• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Massage Terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri pada Persaliinan Kala I di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Metode Massage Terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri pada Persaliinan Kala I di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan Tahun 2010"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE MASSAGE TERHADAP PENGURANGAN INTENSITAS NYERI PADA PERSALINAN KALA I DI KLINIK

BERSALIN FATIMAH ALI I MARINDAL MEDAN TAHUN 2010

RINI HARIANI RATIH NIM : 095102042

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Pengaruh metode massage terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persaliinan kala I di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan Tahun 2010

Nama Mahasiswa : Rini Hariani Ratih

NIM : 095102042

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU

Pembimbing Penguji

……… ……… Penguji I

(dr. Juliandi Harahap, MA) (Farida L. S. Siregar, S. Kep. Ns. M.kep)

………Penguji II (dr. Christoffel L. Tobing, Sp.O.G (K))

………Penguji III (dr. Juliandi Harahap, MA)

Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagai persyaratan kelulusan Sarjana Sains Terapan D-IV Bidan Pendidik.

………. ………...

(Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep) (dr. Murniati Manik, MSc. Sp.K.K) NIP. 19740505 200212 2 001 NIP. 19530719 198003 2 001

Koordinator Karya Tulis Ilmiah Ketua Pelaksana

(3)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, 18 JUNI 2010 Rini Hariani Ratih

Pengaruh Metode Massage Terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri Pada Persalinan Kala I di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal

Medan Tahun 2010

ix + 47 hal + 4 tabel + 1 skema + 2 gambar + 1 grafik + 9 lampiran Abstrak

Semua wanita mengalami nyeri selama persalinan, hal ini merupakan proses fisiologis. Salah satu metode yang sangat efektif dalam menanggulanginya adalah dengan massage yaitu metode effleurage dan metode abdominal lifting yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri persalinan. Wanita yang mendapat metode massage selama persalinan mengalami penurunan kecemasan, pengurangan nyeri, dan waktu persalinan lebih pendek secara bermakna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh metode massage terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I sebelum dan sesudah intervensi. Penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperimen yang bersifat one group pretest-postes. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang dan dibagi menjadi dua kelompok intervensi yaitu metode massage effleurage 10 orang, metode massage abdominal lifting 10 orang. Analisa data yang digunakan adalah uji t-dependen dan t- independent. Dari hasil uji t-dependen diperoleh intensitas nyeri sebelum dilakukan metode massage effleurage rata-ratanya adalah 6,10 setelah dilakukan metode massage effleurage diperoleh rata-ratanya adalah 3,90. Sedangkan intensitas nyeri sebelum dilakukan metode massage abdominal lifting rata-ratanya adalah 5,50 setelah dilakukan metode massage abdominal lifting diperoleh rata-ratanya 370. Nilai rata-rata perbedaan kelompok metode massage effleurage adalah 2,200 sedangkan nilai rata-rata perbedaan kelompok metode massage abdominal lifting adalah 1,800. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri sebelum dilakukan dan setelah dilakukan intervensi (nilai p<0,0001). Dari hasil penelitian ini diketahui metode massage efektif dalam mengurangi intensitas nyeri pada persalinan kala I. Sedangkan uji t-independent perbedaan penurunan intensitas nyeri antar kelompok intervensi berdasarkan nilai interval sebelum dan sesudah intervensi didapatkan tidak ada perbedaan antara kedua kelompok (nilai p= 0,174). Dari hasil penelitian ini dinyatakan bahwa metode massage dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan kepada ibu bersalin.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Pengaruh Metode Massage Terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri pada Kala I Di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan Tahun 2010” tepat pada waktunya.

Dalam pembuatan karya tulis ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

3. dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh staf dosen D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf TU D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ayahanda tercinta, yang telah memberikan semangat, dorongan dan do’a kepada penulis.

(5)

8. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menunjang kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 18 Juni 2010

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR SKEMA ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GRAFIK... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... ix

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat ... 5

BAB II Tinjauan Pustaka A. Nyeri Persalinan ... 6

B. Proses terjadinya nyeri atau mekanisme nyeri ... 9

C. Etiologi Nyeri dalam Persalinan ... 10

D. Klasifikasi Nyeri ... 12

E. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri ... 13

F. Pengukuran Intensitas Nyeri ... 14

G. Nyeri Persalinan Kala I ... 16

(7)

I. Pengerian Massage ... 19

J. Metode Massage ... 21

K. Metode Massage Effleurage ... 22

L. Metode Massage Abdominal Lifting ... 24

BAB III Kerangka Konsep Penelitian A. Kerangka Konsep ... 26

B. Definisi operasional ... 27

C. Hipotesis ... 28

BAB IV Metodologi Penelitian A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

D. Etika Penelitian ... 31

E. Alat Pengumpulan Data ... 31

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 32

G. Rencana Analisis Data ... 33

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 40

BAB VI Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan... 45

B. Saran... 46 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. : Distribusi responden pada kedua kelompok intervensi berdasarkan karakteristik demografi di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan Februari - Mei tahun 2010 ………. 36 Tabel 5.2. : Distribusi responden berdasarkan tingkat nyeri sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi pada masing-masing kelompok di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan Februari-Mei tahun 2010 ……….... 37 Tabel 5.3. : Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi pada

masing-masing kelompok di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan Februari-Mei tahun 2010 ……… 39 Tabel 5.4. : Perbedaan pengurangan intensitas nyeri antar kelompok intervensi

berdasarkan nilai interval sebelum dan sesudah intervensi di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan Februari-Mei tahun

(11)

DAFTAR GRAFIK

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Informed Concent

Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Prosedur Pelaksanaan Metode Massage Lampiran 4 : Protap Pelaksanaan Metode Massage Lampiran 5 : Surat Data Pendahuluan

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Lampiran 7 : Surat Balasan penelitian

(13)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, 18 JUNI 2010 Rini Hariani Ratih

Pengaruh Metode Massage Terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri Pada Persalinan Kala I di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal

Medan Tahun 2010

ix + 47 hal + 4 tabel + 1 skema + 2 gambar + 1 grafik + 9 lampiran Abstrak

Semua wanita mengalami nyeri selama persalinan, hal ini merupakan proses fisiologis. Salah satu metode yang sangat efektif dalam menanggulanginya adalah dengan massage yaitu metode effleurage dan metode abdominal lifting yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri persalinan. Wanita yang mendapat metode massage selama persalinan mengalami penurunan kecemasan, pengurangan nyeri, dan waktu persalinan lebih pendek secara bermakna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh metode massage terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I sebelum dan sesudah intervensi. Penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperimen yang bersifat one group pretest-postes. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang dan dibagi menjadi dua kelompok intervensi yaitu metode massage effleurage 10 orang, metode massage abdominal lifting 10 orang. Analisa data yang digunakan adalah uji t-dependen dan t- independent. Dari hasil uji t-dependen diperoleh intensitas nyeri sebelum dilakukan metode massage effleurage rata-ratanya adalah 6,10 setelah dilakukan metode massage effleurage diperoleh rata-ratanya adalah 3,90. Sedangkan intensitas nyeri sebelum dilakukan metode massage abdominal lifting rata-ratanya adalah 5,50 setelah dilakukan metode massage abdominal lifting diperoleh rata-ratanya 370. Nilai rata-rata perbedaan kelompok metode massage effleurage adalah 2,200 sedangkan nilai rata-rata perbedaan kelompok metode massage abdominal lifting adalah 1,800. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri sebelum dilakukan dan setelah dilakukan intervensi (nilai p<0,0001). Dari hasil penelitian ini diketahui metode massage efektif dalam mengurangi intensitas nyeri pada persalinan kala I. Sedangkan uji t-independent perbedaan penurunan intensitas nyeri antar kelompok intervensi berdasarkan nilai interval sebelum dan sesudah intervensi didapatkan tidak ada perbedaan antara kedua kelompok (nilai p= 0,174). Dari hasil penelitian ini dinyatakan bahwa metode massage dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan kepada ibu bersalin.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Persalinan adalah saat yang sangat dinanti-nantikan ibu hamil untuk dapat marasakan kebahagiaan melihat dan memeluk bayinya. Tetapi persalinan juga disertai rasa nyeri yang membuat kebahagiaan yang didambakan diliputi oleh rasa takut dan cemas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat primitif, persalinannya lebih lama dan nyeri, sedangkan masyarakat yang telah maju 7-14% bersalin tanpa rasa nyeri dan sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, 2002 ).

(15)

2 pengaruh pada koping yang efektif terhadap pengalaman persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Sylvia T seorang mahasiswa asal Amerika Serikat pada tahun 2001, menggunakan 10 metode nonfarmakologi yang dilakukan pada sample 46 orang didapatkan bahwa teknik pernapasan, relaksasi, akupresur dan massage merupakan teknik yang paling efektif menurunkan nyeri saat persalinan (Arifin, 2008).

Semua wanita mengalami nyeri selama persalinan, hal ini merupakan proses fisiologis. Secara objektif sebagaimana telah dilakukan penelitian oleh Niven dan Gijsbern pada tahun 1984 didapatkan bahwa nyeri persalinan jauh melebihi keadaan penyakit. Bagaimanapun nyeri harus diatasi, Browridge (1995) meyatakan bahwa nyeri yang menyertai kontraksi uterus mempengaruhi mekanisme fungsional yang menyebabkan respon stress fisiologis, nyeri persalinan yang lama menyebabkan hiperventilasi dengan frekuensi pernafasan 60-70 kali per menit sehingga menurunkan

kadar PaCO2 ibu dan peningkatan pH. Apabila kadar PaCO2 ibu rendah, maka kadar PaCO2 janin juga rendah sehingga menyebabkan deselerasi lambat denyut jantung janin, nyeri juga meyebabkan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama, yang akhirnya dapat mengancam kehidupan janin dan ibu (Mander 2003). Nyeri yang lama dan tidak tertahankan akan menyebabkan meningkatnya tekanan sistol sehingga berpotensi terhadap adanya syok kardiogenik (Zulkarnain, 2003). Nyeri persalinan yang tidak tertahankan mendorong ibu bersalin menggunakan obat penawar nyeri seperti analgetik dan sedativa (Ridolfi dan Franzen, 2001), sedangkan obat-obat tersebut memberikan efek samping yang merugikan yang meliputi fetal hipoksia, resiko depresi pernapasan neonatus, penurunan Heart Rate / Central nervus system (CNS) dan peningkatan suhu tubuh ibu yang dapat menyebabkan

(16)

Salah satu metode yang sangat efektif dalam menanggulanginya adalah dengan massage yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk

mengurangi nyeri persalinan. Dasar teori massage adalah teori gate control yang dikemukakan oleh Melzak dan Wall (dalam Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997). Teori ini menjelaskan tentang dua macam serabut syaraf berdiameter kecil dan serabut berdiameter besar yang mempunyai fungsi berbeda. Bidan mempunyai andil yang sangat besar dalam mengurangi nyeri nonfarmakologi. Intervensi yang termasuk dalam pendekatan nonfarmakologi adalah analgesia psikologis yang dilakukan sejak awal kehamilan, relaksasi, massage, stimulasi kuteneus, aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan yoga (Gadysa, 2009).

Studi yang dilakukan oleh National Birthday Trust terhadap 1000 wanita menunjukkan bahwa 90% wanita merasakan manfaat relaksasi dan pijatan untuk meredakan nyeri (Findley dan Chamberlain,1999). Dua studi skala kecil menunjukkan bahwa pijatan dapat memberikan manfaat bagi wanita hamil dan wanita bersalin. Wanita yang mendapat pijatan secara teratur selama kehamilan mengalami penurunan kecemasan, penurunan nyeri punggung, dan dapat tidur lebih nyenyak dibandingkan wanita yang tidak mendapat pijatan. Kelompok yang mendapat pijatan juga memiliki lebih sedikit komplikasi pada persalinan dan memiliki lebih sedikit kadar hormon stres (Field et al., 1999). Wanita yang mendapat pijatan selama persalinan mengalami penurunan kecemasan, pengurangan nyeri, dan waktu persalinan lebih pendek secara bermakna (Field et., 1997) (Schott dan Priest, 2002).

(17)

4 mengurangi rasa nyeri adalah dengan metode massage, baik oleh petugas kesehatan, keluarga pasien maupun pasien itu sendiri. Tetapi kadang kala metode massage yang dilakukan tidak pada tempatnya sehingga hasilnya tidak efisien. Salah satu contohnya pada pelaksanaan teknik deep back massage, dimana seharusnya penekanan dilakukan tepat pada daerah secrum dengan telapak tangan dan posisi ibu dalam keadaan berbaring miring tetapi kadang kala penatalaksanaan tidak sesuai sehingga nyeri yang dirasakan oleh pasien tidak berkurang. Hal ini mungkin diakibatkan oleh posisi ibu tidak dalam keadaan berbaring miring, atau penekanannya tidak tepat pada daerah secrum. Hal ini tidak dilakukan satu kali saja tetapi harus berulang kali. Begitu juga dengan metode massage yang lain. Selain alasan yang di atas adapun alasan peneliti mengambil judul ini adalah untuk mengurangi penggunaan metode farmakologi yang menurut teori yang telah dijelaskan di atas bahwa obat-obat tersebut memiliki efek samping yang membahayakan bagi ibu dan janin. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh massage terhadap pengurangan rasa nyeri pada persalinan dengan melakukan salah satu metode massage, sehingga peneliti mengambil judul “Pengaruh Metode Massage Terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri pada Persalinan kala I di Klinik

Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan pada Tahun 2010”.

B. Perumusan Masalah

(18)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengidentifikasi pengaruh metode massage terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengaruh metode massage Effleurage terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I.

b. Mengidentifikasi pengaruh metode massage Abdominal Lifting terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I.

D. Mamfaat Penelitian

1. Bagi Praktek Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif teknik nonfarmakologi yang mudah untuk dilakukan tanpa efek yang membahayakan dalam memberikan intervensi dan asuhan kebidanan pada ibu selama persalinan kala I.

2. Bagi Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai pengaruh massage terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I

3. Bagi Peneliti

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyeri Persalinan

Nyeri selama persalinan adalah satu hal yang membuat wanita merasa cemas. Banyak wanita menganggap bahwa nyeri merupakan bagian besar dari proses kelahiran. Nyeri saat persalinan merupakan proses yang fisiologis meskipun pada tipe nyeri yang lain selalu disebabkan oleh suatu kecelakaan atau penyakit ( Kinney, 2002).

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008).

Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi Braxton hicks akibat perubahan-perubahan dari hormon estrogen dan progesteron tetapi sifatnya tidak teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan kekuatan kontraksi

Braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya teratur.

Kadang kala tampak keluarnya cairan ketuban yang biasanya pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi dapat juga keluar sebelum proses persalinan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam (Gadysa, 2009).

(20)

Sedangkan Wolf Firest (dalam Depkes RI, 1997) mendefinisakan nyeri sebagai suatu

perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang dapat menimbulkan ketegangan. Menurut Arthur Custon (Depkes RI, 1997), nyeri adalah suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul bilamana jaringan sedang dirusakkan dan menyebab individu bereaksi untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri.

Ada tiga macam teori nyeri yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Teori pola (Pattern Theory) adalah rangsangan nyeri masuk melalui akar gangliondorsal medulla spinalis dan rangsangan aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang kebagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebri dan menimbulkan persepsi, lalu otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T. 2. Teori pemisahan (specificity theory) menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke

pinal cord melalui dorsalis yang bersinaps didaerah posterior kemudian naik ke traktus hemifer dan menyilang ke garis media ke sisi lainnya dan berakhir di korteks selebri, dimana rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

3. Teori pengendalian gerbang (gate control theory) yang dikemukakan oleh Melzak dan Wall. Teori ini lebih komprehensip dalam menjelaskan tranmisi dan persepsi nyeri. Rangsangan atau impuls nyeri yang disampaikan oleh syaraf perifer aferen ke korda spinalis dapat dimodifikasi sebelum tramisi ke otak. Sinaps dalam dorsal medulla spinalis beraktifitas seperti pintu untuk mengijinkan impuls masuk ke

(21)

8 menyebabkan hantaran rasa nyeri terhambat juga. Rangsangan serat besar ini dapat langsung merangsang ke korteks serebri dan hasil persepsinya akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktifitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktifitas substansi gelatinosa dan membuka pintu mekanisme sehingga aktifitas sel T meningkat yang akan menghantarkan ke otak.

4. Teori tranmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai tranmisi impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif (Hidayat, 2008).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami. Berikut ini merupakan pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri :

1. Mc. Coferry (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keberadaan yang mempengaruhi seseorang, yang keberadaan nyeri dapat diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.

2. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

(22)

4. Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional (Hidayat, 2008).

B. Proses Terjadi Nyeri atau Mekanisme Nyeri Ada empat tahapan terjadinya nyeri :

1. Transduksi

Transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri). Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya rabaan.

Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu

hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan

intraseluler yang menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama. Rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi membrane reseptor yang kemudian menjadi impuls syaraf.

2. Transmisi

(23)

10 sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinaps melewati neurotransmitter.

3. Modulasi

Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri.

Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.

4. Persepsi

Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan (Wibowo, 2009).

C. Etiologi Nyeri Dalam Persalinan

Selama persalinan kala satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosiseptor dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis. Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan segmen uterus bawah, dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan

ligamen yang menyokong struktur ini. Bonica dan McDonald, (1995), menyatakan

(24)

1. Peregangan otot polos telah ditunjukkan menjadi rangsang pada nyeri viseral. Intensitas nyeri yang dialami pada kontraksi dikaitkan dengan derajat dan kecepatan dilatasi serviks dan segmen uterus bawah.

2. Intensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya tekanan intrauterin yang menambah dilatasi struktur tersebut. Pada awal persalinan, terdapat pembentukan tekanan perlahan, dan nyeri dirasakan kira-kira 20 detik setelah mulainya kontraksi uterus. Pada persalinan selanjutnya, terdapat pembentukan tekanan lebih cepat yang mengakibatkan waktu kelambatan minimal sebelum adanya persepsi nyeri.

3. Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka mengalami nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus.

Rangsangan persalinan kala I ditransmisikan dari serat eferen melalui pleksus hipogastrik superior, inferior, dan tengah, rantai simpatik torakal bawah, dan lumbal, ke

ganglia akar saraf posterior pada T10 sampai L1. Nyeri dapat disebarkan dari area

pelvis ke umbilikus, paha atas, dan area midsakral. Pada penurunan janin, biasanya pada kala II, rangsangan ditransmisikan melalui saraf pudendal melalui pleksus sakral ke ganglia akar saraf posterior pada S2 sampai S4 (Patree, 2007).

(25)

12 terjadinya nyeri. Beberapa nosiseptik kemudian berperan dalam terjadinya nyeri, yaitu bradikinin, leokotrin, prostaglandin, serotonin, asam laktat, dan substan P. Bukti yang

mendukung tentang nosiseptik yang berasal dari uterus didasarkan pada penelitian, hal ini telah ditinjau kembali secara mendetail oleh Bonica (Idmgarut, 2009).

D. Klasifikasi Nyeri

1. Klasifikasi nyeri secara umum terdiri dari : a) Nyeri akut

Nyeri ini bersifat mendadak, durasi singkat (dari beberapa detik sampai 6 bulan). Biasa berhubungan dengan kecemasan. Orang bisa merespon nyeri akut secara fisiologis dan dengan prilaku. Secara fisiologis : diaforesis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah.

b) Nyeri kronik

Nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti dengan berbagai macam gangguan. Terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya, dimulai setelah detik pertama dan meningkat perlahan sampai beberapa detik atau menit. Nyeri ini biasanya berhungan dengan kerusakan jaringan. Nyeri ini bersifat terus-menerus atau intermitten.

2. Klasifikasi nyeri secara spesifik terdiri dari : a) Nyeri somatik dan Nyeri viseral

(26)

b) Nyeri menjalar

Nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral.

c) Nyeri psikogenik

Nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul akibat psikososial. d) Nyeri phantom

Nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstermitas diamputasi. e) Nyeri neorologis

Bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf (Hidayat, 2008).

E. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah :

a) Arti nyeri

Arti nyeri bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hamper sebagian arti nyeri tersebut merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang social cultural, lingkungan, dan pengalaman.

b) Persepsi nyeri

(27)

14 c) Toleransi nyeri

Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan lain-lain. Sedangkan faktor yng menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.

d) Reaksi terhadap nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa factor, seperti : arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut, cemas, usia, dan lain-lain (Hidayat, 2008).

F. Pengukuran Intensitas Nyeri

(28)

mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dapat mengevaluasi perubahan kondisi klien. Ada tiga cara mengkaji intensitas nyeri yang biasa digunakan antara lain :

1. Gambaran sederhana skala intensitas nyeri

2. 0 – 10 angka skala intensitas nyeri

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

3. Skala Analog Visual (VAS)

Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri. Untuk menentukan derajat nyeri, bidan dapat menanyakan klien tentang nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala numerik 0-10 atau skala yang serupa lainnya yang membantu menerangkan bagaimana intensitas nyerinya (Reeder dan Mark 1995). Nyeri

(29)

16 yang ditanyakan pada skala tersebut adalah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi nyeri untuk mengevaluasi keefektifannya. Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala intensitas nyeri, yaitu : 0 tidak nyeri.

Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala numerik yaitu :

1. 0 : Tidak nyeri 2. 1 – 2 : Nyeri ringan 3. 3 – 5 : Moderat/ sedang 4. 6 – 7 : Severe/ berat

5. 8 – 10: Sangat berat (Kinney, 2002).

G. Nyeri Persalinan Kala I

Pada persalinan kala I sebelum atau sesudah terjadi kontraksi, sering kali muncul lendir bercampur darah yang keluar dari vagina sebagai tanda persalinan, hal ini disebabkan oleh karena terlepasnya sumbatan pelindung pada leher rahim, karena servik mulai membuka dan mendatar sedangkan darah itu berasal dari pembuluh darah kapiler yang berada disekitar Kanalis Servikalis yang peka akibat pergesaran yang terjadi sewaktu serviks membuka (Prawirohardjo, 2002).

(30)

ukuran diameter 3 sampai 4 cm, dangan lamanya pada primipara 4 sampai 6 jam tetapi tidak lebih 20 jam, sedangkan untuk multipara sekitar 4 jam tapi tidak lebih 14 jam. Kontraksi rahim terjadi selama fase laten dengan peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi. Kontraksi pada rahim berlangsung dari kontraksi ringan dengan lamanya 15 sampai 30 detik, dan berkembang menjadi nyeri sedang dengan lama kontraksi 30 sampai 40 detik dan frekuensi setiap 5 sampai 7 menit. Rasa nyeri pada persalinan kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Selama kala I, kontraksi uterus yang

menimbulkan dilatasi serviks dan iskemia uteri. Impuls nyeri selama kala I ditranmisikan oleh segmen saraf spinal dan asesoris thorasic bawah simpatis lumbaris. Nervus ini berasal dari uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan

iskemia uterus adalah nyeri visceral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke

daerah lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya wanita merasakan nyeri pada saat kontraksi saja dan bebas dari nyeri selama relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti sensasi kram, sensasi sobek, dan sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi servik, vagina dan jaringan perineum. Selama fase aktif, seviks berdilatasi

(Bobak, 2004).

(31)

18 tekanan. Rasa sakit kontraksi dimulai dari bagian bawah punggung, kemudian menyebar ke bagian bawah perut mugkin juga menyebar ke kaki. Rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu mencapai puncak, kemudian menghilang seluruhnya (Danuatmadja dan Meiliasari, 2004).

Pada awal persalinan, kontraksi mungkin terasa seperti nyeri punggung bawah yang biasa atau kram saat haid. Kontraksi awal ini biasanya berlangsung singkat dan lemah. Datangnya kira-kira setiap 15-20 menit. Namun, beberapa persalinan dimulai dengan kontraksi-kontraksi kuat yang lebih dekat jarak waktunya. Banyak wanita yang awalnya merasa sakit di bagian punggung mereka, yang kemudian merambat ke bagian depan. Bila kontraksi-kontraksi terus datang, tetapi hanya berlangsung kurang dari 30 detik, atau jika tidak begitu kuat, dan jika tidak berdekatan waktunya, berarti masih dalam tahap pra persalinan atau memasuki persalinan awal. Dalam persalinan sejati, kontraksi akan bertambah kuat, panjang, dan makin berdekatan waktunya (Simkin.,Walley.,dan Keppler, 2008).

Masa kala I pada ibu primigravida terjadi sekitar 13 jam sedangkan pada ibu multigravida sekitar 7 jam. Kala pertama selesai apabila pembukaan serviks lengkap. Intensitas kontraksi uterus meningkat sampai kala pertama dan frekuensi menjadi 2 sampai 4 kontraksi dalam 5 sampai 10 menit, juga lamanya his meningkat mulai dari 20 detik pada awal partus ibu sampai mencapai 60 sampai 90 detik pada kala pertama (Prawirohardjo, 2002).

H. Penatalaksanaan Nyeri

(32)

cara nonfarmakologis atau tanpa obat. Cara farmakologi adalah dengan pemberian obat-obatan analgesik yang bisa disuntikan, melalui infus int ra vena yaitu syaraf yang mengantar nyeri selama persalinan. Tindakan farmakologis masih menimbulkan pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat menembus sawar plasenta, sehingga dapat berefek pada aktifitas rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat secara langsung maupun tidak langsung ( Kinney, 2002).

Metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi sangat penting karena tidak membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. Metoda nonfarmakologi dibagi menjadi tiga komponen yang saling berinteraksi sehingga mempengaruhi respon terhadap nyeri menurut Melzack, yaitu strategi motivasi-afektif (interpretasi setral dari pesan yang berada diotak yang dipengaruhi oleh perasaan, memori, pengalaman dan kultur seseorang), kognitif-evaluatif (interpretasi dari pesan nyeri yang dipengaruhi oleh pengetahuan, perhatian seseorang, penggunaan strategi kognitif dan evaluasi kognitif dari situasi) dan sensori-dikriminatif (pemberitahuan informasi keotak menurut sensasi fisik) (Gadysa, 2009).

I. Pengertian Massage

Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya

(33)

20 gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson, 2006).

Salah satu metode yang sangat efektif dalam menanggulanginya adalah dengan massage yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk

mengurangi nyeri persalinan. Dasar teori massage adalah teori gate control yang dikemukakan oleh Melzak dan Wall (dalam Depertemen Kesehatan RI, 1997). Teori ini menjelaskan tenteng dua macam serabut syaraf berdiameter kecil dan serabut berdiameter besar yang mempunyai fungsi yang berbeda. Bidan mempunyai andil yang sangat besar dalam mengurangi nyeri nonfarmakologi. Intervensi yang termasuk dalam pendekatan nonfarmakologi adalah analgesia psikologis yang dilakukan sejak awal kehamilan, relaksasi, massage, stimulasi kuteneus, aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan yoga (Gadysa, 2009)

(34)

Pijatan dapat menenangkan dan merilekskan ketegangan yang muncul saat hamil dan melahirkan. Pijatan pada leher, bahu, punggung, kaki, dan tangan dapat membuat nyaman. Usapan pelan pada perut juga akan terasa nyaman saat kontraksi. Rencana untuk menggunakan pijatan atau sentuhan yang disukai dalam persalinan dapat dipilih sebagai berikut : sentuhan pelan dengan ketukan yang berirama, usapan keras, pijatan untuk melemaskan otot-otot yang kaku, dan pijatan keras atau gosokan di punggung (Simkin., Walley.,dan Keppler, 2008).

J. Metode Massage

Massage merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk

mengurangi rasa nyeri persalinan. Impuls rasa sakit yang dibawah oleh saraf yang berdiameter kecil menyebabkan gate control dispinal cord membuka dan impuls diteruskan ke korteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan sakit tidak dapat diteruskan ke korteks serebral. Pada prinsipnya rangsangan berupa usapan pada saraf yang berdiameter besar yang banyak pada kulit harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf yang berdiameter kecil mencapai korteks serebral.

Beberapa macam massage yang dapat dilakukan untuk merangsang saraf yang berdiameter besar yaitu :

1. Metode Effluerage

(35)

22 melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien.

2. Metode Deep Back Massage

Metode deep back massage memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga pasien menekan daerah secrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya.

3. Firm Counter Pressure

Metode firm counter pressure memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau keluarga pasien menekan secrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara mantap dan beraturan.

4. Abdominal Lifting

Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien

pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).

K. Metode Massage Effleurage 1. Definisi Effleurage

(36)

diterjemahkan dari bahasa Prancis kedalam bahasa Inggris, salah satu kata yang baru adalah effleurage (Mons Dragon, 2004).

Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat, dan panjang

atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi. Dalam persalinan, effleurage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang lembut dan ringan. Lakukan

usapan dengan ringan dan tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan effleurage dapat juga dilakukan di punggung. Tujuan utamanya adalah relaksasi.

Gate Control Theory dapat dipakai untuk pengukuran efektifitas cara ini.

Ilustrasi Gate Control Theory bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri keotak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari pada serabut sentuhan yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersamaan, sensasi sentuhan berjalan keotak dan menutup pintu gerbang dalam otak, pembatasan jumlah nyeri dirasakn dalam otak. Effleurage atau pijatan pada abdomen yang teratur dangan latihan pernapasan selama

kontraksi digunakan untuk mengalihkan wanita dari nyeri selama kontraksi. Begitu pula adanya massage yang mempunyai efek distraksi juga dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem kontrol dasenden. Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat relaksasi otot (Monsdragon, 2004).

(37)

24 gerakan lingkaran-lingkaran di sekitar cekukngan pantat mungkin, butuh tekanan lebih kuat didaerah itu. Sampaikan pada pemijat gerakan yang paling menolong (Danuatmadja dan Meiliasari, 2004).

2. Cara Melakukan Teknik Effleurage

Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu :

a) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus dan keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area pubis, ditekan dengan lembut dan ringan dan tanpa tekanan yang kuat, tapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan beberapa kali, saat memijat harus diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah tepat.

b). Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan Pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien (Gadysa, 2009). Gambar 1. Metode massage Effleurage

L. Metode Massage Abdominal Lifting

(38)

menurunkan dan mengatasi rasa nyeri, akan tetapi metode massage tersebut dapat juga membawa pada kegagalan karena disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah : usia, kelelahan, dan pengalaman masa lalu. Oleh sebab itu, pemberian massage abdominal lifting dapat diberikan pada ibu inpartu kala I fisiologis untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dengan memperhatikan keadaan dan kondisi ibu. Pijatan dapat menenangkan dan merilekskan ketegangan yang muncul saat hamil dan melahirkan. Pijatan pada leher, bahu, punggung, kaki, dan tangan dapat membuat nyaman. Usapan pelan pada perut (Abdominal lifting) juga akan terasa nyaman saat kontraksi. Rencana untuk menggunakan pijatan atau sentuhan yang disukai dalam persalinan dapat dipilih sebagai berikut : sentuhan pelan dengan ketukan yang berirama, usapan keras, pijatan untuk melemaskan otot-otot yang kaku, dan pijatan keras atau gosokan di punggung (Simkin.,Walley.,dan Keppler, 2008).

Metode massage abdominal lifting adalah dengan cara : membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).

(39)

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian dari teoritis kepustakaan ada empat metode massage yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri pada persalinan kala satu, peneliti hanya mengambil 2 dari 4 metode tersebut yaitu :

1. Metode Effluerage

Metode effleurage memperlakukan pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien..

2. Abdominal Lifting

Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien

pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya.

Karena metode tersebut menitikberatkan pada kebanyakan keluhan yang dirasakan ibu pada saat persalinan. Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent yang akan diteliti adalah metode massage effluerage dan metode massage abdominal lifting yang akan mempengaruhi variabel dependent yaitu nyeri persalinan

(40)

Variabel Independent Variabel Dependent

B. Defenisi Operasional

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konsep diatas maka defenisi operasional dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur kontraksi dan dilatasi serviks dimulai pada pembukaan satu sampai pembukaan lengkap yang diukur dengan skala nyeri numerical rating skala (0-10) dengan cara pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah intervensi.

Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakan

Wawancara

Metode massage Abdominal Lifting

(41)

28

Metode massage Abdominal Lifting

melingkar atau satu arah. Dilakukan oleh pendamping atau yang menemani ibu selama proses persalinan atas bimbingan peneliti , apabila ada kontraksi selama 1 jam.

Pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya. Dilakukan oleh pendamping atau yang menemani ibu selama proses persalinan atas bimbingan peneliti, apabila ada kontraksi selama 1 jam.

- - - -

C. Hipotesis

(42)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen jenis One group pretest-posttest yang terdiri dari 2 kelompok dan masing-masing kelompok

diberikan intervensi yang berbeda. Dengan cara pengukuran sebelum dan sesudah intervensi. Pada rancangan ini tidak ada kelompok perbandingan (kontrol), tetapi dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti untuk menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan.

B

.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu inpartu pada kala I yang fisiologis yang mempunyai keluhan nyeri persalinan dengan partus pervaginam di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan. Yang dalam survey awal terdapat jumlah ibu bersalin dalam satu bulan diKlinik tersebut kira-kira lebih kurang sebanyak 20 orang.

2. Sampel

(43)

30 yang diberikan metode massage effleurage dan sampel yang diberikan metode massage abdominal lifting.

Ditetapkan (level of significance atau α ) sebesar 0.05, power sebesar 0.80 dan effect size sebesar 0.50 dan jumlah sampel perkelompok adalah 15 orang.

Ibu yang diambil untuk menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin partus pervaginam dan fisiologis pada kala I fase aktif dengan ibu primigravida,

kehamilan dan persalinan tanpa penyulit dan komplikasi, janin hidup, tidak dalam pengaruh analgesik atau obat anti nyeri, pada saat wawancara ibu tidak dalam kelelahan berat dan kecemasan berat, bersedia diwawancara dengan menjawab pertanyaan yang diajukan secara verbal setelah memberikan persetujuan dengan sukarela.

Setelah dilaksanakan penelitian dari bulan Februari-Mei 2010, sampel yang sesuai dengan kriteria peneliti hanya mencapai 20 orang ibu bersalin dan dibagi menjadi dua kelompok intervensi yaitu metode massage effleurage dan metode massage abdominal lifting. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang ibu bersalin kala I fase

aktif.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan. Alasan dipilihnya Klinik tersebut adalah setelah ditinjau tempat tersebut sering menggunakan metode nonfarmakologis khususnya metode massage untuk mengurangi intensitas nyeri pada persalinan kala I tetapi tidak sesuai dengan teknik yang seharusnya sehingga kurang memberikan pengaruh terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I.

(44)

D. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapatkan rekomendasi dari Program Studi DIV Bidan Pendidik, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan surat izin dari institusi dan rekomendasi dari Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan. Setelah mendapat izin dari klinik bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan, peneliti memulai pengumpulan data dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent) kepada responden yang akan diteliti. Sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan, peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan proses penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan setelah pengumpulan data.

Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent) tersebut. Jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya tanpa ada tekanan fisik ataupun psikologis.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama lengkap tetapi hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode pada masing-masing lembar kuesioner. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan sebagai hasil peneliti.

E. Alat Pengumpulan Data

(45)

32 kedua berisi tentang pertanyaan yang menggambarkan intensitas nyeri ibu bersalin berdasarkan skala intensitas nyeri (0-10), dengan menanyakan kepada ibu tentang besar kekuatan nyeri yang dirasakannya, sebelum dan setelah intervensi dilakukan diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan skala nyeri yang ibu rasakan.

Bagian ini akan digunakan untuk mengkaji pengaruh metode massage effleurage dan metode massage abdominal lifting dalam mengurangi intensitas nyeri

dalam persalinan kala I.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data sebagai berikut :

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan dari institusi pendidikan yaitu Program DIV Bidan Pendidik, Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan izin dari Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan.

Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan tentang manfaat penelitian, prosedur penelitian dan cara pengisian kuesioner kepada calon responden. Selanjutnya peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

(46)

peneliti sesuai dengan lama kontraksi selama satu jam sambil memperhatikan keadaan pasien. Setelah intervensi dilakukan peneliti mengkaji kembali derajat nyeri pada responden sesuai dengan kuisioner yang telah disiapkan. Data yang telah diperoleh akan dikumpulkan untuk dianalisa.

Pada kelompok pertama, ibu mendapatkan perlakuan berupa metode massage effleurage yaitu dengan cara pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan

kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Kemudian memberikan usapan pada daerah tersebut. Usapan dilakukan pada setiap kontraksi (sesuai dengan lama kontraksi) selama satu jam, dilakukan oleh pendamping atau yang menemani ibu selama proses persalinan atas bimbingan peneliti.

Pada kelompok kedua, ibu mendapatkan perlakuan berupa metode massage abdominal lifting yaitu adalah dengan cara : membaringkan pasien pada posisi terlentang

dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Usapan dilakukan pada setiap kontraksi (sesuai dengan lama kontraksi) selama satu jam, dilakukan oleh pendamping atau yang menemani ibu selama proses persalinan atas bimbingan peneliti.

G. Rencana Analisis Data

(47)

34 memberi kode terhadap semua pertanyaan yang telah diajukan guna mempermudah peneliti ketika untuk mengadakan tabulasi dan analisa data dengan bantuan komputerisasi menggunakan program SPSS.

Stastistik deskriptif digunakan untuk mengetahui frekuensi sebaran karakteristik demografi ibu bersalin, karakteristik intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi.

Statistik inferensial digunakan untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah teknik intervensi yaitu dengan uji statistik Paired sample t-test dan menggunakan grafik.

(48)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh metode massage terhadap penguranagan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif. Penelitian ini dilaksanakan di ruang bersalin Rumah Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan pada bulan Februari-Mei tahun 2010. Jumlah responden adalah 30 orang. Namun, ada keterbatasan sampel karena pada saat dilakukan penelitian kebanyakan responden tidak termasuk kriteria peneliti. Yang memenuhi kriteria 20 orang ibu bersalin yang menjadi subyek penelitian dan dibagi menjadi 2 kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberi metode massage effleurage dan kelompok yang diberi metode massage abdominal lifting. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang ibu bersalin.

Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi ibu bersalin, analisis intensitas nyeri ibu bersalin pada persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah dilakukan teknik metode massage efflerage dan analisis intensitas nyeri ibu bersalin pada persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah dilakukan metode massage abdominal lifting. Serta analisis perbedaan pengaruh teknik metode massage effleurage

(49)

36 1. Karakteristik demografi responden

Berikut ini data hasil penelitian tentang karakteristik ibu bersalin pada semua kelompok intervensi.

Tabel 5.1

Distribusi responden pada kedua kelompok intervensi berdasarkan karakteristik demografi di Klinik Bersalin Fatimah Ali I

Marindal Medan Februari-Mei tahun 2010

Karakteristik

Berdasarkan tabel 5.1. dapat digambarkan bahwa sebagian besar responden pada metode massage effleurage berada pada usia 18-25 sebanyak 6 orang (60%), status pekerjaan sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 8 orang (80%), pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 6 orang (60%), dan dilatasi servik sebagian besar berada pada dilatasi 4-6 cm sebanyak 7 orang (70%). Pada metode

(50)

orang (70%), status pekerjaan sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 6 orang (60%), pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 4 orang (40%), dan dilatasi servik sebagian besar berada pada dilatasi 4-6 cm sebanyak 6 orang (60%).

2. Karakteristik intensitas nyeri responden sebelum dan sesudah intervensi Intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi pada masing-masing kelompok digunakan uji statistik Paired Sample T-Test.

Tabel berikut menunjukkan nilai rata-rata intensitas nyeri responden sebelum dan sesudah intervensi pada masing-masing kelompok intervensi.

Tabel 5.2.

Distribusi responden berdasarkan tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada masing-masing kelompok di Klinik Bersalin Fatimah Ali I

Marindal Medan Februari-Mei tahun 2010

Kelompok

(51)

38 Tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata intensitas nyeri responden sesudah intervensi pada setiap kelompok lebih rendah dari pada nilai rata-rata sebelum intervensi.

Untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan pengurangan nilai rata-rata pengurangan intensitas nyeri pada setiap kelompok digunakan grafik.

Grafik I. Perbedaan pengurangan intensitas nyeri pada masing-masing kelompok intervensi

massage effleurage massage abdominal lifting

(52)

Untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi pada masing-masing kelompok digunakan uji statistik Paired Sample T-Test.

Tabel 5.3

Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi pada masing-masing kelompok di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan Februari-Mei

tahun 2010

Tabel diatas menunjukkan perbedaan nilai rata-rata intensitas nyeri responden sebelum intervensi dan sesudah intervensi pada kelompok metode massage effleurage yaitu 2,200 dan perbedaan nilai rata-rata intensitas nyeri responden sebelum intervensi dan sesudah intervensi pada kelompok metode massage abdominal lifting yaitu 1,800 dengan nilai t hitung pada masing-masing kelompok lebih besar dari t tabel (t = 1,833) nilai probabilitas (p<0,0001), sehingga dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan masing-masing metode massage yang diteliti mempunyai pengaruh terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I fase aktif.

3. Analisa perbedaan pengurangan intensitas nyeri selama persalinan kala I pada fase aktif antar kelompok intervensi

(53)

40 Tabel 5.4

Perbedaan pengurangan intensitas nyeri antar kelompok intervensi berdasarkan nilai interval sebelum dan sesudah intervensi di Klinik Bersalin Fatimah Ali I

Marindal Medan Februari-Mei tahun 2010 (N=30)

Kelompok intervensi Mean SD Sig (p)

Metode massage Effleurage 2,20 0,632

0,174 Metode massage Abdominal

Lifting 1,80 0,632

Dari tabel di atas dijelaskan bahwa rata-rata intensitas nyeri pada kelompok yang diberikan metoda massage effleurage adalah 2,20 (SD= 0,632). Pada kelompok yang diberikan metoda massage abdominal lifting rata-rata intensitas nyeri adalah 1,80 (SD=0,632). Nilai probabilitas (p= 0,174), Maka didapatkan tidak ada perbedaan antara kelompok metode massage effleurage dengan kelompok metode massage abdominal lifting dalam pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I fase aktif.

B. PEMBAHASAN

1. Interpretasi dan diskusi hasil

Pengaruh metode massage terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I fase aktif.

Dari hasil uji statistik t-dependent diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada pengurangan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah dilakukan intervensi metode massage pada kedua kelompok dengan taraf signifikan (p<0,0001)

(54)

fase aktif pada kedua kelompok intervensi berdasarkan nilai interval sebelum dan sesudah intervensi dengan taraf signifikan (p=0,174). Dari semua metode massage belum diketahui teknik mana yang paling berpengaruh terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I. Pada penelitian ini peneliti mencoba membandingkan dua metode massage yaitu metode massage effleurage dan metode massage abdominal lifting dan hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.

Dari hasil pengukuran intensitas nyeri sebelum intervensi diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri pada skala 3-8 dengan intensitas nyeri ringan sampai sangat berat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mc Caffrey (1989) bahwa nyeri merupakan pengalaman yang universal dirasakan oleh semua manusia dan bersifat subjektif, sehingga nilainya dapat berbeda dari satu orang dengan orang lain serta bervariasi dirasakan oleh orang yang sama dari waktu ke waktu yang lain (Reeder dan Martin, 1997). Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan pada ibu bersalin dapat berbeda antara ibu yang satu dengan ibu yang lainnya walaupun hasil pemeriksaan vaginal tusse menunjukkan nilai yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan dapat berupa faktor fisiologis maupun psikologis (Danuatmaja dan Meiliasari, 2004).

Massage adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot,

(55)

42 perhatian dan empati, bertindak memperkuat efek massage untuk mengendalikan nyeri (Mander, 2003).

Sebuah penelitian tahun 1997 menyebutkan, 3 hingga 10 menit effleurage punggung dan perut dapat menurunkan tekanan darah, memperlambat denyut jantung, meningkatkan pernapasan, dan merangsang produksi hormon endorphin yang menghilangkan sakit secara alamiah (Danuatmadja dan Meiliasari, 2004).

Simkin (1989) mengamati bahwa efek yang menguntungkan hanya berlangsung selama masase diteruskan sehingga ketika dihentikan nyeri bertambah. Kerugian ini diakibatkan oleh proses adaptasi, yaitu sistem syaraf menjadi terbiasa dengan rangsangan dan organ perasa berhenti berespons. Hasil dari konteks ini adalah pengurangan efek masase untuk meredakan nyeri. Dengan demikian, Simkin menganjurkan masase selama persalinan harus dilakukan secara intermitan, seperti penggosokan punggung dan perut yang khususnya hanya dilakukan selama kontraksi, atau bervariasi dalam hal jenis sentuhan dan lokasi. Seperti yang telah disebutkan, keuntungan masase diklaim meluas melebihi perubahan fisiologis murni, efek psikologis dapat juga terjadi (Mander, 2003).

Sebuah studi mengenai massage oleh perawat yang merawat pasien kanker mencoba mengkaji dalam hal efek fisiologis dan psikologis (Ferrell-Torry dan Glick, 1993). Dengan menggunakan instrumen yang tervalidasi dengan baik dan data fisiologis objektif, peneliti ini mengukur nyeri, relaksasi dan kecemasan sebelum dan setelah massage. Sampel mereka terdiri dari sembilan pria yang menderita kanker, dan persepsi

(56)

para peneliti ini menyarankan penggunaan masase untuk meningkatkan efek medikasi nyeri.

Penelitian terdahulu oleh Kimber (2000) juga didapatkan hasil yaitu ibu yang diberikan stimulasi kulit menyatakan merasakan penurunan nyeri dan kecemasan serta memberikan kenyamanan selama persalinan sedangkan Chamberlain (2000) menyatakan 90% wanita mendapatkan teknik relaksasi dan teknik stimulasi kulit (massage) mengatakan bahwa teknik tersebut baik untuk menurunkan nyeri namun Chamberlain juga menambahkan bahwa keefektifan teknik ini sangat bergantung pada kebutuhannya, fase persalinan yang dilalui dan adanya pendamping yang membantu.

Dari uraian di atas maka hipotesa penelitian dapat dijawab bahwa metode massage effleurage dan metode massage abdominal lifting dapat berpengaruh pada pengurangan

intensitas nyeri pada persalinan kala I fase aktif, dan ada perbedaan pengurangan intensitas nyeri yang dirasakan responden sebelum dan setelah dilakukan intervensi pada masing-masing kelompok.

2. Keterbatasan penelitian 1. Sampel

Pemilihan responden yakni ibu bersalin partus pervaginam dan fisiologis pada kala I fase aktif dengan ibu primigravida, kehamilan dan persalinan tanpa penyulit dan komplikasi, janin hidup, tidak dalam pegaruh analgesik atau obat anti nyeri, pada saat wawancara ibu tidak dalam kelelahan berat, bersedia diwawancara dengan menjawab pertanyaan yang diajukan secara verbal setelah memberikan persetujuan dengan sukarela tidak terpenuhi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian

(57)

44 30 orang, namun responden yang ditemukan 20 orang, karena tidak memenuhi kriteria yaitu kebanyakan pasien dengan multigravida.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal Februari-Mei 2010 sehingga waktu penelitian kurang lebih hanya 3 bulan. Responden yang seharusnya 30 orang tidak bisa tercukupi karena keterbatasan waktu. Yang memenuhi kriteria peneliti hanya 20 orang responden dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu metode massage effleurage dan metode massage abdominal lifting yang masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang ibu bersalin.

3. Implikasi untuk asuhan kebidanan/pendidikan kebidanan 1. Pada pelayanan kebidanan

Dari hasil penelitian ini telah diketahui bahwa metode massage berpengaruh dalam mengurangi intensitas nyeri pada persalinan kala I fase aktif. Jadi, metode nonfarmakologi massage dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan mengurangi intensitas nyeri persalinan tanpa efek samping pada ibu dan bayi.

(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Karakteristik demografi dapat digambarkan bahwa sebagian besar responden pada metode massage effleurage berada pada usia 18-25 sebanyak 6 orang (60%), status pekerjaan sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 8 orang (80%), pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 6 orang (60%), dan dilatasi servik sebagian besar berada pada dilatasi 4-6 cm sebanyak 7 orang (70%). Pada metode massage abdominal lifting sebagian besar responden berada pada usia 18-25 sebanyak 7 orang (70%), status pekerjaan sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 6 orang (60%), pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 4 orang (40%), dan dilatasi servik sebagian besar berada pada dilatasi 4-6 cm sebanyak 6 orang (60%).

2. Karakteristik intensitas nyeri responden sebelum dan sesudah intervensi adalah responden pada kelompok metode massage effleurage sebelum dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 6,10 dengan stándar deviasi 1,197 dan setelah dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 3,90 dengan stándar deviasi 1,663. Sedangkan pada kelompok metode massage abdominal lifting sebelum dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 5,50 dengan stándar deviasi 1,354 dan setelah dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 3,70 dengan stándar deviasi 1,160

(59)

46 hitung pada masing-masing kelompok lebih besar dari t tabel (t =1,833) nilai probabilitas (p<0,0001), sehingga dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan masing-masing metode massage yang diteliti mempunyai pengaruh terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I fase aktif.

4. Dari hasil uji statistik t-Independent di peroleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan pada pengurangan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada kedua kelompok intervensi berdasarkan nilai interval sebelum dan sesudah intervensi dengan taraf signifikan (p=0,174).

B. Saran

1. Bagi Praktik Kebidanan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode massage memberikan manfaat untuk mengurangi intensitas nyeri pada persalinan kala I fase aktif. Oleh karena itu, penting untuk diinformasikan dan diterapkan bahwa metode massage adalah salah satu intervensi non-farmakologik untuk mengurangi intensitas nyeri pada persalinan kala I fase aktif di berbagai tatanan pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit,Klinik bersalin, Puskesmas maupun di masyarakat.

2. Bagi Pendidikan DIV Kebidanan

(60)

3. Bagi Penelitian Kebidanan

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, L. (2008). Teknik Akupresur pada persalinan http : // Keperawatan Maternitas.blogspot.com/2008/04/Teknik-akupresur-pada-nyeri-persalinan.htm. diperoleh tanggal 22 November 2009

Bobak , L. (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Chapman, V. (2006). Asuhan Kebidanan : Persalinan dan Kelahiran. Jakarta : EGC Danuatmaja, B., dan Meiliasari, M. (2004). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit.

Jakarta : Puspa Swara

Gadysa, G. (2009). Persepsi ibu tentang metode massage diperoleh tanggal 22 November 2009

Hidayat, A., dan Hidayat, M. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Henderson, C. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan (Essential Midwifery). Jakarta : EGC

Indiarti, M. (2009). Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi. Jogyakarta : Diglossia Media

Imdgarut. (2009). Mekanisme nyeri persalinan

2009/02/02/mekanisme-nyeri-pada-persalinan. Diperoleh tanggal 18 November 2009

MC. Kinney, et al. (2002). Maternal child nursing. Philadelphia : WB. Saunders Co Mander, R. (2003). Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC

Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakata : Salemba Medika

Patree, b., walsh.v.l. (2007). Buku Ajar Kebidanaan Komunitas. Jakarta: EGC

(62)

Simkin, P., Walley, J., dan Keppler, A. (2008). Panduan Praktis Bagi Calon Ibu : Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S. (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinik Edisi ke-3. Jakarta : CV Sagung Seto

Simkin, P., dan Ancheta, R. (2005). Buku Saku Persalinan. Jakarta : EGC Schott, J., dan Priest, J. (2002). Kelas Antenatal Edisi 2. Jakarta : EGC

Suddarth., Brunner. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC Wibowo, R. (2009). Nyeri

Gambar

Gambar 1. Metode massage Effleurage
Gambar 2. Metode massage Abdominal lifting
Distribusi responden pada kedua kelompok intervensi berdasarkan   Tabel  5.1 karakteristik demografi di Klinik Bersalin Fatimah Ali I
Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Mean nyeri responden sebelum intervensi 5,67 atau intensitas nyeri sedang dan sesudah intervensi mean nyeri 1,58 dimana sesudah intervensi TPD intensitas nyeri pasien LBP

Tabel 1 pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa nilai rerata sebelum diberi intervensi massage effleurage 84.00 dan sesudah diberi intervensi massage effleurage 60.00

Hasil penelitian mengenai intensitas nyeri persalinan sebelum diberikan intervensi menunjukkan bahwa nilai rata-rata intensitas nyeri persalinan kala I fase laten sebelum diberikan

Berdasarkan hasil penelitian tingkat nyeri kala I fase aktif sebelum dilakukan massage effleurage: dua responden (7,1% ) mengalami tingkat nyeri ringan pada angka 1 dan 2

Selain teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok I juga diberikan metode pijat punggung dimana ditemukan perbedaan intensitas nyeri sebelum dan setelah

Selain teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok I juga diberikan metode pijat punggung dimana ditemukan perbedaan intensitas nyeri sebelum dan setelah

Tingkat nyeri kala I fase aktif sesudah dilakukan massage effleurage : dua responden (7,1%) mengalami tingkat nyeri ringan, 14 responden (50,0%) mengalami tingkat

SKRIPSI PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA IBU HAMIL TRIMESTER III SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN MASSAGE EFFLEURAGE Studi Penelitian dilaksanakan di UPTD Puskesmas I