• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI GOTONG ROYONG DALAM TATAK TINTOA SERSER PADA MASYARAKAT PAKPAK BHARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI GOTONG ROYONG DALAM TATAK TINTOA SERSER PADA MASYARAKAT PAKPAK BHARAT."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI GOTONG ROYONG DALAM TATAK TINTOA

SERSER PADA MASYARAKAT PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

TRIJAYANTI SIREGAR

NIM. 2113142078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Trijayanti Siregar, NIM 2113142078. Skripsi, Nilai Gotong Royong Dalam Tatak Tintoa Serser Pada Masyarakat Pakpak Bharat. Medan Fakultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2016.

Masyarakat Pakpak menyebut istilah tari dengan kata Tatak. Tatak Tintoa Serser (mangirik page) menggambarkan pekerjaan memanen padi dari awal hingga akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengupas nilai gotong royong yang terkandung di dalam Tatak Tintoa Serser dilihat dari ragam geraknya.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengertian nilai dan teori solidaritas..

Waktu yang digunakan dalam penelitian untuk membahas Tatak Tintoa Serser dilakukan sejak Januari 2016 sampai Maret 2016. Tempat penelitian dilakukan di Desa Salak, Kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat. Populasi sekaligus sampel pada penelitian ini yaitu narasumber dan penari yang menguasai kebudayaan dan tari. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi, yang kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah nilai-nilai moral seperti nilai solidaritas dan nilai gotong royong yang tercermin melalui gerak yang tersusun dalam Tatak Tintoa Serser yaitu gerak Mangirik Page, gerak Manarsari, gerak Erserakan Page, gerak Mangumpulkan Page dan gerak Menjunjung Page.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan segala berkat kepada penulis, sehingga dapat melaksanakan

penulisan Skripsi ini dengan baik dengan judul “Nilai Gotong Royong Dalam Tatak Tintoa Serser Pada Masyarakat Pakpak Bharat”.

Tujuan dari Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan di jurusan Sendratasik Program Studi Tari Fakultas

Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Sebagai manusia yang memiliki

keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang

bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis juga mengalami berbagai

kesulitan. Namun berkat Doa dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan Skripsi ini. Disini penulis dengan segala kerendahan hati

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. IsdaPramuniati, M. Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

3. Uyuni Widiastuti, M. Pd, Ketua Jurusan Sendratasik.

4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Tari.

5. Drs. Inggit Prastiawan, M. Sn, Pembimbing I

6. Dra. Rr. RHD.Nugrahaningsih, M.Si, Pembimbing II

7. Irwansyah, M. Sn, Narasumber I

(8)

9. Seluruh Dosen Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Medan yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.

10. Kedua orang tua, Ayahanda tercinta Budiman Siregar dan Ibunda tercinta

Ropenna Naibaho yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan

kasih saying kepada penulis, baik moril maupun materil, motivasi, dan

Doa yang tiada hentinya demi kesuksesan penulis serta Keluarga besar

Siregar tercinta Leo Victori Johannes, Martha Magdalena, Melvawaty dan

Dumaris Febriani, terimakasih atas semangat, cinta, Doa, dan

dukungannya kepada penulis.

11. Erah Banurea, Narasumber, Penulis dan penari-penari Tatak Tintoa serser

di Desa Salak yang memberikan informasi dan membantu penulis dalam

menyelesaikan Skripsi ini.

12. Orang-orang terbaik penulis Fandi Leonard Sitorus, Eka Priatno Sinaga,

Fernando Manik, Christina Mariani, Morris Kembaren, Fitri maya Sari,

Kheli Selian, Elita Mandayarni, Ike Wilda Yusni dan teman-teman Prodi

Pendidikan Tari 2011 yang telah member motivasi dan bantuan pada

penulis.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak

yang turut membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2016

(9)

DAFTAR ISI

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Pengertian Nilai ... 11

2. Pengertian Gotong Royong ... 12

3. Teori Solidaritas ... 14

4. Tatak Tintoa Serser ... 15

5. Kerangka Konseptual ... 17

B. Bagan Kerangka Konseptual... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

A. Metodologi Penelitian ... 19

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

1. Lokasi Penelitian ... 20

2. Waktu Penelitian ... 20

C. Populasi dan Sampel ... 20

1. Populasi ... 20

2. Sampel ... 21

D. Teknik Pengumpulan Data ... 21

1. Observasi ... 22

2. Wawancara ... 22

3. Studi Pustaka ... 23

4. Dokumentasi ... 25

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 27

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27

1. Letak Geografis Kecamatan Salak ... 27

2. Mata pencaharian Masyarakat Pakpak ... 30

B. Ragam Gerak Tatak Tintoa Serser... 32

C. Nilai Gotong Royong dalam Tatak Tintoa Serser ... 42

BAB V PENUTUP ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51 GLOSARIUM

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 18

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Salak ... 27

Gambar 4.2 Tabel Ragam Gerak ... 32

Gambar 4.3 Gerak Mangirik Page... 44

Gambar 4.4 Gerak Manarsari ... 45

Gambar 4.5 Gerak Erserakan Page ... 46

Gambar 4.6 Gerak Mangumpulkan Page ... 47

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dan

memiliki penduduk dengan beraneka ragam suku. Suku Batak merupakan salah

satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

Suku Batak ini terbagi lagi menjadi beberapa bagian dengan adat istiadatnya

masing-masing, yaitu; Suku Batak Toba, Suku Mandailing/Angkola, Suku Karo,

Suku Pakpak, dan Suku Simalungun. Setiap suku yang ada di Sumatera Utara

memiliki khas Kebudayaannya masing-masing sebagai ciri suku tersebut.

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya

terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan

kemampuan-kemampuan yang didapat pada seseorang sebagai anggota

masyarakat.Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. (Soekanto,

1990: 171-172) menyatakan bahwa “Hasil karya seni dari setiap suku sangat

berbeda dan hasil karya seni tersebut mencerminkan kepribadian masyarakat

sebagai identitas suku tersebut”.

Wujud kebudayaan dibagi menjadi nilai budaya, sistem budaya, sistem

sosial, dan kebudayaan fisik. Nilai-nilai Budaya istilah ini merujuk kepada

penyebutan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari semua unsur

(14)

2

warga sejak usia dini, sehingga sukar diubah. Gagasan inilah yang kemudian

menghasilkan berbagai benda yang diciptakan oleh manusia berdasarkan

nilai-nilai, pikiran, dan tingkah laku nya. Sistem Budaya dalam wujud ini, kebudayaan

bersifat abstrak sehingga hanya dapat diketahui dan dipahami. Kebudayaan dalam

wujud ini juga berpola dan berdasarkan sistem-sistem tertentu. Sistem sosial

merupakan pola-pola tingkah laku manusia yang menggambarkan wujud tingkah

laku manusia yang dilakukan berdasarkan sistem. Kebudayaan dalam wujud ini

bersifat konkret sehingga dapat diabadikan. Kebudayaan fisik ini merupakan

wujud terbesar dan juga bersifat konkret. Misalnya bangunan megah seperti candi

Borobudur, benda-benda bergerak seperti kapal tangki, komputer, piring, gelas,

kancing baju dan lain-lain.

Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh

kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu. Suku Pakpak memiliki berbagai jenis

kesenian antara lain : Seni Musik, Seni Tari dan Seni Teater. Kesenian mengacu

pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan

keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang

mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai

dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks. Seni adalah

segala sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan dan

mampu membangkitkan perasaan orang lain. Kesenian tersebut menjadi salah satu

(15)

3

Emas, Tatak Mendedah, Tatak Muat Page, Tatak Garo-garo, Tatak Renggisa,

Tatak Balang Cikua, Tatak Tintoa Serser dan banyak lagi. Tarian tradisional

Pakpak sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Aktivitas masyarakat Pakpak adalah menanam Padi di Huma/di Ladang.

Mata pencaharian masyarakat Pakpak masih mengandalkan sistem pertanian yang

tertuju kepada macam-macam penghasilan yang diantaranya adalah bertani padi,

jagung, coklat, cabai dan lain-lain. Pada umumnya hasil pertanian yang sudah

lama ada di kabupaten ini adalah bertani kopi dan bertani padi. Hasil padi yang

telah di panen ini diperlukan untuk makanan sehari-hari. Kegiatan Bertani Pada

Masyarakat Pakpak dulunya dilakukan secara bersama dan menggunakan

peralatan yang masih sederhana dan peralatan seadanya. Dengan adanya

kesamaan dan kesatuan rasa serta biasanya ada hubungan kerabat dalam suatu

desa, membuat masyarakat yang tinggal di desa memiliki keintiman yang lebih

diantara masing-masing individu maupun rumah tangga dibandingkan dengan

masyarakat yang hidup di kota.

Masyarakat Pakpak menyebutkan istilah tari dengan istilah Tatak.

Sementara menari disebut Tumatak. Tatak Tintoa Serser menggambarkan tentang

bagaimana masyarakat Pakpak dalam bercocok tanam, mulai dari memanen padi,

mengirik, membersihkan dan membawa pulang hasil panen padi tersebut. Tatak

Tintoa Serser (mangirik page) tarian ini menggambarkan pekerjaan panen padi,

yaitu memisahkan bulir-bulir padi dari tangkainya. Hal ini dilakukan dengan cara

menginjak-injak padi yang masih melekat pada tungkainya dan hal ini tidak

(16)

4

lebih cepat selesainya. Aktivitas ini bagi masyarakat Pakpak dikenal dengan

istilah mangirik atau menerser. Tatak Tintoa serser diciptakan oleh Djauli Padang

Batang Hari pada Tahun 70an. Tarian ini diciptakan untuk menggambarkan

kebersamaan orang Pakpak dalam bertani. Tatak Tintoa Serser diamati dari gerak

tangan, kaki dan kepala yang mempunyai ciri khasnya sendiri. Dalam setiap

gerakannya mengandung nilai keindahan, nilai solidaritas dan nilai gotong

royong.

Solidaritas adalah rasa kebersamaan, rasa kesatuan, rasa kesetia kawanan

dan rasa simpati sebagai salah satu anggota dari kelas yang sama atau bisa di

artikan perasaan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang di bentuk oleh

kepentingan bersama. Ada pun nilai moral yang terkandung dalam solidaritas

diantaranya : tolong menolong, gotong-royong, kerjasama dan nilai kebersamaan.

Manfaat dari solidaritas adalah terjaganya rasa persaudaraan dan pertemanan

terhadap sesama, timbulnya rasa kepedulian terhadap teman dan keluarga, lebih

peka terhadap lingkungan sekitar serta terjalinnya kekompakan terhadap teman.

Lingkungan disekitar kita dapat mempengaruhi adanya rasa solidaritas

seperti bagaimana cara kita bergaul dan berteman di dalam lingkungan. Contoh

solidaritas dapat dilihat di dalam Tatak Tintoa Serser, ketika masyarakat

bersama-sama mengerjakan pekerjaan panen padi karena adanya rasa keberbersama-samaan dari

setiap orang yang ada pada lingkungan tersebut dan terjalinnya rasa kekompakan

(17)

5

Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti

bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Kata gotong

dapat diartikan dengan kata pikul atau angkat, Sedangkan royong dapat diartikan

bersama-sama. Gotong royong dapat diartikan sebagai suatu model kerjasama

yang disepakati bersama. Menurut Paranadji (2014:8) bahwa gotong royong

merupakan kekayaan adat-istiadat dan inti nilai modal sosial budaya bangsa, yang

di dalam nya terkandung nilai-nilai budaya (adat-istiadat) komposit sosio budaya

dari berbagai suku dan masyarakat yang tersebar diseluruh penjuru nusantara.

Kegiatan gotong royong biasa terjadi pada aktivitas pertanian, kegiatan sekitar

rumah tangga, kegiatan pesta, kegiatan perayaan dan pada peristiwa bencana

kematian.

Gotong royong adalah ciri bangsa Indonesia secara turun temurun,

sehingga keberadaanya harus dipertahankan. Pola seperti ini merupakan bentuk

nyata dari solidaritas mekanik yang terdapat dalam kehidupan masyarakat,

sehingga setiap warga yang terlibat di dalamnya memiliki hak untuk dibantu dan

berkewajiban untuk membantu, dengan kata lain di dalamnya terdapat azas timbal

balik. Adapun keuntungan adanya gotong royong ini yaitu pekerjaan menjadi

mudah dan ringan dibandingkan apabila dilakukan secara perorangan. Contoh

gotong royong dapat dilihat dalam Tatak Tintoa Serser yang dilakukan

bersama-sama dalam proses memanen padi dari awal hingga akhir.

Pada umumnya masyarakat desa adalah masyarakat yang hotorigen

(kompak) yang di ikat oleh satu sistem kekeluargaan, budaya yang sama, adat

(18)

6

gotong royong. Gotong Royong menggambarkan perilaku-perilaku masyarakat

pertanian desa yang bekerja untuk yang lainnya tanpa menerima upah, dan lebih

luas sebagai suatu tradisi yang mengakar bagi masyarakat. Tradisi gotong royong

bagi masyarakat desa masih bertahan dan gotong royong sebagai sebuah kekuatan

sosial atau solidaritas yang harus tetap ada dan di pertahankan. Tak terkecuali

bahwa pada masa-masa kritis seperti musim panen, musim kemarau, musim semi,

masyarakat desa tetap menjaga solidaritas dan kebersamaan yang di bangun

jarang sekali luntur, biarpun ada musim gagal panen atau musim kemarau yang

membuat satu dengan lainnnya saling membantu dan saling gotong royong.

Unsur gotong royong tersebut kadang terdiri dari aspek-aspek yang

terdiri karena rasa kekeluargaan, persamaan, nasib dan norma yang berlaku.

Gotong royong bagi masyarakat desa dapat diartikan sebagai aktivitas sosial.

Aktivitas sosila disini adalah, intraski sosial, prilaku sosial, dan solidaritas sosial

yang di bangun bersama-sama, namun dalam hal yang paling penting dalam

memaknainya solidaritas atau gotong royong antar sesama masyarakat desa adalah

menjadikannya sebagai filosofi dalam hidup yang menjadikan kehidupan bersama

sebagai aspek yang paling penting. Gotong royong adalah nilai yang menjadi

bagian dari budaya Indonesia, khusunya masyarakat desa bukan hanya menjadi

filosofi beberapa kelompok tertentu.

Nilai gotong royong bisa menjadi modal sosial dalam kehidupan

(19)

7

pikiran, dengan gotong royong masyarakat memiliki interaksi yang kuat dalam

proses bersawah, kebersamaan dan kepedulian menjadikan mereka

tolong-menolong.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji

lebih dalam mengenai nilai-nilai gotong royong yang terkandung di dalam Tatak

Tintoa Serser untuk ditulis dalam bentuk skripsi. Sejalan dengan hal tersebut,

maka penulis memilih judul kajian yaitu “Nilai Gotong Royong Dalam Tatak

Tintoa Serser pada Masyarakat Pakpak Bharat”.

B. Identifikasi Masalah

Tujuan dari identifikasi masalah sejalan dengan penelitian ilmiah yaitu

agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah sehingga cakupan masalah yang

dibahas tidak menjadi luas dan melebar. Hal ini sejalan dengan pendapat

Muhammad Ali (2002:49) yang menyatakan bahwa: “untuk mengkaji karya

ilmiah, sesuatu yang perlu diperhatikan adalah masalah penelitian sedapat

mungkin diusahakan tidak terlalu luas. Masalah yang luas akan menghasilkan

analisis yang sempit dan sebaiknya bila ruang lingkup masalah dipersempit, maka

dapat diharapkan analisis secara luas dan mendalam”.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, ada banyak hal yang

dapat diungkapkan dalam Tatak Tintoa Serser. Langkah pertama yang dilakukan

penulis yaitu merangkum pertanyaan-pertanyaan yang muncul dan

(20)

8

masalah tidak terlalu luas. Adapun identikasi masalah dari topik ini sebagai

berikut:

1. Bagaimana nilai gotong royong yang terkandung dalam Tatak Tintoa

Serser pada Masyarakat Pakpak Bharat?

2. Bagaimana interaksi sosial pada Masyarakat Pakpak Bharat?

C. Pembatasan Masalah

Adanya keterbatasan waktu, tenaga dan teori maka tidak semua masalah

identifikasi yang telah di identifikasi akan diteliti. Menurut pendapat Sumadi

(200:15) mengatakan bahwa “Dari masalah-masalah tersebut perlu dipilih salah

satu yang paling tepat untuk diteliti”. Berdasarakan pendapat diatas maka peneliti

membatasi masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana nilai gotong royong yang terkandung dalam Tatak Tintoa

Serser pada Masyarakat Pakpak Bharat?

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan salah satu titik fokus yang dibuat seorang

penulis pada sebuah penelitian. Karena penelitian merupakan permasalahan yang

untuk menemukan seuah jawaban akan kebenaran dari pernyataan. Dalam

perumusan masalah kita mampu untuk memperkecil batasan-batasan masalah

(21)

9

royong yang terkandung dalam Tatak Tintoa Serser pada Masyarakat Pakpak

Bharat?”.

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian memiliki tujuan penelitian agar mengetahuai

berhasil atau tidaknya penelitian tersebut. Tujuan dalam sebuah penelitian harus

jelas atau terarah agar menemukan pengetahuan, menguji kebenaran suatu

pengetahuan, adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adala “Mendeskripsikan

Bagaimana nilai gotong royong yang terkandung dalam Tatak Tintoa Serser pada

Masyarakat Pakpak Bharat?”.

F. Manfaat Penelitian

Hariwijaya dan Triton (2008:50) mengemukakan bahwa Manfaat

penelitian adalah apa yang di harapkan dari hasil penelitian tersebut dan manfaat

penelitian mencakup duahal yaitu kegunaan dalam pengembangan ilmu atau

manfaat dibidang teoritis dan manfaat dibidang praktik. Adapun manfaat dari

penelitian yaitu :

1. Sebagai masukan kepada penulis dalam menambah pengetahuan

wawasan mengenai Nilai gotong royong Tatak Tintoa Serser pada

Masyarakat Pakpak Bharat

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lainnya yang hendak

(22)

10

3. Sebagai sumber informasi tertulis mengenai nilai gotong royong pada

masyarakat Pakpak Bharat

4. Sebagai sumber informasi dan motivasi bagi setiap pembaca

khususnya masyarakat Pakpak Bharat agar tetap melestarikan

(23)

49

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan dilapangan dan penjelasan yang

sudah diuraikan mulai dari latar belakang hingga pembahasan, maka disimpulkan

keseluruhan terhadap Tatak Tintoa Serser di Pakpak Bharat sebagai berikut :

1. Tatak Tintoa Serserterdiri dari 9 ragam gerak yaitu : Ambe-ambe Tangan,

Ser-ser Makkat-akkat, Ambe-Ambe Tangan depan Perut, Mangirik Page,

Manarsari, Erserakan Page, Iangken Page, Mangumpukan Page dan

Menjunjug page.

2. Pesan yang disampaikan dalam setiap ragam gerak adalah bagaimana

sistem gotong royong berlaku, menghimbau dan mengikat masyarakat

pakpak dalam bertani sehingga melahirkan kesejahteraan dan kebahagiaan.

3. Nilai-nilai moral yang terdapat dalam Tatak Tintoa serser adalah nilai

solidaritas dan nilai gotong-royong. Kedua nilai ini saling berkaitan satu

dengan yang lain. Rasa solidaritas dan gotong-royong dalam tarian ini

(24)

50

B. SARAN

Dalam mendata dan menulis skripsi ini membutuhkan waktu dalam

observasi dan penelitian yang panjang, maka dapat diajukan beberapa saran antara

lain sebagai berikut :

1. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini masyarakat Pakpak untuk

menjaga, mengembangkan serta melestarikan tari-tarian yang berada pada

masyarakat Pakpak khususnya di Kecamatan Salak.

2. Kepada seniman di Kecamatan Salak diharapkan tetap terus menjaga Tatak

Tintoa Serser agar dapat dipublikasikan sehingga menjadi kesenian yang

tidak akan punah. Dengan mengajarkan tarian ini secara baik dan benar sesuai

aturan-aturan yang telah ada kepada generasi penerus.

3. Dengan mengingat kepedulian terhadap kesenian daerah, berarti telah

menyelamatkan anak cucu kita dari pengaruh budaya luar yang akan merusak

budaya sendiri.

4. Memperkenalkan warisan budaya kepada masyarakat luas adalah salah satu

wujud cara menghargai dan juga salah satu wujud kecintaan kita terhadap

(25)

51

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1992.Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineke Cipta.

Brahmana, Evariana, 2009, Analisis Nilai-Nilai Gotong-Royong, FISIP UPI, Yogyakarta.

Budiono, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya : Kartika.

Furchan. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Medan : Universitas Sumatrera Utara.

Hadi, Sumandiyo, 2005, Sosiologi Tari, Yogyakarta : Penerbit Pustaka.

Hidayat, AA. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data, Surabaya : Salemba Medika

Ihromi. (2000). Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia

Nurwani, 2014, Pengetahuan Seni Tari, Medan : Unimed Press.

Ringgas Maibang, 2015, Mengenal Etnis Pakpak Lebih Dekat, Medan.

Rochmadi, N. 2012. “Gotong Royong sebagai Common Identoty dalam

kehidupan bertetangga Negara-Negara Asean”. Malang. dalam jurnal universitas Negeri Malang.

Royce, Anya Peterson. (2007). The Antthropology of Dance. (F.X Widaryanto.Terjemahan). : First Midland. Buku asli diterbitkan Tahun 1980.

Sitti Rahmah, 2015, Pengantar Pengetahuan Seni Tradisional Pak-pak Dairi, Medan : Unimed Press

Sobur. 3003. “Nilai-nilai Gotong Royong dalam tari Mbuah Page (Analisis Semiotik Nilai-nilai Gotong Royong dalam tari Mbuah Page pada acara adat Merdang-Merdem di desa Perbesi Kecamatan Tigabinaga

Kabupaten Karo Sumatera Utara. Yogyakarta” dalam jurnal Ilmu Komunikasi FISIP UPN.

Soedarsono.(1972). Djawa Bali: Dua Pusat Perkembangan Dramaturgi Tradisionel di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuntitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

(26)

52

Sugiyono, (2011), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Sukamadinata. 2006. Pengendali Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen. Bandung : Refika Aditama.s

http://blogs.mervpolis.com/roller/adit/entry/masyarakat_perkotaan_dan_masyarak at_pedesaan

https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chromeinstant&ion=1&espv=2&ie=U TF-8#q=pengertian+nilai+sosial

http://www.smansax1-edu.com/2015/02/pengertian-interaksi-sosial-beserta.html.

http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-manfaat-dan-prinsip-terciptanya-solidaritas-lengkap/

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul, dapat diketahui bahwa nilai budaya yang terkandung dalam Tatak Mamuro terkait dalam tiga hal, adalah (1) terkait simbol

Untuk mengetahui nilai-nilai gotong-royong yang masih dilakukan dalam masyarakat petani padi sawah di Desa Sungai Siput, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai persatuan dan gotong royong. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

 Internalisasi nilai karakter gotong royong dalam membangun modal sosial melalui pembelajaran IPS dengan mediator guru, dan melalui praktik pengalaman melalui model

Bentuk asli dari gotong royong tersebut berisikan banyak kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan telah menjadi patron utama dalam mengukur tingkat kepekaan sosial masyarakat

Data yang diperoleh pada indikator ini yaitu menunjukkan bahwa kepala desa kurang berperan dalam pengawasan kegiatan gotong royong karena selama pelaksanaan

Gotong royong adalah bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, dan merupakan warisan budaya bangsa. Nilai dan perilaku gotong royong bagi masyarakat Indonesia sudah

mulai merambah kesekolah padahal sekolah sejatinya adalah sebuah benteng yang seharusnya menghalau hal tersebut tetapi faktanya sekolah juga mulai mengalami degradasi nilai gotong