NILAI GOTONG ROYONG DALAM TATAK TINTOA
SERSER PADA MASYARAKAT PAKPAK BHARAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
TRIJAYANTI SIREGAR
NIM. 2113142078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Trijayanti Siregar, NIM 2113142078. Skripsi, Nilai Gotong Royong Dalam Tatak Tintoa Serser Pada Masyarakat Pakpak Bharat. Medan Fakultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2016.
Masyarakat Pakpak menyebut istilah tari dengan kata Tatak. Tatak Tintoa Serser (mangirik page) menggambarkan pekerjaan memanen padi dari awal hingga akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengupas nilai gotong royong yang terkandung di dalam Tatak Tintoa Serser dilihat dari ragam geraknya.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengertian nilai dan teori solidaritas..
Waktu yang digunakan dalam penelitian untuk membahas Tatak Tintoa Serser dilakukan sejak Januari 2016 sampai Maret 2016. Tempat penelitian dilakukan di Desa Salak, Kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat. Populasi sekaligus sampel pada penelitian ini yaitu narasumber dan penari yang menguasai kebudayaan dan tari. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi, yang kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah nilai-nilai moral seperti nilai solidaritas dan nilai gotong royong yang tercermin melalui gerak yang tersusun dalam Tatak Tintoa Serser yaitu gerak Mangirik Page, gerak Manarsari, gerak Erserakan Page, gerak Mangumpulkan Page dan gerak Menjunjung Page.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala berkat kepada penulis, sehingga dapat melaksanakan
penulisan Skripsi ini dengan baik dengan judul “Nilai Gotong Royong Dalam Tatak Tintoa Serser Pada Masyarakat Pakpak Bharat”.
Tujuan dari Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan di jurusan Sendratasik Program Studi Tari Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Sebagai manusia yang memiliki
keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis juga mengalami berbagai
kesulitan. Namun berkat Doa dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini. Disini penulis dengan segala kerendahan hati
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. IsdaPramuniati, M. Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.
3. Uyuni Widiastuti, M. Pd, Ketua Jurusan Sendratasik.
4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Tari.
5. Drs. Inggit Prastiawan, M. Sn, Pembimbing I
6. Dra. Rr. RHD.Nugrahaningsih, M.Si, Pembimbing II
7. Irwansyah, M. Sn, Narasumber I
9. Seluruh Dosen Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.
10. Kedua orang tua, Ayahanda tercinta Budiman Siregar dan Ibunda tercinta
Ropenna Naibaho yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan
kasih saying kepada penulis, baik moril maupun materil, motivasi, dan
Doa yang tiada hentinya demi kesuksesan penulis serta Keluarga besar
Siregar tercinta Leo Victori Johannes, Martha Magdalena, Melvawaty dan
Dumaris Febriani, terimakasih atas semangat, cinta, Doa, dan
dukungannya kepada penulis.
11. Erah Banurea, Narasumber, Penulis dan penari-penari Tatak Tintoa serser
di Desa Salak yang memberikan informasi dan membantu penulis dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
12. Orang-orang terbaik penulis Fandi Leonard Sitorus, Eka Priatno Sinaga,
Fernando Manik, Christina Mariani, Morris Kembaren, Fitri maya Sari,
Kheli Selian, Elita Mandayarni, Ike Wilda Yusni dan teman-teman Prodi
Pendidikan Tari 2011 yang telah member motivasi dan bantuan pada
penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak
yang turut membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 2016
DAFTAR ISI
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 11
A. Landasan Teori ... 11
1. Pengertian Nilai ... 11
2. Pengertian Gotong Royong ... 12
3. Teori Solidaritas ... 14
4. Tatak Tintoa Serser ... 15
5. Kerangka Konseptual ... 17
B. Bagan Kerangka Konseptual... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19
A. Metodologi Penelitian ... 19
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20
1. Lokasi Penelitian ... 20
2. Waktu Penelitian ... 20
C. Populasi dan Sampel ... 20
1. Populasi ... 20
2. Sampel ... 21
D. Teknik Pengumpulan Data ... 21
1. Observasi ... 22
2. Wawancara ... 22
3. Studi Pustaka ... 23
4. Dokumentasi ... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 27
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27
1. Letak Geografis Kecamatan Salak ... 27
2. Mata pencaharian Masyarakat Pakpak ... 30
B. Ragam Gerak Tatak Tintoa Serser... 32
C. Nilai Gotong Royong dalam Tatak Tintoa Serser ... 42
BAB V PENUTUP ... 49
A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51 GLOSARIUM
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 18
Gambar 4.1 Peta Kecamatan Salak ... 27
Gambar 4.2 Tabel Ragam Gerak ... 32
Gambar 4.3 Gerak Mangirik Page... 44
Gambar 4.4 Gerak Manarsari ... 45
Gambar 4.5 Gerak Erserakan Page ... 46
Gambar 4.6 Gerak Mangumpulkan Page ... 47
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dan
memiliki penduduk dengan beraneka ragam suku. Suku Batak merupakan salah
satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.
Suku Batak ini terbagi lagi menjadi beberapa bagian dengan adat istiadatnya
masing-masing, yaitu; Suku Batak Toba, Suku Mandailing/Angkola, Suku Karo,
Suku Pakpak, dan Suku Simalungun. Setiap suku yang ada di Sumatera Utara
memiliki khas Kebudayaannya masing-masing sebagai ciri suku tersebut.
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan
kemampuan-kemampuan yang didapat pada seseorang sebagai anggota
masyarakat.Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. (Soekanto,
1990: 171-172) menyatakan bahwa “Hasil karya seni dari setiap suku sangat
berbeda dan hasil karya seni tersebut mencerminkan kepribadian masyarakat
sebagai identitas suku tersebut”.
Wujud kebudayaan dibagi menjadi nilai budaya, sistem budaya, sistem
sosial, dan kebudayaan fisik. Nilai-nilai Budaya istilah ini merujuk kepada
penyebutan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari semua unsur
2
warga sejak usia dini, sehingga sukar diubah. Gagasan inilah yang kemudian
menghasilkan berbagai benda yang diciptakan oleh manusia berdasarkan
nilai-nilai, pikiran, dan tingkah laku nya. Sistem Budaya dalam wujud ini, kebudayaan
bersifat abstrak sehingga hanya dapat diketahui dan dipahami. Kebudayaan dalam
wujud ini juga berpola dan berdasarkan sistem-sistem tertentu. Sistem sosial
merupakan pola-pola tingkah laku manusia yang menggambarkan wujud tingkah
laku manusia yang dilakukan berdasarkan sistem. Kebudayaan dalam wujud ini
bersifat konkret sehingga dapat diabadikan. Kebudayaan fisik ini merupakan
wujud terbesar dan juga bersifat konkret. Misalnya bangunan megah seperti candi
Borobudur, benda-benda bergerak seperti kapal tangki, komputer, piring, gelas,
kancing baju dan lain-lain.
Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu. Suku Pakpak memiliki berbagai jenis
kesenian antara lain : Seni Musik, Seni Tari dan Seni Teater. Kesenian mengacu
pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan
keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang
mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai
dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks. Seni adalah
segala sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan dan
mampu membangkitkan perasaan orang lain. Kesenian tersebut menjadi salah satu
3
Emas, Tatak Mendedah, Tatak Muat Page, Tatak Garo-garo, Tatak Renggisa,
Tatak Balang Cikua, Tatak Tintoa Serser dan banyak lagi. Tarian tradisional
Pakpak sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Aktivitas masyarakat Pakpak adalah menanam Padi di Huma/di Ladang.
Mata pencaharian masyarakat Pakpak masih mengandalkan sistem pertanian yang
tertuju kepada macam-macam penghasilan yang diantaranya adalah bertani padi,
jagung, coklat, cabai dan lain-lain. Pada umumnya hasil pertanian yang sudah
lama ada di kabupaten ini adalah bertani kopi dan bertani padi. Hasil padi yang
telah di panen ini diperlukan untuk makanan sehari-hari. Kegiatan Bertani Pada
Masyarakat Pakpak dulunya dilakukan secara bersama dan menggunakan
peralatan yang masih sederhana dan peralatan seadanya. Dengan adanya
kesamaan dan kesatuan rasa serta biasanya ada hubungan kerabat dalam suatu
desa, membuat masyarakat yang tinggal di desa memiliki keintiman yang lebih
diantara masing-masing individu maupun rumah tangga dibandingkan dengan
masyarakat yang hidup di kota.
Masyarakat Pakpak menyebutkan istilah tari dengan istilah Tatak.
Sementara menari disebut Tumatak. Tatak Tintoa Serser menggambarkan tentang
bagaimana masyarakat Pakpak dalam bercocok tanam, mulai dari memanen padi,
mengirik, membersihkan dan membawa pulang hasil panen padi tersebut. Tatak
Tintoa Serser (mangirik page) tarian ini menggambarkan pekerjaan panen padi,
yaitu memisahkan bulir-bulir padi dari tangkainya. Hal ini dilakukan dengan cara
menginjak-injak padi yang masih melekat pada tungkainya dan hal ini tidak
4
lebih cepat selesainya. Aktivitas ini bagi masyarakat Pakpak dikenal dengan
istilah mangirik atau menerser. Tatak Tintoa serser diciptakan oleh Djauli Padang
Batang Hari pada Tahun 70an. Tarian ini diciptakan untuk menggambarkan
kebersamaan orang Pakpak dalam bertani. Tatak Tintoa Serser diamati dari gerak
tangan, kaki dan kepala yang mempunyai ciri khasnya sendiri. Dalam setiap
gerakannya mengandung nilai keindahan, nilai solidaritas dan nilai gotong
royong.
Solidaritas adalah rasa kebersamaan, rasa kesatuan, rasa kesetia kawanan
dan rasa simpati sebagai salah satu anggota dari kelas yang sama atau bisa di
artikan perasaan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang di bentuk oleh
kepentingan bersama. Ada pun nilai moral yang terkandung dalam solidaritas
diantaranya : tolong menolong, gotong-royong, kerjasama dan nilai kebersamaan.
Manfaat dari solidaritas adalah terjaganya rasa persaudaraan dan pertemanan
terhadap sesama, timbulnya rasa kepedulian terhadap teman dan keluarga, lebih
peka terhadap lingkungan sekitar serta terjalinnya kekompakan terhadap teman.
Lingkungan disekitar kita dapat mempengaruhi adanya rasa solidaritas
seperti bagaimana cara kita bergaul dan berteman di dalam lingkungan. Contoh
solidaritas dapat dilihat di dalam Tatak Tintoa Serser, ketika masyarakat
bersama-sama mengerjakan pekerjaan panen padi karena adanya rasa keberbersama-samaan dari
setiap orang yang ada pada lingkungan tersebut dan terjalinnya rasa kekompakan
5
Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti
bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Kata gotong
dapat diartikan dengan kata pikul atau angkat, Sedangkan royong dapat diartikan
bersama-sama. Gotong royong dapat diartikan sebagai suatu model kerjasama
yang disepakati bersama. Menurut Paranadji (2014:8) bahwa gotong royong
merupakan kekayaan adat-istiadat dan inti nilai modal sosial budaya bangsa, yang
di dalam nya terkandung nilai-nilai budaya (adat-istiadat) komposit sosio budaya
dari berbagai suku dan masyarakat yang tersebar diseluruh penjuru nusantara.
Kegiatan gotong royong biasa terjadi pada aktivitas pertanian, kegiatan sekitar
rumah tangga, kegiatan pesta, kegiatan perayaan dan pada peristiwa bencana
kematian.
Gotong royong adalah ciri bangsa Indonesia secara turun temurun,
sehingga keberadaanya harus dipertahankan. Pola seperti ini merupakan bentuk
nyata dari solidaritas mekanik yang terdapat dalam kehidupan masyarakat,
sehingga setiap warga yang terlibat di dalamnya memiliki hak untuk dibantu dan
berkewajiban untuk membantu, dengan kata lain di dalamnya terdapat azas timbal
balik. Adapun keuntungan adanya gotong royong ini yaitu pekerjaan menjadi
mudah dan ringan dibandingkan apabila dilakukan secara perorangan. Contoh
gotong royong dapat dilihat dalam Tatak Tintoa Serser yang dilakukan
bersama-sama dalam proses memanen padi dari awal hingga akhir.
Pada umumnya masyarakat desa adalah masyarakat yang hotorigen
(kompak) yang di ikat oleh satu sistem kekeluargaan, budaya yang sama, adat
6
gotong royong. Gotong Royong menggambarkan perilaku-perilaku masyarakat
pertanian desa yang bekerja untuk yang lainnya tanpa menerima upah, dan lebih
luas sebagai suatu tradisi yang mengakar bagi masyarakat. Tradisi gotong royong
bagi masyarakat desa masih bertahan dan gotong royong sebagai sebuah kekuatan
sosial atau solidaritas yang harus tetap ada dan di pertahankan. Tak terkecuali
bahwa pada masa-masa kritis seperti musim panen, musim kemarau, musim semi,
masyarakat desa tetap menjaga solidaritas dan kebersamaan yang di bangun
jarang sekali luntur, biarpun ada musim gagal panen atau musim kemarau yang
membuat satu dengan lainnnya saling membantu dan saling gotong royong.
Unsur gotong royong tersebut kadang terdiri dari aspek-aspek yang
terdiri karena rasa kekeluargaan, persamaan, nasib dan norma yang berlaku.
Gotong royong bagi masyarakat desa dapat diartikan sebagai aktivitas sosial.
Aktivitas sosila disini adalah, intraski sosial, prilaku sosial, dan solidaritas sosial
yang di bangun bersama-sama, namun dalam hal yang paling penting dalam
memaknainya solidaritas atau gotong royong antar sesama masyarakat desa adalah
menjadikannya sebagai filosofi dalam hidup yang menjadikan kehidupan bersama
sebagai aspek yang paling penting. Gotong royong adalah nilai yang menjadi
bagian dari budaya Indonesia, khusunya masyarakat desa bukan hanya menjadi
filosofi beberapa kelompok tertentu.
Nilai gotong royong bisa menjadi modal sosial dalam kehidupan
7
pikiran, dengan gotong royong masyarakat memiliki interaksi yang kuat dalam
proses bersawah, kebersamaan dan kepedulian menjadikan mereka
tolong-menolong.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji
lebih dalam mengenai nilai-nilai gotong royong yang terkandung di dalam Tatak
Tintoa Serser untuk ditulis dalam bentuk skripsi. Sejalan dengan hal tersebut,
maka penulis memilih judul kajian yaitu “Nilai Gotong Royong Dalam Tatak
Tintoa Serser pada Masyarakat Pakpak Bharat”.
B. Identifikasi Masalah
Tujuan dari identifikasi masalah sejalan dengan penelitian ilmiah yaitu
agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah sehingga cakupan masalah yang
dibahas tidak menjadi luas dan melebar. Hal ini sejalan dengan pendapat
Muhammad Ali (2002:49) yang menyatakan bahwa: “untuk mengkaji karya
ilmiah, sesuatu yang perlu diperhatikan adalah masalah penelitian sedapat
mungkin diusahakan tidak terlalu luas. Masalah yang luas akan menghasilkan
analisis yang sempit dan sebaiknya bila ruang lingkup masalah dipersempit, maka
dapat diharapkan analisis secara luas dan mendalam”.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, ada banyak hal yang
dapat diungkapkan dalam Tatak Tintoa Serser. Langkah pertama yang dilakukan
penulis yaitu merangkum pertanyaan-pertanyaan yang muncul dan
8
masalah tidak terlalu luas. Adapun identikasi masalah dari topik ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana nilai gotong royong yang terkandung dalam Tatak Tintoa
Serser pada Masyarakat Pakpak Bharat?
2. Bagaimana interaksi sosial pada Masyarakat Pakpak Bharat?
C. Pembatasan Masalah
Adanya keterbatasan waktu, tenaga dan teori maka tidak semua masalah
identifikasi yang telah di identifikasi akan diteliti. Menurut pendapat Sumadi
(200:15) mengatakan bahwa “Dari masalah-masalah tersebut perlu dipilih salah
satu yang paling tepat untuk diteliti”. Berdasarakan pendapat diatas maka peneliti
membatasi masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana nilai gotong royong yang terkandung dalam Tatak Tintoa
Serser pada Masyarakat Pakpak Bharat?
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan salah satu titik fokus yang dibuat seorang
penulis pada sebuah penelitian. Karena penelitian merupakan permasalahan yang
untuk menemukan seuah jawaban akan kebenaran dari pernyataan. Dalam
perumusan masalah kita mampu untuk memperkecil batasan-batasan masalah
9
royong yang terkandung dalam Tatak Tintoa Serser pada Masyarakat Pakpak
Bharat?”.
E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian memiliki tujuan penelitian agar mengetahuai
berhasil atau tidaknya penelitian tersebut. Tujuan dalam sebuah penelitian harus
jelas atau terarah agar menemukan pengetahuan, menguji kebenaran suatu
pengetahuan, adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adala “Mendeskripsikan
Bagaimana nilai gotong royong yang terkandung dalam Tatak Tintoa Serser pada
Masyarakat Pakpak Bharat?”.
F. Manfaat Penelitian
Hariwijaya dan Triton (2008:50) mengemukakan bahwa Manfaat
penelitian adalah apa yang di harapkan dari hasil penelitian tersebut dan manfaat
penelitian mencakup duahal yaitu kegunaan dalam pengembangan ilmu atau
manfaat dibidang teoritis dan manfaat dibidang praktik. Adapun manfaat dari
penelitian yaitu :
1. Sebagai masukan kepada penulis dalam menambah pengetahuan
wawasan mengenai Nilai gotong royong Tatak Tintoa Serser pada
Masyarakat Pakpak Bharat
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lainnya yang hendak
10
3. Sebagai sumber informasi tertulis mengenai nilai gotong royong pada
masyarakat Pakpak Bharat
4. Sebagai sumber informasi dan motivasi bagi setiap pembaca
khususnya masyarakat Pakpak Bharat agar tetap melestarikan
49
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan dilapangan dan penjelasan yang
sudah diuraikan mulai dari latar belakang hingga pembahasan, maka disimpulkan
keseluruhan terhadap Tatak Tintoa Serser di Pakpak Bharat sebagai berikut :
1. Tatak Tintoa Serserterdiri dari 9 ragam gerak yaitu : Ambe-ambe Tangan,
Ser-ser Makkat-akkat, Ambe-Ambe Tangan depan Perut, Mangirik Page,
Manarsari, Erserakan Page, Iangken Page, Mangumpukan Page dan
Menjunjug page.
2. Pesan yang disampaikan dalam setiap ragam gerak adalah bagaimana
sistem gotong royong berlaku, menghimbau dan mengikat masyarakat
pakpak dalam bertani sehingga melahirkan kesejahteraan dan kebahagiaan.
3. Nilai-nilai moral yang terdapat dalam Tatak Tintoa serser adalah nilai
solidaritas dan nilai gotong-royong. Kedua nilai ini saling berkaitan satu
dengan yang lain. Rasa solidaritas dan gotong-royong dalam tarian ini
50
B. SARAN
Dalam mendata dan menulis skripsi ini membutuhkan waktu dalam
observasi dan penelitian yang panjang, maka dapat diajukan beberapa saran antara
lain sebagai berikut :
1. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini masyarakat Pakpak untuk
menjaga, mengembangkan serta melestarikan tari-tarian yang berada pada
masyarakat Pakpak khususnya di Kecamatan Salak.
2. Kepada seniman di Kecamatan Salak diharapkan tetap terus menjaga Tatak
Tintoa Serser agar dapat dipublikasikan sehingga menjadi kesenian yang
tidak akan punah. Dengan mengajarkan tarian ini secara baik dan benar sesuai
aturan-aturan yang telah ada kepada generasi penerus.
3. Dengan mengingat kepedulian terhadap kesenian daerah, berarti telah
menyelamatkan anak cucu kita dari pengaruh budaya luar yang akan merusak
budaya sendiri.
4. Memperkenalkan warisan budaya kepada masyarakat luas adalah salah satu
wujud cara menghargai dan juga salah satu wujud kecintaan kita terhadap
51
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 1992.Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineke Cipta.
Brahmana, Evariana, 2009, Analisis Nilai-Nilai Gotong-Royong, FISIP UPI, Yogyakarta.
Budiono, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya : Kartika.
Furchan. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Medan : Universitas Sumatrera Utara.
Hadi, Sumandiyo, 2005, Sosiologi Tari, Yogyakarta : Penerbit Pustaka.
Hidayat, AA. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data, Surabaya : Salemba Medika
Ihromi. (2000). Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia
Nurwani, 2014, Pengetahuan Seni Tari, Medan : Unimed Press.
Ringgas Maibang, 2015, Mengenal Etnis Pakpak Lebih Dekat, Medan.
Rochmadi, N. 2012. “Gotong Royong sebagai Common Identoty dalam
kehidupan bertetangga Negara-Negara Asean”. Malang. dalam jurnal universitas Negeri Malang.
Royce, Anya Peterson. (2007). The Antthropology of Dance. (F.X Widaryanto.Terjemahan). : First Midland. Buku asli diterbitkan Tahun 1980.
Sitti Rahmah, 2015, Pengantar Pengetahuan Seni Tradisional Pak-pak Dairi, Medan : Unimed Press
Sobur. 3003. “Nilai-nilai Gotong Royong dalam tari Mbuah Page (Analisis Semiotik Nilai-nilai Gotong Royong dalam tari Mbuah Page pada acara adat Merdang-Merdem di desa Perbesi Kecamatan Tigabinaga
Kabupaten Karo Sumatera Utara. Yogyakarta” dalam jurnal Ilmu Komunikasi FISIP UPN.
Soedarsono.(1972). Djawa Bali: Dua Pusat Perkembangan Dramaturgi Tradisionel di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuntitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
52
Sugiyono, (2011), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Sukamadinata. 2006. Pengendali Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen. Bandung : Refika Aditama.s
http://blogs.mervpolis.com/roller/adit/entry/masyarakat_perkotaan_dan_masyarak at_pedesaan
https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chromeinstant&ion=1&espv=2&ie=U TF-8#q=pengertian+nilai+sosial
http://www.smansax1-edu.com/2015/02/pengertian-interaksi-sosial-beserta.html.
http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-manfaat-dan-prinsip-terciptanya-solidaritas-lengkap/