PENGARUH FAKTOR
SELF ASSESSMENT SYSTEM
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN
( Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta )
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh:
HANUNG TRI SUDADYO
B200090076
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENGARUH FAKTOR
SELF ASSESSMENT SYSTEM
TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN
( Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta )
oleh:
HANUNG TRI SUDADYO B 200 090 076
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan dan pengaruh jumlah SSP PPh Pasal 25 terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan menggunakan data Sekunder yang diperoleh dari KPP Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta periode tahun 2009-2012 dengan mengambil 48 sampel. Teknik pengumpulan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Teknik analisis data digunakan uji regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t, yang mana menunjukkan nilai thitung (2,488) lebih besar daripada ttabel (2,009) dengan nilai signifikansi 0,017 < α= 0,05 oleh karena itu H1 terdukung secara statistik. (2) Jumlah Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 25 yang dilaporkan berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Hal ini ditunjukan dari hasil uji t, yang mana menunjukan nilai thitung (4,198) lebih besar dari ttabel (2,009) dengan nilai signifikansi 0,000 < α= 0,05 oleh karena itu H2 terdukung secara statistik.
A. LATAR BELAKANG
Ditengah kondisi Indonesia yang sedang mengalami berbagai
permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi dan diperparah
dengan adanya krisis ekonomi global yang makin memperburuk situasi
ekonomi Indonesia, kenyataannya di tengah kondisi ekonomi yang tidak
stabil, pembangunan tetap harus berjalan dan permasalahan-permasalahan
baik di bidang ekonomi ataupun dibidang lain harus segera diatasi dengan
cepat dan tepat demi terciptanya kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Supaya
dapat bertahan dan memperbaiki kondisi ekonomi pemerintah harus
mengupayakan semua potensi penerimaan yang ada. Dari berbagai macam
potensi yang ada pajak memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan
negara. Pemasukan pajak diharapkan akan terus meningkat dengan
melakukan upaya-upaya seperti membuat kebijakan-kebijakan ekstensifikasi
dengan cara meningkatkan Obyek Pajak dan Jumlah Pajak, serta intensifikasi
perpajakan yang mengacu pada peningkatan kepatuhan dan kesadaran Wajib
Pajak. Pajak merupakan salah satu wujud kemandirian suatu bangsa dalam
pembiayaan pembangunan yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang
dan peraturan untuk tujuan kesejahteraan Bangsa dan Negara, dalam sektor
pajak terdapat dua penggolangan pajak, dari pajak langsung dan dari lajak
tidak langsung, dari berbagai jenis pajak yang ada, Pajak Penghasilan
memiliki potensi terbesar dan menjadi harapan pemerintah dalam
peningkatan Wajib Pajak maupun Penerimaan Pajak. Pajak Penghasilan
merupakan salah satu yang mererapkan self assessment system. Dengan adanya program ekstensifikasi diharapkan dapat meningkatkan penerimaan
pajak dengat meningkatnya jumlah Wajib Pajak dan jenis objek pajak.
Disertai dengan keberadaan program intensifikasi pemungutan pajak dapat
meningkat dengan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk membayar
pajak, meningkatkan upaya penegakan hukum serta upaya dalam
pajak ini pemerintah berharap agar pelaksanaan pemungutan pajak
penghasilan dapat berjalan dengan lebih mudah dan lancar.
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui apakah Jumlah Wajib Pajak berpengaruh terhadap
penerimaan Pajak Penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta.
2. Untuk mengetahui apakah Jumlah SSP PPh pasal 25 berpengaruh terhadap
penerimaan Pajak Penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta.
C. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Dasar Pajak
Terdapat lima teori pajak yang digunakan sebagai dasar bagi
negara untuk memungut pajak, dikutip dari buku Pengantar Ilmu Hukum
Pajak karya R. Santoso Brotodohardjo S. H.antara lain: Teori Asuransi,
Teori Kepentingan, Teori Asas Gaya Pikul, Teori Kewajiban Pajak
Mutlak, Teori Asas Gaya Beli.
2. Definisi Pajak
Dalam Undang-undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007 definisi
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3. Jenis Pajak
Menurut Resmi (2005: 6), terdapat berbagai jenis pajak,
mengelompokkan jenis pajak menjadi tiga tinjauan, yaitu:
a. Menurut Golongannya: Pajak langsung (PPh), Pajak tidak langsung (PPN).
b. Menurut Sifatnya: Pajak subyektif (PPh), Pajak Obyektif (PPN). c. Menurut Lembaga Pemungutnya: Pajak Negara (PPh), Pajak
daerah tingkat I/II (Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Penerangan
4. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mujiyati dan M. Abdul Aris (2011: 10), menyatakan
bahwa dalam pemungutan pajak di Indonesia dikenal beberapa sistem
pemungutan pajak, yaitu:
a. Official Assessment System
Yaitu wewenang pemungutan pajak ada pada fiskus sehingga
inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada pada fiskus.
Dalam sistem ini fiskus yang lebih aktif untuk mencari wajib pajak
untuk diberikan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) sampai pada
penetapan jumlah pajak yang terutang melalui penerbitan SKP (Surat
Ketetapan Pajak). Dengan demikian keberhasilan pelaksanaan
pemungutan pajak tergantung peran aktif fiskus.
b. Self Assessment System
Yaitu sistem yang memberikan wewenang untuk memenuhi
hak dan kewajiban ada pada wajib pajak sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini inisiatif untuk
melaksanakan kewjiban perpajakan baik menghitung,
memperhitungkan, membayar, melaporkan pajak yang dibayar serta
mempertanggungjawabkan pajak terutang ada pada wajib pajak.
Dengan demikian wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk
melaksanakan kewajiban perpajakan sehingga keberhasilan
pemungutan pajak tergantung pada kepatuhan wajib pajak.
c. With Holding System
Yaitu pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada
pihak ketiga untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku. Dengan sistem ini keberhasilan
dalam pemungutan pajak tergantung kedisiplinan pihak ketiga yang
5. Self Assessment System
“Merupakan sistem yang memberikan wewenang untuk memenuhi
hak dan kewajiban ada pada wajib pajak sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini inisiatif untuk melaksanakan
kewajiban perpajakan baik menghitung, memperhitungkan, membayar,
melaporkan pajak yang dibayar serta mempertanggungjawabkan pajak
terutang ada pada wajib pajak. Dengan demikian wajib pajak diberikan
kepercayaan penuh untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sehingga keberhasilan pemungutan pajak tergantung pada kepatuhan wajib pajak “ (Mujiyati dan M. Abdul Aris, 2011: 10). Dalam hal ini aparat pajak atau
fiskus hanya bertugas melaksanakan pengawasan dan penyuluhan untuk
mengetahui kepatuhan Wajib Pajak, sedangkan inisiatif dan kegiatan
menghitung serta pelaksanaan pemungutan pajak berapa di tangan Wajib
Pajak.
6. Wajib Pajak
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 2
mendefinisikan Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan perpajakan. Orang Pribadi merupakan
Subjek Pajak yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun
di luar Indonesia.
7. Surat Setoran Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 , pengertian Surat
Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang
telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan
dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan.
8. Pajak Penghasilan
Menurut Mujiyati dan M. Abdul Aris (2011: 30), Undang-undang
dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
darimanapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau
menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut. Undang-undang Pajak
Penghasilan tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber
tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis, tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut
untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah
untuk kegiatan rutin dan pembangunan.
D. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian assosiatif
kausal. Penelitian untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara
variabel, dalam penelitian ini berarti menganalisis dan membuktikan
pengaruh dari Jumlah Wajib Pajak dan Jumlah SSP PPh Pasal 25 sebagai
variabel yang mempengaruhi dengan variabel yang dipengaruhi yaitu
penerimaan pajak penghasilan.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini yaitu Wajib Pajak di Surakarta, Wajib
Pajak yang dimaksud adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta periode tahun
2009-2012. Sampel dalam penelitian ini jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan
per bulan, jumlah Wajib Pajak yang terdaftar dan jumlah SSP PPh Pasal
25 yang dilaporkan.
3. Data dan Sumber Data
Data yang diambil merupakan data yang terlebih dahulu diolah lebih
lanjut dan disajikan oleh pihak lain yang disebut dengan data sekunder
yaitu jumlah Wajib Pajak yang terdaftar, Jumlah SSP PPh Pasal 25 yang
Orang Pribadi per bulan serta data yang relevan dengan kebutuhan
penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Literatur
Yaitu dengan cara mencari dan membaca serta mempelajari teori-teori
atau pustaka yang berhubungan dengan penelitian.
b. Dokumentasi
Yaitu suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu
berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya yang
terdapat pada objek penelitian yang relevan dengan data yang
diperlukan.
E. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pengujian secara individual (uji-t) diperoleh bahwa Jumlah
Wajib Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan, dan Jumlah SSP PPh Pasal 25 berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.Sedangkan secara bersama-sama
(uji-F), diperoleh Jumlah Wajib Pajak dan Jumlah SSP PPh Pasal 25 berpengaruh
secara signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan. Berdasarkan
analisis regresi berganda yang dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut:
Variabel Koefisien regresi T Sig (constant) -2540637030,760 -3,679 0,001
WP 5719,873 2,488 0,017
SSP 767258,677 4,198 0,000
R2= 0,482
Adj. R= 0,459
Fhitung= 20,904
Sig= 0,000
1. Pengaruh Jumlah Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa thitung 2,488 lebih besar daripada
ttabel 2,009 atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,017 < α = 0,05. Oleh
karena itu H1 diterima. Hal ini memberikan gambaran bahwa semakin
bertambahnya Wajib Pajak yang mendaftarkan diri akan semakin
menambah jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan. Dengan demikian hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Anjani (2010)
bahwa Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar berpengaruh terhadap
penerimaan Pajak Penghasilan
2. Pengaruh Jumlah SSP PPh Pasal 25 Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa thitung 4,198 lebih besar
daripada ttabel 2,009 atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,000 < α =
0,005. Oleh karena itu, H2 diterima. Hal ini memberikan gambaran bahwa
penambahan Jumlah SSP PPh Pasal 25 yang dilaporkan akan
meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan. Dengan demikian penelitian
ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anjani (2010)
bahwa Surat Setoran Pajak PPh berpengaruh terhadap penerimaan Pajak
Penghasilan, dan juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Sari
(2009), Fitriani dan Saputra (2009), Gunawan (2012), dan Nursanti (2013)
bahwa Surat Setoran Pajak yang dilaporkan berpengaruh terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan.
F. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel
Jumlah Wajib Pajak dan variabel Jumlah SSP PPh Pasal 25 berpengaruh
1. Jumlah Wajib Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Hal ini
ditunjukkan dari hasil uji t, yang mana menunjukkan nilai thitung (2,488)
lebih besar daripada ttabel (2,009) dengan nilai signifikansi 0,017 < α= 0,05
oleh karena itu H1 terdukung secara statistik.
2. Jumlah Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 25 berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Hal ini ditunjukan dari hasil uji t, yang mana
menunjukan nilai thitung (4,198) lebih besar dari ttabel (2,009) dengan nilai
signifikansi 0,000 < α= 0,05 oleh karena itu H2 terdukung secara statistik.
Saran
Berdasarkan simpulan yang diperoleh serta adanya keterbatasan dalam
penelitian, sehingga saran-saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Meskipun kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar
kewajiban pajak sudah baik, akan tetapi harus tetap dilaksanakan
pengawasan yang ketat dan teratur, untuk mendukung keberhasilan sistem
Self Assessment.
2. Pembaharuan dalam hal perpajakan harus selalu dilanjutkan, seperti:
peningkatan kesadaran dalam pembayaran pajak, peningkatan kualitas
pelayanan, dan administrasi perpajakan.
3. Pada penelitian selanjutnya disarankan agar menambah periode
pengamatan, memperluas cakupan sampel penelitian, dan menambah
variabel pengamatan, sehingga hasil penelitian lebih handal dan
Daftar Pustaka
Anjani, Hanesty Dwi. 2010. Pengaruh Jumlah Wajib Pajak Terdaftar, Surat Setoran Pajak, Tingkat Pencairan Tunggakan Pajak, dan Jumlah Penyelesaian Keberatan Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus Pada KPP Pratama Kepanjen). Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.
Anonim. 2007. Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Pada Pengusaha Kena Pajak (Studi Kasus Kantor Pelayanan Pajak Batu). Jurnal Skripsi& Riset Akuntansi, 26, Oktober.
(
http://jurnalskripsi.com/pengaruh-self-assessment-system-terhadap-
penerimaan-pajak-pertambahan-nilai-pada-pengusaha-kena-pajak-studi-kasus-kantor-pelayanan-pajak-batu-pdf.htm)
Fitriani, Dina dan Putu Mahardika Adi Saputra. 2009. Analisa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Batu). Journal of Indonesian Applied Economics. Vol. 3 No. 2 Oktober 2009, 135-149.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.
Gunawan, Rony. 2012. Pengaruh KepemilikanNPWP, Pelaporan SSP, Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Karanganyar. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Ilyas, B Wirawan dan Rudy Suhartono. 2007. Panduan Komprehensif dan Praktis Pajak Penghasilan. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta : BPFE.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 210/PJ./2001. Tentang Angsuran Bulanan Pajak Penghasilan Pasal 25 Dalam Masa Transisi Tahun Pajak 2001.
Keputusan Menteri Keuangan No. 522/KMK.04/2000. Tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak Berjalan Yang Harus Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi, BUMN, BUMD Dan Wajib Pajak Lainnya Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu Dalam Hal Tertentu.
Mardiasmo. 2006. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Munawarah. 2010. Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada KPP Pratama Medan Petisah. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Mujiyati dan Abdul Aris. 2011. Perpajakan Kontemporer. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Nursanti, Ika dan Yazid Yud Padmono. 2013. Pengaruh Self Assessment System Dan Surat Tagihan Pajak Terhadap Pajak Pertambahan Nilai. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, Vol. 1, N0. 1, Januari 2013.
Rachmawati, Nila. 2013. Pengertian Surat Setoran Pajak.
http://www.scribd.com/doc/ 94884163/Pengertian-Surat-Setoran-Pajak.
diakses pada tanggal 15 juni 2013.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta.
Resmi, Siti. 2005. Perpajakan: teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Flex Media Komputindo.
Sari, Lidya Purnama. 2009. Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Skripsi, Medan: Universitas Sumatera Utara.
Suandy, Erly.2002. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun1983. Tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2000. Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007. Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983. Tentang Ketentuan Umum Dan Tatacara Perpajakan.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008. Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009. Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang