• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

PENGARUH PEMBERIAN INSEKTISIDA NABATI TERHADAP

SERANGAN HAMA POLONG PADA TANAMAN

KEDELAI (Glycine max L. Merill) DI LAPANGAN

SKRIPSI

Oleh

SRI WAHYUNI SINAGA 040302016/HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

PENGARUH PEMBERIAN INSEKTISIDA NABATI TERHADAP

SERANGAN HAMA POLONG PADA TANAMAN

KEDELAI (Glycine max L. Merill) DI LAPANGAN

SKRIPSI

Oleh

SRI WAHYUNI SINAGA 040302016/HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Ujian Akhir di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit TumbuhanFakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Diketahui Oleh : Komisi Pembimbing

( Ir. Mena Uly Tarigan, MS )

( Ir.Fatimah Zahara )

Ketua Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRACT

(4)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

(5)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya.

Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Tanaman Kedelai (Glycine max L.Merill ) di Lapangan”. sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada Komisi Pembimbing Ir. Mena Uly Tarigan, MS selaku ketua, Ir. Fatimah Zahara selaku anggota yang telah memberikan saran dan arahannya kepada Penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, Penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Maret 2009

(6)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Sri Wahyuni Sinaga, lahir 14 Juni 1986 di Labuhan Ruku Kab. Batu-Bara. Anak ke-2 dari 4 bersaudara, putri dari Ayahanda S.Sinaga dan Ibunda L.Sembiring. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1998 tamat dari SD Negri 01047 Kec. Talawi 2. Tahun 2001 tamat dari SLTP Negri 1 Talawi

3. Tahun 2004 tamat dari SMA Negri 1 Kisaran

4. Tahun 2004 masuk Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Pengalaman Kegiatan Akademis

1. Tahun 2004-2008 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN) di bidang Humas.

2. Tahun 2008 mengikuti seminar Peringatan 100 Tahun Kegbangkitan Nasional FP USU “Motivation Training”.

3. Tahun 2008 mengikuti seminar ilmiah Dies Natalis Fakultas Pertanian USU ke-52.

(7)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

5. Tahun 2008-2009 melaksanakan penelitian di lahan percobaan BPTP (Balai Pengkajian teknologi Pertanian) Sumatera Utara pada bulan Nopember sampai Januari.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

(8)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

(9)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Beberapa hama penting dan pola infestasi hama selama pertumbuhan Kedelai... 2 2. Rataan tinggi tanaman kedelai pada pengamatan 14, 21, 28, dan 35 hst ... 21 3. Rataan Persentase Serangan E.zinckenella. pada Pertanaman

(10)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Imago E.zinckenella ... 7

2. Telur E.zinckenella ... 8

3. Pupa E.zinckenella ... 9

4. Larva dan gejala serangan E.zinckenella ... 9

5. R. linearis ... 10

6. Tanaman Nimba ... 12

7. Histogram Rataan Tinggi Tanaman kedelai selama penelitian ... 22

8. Histogram Perssentase Serangan (%)E.zinckenella selama Penelitian dengan Beberapa Tingkat Konsentrasi ... 23

9.Histogram Perssentase Serangan (%)R. linearis selama Penelitian dengan Beberapa Tingkat Konsentrasi ... 25

10. Histogram perbandingan persentase serangan E.zinckenella dan R.linearis ... ………….. 26

11. Histogram Hubungan Produksi Biji kedelai (kg/plot) dengan beberapa tingkat konsentrasi (P) ... 27

(11)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro ... 32

2. Bagan Sampel ... 33

3. Bagan Lahan Percobaan ... 34

4. Gambar Tanaman Percobaan dan Produksi ... 35

5. Data Tinggi Tanaman Kedelai 14 hst ... 36

6. Data Tinggi Tanaman Kedelai 21 hst... 37

7. Data Tinggi Tanaman Kedelai 28 hst... 38

8. Data Tinggi Tanaman Kedelai 35 hst ... 39

9. Persentase Serangan E.zinckenella 51 hst ... 40

10. Persentase Serangan E.zinckenella 58 hst ... 41

11. Persentase Serangan E.zinckenella 65 hst ... 42

12. Persentase Serangan E.zinckenella 72 hst ... 43

13. Data Persentase Serangan R.linearis 51 hst ... 44

14. Data Persentase Serangan R.linearis 58 hst... 45

15. Data Persentase Serangan R.linearis 65 hst………46

16. Data Persentase Serangan R.linearis 72 hst... 47

(12)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman yang bermanfaat bagi manusia, baik digunakan sebagai bahan makanan yang dapat diolah dalam berbagai bentuk, maupun sebagai bahan baku industri. Kandungan proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya, yaitu berkisar antara 35-40% (Suprapto, 1992).

Sebagai sumber utama protein nabati dan minyak biji yang dapat dimakan, kedelai tidak diragukan lagi merupakan legum pangan terpenting di dunia. Walaupun terutama ditanam untuk menghasilkan biji kering, penggunaan biji muda secara luas, khususnya di Asia timur, menyebabkan kedelai merupakan salah satu sayuran yang penting (Rubatzky dan Yamagutchi, 1998).

Usaha untuk meningkatkan produksi kedelai dalam upaya memenuhi kebutuhan kedelai Indonesia telah banyak dilakukan Pemerintah, baik dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi (Setyowati, dkk., 2005).

(13)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

zinckenella, Riptortus linearis, Nezara viridula, Ophimya (Agromyza) phaseoli,

Melanogromyza delichostigma, Lamprosema indica, Spodoptera litura .

Hama tersebut mampu menimbulkan kerusakan yang berarti pada tanaman dan menimbulkan kerusakan yang significant (Saenong, 2007).

Di Indonesia terdapat tiga jenis hama pengisap polong kedelai, yaitu Nezara

viridula, Piezodorus hybneri, dan Riptortus linearis.. Kehilangan hasil akibat serangan

hama pengisap polong mencapai 79%.Hasil survei di Jawa Timur dan Lampung

menunjukkan bahwa R.linearis mempunyai daerah penyebaran dan serangan yang

paling luas dibandingkan dengan hama lainnya. Berbagai upaya pengendalian hama

pengisap polong kedelai terus dikembangkan, antara lain dengan: 1) bercocok tanam

yang baik dan benar seperti sanitasi, tanam serempak, pergiliran tanaman, dan

penanaman tanaman perangkap, 2) menanam varietas tahan, dan 3) cara mekanis.

Namun, kenyataan di lapang menunjukkan bahwa lebih dari 90% petani masih

mengandalkan insektisida kimia untuk pengendalian R. linearis karena praktis dan

hasilnya cepat diketahui. Namun, penggunaan insektisida kimia relatif mahal dan dapat

menyebabkan timbulnya berbagai masalah seperti resistensi dan resurjensi hama,

terbunuhnya serangga bukan sasaran, dan pencemaran lingkungan khususnya terhadap

(14)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Beberapa hama penting dan pola infestasi hama selama pertumbuhan kedelai dapat dilihat pada tabel 1. (BPTP-SU, 2008).

Tabel 1. Beberapa hama penting dan pola infestasi hama selama pertumbuhan kedelai

No. Jenis Hama Umur Tanaman (hari)

Ket : + = kurang membahayakan kehadirannya saat itu, ++ = membahayakan kehadirannya saat itu, +++ = sangat membahayakan kehadirannya saat itu.

(15)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Penggunaan Pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis. Disatu pihak dengan menggunakan pestisida kehilangan hasil yang diakibatkan organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat ditekan, tetapi di lain pihak dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman dan lingkungan. Alternatif pengendalian hama penyakit yang mudah, praktis, dan relatif aman untuk lingkungan, adalah pestisida nabati (Kardiman, 1999).

Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan dan dapat digunakan untuk mencegah organisme pengganggu tanaman (OPT). Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak (repellent), penarik (attractan), pemandul (antifertilitas) atau pembunuh. Pestisida nabati bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Jenis pestisida ini juga relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang (Anonim, 2005).

Salah satu pestisida nabati adalah nimba (Azadirachta indica). Awalnya nimba digunakan di perkebunan teh dan kopi untuk pemberantasan hama. Seiiring dengan perkembangan penelitian, nimba ini juga digunakan dalam pemberantasan hama dan penyakit tanaman hortikultura seperti bakteri, jamur dan cacing (Anonim, 2005).

Campuran ekstrak nimba (Azadirachta indica), lengkuas (Alpinia galanga) dan sereh (Cymbopogon nardus) dengan perbandingan 2 : 1,5 :1,5 mampu memberantas hama tanaman (Setiawati dan Muharam, 2003).

(16)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian insektisida nabati terhadap serangan hama polong pada tanaman kedelai (Glycine max L. Merill) di lapangan.

Hipotesis Penelitian

- Terdapat perbedaan penekanan serangan hama polong pada tanaman kedelai (Glycine max L. Merill). dari beberapa konsentrasi insektisida nabati yang berbeda.

- Perlakuan yang paling efektif terdapat pada konsentrasi yang paling tinggi. Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

(17)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kedelai

Kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Polypetales

Family : Leguminosae

Genus : Glycine

Species : Glycine max L. Merill (Rukmana, 1996).

Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak menyemak, berbulu halus (pubescens), dengan system perakaran luas. Tanaman ini umumnya dapat beradaptasi terhadap berbegai jenis tanah, dan menyukai tanaha yang bertekstur ringan hingga sedang dan drainase yang baik. Daunnya majemuk, beranak-daun tiga, berselang seling. Perilaku pembungaan berbeda-beda (Rubatzky dan Yamagutchi, 1998).

(18)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

ketika telah berkembang sempurna dan bijinya masih agak empuk (Rubatzky dan Yamagutchi, 1998).

Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, artinya dalam setiap bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina. Bunga terletek pada ruas-ruas batang warna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Menurut penelitian sekitar 60 % bunga rontok sebelum membentuk polong. Usia kedelai sampai berbunga bervariasi tergantung varietasnya. Beberapa varietas kedelai umumnya dapat di panen pada umur 80-90 hari (Suprapto, 1992).

Penggerek Polong (Etiella zinckenella Treit.) (Lepidoptera: Pyralidae)

E.zinckenella termasuk kedalam ordo Lepidoptera dan Family Pyralidae.

Ngengat dewasa mempunyai warna sayap yang jelas, bagian depan dan dasar sayap depan berbelang berwarna abu-abu kehijauan yang menyerupai pita kotor. Sayap belakang seluruhnya berwarna putih kehijauan. Betina dewasa mampu menghasilkan 200 butir telur (Singh, 1990).

Gambar 1. Imago E.zinckenella

Sumber:

(19)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

diletakkan, telur berwarna putih mengkilap, kemudian berubah menjadi kemerahan dan berwarna jingga ketika akan menetas. Setelah 3-4 hari, telur menetas dan keluar larva berwarna putih kekuningan (Marwoto, ddk., 2006).

Kelompok Telur

Gambar 2. Telur E.zinckenella

Sumber :

Larva dewasa mempunyai kepala yang berwarna coklat keemasan pada bagian tasnya dengan bagian mulut coklat gelap, tetapi pada larva yang masih muda, kepalanya berwarna hitam. Di bagian belakang kepada terdapat sebuah perisai berwarna hitam, tetapi pada waktu istirahat, tubuhnya berwarna hijau sedikit kemerahan yang akan lebih jelas dengan bertambahnya usia. Ada beberapa belang berwarna abu-abu kecoklatan disepanjang tubuh yang lebih jelas pada saat larva masih muda (Austin, 1993).

(20)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Gambar 3. Pupa E.zinckenella

Gejala serangan berupa lubang gerek berbentuk bundar pada kulit polong. Apabila terdapat dua lubang bekas gerekan pada polong, berarti ulat sudah meninggalkan polong. Polong yang mengalami rusak berat, biji kedelai didalamnya keropos dan tidak ada gunanya lagi, ini berarti panen kedelai petani tmengalami kegagalan (Kartasapoetra, 1993).

Gejala Serangan

larva

Gambar 4. Larva dan Gejala serangan E.zinckenella

Kepik Polong (Riptortus linearis L.) (Hemiptera: Alydidae)

(21)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Nimfa kepik polong lima instar dan mirip semut (Gambar 5d). Stadium nimfa berlangsung 23 hari, daur hidup berlangsung 29 hari. Kepik dewasa berwarna coklat kekuningan di sepanjang sisi badannya terdapat garis putih kekuningan. Panjang kepik betina 13-14 mm dan jantan 11-13 mm

Gambar 5. Riptortus linearis; (a) imago, (b) telur,(c) nimfa instar I,

dan (d) nimfa instarV

Sumber

Imago hadir di pertanaman kedelai menjelang pembentukan polong dan biji. Imago berbadan panjang dan berwarna kuning coklat yang bentuknya mirip walang sangit (Gambar 5a), di samping sepanjang sisi badan mempunyai garis putih kekuning-kuningan. Panjang imago mencapai 11-14 mm dan umur mencapai 4-7 hari (Dirjen Tanaman Pangan, 1992).

(22)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

dan busuk. Serangan pada polong tua menyebabkan kualitas biji menurun karena adanya bintik-bintik hitam pada biji atau biji menjadi keriput. Gejala serangannya jelas terlihat pada kulit biji dan kulit polong bagian dalam berupa bintik hitam atau coklat. Kerusakan pada biji dan kulit polong sering disertai dengan serangan jamur (Mudjiono dkk, 1991).

Selain kedelai tanaman inang R. linearis di antaranya jenis kacang-kacangan yang lain, Tephrosia spp, Acacia pilosa, dadap, Desmodium, Solanaceae, dan

Convolvulaceae (Suharto, 2007).

Nimba (Azadirachta indica), Lengkuas (Alpinia galangal) Sereh (Cymbopogon nardus)

Nimba (Azadirachta indica A. Juss.)

Nimba merupakan pohon dengan ketinggian10 - 15 m, tumbuh baik didaerah panas dengan ketinggian 1-700 m dpl, dan yang paling baik pada 0-300 m dpl tumbuhan ini merupakan bahan pestisida nabati utama (Kardiman dan Taryono, 2003).

Nimba mampu mengendalikan sekitar 127 jenis hama dan mampu berperan sebagai bakterisida, fungisida, nematisida, virisida, dan moluskasida. Keunggulan pestisida nabati ini adalah tidak membunuh musuh alami, aman untuk mamalia, lebah, burung, dan manusia. Kelebihan lainnya gampang terurai sehingga tidak menimbulkan mutasi dan resistensi. Bahkan, senyawa aktif dalam nimba mudah larut dalam pelarut organik, seperti alkohol dan eter, serta di dalam air. Meski tidak sebaik pelarut organik (Anonim, 2007a).

(23)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

berpengaruh mengurangi nafsu makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan menjadi serangga dewasa, sebagai pemandul, mengganggu dan menghambat proses perkawinan serangga, menghambat peletakan dan penurunan daya tetas telur, dan bekerja secara sistemik dan kontak serta mudah diabsorbsi tanaman. Daun biji, dan kulit batang merupakan bagian tumbuhan yang digunakan dalam bentuk ekstrak. Ekstrak dibuat dengan menghaluskan bagian tumbuhan tersebut lalu mencampurnya dengan air atau dengan larutan lain (Kardiman, 1999).

Gambar 6. Tanaman Nimba

Azadirachtin sendiri terdiri dari sekitar 17 komponen dan komponen yang mana yang paling bertanggung jawab sebagai pestisida atau obat, belum jelas diketahui. Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga (Ermel, 1995).

Bagian nimba yang mengandung senyawa aktif bersifat sebagai pestisida, terutama pada biji dan daun. Kandungan biji lebih banyak dibandingkan daun, ada 20 senyawa aktif yang terkandung di dalamnya, seperti azadirachtin, meliantriol, salamin,

(24)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian. Salamin berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari mimba, seringkali hamanya tidak mati seketika setelah disemprot (knock down), namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari (Sudarmadji, 1991).

Namun demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam keadaan tidak ingin makan. Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat tersebut. Suatu kasus terjadi ketika belalang Schistocerca gregaria menyerang tanaman di Afrika, semua jenis tanaman terserang belalang, kecuali satu jenis tanaman, yaitu nimba. Nimba pun dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya belalang (insectbehavior) yang tadinya bersifat migrasi, bergerombol dan merusak menjadi bersifat solitair yang bersifat tidak merusak (Ruskin, 1993).

Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman. Tidak terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering digunakan dan dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis penyakit pada manusia (Kardinan dan Taryono, 2003).

Lengkuas (Alpinia galanga)

(25)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

permukaan laut. Terdapat 2 jenis tumbuhan lengkuas yaitu varietas dengan rimpang umbi (akar) berwarna putih (biasanya dipakai sebagai penyedap makanan) dan varietas berimpang umbi merah (untuk obat). Batangnya terdiri dari susunan pelepah daun. Daunnya bulat panjang dimana daun bagian bawah terdiri dari pelepah-pelepah saja sedang bagian atas lengkap dengan helaian daun. Bunganya muncul pada ujung tumbuhan. Rimpang umbinya berserat kasar dan beraroma khas. Kandungan kimia lengkuas yaitu minyak terbang, minyak atsiri, eugenol, seskuiterpen, pinen, metil sinamat, kaemferida, galangan, galangol dan kristal kuning (Anonim, 2007b).

Minyak atsiri dari beberapa tumbuhan bersifat aktif biologis sebagai anti bakteri dan anti jamur sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pengawet pada makanan dan sebagai antibiotik alami (Yuharmen, 2002).

Bagian tanaman yang digunakan sebagai insektisida adalah rimpang dengan sifat toksik dan penolak (repellent) dan telah diuji terhadap Daucus caudacus, Manduca

sexta dan Aphids (Atjung, 1990).

Sereh (Cymbopogon sp)

Tanaman termasuk familia Poaceae. Serai menyukai lahan yang berada di dekat air dengan tanah yang gembur. Tak heran bila serai dapat ditemukan tumbuh liar di tepi sungai, rawa, atau saluran irigasi. Tanaman ini mengandung : Minyak atsiri, geraniol,

citronnelal, eugenol-metil eter, sitral, dipenten, eugenol, kadinen, kadinol, dan

(26)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih kacang kedelai varietas Anjasmoro, campuran nimba, lengkuas dan sereh, deterjen sebagai pelekat, pupuk, dan air.

Alat yang digunakan adalah blender, cangkul, tugal, gembor, papan label, pacak, tali plastik, kain muslin, handsprayer, timbangan, kamera dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) non faktorial, terdiri dari 6 perlakuan yaitu :

P0 : kontrol

(27)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Jumlah Perlakuan : 6

Jumlah Ulangan : 4

Jarak Tanam : 20 x 30 cm

Jumlah Plot Lahan : 24 plot

Luas Tiap Plot Lahan : 2 x 1,5 meter2

Luas lahan seluruhnya : 132 meter2

Jarak antar Perlakuan : 30 cm

Jarak antar Ulangan : 50 cm

Lebar Parit Keliling : 75 cm

Jumlah Tanaman Tiap Plot : 50 tanaman

Jumlah Tanaman Sampel per Plot : 10 tanaman Jumlah Tanaman Seluruhnya : 1200 tanaman Jumlah Tanaman Sampel yang diambil seluruhnya : 240 tanaman

Data dianalisis dengan sidik ragam menggunakan model linear :

Yij = µ + i + ij

i = 1,2,3

j = 1,2,3,……,10

Keterangan :

Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah umum

i = pengaruh perlakuan ke-i

(28)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Selanjutnya bila hasil analisa sidik ragam menunjukkan hasil yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan (Gomez dan Gomez, 1995).

Pelaksanaan penelitian

Persiapan Lahan

Areal pertanaman dibersihkan dari gulma selanjutnya tanah dicangkul, dihaluskan dan diratakan. Kemudian dibuat plot dengan ukuran 1,5m x 2m sebanyak 24 plot dengan jarak antar perlakuan 30 cm dan jarak antar ulangan 50cm.

Penanaman

Benih ditanam dengan jarak tanam 20cm x 30cm dilakukan dengan sistem tugal dan setiap lubang sedalam + 3-4 cm, pada lubang ditanam 2 atau 3 biji kedelai.

Pemeliharaan Tanaman

Pemupukan dilakukan bersamaan dengan waktu tanam. Pupuk diberikan dengan system larikan diantara barisan tanaman. Jenis pupuk Yang diberikan adalah Urea 100 kg/Ha, SP36 200 kg/Ha, dan KCl 150 kg/Ha. Setelah dikonversikan/plot menjadi Urea 30 gr/plot, SP36 60 gr/plot, dan KCl 45 gr/plot. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari apabila tidak turun hujan.

Penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan cangkul dan garu pada saat diperlukan.

Penyediaan Ekstrak Tanaman

(29)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

harinya, larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan diencerkan kembali dengan 45 l air (untuk 75 m2) (Setiawati dan Muharam, 2003). Pemberian Perlakuan

Aplikasi insektisida nabati dilakukan sebanyak 4 kali dengan interval 7 hari sekali pada 51, 58, 65, dan 72 hst. Penyemprotan dilakukan sesuai dengan masing-masing perlakuan.

Pengamatan Parameter

Pengamatan dilakukan pada seluruh plot percobaan. Jumlah tanaman sampel pada masing-masing plot adalah 10 tanaman. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random).

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman di amati dan di ukur mulai dari 14 hst, sampai 35 hst dengan interval 7 hari sekali.

Persentase Serangan

Persentase serangan hama dihitung dengan cara mengamati jumlah polong yang terserang sesuai dengan gejala serangan yang ditimbulkan oleh masing-masing hama pada setiap fase pertumbuhan kedelai, yaitu fase pembibitan (O. phaseoli, B.

tabaci dan P. inclusa), fase vegetatif (S. litura, P. chalcites dan L. indicata) serta fase

generatif (E. zincknella, R. linearis dan N. viridula).

Persentase serangan hama ini dihitung menggunakan rumus: a

(30)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

b

Keterangan :

P = persentase serangan larva a = jumlah polong yang terserang b = jumlah polong yang tidak terserang

Jumlah Produksi

Panen dilakukan bila tanaman telah masak dan daunnya telah rontok. Produksi kering tiap plot ditimbang dan dikonversikan ke dalam kg/Ha dengan menggunakan rumus :

Produksi/Ha = produksi kering /ton Luas Plot Panen/ha

(31)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parameter yang diamati selama penelitian adalah tinggi tanaman, hama polong yaitu E.zinckenella dan R.linearis serta produksi. Hasil yang diperoleh selama penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tinggi Tanaman

Data pengamatan tinggi tanaman dari pengamatan pertama sampai dengan keempat dan daftar sidik ragamnya masing – masing dapat dilihat pada Lampiran 5, 6, 7 dan 8.

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa pada setiap pengamatan, persentase tinggi tanaman berbeda nyata setiap minggunya karena tanaman sedang dalam masa vegetatif. Pengujian dengan uji jarak Duncan terhadap rataan tinggi tanaman kedelai pada lampiran yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan tinggi tanaman kedelai pada pengamatan 14, 21, 28, dan 35 hst.

Perlakuan Pengamatan

I II III IV

P0 11,12A 26,62C 48,59A 68,29A

P1 11,25A 28,5AB 49,08A 67,71A

P2 10,57AB 28,82A 47,95A 67,44AB

P3 7,89C 26,39C 48,35A 66,78BC

P4 9,76B 27,51BC 45,16B 67,78A

P5 11,12A 28,87A 47,86A 66,22C

(32)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Rataan tinggi tanaman kedelai selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 7

0

Gambar 7. Histogram Rataan Tinggi Tanaman kedelai selamapenelitian

Persentase Serangan Etiella zinckenella Tr.

Data pengamatan persentase serangan E.zinckenella dari pengamatan pertama sampai dengan pengamatan keempat dan daftar sidik ragamnya masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 9, 10, 11, dan 12.

Pengujian dengan uji jarak Duncan terhadap rataan persentase serangan pada lampiran dapat dilihat pada tabel 3.

(33)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Keterangan : Notasi huruf besar yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata pada taraf 1% berdasarkan uji jarak Duncan.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan pada umur 72 hst memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase serangan dimana persentase serangan tertinggi pada perlakuan P1 (100 ml/liter air) sebesar 17,5% dan terendah pada perlakuan P5 (300ml/liter air) yaitu sebesar 2,5%. Perlakuan P5 berbeda sangat nyata terhadap kontrol (P0), tidak berbeda nyata terhadap P4 yaitu sebesar 5% dan berbeda nyata terhadap P3 sebesar 10%, P2 sebesar 12,5%.

Tabel 3 juga menunjukkan bahwa dari pengamatan pertama sampai pengamatan terakhir persentase serangan hama polong E.zinckenella semakin menurun. Ini disebabkan karena pemberian insektisida nabati yang diaplikasikan dapat menekan bahkan membunuh hama ini. Hal ini sesuai dengan literatur Anonim (2005) yang menyatakan bahwa Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan dan dapat digunakan untuk mencegah organisme pengganggu tanaman (OPT). Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak (repellent), penarik (attractan), pemandul (antifertilitas) atau pembunuh.

Tingkat persentase serangan E.zinckenella selama penelitian dengan tingkat konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada gambar 8.

(34)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Gambar 8. Histogram Perssentase Serangan (%) E.zinckenella dengan Beberapa Tingkat Konsentrasi.

Persentase Serangan Riptortus linearis L.

Data pengamatan persentase serangan R.linearis dari pengamatan pertama sampai pengamatan keempat dan daftar sidik ragamnya masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 13, 14, 15 dan 16.

Dari analisa sidik ragam menunjukkan bahwa Persentase serangan R.linearis pada tanaman kedelai tanpa perlakuan (P0) menjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap perlakuan P5. Untuk mengetahui perlakuan yang sangat berbeda nyata , maka dilakukan uji jarak Duncan. Rataan Persentase Serangan Riptortus linearis L. dapat di lihat pada tabel 4.

Keterangaan : Notasi huruf besar yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata pada taraf 1% berdasarkan uji jarak Duncan.

(35)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

kontrol (P0), tidak berbeda nyata terhadap P4 yaitu sebesar 35% dan berbeda nyata terhadap P3 sebesar 40%, P2 sebesar 50%, dan P1 sebesar 57%.

Pada pengamatan berikutnya, yaitu 58 hst, 65 hst, dan 72 hst, perlakuan menunjukkan pengaruh yang sangat nyata, bahkan pada pengamatan 72 hst, serangan hanya tinggal 5 % pada perlakuan P5. Ini disebabkan karena konsentrasi yang diaplikasikan semakin tinggi maka daya racunnya juga tinggi sehingga mempengaruhi proses metabolisme dan aktivitas makan serangga. Hal ini sesuai dengan literatur Sudarmadji (1991) yang menyatakan bahwa Salamin berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati.

Tingkat persentase serangan R. linearis selama penelitian dengan tingkat konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada gambar 9.

0 Histogram Perssentase Serangan (%)R. linearis dengan Beberapa Tingkat

Konsentrasi.

(36)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Pada percobaan yang dilakukan selama penelitian, terdapat perbedaan persentase serangan antara E.zinckenella dan R. linearis. Walaupun waktu aplikasi dan pengamatan yang dilakukan terhadap kedua hama ini bersamaan, tetapi serangan R. linearis lebih besar dibandingkan dengan serangan E.zinckenella. Hal ini sesuai dengan literatur

Prayogo dan Suharsono (2005) yang menyatakan penyebaran hama R. linearis lebih cepat dari pada hama lainnya dan juga sesuai dengan literatur BPTP-SU (2008) yang menyatakan p ada umur tanaman 31-50 hst serangan R. linearis keberadaannya sangat membahayakan, sedangkan E.zinckenella keberadaannya membahayakan.

Penggunaan pestisida nabati (campuran nimba, lengkuas dan sereh) efektif untuk mengendalikan hama penggerek polong E.zinckenella dan peghisap polong R. linearis. Dapat dilihat dari Tabel 3 persentase serangan E.zinckenella pada 72 hst sebesar 2,5% dan pada tabel 4 persentase serangan R.linearis pada 72 hst sebesar 5 %. Hal ini disebabkan karena sereh dan lengkuas mengandung minyak atsiri ( Yuharmen 2002 dan Anonim 2007c), dan nimba mengandung Meliantriol yang berfungsi sebagai repellent (penolak) (Ruskin, 1993) sehingga serangan ke-2 hama ini dapat dikendalikan.

(37)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Gambar 10. Perbandingan tingkat persentase serangan E.zinckenella dan R. linearis pada pengamatan terakhir

Produksi

Data pengamatan produksi dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran. Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dengan ekstrak nimba memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah produksi yang dihasilkan.

Pengujian dengan uji jarak Duncan terhadap rataan produksi kedelai pada lampiran yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan produksi Biji Kedelai (kg/plot)

Perlakuan Produksi

Keterangan : Notasi huruf besar yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata pada taraf 1% atau 5% berdasarkan uji jarak Duncan.

(38)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

perlakuan P1 (100ml/liter air) yaitu 1,56 ton/ha. Ini berarti bahwa pemberian pestisida nabati dengan dosis 300ml/liter air (P5) lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Karena semakin tinggi konsentrasi larutan yang diberikan semakin besar pula persentase kematian hama dan diikuti dengan kehilangan hasil yang semakin kecil.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pestisida nabati dapat menekan serangan hama polong yang terdapat pada pertanaman kedelai sehingga kehilangan produksi dapat ditekan sekecil mungkin. Hal ini sesuai dengan literature Setiawati dan Muharam (2003) yang menyatakan bahwa campuran ekstrak nimba (Azadirachta indica), lengkuas (Alpinia galanga) dan sereh (Cymbopogon nardus) dengan perbandingan 2 : 1,5 :1,5 mampu memberantas hama tanaman.

Tingkat produksi kedelai dengan konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada gambar 11

(39)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Semakin tinggi konsentrasi larutan yang diberikan maka semakin rendah persentse serangan hama polong.

2. Persentase serangan tertinggi dari hama E.zinckenella pada 72 hst terdapat pada perlakuan P1 (100ml/l air) sebesar 17,5% dan terendah terdapat pada perlakuan P5 (300ml/l air) sebesar 2,5%.

(40)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

4. Campuran nimba, lengkuas dan sereh pada percobaan, efektif untuk mengendalikan hama polong.

5. Produksi biji kedelai tertinggi terdapat pada perlakuan P5 (300ml/liter air) yaitu sebesar 2,09 ton/ha dan terendah terdapat pada perlakuan P1(100ml/liter air) yaitu sebesar 1,56 ton/ha.

Saran

Perlu pengujian lebih lanjut terhadap nimba untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan larutan, baik di Laboratorium ataupun di Lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005. Nimba (Azadirachta indica) sebagai Pestisida Nabati. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi-P4MI (Poor Famers Income Improvement Thought Inovation Project. PF13P).

Anonim, 2007a. Azadirachta indica A. Juss.http//www.google.com.diakses tanggal 9 april 2008.

Anonim, 2007b. Lengkuas

tanggal 9 april 2008.

Anonim, 2007c. Serai (Cymbopogon nardus).

(41)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Atjung. 1990. Tanaman Obat dan Minuman Segar.Penerbit Yasaguna, Jakarta.

Austin, A D, T C R White, D A Lawlzer and D G Taylor (1993) Biology of Etiella

behirii Zeller (Lepidoptera: Pyralidae): a pest of seed lucerne in South Australia.

Transactions of the Royal Society of South Australia 117: 67-76.

BPTP-SU, 2008. Teknologi Peningkatan Produktivitas Kedelai Terpadu (PTT). Medan. Dirjen Tanaman Pangan, 1992. Pedoman Pengenalan dan Pengendalian Hama

Tanaman Kedelai, Sumut.

Ermel, K., 1995. Azadirachtin content of neem seed kernels from different regions of the world, In Schmuttere Ed., 1995. The neem tree. VHC, Federal Republic of Germany.

Gomez A. G dan Gomez A. A, 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi ke-2. UI-Press, Jakarta.

Kalshoven, L. G. E.,1981. The Pest of Crop in Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.

Kardinan, A. dan Taryono, 2003.Tanaman obat penggempur kanker.PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Kardiman, A.,1999. Pestisida Nabati, Rumusan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta PDF created with FinePrint pdf Factory Pro trial version http://www.softwarelabs.com

Kartasapoetra, 1993. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara, Jakarta. Marwoto, ddk., 2006. Hama, Penyakit dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Mudjiono, G., B. T. Rahadjo, T. Himawan, 1991. Hama-hama Penting Tanaman

Pangan. Fakultas Pertanian Unibraw, Malang.

Prayogo Y. dan Suharsono,2005. Optimalisasi Pengendalian Hama Pengisap Polong Kedelai (Riptortus linearis) dengan Cendawan Entomopatogen Verticillium lecanii. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.

Rubatzky, V.E., dan Yamagutchi, M., 1998Sayuran Dunia 2; Prinsip, Produksi, dan Gizi. Edisi ke-2. Penerbit ITB, Bandung.

Rukmana, R dan Yuniarsih, Y., 1996. Kedelai Budidaya dan Pasca panen. Kanisius, Yogyakarta.

(42)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Saenong, S.M., 2007. Kiat Mengamankan Hasil Produksi Kedelai dari Infestasi Organinsme Pengganggu Tanaman. Peneliti Hama dan Penyakit pada Balitsereal Maros Sul-Sel. Diakses dari

Setiawati, W. dan Muharam, A., 2003. Pengenalan dan Pengendalia Hama Penting pada Tanaman. Balai Penelian Tanaman Sayuran, Lembang.

Setyowati, dkk., 2005. Pergeseran Gulma dan Hasil kedelai pada Pengolahan Tanah dan Teknik Pengendalian Gulma yang Berbeda. Jurnal Akta Agrosia vol. 8 no.2 hlm62-69. Juli-Desember 2005. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

Singh, S.R., 1990. Insect Pest of Tropical Food Legumes. John Wiley and Sons, New York

Sudarmadji, D., 1991. Mimba, Insektisida Alami. Trubus. Thn IV

Suharto, 2007. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Andi, Jakarta. Suprapto, H.S., 1992. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yuharmen, M., Eryanti, nurbalatif 2002. Uji Aktivitas Antimikroba Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galanga). Jurusan Kimia, FMIPA,

Universitas Riau.

Lampiran 1. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro

Dilepas tanggal : 22 Oktober 2001

SK Mentan : 537/kpts/TP.240/10/2001

Asal : Seleksi massa dari populasi galur murni Mansuria.

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Ungu

Warna bunga : Ungu

Warna biji : Kuning

Warna hilum : Kuning kecoklatan

Warna daun : Hijau

Warna bulu : Putih

(43)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Tinggi tanaman : 64-68 cm

Bentuk daun : Oval

Ukuran daun : Lebar

Percabangan : 2,9-5,6 cabang Umur mulai berbunga : 35,7-39,4 hari Umur saat panen : 82,5-92,5 hari Jumlah buku batang utama : 12,9-14,8

Kerebahan : Tahan rebah

Kandungan minyak biji : 17,2-18,6% Kandungan protein biji : 41,8-42,1%

Ukuran biji : Besar

Bobot 100 biji : 14,8-15,3 gram Daya hasil : 2,03-2,25 ton/ha

Sifat lain : Polong tidak mudah pecah

Sumber : Dirjen Tanaman Pangan

(44)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

2,0 m

Ket :

: tanaman sampel

X : tanaman kedelai bukan sampel

Lampiran 3

BAGAN LAHAN PERCOBAAN

13 m

75 cm

200 m

P4U3 P1U1 P5U1 P3U4 P0U1

75 cm

P1U2 P4U4 P0U4 P2U1 P5U3

(45)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

P2U2 P0U2 P5U1 P3U3 P1U4

P4U1 P2U3 P5U2 P0U3 P3U2

75 cm

150

cm 50 cm

: Plot

: Batas lahan

(46)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009 Produksi

Lampiran 5

(47)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III IV

Data Tinggi Tanaman Kedelai 14 hst Transformasi √x+0,5

(48)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

.A .B

.C

Lampiran 6

Data Tinggi Tanaman Kedelai 21 hst Perlakua

(49)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Data Tinggi Tanaman Kedelai 28 hst Perlakua

(50)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

(51)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

(52)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Persentase Serangan E.zinckenella 51 hst

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Persentase Serangan E.zinckenella 51 hst Transformasi Arc Sin √persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(53)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Persentase Serangan E.zinckenella 58 hst Perlakua

(54)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

(55)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009 Lampiran 11

Persentase Serangan E.zinckenella 65 hst Perlakua

Persentase Serangan E.zinckenella 65 hst Transformasi Arc Sin √persentase

(56)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Persentase Serangan E.zinckenella 72 hst Perlakua

Persentase Serangan E.zinckenella 72 hst Transformasi Arc Sin √persentase

(57)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

(58)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Persentase Serangan R.linearis 51 hst Transformasi Arc Sin √persentase

(59)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009 Lampiran 14

Persentase Serangan R.linearis 58 hst

Perlakuan Ulangan Total Rataa n

Persentase Serangan R.linearis 58 hst Transformasi Arc Sin √persentase

(60)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Persentase Serangan R.linearis 65 hst Perlakua

Persentase Serangan R.linearis 65 hst Transformasi Arc Sin √persentase

(61)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Persentase Serangan R.linearis 72 hst

(62)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Rataan 31,67 28,33 31,67 28,33 120,00 30,00

Persentase Serangan R.linearis 72 hst Transformasi Arc Sin √persentase

(63)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009 Lampiran 17

Data Produksi Tanaman (ton/ha)

Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III IV

(64)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

** : sangat nyata

Sy 0,05

W 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

SSR 01 4,17 4,37 4,50 4,58 4,64 4,72

LSR 01 0,20 0,21 0,21 0,22 0,22 0,22

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5

2,06 2,26 2,54 2,70 2,78 2,79

.A

.B

Gambar

Tabel 1. Beberapa hama penting dan pola infestasi hama selama pertumbuhan kedelai
Gambar 1.                     Sumber:          http://www.radarbanjarmasin.com
Gambar 4.  Larva dan Gejala serangan E.zinckenella
Gambar 5. Riptortus linearis; (a) imago, (b) telur,(c) nimfa instar I,  dan (d) nimfa instarV
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian menunjukkan interaksi antara perlakuan penyiraman dengan macam isolat pada parameter pengamatan pertumbuhan meliputi: tinggi tanaman pada umur pengamatan (30 dan 58

Pamareter jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman berpengaruh nyata terhadap pemberian abu vulkanik Sinabung dengan nilai tertinggi pada

Intensitas serangan patogen busuk daun pada umur 60 HST tertinggi pada perlakuan sistem tanam kentang+bawang daun (19,17%) yang berbeda nyata dengan intensitas

Komponen Produksi Tanaman Kedelai Perlakuan olah tanah tidak ber- pengaruh nyata terhadap jumlah polong pada umur 90 HST, sedangkan perlakuan pengendalian gulma

Dari hasil pengujian sisik ragam terlihat bahwa Tinggi tanaman kacang kedelai umur 4 dan 5 MST menunjukkan perbedaan yang nyata pada perlakuan pemberian Limbah Cair

Komponen Produksi Tanaman Kedelai Perlakuan olah tanah tidak ber- pengaruh nyata terhadap jumlah polong pada umur 90 HST, sedangkan perlakuan pengendalian gulma

Komponen Produksi Tanaman Kedelai Perlakuan olah tanah tidak ber- pengaruh nyata terhadap jumlah polong pada umur 90 HST, sedangkan perlakuan pengendalian gulma

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan takaran kotoran ayam nyata berpengaruh terhadap kandungan klorofil pada umur pengamatan 35, 42, 42 HST, sedangkan