• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. ANALISIS USAHATANI KOPI

DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO

SKRIPSI

HOSANNA SRI ARTA Br KARO 050304020

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. ANALISIS USAHATANI KOPI

DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO SKRIPSI

OLEH :

HOSANNA SRI ARTA Br KARO 050304020/SEP-AGRIBISNIS

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Thomson Sebayang, MT) (Dr. Ir. Diana Chalil, M.Si)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. RINGKASAN

HOSANNA SRI ARTA BR KARO: Analisis Usahatani Kopi Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang MT, dan Ibu Dr. Ir. Diana Chalil M.Si.

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitar sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Pengelolaan usahatani kopi merupakan suatu kemampuan petani sebagai pengelola atau sebagai manajer agar kegiatan yang dilakukan layak secara finansial karena menguntungkan bagi petani itu sendiri.

Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, dimana penentuan daerah sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, metode penarikan sampel dilakukan secara aksendental atau secara kebetulan. Metode analisis yang diganakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi Linier, analisis Finansial (NPV, IRR, Net B/C). Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Produktifitas kopi di daerah penelitian tergolong tinggi.

2. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata secara serempak terhadap produksi kopi pada umur 2-4 tahun adalah pupuk organik, pupuk anorganik, dan curahan TK, sedangkan secara parsial hanya curahan TK yang berpengaruh nyata.

Sementara pada umur 5-15 tahun baik secara serempak dan parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kopi.

3. Secara finansial usahatani kopi layak di usahakan karena nilai NPV > 0, IRR > i, nilai Net B/C > 1.

(4)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

RIWAYAT HIDUP

HOSANNA SRI ARTA BR KARO, lahir di Kuala Simpang pada tanggal 21

September 1987. Anak keempat dari lima bersaudara dari keluarga Bapak U.

Sinukaban dan Ibu P. Tarigan.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah :

1. Tahun 2005 telah tamat dari Sekolah menengah Atas dan pada tahun 2005

juga diterima sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara Medan,

melalui jalur PMDK.

2. Tahun 2009 mengikuti PKL di Desa Laksa, Kecamatan Pegagan Hilir

(5)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan kasih-Nya yang memberi kesempatan dan kekuatan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul penelitian ini

adalah Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku ketua komisi pembimbing,

Ibu Dr. Ir. Diana Chalil M,Si selaku Anggota komisi yang telah membimbing

penulis dalam penyusunan skripsi ini dan seluruh Staff Pengajar dan Pegawai Tata

Usaha di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang turut berperan

dalam studi penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda tercinta U.

Sinukaban dan Ibunda P. Tarigan, kakak dan abang untuk dukungan semangat, materi

dan doa yang diberi pada Penulis. Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2009

(6)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK... i

RIWAYAT HIDUP... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Identifikasi Masalah... 6

Tujuan Penelitian... 6

Kegunaan Penelitian... 7

TIJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tijauan Pustaka... 8

Landasan Teori... 12

Kerangka Pemikiran... 16

Hipotesis Penelitian... 20

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian... 21

(7)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Metode Pengumpulan Data... 23

Metode Analisis Data... 23

Defenisi dan Batasan Operasional... 26

Defenisi... 26

Batasan Operasional... 27

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian... 28

Sosial Ekonomi... 30

Karakteristik Petani Sampel... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Produksi Kopi Di Daerah Penelitian... 34

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi kopi... 35

Analisis Usahatani Kopi... 40

Analisis Finansial Usahatani Kopi... 42

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 45

Saran... 46

DAFTAR PUSTAKA

(8)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Grafik Luas Tanam/Areal Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Tahun 2005-2008... 4

2. Grafik Produksi Kopi Di Kecamatan Simpang Empat

Tahun 2005-2008... 4

(9)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Luas Tanam, Produksi dan Produktifitas Kopi Menurut

Kecamatan Di Kabupaten Karo Tahun 2008... 21

2. Luas Tanam, Produksi Dan Produktifitas Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2008... 22

. 3. Keadaan Tata Guna Tanah Di Kecamatan Simpang Empat... 28

4. Komposisi Penduduk Simpang Empat Menurut Kelompok Umur... 29

5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kecamatan Simpang Empat... 30

6. Komposis Penduduk Menurut Mata Pencaharian... 30

7. Sarana Dan Prasarana Kecamatan Simpang Empat ... 31

8. Karakteristik Petani Sampel... 32

(10)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

10.Tabel Hasi Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Umur 5-15 Tahun... 39

11.Rata-Rata Penerimaan Petani Kopi Per Petani Dan Per Hektar.. 40

12.Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kopi Per Hektar... 41

13.Rata-Rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Per Petani Dan Per

Hektar... 42

(11)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Petani Sampel

2. Sarana Produksi Per Petani Dan Per Hektar

3. Jumlah Peralatan Per Petani Dan Per Hektar.

4. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Kopi (HKP) Per Petani Per Hektar.

5. Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Kopi.

6. Biaya Sarana Produksi Per Petani Dan Per Hektar.

(12)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam

perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari peranan sektor perkebunan kopi terhadap

penyediaan lapangan kerja, penyedia devisa negara melalui ekspor. Dalam hal

penyediaan lapangan kerja usahatani kopi dapat memberi kesempatan kerja yaitu

sebagai pedagang pengumpul hingga eksportir, buruh perkebunan besar dan buruh

industri pengolahan kopi. Indonesia pernah mengalami penurunan produksi kopi hal

ini disebabkan karena umur kopi yang sudah cukup tua, dan pemeliharaan yang tidak

intensif. Namun hal tersebut masih dapat di ditingkatkan dengan cara merehabilitasi

tanaman kopi yang tidak produktif lagi dan meningkatkan pemeliharaan terhadap

tanaman kopi tersebut. Dengan demikian peranan kopi tetap dapat dipertahankan dan

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasional, mengingat kopi merupakan

salah satu komoditi ekspor yang unggul (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991).

Di Indonesia mula-mula tanaman kopi perkebunan banyak terdapat di Jawa

Tengah, yakni daerah Semarang, Sala, Kedu dan di Jawa Timur terutama di daerah

Basuki dan Malang. Di Sumatera terdapat di Lampung, Palembang, Sumatera Barat

dan Sumatera Utara. Dengan berkembangnya daerah-daerah yang membudidayakan

kopi, maka semakin berkembang pulalah areal perkebunan kopi di Indonesia (AAK,

(13)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Perkembangan areal kebun kopi terus berlanjut setelah Indonesia merdeka,

dan perkembangan yang paling pesat terjadi pada periode 1975-1985. Areal

perkebunan kopi Indonesia mencapai sejuta hektar pada tahun 1988 dan pada tahun

2001 diperkirakan areal perkebunan kopi Indonesia seluas 1,13 juta hektar atau

meningkat hampir 3 kali lipat areal kopi tahun 1975. Perkembangan kopi Indonesia di

dominasi oleh perkebunan rakyat dengan total areal 1,06 juta ha atau 94,14%,

sementara areal perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta

masing-masing seluas 39,3 ribu ha (3,48%) dan 26,8 ribu ha (2,38%). Tidak hanya luas areal

perkebunan kopi yang berpengaruh terhadap produksi kopi, jenis kopi yang di

usahakan juga sangat berpengaruh terhadap besarnya produksi kopi yang dihasilkan.

Indonesia juga membudidayakan jenis kopi yang berkualitas seperti kopi spesialti

(Herman, 2008).

Kopi spesialti adalah kopi Indonesia yang punya nama di pasar Internasional,

kopi spesialti Indonesia yang sudah punya nama dipasar internasional seperti Java

Coffee, Gayo Mountain Coffee, Mandheling Cofee, dan Toraja/Kalosi Coffee

keseluruhan dari jenis kopi tersebut merupakan kopi arabika spesialti. Kopi spesialti

asal Indonesia makin popular mulai akhir tahun 1980-an terutama dikalangan

masyarakat Amerika Serikat dan Eropa Barat. Pada tahun 1997, Indonesia menjadi

pemasok kopi spesialti terbesar ketiga setelah Kolombia dan Meksiko dengan pangsa

10% dari total impor kopi spesialti Amerika Serikat yang besarnya mencapai 75 ribu

ton. Pasar kopi spesialti dunia diperkirakan meningkat dengan laju 4,5%/tahun

(14)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Khusus di Sumatera Utara, jenis kopi arabika spesialti juga telah mulai

berkembang, mengingat bahwa kopi arabika memiliki permintaan yang cukup tinggi

di pasar dunia. Kopi arabika yang ditanam di Sumatera Utara (Sumut) dan Aceh

bahkan dinilai memiliki kualitas lebih bagus dibanding kopi yang sama dari Brasil.

Harga kopi jenis arabika di pasar internasional mencapai 3,2 dollar AS per kilogram,

sementara kopi robusta hanya separuhnya, yakni 1,5 dollar AS. Beralihnya petani

kopi Sumut menanam jenis arabika membuat ekspor kopi jenis ini meningkat tajam

tahun 2006 dibanding tahun sebelumnya. Dari bulan Januari hingga November 2006

ekspor kopi jenis arabika dari Sumut mencapai 44,710 ton, sementara untuk periode

yang sama pada tahun 2005 hanya mencapai 36,413 ton (Suyanto, 2008).

Di Sumatera Utara terdapat beberapa kabupaten yang berusahatani kopi,

salah satunya adalah Kabupaten Karo. Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah

penghasil kopi di Sumatera Utara. Hampir seluruh daerahnya (kecamatan dan desa)

berusahatanikan kopi. Hal ini mengingat dari segi lingkungan (tanah, iklim,

ketinggian tempat dan suhu) yang sangat mendukung pertumbuhan kopi. Tidak hanya

itu petani kopi pun semakin meningkat jumlahnya, khususnya di daerah penelitian

yaitu Kecamatan Simpang Empat. Di Kecamatan Simpang Empat, petani kopi mulai

berkembang sejak tahun 1998, namun hanya sedikit yang membudidayakan kopi

pada saat itu. Pada tahun 2000 petani kopi mulai berkembang pesat hingga sampai

saat ini (PPL Kecamatan Simpang Empat, 2009).

Berikut adalah grafik luas Tanaman dan produksi tanaman kopi di Kecamatan

(15)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Grafik 1.1 Luas Tanam/Areal Kopi di Kecamatan Simpang EmpatTahun 2005-2008

Simpang Empat

Sumber : BPS, Kabupaten Karo Dalam Angka Tahun 2005-2008

Grafik 1.2 Produksi kopi di Kecamatan Simpang Empat Tahun 2005-2008.

Simpang Empat

(16)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Peningkatan luas areal tanaman kopi di Kabupaten Karo pada tahun

2005-2006 mengalami peningkatan luas tanam, yaitu mulai dari 726, 765 tetapi pada

tahun 2007-2008 terjadi penurunan luas lahan kopi, dalam kenyataan dilapangan

luas areal tanaman kopi hingga saat ini semakin tinggi. (dilihat grafik 1.1). Tidak

hanya luas areal kopi yang semakin meningkat, produksi kopi pun mengalami

kenaikan dan penurun kopi. Atau dengan kata lain tingkat produksi kopi di

Kecamatan Simpang Empat setiap tahunnya tidak stabil. (lihat pada grafik1.2).

Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Simpang Empat

merupakan salah satu penghasil kopi . Hal tersebut dapat dilihat dari grafik luas lahan

dan produksi tanaman kopi diatas. Meskipun tingkat produksi dan luas areal tanam

kopi tidak stabil setiap tahunnya, tetapi tanaman kopi diharapkan dapat terus

berkembang.

Walaupun kopi merupakan salah satu komoditi yang sudah berkembang,

namun dalam berusahatani kopi ada beberapa kendala yang dihadapi oleh petani

dalam berusahatani kopi, yaitu pedagang merupakan penentu harga sedangkan petani

tidak mempunyai posisi tawar yang memadai. Dengan kondisi demikian mungkin

saja petani hanya mendapat keuntungan yang sedikit. Di Kecamatan Simpang Empat

saat ini 70% petani yang berada di daerah terebut berusahatani kopi, sampai saat ini

belum pernah diteliti mengenai usahatani kopi di Kecamatan Simpang Empat (PPL

(17)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Dengan demikian peneliti merasa tertarik melakukan penelitian di daerah

tersebut.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan permasalahan

utama dalam bentuk pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat produksi kopi di daerah penelitian?

2. Faktor-faktor produksi apakah yang mempengaruhi produksi kopi di daerah

penelitian?

3. Bagaimanakah tingkat kelayakan usahatani kopi di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat produksi kopi di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor produksi apakah yang mempengaruhi produksi

kopi di daerah penelitian.

(18)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan ini adalah:

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi petani kopi dan investor yang berminat dalam

pengembangan bisnis komoditas kopi.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan

(19)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Di Indonesia, tanaman kopi dibudidayakan oleh rakyat dan perkebunan besar

di beberapa tempat, antara lain DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera

Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, NTT dan

Timor-Timur. Dari keseluruhan sentra produksi tersebut, produksi kopinya mencapai

88,37% dari total produksi Indonesia. Tanaman kopi yang dirawat dengan baik

biasanya sudah mulai berproduksi pada umur 2,5-3 tahun, tergantung pada iklim dan

jenisnya. Tanaman kopi robusta biasanya sudah dapat berproduksi pada umur 2,5

tahun, sedangkan kopi arabika pada umur 2,5-3 tahun. Umur ekonomis kopi dapat

mencapai 10-15 tahun, kopi arabika dapat berproduksi hingga 10 tahun, sedangkan

kopi robusta dapat mencapai 15 tahun. Namun demikian tingkat produksi kopi sangat

di pengaruhi oleh tingkat pemeliharaannya, seperti pemupukan, pemberantasan

terhadap hama penyakit juga pada pemilihan bibit (Najiyati dan Danarti, 2004).

Untuk mendapatkan hasil produksi kopi yang baik maka sangat dipengaruhi

oleh faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi kopi tersebut. Faktor

produksi tersebut adalah lahan, modal, tenaga kerja dan faktor lingkungan.

Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain.

(20)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

dengan baik. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi proses produksi seperti

iklim, kondisi lingkungan, kondisi tanah (Daniel, 2002).

Kopi dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan, tetapi untuk mencapai

hasil optimal memerlukan persyaratan tertentu. Zona terbaik pertumbuhan kopi

adalah 20º LU dan 20º LS. Oleh karena itu produsen kopi dunia adalah

Negara-negara yang terletak pada wilayah tersebut. Indonesia yang terletak pada zona 5º

lintang utara (LU) dan 10º lintang selatan (LS) secara potensial merupakan daerah

kopi yang baik. Sebagian besar daerah kopi di Indonesia terletak antara 0º - 10º LS

(Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan) dan sebagian kecil antara 0º -

5º LU (Aceh dan Sumatera Utara).

Unsur iklim yang banyak berpengaruh terhadap usahatani kopi adalah elevasi

(tinggi tempat), temperatur dan tipe curah hujan. Kopi arabika dapat ditanam pada

elevasi 800-2.000 m, dengan elevasi optimal 1.000 – 1.500, dan temperatur rata-rata

tahunan 17º - 21º C. Batas elevasi terendah arabika ditentukan oleh ketahanannya

terhadap penyakit karat daun. Elevasi tertinggi dibatasi oleh frost yang sering terjadi

pada daerah dengan ketinggian di atas 1.500 m. kopi robusta dapat ditanam pada

elevasi 0 -1000 m dengan elevasi optimal 400 – 800 m, dan temperature tahunan 21º -

24º C. Oleh karena masih belum banyak arabika yang tahan terhadap karat daun,

maka kebanyakan petani walaupun mempunyai daerah di atas 800 m lebih suka

menanam robusta yang relative lebih rentan terhadap penyakit. Ketinggian tempat ini

akan berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan besar biji, makin tinggi elevasi

(21)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Kondisi tanah, yang mencakup struktur, tekstur dan topografi tanah amat

mempengaruhi kualitas pertumbuhan tanaman kopi. Tanaman kopi menurut

persyaratan tanah yang disatu pihak cukup berpori sehingga memungkinkan air

mengalir ke dalam tanah secara bebas, tetapi dilain pihak harus dapat menahan cukup

air. Tanaman kopi tidak cocok untuk ditanam di tanah liat yang terlalu lekat karena

menahan terlalu banyak air, sebaliknya tidak pula cocok untuk ditanam ditanah

berpasir karena terlalu berpori. Tanaman kopi memerlukan distribusi curah hujan

yang tepat. Kopi memerlukan masa agak kering selama ± 3 bulan yakni pada masa

pembentukan primordial bunga, pemekaran bunga dan penyerbukan. Bagi kopi

robusta masa kering sangat penting sebab diperlukan dalam masa penyerbukan silang.

Kadar humus juga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kopi

(Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991).

Wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 kilometer persegi atau 212.725 Ha

atau 2,97% dari luas provinsi Daerah tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis

terletak antara 2 º50' LU - 3°19' LS. Iklim di Kabupaten Karo adalah Tropis Basah,

dengan curah hujan 1.000 – 4.000 mm/thn pada suhu udara 16º C - 27° C dengan

kelembaban udara 82%. Meskipun faktor lingkungan yang di butuhkan tanaman kopi

sedikit berbeda dengan keadaan di lokasi penelitian yaitu di Kabupaten Karo, namun

kopi tetap dapat tumbuh dengan baik di daerah penelitian (BPS Kabupaten Karo,

2009).

Dalam melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha atau seorang petani

(22)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

dapat memperoleh hasil yang maksimal. Cara pemikiran yang demikian adalah wajar,

mengingat petani melakukan konsep bagaimana cara memaksimumkan keuntungan.

Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh struktur biaya dalam menjalankan suatu

usahatani (Daniel, 2002)

Struktur biaya yang mempengaruhi suatu proses produksi dapat berupa biaya

tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak

tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang

berupa uang. Biaya lain-lainnya pada umumnya masuk biaya variabel karena besar

kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksinya, misalnya

pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, biaya persiapan dan pengolahan tanah. Total biaya diperoleh

dari penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel, sehingga dapat diketahui berapa

besar penerimaan dan pendapatan suatu usahatani yang dijalankan.

Total penerimaan suatu usahatani kopi dapat diperoleh melalui hasil produksi

kopi tersebut dikali dengan harga jual dari kopi. Pendapatan bersih merupakan selisih

dari total penerimaan dan total biaya. Apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar

dari total biaya, atau di peroleh keuntungan maka usahatani kopi yang dijalankan

tersebut dikatakan layak. Kelayakan tersebut dapat diukur dengan kriteria investasi

yaitu NPV, IRR, Net B/C (Mubyarto, 1987).

Sebagai salah satu hasil komoditi pertanian, kopi nampaknya masih akan

mempunyai kemampuan yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Sampai saat ini di

(23)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

tenaga kerja. Hubungan antara petani kopi dan kebun kopi sangat fluktuatif seiring

dengan fluktuasi harga kopi di pasar, dan pada gilirannya hal ini akan berpengaruh

pada penyerapan tenaga kerja. Pada saat harga kopi tinggi petani rajin memelihara

kebun dan tanaman kopinya, tentu saja petani memerlukan banyak tenaga kerja.

Tetapi pada saat harga rendah petani hampir tidak berhubungan dengan kopinya.

Dengan demikian tenaga yang diperlukan juga tidak banyak (Retnandari dan

Tjokrowinoto, 1991).

Landasan Teori

Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana

seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk

tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif

bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki

(yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya

tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi,

1995).

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat

itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan dan air,

perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat

berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto, 1987).

Perlunya analisis usaha tani memang bukan untuk kepentingan petani saja

(24)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

penyuluh pertanian madya (PPM), dan penyuluh pertanian spesialis (PPS), para

mahasiswa atau pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan analisis

usahatani. Dalam melakukan analisis usahatani ini, seseorang dapat melakukannya

menurut kepentingan untuk apa analisis usahatani yag dilakukannya (Soekartawi,

1995).

Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup

panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama, tergantung

pada jenis komoditi yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi

juga ikut sebagai penentu pencapaian produksi. Proses produksi baru bisa berjalan

bila persyaratan yang dibutuhkan dapat dipenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal

dengan nama faktor produksi.

Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal dan tenaga kerja.

Sebagian ahli berpendapat dan memasukkan faktor keempat, yaitu manajemen atau

pengelolaan (skill) kedalam faktor produksi. Masing-masing faktor mempunyai

fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak

tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan. Bila hanya tersedia tanah, modal

dan manajemen saja, tentu proses produksi atau usahatani tidak akan jalan karena

tidak ada tenaga kerja (Daniel, 2002).

Tenaga kerja usaha tani merupakan faktor yang penting, tenaga kerja usaha

tani dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Tenaga kerja luar

(25)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

terdiri atas: tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Perhitungan tenaga kerja dari

ketiga jenis tersebut berbeda-beda. Perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan proses

produksi adalah dengan menggunakan satuan HKP (Hermanto, 1993).

Modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Modal mempengaruhi

ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam pemasukan. Modal dibutuhkan untuk

pengadaan bibit, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja. Kekurangan modal

menyebabkan kurangnya pemasukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko

atau rendahnya hasil yang diterima (Daniel, 2002).

Harga merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya

telah dilakukan pemerintah mengenai yang satu ini, tetapi sampai saat ini tetap saja

harga masih merupakan masalah. Harga produk pertanian umumya adalah

berfluktuasi. Oleh karena itu diperlukan stok yang cukup agar tidak terjadi pembelian

bahan baku yng berulang-ulang pada harga yang tidak pasti (Soekartawi, 1994).

Dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang

dibayarkan dan biaya yang tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang

dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar

keluarga, biaya untuk input produksi. Biaya produksi adalah sebagai kompensasi

yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya yang dikeluarkan

oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Biaya

seringkali jadi masalah bagi petani, terutama dalam pengadaan input atau sarana

(26)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya produksi. Petani dalam

memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan

penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya

baik dan mengupayakan biaya poduksi yang rendah dengan mengatur biaya produksi,

menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan

mengatur skala produksi yang efisien (Simajuntak, 2004).

Dalam rangka mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu

usahatani dilakukan atau layak atau tidak layaknya suatu usahatani yang dijalankan

dapat dilihat dari beberapa indeks, indeks-indeks tersebut disebut investment criteria

atau kriteria investasi. Berikut ini adalah beberapa investment criteria yang paling

sering digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usahatani :

Net Present Value (NPV)

Net present value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara

Present value dari benefit dan Present value dari biaya. Untuk menghitung NPV,

terlebih dahulu kita harus tahu berapa PV kas bersihnya. PV kas bersih dapat dicari

dengan jalan membuat dan menghitung dari cash flow perususahaan selama umur

investasi tertentu. Rumusannya sebagai berikut :

NPV =

Bila NPV > 0, maka usaha tani tersebut layak

(27)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. • Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat

pengembalian hasil. Kriteria layak atau tidak layak bagi suatu usaha adalah bila IRR

lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku saat usaha itu dilaksanakan.

Rumusannya sebagai berikut :

IRR = (2 1)

Bila IRR ≥ i maka usaha tani dikatakan layak

Bila IRR ≤ i maka usaha tani dikatakan tidak layak

Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Untuk menghitung indeks ini terlebih dahulu dihitung t tt

i

tahun t. Lalu Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga

pembilangnya terdiri atas Present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun

dimana benefit bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas Present

value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun di mana BtCt bersifat negative

yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor. Rumusannya sebagai berikut :

Net B/C =

(28)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Bila B/C < 1 maka usaha tani tersebut dinyatakan tidak layak (Kadariah, 1999).

Kerangka Pemikiran

Pengelolaan usahatani kopi merupakan kemampuan petani bertindak sebagai

pengelola atau sebagai manajer dari usaha taninya. Berusahatani merupakan suatu

proses yang di dalamnya terdiri dari himpunan input produksi atau faktor produksi

seperti lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi lainya yang mendukung

kegiatan usaha tani sehingga menghasilkan output yang memuaskan. Dalam hal ini

output merupakan hasil produksi yaitu kopi.

Lahan sebagai salah satu input atau faktor produksi merupakan pabriknya

hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil-hasil produksi

tersebut keluar. Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat

penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha

tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien

dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien

usaha tani yang dilakukan. Kecuali bila usaha tani dijalankan dengan tertib dan

administrasi yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya

terdapat pada penerapan teknologi.

Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang

bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru

yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Modal petani yang berupa barang diluar tanah

(29)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Faktor produksi pada tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia harus

dibedakan kedalam tenaga kerja dalam usaha tani kecil-kecilan dan persoalan tenaga

kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan, kehutanan,

peternakan. Pembedaan ini penting karena apa yang dikenal sebagai tenaga kerja

dalam usahatani tidaklah sama pengertiannya secara ekonomis dengan pengertian

tenaga kerja dalam perusahaan-perusahaan dalam perkebunan.

Sarana produksi adalah sarana yang dibutuhkan dalam proses produksi.

Sarana produksi terdiri dari lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Seluruh

biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan sarana produksi dan biaya yang

dikeluarkan dalam proses produksi merupakan biaya produksi. Untuk memenuhi

keseluruhan dari input produksi maka ada biaya yang dikeluarkan yang di sebut

sebagai biaya produksi.

Pendapatan bersih suatu usaha tani diperoleh dari selisih antara penerimaan

dan total biaya produksi. Penerimaan diperoleh dari output atau total produksi yang

dihasilkan dikali dengan harga jual produksi tersebut. Dari pendapatan bersih tersebut

dapat dianalisis kelayakan usaha tani. Usaha tani tersebut dikatakan layak apabila

menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usaha tani yang di jalankan

mengalami kerugian atau pendapatan bersih yang diperoleh lebih kecil dari total

biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha tani tersebut. Secara

(30)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

SKEMA 1

KERANGKA PEMIKIRAN ANALISIS USAHATANI KOPI

Keterangan : =

= hubungan

USAHATANI KOPI

PROSES INPUT

• Lahan

• Modal

• Tenaga kerja

• Saprodi

OUTPUT

• Kopi

BIAYA PENERIMAAN

(31)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. Hipotesis Penelitian

1. Faktor produksi pada tahun 2-4 tahun secara serempak berpengaruh nyata

namun secara parsial hanya curahan TK yang berpengaruh nyata sementara

faktor produksi pupuk organik dan pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata.

Sedangkan pada tahun 5-15 baik secara serempak dan parsial tidak berpengaruh

nyata.

(32)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kecamatan Simpang

Empat Kabupaten Karo. Alasan pemilihan daerah penelitian ini adalah berdasarkan

data primer melalui informasi dari PPL di Kecamatan Simpang Empat bahwa 70%

(33)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Tabel 1 :Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Kopi Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2008 (Ha).

Kecamatan

Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton)

Produktivitas

(34)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Tabel 2 :Luas Tanam, Produksi dan Produktifitas kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kab. Karo Tahun 2008

Desa

(35)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani tanaman kopi, jenis kopi arabika.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel aksendetal yaitu siapa saja petani

yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila

petani yang di temui memiliki kriteria seperti : bertani kopi dan memenuhi kelompok

umur kopi. Adapun jumlah populasi petani kopi di Kecamatan Simpang Empat

adalah 365 KK dan di ambil sampel sebanyak 60 KK sampel ini di peroleh karena

keterbatasan biaya dan waktu sehingga sampel yang ditemui dilapangan dan cocok

sebagai sumber data yang di peroleh 60 KK. Dari data yang diperoleh di Kecamatan

Simpang Empat terdapat 3 desa yang memiliki produksi yang paling tinggi, ketiga

desa tersebut adalah desa Berastepu, Lingga, Lingga Julu. Namun setelah melakukan

survey lapangan di desa Berastepu masih melalukan penanaman secara polikultur,

tidak terfokus pada tanaman kopi saja. sedangkan tingkat umur kopi di desa tersebut

masih muda sekitar 2-5 tahun. Oleh karena itu diadakan survey kembali keberbagai

desa, dengan melihat umur kopi, dan apakah kopi tersebut diusahakan secara

monokultur, hal tersebut di peroleh melalui informasi dari para petani kopi dan

koordinator PPL Kecamatan Simpang Empat. Survei dilakukan pada 9 desa yaitu

desa Ndokumsiroga, Surbakti, Perteguhen, Lingga, Lingga Julu, Beganding,

Nangbelawan, Sukandebi, Gajah. Namun hanya 5 desa saja yang diperoleh sampel

petani kopi yang berumur 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 dan 15 tahun yaitu desa

Ndokumsiroga, Surbakti, Lingga, Lingga julu dan Perteguhen dan sampel pada umur

(36)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. Metode pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani kopi melalui

survey maupun melalui kuisioner yang dibuat oleh peneliti. Sedangkan data sekunder

di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, dan Badan Pusat statistik

(BPS) Kabupaten Karo, Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo,

Kantor Kecamatan Simpang Empat dan Instansi yang terkait.

Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis, digunakan metode dan teknik data yang sesuai dengan

masing-masing hipotesis yang dibuat. Hipotesis 1, dianalisis dengan mengunakan

fungsi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Douglas merupakan salah satu bentuk khusus

fungsi produksi yang dipakai secara luas dalam analisis ekonomi yang di analisis

dengan menggunakan Regresi linier berganda yaitu Y= a+b1X1+b2X2 +b3X3

Dimana :

Y = Produksi (Kg/Ha)

X 1 = Pupuk Organik(Kg/Ha)

X2 = Pupuk Anorganik (Kg/ Ha)

(37)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Hipotesis 2, dianalisis dengan dengan menggunakan analisis finansial yaitu

IRR, Net B/C dan NPV sebagai berikut :

Internal Rate of Return (IRR)

IRR = (2 1)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat

pengembalian hasil.

Keterangan :

NPV = Hasil perhitungan NPV positif mendekati nol

NPV = Hasil perhitungan NPV negatif mendekati nol

i1, i2=Persentase tingkat suku bunga sebelum titik impas dan sesudah titik impas.

Bila IRR ≥ i maka usaha tani dikatakan layak

Bila IRR ≤ i maka usaha tani dikatakan tidak layak

(38)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Bt = Benefit usaha tani pada tahun t

Ct = Biaya sehubungan dengan usaha tani pada tahun t

n = Umur ekonomis

t = Jangka Waktu (tahun ke)

i = Tingkat suku bunga yang berlaku

Bila B/C > 1 maka usaha tani tersebut dinyatakan layak

Bila B/C < 1 maka usaha tani tersebut dinyatakan tidak layak

2. Net Present Value (NPV)

NPV =

Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara

Present value dari benefit dan Present value dari biaya.

Keterangan :

NPV = Nilai uang sekarang dalam waktu tertentu

Bt-Ct = Pendapatan bersih pada tahun t

i = Tingkat suku bunga yang berlaku

t = Jangka waktu (tahun ke)

(39)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

(40)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menganalisis penelitian ini, maka

dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan tanaman kopi dalam

lahannya.

2. Produksi tanaman kopi adalah semua hasil panen tanaman kopi yang

dubudidayakan

3. Faktor produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan dalam

melaksanakan proses produksi, pada usaha tani tanaman kopi terdiri dari

lahan, modal, tenaga kerja, dan sarana produksi.

4. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama

proses produksi masig berlangsung yang dinyatakan dalam rupiah per tahun.

5. Komponen biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, dan

biaya sarana produksi seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan dll.

6. Penerimaan usaha tani adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan

harga oleh tanaman usaha tani kopi selama musim tanam masa produksi yang

dihitung dalam rupiah.

(41)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah :

1. Daerah penelitian adalah Desa Lingga, Desa Lingga Julu, Desa

Ndokumsiroga, Desa Surbakti, Desa Perteguhen Kecamatan Simpang Empat

kabupaten karo.

2. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan usahatani kopi

(42)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Kecamatan Simpang Empat adalah salah satu dari 17 kecamatan yang ada di

Kabupaten Karo dengan ibukota kecamatan di desa Ndokum Siroga yang berjarak 7

km dari Kabanjahe sebagai ibukota kabupaten dan 84 Km dari Medan ibukota

propinsi.

Kecamatan Simpang Empat dengan luas ± 93,48 Km berada pada ketinggian

rata-rata 1.300-1.600 m diatas permukaan laut dengan temperature 16ºC-17ºC dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kabanjahe dan Berastagi

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Payung

- Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Naman Teran dan Kecamatan

Merdeka

- Sebelah Selatan berbatasab dengan Kecamatan Kabanjahe

Tata Guna Tanah

(43)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Tabel 3. Keadaan Tata Guna Tanah Di Kecamatan Simpang Empat

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) %

1 Bangunan dan Pekarangan 62 0,62

2 Kebun Kopi 725 7,21

3 Tanah Kering 9.261 91,03

4 Tanah Sawah 15 0,15

Jumlah 10.063 100

Sumber : Data Monografi Kec. Simp Empat

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 10.063 Ha luas Kecamatan Simpang

Empat sebagian besar digunakan untuk kebun kopi seluas 725 Ha (7,21%). Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat Kecamatan Simpang Empat pada umumnya

berkebun tananaman kopi yaitu kopi arabika yang di beberapa tempat di kenal

sebagai istilah kopi ateng.

Keadaan Daerah

a. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk Kecamatan Simpang Empat adalah 19.774 KK, terdiri dari

9.891 laki-laki dan 9.883 perempuan. Jumlah penduduk menurut kelompok umur

(44)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Tabel 4. Komposisi penduduk Kecamatan Simpang Empat menurut kelompok umur

No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)

1. 0-14 6.681

2. 15-64 12.319

3 >65 774

Jumlah 19.774

Sumber : Data Monografi Kec. Simp Empat, 2008

Dari tabel 4 diketahui bahwa penduduk Kecamatan Simpang Empat paling

banyak pada umur/usia 15-64 yaitu 12.319 jiwa.

b. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Sebagaian besar penduduk Kecamatan Simpang Empat memiliki tingkat

pendidikan setara SD dapat dilihat pada tabel 5.

Table 5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kecamatan Simpang Empat

No Jenjang Pendidikan Jumlah (Jiwa) %

1. Tidak Sekolah 231 6,82

2. SD 2413 71,20

3. SLTP 607 17,91

4. SLTA 138 4.07

Jumlah 3389 100%

(45)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Dari tabel 5 bahwa jumlah penduduk yang berpendidikan tamat Sekolah

Dasar adalah yang paling tinggi yaitu sebesar 2413 jiwa hal ini dapat dilihat bahwa

kesadaran penduduk untuk pendidikan masih rendah.

Sosial Ekonomi

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Kecamatan Simpang Empat

adalah dalam bidang pertanian. Hal ini dapat dilihat pada table 8.

Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Lapangan Pekerjaan Jumlah (Jiwa) %

1. Pertanian 5.408 89,4

2 Industri 70 1,16

3 Pemerintahan 200 3,31

4 Lainnya 371 6,13

Jumlah 6.049 100%

Sumber : Data Monografi Kec. Simp Empat, 2008

Dari table 6 dapat dilihat bahwa menurut mata pencaharian di Kecamatan

Simpang Empat yang paling tinggi adalah lapangan pertanian sebesar 89,4 %

(46)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan

masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju

pembangunan. Sarana dan prasarana di Kecamatan Simpang Empat saat ini dinilai

cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana

transportasi, pendidikan dan sosial. Keadaan sarana dan prasarana Kecamatan

Simpang Empat dapat dilihat pada tabel 7.

Table 7. Sarana dan Prasarana Kecamatan Simpang Empat

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1. Sarana Ibadah

- Gereja

- Masjid

26

16

2. Sarana Pendidikan

- TK

3. Sarana Kesehatan

- Puskesmas Pembantu

4. Sarana Tranportasi

- Jl. Aspal (Km)

- Jl. Diperkeras (Km)

(47)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Sumber : Data Monografi Kec. Simp Empat, 2008

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani yang menjadi sampel pada penelitian ini meliputi umur

tanaman, umur petani sampel, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman

bertani, luas lahan, produksi, produktivitas. Karakteristik petani sampel dapat dilihat

pada tabel berikut :Tabel 8 . Karakteristik Petani Sampel

No Uraian Range Rataan

5 Pengalaman Bertani

(Tahun)

5-50 28,1

6 Luas Lahan (Ha) 0,15-3 0,59

7 Produksi (Kg) 0-17.400 1088,5

8 Produktivitas (Kg/Ha) 0-5.800 1570,8

(48)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Dari tabel 8. dapat dilihat bahwa rata-rata petani sampel di daerah penelitian

memiliki umur tanaman 4,3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umur kopi di daerah

penelitian tergolong masih muda. Rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian

yaitu sekitar 53,2 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa para petani sampel masih

berada pada usia produktif sehingga mampu mengerjakan usahatani dengan baik

Rata-rata tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian yaitu sekitar

9,2 tahun atau setara SLTP. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan para

petani kopi masih tergolong rendah. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi sistem

pengelolaan usahatani kopi yang dilakukan para petani kopi. Rata-rata jumlah

tanggungan petani sampel yaitu sekitar 1,5 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah

tanggungan para petani sampel tergolong rendah.

Rata-rata pengalaman bertani kopi para petani sampel di daerah penelitian

yaitu sekitar 28,1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani para petani

sampel sudah cukup lama.

Rata-rata luas lahan petani kopi di daerah penelitian adalah sekitar 0,59 Ha.

Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel termasuk petani yang memiliki lahan yang

tidak terlalu luas untuk berusahatani kopi.

Rata-rata produksi kopi petani sampel di derah penelitian sekitar 1088,5 Kg.

(49)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Rata-rata produktivitas kopi petani sampel di daerah penelitian sekitar 1570,8

Kg/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa produktifitas di daerah penelitian tergolong

(50)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Produksi Kopi di Daerah Penelitian

Produksi kopi di daerah penelitian yakni di 5 desa di Kecamatan Simpang

Empat rata-rata sebesar 1.088,56 Kg dengan rata-rata produktifitas sebesar 1.570,88

Kg/Ha atau sebesar 1,57 Ton/Ha sedangkan produksi kopi di seluruh wilayah

Kecamatan Simpang Empat adalah sebesar 435 ton dengan rata-rata produktifitas

sebesar 1,38 Ton/Ha. Bila produktifitas kopi daerah penelitian dibandingkan dengan

produktifitas kopi tingkat kecamatan Simpang Empat, maka diketahui bahwa

produktifitas kopi daerah penelitian 0.19 Ton/Ha lebih tinggi dibandingkan dengan

produktifitas kopi tingkat kecamatan. Selanjutnya bila dibandingkan dengan

produktifitas kopi di daerah kabupaten Dairi yakni sebesar 9,437 Ton/Ha, maka hal

ini juga menunjukkan bahwa produktifitas kopi daerah penelitian 9 kali lebih kecil di

bandingkan Kabupaten Dairi hal ini dapat dikatakan wajar mengingat bahwa

Kabupaten Dairi merupakan sentra produksi kopi di Sumatera Utara.

Dengan demikian produktifitas kopi daerah penelitian tergolong tinggi, dapat

(51)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kopi

Analisis dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi

didaerah penelitian dalam hal ini adalah;

• Pupuk Organik

Pupuk organik yang digunakan para petani kopi sebagian besar dihasilkan dari

ternak mereka sendiri, dan ada sebagian petani yang membeli pupuk ini. Namun tidak

semua petani sampel yang menggunakan pupuk organik, rata-rata penggunaan pupuk

organik (pupuk kandang) adalah sebesar 524,72Kg./Ha

• Pupuk Anorganik

Petani sampel di daerah penelitian lebih banyak menggunakan pupuk anorganik,

karena didaerah penelitian mendapat subsidi pupuk dari pemerintah. Adapun rata-rata

pupuk yang di gunakan adalah pupuk Urea dengan total penggunaan 99,36 Kg per

Ha, pupuk TSP dengan total penggunaan 78,50Kg per hektar, pupuk NPK sebesar

64,25 Kg per hektar dan pupuk ZA sebesar 34,97 kg per hektar.

• Curahan Tenaga Kerja

Di daerah penelitian curahan tenaga kerja pada umumnya adalah tenaga kerja

dalam keluarga, karena pada dasarnya pemeliharaan tanaman kopi tidak sulit untuk

dilakukan, dan tanaman kopi bukanlah tanaman yang rentan terhadap penyakit yang

butuh perhatian khusus. Sehingga petani dapat mengerjakannya sendiri. Upah tenaga

(52)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

harian tenaga kerja luar keluarga yang berlaku di daerah penelitian yakni sebesar

30.000 per hari. Biasanya penggunaan tenaga kerja luar keluarga digunakan dalam

kapasitas yang besar pada saat penggolahan lahan.

Pengaruh faktor-faktor produksi tersebut di atas terhadap produksi kopi di analisis

dengan menggunakan analisis regresi linier dengan formula berikut ini:

Y= a+b1X1+b2X2 +b3X3

Dimana :

Y = Produksi

X 1 = Pupuk Organik (Kg/Ha)

X2 = Pupuk Anorganik (Kg/Ha)

X3 = Curahan tenaga kerja (HKP/Ha)

Analisis dilakukan terhadap 2(dua) tahapan umur tanaman kopi, yakni untuk

tanaman kopi berumur 2 -4 tahun dan tanaman kopi berumur 5 – 15 tahun. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui pola produksi kopi mulai dari tahun 2-4 kopi mulai

berproduksi dimana tingkat produksinya mulai tinggi dan pemeliharaannya juga

berbeda dengan tahun 5-15, pada tahun 5-15 produksi semakin lama semakin lama

semakin menurun.

Tanaman kopi yang dirawat dengan baik sudah berproduksi pada umur 2,5-3

(53)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

sedangkan kopi Arabika pada umur 2,5-3 tahun. Namun kenyataan dilapangan kopi

yang diteliti adalah kopi arabika sudah berproduksi sejak berumur 2 tahun. Biasanya

jumlah buah kopi yang bisa dipetik pada panen pertama hanya sedikit. Jumlah

tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun dan mencapai puncaknya setelah

berumur 5-15 tahun.

Berikut ini ditampilkan tabel hasil pengujian faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat produksi kopi pada umur 2-4 tahun.

Tabel 9. Tabel Hasil Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Umur 2-4 tahun.

ANOVAd

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.765 3 .922 4.749 .007a

Residual 7.375 38 .194

Total 10.140 41

2 Regression 2.731 2 1.365 7.186 .002b

Residual 7.410 39 .190

Total 10.140 41

3 Regression 2.667 1 2.667 14.274 .001c

Residual 7.473 40 .187

(54)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

(55)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Hasil analisis dengan menggunakan metode backward pada tabel 9 di atas

memperlihatkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari alpha (0,002 < 0,05),

sehingga dengan demikian maka Ho ditolak, artinya bahwa ketiga variabel pupuk

organik (X1), pupuk anorganik (X2), curahan TK (X3), secara serempak berpengaruh

nyata terhadap produksi (Y). Namun secara parsial faktor-faktor tersebut ada yang

berpengaruh nyata dan ada yang berpengaruh tidak nyata. .Variabel curahan TK

berpengaruh nyata terhadap produksi karena tingkat signifikansinya (0,002) lebih

kecil dari alpha (0,05). Sedangkan variabel yang berpengaruh tidak nyata terhadap

produksi adalah pupuk organik dan pupuk anorganik karena tingkat signifikansi

pupuk organik (0,493) dan pupuk anorganik (0,676) lebih besar dari alpha (0,05)

Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tanaman

kopi berumur 5-15 tahun berbeda dengan hasil analisis pada tanaman kopi berumur

2-4 tahun.

Hasil pengujian untuk tanaman kopi berumur 5-15 tahun diperlihatkan pada tabel

(56)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Tabel 10. Tabel Hasil Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Umur 5-15 tahun.

ANOVAe

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .082 3 .027 .318 .813a

Residual 1.112 13 .086

Total 1.194 16

2 Regression .081 2 .041 .512 .610b

Residual 1.113 14 .079

Total 1.194 16

3 Regression .080 1 .080 1.083 .314c

Residual 1.114 15 .074

Total 1.194 16

4 Regression .000 0 .000 . .d

Residual 1.194 16 .075

(57)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

sumber : Analisis Data Primer Lampiran 18

Dari tabel 10 hasil analisis pengaruh faktor-faktor produksi kopi pada umum 5-15

tahun di atas dapat disimpulkan bahwa secara serempak ketiga variabel yaitu pupuk

(58)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

terhadap produksi (Y) hal ini diperlihatkan dari tingkat signifikansinya (0,813) lebih

besar dari alpha (0,05). Secara parsial juga menunjukkan hal yang sama dimana nilai

singnifikansi pupuk organik (0,937), pupuk anorganik (0,968) dan curahan TK

(0,383) lebih besar dari alpha (0,05). Hal ini memberikan arti bahwa ketiga variabel

bebas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman kopi berumur 5-15

tahun, baik secara serempak maupun secara parsial.

Analisis Usaha Tani Kopi

1) Penerimaan Usahatani Kopi

Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian seluruh hasil

produksi dengan harga jual produksi. Harga jual produksi di daerah penelitian sering

mengalami p fluktuasi pada waktu-waktu tertentu. Namun di daerah penelitian

rata-rata petani memperoleh harga jual kopi Rp 12.000/Kg. Adapun total produksi dari

usahatani kopi adalah sebesar 65.313,5 Kg, dengan rata-rata produksi sebesar

1.088,55 Kg/ petani.

Tabel 11. Rata-Rata Penerimaan Petani Kopi Per Petani dan Per Ha

No Penerimaan Petani Kopi Rupiah

1 Per Petani 13.062.700

2 Per Hektar 18.850.597,22

(59)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. 2) Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi

berlangsung, baik biaya tetap (penyusutan alat, PBB) maupun biaya variabel seperti

biaya pembelian sarana produksi (bibit, pupuk, obat-obatan) dan biaya tenaga kerja.

Besarnya biaya produksi di pengaruhi oleh komponen input produksi dan harga dari

input produksi tersebut. Berikut ini diperlihatkan Rata-rata biaya produksi usaha tani

kopi per hektar.

Tabel 12. Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kopi Per Ha

No Jenis Biaya Rp/Ha

1 Biaya sarana produksi 1.802.531,713

2 Biaya Tenaga Kerja 1.089.589,17

3 Biaya Penyusutan 128.295,17

4 Biaya PBB 65.217,59

Jumlah 3.194.223,89

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 5,6,7,8,9

Dari tabel 12. dapat diketahui bahwa biaya sarana produksi Rp.

1.802.531,713, biaya tenaga kerja Rp. 1.089.589,17, biaya penyusutan Rp.

128.295,17 dan biaya PBB Rp. 65.217,59 serta total biaya produksi sebesar Rp.

(60)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. 3) Pendapatan Usahatani Kopi

Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani di

kurangi dengan jumlah biaya produksi selama proses produksi berlangsung. Tabel 10.

menunjukkan rata-rata pendapatan bersih petani kopi di daerah penelitian :

Tabel 13. Rata-Rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Per Petani dan Per Ha

No Pendapatan Bersih Petani Kopi Rupiah

1 Per Petani 11.539.865,38

2 Per Hektar 15.656.373,33

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 11.

Dari tabel 13. dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan per petani adalah

Rp. 11.536.269,54 dan rata-rata pendapatan per hektar Rp.15.624.088,95.

Analisis Finansial Usaha Tani kopi

Deskripsi Data

Metode yang digunakan pada data analisis data finansial adalah metode

smoothing, tujuan penggunaan metode ini adalah untuk mengurangi ketidakteraturan

data, caranya dengan membuat rata-rata data terlebih dahulu. Adapun data yang di

smoothing yaitu pada tahun ke-2, 4, 10, ini dilakukan karena pada data penerimaan

pada tahun tersebut ada terdapat beberapa sampel yang memiliki penerimaan yang

cukup tinggi, sedangkan sampel yang lain tidak terlalu tinggi. Sehingga bila di

(61)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

penerimaannya sangat besar. Ini menggambarkan bahwa seolah-olah seluruh sampel

pada tahun tersebut mempunyai penerimaan yang cukup tinggi.

Penyusunan Nilai PV

Dalam penyusunan nilai PV digunakan metode interpolasi linier, metode ini

digunakan untuk menentukan titik-titik antara dari n buah titik dengan garis lurus.

Alasan penggunaan metode adalah untuk melengkapi nilai PV pada umur-umur kopi

yang tidak ada pada daerah penelitian, yaitu umur 9, 11, 12, 13, 14 tahun. Adapun

nilai yang diperoleh setelah dilakukan interpolasi yaitu pada tahun 9 sebesar Rp.

5.496.807,2, pada tahun 11 sebesar Rp. 4.888.959, pada tahun 12 sebesar Rp.

4.286.588, pada tahun 13 sebesar Rp. 3.684.216 dan tahun 14 sebesar Rp. 3.081.844.

Dari keterangan tersebut terlihat bahwa pada umur 9-15 tahun tingkat penerimaan

semakin menurun karena pada umur tersebut tingkat produksi juga semakin menurun.

Penelitian di lakukan dengan mencari sampel yang berusahatani kopi mulai dari tahun

pertama sampai umur ekonomis tanaman kopi tersebut yaitu 15 tahun. Adapun rumus

yang digunakan pada interpolasi linier adalah :

1

Net present value (NPV) adalah kriteria investasi yang banyak digunakan

dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak. Ukuran kedua dari

perhitungan kriteria investasi adalah IRR. IRR atau internal rate of return adalah

(62)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di

discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negative (-). Besarnya

nilai NPV, IRR dan Net B/C dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 14. Nilai Rata-rata NPV, Net B/C, dan IRR

No Uraian Rp/Ha

1 NPV 8.386.274,8

2 IRR

16.95

3 Net B/C 30.80

Sumber : Data Analisis Primer Lampiran 15

Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa discount faktor 15% didapat nilai NPV

per hektar 8.386.274,8 Nilai Net B/C Rp. 30,80 per hektar dan nilai IRR 16.95 %.

Berdasarkan kriteria kelayakan diketahui bahwa nilai NPV>0, Net B/C >1 dan nilai

IRR>i (15%) dari hasil yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa usahatani di

Kecamatan Simpang Empat layak untuk di usahakan dan di kembangkan. Hal ini

sesuai dengan hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa usahatani kopi secara

(63)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Tingkat produksi kopi di daerah penelitian relatif tinggi, karena tingkat

produktifitas kopi sedikit lebih besar dari pada tingkat produktifitas di

Kecamatan Simpang Empat dan 9 kali lebih kecil bila dibandingkan

dengan Kabupaten Dairi yang merupakan sentra produksi kopi di

sumatera Utara.

2) Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi kopi diderah

penelitian adalah pupuk organik, pupuk anorganik dan curahan tenaga

kerja. Faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi

secara serempak ada pada umur 2-4 tahun namun secara parsial hanya

curahan tenaga kerja yang berpengaruh nyata. Sementara pada umur

5-15 tahun baik secara serempak dan parsial tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi.

3) Usahatani kopi di daerah penelitian secara finansial layak untuk

diusahakan dan dikembangkan hal ini dapat dilihat pada nilai NPV>0

yaitu sebesar 8.386.247,8, nilai IRR> i (15%) yaitu sebesar 16.95 %

sedangkan nilai Net B/C > 1 yaitu sebesar 30.80

4) Rata-rata penerimaan per petani adalah sebesar Rp 13.062.700 atau

18.850.597,22 per hektar.Biaya produksi adalah biaya yang

(64)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

(penyusutan alat, PBB) maupun biaya Total biaya produksi per petani

per hektar adalah sebesar 3.194.223,89. Pendapatan per petani adalah

sebesar 11.536.269,54 atau 15.642.088,95 per hektar.

Saran

Kepada petani

1) Agar petani dapat meningkatkan produktifitas kopi dengan lebih

memperhatikan pemeliharaan tanaman, pemupukan, agar dapat

menghasilkan produksi kopi yang besar.

2) Agar petani lebih memperhatikan pemakaian sarana produksi

sehingga biaya yang dikeluarkan dapat diminimalisirkan dan

produksi yang diperoleh cukup tinggi, karena komposisi yang

paling besar ada pada sarana produksi

Kepada Pemerintah

1) Sebaiknya pemerintah memberikan kebijakan pada harga kopi,

sehingga petani dapat memperoleh keuntungan yang tinggi, karena

sampai saat ini pedaganglah yang menentukan harga, sementara

petani tidak memiliki posisi tawar yang memadai.

Kepada Peneliti

Kepada peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan pemakaian sarana

produksi khususnya pada pemakaian pupuk yang efektif agar dapat hasil yang

efisien, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Apabila pendapatan petani

(65)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad F. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Arifin, B. 2006. Refleksi Strategi Pengentasan Kemiskinan. Bisnis & Ekonomi Politik. UNISBA, Bandung.

Biro Pusat Statistik, 2007. Sumatera Utara Dalam Angka 2007. Medan.

Biro Pusat Statistik, 1993. Desa Miskin, Penjelasan dan Metodologi. Medan.

Dillon H.S. dan Hermanto. 1993. Kemiskinan di Negara Berkembang Masalah Konseptual dan Global. Prisma LP3ES, Jakarta.

Eddy A. dan Evi L. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius, Yogyakarta.

Mubyarto 2001. Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis

Ekonomi. BPFE, Yogyakarta.

Mulyanto S. Dan Dieter H. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Rajawali, Jakarta.

Rajuminropa. 2002. Pemberdayaan Anak dari keluarga Miskin. Suatu Studi pada Yayasan Bahti Nusantara Isafat. Jakarta.

Ratna E. 2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Remi S. dan Tjiptoherijanto. 2002. Kemiskinan dan Ketidakmerataan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta

Sayogyo. 1996. Memahami dan Menangulangi Kemiskinan di Indonesia. Gramedia, Jakarta.

Sjamsudin. 1980. Pengantar Perikanan. Karya Nusantara, Jakarta.

Soetrisno, Loekman. 1997. Kemiskinan, Perempuan dan Pemberdayaan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Tarigan, K. 1991. Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Valeriana D. 2004. Faktor penyebab Kemiskinan, Sumber Pendapatan dan Pengeluaran Keluaga Miskin di Lahan Pesisir Kabupaten Lamongan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Zamroni. 2009. Perlu Teknologi Pengolahan Ikan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya,

(66)
(67)
(68)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

57 10 35 17 3 10

58 10 56 6 1 30

59 10 55 9 1 35

Total 40 222 38 5 125

Rata-rata 10 55.5 9.5 1.25 31.25

60 15 64 17 0 44

Over All 258 3197 555 95 1687

(69)

Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.

/unit Ember/unit Goni/unit Beko/unit

(70)

Gambar

Grafik Produksi Kopi Di Kecamatan Simpang Empat  Tahun 2005-2008.............................................................
Tabel Hasil Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat  Produksi Kopi Umur 5-15.........................................................
Grafik 1.1 Luas Tanam/Areal Kopi di Kecamatan Simpang EmpatTahun 2005-2008
Tabel 1 :Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Kopi Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2008 (Ha)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam usaha pengolahan kopi bubuk Cap Padi jumlah bahan baku yang digunakan dalam satu kali proses produksi sebanyak 600 kg dan dari hasil pengolahan diperoleh

Penelitian ini berjudul “Pelarasan Celempong dalam Kesenian Gondang Oguong di Wilayah Adat Limo Koto Kabupaten Kampar”, bertujuan membuktikan kekhasan pelarasan yang dimiliki

daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi dengan rubrik. Pembelajaran Akidah Akhlak Dalam Kurikulum 2013. 1. Pembelajaran

Berdasarkan hasil survey awal pada guru SMP di Surabaya, para guru dituntut untuk bisa mengoperasikan komputer, disisi lain penggunaan komputer tidak diikuti dengan pelatihan

Pandangan muncul dari linguistik struktural dengan tokoh Bloomfield (dalam Sumarsono 2012:18) bahwa bahasa adalah sebuah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara konformitas dengan aspek risk-taking behavior yaitu exploratory risk behavior pada remaja awal (r = 0.224, p = 0.031 &lt; 0.05),

Berdasarkan analisis data tentang bentuk, fungsi dan, makna numeralia BMDKH, dapat disimpulkan bahwa bentuk numeralia bahasa Melayu dialek Kapuas Hulu khususnya

Pantai Bali Lestari sebagai salah satu objek wisata alam dengan konsep yang baru yaitu seperti suasana di bali, terletak di Kabupaten Serdang bedagai, memiliki potensi alam yang