• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Kekerasan Resin Akrilik Setelah Perendaman Dalam Larutan Desinfektan Sodium Hypochlorite 0,5%

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perubahan Kekerasan Resin Akrilik Setelah Perendaman Dalam Larutan Desinfektan Sodium Hypochlorite 0,5%"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK SETELAH

PERENDAMAN DALAM LARUTAN DESINFEKTAN

SODIUM

HYPOCHLORITE

0,5%

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MUKTAR HUTASOIT NIM : 060600014

DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN TEKNOLOGI

KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi

Kedokteran Gigi

Tahun 2009

Muktar Hutasoit

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN DESINFEKTAN SODIUM HYPOCHLORITE 0.5%

Xi + 39 halaman

Resin akrilik heat-cured merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan polimerisasi panas yang menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel. Salah satu keuntungan poli (metil metakrilat) sebagai bahan basis protesa adalah relatif mudah pengerjaannya. Sifat fisik resin basis protesa yang perlu diperhatikan termasuk pengerutan polimerisasi, keporeusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses, dan retakan atau goresan serta kekuatan dan kekerasan. Kebanyakan bahan pembersih protesa yang diperdagangkan menggunakan teknik perendaman. Bahan pemutih (hypochlorite) juga digunakan dalam pembersih protesa. Pemakaian

sodium hypochlorite 0,5% untuk merendam gigi tiruan dianjurkan 10 menit tiap hari.

(3)

mengetahui kemungkinan perubahan kekerasan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan disinfektan sodium hypochlorite 0,5%.

Sampel yang dipergunakan adalah lempeng resin akrilik, berukuran 20mm x 20mm x 2mm sebanyak 40 buah. Perendaman dengan sodium hypochlorite 0,5% dilakukan selama 10, 20, 30 menit untuk setiap 10 buah sampel, dan 10 buah lagi tidak dilakukan perendaman atau sebagai kontrol.

(4)

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK SETELAH

PERENDAMAN DALAM LARUTAN DESINFEKTAN

SODIUM

HYPOCHLORITE

0,5%

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MUKTAR HUTASOIT NIM : 060600014

DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN TEKNOLOGI

KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 12 Desember 2009

Pembimbing : Tanda tangan

(6)

NIP : 194603101971071001

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 12 Desember 2009

TIM PENGUJI KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D

2. Siti Chadidjah, drg

3. Rusfian, drg., M.Kes

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasih-NYA dan rahmat-NYA yang senantiasa memberi kekuatan dan kebijaksanaan untuk bertindak dan melakukan segalanya penuh penyerahan kepada-NYA, dan skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa terima kasih yang tak terhingga secara khusus penulis tujukan kepada kedua orang tua tercinta Bapak (Sihol hutasoit) dan Mama (Parmaluman Lumbantoruan), abang (B'Laras, B'Andi, Suparjo), kakak (K'Rimpa, K'Abednego) dan adek ( Sudarsono dan Tuti) yang selalu memberikan dukungannya baik moril maupun materil, semangat dan dorongan, doa, serta motivasi yang tak henti-hentinya kepada penulis sehingga penulis dapat mengecap masa pendidikan hingga selesai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan dan juga dapat menyelesaikan proses skripsi ini dengan baik.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Prosto., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utrara.

(8)

2. Ketua beserta seluruh staf di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi universitas Sumatera Utara atas kesediaannya menerima penulis untuk menyelesaikan skripsi di Departemen IMTKG FKG USU.

3. Sumadhi S, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi dan meluangkan waktu dalam membimbing serta mengarahkan penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Mimi Marina, drg selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak memberi nasehat serta arahan selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Sahabat-sahabat terbaik penulis Briliana, Lusiana, Dewi, Ruth, Yemima, Imme, Okta, Zanthorriza, Eva, Lisa, dan Suryana dan teman seperjuangan di IMTKG Satthva, Keong, Ika, Leny, dan Sufeny serta semua angkatan 2006 yang tidak penulis sebutkan satu persatu, dan kepada teman-teman koordinasi 2008/2009 (Kak Ina, Sally, Eunike, Sabrina, Dorlina, Meynarli, B'Dedy dan B'Ramos) adek-adekku Feri, Gideon, Johan, Martin dan juga kepada saudara Eben yang telah membantu penulis dalam mengaplikasikan sistem pengolahan data statistik berupa Program SPSS 15 dalam skripsi ini dan juga kepada teman kos penulis yaitu Meyni, Erich dan Berty, Farto terima kasih atas dukungannya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu terselesaikannya skripsi ini dan memohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan bagi masyarakat.

Medan, Desember 2009

(Muktar Hutasoit)

(9)

NIM : 060600014

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN

(10)

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik ... 5

2.2 Jenis-jenis... 5

2.2.1 Heat actived denture base resin akrilik... 5

2.2.2 Poli (metil metakrilat)... ... 6

2.2 Sifat-sifat resin akrilik... 8

2.3.1 Density... 8

2.3.2 Strength... ... 8

2.3.3 Hardness... 8

2.4 Sodium Hypochlorite... 10

2.5 Cara Pembersihan Gigi Tiruan... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

(11)

3.1 Kerangka Konsep ... 13

3.2 Hipotesis Penelitian... 13

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian... 14

4.2 Desain Penelitian ... 14

4.3 Tempat Penelitian ... 14

4.4 Objek, Sampel Dan Besar Sampel ... 14

4.4.1 Objek... 14

4.4.2 Sampel... 14

4.4.3 Besar Sampel... 14

4.5 Variabel Penelitian ... 14

(12)

4.7.2. Bahan Penelitian... 17

4.8 Prosedur Penelitian ... 22

4.8.1 Pembuatan Sampel ... 22

4.8.2 Perendaman Sampel ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian... 27

5.2 Analisis Hasil Penelitian... 27

BAB 6 PEMBAHASAN... 30

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 33

6.2 Saran... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN ... 36

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi dari resin akrilik ... 6

2. Hasil Pengukuran Kekerasan pada Lempeng Akrilik ... 27

3. Hasil uji statistik perubahan kekerasan lempeng akrilik tanpa perendaman dalam larutan desinfektan (0 menit) dengan lempeng akrilik setelah perendaman selama 10,20,dan 30 menit dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5%. ... 28

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Bentuk indentor dari jenis alat pengukur kekerasan... 10

2 Rubber bowl dan spatula... 18

3. Termometer... 18

4. Stopwatch... 18

5. Cuvet... 19

6. Press... 19

7. Waterbath... 19

8. Vickers Hardness Tester... 19

(15)

9. Pot Akrilik... 20

10. Spuit 5 cc... 20

11. Kertas pasir, masker daan sarung tangan... 20

12. Tissue dan mikromotor... 20

13. Arilik powder dan liquid... 21

14. Coul mould seal dan Sodium Hypochlorite 0,5%... 21

15. Hasil pengecoran (bentuk mold)... 23

16. Kuring unit (Waterbath) saat penggodokan... 24

17. Sampel Hasil Penelitian... 24

18. Bentuk Sampel dengan ukuran 20x20x2mm... 24

19. Sampel kontrol siap diukur... 24

20. Sampel setelah perendaman dalam larutan desinfektan... 25

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Skema alur penelitian... 36

2 Analisa Data ANOVA Oneway... 37

(17)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi

Kedokteran Gigi

Tahun 2009

Muktar Hutasoit

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN DESINFEKTAN SODIUM HYPOCHLORITE 0.5%

Xi + 39 halaman

Resin akrilik heat-cured merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan polimerisasi panas yang menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel. Salah satu keuntungan poli (metil metakrilat) sebagai bahan basis protesa adalah relatif mudah pengerjaannya. Sifat fisik resin basis protesa yang perlu diperhatikan termasuk pengerutan polimerisasi, keporeusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses, dan retakan atau goresan serta kekuatan dan kekerasan. Kebanyakan bahan pembersih protesa yang diperdagangkan menggunakan teknik perendaman. Bahan pemutih (hypochlorite) juga digunakan dalam pembersih protesa. Pemakaian

sodium hypochlorite 0,5% untuk merendam gigi tiruan dianjurkan 10 menit tiap hari.

(18)

mengetahui kemungkinan perubahan kekerasan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan disinfektan sodium hypochlorite 0,5%.

Sampel yang dipergunakan adalah lempeng resin akrilik, berukuran 20mm x 20mm x 2mm sebanyak 40 buah. Perendaman dengan sodium hypochlorite 0,5% dilakukan selama 10, 20, 30 menit untuk setiap 10 buah sampel, dan 10 buah lagi tidak dilakukan perendaman atau sebagai kontrol.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa dibuat

menggunakan resin poli (metil metakrilat). Resin-resin tersebut merupakan plastik

lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat

multipel. 1

Salah satu keuntungan poli (metil metakrilat) sebagai bahan basis protesa

adalah relatif mudah pengerjaannya. Bahan basis protesa poli (metil metakrilat)

biasanya dikemas dalam sistem bubuk-cairan. Cairan mengandung metil metakrilat

tidak terpolimer dan bubuk mengandung resin poli (metil metakrilat) pra-polimerisasi

dalam bentuk butir-butir kecil. Bila cairan dan bubuk diaduk dengan proporsi yang

tepat, diperoleh massa yang dapat diinginkan serta dipolimerisasi. Setelah proses

polimerisasi selesai hasil protesa dikeluarkan dan dipersiapkan untuk dipasang pada

pasien. 1-2

Sifat fisik resin basis protesa yang perlu diperhatikan termasuk pengerutan

polimerisasi, keporeusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses, dan

retakan atau goresan serta kekuatan. Kekuatan dari resin basis protesa bergantung

pada beberapa faktor. Faktor-faktor ini termasuk komposisi resin, teknik pembuatan,

dan kondisi-kondisi yang ada dalam ronnga mulut seperti pembersih protesa. 1-2

Kebanyakan bahan pembersih protesa yang diperdagangkan menggunakan

(20)

teknik perendaman. Bahan ini dipasarkan dalam bentuk bubuk dan tablet. Bahan

perendam mengandung komponen alkalin, deterjen, natrium perborat, dan bahan

pemberi aroma. Bahan pemutih (hipoklorit) juga digunakan dalam pembersih protesa.

Larutan pemutih yamg diencerkan dapat digunakan untuk membersihkan jenis warna

tertentu. 1,6-7,16

Sodium hypochlorite termasuk golongan halogenated yang oxigenating.

Sodium hypochlorite dalam larutan membentuk hypochlorus acid (HOCl) dan

oxychloride (OCl). Desinfektan ini adalah larutan yang berbahan dasar klorin (Cl2),

larutan ini merupakan desinfektan derajat tinggi (high level disifectants) karena

sangat aktif pada semua bakteri,virus, jamur, parasit ,dan beberapa spora. Bahan

tersebut bekerja cepat atau fast acting, sangat efektif melawan Hepatitis B virus

(HBV) dan Human Imunodeficiency Virus (HIV). Pemakaian sodium hypochlorite

0,5% untuk merendam gigi tiruan dianjurkan 10 menit tiap hari.6

Sodium hypochlorite (cairan pemutih, eau de javel, dll.) adalah desinfektan yang

sempurna yang dapat membunuh bakteri, virus, murah dan tersedia secara luas.

Tetapi bahan ini mempunyai dua kerugian penting yaitu:6

1. Senyawa bersifat korosif. Senyawa akan mengkorosi nikel, baja, chromuim,

besi dan logam lain yang bisa dioksidasi. Larutan dengan kandungan klor lebih besar

dari 0.1% tidak boleh digunakan berulang-kali untuk disinfeksi peralatan baja tahan

karat yang berkualitas baik. Kontak harus tidak lebih dari 30 menit dan harus diikuti

dengan pembilasan dan pengeringan yang seksama. Pengenceran tidak boleh

(21)

dilakukan dalam wadah metalik karena dapat mengkorosi dengan cepat.

2. Cepat rusak/mudah berubah. Larutan harus segera dibuat dan dilindungi

dalam gudang dari panas dan cahaya. Larutan harus disiapkan tepat sebelum

digunakan. Perusakan yang cepat mungkin merupakan masalah utama di

negara-negara dengan iklim hangat. Dua senyawa lain yang melepaskan klorin (kalsium

hipoklorit, sodium dichloroisocyanurate) mungkin lebih cocok karena lebih stabil.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh David dan Elly (2005),

dalam 10 menit dalam kelompok Sodium hypochlorite maka nilai p lebih besar dari

0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna. Sedangkan pada kelompok 70

menit dan 140 menit dalam kelompok sodium hypochlorite mempunyai nilai lebih

kecil dari 0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna. Semakin lama

perendaman dalam sodium hypochlorite ternyata pigmen warna lempeng akrilik

semakin memudar sehingga perubahan warna yang terjadi semakin besar. Namun

resin akrilik mempunyai daya absorbsi terhadap zat cair ada kemungkinan hal ini

dapat menyebabkan perubahan kekerasan permukaan pada resin akrilik yang

digunakan sebagai basis gigi tiruan karena sifat porus dan juga menyerap cairan dari

resin akrilik.6

Dari uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang perubahan

kekerasan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan desinfektan sodium

hypochlorite 0,5%.

1.2 Perumusan Masalah

(22)

Dari uraian diatas timbul permasalahan adakah perubahan kekerasan pada

protesa dapat dipengaruhi oleh bahan pemutih seperti sodium hypochlorite?. Adakah

pengaruh perendaman dalam Sodium hypochlorite 0,5% terhadap perubahan

kekerasan resin akrilik?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh larutan

Sodium hypochlorite 0,5% terhadap perubahan kekerasan resin akrilik dan pengaruh

lama perendaman.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat

khususnya yang menggunakan gigitiruan, bahwa pemakaian bahan perendam Sodium

hypochlorite 0,5% apakah dapat atau tidak menyebabkan perubahan kekerasan pada

resin akrilik.

(23)

  18

18 

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik

Resin akrilik adalah derivat dari etylen dan terdiri dari group vynil dengan

rumus struktur yang sampurna. Resin akrilik dipakai di kedokteran gigi adalah jenis

ester terdiri dari:

1. Acrylic acid, CH2+CHOOH

2. Methacrylic acid, CH2=C(CH3)COOH

95% bahan dental ini sekarang ini digunakan segai bahan utama resin akrilik.1-3

2.2 Jenis-jenis

Adapun jenis-jenis resin ini adalah:1-3

1. Heat activated resins

2. Chemically activited resins

3. Light activited resins

2.2.1 Heat activited denture base resin akrilik

Adapun komposisi dari resin ini adalah bahan bubuk dan cairan dengan gel

dan cekes. Bubuk ini memiliki sifat yang transfaran atau mirip dengan warna gigi

atau warna pink (dia dapat menyerupai gusi dan juga mirip dengan gambaran darah).

Komposisi initerlihat pada tabel 1. Cairan (monomer) ini adalah bahan yang dibuat

dalam botol (untuk mencegah kontaminasi terhadap bahan polimerisasi karena kontak

(25)

Tabel 1. Komposisi dari Resin Akrilik2

Liquid  Metyl metacrilate

Dibutil phthalate

Powder  Poly metyl metecrilate

Benzoyl peroxide

2.2.2 Poli (metil metakrilat) Resin

Secara luas bahan telah banyak dipakai dalan kedokteran gigi untuk berbagai

keperluannya. Salah satu alasan pemakaian bahan ini cukup diminati adalah karena

mudah dalam proses penbuatannya. Walaupun, bahan ini memiliki termal resin, tetapi

tidak menjadi penghalang dalam kedokteran gigi. Bahan ini terdidri dari cairan

(26)

(monomer) metil metakrilat dengan campuran dari bubuk (polimer). Monomer ini

adalah bahan plastis dan polimer ini dicampur untuk mendapatkan konsistensi yang

lebih muda.1-4

Jenis resin denture base yang terbuat sesuai dengan petunjuk pabrik yaitu

bahan poly (metil metakrilat), resin, yang populer disebut sebagai akrilik. Meskipun

secara umun dapat dibedakan sesuai proses pembentukaanya resin denture base jenis

poly (metil metakrilat) atau PMMA. Adapun jenis-jenis resin denturebase adalah:11

1. Akrilik (dough-type)

Bahan ini merupakan bahan basis gigitiruan yang paling sering digunakan

karena diperoleh dari penyatuan dari liquid degan powder. Dengan nama lain adalah

poli (metil metakrilat).

2. Akrilik (gel-type)

Bahan ini merupakan hasil uraian unsur bebentuk gel yang dihasilkan dengan

cara mencampur liquid dengan powder.

3. Akrilik (puor-type)

Bahan ini terbentuk dari liquid dengan powder saja.

4. Akrilik (high-impact strength)

Bahan ini memeliki kekuatan tekan pada bahan yang dihasilkan dengan cara

menguraikan cabang rubber-like polimer butadiena-styrene menjadi molekul akrilik.

5. Akrilik (rapid heat-polymerized)

Bahan ini hampir sama dengan tipe dough hanya berbeda pada proses

(27)

modifikasi saja. Terkhusus pada proses polimerisasi hibridnya yaitu dengan panas

dan kimia.

6. Polyurethane resins

Bahan ini memiliki polomerisasi dari resin dengan proses memancarkan

spektrum cahaya pada daerah biru dengan panjang gelombang antara 450-490 nm.11

2.3 Sifat-sifat resin akrilik

Adapun yang menjadi sifat-sifat dari resin akrilik adalah density, strength,

dan hardness. Tetapi bahan ini masih memiliki sifat-sifat lain yang mempengaruhi

struktur dari resin akrilik.

2.3.1 Density

Desitas dari bahan ini adalah 1,19 gm/cm3 .1-4

2.3.2 Strength

Bahan ini memiliki sifat strenght yang khas. Walaupun, bahan ini sebenarnya

memiliki compressive strength dan tensile strength untuk bahan yang gigi tiruan

penuh dan gigitiruan sebahagian. Compressive strenghtnya adalah 75 Mpa, tensile

srenght 52 Mpa. Secara umum bahan resin ini memiliki strenght yang sangat rendah.

Efek yang mempengaruhi kekuatan dari suatu bahan antara lain; komposisi, teknik

pemprosesan, derajat dari polimerisasi, absorbsi air, subsekuensi dari lingkungan

(28)

sekitarnya.

(29)

Hardness

Resin akrilik memiliki kekerasan yang rendah. Karena bahan ini dapat dengan

mudah tergores dan abrasi. Heat cured resin akrilik, 18-20 KHN dan self cured resin

akrilik, 16-18 KHN. 2

Adapun yang menjadi jenis-jenis hardness yang digunakan untuk pengukuran

kekerasan suatu bahan adalah antara lain Rockwell, Vickers, Brinel, dan Knoop.

Setiap alat ini memeliki kebaikan dan kelemahan setiap alat dalam mengukur

berbagai jenis materi dan tergantung dari besar dan ukuran materi tersebut. Secara

umum dapat dibagi atas dua golongan yaitu untuk jenis materei mikro dan jenis

materi makro. Untuk materi makro yaitu jenis rockwell dan brinel sedangakan untuk

jenis materi untuk jenis mikro adalah jenis vickers dan knoop.2

Dalam hal ini resin akrilik adalah jenis materi mikro yang menggunakan alat

Vickers Hardness tester.

1. Vickers Hardness Test

Ini adalah metode standar untuk mengukur kekerasan logam, terutama

logam-logam yang sangat keras permukaan: permukaan terkena tekanan tertentu untuk

jangka waktu tertentu melalui piramida berbentuk berlian. Diagonal lekuk yang

dihasilkan diukur di bawah mikroskop dan nilai Kekerasan Vickers dibaca dari tabel

konversi.1-4,12-,17

Kekerasan Vickers adalah ukuran dari kekerasan material, dihitung dari

ukuran dari kesan yang dihasilkan di bawah beban oleh berlian berbentuk piramida

(30)

indenter. Disusun pada tahun 1920 oleh para insinyur di Vickers, Ltd, di Inggris

Raya, piramida kekerasan berlian tes, karena menjadi banyak dikenal, diizinkan

pembentukan skala kontinu sebanding angka yang secara akurat mencerminkan

berbagai hardnesses ditemukan pada baja.4 Teknik indenter digunakan dalam

pengujian Vickers adalah persegi berbasis piramida sisi yang berlawanan bertemu di

puncak pada sudut 136 º.5,8,12,17

24 

Gambar 1. Bentuk indentor dari jenis alat pengukur kekerasan (Vickers, Rockwell, Brinell)

Metode tes ini disusun pada tahun 1939 oleh F. Knoop dan koleganya di

National Bureau of Standards di Amerika Serikat. Dengan menggunakan tekanan

indentasi lebih rendah daripada uji kekerasan Vickers, yang telah dirancang untuk

mengukur logam, tes Knoop memungkinkan pengujian kekerasan bahan rapuh seperti

gelas dan keramik. 5,8,12,17

2.4 Sodium Hypochlorite

(31)

hipoklorit, umumnya dikenal sebagai pemutih, sering digunakan sebagai desinfektan

atau pemutih.6,15,16

Hipoklorit pertama kali diproduksi tahun 1789 di Javel, Perancis, oleh klorin

melewati gas melalui larutan natrium karbonat. Cair yang dihasilkan, yang dikenal

sebagai "Eau de Javel" atau "Javel air" adalah solusi yang lemah natrium hipoklorit.

Namun, proses ini sangat tidak efisien dan metode produksi alternatif dicari. Salah

satu metode tersebut melibatkan ekstraksi diklorinasi kapur (yang dikenal sebagai

bubuk pemutih) dengan natrium karbonat untuk menghasilkan tingkat rendah yang

tersedia klorin. Metode ini umumnya digunakan untuk menghasilkan solusi hipoklorit

untuk digunakan oleh rumah sakit sebagai antiseptik yang dijual di bawah nama

dagang "Eusol" dan "Dakin solusi.16

Menjelang akhir abad kesembilan belas, ES Smith mematenkan metode

produksi hipoklorit melibatkan hidrolisis air asin untuk menghasilkan soda kaustik

dan gas klor yang kemudian campuran untuk membentuk hipoklorit. Baik listrik dan

air asin berada di murah solusi pasokan pada saat waktu ini dan berbagai giat

pemasar mengambil keuntungan dari situasi ini untuk memenuhi permintaan pasar

hipoklorit. Botol larutan hipoklorit yang dijual dengan berbagai nama dagang; salah

satu merek awal yang dihasilkan oleh metode ini disebut Parozone.6

Saat ini, sebuah versi perbaikan metode ini, yang dikenal sebagai proses

Hooker, adalah satu-satunya industri skala besar metode produksi natrium hipoklorit.

Dalam proses ini natrium hipoklorit (NaOCl) dan natrium klorida (NaCl) terbentuk

(32)

ketika klor dilewatkan ke dalam dingin dan natrium hidroksida encer. Ini adalah

industri disiapkan oleh elektrolisis minimal pemisahan antara anoda dan katoda.

Solusinya harus tetap di bawah 40°C (oleh kumparan pendingin) untuk mencegah

pembentukan yang tidak diinginkan natrium chlorate.6

Cl 2 + 2 NaOH → NaCl + NaOCl+ H 2 O Cl 2 + 2 NaOH → NaCl + NaOCl + H 2 O

Natrium hidroksida dan klorin secara komersial dihasilkan oleh proses

chloralkali, dan ada tidak perlu mengisolasi mereka untuk mempersiapkan natrium

hipoklorit. Oleh karena itu, klorin secara bersamaan dikurangi dan teroksidasi. Solusi

komersial selalu mengandung sejumlah besar natrium klorida (garam biasa) sebagai

utama produk, seperti terlihat dalam persamaan di atas.6

Sodium hypochlorite umumnya digunakan untuk mensterilkan air dengan

cara memasukkan Sodium hypochlorite ke dalam air dengan konsentrasi yang

berbeda-beda. Sodium hypochlorite juga digunakan untuk bahan irigasi saluran akar.

Penggunaan Sodium hypochlorite di seluruh dunia sebagai bahan irigasi saluran akar

karena kemampuannya mematikan bakteri.7

2.5 Cara Pembersihan Gigi Tiruan

Pembersihan gigi tiruan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara

mekanik dan kimia. Pembersihan dengan cara mekanik adalah dengan cara menyikat

gigi tiruan dengan menggunakan sikat gigi. Cara ini mempunyai kelemahan karena

dapat menimbulkan keausan pada plat gigi tiruan sehingga gigi tiruan mudah patah.

Sedangkan pembersihan secara kimia dengan cara menggunakan obat kumur atau

(33)

larutan pembersih lebih efektif, karena larutan pembersih gigi tiruan dapat masuk ke

tempat-tempat yang tidak dapat dijangkau oleh sikat gigi.16

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1Kerangka Konsep

Resin Acrylic (heat-cured)

Tanpa perendaman atau kontrol ( 0 menit) 

Perendaman selama (10

menit, 20 menit, 30 menit) 

Perendaman Resin acrylic dalam larutan

desinfektan sodium hypochlorite 0,5% 

Perubahan kekerasan resin acrylic

3.2 Hipotesis Penelitian

Tidak ada pengaruh perendaman dalam larutan desinfektan Sodium

(35)

  29

29   

hypochlorite 0,5% terhadap perubahan kekerasan resin akrilik dan pengaruh lama

(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian : Eksperimental laboratorium

4.2 Desain penelitian : Posttest only control grup design

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Material dan

Teknologi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi

USU dan Departemen Teknik Mesin Politeknik Negeri

Medan

Waktu : Oktober 2009

4.4 Sampel dan Besar Sampel

4.4.1 Objek : Lempeng akrilik yang dibuat dengan metode penggodokan

heat-cured dengan proses kuring dengan ukuran 20x20x2mm

sebanyak 40 sampel.

4.4.2 Sampel : Lempeng akrilik hasil kuring direndam dalam larutan

desinfektan Sodium hypochlorite 0,5% dengan variasi waktu

perendaman 10, 20, dan 30 menit.

4.4.3 Besar Sampel: Sampel yang dibuat sebanyak 10 buah untuk setiap

perlakuan.

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Variabel bebas

(37)

4.5.2 Variabel tergantung

1. Lamanya perendaman sampel

2. Jenis larutan desinfektan yang digunakan untuk perendam sampel

3. Konsentrasi larutan desinfektan yang digunakan untuk perendaman sampel

4.5.3 Variabel terkendali

1. Ratio

2. Sampel yang tidak poreus

2. Waktu perendaman

3. Besarnya temperatur selama penggodokan (1000C)

4. Lama pengadukan (Mixing Time)

4.5.4 Variabel tidak terkendali

Kecepatan pengadukan resin akrilik

(38)

32  Variabel bebas

 Lempeng akrilik yang

direndam dalam larutan sodium

hypochlorite 0.5 %

 

Variabel terkendali

 Ratio

 Sampel yang tidak poreus

 Waktu perendaman

 Besarnya temperatur selama

penggodokan (100 C) 0

 Lama pengadukan (Mixing

Time)

 Kecepatan pengadukan resin

(39)

4.6 Definisi Operasional

1. Kekerasan adalah ketahanan suatu bahan terhadap suatu tekanan pada

permukaan bahan.1-4,7-8,11-13,17

2. Desinfektan merupakan zat yang berkhasiat mencegah terjadinya infeksi

dengan membunuh mikroorganisme yang berada di luar tubuh manusia.5-6,16

3. Grup kontrol tanpa dilakukan perendaman

4.7 Alat dan Bahan Penelitian

4.7.1 Alat Penelitian

1. Rubber bowl dan spatula

2. Pot akrilik

3. Cuvet

4. Spuit 5 ml

5. Kuring unit (Waterbath)

6. Kertas tissue

7. Tempat merendam bahan resin akrilik terbuat dari kaca tertutup

8. Alat untuk mengukur kekerasan suatu bahan (Vickers Hardness Test)

9. Press besar

10.Termometer (Polyscience)

11. Stopwatch (Alba)

12. Mikromotor

(40)

4.7.2 Bahan Penelitian

1. Resin akrilik heat-cured (Vertex Rapid Simplified 500 g)

2. Liquid (Vertex Rapid Simplified 250 ml)

3. Wax (Anchor Brand Medium)

4. Aquadest

5. Sodium hypochlorite 0.5 %

6. Gips putih (Siam gipsum plaster L.P.)

7. Vaseline

8. Pumice

7. Kertas gosok/pasir nomor 0 dan nomor 1

9. Bahan separasi(could mould seal)

Gambar 2. Rubber bowl dan Spatula

(41)

Gambar 3. Termometer Gambar 4. Stopwatch

Gambar 5. Cuvet Gambar 6. Press

Gambar 4. Waterbath

(42)

Gambar 7. Vickers Hardness Tester

Gambar 8. Pot akrilik

Gambar 8. Spuit 5cc

(43)

(a) (b) (c)

Gambar 10. a. Kertas pasir, b. masker, c. sarung tangan

(a) (b)

Gambar 11. a. Tissue, b. mikromotor

(a) (b)

Gambar 12. a. wax, dan b. gips

(44)

(a) (b)

Gambar 13. a. akrilik powder, dan b. liquid

(a) (b)

Gambar 14. a. Could mould seal, dan b. Sodium hypoclorite 0,5%

4.8 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut:

4.8.1 Pembuatan sampel

1. Membuat balok wax dengan ukuran 20x20x2mm sebanyak 40 sampel

2. Menanam sampel wax pada flaksk bawah dilakukan sampai permukaan

(45)

wax sama dengan permukaan gips

3. Setelah gips mengeras diberi lapisan separating medium (vaselin)

kemudian dituangkan adonan gips pada flask atas

4. Membuang wax dilakukan dengan memanaskan flask sampai wax

meleleh kemudian flask dibuka dan wax yang tertinggal dibersihkan

5. Mengoles bahan separating medium atau could mould seal pada

permukaan gips

6. Membuat adonan resin akrilik dengan mencampur monomer-polymer

dengan perbandingan sesuai petunjuk pabrik

7. Setelah adonan mencapai dough-stage baru dimasukkan ke dalam mold

kemudian dipress dan akrilik yang berlebih dibuang dengan lecron mass

Gambar 15. hasil pengecoran ( bentuk mold)

8. Melakukan penggodokan dengan cara memasukkan flask ke dalam alat

kuring unit (waterbath), dimana alat ini dilengkapi dengan sensor panas yang

dihubungkan dengan pembaca suhu di bagian salah satu sisi dalam bak. Pada bagian

luar bak dipasang komponen pengatur panas dan waktu. Alat kuring unit yang

(46)

digunakan telah dikalibrasi untuk pengendalian suhu dan waktu. Pemrosesan resin

akrilik dilakukan dengan mengisi bak kuring unit dengan liter air. Pengaturan kuring

unit untuk suhu dan waktu dilakukan dengan pertama diatur pemanasan mulai suhu

kamar dinaikkan terus hingga suhu 700C selama 30 menit kemudian setelah 30 menit

dinaikkan lagi menjadi 1000C selama 15 menit dan dipertahankan selama 30 menit.

Kemudian cuvet dikeluarkan dan didinginkan sampai dingin.

Gambar 16. Kuring unit (Waterbath) saat penggodokan

9. Spesimen resin akrilik dikeluarkan dan dibersihkan sisa-sisa yang berlebih

dengan menggunakan mikromotor dengan fresser bur dan bahan polish atau kertas

pasir (no 3 s/d no 0), serta emeri sampai mengkilat dan halus.

10.Diperoleh sample sebanyak 40 buah tanpa poreus.

(47)

Gambar17. Sampel hasil penelitian

20mm

2mm

20mm

Gambar 18. Bentuk spesimen dengan ukuran 20x20x2mm

4.8.2 Perendaman sampel

Sampel dimasukkan kedalam larutan sodium hypochlorite 0,5% dengan cara

mengikat sampel dengan benang supaya tidak menyentuh dasar wadah perendaman

yaitu dengan tiga perlakuan dalam rentang waktu yang berbeda antara lain:

1. Kelompok I (kontrol) : yaitu dengan mempergunakan 10 buah sampel ysng

telah di polis dengan baik, kemudian diukur kekerasannya dengan menggunakan alat

Vickers Hardness Tester. Setiap sampel dibuat 5 titik hasil pengukuran dan begitu

seterusnya sampai semua sampel kontrol (tanpa perendaman) selesai dan hasilnya

didapatkan.

(48)

Gambar 19. Sampel kontrol siap diukur

2. Kelompok II (perendaman selama 10 menit) : yaitu dengan mempergunakan

10 buah sampel yang telah dipolis dengan baik, kemudian sampel direndam selama

10 menit dengan cara menggantungkan sample dalam wadah yang telah berisi larutan

desinfektan sodium hypochlorite 0,5%, kemudian setelah stopwatch menunjukkan

angka 10 menit lalu dikeringkan dengan cara meletakkan diatas kertas tissue.

Pengukuran dilakukan dengan alat Vickers Hardness Tester sama dengan sampel

kontrol sampai didapatkan hasil pengukuran 10 sampel tersebut.

3. Kelompok III (perendaman selama 20 menit) : yaitu dengan mempergunakan

10 buah sampel yang telah dipolis dengan baik, kemudian sampel direndam selama

20 menit dengan cara menggantungkan sampel dalam wadah yang telah berisi larutan

desinfektan sodium hypochlorite 0,5%, kemudian setelah stopwatch menunjukkan

angka 20 menit lalu dikeringkan dengan cara meletakkan diatas kertas tissue.

Pengukuran dilakukan dengan alat Vickers Hardness Tester sama dengan sampel

control sampai didapatkan hasil pengukuran 10 sampel tersebut.

4. Kelompok IV (perendaman selama 30 menit) : yaitu dengan mempergunakan

(49)

  43

43   

10 buah sampel yang telah dipolis dengan baik, kemudian sampel direndam selama

30 menit dengan cara menggantungkan sampel dalam wadah yang telah berisi larutan

desinfektan sodium hypochlorite 0,5%, kemudian setelah stopwatch menunjukkan

angka 30 menit lalu dikeringkan dengan cara meletakkan diatas kertas tissue.

Pengukuran dilakukan dengan alat Vickers Hardness Tester sama dengan sampel

kontrol sampai didapatkan hasil pengukuran 10 sampel tersebut.

(50)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini 10 buah untuk setiap perlakuan. Hasil

pegukuran pada seluruh sampel dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengukuran pada Lempeng Akrilik.

No 0 menit

5.2 Analisis Hasil Penelitian

Data pengukuran perubahan kekerasan resin akrilik setelah dilakukan

(51)

statistik menggunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05).18

Hasil uji statistik ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji statistik perubahan kekerasan lempeng akrilik tanpa perendaman

dalam larutan desinfektan (0 menit) dengan lempeng akrilik setelah perendaman

selama 10,20,dan 30 menit dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5%.

Waktu

dalam menit

N Mean ± SD Mean Difference

(I-J)

Sig.

0 10 19,828±1,49012

10 10 19,798±1,09514 0,03000 ,954

20 10 17,835±1,17057 1,99300(*) ,000

30 10 17,770±0,69521 2,05800(*) ,000

Keterangan : * terdapat perbedaan yang bermakna18

Perbedaaan rata-rata hasil pengukuran kekerasan pada lempeng akrilik pada

masimg-masing waktu yang berbeda dapat di lihat pada grafik 1.

(52)

  46

46  Means Plots18

Grafik 1. Perbedaan rata-rata perubahan kekerasan resin akrilik

Waktu

(53)

BAB 6

PEMBAHASAN

Perbedaan rata-rata kekerasan hasil pengukuran pada sampel resin akrilik,

yaitu 19,828 VHN pada 0 menit sebagai kontrol, 19,798 VHN pada perendaman 10

menit 17,835 VHN pada perendaman selama 20 menit dan 17,770 VHN pada

perendaman selama 30 menit.

Dari data yang terkumpul bahwa rata-rata perubahan kekerasan adalah

lempeng akrilik yang direndam 30 menit dan yang terkecil yang direndam selama 10

menit. Dari pengukuran lempeng akrilik dimana lempeng akrilik direndam dalam

larutan desifektan menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna (p<0,05) pada

perendaman 20 dan 30 menit. Berarti jenis larutan desinfektan yang digunakan sangat

berpengaruh terhadap perubahan kekerasan lempeng resin akrilik.

Tidak terdapat perbedaan kekerasan antara sampel kontrol dengan hasil

sampel perendaman selama 10 menit. Pada perbandingan waktu ini diperoleh

signifikansi sebesar 0,954(p>0,05) yang artinya terjadi perubahan kekerasan pada

resin akrilik setelah perendaman sampel dalam larutan desinfektan sodium

hypochlorite 0,5%.

Terdapat perbedaan kekerasan antara sampel kontrol dengan sampel

perendaman setelah 20 menit. Pada perbandingan waktu ini diperoleh signifikansi

sebesar 0,000(p<0,05) yang artinya terjadi perubahan kekerasan pada resin akrilik

(54)

Reynolds (1989) dan Tietjen et al. (1992) menyarankan penggunaan larutan

NaClO konsentrasi 0,5% dengan lama perendaman hanya 10 menit.16 Karena jika

melebihi dari waktu tersebut maka bahan ini akan mengubah struktur dari resin

akrilik dalam hal terjadinya abrasi terhadap permukaan resin akrilik walaupun masih

dalam batas normal.16

Terdapat perbedaan kekerasan sampel kontrol dengan sampel perendaman

selama 30 menit.. Pada perbandingan waktu ini diperoleh signifikansi sebesar

0,000(p<0,05) yang artinya terjadi perubahan kekerasan resin akrilik setelah

perendaman sampel dalam larutan desinfektan yaitu sebesar 2,05800. Hasil penelitian

ini tidak berbeda jauh degan hasil penelitian Utari Kresnodi (2005) yang menyatakan

dalam penelitiannya terhadap perubahan kekerasan permukaan basis gigitiruan EBP

2421 dan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan minuman menyatakan

terjadinya perubahan kekerasan resin akrilik yang direndam selama 30 menit terdapat

perubahan yang signifikan walaupun rendah.14

Nike Hendrijantini (1997) menyatakan tidak ada pengaruh konsentrasi larutan

sodium hypochlorite sebagai desinfektan gigi tiruan resin akrilik terhadap struktur

kekersan permukaan selama 10 menit, hal ini juga sesuai pada waktu penelitian ini

selama 10 menit.16 Perubahan kekerasan resin akrilik mengalami perubahan

dibandingkan kontrol pada perendaman sampel selama 20 menit dalam larutan

desinfektan, menurun pada perendaman sampel selama 30 menit dalam larutan

desinfektan. Pada perbandingan masing-masing waktu ini diperoleh p<0,05 yang

(55)

  49

49   

artinya terjadi perubahan kekerasan resin akrilik yang terjadi pada sampel setelah

perendaman dalam larutan desinfektan masih dalam batas toleransi klinik dan tidak

mempengaruhi kualitas resin akrilik.

Ada berbagai kemungkinan yang menyebabkan hasil penelitian ini berbeda

dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan ini mungkin berhubungan

dengan larutan desinfektan yang digunakan. Dalam hal komposisi larutan desinfektan

atau mungkin karena tutup botol larutan desinfektan yang terlalu lama terbuka ketika

melakukan perendaman, sehingga mungkin saja menguap dan mempengaruhi

konsentrasi larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5%. Temperatur ruangan

tempat penelitian yang tidak mampu dikendalikan ketika pencetakan dan perendaman

juga mungkin menyebabkan perubahan pada larutan desinfektan yang digunakan.

Sesuai dengan penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan jenis

larutan desinfektan yang berbeda-beda, hasil penelitian dengan perendaman sampel

dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5% ini juga didapatkan adanya

(56)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Tidak ada perubahan kekerasan yang bermakna antara sampel kontrol

dengan sampel setelah perendaman dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite

0,5% selama 10 menit.

2. Ada perubahan kekerasan resin akrilik yang bermakna antara sampel kontol

dengan sampel setelah perendaman dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite

0,5% selama 20 menit dan 30 menit.

7.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini sebagai data awal untuk penelitian lebih

lanjut.

2. Diharapkan penelitian lanjutan yang lebih jauh dan mendalam untuk

mengetahui lebih pasti penyebab perubahan kekerasn resin akrilik pada saat

perendaman dalam larutan desinfektan pada penelitian ini dan penelitian-penelitian

sebelumnya.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih banyak

(57)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice, KJ. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Alih Bahasa

Budiman JA, Purwoko S. 10th ed. Jakarta: EGC, 2003: 197-226.

2. Manappallil, JJ. Basic Dental Materials. 1st ed New Delhi: Jaypee

Brothers Medical Publisher (P) Ltd, 1998: 16-18; 94-134.

3. Powers, JM. Dental Materials Properties and Manipulation. 9th ed.

Missouri: Mosby Inc, 2008: 31-32; 286-294.

4. Mc Cabe, JF. Anderson’s Applied Dental Materials. 6th ed. Edinburgh:

Blackwell Scientific Publication, 1984. 83-91.

5. Avner SH. Introduction to Physical Metallurgy. 2nd ed. London:

Macmillon Education Ltd, 1989: 54-57.

6. David dkk. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam

larutan desinfektan sodium hypochlorite dan klorhexsidin, Dent. J, 2005;

38 (1): 36-40.

7. Philips RW. Element of Dental Materials for Dental Higienist and

Assistant. 2nd ed. Philadelphia: WB Saunders Company, 1984: 38-39;

151-157.

8. Albers HF. Tooth-Colored Restoratives Principles And Techniques. 9th ed.

London: BC Decker Inc, 2002: 1-17.

9. Grossman LI. Hanbook of Dental Practice. 3rd ed. Philadelphia: J.B.LI,

(58)

10. Siti S dkk. Pengaruh Cara Pemrosesan Resin Akrilik Terhadap Sifat

Fisik Dan Mekanik. Jurnal Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat.

UGM, 2005; 30 (1): 19-23.

11.Dhuru VB. Contemporary Dental Materials. 1st ed. New Delhi: Oxford

University Press, 2004: 42-46.

12.Van Noort R. Introduction To Dental Materials. 3rd ed. London: Mosby

Inc, 2008; 48: 216-226.

13.Kresnodi U. Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Poliester EBP 2421

dan Resin Akrilik Setelah Perendaman dalam Larutan Minuman.

Surabaya Indonesia, Dent. J, 2005; 38 (1): 36-40.

14.Azevedo A. Hardness of Denture and Hard Chair-side. J Appl Oral Sci

2005; 13(3); 291-5.

15.Nike H. Pengaruh Konsentrasi larutan Sodium hypochlorite Sebagai

Desinfektan Gigitiruan Resin Akrilik Terhadap Candida Albicans.

Majalah Ked.Gigi, 1997; 30 (2): 73-77.

16.Dahlan H. Pengaruh Variasi Beban Indentor Micro Hardness Tester

Terhadap Akurasi Data Uji Kekerasan Material. URANIA, 2000; 24 (1):

51-55.

17.John VB. Testing of Materials. 1st ed. London: Macmillon Education Ltd,

1992: 11-13.

18.Susanto S. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15. Jakarta:

(59)

PT Gramedia, 2006: 212-221.

Lampiran 1. Skema Alur Penelitian

Plat dari wax dengan ukuran 20x20x2mm

Flasking 

Perendaman Sampel dalam larutan desinfektan

(60)

HASIL STATISTIK

95% Confidence Interval for

Mean Minimum Maximum

N Mean Std. Deviation Std. Error

Lower

Bound Upper Bound

0 Menit 10 19.8280 1.49012 .47122 18.7620 20.8940 17.48 22.69

10 Menit 10 19.7980 1.09614 .34663 19.0139 20.5821 17.89 21.91

20 Menit 10 17.8350 1.17057 .37017 16.9976 18.6724 16.17 19.71

30 Menit 10 17.7700 .69521 .21984 17.2727 18.2673 16.82 18.92

Total 40 18.8078 1.50151 .23741 18.3275 19.2880 16.17 22.69

Test of Homogeneity of Variances

(61)

Hardness (VHN)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Hardness (VHN)

LSD

* The mean difference is significant at the .05 level.

(62)

Gambar

Gambar
Tabel 1. Komposisi dari Resin Akrilik2
Gambar 1. Bentuk indentor dari jenis alat pengukur kekerasan  (Vickers, Rockwell, Brinell)
Gambar 2. Rubber bowl dan Spatula
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pihak penerbit kartu atau bank seharusnya ikut bertanggung jawab terhadap masalah yang dihadapi oleh pemegang kartu, dan tidak memberatkan konsumen kartu

Selain itu untuk mendapatkan fenomena aliran fluida yang terjadi di sekitar airfoil, sehingga koefisien angkat dan koefisien hambat akan diperoleh perbedaan

[r]

[r]

Apa yang dilakukan oleh GAM tersebut, apabila benar terjadi maka juga telah terjadi penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari

Selain itu untuk mendapatkan fenomena aliran fluida yang terjadi di sekitar airfoil, sehingga koefisien angkat dan koefisien hambat akan diperoleh perbedaan

[r]

primary source materials (which you must consult), a list of historiography, class activities, and journal entry questions.. You should come to the tutorial each week prepared