• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profesionalisme Auditor, Komitmen Organisasi, Dan Job Stress Terhadap Kinerja Auditor Internal Pada Otoritas Jasa Keuangan (Ojk)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Profesionalisme Auditor, Komitmen Organisasi, Dan Job Stress Terhadap Kinerja Auditor Internal Pada Otoritas Jasa Keuangan (Ojk)"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, KOMITMEN ORGANISASI, DAN JOB STRESS TERHADAP KINERJA AUDITOR

INTERNAL PADA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Junita Muhayati NIM: 1111082000068

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)
(4)
(5)

v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Junita Muhayati

NIM : 1111082000068

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat atas naskah orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 15 Oktober 2015

(6)

vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama : Junita Muhayati

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 24 Juni 1993

3. Alamat : Jl. Perunggu III No. 7 Perumnas 2 Rt. 003/Rw. 006 Kelurahan Bencongan

Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang 15811

4. Telepon : 087809662964

5. Email : junith246@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Swasta Yustia Puri (1999 – 2005)

2. SMP Negeri 6 Tangerang (2005 – 2008)

3. SMA Negeri 8 Tangerang (2008 – 2011)

4. S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(2011 – 2016)

III. PENGALAMAN ORGANISASI

(7)

vii THE EFFECT OF AUDITOR’S PROFESSIONALISM, ORGANIZATION

COMMITMENT, AND JOB STRESS ON INTERNAL AUDITOR’S PERFORMANCE

ABSTRACT

This research aims to find empirical evidences regarding the effect of

auditor’s professionalism, organization commitment, and job stress on internal

auditor’s performance. The respondents in this research are internal auditors

who work in institute of Otoritas Jasa Keuangan (OJK). The number of auditors that were become sampling in this study were 35 auditors. This research based on convenience sampling method. The total of research samples are 210 financial statements. Hypothesis in this research using multiple regression analysis technique.

The results of this research indicated that organization commitment has significant effect on internal auditor’s performance. While professionalism and

job stress have no significant effect on internal auditor’s performance. This

research also indicated that interaction between professionalism, organization commitment, and job stress has significant effect simultaneously on internal auditor’s performance.

(8)

viii PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, KOMITMEN

ORGANISASI, DAN JOB STRESS TERHADAP KINERJA AUDITOR INTERNAL

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh profesionalisme auditor, komitmen organisasi, dan job stress terhadap kinerja auditor internal. Responden dalam penelitian ini adalah para auditor internal yang bekerja di lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jumlah auditor yang menjadi sampel penelitian ini berjumlah 35 orang. Penelitian ini berdasarkan metode convenience sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor internal. Sedangkan profesionalisme dan job stress tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor internal. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa hubungan antara profesionalisme, komitmen organisasi, dan job stress memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap kinerja auditor internal.

(9)

ix KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillaahirabbil’aalamiin.

Segala puji atas ke hadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Profesionalisme Auditor, Komitmen Organisasi, dan Job Stress terhadap Kinerja Auditor Internal pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)”. Serta shalawat dan salam penulis curahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah memberikan penerangan bagi seluruh umat.

Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bagaimanapun penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Kesuksesan dan keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(10)

x 2. Satu-satunya adik tersayang, Dwi Yusuf Pambudi Harto, dan keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis. 3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA. Selaku Sekretaris Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus dosen Pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi arahan dan motivasi juga bimbingan terbaiknya selama ini. Terima kasih atas saran dan dukungan yang Bapak berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.

6. Bapak Dr. Amilin, M.Si.,Ak.,BKP.,CA.,QIA. selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat, dan bimbingan terbaiknya selama ini. Terima kasih atas ilmu dan arahan yang telah Bapak berikan.

7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya selama ini dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menjalankan masa studi.

(11)

xi berpartisipasi menjadi responden penelitian ini. Tidak terlupa Kak Anggun yang sudah baik membantu saya dalam mengumpulkan pengisian kuesioner dan banyak memberikan motivasi.

9. Selviani Fauzi yang sudah bersedia untuk berbagi, memberikan motivasi, informasi dan masukan, juga sudah direpotkan karena rumahnya selalu saya datangi setiap kali butuh saran. Amna Suresti yang selalu mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi ini, memberikan pengarahan, motivasi, dan saran kepada saya. Tri Wahyuni yang juga selalu memberikan informasi dan masukan, memberikan semangat kepada saya. Mustika Dewi, saling berbagi info, semangat, dan bersama-sama berjuang menyelesaikan skripsi masing-masing. Rista Wahyuni yang sudah menjadi teman dari awal masuk perkuliahan bareng terus. Terima kasih atas doa dan dukungannya, semoga ke depannya kita semua diberikan kesuksesan. Aamiin.

10. Kawan-kawan saya Annisa Rahmadhani, Dania A.Putri, Gita Afrillia, Laras P. Febriana, Nurul Fajrini, Rizka Maftuha, dan Syarifah Nadya terima kasih atas dukungan, semangat, dan doa kalian, serta kebersamaan, berbagi pengalaman dan cerita dari SMA. Semoga ke depannya kita sukses dan semakin kompak. Aamiin.

(12)

xii 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih telah banyak membantu, mendukung dan mendoakan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Dengan adanya keterbatasan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki, penulis menyadari betul bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 15 Oktober 2015

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined.iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Teori yang Berkaitan ... 13

(14)

xiv

2. Teori Sikap dan Perilaku ... 14

3. Audit Internal ... 15

4. Standar dan Pedoman Praktik Audit Internal ... 18

5. Profesionalisme ... 20

6. Komitmen Organisasi ... 24

7. Tekanan/Stres Kerja (Job Stress) ... 26

8. Kinerja ... 31

B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 33

1. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Kinerja Auditor Internal ... 33

2. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor Internal 34 3. Pengaruh Job Stress terhadap Kinerja Auditor Internal ... 34

C. Penelitian Sebelumnya ... 36

D. Kerangka Pikir ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 44

B. Metode Penentuan Sampel ... 44

C. Metode Pengumpulan Data ... 45

D. Metode Analisis Data ... 45

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 46

2. Uji Kualitas Data ... 46

a. Uji Validitas ... 46

(15)

xv

4. Uji Hipotesis ... 49

E. Operasional Variabel Penelitian ... 52

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 57

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

2. Karakteristik Responden Penelitian ... 58

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 61

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 61

2. Hasil Uji Kualitas Data ... 62

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 66

4. Hasil Uji Hipotesis ... 69

BAB V PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Implikasi ... 79

C. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 85

(16)

xvi DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Auditor Internal dan Eksternal ... 17

Tabel 2.2 Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya ... 37

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 56

Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian ... 58

Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 4.3 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Usia ... 60

Tabel 4.4 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 60

Tabel 4.5 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 61

Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 62

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalisme ... 63

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Komitmen Organisasi ... 63

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Job Stress ... 64

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Auditor Internal... 64

Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas ... 65

Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinieritas ... 66

Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 70

Tabel 4.14 Hasil Uji Statistik t ... 71

(17)

xvii DAFTAR GAMBAR

[image:17.595.115.512.110.444.2]

No. Keterangan Halaman

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ... 43

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 67

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ... 68

(18)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 87

Lampiran 2 Surat Keterangan Lembaga OJK ... 89

Lampiran 3 Kusioner Penelitian ... 91

Lampiran 4 Daftar Jawaban Responden ... 99

(19)

1 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan zaman hingga saat ini semakin membuat masyarakat menuntut adanya penyelenggaraan lembaga negara yang bersih dan baik, yang mana menghendaki pelaksanaan fungsi pengawasan dan pengendalian internal yang baik dalam pelaksanaan kepemerintahan dan pengelolaan sistem keuangan negara. Ini sebagaimana halnya untuk menjamin bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan kebijakan, peraturan, dan hukum yang telah ditetapkan. Namun pada kenyataannya di Indonesia masih banyak kegagalan yang ditemukan, seperti maraknya kasus korupsi atau penyelewengan keuangan negara yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan. Karena hal tersebutlah, peran lembaga pemerintah Indonesia dalam melaksanakan dan mengelola keuangan negara dinilai belum baik dan berdampak pada kondisi tidak baiknya perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

(20)

2 melaksanakan tugasnya dan standar profesi audit dengan maksud agar kualitas hasil audit yang dilaksanakan tetap terjaga. Sehingga dengan adanya aturan-aturan tersebut juga dapat memungkinkan pengguna laporan untuk mengamati atau menilai auditor internal khususnya pada lembaga pemerintahan.

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004) menyatakan bahwa di Indonesia, pembentukan fungsi audit internal merupakan keharusan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bank, dan Lembaga Pemerintah. Salah satu lembaga pemerintah Indonesia yang diharuskan membentuk fungsi audit internal, yakni Otoritas Jasa Keuangan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 menyebutkan bahwa Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan terhadap kegiatan dalam sektor jasa keuangan.

(21)

3 lembaga baru yang berfungsi sebagai pengawas sektor jasa keuangan yang independen, pada tahun 2012 padahal semestinya pembentukan paling lambat tahun 2010 akhir berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

Menurut Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2011, OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:

1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;

2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan

3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Berpindahnya fungsi pengawasan perbankan dari BI kepada OJK dikarenakan penilaian atas pengawasan bank oleh BI kurang efektif. Maka dari itu OJK dituntut untuk mengawasi semua institusi yang sekarang dipegangnya dengan adil dan dituntut untuk pastinya lebih baik dalam menjalankan fungsinya. Hal ini agar pembentukan lembaga baru ini yang tentunya mengeluarkan anggaran negara yang banyak, dapat memberikan manfaat yang besar dan tercapai tujuan dari pembentukannya.

(22)

4 internalnya. Kinerja auditor menurut Mulyadi (1998:11) dalam Trisnaningsih (2007) adalah auditor dalam melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan kewajaran laporan keuangan agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Ramadika dkk (2014) juga menyatakan bahwa kinerja auditor merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan auditor dalam melakukan pemeriksaan yang diukur berdasarkan standar audit yang berlaku. Kinerja auditor yang baik yakni telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar dan aturan yang berlaku.

Setahun berjalan, manfaat pembentukan OJK belum dapat terlihat, seperti dinyatakan dalam Kusuma (2014) bahwa Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) menilai keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum dirasakan manfaatnya oleh pelaku industri jasa keuangan. Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono menyatakan hal yang sama, fungsi OJK sebagai regulator di industri jasa keuangan belum terlihat, dirinya menambahkan bahwa OJK justru membebani melalui pungutan (fee). Berdasarkan peraturan OJK seluruh industri jasa keuangan termasuk perbankan ditarik pungutan sebesar 0,03-0,45% dari aset (Kusuma, 2014).

(23)

5 kegiatan administrasi dalam tiga bulan yang nilainya triliunan rupiah, padahal serapan anggaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2015 masih dalam kisaran 30% - 40%.

Dalam artikel Jawa Pos pada Blitar, 21 Mei 2015 (05.30 WIB) dilansir mengenai kasus gratifikasi PT DBS (Dua Belas Suku), Kejaksaan Negeri (Kejari) Blitar merencanakan untuk meminta daftar nama seluruh pegawai di beberapa Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni ada tiga kota, Malang, Kediri, dan Surabaya. Hal ini terkait ketika kasus investasi bodong PT DBS yang mengakibatkan uang anggotanya 125 miliar rupiah menguap yang terungkap beberapa lalu, petugas mendapatkan daftar oknum penerima gratifikasi dalam buku pengeluaran PT DBS tersebut. Terdapat empat nama oknum dari kantor OJK Kediri, Malang, dan Surabaya dalam daftar tersebut.

OJK sebagai lembaga pengawas independen yang baru resmi dibentuk tahun 2012, masih harus berupaya keras dalam tugas mendapatkan tuntutan dan kepercayaan berbagai pihak, termasuk masyarakat dan pihak-pihak terkait atau berkepentingan, bahwa OJK dapat diandalkan dalam melaksanakan visi dan misinya dan mampu menerapkan good government. Peningkatan kinerja auditor merupakan salah satu hal terpenting bagi keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi atau lembaga dalam mencapai tujuannya. Begitu pula dengan keberhasilan OJK untuk mencapai good government dalam pelaksanaan dan pengawasan OJK serta dalam

(24)

6 transparan, maka sangat dibutuhkan kinerja para auditor internal yang baik dan berkualitas.

Kinerja auditor internal yang berkualitas baik akan menciptakan hasil audit yang sesuai dengan aturan prosedur audit internal, sehingga hasil auditnya dapat diandalkan penyajiannya. Kinerja auditor internal dapat dipengaruhi oleh sikap dan psikis auditor. Kinerja auditor internal dapat ditentukan oleh perilaku para auditor internalnya. Sikap/perilaku auditor seperti halnya profesionalisme dan komitmen organisasi, psikis auditor yakni job stress (stres kerja).

Profesionalisme auditor adalah seorang auditor harus memiliki tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki oleh auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan tersebut dengan kecermatan dan keseksamaan yang wajar (Ramadika dkk, 2014). Auditor dituntut untuk berperilaku sewajar mungkin dengan kualitas dan keahlian diri yang dimilikinya dalam menyelesaikan tanggung jawabnya sesuai waktu yang ditentukan. Hal tersebut agar profesionalisme yang dimiliki oleh seorang auditor dapat tetap terjaga di mata masyarakat dan pengguna informasi lainnya. Profesionalisme seorang auditor dapat tercermin dari sikap dan perilaku dari diri auditor itu sendiri.

(25)

7 dengan begitu kepercayaan dari masyarakat akan hilang begitu saja terhadap auditor tersebut. Sehingga hasil penelitian yang dilakukan mereka pada KAP di Bali, yakni profesionalisme berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, semakin tinggi tingkat profesionalisme maka semakin tinggi hasil kinerja yang dihasilkan oleh auditor. Hal ini didukung oleh Prabhawa dkk (2014), yang menyatakan bahwa profesionalisme yang tinggi akan membuat auditor dapat dipercaya dan diandalkan untuk melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat berjalan dengan lancar dan mendatangkan hasil yang diharapkan.

Profesionalisme yang dimiliki seorang auditor menjadikan hal tersebut sebagai indikator penting yang harus ada dalam diri seorang auditor dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Sehingga apabila profesionalisme telah diterapkan dalam diri auditor, maka hal tersebut akan berpengaruh dalam peningkatan kinerja auditor yang dihasilkan. Dari sinilah, pandangan dan tuntutan masyarakat untuk transparansi dan good government dapat tercapai. Sehingga jika profesionalisme seseorang tinggi maka kinerja seseorang tersebut pun akan tinggi.

(26)

8 organisasi akan menunjukan sikap dan perilaku yang positif terhadap lembaganya, memiliki jiwa untuk tetap membela organisasinya, berusaha meningkatkan prestasi, dan memiliki keyakinan yang pasti untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi (Larasati dan Laksito, 2013).

Adanya rasa memiliki, keterikatan, dan loyalitas pada diri seseorang dalam melaksanakan pekerjaan di lembaganya akan menimbulkan rasa senang dalam bekerja walaupun lembaganya pastinya tidak selalu terhindar dari adanya masalah, inilah yang dikatakan dengan komitmen organisasi. Apabila seseorang sudah memiliki rasa komitmen pada organisasinya, maka ia akan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya agar organisasi/lembaga tempat ia bekerja dapat mencapai tujuannya.

Hal ketiga yang berpengaruh terhadap kinerja auditor internal, yaitu tekanan/stres kerja (job stress). Stres kerja secara umum merupakan suatu fenomena yang dialami oleh seseorang pada saat apa yang diharapkan tidak menjadi suatu kenyataan dan kondisi ini membuat suatu tekanan dalam hidupnya (Newstrom dan Davis, 1997, dalam Abdullah dkk, 2012). Kondisi stres ini selalu memiliki pengaruh negatif, terutama pada kinerja individu yang menjalaninya. Pada sisi lain, stres yang berkelanjutan atau stres yang tidak ditangani secara serius cenderung melahirkan suatu bentuk traumatik yang relatif sukar untuk dikembalikan (Cordes dan Daugherty, 1993, dalam Abdullah dkk, 2012).

(27)

9 kerja mereka agar meningkatkan kepuasan dan kinerja kerja mereka. Karena apabila karyawan yang tidak mampu mengelola stres kerja dan pada akhirnya stres kerja yang terlalu tinggi dapat menyebabkan prestasi kerja seseorang mengalami penurunan, sehingga berdampak pula pada kinerja karyawan yang menurun.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh profesionalisme, komitmen organisasi, dan stres kerja (job stress) terhadap kinerja auditor internal. Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan, yakni oleh Ramadika dkk (2014) terkait profesionalisme terhadap kinerja auditor, Handayani dan Yusrawati (2013) terkait profesionalisme dan komitmen organisasi terhadap kinerja internal auditor, dan penelitian oleh Abdullah dkk (2012) dan Sari dkk (2014) terkait stres kerja terhadap kinerja auditor.

Dari hal-hal di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan objek penelitian pada auditor internal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang sekaligus menjadi pembeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, dengan judul “Pengaruh Profesionalisme Auditor, Komitmen Organisasi, dan Job Stress Terhadap Kinerja Auditor Internal pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)”.

B. Rumusan Masalah

(28)

10 1. Apakah profesionalisme auditor memiliki pengaruh terhadap kinerja

auditor internal Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?

2. Apakah komitmen organisasi memiliki pengaruh terhadap kinerja auditor internal Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?

3. Apakah stres kerja/job stress memiliki pengaruh terhadap kinerja auditor internal Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?

4. Apakah profesionalisme, komitmen organisasi, dan job stress memiliki pengaruh terhadap kinerja auditor internal Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan-rumusan masalah, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor terhadap kinerja auditor internal Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

2. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja auditor internal Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

3. Untuk mengetahui pengaruh job stress terhadap kinerja auditor internal Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

(29)

11 D. Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, yakni:

a. Manfaat Teoritis, bagi: 1. Peneliti/Akademisi

Bagi peneliti berguna untuk menambah pengetahuan dan informasi yang dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian berikutnya sesuai dengan perkembangan yang ada, khususnya mengenai kinerja auditor.

2. Penulis

Bagi penulis berguna untuk memperluas wawasan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kinerja auditor internal. Bagi penulis penelitian ini juga merupakan syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar sarjana.

b. Manfaat Praktis, bagi: 1. Bagi Auditor Internal

(30)

12 2. Bagi Lembaga/Instansi

(31)

13 2. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Berkaitan

1. Akuntansi Keperilakuan

Konsep perilaku (behavioral concept) awalnya merupakan kajian utama dalam psikologi dan sosial psikologi. Namun faktor-faktor dalam psikologi dan sosial seperti faktor sikap, motivasi, persepsi dan personalitas juga relevan dengan akuntansi (Larasati dan Laksito, 2013). Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan organisasi dimana manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya. Akuntansi keperilakuan menekankan pada pertimbangan dan pengambilan keputusan akuntan dan auditor, pengaruh dari fungsi akuntansi (misalnya partisipasi penganggaran, ketaatan anggaran, dan karakter sistem informasi) dan fungsi auditing terhadap perilaku, misalnya pertimbangan (judgement) dan pengambilan keputusan auditor dan kualitas pertimbangan dan keputusan auditor, dan pengaruh dari keluaran dari fungsi-fungsi akuntansi berupa laporan keuangan terhadap pertimbangan pemakai dan pengambilan keputusan (Bamber, 1993 dalam Zahroh, 2011).

(32)

14 melibatkan aspek-aspek keprilakuan manusia terkait dengan proses pengambilan keputusan ekonomi. Larasati dan Laksito (2013) menyatakan bahwa akuntansi keperilakuan mempertimbangkan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, menggambarkan dimensi-dimensi sosial dan budaya pada suatu organisasi sehingga menjadi pelengkap untuk informasi keuangan yang dilaporkan oleh para akuntan.

Menurut Zahroh (2011) penelitian adalah jembatan antara teori dan praktik. Ada teori-teori keperilakuan, kemudian dihubungkan dengan praktik-praktik yang terjadi di akuntansi melalui penelitian, maka upaya menjembatani itu terjadi. Teori yang sudah terkonfirmasi, bisa menjadi panduan untuk menjelaskan dan fenomena dunia nyata. Penelitian ini mengkaji tentang aspek perilaku manusia seperti profesionalisme, komitmen organisasi, stres kerja, dan kinerja auditor internal. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan praktek-praktek akuntansi di Indonesia.

2. Teori Sikap dan Perilaku

(33)

15 mendefinisikan predisposisi kita terhadap aspek-aspek yang terjadi di dunia, 3) sikap memberikan dasar perasaan bagi hubungan antara pribadi kita dengan orang lain, 4) sikap diatur dan dekat dengan inti kepribadian. Menurut Robbins (2003) sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan maupun tidak tentang obyek, orang, atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu (Cahyasumirat, 2006).

Sikap memberikan pemahaman tentang tendensi atau kecenderungan untuk bereaksi. Sikap bukan perilaku tetapi lebih pada kesiapan untuk menampilkan suatu perilaku, sehingga berfungsi mengarahkan dan memberikan pedoman bagi perilaku. Pemahaman terhadap perubahan sikap karyawan akan membantu pihak manajemen dalam memprediksi perilaku kerja dan mengantisipasi sikap negatif yang dapat menghambat perusahaan (Khikmah, 2005).

3. Audit Internal

(34)

16 Dalam Boynton, et. al., (2003:491) Institute of Internal Auditors (IIA) mendefinisikan auditing internal sebagai:

Auditing internal adalah aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Auditing internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan pengelolaan.

IIA memperkenalkan Standards for the Professional Practice of Internal Auditing-SPPIA (Standar) yang berisi definisi berikut ini:

Audit internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan (dalam Sawyer, et. al., 2009:8-9).

Hiro Tugiman (1995) mengemukakan internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian independen dalam suatu organisasi yang bertujuan menguji dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan organisasi. Tujuan dari pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi dalam keefektifan pelaksanaan tanggungjawabnya. Oleh karena kegiatan audit internal dilaksanakan di lingkungan yang berbeda-beda dan pada organisasi-organisasi yang tujuan, ketentuan, dan kebiasaan yang berbeda, maka akan mempengaruhi pelaksanaan audit internal di masing-masing lingkungan.

(35)
[image:35.595.143.516.158.682.2]

17 efektif. Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Berikut merupakan perbedaan utama antara auditor internal dan eksternal:

Tabel 2.1

Perbedaan Auditor Internal dan Eksternal

Auditor Internal Auditor Eksternal Merupakan karyawan perusaahaan

atau bisa saja merupakan entitas independen.

Merupakan orang yang independen di luar perusahaan.

Melayani kebutuhan organisasi, meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan.

Melayani pihak ketiga yang memerlukan informasi keuangan yang dapat diandalkan.

Fokus pada kejadian-kejadian di masa depan dengan mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan pencapaian tujuan organisasi.

Fokus pada ketepatan dan kemudahan pemahaman dari kejadian-kejadian masa lalu yang dinyatakan dalam laporan keuangan.

Langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam segala bentuknya atau perluasan dalam setiap aktivitas yang ditelaah.

Sekali-kali memerhatikan pencegahan dan pendekatan kecurangan secara umum, namun akan memberikan perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan memengaruhi laporan keuangan secara material.

Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan dari semua tingkatan manajemen.

Independen terhadap manajemen dan dewan direksi baik dalam kenyataan maupun secara mental.

Menelaah aktivitas secara terus-menerus.

Menelaah catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan secara periodik – biasanya sekali setahun.

(36)

18 Auditor internal dan eksternal haruslah berkoordinasi. Auditor internal dan eksternal mencerminkan dua profesi yang berlainan yang harus saling menghargai satu sama lain dan memanfaatkan kelebihan masing-masing.

Berdasarkan pengertian-pengertian audit internal yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah penilaian yang dilakukan di dalam suatu organisasi secara independen dan objektif terhadap pelaksanaan seluruh aktivitas organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.

4. Standar dan Pedoman Praktik Audit Internal

Untuk mewujudkan kepercayaan yang besar dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai auditor internal, perlu adanya suatu kode etik dan standar yang mengatur praktik-praktik audit internal. Konsorsium organisasi profesi audit internal, diantaranya the Institute of Internal Auditors-Indonesia Chapter (IIA), Forum Komunikasi SPI BUMN/BUMD, YPIA, Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), dan Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII) menerbitkan Standar Profesi Audit Internal (SPAI) pada 12 Mei 2004. SPAI terdiri atas: a. Standar Atribut

Membahas mengenai karakteristik organisasi, individu maupun pihak-pihak yang melakukan audit internal. Standar atribut terdiri dari: 1) 1000 Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung jawab

2) 1100 Independensi dan Objektivitas

(37)

19 4) 1300 Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas Fungsi Audit

Internal b. Standar Kinerja

Membahas sifat kegiatan audit internal dan memberikan kriteria kualitas pekerjaan audit untuk mengukur pelaksanaan audit.

1) 2000 Pengelolaan Fungsi Audit Internal 2) 2100 Lingkup Penugasan

3) 2200 Perencanaan Penugasan 4) 2300 Pelaksanaan Penugasan 5) 2400 Komunikasi Hasil Penugasan 6) 2500 Pemantauan Tindaklanjut

7) 2600 Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen c. Standar Implementasi

Standar ini hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu, seperti audit investigasi, audit ketaatan, kecurangan, penilaian sendiri pengendalian (control self assessment).

(38)

20 program pendidikan dan pelatihan; f. sebagai gambaran prinsip dasar praktik audit internal yang seharusnya.

SPAI (2004:6) menyebutkan bahwa standar perilaku auditor internal dimuat di dalam kode etik yang ditetapkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal. Standar perilaku tersebut membentuk prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan praktik audit internal. Pelanggaran terhadap standar perilaku dapat mengakibatkan dicabutnya keanggotaan auditor internal dari organisasi profesinya. Untuk itu auditor internal diharuskan untuk mengusahakan berbagai upaya agar selalu mematuhi dan melaksanakan Standar Profesi Audit Internal.

5. Profesionalisme

(39)

21 Juliarsa (2014), mengatakan bahwa profesionalisme auditor mengacu pada kemampuan dan perilaku profesional. Kemampuan didefinisikan sebagai pengetahuan, pengalaman, kemampuan beradaptasi, kemampuan teknis, dan kemampuan teknologi, dan memungkinkan perilaku profesional auditor untuk mencakup faktor-faktor tambahan seperti transparansi dan tanggung jawab, hal ini sangat penting untuk memastikan kepercayaan publik.

SPAI (2004:7), auditor internal tidak boleh menerima imbalan dalam bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok, ataupun mitra bisnis organisasinya, sehingga dapat mempengaruhi pertimbangan profesionalnya. SPAI (2004:9-10) menyebutkan bahwa dalam menerapkan kecermatan profesional auditor internal perlu mempertimbangkan:

a. Ruang lingkup penugasan.

b. Kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan.

c. Kecukupan dan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses governance.

d. Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan. e. Penggunaan teknik audit berbantuan komputer dan

teknik-teknik analisis lainnya.

(40)

22 Menurut Hall (1968) dalam Wahyudi dan Mardiyah (2006) terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu:

a. Pengabdian pada profesi

Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimilki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi.

b. Kewajiban sosial

Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

c. Kemandirian

(41)

23 d. Keyakinan terhadap peraturan profesi

Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

e. Hubungan dengan sesama profesi

Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional.

Konsep yang dikembangkan oleh Hall di atas banyak digunakan oleh para peneliti untuk mengukur profesionalisme dari profesi auditor internal yang tercermin dari sikap dan perilaku, yaitu perilaku profesionalisme adalah refleksi dari sikap profesionalisme dan demikian sebaliknya (Cahyasumirat, 2006).

(42)

24 mengatakan bahwa pandangan profesionalisme penting untuk dijelaskan dan profesionalisme merupakan bentuk lain dari komitmen kerja.

6. Komitmen Organisasi

Menurut Luthans (2002) dalam Hanna dan Firnanti (2013), komitmen organisasional merupakan sikap yang menunjukkan “loyalitas”

karyawan dan merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kesuksesan dan kebaikan organisasinya. Komitmen organisasi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut (Robbin, 2008:100 dalam Handayani dan Yusrawati, 2013). Seorang karyawan akan berusaha sekuat mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi organisasinya.

Ghorbanpour, et. al., (2014) mengatakan bahwa individu yang berkomitmen adalah seseorang yang justru menaruh perhatian pada faktor eksternal dan yang berada di bawah kontrol mereka, yang dikarenakan perasaan bangga dan loyalnya terhadap organisasi, sehingga mengerjakan tugas-tugasnya dengan giat, tepat, dan teliti. Dengan demikian, pengendalian diri menggantikan pengendalian eksternal dan seseorang tersebut mengerjakan tugas-tugasnya berdasarkan kekuatan internal (batin) yang muncul dari perasaan atau keyakinannya.

(43)

25 menyangkut tiga sikap yaitu, rasa mengidentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan kepada organisasi (Ferris dan Aranya, 1983 dalam Trisnaningsih, 2007). Beberapa alasan yang menyebabkan meningkatnya ketertarikan untuk menghubungkan konstruk ini, yaitu :1) tingginya komitmen mendorong karyawan untuk melakukan sesuatu yang terbaik bagi organisasi daripada rendahnya komitmen, 2) komitmen organisasi menjadi prediktor yang lebih baik mengenai turnover karyawan daripada kepuasan kerja, 3) komitmen organisasional dapat digunakan sebagai indikator efektivitas dari keseluruhan organisasi (Aranya dan Ferris, 1984 dalam Larasati dan Laksito, 2013).

Kalbers dan Fogarty (1995) dalam Trisnaningsih (2007) menggunakan dua pandangan tentang komitmen organisasional yaitu affective dan continuance. Komitmen affective merupakan keterlibatan emosional seseorang pada organisasinya, sedangkan komitmen continuance merupakan persepsi seseorang atas biaya dan resiko jika

(44)

26 komitmen akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi karyawan terhadap organisasi (Trisnaningsih, 2007).

Pernyataan Abdullah dan Arisanti (2010) bahwa komitmen organisasi pada dasarnya akan tercipta jika adanya tanggung jawab yang besar dari personil organisasi terhadap pekerjaan yang diberikan padanya, sedikitnya peluang untuk memperoleh pekerjaan lain, serta adanya usaha yang maksimal dari organisasi untuk membantu karyawan dalam memahami organisasi secara keseluruhan serta pekerjaan yang dibebankan padanya. Luthans (1998) menyebutkan jika seorang individu memiliki komitmen organisasi yang tinggi, maka pencapaian tujuan organisasi menjadi hal penting bagi organisasi tersebut, sebaliknya individu dengan komitmen organisasi yang rendah akan memiliki perhatian yang rendah pula terhadap tujuan organisasi dan cenderung untuk memenuhi kepentingan pribadi (Abdullah dan Arisanti, 2010).

Jadi, seorang karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi berarti ia memiliki rasa keterlibatan dan kesetiaan terhadap organisasi tempatnya bekerja. Sehingga karyawan akan memberikan perilaku positifnya dalam pencapaian tujuan organisasi tempatnya bekerja 7. Tekanan/Stres Kerja (Job Stress)

(45)

27 kondisi-kondisi tersebut dapat diperoleh dari dalam maupun luar diri seseorang. Gibson, et. al., (1996:339) dalam Sinaga dan Sinambela (2013) mengemukakan stres sebagai suatu kekuatan atau perangsang yang menekan individu yang menimbulkan tanggapan (respons) terhadap ketegangan. Job stress dapat dilihat sebagai faktor positif atau negatif terhadap kepuasan kerja dan kinerja. Job stress dapat bertindak sebagai motivator yang mana memunculkan daya cipta dan kepuasan diantara pegawai (Shaherah, et. al., 2013).

(46)

28 Gibson, et. al., (1995) dalam Abdurrahman (2014), membagi penyebab stres kerja di tempat kerja ke dalam empat kategori faktor internal sebagai berikut:

a. Stresor lingkungan fisik. Berupa sinar, kebisingan, temperatur dan udara yang kotor.

b. Stresor individu. Berupa konflik peran, peranan ganda, beban kerja yang berlebihan, tanggung jawab terhadap orang lain, tidak ada pengendalian, perkembangan karir dan kondisi kerja.

c. Stresor kelompok. Berupa hubungan yang buruk dengan rekan sejawat, bawahan dan atasan.

d. Stresor keorganisasian. Berupa ketiadaan partisipasi, struktur organisasi, tingkat jabatan dan ketiadaan kebijaksanaan yang jelas. Lebih lanjut Gibson, et. al., (1995) mengidentifikasi 5 jenis dampak stres yang potensial, yaitu:

a. Dampak subjektif: kekhawatiran/ketakutan, rasa bosan, apatis, depresi, keletihan, frustasi, kehilangan kendali emosi, penghargaan diri yang rendah, gugup, kesepian.

b. Dampak perilaku: mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat-obatan, luapan emosional, makan atau merokok secara berlebihan, berperilaku impulsif dan tertawa gugup.

(47)

29 d. Dampak fisiologis: kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata membesar, tubuh panas dan dingin.

e. Dampak organisasi: angka absensi, produktifitas rendah, terasing dari rekan kerja, ketidakpuasan kerja, komitmen organisasi dan loyalitas berkurang.

Respons stres adalah suatu langkah yang penting dan perlu dalam upaya untuk mengatasi stres secara efektif. Menurut Manahan (2004) dalam Dwilita (2008) tiga komponen stres, yaitu:

a. Komponen perangsang, yang mana meliputi kekuatan-kekuatan yang menyebabkan adanya ketegangan atau stres, yang bersumber dari lingkungan, organisasi, dan individu.

b. Komponen tanggapan, meliputi reaksi fisik, psikis atau perilaku individu terhadap tekanan lingkungannya, di mana penekanannya paling tidak ada dua tanggapan terhadap stres yang paling sering diidentifikasi yaitu frustasi dan gelisah.

c. Komponen interaksi, interaksi khusus antara keadaan rangsangan dalam lingkungan dan kecenderungan individu memberi tanggapan.

(48)

30 mengganggu pekerjaan seseorang tersebut dan akan berpengaruh terhadap penurunan kinerjanya.

Gustiarti (2002) dalam Dwilita (2008) memaparkan bahwa dalam ruang lingkup organisasi, terdapat tiga pendekatan stres kerja, yaitu:

a. Pendekatan berorientansi pada karakteristik objektif situasi kerja. Pendekatan ini berdasarkan pada konsep stres sebagai suatu kondisi yang mampu menimbulkan pergolakan kekacauan, atau perubahan yang bersifat reaktif dalam diri individu. Pendekatan ini sering digunakan untuk membahas situasi-situasi kerja yang dapat menimbulkan stres pada pekerja.

b. Pendekatan berorientasi pada karakteristik pekerja.

Pendekatan ini bertolak dari pendapat bahwa individu memiliki ambang stres yang berbeda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individu yang juga berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu usia, jenis kelamin, kebangsaan, taraf hidup, kecenderungan, depresi, self esteem, fleksibilitas kepribadian.

c. Pendekatan berorientasi pada pendekatan interaksi.

Stres tidak semata-mata disebabkan oleh situasi lingkungan kerja, atau semata-mata oleh karakteristik karyawan, melainkan oleh interaksi antara kedua faktor tersebut.

(49)

31 8. Kinerja

Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu (Prabhawa dkk, 2014). Dalam Ramadika dkk (2014), Eliza dan Mary (2012:324) mendefinisikan performance (kinerja) sebagai suatu pola tindakan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan, yang diukur berdasarkan perbandingan dengan berbagai standar. Menurut James A.F. Stoner dan Edward Freeman (1992) dalam Handayani dan Yusrawati (2013), menyatakan bahwa pemeriksaan internal dilaksanakan oleh para anggota organisasi itu sendiri. Pemeriksaan internal juga membantu manajer untuk menilai efisiensi jalannya organisasi dan kinerja dari sistem pengendaliannya. Peningkatan kinerja auditor merupakan aspek yang penting, karena keberhasilan suatu instansi atau perusahaan dapat tercapai dengan upaya dan kualitas sumber yang dimilikinya (Prabhawa dkk, 2014).

(50)

32 antara lain: kemampuan (ability), komitmen profesional, motivasi, dan kepuasan kerja.

Kalbers dan Forgarty (1995) dalam Trisnaningsih (2007) mengemukakan bahwa kinerja auditor sebagai evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh atasan, rekan kerja, diri sendiri, dan bawahan langsung. Menurut Goldwasser (1993) dalam Sari dkk (2014) pencapaian kinerja auditor yang lebih baik harus sesuai dengan standar dan kurun waktu tertentu, yang terdiri dari:

a. Kualitas kerja yaitu mutu penyelesaian pekerjaan dengan bekerja berdasar pada seluruh kemampuan dan ketrampilan, serta pengetahuan yang dimiliki oleh auditor.

b. Kuantitas kerja yaitu jumlah hasil kerja yang dapat diselesaikan dengan target yang menjadi tanggung jawab pekerjaan auditor, serta kemampuan untuk memanfaatkan sarana dan prasarana penunjang pekerjaan.

c. Ketepatan waktu yaitu ketepatan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang tersedia.

(51)

33 waktu kerja. Kualitas, yaitu mutu yang dihasilkan. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan. Ketepatan waktu yaitu kesesuaian dengan waktu yang telah direncanakan.

B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Kinerja Auditor Internal Konsep profesionalisme yang dikembangkan oleh Hall (2008) banyak digunakan oleh para peneliti untuk mengukur profesionalisme dari profesi auditor internal yang tercermin dari sikap dan perilaku (Ramadika dkk, 2014). Novatiani dan Mustofa (2014) menyebutkan bahwa profesionalisme auditor internal merupakan salah satu kunci sukses para auditor internal dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menciptakan sikap profesionalisme dalam tiap aktivitasnya, maka auditor internal dituntut agar dapat melaksanakan tugas pemeriksaannya dengan sungguh-sungguh dan penerapannya sesuai dengan SPAI.

Penelitian Handayani dan Yusrawati (2013) menunjukkan bahwa profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor internal. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

(52)

34 2. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor Internal

Menurut Trisnaningsih (2007) komitmen organisasi dibangun atas dasar kepercayaan pekerja atas nilai-nilai organisasi, kerelaan pekerja membantu mewujudkan tujuan organisasi dan loyalitas untuk tetap menjadi anggota organisasi. Oleh karena itu, komitmen organisasi akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi pekerja terhadap organisasi. Penelitian Larasati dan Laksito (2013) menunjukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Novatiani dan Mustofa (2014).

Trisnaningsih (2007) menyatakan bahwa adanya suatu komitmen dapat menjadi suatu dorongan bagi seseorang untuk bekerja lebih baik atau malah sebaliknya menyebabkan seseorang justru meninggalkan pekerjaannya, akibat suatu tuntutan komitmen lainnya. Komitmen yang tepat akan memberikan motivasi yang tinggi dan memberikan dampak yang positif terhadap kinerja suatu pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas dan beberapa hasil penelitian sebelumnya, maka rumus untuk hipotesis sebagai berikut:

H2 :Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor internal

3. Pengaruh Job Stress terhadap Kinerja Auditor Internal

(53)

35 dan masa sibuknya seorang auditor. Menurut Newstrom (1993:201) dalam Sinaga dan Sinambela (2013), stres dapat membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah (disfunctional) atau merusak kinerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa stres mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat stres (Sinaga dan Sinambela, 2013).

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abdullah dkk (2012) menunjukkan bahwa stres kerja mempengaruhi kinerja auditor dengan signifikan. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sari dkk (2014) bahwa terdapat pengaruh signifikan stres kerja terhadap kinerja auditor. Maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

H3 : Job stress berpengaruh terhadap kinerja auditor internal.

4. Pengaruh Profesionalisme, Komitmen Organisasi, dan Job Stress terhadap Kinerja Auditor Internal.

(54)

36 Selain adanya profesionalisme dan komitmen organisasi, stres kerja juga dapat berpengaruh terhadap kinerja. Stres kerja yang tinggi dapat menyebabkan kinerja seseorang menjadi rendah. Hal ini dikarenakan ketika seseorang memiliki stres kerja oleh faktor tertentu dan tidak mampu menyelesaikan atau mengelola, maka akan menimbulkan gangguan dalam dirinya, psikis dan fisik. Sehingga adanya gangguan-gangguan tersebut akan berpengaruh terhadap kinerjanya.

Dalam penelitian Abdurrahman (2014) bahwa stres kerja memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja dari seorang auditor jika stressors yang ada tidak mampu dikelola dengan baik. Hal tersebut didukung oleh penelitian Sari dkk (2014) menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara stres kerja dengan kinerja pemeriksa. Stres kerja yang terlalu tinggi akan mengakibatkan prestasi kerja mengalami penurunan, karyawan berprestasi rendah, sukar tidur, lekas marah, kesalahan meningkat, keraguan dalam bekerja yang akhirnya berakibat kinerja karyawan menurun (Gibson, 1996 dalam Sari dkk, 2014).

H4 : Profesonalisme, komitmen organisasi, dan job stress berpengaruh terhadap kinerja auditor internal.

C. Penelitian Sebelumnya

(55)
[image:55.842.114.765.14.481.2]

37 Tabel 2.2

Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya

No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan 1. Sumardi (2001) Pengaruh Pengalaman

Terhadap Profesionalisme serta Pengaruh

Profesionalisme Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja (Studi Empiris: Auditor BPKP) Variabel profesionalisme dan kinerja. Tidak terdapat variabel pengalaman dan kepuasan kerja. Menggunakan teknik SEM. Hubungan profesionalisme

terhadap kinerja bahwa kecuali dimensi

keyakinan terhadap peraturan sendiri, menunjukkan hubungan yang signifikan.

2. Gunawan

Cahyasumirat (2006)

Pengaruh Profesionalisme dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Internal Auditor dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening Variabel profesionalisme dan komitmen organisasi sebagai variabel independen serta variabel kinerja sebagai variabel dependen. Auditor internal sebagai objek penelitian. Tidak terdapat kepuasan kerja sebagai variabel intervening. Menggunakan metode analisis jalur. Profesionalisme secara positif berpengaruh terhadap kepuasan kerja internal auditor, tetapi tidak memiliki

(56)

38 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan 3. Handriyani Dwilita

(2008)

Analisis Pengaruh Motivasi, Stres, dan Rekan Kerja Terhadap Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik di Kota Medan

Variabel stres kerja sebagai variabel independen dan kinerja auditor sebagai variabel dependen. Tidak terdapat variabel motivasi dan rekan kerja.

Tidak semua elemen motivasi mempengaruhi peningkatan kinerja. Stres berpengaruh terhadap kinerja auditor. Sedangkan rekan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. 4. Elya Wati, Lismawati,

dan Nila Aprilla (2010)

Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi pada Auditor

Pemerintah di BPKP Perwakilan Bengkulu)

Variabel komitmen organisasi sebagai variabel independen dan kinerja auditor sebagai variabel dependen. Tidak terdapat independensi, gaya kepemimpinan, dan Pemahaman Good Governance sebagai variabel independen. Independensi, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi, dan pemahaman good governance masing-masing berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pemerintah dan secara simultan

berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pemerintah.

[image:56.842.107.770.17.494.2]
(57)

39 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan 5. Zainuddin Abdullah,

Darwanis, dan Basri Zein (2012)

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Auditor melalui Motivasi Kerja sebagai Variabel Intervening Studi pada Auditor Intern di Pemerintah Provinsi Aceh

Variabel

independen, yakni stres kerja dan variabel dependennya, yakni kinerja auditor. Objek penelitiannya adalah auditor internal. Tidak terdapat variabel intervening.

Stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor internal yang ada di Pemerintah Aceh.

6. I Gede Bandar Wira Putra dan Dodik Ariyanto (2012)

Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Struktur Audit, dan Role Stress Terhadap Kinerja Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Bali Variabel profesionalisme sebagai variabel independen dan kinerja auditor sebagai variabel dependen. Tidak terdapat independensi, struktur audit, dan role stress sebagai variabel

independen.

[image:57.842.107.770.17.493.2]
(58)

40 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan 7. Elizabeth Hanna dan

Friska Firnanti (2013)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Variabel komitmen organisasi sebagai variabel independen dan kinerja auditor sebagai variabel dependennya. Tidak terdapat variabel lainnya sebagai variabel independen. Objek penelitiannya auditor KAP. Komitmen organisasi, konflik peran, dan pemahaman good governance tidak mempengaruhi kinerja auditor. Variabel independen lainnya berpengaruh terhadap kinerja auditor. 8. Hanny Larasati dan

Herry Laksito (2013)

[image:58.842.110.771.20.483.2]
(59)

41 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan 9. Rikha Handayani dan

Yusrawati (2013)

Pengaruh Profesionalisme, Komitmen Organisasi dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Internal Auditor pada Bank Mandiri Medan

Dua variabel independen, yaitu profesionalisme dan komitmen organisasi. Kinerja audior sebagai variabel dependen. Objek penelitiannya internal auditor. Tidak terdapat variabel budaya kerja sebagai variabel independen. Profesionalisme dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja internal auditor. Sedangkan budaya kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja

internal auditor. 10. Adhitio Pratama

Ramadika, Azwir Nasir, Meilda Wiguna (2014)

Pengaruh Role Stress, Gender, Struktur Audit, dan Profesionalisme terhadap Kinerja Auditor BPK-RI Perwakilan Provinsi Riau

Variabel profesionalisme sebagai variabel independen dan kinerja auditor sebagai variabel dependennya. Tidak terdapat variabel role stress, gender, dan

struktur audit.

Gender dan struktur audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja auditor pada BPK-RI

Perwakilan Provinsi Riau. Sedangkan role stress dan

[image:59.842.110.777.16.487.2]
(60)

42 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan 11. Ratna Kartika Sari,

Nasir Azis, dan Amri (2014)

Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Stres Kerja terhadap Kinerja Pemeriksa BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh

Variabel stres kerja sebagai variabel independen. Tidak terdapat variabel konflik peran ganda sebagai variabel independen.

Stres kerja memiliki hubungan terhadap kinerja pemeriksa. Sedangkan konflik peran ganda tidak ada hubungan terhadap kinerja pemeriksa. Namun keduanya secara simultan menunjukkan ada hubungan terhadap kinerja pemeriksa. 12. Zahra Ghorbanpour,

Hasan Dehghan Dehnavi, dan Forough Heyrani (2014)

Investigating the Effect of Organization Commitment on Performance of Auditors in the Community of Certified Accountants

[image:60.842.110.770.19.444.2]
(61)

43 D. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di bab sebelumnya, maka penelitian ini terdapat satu variabel dependen, yakni kinerja auditor internal, dan tiga variabel independen, yaitu profesionalisme auditor, komitmen organisasi, dan job stress. Berikut gambar 2.1 menunjukkan kerangka pemikiran penelitian ini:

[image:61.595.130.524.163.754.2]

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir

Pengaruh Profesionalisme Auditor, Komitmen Organisasi, dan Job Stress terhadap Kinerja Auditor Internal pada Otoritas Jasa Keuangan

Basis Teori : Akuntansi Keperilakuan dan Teori Sikap dan Perilaku

Kinerja Auditor Internal

Otoritas Jasa Keuangan (Y)

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Profesionalisme Auditor (X1) (Ramadika dkk, 2014 dan

Arumsari, 2014)

Komitmen Organisasi (X2) (Handayani dan Yusrawati, 2013 dan Trisnaningsih, 2007)

Job Stress (X3) (Abdullah dkk, 2012; Sari dkk, 2014; dan Dwilita, 2008)

H1

H2

H3

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

(62)

44 3BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh variabel independen, yakni profesionalisme, komitmen organisasi, dan job stress/stres kerja, terhadap kinerja auditor internal yang merupakan variabel dependennya. Objek penelitian yang dipakai penulis adalah persepsi para auditor internal di lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai responden penelitian ini.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Profesionalisme Auditor, Komitmen Organisasi, dan Job Stress terhadap Kinerja Auditor Internal ini adalah auditor internal yang bekerja pada lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Republik Indonesia, yang berjumlah sebanyak 40 orang auditor.

Pengambilan sampel menggunakan metode convenience sampling, yakni teknik pengambilan sampel dengan tidak ada pertimbangan lain selain berdasarkan kemudahan. Peneliti menggunakan metode convenience sampling agar bebas dalam memilih sampel dengan cepat dari populasi yang

(63)

45 C. Metode Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan dua metode, yaitu penelitian kepustakaan (data sekunder) dan penelitian lapangan (data primer). 1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan merupakan metode yang digunakan untuk pengumpulan data sekunder, yang sumbernya peneliti peroleh secara tidak langsung. Peneliti mengumpulkan data dari buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan literatur yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini.

2. Penelitian Lapangan

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data utama secara langsung dari sumbernya atau tanpa perantara (data primer) melalui penelitian lapangan. Metode penelitian lapangan yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan mengumpulkan data melalui kuesioner dengan mengajukan daftar pertanyaan yang dibuat tertulis kepada responden untuk dijawab sesuai pendapat pribadi. Kuesioner dikirim langsung kepada auditor internal OJK dengan mendatangi kantor Otoritas Jasa Keuangan. Skor dari tiap-tiap indikator variabel dalam pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada para responden merupakan sumber data dalam penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

(64)

46 digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis statistik dekriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Peneliti menggunakan statistik deskriptif untuk memberikan informasi berkaitan dengan karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi responden. Dalam Ghozali (2013:19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).

2. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2013:52). Pengujian validitas ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor item instrumen pertanyaan atau pernyataan dengan skor total dari masing-masing instrumen pertanyaan atau pernyataan. Pada uji validitas ini menggunakan teknik Pearson Correlation. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai dibawah 0,05 berarti data yang

(65)

47 b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu Ghozali (2013:47). Uji reliabilitas yang digunakan dalam SPSS adalah dengan menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,70 (Nunnaly, 1994 dalam Ghozali, 2013:48).

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik atas data primer ini, peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji heterokedastisitas, dan uji normalitas.

a. Uji Multikolonieritas

(66)

48 b. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji normalitas terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2013: 160-161). Uji normalitas ini menggunakan analisis grafik dengan melihat grafik Histogram dan Normal Probability Plot yang mana membandingkan antara data observasi

dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Suatu data dapat dikatakan normal jika gambar titik-titik data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi kesalahan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas (Ghozali, 2013:139).

(67)

49 maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).

4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, yaitu hubungan secara linear antara sebuah variabel dependen (Y) dengan lebih dari satu variabel independen (X). Variabel dependen (Y), yaitu variabel terikat yang mana merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen (X). Pada penelitian ini, variabel dependennya adalah kinerja auditor internal, sedangkan variabel independennya yaitu profesionalisme, komitmen organisasi, dan job stress (stres kerja). Penelitian ini menggunakan program SPSS dengan

model regresi linier berganda yang berumus sebagai berikut: Y = α+ β1X1+ β2X2+ β3X3 + e

Keterangan:

Y = Kinerja auditor internal

α = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien regresi variabel independen

X1 = Profesionalisme

X2 = Komitmen organisasi

X3 = Job stress (stres kerja)

(68)

50 a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen semakin terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Jika nilai R2 sama dengan 1 (satu) berarti variabel independen berkemampuan untuk dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai R2 sama dengan 0 (nol) maka tidak ada kemampuan variabel independen untuk dapat menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2013:97).

b. Uji Statistik t

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir .........................................................
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.2 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan diketahui bahwa ibu yang memiliki jaminan kesehatan berpeluang lebih besar untuk bersalin secara operasi sesar dibandingkan

Setelah dilakukan pecah beban didapatkan dalam analisis pengukuran jatuh tegangan yang menggunakan dua kali pengukuran beban yaitu siang dan malam hari, besarnya

Dalam analisa angkutan sedimen didapatkan perkiraan jumlah angkutan sedimen total yang terdapat di hulu Kali Konto, hasil tersebut kemudian dikorelasikan dengan kapasitas

The purpose of this study was to assess hypertension knowledge and attitude of people who lived in Jatinangor sub-district related to prevention and treatment of the

Böylece yaşayan varlık, örneğin birey olarak karşımıza çıkmaktadır, ama özne olarak o, kendisini kuşatm ış olan organik bir doğa­ ya karşı çıkar,

Melalui kegiatan membaca teks eksplanasi pada bahan ajar/buku siswa, siswa mampu menemukan 3 informasi penting tentang cara menghasilkan energi listrik dengan benar..

Rapat Kerja Nasional Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Pusat dan Daerah dengan LPPN dan LPPD se-Indonesia di Pontianak, tentang kesiapan daerah (LPPD)

Net Benefit merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi yang dinilai dalam satuan rupiah per tahun. Net Benefit usahatani sawi hijau hidroponik yang