ANALISIS EFISIENSI PADA BUMN PRIVATISASI
DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN
FUNGSI PRODUKSI COBB-DOUGLAS
TESIS
SY. NANI RAHMANI
067018065/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS EFISIENSI PADA BUMN PRIVATISASI
DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN
FUNGSI PRODUKSI COBB-DOUGLAS
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
SY. NANI RAHMANI
067018065/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS EFISIENSI PADA BUMN PRIVATISASI DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI COBB-DOUGLAS
Nama Mahasiswa : Sy. Nani Rahmani
Nomor Pokok : 067018065
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr. Dede Ruslan, M.Si.) (Drs. Rujiman, M.A.)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.)
TELAH DIUJI PADA
Tanggal : 14 Agustus 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Dede Ruslan, M.Si.
Anggota : 1. Drs. Rujiman, M.A.
ABSTRAK
Salah satu tujuan pemerintah menerapkan privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan, di samping untuk menutup defisit APBN. Dalam siaran pers RAPBN 2008, dinyatakan bahwa penyehatan dan peningkatan kinerja BUMN menjadi tujuan utama dilaksanakannya privatisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi BUMN setelah dilaksanakannya privatisasi dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu bagaimana pengaruh aset dan tenaga kerja terhadap output BUMN Privatisasi di Indonesia serta apakah terjadi efisiensi pada BUMN-BUMN tersebut. Analisis data dilakukan dengan cara analisis kuantitatif berupa pengolahan data yang diperoleh berdasarkan metoda statistik dengan menggunakan Eviews versi 4.1. Dalam pengolahan data digunakan regresi berganda Metoda Efek Tetap. Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Kementerian Negara BUMN. Jenis data adalah data panel yang merupakan gabungan dari data kurun waktu (time series) tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 dan data
cross section dari 10 BUMN yang telah diprivatisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aset dan tenaga kerja secara bersama-sama mempengaruhi output BUMN Privatisasi di Indonesia dan bernilai positif. Di antara kedua variabel bebas tersebut, aset merupakan variabel yang memberikan kontribusi paling besar terhadap output, yaitu sebesar 1,044117; sementara itu, tenaga kerja memberikan kontribusi sebesar 0,088502 terhadap output. BUMN Privatisasi yang mempunyai rata-rata perubahan output terbesar adalah PT. Kimia Farma Tbk., sedangkan BUMN yang mempunyai rata-rata perubahan output terkecil adalah PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk. Dengan menggunakan uji wald untuk mengetahui efisiensi, maka diperoleh hasil bahwa 10 BUMN yang diteliti berada dalam kondisi Constant Return to Scale. Hal ini berarti bahwa BUMN-BUMN tersebut berada pada keadaan efisien.
ABSTRACT
One of the objectives of government’s implementing State-Owned Enterprises (SOEs) privatization is to enhance the efficiency and productivity of the enterprises other than to fulfil deficit on State Budget of Revenue and Expenses. It is stated in the press release of 2008 State Budget of Revenue and Expenses Plan that SOEs’ health and improvement is the main goal of privatization.
The research is aimed to analyze the situation of SOEs after privatization by using Cobb-Douglas Production Function, namely how assets and labors effect the outputs of SOEs as well as whether or not the enterprises are efficient. Data analysis is conducted quantitatively, based on statistic method by using EViews version 4.1. with Fixed Effect Method. The data used in this research are secondary data from the State Ministry of SOEs. The type of data is pannel data which is combination of time series from 2001 to 2006 and cross section of 10 privatized SOEs.
The results of the research shows that assets and labors give positive impacts to outputs of privatized SOEs. Between the two independent variables, assets gives the biggest contribution to ouputs, that is 1,044117; meanwhile, labour’s contribution to output is 0,088502. Privatized SOEs which has the biggest average of output changing is PT. Kimia Farma Tbk., while the smallest one is achieved by PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk. By using wald test on efficiency, it is resulted that the 10 observed SOEs are in Constant Return to Scale. It means that the SOEs are in efficient situation.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis yang berjudul
“Analisis Efisiensi pada BUMN Privatisasi dengan Pendekatan Fungsi Produksi
Cobb-Douglas.” Tak lupa pula solawat dan salam penulis tujukan kepada nabi besar
hingga akhir zaman Rasulullah Muhammad SAW yang telah berjuang membawa
umat manusia kepada fitrah yang benar dan jalan yang diridhoi-Nya.
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Master
pada Program Pascasarjana Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan Universitas
Sumatera Utara. Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Hj. Yulidar dan Ayd. Alm. H. Sayyid
Rolam yang telah mengasuh dan membesarkan penulis dengan kasih sayang yang
tiada hingga. Demikian juga kepada suami tercinta, Muhammad Ramli, yang telah
memberikan dukungan dan motivasi yang begitu besar, juga kepada ananda Sabiq,
Aulia dan Adib yang menjadi motivator penulis dalam menyelesaikan tesis..
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si. selaku ketua komisi pembimbing yang telah
memberikan begitu banyak sumbangan tenaga, waktu dan pikiran bagi penulis dalam
penyusunan tesis ini. Terima kasih tak terhingga juga penulis sampaikan kepada
Bapak Drs. Rujiman, M.A. selaku anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan berbagai saran dan masukan serta kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini. Demikian pula ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu memberikan berbagai bentuk kontribusi bagi penulis,
khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K). selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara
4. Bapak/Ibu dosen yang telah menyumbangkan ilmunya, semoga berguna bagi
penulis dan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT
5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan
angkatan 11 yang telah memberi warna dalam kehidupan penulis selama di
kampus, khususnya kepada pak Wahid, kak Leni, Yudha yang telah banyak
memberikan sumbangan ilmu dan perhatiannya bagi penulis
6. Teman-teman di BKB Adzkia yang banyak membantu dalam proses penyelesaian
penulisan tesis
7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah membalas
kebaikan dengan berlipat ganda
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat
kekurangan. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan kontribusi yang bernilai bagi
kita semua. Amin.
Medan, September 2008
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Nama : Sy. Nani Rahmani
Tempat/Tanggal Lahir : Tembilahan, 10 Juni 1975
Alamat : Komp. Stella Residence M 10
Pekerjaan : PNS
Status : Menikah, 3 anak
Nama Suami : Muhammad Ramli
Nama Anak : Sabiq, Aulia, Adib
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 010 Kualalahang
2. SMPN 13 Padang
3. SMA Adabiah Padang
4. Sarjana Sastra Universitas Andalas
5. Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Ekonomi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN... 1
I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Rumusan Masalah ... 8
I.3. Tujuan Penelitian ... 8
I.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10
2.1. Tinjauan Teoritis Kepemilikan pada BUMN ... 10
2.2. Privatisasi di Indonesia ... 11
2.3. Tinjauan Ekonomi Privatisasi ... 14
2.4. Fungsi Produksi ... 16
2.5. Efisiensi ... 26
2.6. Penelitian Sebelumnya ... 29
2.7. Kerangka Penelitian ... 34
2.8. Hipotesis Penelitian... 35
BAB III METODE PENELITIAN... 36
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 36
3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 36
3.3. Model Analisis ... 36
3.4. Definisi Operasional ... 37
3.5. Metode Analisa Data ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1. Perkembangan BUMN... 41
4.2. Hasil Estimasi Output ... 62
4.3. Uji Signifikansi... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97
5.1. Kesimpulan . ... 97
5.2. Saran ... 97
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Perkembangan Kinerja PT. Semen Gresik Tbk ... 43
4.2 Perkembangan Kinerja PT. Timah Tbk ... 45
4.3 Perkembangan Kinerja PT. Telkom Tbk ... 48
4.4 Perkembangan Kinerja PT. BNI Tbk ... 50
4.5 Perkembangan Kinerja PT. Aneka Tambang Tbk ... 52
4.6 Perkembangan Kinerja PT. Pelindo 2 ... 53
4.7 Perkembangan Kinerja PT. Pelindo 3 ... 54
4.8 Perkembangan Kinerja PT. Kimia Farma Tbk ... 57
4.9 Perkembangan Kinerja PT. Indo Farma Tbk ... 60
4.10 Perkembangan Kinerja PT. Sucofindo. ... 62
4.11 Hasil Model Estimasi Output Pada BUMN Privatisasi di Indonesia .... 63
4.12 Uji Koefisein Wald ... 65
4.22 Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas ... 95
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 BUMN Laba Tahun 2000 s.d. 2006 ... 2
1.2 BUMN Rugi Tahun 2000 s.d. 2006 ... 3
2.1 Virtuous Funding Cycle ... 14
2.2 Kurva TP, MP, dan AP ... 19
2.3 Constant Return to Scale ... 23
2.4 Increasing Return to Scale ... 23
2.5 Decreasing Return to Scale ... 24
2.6 Teorema Amplop (Envelope Theorem) ... 27
2.7 Kurva LAC, Kasus Decreasing Return to Scale ... 27
2.8 Kurva LAC, Kasus Increasing Return to Scale ... 28
2.9 Kurva LAC, Kasus Constant Return to Scale ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Data Penelitian ... 102
2 Hasil Pengolahan Data dengan Metode Efek Tetap ... 103
3 Statistik Deskriptif ... 106
4 Matriks Marginal Productivity, Average Productivity dan Elastisitas Aset dan Labour BUMN... 109
5 Uji Multikolinieritas ... 110
6 Uji Heteroskedastisitas ... 112
7 Hasil Pengolahan Data dengan Metode OLS ... 113
8 Hasil Pengolahan Data dengan Metode Efek Random ... 115
9 Hasil Pengolahan Data Dengan Pertumbuhan (%) ... 116
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara umum, maksud dan tujuan pendirian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
terbagi atas dua, yaitu yang bersifat ekonomi dan yang bersifat sosial. Di bidang
ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk memberikan sumbangan bagi perekonomian
nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya, mengejar
keuntungan, serta menjadi perintis kegiatan-kegitan ekonomi yang belum dapat
dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi. Sedangkan di bidang sosial, BUMN
dimaksudkan untuk menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup
orang banyak serta turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Keberadaan BUMN diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat seperti yang diamanatkan dalam pasal 33
UUD 1945.
BUMN merupakan salah satu wujud tanggung jawab pemerintah untuk
memanfaatkan sumber-sumber perekonomian negara yang digunakan untuk
sebesar-besar kesejahteraan rakyat. BUMN juga dituntut untuk dapat menciptakan lapangan
kerja bagi masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar lokasi BUMN. Di
mitra kerja dalam mendukung kelancaran proses kegiatan usaha, yakni dengan
memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi yang berada di sekitar lokasi
BUMN.
Namun pada kenyataannya, perjalanan BUMN tidaklah semulus yang diharapkan.
Jika dilihat dari kinerja keuangan, banyak BUMN yang menghasilkan laba rendah,
bahkan merugi. Di bawah ini grafik perolehan laba/rugi BUMN dari tahun 2000
hingga 2006.
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun
(Sumber : Kementerian Negara BUMN, diolah)
-27.02
(Sumber : Kementerian Negara BUMN, diolah)
Gambar 1.2. BUMN Rugi Tahun 2000 s.d. 2006
Dari gambar 1.1 dan 1.2 yang berisi grafik BUMN laba/rugi tahun 2000 sampai
dengan 2006, terlihat perolehan laba meningkat secara tidak signifikan terjadi dari
tahun 2000 hingga 2002. Perolehan laba kemudian turun pada tahun 20003 dan
meningkat drastis hingga lebih dari 100% pada tahun 2004. Perolehan laba kembali
menurun pada tahun 2005, dan meningkat kembali pada tahun 2006. Sementara itu,
tahun 2000 merupakan masa dimana BUMN mengalami kerugian paling parah,
sedangkan tahun 2001 adalah tahun dimana BUMN mengalami keberhasilan terbaik
dalam meminimkan kerugiannya. Selanjutnya, data kerugian BUMN dari tahun 2002
Di samping kinerja keuangan, BUMN juga sering mendapat kritikan dalam hal
pelayanan terhadap konsumen yang dianggap masih jauh jika dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh swasta. Demikian pula tudingan bahwa
BUMN tidak efisien, akrab dengan korupsi, dan menjadi objek bisnis atau lebih
dikenal dengan istilah “sapi perah” para politisi.
Selanjutnya, pemerintah menerapkan berbagai kebijakan yang ditujukan untuk
memperbaiki kinerja BUMN. Muncul konsepsi pemanfaatan aset pemerintah melalui
korporatisasi atau kerjasama pemerintah-swasta dan restrukturisasi BUMN yang
menuju privatisasi BUMN untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas
perusahaan. Dengan menerapkan kebijakan restrukturisasi dan privatisasi, diharapkan
BUMN dapat meningkatkan kinerjanya sehingga menghasilkan lebih banyak
keuntungan untuk pembangunan negara dan rakyat Indonesia.
Di sisi lain, sejak tahun 2000, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan APBN
dengan sistem defisit (deficit budget). Kebijakan ini merupakan hasil dari
kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan lembaga keuangan internasional
seperti Dana Moneter Internasional (IMF), World Bank dan Asia Development Bank
(ADB). Dalam jangka pendek, dengan menerapkan sistem anggaran defisit ini
pemerintah akan memperoleh imbalan berupa pinjaman dari IMF, World Bank dan
ADB. Sedangkan tujuan jangka panjang dari penerapan sistem defisit pada APBN
adalah untuk memulihkan ekonomi Indonesia yang terpuruk akibat krisis ekonomi
Untuk menutup defisit anggaran, pemerintah melakukan berbagai program
financing melalui pembiayaan dalam negeri dan luar negeri. Pembiayaan dari dalam
negeri dilakukan di antaranya melalui program privatisasi BUMN. Dalam hal ini,
privatisasi BUMN lebih ditujukan untuk membiayai APBN yang defisit daripada
melakukan reformasi di tubuh BUMN. Selama tahun 2001 hingga 2006, BUMN yang
diprivatisasi adalah PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, PT Socfindo, PT
Telkom Tbk, PT Indosat Tbk, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, PT WNI, PT
Bank Mandiri Tbk, PT Indocement TP Tbk, PT BRI Tbk, PT PGN Tbk, PT
Pembangunan Perumahan dan PT Adhi Karya.
Hasil penjualan saham yang masuk ke dalam APBN tersebut kemudian habis
dipakai untuk pembiayaan pada tahun anggaran yang dimaksud. Dalam jangka
pendek, privatisasi BUMN dengan tujuan ini dapat mendatangkan cash. Akan tetapi
dalam jangka panjang dapat merugikan APBN karena berakibat pada pengurangan
penerimaan dividen pada tahun-tahun berikutnya karena saham pemerintah semakin
berkurang dan digantikan oleh swasta.
Berkurangnya saham pemerintah juga berakibat pada berkurangnya peran
pemerintah dalam mengambil keputusan di dalam tubuh BUMN, dimana pemerintah
akan mengurangi campur tangannya dalam kebijakan yang diambil BUMN. Situasi
ini dikhawatirkan akan membawa dampak negatif bagi rakyat dan negara Indonesia.
Kebijakan BUMN yang didominasi swasta akan lebih memihak pada golongan kuat
mengejar profit daripada misi sosial akan berakibat pada kenaikan harga-harga (dapat
dilihat dari hasil penelitian La Porta (1997) dan Saal & Parker (2001)). Efisiensi
perusahaan juga dikhawatirkan akan mengakibatkan pemutusan hubungan kerja bagi
karyawan-karyawan yang dianggap tidak efisien (dapat dilihat dari hasil penelitian
Baskar & Khan (1995), La Porta & Sinales (1999) dan Megginson & Netter (2001)).
Di samping itu, penjualan saham BUMN kepada investor asing dianggap sebagai
perbuatan yang tidak nasionalis. Akibatnya, muncul resistensi dari berbagai kalangan
terhadap privatisasi, baik dari lembaga legislatif, karyawan BUMN, maupun
masyarakat luas.
Sementara itu, dari sudut pandang perusahaan, privatisasi BUMN akan
menghasilkan tambahan modal yang berarti penambahan total aset perusahaan.
Bertambahnya modal memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan usahanya
sehingga menghasilkan peningkatan volume, penciptaan produk dan atau jenis usaha
yang pada akhirnya akan meningkatkan laba perusahaan. Privatisasi juga diharapkan
dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan melalui konsep
efisiensinya (dapat dilihat dari hasil penelitian Ehrlich et al. (1994) Namun, hasil
penelitian Frydman et al. (1999) menunjukkan hal yang berbeda, dimana privatisasi
yang dilaksanakan di Republik Chech, Hungaria dan Polandia tidak berakibat pada
berkurangnya biaya perusahaan.) Dengan kata lain, privatisasi berakibat pada
meningkatnya kinerja finansial dan operasional perusahaan (dapat dilihat dari hasil
Meskipun privatisasi BUMN selalu mengundang pro dan kontra. Sampai saat ini,
Komite Privatisasi BUMN telah menyetujui sejumlah BUMN untuk diprivatisasikan
pada tahun 2008, yaitu PTPN III, PTPN IV, PTPN VII, PT. Pembangunan
Perumahan, PT. Waskita Karya, PT. Krakatau Steel, PT. Sucofindo, PT. Kawasan
Industri Jakarta, PT. Jakarta Industry Real Estate, PT. Kawasan Industri Medan, PT.
Kawasan Industri Semarang, PT. Kawasan Industri Makassar, dan PT. Kawasan
Industri Surabaya. Dalam siaran pers RAPBN 2008, disebutkan bahwa privatisasi
dilakukan sebagai sumber pembiayaan anggaran. Namun, sumber pembiayaan dari
privatisasi dirancang pada tingkat yang cukup rendah karena pemerintah menyadari
bahwa privatisasi BUMN lebih penting ditujukan untuk penyehatan dan peningkatan
kinerja BUMN, bukan semata-mata untuk memenuhi pembiayaan defisit APBN.
Penelitian ini menitikberatkan pembahasan pada tujuan privatisasi sebagaimana
tercantum dalam siaran pers RAPBN 2008 di atas. Penyehatan dan peningkatan
kinerja BUMN menjadi tujuan utama dilaksanakannya privatisasi. Karena itu,
penelitian ini akan menganalisis efisiensi pada BUMN privatisasi di Indonesia. Untuk
mengetahui hal tersebut, penulis menerapkan teori produksi Cobb-Douglas dengan 1
variabel dependen dan 2 variabel independen. Variabel dependen
pendapatan/penjualan yang merupakan proxy dari output diukur dari pengaruh
variabel independen faktor-faktor produksi modal yang diproxy dari total aset dan
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang dikemukakan
dalam proposal penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh total aset terhadap output BUMN privatisasi di
Indonesia
2. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap output BUMN privatisasi
di Indonesia
3. Apakah terjadi efisiensi pada BUMN privatisasi di Indonesia
1.3. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Bagaimana pengaruh total aset terhadap output BUMN privatisasi di
Indonesia
2. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap output BUMN privatisasi
di Indonesia
3. Apakah terjadi efisiensi pada BUMN privatisasi di Indonesia
1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi
pemerintah sebagai lembaga eksekutif maupun DPR sebagai lembaga
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas
kebijakan program privatisasi BUMN di Indonesia sehingga tujuan privatisasi
BUMN dapat tercapai sesuai dengan yang seharusnya.
2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis Kepemilikan pada BUMN
Okten dan Arin (2003) mengemukakan dua pandangan tentang ekonomi
kepemilikan dan peran kepemilikan pemerintah terhadap sumber-sumber produktif,
yaitu :
1. Pandangan Sosial (The Social View)
Menurut pandangan sosial, Badan-Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
mampu mengatasi masalah kegagalan pasar dengan melaksanakan kebijakan
harga yang memperhitungkan biaya marjinal sosial dan keuntungan produksi.
Dalam pandangan ini, perusahaan swasta akan memaksimumkan keuntungan,
sedangkan BUMN akan memaksimumkan kesejahteraan sosial. Pada pasar
monopoli, maksimalisasi keuntungan akan mengakibatkan harga yang sangat
tinggi dan kuantitas yang rendah. Ketidakefisienan ini dapat diatasi dengan
kepemilikan pemerintah pada perusahaan. Selain itu, pandangan sosial juga
memperkirakan bahwa BUMN akan memilih penggunaan teknologi secara
efisien.
2. Pandangan Agensi (The Agency View)
Pandangan agensi menyatakan bahwa para manajer BUMN mungkin
kekurangan insentif dan pengawasan. Di samping itu, interfensi politik didalam
buruknya pilihan produk dan lokasi, kurangnya investasi dan buruknya
penentuan insentif bagi para manajer. BUMN juga akan menggunakan teknologi
yang tidak efisien dan menggunakan modal secara berlebihan. Dari segi efisiensi
alokasi, pandangan agensi memperkirakan bahwa jika terjadi tingkat persaingan
yang wajar, maka privatisasi akan mengakibatkan peningkatan efisiensi alokasi
karena perusahaan meningkatkan produktifitasnya setelah privatisasi. Dalam hal
ini, perusahaan akan memberikan harga yang kompetitif.
2.2. Privatisasi di Indonesia
Berdasarkan pengalaman internasional, privatisasi BUMN dilakukan atas dua
alasan. Pertama, untuk mengurangi defisit fiskal dan atau menutupi
kewajiban-kewajiban (hutang-hutang) pemerintah yang jatuh tempo, dan kedua, untuk
mendorong kinerja ekonomi makro atau efisiensi makro (Ika, 2002).
Demikian pula yang terjadi di Indonesia. Pembiayaan defisit anggaran yang
bersumber dari privatisasi BUMN telah dilaksanakan pemerintah Indonesia sejak
tahun 2000. Ini merupakan tujuan jangka pendek, dimana dana hasil privatisasi akan
habis digunakan untuk pembiayaan pada tahun yang bersangkutan. Meskipun
demikian dalam perspektif jangka panjang, Indonesia menetapkan tujuan privatisasi
dalam rangka efisiensi makro ekonomi. Ini dapat dilihat dari pengertian privatisasi
yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Persero (Persero). PP Nomor
sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka peningkatan kinerja dan
nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta
memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat”.
Menurut Mahmudin Yasin (2002), ada tiga alasan utama mengapa restrukturisasi
dan privatisasi BUMN di Indonesia perlu dilaksanakan dengan segera, yaitu :
1. Perbaikan kinerja BUMN dan peningkatan value
Pengalaman privatisasi di berbagai negara menunjukkan bahwa pemilik baru
dari sebuah BUMN lazimnya melakukan perbaikan secara lebih efektif
mengingat adanya modal, teknologi, keahlian dan/atau jaringan pemasaran yang
baru. Hal ini akan meningkatkan daya saing BUMN terhadap perusahaan swasta
dan meningkatkan laba. Selanjutnya, BUMN akan mampu melakukan ekspansi
usaha baik menggunakan sumber dana internal (laba ditahan) maupun melalui
hutang-hutang komersial tanpa mengharapkan bantuan pendanaan pemerintah.
2. Mendorong terbentuknya good governance (perusahaan yang sehat,
transparan dan akuntabel serta pemerintahan yang efektif)
Privatisasi menjadi salah satu mesin pendorong bagi pembentukan
pemerintahan yang efektif sehingga tugas-tugas pemerintahan yang berkaitan
dengan dunia usaha akan lebih terfokus, efisien dan ditekankan pada perancangan
dan penyempurnaan regulasi tingkat sektoral serta penetapan kebijakan sektor
3. Mengurangi beban negara
Negara tidak sanggup untuk memiliki persero dengan biaya tinggi atau tidak
efisien, terutama persero yang bidang usahanya adalah kompetitif dan dapat
dikelola lebih baik oleh swasta. Privatisasi adalah bagian dari reformasi struktural
yang akan mendorong bangsa Indonesia keluar dari resesi saat ini, terutama
dengan penyerahan pengelolaan sektor-sektor yang tidak menyangkut hajat hidup
orang banyak.
Dengan demikian, beralihnya fokus peranan pengelolaan pelayanan dari pihak
pemerintah kepada pihak swasta diasumsikan akan meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber daya. Pada saat itu, akan berlangsung mekanisme pasar.
Meningkatnya akses pasar akan mampu meningkatkan arus kas perusahaan, sehingga
perusahaan mampu memenuhi permintaan pasar serta mampu memproduksi barang
dan jasa yang berkualitas, sebagaimana diperlihatkan gambar 2.1.
Pada Gambar 2.1 dapat dilihat lingkaran pengaruh positif privatisasi melalui
metode Private Placement dengan perusahaan yang berpengalaman. Dengan
privatisasi, BUMN akan memiliki modal kuat yang memadai untuk memenuhi target
dan insentif. Adanya investasi dan penggunaan teknologi baru akan membuat BUMN
lebih kompetitif dengan meningkatkan kualitas produk serta memperluas jaringan
pasar. Melalui privatisasi akan terjadi transfer teknologi dari investor baru yang dapat
dimanfaatkan dalam proses produksi sehingga perusahaan dapat menghasilkan
kompetitif. Perusahaan akan mampu memenuhi permintaan pasar sehingga
memperoleh keuntungan yang besar, dan kembali memiliki modal yang kuat.
Sound Regulatory Framework
+. Incentives for Investment +. Transparency Policy Align +. Copany Incentives to
National Goals
Domestic and Internasional IPO with Private Placement with Experienced Company
Covenant for meeting targets and incentives linked to investments, lower prices and
new technology services
Gambar 2.1. Virtuous Funding Cyrcle
2.3. Tinjauan Ekonomi Privatisasi
Kajian tentang privatisasi sering dihubungkan dengan 2 aspek, yaitu aspek
efisiensi dan aspek distribusi pendapatan. Ika (2002) mengemukakan bahwa isu
dari teori sistem harga pada pasar persaingan sempurna. Dalam pasar persaingan
sempurna, keseimbangan pasar dapat dilihat dari sisi konsumen (maksimalisasi
kegunaan) dan sisi produsen (maksimalisasi laba).
Dalam memaksimalkan laba, perusahaan harus memilih kombinasi input yang
paling menguntungkan untuk memproduksi output. Dalam hal ini, menurut Pindick
dan Rubinfeld, perusahaan dapat menggunakan salah satu dari dua metode optimasi
dengan kendala, yaitu :
1. Maksimalisasi output dengan kendala biaya; artinya, dengan jumlah input
tertentu diperoleh output sebanyak mungkin.
Max f (x) subject to i Wi Xi = C
Y = f (x)
dimana
Y = Output
Xi = Input i
Wi = Harga input i i Wi Xi = C = Persamaan biaya
2. Minimalisasi biaya dengan kendala output; artinya, dengan menggunakan
input sesedikit mungkin untuk menghasilkan sejumlah output tertentu.
Min i Wi Xi subject to f (x) = Y
Kombinasi input yang optimal untuk menghasilkan output Y dengan harga
input W dapat diperoleh dengan menyelesaikan minimalisasi biaya dengan
Xi* = gi (Y,W)
C (Y,W) = i Wi gi = (Y,W)
dimana Xi* adalah input optimal yang merupakan fungsi dari Y dan W.
Ketika hal ini berlangsung tanpa ada unsur eksternalitas, efisiensi akan tercapai
jika sumber-sumber diserahkan kepada pasar. Sebaliknya, unsur eksternalitas di sisi
konsumen dan atau produsen akan mengakibatkan terjadinya kegagalan pasar. Ketika
hal ini terjadi, peran pemerintah diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang
diperlukan. Sementara itu, privatisasi merupakan jawaban dari kegagalan pemerintah
dalam menyediakan barang dan jasa.
2.4. Fungsi Produksi
Fungsi produksi pada suatu perusahaan menggambarkan hubungan antara jumlah
keluaran (output) dengan variabel masukan (input) pada suatu waktu tertentu di
perusahaan tersebut. Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3, ... , Xn)
dimana
Y = Output
X1 = Input ke–1
X2 = Input ke-2
X3 = Input ke-3
Menurut Nicholson (2005), fungsi produksi tersebut memiliki asumsi-asumsi
yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Nilai input (X1, X2, X3, ... , Xn) dan output (Q) adalah positif (non negative
values).
2. Kuantitas dari input tetap (fixed input) sudah tertentu jumlahnya dan tidak
dapat diubah oleh industri selama periode tertentu.
3. Industri dapat memilih dan menggunakan berbagai kombinasi dari input X1,
X2 dan X3 untuk dapat memproduksi tingkat output tertentu, dan jumlah dari
kombinasi ini adalah tidak terbatas.
4. Teknologi dalam industri adalah semua informasi teknik tentang semua
kombinasi input untuk memproduksi output. Teknologi menyatakan bahwa
semua kombinasi input X1, X2 dan X3 dapat dilaksanakan dengan berbagai
cara dan karenanya dapat menghasilkan tingkat output yang berbeda-beda.
Fungsi produksi di atas dapat dispesifikasi lebih lanjut dalam bentuk fungsi
produksi
Q = f (K,L)
dimana
Q = output
K = input modal
L = input tenaga kerja
Dari fungsi produksi di atas, dapat dihitung total produksi yang dihasilkan (TP =
(Marginal Physical Product /MP) dan rata-rata output yang dihasilkan per unit faktor
produksi (Average Physical Product /AP).
Jika diasumsikan bahwa salah satu input adalah konstan dalam jangka pendek,
fungsi produksi dapat disederhanakan. Diumpamakan input modal dianggap konstan,
maka fungsi produksinya menjadi
Q = TP = f (L)
Secara matematis TP akan maksimum jika turunan pertama dari fungsi nilainya
sama dengan nol. Turunan TP adalah MP, maka TP maksimum pada saat MP sama
dengan nol.
MPL = TP’= dL dTP
Perusahaan dapat menambah jumlah tenaga kerja selama MP > 0. Jika MP < 0,
penambahan tenaga kerja justru mengurangi produksi total. Penurunan nilai MP
merupakan indikasi terjadinya the Law of Diminishing Return (LDR).
Sementara itu, AP akan maksimum pada saat AP’ = 0. Ini terjadi pada saat AP =
MP, dan MP akan memotong AP pada saat nilai AP maksimum.
APL = TP/L
Ini merupakan prinsip umum dalam menganalisis proses alokasi faktor produksi
19
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja 8
3 4
0
Tahap I Tahap II Tahap III
AP
MP
3 4 9
Output
1 2 10 5 6 7 8
MP maks
MP = 0
TP
0
Output
(Sumber : Rahardja dan Manurung)
Gambar 2.2 menunjukkan 3 tahapan dalam proses produksi suatu perusahaan.
Tahap I terjadi sampai pada saat kondisi AP maksimum. Pada tahap ini, penambahan
tenaga kerja akan meningkatkan produksi total maupun produksi rata-rata. Karena itu,
hasil yang diperoleh dari tenaga kerja masih jauh lebih besar dari pada tambahan
upah yang harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika berhenti berproduksi pada tahap
ini.
Pada tahap II, karena berlakunya LDR, baik produksi marginal maupun produksi
rata-rata mengalami penurunan. Namun nilai keduanya masih positif. Penambahan
tenaga kerja akan menambah produksi total sampai mencapai nilai maksimum.
Sedangkan pada tahap III, perusahaan tidak mungkin melanjutkan produksi lagi
karena penambahan tenaga kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan akan
mengalami kerugian. Oleh karena itu, perusahaan akan berproduksi pada tahap II.
2.4.1. Fungsi produksi Cobb-Douglas
Fungsi produksi dapat dispesifikasi dalam bentuk fungsi produksi
Cobb-Douglas. Fungsi ini dapat ditunjukkan dalam persamaan berikut :
Y = A K L ... (1)
dimana
Y = output
A = koefisien teknologi
K = input modal
= elastisitas input modal
= elastisitas input tenaga kerja
Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), dengan menggunakan fungsi
produksi Cobb-Douglas dapat diketahui beberapa hal yang sangat penting, antara
lain :
1. Marginal Physical Product dari masing-masing input, yaitu perubahan
pada output sebagai akibat perubahan-perubahan pada input. Pemahaman
tentang Marginal Physical Product penting untuk mengetahui
produktifitas masing-masing input.
Marginal Physical Product (MP) dapat diketahui melalui turunan fungsi
produksi. Jika fungsi produksi Cobb-Douglas yang digunakan adalah
Y = A K L
MP dari kapital (Marginal Physical Product of Capital/MPK) diperoleh
dengan menghitung turunan fungsi tersebut, yaitu :
dK
dan MP dari tenaga kerja (Marginal Physical Product of Labor/MPL)
2. Elastisitas output dari masing-masing faktor input, yaitu perubahan
persentase dari output sebagai akibat perubahan persentase dari faktor
input. Parameter ini sangat penting, terutama dalam usaha mengadakan
perbaikan dari proses produksi atau efisiensi dan juga untuk meramalkan,
misalnya dampak-dampak perubahan-perubahan dari faktor-faktor input.
Dengan kata lain, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat menjelaskan
kondisi return to scale. Return to scale dapat diperoleh melalui
penjumlahan elastisitas substitusi. Jika + = 1 berarti constant return to
scale, jika + < 1, berarti decreasing return to scale, jika + > 1,
berarti increasing return to scale.
Dalam persamaan, jika input dinaikkan dua kali lipat, maka :
Dalam grafik dapat dilihat kondisi return to scale sebagai berikut :
(Sumber : Joesron dan Fathorrozi)
Gambar 2.3 : Constant Return to Scale
Constant return to scale terjadi jika persentase pertambahan kuantitas
produksi sama besarnya dengan persentase pertambahan kuantitas
faktor-faktor produksi (oa = ab)
(Sumber : Joesron dan Fathorrozi)
Increasing return to scale terjadi jika persentase pertambahan kuantitas
produksi lebih besar dari persentase pertambahan kuantitas faktor-faktor
produksi.
(Sumber : Joesron dan Fathorrozi)
Gambar 2.5 : Decreasing Return to Scale
Decreasing return to scale terjadi jika persentase pertambahan kuantitas
produksi lebih kecil dari persentase pertambahan kuantitas faktor-faktor
produksi.
3. Bagian dari faktor input, yaitu tenaga kerja dan modal diketahui. Hal ini
sangat penting karena setiap proses produksi mempunyai dampak yang
berbeda-beda terhadap bagian-bagian tersebut. Dengan pengetahuan
mengenai bagian-bagian dari input juga kita dapat mengetahui sejauh
Dengan kata lain, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat menjelaskan
elastisitas input. Elastisitas input modal diperoleh melalui persamaan :
Elastisitas Q
Dengan mensubstitusikan nilai dQ/dK pada persamaan (2) ke persamaan
(4), diperoleh persamaan :
Elastisitas K = α =α
Dengan cara yang sama, diperoleh persamaan untuk elastisitas tenaga
kerja, yaitu :
Dari persamaan di atas, diketahui bahwa koefisien regresi dari fungsi
produksi Cobb-Douglas adalah sama dengan elastisitas inputnya.
Elastisitas input berfungsi untuk menjelaskan input mana yang lebih
elastis di antara input-input yang digunakan. Di samping itu, nilai
elastisitas juga menjelaskan intensitas faktor produksi. Jika > , berarti
proses produksi lebih bersifat padat modal. Sebaliknya, jika > , berarti
2.5. Efisiensi
Dalam mencapai keseimbangannya, produsen selalu berdasarkan prinsip efisiensi,
yaitu maksimalisasi output (output maximization) atau minimalisasi biaya (cost
minimization). Prinsip maksimalisasi output menyatakan bahwa dengan anggaran
yang sudah ditentukan, dicapai output maksimum. Sedangkan prinsip minimalisasi
biaya menyatakan target output yang sudah ditetapkan harus dicapai dengan biaya
minimum.
Keputusan tingkat produksi senantiasa berkaitan dengan tingkat produktifitas
faktor-faktor produksi yang digunakan. Produktifitas yang tinggi menyebabkan
tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah. Dalam
jangka panjang, perusahaan akan lebih mudah meningkatkan produktifitas di banding
jangka pendek. Itu sebabnya ada perusahaan yang mampu menekan biaya produksi
sehingga tiap tahun biaya produksi per unit makin rendah.
Di samping itu, dalam jangka panjang, perusahaan memiliki kemampuan untuk
menambah atau mengurangi jumlah pabrik sesuai dengan tingkat produksi yang
direncanakan. Kemampuan tersebut memungkinkan perusahaan beroperasi dengan
biaya rata-rata yang minimum pada berbagai tingkat produksi. Hal ini dapat
digambarkan dalam kurva pada Gambar 2.6..
Gambar 2.6 menunjukkan titik-titik biaya rata-rata minimum pada berbagai
tingkat produksi. Dalam teori mikroekonomi, ini disebut kurva amplop. Kurva ini
Besarnya biaya per unit minimum ditunjukkan oleh garis LAC yang bersinggungan
dengan kurva-kurva biaya rata-rata jangka pendek (short run average cost/SAC).
0 X2 X3 Kuatitas
C1
C2 Biaya
SAC1
SAC2 SAC3
LAC
X1
(Sumber : Rahardja dan Manurung)
Gambar 2.6 : Teorema Amplop (Envelope Theorem)
Menurut Rahardja dan Manurung (2006), ada tiga kemungkinan sudut
kemiringan kurva LAC seperti yang ditunjukkan gambar 2.7, 2.8 dan 2.9 .
LAC
Kuantitas X1
0 Biaya
(Sumber : Rahardja dan Manurung)
0 Biaya
X1
LAC
Kuantitas
(Sumber : Rahardja dan Manurung)
Gambar 2.8 : Kurva LAC, Kasus Increasing Return to Scale
LAC = LMC
0 Biaya
Kuantitas SAC3
SMC3
SMC1 SAC
1 SMC2 SAC2
(Sumber : Rahardja dan Manurung)
Gambar 2.9 : Kurva LAC, Kasus Constant Return to Scale
Gambar 2.7 menunjukkan sudut kemiringan LAC mengarah ke kanan atas. Ini
terjadi karena terlalu cepat terjadinya hukum LDR, segingga setelah titik x1
perusahaan mengalami skala produksi tidak ekonomis. Kurva LAC seperti ini bisa
Sedangkan gambar 2.8 menunujukkan sudut kemiringan LAC ke kiri bawah.
Perusahaan mengalami inefisiensi, sehingga skala produksi tidak ekonomis lagi pada
saat jumlah produksi sudah sangat besar. Kurva LAC seperti ini terjadi bila fungsi
produksi perusahaan memiliki karakter Increasing Return to Scale.
Selanjutnya, gambar 2.9 menunjukkan kurva LAC yang berbentuk garis lurus
sejajar sumbu horizontal. Ini disebabkan karena kurva-kurva SAC sama dan
sebangun. Kurva LAC sama dengan kurva LMC (long run marginal cost) karena
kurva-kurva SMC (short run marginal cost) sejajar dan sebangun. Kurva LAC seperti
ini terjadi bila fungsi produksi perusahaan memiliki karakter Constant Return to
Scale.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efisiensi perusahaan terjadi pada
saat fungsi produksi perusahaan tersebut memiliki karakter Constant Return to Scale.
2.6. Penelitian Sebelumnya
2.6.1. Penelitian tentang Efisiensi
2.6.1.1. Penelitian Mushunje, Belete dan Freser
Mushunje, Belete dan Freser (2003) melakukan penelitian tentang
Efisiensi Teknis pada Petani di Zimbabwe. Model stochastic frontier
funtion dari Cobb-Douglas digunakan untuk menentukan efisiensi teknis
dari 44 kelompok petani kapas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah, tenaga kerja dan pestisida
penelitian juga menunjukkan bahwa ukuran tanah secara signifikan
mempengaruhi inefisiensi teknis dari produksi. Diasumsikan bahwa para
petani menjalankan pertanian skala kecil dan tidak memiliki sumber daya
yang cukup untuk memproduksi kapas dengan efisiensi teknis. Ada
perbedaan yang besar antara petani yang sangat rendah dalam kinerja
efisiensi teknisnya (22,2%) dan petani yang efisiensi teknisnya tinggi
(99%).
2.6.1.2. Penelitian Sukiyono
Sukiyono (2005) meneliti faktor penentu tingkat efisiensi teknik
usahatani cabai merah di kecamatan Selupu Rejang, kabupaten Rejang
Lebong. Dalam penelitian ini, digunakan fungsi produksi frontier dan
diduga dengan menggunakan metode MLE dengan mengasumsikan
Cobb-Douglas adalah bentik fungsional fungsi produksi frontier. Jumlah
responden 60 orang dipilih secara acak dengan metode acak sederhana.
Hasil dugaan fungsi produksi menunjukkan bahwa sebagian besar
peubah yang diikutsertakan dalam model, yaitu jumlah benih, jumlah
pupuk TSP, KCl, pupuk kandang, tenaga kerja luas area dan pestisida
adalah signifikan dan mempunyai tanda sesuai harapan, kecuali peubah
TSP dan tenaga kerja yang mempunyai tanda negatif. Penelitian juga
menemukan bahwa petani mempunyai efisiensi teknik antara 7% hingga
99% dengan rata-rata 65%. Hasil penelitian juga menemukan bahwa lama
sementara ukuran usahatani tidak meskipun mempunyai tanda positif.
Lebih lanjut, faktor umur dan pengalaman petani mempunyai tanda negatif
dan bukan merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat efisiensi
teknik yang diperoleh petani.
2.6.2. Penelitian tentang Privatisasi
2.6.2.1. Penelitian Brown dan Earle
Brown dan Earle (2001) melakukan penelitian mengenai pengaruh
privatisasi terhadap produktifitas di Ukraina dengan menggunakan fungsi
produksi Cobb-Douglas. Data yang digunakan adalah data panel
perusahaan manufaktur dari tahun 1989 sampai dengan 2005. Analisis
data dilakukan dengan 3 model, yaitu Ordinary Least Square (OLS), Firm
Fixed Effects dan Firm-specific Time Trends (FT).
Hasil penelitian memberikan bukti kuatnya kontribusi privatisasi
terhadap pertumbuhan produktifitas perusahaan manufaktur agregat di
Ukraina selama periode transisi. Hasil estimasi mengimplikasikan satu
pengaruh positif substansial dari privatisasi terhadap produktifitas pada
perusahaan yang diprivatisasi kepada pemilik domestik. Meskipun
hasilnya secara rinci berbeda-beda di antara ketiga model, namun
ketiganya mengimplikasikan manfaat yang banyak dari perusahaan
privatisasi dibanding BUMN. 6 hingga 7 tahun setelah privatisasi,
2.6.2.2. Penelitian Dougherty dan McGuckin
Dougherty dan McGuckin (2001) melakukan penelitian tentang
pengaruh federalisme dan privatisasi terhadap produktifitas di
perusahaan China. Data yang dipergunakan adalah data dari
perusahaan-perusahaan industri di China selama tahun 1995. Dalam penelitian ini
digunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang dispesifikkan dalam istilah
log-linear produktifitas tenaga kerja.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa produktifitas tenaga kerja pada
perusahaan asing lima kali lipat lebih tinggi daripada produktifitas tenaga
kerja pada BUMN. Perusahaan asing memiliki intensitas modal tertinggi,
modal terbaru dan tingkat upah tertinggi. Perusahaan asing juga terbanyak
mengekspor penjualannya dan merupakan perusahaan yang relatif muda.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki intensitas modal terendah justru
memiliki tingkat produktifitas tenaga kerja yang lebih tinggi daripada
BUMN. Perbedaan produktifitas tenaga kerja antara perusahaan lokal dan
federal sangat besar, tergantung pada tipe kepemilikan. Produktifitas
tenaga kerja tidak berbeda antara perusahaan BUMN lokal dan federal,
sedangkan intensitas modal pada BUMN lokal lebih tinggi daripada
BUMN federal. Sementara itu, produktifitas tenaga kerja pada perusahaan
bukan BUMN federal lebih tinggi daripada lokal, namun perusahaan lokal
memiliki setengah basis modal. Perusahaan lokal juga mengekspor
2.6.2.3. Penelitian Iimi
Iimi (2003) meneliti hubungan antara privatisi dan pembangunan
ekonomi dengan kasus privatisasi telekomunikasi. Dalam penelitian
tersebut, Iimi mengadakan penelitian kasus empiris dengan menggunakan
teori pertumbuhan endogenus, dan menghitung pengaruh privatisasi
terhadap ekspansi jaringan telekomunikasi dengan menggunakan Wilcoxon
mached-pair signed-rank test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
privatisasi menaikkan tingkat pertumbuhan jaringan telepon utama sebesar
4.4 poin persen. Namun, pengaruh privatisasi berbeda-beda antara
masing-masing daerah, tergantung karakteristk latar belakang negara. Dalam
kesimpulannya, Iimi menyatakan bahwa penelitian empiris menunjukkan
gambaran ganda; privatisasi dapat atau tidak dapat meningkatkan kinerja
operasional dan finansial. Teori-teori ekonomi masih jauh dari
menghasilkan kesimpulan tentang pengaruh privatisasi.
Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi dan big push model, level
awal pendapatan agregat adalah signifikan bagi pembangunan ekonomi
karena infrastruktur publik memiliki pengaruh eksternalitas positif
terhadap produktifitas sektor swasta dan permintaan awal yang banyak
terhadap stok modal pemerintah akan mengakibatkan pertumbuhan
ekonomi dengan cepat. Namun, karena investor-investor swasta yang
berkonsentrasi untuk memaksimumkan keuntungan, maka
perusahaan-perusahaan yang diswastakan tidak akan berinvestasi pada stok modal
publik, sehingga mengakibatkan under-investment equilibrium.
2.6.2.4. Penelitian Okten dan Arin
Okten dan Arin (2003) meneliti pengaruh privatisasi terhadap
Efisiensi, Produktifitas dan Pilihan Teknologi dengan mengambil sampel
22 perusahaan semen di Turki. Hasil estimasi menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan yang diprivatisasi berubah menjadi perusahaan
dengan teknologi yang lebih intensif pada modal karena perusahaan
tersebut meningkatkan modal dan investasi serta mengurangi tenga kerja.
Kontribusi modal terhadap nilai output meningkat sedangkan kontribusi
tenaga kerja terhadap output menurun. Pilihan terhadap teknologi baru
lebih produktif karena produktifitas tenaga kerja meningkat sementara
biaya rata-rata turun. Deregulasi harga sebelum dilakukan privatisasi dan
privatisasi, bersama-sama menigkatkan efisiensi alokasi. Output
meningkat dan harga turun setelah perusahaan didorong untuk menentukan
harga sendiri dan berkompetisi satu sama lain pada tahun 1986.
2.7. Kerangka Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan suatu kerangka pemikiran terhadap
Output BUMN Total asset BUMN
+ +
Jumlah tenaga kerja BUMN
Gambar 2.10 : Kerangka Pikir Analisis Efisiensi pada BUMN di Indonesia dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas
2.8. Hipotesis penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, beberapa landasan teori dan penelitian
terdahulu, disusun hipotesis sebagai berikut :
1. Total aset berpengaruh positif terhadap output BUMN privatisasi di
Indonesia, ceteris paribus
2. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap output BUMN privatisasi di
Indonesia, ceteris paribus
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas efisiensi pada BUMN privatisasi di Indonesia dalam
kurun waktu 2001 sampai dengan 2006. Apakah total aset dan jumlah tenaga kerja
dapat benar-benar terimplikasi menjadi stimulus output BUMN privatisasi di
Indonesia selama periode penelitian dan apakah terjadi efisiensi pada BUMN
privatisasi tersebut.
3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berasal dari Kementerian Negara BUMN. Jenis data adalah data panel yang
merupakan gabungan dari data kurun waktu (time series) tahun 2001 sampai dengan
tahun 2006 dan data cross section.
3.3. Model Analisis
Untuk dapat mengetahui efisiensi pada BUMN privatisasi di Indonesia dalam
kurun waktu 2001 sampai dengan 2006, model analisis yang digunakan adalah :
Q = f (K , Lß)
Model diatas kemudian dibentuk ke dalam persamaan ekonometrika dengan
log Q it = b0 + b1 log K it, + b2 log L it + µ it
dimana
Q = output BUMN
b0 = konstanta
b1, b2 = koefisien regresi
K = total aset BUMN
L = tenaga kerja pada BUMN
µ = error term
i = untuk BUMN i
t = untuk tahun t
3.4. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman terhadap penelitian ini, maka disajikan definisi
orperasional sebagai berikut :
1. Output adalah total output BUMN privatisasi dari tahun 2001 s.d. 2006 yang
diproxy dari pendapatan/penjualan BUMN (dalam Rupiah)
2. Modal adalah total aset yang dimiliki oleh BUMN privatisasi dari tahun 2001
s.d. 2006 (dalam Rupiah)
3. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja pada BUMN privatisasi dari tahun
3.5. Metode Analisa data
Analisis data dilakukan dengan cara analisis kuantitatif berupa pengolahan data
yang diperoleh berdasarkan metoda statistik dengan menggunakan Eviews versi 4.1.
Dalam pengolahan data ini digunakan regresi berganda Metoda Efek Tetap.
Sebelum melakukan estimasi terhadap model persamaan, tahapan dan cakupan
analisis yang dilakukan meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
3.5.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)
Uji kesesuaian dilakukan berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), yang
kemudian dilanjutkan dengan F-test dan T-test. Koefisien determinasi (R2)
bertujuan mengetahui kekuatan variabel bebas (independent variabel)
menjelaskan variabel terikat (dependen variabel). F-tes dimaksudkan untuk
mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara bersama. T-test
dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara
parsial. Untuk memudahkan dalam proses pengolahan data, maka dalam analisis
digunakan EViews versi 4.1.
3.5.2. Pelanggaran Asumsi Klasik
Dalam suatu model regresi ada beberapa permasalahan yang biasa terjadi
yang secara statistik dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan
Untuk itu, maka perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik yang terdiri
dari :
3.5.2.1. Multikolinieritas
Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan
linear diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Interpretasi
dari persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi
bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tidak saling berkorelasi.
Bila variabel-variabel bebas berkorelasi dengan sempurna, maka disebut
multikolinieritas sempurna. Multikolinieritas dapat dideteksi melalui nilai
R2.
Jika nilai R2 dari model yang diestimasi lebih kecil dari pada nilai R2
dalam regresi antar variabel bebas, maka hipotesis yang menyatakan
bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model empiris yang digunakan,
tidak dapat diterima.
Jika nilai R2 dari model yang diestimasi lebih besar dari pada nilai R2
dalam regresi antar variabel bebas, maka hipotesis yang menyatakan
bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model empiris yang digunakan,
diterima.
3.5.2.2. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi bila varian tidak konstan atau
cross section. Akibat varian koefisien regresi yang lebih besar, maka
interval kepercayaan semakin lebar. Uji-t atau Uji-F akan terpengaruh
yang berakibat uji hipotesis tidak akurat, dan akhirnya akan berdampak
pula pada keakuratan kesimpulan.
Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas maka dilakukan Uji
formal dengan teknik Uji Breusch-Pagan Godfrey (Uji BPG) dan Uji
White.
Jika var (ui) = σ2 (konstan), maka hipotesis yang menyatakan bahwa
tidak ada heteroskedastisitas dalam model empiris yang digunakan,
diterima.
Jika var (ui) ≠ σ2 (tidak konstan atau berubah-ubah), maka hipotesis
yang menyatakan bahwa tidak ada heteroskedastisitas dalam model
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perkembangan BUMN
Dalam obyek penelitian ini akan dibahas mengenai perkembangan dari Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dengan variabel-variabel yang menjadi fokus dari
penelitian yaitu output, aset dan tenaga kerja.
4.1.1 PT. Semen Gresik Tbk
Perseroan didirikan dengan nama NV Pabrik Semen Gresik pada tanggal 25
Maret 1953 dengan Akta Notaris Raden Mr. Soewandi N0. 41. Pada tanggal 17
April 1961, NV Pabrik Semen Gresik dijadikan Perusahaan Negara (Persero)
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 132 tahun 1961, kemudian berubah
menjadi PT. Semen Gresik (Persero) berdasarkan Akta Notaris J.N. Siregar, S.H.
No. 81 tanggal 24 Oktober 1969. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami
beberapa kali perubahan dan yang terakhir berdasarkan Akta Notaris Ny.
Poerbaningsih Adi Warsito, S.H. No 5 tanggal 5 Juli 2007 mengenai modal dasar
dan modal yang ditempatkan. Perubahan yang dimaksud berdasarkan surat
No.W7-HT.01.04-9972 tanggal 9 Juli 2007 dan diumumkan dalam berita Negara
RI No. 63 tanggal 7 Agustus 2007, tambahan berita Negara RI No. 888/I/2007.
Perseroan mendapat persetujuan melalui Keputusan Menteri Keuangan No.
Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 untuk menawarkan saham kepada
masyarakat. Pada tanggal 4Juli 1991, Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) menyetujui pencatatan saham sebanyak 70.000.000 saham di Bursa
Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Pada tanggal 30 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
menyetujui pencatatan tambahan 78.288.000 saham Perseroan. Pada tanggal 20
Juli 1995, BAPEPAM menyetujui Penawaran Umum Terbatas sejumlah
444.864.000 saham biasa dengan dasar tiga saham baru untuk setiap saham yang
beredar.
Sebagai tindak lanjut dari salah satu RUPSLB tanggal 28 Juni 2007, pada
tanggal 7 Agustus 2007, Perseroan telah melakukan pemecahan saham dengan
perbandingan 1:10. Jumlah lembar saham Perseroan yang beredar setelah
pemecahan saham tersebut menjadi sebesar 5.931.520.000 lembar saham dengan
harga pasar saham pasar awal setelah pelaksanaan pemecahan saham tersebut
adalah Rp 5.000,-.
Ruang lingkup kegiatan Perseroan dan anak perusahaan meliputi berbagai
kegiatan industri, namun kegiatan utamanya adalah dalam sektor industri semen.
Lokasi pabrik Perseroan dan anak perusahaan berada di Gresik dan Tuban di
Jawa Timur, Indarung di Sumatera Barat serta Pangkep di Sulawesi Selatan.
Hasil produksi Perseroan dan anak perusahaan dipasarkan di dalam negeri dan di
Kepemilikan saham terdiri atas :
1. Pemerintah Republik Indonesia : 51,01%
2. Blue Valley Holding Pte, Ltd : 24,90%
3. Publik : 24,09%
Sementara itu anak perusahaan & perusahaan afiliasi adalah PT. Semen
Padang (SP), PT. Swadaya Graha, PT. Semen Tonasa (ST), PT. Varia Usaha, PT.
Kawasan Industri Gresik (KIG), PT. Eternit Gresik, PT. Industri Kemasan
Semen Gresik (IKSG) dan PT. United Tractors Semen Gresik (UTSG).
Perkembangan kinerja produksi PT. Semen Gresik Tbk dapat dilihat dari
hasil pendapatan/ penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah
tenaga kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.1. Perkembangan Kinerja PT. Semen Gresik Tbk
Tahun
Pendapatan
(Rp. Juta)
Aset
(Rp. Juta)
Tenaga Kerja
(orang)
2001 4.659.203 8.763.074 6.734
2002 5.172.278 6.809.047 7.195
2003 5.449.941 6.559.495 7.195
2004 6.067.558 6.640.561 7.195
2005 7.532.208 7.296.964 6.948
2006 8.727.858 7.496.419 6.863
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa output yang dihasilkan PT. Semen Gresik
Tbk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sementara itu, aset mengalami
penurunan dari tahun 2001 hingga 2003 dan naik pada tahun 2004 hingga 2006.
Sedangkan tenaga kerja meningkat pada tahun 2002, kemudian stabil hingga
tahun 2005 dan turun pada tahun 2006.
4.1.2. PT. Timah Tbk
PT. Timah Tbk. didirikan berdasarkan akta notaris Imas Fatimah, SH, No. 1
tanggal 2 Agustus 1976. Akta Notaris tersebut telah beberapa kali mengalami
perubahan. Menteri Kehakiman Republik Indonesia telah memberikan
persetujuan atas perubahan akta-akta notaris Imas Fatimah, SH, No.85 tanggal 28
Juli 1995 dan No. 11 tanggal 4 Agustus 1995 melalui surat keputusan
No.C2-9985.HT.01.04.TH.95 tanggal 14 Agustus 1995 sehubungan dengan penawaran
saham Seri B dan Global Depository Receipts (GDR) secara bersamaan melalui
pasar modal domestik dan internasional.
Pada tanggal 27 September 1995, Perusahaan memperoleh persetujuan dari
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) melalui suratnya
No.S-1246?PM/1995 untuk melakukan penawaran umum atas 176.155.000 saham Seri
B dan GDR milik perusahaan.
Ruang lingkup perusahaan dan anak perusahaannya (bersama-sama “Grup”)
berusaha dalam bidang pertambangan, perindustrian, perdagangan,
perusahaan induk yang melakukan kegiatan investasi dan melakukan jasa
pemasaran kepada Grup.
Kepemilikan saham terdiri atas Pemerintah Republik Indonesia sebesar 65%
dan masyarakat sebesar 35%. Sedangkan anak perusahaan & perusahaan afiliasi
adalah Indometal London Limited, Indometal Corporation, PT. Tambang Timah,
PT. Timah Induatri, PT. Timah Eksplomin, PT. Timah Tanjung Alam Jaya, PT.
Timah Investasi Mineral, PT. Timah Batubara Utama, PT. Dok dan Perkapalan
Air Kantung dan PT. Kutaraja Tembaga Raya.
Perkembangan kinerja produksi PT. Timah Tbk dapat dilihat dari hasil
pendapatan/ penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah tenaga
kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.2. Perkembangan Kinerja PT. Timah Tbk
Tahun
Pendapatan
(Rp. Juta)
Aset
(Rp. Juta)
Tenaga Kerja
(orang)
2001 1.867.247 1.921.951 5.233
2002 1.667.123 1,961.302 5.083
2003 1.945.733 1.982.585 4.890
2004 2.812.416 2.416.289 4.607
2005 3.396.150 2.748.157 4.364
2006 4.076.434 3.462.222 4.364
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa output yang dihasilkan PT. Timah Tbk
mengalami fluktuasi dari tahun 2001 hingga 2003, selanjutnya mengalami
peningkatan dari tahun 2004 hingga 2006. Sementara itu, aset mengalami
peningkatan sepanjang tahun penelitian. Sedangkan tenaga kerja mengalami
penurunan dari tahun 2001 hingga 2005, dan tidak berubah pada tahun 2006.
4.1.3. PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk
Perusahaan pada mulanya merupakan bagian dari “post en telegraafdiest”
yang didirikan berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7
tanggal 27 Maret 1884 dan diumumkan dalam Berita Negara Hindia Belanda No.
52 tanggal 3 April 1884.
Pada tahun 1991, berdasarkan PP No. 25 tahun 1991, status Perusahaan
diubah menjadi Perseroan Terbatas milik Negara. Perusahaan didirikan
berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, SH, No. 128 tanggal 24 September
1991. Akta tersebut disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan surat
keputusan No.C2-6870.HT.01.01. Th.1991 tanggal 19 Nopember 1991 dan
diumumkan dalam Berita Negara RI No.5 tanggal 17 Januari 1992, tambahan
No.210. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali diubah, perubahan
terakhir berdasarkan Akta Notaris A. Portomuan Pohan, SH., LLM. No.4 tanggal
6 April 2006 dan telah diumumkan dalam Berita Negara RI.51 tanggal 27 Juni
2006, tambahan No.666, antara lain mengubah kewenangan dan tanggung jawab
Pada tanggal 14 November 1995 Pemerintah RI melakukan penjualan
8.400.000.000 saham melalui penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek
Jakarta, Bursa Efek Surabaya, Bursa Efek New York (NYSE) dan Bursa Efek
London (LSE).
Ruang lingkup perusahaan dan anak perusahaan adalah:
1. Merencanakan, membangun, menyediakan, mengembangkan,
mengoperasikan, memasarkan atau menjual, menyewakan dan memelihara
jaringan telekomunikasi dan informatika dengan memperhatikan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Merencanakan, mengembangkan, menyediakan, memasarkan atau menjual
dan meningkatkan layanan jasa telekomunikasi dan informatika dengan
memperhatikan perundang-undangan yang berlaku.
3. Menjalankan kegiatan dan usaha-usaha lain dalam rangka pemanfaatan dan
pengembangan sumber daya yang dimiliki Perusahaan dan mengoptimalkan
pemanfaatan aktiva tetap Perusahaan, fasilitas sistem informasi, fasilitas
pendidikan dan pelatihan dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan.
Kepemilikan saham terdiri atas :
1. Pemerintah Republik Indonesia : 51,41%
2. JPMCB US Resident (Norbax Inc.) : 9,14%
3. The Bank of New York : 7,32%
Sementara itu, anak perusahaan & perusahaan afiliasi adalah PT. Pramindo
Ikat Nusantara, PT. Telekomunikasi Indonesia International, PT. Multimedia
Nusantara, PT. Dayamitra Telekomunikasi, PT. Graha Sarana Duta, PT.
Indonusa Telemedia, PT. Telekomunikasi Seluler, PT. Napsindo Primatel
International dan PT. Infomedia Nusantara.
Perkembangan kinerja produksi PT. Telkom Tbk dapat dilihat dari hasil
pendapatan/ penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah tenaga
kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.3. Perkembangan Kinerja PT. Telkom Tbk
Tahun Pendapatan
(Rp. Juta)
Aset
(Rp. Juta)
Tenaga Kerja
(orang)
2001 16.130.789 32.470.280 37.442
2002 20.802.818 44.307.096 34.678
2003 27.115.923 50.283.249 30.820
2004 33.947.766 56.179.192 29.375
2005 41.807.184 62.171.044 28.179
2006 51.294.008 75.135.745 25.466
(Sumber: Laporan Kinerja Perusahaan BUMN, 2001-2007)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa output yang dihasilkan PT. Telkom Tbk
dengan aset. Sebaliknya, tenaga kerja mengalami penurunan dari tahun 2001
hingga 2006.
4.1.4.PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mulanya didirikan di
Indonesia sebagai bank sentral dengan nama “Bank Negara Indonesia”
berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 1946
tanggal 5 Juli 1946. Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun
1968, BNI ditetapkan menjadi “Bank Negara Indonesia 1946”, dan statusnya
menjadi bank umum milik negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 1992, tanggal 29 April 1992, dibuat di hadapan Muhani Salim S.H., yang
telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 73 tanggal 11
September 1992 Tambahan No. 1A.
Ruang lingkup kegiatan Bank Negara Indonesia adalah melakukan usaha
di bidang perbankan, termasuk melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah.
Kepemilikan saham terdiri atas :
1.Pemerintah Republik Indonesia : 76,36%
2.Perseroan Terbatas : 10,21%
3.Masyarakat : 7,62%
4.Badan Usaha Asing : 5,77%
Sementara itu, anak perusahaan & perusahaan afiliasi adalah BNI
Nakertrans Ltd, PT. BNI Sekuritas, PT. BNI Multifinance, PT. BNI Life
Insurance, PT. BNJ Management Ventura, PT. Bank Finconesia, PT. Amaswa,
PT. Swadharma Surya Finance, PT. Sarana Bersama Pembiayaan Indonesia, PT.
Pembiayaan Artha Negara, PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia, PT.
Pemeringkat Efek Indonesia, PT. Bank Sumitomo Mitsui Indonesia, PT. Bank
Mizuho Indonesia, PT. Bursa Efek Jakarta dan PT. Bursa Efek Surabaya.
Perkembangan kinerja produksi PT. BNI Tbk dapat dilihat dari hasil
pendapatan/ penjualan dengan memperhatikan faktor aset dan jumlah tenaga
kerja seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.4. Perkembangan Kinerja PT. BNI Tbk
Tahun Pendapatan
(Rp. Juta)
Aset
(Rp. Juta)
Tenaga Kerja
(orang)
2001 2.771.755 129.053.150 13.483
2002 4.124.749 125.623.157 14.598
2003 5.002.332 131.486.870 17.475
2004 6.884.709 136.481.584 18.603
2005 7.005.194 147.812.206 19.471
2006 7.376.531 169.415.573 18.320
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa output yang dihasilkan PT. BNI Tbk
mengalami peningkatan sepanjang tahun penelitian, demikian pula halnya
dengan aset. Sedangkan tenaga kerja mengalami peningkatan dari tahun 2001
hingga 2005 dan turun pada tahun 2006.
4.1.5.PT. Aneka Tambang (ANTAM) Tbk
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Aneka Tambang Tbk didirikan pada
tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1968,
dengan nama “Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang”, dan diumumkan
dalam tambahan No. 36, Berita Negara No. 56, tanggal 5 Juli 1968. Pada
tanggal 14 September 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun
1974, status Perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan
Negara Perseroan Terbatas(“Perusahaan Perseroan”) dan sejak itu di kenal
sebagai “Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka Tambang”.
Pada tahun 1997, Perusahaan melakukan penawaran saham perdana
kepada masyarakat sebanyak 430.769.000 saham yang merupakan 35% dari
jumlah 1.230.769.000 saham ditempatkan dan disetor penuh.
Ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah di bidang pertambangan
berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang industri,
perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan bahan galian