• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Dan Perilaku Penyemprotan Pestisida Terhadap Keluhan Kesehatan Petani Jeruk Di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Dan Perilaku Penyemprotan Pestisida Terhadap Keluhan Kesehatan Petani Jeruk Di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

POLA DAN PERILAKU PENYEMPROTAN PESTISIDA TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PETANI JERUK DI DESA

BERASTEPU KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO

TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

BEDA KRISTIAN SITEPU NIM. 091000212

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

POLA DAN PERILAKU PENYEMPROTAN PESTISIDA TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PETANI JERUK DI DESA

BERASTEPU KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO

TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

BEDA KRISTIAN SITEPU NIM. 091000212

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

POLA DAN PERILAKU PENYEMPROTAN PESTISIDA TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PETANI JERUK DI DESA

BERASTEPU KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

BEDA KRISTIAN SITEPU NIM:091000212

Telah Diuji dan Dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 30 Nopember 2011 dan Dinyatakan

Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

( Ir. Indra Chahaya S,M.Si ) (dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes) NIP.19681101 199303 2 005 NIP. 19700219 199802 2 001

Penguji II Penguji III

( dr.Taufik Ashar, MKM ) ( Ir. Evi Naria, M.Kes ) NIP.19780331 200312 1 001 NIP.19680320 199303 2 001

Medan, Desember 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Pengelolaan pestisida adalah kegiatan yang meliputi pembelian, pengangkutan, penyimpanan, pengenceran, penggunaan dan pembuangan pestisida di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011.

Penelitian ini adalah survei bersifat deskriptif, data diperoleh dengan cara wawancara dan observasi terhadap masyarakat pengguna pestisida (petani jeruk) di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Jumlah populasi petani jeruk sebanyak 100 KK dengan sampel 50 petani jeruk yang diambil secara acak sederhana, data yang digunakan adalah data primer dengan alat bantu kuesioner dan data sekunder.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola dan perilaku penyemprotan pestisida terhadap keluhan kesehatan petani jeruk di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011.

Hasil penelitian menunjukkan mulai dari karakteristik responden yang paling banyak adalah berumur antara 31-39 tahun (38%), jam kerja dalam aplikasi pestisida antara 2-3 jam/hari (82%), lama bekerja dalam hal aplikasi pestisida antara 5-10 tahun (50%), tingkat pendidikan SLTA (46%). Perilaku tentang pengelolaan yaitu pengetahuan sedang (94%), sikap sedang (74%), tindakan sedang (80%). Keluhan kesehatan yang dialami responden paling banyak pada mata (32%) dan frekuensi penyemprotan yang dilakukan responden paling banyak 10 hari sekali (42%).

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah petani jeruk pengguna pestisida di Desa Berastepu mempunyai pengetahuan sedang, sikap sedang dan juga tindakan sedang dalam hal pengelolaan pestisida serta frekuensi penyemprotan secara umum baik.

Disarankan kepada petani jeruk di Desa Berastepu harus memperhatikan dan menyikapi pengelolaan pestisida yang baik dan benar terutama petani jeruk yang masih dalam kategori buruk.

(5)

ABSTRACT

Pesticide management is in activity including the purchase, transportation, storage, dilution, use and disposal of pesticide in Berastepu village, Simpang Empat sub-district, Karo district in 2011.

This study was a descriptive survey. The data was taken from the interview and observation on the community of pesticide users ( orange fruit farmers) in Berastepu village, Simpang Empat sub-district, Karo regency. The population of orange fruit farmers were 100 families and the sample was taken for 50 orange fruit farmers with simple random sampling. The data used was primary data by distributing the questionnaire and the secondary data.

The objective of this research was to know the pattern and behavior of orange fruit farmers’s pesticide spraying and its impact on the society health in Berastepu village, Simpang Empat sub-district, Karo district in 2011.

The results of the research showed that mostly the characteristics of the respondents were aged between 31-39 years old (38%), working hours in the application of pesticide was between 2-3 hours/day (82%), duration of working in the application of pesticide was between 5-10 years (50%), education level with senior high school (46%). The behavior in the management was with moderate knowledge (94%), moderate attitude (74%), moderate practice (80%). Mostly the complaint were related to eyes health (32%), and mostly the frequency of spraying were once in 10 days ( 42%).

The conclusion from the research can be taken, that is orange fruit farmers had moderate knowledge, moderate attitude, and moderate practice in the management of pesticide and the frequency of spraying was generally good.

It is recommended for orange fruit farmers in Berastepu village to pay attention and to have correct pesticide management, especially for those orange fruit farmers in bad category.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Beda Kristian Sitepu.

Tempat/Tanggal Lahir : Berastepu/20 Desember 1979.

Agama : Kristen Protestan.

Status Perkawinan : Belum Menikah.

Alamat Rumah : Desa Berastepu Kecamatan Simpang

Empat Kabupaten Karo

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri No 040475 Tigaserangkai : Tahun 1986-1992.

2. SLTP Negeri I Simpang Empat : Tahun 1992-1995.

3. SPK Herna Medan : Tahun 1995-1998.

4. DIII Keperawatan Imelda Medan : Tahun 1998-2001.

5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : Tahun 2009-Sekarang.

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Bekerja Di Klinik Spesialis Penyakit Dalam Mandala : Tahun 2005-2010.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul : “ Pola Dan Perilaku Penyemprotan Pestisida Terhadap Keluhan Kesehatan Petani Jeruk Di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011 “, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Dr.Drs.,Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria,M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Indra Chahaya,M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi I dan dr. Devi N Santi,M.Kes, selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademis yang selalu

memberikan petunjuk bagi penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara maupun di dalam penyusunan

(8)

5. Kepala Puskesmas Simpang Empat dan Kepala Desa Berastepu yang telah

membantu penulis di dalam penelitian ini.

6. Khusus buat kedua orangtua yang saya sayangi N Sitepu dan S Br. Sembiring

serta adik tercinta Maya Sari Sitepu dan Dianta Evarani Sitepu yang telah mendukung penulis dalam doa.

7. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara, khususnya dosen dan staf di Departemen Kesehatan Lingkungan.

8. Teman-teman satu angkatan Ekstensi FKM USU 2009 teristimewa kepada

Hariyanti, Juni, Lely, Nelly, Dulimar, dan seluruh rekan-rekan mahasiswa serta

semua pihak yang tidak disebutkan namanya satu-persatu terima kasih atas

kebersamaan, doa dan motivasi selama ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas semua kebaikan kepada pihak

yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari

sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan

skripsi ini.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, September 2011

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Pestisida ... 5

2.1.1. Pengertian Pestisida ... 5

2.1.2. Penggolongan Pestisida ... 6

(10)

2.1.4. Karakteristik Pestisida ... 13

2.1.5. Perjalanan Pestisida Setelah Penyemprotan ... 14

2.1.6. Efektivitas Pemakaian Pestisida ... 16

2.1.7. Jenis Alat Semprot ... 18

2.1.8. Pengamanan Penggunaan Pestisida ... 19

2.1.9. Dampak Penggunaan Pestisida ... 26

2.2. Penggunaan Selektif Pestisida ... 34

2.3. Perilaku ... 36

2.3.1. Pengetahuan (Knowledge) ... 37

2.3.2. Sikap (attitude) ... 38

2.3.3. Tindakan atau praktek (practice) ... 40

2.4. Gambaran Umum Tentang Jeruk ... 40

2.5. Manfaat Jeruk Bagi Kesehatan ... 45

2.6. Kerangka Konsep ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1. Jenis Penelitian ... 48

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

3.3.1. Sampel penelitian ... 48

(11)

3.4. Metode Pengambilan Data ... 49

3.4.1. Data Primer ... 49

3.4.2. Data Sekunder ... 49

3.5. Defenisi Operasional ... 50

3.6. Aspek Pengukuran ... 51

3.6.1. Pengukuran Pengetahuan ... 51

3.6.2. Pengukuran Sikap ... 51

3.6.3. Pengukuran Tindakan... 52

3.7. Pengolahan Data ... 52

3.8. Analisa Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 54

4.1. Gambaran UmumDaerah Penelitian ... 54

4.1.1. Data Demografi ... 54

4.1.2. Data Pelayanan Kesehatan ... 55

4.1.3. Data Penyuluhan Pertanian ... 56

4.2. Data Karakteristik Responden ... 57

4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

4.2.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ... 57

(12)

4.2.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya -

bekerja ... 59

4.2.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 59

4.3. Data Tentang Jarak/Frekuensi Penyemprotan ... 60

4.4. Data Prilaku Responden ... 61

4.4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 61

4.4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ... 63

4.4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan ... 66

4.5. Data Keluhan kesehatan Responden ... 68

4.6. Data Penggunaan Pestisida Sesuai Golongan ... 69

BAB V PEMBAHASAN ... 75

5.1. Karakteristik Responden ... 75

5.2. Perilaku ... 76

5.2.1. Pengetahuan ... 76

5.2.2. Sikap ... 78

5.2.3. Tindakan ... 80

5.3. Waktu Penyemprotan Terakhir ... 82

5.4. Golongan Pestisida yang Dipakai ... 83

5.4.1. Golongan Piretroid ... 83

(13)

5.4.3. Golongan Piretroid-Organofosfat (campuran antara keduanya) 84

5.5. Keluhan Kesehatan ... 85

5.5.1. Sistem nafas ... 85

5.5.2. Saluran cerna ... 86

5.5.3. Kulit ... 87

5.5.4. Mata ... 87

5.6. Penanganan Keluhan Kesehatan ... 88

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

6.1. Kesimpulan ... 90

6.2. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Berastepu

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011…. 55 TAbel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa

Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

Tahun 2011……….. 55

Tabel 4.3 Distribusi 10 Penyakit Terbesar Di Puskesmas Kecamatan

Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011……….. 56 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin di Desa

Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

Tahun 2011……….. 57

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Berastepu

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011…. 58 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Jam Kerja di

Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten

Karo Tahun 2011……… 58

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

Tahun 2011……….. 59

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten

Karo Tahun 2011……… 60

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Penyemprotan Terakhir Sebelum Jeruk Dipanen di Desa Berastepu

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011…. 60 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang

(15)

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang Pengelolaan Pestisida di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun

2011……….. 63

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang

Pengelolaan Pestisida di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011……….. 65 Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Tentang

Pengelolaan Pestisida di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011……….. 66

Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang

Pengelolaan Pestisida di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011……… 67 Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan

Tentang Pengelolaan Pestisida di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun

2011……… 68

Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten

Karo Tahun 2011……… 69

Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Pestisida Yang Dipakai di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Karo Tahun 2011……… 69 Tabel 4.18 Tabulasi Silang Antara Tingkat Pengetahuan dengan

Keluhan Kesehatan Responden di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011……….. 70 Tabel 4.19 Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Keluhan Kesehatan

Responden di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat

(16)

Tabel 4.20 Tabulasi Silang Antara Tindakan dengan Keluhan Kesehatan Responden di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Karo Tahun 2011……….. 71 Tabel 4.21 Tabulasi Silang AntaraFrekuensi Penyemprotan dengan

Keluhan Kesehatan Responden di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011……….. 72 Tabel 4.22 Tabulasi Silang Antara Lama Kerja dengan Keluhan

(17)

ABSTRAK

Pengelolaan pestisida adalah kegiatan yang meliputi pembelian, pengangkutan, penyimpanan, pengenceran, penggunaan dan pembuangan pestisida di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011.

Penelitian ini adalah survei bersifat deskriptif, data diperoleh dengan cara wawancara dan observasi terhadap masyarakat pengguna pestisida (petani jeruk) di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Jumlah populasi petani jeruk sebanyak 100 KK dengan sampel 50 petani jeruk yang diambil secara acak sederhana, data yang digunakan adalah data primer dengan alat bantu kuesioner dan data sekunder.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola dan perilaku penyemprotan pestisida terhadap keluhan kesehatan petani jeruk di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011.

Hasil penelitian menunjukkan mulai dari karakteristik responden yang paling banyak adalah berumur antara 31-39 tahun (38%), jam kerja dalam aplikasi pestisida antara 2-3 jam/hari (82%), lama bekerja dalam hal aplikasi pestisida antara 5-10 tahun (50%), tingkat pendidikan SLTA (46%). Perilaku tentang pengelolaan yaitu pengetahuan sedang (94%), sikap sedang (74%), tindakan sedang (80%). Keluhan kesehatan yang dialami responden paling banyak pada mata (32%) dan frekuensi penyemprotan yang dilakukan responden paling banyak 10 hari sekali (42%).

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah petani jeruk pengguna pestisida di Desa Berastepu mempunyai pengetahuan sedang, sikap sedang dan juga tindakan sedang dalam hal pengelolaan pestisida serta frekuensi penyemprotan secara umum baik.

Disarankan kepada petani jeruk di Desa Berastepu harus memperhatikan dan menyikapi pengelolaan pestisida yang baik dan benar terutama petani jeruk yang masih dalam kategori buruk.

(18)

ABSTRACT

Pesticide management is in activity including the purchase, transportation, storage, dilution, use and disposal of pesticide in Berastepu village, Simpang Empat sub-district, Karo district in 2011.

This study was a descriptive survey. The data was taken from the interview and observation on the community of pesticide users ( orange fruit farmers) in Berastepu village, Simpang Empat sub-district, Karo regency. The population of orange fruit farmers were 100 families and the sample was taken for 50 orange fruit farmers with simple random sampling. The data used was primary data by distributing the questionnaire and the secondary data.

The objective of this research was to know the pattern and behavior of orange fruit farmers’s pesticide spraying and its impact on the society health in Berastepu village, Simpang Empat sub-district, Karo district in 2011.

The results of the research showed that mostly the characteristics of the respondents were aged between 31-39 years old (38%), working hours in the application of pesticide was between 2-3 hours/day (82%), duration of working in the application of pesticide was between 5-10 years (50%), education level with senior high school (46%). The behavior in the management was with moderate knowledge (94%), moderate attitude (74%), moderate practice (80%). Mostly the complaint were related to eyes health (32%), and mostly the frequency of spraying were once in 10 days ( 42%).

The conclusion from the research can be taken, that is orange fruit farmers had moderate knowledge, moderate attitude, and moderate practice in the management of pesticide and the frequency of spraying was generally good.

It is recommended for orange fruit farmers in Berastepu village to pay attention and to have correct pesticide management, especially for those orange fruit farmers in bad category.

(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang

Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun

membutuhkan kebutuhan pangan yang semakin besar. Dalam rangka mencukupi

kebutuhan pangan tersebut, Indonesia mencanangkan beberapa program di bidang

pertanian. Salah satunya adalah program intensifikasi tanaman pangan. Dari program

ini diharapkan produksi pangan meningkat dari luasan lahan yang sudah ada.

Program ini tentu ditunjang dengan perbaikan teknologi pertanian. Penggunaan

varietas tahan, perbaikan teknik budidaya yang meliputi pengairan , pemupukan, dan

pengendalian hama penyakit terus diaktifkan (Wudianto,2010)

Pencapaian produksi pertanian tidak terlepas dari gangguan sistem produksi di

lapangan. Berbagai serangan organisme pengganggu tanaman sering mengakibatkan

kerugian atau penurunan hasil yang cukup besar apalagi di tingkat petani secara

individual. Dengan pengelolaan perlindungan tanaman yang diharapkan gangguan-

gangguan tersebut dapat dihilangkan atau di minimalisasi,sehingga target produksi

tidak terganggu.

Banyak permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan perlindungan

tanaman pertanian, antara lain banyaknya komoditas pertanian yang masing-masing

disertai organisme pengganggu tanaman yang beragam pula. Sementara teknologi

yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya komoditi, pengelolaan dan identifikasi

jenis organisme pengganggu tanaman tersebut sangat terbatas. Selain permasalahan

(20)

kemampuan sumber daya manusia yang menangani perlindungan tanaman juga

sangat terbatas, pemahaman petani dan masyarakat terhadap perlindungan tanaman

bahwa perlindungan tanaman adalah persoalan yang rumit dan pengendalian

organisme pengganggu tanaman di pahami secara sederhana yaitu dengan pestisida.

Pengaruh penggunaan pestisida yang benar akan sangat cepat terlihat pada

penurunan populasi organisme pengganggu tanaman. Manfaat pestisida yang sangat

cepat dirasakan membuat petani menggantungkan harapan terlalu besar terhadap

pestisida. Bagi petani hasil panen sangat ditentukan oleh pestisida dan menjadikan

pestisida sebagai satu-satunya andalan dalam mengendalikan organisme pengganggu

tanaman. Sementara itu pengendalian hama dengan cara lain belum mereka kuasai.

Pestisida yang harganya bisa dibilang sangat mahal tetap mereka usahakan untuk

membeli. Kondisi ini semakin diperparah dengan ketidakpedulian mereka tentang

bahaya pestisida yang bisa meracuni petani, keluarga, serta lingkungannya

(Wudianto, 2010).

Karena keterbatasan pengetahuan, sikap dan tindakan yang kurang baik dalam

pengelolaan pestisida menyebabkan terpajannya pekerja pertanian terutama yang

berkecimpung dalam formulasi dan penggunaan (aplikasi) pestisida.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis di Puskesmas Simpang

Empat, penulis juga memperolah data 3 penyakit yang berhubungan dengan pestisida

di kecamatan tersebut yaitu : Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas

(2196 kasus ), Diare (996 kasus ), Penyakit kulit termasuk alergi (660 kasus). Selain

itu penulis juga masih banyak menjumpai petani penyemprot yang tidak

(21)

pestisida bahkan ada yang sampai tiga jenis pestisida. Untuk itu perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui pola penyemprotan pestisida dan perilaku petani jeruk

dalam hal peggunaan pestisida di Desa Berastepu karena pada umumnya

pengaplikasian pestisida di Desa Berastepu dilakukan 10 hari sekali, tetapi menurut

petani jeruk masih ditemukan buah jeruk yang berguguran yang disebabkan oleh

organisme pengganggu tanaman (hama).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah : Perilaku petani jeruk yang masih kurang baik dari segi pengetahuan, sikap

dan tindakan disertai dengan pola penyemprotan yang belum sesuai dengan peraturan

yang sebenarnya dan tentunya akan berdampak pada status kesehatan petani jeruk itu

sendiri. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pola dan perilaku penyemprotan

pestisida dan sejauh mana dampak pestisida tersebut terhadap status kesehatan petani

jeruk di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui pola dan perilaku penyemprotan pestisida terhadap

keluhan kesehatan petani jeruk di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Karo tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui frekuensi penyemprotan pestisida pada buah jeruk.

2. Untuk mengetahui jenis pestisida yang digunakan oleh petani jeruk.

(22)

4. Untuk mengetahui pengetahuan petani jeruk dalam penggunaan pestisida.

5. Untuk mengetahui sikap petani jeruk dalam penggunaan pestisida.

6. Untuk mengetahui tindakan petani jeruk dalam penggunaan pestisida.

7. Untuk mengetahui keluhan-keluhan kesehatan yang dialami oleh petani jeruk

setelah menggunakan pestisida.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian di

Kabupaten Karo dalam upaya pencegahan, pengurangan dan penanggulangan

pencemaran pestisida khususnya pada petani jeruk di Desa Berastepu

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.

2. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi para petani pangguna

pestisida.

3. Sebagai bahan masukan bagi penelitian pencemaran pestisida dalam kaitannya

dengan kesehatan.

4. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan

kegiatan penelitian.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pestisida

2.1.1.Pengertian Pestisida

Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh

atau mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan asal katanya pestisida berasal

dari bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh. Yang

dimaksud hama bagi petani sangat luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu,

penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus,

nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain

yang dianggap merugikan. Menurut peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973

(yang dikutip oleh Djojosumarto, 2008) pestisida adalah semua zat kimia atau

bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

1) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang

merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian.

2) Memberantas rerumputan.

3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman, tidak termasuk pupuk.

4) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan

peliharaan dan ternak.

5) Memberantas dan mencegah hama-hama air.

6) Memberikan atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam

(24)

mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada

manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada

tanaman, tanah dan air.

Pestisida yang digunakan di bidang pertanian secara spesifik sering

disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products) untuk

membedakannya dari produk-produk yang digunakan dibidang lain.

(Djojosumarto, 2008).

Pengelolaan pestisida adalah kegiatan meliputi pembuatan,

pengangkutan, penyimpanan, peragaan, penggunaan dan pembuangan /

pemusnahan pestisida.

Selain efektifitasnya yang tinggi, pestisida banyak menimbulkan efek

negatif yang merugikan. Dalam pengendalian pestisida sebaiknya pengguna

mengetahui sifat kimia dan sifat fisik pestisida, biologi dan ekologi organisme

pengganggu tanaman. (Wudianto R, 2010).

2.1.2.Penggolongan Pestisida

A. Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran (Wudianto R, 2010) yaitu :

1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa

mematikan semua jenis serangga.

2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan

bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungsi/cendawan.

3. Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan

aktif beracun yang bisa membunuh bakteri.

(25)

5. Akarisida atau mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia

yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak dan laba-laba.

6. Rodenstisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun

yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat,

misalnya tikus.

7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu : siput,

bekicot serta tripisan yang banyak dijumpai di tambak.

8. Herbisida adalah senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan untuk

membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.

9. Pestisida lain seperti Pisisida, Algisida, Advisida dan lain-lain.

10.Pestisida berperan ganda yaitu pestisida yang berperan untuk membasmi

2 atau 3 golongan organisme pengganggu tanaman.

B. Berdasarkan Sifat dan Cara Kerja Racun Pestisida (Djojosumarto, 2008)

1. Racun Kontak

Pestisida jenis ini bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga

sasaran lewat kulit (kutikula) dan di transportasikan ke bagian tubuh

serangga tempat pestisida aktif bekerja.

2. Racun Pernafasan (Fumigan)

Pestisida jenis ini dapat membunuh serangga dengan bekerja lewat

sistem pernapasan.

3. Racun Lambung

Jenis pestisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta

(26)

4. Racun Sistemik

Cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh insektisida, fungisida dan

herbisida. Racun sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan pada

bagian tanaman akan terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar

atau daun, sehingga dapat membunuh hama yang berada di dalam

jaringan tanaman seperti jamur dan bakteri. Pada insektisida sistemik,

serangga akan mati setelah memakan atau menghisap cairan tanaman

yang telah disemprot.

5. Racun Metabolisme

Pestisida ini membunuh serangga dengan mengintervensi proses

metabolismenya.

6. Racun Protoplasma

Ini akan mengganggu fungsi sel karena protoplasma sel menjadi rusak.

C. Berdasarkan Bentuk Formulasi Pestisida

Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang

disebut bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh

organisme pengganggu dan bahan ramuan (inert ingredient), (Wudianto R,

2010). Beberapa jenis formulasi pestisida sebagai berikut :

1. Tepung Hembus, debu (dust = D)

Bentuknya tepung kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya

belerang atau dicampur dengan pelarut aktif, kandungan bahan aktifnya

rendah sekitar 2-10%. Dalam penggunaannya pestisida ini harus

(27)

2. Butiran (granula = G)

Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan campuran bahan aktif

berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap, bagian luarnya

ditutup dengan suatu lapisan.

3. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (wettable powder = WP)

Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum bisa secara

langsung digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus terlebih

dahulu dibasahi air. Hasil campurannya dengan air disebut suspensi.

Pestisida jenis ini tidak larut dalam air, melainkan hanya tercampur saja.

Oleh karena itu, sewaktu disemprotkan harus sering diaduk atau tangki

penyemprotnya digoyang-goyang.

4. Tepung yang larut dalam air (water-sofable powder = SP)

Pestisida berbentuk SP ini sepintas mirip WP. Penggunaanya pun

ditambahkan air. Perbedaannya terletak pada kelarutannya. Bila WP tidak

bisa terlarut dalam air, SP bisa larut dalam air. Larutan ini jarang sekali

mengendap, maka dalam penggunaannya dengan penyemprotan,

pengadukan hanya dilakukan sekali pada waktu pencampuran.

5. Suspensi (flowable concentrate = F)

Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambah pelarut

serbuk yang dicampur dengan sejumlah kecil air. Hasilnya adalah seperti

pasta yang disebut campuran basah. Campuran ini dapat tercampur air

dengan baik dan mempunyai sifat yang serupa dengan formulasi WP yang

(28)

6. Cairan (emulsifiable concentrare = EC)

Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran bahan

aktif dengan perantara emulsi (emulsifiet). Dalam penggunaanya, biasanya

dicampur dengan bahan pelarut berupa air. Hasil pengencerannya atau

cairan semprotnya disebut emulsi.

7. Solution (S)

Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida ke

dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam pengendalian jasad

pengganggu secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan lain.

Formulasi ini hampir tidak ditemui.

Merek dagang pestisida biasanya selalu diikuti dengan singkatan

formulasinya dan angka yang menunjukkan besarnya kandungan bahan aktif.

D. Berdasarkan Bahan Aktifnya

Penggunaan pestisida yang paling banyak dan luas berkisar pada satu

diantara empat kelompok besar berikut (Kusnoputranto, 1996) :

1. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon)

Organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf (neuro toxins) yang

merangsang sistem saraf baik pada serangga maupun mamalia,

menyebabkan tremor dan kejang-kejang.

2. Organofosfat (Organo phosphates – Ops)

Ops umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara

akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal

(29)

kelumpuhan. Organofosfat dapat menghambat aktifitas dari cholinesterase,

suatu enzim yang mempunyai peranan penting pada transmisi dari signal

saraf.

3. Karbamat (carbamat)

Sama dengan organofosfat, pestisida jenis karbamat menghambat

enzim-enzim tertentu, terutama cholinesterase dan mungkin dapat memperkuat

efek toksik dari efek bahan racun lain. Karbamat pada dasarnya mengalami

proses penguraian yang sama pada tanaman, serangga dan mamalia. Pada

mamalia karbamat dengan cepat diekskresikan dan tidak terbio konsentrasi

namun bio konsentrasi terjadi pada ikan.

4. Piretroid

Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa

ester yang disebut pyretrin yang diektraksi dari bunga dari genus

Chrysantemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari

adalah : deltametrin, permetrin, fenvlerate. Sedangkan yang tidak stabil

terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,

sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,

flusitrinate. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi

menimbulkan alergi pada orang yang peka, dan mempunyai keunggulan

diantaranya: diaplikasikan dengan takaran yang relatif sedikit, spekrum

pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek melumpuhkan

(30)

5. Kelompok lain

Berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, terdiri dari berbagai urutan

senyawa yang diproduksi secara alami oleh tumbuh-tumbuhan. Produk

tumbuhan yang secara alami merupakan pestisida yang sangat efektif dan

beberapa (seperti nikotin, rotenon ekstrak pyrenthrum, kamper dan

terpentium) sudah dipergunakan oleh manusia untuk tujuan ini sejak

beberapa ratus tahun yang lalu.

2.1.3.Jarak/Frekuensi Penyemprotan Pestisida Sesuai Golongan

1. Golongan Organofosfat

Berdasarkan masa degradasinya dalam lingkungan yaitu sekitar 2 minggu

maka frekuensi/jarak penyemprotan golongan ini adalah 2 minggu sekali.

2. Golongan Karbamat

Golongan ini hampir sama dengan organofosfat, dimana golongan ini juga

tidak persisten, mulai banyak dipasaran. Masa degradasi di lingkungan

hampir sama dengan organofosfat yaitu sekitar 12-14 hari, oleh karena itu

maka frekuensi penyemprotannya berkisar 12-14 hari.

3. Golongan Piretroid

Dibandingkan dua golongan diatas, golongan Piretroid yang paling baru.

Golongan Piretroid memiliki beberapa keunggulan, diantaranya

diaplikasikan dengan takaran relatif sedikit, spektrum pengendaliannya

luas, tidak persisten, dan memiliki efek melumpuhkan (knock down effect)

(31)

berkisar antara 10-12 hari, jadi jarak/frekuensi penyemprotan juga berkisar

10-12 hari. ( Djojosumarto,2008).

2.1.4.Karakteristik Pestisida

Dalam menentukan pestisida yang tepat, perlu diketahui karakterisitk

pestisida yang meliputi efektivitas, selektivitas, fitotoksitas, residu, resistensi,

LD 50, dan kompabilitas (Djojosumarto, 2008)

1. Efektivitas

Merupakan daya bunuh pestisida terhadap organisme pengganggu.

Pestisida yang baik seharusnya memiliki daya bunuh yang cukup untuk

mengendalikan organisme pengganggu dengan dosis yang tidak terlalu tinggi,

sehingga memperkecil dampak buruknya terhadap lingkungan.

2. Selektivitas

Selektivitas sering disebut dengan istilah spektrum pengendalian,

merupakan kemampuan pestisida untuk membunuh beberapa jenis organisme.

Pestisida yang disarankan didalam pengendalian hama terpadu adalah pestisida

yang berspektrum sempit.

3. Fitotoksitas

Fitotoksitas merupakan suatu sifat yang menunjukkan potensi pestisida

untuk menimbulkan efek keracunan bagi tanaman yang ditandai dengan

pertumbuhan yang abnormal setelah aplikasi pestisida.

4. Residu

Residu adalah racun yang tinggal pada tanaman setelah penyemprotan

(32)

lama pada tanaman akan berbahaya bagi kesehatan manusia tetapi residu yang

cepat hilang efektivitas pestisida tersebut akan menurun.

5. Persistensi

Persistensi adalah kemampuan pestisida bertahan dalam bentuk racun di

dalam tanah. Pestisida yang mempunyai persistensi tinggi akan sangat

berbahaya karena dapat meracuni lingkungan.

6. Resistensi

Resistensi merupakan kekebalan organisme pengganggu terhadap

aplikasi suatu jenis pestisida. Jenis pestisida yang mudah menyebabkan

resistensi organisme pengganggu sebaiknya tidak digunakan.

7. LD 50 atau Lethal Dosage 50%

Berarti besarnya dosis yang mematikan 50% dari jumlah hewan

percobaan.

8. Kompatabilitas

Kompatabilitas adalah kesesuaian suatu jenis pestisida untuk dicampur

dengan pestisida lain tanpa menimbulkan dampak negatif. Informasi tentang

jenis pestisida yang dapat dicampur dengan pestisida tertentu biasanya terdapat

pada label di kemasan pestisida.

2.1.5.Perjalanan Pestisida Setelah Penyemprotan

Penyemprotan merupakan metode aplikasi pestisida yang paling banyak

digunakan. Dalam penyemprotan larutan pestisida dipecah oleh nozzle (cera,

spuyer) menjadi butiran semprot yang selanjutnya didistribusikan ke bidang

(33)

Setelah disemprotkan kemungkinan pertama yang akan terjadi adalah

angin akan meniup embun hasil penyemprotan pestisida, sehingga

menyebabkan perpindahan pestisida ke daerah yang tidak di harapkan.

Walaupun butiran pestisida sampai ke daerah sasaran, sebenarnya tidak lagi

merata. Untuk menghindarinya, sebaiknya penyemprotan pestisida dilakukan

pada saat kecepatan angin di bawah 4 MPH (Meter Per Hour) dan tekanan

tangki semprot yang berlebihan harus dihindarkan. Kemungkinan lain yang

terjadi pada pestisida setelah disemprotkan sebagai berikut (Wudianto R, 2010)

1. Run off atau aliran permukaan. Sebagian dari butiran semprot yang

membasahi daun akan mengalir dan menetes jatuh ke tanah, mungkin

karena penyemprotan terlalu lama di satu tempat atau butiran semprot yang

terlalu besar.

2. Penguapan, yaitu perubahan bentuk pestisida setelah disemprotkan dari

bentuk cair menjadi gas dan hilang di atmosfer

3. Fotodekomposisi, penguraian pestisida menjadi bentuk yang tidak aktif

karena pengaruh cahaya

4. Penyerapan oleh partikel tanah. Hal ini menyebabkan tertimbunnya

pestisida di dalam tanah dan menyebabkan pencemaran tanah.

5. Pencucian pestisida oleh hujan dan terbawa kelapisan tanah bagian bawah

dan akhirnya mencemari sumber air tanah dan air sungai.

6. Reaksi kimia, yaitu perubahan molekul pestisida menjadi bentuk yang tidak

(34)

7. Perombakan oleh mikro-organisme tanah. Bahan pembentuk pestisida

setelah disemprotkan akan menjadi bagian dari tubuh mikro-organisme.

2.1.6. Efektivitas Pemakaian Pestisida

Efektivitas pemakaian pestisdia ditentukan oleh :

2.1.6.1.Pemilihan Jenis Pestisida Yang Tepat

Pemilihan jenis pestisida yang paling cocok dan efektif digunakan

sangat tergantung dari hal-hal berikut (Sudarmo) :

1. Jenis organisme pengganggu yang sedang berjangkit. Jenis dan cara

organisme pengganggu merusak tanaman sangat menentukan jenis

formulasi dan cara kerja pestisida yang dipilih. Pada label kemasan

pestisida biasanya tercantum jenis organisme pengganggu yang dapat

dikendalikan pestisida tersebut.

2. Jenis tanaman yang terserang. Dalam kemasan pestisida, produsen pestisida

mencantumkan jenis tanaman yang dapat disemprot dengan pestisida

tersebut.

3. Harga komperatif. Harga komperatif adalah perbandingan harga dari

alternatif pestisida yang ada dan anggaran yang tersedia.

4. Karakter-karakter tertentu yang mendukung pengendalian hama terpadu.

Pestisida dengan spektrum sempit, LD 50 yang tinggi dan persistensi

rendah, sangat disaranakan dalam pelaksanaan program pengendalian hama

terpadu.

5. Pencegahan kekebalan. Untuk mencegah terjadinya kekebalan organisme

(35)

bahan aktif dalam jangka waktu panjang. Sebaiknya dilakukan pergantian

atau rotasi jenis bahan aktif pestisida yang berbeda setiap kurun waktu

tertentu.

2.1.6.2.Dosis, Konsentrasi, dan Volume Semprot yang Tepat

Dosis konsentrasi dan volume semprot adalah beberapa istilah dalam

aplikasi pestisida yang harus diketahui, sangat disarankan untuk menggunakan

konsentrasi dan dosisi terkecil lebih dahulu (Wudianto R, 2010)

2.1.6.3.Cara dan Waktu Aplikasi yang Tepat

Cara pengendalian organisme pengganggu untuk setiap jenis pestisida

(fungisida, insektisida dan herbisida) sangat bervariasi begitu juga dengan

formulasinya.

Oleh sebab itu sebelum menggunakan pestisida, harus dipilih jenis dan

merek dagang pestisida yang sesuai dengan hama dan penyakit tanaman,

formulasi yang sesuai dengan peralatan yang tersedia dan bagaimana

menggunakan pestisida secara efektif dan efisien (Wudianto R, 2010).

Waktu aplikasi adalah pilihan rentang waktu yang tepat untuk

mengaplikasikan pestisida. Pestisida paling tepat jika diaplikasikan pada saat

organisme pengganggu tanaman berada pada stadium paling peka terhadap

pestisida. Aplikasi pada waktu yang tepat juga seringkali lebih murah dan lebih

(36)

2.1.7. Jenis Alat Semprot

Menurut Wudianto jenis alat semprot terbagi atas :

1. Sprayer Tangan

Hand sprayer atau alat semprot tangan adalah jenis alat semprot yang

paling kecil dan sederhana. Kapasitas tangkinya tidak lebih dari 5 liter,

sehingga gampang diangkat dan diarahkan pada bagian-bagian tanaman yang

terkena penyakit.

2. Sprayer Manual

Tekanan yang dihasilkan berasal dari tenaga manusia dengan cara

mengerakkan handel pompa. Golongan sprayer manual ada 2 jenis yaitu :

a. Sprayer knap sack

Tangkinya berbentuk pipih atau segi empat yang disesuaikan dengan

bentuk punggung. Kapasitas tangkinya antara 10-17 liter yang cukup untuk

menyemprot tanaman seluas 100-300 m2. Unit pompa biasanya menyatu

dengan tangki. Di luar tangki terdapat selang semprot, di ujung tangki semprot

terdapat nozel.

b. Sprayer bertekanan udara

Alat ini biasa disebut sprayer otomatis. Bagian sprayer ini hampir sama

dengan knap sack sprayer yang terdiri dari tangki, selang semprot, tangki

semprot dan nozel. Bedanya, tangki sprayer ini berbentuk silinder dari bahan

logam, karena harus dapat menahan tekanan udara didalam tangki hingga 10

-15 kg/cm2. Handel pompa biasanya terdapat di bagian atas tangki dan menyatu

(37)

3. Sprayer mesin

Sprayer jenis ini dilengkapi mesin untuk menggerakkan pompa sebagai

pengganti tenaga manusia.Sprayer mesin dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Ultra low volume sprayer (ULV).

Alat ini dipakai dengan cara menggendong dipunggung.

Volume tangkinya sangat kecil hanya sekitar 3 -5 liter, karena alat ini

dirancang untuk menyemprotkan pestisida konsentrat yang tidak dilarutkan

didalam air.

b. Boom sprayer

Alat ini digerakkan oleh unit traktor, operatornya hanya mengemudikan

dan mengontrol hasil penyemprotan. Kapasitas tangki mampu menampung 200

-1000 liter air. Unit penghasil tenaga dapat berupa motor bensin atau PTO

(power of take) traktor.

2.1.8.Pengamanan Penggunaan Pestisida

Pedoman pengamanan penggunaan pestisida yang dikeluarkan oleh

Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan DepKes RI tahun 2003 untuk petani adalah sebagai berikut:

2.1.8.l. Persiapan

A. Pengadaan/pembelian pestisida

1. Pilihlah jenis pestisida yang sesuai dengan hama atau serangga yang

akan dikendalikan .

(38)

3. Pilih bentuk formulasi pestisida dan jumlah yang sesuai

dengan kebutuhan.

4. Pilih kemasan yang terkecil yang utuh dari pestisida yang terdaftar

dan isinya dapat habis dalam sekali pakai.

5. Perhatikan gambar (pictogram) yang tertera pada kemasan.

B. Penyediaan alat

1. Alat aplikasi pestisida

a. Pestisida yang berbentuk EC, WP atau SP di dalam

mengaplikasikannya digunakan alat penyemprot.

b. Pestisida yang berbentuk butiran dalam mengaplikasikannya

tidak menggunakan alat.

2. Alat bantu pencampuran pestisida

a. Gelas ukur, digunakan untuk mengukur pestisida dalam bentuk

cair yang akan dicampur atau timbangan untuk pestisida yang

berbentuk tepung.

b. Wadah atau ember kecil dan kayu pengaduk yang bersih.

c. Corong.

3. Alat pelindung diri.

Pakaian alat pelindung diri minimal terdiri dari : sarung tangan,

masker, pelindung mata (kaca mata), topi (pelindung kepala), sepatu

(39)

4. Pemahaman arti gambar (piktogram) dalam label kemasan.

Sebelum menggunakan pestisida, perhatikan label kemasan, brosur

atau leaflet. Biasanya dijumpai piktogram atau diagram gambar yang

bermakna sehubungan dengan pestisida yang digunakan. Gambar ini

sangat berguna agar pengguna lebih waspada.

C. Pengangkutan

Perhatikan :

1. Sesuai jenis kemasan, hati-hati dalam pengangkutan

dan perhatikan gambar (piktogram) yang ada pada label.

2. Jangan mengangkut pestisida bersama-sama dalam makanan,

bahan makanan, binatang dan penumpang/orang.

3. Alat angkut harus memiliki ventilasi yang baik.

4. Jangan menempatkan pestisida dekat dengan pengemudi.

Bila mengangkut pestisida dalam jumlah yang banyak,

letakkan/susun pestisida sedemikian rupa sesuai dengan jenisnya.

D. Penyimpanan pestisida

1. Penyimpanan skala kecil.

Pestisida harus disimpan ditempat yang aman dengan cara :

a. Disimpan dalam lemari yang terkunci atau dalam

kotak penyimpanan dan jauh dari jangkauan anak-anak

dan binatang piaraan.

b. Tidak diletakkan dalam ternpat penyimpanan makanan atau

(40)

c. Jangan disimpan dalam botol atau tempat

makanan/minuman simpanlah pestisida selalu pada kemasan

aslinya.

d. Simpanlah pestisida dalam ruangan yang tidak terkena

sinar matahari langsung, air dan banjir.

e. Wadah pestisida tertutup rapat selama dalam penyimpanan.

f. Tempat/botol/ wadah pestisida diberi label. Apabila ada

pestisida tanpa label jangan coba-coba menerka isinya.

g. Jangan menyimpan pestisida di suatu tempat bersama-sama

dengan bahan kimia lain yang tidak berbahaya.

h. Herbisida atau defolian (bahan perontok daun) jangan

disatukan dengan bahan pemberantas lainnya.

i. Setiap kali mengeluarkan pestisida dari tempat

penyimpanannya ambillah sebanyak yang diperlukan selama

satu hari.

2. Penyimpanan skala besar.

Pestisida dalam jumlah besar disimpan dalam ruangan atau suatu tempat

yang aman dengan cara :

a. Semua pintu dan jendela harus dikunci.

b. Dipasang papan peringatan pada tempat penyimpanan.

c. Pestisida harus disimpan di rak-rak.

(41)

e. Formulasi cair tidak boleh disimpan diatas formulasi tepung atau butiran,

untuk menghindari resiko tumpahan.

f. Tempat penyimpanan harus bebas tikus, pastikan semua lobang-lobang

tertutup atau dilapisi jaring kawat.

g. Tempat penyimpanan harus mempunyai ventilasi yang baik.

h. Tabung pemadam kebakaran harus ditempatkan dekat dengan pintu.

i. Kotak P3K harus diletakkan ditempat yang mudah dijangkau.

j. Bahan-bahan penyerap seperti tanah pasir atau serbuk gergaji harus tersedia

ditempat penyimpanan untuk mengatasi apabila terjadi tumpahan atau

ceceran.

k. Simpanlah pestisida dalam ruangan yang tidak terkena cahaya

langsung matahari, air dan banjir.

2.1.8.2.Pelaksanaan

1. Cara mencampur pestisida.

Langkah-langkah :

a. Pengenceren disesuaikan dengan konsentrasi atau dosis yang

disarankan dalam kemasan.

b. Apabila ingin dicampur dengan bahan lain, perhatikan petunjuk

pada label.

c. Biasanya dalam label dituliskan bisa tidaknya dicampur dengan

bahan lain

d. Pilihlah tempat yang sirkulasi udaranya lancar pada waktu

(42)

e. Pakailah alat pelindung yang sesuai.

f. Jauhkan dari anak-anak.

g. Tiap terjadi kontaminasi segera dicuci.

2. Cara aplikasi

a. Pilihlah volume alat semprot sesuai dengan luas areal yang akan

disemprot.

b. Pastikan alat dalam keadaan baik (tidak bocor), nozle diperiksa

agar tidak tersumbat, baik sebagian/seluruhnya.

c. Waktu paling baik penyemprotan dilakukan pada pukul 08.00

-10.00 atau sore hari pukul 15.00 -18.00 WIB.

d. Jangan melakukan penyemprotan disaat angin kencang karena

banyak pestisida yang tidak mengenai sasaran.

e. Jangan menyemprot melawan arah angin, karena cairan semprot

bisa mengenai orang yang menyemprot.

f. Jangan makan dan minum atau merokok pada saat penyemprotan.

g. Gunakanlah alat pengaman berupa penutup kepala, masker

penutup hidung dan mulut, kaos tangan, sepatu boot, dan baju

berlengan panjang.

h. Jangan mengusap bagian tubuh (mata, mulut) dengan

tangan sewaktu melakukan penyemprotan.

i. Ikutilah petunjuk mengenai waktu penggunaan terutama

mengenai jangka waktu antara penyemprotan pestisida terakhir

(43)

pestisida pada tanaman yang telah dipanen membahayakan

manusia.

j. Jagalah jangan sampai pestisida yang digunakan mengenai

tanaman lain yang disekitarnya.

2.1.8.3.Pasca pelaksanaan

a. Setiap sisa campuran yang ada pada alat aplikasi dan pada alat

campuran segera dikubur dalam tanah.

b. Cucilah alat aplikasi dan alat campur bagian luar dan dalam alat

aplikasi dan wadah pencampuran, buang air cuciannya secara aman

dan jangan membuang ke saluran pengairan, kolam dan sumber air.

c. Periksa bila ada kerusakan pada sprayer dan perbaiki.

d. Kembalikan pestisida yang tidak digunakan dan sprayer ke tempat

yang aman dan terkunci.

e. Hancurkan bekas wadah pestisida yang kosong dan dikubur.

f. Wadah/ember yang digunakan untuk mencampur bahan pestisida

jangan dipakai untuk keperluan lain.

g. Tanggalkan seluruh pakaian yang digunakan untuk

menyemprot, dan mandilah sampai bersih dengan memberikan

perhatian khusus pada bagian-bagian yang mungkin terkena

pestisida, seperti tangan /lengan dan wajah.

h. Pakaian yang digunakan untuk aplikasi dicuci dengan sabun atau

detergen, terpisah dengan pakaian sehari-hari.

(44)

a. Waktu kerja jangan lebih dari 4 -5 jam.

b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala oleh petugas kesehatan.

c. Memperhatikan keadaan gizi.

2.1.9.Dampak Penggunaan Pestisida

Berdasarkan sifatnya maka Komisi Pestisida telah mengidentifikasi

berbagai kemungkinan yang timbul akibat penggunaan pestisida. Dampak yang

mungkin timbul adalah :

2.1.9.1.Pengaruh Pestisida Terhadap Lingkungan

Pestisida dapat berpengaruh terhadap lingkungan, pengaruh itu dapat berupa (Sudarmo) :

1. Keracunan terhadap ternak dan hewan piaraan.

Keracunan pada ternak maupun hewan piaraan dapat secara langsung

maupun tidak langsung. Secara langsung mungkin pestisida digunakan untuk

melawan penyakit pada ternak, sedang secara tidak langsung pestisida yang

digunakan untuk melawan serangga atau hama termakan atau terminum oleh

ternak, seperti rumput yang telah terkontaminasi pestisida dimakan oleh ternak

atau air yang sudah tercemar pestisida diminum oleh ternak.

2. Keracunan terhadap biota air (ikan).

Pencucian pestisida oleh air hujan akan menyebabkan terbawanya

pestisida ke aliran tanah bagian bawah atau permukaan air sungai. Hal ini akan

(45)

3. Keracunan terhadap satwa liar.

Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dapat menimbulkan

keracunan yang berakibat kematian pada satwa liar seperti burung, lebah,

serangga penyubur dan satwa liar lainnya. Keracunan tersebut dapat terjadi

secara langsung karena kontak dengan pestisida maupun tidak langsung karena

melalui rantai makanan (Bio Konsentrasi).

4. Keracunan terhadap tanaman.

Beberapa insektisida dan fungisida yang langsung digunakan pada

tanaman dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman yang diperlakukan. Hal

ini disebabkan bahan formulasi tertentu, dosis yang berlebihan atau mungkin

pada saat penyemprotan suhu atau cuaca terlalu panas terutama di siang hari.

5. Kematian musuh alami organisme pengganggu.

Penggunaan pestisida terutama yang berspektrum luas dapat

menyebabkan kematian parasit atau predator (pemangsa) jasad pengganggu.

Kematian musuh alami tersebut dapat terjadi karena kontak langsung dengan

pestisida atau secara tidak langsung karena memakan hama yang mengandung

pestisida.

6. Kenaikan populasi organisme pengganggu.

Sebagai akibat kematian musuh alami maka jasad pengganggu dapat

lebih leluasa untuk berkembang.

7. Resistensi organisme pengganggu.

Penggunaan pestisida terhadap jasad pengganggu tertentu menyebabkan

(46)

terhadap jasad pengganggu. Resistensi berarti organisme pengganggu yang

mati sedikit sekali atau tidak ada yang mati, meskipun telah disemprot dengan

pestisida dosis normal atau dosis lebih tinggi sekalipun. Perkembangan hama

resistensi tergantung pada :

- Ada/tidaknya gen untuk resistensi

- Tingkat tekanan seleksi pestisida. Makin tinggi tekanan seleksi pestisida

terhadap populasi hama tersebut makin cepat berkembangnya resistensi.

Penggunaan pestisida yang terus menerus merupakan tekanan seleksi yang

tinggi.

- Sifat-sifat hama seperti penyebaran, jangka penggenerasian, tingkat

kecepatan perkembang biakan dan tingkat isolasi berperan dalam

perkembangan resistensi.

8. Meninggalkan residu.

Penggunaan pestisida khususnya pada tanaman akan meninggalkan

residu pada produk pertanian, bahkan untuk pestisida tertentu masih dapat

ditemukan sampai saat produk pertanian tersebut diproses untuk pemanfaatan

selanjutnya maupun saat dikonsumsi. Besarnya residu pestisida yang tertinggal

pada produk pertanian tersebut tergantung pada dosis, interval aplikasi,

faktor-faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi pengurangan residu, jenis tanaman

yang diperlakukan, formulasi pestisida dan cara aplikasinya, jenis bahan

aktifnya dan peresistensinya, serta saat terakhir aplikasi sebelum produk

(47)

2.1.9.2.Pengaruh Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia

Pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara sedikit demi sedikit dan mengakibatkan keracunan kronis. Bisa pula berakibat racun akut

bila jumlah pestisida yang masuk ke tubuh manusia dalam jumlah yang cukup

(Wudianto R, 2011).

1. Keracunan Kronis

Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam

waktu yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan kronis dapat ditemukan

dalam bentuk kelainan syaraf dan perilaku (bersifat neuro toksik) atau

mutagenitas. Selain itu ada beberapa dampak kronis keracunan pestisida,

antara lain:

a) Pada syaraf

Gangguan otak dan syaraf yang paling sering terjadi akibat terpapar

pestisida selama bertahun-tahun adalah masalah pada ingatan, sulit

berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, bahkan

kehilangan kesadaran dan koma.

b) Pada Hati (Liver)

Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menetralkan

bahan-bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali dirusak

oleh pestisida apabila terpapar selama bertahun-tahun. Hal ini dapat

(48)

c) Pada Perut

Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari

keracunan pestisida. Banyak orang-orang yang dalam pekerjaannya

berhubungan langsung dengan pestisida selama bertahun-tahun,

mengalami masalah sulit makan. Orang yang menelan pestisida ( baik

sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara

umum. Pestisida merusak langsung melalui dinding-dinding perut.

d)Pada Sistem Kekebalan

Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem

kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa

jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan

dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh menjadi lebih mudah terkena

infeksi, atau jika telah terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius

dan makin sulit untuk disembuhkan.

e) Pada Sistem Hormon.

Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh organ-organ seperti

otak, tiroid, paratiroid, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk

mengontrol fungsi-fungsi tubuh yang penting. Beberapa pestisida

mempengaruhi hormon reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan

produksi sperma pada pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal

pada wanita. Beberapa pestisida dapat menyebabkan pelebaran tiroid

(49)

2. Keracunan akut.

Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung pada

saat dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida.

a. Efek akut lokal, yaitu bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh yang

terkena kontak langsung dengan pestisida biasanya bersifat iritasi mata,

hidung,tenggorokan dan kulit.

b. Efek akut sistemik, terjadi apabila pestisida masuk kedalam tubuh manusia

dan mengganggu sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida keseluruh

bagian tubuh menyebabkan bergeraknya syaraf-syaraf otot secara tidak

sadar dengan gerakan halus maupun kasar dan pengeluaran air mata serta

pengeluaran air ludah secara berlebihan, pernafasan menjadi lemah/cepat

(tidak normal).

Cara pestisida masuk kedalam tubuh :

1. Kulit, apabila pestisida kontak dengan kulit.

2. Pernafasan, bila terhisap

3. Mulut, bila terminum/tertelan.

Karena terdapat berbagai jenis pestisida dan ada berbagai cara

masuk pestisida kedalam tubuh maka keracunan pestisida dapat terjadi dengan

berbagai cara. Keadaan-keadaan yang perlu segera mendapatkan perhatian

pada kemungkinan keracunan pestisida adalah (Djojosumarto, 2008)

Umum Kelelahan dan rasa lelah yang maksimal

Kulit Rasa terbakar, iritasi, keringat berlebihan, bercak pada

(50)

penglihatan/kabur, pupil dapat menyempit atau

melebar.

Mata Gatal, rasa terbakar, mata berair, gangguan

penglihatan/kabur, pupil dapat menyempit atau

melebar

Saluran cerna Rasa terbakar pada mulut dan tenggorokan, hiper

salivasi, mual, muntah, nyeri abdomen, diare.

Sistem nafas Batuk, nyeri dada dan sesak, susah bernafas dan nafas

berbunyi

Pertolongan pertama korban keracunan akut pestisida di lapangan

(Djojosumarto, 2008)

1. Sikap dalam menghadapi keracunan akut pestisida.

Segera lakukan pertolongan pertama dan jangan menunggu datangnya

ahli untuk menolong.

a. Bekerja dengan tenang sesuai dengan metode.

b. Hindari kontaminasi diri selama melakukan pengobatan.

c. Tentukan tindakan apa yang harus lebih dahulu dilaksanakan :

mengatasi pernafasan, menghentikan kontak lebih lanjut.

2. Tindakan dekontaminasi

a. Akhiri paparan : Pindahkan penderita, jauhkan dari kontaminasi

selanjutnya. Hindarkan kontak kulit dan/atau inhalasi dari uap atau debu

(51)

b. Tanggalkan pakaian yang terkontaminasi seluruhnya dengan cepat,

termasuk sepatu. Kumpulkan pakaian dalam tempat yang terpisah untuk

di cuci sebelum digunakan lagi.

c. Bersihkan pestisida dari kulit, rambut dan mata dengan menggunakan

air yang banyak.

3. Tindakan dalam pertolongan pertama

a. Umum

Penderita perlu dirawat dengan tenang karena penderita dapat kembali

mengalami agitasi. Tempatkan penderita dalam posisi sebaik mungkin

yang akan membantu mencegah penderita dari bahaya komplikasi.

b. Posisi

Tempatkan penderita dalam posisi miring kesamping dengan kepala

lebih rendah dari tubuh dan kepala menoleh kesamping. Bila pasien

tidak sadar jaga agar saluran nafas tetap terbuka dengan menarik dagu

ke depan dan kepala ke belakang.

c. Suhu tubuh

Perawatan harus lebih berhati-hati dengan mengontrol suhu pada

penderita yang tidak sadar. Bila suhu tubuh penderita tinggi sekali dan

keringat berlebihan, dinginkan dengan menggunakan spon air dingin.

Bila penderita merasa kedinginan, dapat ditutupi dengan selimut untuk

(52)

d. Pestisida yang tertelan

1. Induksi muntah umumnya tidak dianjurkan sebagai pertolongan

pertama.

2. Baca label produk untuk indikasi apakah induksi muntah boleh atau

tidak dilakukan atau bila produk sangat toksik, seperti tanda

tengkorak dengan tulang bersilang atau tanda "tangan merah".

3. Induksi muntah hanya dilakukan pada penderita yang sadar.

e. Pernafasan

Bila terjadi henti nafas (muka atau lidah pasien dapat diputar) dan

kemudian dagu ditarik ke depan untuk mencegah lidah terdorong

kebelakang yang akan menutup jalan nafas.

f. Kejang-kejang

Tempatkan pengganjal padat diantara gigi-gigi dan cegah agar penderita

jangan sampai terluka.

Perhatian :

Jangan biarkan penderita merokok atau minum alkohol.

2.2. Penggunaan Selektif Pestisida

Keefektifan cara pengendalian merupakan pemikiran pokok dalam pengelolaan hama. Pestisida jenis baru memang banyak yang cepat di

degradasi secara biologis tetapi daya racunnya cukup luas. Tetapi telah

ditemukan pestisida yang cukup selektif seperti mikroba yang bahan aktifnya

bakteri (spora biotoksin dan Bacillus thuringiensis). Dengan adanya

(53)

akan berubah, yaitu mengarah ke insektisida yang secara fisiologis selektif,

dari segi ekologis, aplikasi dan perilakunya apabila digunakan.

1. Selektifitas Fisiologis

Senyawa yang mempunyai sifat selektif fisiologis bekerja pada sasaran

yang spesifik yang ada hubungannya dengan pola perkembangan yang spesifik

bagi serangga, atau biotoksin yang secara evolusi memang hanya tertuju pada

serangga.

2. Selektifitas Ekologi

Untuk mengurangi penggunaan insektisida dapat dimulai dengan

menggunakan cara yang selektif dan mengganti cara rutin berjadwal dengan

perlakuan apabila perlu saja, yang berdasarkan pengetahuan ekologi hama,

pengembangan konsep neraca hijau hama memberikan informasi tentang

stadium dan siklus hidup yang mempunyai faktor-faktor utama pertumbuhan

populasi yaitu predatisme, parasitisme, penyakit, makanan, migrasi dan cuaca.

3. Selektifitas Melalui Perbaikan Cara Aplikasi

Sebagian besar pestisida yang disemprotkan jatuh diantara daun dan

selanjutnya sampai diatas tanah atau melayang ke tempat lain, sehingga

menjadi kontaminan yang tidak diharapkan. Hal ini tentu saja merugikan petani

dan masyarakat umum.

Ada beberapa cara sederhana untuk mencegah perlakuan yang berlebihan,

yakni :

1) Pengurangan dosis bahan akif.

(54)

3) Menggunakan insektisida sistemik, memanfaatkan sifat non-persistensi

terhadap perlakuan benih dan buah.

4. Selektifitas Perilaku

Dengan cara menentukan waktu dan penempatan insektisida yang tepat

dalam hubungannya dengan serangga hama maka selektifitas pestisida dapat

dipertinggi dan banyaknya aplikasi dapat dikurangi.

Hal ini dapat dicapai dengan cara :

1). Penggunaan waktu aplikasi berdasarkan tangkapan perangkap lampu atau

perangkap feromon.

2). Penggunaan zat pemikat (attractants) termasuk feromon.

2.3. Perilaku

Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon

sangat tergantung dari karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang

bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang

berbeda disebut determinan prilaku: Determinan prilaku dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu (Notoatmodjo, 2003) ;

1. Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik,

(55)

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan seperti yang

dikutip Notoatmodjo (2003) membagi prilaku manusia kedalam 3 domain

(ranah/kawasan) yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), psikomotor

(psychomotor). Di dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi

untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu :

2.3.1.Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk suatu

tindakan seseorang (over behavior).

1. Proses adopsi prilaku

Penilitian Rogers (1974) seperti yang', dikutip Notoatmodjo

((2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan

yaitu :

a) Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b) Interest, yaitu orang mulai tertarik pada stimulus.

c) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya), hal ini sudah berarti lebih baik lagi.

d) Trial, orang telah mencoba perilaku baru.

e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

(56)

2. Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif.

Pengetahuan yang tercakup didalamnya ada 6 tingkatan (Notoatmodjo,

2003) yaitu:

a) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

b) Memahami (comprehentiori) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar objek yang diketahui.

c) Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d) Analisis (analysis) diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi

suatu objek terhadap komponen-komponennya.

e) Sintesis (syntesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang baru.

f) Evaluasi (evaluation) hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden.

2.3.2.Sikap ( attitude )

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2003), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

(57)

a. Komponen sikap

Menurut Allport (1954) sikap mempunyai 3 komponen yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep

Gambar

Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.8.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sitepu: Distribusi Pendapatan Petani Jeruk Di Kecamatan Barus Jahe-Tanah Karo, 2001... Sitepu: Distribusi Pendapatan Petani Jeruk Di Kecamatan Barus Jahe-Tanah

kopi per hektar. dapat diketahui bahwa biaya sarana produksi Rp.. Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. 3)

lahan Pertanian Pasca Erupsi Gunung Sinabung Dan Tindakan Perbaikan Yang Dilakukan Petani Di Desa Jeraya Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.. Jurusan Pendidikan

Pelindung Diri (APD) di Desa Sukajulu. 5) Untuk mengetahui karakteristik Pestisida. 6) Untuk mengetahui keluhan kesehatan yang dialami oleh petani di Desa. Sukajulu

Analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada petani penyemprot pestisida di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo berdasarkan prosedur penggunaan pestisida

Judul Skripsi : PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT II KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Nama

Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo merupakan salah satu tempat yang cocok untuk melakukan kegiatan usahatani jeruk dan usahatani kopi

Adapun judul Skripsi ini adalah “Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi (Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten