• Tidak ada hasil yang ditemukan

Larangan Berzina Dalam Al-Qur’an dan Budaya Sifon Pada Etnis Suku Timor NTT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Larangan Berzina Dalam Al-Qur’an dan Budaya Sifon Pada Etnis Suku Timor NTT"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan ke Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Tafsir Hadis (S.Th.I)

Oleh: Zulkifli Natonis NIM: (109034000042)

JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

Judul : “Larangan Berzina Dalam Al-Qur’an dan Budaya Sifon Pada Etnis Suku Timor NTT”

Al-Qur‟an telah menetapkan bahwa zina adalah perbuatan yang “keji” dan “suatu jalan yang buruk”. Bahkan dilarang untuk mendekatinya apalagi melakukannya, segala bentuk hubungan seksual di luar ikatan pernikahan yang sah termasuk dalam kategori perzinahan, selain dari pada itu juga zina sering digunakan dalam istilah zina mata, zina tangan dan lain-lain. Namun kenyataan yang terjadi pada sebagian masyarakat berbeda dengan

apa yang digariskan dalam Al-Qur‟an, mengingat banyaknya warisan

aneka ragam ritual di Negeri ini, yang berkembang di masyarakat baik yang bertentangan dengan ajaran agama atau tidak. Berkaitan dengan hal

ini contonya seperti ritual sifon yang sampai saat ini masih marak terjadi

di beberapa orang etnis suku Timor (Atoen Meto’), di propinsi Nusa

Tenggara Timur. Ritual sifon merupakan suatu ritual tradisional

masyarakat di beberapa daerah di tengah hingga barat pulau Timor, yakni melakukan kegiatan penyunatan tradisoinal namun yang uniknya adalah pasca sunat si lelaki diharuskan melakukan hubungan seks yang dipercaya mampu menyembuhkan luka pasca penyunatan tersebut, uniknya adalah tidak boleh dengan istri sendiri atau wanita yang akan dijadikan istri. Jadi sifon adalah hubungan seksual pasca sunat yang wajib dilakukan seorang pasien ketika luka sunatnya belum sembuh. Tujuannya untuk menyembuhkan luka dan membuang panas, agar organ seksual pria kembali berfungsi baik. Atas dasar inilah penulis tertarik untuk membahas permasalahan ini, sehingga kita bisa menarik kesimpulan dan memberikan solusi yang tepat untuk masalah seperti ini. adapun lokasi penelitian yaitu Desa Oelet, Kecamatan Amanuban Timur, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

(5)

ii

Puji syukur ke hadirat Allah swt. tempat berlindung, memohon pertolongan, dan memohon ampunan. Aku berlindung kepada Allah dari semua kejahatan yang bersumber dari dalam diri, dan dari semua keburukan yang ada. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan tiada sekutu bagi-Nya, dan bersaksi bahwa Muhammad hamba-Nya dan utusan-Nya.

Pada pengantar ini penulis ingin mengungkapkan bahwa semua yang ditulis belum bisa dikatakan sempurna, ini hanyalah bagian dari usaha penulis yang terbatas, materi yang kurang, kemampuan yang lemah, dan juga pengalaman yang kurang maksimal dalam hal ini. Sudah sepatutnya penulis bersyukur atas segala nikmat Allah yang tak terbatas dan tak terhitung, dan alhamdulillah dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dosen Fakultas Ushuluddin yang telah menyetujui pnulisan skripsi ini. Juga kepada semua pihak di luar kampus yang telah mencurakhan pengetahuan hingga akhirnya penulis bisa mempersembahkan skripsi ini.

- Kepada Pak Muslih, Lc. M.Ag, sebagai pembimbing dalam penulisan

skripsi ini, yang telah memberikan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing penulis.

- Kepada Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. dan juga Dr. Bustamin, yang

telah bersedia menerima konsultasi penulis untuk mengangkat tema dalam skripsi ini.

- Kepada Dekan Fakultas Ushuluddin dan Rektor Unifersitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

- Kepada kedua orang tua penulis, Bapak Usman Basir Natonis dan Ibu

(6)

iii

beliau berdua berdua sehingga penulis bisa sampai melanjutkan sekolah dari Nusa Tenggara Timur hingga Perguruan Tinggi di Jakarta.

- Kepada kakanda Mukhlisnah Usman, sebagai seorang kaka yang selalu

mensuport penulis baik secara materil maupun moril dan membantu untuk dapat melanjutkan pendidikan di UIN Jakarta.

- Kepada saudara-saudaraku semua, k‟Taufik, k‟Nur, d‟Aldi dan

d‟Bony, yang selalu memberi semangat untuk sama-sama berjuan menyelesaikan pendidikan.

- Kepada saudara-saudara seperjuanganku, Amir dan Ali, walaupun

kami kuliah sambil tinggal di Masjid, karena keuangan yang minim sekali, tetapi in sya Allah kami tetap semangat untuk menyelsaikan kuliah kami.

- Kepada k‟ Tohir Selan, yang berusaha keras dibantu k‟Mukhlisnah untuk berusaha membantu penulis sampai mendapatkan beasiswa Dipa untuk masuk ke Fakultas Ushuluddin UIN.

- Kepada semua teman kelas, anak-anak Tafsir Hadis. Yang selama

kuliah berjuang bersama-sama guna menggapai cita-cita kita bersama.

- Kepada Pengurus DKM Masjid Al-Mukhlishin, yang telah

memberikan tempat tinggal kepada penulis selama masa kuliah.

- Kepada TK/TPA Al-Mukhlishin yang menjadi tempat belajar

mengajar penulis selama kuliah.

- Dan kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu

namun in sya Allah tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.

semoga semua pihak terkit yang telah membantu mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah, dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis sendiri, dan umumnya untuk semua pihak.

Jakarta, Maret 2014

(7)

iv

diterbitkan oelh CeQDa (Center for Quality Developmrnt and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

I. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا A A

ب B Be

ت T Te

ث Ts Te dan es

ج J Je

ح H Ha

خ Kh Ka dan ha

د D De

ذ Dz De dan zet

ر R Er

ز Z Zet

س S Es

ش Sy Es dan ye

ص S Es dengan garis bawah

ض D De dengan garis bawah

ط T Te dengan garis bawah

ظ Z Zet dengan garis

bawah

ع ‘A „ terbalik di atas hadap

kanan

غ Gh Ge dan ha

(8)

v

ق Q Qi

ك K Ka

ل L El

م M Em

ن N En

و W We

ه H Ha

ء Apostrof

ي Y Ye

II. Vocal Tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan A i u Fathah Kasrah Damah

III. Vocal panjang

Tanda vocal arab Tanda vocal latin Keterangan

ا ي

 î

û

a dengan topi di atas i dengan topi di atas u dengan topi di atas

IV. Vocal Rangkap

Tanda Vocal Arab Tanda Vocal Vatin Keterangan

ي ـــــ Âi a dan i

و ـــــ Au a dan u

V. Pembaharuan

لا شلا لاو

(9)

vi

DAFTAR ISI ...vi

BAB I: PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...6

C. Manfaat dan Tujuan Penelitian ...7

D. Tinjauan Pustaka ...8

E. Metode Penelitian...9

F. Sistematika Penulisan ...10

BAB II: ETNIS MASYARAKAT SUKU TIMOR DESA OELET ...11

A. Letak Geografis ...11

1. Letak Desa Oelet dalam Peta ...11

2. Gambaran umum geografis Desa Oelet dalam Peta ...13

B. Islam di suku Timor dan Desa Oelet ...14

C. Budaya dalam Masyarakat suku Timor Desa Oelet ...18

1. Asal-usul nama suku Timor ...18

2. Pola hidup masyarakat ...19

3. Konsep ketuhanan dalam perspektif masyarakat ...21

4. Macam-macam tradisi suku Timor Desa Oelet ...22

BAB III: LARANGAN ZINA PERSPEKTIF AL-QUR’AN ...28

A. Pengertian Zina ...28

B. Penggolongan Zina Terbagi Menjadi Dua ...30

C. Dampak Perbuatan Zina ...31

1. Zina menyebarkan penyakit kelamin ...33

2. Anak lahir di luar nikah...34

3. Kehidupan rumah tangga berantakan ...37

D. Had Zina (Hukum Zina) ...39

BAB IV: RITUAL SIFON DAN KAITANNYA DENGAN LARANGAN ZINA DALAM AL-QUR’AN ...43

A. Ritual sifon pada Masyarakat suku Timor ...43

1. Pengertian ritual sifon ...43

2. Tujuan ritual sifon ...44

3. Proses pelaksanaan ritual sifon...45

B. Menilai ritual sifon Perspektif Al-Qur‟an ...49

(10)

vii

BAB V: PENUTUP ...62

A. Kesimpulan ...62

B. Saran-saran ...62

DAFTAR PUSTAKA ...64

(11)

1

Al-Qur'an dan Hadits telah memberi petunjuk tentang hal-hal yang

diharuskan sebagai perbuatan terpuji dan hal-hal yang harus ditinggalkan sebagai

perbuatan tercela, namun kenyataannya perbuatan tercela yang telah digariskan

sering dilakukan dan perbuatan baik yang telah ditentukan kadang-kadang

ditinggalkan. Perbuatan melanggar terhadap kaidah-kaidah tersebut baik yang

bersumber kepada Al-Qur'an maupun Hadits bukan hanya dilakukan oleh oleh

satu dua orang tetapi bahkan dilakukan secara berbarengan, bahkan ada

sebagian yang telah menjadikannya budaya secara turun temurun yang berlaku

hingga saat ini.

Dalam tradisi hukum Islam, semua hubungan seksual di luar pernikahan

yang sah dipandang sebagai suatu kejahatan. Zina yang didefinisikan sebagai

hubungan seksual terlarang antara seorang laki-laki dan seorang perempuan,

merupakan bentuk utama kategori kejahatan ini. Hukuman berzina bagi laki

laki dan perempuan sama, yaitu seratus cambukan bagi yang belum menikah

dan hukuman mati dengan dirajam bagi yang telah menikah, walaupun

penerapan hukuman tersebut jarang didokumentasikan dalamsejarah, berikut

salah satu ayat perintah untuk menjauhi zina1. Berikut kutipan ayatnya:

1

Syaikh Salim BinIed-Al-Hilaili, Ensiklopedi Larangan Menurut Al-Qur’an dan As-sunnah, bab Aqidah, Fiqih dan Akhlaq v. 3. Traslated by : Abu Ihsan Al-Atsari (Bogor: Pustaka Imam

(12)

2



























Artinya:“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu

adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. (Q.S: Al-Isra’

ayat 32)

Ayat ini menegaskan bahwa: “Dan janganlah kamu mendekati zina”

dengan melakukan hal-hal, walau dalam bentuk menghayalkannya sehingga

dapat mengantar kamu terjerumus ke dalam keburukan itu, “Sesungguhnya

ia”, yakni zina itu, “adalah suatu perbuatan” amat “keji” yang melampaui

apa pun “dan suatu jalan yang buruk” dalam menyalurkan kebutuhan

biologis2.

Berangkat dari penjelasan di atas, bisa dibayangkan bahwa

sesungguhnya mendekatinya saja kita dilarang, apalagi sampai kita

melakukannya bahkan terlanjur dijadikan budaya dan mengakar begitu kuat

sehingga perlu dilakukan beberapa hal untuk menghindari hal tersebut.

Para ulamapun menggarisbawahi kata “janganlah kamu mendekati

zina”, yang berarti pelarangan dalam soal seks bukan sekedar koitus yang tidak

sah, tetapi segala hal yang mengarah atau mendekati koitus juga terlarang3.

Islam telah melarang segala bentuk hubungan seksual di luar pernikahan, dan

menetapkan hukum yang berat terhadap pelanggaran hukum-hukum yang telah

ditentukan.

2

M. Qurays Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an V. 7 (Jakarta: Lentera hati, 2002), hal. 80.

3Marzuki Umar Sa abah,

(13)

Namun di Indonesia terkenal dengan budaya dan ritualnya yang

beranekaragam. Ritual tersebut merupakan pewarisan dari nenek moyang yang

lahir jauh sebelum kita ada. sehingga agama, ritual dan masyarakat jelas tidak

akan berdiri sendiri, ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat dalam

prakteknya, selaras dalam menciptakan ataupun kemudian saling menegasikan.

Saat ritual ataupun agama dianggap sebagaian manusia terlahir di dunia

mau tidak mau harus menerima warisan sebuah tradisi, sistem tingkah laku

yang sebelumnya telah ada. Berbeda dengan ketika budaya ataupun agama

dimaknai sebagai proses, keduanya dipandang dalam bentuk kontinuitas

perkembangan, kebangkitan, dan keruntuhan sutau kebudayaan. Kebudayaan

dan Agama sebagai proses adalah realitas yang tidak terhenti satu jejak saja.

Terkadang banyak ritual di Indonesia yang belum hilang dan tidak kita

ketahui, ada budaya tidak bertentangan dengan agama, ada pula ritual yang

sekilas kalau kita pahami mungkin akan bertentangan dengan ajaran agama

Islam. Contonya, seperti ritual sifon yang sampai saat ini masih marak terjadi

di beberapa orang etnis suku Timor (atone meto), di propinsi Nusa Tenggara

Timur.

Ritual sifon merupakan suatu ritual tradisional masyarakat etnis suku

timor (Atoin Meto) di beberapa daerah di tengah hingga barat pulau Timor,

yakni melakukan kegiatan penyunatan namun yang uniknya adalah pasca sunat

si lelaki diharuskan melakukan hubungan seks yang dipercaya mampu

(14)

4

seks pasca sunat yang wajib dilakukan seorang pasien ketika luka sunatnya

belum sembuh. Tujuannya untuk membuang panas, agar organ seksual pria

kembali berfungsi baik.

Sebenarnya ritual sifon ialah tradisi hubungan sexual yang yang harus

dilakukan oleh pria yang sehabis disunat secara tradisional dengan wanita yang

disyaratkan tidak boleh dengan istrinya sendiri, atau calon istrinya, namun

biasanya dilakukan dengan janda, dan sekarang ini juga ada yang dilakukan

dengan pekerja sex komersil dengan kepercayaan dan maksud untuk

menyembuhkan sunatnya dan membuang sakit, sial dan panas dari pria yang

disunat. Ritual sifon ini biasanya dilakukan pada setiap musim panen.

Tujuannya adalah untuk membersihkan diri dari berbagai macam penyakit,

juga membersihkan diri dari noda dosa dan pengaruh bala setan dan secara

biologis dimaksudkan untuk menambah kejantanan dan keperkasaan seorang

pria dewasa.4

Ritual sifon dilakukan karena umumnya dukun sunat dan si pasien sunat

berkeyakinan “kalau tidak melakukan sifon, alat vitalnya akan mengalami

gangguan fungsi dan dengan sifon kemampuan-fungsi alat vital semakin

unggul”. Ritual ini dilakukan saat sunat hampir sembuh tetapi belum sembuh

total yaitu berkisar 2 – 7 hari setelah sunat.5

4

Sigit Purnawan - Bambang Sugeng – Pudjiasti, Kajian Hubungan Budaya Sifon (Ritual Hubungan Sex Pasca Sunat Tradisional) Dengan Hak Wanita Dan Pertumbuhan Penyakit Kelamin (Makalah Presentasi Undana Kupang, 2007), hal. 15.

5 Haidar Dwi Pratiwi - Frandita Eldiansyah Ria Rohmawati - Kustantina Alfatie M - Dini

(15)

Ritual ini kalau ditinjau dari aspek hukum Islam, jelas-jelas

bertentangan karena sesungguhnya sudah jelas firman Allah dalam Kitab-Nya

dan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam dalam sunnahnya serta Ijma’

para ulama tentang haramnya zina dan bahwasanya dia termasuk kekejian dan

dosa yang besar. Bahkan mendekatinya pun dilarang seperti yang terdapat pada

kutipan ayat di atas.6

Dari larangan zina yang telah dipaparkan di atas, akan muncul suatu

pertanyaan besar dalam benak, mengapa masyarakat masih mempertahankan

nilai-nilai ritual seperti ini ?, Masyarakat, agama dan ritual sangat erat

berkaitan satu sama lain. Saat ritual atau agama diartikan sesuatu yang terlahir

di dunia yang manusia mau tidak mau harus menerima warisan tersebut.

Walaupun agama dan ritual saling berhubungan erat sebab keduanya

mengatur kehidupan sosial dan saling memiliki keterkaitan, akan tetapi agama

dan budaya harus dapat dibedakan. Perbedaan yang paling signifikan yaitu

agama merupakan suatu ajaran yang mengatur kehidupan yang berhubungan

antara manusia dan Sang Khaliq, manusia dan manusia. Sedangkan tradisi

turun-temurun adalah suatu tatanan masyarakat yang diatur atau yang dibentuk

oleh manusia itu sendiri demi kelangsungan bersama.

Budaya Sifon (Ritual Hubungan Sex Pasca Sunat Tradisional) di Kecamatan Molo Utara, Timor Tengas Selatan, NTT (Makalah Presentasi Ilmu Keperawatan Unieversitas Jember, 2013), hal. 1.

6

(16)

6

B.Batasan dan Perumusan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah, penelitian hanya

dikhususkan untuk warga desa Oelet, Kec. Amanuban Timur, Kab. Timor

Tengah Selatan, Prop. Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan data servei Jumlah

penduduk Desa Oelet yaitu 1504 KK, dengan jumlah 5992 orang.7 Diantaranya

yang menganut agama Kristen Protestan dan Katolik: 1468 KK dengan jumlah

5872 orang. Sedangkan agama Islam yaitu 36 KK dengan jumlah 120 orang.

Dengan rincian orang dewasa berjumlah 47 orang, dan anak kecil berjumlah 73

orang.

Skripsi ini hanya difokuskan untuk mewawancarai warga yang

beragama Islam di Desa Oelet khususnya bagi orang dewasa mulai dari umur

18 tahun sampai dengan orang tua, yang terdiri dari 36 KK dengan jumlah jiwa

120 orang. Antara lain dengan jumlah jiwa 47 orang dewasa dan sisanya 73

orang anak dibawah umur. Dari 47 orang dewasa penulis hanya mewawancarai

25 % yaitu 25 orang.

Dari 25 orang warga yang diwawancarai terdiri dari 2 orang tokoh

agama, 2 orang tokoh adat, 5 orang pelajar, dan 16 orang petani. Waktu yang

ditempuh untuk penelitian yaitu mulai tanggal 13 Desember 2013 sampai 1

februari 2014.

Rumusan masalahnya adalah, penulis bermaksud mengkaji tentang

ayat-ayat yang menjelaskan larangan berzina dalam Al-Qur’an, kemudian

7 Data tersebut penulis dapatkan dari kantor Desa Oelet, pada hari Senin , tanggal 16

(17)

membahas dan mengetahui rituall sifon yang dipraktekkan oleh sebagian orang

etnis suku Timor sehingga dapat diketahui, apa sebenarnya ritual sifon itu?,

serta bagaimana Al-Qur’an menilai ritual sifon? Kemudian bisa diberikan

solusi yang tepat untuk permasalahan ini. Atas dasar pemikiran inilah, penulis

membahas semua permasalahn ini dengan judul: “LARANGAN BERZINA

DALAM AL-QUR’AN DAN RITUAL “SIFON” PADA ETNIS SUKU TIMOR NTT”.

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan maslah yang akan dibahas maka tujuan dan

manfaat dari penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

- Mengkaji dan mengetahui tafsiran ayat tentang larangan berzina dalam

Al-Qur’an.

- Mengetahui gambaran tentang ritual sifon yang dipraktekkan oleh

sebagian orang dari etnis suku timor, sehingga mengaitkannya dengan

hukum yang ada dalam Al-Qur’an.

- Untuk menyelesaikan tugas skripsi guna mendapatkan gelar S1 pada

jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri

(18)

8

D.Tinjauan Pustaka

Untuk mendukung kepustakaan di atas, penulis melakukan tinjauan

pustaka atas beberapa karya tulis yang membahas tema yang sama atau

mempunyai kemiripan dengan yang dibahas oleh penulis antara lain sebagai

berikut:

1. Fadhel Ilahi, At-Tadâbir al-Wâqiyah min az-Zinâ fî al-Fiqh al-Islâmi.

Penerjemah: Subhan Nur Zina: Problematika dan Solusinya. Jakarta:

Qisthi Press, 2006.

2. Haidar Dwi Pratiwi - Frandita Eldiansyah Ria Rohmawati -

Kustantina Alfatie M - Dini Dian Flowerenty - Silvi Anita -

Uslatu Rodyah - Kukuh Aria W. Analisis Jurnal Keperawatan Lintas

Budaya Sifon (Ritual Hubungan Sex Pasca Sunat Tradisional) di

Kecamatan Molo Utara, Timor Tengas Selatan, NTT. Makalah

Presentasi Ilmu Keperawatan Unieversitas Jember, 2013.

3. Sigit Purnawan - Bambang Sugeng - Pudjiasti. Kajian Hubungan

Budaya Sifon (Ritual Hubungan Sex Pasca Sunat Tradisional) Dengan

Hak Wanita Dan Pertumbuhan Penyakit Kelamin. Makalah Presentasi

Undana Kupang, 2007.

Berikut beberapa referensi yang menjadi penelitian sebelum skripsi ini

dibuat, akan tetapi penulis melihat belum ada yang membahas tentang ritual

sifon dan dikaitkan dengan Agama, untuk itu di dalam skripsi ini penulis

(19)

E.Metode Penelitian

Metode penelitian skripsi ini pada dasarnya untuk mendapatkan data

dengn tujuan dan kegunaan sesuai dengan pembahasan yang ada yaitu dengan

metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

1. Metode Pengumpulan Data

a. Metode penelitian kepustakaan (library research) yaitu

menggunakan Kitab-kitab tafsir yang berkaitan dengan

pembahasan seperti: Tafsir Al-Misbah, Tafsir ath-Thabari, Tafsir

al-Qurthubi, dan masih banyak tafsir yang lain serta buku-buku

fiqih dan sumber pelengkap lain. Karena tafsir-tafsir ini memiliki

pembahasan yang menyangkut kehidupan sosoial.

b. Metode penelitian lapangan (field research)

1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan terlebih dahulu

terhadap target yang akan dijadika sasaran penelitian.

2. Interview (wawancara), yakni melakukan tanya jawab terhadap

responden sesuai dengan yang telah ditentukan pada rumusan

dan batasan masalah

2. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam skripsi ini menggunakan Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah CeQDa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(20)

10

nama terakhir atau nama popular dari pengarang buku untuk kutipan

berikutnya. Begitu pula dengan judul, penulis hanya menuliskan dua kata dari

buku tersebut.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran umum mengenai skripsi ini, di sini

penulis membagi pembahsan ke dalam beberapa bab sebagaimana berikut:

Bab pertama, pembahasannya meliputi latar belakang masalah yang memaparkan seputar gambaran masalah yang akan di uraikan pada bab-bab

selanjutnya, kemudian pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metodologi penelitian diakhiri dengan sistematika

penulisan.

Bab kedua, pada bab ini, akan dipaparkan lebih jauh tentang profil masyarakat suku timor dan beragam kebudayaanya, letak geografis, dan

sejarah masuknya Islam sampai seberapa jauh pengaruh syariat Islam dalam

kehidupan sehari-hari.

Bab ketiga, Penulis akan memaparkan secara gamblang tentang larangan mendekati zina, dampak negatif perbuatan zina dan hukuman untuk

pelakunya.

Bab keempat, pada bagian ini, penulis akan membahas kedua pokok

masalah yaitu zina dan kaitannya dengan budaya sifon yang dianut oleh

(21)

Bab kelima, berhubung bab terakhir maka penulis akan membuat Kesimpulan dan saran-saran. Yaitu memaparkan secara singkat isi dari

pembahasan mulai dari awal hingga akhir secara signifikan, serta dilanjutkan

(22)
(23)

2. Gambaran umum geografis Desa Oelet

Berdasarkan data survei Desa Oelet kini berpenduduk sekitar 5992

Jiwa, dengan jumlah KK 1504. Diantaranya yang menganut agama Kristen

Protestan dan Katolik: 1468 KK dengan jumlah Jiwa 5872 orang. Dan

agama Islam yaitu: 36 KK dengan jumlah Jiwa 120 orang.

Berdasarkan pengamatan penulis, Secara geografis desa ini bisa

dibilang berwajah ganda, perubahan parasnya tergantung musim, selama

musim hujan desa ini berwajah cantik dan ramah, pemandangan hijau

mendominasi. Bunga flamboyan mekar di mana-mana, saat kemarau

mendera, wajah desa berubah muram, kering, gersang dan panas.

Ditambah lagi dengan listrik yang sampai sat ini belum menjamah ke desa

ini.

Kondisi ini memunculkan perdebatan pada siapapun yang datang

ke desa ini, karena pada musim yang berbeda sangat kontras, pada musim

hujan orang akan melihat bahwa desa ini sangat subur namun sebaliknya

pada musim panas orang akan merasakan bahwa desa ini adalah termasuk

yang paling gersang, pemandangan itu seakan memberi julukan bahwa

tempat ini adalah salah satu dari tempat-tempat gersang yang menjadi ciri

khas Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Seperti halnya daerah-daerah terpencil lainya, maka Desa Oelet ini

menyimpan banyak tradisi-tradisi yang unik, salah satunya adalah budaya

(24)

14

B.Islam di Suku Timor Desa Oelet

Menurut catatan sejarah, agama Islam telah lama masuk ke Kupang,

Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Namun peradaban dan perkembangannya

ke dalam masyarakat suku Timor belum signifikan. Agama Islam masuk ke

Pulau Timor belakangan dibandingkan dengan agama-agama lain seperti

Kristen Protestan dan Katolik yang lebih dulu mendominasi dan berkembang

dengan pesat di daerah pedalam Suku Timor. Awal masuknya Islam

diperkirakan sekitar tahun 1800-an yang dibawa oleh ulama-ulama dari pulau

seberang seperti pulau Solor, yang menjadi tempat masuknya Islam pertama

kali di Nusa Tenggara Timur.1

Sebuah wilayah di tengah kota Kupang bernama Airmata, dapat

dipastikan menjadi titik sentral objek ziarah di sini. Dari namanya sudah

dipastikan bahwa wilayah ini memiliki identitas logat Melayu yang khas.

Berbeda dengan seluruh nama daerah dikota ini yang berawalan Oe (air)

seperti Oe ba’, Oe’sapa, Oebufu, dll. Masjid Agung Baitul Qodim Airmata

dikenal dengan nama Masjid Airmata, terletak di Jl. Trikora No. 32, Kelurahan

Air Mata, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ini merupakan Masjid tertua di

Pulau Timor dan dijadikan pusat penyebaran agama Islam di kota Kupang

hingga pedalaman Pulau Timor.2

Masjid yang sudah berusia lebih dari dua ratus tahun itu dibangun di

atas tanah hibah dari Syahban Bin Sanga Kala pada tahun 1806 bersama

1

Bambang Budi Utomo, Atlas Sejarah Indonesia Masa Islamn (Jakarta: PT. Kharisma Ilmu, 2012), hal. 142.

2

(25)

dengan Kiai Arsyad (tokoh pergerakan Banten yang diasingkan Belanda ke

Kupang). Konon pembangunan Masjid tersebut dibantu oleh umat Kristiani

yang ada di sekitar kampung Airmata Kupang.3

Setidaknya ada beberapa ualama yang ditangkap kompeni Belanda dan

diasingkan hingga mereka wafat dan dikuburkan di makam para ulama yang

terletak berdekatan dalam sebuah komplek yang dikenal dengan Pekuburan

Umum Islam Airmata, kecamatan Kelapa Lima, Kupang, Nusa Tenggara

Timur.

Agama Islam mulai masuk ke suku Timor dari kota Kupang sejak lama,

perkembangannya ke daerah pedalaman suku Timor belum signifikan, untuk

daerah Timur Tengah Selatan (TTS). khususnya kecamatan Amanuban Timur,

Desa Oelet. menurut catatan sejarah baru masuk sekitar tahun 1960-an dan

mulai berkembang hingga saat ini.4

Belum ditemukan buku yang secara pasti membahas Sejarah Islam

masuk ke pedalaman Pulau Timor khususnya Kab. Timor Tengah Selatan

(TTS). Namun di dunia maya ada beberapa catatan yang dipublikasikan

sebagai upaya untuk mengenang sejarah yang pernah terjadi khususnya di Kab.

Timor Tengah Selatan, Kec. Amanuban Timur.

Perkembangan Islam di pedalaman pulau Timor khususnya Timor

Tengah Selatan, Kec. Amanuban Timur, tidak terlepas dari peran Usif Isu,

3

Utomo, Atlas Sejarah, hal. 143.

4 Muhammad Syah Isu, Para Raja se-NTT bertemu di Niki-Niki

(26)

16

(Raja Isu) pada tahun 1967. Putra dari Usif Isu yakni Gabrial Isu, seorang Fetor

(Raja Lokal) dari Kefetoran Noebunu sebelumnya Fetor Noehambet yang

mengantikan ayahnya Leonard Isu dan adiknya Hendrik menjadi Kefetoran

Noehanbet mengantikan kakanya.5

Masuknya kedua Usif Isu ke agama Islam kemudian diikuti oleh

seluruh keluarga dan beberapa Tamuku (Kepala Desa) dan seluruh masyarakat

yang loyal kepadanya. Gelombang perpindahan agama dari agama Kristen

keagama Islam sangat pesat hingga konon jumlahnya mencapai ribuan jiwa ini

sangat mengemparkan dipulau Timor. Hal ini menambah rasa benci oleh

lawan-lawan politiknya, yang sebelumnya tidak senang padanya terutama para

tokoh penyebar agama Kristen.

Gabrial Isu berganti nama menjadi Gunawan Isu sebagai putra tertua

yang menggantikan ayahnya maka dalam sistem kerajaan ia bertangungjawab

penuh terhadap setiap permasalahan kerajaan yang dipimpinnya.

Beliau tetap memperjuangkan dan mengembangkan tegaknya agama

Islam dengan berbagai resiko dan pengorbanan sebagai konsekwensi yang

harus diterimanya yang saat itu beliau menjabat Camat sedangkan adiknya

menjabat DPRD dikabupaten TTS, akan tetapi langsung dipecat dari jabatanya

karena memeluk agama Islam dan saat pengikutnya mengikuti langkah beliau

bukan karena paham akan kebenaran Islam akan tetapi pengaruh Rajanya.6

5

Isu, Para Raja (http://muhamadsyahisu.blogspot.com/)

6 Isu, Para Raja (

(27)

Ketika Raja dari Kefetoran Noebunu yang bernama Leonard Isu masuk

Islam dan mengganti nama menjadi Gunawan Isu, maka masyarakat yang loyal

terhadap beliau pada saat itu berbondong-bondong untuk meniggalkan agama

pertama yg mereka anut, yaitu Kristiani dan Katolik tetapi sebagian masyarakat

menganut kepercayaan halaika (kepercayaan primitif suku Timor) menurut

dialek setempat. dan mengikuti ajaran Islam yang baru dianut oleh pemimpin

mereka.

Menurut penuturan Bapak Ahmad Taek, Warga desa Oelet yang pada

saat itu termasuk loyal kepada Raja Kefetoran Noebunu, mengikuti langkah

pemimpin mereka dan sebagian masuk Islam sebagai generasi pertama yang

diantara mereka adalah: Musa Tune (Neon Tune), Ahmad Taek (Eko Taek),

Mansyur Taek (Suli Taek), Salim Taek (Seo Taek), Amin Taek (Tkela Taek),

dan masih banyak yang lain.7

Menurut penuturan Bapak Usman Basir Natonis, Sekitar tahun

1968-1969 masyarakat desa Oelet khususnya yang beragama Islam bersukarela

untuk membangun sebuah Masjid sebagai tempat ibadah pertama kali kala itu,

yaitu Masjid Al-Hadid Oelet, yang kokoh berdiri hingga tahun 2003 kemudian

direnovasi dengan bantuan dana dari Kedutaan Arab Saudi dan berdiri hingga

saat ini.

Melihat sajian sejarah di atas bahwa Agama Islam masuk belakangan

ke masyarakat pedalaman Pulau Timor khususnya desa Oelet, wajar apabila

7 Hasil wawancara dengan Bapak Usman Basir Natonis dan Ibu Lisnayati Taek pada tgl.

(28)

18

pengetahuan masyarakat tentang agama masih minim sehingga masih banyak

budaya nenek moyang yang dipertahankan hingga saat ini dan perlu

kader-kader pendakwah yang bekerja keras demi terwujudnya umat Islam yang lebih

maju lagi di Desa Olelet.

C.Ragam Budaya pada Masyarakat suku Timor Desa Oelet

1. Asal usul nama suku Timor ( Atoen Meto )

Suku Timor merupakan sebutan untuk suku yang berada di pulau

timor khususnya daerah pedalaman. Suku ini menempati seluruh wilayah

di Timor Barat, tersebar di tiga kabupaten yaitu kabupaten Timor Tengah

Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), dan kabupaten Kupang, Nusa

Tenggara Timur.

Suku Timor dalam dialek setempat dinamakan “Atoin Meto” yang

artinya “Atoin” = orang atau manusia, sedangkan “Meto”=kering, sehingga

disebut orang kering atau lebih tepatnya “penduduk tanah kering”

pemberian nama ini sesuai dengan daerah Pulau Timor yang pada

umumnya gersang dan kering.

Selain dari nama Suku Timor di atas, dikenal juga dengan nama

Suku Dawan, yang sudah ditemukan dalam publikasi asing berbahasa

Jerman pada tahun 1887, nama ini hasil pemberian oleh orang lain yang

disesuaikan dengan nama aslinya yang berarti penduduk tanah kering.

Kendatipun demikian tidak bisa dipastikan waktu penggunaan sebutan itu

(29)

2. Pola hidup masyarakat

Masyarakat desa Oelet menjalani hidup sehari-hari dengan

matapencaharian, umunya pertanian dan peternak. Dan sebagian kecil

menjadi pegawai. Hal ini karena daerahnya yang masih tergolong daerah

terpencil, yang sama dengan banyak daerah yang terdapat di Nusa

Tenggara Timur, bahkan listrikpun sampai sekarang belum menjamah di

daerah ini.

Sekalipun daerahnya panas namun masyarakat sangat menjunjung

tinggi nilai kekerabatan dan keakraban, seperti hubungan kekeluargaan

“fetof-naof, “olif-tataf” yang secara leksikal berarti hubungan “saudara

-saudari, adik-kakak”. Maksud hubungan “feto mone, olif tataf “ adalah

untuk menjamin kesatuan antropologis-etnis masyarakat suku Timor

khususnya desa Oelet walaupun telah mengalami perluasan hidup

kekeluargaan, artinya walaupun sudah mempunyai berlapis-lapis generasi

keturunan.

Dalam kehidupan sehari-hari hubungan kekeluargaan masih sangat

kentara, walaupun berbeda keyakinan antara Islam, Kristen Protestan dan

Katolik. Tetapi masyarakat masih mempertahankan budaya lokalnya yaitu

“nekaf mese ma an sao mese”, artinya satu hati dan satu cinta, karena

hampir semua masyarakat masih ada garis keturunan berdasarkan marga

masing-masing. Sebagaimana masyarakat kampung pada umumnya.

Masyarakat di sini masih mempertahankan hubungan kekerabatan yang

(30)

20

Khususnya Desa Oelet Pada saat musim hujan keadaan tanah

sangat banyak mengandung air, sehingga di beberapa tempat terjadi

longsor, pada musim kemarau tanah menjadi kering dan sangat susah

menemukan air di daerah-daerah yang lebih rendah.

Menurut penuturan Bapak Usman Basir ketika musim kemarau

tiba, warga desa Oelet sangat kesusahan dalam mendapatkan air bersih

baik itu untuk keperluan memasak, minum, mandi dan lain sebagainya.

Untuk mendapatkan air bersih membutuhkan perjalanan yang cukup jauh

bisa 2-3 km perjalanan baru akan mendapatkan air.

Wajar saja bila pemukiman masyarakat suku Timor desa oelet yang

berada di daerah pedalaman sudah terbiasa dengan iklim yang gersang dan

tandus. Dan tidak mengherankan apabila orang Timor menamakan dirinya

Atoin Meto” yang artinya penduduk daerah kering. Mata pencaharian

masyarakat umumnya adalah petani dan peternak, sistem pertanian yang

mereka kembangkan adalah selalu membuka lahan baru dan

berpindah-pindah, dari satu lahan ke lahan lain. Sehingga mungkin inilah salah satu

penyebab terjadinya longsor karena sering terjadi penggundulan hutan

untuk lahan pertanian.

3. Konsep ketuhanan dalam pandangan suku Timor

Kalau kita berbicara tentang konsep ketuhanan, sebenarnya jauh

sebelum masyarakat mengenal agama Kristen Protestan dan Katolik yang

(31)

minoritas dan belakangan berkembang di desa Oelet, dalam kepercayaan

suku Timor, yaitu Halaika. mereka telah mengenal konsep ketuhanan

walaupun pada akhirnya berbeda dalam konsep itu sendiri. Mereka

menyebut “Yang Tertinggi” atau Sang Pencipta sebagai “Uis NenoUis

atau Usi artinya Raja, sedangkan Neno artinya langit, yang kalau

digabungkan artinya Raja Langit atau Tuhan yang dimaksud oleh

masyarakat suku Timor.

Selain Tuhan Lagit masyarakat Timor juga meyakini adanya Tuhan

Alam, “Uis Pah” atau “Pah Tuaf” pah artinya (dunia atau alam) akan

tetapi Uis Neno tetap lebih berkuasa di atas Uis Pah.

Uis Neno dianggap sebagai asal mula segala sesuatu, Pencipta,

pemelihara, dan penguasa alam semesta ini. sedangkan Uis Pah / Pah Tuaf

berarti roh yang mengurus dunia atau penguasa daerah setempat,

roh-roh tersebut adalah penghuni pohon-pohon besar, batu-batu besar, hutan

terlarang, dan tempat-tempat kramat lainya. Dan ada beberapa tradisi yang

harus dilakukan untuk penghormatan kepada uis neno dan uis pah salah

satunya yaitu budaya sifon yang penulis bahas sekarang.

Namun kekuasaan Uis Neno jauh di atas Uis Pah, karena Uis Pah

hanya berkuasa dan mengurusi daerah setempat sedangkan UisNeno yang

menguasai dan mengurusi seluruh alam semesta termasuk di dalamnya Uis

(32)

22

4. Macam-macam budaya suku Timor yang ada di Desa Oelet

Sebagaimana kebiasaan masyarakat suatu daerah yang masih

mempertahankan nilai-nilai budaya yang dipraktekkan secara

turun-temurun, maka di desa Oelet khususnya ada beberapa budaya yang masih

dijalankan dan dipertahankan hingga saat ini antara lain sebagai berikut:

a. Oko’mama’ dan Puah manus

Okomama’ adalah tempat, yang digunakan untuk tempat menyimpan

Puah manus” atau pinang dan daun sirih, dan bahan-bahan

menginang lainnya. Oko’mama’ dianyam dari daun lontar. Bagian

luarnya dilapisi dengan manik-manik yang membentuk sebuah motif.

Makna dari Oko’mama’ ini bukan hanya skekdar tempat menyimpan

bahan-bahan untuk makan sirih pinang, tetapi sebagai alat

penyambung silaturahmi, karena digunakan disetiap kegiatan

masyarakat, baik itu kegiatan kecil maupun kegiatan besar.

Budaya “Oko’mama’Puah-manus” sebenarnya merupakan sisi lain

dari budaya kekeluargaan”. Artinya kebiasaan menyuguhi tamu

dengan puah manus atau sirih pinang disaat tamu mengunjungi rumah

atau keluarga tertentu merupakan penjelmaan dari sikap membina

persaudaraan dan persatuan universal. Kebiasaan puah manus

sesungguhnya mengekspresikan sikap keterbukaan, sikap menerima

kehadiran orang lain, sikap “welcome” terhadap sesama tanpa

(33)

Pokoknya setiap manusia yang hadir sebagai “tamu” bagi keluarga

orang Timor diterima sebagai saudara, manusia yang sederajat, dan itu

ditandai dengan pemberian sirih pinang. Falsafah hidup orang Dawan

ini yaitu budaya “Puah-manus”, merupakan falsafah keterbukaan,

penghargaan dan partnership dengan semua manusia.

b. Tonis / natoin

Tonis atau Natoni merupakan ungkapan pesan-pesan yang dinyatakan

dalam bentuk syair-syair bahasa kiasan adat yang dituturkan secara

lisan oleh seorang penutur, yang disebut (Atonis atau Na’tonis) yang

dilakukan dengan ditemani oleh sekelompok orang sebagai

pendamping. yang ditujukan baik kepada sesama manusia maupun

kepada para arwah orang mati atau dewa. Dalam natoni, yang

bertindak sebagai pengirim pesan disebut atonis. Pesan yang

diungkapkan melalui syair-syair natoni yang diucapkan menyerupai

pantun. Tonis biasanya disampaikan kepada sesama manusia, juga

kepada arwah orang mati atau para dewa yang disembah.

Natoni sebenarnya lebih kepada interaksi satu arah. Hanya natoni

perkawinan yang ada nuansa dialognya. Sebaliknya bila natoni

ditujukan untuk arwah leluhur maka dilakukan ibarat doa bersama.

Natoni merupakan sarana komunikasi tradisional yang dipergunakan

untuk menyampaikan pesan tertentu baik kepada sesama warga

(34)

24

c. Poe Pah

Umumnya daerah Pulau Timor yang gersang maka masyarakat

memliki beberapa kegiatan atau ritual yang diadakan untuk mensiasati

alam sekitar. Salah satunya adalah upacara Poe Pah yaitu, satu ritual

berdoa tahunan oleh masyarakat suku timor termasuk Desa Oelet yang

akan dipimpin langsung oleh ketua adad setempat, yaitu dilakukan di

salah satu tempat yang dianggap paling keramat. Dengan tujuan berdoa

kepada UisNeno dan UisPah.

Berawal dengan berkumpulnya masyarakat dengan membawa seekor

binatang ternak, seperti sapi, dan peralatan makan yang semuanya

harus terbuat dari alam, seperti alat masak dari tanah liat, tempat

makan dari anyaman lontar atau tempurung kelapa. Semua makanan

harus dihabiskan dan tidak dibawa pulang.

Ritual ini biasanya dilakukan setiap akhir tahun, yaitu di salah satu

tempat yang dikramatkan . dengan maksud dan tujuan untuk

mendapatkan berkah dari para leluhur dan Uis Pah yang dipercayai

sebagai penguasa dan pengurus daerah setempat.

Budaya Poe Pah ini sebenarnya menjadi acara penghubung antara

masyarakat dengan UisPah dan UisNeno untuk mensiasati alam yang

gersang dan tandus, melalui acara ini masyarakat mempersembahkan

sesuatu untuk mendapatkan keberkahan dari peguasa sehingga hasil

(35)

d. Kete’

Kete’ yaitu tradisi pengakuan dosa yang dilakukan oleh orang yang

terkena musibah, yaitu mendatangi ahli peramal setempat yang disebut

A’onen, kemudian berdoa untuk menemukan masalah apa yang telah

menimbulkan musibah, ketika masalahnya ditemukan dan diakui oleh

pelaku maka iapun terbebas dari musibah itu.

Misalnya ketika seorang menderita sakit atau terkena musibah lain

yang susah dihadapi, maka ini dipastikan berhubungan erat dengan

kesalahan yang diperbuatnya atau ada kaitannya dengan keluarga yang

lain, sehingga perlu adanya penyelesaian yaitu mencari akar

permasalahannya dengan mendatangi orang pintar, dan menyelesaikan

permasalahan itu.

e. Taman

Tradisi taman secara bahasa bisa diartikan sebagai penyandaran

(sesuatu yang disandarkan), yaitu setiap bayi yang lahir harus diberi

nama sesuai dengan nama orang yang telah meninggal, baik itu orang

tua sendiri atau kakek dan keluarga terdekat lain yang telah meninggal.

Karena menurut penuturan mereka anak yang lahir ini harus

disandarkan ke orang yang telah meniggal agar seumur hidupnya dia

(36)

26

f. Sifon

Sifon ialah suatu ritual hubungan seksual yang dilakukan oleh pria

yang sehabis disunat secara tradisional dengan wanita dengan

kepercayaan dan maksud untuk menyembuhkan sunatnya dan

membuang sakit, sial dan panas dari pria yang disunat.

Berdasarkan penelitian, sebenarnya sifon dilakukan karena pada

umumnya dukun sunat dan si pasien sunat berkeyakinan “kalau tidak

melakukan sifon, alat vitalnya akan mengalami gangguan fungsi dan

dengan sifon kemampuan-fungsi alat vital semakin unggul”.

Pelaksanaan sifon yaitu berawal dari prosesi sunat tradisional yang

dilakukan oleh Ahelet (dukun sunat) dengan beberapa persyaratan yang

berlaku. Ritual sifon ini sudah berlangsung turun-temurun di beberapa

etnis Timor yang terutama tinggal di berbagai pedesaan di Wilayah

Kabupaten TTS (Timor Tengah Selatan), dan TTU (Timor Tengah

Utara).

Syarat utama untuk pasien yang akan disunat adalah, Pertama: sudah

memasuki umur dewasa mulai dari kisaran 17 tahun ke atas. Kedua:

sudah pernah melakukan hubungan seksual dengan wanita lain, karena

kalau belum pernah melakukan hubungan seksual dikhawatirkan akan

canggung dan kesulitan ketika menjalani proses akhir dari sunat

(37)

Cara penyunatan pun terbilang sangat sederhana, berbeda dengan yang

dilakukan dokter yakni menggunakan peralatan modern, tetapi hanya

menggunakan sebilah pisau dan alat dari bambu untuk menjepit kulub

(38)

28 BAB III

LARANGAN ZINA PERSPEKTIF AL-QUR’AN

A.Pengertian Zina

Secara kebahasaan, term zina berasal dari kata zanâ-yaznî, dengan kata

jadinya dalam di dalam Al-Qur’an diulang sebanyak sembilan kali, yang

berarti menyetubuhi seorang perempuan tanpa akad nikah yang sah.1 Di

kalangan ulama Fiqh definisi ini sudah maklum adanya. Namun diantara

mereka ada yang menambahkan bahwa, keduannya sudah baligh (dewasa).

Karena itu jika salah satunya belum baligh, maka hukum zina hanya ditujukkan

kepada yang sudah baligh.2 Ada juga yang menambahkan, bahwa hubungan

seksual yang tidak sah itu dilakukan atas dasar suka sama suka. Sehingga

dalam kasus pemerkosaan yang mendapat had zina hanya yang memperkosa,

jika memang terbukti.

Terkait dengan pengertian zina ini, para ulama berbeda pendapat

tentang liwât (hubungan seksual melalui jalan belakang), apakah ia termasuk

zina atau tidak?. Menurut sebagian ulama, liwât termasuk zina, yakni bukan

dari sisi perbuatannya tetapi dari segi sûrah (praktik) dan kategorosasinya. Dari

segi praktiknya, liwât juga memasukkan kemaluan ke dubur. Dalam hal ini,

dubur juga dianggap farj yang makna generiknya adalah sesuatu yang terbuka,

sedangkan dari segi kategorisasi bahwa liwât adalah salah satu bentuk

1

Asy-Syâtibî, al-Muwâfaqâ fî Ushûlil-Ahkâm v. 11 (Beirut: Dârul Fiqr, 1341 H), hal. 4-5. 2

(39)

kesenangan yang dilarang oleh syarak, sebagaimana zina. Makanya ar-Râzî

mendefinisikan zina sebagai suatu istilah untuk menggambarkan masuknya

suatu kemaluan kepada yang lain, atas dasar kesenangan semata yang dilarang

oleh agama.3

Meski begitu, mayoritas ulama tetap menganggap keduanya, yakni zina

dan liwât sebagai dua hal yang berbeda, walaupun keduannya dianggap

sama-sama perbuatan buruk dan kotor. Argumentasinya adalah bahwa secara umum

hubungan seksual melalui jalan belakang dikatakan liwât bukan zina, dan para

sahabat berbeda pendapat dalam status hukum liwât, padahal mereka sangat

paham tentang karakter bahasa Arab. Artinya, jika para sahabat bersepakat

tentang status hukum liwât seperti zina, maka hukumnya akan dikembalikan

lagi ke ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an.4

Disamping itu juga terminologi zina digunakan dalam berbagai macam

kasus, antara lain: zina mata, zina tangan, dll. Begitu juga menganalogikan

dubur dengan farj juga tidak tepat sebab tidak setiap yang berlubang di dalam

anggota tubuh kita disebut farj, misalnya: mulut, telinga, mata, dan lain-lain.5

Sementara, terkait dengan hukum liwât di kalangan mazhab Syafi’i terbagi

dalam dua kelompok: pertama: dikenakan hukuman seperti zina, dan kedua,

yaitu kedua pelakunya dibunuh.6

3 Al-Râzî, Mafâtîhul-Gaib, Jilid 11, hal. 218. 4

Râzî, Mafâtîhul-Gaib, Jilid 11, hal. 218. 5

Tabarî, Ja i al-Baya a Ta wil Ayi Al-Qu a , penerjemah: Misbah – Anshari Taslim, dkk, Tafsir at-Tabarî Jilid II (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hal. 137.

6

(40)

30

B.Penggolongan Zina Terbagi Menjadi Dua

Zina dikategorikan menjadi dua macam, yaitu zina muhzan dan gairu

muhsan.

1. Zina Muhsan

Zina muhsan adalah orang yang sudah baliq, berakal, berakal, merdeka,

sudah pernah bercampur dengan jalan yang sah. Para ulama sepakat

bahwa hukuman terhadap pezina muhsan adalah dirajam (dilempar dengan

batu) sampai meninggal. Didasarkan atas hadis Nabi Muhammad SAW,

Zina mushson adalah pelaku zina antara laki-laki dan perempuan sudah

pernah melakukan hubungan seksual dalam ikatan pernikahan yang sah.

2. Zina Ghairu Muhsan

Yang dimaksud dengan zina ghairu mushshon adalah pelaku zina antara

laki-laki dan perempuan masih perjaka atau belum ada ikatan pernikahan

yang sah antara keduannya. Dan hukumannya pun berbeda dengan zina

muhshon.7

7

(41)

C.Dampak Perbuatan Zina

Al-Qur’an telah memaparkan beberapa kejahatan tertentu, yang

mempunyai dampak negatif terhadap ketertiban masyarakat. Al-Qur’an juga

telah mewajibkan dijatuhkannya sangsi hukuman-hukuman tertentu atas

kejahatan-kejahatan tersebut sebagai upaya mencegah dan mengurangi terjadi

berbagai kejahatan itu, yaitu berupa pelanggaran terhadap berbagai macam

hukum agama seperti, pelanggaran terhadap jiwa, harta, kehormatan,

keturunan, akal, dan undang-undang umum masyarakat.8

Syariat Islam tidak hanya melarang kita untuk berzina tetapi dianjurkan

untuk menjauhi zina, artinya tidak boleh mendekati hal-hal yang mengarah

kepada perbuatan zina, baik itu dari menahan pandangan, kemaluan dan

menjauhi tempat-tempat yang mengandung unsur perzinahan.

Ahzami Samiun Jazuli menulis bahwa perbuatan zina berarti pula

tindakan pembunuhan dari berbagai perspektif: Zina pada dasarnya dalah

serupa dengan tindakan pembunuhan karena zina berarti mengorbankan hidup

tidak pada koridor selayaknya dan umumnya disertai oleh dorongan untuk

melarikan diri dari tanggung jawab.9 Yakni dengan melakkan aborsi,

8 Mahmud Syaltut, Al-Islaa A idatu wa Sya i atu

, Penerjemah: Abdurrahman Zain, Islam, Aqidah dan Syariah (Jakarta: Pustaka Amani, 1998), hal. 37.

9Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan Al-Qu a (Jakarta: Gema Insani,

(42)

32

membunuh janin sebelum fase pembentukan jasadnya baik sebelum maupun

sesudah.10

Zina merupakan pembunuhan dalam konteks membunuh masyarakat.

Dalam arti, jaringan nasab dan darah mulai tercerabut membaur tanpa bisa

dibedakan kehormatan dan pengakuan atas status anak mulai memudar, rumput

masyarakat dan jalinanya mulai tercerai berai, hingga akhirnya berujung pada

kematian hubungan antara beragam komunitas. Zina juga berarti membunuh

suatu lingkungan social dalam perspektif lainnya. Ini dikarenakan menganggap

mudah meluapkan syahwatnya dengan cara yang justru melekatkan fenomena

kehidupan berumah tangga tidak lagi mempunyai urgensitas. Padahal sebuah

keluarga ialah tempat berkembang yang tepat bagi anak kecil yang mulai

tumbuh.11

Selain dari pada beberapa hal di atas. Dampak negatif yang ditimbulkan

dari perbuatan zina sebenarnya telah menjadi rahasia umum bagi kita semua,

karena itu dalam Islam dilarang untuk mendekati perbuatan zina, apalagi

melakukannya. Karena dampak negatif yang ditimbulkan bermacam-macan

antara lain sebagai berikut:12

10

Jazuli, Pandangan Al-Qu a , hal. 238. 11 Jazuli, Pandangan Al-Qu a , hal. 238. 12

(43)

1. Zina menyebarkan penyakit kelamin

Zina merupakan penyebab timbulnya penyakit kelamin. Data selama ini

menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan yang mengidap penyakit

berbahaya ini adalah, mereka yang sering melakukan hubungan sex

dengan gonta-ganti pasangan. Hal ini dibenarkan oleh sejumlah pakar

kedokteran tingkat Internasional.

Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang

menyeramkan tentang HIV/AIDS. Penyebaran AIDS itu berlangsung

secara cepat dan mungkin sekarang sudah ada disekitar kita. Sampai

sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS, bahkan

penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin.13

Menurut dr. Batchelor dan dr. Murrel, “penyebaran penyakit siphylis

disebabkan oleh pola sex bebas.” Jhon Beaston mengatakan, “rangkuman

hasil riset menunjukkan bahwa faktor hubungan sex di luar nikah

menempati urutan teratas sebagai penyebab timbulnya penyakit kelamin.14

Penyakit kelamin merupakan salah satu penyakit yang menakutkan

walaupun beberapa jenis penyakit kelamin ini bisa diobati dan tidak

mengakibatkan kematian bagi penderitanya tapi angka penderita penyakit

ini sangat tinggi di Indonesia terutama dialami oleh orang dengan gaya

13

A. A. Gde Muninjaya, AIDS di Indonesia: Masalah dan kebijakan Penaggulangannya (Jakarta: EGC, 1998), hal. 76.

14

(44)

34

hidup seks bebas. Sementara itu, penularan penyakit kelamin seperti sifilis,

herpes dan warts dapat menular melalui sentuhan kulit.

Penyakit Kelamin seperti sifilis, hepatitis B dan HIV juga dapat menular

melalui ibu yang telah dijangkiti virus tersebut kepada bayinya ketika

dalam rahim atau sewaktu dilahirkan. Pemakai narkoba dengan pemakain

jarum suntik bersama-sama dapat juga dijangkiti penyakit kelamin.15

Ancamannya akibat penyakit kelamin juga cukup serius bagi penderitanya

seperti kemandulan, sumbatan kemaluan, impotensi, keguguran, bayi lahir

cacat, hamil diluar kandungan, kanker mulut rahim (cervical cancer)

bahkan kematian.

2. Anak lahir di luar nikah

Dampak negatif dari sex bebas adalah anak haram yang tidak jelas. Celia

S. Deschim mengatakan, “Saya tidak heran atas lonjakan besar jumlah

penderita penyakit kelamin serta kelahiran anak-anak haram, karena itu

semua merupakan konsekuensei logis dari realitas yang terjadi di

masyarakat saat ini.

Anak-anak yang lahir di luar nikah banyak memunculkan problem tentang

siapa yang mengasuh mereka, siapa yang harus mengawasi, siapa yang

harus memberikan cinta sebagai hak asuh mereka, dan siapa yang harus

memperhatikan dan membimbing mereka ke jalan yang lurus.

15

(45)

Adapun status hukum zina sebenarnya telah jelas disebutkan dalam

Al-Qur’an tentang haramnya perbuatan ini. Oleh karena itu dalam masalah ini

yang lebih difokuskan adalah status hukum anak zina.

Anak zina menurut pandangan Islam, adalah suci dari segala dosa, karena

kesalahan itu tidak dapat ditunjukkan kepada anak tersebut, tetapi kepada

kedua orang tuanya (yang tidak sah menurut hukum).16

Oleh karena itu, anak hasil zina pun harus diperlakukan secara manusiawi,

diberi pendidikan, pengajaran dan keterampilan yang berguna untuk bekal

hidupnya di masa depan. Tanggung jawab mengenai segala keperluan

anak itu, baik materil maupun spiritual adalah ibunya yang melahirkannya

dan keluarga ibunya itu.17

Mengenai status anak zina ini ada 2 pendapat, yaitu:

Menurut Imam Malik dan Syafi’i, anak yang lahir setelah enam bulan dari

perkawinan ibu bapaknya, anak itu dapat dinasabkan kepada bapaknya.

Akan tetapi jika anak itu dilahirkan sebelum enam bulan dari perkawinan

ibu bapaknya, maka dinasabkan kepada ibunya saja, karena diduga ibunya

telah melakukan hubungan badan dengan orang lain, sedangkan batas

16Syafi’i Hadzami

, Taudhîhul Adhillah: Penjelasan Tentang Dalil-dalil Muamalah (Muamalah, Nikah, Jinayah, Makanan/Minuman dan lain-lain) v. 6 (Jakarta: Kompas Gramedia, 2010), hal. 237.

17

Ali Hasan, Masail fiqih al-haditsah masalah masalah kontemporer hukum Islam

(46)

36

waktu hamil, minimal enam bulan. Artinya tidak ada hubungan

kewarisan antara anak zina dengan ayahnya.18

Anak zina adalah anak yang lahir akibat hubungan intim yang dilakukan

tanpa adanya hubungan yang sah bukan suami istri. Secara personaliti,

anak tersebut tidak mendapatkan dosa dari perbuatan yang dilakukan

orang tuanya, dan tidak pula berkewajiban ikut menanggung dosa kedua

orang tuanya. Kendati demikian, Islam tetap memandang anak hasil zina

itu tidak secara menyeluruh dapat memiliki hak-hak yang sama terhadap

orangtuanya, sebagaimana yang didapatkan oleh anak yang lahir dari

hubunagn perkawinan yan sah. Sebagai akibat kelahirannya yang melalui

jalan yang diharamkan Islam, dari hak yang tidak bisa diperolehnya adalah

hak nasab dengan bapak biologisnya, dan ketiadannya nasab diantara

mereka berdua.

Hal di atas berakibat terhadap hak-hak yang lain diantaranya tidak

memiliki nasab dengan ayah biologisnya, anak hasil zina tidak diwarisi

dan mewarisi terhadap ayah biologisnya,dikarenakan ketiadaan nasab,

ayah biologisny tidak wajib memberi nafkah kepadanya, ayah biologisnya

bukan mahram bagi anak itu, ayah biologisnya tidak bisa menjadi wali

anak itu dalam pernikahan jika dia wanita.

Hubungan diluar nikah atau zina adalah munculnya perbuatan dalam arti

yang sebenar – benarnya dari seorang yang baligh, berakal sehat, sadar

18 Gus Arifin, Menikah Untuk Bahagia: Fiqh Nikah dan Kamasutra Islami (Jakarta:

(47)

bahwa yang dilakukannya itu perbuatan haram, dan tidak dipaksa. Para

ulama mazhab sepakat bahwa, bila zina terbukti, maka tidak ada hak waris

mewarisi antara anak yang dilahirkan melalui perzinaan dengan orang –

orang yang lahir dari mani orangtuanya. Sebab, anak itu secara syar’i tidak

memiliki kaitan nasab yang sah dengannya.19

Anak zina di nisbahkan kepada ibu yang mengandungnya, itupun bukan

dal hakikatnya. Sementara ulama berpendapat, bahwa manusia akan di

panggil dengan menisbahkan namanya kepada ibunya. Hal ini bakan saja

sebagai penghormatan kepada Isa putra Maryam as., tetapi juga untuk

menutup malu anak – anak zina. Pendapat ini didasarkan oleh pemahaman

ayat 71 surah Al-Isrâ’ dengan memahami kata imam pada ayat tersebut

dalam arti bentuk jamak dari umm (Ibu).20

3. Kehidupan rumah tangga berantakan

Dampak yang ditimbulkan akibat zina sangat besar, bukan hanya

menyangkut kredibilitas seseorang, melainkan juga kehidupan rumah

tangga, bahkan masyarakat. Dengan kata lain, akses dari perbuatan zina

dan perselingkuhan sangat besar, di antaranya ketidak jelasnya garis

keturunan, terputusnya hubungan darah, hancurnya kehidupan rumah

19

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab (Jakarta: Basrie Press, 1994), hal. 113.

20 Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda Ketahui,

(48)

38

tangga, tersebarnya penyakit kelamin, penyebaran virus, dan rusaknya

tatanan sosial.21

Salah seorang dari pasangan suami istri yang sah ketika melakukan

perbuatan zina dengan orang lain, bukan hanya melanggar syari’at yang

telah terkandung dalam Al-Qur’an. Tetapi juga merusak hubungan

hubungan rumah tangga tersebut.

Jika perbuatan zina sudah banyak merebak di masyarakat, maka bagi

remajanya menikah adaah pilihan nomor sekian, bahkan enggan. Kalaupun

harus menikah maka itupun harus sudah tua. Sejumlah pakar barat

menegaskan fenomena ini. “kehidupan kota cenderung melemahkan

semangat untuk menikah, karena mereka mendapatkan banyak jalan untuk

melampiaskan hawa nafsu mereka.22

Selain dari pada statement di atas, Ini sudah jelas. Jika salah satu dari

pasangan suami istri berbuat zina lantas ketahuan, maka akibatnya adalah

terganggunya keharmonisan rumah tangga tersebut. Kecuali jika mereka

memang pasangan dayyus. Yaitu mereka tidak lagi memiliki rasa

cemburu, sehingga akan merasa biasa-biasa saja ketika sedang melihat

pasangannya berbuat zina dengan orang lain. Walaupun di depan matanya.

Tapi yang normal, tentu tidak demikian. Bahkan seorang suami akan

21

Anang Haris Himawan, Bukan Salah Tuhan Mengajab: Ketika Perzinaan Menjadi Berhala Kehidupan (Solo: Tiga Serangkai, 2007), hal. 19.

(49)

nekad menyiram muka isterinya dengan air keras yang panasnya sepanas

api cemburu yang membakar hatinya.

Ketika dilihatnya sang isteri berselingkuh (berzina) dengan pria lain. Ingat

kan, berita heboh yang sempat menggegerkan mass media ketika itu?

Seorang isteri yang cantik mukanya jadi seram karena luka bakar akibat

disiram air keras oleh suaminya. Atau ada juga seorang isteri tega

memotong kelamin suaminya gara-gara dia memergoki sang suami berzina

dengan wanita lain.23

D.Had zina (Hukum Zina)

Setiap pelaku tindak pidana pasti akan mendapatkan balasannya di

akhirat kelak, hal ini mungkin telah disadari baik oleh setiap orang. Namun

ancaman ini ternyata tidak cukup kuat mencegah seorang untuk melakukan

perbuatan jahat yang akan mengganggu stabilitas dan kemaslahatan umum.

Selain itu dalam struktur organisasi manapun, selalu ada kelompok yang kuat

dan kelompok yang lemah. Maka dengan adanya sangsi hukum yang jelas,

kemaslahatan umum akan terwujud dengan hak-hak mereka yang lemah, baik

secara fisik maupun secara sosialnya, akan terlindungi. Atas alasan inilah,

diperlukan adanya had atau hudûd di dalam Islam.

Islam juga menetapkan bahwa yang berhak melaksanakan had adalah

pemerintah atau pihak yang berwenang. Sebab, betapa sruktuk masyarakat

akan carut-marut, jika setiap individu diberi hak untuk melaksanakan had.

23

(50)

40

Had (hukuman) zina secara eksplisit disebutkan oleh Al-Qur’an:



































































Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka

deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang

beriman.” (QS. An-Nûr: 2)

Ayat ini secara tegas menyebutkan bahwa setiap pelaku zina, baik

laki-maupun perempuan, hukumannya adalah dicambuk sebanyak 100 kali. Namun,

para ulama berbeda pendapat, dalam hal apakah hukuman tersebut hanya

terkait dengan orang dewasa atau termasuk juga anak-anak. Misalnya, salah

satu pelakunya adalah anak-anak atau belum baligh, atau keduanya sama-sama

belum baligh.24 Dalam hal ini penulis lebih cenderung kepada yang

berpendapat bahwa hukum zina hanya diperuntukkan untuk orang dewasa.

Argumentasinya adalah bahwa setiap taklif (beban agama) baik

perintah maupun larangan hanya diberlakukan bagi mereka yang sudah akil

baligh. Maka yang terkena hukuman zina hanya yang sudah baligh. Pendapat

ini diperkuat oleh penjelasan para ulama, bahwa hukuman zina hanya

diberlakukan bagi mereka yang memenuhi kriteria berikut ini:25 Pertama:

Berstatus bikr, yaitu wanita yang masih gadis, termasuk di dalamnya perjaka,

24 Kementrian Agama, Peran Perempuan, hal. 254. 25

(51)

atau muhson yaitu laki-laki maupun wanita yang pernah melakukan hubungan

seksual melalui nikah yang sah, meskipun ia sudah cerai. Kedua: Sudah

mukallaf, yaitu seorang laki-laki atau perempuan merdeka dan akil baligh

(dewasa).

Ayat di atas hanya menyebutkan satu jenis hukuman zina, yakni

cambuk 100 kali, yang disepakati hanya diperuntukkan bagi seorang gadis atau

perjaka yang melakukan zina. Bahkan, dalam sebuah Hadis dinyatakan bahwa

keduannya harus diasingkan selama satu tahun.26

اق تماَّ ا نْب دا ع ْنع

:

يِّع ا خ يِّع ا خ مَس هْي ع هَ ا ىَص هَ ا س اق

هَ ا عج ْدق

مْجَ ا ئام دْج بِيَّ اب بِيَّ ا ّس يْفن ئام دْج ْ ْاب ْ ْا اًي س َن

Artinya: “Dari Ubadah bin Shamit r.a. Rosulullah saw. Bersabda:

“Laksanakanlah hukumku, sesungguhnya Allah telah menetpkan bagi mereka yang berzina. Apabila bujang dan gadis (sama-sama belum menikah), hukumlah dera 100 kali dan penjara satu tahun. Apabila janda dan duda (sama-sama sudah kawin) yang berzina, maka hukumannya dera seratus kali dan rajam sampai mati.27

Dalam Hadis ini bahwasannya syariat Islampun mengenal yang

namanya hukum rajam yang diperuntukkan bagi laki-laki atau wanita yang

sudah pernah menikah. Terkait dengan hukum rajm, ada persoalan yang

muncul, siapa yang menetapkan hukum rajam ini? Jika Allah yang

menetapkan, kenyataan tidak ditemukan ayatnya di dalam Al-Qur’an. Jika

ditetapkan oleh Rasulullah, kenapa hukumnya lebih berat dibanding

26

(52)

42

Qur’an? Menurut sebuah riwayat, bahwa hukuman rajam selain oleh Hadis

juga ditetapkan oleh Al-Qur’an, meskipun bacaanya telah di-nasakh.28

Intinya adalah bahwa hukuman untuk pelaku zina terbagi ke dalam

dua kategori yaitu, pertama: mushshon yaitu pelaku zina yang masih gadis dan

perjaka atau belum menikah dihukum cambuk 100 kali dan diasingkan selama

1 tahun, dan ghairu muhshon, yaitu hukuman untuk pelaku zina yang sudah

pernah melakukan hubungan seksaul atau pernah menikan, dengan hukuman

di-rajam.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan lain, keputusan medis yang dibuat untuk pasien-pasien kritis pada akhirnya akan melibatkan pertimbangan dari sisi medis, etikal, psikologis, dan

Meningkatnya kualitas keimanan, ukhuwah islamiah di seluruh karyawan Pengadilan Agama Kotabumi - halal bi halal - pelaksanaan Qurban - Ketua PA Kotabumi - Pengurus

Sumber pendapatan ayah dari petani karet, petani sawit, buruh tani, karyawan, toke, PNS dan buruh bangunan, Pendapatan Ibu masyarakat Melayu dari jumalah

Hasil penelitian ini, searah dengan penemuan Panjaitan, Hotman (2012), yang menunjukkan adanya pengaruh kualitas layanan terhadap citra perusahaan, dengan kualitas layanan

Berdasarkan hasil pengukuran dosis pekerja radiasi yang dilakukan melalui film badge didapat dosis sebesar 50 mrem /5 bulan, artinya bahwa dosis yang diterima oleh

Tanaman padi yang tinggi dengan jumlah anakan banyak dan indeks luas daun yang tinggi akan lebih kompetitif

Menurut Dindar & Geban (2011), three tier test merupakan instrument tes yang sangat efesien dan ekonomis untuk mendapatkan gambaran tentang pemahaman dan

4 kelas yaitu kelas Cyanophyceae, Chlorophyceae, Bacillariophyceae dan Xanthophyceae. Komposisi jenis perifiton berbeda disetiap stasiun, jenis perifiton yang sering