TESIS
Oleh
DIENA FADHILAH
087018005/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
S E K
O L
A H
P A
S C
A S A R JA N
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Gelar
Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
DIENA FADHILAH
087018005/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Drs. Iskandar Syarief, M.A)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Murni Daulay, M.Si
Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarief, M.A
2. Dr. Rahmanta, M.Si
3. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan Tesis yang berjudul:
“ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI
PROPINSI SUMATERA UTARA “
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh
siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan
telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 23 Maret 2010
Yang membuat
pernyataan
(Diena Fadhilah)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Perubahan Struktur Ekonomi di Propinsi Sumatera Utara. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis sektor-sektor yang berpotensi di Propinsi Sumatera Utara.
Untuk tujuan analisis digunakan data sekunder berupa data time series dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2008 yang bersumber dari BPS Propinsi Sumatera Utara. Metode Analisis yang digunakan adalah metode perhitungan kontribusi sektor dan metode Location Quotient (LQ).
Selama kurun waktu penelitian, transformasi ekonomi terjadi di dua periode yaitu di tahun 1994 sampai dengan tahun 1997 dan tahun 2000 sampai dengan 2008. Ditemukan bahwa semakin tinggi peranan sektor sekunder dan tertier dalam peningkatan produksi dan pendapatan nasional maka akan semakin kecil peranan sektor tersebut dalam menampung tenaga kerja. Berdasarkan nilai
LQ, diketahui bahwa sektor pertanian, pengangkutan, dan perdagangan adalah sektor yang berpotensi di Propinsi Sumatera Utara. Untuk itu, dianggap perlu untuk melakukan kajian ulang terhadap masalah yang sama dengan penelitian dengan menggunakan metode pendekatan yang lebih luas dan mendalam.
ABSTRACT
The aim of this study is to identify the changes in economic structure in Sumatera Utara, and also to analyze potencial sector in Sumatera Utara. Changes in contribution of each sector will show the pattern of economic in Sumatera Utara, so we can identify if transformation of economic is already happened.
The research used secondary data such as time series, from 1983 until 2008 which obtained from BPS of Sumatera Utara. The methods of analysis is Location Quotient (LQ) and shares of sectoral.
This research found that economic transformation is happen in two period (in 1994 until 1997 and 2000 until 2008). The fact, secondary sector and tertier sector were have a little contribution in working changes. Based on LQ, found agriculture, trading, and transportation on are potencial sector in Sumatera Utara. Suggested that to review on problem in this reaserch by using the different approach method and concept but in an empirical objectives to expand the benefit of this study.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
Analisis Perubahan Struktur Ekonomi di Propinsi Sumatera Utara dapat
terselesaikan.
Dalam penulisan tesis ini, penulis telah bekerja semaksimal mungkin
untuk berusaha lebih baik dan sempurna. Namun penulis mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun, sehingga tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya.
Selama mengikuti pendidikan dan penyusunan tesis ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan, pengarahan, dan motivasi baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B.,MS.c. Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si sebagai Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan sekaligus Ketua Komisi Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dari
awal hingga penyempurnaan tesis ini.
4. Bapak Drs. Iskandar Syarief, M.A sebagai Anggota Komisi Pembimbing
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dari awal hingga penyempurnaan tesis ini.
5. Bapak. Dr Rahmanta, MSi sebagai Penguji Kolokium, Seminar Hasil, dan
Sidang Akhir yang telah meluangkan waktu untuk menguji serta turut
6. Bapak. Drs. Rahmat Sumanjaya, MSi sebagai Penguji Kolokium, Seminar
Hasil, dan Sidang Akhir yang telah meluangkan waktu untuk menguji
serta turut membantu pengarahan penulisan tesis ini.
7. Bapak. Drs. Rujiman, M.A sebagai Penguji Kolokium, Seminar Hasil, dan
Sidang Akhir yang telah meluangkan waktu untuk menguji serta turut
membantu pengarahan penulisan tesis ini agar menjadi lebih baik.
8. Bapak, Ibu Dosen Sekolah Pascasarjana Program Studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
9. Kedua Orang Tua, Papa (Zainul Anwar, SE, Ak) Mama (Mardiana A.Ma)
yang telah memberikan dorongan semangat dan motivasi serta nasehat
kepada penulis selama masa pendidikan dan penyusunan tesis.
10.Kepada abang dan adik-adikku, Bang Yudi, Widya, dan Zaida yang telah
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
11.Rekan-rekan MEP angkatan 14 dan seluruh staf pegawai administrasi
Sekolah Pascasarjana USU yang telah membantu penulis, baik saat
perkuliahan berlangsung maupun dalam penyusunan tugas akhir.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala amal
dan budi yang diberikan dan senantiasa Allah selalu memberikan kita kemudahan
dan kelapangan untuk mendapatkan Ridhonya, Amin ya Rabbal Alamin.
Medan, Maret 2010
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Diena Fadhilah
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 28 November 1982
Agama/Status Perkawinan : Islam/ Belum Menikah
Alamat : Jl. Mangaan 1 G. Bahagia 6 Lk. 6 No. 90 A Kel. Mabar Kec. Medan Deli Medan 20242
Pekerjaan : Dosen Swasta
Nama Orang Tua Lelaki : Zainul Anwar SE, Ak
Nama Orang Tua Perempuan : Mardiana, A.Ma
Pendidikan Formal:
1. Sekolah Dasar Swasta Muhammadyah 02 Kamp. Dadap Medan, lulus tahun 1995
2. Sekolah Menengah Pertama, di SMP Pertiwi Medan, lulus tahun 1998
3. Sekolah Menengah Atas, di SMA Negeri 3 Medan, lulus tahun 2001
4. Sarjana Ekonomi diperoleh dari Universitas Sumatera Utara tahun 2005
Pendidikan Non Formal:
DAFTAR ISI
ABSTRAK……….…… ii
ABSTRACT……….………….. i
KATA PENGANTAR ……… iii
RIWAYAT HIDUP ………….……… iv
DAFTAR ISI ……… vi
DAFTAR TABEL .………..………... viii
DAFTAR GAMBAR……….……….. ix
DAFTAR GRAFIK ……….……….. x
DAFTAR LAMPIRAN……… xi
BAB I PENDAHULUAN……… 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ……….………. 1
1.2. Perumusan Masalah ……..….……… 11
1.3. Tujuan Penelitian ……….. 11
1.4. Manfaat Penelitian ………. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 13
2.1. Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi………… 13
2.1.1. Pembangunan Ekonomi ………. 15
2.1.2. Pertumbuhan Ekonomi ………... 18
2.1.3. Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Ekonomi ………. 23
2.2. Tenaga Kerja .………. 24
2.3. Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi Wilayah ……… 25
2.4. Teori Pertumbuhan Neo Klasik ……… 26
2.5. Konsep Produk Domestik Bruto (PDB), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Perkapita ……… 26
2.7. Teori Perubahan Struktural ……… 39
2.7.1. Teori Pembangunan Arthur Lewis (Two Sector Surplus Labor) ……….………. 40
2.7.2. Kritik Terhadap Model Lewis ……… 51
2.7.3. Teori Patterns-of-Development ………. 55
2.8. Metode Location Quetient (LQ) ... 68
2.9. Tinjauan Penelitian Sebelumnya ……… 69
2.10.Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ………. 71
2.10.1.Kerangka Konseptual ………. 71
2.10.2.Hipotesis Penelitian……… 73
BAB III METODE PENELITIAN………..……… 74
3.1. Ruang Lingkup dan Asumsi………... 74
3.2. Sumber dan Jenis Data……….... 75
3.3. Metode Analisis……….. 75
3.4. Defenisi Operasional……….. 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 80
4.1. Hasil Penelitian ………... 80
4.1.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penduduk di Propinsi Sumatera Utara ……….. 80
4.1.2. Kontribusi Sektoral ……… 87
4.1.3. Pendapatan Per Kapita ……….. 92
4.1.4. Kondisi Tenaga Kerja Propinsi Sumatera Utara ….. 99
4.1.5. Analisis Location Quetient (Kuosien Lokasi)……… 106
4.2. Pembahasan……… 118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 122
5.1. Kesimpulan………. 122
5.2. Saran ……….. 123
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 (dalam milyar rupiah) ... 8
1.2. Produk Domestik Regional Menurut Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (dalam milyarrupiah) ………. 10
4.1.1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara
Berdasarkan Harga Konstan (Dalam Persen) ……… 81
4.1.1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Rata-Rata di Propinsi Sumatera
Utara (dalam Persen) ………..…………. 83
4.1.1.3. Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi Sumatera Utara
(dalam persen) ………... 83
4.1.1.4. Laju Pertumbuhan Sektor Primer, Sekunder, dan Tertier
Tahun 1983 – 2008 (Dalam Persen) ……….. 85
4.1.2.1. Kontribusi Sektor Primer, Sekunder, dan Tertier Tahun 1983-
2008 (Dalam Persen) ...…… 88
4.1.3.1. Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumatera Utara Tahun 1983-2008. 93
4.1.3.2. Pendapatan Per Kapita Sektor Primer, Sekunder, Tertier
Propinsi Sumatera Utara Tahun 1983–2008 ...………... 96
4.1.4.1 Jumlah Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Tahun 2007………. 99
4.1.4.2. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sektor Primer, Sekunder,
dan Tertier di Propinsi Sumatera Utara (Jiwa) …….………….…… 100
4.1.4.3. Persentase Pekerja di Sektor Primer, Sekunder, Tertier di Propinsi
Sumatera Utara ...………. 101
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1. Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan Ekonomi ….. 7
2.2. Faktor-Faktor yang Mengakibatkan Perubahan Struktur Ekonomi …….. 33
2.3. Komposisi Penggunaan Barang yang di Konsumsi ………...……… 35
2.4. Diminishing Return di dalam Fungsi Produksi di Sektor Pertanian …….. 42
2.5. Kelebihan (Excess Supply) Tenaga Kerja (NPS >NPD)di Pedesaan .... 43
2.6. Tahapan Proses Perubahan Struktur Ekonomi dalam Model Lewis …... 45
2.7. Model Pertumbuhan Sektor Modern dalam Perekonomian Dua Sektor
yang Mengalami Surplus Tenaga Kerja Hasil Rumusan Lewis …………. 46
2.8. Modifikasi Model Lewis Berupa Akumulasi Modal yang Menghemat Tenaga Kerja: Implikasi-Implikasi Ketenagakerjaan ... 53
2.9. Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan
Ekonomi : Suatu Ilustrasi …………..……… 57
2.10.Perubahan Peranan Berbagai Sektor dalam Menciptakan Produksi
Nasional dalam Proses Pembangunan ……….. 60
2.11.Akumulasi Modal……….. 64
2.12.Kerangka Pemikiran Analisis Perubahan Struktur Ekonomi
DAFTAR GRAFIK
Nomor Judul Halaman
4.1.1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara
(Dalam Persen) ... 82
4.1.1.2. Laju Pertumbuhan Sektor Primer, Sekunder, dan Tertier di
Propinsi Sumatera Utara Tahun 1984-2008 (Dalam Persen) .…….. 86
4.1.2.1. Kontribusi Sektor Primer, Sekunder, dan Tertier Tahun
1983 – 2008 (Dalam Persen) ……… 89
4.1.3.1. Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumatera UtaraTahun
1983–2008 ………... 94
4.1.3.2. Pendapatan Per Kapita Sektor Primer, Sekunder, Tertier
Propinsi Sumatera Utara Tahun 1983–2008 ………. 97
4.1.4.1. Persentase Pekerja di Sektor Primer, Sekunder, dan Tertier
di Propinsi Sumatera Utara ………..………. 102
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kontribusi Sektor Primer, Sekunder, dan Tertier Tahun 1983 – 2008
(Dalam Persen) ……… 125
2. Data Jumlah Penduduk Sumatera Utara ……….. 126
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Perubahan Struktur Ekonomi di Propinsi Sumatera Utara. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis sektor-sektor yang berpotensi di Propinsi Sumatera Utara.
Untuk tujuan analisis digunakan data sekunder berupa data time series dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2008 yang bersumber dari BPS Propinsi Sumatera Utara. Metode Analisis yang digunakan adalah metode perhitungan kontribusi sektor dan metode Location Quotient (LQ).
Selama kurun waktu penelitian, transformasi ekonomi terjadi di dua periode yaitu di tahun 1994 sampai dengan tahun 1997 dan tahun 2000 sampai dengan 2008. Ditemukan bahwa semakin tinggi peranan sektor sekunder dan tertier dalam peningkatan produksi dan pendapatan nasional maka akan semakin kecil peranan sektor tersebut dalam menampung tenaga kerja. Berdasarkan nilai
LQ, diketahui bahwa sektor pertanian, pengangkutan, dan perdagangan adalah sektor yang berpotensi di Propinsi Sumatera Utara. Untuk itu, dianggap perlu untuk melakukan kajian ulang terhadap masalah yang sama dengan penelitian dengan menggunakan metode pendekatan yang lebih luas dan mendalam.
ABSTRACT
The aim of this study is to identify the changes in economic structure in Sumatera Utara, and also to analyze potencial sector in Sumatera Utara. Changes in contribution of each sector will show the pattern of economic in Sumatera Utara, so we can identify if transformation of economic is already happened.
The research used secondary data such as time series, from 1983 until 2008 which obtained from BPS of Sumatera Utara. The methods of analysis is Location Quotient (LQ) and shares of sectoral.
This research found that economic transformation is happen in two period (in 1994 until 1997 and 2000 until 2008). The fact, secondary sector and tertier sector were have a little contribution in working changes. Based on LQ, found agriculture, trading, and transportation on are potencial sector in Sumatera Utara. Suggested that to review on problem in this reaserch by using the different approach method and concept but in an empirical objectives to expand the benefit of this study.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk
membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus
dilaksanakan dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Pembangunan ekonomi harus dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor akan memberikan
dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap penciptaan
lapangan kerja, sehingga diharapkan peningkatan pendapatan, serta kesejahteraan
masyarakat dapat diperbaiki.
Todaro (2006) mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses
yang bersifat multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas
struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping
tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan
pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakekatnya, pembangunan
itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sosial
secara keseluruhan tanpa mengabaikan keanekaragaman kebutuhan dasar dan
bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik, secara material
maupun spiritual.
Sukirno (2006) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah
pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Artinya, ada atau tidaknya
pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak saja
diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun,
tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam berbagai aspek
kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi,
peningkatan dalam kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia,
peningkatan dalam pendapatan serta kemakmuran masyarakat.
Weiss dalam Tambunan (2001), menyatakan bahwa pembangunan
ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan
nasional akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari
ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama, ke ekonomi modern
yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri manufaktur
dengan increasing returns to scale (relasi positif antara pertumbuhan output
dengan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama
pertumbuhan ekonomi.
Keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah dapat dilihat dari
pendapatan perkapita masyarakat yang mengalami peningkatan secara terus–
menerus (dalam jangka panjang) dan disertai terjadinya perubahan fundamental
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat
perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan adanya alokasi input pada berbagai sektor
perekonomian seperti dalam
Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya,
pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang
dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
apabila terjadi peningkatan
Menurut Kuznets dalam Sirojuzilam (2003), pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan
semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai
dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang
diperlukan. Dengan demikian ukuran keberhasilan pertumbuhan ekonomi lebih
bersifat kuantitatif, dimana ditunjukkan dengan adanya kenaikan dalam standar
pendapatan dan tingkat produksi (output) yang dihasilkan.
Pembangunan ekonomi makro memakai pendekatan sektoral dengan target
peningkatan produksi di setiap sektor, yang akan mencerminkan pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting yang harus ada di
dalam pembangunan ekonomi, dimana laju pertumbuhan ekonomi diharapkan
peningkatan pendapatan perkapita dapat tercapai. Pertumbuhan ekonomi yang
terjadi dengan sendirinya ataupun dengan campur tangan pemerintah harus dapat
dinikmati masyarakat.
Proses pembangunan ekonomi akan membawa suatu perubahan mendasar
dalam struktur ekonomi baik dari sisi permintaan agregat (Agregat Demand)
maupun dari sisi penawaran agregat (Agregat Supply). Dari sisi permintaan
agregat (Agregat Demand), perubahan pada struktur ekonomi disebabkan karena
adanya peningkatan pendapatan masyarakat yang membuat perubahan pada selera
(taste) yang akan terefleksi pada perubahan pola konsumsinya. Sedangkan dari
sisi penawaran agregat (Agregat Supply), faktor-faktor pendorong utamanya
adalah terjadinya perubahan teknologi (technological progress), peningkatan
Sumber Daya Manusia (SDM), serta penemuan material-material baru untuk
produksi. Dengan demikian produksi merupakan sumber penting pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi secara terus-menerus dapat
menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur perekonomian wilayah.
Transformasi struktural berarti suatu proses perubahan struktur perekonomian dari
sektor pertanian ke sektor industri atau jasa, dimana masing-masing sektor akan
mengalami proses transformasi yang berbeda-beda.
Proses perubahan struktur ekonomi terkadang diartikan sebagai proses
industrialisasi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan
kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, total Produk
Selanjutnya Chenery dalam Tambunan (2001) juga menyatakan bahwa
perubahan struktur ekonomi yang umum disebut dengan transformasi struktural
diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang
lainnya dalam komposisi Agregat Demand, perdagangan luar negeri (ekspor dan
impor), Agregat Supply (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi seperti
tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Transformasi ekonomi merupakan salah satu indikator terjadinya
pembangunan perekonomian wilayah. Jika terjadi proses transformasi ekonomi
maka dapat dinyatakan bahwa telah terjadi pembangunan ekonomi dan perlu
pengembangan lebih lanjut, akantetapi jika tidak terjadi proses transformasi maka
pemerintah daerah perlu mengadakan perbaikan dalam penyusunan perencanaan
wilayahnya, sehingga kebijakan pembangunan yang disusun menjadi lebih terarah
agar tujuan pembangunan dapat tercapai.
Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya transformasi ekonomi yaitu,
pertama disebabkan oleh sifat manusia dalam kegiatan konsumsinya. Sesuai
dengan Hukum Engels bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat, maka makin
sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian,
sebaliknya proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli barang-barang
produksi industri menjadi bertambah besar. Dengan demikian peranan sektor
industri akan semakin besar dibandingkan sektor pertanian. Kedua, perubahan
secara terus–menerus. Proses transformasi struktural akan berjalan cepat jika
terjadi pergeseran pola permintaan domestik kearah output industri manufaktur
diperkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri
atau ekspor.
Sukirno (2006) menjelaskan bahwa, berdasarkan lapangan usaha maka
sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam tiga
kelompok utama yaitu:
1. Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan,
perikanan, pertambangan dan penggalian.
2. Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas dan air,
bangunan.
3. Sektor tertier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan
komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk
pemerintahan)
Pada umumnya, transformasi yang terjadi di negara berkembang adalah
transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri, atau terjadinya transformasi
dari sektor primer kepada sektor non primer (sekunder dan tertier). Seperti yang
terlihat pada Gambar 1.1 berikut ini, dimana berdasarkan hasil studi Chenery dan
Syrquin bahwa perubahan kontribusi sektoral terhadap pembentukan Produk
Domestik Bruto Regional dalam jangka panjang akan menunjukkan pola sebagai
Sumber: Tulus Tambunan (2001)
Gambar 1.1 Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan Ekonomi
Terlihat pada Gambar 1.1 tersebut bahwa kontribusi output dari sektor
primer terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) semakin mengecil
sedangkan pangsa Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor sekunder dan tertier
mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan nasional
perkapita. Dengan demikian, transformasi ekonomi menunjukkan terjadinya
peralihan kegiatan ekonomi dari perekonomian tradisional menjadi perkonomian
yang modern.
Kontribusi sektor sekunder dan tertier terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera Utara terus mengalami perubahan dari tahun ke
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 (dalam milyar rupiah)
2001 2002 2003
Lapangan usaha Milyar
Rupiah %
Milyar
Rupiah %
Milyar
Rupiah %
1. Pertanian 7749,60 31,11 7924,48 30,57 8211,36 30,33
2. Pertambangan
dan Penggalian
309,77 1,24 332,98 1,28 361,34 1,33
3. Industri 5391,97 21,64 5665,95 21,85 5904.13 21,81
4. Listrik, Gas & Air Minum
411,76 1,65 447,09 1,72 462,43 1,71
5. Bangunan 1067,02 4,28 1112,46 4,29 1184,49 4,38
6. Perdagangan,
Hotel & Restoran
4257,11 17,09 4465,33 17,22 4632,71 17,11
7. Pengangkutan &
Komunikasi
2155,88 8,65 2299,19 8,87 2491,03 9,20
8. Keuangan, Asuransi, Usaha persewaan bangunan & tanah, Jasa Perusahaan
1687,49 6,77 1737,12 6,70 1799,28 6,65
9. Jasa-jasa 1880,44 7,55 1940,75 7,49 2024,47 7,48
PDRB 24911,05 100 25925,36 100 27071,25 100
PDRB Tanpa Migas 24771,48 99,44 25781,29 99,44 26929,44 99,48
Sumber: Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara Berbagai Tahun (diolah)
Dari Tabel 1.1 menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Propinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana
sektor tertier memberi kontribusi terbesar terhadap pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Terlihat bahwa konstribusi sektor tertier dari tahun 2001
sampai dengan 2003 sebesar 40.06 persen, 40.28 persen, dan 40.44 persen.
Kemudian sektor primer menempati peringkat kedua dalam pembentukan PDRB
2003 sebesar 32.35 persen, 31.85 persen , dan 31.66 persen. Pada tahun 2002
sektor primer mengalami penurunan persentase kontribusi. Di posisi ketiga
ditempati sektor sekunder, dimana kontribusi sektor ini dari tahun 2001 sampai
2003 sebesar 27.57 persen, 27.86 persen, dan 27.90 persen. Ini berarti bahwa,
kontribusi sektor sekunder dalam pembentukan PDRB Propinsi Sumut mengalami
peningkatan secara terus- menerus.
Kemudian berdasarkan Tabel 1.2 di bawah ini dapat dilihat bahwa Produk
Domestik Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 sampai dengan
2006 mengalami peningkatan, dimana sektor tertier memberi kontribusi terbesar
terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Terlihat bahwa
konstribusi sektor tertier dari tahun 2004 sampai dengan 2006 adalah 41.94
persen, 42.21 persen, dan 43.08 persen. Sektor sekunder menempati peringkat
kedua dalam pembentukan PDRB Propinsi Sumut, dimana kontribusi sektor
sekunder dari tahun 2004 sampai tahun 2006 adalah 31.09 persen, 31.33 persen,
dan 31.39 persen. Posisi ketiga ditempati sektor primer, dimana kontribusi sektor
ini dari tahun 2004 sampai 2006 adalah 25.76 persen, 25.25 persen, dan 24.33
persen. Dengan demikian terlihat bahwa kontribusi sektor primer dalam
pembentukan Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Sumut mengalami
Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000 (dalam milyarrupiah)
2004 2005 2006
Lapangan usaha Milyar
Rupiah
% Milyar
Rupiah
% Milyar
Rupiah %
1. Pertanian 21 465,42 25,76 22 191,30 25,25 22 707,19 24,33
2. Pertambangan
dan Penggalian
1 009,92 1,21 1 074,75 1,22 1 119,58 1,20
3. Industri 20 337,03 24,41 21 305,37 24,24 22 470,57 24,08
4. Listrik, Gas & Air Minum
681,20 0,82 716,25 0,81 738,31 0,79
5. Bangunan 4 883,08 5,86 5 515,98 6,28 6 085,61 6,52
6. Perdagangan,
Hotel & Restoran
15 230,32 18,28 15 984,93 18,19 17 095,26 18,32
7. Pengangkutan & komunikasi
6 702,18 8,04 7 379,92 8,40 8 259,20 8,85
8. Keuangan, Asuransi, Usaha persewaan bangunan& tanah, Jasa Perusahaan
5 077,30 6,09 5 440,50 6,19 5 977,57 6,40
9. Jasa-jasa 7 942,51 9,53 8 288,79 9,43 8 876,81 9,51
PDRB 83 328,95 100 87 897,79 100 93 330,11 100
PDRB Tanpa Migas 82 675,24 99,22 87 240,28 99,25 92 681,69 99,31
Sumber: Badan Pusat Statistik , Propinsi Sumatera Utara Berbagai Tahun (diolah)
Hal ini berarti antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 sektor primer
tidak lagi memberikan kontribusi terbesar pada pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Dengan demikian, hal ini merupakan suatu fenomena
yang menarik untuk diteliti, salah satunya untuk mengetahui apakah perubahan
sruktur ekonomi yang terjadi mengarah kepada proses transformasi ekonomi di
sektor-sektor ekonomi yang dimiliki Propinsi Sumatera Utara, sebab seperti yang
diketahui tidak semua sektor dalam perekonomian memiliki kemampuan tumbuh
yang sama, oleh karena itu perencanaan pembangunan regional biasanya akan
memanfaatkan dan mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang dianggap
berpotensi sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi, dengan demikian
perekonomian di wilayah tersebut dapat mengalami akselerasi pembangunan.
Untuk itu, berdasarkan uraian–uraian yang dikemukakan di atas, maka
penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perubahan
Struktur Ekonomi Di Propinsi Sumatera Utara”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat perumusan
masalah yang akan diteliti yaitu:
1) Apakah perubahan sruktur ekonomi yang terjadi di Propinsi Sumatera
Utara mengarah kepada proses transformasi ekonomi?
2) Sektor apakah yang berpotensi di Propinsi Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
1) Untuk menganalisis proses perubahan sruktur ekonomi yang terjadi di
2) Untuk mengetahui dan menganalisis sektor-sektor yang berpotensi di
Propinsi Sumatera.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1) Bagi penulis, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual (intelectual
exercise) yang diharapkan dapat mempertajam daya pikir ilmiah serta
meningkatkan kompetensi dalam disiplin ilmu yang digeluti.
2) Bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi kemajuan dan pengembangan ilmu ekonomi pembangunan
khususnya mengenai perubahan struktur ekonomi ekonomi yang terjadi
di Propinsi Sumatera Utara.
3) Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
dalam menetapkan kebijakan khususnya bidang perekonomian dan
perencanaan pembangunan daerah Propinsi Sumatera Utara.
4) Sebagai sumber referensi bagi peneliti berikutnya yang ingin
melakukan penelitian mengenai perubahan struktur ekonomi dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan
pembangunan ekonomi lebih berorientasi pada masalah pertumbuhan (growth).
Hal ini dikarenakan pada mulanya ahli ekonomi di Eropa menilai bahwa masalah
utama pada negara berkembang adalah terjadinya masalah kekurangan modal
akibat tingkat pendapatan perkapita yang rendah. Oleh sebab itu, pada mulanya
upaya pembangunan negara berkembang lebih ditekankan untuk meningkatkan
pendapatan perkapita negaranya atau sering disebut dengan strategi pertumbuhan
ekonomi (growth oriented strategy), sebab jika pendapatan rakyatnya rendah
maka akan sukar terbentuk tabungan, yang pada akhirnya akan mempersulit
terbentuknya investasi, padahal seperti yang kita ketahui bahwa investasi adalah
hal yang penting dalam usaha peningkatan pendapatan dan pembangunan suatu
negara.
Seperti negara Indonesia, dimana jumlah penduduk tergolong besar dan
tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, maka pada awal proses
pembangunan, pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting, dimana tingkatan
pertumbuhan ekonomi yang terjadi harus lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk,
adanya pertumbuhan ekonomi maka masalah seperti pengangguran, kemiskinan,
dan ketimpangan justru dapat teratasi melalui sistem trickle down effect.
Akan tetapi asumsi penekanan pembangunan pada pertumbuhan ekonomi
ternyata tidak memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan ekonomi
di negara berkembang. Pernyataan ini didasarkan pada pengalaman pada
dasawarsa 1950-an dan 1960-an, ketika banyak negara-negara Dunia Ketiga
berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun gagal
memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Artinya, terjadi kenaikan
pendapatan masyarakat, akan tetapi kenaikan pendapatan tersebut hanya dinikmati
oleh sebagian kecil masyarakat saja, atau kenaikan pendapatan tersebut lebih kecil
dari kenaikan jumlah penduduk (pertambahan jumlah penduduk melebihi
pertambahan pendapatan) sehingga kesejahteraaan masyarakat menurun.
Sebenarnya pembangunan ekonomi tidak dapat terlepas dari pertumbuhan
ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi. Namun istilah growth atau pertumbuhantidak dapat
disamakan dengan pengertian development atau pembangunan. Laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi belum berarti telah terjadi pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi pada prinsipnya harus dapat dinikmati penduduk, maka
adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu dapat dinikmati penduduk
jika pertumbuhan penduduk jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Dengan
lebih memberikan indikator yang lebih realistis mengenai makna pembangunan
tersebut.
Pembangunan ekonomi tidak hanya murni bermakna ekonomi saja, tetapi
lebih dari itu. Pembangunan berarti tidak hanya ekonomi saja tetapi peranan
faktor lain seperti politik, budaya kemajuan teknologi, pendidikan dan lain
sebagainya turut memberikan makna bagi pembangunan tersebut, sehingga
pembangunan disadari tidak hanya berdimensi ekonomi saja tetapi bermakna
multidimensi. Oleh sebab itu maka para ekonom mulai memberikan paaradigma
yang baru tentang arti pembangunan ekonomi.
2.1.1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan usaha masyarakat dalam
mengembangkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraannya. Hal ini
dapat berarti bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu negara atau wilayah
mengalami peningkatan dalam jangka panjang.
Todaro (2006) mengartikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses
yang bersifat multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas
struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping
tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan
pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakekatnya, pembangunan
secara keseluruhan tanpa mengabaikan keanekaragaman kebutuhan dasar dan
keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial di dalamnya untuk
bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik, secara material
maupun spiritual.
Berdasarkan arti pembangunan ekonomi dari Todaro tersebut maka
terdapat tiga unsur penting yang terdapat dalam pembangunan ekonomi, pertama
pembangunan ekonomi menggambarkan suatu proses terjadinya perubahan secara
kontinu, kedua, pembangunan ekonomi mengindikasikan adanya keberhasilan
dalam meningkatkan pendapatan perkapita, dan ketiga, bahwa kenaikan
pendapatan perkapita tersebut berlangsung untuk jangka waktu yang panjang.
Pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan
produksi ataupun kenaikan pendapatan perkapita, tetapi juga terdapat
perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor
perekonomian seperti dalam
Konsep pembangunan ekonomi dan modernisasi mengandung unsur-unsur tata
nilai tentang tujuan negara atau masyarakat yang ingin dicapai seperti dalam
hal-hal pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, pemberantasan kemiskinan,
pendidikan bagi masyarakat, partisipasi ekonomi, politik, dan lain –lain
(Kamaluddin: 1999).
Setelah para ekonom menyadari bahwa pada akhir dasawarsa 1960-an
ternyata pertumbuhan tidak identik dengan pembangunan, maka mulailah
dalam Kuncoro (2006) menyebutkan bahwa pembangunan sebagai pergerakan ke
atas dari seluruh sistem sosial. Ada pula yang menekankan pentingnya perubahan
pertumbuhan dengan perubahan (growth with change), terutama perubahan nilai
dan kelembagaan. Atau secara singkat dapat kita katakan bahwa pembangunan
tidak hanya mencapai peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) saja tetapi lebih
dari itu, yakni memusatkan perhatian pada kualitas dari proses pembangunan.
Dengan demikian pembangunan lebih dipusatkan tentang bagaimana mengurangi
kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan. Kuncoro (2006) memberikan
beberapa strategi dalam pembangunan, yaitu:
1. Strategi Pembangunan Pertumbuhan dengan Distribusi
Strategi pembangunan diarahkan tidak hanya memusatkan perhatian pada
pertumbuhan ekonomi (memperbesar kue pembangunan) tetapi lebih
dipertimbangkan bagaimana agar pendistribusian kue pembangunan tersebut
merata.
2. Strategi Kebutuhan Pokok
Artinya, pembangunan harus memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan pokok.
Ada yang mengartikan kebutuhan pokok mencakup kebutuhan minimum
konsumsi (pangan, sandang, perumahan) dan jasa umum (kesehatan, transportasi
umum, air, fasilitas pendidikan). Todaro (2006) memberikan pengertian
kebutuhan pokok sebagai tiga hal mendasar yang harus terpenuhi yaitu
kemampuan menyediakan kebutuhan dasar (life sustenance) dimana kebutuhan
berikutnya adalah kebutuhan untuk dihargai atau menjadi manusia seutuhnya (self
esteem), meliputi kebutuhan untuk maju,menghargai diri sendiri, penghargaan,
pengakuan dan lain sebagainya. Yang terakhir adalah kebebasan untuk memilih
(freedom), dimana pembangunan memberikan kebebasan pada manusia untuk
memilih apa yang dikehendaki. Dengan demikian hasil pembangunan diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi kelompok sosial yang paling lemah.
3. Strategi Pembangunan Mandiri
Strategi pembangunan mandiri dimaksudkan agar pembangunan dilaksanakan
dengan kemampuan sendiri dengan sedikit meminta bantuan dari luar.
4. Strategi Pembangunan Berkelanjutan
Strategi pembangunan berkelanjutan dimaksudkan bahwa pembangunan harus
menerapkan strategi ecodevelopment yang berkelanjutan, yang intinya
mengatakan bahwa masyarakat dan ekosistem disuatu daerah harus berkembang
bersama-sama menuju produktivitas dan pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi
secara berkelanjutan.
5. Strategi Pembangunan Berdimensi Etnik
Strategi ini dimaksudkan agar manfaat pembangunan dapat dirasakan adil oleh
semua etnik, maka beragam etnik dilibatkan dalam proses pembangunan.
2.1.2. Pertumbuhan Ekonomi
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
apabila terjadi peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil di
wilayah tersebut.
Istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menerangkan atau
mengukur prestasi dari perkembangan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan
ekonomi menggambarkan adanya perkembangan fisik produksi barang dan jasa
yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan jumlah produksi barang
industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan
produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal.
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan
suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya,
kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian
kelembagaan dan ideologis yang diperlukan (Kuznets dalam Sirojuzilam, 2003).
Dampak pelaksanaan kebijakan pemerintah khususnya dalam bidang ekonomi
akan terlihat pada pertumbuhan ekonomi. Didalam pertumbuhan ekonomi tersirat
adanya laju pertumbuhan berbagai macam sektor-sektor ekonomi.
Untuk memberikan suatu gambaran tentang adanya pertumbuhan
ekonomi, maka indikator yang selalu digunakan adalah pendapatan nasional rill.
Tingkat pertumbuhan pendapatan nasional rill tergambar dari PDB atau PDRB
atas harga konstan. Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi bernilai negatif berarti
pertumbuhan ekonomi tersebut bernilai positif berarti kegiatan perekonomian
mengalami peningkatan.
Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) memperlihatkan terjadinya
perubahan nilai kegiatan ekonomi setiap tahunnya. Untuk menghitung
pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya dapat dilakukan dengan cara
membandingkan antara perubahan pendapatan nasional tahun yang dimaksud
dikurangi pendapatan nasional tahun sebelumnya dibagi dengan pendapatan
nasional pada tahun yang dimaksud. Atau secara ringkas dapat dituliskan sebagai
berikut:
PDB PDB
gt = Δ atau
1 1 − − − = t t t PDB PDB PDB gt Dimana:
gt = Pertumbuhan Ekonomi
PDB = Produk Domestik Bruto
UPDB = Perubahan PDB
PDBt = PDB pada tahun t
PDBt-1 = PDB sebelum tahun t
Sedangkan untuk menghitung pertumbuhan rata-rata tiap tahun dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
%
100
.
1
1⎥
⎦
⎤
⎢
⎣
⎡
=
n−Dimana:
r adalah laju pertumbuhan ekonomi rata-rata setiap tahun
n adalah jumlah tahun (dihitung mulai sampai dengan)
tn adalah tahun akhir periode
to adalah tahun awal periode
Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana,
mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil
pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin,
tertinggal dan tidak produktif akan menjadi produktif, yang akhirnya akan
mempercepat pertumbuhan itu sendiri (Sirojuzilam:2008).Strategi pembangunan
ini dikenal dengan istilah “Redistribution With Growth”.
Dengan demikian, ada beberapa komponen penting yang harus di analisa
pada pertumbuhan ekonomi yaitu:
1. Akumulasi Modal
Akumulasi modal meliputi semua investasi baru pada tanah, peralatan fisik
dan sumber daya manusia. Akumulasi modal dapat terjadi jika sebagian dari
pendapatan masyarakat di investasikan dengan tujuan untuk memperbesar output
produksi, dengan cara mendirikan pabrik baru, membeli mesin ataupun peralatan,
Investasi produktif ini juga harus dilengkapi dengan infrastruktur sosial
ekonomi seperti jalan, listrik, air, sanitasi, komunikasi, dan lainnya guna
menunjang aktivitas perekonomian secara terpadu.
2. Pertumbuhan Penduduk dan Tenaga Kerja
Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja, secara tradisional dianggap sebagai
faktor positif yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk
yang besar berarti akan meningkatkan luas pasar domestik. Laju pertumbuhan
penduduk dapat dihitung dengan rumus:
n
r
Po
Pt
=
.(
1
+
)
Dimana:
Pt = banyaknya penduduk pada tahun akhir
Po = jumlah penduduk pada tahun awal
r = angka pertumbuhan
n = waktu antara Po dan Pt (dihitung mulai dengan sampai dengan)
3. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi berarti ditemukannya cara baru ataupun perbaikan dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang semula dilakukan secara tradisional menjadi
lebih modern dan efisien. Dengan mempergunakan kemajuan teknologi maka
pemakaian sumber daya akan lebih efisien dan efektif, output yang dihasilkan
2.1.3. Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Ekonomi
Istilah pertumbuhan ekonomi umumnya sering dikaitkan dengan
perkembangan dan kemajuan ekonomi yang terdapat di negara-negara maju,
dimana struktur ekonominya sudah berindustri serta tidak mengalami perubahan
struktural lagi. Sedangkan pembangunan ekonomi berkaitan dengan
perkembangan dan kemajuan ekonomi di negara-negara berkembang yang
mengalami proses perubahan struktural dari keterbelakangan menuju arah
kemajuan dan modernisasi. (Kamaluddin: 1999).
Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya
lebih bersifat kuantitatif, ditunjukkan dengan adanya kenaikan dalam standar
pendapatan dan tingkat produksi. Sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat
perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor
perekonomian seperti dalam
Pembangunan ekonomi dapat terjadi dalam bentuk :
1. Peningkatan dalam pendapatan perkapita masyarakat, yaitu tingkat
pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.
2. Pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) tersebut dibarengi dengan perombakan dan
modernisasi dalam struktur ekonominya dari yang sebelumnya bercorak
Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam
Produk Domestik Bruto (PDB) tanpa memandang apakah kenaikan itu bersifat
lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk, dan apakah
terjadi perubahan dalam struktur ekonomi dan struktur masyarakat serta
kelembagaan. Dengan memahami makna dari pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi tersebut maka dapat diketahui apakah suatu wilayah mengalami proses
pembangunan atau yang terjadi hanya pertumbuhan ekonomi saja.
2.2. Tenaga Kerja
Pengertian tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, serta termasuk pula penduduk yang
melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pencari
kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga diangap sebagai tenaga kerja sebab
secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.
Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Menurut BPS, yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah mereka yang
berumur 15 tahun keatas dan selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan,
dan bekerja, ataupun sementara tidak bekerja dikarenakan suatu sebab. Angkatan
kerja juga termasuk mereka yang tidak punya pekerjaan tetapi sedang mencari
pekerjaan. Dengan demikian, angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja,
golongan yang menganggur, dan golongan yang mencari pekerjaan. Sedangkan
bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan yang menerima
pendapatan. Golongan yang bukan angkatan kerja dimasukkan ke dalam golongan
angkatan kerja disebabkan golongan ini dianggap sebagai golongan potential
labor force.
2.3. Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi Wilayah
Pertumbuhan ekonomi akan menggambarkan adanya pertambahan
pendapatan di suatu wilayah. Agar dapat terlihat besarnya pertambahan
pendapatan dari waktu ke waktu maka maka pendapatan tersebut dihitung
berdasarkan harga konstan atau berdasarkan nilai rill-nya. Pendapatan wilayah
menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah
tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar
menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.(Robinson Tarigan: 2007)
Sesuai dengan arti pembangunan ekonomi, maka suatu wilayah dapat
dikatakan mengalami pembangunan ekonomi jika terjadi peningkatan pendapatan
perkapita masyarakat dalam jangka panjang, dimana tingkat pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) melebihi tingkat pertumbuhan penduduk di
wilayah tersebut dan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
tersebut dibarengi dengan perombakan dan modernisasi dalam struktur
2.4. Teori Pertumbuhan Neo Klasik
Teori pertumbuhan Neo-Klasik mempunyai banyak variasi, tetapi pada
umumnya didasarkan pada fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh Charles
Cobb dan Paul Douglas, atau dikenal dengan fungsi produksi Cobb-Douglas.
Fungsi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
β α
t t
t
t T K L
Y =
Dimana:
Yt = tingkat produksi pada tahun t
Tt = tingkat teknologi pada tahun t
Kt = jumlah stok barang-barang modal pada tahun t
Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t
α =pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan satu unit modal
β = pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga
kerja
Dengan demikian, tingkat pertumbuhan yang dapat dicapai suatu negara
(tingkat produksi) tergantung kepada tingkat perkembangan teknologi, jumlah
stok barang-barang modal pada tahun t dan jumlah tenaga kerja pada tahun t.
2.5. Konsep Produk Domestik Bruto (PDB), Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) dan Pendapatan Perkapita
Di negara –negara berkembang umumnya konsep Produk Domestik Bruto
dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Terkadang baik di negara maju
atau negara berkembang, barang dan jasa yang diproduksikan bukan saja oleh
perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain.
Selalu didapati bahwa produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi
yang berasal dari luar negeri. Dengan demikian Produk Domestik Bruto (PDB)
adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh
faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing. Sedangkan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan nilai barang dan jasa dalam
suatu wilayah (region) yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik
masyarakat setempat beserta milik masyarakat diluar wilayah (region) tersebut.
Pendapatan penduduk dalam beberapa tahun dapat mengalami kenaikan
dan penurunan. Kenaikan atau penurunan tingkat pendapatan penduduk dapat
disebabkan karena adanya:
1. Kenaikan atau penurunan rill, yaitu kenaikan atau penurunan tingkat
pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga. Apabila terjadi
kenaikan rill pendapatan penduduk berarti daya beli penduduk di daerah
tersebut meningkat, misalnya mampu membeli barang yang sama kualitasnya
dalam jumlah yang lebih banyak.
2. Kenaikan atau penurunan pendapatan yang disebabkan adanya faktor
perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan pendapatan yang hanya disebabkan
inflasi (menurunnya nilai beli uang) maka walaupun pendapatan meningkat
perlu dilihat mana yang meningkat lebih tajam, tingkat pendapatan atau
tingkat harga.
Oleh karena itu, untuk mengetahui kenaikan pendapatan yang sebenarnya,
faktor inflasi harus dikeluarkan terlebih dahulu. Pendapatan regional yang di
dalamnya masih ada unsur inflasinya disebut dengan pendapatan nasional atas
dasar harga berlaku. Sedangkan pendapatan regional dengan mengeluarkan faktor
inflasi disebut dengan pendapatan regional atas dasar harga konstan. Dengan
demikian, setiap melakukan penghitungan laju pertumbuhan ekonomi agar
terhindar dari faktor inflasi digunakan pendapatan regional dengan harga rill
(tahun dasar). Tahun dasar yang digunakan BPS adalah tahun 1983, 1993 dan
tahun 2000.
Pendapatan perkapita menunjukkan tingkat kemakmuran masyarakat,
oleh karena itu salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah terjadinya
kenaikan pendapatan perkapita dalam jangka waktu yang panjang. Pendapatan
perkapita adalah total pendapatan suatu daerah dibagi jumlah penduduk di daerah
tersebut untuk tahun yang sama. Angka pendapatan perkapita dapat dinyatakan
dalam harga berlaku maupun dalam harga konstan tergantung pada kebutuhan.
2.6. Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan
Mengambil arti pembangunan menurut Meir dalam Kuncoro (2006) bahwa
pembangunan adalah suatu proses dimana pendapatan perkapita suatu negara
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan absolut tidak meningkat dan
distribusi pendapatan tidak semakin timpang.”
Proses pembangunan menghendaki adanya pertumbuhan ekonomi yang
diikuti dengan perubahan dalam hal:
1. Perubahan struktur ekonomi dari pertanian ke industri atau jasa
2. Perubahan dalam kelembagaan baik melalui regulasi maupun reformasi
kelembagaan itu sendiri.
Adanya perubahan struktural dapat tercermin dalam peranan sektor-sektor
dalam pembentukan produksi nasional maupun besarnya persentase tenaga kerja
pada masing-masing sektor ekonomi tersebut. Dimana peranan ataupun
sumbangan sektor primer (pertanian dan pertambangan) dalam pembentukan
Produk Domestik Bruto (PDB) ataupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
akan semakin berkurang, sedangkan peranan sektor sekunder (industri
manufaktur, konstruksi) serta sektor tersier (jasa-jasa) akan semakin meningkat,
dengan semakin majunya perekonomian negara. Disamping itu, semakin tinggi
pendapatan perkapita suatu negara, akan semakin kecil peranan pertanian dalam
menyediakan dan menyerap kesempatan kerja, dan sebaliknya sektor industri akan
semakin penting dan meningkat peranannya dalam menampung tenaga kerja.
(Kamaludin: 1999).
Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti
pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar
utama ke sektor modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer
khususnya industri manufaktur dengan increasing returns to scale (relasi positif
antara pertumbuhan output dengan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis
sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi (Weiss dalam Tambunan, 2001),
sehingga terdapat suatu kolerasi yang positif antara pertumbuhan ekonomi dengan
perubahan struktur ekonomi melalui peningkatan pendapatan masyarakat (demand
side effect ).
Struktur ekonomi akan mengalami perubahan dalam proses pembangunan
ekonomi. A.G.B. Fisher dalam Sadono Sukirno (2007) telah mengemukakan
pendapat bahwa berbagai negara dapat dibedakan berdasarkan persentase tenaga
kerja yang bekerja di sektor primer, sekunder, dan tertier. Data yang
dikumpulkannya itu menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan perkapita suatu
negara, makin kecil peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan
kerja, sementara sektor industri akan semakin penting peranannya dalam
menampung tenaga kerja.
Kuznets dalam Sadono Sukirno (2007) membuat kesimpulan mengenai
corak perubahan sumbangan berbagai sektor dalam pembangunan ekonomi di 13
negara yaitu Inggris, Perancis, Jerman, Negeri Belanda, Denmark, Norwegia,
Swedia, Italia, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, dan Rusia, dimana
kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Sumbangan sektor pertanian kepada produksi nasional telah menurun di dua
ekonomi, peranan sektor itu mendekati setengah dan adakalanya mencapai
sampai hampir dua pertiga dari seluruh produksi nasional. Satu-satunya
pengecualian dari keadaan ini adalah perubahan yang terjadi di Australia,
dalam delapan dasawarsa peranan sektor pertanian bertambah besar,
walaupun dalam jangka masa itu kemajuan ekonominya terus-menerus
berlangsung.
2. Di dua belas negara peranan sektor industri dalam menghasilkan produksi
nasional meningkat, kecuali Australia.
3. Sumbangan sektor jasa dalam menciptakan pendapatan nasional tidak
mengalami perubahan yang berarti dan perubahan itu tidak konsisten sifatnya.
Umumnya penurunan sektor pertanian dalam menciptakan produksi nasional
di imbangi oleh kenaikan yang hampir sama besarnya dengan peranan sektor
industri. Hal ini menyebabkan peranan sektor jasa tidak mengalami
perubahan yang berarti.
Dengan demikian, kesimpulan umum yang dapat diambil dari tulisan
Kuznets tersebut adalah:
1. Produksi sektor pertanian mengalami perkembangan yang lebih lambat
daripada perkembangan produksi nasional
2. Tingkat pertambahan produksi sektor industri lebih cepat daripada tingkat
3. Tidak adanya perubahan dalam peranan sektor jasa dalam produksi nasional
berarti bahwa tingkat perkembangan sektor jasa adalah sama dengan tingkat
perkembangan produksi nasional.
Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perubahan dalam struktur
ekonomi suatu negara antara lain pertama, disebabkan oleh sifat manusia dalam
kegiatan konsumsinya, yaitu apabila pendapatan naik, elastisitas permintaan yang
diakibatkan oleh perubahan pendapatan (income elasticity of demand) adalah
rendah untuk konsumsi bahan makanan. Sedangkan permintaan terhadap
bahan-bahan pakaian, perumahan, dan barang-barang konsumsi hasil industri adalah
sebaliknya. Sifat permintaan masyarakat tersebut sesuai dengan hukum Engels,
dimana teori Engels mengatakan bahwa, makin tinggi pendapatan masyarakat
maka akan semakin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli
bahan pertanian, sebaliknya proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli
produksi barang-barang industri menjadi bertambah besar.
Faktor kedua, yaitu perubahan struktur ekonomi disebabkan pula oleh
perubahan teknologi yang terus–menerus berlangsung. Perubahan teknologi yang
terjadi di dalam proses pembangunan akan menyebabkan perubahan pada struktur
produksi yang bersifat cumpolsory dan inducive.
Kemajuan teknologi akan mempertinggi produktivitas kegiatan-kegiatan
ekonomi, pada akhirnya menyebabkan terjadinya perluasan pasar serta kegiatan
perdagangan. Dengan demikian akan tercipta produk baru yang tidak hanya
juga untuk kebutuhan masyarakat kota. Produk baru tersebut timbul karena
adanya kemajuan teknologi, dengan demikian perubahan seperti itu disebut
dengan perubahan struktur produksi nasional yang bersifat cumpolsory yaitu
memproduksi produk yang belum tentu diperlukan masyarakat yang masih
tradisional.
Selain itu, kemajuan teknologi juga menyebabkan perubahan dalam
struktur produksi nasional yang bersifat inducive, yaitu kemajuan dalam
menciptakan produk baru akan menyebabkan bertambahnya pilihan produk yang
dapat dikonsumsi masyarakat, dengan demikian kemajuan teknologi
menyebabkan terciptanya barang-barang yang lebih beragam dan bermutu.
Perubahan–perubahan seperti ini selanjutnya menyebabkan peranan produksi
barang-barang industri dalam negeri menjadi bertambah penting. Dengan
demikian, dapat digambarkan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan struktur
ekonomi adalah sebagai berikut:
[image:51.595.154.466.502.639.2]Sumber: Tambunan (2001)
Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.2. diatas bahwa perubahan
struktur ekonomi terjadi akibat perubahan dari sejumlah faktor, yang menurut
sumbernya dapat dibedakan atas faktor-faktor dari sisi Agregat Demand(AD) dan
Agregat Supply (AS). Perubahan struktur ekonomi juga dipengaruhi secara
langsung atau tidak langsung oleh intervensi pemerintah di dalam kegiatan
ekonomi sehari-hari.
Dari sisi Agregat Demand, faktor yang sangat dominan adalah perubahan
permintaan domestik yang disebabkan oleh kombinasi antara peningkatan
pendapatan rill perkapita masyarakat dan perubahan selera masyarakat. Perubahan
permintaan tidak hanya dalam arti peningkatan konsumsi tetapi juga perubahan
komposisi barang-barang yang dikonsumsi. Perubahan komposisi ini dapat
dijelaskan dengan teori Engel: Apabila pendapatan rill masyarakat meningkat
maka pertumbuhan permintaan akan barang-barang non makanan akan lebih besar
daripada pertumbuhan permintaan terhadap makanan. Pada umumnya makanan,
seperti beras memiliki elastisitas pendapatan dari permintaan yang nilainya nol
(kategori barang normal) atau negatif (inferior), sedangkan barang-barang non
makanan seperti alat-alat rumah tangga dari elektronik dan baju, memiliki
elastisitas yang positif dan besar (kategori ferior). Hal ini dapat dijelaskan melalui
Sumber:Tambunan (2001)
Gambar 2.3. Komposisi Penggunaan Barang yang di Konsumsi
Gambar 2.3. diatas menjelaskan bahwa dengan meningkatnya pendapatan
masyarakat maka komposisi barang yang dikonsumsi mengalami perubahan,
proporsi barang kebutuhan pokok dalam konsumsi menurun sedangkan proporsi
barang bukan kebutuhan pokok meningkat. Nilai elasitisitas pendapatan dari
permintaan terhadap kelompok barang pertama seperti makanan dan minuman
biasanya rendah (negatif), sedangkan nilai elastisitas terhadap kelompok barang
kedua seperti barang-barang elektronik, mobil, dan rumah adalah tinggi.
Peningkatan pendapatan rill per kapita dibarengi dengan perubahan selera
pembeli selain memperbesar pasar (permintaan) bagi barang-barang yang ada,
juga menciptakan pasar baru (diversifikasi pasar) bagi barang-barang baru (non
makanan). Perubahan ini menggairahkan pertumbuhan industri-industri baru,
disatu pihak dan di lain pihak meningkatkan laju pertumbuhan output di
Dari sisi Agregat Supply, faktor-faktor penting diantaranya adalah
pergeseran keunggulan komparatif, perubahan atau kemajuan teknologi,
peningkatan pendidikan atau kualitas sumber daya manusia, penemuan-penemuan
material baru untuk produksi, dan akumulasi barang modal. Semua hal ini
memungkinkan untuk melakukan inovasi dalam produk dan proses produksi.
Dalam hal pergeseran keunggulan komparatif menurut Chenery dalam
Tambunan (2001) bahwa proses transformasi struktural akan berjalan lambat,
bahkan ada kalanya berbalik atau mengalami kemunduran dalam arti terjadinya
penurunan atas kontribusi output industri manufaktur dalam pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB), jika keunggulan komparatif tidak berjalan sesuai dengan
arah pergeseran pola permintaan domestik ke arah output industri manufaktur dan
pola perubahan dalam komposisi ekspor.
Perubahan struktur ekonomi dari sisi Agregat Supply juga diakibatkan oleh
realokasi dana investasi dan resources utama lainnya, termasuk teknologi dan
tenaga kerja atau sumber daya manusia dari satu sektor ke sektor lain. Realokasi
ini dapat terjadi disebabkan karena adanya perbedaan produktivitas atau
pendapatan rill antar sektor, adanya kemiskinan di salah satu sektor ataupun
karena adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang lebih menguntungkan
sektor-sektor tertentu, misalnya kebijakan industrialisasi dan kebijakan perdagangan luar
negeri yang mengutamakan pembangunan atau pertumbuhan output di sektor
Dalam intervensi pemerintah, kebijakan yang berpengaruh langsung
terhadap perubahan struktur ekonomi adalah kebijakan pemberian insentif bagi
sektor industri atau tidak langsung lewat pengadaan infrastruktur. Intervensi ini
mempengaruhi sisi Agregat Supply dari sektor tersebut. Dari sisi Agregat
Demand, kebijakan yang berpengaruh langsung adalah pajak penjualan yang
membuat harga jual barang yang bersangkutan menjadi mahal, yang selanjutnya
dapat mengurangi permintaan terhadap barang tersebut (permintaan tergantung
pada nilai elastisitas harga terhadap permintaan). Sedangkan kebijakan yang
berpengaruh tidak langsung adalah pengurangan pajak pendapatan (ceteris
paribus), dapat meningkatkan konsumsi terhadap produk-produk dari
sektor-sektor tertentu seperti manufaktur dan jasa.
Faktor dari sisi Agregat Demand dan Agregat Supply diatas adalah
faktor-faktor internal, sedangkan faktor-faktor eksternal yang merupakan penyebab perubahan
struktur ekonomi antara lain adalah kemajuan teknologi (bagi Indonesia kemajuan
teknologi bersifat given), dan perubahan struktur perdagangan global yang antara
lain disebabkan oleh peningkatan pendapatan dunia dan dampak dari
peraturan-peraturan mengenai perdagangan regional dan internasional. Perubahan struktur
ekspor misalnya dari ekspor komoditas primer ke komoditas manufaktur juga
tidak terlepas dari perubahan struktur permintaan dunia yang disebabkan oleh
peningkatan pendapatan dunia.
Sejalan dengan pembangunan ekonomi akan terjadi perubahan struktur
perdagangan internasional. Proses perubahan struktur sering disebut dengan
proses alokasi. Pada dasarnya proses alokasi ini adalah hasil interaksi antara
proses akumulasi di satu pihak, dengan proses perubahan pola konsumsi
masyarakat yang timbul secara bersamaan dengan meningkatnya pendapatan
perkapita di pihak lain. Interaksi ini pada akhirnya akan memberikan dampak
berupa perubahan pada komposisi barang dan jasa yang diproduksi dan
diperdagangkan. Dengan demikian, secara ringkas dapat dibuat suatu alat ukur
untuk menilai apakah perekonomian suatu wilayah mengalami perubahan struktur
atau tidak, yaitu dengan melihat:
1. Struktur permintaan domestik
Dengan meningkatnya pendapatan perkapita, terjadi pula perubahan
struktur permintaan domestik dalam bentuk menurunnya bagian pendapatan yang
digunakan untuk mengkonsumsi bahan makanan. Penurunan konsumsi bahan
makanan ini dikaitkan dengan hukum Engels yang menyatakan bahwa elastisistas
permintaan terhadap perubahan pendapatan untuk bahan makanan adalah lebih
kecil dari 1 (in elastic), dengan demikian jika terjadi peningkatan pendapatan
maka permintaan akan bahan makanan meningkat dengan persentase lebih rendah
dari persentase peningkatan pendapatan perkapita.
2. Struktur produksi
Perubahan struktur produksi yang terjadi pada saat perekonomian tumbuh
perekonomian nasional, dan semakin tingginya peran sektor lain