Definisi Operasional

Adalah efek secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahu, di pahami atau dipersepsikan khalayak.

2) Indikator

 Jamaah mendapatkan pengetahuan yang belum diketahui

sebelumnya.

 Jamaah dapat lebih mengerti arti sedekah

b) Effek afektif

1) Definisi Operasional

(26)

2) Indikator

 Jamaah merasakan perubahan pada dirinya setelah

mendengarkan dakwah Ustad Yusuf Mansur.

 Jamaah dapat menyukai atau tidak terhadap materi sedekah.

c) Effek konatif

1) Definisi Operasional

Merupakan tingkah laku atau sikap yang merujuk pada prilaku nyata yang dapat diamati meliputi pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan. 2) Indikator

 jamaah dapat lebih giat bersedekah dengan ikhlas.

 jamaah dapat lebih peduli dengan sesame yang membutuhkan.

b. Materi Dakwah „Sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur 1) Definisi Operasional

Materi sedekah adalah materi yang digunakan Ustad Yusuf Mansur untuk menarik simpati para jamaah dengan contoh-contoh kisah sedekah membawa kesuksesan seseorang.

2) Indikator

 Metodenya, disampaikan dengan bercerita .  Materi yang digunakan santai dan lugas.

5. Populasi dan Sampel

(27)

merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya disebut dengan studi populasi atau studi sensus.7

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 234 orang untuk mengetahui jumlah sample yang digunakan, maka peneliti menggunakan rumus slovin, 8dengan sampel errornya adalah 8%:

n =

Keterangan n: ukuran sample N: ukuran populasi

e: kelongaran karena ketidak telitian ( kesalahan sample yang dapat ditolerir) 234

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, h. 108.

8

(28)

Dari perhitungan rumus slovin di atas maka diperolehlah jumlah sample penelitian yang akan digunakan yaitu berjumlah 94 orang.

6. Teknik sampling

Dalam penelitian ini sampel yang akan digunakan adalah jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere. Maka dari itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimen yang mana peneliti memberikan suguhan tayangan kepada responden sebanyak satu kali sebelum memberikan kuesioner.

7. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, seperti:

a. Kuesioner

Teknik pengumpulan data lain yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah berbentuk kuesioner. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan

cara memberikan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi9.

Kuesioner pada penelitian ini akan di berikan kepada 94 responden dari

jumlah populasi 234 orang.

b. Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis mengenai gejala-gejala yang diselidiki10. Maka observasi ini dilakukan kepada Jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit

(29)

c. Dokumentasi.

Yaitu sebuah pengumpulan yang dilakukan melalui buku, video,

dokumen dan artikel. Maka dalam penelitian ini menggunakan metode

pengumpulan data dokumentasi seperti video yang didownload atau diunduh dari

internet dan pengumpulan data dari buku-buku bacaan.

8. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif, yaitu analisis yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan tujuan menggenelarisir serta menguji teori. Data-data yang diperoleh melalui angket, wawancara dan dokumentasi ini kemudian diproses dengan beberapa tahapan, yaitu:

a. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, ditelaah,

dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data-data yang sempurna.

b. Tabulating yaitu menstabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban

responden dalam table, kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa.

c. Kesimpulan yaitu memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan penafsiran data.

d. Analisa menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang terwujud angka dengan cara mengklasifikasikannya, menstabulasikan dan dilakukan dengan mengguakan perhitungan data statistik. Adapun rumus yang digunakan adalah:

(30)

a) Untuk pernyataan positif diberikan skor sebagai berikut

a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 4 b. Setuju (S) diberi skor 3

c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

b) Adapun nilai negatif diberikan skor sebagaimana berikut:

a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 1 b. Setuju (S) diberi skor 2

c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 3

d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

2) Chi-kuadrat

Analisis chi-kuadrat digunakan untuk ada atau tidaknya perbedaan sikap atau pengetahuan jamaah Majelis Tajlim Baiturrhamn Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur Rumus:11

X2 = ∑

Keterangan:

X2 = apakah ada perbedaan antara frekuensi observasi dan frekuensi harapan

(31)

9. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. H0: Tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin dengan respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur.

H1:Terdapat perbedaan antara jenis kelamin dengan respon jamaah Majelis Taklim Biturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur.

b. H0: Tidak terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur.

H1: Terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur.

F. Sistemtika Penulisan.

BAB I: PENDAHULUAN, membahas tentang: Latar belakang masalah, Perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi peneelitian (Lokasi dan waktu penelitian, metode penelitian, Variable, Definisi Operasional, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data), Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

(32)

subjek dakwah dan metode dakwah). Pengertian sedekah, pengertian Majelis Taklim dan pengertian Jamaah.

BAB III: GAMBARAN UMUM, membahas tentang Gambaran Umum Majlis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere yang didalamnya berisi mengenai: sejarah berdirinya, Visi Misi, jadwal kegiatan dan struktur organisasi. Membahas mengenai biografi Ustad Yusuf Mansyur yang berisi: riwayat hidup, latar belakang pendidikannya, dan aktivitas dakwahnya.

BAB IV: ANALISIS, membahas tentang analisis data menggunakan skala likert dan chi-kuadrat.

(33)

TINJAUAN TEORITIS

A. Teori Stimulus-Respon

Teori Stimulus Respon ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. McQuail (1994:234) menjelaskan elemen-elemen utama dari tesri ini adalah: (a) pesan (Stimulus); (b) seorang penerima atau

receiver (Organisme); dan (c) efek (Respons).1 Teori ini berasal dari psikologi,

kemudian menjadi teori komunikasi. Karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen, sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi konatif (psikomotorik). Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya teori S-O-R, teori S-O-R ini merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Respon. Pada bahasan sebelumnya kita membahas sikap dan perilaku, yang keduanya merupakan bagian dari respon. Berbicara mengenai ruang lingkup respon, menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Dalam pembahasan teori-teori, respon tidak lepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Komunikasi menampakan jalinan system yang utuh dan signifikan, sehingga

1

(34)

proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efesien apabila unsur-unsur didalamnya terdapat keteraturan.2

B. Pengertian Respon

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan respon adalah tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.3

Menurut Poerwadarminto, respondiartikan sebagai tanggapan reaksi atau jawaban.4

Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi. Sedangkan menurut Ahmad Subandi, mengemukakan respon dengan istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranana atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya satu komunikasi.5 Dengan adanya respon yang disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek dakwah dari komunikator kepada komunikan akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses dakwah dan komunikasi.

Respon dapat terjadi karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar maupun dari dalam terhadap organisme. Stimulus adalah kekuatan-kekuatan dari luar atau dari dalam yang bekerja terhadap suatu reseptor. Dalam diri organisme itu sendiri terdapat perangsang yang mendorong selurunh bagian-bagiannya. Respon adalah setiap kegiatan yang ditimbulakn oleh suatu stimulus (perangsang).6

Teori stimulus-respon ini beranggapan bahwa sikap dapat berubah karena adanya rangsangan atau daya tarik yang disebut stimulus dari subjek yang

2

(35)

diterima oleh objek. Kuat lemahnya rangsangan akan menentukan mutu atau kualitas responden (reaksi, tanggapan, balasan) dari objek yang menerima stimulus. Di dalam proses dakwah seorang da’i harus mampu memberikan

stimulus dan penguatan (reinforcement) kepada objek dakwah sehingga dakwahnya dapat diterima objek dakwah secara positif.7

Menurut teori yang dikemukan oleh Steven Mchaffe respon dibagi menjadi tiga bagaian, yaitu:

a. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau dipersepsikan oleh masyarakat.

b. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul bila ada perubahan pada apa yang disenangi khlayak terhadap sesuatu.

c. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan, kegiatan atau kebiasaan.8

C. Macam-macam Respon

Dalam bukunya Onong Uchjana Efendy, dijelaskan bahwa:

a. Respon kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan penegetahuan keterampilan dan informasi seorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.

7 Rafi’udin, Maman Abdul Djaliel,

Prinsip dan strategi Dakwah, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), cet. Ke-1, h. 9

8

(36)

b. Respon afektif, yaitu respons yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai sesorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul bila ada perubahan pada yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

c. Respon konatif, yaitu respons yang berhubungan dengan prilaku nyata, meliputi tindakan atau kebiasaan.

Bentuk dan macam-macam respons yang diartikan sebagai tanggapan dapat dibedakan berdasarkan indera yang digunakan menurut asalnya ataupun ikatannya, berdasarkan indera yang dipakai tanggapan terbagi menjadi lima macam, dalam hal ini Abu Ahmadi mengatakan: “menurut indera yang digunakan tanggapan pengadilan, tanggapan baru, tanggapan pengecap, tanggapan pendengar, tanggapan peraba.” Menurut ikatannya, tanggapan dapat dibagi

menjadi dua macam, yaitu tanggapan keberadaan dan tanggapan pengamatan.9 D. Faktor-fakrtor Terbentuknya Respon

Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah respons, yaitu:

a) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia itu sendiri dari 2 unsur yakni rohani dan jasmani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus maka akan tetap dipengaruhi oleh eksistensi 2 faktor di atas. Dan apabila satu unsur saja terganggu maka akan menghasilkan sebuah tanggapan yang.

(37)

b) Faktor ekstenal, yaitu faktor yang berada pada lingkungan. Menurut Bimo Walgianto dalam bukunya, menyatakan bahwa faktor psikis berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus akan mengenani alat indera.10

Manusia adalah salah satu mahluk Allah yang paling sempurna di beri akal, pikiran dan indera maka dari itu manusia akan terus menggali segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

E. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari segi bahasa “Dakwah” berarti panggilan, seruan, atau ajakan.

Bentuk perkatan tersebut dalam bahasa Arab disebut Mashdar . sedangkan bentuk kata kerja atau Fi’ilnya adalah yang berarti memanggil, menyeru, atau mengajak. Sedangkan orang yang berdakwah disebut dai, dan orang yang menerima dakwah disebut mad’u.11

Secara defenitif, dakwah dirumuskan oleh para ahli dalam teks dan konteks yang bervariasi. Hal ini terlihat dalam oreintasi dan penekanan bentuk kegiatan. Berikut ini dikemukakan berbagai macam rumusan definisi dakwah: 1) Prof. Toha Yahya Omar menyatakan bahwa dakwah islam sebagai upaya

mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akherat.12

2) Prof. Dr. Hamka menyatakan dakwah adalah seruan dan panggilan untuk menganut suatu pendirian yang pada dasarnya berkonotasi positif dengan

10

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: UGM, 1996) h, 55

11 Ahmad Warsono Munawir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hal. 407 12

(38)

substansinya terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi

munkar.13

3) Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam amar ma;ruf nahi munkar.14 4) Menurut Syiekh Ali Mahfudz, sebagaimana yang dikutip oleh Rafi’udin

menjelaskan bahwa dakwah adalah mengajak (mendorong) manusia untuk mengikuti kebenaran dan petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agara mereka dapat kebahagian dunia dan akhirat.15

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah menyampaikan dan memanggil serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya dalam mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, sesuai dengan tuntunana agama.

2. Tujuan Dakwah

Tujuan utama dakwah adalah nilai hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh keseluruhan tindakan dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama maka semua penyusunan rencana dan tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.

(39)

Nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai oleh keseleuruhan usaha dakwah itu pada hakekatnya adalah merupakan akibat atau konsekuensi logis saja dari dilaksanakannya usaha-usaha itu. Artinya apabila usaha mengajak umat manusia kepada Islam dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan demikian pula usaha merealisir ajaran Islam dalam segenap aspek kehidupan serta usaha amar ma’ruf

nahi munkar dijalankan dengan sebaiknya. Maka dapatlah diharapakan umat

manusia akan memetik buahnya berupa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. Bisri Afandi mengatakan bahwa yang diharapkan oleh dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik kelakuan adil maupun aktual pribadi maupun keluarga dan masyarakat. Way of thinking atau cara berfikirnya berubah, way of life atau cara hidupnya berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-nilai agama sedangkan kualitas adalah bahwa kebaikan yang bernilai agama itu semakin dimiliki banyak orang dalam segala situasi dan kondisi.16

Berdasarkan pengertian di atas tentang tujuan dakwah, penulis menyimpulkan bahwa tujuan dakwah adalah untuk merubah hidup manusia baik diri sendiri maupun masyarakat lain, baik cara berfikirnya maupun tingkah lakunya.

3. Subjek dan Objek dakwah a) Subjek Dakwah

Subjek adalah pelaku atau orang yang melakukan pekerjaan, sedangan subjek dakwah adalah pelaku pekerjaan dakwah seperti da’i, da’iyah, mengajak

dan memberi pengajaran dan pelajaran bagi umat agama Islam.

16

(40)

Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai

syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar bisa berdakwah dengan hasil yang baik dan sampai apada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh da’i secara umum bisa mencontoh kepada Rasulullah SAW, merupakan standar

atau uswatun hasanah bagi umatnya, maka tentunta hal itupun berlaku dalam dakwah Islam.17

Berdasarkan penejelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa subjek dakwah adalah seorang da’i atau da’iyah yang member pelajaran dan pengajaran

tentang agama Islam kepada ummat Islam khususnya. b) Objek Dakwah

Yang dinamakan objek dakwah atau sasaran dakwah adalah orang-orang yang dituju oleh suatu kegiatan dakwah.18

Seorang da’i harus mengetahui keberagaman audience, dari sudut

ideology, mereka ada yang atheis, musyrik, Yahudi, Nasrani dan munafiq. Ada juga yang muslim tapi masih membutuhkan bimbingan atau umat Islam yang masih melakukan maksiat, mereka juga berbeda dari segi intelektualitas, sstatus sosial, kesehatan, pendidikan, ada yang buta huruf, ada yang kaya, miskin, ada yang sehat dan sakit. Oleh karena itu, sebelum seorang da’i melalui dakwah untuk

orang lain, ada baiknya ia memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menjadi diri sendiri hingga menjadi panutan dalam hal kebaikan.

(41)

3. Memperbaiki masyarakat dengan menebar kebaikan dan memerangi kemunkaran secara bijak, disamping juga memberikan motivasi untuk perbuatan-perbuatan yang baik dan akhlak yang mulia.

4. Mengajak umat non muslim ke jalan yang hak dan syariat Islam.19

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan subjek dakwah adalah orang-orang yan dituju untuk kegiatan dakwah, orang-orang tersebut di antaranya adalah orang munafiq, atheis, Nasrani, Yahudi, maupun orang muslim itu sendiri yang membutuhkan siraman rohani atau masih membutuhkan bimbingan tantang agama Islam.

4. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” (melalui)

dan “hodos” (jalan cara), maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui

untuk mencapai suatu tujuan.20

Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman

methodica artinya ajaran tentang metode. dalam bahasa Yunani metode berasal

dari kata methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.21 Sehingga metode adalah cara yang telah diatur dan memulai proses pemikiran untuk mencapai suatau maksud.

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.22

Metode yang harus dijalani oleh seorang da’i, yaitu metode yang sesuai

dengan surat an-Nahl ayat 125.

19

Said bin Ali al-Qahtani, Dakwah Islam dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h. 101

20

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61

21 Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35 22

(42)

Menurut Muhammad Natsir dalam bukunya Fiqhud Dakwah mengatakan bahwa hikmah adalah ilmu yang sehat yang sudah dicernakan dengan ilmu yang terpadu dengan rasa periksa, sehingga menjadi daya penggerak untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, berguna, kalau dibawa dalam bidang dakwah untuk melakukan tindakan yang berguna dan bermanfaat secara efektif.23

Metode yang kedua adalah mauidzatil hasanah, yaitu memeberikan contoh atau nasehat yang baik. Nasehat yang baiak adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut dapat diterima. Jadi dakwah bukan propaganda yang memaksakan orang lain.24

Metode yang ketiga adalah metode al-Mujadalah bil lati hiya ahsan, yaitu penyampaian dakwah yang dilakukan dengan cara berdebat atau bertukar pikiran secara baik, bertukar pikiran disini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dialog, diskusi, seminar dan lain-lain. Dengan tujuan satu sama lain mengenai serta mempelajari, ajaran-ajaran yang satu dengan yang lainnya secara luas untuk menghapuskan sifat sombong kepada ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang.25

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan metode dakwah adalah cara yang digunkan oleh seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya

(43)

Mujadalah bil lati hiya ahsan. Cara inilah yang sampai sekarang masih dipakai oleh para da’i dan da’iyah.

F. Sedekah

1. Pengertian Sedekah

Secara etimologi, sedekah asal kata bahasa Arab ash-shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara spontan dan sukarela.26

Secara terminologi, sedekah diartikan sebagai pemberian seseorang,secara ikhlas, kepada yang berhak menerimanya diiringi oleh pemberian pahala dari Allah. Berdasarkan pengertian ini, maka infaq (pemberian sumbangan) harta untuk kebaikan termasuk ke dalam katagori sedekah.27

Sedekah dapat diberikan kepada fakir, miskin, untuk kepentingan umum atau kepentingan orang banyak. Semakin banyak orang yang menerima/menikmati sedekah yang kita berikan semakin besar nilai syukur kita kepada Allah SWT dan tentu saja nilai pahalanya. Disamping itu ada sedekah yang nilai pahala Allah SWT lebih besar dan lebih baik, yaitu sedekah berupa harta benda yang bersifat lama, dan selalu memberikan manfaat, inilah yang

26

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), cet ke-2, hal. 88

27

(44)

disebut shadaqah jariyah. Selama barang itu masih dimanfaatkan, selama itu pula orang yang bersedekah masih mendapat pahalanya.28

2. Dasar Hukum Sedekah

Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa sedekah merupakan salah satu perbuatan yang disyariatkan dan hukumnya adalah sunnah. Di samping sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan.29

3. Perbedaan Sedekah dengan Zakat

Menurut fukaha, perbedaan sedekah dengan zakat dapat dilihat dari beberapa segi yaitu:

a) Dari segi subjek (orang yang bersedekah)

Sedekah dianjurkan (disunahkan) kepada setiap orang yang beriman, baik miskin maupun kaya, dan kuat lemah. Sedangkan zakat, diwajibkan kepada orang-orang tertentu, yaitu orang-orang kaya yang telah memenuhi persyaratan sebagai wajib zakat. Hal ini diterangkan Nabi SAW dalam hadist, Sesungguhnya Allah mewajibkan zakat kepada mereka yaitu dari harta benda yang

mereka miliki, yang diambil dari orang-orang kaya dan beriman

kepada orang-orang faqir (miskin) di antara mereka (HR.

(45)

b) Dari segi yang disedekahkan

Pada sedekah yang disedekahkan tidak terbats pada harta secara fisik, melainkan mencakup semua kebaikan, sebagimana dijelaskan pada bagian terdahulu. Sedangkan pada zakat yang dikeluarkan terbatas pada harta kekayaan secara fisik, seperti hasil pertanian, peternakan, perdagangan, dan hasil propesi lainnya.

c) Dari segi penerimanya (objeknya)

Zakat hanya boleh diberikan kepada orang-orang yang telah ditentukan oleh Allah di dalam Al-Quran, yaitu kepada golongan yang delapan.30

4. Perbedaan dan Persamaan Sedekah dan Infaq

a) Sedekah lebih umum dan lebih luas sasarannya dan juga barang yang disedekahkan. Infaq lebih khusus yaitu membelanjakan harta di jalan Allah SWT.

b) Sedekah dan infaq sama-sama hukumnya sunnah. c) Sesuatu yang diberikan sama-sama bermanfaat.

d) Sedekah dan infaq sama-sama mencari pahala sebanyak-banyaknya, dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.31

5. Hikmah Sedekah

a) Sebagai bukti ungkapan syukur kepada Allah SWT. b) Menjauhan sifat kikir dan sombong.

c) Menambah keberkahan pada harta yang kita miliki. d) Menghapuskan sebagian dosa yang telah kita perbuat.

30

Ibid, 91

31

(46)

e) Memberikan bantuan/pertolongan terhadapa sesama manusia. f) Menyambung tali silaturrahmi dan persaudaraan.

g) Melindungi keselamatan diri kita di akherat nanti.32 G. Majelis Taklim

1. Pengertian Majelis Taklim

Kata Majelis Taklim terdiri dari dua kata, yaitu “Majelis” dan Taklim”.

Kata “Majelis” dalam bahasa Arab berasal dari kata “Jalasa Yajlisu” yang berarti

duduk sedangkan kata “Majelis” merupakan “Ism Mashdar” yang mengandung

arti tempat duduk. Di dalam kamus bahasa Arab Munjid dikatakan bahwa kata “Majelis” berarti tempat duduk yang di dalamnya berkumpulnya orang-orang.

Maka berdasarkan kata asal tersebut, Majelis Taklim adalah wadah atau tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, maka terdapat di dalamnya yaitu: jamaah, guru atau ustad, materi yang diajarkan, sarana dan tujuan.33

Sedangkan Dra. Hj. Tutty Alawiyah A.S. dalam bukunya strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Taklim, mengatakan bahwa” salah satu arti Majelis adalah

pertemuan atau perkumpulan orang banyak, sedangkan Taklim berarti pengajaran atau pengajian Islam”. 34

Pada musyawarah Majelis Taklim se-DKI pada tanggal 9-10 Juli 1980, memberikan batasan (ta’rif) Majelis Taklim adalah lembaga pendidikan non

formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diukuit oleh jamaah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk

(47)

membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT.35

Maka dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa Majelis Taklim adalah suatu tempat atau wadah pengkajian dan pengajaran umat Islam yang berbentuk lembaga non formal, yang memiliki bentuk kurikulum tersendiri, dan dilakukan secara teratur, dalam rangka membina umat kepada kehidupan yang sesuai dengan syariat Islam, baik dalam rangka menjalin hubungan

hablumminannas dan hablumminallah.

2. Pengertian Jamaah

Jamaah secara bahasa diambil dari kata dasar jama’a artinya mengumpulkan sesuatu, dengan mendedekatkan sebagian dengan sebagian lain. Dan kata tersebut berasal dari kata ijtima’ (perkumpulan), yang merupakan lawan kata dari tafarruq yang artinya perceraian dan juga lawan kata dari furqah

(perpecahan).

Pengertian jamaah secara istilah (terminologi), yiatu kelompok kaum mukminin, dan mereka adalah pendahulu ummat dari kalangan para sahabat, tabi’in dan orang-orang ynag mengikuti jejak kebaikan mereka sampai hari

kiamat. Dimana mereka berkumpul berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah dan mereka berjalan sesuai dengan jalan Rasulullah SAW secara lahir maupun batin.

Istilah Jamaah mempunyai arti yang berbeda-beda konteks, kalimat dan kaitannya.pertama, dikaitkan dengann kata “ahlu sunnah” sehingga menjadi ahlu

sunnah wal jamaah, yang berarti golongan yang mengikuti tradisi Nabi Muhammad SAW serat berada dalam kumpulan kaum muslim. Kedua, istilah

(48)

jamaah dikaitkan dengan ijma’ sebagai sumber hukum yang merupakan hasil

ulama dalam suatu masalah yang didalamnya terjadi sidang pendapat. Ketiga, istilah jamaah dikaitkan dengan iman atau pemimpin, yang berarti komunitas kaum muslimin yang dipimpin seorang imam.

Istilah jamaah juga diakaitkan dengan shalat, terutam dalam pelaksanaan shalat Jumat harus mencukupi jumlah 40 orang. Sehingga jika jumlah ini tidak terpenuhi, maka shalatnya tidak sah. Mazhab-mazhab lain berpendapat bahwa jika pengertian jamaah telah terpenuhi ditinjau dari segi jumlahnya, tiga orang atau lebih, termasuk imam maka shalatnya sah. Hal ini disebabkan arti dari istilah jamaah itu sendiri, yaitu jamak, banyak atau lebih dari tiga orang. 36

Jamaah ada yang bersifat tetap dan ada pula yang bersifat sewaktu-waktu (tidak tetap). Jamaah yang bersifat tetap biasanya jamaah yang mengikuti pengajian yang dilangsungkan di majelis taklik seperti pengajian, pengajian malam Jumat, dan lain sebagainya. Sedangkan jamaah yang tidak tetap adalah jamaah yang hanya mendatangi kegiatan tahunan seperti Maulid Nabi Muhammad SAW.

(49)

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere

Di daerah Gandul, Cinere, pada tahun 1985 sudah terbentuk “Majelis Taklim

Bukit Cinere”, sebagai wadah untuk menyalurkan kegiatan sosial dan keagamaan atas

inisiatif ibi-ibu warga pendatang yang bermukim di daerah ini. Di samping Majelis Taklim itu sudah pula terbentuk Paguyuban Jalan Bukit Cinere dan sekitarnya, sebagai wadah antar warga yang teridiri dari berbagai golongan dan Agama.

Kegiatan keagamaan yang dilakaukan Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere waktu itu antara lain adalah: pengajian, shalat tarawih berjamaah, shalat Idul Fitri dan Idul Adha, disamping itu juga penerimaan dan penyaluran zakat dan qurban pada fakir miskin, yatiu-piatu dan mengelola anak asuh. Namun cita-cita yang lebih besar dari Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere ini adalah mendirikan sebuah Masjid yang dapat menampung kegiatan beragama yang cukup banyak itu.

Untuk mendapatkan legalisasi penggunaan tanah ex Pertamina, panitia pembangunan Masjid Bukit Cinere telah menghubungi Kepala Desa Gandul agar mengizinkan tanah yang berlokasi pada kavling No 150 C itu dapat dimanfaatkan untuk pembangunan Masjid guna menampung kegiatan Majelis Taklim yang saat itu semakin meningkat.

(50)

Untuk menguatkan izin yang diberikan Kepala Desa Gandul itu panitia pembangunan Masjid Bukit Cinere, jauh-jauh sebelumnya juga sudah memberikan surat kepada pihak Pertamina untuk pembebasan tanah seluas 6.000 M2 dengan surat No. 015/PPM/996, tanggal 24 September 1996.

B. Visi dan Misi 1) Visi

Menjadikan Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere, sebagai pusat kegiatan beribadah yang berkualitas dengan mengembangkan daan membina pendidikan yang Islami untuk mencetak sumber daya manusia yang unggul, beetanggungjawab dan bertaqwa kepada Allah SWT.

2) Misi

Mempersiapkan peserta didik dengan mengacu aspek terhadap kepribadian, jasmani sehingga mampu mengaplikasikan nilai-nilai keimanan dan keterampilan dengan akhlakul karimah.

C. Jadwal Kegiatan Majelis Taklim Baiturrahaman 1. Ceramah Rutin

(51)

2. Belajar Baca Al-Quran Tingkat Pemula Sampai Mahir Senin : Pukul 09.00-12.00 WIB

Kamis : Pukul 08.00-10.00 WIB Selasa & Rabu : Pukul 14.30-16.00 WIB 3. Terjemah Al-Quran Sistem 40 Jam

Senin : Pukul 15.30-17.30 WIB

Selasa : Pukul 08.00-10.00 dan 10.00-12.00 WIB Rabu : Pukul 08.00-10.00 WIB

4. Halaqah

Selasa I, II, IV dan V Pukul 08.00-10.00 WIB Kamis : Pukul 08.00-10.00 WIB

5. Progam Anak Asuh Senin ke-2

6. Kajian Tafsir

Minggu : ba’da Subuh sampai Pkl. 07.30 WIB

7. Belajar Baca Al-Quran dengan “Qira’ah” Jum’at : Pukul 18.00-19.00 WIB

(52)

D. Strukutur Organisasi Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere

Dalam mewujudkan progam kerja yang konkrit dan sistematis, juga diperlukan adanya sumber daya manusia yang bergabung dalam stuktur organisasi Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere. Dengan adanya struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas, maka diharapakan progam-progam kerja yang dicanangkan dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan dari bentuknya Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere.

Adapun struktur organisasi Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere adalah sebagai berikut:

Struktur Kepengurusan Majelis Taklim Baiturrahman

Ketua : Dra. Hj. Oka A. Yoeti

Sekretaris : Hj. Evie Janu Isnadi

Bendahara : Hj. Hendrato Tri

Seksi Pendidikan non-formal : Hj. M. Nurhasan : Hj. Madani : Sugeng S

Seksi Pengajian : Hj. Kayat Kadya : Hj. Hambali : Hj. Zakaria

Seksi Sosial : Iskandar

(53)

E. Biografi Ustad Yusuf Mansur

Ustad Yusuf Mansur dikenal sebagai pimpinan Pondok Pesantren Daarul Quran Bulak Santri, Cipondoh, Tangerang dan pimpinan pengajian Wisata Hati. Ustad kelahiran Jakarta, 19 Desember 1976 ini melalui perjalanan berliku sampai menjadi ustad terkenal seperti sekarang.

Ustad Yusuf Mansur lahir dari keluarga Betawi yang berkecukupan pasangan Abdurrahman Mimbar dan Humrif'ah dan sangat dimanja orang tuanya. Keluarga Ustad Yusuf Mansur merupakan sebuah keluarga yang dikenal religius dan memiliki kedisplinan yang tinggi, meskipun demikian pola pendidikan yang ditanamkan oleh orang tuanya seperti kebanyakan keluarga lain pada umumnya, maka tidak heran Yusuf kecil merupakan anak yang memiliki pola kedisiplinan tinggi.

Pada usia yang masih relatif kecil Ustad Yusuf Mansur sudah disekolahkan di MI Al-Mansyuriah yang terletaj di jembatan Lima, sekolah MI tersebut merupakan kepunyaan buyutnya ynag bernama KH. Mansur seorang ulama besar dan seorang ahli falaq yang sangat disegani masyarakat waktu itu.

(54)

Tamatan dari MAN I Grogol usia Ustad Yusuf Mansur memasuki 17 tahun dan kemudian ia memasuki bangku perkuliahan, IAIN Jakarta tetapnya di Fakultas Syariah dan Hukum.

Ustad Yusuf Mansur merasakan dinginnya hotel pledeo selama 2 bulan. Setelah bebas, Ustad Yusuf kembali mencoba berbisnis tapi kembali gagal dan terlilit utang lagi. Cara hidup yang keliru membawa Ustad Yusuf Mansur kembali masuk buih pada 1998.

Ada cerita menarik pada saat beliau berada dalam penjara, saat itu beliau mendapatkan arti dan pentingnya sedekah dalam kehidupan manusia, ceritany berawal dari rasa lapar yang melilit perutnya, makanan yang bisanya dikirimmkan oleh petugas tak kunjung datang, sehingga ia hanya menahan lapar sambil tidur-tiduran, namun akhirnya teringat dengan sepotong roti yang disimpan, maka ia bergegas mengambil sepotong roti tersebut.

Pada saat hendak memakannya Ustad Yusuf Mansur teringat bahwa tidak memiliki air untuk diminum sehingga ia menunda memakan roti tersebut. Secara tidak sengaja Ustad Yusuf Mansur melihat semut yang berbaris di dingding tahanan, lalu ia mengampirinya dan berkata.

Mut, Tuhan lu sama dengan tuhan gue (Allah). Begini deh, mungkin kalau

(55)

Tidak lama kemudian datang seorang petugas, lalu mengahampirinya dan ia bertanya, apa sudah dapet jatah nasi apa belum, maka Yusuf menjawab belum, kemudian petugas tersebut keluar dan tidak lama kembali lagi dengan membawa sebungkus nasi padang, kemudian petugas tersebut berkata, “Nih kamu makan, hari ini menunya berbeda, nasi padang,” kata petugas tersebut.

Dari peristiwa ini, Yusuf mengucap syukur kepada Allah SWT yang membukakan hikmah dan pelajaran dan keutamaan bersedekah, yang sampai sekarang menjadi konsep dakwah beliau, yaitu banyak berbuat baik dan bersedekah kepada siapa saja.

Tanggal 25 Juni 1999 merupakan hari kebebasan Yusuf dari penjara, selepas dari penjara, Ustad Yusuf Mansur berjualan es di terminal Kali Deres. Setiap akan berjualan ia sisihkan 5 bungkus es untuk dibagikan kepada anak yatim dengan harapan dagangannya cepat laris, hal ini ternyata terbukti es yang dijajakan terjual habis.

Saling berbagi kepada yang membutuhkan terus ia lakukan dengan cara mencari beberapa anak yatim untuk diasuh dirumahnya, padahal pada saat itu Yusuf masih terlilit hutang yang sangat banyak, akan tetapi keyakinannya akan bersedekah masih kuat dan mengakar dalam dirinya.

(56)

Ada wacana dan motifasi baru setelah mempersunting Maimunah, Yusuf jadi rajin menulis, memperdalam ilmu agama dan sedikit mengesampingkan bisnisnya. Kampung Ketapang Cipondoh Tangerang merupakan tempat peristirahatan dan awal lembar kehidupan baru bersama Maimunah, di kampung inilah ia mengembangkan konsep dan syair dakwahnya.

Karier Ustad Yusuf Mansur makin mengkilap setelah bertemu dengan Yusuf Ibrahim, Produser dari label PT Virgo Ramayana Record dengan meluncurkan kaset Tausiah Kun Fayakun, The Power of Giving dan Keluarga. Konsep sedekah pula yang membawanya masuk dunia seni peran. Melalui acara Maha Kasih yang digarap Wisata Hati bersama SinemArt, ia menyerukan keutamaan sedekah melalui tayangan yang didasarkan pada kisah nyata.. Ia juga menggagas Program Pembibitan Penghafal Al Quran (PPPA), sebuah program unggulan dan menjadi laboratorium sedekah bagi seluruh keluarga besar Wisata Hati. Donasi dari PPPA digunakan untuk mencetak penghafal Alquran melalui pendidikan gratis bagi dhuafa Pondok Pesantren Daarul Quran Wisata Hati.

F. Kiprah Dakwah Yusuf Mansur

Masa kelamnya yang kelabu telah di kubur dalam-dalam, saat ini ia fokus dalam kegiatan dakwah, kalau Aa Gym dengan Menejemen Qolbu, Ustad Arifin dengan zikirnya, Ustad Jefri Al-Bukhori dengan suara merdunya maka Yusuf Mansur dengan konsep shalat malam dan sedekahnya.

(57)

Publishing, Training Sumber Daya Manusia (SDM), dan perdagangan tanpa mengurangi esensi dakwah dan syariat.2

Sukses dengan wadah dakwah wisata Hati,Usatad yang satu ini juga mendirikian pondok pesantren Tahfidzul Quran yang merupakan pondokan dikhususkan bagi para penghafal Al-Quran yang dididik dengan dan dibina dengan baik, selain itu terdapat Sekolah Lanjutan Tinggakt Pertama (SLTP) yang berbasiskan Islam.

Aktifitas dakwah Ustad Yusuf Mansur tidak hanya dilingkungannya saja, beliau aktif mensyiarkan dakwah ke berbagai daerah dengan konsep sedekah, menulis artikel dan esai tentang dakwah kerap dilakuakn seperti kolom Wisata Hati di surat kabar harian Poskota, selain itu berhasil meluncurkan buku-buku tentang dakwah Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Selain media cetak Ustad yang satu ini juga menggunakan sarana media elektronik untuk menyampaikan pesan dakwahnya, terutam pada saat bulan Ramadhan sering memberikan KULTUM di salah satu stasiun televisi swasta. Ada beberapa sinopsis sinetron hasil buah pikirannya, yaitu sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang disiarkan oleh TPI pada saat itu yang sekarang sudah menjadi MNC TV. G. Karya-karya Yusuf Mansur

Banyak karangan dann buah pikiran Ustad Yusuf Mansur dalam mensyiarkan agama Islam, untuk media cetak yang berupa buku diantaranya: Mnecari Tuhan Yang Hilang, kajian sufistik perjalannan Lukman Hakim Menepis Azab Menuai Rahmat,

2

(58)

buku ini ia tuliskan sebagian saat berada dalam jeruji besi yang berisikan pengalaman beliau dalam menyikapi berbagai macam cobaan, godaan dan jatuh bangun kehidupan. Berikut karya-karya dakwah beliau dalam media tulisan:

1) Uang Gampang Dicari 2) Nikmatnya Sedekah

3) Mencari Tuhan yang Hilang

4) The Miracle of Giving

5) Cara Gampang Bayar Hutang

6) Kun Fayakun, selalu ada harapan di tengah kesulitan 7) Bocah Misterius

8) Jejak Berlumpur

9) Belajar Mencari Cinta Dari Kehidupan

Ustad Muda memang sangat produktif dalam menulis, sedikit berbagi tips, bahwa proses penulisannya ia lakukan pada saat tengah malam setelah Qiyamul Lail

(59)

BAB IV

ANALISIS RESPON KOGNITIF, AFEKTIF DAN BEHAVIORAL A. Hasil analisis respon kognitif, afektif dan behavioral

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 sampai 16 Juni 2011 pada jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere adalah sebagai berikut:

1) Deskripsi Data Responden

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui identitas responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 44 orang (46,80%), sedangkan jumlah kelamin perempuan berjumlah 50 orang (53,19%).

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1. Laki-Laki 47 orang 50%

2. Perempuan 47 orang 50%

(60)

Tabel 4.2 Latar Belakang Pendidikan Responden

No Jenis Pendidikan Frkuensi Presentase

1

Sekolah Menengah Atas 21 orang 22,34%

2

Diploma 26 orang 27,69%

3

Sarjana 47 orang 50%

Jumlah 94 orang 100%

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui identitas responden berdasarkan latar belakang pendidikan, jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere yang berlatang pendidikan Sekolah Menengah Atas berjumlah 21 orang (22,34%), jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere yang berlatang pendidikan Diploma berjumlah 26 orang (27,69%), jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere yang berlatang pendidikan Sarjana berjumlah 47 orang (50%).

2) Deskripsi Kuesioner

(61)

3) Analisis dengan skala likert

Pertanyaan tentang respon kognitif

Table 4.4 tentang kognitif

No Item Pertanyaan Frekuensi Presentase

(62)

Variabel pada nomor 2 (dua) yaitu tentang ustad Yusuf Mansur selalu mengajak orang untuk bersedekah, menduduki peringkat pertama. Hal ini menunjukan bahwa dalam ceramahnya ustad Yusuf Mansur selalu mengajak orang lain untuk bersedekah dengan skors 319. Adapun pada peringkat ke 2 (dua) yakni diduduki oleh variabel nomor 3 (tiga) yakni bahwasanya ceramah Ustad Yusuf Mansur membuat responden mengerti tentang sedekah dengan skors 306. Sedangkan peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh variabel nomor 7 (tujuh) yakni tentang wawasan responden bertambah setelah mendengar ceramah Ustad Yusuf Mansur tentang sedekah dengan skor 300.

Dengan demikian dapat dilihat dari deskripsi tabel skala kognitif diatas bahwa respon baik yang diberikan oleh responden ini ditunjukan dengan ustad Yusuf Mansur selalu mengajak orang untuk bersedekah mendapatkan skors paling tinggi hal ini pun dikuatkan bahwasannya ceramah Ustad Yusuf Mansur membuat responden mengerti tentang sedekah dengan skors tinggi ke 2 (dua) pada tabel diatas. Hal ini sesuai dengan pengertian dakwah yaitu mengajak, menyeru dan memanggil. Bahwasannya seorang da’i tidak terlepas untuk menyeru, mengajak manusia agar

(63)

mendapatkan Syurga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Seperti yang dikutip dari buku : “dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akherat”.1 Artinya apabila usaha mengajak umat manusia kepada Islam dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan demikian pula usaha merealisir ajaran Islam dalam segenap aspek kehidupan serta usaha amar ma’ruf nahi munkar dijalankan dengan sebaiknya. Maka dapatlah diharapakan umat manusia akan memetik buahnya berupa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

Seorang da’i dan mad’u biasanya saling bertatap muka sehingga materi yang

disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u

akan langsung diketahui. Disamping itu, karena pesan-pesan dakwah haruslah manusiawi yang akan membentuk pengalaman sehari-harinya nanti menurut tantanan agama. Oleh karena itu materi dakwahpun harus meningkatkan kemampuan dan akomodasi manusia dalam perkembangan dan kemajuannya. Materi dakwah haruslah memberikan relevansi antara manusia penerima dakwah tersebut dengan alam sekitarnya. Materi untuk ini akan lebih rumit, perlu selain subtansinya juga susunan penyampaiannya secara prioritas.2

Dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah menyampaikan dan memanggil serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya dalam mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat. Materi yang berujud pesan-pesan sudah tentu mempunyai tujuan yang direncanakan,

1

H. M. S. Nasarudin Latief, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah,(Jakarta : PT Firma Dara) h. 11

2

(64)

sebagai yang dipesankan oleh agama kepada para da’i dan muballigh, apalagi kalau

diingat bahwa mereka adalah Warasatul Anbiya.

Pertanyaan tentang respon afektif yang disampaikan Ustad Yusuf Mansur

24 67 3 0 303 2 3 Saat menonton ceramah Ustad

Yusuf Mansur saya termotivasi untuk bersedekah

24 64 6 0 300 3 4 Saya tertarik dengan kepribadian

Gambar

Tabel 1 Jenis Kelamin Responden ............................................................................................40
GAMBARAN UMUM
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.2 Latar Belakang Pendidikan Responden
+6

Referensi

Dokumen terkait

Madrasah dapat dikatakan bermutu jika kedua komponen yaitu tenaga pengajar (guru) dan karyawan dapat bekerja sesuai dengan kompetensi dan professional yang

مهنم ةيوناثلا ةسردتظا نماثلا فصلل ةيبرعلا ةغللا ةدام لمعلا ؽاروأ بُ ىوتلمحا ؽدص فلااؤس دجوت نكلو ىوتلمحا ؽدصب بسانم ؿولأا ىوتحملل تاراهم لك ( 2 ) نم ةداتظا نم

wallichii memiliki persentase hidup di lapangan relatif rendah dengan yaitu 63 %, akan tetapi jenis ini memiliki pertumbuhan diameter yang paling tinggi dari 10 jenis tanaman yang

Celestia yang dikembangkan oleh Cris Laurel dkk dapat dijadikan sebagai media simulasi virtual yang dapat memvisualisasikan fenomena fisika yang memungkinkan penggunanya

Mengusahakan lembaga pendidikan/sekolah berhasil yang meliputi melaksanakan fungsi kepemimpinan dengan menempatkan implementasi kurikulum sebagai tujuan utama, menekankan

Pos anggaran dalam Pelayanan Administrasi Perkantoran yang berupa; belanja barang dan jasa, belanja bahan pakai habis, belanja jasa kantor, belanja perjalanan dinas,

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam menyusun peraturan daerah baru maka pemerintah daerah perlu mengkaji alur penyusunan peraturan daerah yang efektif dan

Menutur Ellis, kehangatan pribadi, afeksi, dan hubungan pribadi antar konselor dan konseli yang intens memiliki arti yang sekunder. Bagaimana pun hubungan yang