UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN
PADA KPP PRATAMA MEDAN PETISAH
O l e h :
NAMA : MUNAWARAH
NIM : 060503074
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Self
Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada KPP Pratama
Medan Petisah” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum
pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks
penulisan skripsi Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh
telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh
Universitas Sumatera Utara.
Medan, 15 Maret 2010 Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
memberikan nikmat dan kemudahanNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan Pada KPP Pratama Medan Petisah ”.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan, pengarahan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, terutama :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak. selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas
semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama
proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Zainal A.T Silangit, Ak. selaku dosen pembanding/penguji I dan
Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak. Selaku dosen pembanding/penguji II.
Terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan kepada penulis
5. Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Sumatera Utara I dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Petisah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
riset, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Secara khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang sangat
penulis sayangi, Ayahanda H.Haidir Munir S.E (alm) dan Ibunda Hj. Laksmi
Kurniati Sitompul. Terimakasih buat semua kasih sayang, do’a, pengorbanan,
didikan dan semangat yang sangat berarti. Semoga, penulis bisa memberikan
yang terbaik untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 15 Maret 2010 Penulis,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah sistem self assessment berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Medan Petisah. Metodologi penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain peneltian kausal, dengan jumlah sampel 60 dari tahun 2005 sampai dengan 2009. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data yang digunakan meliputi NPWP, SSP PPh 25, serta Penerimaan PPh 25. Data diperoleh dari KPP Pratama Medan Petisah. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinieritas. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda, dengan uji F, uji t dan uji koefisien determinasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial NPWP berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan, dan SSP PPh 25 berpengaruh signifikan positif terhadap penerimaan pajak penghasilan. Secara simultan NPWP dan SSP PPh 25 berpengaruh secara signifikan positif terhadap penerimaan pajak penghasilan.
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the significant impact of self assessment system toward Income Tax Received. The method of this minithesis is a causal research design, with 60 sample from 2005 until 2009 . This research utilizes secondary data. The data consists of NPWP, SSP PPh 25, and Income Tax Received. The data are taken from Pratama Tax Serve Office, Medan Petisah. The data which have already collected are processed with classic asumption test before hypothesis test. Clasis assumption tests that being used were normally test, heteroscedasticity test, autocorrelation test, and multicolinierity test. Hypothesis test in this research use double regression with t test, F test and coefficient determination test.
The result of this research show that partially NPWP have significant impact to the Income Tax Received. Whereas, SSP PPh 25 also have positive significant impact to the Income Tax Received. NPWP and SSP PPh 25 have a positive significant impact to the Income Tax Received simultaneously.
DAFTAR ISI SKRIPSI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 6
1. Pengertian dan Fungsi Pajak ... 6
2. Jenis Pajak ... 7
3. Sistem Pemungutan Pajak ... 8
4. Self Assessment System ... 9
6. Pembayaran Pajak dan Surat Setoran Pajak (SSP) ... 14
7. Nomor Pokok Wajib Pajak ... 15
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 17
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 17
1. Kerangka Konseptual ... 18
2. Hipotesis Penelitian ... 18
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 20
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20
C. Jenis dan Sumber Data ... 21
D. Teknik Pengumpulan Data ... 21
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 22
F. Metode Analisis Data ... 23
G. Pengujian Hipotesis ... 26
I. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 29
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 31
1. Data Penelitian ... 31
2. Statistik Deskriptif ... 43
3. Pengujian Asumsi Klasik ... 44
a. Uji Normalitas ... 44
c. Uji Autokorelasi ... 51
d. Uji Multikolinearitas ... 52
4. Model dan Teknik Analisis Data ... 53
5. Pengujian Hipotesis ... 55
a. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 55
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 56
c. Koefisien Determinasi (R2) ... 58
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64
B. Keterbatasan Penelitian ... 66
C. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 16
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 22
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 30
Tabel 4.1 Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 37
Tabel 4.2 Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Pangkat/Golongan ... 37
Tabel 4.3 Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Jabatan ... 38
Tabel 4.4 Rencana Kinerja KPP Pratama Medan Petisah ... 41
Tabel 4.5 Descriptive Statistics ... 43
Tabel 4.6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test - Dependent Variable:Penerimaan_PPh_25 ... 46
Tabel 4.7 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test - Dependent Variable:Ln_Penerimaan_PPh_25 ... 49
Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ... 51
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ... 52
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ... 52
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi ... 53
Tabel 4.12 Uji Statistik t ... 55
Tabel 4.13 Uji Statistik F ... 57
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 18
Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah ... 33
Gambar 4.2 Histogram-Dependent Variable:
Penerimaan_PPh_25 ... 44
Gambar 4.3 Normal P-P Plot of Regression Standarized
Residual-Dependent Variable: Penerimaan_PPh_25 ... 45
Gambar 4.4 Histogram-Dependent Variable:
Ln_ Penerimaan_PPh_25 ... 47
Gambar 4.5 Normal P-P Plot of Regression Standarized
Residual-Dependent Variable:
Ln_ Penerimaan_PPh_25 ... 48
Gambar 4.6 Grafik Scatterplot-Dependent Variable:
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Sturktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah ... 70
Lampiran ii Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah Periode Tahun 2005 s.d 2009 ... 71
Lampiran iii Jumlah Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ) baru yang terdaftar di KPP Pratama Medan Petisah Periode Tahun 2005 s.d 2009 ... 72
Lampiran iv Jumlah Surat Setoran Pajak ( SSP ) PPh Pasal 25 yang disetorkan di KPP Pratama Medan Petisah Periode Tahun 2005 s.d 2008 ... 73
Lampiran v Statistik Deskriptif ... 74
Lampiran vi Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram ... 65
Lampiran vii Hasil Uji Normalitas dengan Normal Probability Plot.... 66
Lampiran viii Hasil Uji Normalitas dengan Nonparametric test Kolmogorov-Smirnov ... 67
Lampiran ix Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot ... 68
Lampiran x Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ... 69
Lampiran xi Hasil Uji Autokorelasi ... 70
Nomor Judul Halaman
Lampiran xiii Hasil Regresi Sebelum Transformasi dengan
Logaritma Natural ... 72
Lampiran xiv Hasil Regresi Setelah Transformasi dengan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah sistem self assessment berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Medan Petisah. Metodologi penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain peneltian kausal, dengan jumlah sampel 60 dari tahun 2005 sampai dengan 2009. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data yang digunakan meliputi NPWP, SSP PPh 25, serta Penerimaan PPh 25. Data diperoleh dari KPP Pratama Medan Petisah. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinieritas. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda, dengan uji F, uji t dan uji koefisien determinasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial NPWP berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan, dan SSP PPh 25 berpengaruh signifikan positif terhadap penerimaan pajak penghasilan. Secara simultan NPWP dan SSP PPh 25 berpengaruh secara signifikan positif terhadap penerimaan pajak penghasilan.
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the significant impact of self assessment system toward Income Tax Received. The method of this minithesis is a causal research design, with 60 sample from 2005 until 2009 . This research utilizes secondary data. The data consists of NPWP, SSP PPh 25, and Income Tax Received. The data are taken from Pratama Tax Serve Office, Medan Petisah. The data which have already collected are processed with classic asumption test before hypothesis test. Clasis assumption tests that being used were normally test, heteroscedasticity test, autocorrelation test, and multicolinierity test. Hypothesis test in this research use double regression with t test, F test and coefficient determination test.
The result of this research show that partially NPWP have significant impact to the Income Tax Received. Whereas, SSP PPh 25 also have positive significant impact to the Income Tax Received. NPWP and SSP PPh 25 have a positive significant impact to the Income Tax Received simultaneously.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan sumber penerimaan yang paling potensial di Indonesia.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007
bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan pengertiannya
pajak adalah iuran wajib yang diberlakukan pada setiap wajib pajak atas obyek
pajak yang dimilikinya dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah. Penerimaan dari sektor pajak terbagi menjadi dua golongan, yaitu dari pajak langsung
contohnya pajak penghasilan dan dari pajak tidak langsung contohnya pajak
pertambahan nilai, bea materai, bea balik nama. Pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan,
selain itu juga berfungsi untuk mengatur pembangunan dan penyelenggaraan
negara. Oleh karena itu, pajak perlu dikelola secara seksama, dengan
meningkatkan peran serta seluruh lapisan masyarakat dan dari aparatur perpajakan
itu sendiri.
Untuk mendukung tercapainya target penerimaan negara dari sektor pajak ini,
pemerintah mengadakan suatu reformasi di bidang perpajakan (tax reform), yang
sebelumnya sudah ada. Termasuk didalamnya diterapkan sistem pembayaran dan
pelaporan pajak yaitu Self Assessment System yang memberikan wewenang
sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang
terutang setiap tahunnya sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan yang
ada. Self Assessment System berlaku pada Pajak Penghasilan atau yang biasa
disebut dengan PPh. Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada
obyek pajak atas penghasilannya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan
terhadap orang atau badan usaha yang memperoleh penghasilan di Indonesia..
Dilihat dari segi penerimaan, Pajak Panghasilan dapat membantu negara
dalam membiayai pengeluaran. Salah satunya PPh Pasal 25 yang dihitung dan
dibayar tiap bulan sendiri oleh Wajib Pajak. PPh Pasal 25 adalah salah satu PPh
yang menerapkan Self Assessment System. Sistem ini berdampak pada
diberikannya kepercayaan sekaligus dituntutnya peran serta masyarakat sebagai
Wajib Pajak, untuk secara aktif melaksanakan kewajiban perpajakannya. Mulai
dari mendaftarkan diri, menghitung, memperhitungkan, membayar, serta
melaporkan jumlah pajak terutangnya melalui media SPT (Surat Pemberitahuan),
dan SSP (Surat Setoran Pajak). SPT digunakan Wajib Pajak untuk melaporkan
pajak terutang mereka ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Sedangkan SSP adalah
surat yang digunakan WP untuk menyetor pajak terutang ke Bank, kemudian
pihak Bank yang akan berkoordinasi dengan KPP dengan menyerahkan SSP
tersebut sebagai arsip. Dengan kata lain SSP ini disebut sebagai tanda bukti Wajib
Pajak telah membayar pajak yang disetorkan ke Bank. Sebelumnya mereka harus
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak dituntut secara aktif belajar
atau mengetahui isi dan maksud suatu peraturan perpajakan dengan baik.
Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi masyarakat untuk mengetahui sistem
pemungutan Self Assessment, baik mengenai tarif pajak yang berlaku, tata cara
pembayaran dan pelaporan pajak penghasilan. Kesemuanya itu telah diatur dalam
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983, sebagaimana telah diperbaharui dengan
Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh), dan
disempurnakan kembali dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
Sumatera Utara khususnya Medan sebagai ibukota merupakan wilayah yang
memiliki potensi sangat besar dalam meningkatkan penerimaan negara khususnya
dari sektor perpajakan. Maka dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak selaku fiskus
harus meningkatkan kinerjanya. Salah satunya dengan melakukan sosialisasi
terhadap pelaksanaan sistem self assessment ini. KPP Pratama Medan Petisah
yang berada di bawah naungan Dirjen Pajak merupakan salah satu Kantor
Pelayanan Pajak di Medan yang telah melaksanakan sistem adminisrasi,
pelayanan, maupun situasi kerja yang baik. KPP tersebut melakukan fungsi
pengawasan dan pembinaan, melakukan monitoring masayarakat apakah telah
melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan Undang-Undang
Perpajakan. Adapun wilayah kerja yang dicakup oleh KPP Pratama Medan
Petisah ini cukup luas meliputi Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan
Helvetia, dan Kecamatan Medan Sunggal.
Berdasarkan berbagai kondisi yang ada, terlihat bahwa wilayah kerja yang
meningkatkan penerimaan pajak sesuai dengan target penerimaan yang ingin
dicapai. Oleh karena itu keberadaan KPP Medan Petisah ini sangatlah penting
untuk dapat menyerap semua potensi penerimaan pajak yang ada. KPP harus
menjadi mediator bagi Wajib Pajak dengan sistem pajak yang sedang
diberlakukan. Karena tak dipungkiri, sebagai kantor pelayanan, mereka harus
mampu melayani masyarakat. Wajib Pajak yang ingin membuat NPWP, juga
harus berhubungan dengan kantor ini. Begitupun halnya dengan Surat Setoran
Pajak yang dilaporkan tiap bulan oleh WP. Segala jenis arsip yang berhubungan
dengan kewajiban perpajakan oleh WP tersimpan rapi di KPP tersebut.
Maka atas dasar uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan pada KPP Pratama Medan Petisah“.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar berlakang dan identifikasi permasalahan di atas, maka
dalam penelitian ini perumusan masalah yang diajukan adalah : “Apakah NPWP
dan SSP PPh Pasal 25 berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap
penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP)
Medan Petisah ?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap penerimaan Pajak
Penghasilan pada KPP Pratama Medan Petisah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan serta manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peneliti
Peneliti dapat memberikan pengalaman baru, pengetahuan, serta aplikasi
langsung di dalam memahami materi pengaruh penerapan self assessment
system terhadap penerimaan Pajak Penghasilan pada KPP Pratama Medan
Petisah.
2. Instansi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi pelengkap atau
masukan sekaligus pertimbangan bagi pihak-pihak yang berwenang yang
berhubungan dengan penelitian ini dalam penetapan kebijakan pada
pelaksanaan atau penggunaan suatu sistem pemungutan yang diterapkan
pada Pajak Penghasilan untuk dapat mengoptimalkan penerimaan pajak
negara.
3. Peneliti lainnya
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian dan Fungsi Pajak
Pajak menurut Soemitro dalam Ilyas dan Suhartono (2007 : 2) adalah
”iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal-balik (kontra prestasi), yang
langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran-pengeluaran umum.
Menurut Adriani dalam Ilyas dan Suhartono (2007 : 2) yaitu :
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Angka 1 disebutkan
arti pajak adalah “ kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasrkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Dari pengertian pajak yang telah disampaikan di atas, secara teoritis dapat
dilihat bahwa pajak memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan negara dan
fungsi budgeter, dan fungsi regulerend.
a. Fungsi Budgeter (Sumber Keuangan Negara)
Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti PPh, PPN, PPnBM, PBB, dan lain-lain.
b. Fungsi Regulerend (Pengatur)
Artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Contohnya : Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat transaksi jual beli barang mewah. Semakin mewah suatu barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah).
2. Jenis Pajak
Menurut Resmi (2005 : 6) terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongannya,
menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutannya.
a. Menurut Golongannya.
1) Pajak Langsung merupakan pajak yang harus dipikul dan ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain.
Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).
2) Pajak Tidak Langsung merupakan pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
b. Menurut Sifatnya.
1) Pajak Subjektif merupakan pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.
Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).
atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.
Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN). c. Menurut Lembaga Pemungutannya.
1) Pajak Negara (Pusat) merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya.
Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).
2) Pajak Daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membayai rumah tangga daerah masing – masing.
Contohnya :
a) pajak daerah tingkat I (Propinsi) : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,
b) pajak daerah tingkat II (Kabupaten/Kotamadya) : Pajak Pembangunan I, Pajak Penerangan Jalan, Pajak atas Reklame.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Resmi (2005: 10) menyatakan bahwa dalam pemungutan pajak dikenal
beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu :
a. Official Assesment System merupakan suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku,
b. Self Assesment System merupakan sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Dalam hal ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan pemungutan pajak berada di tangan Wajib Pajak,
c. With Holding System merupakan sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku.
4. Self Assesment System
“Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib
Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku” (Djuanda
dan Lubis, 2002 : 65). Dalam hal ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta
pelaksanaan pemungutan pajak berada di tangan Wajib Pajak. Aparat pajak
hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui
kepatuhan Wajib Pajak.
Cikal bakal sistem self assessment ini pada dasarnya sudah mulai
diterapkan di Indonesia sejak tahun 1967 melalui Undang-Undang No.8 tahun
1967, tentang tata cara pemungutan pajak atas Pajak Pendapatan, Pajak
Perseroan dan Pajak Kekayaan, yang lebih dikenal dengan sistem Menghitung
Pajak Sendiri atau Menghitung Pajak Orang (MPS/MPO). Akan tetapi dalam
pelaksanaannya ternyata sistem ini tidak membuahkan hasil yang diharapkan,
bahkan penerimaan dari sektor pajak justru menurun. Dapat dikatakan bahwa
pemungutan pajak dengan sistem MPS/MPO gagal, karena tidak didukung
dengan sikap yang jujur dari Wajib Pajak serta pengawasan yang intensif dan
akurat dari pihak pemerintah /administrasi pajak. Selain itu sanksi yang
diterapkan juga tidak efektif dijalankan.
Kegagalan sistem tersebut tidak menyurutkan optimisme aparat pajak
untuk membangun sistem perpajakan modern dan menjadikan pemerintah dan
berbagai kalangan mendukung konsep self assessment ini sebagai sesuatu
self assessment yang digunakan sejak reformasi perpajakan 1983 sangat ideal
bagi sistem perpajakan Indonesia. Disebut ideal karena sistem tersebut di
berlakukan di lingkungan sosial yang ketika itu masih memiliki pengetahuan
dan kesadaran perpajakan yang relatif rendah. Di lingkungan itu masih banyak
masyarakat yang memandang pajak secara negatif, sehingga masyarakat
berusaha untuk menghindarinya.
Dalam rangka melaksanakan sistem self assessment ini diperlukan
beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan dari
pelaksanaan sistem pemungutan ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
Suandy (2002 : 95) yaitu :
a. Kesadaran Wajib Pajak (Tax Consciousness),
Kesadaran Wajib Pajak artinya Wajib Pajak mau dengan sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya seperti mendaftarkan diri, menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak terutangnya, b. Kejujuran Wajib Pajak,
Kejujuran Wajib Pajak artinya Wajib Pajak melakukan kewajibannya dengan sebenar-benarnya tanpa adanya manipulasi, hal ini dibutuhkan di dalam sistem ini karena fiskus memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang,
c. Kemauan membayar pajak dari Wajib Pajak (Tax Mindedness),
Tax Mindedness artinya Wajib Pajak selain memiliki kesadaran akan
kewajiban perpajakannya, namun juga dalam dirinya memiliki hasrat dan keinginan yang tinggi dalam membayar pajak terutangnya,
d. Kedisiplinan Wajib Pajak (Tax Discipline),
Kedisiplinan Wajib Pajak artinya Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya dilakukan dengan dengan tepat waktu sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Azas pemungutan ini membawa konsekuensi tersendiri bagi Wajib Pajak.
Konsekuensi yang ditimbulkan oleh self assessment system ini, Wajib Pajak
diwajibkan untuk mendaftarkan diri, menghitung, melaporkan dan meyetorkan
penghitungan, pelaporan, serta penyetoran tersebut sebagaimana yang
dikemukakan oleh Gunadi (2002 : 33) antara lain :
1) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
2) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara atau ke tempat pembayaran lain yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
3) Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda,
4) Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang digunakan untuk menjadi dasar jumlah pajak yang harus dibayar, atau pajak kurang bayar tambahan, atau pajak lebih bayar, dan pajak nihil,
5) Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan untuk membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak atau surat tagihan pajak, 6) Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan
terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
Selain itu juga terdapat hambatan-hambatan terhadap pelaksanaan
pemungutan pajak yang dapat dikelompokkan menjadi dua sebagaimana yang
diungkapkan Waluyo (2006 : 56) yaitu perlawanan pasif dan perlawanan aktif.
a) Perlawanan pasif.
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain :
(1) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat,
(2) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat, (3) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan
baik.
b) Perlawanan aktif .
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain :
(2) Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara
melanggar Undang-undang (menggelapkan pajak).
5. Pajak Penghasilan
Gustian dan Lubis (2001 : 18) mengungkapkan bahwa :
Pajak penghasilan dikenakan kepada Subek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak. Apabila seseorang atau badan hukum termasuk subjek pajak, dan menerima penghasilan yang merupakan objek pajak, maka Subjek Pajak tersebut menjadi Wajib Pajak. Oleh karena itu, wajib mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan wajib membayar pajak penghasilan.
Menurut golongannya pajak penghasilan digolongkan kepada pajak
langsung dikarenakan pajak ini harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan
tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada pihak lain. Dan menurut
sifatnya, Pajak Penghasilan adalah pajak subjektif, yaitu pajak yang
berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak. Sedangkan berdasarkan lembaga pemungutnya
Pajak Penghasilan termasuk kedalam pajak pusat ( pajak negara ) yaitu pajak
yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga negara.
Dalam penelitian ini difokuskan pada Pajak Penghasilan Pasal 25 yaitu
ketentuan yang mengatur tentang perhitungan besarnya angsuran bulanan
pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun
pajak berjalan. Angsuran pajak penghasilan Pasal 25 tersebut dapat dijadikan
sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan
Pemberitahuan (SPT) Tahunan pajak penghasilan.
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak pengahasilan
yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun
pajak yang lalu dikurangi dengan :
a. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaiman
dimaksud dalam pasal 22,
b. Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,
c. Dibagi 12 ( dua belas ) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun
pajak.
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
untuk bulan – bulan sebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan, sama dengan besarnya angsuran pajak untuk
bulan terakhir tahun pajak yang lalu.
PPh Pasal 25 ini mengatur tentang perhitungan besarnya angsuran bulanan
yang harus dibayar oleh Wajib Pajak sendiri dalam tahun berjalan. Pajak
penghasilan PPh Pasal 25 harus dibayar/disetorkan paling lambat tanggal 15
bulan takwin berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Wajib pajak diwajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
paling lambat dua puluh hari setelah masa pajak dalam bentuk Surat Setoran
Orang pribadi yang tidak melakukan usaha atau pekerjaan bebas dan
apabila besarnya PPh Pasal 25 menurut SPT Tahunan adalah nihil, tidak
mempunyai kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25.
Adapun yang menjadi dasar hukum pemungutan PPh Pasal 25 menurut
Ilyas dan Suhartono (2007: 233) yaitu :
1) Pasal 25 Undang – undang No. 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang No. 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan ( UU PPh ) dan diperbarui lagi menjadi Undang- undang No. 36 Tahun 2008 yang mulai berlaku per 1 Januari 2009,
2) Keputusan Mentri Keuangan No. 522/KMK.04/2000 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi, BUMN, BUMD dan Wajib Pajak Lainnya Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu,
3) Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-537/PJ./2000 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak dalan Tahun Pajak Berjalan Dalam Hal – Hal Tertentu,
4) Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-210/PJ./2001 tentang Angsuran Bulanan Pajak Penghasilan Pasal 25 Dalam Masa Transisi Tahun Pajak 2001,
5) Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-207/PJ./2001 tentang Kewajiban Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 25 Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi.
6. Pembayaran Pajak dan Surat Setoran Pajak (SSP)
Wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan
Self Assessment System wajib melakukan sendiri penghitungan, pembayaran,
dan pelaporan pajak terutang.
Suran Setoran Pajak (SSP) menurut Resmi (2005 : 31) adalah ”Surat yang
oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran.
Cukai, dan Pajak dalam Rangka Impor), dan SSCP (Surat Setoran Cukai atas
Barang Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri)”
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus untuk dibahas adalah SSP
Standar yang selalu digunakan oleh Wajib Pajak khususnya Orang Pribadi
dalam melaksanakan kewajibannya. Menurut Resmi (2005 : 31) SSP Standar
memiliki kriteria sebagai berikut:
Digunakan sebagai bukti pembayaran dengan bentuk, ukuran, dan isi sebagaimana ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. SSP standar dibuat rangkap lima yang peruntukannya sebagai berikut :
a. Lembar ke-1 : Untuk Arsip Wajib Pajak
b. Lembar ke-2 : Untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
c. Lembar ke-3 : Untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke KPP d. Lembar ke-4 : Untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran
e. Lembar ke-5 : Untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
7. Nomor Pokok Wajib Pajak
Menurut Diana (2004 : 3) ”Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang
diberikan kepada Wajib Pajak pajak yang terutang ke kas negara melalui
Kantor Penerima Pembayaran. sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.”
Wajib Pajak yang telah terdaftar akan memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP). NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan
Kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan Kode Administrasi
Perpajakan. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lambat 1 bulan setelah usaha
dijalankan. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas, apabila sampai dengan satu bulan memperoleh penghasilan
yang jumlahnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun, wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling
lambat pada akhir bulan berikutnya.
Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP ke Kantor
Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
usaha dibeberapa tempat juga wajib mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana
semua kegiatan usaha Wajib Pajak tersebut berada.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagai perbandingan dari penelitian ini akan dibahas beberapa penelitian
terdahulu, antara lain :
Tabel 2.1
Tinjauan Peneliti Terdahulu
Nama Judul Variabel yang
Admin PPN yang disetorkan
Ketiga variabel Assesment System
Terhadap
Sumber : Diolah oleh Peneliti, 2010
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya Sari (2009)
dengan variabel dependen dan independen yang sama. Adapun hal yang menjadi
perbedaan dari penelitian ini dengan peneliti terdahulu antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di KPP Pratama Medan Petisah, sedangkan
peneliti terdahulu melakukan penelitian di KPP Pratama Medan Barat.
2. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah selama
lima tahun yakni dari 2005-2009. Sementara peneliti sebelumnya hanya
dimulai dari tahun 2004-2008.
3. Jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 60 sampel,
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model konseptual bagaimana teori
tersebut akan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai masalah penting.
Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai konsep
teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Dengan diberlakukannya
sistem self assessment terhadap pajak penghasilan, maka Wajib Pajak dituntut
untuk lebih aktif baik dalam mendaftarkan dirinya, menghitung , melaporkan
dan menyetorkan sendiri kewajiban perpajakannya. Pemerintah dalam hal ini
aparat pajak hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk
mengetahui kepatuhan Wajib Pajak.
Sistem Self Assessment dalam penelitian ini diwakili oleh variabel jumlah
NPWP yang merupakan bentuk dari kesadaran Wajib Pajak dalam
mendaftarkan dirinya dan SSP PPh Pasal 25 yang merupakan perwujudan dari
kesadaran Wajib Pajak dalam menghitung dan menyetorkan sendiri kewajiban
perpajakannya terhadap penerimaan pajak penghasilan khusunya pajak
penghasilan pada Wajib Pajak orang pribadi dalam penelitian ini.
Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2007 : 38) ”hipotesis merupakan proposisi yang
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris, dan hipotesis
merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan
tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.”
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang diuraikan
sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis penelitian untuk menguji apakah
secara statistik Variabel Bebas NPWP (X1) dan SSP PPh pasal 25 (X2)
berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah. NPWP
( X1 )
SSP PPh Pasal 25
( X2 )
Pajak Penghasilan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian assosiatif kausal yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara suatu variabel
dengan variabel yang lainnya (Sugiyono, 2005 : 11). Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh NPWP dan SSP PPh Pasal 25
sebagai variabel independen terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP
Pratama Medan Petisah sebagai variabel dependen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya“(Sugiyono, 2005 : 72). Yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar
pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah pada periode tahun
2005-2009.
Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi (Erlina, 2007 : 74). Metode pengambilan sampel dilakukan
dengan simple random sampling, dengan jumlah 60 sampling yang dibagi-bagi
menurut wilayah cakupan KPP Pratama Medan Petisah. Penelitian ini
menggunakan data sekunder dimana arsip data yang diteliti adalah sepanjang
mengenai jumlah penerimaan PPh per bulan, jumlah NPWP per bulan dan jumlah
SSP PPh Pasal 25.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak lain. Data sekunder yang
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah jumlah NPWP per bulan, SSP
PPh Pasal 25 yang dilaporkan, jumlah penerimaan PPh pada wajib pajak orang
pribadi per bulan serta data lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
Selain data tersebut di atas, juga dilakukan studi literature sebagai data
pendukung penelitian ini yang diperoleh dari buku-buku.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data sekunder
dan studi kepustakaan.
a. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari peraturan–peraturan perpajakan
dan laporan-laporan yang berkaitan dengan perpajakan. Arsip data ini
meliputi keterangan mengenai jumlah penerimaan PPh per bulan, jumlah
NPWP per bulan dan jumlah SSP PPh Pasal 25 sepanjang kurun waktu
2005 sampai 2009.
b. Studi kepustakaan dalam hal ini adalah dengan membaca dan mempelajari
diteliti. Tujuan dari studi ini adalah dengan membandingkan kenyataan di
lapangan dengan teori yang ada.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel
terikat (dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel NPWP dan
SSP PPh Pasal 25. Sedangkan variabel terikatnya adalah Penerimaan Pajak
Penghasilan.
Tabel VII.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala
Independen
1. NPWP
2. SSP PPh Pasal 25
Nomor Pokok Wajib Pajak
adalah nomor yang
diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak wujud nyata dari sistem
self assessment yaitu
sarana bagi Wajib Pajak untuk menghitung dan Pajak pada bagian PDI
Besarnya jumlah SSP PPh Pasal 25 yang menyetorkan pajaknya dapat dilihat dari Laporan Penerimaan Pajak pada bagian PDI
Rasio
Dependen
Penerimaan Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada Subek Pajak atas penghasilan yang diterima
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan SPSS. Peneliti melakukan terlebih dahulu
uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
Pengujian asumsi klasik tersebut meliputi :
1. Uji normalitas
Menurut Ghozali (2005 : 110), “uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal.
Uji normalitas perlu dilakukan untuk menentukan alat statistik yang
dilakukan, sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak, yaitu analisis grafik dan analisis statistik.
a. Analisis grafik.
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
b. Analisis statistik.
Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis
dan nilai Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk
menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S), Jika tingkat signifikansinya > 0,05, maka
data itu terdistibusi normal dan dapat dilakukan model regresi berganda.
Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau
merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat
dilihat dari :
1) Nilai Sig. Ata signifikan atau probabilitas < 0,05,maka distribusi data
adalah tidak normal,
2) Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data
adalah normal.
Distribusi yang melanggar asumsi normalitas dapat dijadikan menjadi
bentuk yang normal dengan beberapa cara melalui :
a. Melakukan transformasi data, misalnya mengubah data menjadi bentuk
logaritma (Log) atau Logaritma Natural(Ln).
b. Menambah jumlah data.
c. Menghilangkan data yang dianggap sebagai penyebab tidak normalnya
data.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas
dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas.
Dalam menguji heteroskedastisitas, penulis menggunakan uji glejser dan
memperhatikan hasil output SPSS. Jika variabel independen signifikan < 0,05
maka Ha diterima (ada heteroskedastisitas) dan jika signifikan > 0,05 maka
Ho diterima (tidak ada heteroskedastisitas).
3. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model regresi linear
ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode satu dengan periode
sebelumya (Ghozali, 2005). Autokorelasi terjadi karena observasi yang
berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini
sering ditemukan pada data runtut waktu (time series). Model regresi yang
baik adalah model yang tidak terdapat autokorelasi. Untuk mendeteksi
masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW).
Secara umum keputusan ada atau tidaknya autokorelasi bisa diambil
patokan sebagai berikut :
b) Bila nilai D-W di antara -2 sampai +2, maka tidak ada autokorelasi,
c) Bila nilai D-W di atas +2, maka ada autokorelasi negatif.
4. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen. Untuk
mendeteksinya dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan
nilai toleransi. Pada pengujian ini regresi yang bebas multikolinearitas adalah
yang mempunyai nilai VIF kurang dari 5 serta nilai Tolerance lebih dari 0,1.
Cara untuk mengatasi jika terjadi multikolinearitas, yaitu :
a) Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai
korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel independen
lainnya untuk membantu prediksi,
b) Menggabungkan data cross section dan time series (pooling data)
c) Menambah data penelitian
G. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis (Ha) metode analisis yang digunakan adalah regresi
berganda, karena menyangkut dua buah variabel independen dan satu buah
variabel dependen.
Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis dengan formulasi sebagai
berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + е
Dimana ;
Y = Penerimaan Pajak Penghasilan
a = konstanta
X1 = NPWP
X2 = SSP PPh Pasal 25
b1 = Koefisien Regresi NPWP
b2 = Koefisien Regresi SSP PPh Pasal 25
e = Variabel pengganggu (error)
Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan t-test, F-test, dan Koefisien
Determinasi (R2).
1. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian
dilakukan menggunakan uji t dengan tingkat pengujian pada α 5% derajat
kebebasan (degree of freedom) atau df = (n – k). Bentuk pengujiannya adalah:
Ho : b1 , b2 = 0, artinya NPWP dan SSP PPh 25 secara parsial tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan,
Ha : b1, b2 ≠ 0, artinya NPWP dan SSP PPh 25 secara parsial mempunyai
Kriteria pengambilan keputusan :
Ho diterima jika t hitung < t tabel
Ha diterima jika t hitung > t tabel
2. Uji Signifikan Simultan (Uji – F)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara
signifikan. Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan
membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang
digunakan yaitu 0,05.
Ho : b1 , b2 = 0, artinya NPWP dan SSP PPh 25 secara bersama-sama tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan,
Ha : b1, b2 ≠ 0, artinya NPWP dan SSP PPh 25 secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan,
Kriteria pengambilan keputusan :
Ho diterima jika F hitung < F tabel
Ha diterima jika F hitung > F tabel
3. Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi
naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinasi berkisar antara nol
s.d satu ( 0 ≤ R2 ≤ 1). Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak adanya
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2
semakin mendekati 1, menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen, dan bila R2 semakin kecil mendekati
nol maka dapat dikatakan semakin kecil pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.
H. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah,
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian 1. Data Penelitian
a. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah
Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak-Departemen Keuangan melakukan modernisasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi
perpajakan (tax reform) dan reformasi birokrasi. Dilakukan perubahan
paradigma perpajakan dengan mengedepankan aspek pelayanan kepada
Wajib Pajak, yang diimbangi dengan pengawasan dan konsultasi. Untuk
implementasinya dibentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern dengan
tiga model, yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama.
Salah satunya adalah KPP Pratama Medan Petisah yang terletak di Jalan
Asrama No.7A Medan.
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-95/PJ/2008 tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP
Pratama di Lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Pratama Medan
Petisah ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008. KPP Pratama
Medan Petisah berada dibawah Lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I,
yang memiliki kedudukan, tugas, fungsi, dan struktur organisasi sebagai
b. Kedudukan, Tugas, Fungsi, Struktur Organisasi, dan Wilayah Kerja.
KPP Pratama Medan Petisah adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal
Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Kantor Wilayah yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor.
1) Tugas
Dalam kedudukannya tersebut, KPP Pratama Medan Petisah
mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan
pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPn BM, PBB, BPHTB,
PTLL, dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2) Fungsi
Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama Medan Petisah
menyelenggarakan fungsi :
a) Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan
b) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan
/pengolahan Surat Pemberitahuan, dan penerimaan surat lainnya
c) Penyuluhan perpajakan
d) Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak
e) Pelaksanaan pemeriksaan pajak
g) Pelaksanaan konsultasi perpajakan
h) Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi
i) Pelaksanaan administrasi KPP.
3) Struktur Organisasi
Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan
sistematika mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi, dan wewenang
serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Tujuannya yaitu untuk membina keharmonisan
kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk
mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.
Gambar 4.1
KPP Pratama Medan Petisah dipimpin oleh seorang Kepala Kantor
yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. KPP Pratama Medan Petisah terdiri
dari sembilan seksi, dimana masing-masing seksi mempunyai
Koordinator Pelaksana dan satu Kantor Penyuluhan dan Pengamatan
Potensi Pajak (KP4). Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi.
Secara ringkas susunan Organisasi KPP Pratama Medan Petisah :
a) Sub Bagian Umum
b) Seksi Pengolahan Data dan Informasi
c) Seksi Pelayanan
d) Seksi Penagihan
e) Seksi Pemeriksaan
f) Seksi Ekstensifikasi
g) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
h) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
i) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
j) Kelompok Jabatan Fungsional
4) Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Petisah
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, meliputi :
a. Kecamatan Medan Petisah
b.Kecamatan Medan Helvetia
Sementara itu kantor dengan wilayah kerja yang baru (KPP Pratama),
terdiri dari ;
1) KPP PRATAMA MEDAN TIMUR, meliputi tiga kecamatan.
a. Kecamatan Medan Timur.
b. Kecamatan Medan Perjuangan.
c. Kecamatan Medan Tembung.
2) KPP PRATAMA MEDAN KOTA, meliputi empat kecamatan.
a. Kecamatan Medan Kota.
b. Kecamatan Medan Denai.
c. Kecamatan Medan Area.
d. Kecamatan Medan Amplas.
3) KPP PRATAMA MEDAN POLONIA, meliputi enam kecamatan.
a. Kecamatan Medan Johor.
b. Kecamatan Medan Maimun.
c. Kecamatan Medan Barat.
d. Kecamatan Medan Polonia.
e. Kecamatan Medan Tuntungan.
f. Kecamatan Medan Selayang.
4) KPP PRATAMA MEDAN BARAT, meliputi satu kecamatan.
a. Kecamatan Medan Barat.
5) KPP PRATAMA MEDAN PETISAH, meliputi tiga kecamatan.
a. Kecamatan Medan Helvetia.
c. Kecamatan Medan Sunggal.
6) KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN, meliputi tiga kecamatan.
a. Kecamatan Medan Labuhan.
b. Kecamatan Medan Deli.
c. Kecamatan Medan Belawan.
d. Kecamatan Medan Helvetia.
7) KPP PRATAMA BINJAI, meliputi satu kotamadya dan kabupaten
a. Kota Binjai.
b. Kabupaten Langkat.
8) KPP PRATAMA LUBUK PAKAM, meliputi satu kabupaten.
a. Kabupaten Deli Serdang.
c. Mandat yang diberikan
Dalam melaksanakan tugas sebagai pengemban penerimaan APBN, KPP
Pratama Medan Petisah sebagai instansi vertikal di bawah Direktorat
Jenderal Pajak, secara langsung mendapat mandat mengumpulkan dana bagi
pembiayaan negara (APBN).
d. Peran Strategis KPP Pratama Medan Petisah
Wilayah kerja KPP Pratama Medan Petisah mencakup seluruh
kecamatan Medan Helvetia, Medan Petisah, dan Medan Sunggal. Wilayah
Ekonomi Kecamatan Medan Petisah terdiri dari dua sektor yaitu
perdagangan dan pemukiman penduduk baik berupa komplek perumahan
sepanjang Jalan Jend. Gatot Subroto, Jl. Sekip, Jl. Kapten Muslim. Wilayah
Pemukiman meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Medan Helvetia,
Medan Petisah dan Medan Sunggal.
e. Sumber Daya Manusia
Aspek kepegawaian yang mendukung operasional KPP Pratama Medan
Petisah dapat digambarkan sebagai berikut :
1) Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.1
Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan
Sumber : KPP Pratama Medan Petisah
2) Berdasarkan Pangkat/Golongan
Tabel 4.2
Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Pangkat/Golongan Pangkat/Golongan
3) Berdasarkan Jabatan
Tabel 4.3
Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Jabatan Jabatan
Sumber : KPP Pratama Medan Petisah
f. Rencana Strategi dan Rencana Kinerja 1). Rencana Strategi
a) Visi dan Penjelasannya
Sebagaimana kebijakan yang telah dicanangkan oleh Kantor Pusat
DJP, Visi KPP Pratama Medan Petisah adalah ‘Menjadi Model
Pelayanan Masyarakat yang Menyelenggarakan Sistem dan
Manajemen Perpajakan Kelas Dunia yang Dipercaya dan
Dibanggakan Masyarakat’.
Visi tersebut merefleksikan cita-cita KPP Pratama Medan Petisah
untuk menjadi public service yang berstandar internasional/dunia
baik dari sisi kualitas aparat maupun manajemennya sehingga
eksistensi dan kinerjanya mampu memenuhi harapan masyarakat
b) Pernyataan Misi dan Penjelasannya
Misi Direktorat Jenderal Pajak dibedakan menjadi 4 (empat) aspek
atau bidang.
1. Misi Fiskal, yaitu menghimpun penerimaan Dalam Negeri dari
sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan
pemerintah berdasarkan Undang-undang Perpajakan dengan
tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi.
2. Misi Ekonomi, yaitu mendukung kebijaksanaan pemerintah
dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan
kebijaksanaan perpajakan yang meminimalkan distorsi.
3 Misi Politik, yaitu mendukung proses demokratisasi bangsa.
4. Misi Kelembagaan, yaitu senantiasa memperbaharui diri,
selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan
serta administrasi perpajakan muktahir.
Misi tersebut sebagai suatu pernyataan tujuan keberadaan
(eksistensi), tugas, fungsi, peranan dan tanggung jawab DJP c.q.
KPP Pratama Medan Petisah sebagaimana diamanatkan dalam UU
dan Peraturan serta kebijaksaan pemerintah dengan dijiwai
prinsip-prinsip dan nilai-nilai strategis organisasi di berbagai
bidang.
c) Tujuan
Tujuan merupakan penjabaran dari misi dan merupakan sesuatu
pendek atau jangka panjang. Oleh karena itu sebagai penjabaran visi
dan misi yang telah ditetapkan, KPP Pratama Medan Petisah
memiliki tujuan jangka pendek sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan KPP Pratama Medan Petisah dalam
penguasaan teknologi dan penggalian potensi pajak.
2. Meningkatkan citra aparat pajak dengan meningkatkan moral
dan integritas aparat pajak dan mengubah sikap penguasa
menjadi sikap abdi masyarakat.
Sedangkan tujuan jangka panjang adalah :
1. Mewujudkan sistem self assessment yang mantap.
2. Menopang tercapainya tax ratio, tax coverage ratio dan
compliance ratio yang cukup tinggi.
3. Mewujudkan terbentuknya pelayanan prima bagi Wajib Pajak
dengan orientasi kepuasan pelanggan dan peningkatan
pemahaman Wajib Pajak atas segala hak dan kewajibannya.
d) Sasaran
Sasaran KPP Pratama Medan Petisah adalah terealisasinya target
penerimaan yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat DJP sebesar Rp
127,97 Miliar.
e) Kebijakan
Demi tercapainya tujuan dan sasaran berdasarkan visi dan misi
yang telah ditetapkan, KPP Pratama Medan Petisah telah mengambil
dijadikan pedoman, petunjuk atau pegangan bagi setiap usaha
kegiatan yang dilaksanakan yaitu:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan
2. Mengamankan pencapaian rencana penerimaan pajak
3. Terciptanya masyarakat sadar dan peduli pajak
f) Program
Program kegiatan yang telah dicanangkan adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas pelayanan ;
2. Pencapaian rencana penerimaan.
2). Rencana Kinerja
Tabel 4.4
Rencana Kinerja KPP Pratama Medan Petisah
Program Kegiatan
Uraian Indikator Pencapaian Kinerja
Peningkatan Kualitas Pelayanan
Penataan outlet Ruang Tersedianya ruang kerja Pengadaan Komputer Tersedianya Komputer Pemeliharaan Terpeliharanya Gedung Mengusulkan Diklat Dapat mengikuti diklat
Melaksanakan In-House
intern Terlaksananya rotasi intern Melaksanakan
Administrasi Kepegawaian
Terpenuhinya hak dan kewajiban pegawai
Melaksanakan
pengelolaan Keuangan Terealisasinya anggaran kantor Memberikan pelayanan
restitusi
Dapat diselesaikannya Restitusi sesuai dengan standar waktu Menyelesaikan
permohonan keberatan
Dapat diselesaikannya
Program Kegiatan
Uraian Indikator Pencapaian Kinerja
standar waktu
Diperolehnya data dari instansi lain
Menerbitkan Surat Teguran
Dapat dicairkannya Tunggakan Pajak
Menerbitkan Surat Paksa Dapat dicairkannya Tunggakan Pajak
Melaksanakan Penyitaan Dapat dicairkannya Tunggakan Pajak
Pemeriksaan Terlaksananya pemeriksaan Melaksanakan equalisasi
peredaran usaha PPh – PPN
Program Kegiatan
Uraian Indikator Pencapaian Kinerja
Penyuluhan kewajiban kepada masyarakat Pencapaian
Rencana Penerimaan
BPHTB
Pengawasan pembayaran BPHTB dan Laporan dari Notaris
Dapat dibayarkan PBB sesuai dengan yang seharusnya terutang.
Sumber : KPP Pratama Medan Petisah
2. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif adalah ilmu statistik yang mempelajari cara-cara
pengumpulan, penyusunan dan penyajian data suatu penelitian. Tujuannya
adalah memudahkan orang untuk membaca data serta memahami maksudnya.
Berikut ini merupakan output SPSS yang merupakan keseluruhan data yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.5
Sumber : Diolah dari SPSS, 2010
Berikut ini data deskriptif yang telah diolah :
a. variabel NPWP (X1) memiliki nilai minimum 69,00, nilai maksimum
7.154,00, rata-rata NPWP 801,50 dan standar deviasi sebesar 1.331,954
b. variabel SSP PPh 25 (X2) memiliki nilai minimum 1.480,00, nilai
maksimum 2.247,00, rata-rata SSP 1.784,07 dan standar deviasi sebesar
197,365dengan jumlah sampel sebanyak 60,
c. variabel Peneriman PPH 25 (Y) memiliki nilai minimum 2,00, nilai
maksimum 5,00, rata-rata Penerimaan PPH 25 4,36 dan standar deviasi
sebesar 6,960 dengan jumlah sampel sebanyak 60.
3. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan telah terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas dengan
grafik histogram yang diolah dengan SPSS, normal probability plot serta
Kolmogorov-Smirnov Test ditunjukkan sebagai berikut:
Gambar 4.2 Histogram
Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa pada grafik histogram
di atas distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang melenceng
ke kiri (skewness) atau dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak normal.
Gambar 4.3 Normal P-P Plot
Sumber : Diolah dari SPSS, 2010
Hasil uji normalitas dengan menggunakan normal probability plot,
dimana terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta
penyebarannya kurang mengikuti garis diagonal sehingga dapat
disimpulkan bahwa data dalam model regresi tidak terdistribusi secara
Tabel 4.6
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa Mean .00
Std. Deviation 6.847E8 Most Extreme Differences Absolute .360
Positive .360
Negative -.308
Kolmogorov-Smirnov Z 2.790
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data
Sumber : Diolah dari SPSS, 2010
Dari data diatas diperoleh nilai Kolmogorov – Smirnov sebesar 2.790
dan signifikan pada 0.05 (karena p = 0.000 < dari 0.05). Hal ini berarti Ha
diterima dan Ho ditolak yang mengatakan bahwa residual tidak terdistribusi
secara normal atau dengan kata lain residual tidak berdistribusi normal.
Dengan demikian tidak dapat digunakan untuk melakukan Uji t dan Uji F.
Semua hasil pengujian melalui analisis grafik dan statistik di atas
menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak normal sehingga dilakukan
tindakan perbaikan yaitu dengan menggunakan transformasi seluruh
variabel penelitian ke dalam fungsi logaritma natural (Ln). Hasil pengujian