• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD) DAN TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW) PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 44 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD) DAN TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW) PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 44 MEDAN."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK

SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION

(STAD) DAN TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW) PADA MATERI

KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 44 MEDAN

Oleh:

Armi Mayang Sari Hsb

4121111004

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Armi Mayang Sari Hsb dilahirkan di Medan, pada tanggal 24 September

1994. Ayah bernama Agus Yani Hsb, dan Ibu bernama Jamiah, merupakan anak

pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 1999, penulis masuk TK Nurul

Masyithah dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan

sekolah di SDN 060956 dan lulus pada tahun 2006, pada tahun 2006, penulis

melanjutkan sekolah di SMP Swasta Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan dan lulus

pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri

19 Medan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima melalui

jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (Undangan) di Program Studi

Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika Dan Ilmu

(4)

iii

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK

SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION

(STAD) DAN TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW) PADA MATERI

KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 44 MEDAN

Armi Mayang Sari Hsb (NIM : 4121111004)

ABSTRAK

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

menitipkan setitik ilmu serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul

Perbedaan

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa yang Diajar

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) dan Tipe Think-Talk-Write (TTW) pada Materi

Kubus dan Balok kelas VIII SMP Negeri 44 Medan

”.

Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran

guna kesempurnaan skripsi ini, Dr. Edy Syahputra, M.Si, Prof. Dr. Mukhtar,

M.Pd., Budi Halomoan Siregar, S.Pd., M.Sc., selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Ibu Dra. N.Manurung, M.Pd,

selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama

perkuliahan.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Rektor Unimed Prof. Dr. Syawal

Gultom, M.Pd beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED,

Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd., selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy

Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si

selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia,

M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika dan kepada seluruh Bapak dan Ibu

dosen serta staf pegawai jurusan Matematika Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam

dan Matematika Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Ibu Asmiati, S.Pd., MM selaku Kepala Sekolah yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri

(6)

v

Tiodor Sitanggang, S.Pd., selaku guru bidang studi Matematika kelas VIII-E dan

VIII-A yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayah tercinta

Agus Yani Hsb dan Mamak tercinta Jamiah yang telah mengasuh, membimbing,

mendoakan, senantiasa memberi kasih sayang, semangat serta dukungan moral

dan materi yang tak ternilai harganya hingga skripsi ini selesai. Semoga Allah

memberikan kebaikan dunia dan akirat kepada Ayah dan Mamak, Aamiin. Terima

kasih juga penulis ucapkan kepada adikku tersayang Ardi Pramana Hsb yang

selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa.

Terima kasih untuk sahabat seperjuangan yang selalu membantu dan

memberi motivasi, Anggi Citra (Angcit) sekaligus sobat se-PS, Auliya Rahma

Lola R. Hrp (Alis), Dwi Ayu Apriani (Si Bab), Desi Apriani Dasopang (Si Edak

sekaligus Emak), Edia Wiradaratama Putri (Si Kakak), dan Sri Milawarni

Tambunan (Mila). Terima kasih juga untuk teman-teman PPLT SMP Negeri 1 Sei

Bamban, Evi, Grace, Ayu, Riris, Rani, Bang Andre, Ibrani dan yang lainnya. Tak

lupa terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan Mat Dik A 2012 yang

tak bisa disebut satupersatu. Tak lupa Terima kasih untuk teman se-organisasi

PCNA, Siti, Kak dhita, Kak Izah, Ridha, dan lainnya serta keluarga besar baik

dari pihak Ayah maupun Mamak yang telah mendukung dan memberi semangat

kepada penulis.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi

maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi

ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, Juli 2016

Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan

i

Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii

Kata Pengantar

iv

Daftar Isi

vi

Daftar Gambar

ix

Daftar Tabel

x

Daftar Lampiran

xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

1

1.2

Identifikasi Masalah

9

1.3

Batasan Masalah

10

1.4

Rumusan Masalah

10

1.5

Tujuan Penelitian

10

1.6

Manfaat Penelitian

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

12

2.1.1 Komunikasi

12

2.1.2 Aspek-aspek Komunikasi

13

2.1.3 Komunikasi Matematika

16

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi

Matematik

17

2.1.5 Teori Belajar yang Berhubungan dengan

Komunikasi Matematik

19

2.1.6 Pengertian Belajar

20

2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif

21

2.1.8 Model Pembelajaran Koopartif Tipe STAD

(Student Teams Achievements Divisions)

25

2.1.8.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

25

2.1.8.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

tipe STAD

25

2.1.8.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran

Kooperatif tipe STAD

28

2.1.9 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW

(Think-Talk-Write)

29

(8)

vii

tipe TTW

31

2.2. Materi Pokok

33

2.2.1 Bangun Ruang Kubus

33

2.2.2 Bangun Ruang Balok

40

2.3 Penelitian Relevan

46

2.4 Kerangka Konseptual

47

2.5 Hipotesis

48

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

49

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

49

3.2.1. Populasi Penelitian

49

3.2.2. Sampel Penelitian

49

3.3. Variabel Penelitian

49

3.3.1. Variabel Bebas

49

3.3.2. Variabel Terikat

50

3.4. Jenis dan Desain Penelitian

50

3.4.1. Jenis Penelitian

50

3.4.2. Desain Penelitian

50

3.5. Prosedur Penelitian

51

3.6. Alat Pengumpulan Data

54

3.6.1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

54

3.6.2. Penilaian Komunikasi Matematik

55

3.6.3. Analisis Teknik Observasi

57

3.7. Analisis Uji Coba Tes

58

3.7.1. Validitas Tes

58

3.7.2. Reliabilitas Tes

59

3.7.3. Tingkat Kesukaran Tes

60

3.7.4. Daya Pembeda Soal

61

3.8. Teknik Analisis Data

62

3.8.1. Menghitung rata-rata skor

62

3.8.2. Menghitung standart deviasi

62

3.8.3. Uji N-Gain

63

3.8.4. Uji Normalitas

64

3.8.4. Uji Homogenitas

65

3.8.5. Uji Hipotesis

65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

67

4.1.1. Populasi Penelitian

67

4.1.1.1. Kelas Eksperimen I

67

4.1.1.2. Kelas Eksperimen II

68

4.1.2. Analisis Hasil Penelitian

70

4.1.2.1. Uji N-Gain

70

(9)

viii

4.1.2.3. Uji Homogenitas

71

4.1.2.4. Uji Hipotesis

71

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

73

4.3. Keterbatasan Penelitian

75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

76

5.2. Saran

77

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Contoh Jawaban Siswa 1

4

Gambar 1.2. Contoh Jawaban Siswa 2

5

Gambar 1.3. Contoh Jawaban Siswa 3

5

Gambar 1.4. Contoh Jawaban Siswa 4

6

Gambar 1.5. Contoh Jawaban Siswa 5

7

Gambar 2.1. Diagram Desain Pembelajaran dengan Strategi TTW

31

Gambar 2.2. Kubus ABCD.EFGH

32

Gambar 2.3. Diagonal Bidang

33

Gambar 2.4. HB merupakan diagonal ruang kubus ABCD.EFGH

33

Gambar 2.5. ACGE merupakan bidang diagonal kubus

34

Gambar 2.6. Kubus PQRS.TUVW

34

Gambar 2.7. Kubus ABCD.EFGH

35

Gambar 2.8. Kubus ABCD.EFGH (a),(b)

36

Gambar 2.9. Jaring-jaring Kubus yang diperoleh dari gambar 2.7.

37

Gambar 2.10. Jaring-jaring Kubus

37

Gambar 2.11. Kubus dan Jaring Kubus

38

Gambar 2.12. Kubus dan Satuan

38

Gambar 2.13. (a) Korek

39

Gambar 2.13. (b) Balok

39

Gambar 2.14. Diagonal Bidang Balok

40

Gambar 2.15. Diagonal Ruang Balok

40

Gambar 2.16. Bidang Diagonal Balok

41

Gambar 2.17. Balok ABCD.EFGH

41

Gambar 2.18. Balok dan Jaring Balok

43

Gambar 2.19. Beberapa Jaring-Jaring Balok

43

Gambar 2.20. Balok dan Jaring Balok

44

Gambar 2.21. Balok-balok Satuan

45

Gambar 3.1. Skema Prosedur

52

Gambar 4.1. Selisih Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen I

68

Gambar 4.2. Selisih Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen II

69

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Aspek Komunikasi Matematik

15

Tabel 2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooepratif

23

Tabel 2.3. Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif tipe STAD

25

Tabel 2.4. Perhitungan Skor Perkembangan

27

Tabel 2.5. Tingkat Penghargaan Kelompok

27

Tabel 3.1. Desain Penelitian Two Group (Pre-Test dan Post-Test)

50

Tabel 3.2. Kisi-kisi Kemampuan Komunikasi Matematik

55

Tabel 3.3. Kriteria Pemberian Skor Komunikasi Matematik

56

Tabel 3.4. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

57

Tabel 3.5. Validitas Butir Tes

58

Tabel 3.6. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

60

Tabel 3.7. Tingkat Kesukaran Tes

60

Tabel 3.8. Klasifikasi Daya Pembeda

61

Tabel 3.9. Daya Beda Soal

62

Tabel 3.10. Kriteria Indeks Gain

63

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP I (Eksperimen TTW)

81

Lampiran 2. RPP II (Eksperimen TTW)

87

Lampiran 3. RPP III (Eksperimen TTW)

93

Lampiran 4. RPP I (Eksperimen STAD)

99

Lampiran 5. RPP II (Eksperimen STAD)

104

Lampiran 6. RPP III (Eksperimen STAD)

109

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa I

114

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II

123

Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa III

129

Lampiran 10. Kisi-Kisi Tes Komunikasi Awal (Pre-tes)

133

Lampiran 11. Tes Komunikasi Awal (Pre-tes)

135

Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian Tes Komunikasi Awal (Pre-tes)

137

Lampiran 13. Tes Komunikasi Akhir (Post-tes)

140

Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Tes Komunikasi Akhir (Post-tes)

144

Lampiran 15. Alternatif PenyelesaianLAS I

149

Lampiran 16. Alternatif PenyelesaianLAS II

158

Lampiran 17. Alternatif PenyelesaianLAS III

165

Lampiran 18. Kisi-Kisi Tes Komunikasi Akhir (Post-tes)

169

Lampiran 19. Indikator Penskoran Komunikasi Matematik

171

Lampiran 20. Lembar Validasi Tes Awal Kemampuan Komunikasi

175

Matematik

Lampiran 21. Lembar Validasi Tes Akhir Kemampuan Komunikasi

179

Matematik

Lampiran 22. Analisis Validitas Butir Tes Komunikasi Matematik 183

Lampiran 23. Analisis Reliabilitas Tes Komunikasi Matematik

185

Lampiran 24. Analisis Taraf Kesukaran Instrumen Tes Komunikasi

187

Matematik

Lampiran 25. Analisis Daya Beda Instrumen Komunikasi Matematik

189

Lampiran 26. Tabel Selisih Post-tes dan Pre-tes Komunikasi Matematik 192

Kelas Eksperimen I

Lampiran 27. Tabel Selisih Post-tes dan Pre-tes Komunikasi Matematik 194

Kelas Eksperimen II

Lampiran 28. Uji N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas 196

Eksperimen I

(13)

xii

Lampiran 30. Uji Normalitas Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas 200

Eksperimen I

Lampiran 31. Uji Normalitas Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas 201

Eksperimen II

Lampiran 32. Uji Homogenitas

202

Lampiran 33. Uji Hipotesis

203

Lampiran 34. Dokumentasi Penelitian

205

Lampiran 35. Tabel Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors

210

Lampiran 36. Daftar Nilai Presentil untuk Distribusi t

211

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Salah satu kecakapan yang penting dalam belajar matematika yaitu belajar

untuk berkomunikasi. Kemampuan komunikasi dalam pembelajaran matematika

merupakan hal dapat membantu pembelajaran siswa dalam memahami konsep

matematika ketika mereka memerankan situasi, menggambar, menggunakan

objek, memberikan laporan dan penjelasan verbal. Kemampuan komunikasi

matematik siswa juga merupakan fondasi dalam membangun pengetahuan siswa

terhadap pembelajaran matematika baik lisan maupun tulisan. Akan tetapi, selama

proses pembelajaran matematika berlangsung terdapat beberapa masalah yang

terjadi. Masalah-masalah yang terjadi selama proses pembelajaran yang

diidentifikasi oleh peneliti di SMP Negeri 44 Medan adalah model pembelajaran

matematika yang digunakan masih bersifat satu arah dimana guru lebih berperan

aktif pada proses pembelajaran matematika berlangsung sehingga siswa masih

berperan pasif. Hal tersebut juga mengakibatkan siswa takut untuk menyampaikan

ide penyelesaian soal matematika bahkan ada siswa yang tidak tertarik pada

pelajaran matematika selama proses pembelajaran berlangsung. Konsekuensi yang

terjadi, kemampuan komunikasi matematik siswa menjadi rendah. Selanjutnya,

berdasarkan beberapa kelebihan yang terdapat pada model pembelajaran yang

diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik adalah

model pembelajaran kooperatif beberapa diantaranya adalah Student Team

Achievement Division (STAD) dan Think-Talk-Write (TTW).

Selama proses pembelajaran matematika berlangsung di SMP Negeri 44

Medan, peneliti melihat bahwa penggunaan model pembelajaran masih bersifat

satu arah menyebabkan kemampuan komunikasi matematik tidak terjadi. Dan

pembelajaran matematika menjadi kurang menarik, tidak menantang, dan sulit

untuk mencapai target yakni menggali kreativitas siswa karena semua aktivitas

(15)

2

Penggunaan model pembelajaran matematika yang bersifat satu arah

tersebut merupakan model pembelajaran yang konvensional. Model pembelajaran

konvensional masih sepenuhnya berpusat kepada guru. Hal tersebut merupakan

masalah dalam proses belajar mengajar matematika. Saat memulai proses

pembelajaran, guru langsung memberikan materi, memberi contoh soal dan

meminta siswa untuk mencatat. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara yang

dilakukan peneliti kepada salah satu dari guru matematika di SMP Negeri 44

Medan (Bapak Sugianto, S.Pd.) yang menyatakan bahwa :

“ Guru masih jarang menggunakan model pembelajaran kooperatif masih

lebih sering menggunakan model pembelajaran konvensional. Dan dari

pihak siswa sendiri pun memiliki kemampuan komunikasi yang terbilang

rendah-sedang, hal tersebut dikarenakan masih banyak dari siswa yang

memiliki kemauan untuk belajar kurang (motivasi lemah) dan dalam

mengerjakan soal masih kurang.

Sebagaimana pendapat Brooks & Brooks dalam Ansari (2009: 2) bahwa :

Pembelajaran konvensional lebih menekankan dalam mengerjakan soal

atau drill dengan mengulang prosedur serta lebih banyak menggunakan

rumus atau algoritma tertentu. Sehingga menimbulkan konsekuensi.

Pertama, siswa kurang aktif dan pola pembelajaran ini kurang

menanamkan pemahaman konsep sehingga kurang mengundang sikap

kritis. Kedua, jika siswa diberi soal yang beda dengan soal latihan, mereka

kebingungan karena tidak tahu harus mulai dari mana mereka bekerja.

Padahal semestinya proses pembelajaran yang berlangsung harus dapat

melibatkan siswa untuk ikut berperan aktif. Dalam hal ini diungkapkan oleh

Trianto (2011: 17) bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari

seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi

(transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan

sebelumnya. Ansari (2009:3) juga menyatakan bahwa:

(16)

3

Selama proses pembelajaran matematika berlangsung, peneliti juga

mengamati siswa kelas VIII-A masih takut untuk menyampaikan ide. Siswa lebih

memilih untuk diam dan tidak mau memperhatikan selama proses pembelajaran

berlangsung. Sehingga interaksi tidak terjalin dengan baik dan mengakibatkan

siswa sulit untuk memahami soal-soal yang diberikan.

Masalah lainnya yang peneliti amati, siswa tidak tertarik untuk mengikuti

pembelajaran matematika. Siswa lebih banyak untuk tidak memperhatikan guru

dalam menjelaskan materi bahkan saat penyelesaian soal siswa lebih memilih

untuk tidak ingin tahu pemecahan masalah matematikanya.

Hal ini berkaitan dengan tidak terjadi komunikasi matematik dalam

kemampuan dan keterampilan siswa mengetahui konsep dan mengemukakannya

baik secara lisan dan tulisan. Sullivan & Mousley dalam Ansari (2009: 10)

berpendapat bahwa:

Komunikasi matematik bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui

tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal berbicara,

menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan, klasifikasi,

bekerja sama, menulis, dan akhirnya melaporkan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di kelas VIII-A SMP

Negeri 44 Medan, kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemampuan

komunikasi matematik siswa masih rendah. Hal ini di lihat dari hasil tes yang

dilakukan penulis dengan memberikan 3 soal mengenai materi kubus dan balok

kepada siswa. Ketiga soal ini dirancang agar penyelesaiannya dapat menunjukkan

aspek-aspek kemampuan komunikasi matematik (refresentasi, membaca dan

menulis). Hasil tes tersebut menunjukkan dari 38 siswa yang mengikuti tes bahwa

6,45% atau hanya 2 sis

wa berada dalam kategori komunikasi matematik “tinggi”,

1

9,35% atau 6 siswa berada dalam kategori komunikasi matematik “sedang” , dan

74,19% atau 23 siswa dalam kategori komunikasi matematik “sangat rendah”

.

Berikut merupakan contoh jawaban siswa yang ditemukan peneliti pada

tes soal nomor 1 yang belum menunjukkan tingkat kemampuan komunikasi

(17)

4

Soal nomor 1 : Perhatikan gambar kubus di bawah ini !

Panjang sisi AB adalah 5 cm. Tentukan volume kubus tersebut ?

Gambar 1.1. Contoh Jawaban Siswa 1

Dari gambar 1.1 terlihat jelas bahwa siswa tidak membaca soal dengan baik,

sehingga ia tidak bisa membuat keterangan yang diketahui dari soal dengan jelas.

Selain itu, terlihat pula bahwa siswa keliru dalam melakukan prosuder

penyelesaian. Gagasan seperti ini merupakan gagasan yang keliru terlebih lagi

siswa tidak mampu menyusun persamaan atau aturan yang benar dalam

menyampaikan suatu ide. Maka aspek komunikasi membaca, menulis dan

refresentasi tidak terpenuhi.

Selain jawaban seperti yang ada pada Gambar 1.1 di atas, contoh lain

jawaban siswa tertera pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.2. Contoh Jawaban Siswa 2

A

E

B C

H G

F

(18)

5

Dari contoh jawaban siswa yang ada pada Gambar 1.2 di atas tampak bahwa

siswa mengetahui rumus dari volume kubus. Namun siswa tersebut belum mampu

menjawab permasalahan dengan baik dan benar, karena tidak adanya penyelesaian

dengan memasukkan nilai untuk dilakukan perhitungan. Sehingga tidak adanya

terjadi proses penyelesaian dari soal. Dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut

tidak membaca soal dengan benar.

Peneliti juga menemukan contoh jawaban siswa pada tes soal nomor 2

yang belum menunjukkan tingkat kemampuan komunikasi matematik dengan

baik. Soal Nomor 2: Tentukan volume balok yang memiliki panjang 10 cm, lebar

5 cm, dan tinggi 4 cm ?

Gambar 1.3. Contoh Jawaban Siswa 3

Dari contoh jawaban siswa pada soal nomor 2 yang ada pada Gambar 1.3 tersebut

tampak bahwa siswa tidak mengetahui rumus dari volume balok. Bahkan terlihat

bahwa siswa tidak dapat membuat penjelasan prosedur dengan baik, artinya bahwa

siswa tersebut tidak membaca soal dengan baik dan siswa tersebut tidak mampu

menyusun persamaan atau aturan yang benar dalam menyampaikan suatu ide.

Gagasan seperti ini yang tidak terjadi komunikasi matematik dalam memecahkan

masalah matematik. Dan aspek komunikasi matematika dalam membaca,

refresentasi serta menulis tidak terpenuhi.

Selain jawaban tersebut adalagi, jawaban mengenai soal tes nomor 2 dari

(19)

6

Gambar 1.4. Contoh Jawaban Siswa 4

Dari contoh jawaban siswa yang ada pada Gambar 1.4 di atas tampak bahwa

siswa tersebut membaca soal dan melakukan penyelesaian soal dengan menyusun

ide matematik dengan benar, walaupun masih ada kekurangan dalam memberikan

satuan ukuran. Aspek komunikasi membaca, refresentasi sudah terpenuhi

walaupun dalam aspek menulis siswa tersebut masih memiliki kesalahan sedikit.

Dari 38 siswa hanya 2 siswa yang menjawab seperti ini.

Selain soal nomor 1 dan 2, penulis juga memberikan soal tes nomor 3

yaitu Berapakah panjang sisi kubus jika diketahui volume kubus 216 cm

3

?

Gambar 1.5. Contoh Jawaban Siswa 5

Dari gambar 1.5, terlihat bahwa jawaban siswa tersebut tidak dapat menuliskan

ide matematika ke dalam model matematika dan tidak dapat menyusun prosedur

penyelesaian dari soal dengan benar. Penggunaan rumus yang dilakukan siswa

tersebut salah karena tidak sesuai dengan yang diminta oleh soal. Artinya siswa

tersebut keliru dalam hal membaca soal tersebut. Jadi aspek komunikasi

matematik dalam membaca, menulis dan refresentasi tidak terpenuhi.

Berdasarkan jawaban-jawaban siswa tersebut, dapat kita tarik kesimpulan

bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa di kelas ini masih tergolong

(20)

7

Kemampuan komunikasi matematik siswa di SMP Negeri 44 Medan perlu

untuk ditingkatkan. Hal tersebut dikarenakan komunikasi matematik dapat

membantu pembelajaran siswa untuk memahami konsep matematika.

Sebagaimana NCTM dalam Ansari (2009:11) menyatakan bahwa :

Penekanan pengajaran matematika pada kemampuan komunikasi

matematik bermanfaat dalam hal (1) menginventarisasikan dan

konsulidasikan pemikiran matematik siswa melalui komunikasi; (2) siswa

dapat mengkomunikasikan pemikiran matematik secara terurut dan jelas

dengan teman, guru dan lainnya; (3) guru dapat menganalisis dan menilai

pemikiran matematika siswa serta strategi yang digunakan; (4) siswa dapat

menggunakan bahasa matematika untuk mengungkapkan ide matematik

secara tepat.

Karena kemampuan komunikasi matematik siswa sangat penting dalam

mencapai tujuan pembelajaran, disisi lain terbukti bahwa kemampuan komunikasi

matematik siswa SMP Negeri 44 Medan masih rendah, maka penting bagi guru

untuk menerapkan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematik siswa. Dalam hal ini penggunaan model

pembelajaran yang menjalin hal aktivitas sosial (talking) maupun sebagai alat

bantu berpikir (writing) dapat digunakan untuk menciptakan suasana belajar

menjadi aktif dan terjalin komunikasi matematik. Model pembelajaran yang

diperkirakan dapat digunakan tersebut adalah model pembelajaran kooperatif.

Sebagaimana pendapat Stahl dalam Isjoni (2011: 23) bahwa:

Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative learnig, siswa

memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu

juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan

berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti

keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan

masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi

timbulnya prilaku yang menyimpang dalam kelas.

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran

yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan

bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap

(21)

8

kesempatan pada siswa untuk berinterkasi dan belajar bersama-sama. Begitu juga

dengan pendapat Ansari (2009:57) yang menyatakan;

Pembelajaran

kooperatif

merupakan

model

pembelajaran

yang

mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan saling

ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan

hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.

Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe beberapa diantara

yang dapat digunakan yaitu kooperatif Tipe Student Teams Achievment Divisions

(STAD) dan Tipe Think Talk Write (TTW).

Pembelajaran model Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment

Divisions) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk

menghadapi siswa yang heterogen. Model pembelajaran STAD berguna untuk

menumbuhkan kemampuan kerja sama, kreatif, dan berpikir kritis. Dalam hal ini,

siswa diberikan kesempatan untuk elaborasi dan kolaborasi dengan teman sebaya

dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Slavin dalam Trianto (2009:68)

bahwa :

Model

pembelajaran

kooperatif

tipe

STAD

merupakan

model

pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil terdiri atas 4 atau 5

anggota kelompok secara heterogen, siswa menggunakan lembar kerja

akademik, kemudian siswa saling membantu untuk menguasai pelajaran

melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe TTW (Think Talk Write) merupakan

model pembelajaran yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin. Pada

dasarnya model pembelajaran ini dibangun melalui proses berpikir, berbicara dan

menulis. Strategi model pembelajaran ini dapat menumbuh kembangkan

kemampuan pemecahan masalah (Ansari,2009: 69). Alur kemajuan pembelajaran

TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya

sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan

(22)

9

Ansari (2009:5) dalam buku komunikasi matematikanya menyebutkan

bahwa :

Suatu aktivitas yang diharapkan dengan diterapkan untuk menumbuh

kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa

antara lain adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran

think-talk-write (TTW) dan pemberian tugas yang bersifat open-ended. Esensi

strategi think-talk-write (TTW) adalah mengedepankan perlunya siswa

mengkomunikasikan atau menjelaskan hasil pemikiran matematikanya

terhadap open-ended task yang diberikan guru.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul

“Perbedaan

Peningkatan Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe

Think-Talk-Write (TTW) pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP

Negeri 44 MEDAN.”

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1.

Kemampuan komunikasi matematik siswa sangat kurang diperhatikan.

2.

Kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah.

3.

Siswa berperan pasif dan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran

matematika.

4.

Siswa takut untuk mengkomunikasikan ide matematika baik secara lisan dan

tulisan.

5.

Guru masih lebih sering menggunakan model pembelajaran konvensional

(23)

10

1.3

Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka peneliti

membatasi masalah yang akan dikaji agar penelitian ini dapat lebih terarah dan

jelas. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah kemampuan

komunikasi matematik siswa dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD) dan tipe Think-Talk-Write

(TTW) pada materi Kubus dan Balok kelas VIII di SMP Negeri 44 Medan.

1.4

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.

Apakah kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) berbeda

secara signifikan dengan kemampuan komunikasi matematik siswa

yang diajar dengan tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD)

pada materi Kubus dan Balok kelas VIII di SMP Negeri 44 Medan ?

2.

Bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW)

pada materi Kubus dan Balok kelas VIII di SMP Negeri 44 Medan ?

3.

Bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

dengan tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD) pada materi

Kubus dan Balok kelas VIII di SMP Negeri 44 Medan ?

1.5

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui :

1.

Untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematik siswa

yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

(24)

11

Achievment Divisions (STAD) pada materi Kubus dan Balok kelas

VIII di SMP Negeri 44 Medan.

2.

Menjelaskan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write

(TTW) pada materi Kubus dan Balok kelas VIII di SMP Negeri 44

Medan.

3.

Menjelaskan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievment Divisions (STAD) pada materi Kubus dan Balok kelas

VIII di SMP Negeri 44 Medan.

1.6

Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan masukan yang berarti yaitu :

1.

Bagi Guru, sebagai bahan pertimbangan bagi guru bidang studi matematika

dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yang lebih efektif untuk

meningkatkan komunikasi matematik siswa.

2.

Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa

sehingga bisa dengan mudah memahami konsep pembelajaran matematika

pada materi kubus dan balok dan mampu mencapai prestasi yang lebih baik.

3.

Bagi Sekolah, sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam

rangka perbaikan kualitas pembelajaran khususnya dalam meningkatkan mutu

pembelajaran matematika terutama dalam komunikasi matematik.

4.

Bagi Penulis, sebagai pengalaman dan penambah pengetahuan dalam

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat disimpulkan

bahwa :

1.

Secara teori kemampuan komunikasi matematik yang diajar menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TTW berbeda. Hal tersebut

dilihat dari strategi pembelajaran yang dilakukan. Model pembelajaran

kooperatif tipe TTW memiliki tiga strategi yang mengacu lebih kepada

berpikir, berdiskusi dan menulis. Strategi yang dimiliki oleh TTW lebih

banyak mengacu kepada kemampuan komunikasi matematik, sedangkan pada

model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki enam langkah

pembelajaran yang kurang mengacu kepada kemampuan komunikasi

matematik. Selain secara teori, hal tersebut juga dapat dilihat dari uji hipotesis

yang diperoleh bahwa nilai

t

hitung

2

,

264

dan t

tabel

= 1,9971 maka terlihat

bahwa t

hitung

> ttabel.

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga diperoleh

bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TTW (Think-Talk-Write) berbeda secara

signifikan dengan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student-Team-Achievement-Division) pada materi kubus dan balok di SMP Negeri 44

Medan. Hal tersebut juga didukung dari hasil uji N-Gain bahwa peningkatan

kemampuan komunikasi matematik siswa di kelas eksperimen I yang diajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih tinggi yaitu

sebesar 0,28 dalam kategori rendah dari kelas eksperimen II yang diajar

menggunakan tipe STAD sebesar 0,21 dalam kategori rendah.

2.

Sesuai dengan esensi strategi Think-Talk-Write (TTW) yaitu mengedepankan

perlunya siswa mengkomunikasikan hasil pemikiran matematikanya terhadap

masalah yang diberikan guru maka diperoleh kemampuan komunikasi

(26)

77

Medan memiliki nilai rata-rata pretes 16,57 dan postes 31,51 serta

menghasilkan nilai rata-rata selisih postes-pretes 14,94. Dan pada kelas

eksperimen I ini, terlihat bahwa pada aspek refresentasi dengan indikator

menerjemahkan masalah matematika ke dalam bentuk konkret dengan

gambar, bagan atau grafik memiliki peningkatan sekitar 29,52% sedangkan

peningkatan yang rendah terdapat pada aspek menulis dengan indikator

menjelaskan prosedur penyelesaian (explanations) yaitu memberikan

penjelasan yang sesuai dalam menggunakan suatu aturan pada proses

penyelesaian masalah yang hanya meningkat sekitar 15,42%.

3.

Sesuai gagasan utama STAD yang memacu siswa agar saling mendorong dan

membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh

guru maka diperoleh kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student-Team-Achievement-Division) pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP

Negeri 44 Medan memiliki nilai rata-rata pretes 32,51 dan postes 41,71 serta

menghasilkan nilai rata-rata selisih postes dan pretes 9,2. Pada kelas

eksperimen II ini, terlihat bahwa aspek refresentasi dengan indikator

menerjemahkan masalah matematika ke dalam bentuk konkret dengan

gambar, bagan atau grafik memiliki peningkatan sekitar 27,61% sedangkan

peningkatan yang rendah terdapat pada aspek menulis dengan indikator

menjelaskan prosedur penyelesaian (explanations) yaitu memberikan

penjelasan yang sesuai dalam menggunakan suatu aturan pada proses

penyelesaian masalah yang hanya meningkat sekitar 9,71%.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka disampaikan beberapa

saran yang ditunjukkan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil

penelitian ini.

1.

Kepada pengajar matematika SMP dapat menggunakan model koperatif tipe

TTW dan STAD sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya

(27)

78

mudah dan mampu dengan sendirinya memahami dan mempelajari materi

yang diajarkan.

2.

Bagi guru-guru atau peneliti yang akan menggunakan model kooperatif tipe

TTW maupun tipe STAD sebaiknya lebih memperhatikan alokasi waktu yang

ada, agar seluruh tahapan-tahapan pembelajaran dapat dikerjakan dengan baik

sehingga indikator dari aspek komunikasi matematik yang diteliti dapat hasil

yang lebih memuaskan.

3.

Bagi pihak terkait lainnya seperti pihak sekolah diharapkan untuk lebih

memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana dalam melancarkan proses

pembelajaran.

4.

Bagi peneliti lanjutan, hendaknya penelitian dapat dilengkapi dengan meneliti

aspek komunikasi matematik selain aspek refresentasi, menulis dan membaca.

Dengan harapan bahwa peningkatan komunikasi matematik siswa tidak hanya

terjadi di aspek refresentasi dengan indikator menerjemahkan masalah

matematika ke dalam bentuk konkret dengan gambar, bagan atau grafik. Jadi

untuk aspek yang masih rendah peningkatannya, dalam penelitian ini adalah

aspek menulis dengan indikator menjelaskan prosedur penyelesaian

(explanations) yaitu memberikan penjelasan yang sesuai dalam menggunakan

suatu aturan pada proses penyelesaian masalah dapat ditingkatkan lagi dalam

proses pembelajaran sehingga dapat menghasilkan komunikasi matematik

(28)

79

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman,Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta:

Rineka Cipta

Ansari, Bansu. 2009. Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh :

Pena

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).

Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Asmin dan Abil Mansyur. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan

Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.

Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya Untuk Kelas

VII SMP dan Mts. Jakarta: CV. Usaha Makmur

Fachrurrazi.2011.

Penerapan

Pembelajaran

Berbasis

Masalah

Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis

Siswa Sekolah Dasar, Forum Penelitian Edisi Khusus No. 1 :76-89

Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada

Isjoni. 2011.Cooperative Learning. Bandung : Alfabetha

Karno To. 1996. Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer

Anates). Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan IKIP Bandung

Khususwanto.2008.Model Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan

Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematik Siswa. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan

Milfayetty,dkk. 2015. Psikologi Pendidikan. Medan :PPs UNIMED

Sahat Saragih dan Rahmiyana.2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa SMA/MA Di Kecamatan Simpang Ulim Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Jurnal Kependidikan dan

Kebudayaan Vol.19 No.2 : 174-188

Sarwono,Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu

(29)

80

Siregar,Sofyian.2012. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan

Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta : Kencana Prenada

Situmorang,Manihir. 2011. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa

Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED. Medan: FMIPA UNIMED

Slameto, 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Slameto. 2013. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta

Slavin,R,E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa

Dua

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran inovatif dan Progresif. Jakarta :

Kencana Prenada Media Group

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta : Prestasi Pustaka

Gambar

Gambar 1.1. Contoh Jawaban Siswa 1
Gambar 1.3. Contoh Jawaban Siswa 3
Gambar 1.5. Contoh Jawaban Siswa 5

Referensi

Dokumen terkait

Bisa juga diartikan sebagai sistem ajaran (doktrin) dan praktek yang didasarkan pada sistem ke- percayaan seperti itu, atau sebagai kepercayaan akan keberadaan dan pengaruh

commit to user ª·· ÜßÚÌßÎ ×Í× Ø¿´¿³¿² ØßÔßÓßÒ ÖËÜËÔ

Untuk mengetahui tingkat efisiensi dalam penggunaan modal kerja pada KUD “Plongkowati Barat” Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan tahun 2003 sampai 2006 ditinjau dari

Faktor penting lain yang menjadi penghambat kegiatan usaha agroindustri perikanan yang dihadapi oleh wirausaha wanita di Kecamatan Cisolok dan Kecamatan Palabuhan Ratu

BorderStyle An enum erated data type describing the style of the border surrounding the control.. Legal values are:

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG.. KESEHATAN REPRODUKSI DI SEKOLAH MENENGAH TINGKAT

Ekstruder produk makanan ringan yang disebut sebagai ‘ 3rd generation snack ’ atau Pelet dan 3) Meat Chopper Extruder (MCE). Ketiga jenis alat ekstruder di atas hanya mempunyai

[r]