• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Pemasaran dari Mulut ke Mulut (Word of Mouth Marketing) dan Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Pasta Gigi Pepsodent (Studi Kasus Mahasiswa Politeknik Negeri Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Pemasaran dari Mulut ke Mulut (Word of Mouth Marketing) dan Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Pasta Gigi Pepsodent (Studi Kasus Mahasiswa Politeknik Negeri Medan)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 MEDAN

ANALISIS PENGARUH PEMASARAN DARI MULUT KE MULUT DAN PERSEPSI KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN PADA PASTA GIGI PEPSODENT (Studi Kasus: Mahasiswa Politeknik

Negeri Medan)

SKRIPSI

OLEH :

TOMAN LAMBOK PURBA 060502074

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

ABSTRAK

Toman Lambok Purba, 2010. Analisis Pengaruh Pemasaran dari Mulut ke Mulut (Word of Mouth Marketing) dan Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Pasta Gigi Pepsodent (Studi Kasus Mahasiswa Politeknik Negeri Medan), dibawah bimbingan Prof. Dr. Rismayani SE. MSi, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe SE. MSi (Ketua Departemen), Dr. Arlina Nurbaity Lubis MSi (Penguji I) dan Dra. Friska Sipayung MSi (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemasaran dari mulut ke mulut dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian konsumen pada pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa Politeknik Negeri Medan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa/i Politeknik Negeri Medan yang menggunakan pasta gigi Pepsodent. Teknik pengujian data dengan uji asumsi klasik. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas, yaitu word of

mouth marketing (X1) dan perceived quality (X2) secara bersama- sama atau

simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap terciptanya keputusan pembelian konsumen pada pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa Politeknik Negeri Medan (Y). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi terciptanya keputusan pembelian konsumen pada pasta gigi Pepsodent adalah variabel word of mouth marketing (X1)\.Sementara variabel perceived quality (X2) tidak berpengaruh siginifikan terhadap terciptanya keputusan pembelian pada pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa Politeknik Negeri Medan (Y).

(3)

KATA PENGANTAR

Tiada anugerah yang lebih indah daripada anugerah yang Tuhan berikan kepada penulis. Untuk itu, penulis mengucap syukur atas anugerah Tuhan yang luar biasa sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis terlebih dahulu mengamati fenomena yang terjadi, sebelum pengerjaan skripsi ini dimulai. Untuk itu penulis mencari bahan yang berkaitan dengan fenomena pemasaran yang terjadi. Penulis akhirnya menjatuhkan pilihan pada Analisis Pengaruh Pemasaran dari Mulut ke Mulut dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Pada Pasta Gigi Pepsodent.

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat menambah informasi bagi pembaca mengenai pemasaran dari mulut ke mulut dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian pada pasta gigi Pepsodent. Karena fakta yang terjadi adalah pemasaran dari mulut ke mulut merupakan bagian dari bauran promosi yang terbukti efektif dan juga konsumen memiliki persepsi terhadap kualitas suatu produk.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tercipta berkat dorongan, bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(4)

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, MSi sebagai Dosen Wali penulis yang dengan fleksibel memberi kemudahan bagi penulis dalam mengelola rencana studi tiap semester.

5. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan dorongan dan bimbingan yang penulis sangat butuhkan hingga skripsi penulis akhirnya dapat selesai.

6. Ibu Dr. Prihatin Lumban Raja, SE, MSi selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan bagi perbaikan atas skripsi ini. Beliau telah mengoreksi penelitian ini sehingga tidak salah arah.

7. Ibu Dra. Friska Sipayung, MSi selaku Dosen Penguji II yang juga telah memberikan masukan dan mendorong penulis untuk mencari lebih banyak informasi mengenai fenomena untuk mendukung skripsi ini. 8. Para dosen Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Manajemen

antara lain: Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MSc, Prof. Dr. Amrin Fauzi, Dra. Marhayanie MSi, Dr. Yenni Absah, SE, MSi, dan seluruh dosen lainnya yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan bagi penulis selama perkuliahan. 9. Para pegawai Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Manajemen

(5)

10. Kedua orang tua penulis, Morhan Purba (Ayah) dan Rena Tampubolon (Ibu) yang dengan senantiasa mencintai dan memberi kasih sayang yang tiada habisnya bagi penulis.

11. Abang- abang, kakak dan adik penulis, Pungka Purba, Dimpos Purba, Bunga Risma Purba, Martua Purba, Patar Purba, dan Can Murdiono Purba yang telah memberi motivasi kepada penulis.

12. Sondang Naomi Siadari sebagai perempuan yang paling dekat dengan penulis yang senantiasa memberi motivasi kepada penulis.

13. Mahasiswa/i Politeknik Negeri Medan yang menjadi responden penulis. Atas kesediaan dan kesempatan dalam mengisi kuesioner penelitian penulis. Peran mereka sangat berari bagi penulis.

14. Para sahabat penulis yang selama ini senantiasa bersama penulis dalam melewati banyak waktu. Kelompok Spirit (Boy, Januar, dan Kak Mawar), Andri Akbari, Manahan, Elwin, Bintua, Erik Tarigan, Saor, Yohanes, Benny Alexander, Parade, Pimpin Chandra, Carjony, Diety, Yoan, EP Group ( Ester, Nitha, Nirwana, Riris dan Masni).

15. Teman- teman di IMADA: Donal, Pesta, Dinar, Ira, Irvan, Kak Rapi, Kak Wati, Melda, Sotardodo, Debora, Berlin, Tota, Eva, Lina, July dan lainnya yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

16. Seluruh sahabat yang penulis yang tidak dapat sebutkan satu persatu yang senantiasa berjalan bersama penulis selama perkuliahan.

(6)

senantiasa memberi kesempatan bagi penulis untuk hidup lebih baik. Tuhan memberikati.

Medan, Oktober 2010 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan masalah ... 5

C. Kerangka Konseptual ... 5

D. Hipotesis ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan ... 7

2. Manfaat ... 7

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional ... 8

2. Defenisi Operasional Variabel ... 8

3. Skala Pengukuran Variabel ... 11

4. Lokasi dan Watu Penelitian ... 11

5. Populasi dan Sampel... 12

6. Jenis dan Sumber data ... 13

7. Teknik Pengambilan data ... 13

8. Uji Validitas dan Realibilitas ... 14

9. Metode Analisis Data ... 14

(8)

B. Promosi dan Komunikasi

1. Pengertian Promosi dan Komunikasi ... 18

2. Bauran Promosi ... 22

3. Komunikasi dari mulut ke mulut (Word of mouth) ... 24

4. Hambatan dalam Promosi dan Komunikasi... 33

C. Produk dan Kualitas 1. Pengertian Produk dan Kualitas ... 35

2. Persepsi Kualitas (Perceived Quality) ... 38

D. Keputusan Pembelian ... 41

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah PT. Unilever ... 48

B. Pasta Gigi Pepsodent ... 49

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Realibilitas 1. Uji Validitas ... 52

2. Uji Realibilitas ... 53

B. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas ... 54

2. Uji Heterokedastisitas ... 57

3. Uji Multikolinearitas ... 58

C. Analisis Data 1. Analisis Deskriptif ... 60

2. Analisis Regresi Berganda ... 66

3. Pengujian Hipotesis ... 68

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 74

(9)

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 6

Gambar 2.1 Proses Komunikasi ... 20

Gambar 2.2 Proses Terjadinya WOM ... 31

Gambar 2.3 Perceived Quality menghasilkan nilai ... 41

Gambar 2.4 Proses Pengambilan Keputusan ... 44

Gambar 3.1 Jenis Produk Pasta Gigi Pepsodent ... 50

Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ... 55

Gambar 4.2 Plot Uji Normalitas ... 55

(11)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1.1 Indonesia Word of Mouth Marketing Index 2010 ... 3

Tabel 1.2 Defenisi Operasional Variabel ... 10

Tabel 1.3 Instrumen skala Likert ... 11

Tabel 2.1 Faktor yang mempromosikan word of mouth ... 30

Tabel 4.1 Uji Validitas ... 52

Tabel 4.2 Uji Realibilitas ... 54

Tabel 4.3 Kolgomorov- Smirnov Test ... 56

Tabel 4.4 Uji Glesjer ... 58

Tabel 4.5 Uji Nilai Tolerance dan VIF ... 59

Tabel 4.6 Korelasi Antarvariabel Independen ... 60

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan dan Usia ... 61

Tabel 4.8 Pendapat Responden Terhadap Variabel Word of Mouth Marketing/ X1 ... 62

Tabel 4.9 Pendapat Responden Terhadap Variabel Perceived Quality/ X2 ... 64

Tabel 4.10 Pendapat Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian Konsumen pada Pasta Gigi Pepsodent/ Y ... 65

Tabel 4.11 Analisis Regresi Berganda ... 67

Tabel 4.12 Hasil Uji F ... 70

Tabel 4.13 Hasil Uji t ... 71

Tabel 4.14 Variabel Entered / Removed ... 72

(12)

ABSTRAK

Toman Lambok Purba, 2010. Analisis Pengaruh Pemasaran dari Mulut ke Mulut (Word of Mouth Marketing) dan Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Pasta Gigi Pepsodent (Studi Kasus Mahasiswa Politeknik Negeri Medan), dibawah bimbingan Prof. Dr. Rismayani SE. MSi, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe SE. MSi (Ketua Departemen), Dr. Arlina Nurbaity Lubis MSi (Penguji I) dan Dra. Friska Sipayung MSi (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemasaran dari mulut ke mulut dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian konsumen pada pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa Politeknik Negeri Medan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa/i Politeknik Negeri Medan yang menggunakan pasta gigi Pepsodent. Teknik pengujian data dengan uji asumsi klasik. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas, yaitu word of

mouth marketing (X1) dan perceived quality (X2) secara bersama- sama atau

simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap terciptanya keputusan pembelian konsumen pada pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa Politeknik Negeri Medan (Y). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi terciptanya keputusan pembelian konsumen pada pasta gigi Pepsodent adalah variabel word of mouth marketing (X1)\.Sementara variabel perceived quality (X2) tidak berpengaruh siginifikan terhadap terciptanya keputusan pembelian pada pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa Politeknik Negeri Medan (Y).

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keputusan pembelian menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan karena hal ini tentu akan menjadi suatu pertimbangan bagaimana suatu strategi pemasaran yang akan dilakukan oleh perusahaan berikutnya. Keberhasilan perusahaan dalam mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian sangat didukung melalui upaya membangun komunikasi kepada konsumen dengan membangun merek kepada konsumen dengan strategi pemasaran, serta melakukan inovasi untuk varians- varians baru pada suatu produk. Proses pengambilan keputusan pembelian yang rumit seringkali melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif tindakan.

(14)

Setelah perusahaan merumuskan strategi yang akan diterapkan dalam upaya meraih perhatian konsumen, maka membangun komunikasi yang baik kepada konsumen merupakan langkah yang harus dilakukan oleh perusahan kepada konsumen dan harus dilakukan secara berkelanjutan. Dengan upaya ini, maka akan diketahui bagaimana respon konsumen akan produk tersebut.

Hal ini juga harus dilakukan oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang

consumer goods. PT. Unilever yang memproduksi pasta gigi Pepsodent harus

memiliki strategi pemasaran yang ampuh dan mampu mengkomunikasikan pasta gigi Pepsodent kepada konsumen. Mengkomunikasikan produk kepada konsumen menjadi hal yang demikian penting bagi suatu produk, karena dari komunikasi inilah konsumen akan mengetahui keberadaan suatu produk.

Dengan perkembangan teknologi yang luar biasa saat ini, konsumen menjadi pihak yang memiliki keterlibatan tinggi dalam pemasaran. Yushowady, 2008 mengatakan bahwa pemasaran pun kini berubah dari business-to-consumer

(B2C) menjadi consumers-to-consumers, dari “one-to-many” menjadi many to

many, dari mass media menjadi social media, dari “menembak dari atas” menjadi

“terjun ke grassroot di bawah”, dari vertical menjadi horizontal.

Artinya pemasaran kini telah menjadi milik konsumen. Konsumen menjadi benar- benar bagian yang memiliki potensi luar biasa dalam pemberitaan sebuah produk. Pemberitaan itu dapat berupa hal negatif maupun hal positif mengenai suatu produk dan dalam kondisi inilah terjadi word of mouth marketing atau pemasaran dari mulut ke mulut, yang juga lebih populer dengan sebutan

(15)

Orang cenderung lebih percaya pada pemasaran dari mulut ke mulut dibanding metode promosi apapun yang sifatnya lebih formal. Orang yang menerima rekomendasi berdasarkan getok tular cenderung lebih yakin bahwa sang pemberi rekomendasi berbicara jujur dan tidak ditunggangi motif tersembunyi (SWA 08/XXV/16-29 April 2009).

Di tengah persaingan pasta gigi yang begitu ketat, pasta gigi Pepsodent merupakan produk kesehatan gigi kategori pasta gigi yang menjadi pemimpin pasar dengan Brand Share 73%. Selain menjadi pemimpin pasar, pasta gigi Pepsodent juga menjadi merek yang paling direkomendasikan berdasarkan survey

Word of Mouth Marketing 2010 yang diadakan oleh majalah SWA.

Tabel 1.1

Indonesia Word of Mouth Marketing Index

Brand Share Merek Talk Promo Sell WOM SN WOMMI 73% Pepsodent 14,0 12,6 13,2 38,2 5,8 223,0 5% Oral B 10,9 11,1 11,0 31,8 5,4 172,9 10% Ciptadent 9,1 8,7 8,2 25,0 6,7 166,2

8% Close Up 9,2 8,8 7,4 24,3 6,5 157,7

Sumber : Majalah SWA 10/ XVVI/ 12-25 Mei 2010

(16)

bagaimana menjadikan menyikat gigi lebih bisa dinikmati, dan tidak menjadi pengalaman buruk bagi orang tua dan anak-anak.

Ketika konsumen sudah memakai sebuah produk, maka konsumen akan melakukan penilaian terhadap produk tersebut dan jika suatu produk tersebut mampu memberi kepuasan dan kesan kepada konsumen, maka kemungkinan besar akan terjadi word of mouth. Word of mouth juga menjadi salah satu faktor yang membuat pasta gigi Pepsodent memiliki dan bertambahnya konsumen yang baru. Hal ini dikarenakan, terjadinya perbincangan mengenai pasta gigi yang dipakai.

Demikian juga untuk persepsi, konsumen memiliki persepsi tersendiri terhadap suatu merek produk. Sehingga salah satu faktor yang juga mempengaruhi menggunakan suatu merek adalah faktor perceived quality. Menurut Durianto, dkk. (2000:101) perceived quality terkait erat dengan keputusan pembelian, maka

perceived quality dapat mengefektifkan semua elemen program pemasaran

khususnya program promosi.

(17)

yang menggunakan pasta gigi tersebut, yang artinya adalah bertambahnya konsumen baru yang akan menjadi pengguna pasta gigi Pepsodent, yang dalam hal ini telah terjadi word of mouth marketing (WOMM).

Peneliti memilih kampus Politeknik Negeri Medan sebagai lokasi penelitian dan mahasiswa/i sebagai objek penelitian karena peneliti mempertimbangkan kecenderungan “homophily” yaitu kecenderungan orang untuk bergaul dengan orang yang sama dengan orang tersebut. Ini merupakan prinsip fundamental jaringan dimana pemasaran dari mulut ke mulut (word of

mouth marketing) dapat berlangsung (Rosen, 2004:78). Peneliti percaya bahwa

word of mouth terjadi antarmahasiwa dan mahasiwa juga memiliki persepsi

tersendiri terhadap kualitas sebuah produk.

Berkaitan dengan fenomena diatas, akan diteliti lebih lanjut apakah pemasaran dari mulut ke mulut dan persepsi kualitas berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.

B.Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth

marketing) dan persepsi kualitas (perceived quality) terhadap keputusan

pembelian konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent?

C.Kerangka Konseptual

(18)

pemasaran. Komunikasi dari mulut ke mulut mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku pembelian konsumen.

Harus dipahami bahwa adanya komunikasi dari mulut ke mulut dimana- mana disebabkan oleh kebutuhan pengirim dan penerima informasi. Para penerima mungkin menghendaki informasi dari mulut ke mulut karena mereka tidak percaya kepada iklan dan pesan penjualan. Atau mungkin mencari informasi tambahan untuk mengurangi kecemasan mereka mengenai pembelian resiko.

Menurut Durianto (2001:96) perceived quality adalah sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan.

Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan. Keputusan selalu mensyaratkan pilihan di antara beberapa perilaku yang berbeda. (Setiadi, 2003:416) Pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran. Dimana dalam hal ini, konsumen membuat keputusan perilaku mana yang ingin dilakukan untuk dapat mencapai sasaran mereka, dan dengan dengan demikian “memecahkan masalahnya.

Berdasarkan teori- teori yang dikemukakan, model kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Mowen dan Minor (2002), Durianto (2001) dan Setiadi (2003)

Pemasaran dari mulut ke mulut

Persepsi Kualitas

(19)

D.Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dihipotesiskan sebagai berikut “pemasaran dari mulut ke mulut dan persepsi kualitas memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen”

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor pemasaran dari mulut ke mulut dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian konsumen pada pasta gigi Pepsodent.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: a. PT. Unilever

Penelitian yang dilakukan diharapkan akan bermanfaat bagi pihak Unilever dalam rangka mempertimbangkan untuk menetapkan kebijakan pemasaran produknya dan juga memanfaatkan potensi dari pemasaran dari mulut ke mulut

b. Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai tambahan literatur terhadap Fakultas Ekonomi khusunya Departemen Manajemen USU mengenai pemasaran dari mulut ke mulut dan persepsi kualitas.

c. Penulis

(20)

pemasaran dari mulut ke mulut dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian konsumen.

d. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi, bahan pertimbangan, serta sebagi tambahan pengetahuan bagi para peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian dalam bidang ini.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah pengaruh pemasaran dari mulut ke mulut dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian konsumen pada pasta gigi Pepsodent.

2. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan pada rumusan permasalahan dan hipotesis yang akan diuji, parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (X)

1. Pemasaran dari mulut ke mulut (Word of mouth marketing) adalah komunikasi dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh konsumen kepada orang lain sehingga timbul niat dan motivasi untuk melakukan pembelian. (X1) 2. Persepsi Kualitas (Perceived quality) adalah nilai- nilai suatu produk yang

diberikan oleh perusahaan kepada konsumen, dimana nilai- nilai ini mampu mendukung perusahaan dalam memasarkan produknya (X2). Nilai- nilai itu

(21)

2. Alasan untuk membeli 3. Differensiasi

4. Inovasi Perusahaan dalam melahirkan varians baru b. Variabel terikat (Y) Keputusan Pembelian

(22)

Tabel 1.2

Defenisi Operasional Variabel

Variabel Defenisi Indikator Skala Ukur

Pemasaran dari

mulut ke mulut (word of mouth

marketing)

(X1)

Komunikasi dari mulut ke mulut yang

dilakukan oleh konsumen kepada orang lain sehingga timbul niat dan

motivasi untuk melakukan pembelian.

1. Word of mouth

membentuk citra pasta gigi Pepsodent

2. Berbicara hal positif tentang pasta gigi

Pepsodent

3. Merekomendasikan

pasta gigi untuk

digunakan

4. Memberi dorongan

untuk menonton Likert Persepsi kualitas (Perceived quality) (X2)

Nilai- nilai suatu produk yang

diberikan oleh perusahaan kepada konsumen, dimana nilai- nilai ini

mampu mendukung perusahaan dalam memasarkan produknya 1. Kualitas 2. Puas 3. Kepercayaan 4. Harga Likert Keputusan Pembelian (Y)

Suatu pembelian riil yang dilakukan

oleh konsumen akibat pengaruh word

of mouth dan didukung oleh nilai- nilai

yang diberikan oleh produk tersebut kepada konsumen.

1. Pasta gigi Pepsodent

menjadi top of mind 2. Adanya kebanggaan

3. Kualitas yang bagus 4. Inovasi

(23)

3. Skala Pengukuran Variabel

Pengukurang masing-masing variable dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompol orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2005:86). Dengan menggunakan skala Likert, maka variable yang diukur akan dijabarkan menjadi indikator variabel.

Skala likert menggunakan lima (5) tingkatan untuk menyatakan sikap atau jawaban responden sebagai berikut:

Tabel 1.1

Misalnya:

Alternatif Jawaban Responden

No Range Bobot

1 Sangat Setuju Sekali 5

2 Sangat Setuju 4

3 Setuju 3

4 Kurang Setuju 2

5 Sangat Tidak Setuju 1 Sumber : Sugiyono (2005:86)

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

(24)

5. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Politeknik Negeri Medan yang menggunakan pasta gigi pepsodent.

b. Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya (Ginting, 2008: 125), maka penentuan jumlah sampel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus: (Supramono, 2003: 52)

Keterangan:

n = Jumlah sampel

Z = Estimator populasi yang sesuai kriteria sampel Q = Proporsi populasi tidak sesuai kriteria sampel (1-p) d = Penyimpangan yang ditolerir

Nilai p ditetapkan sebesar 95% (q= 5%), nilai = 5%, dan d= 5%, maka jumlah sampel.

= 72,99 = 73

Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive

sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan jenis orang tertentu yang dapat

(25)

ditentukan oleh peneliti (Sekaran, 2006: 136). Kriteria yang ditetapkan yaitu mahasiswa yang melakukan pembelian pasta gigi pepsodent.

6. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini data diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada mahasiswa/i Politeknik Negeri Medan dan melalui wawancara dengan responden.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dar artikel yang sudah dipublikasikan seperti buku, jurnal elektronik, dan juga dari penelitian terdahulu.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Wawancara (Interview)

Pengumpulan data melalui tanya jawab dengan responden. b. Daftar Pertanyaan (Questionare)

Daftar pertanyaan yang diberikan kepada mahasiswa yang dijadikan responden.

c. Studi Dokumentasi

(26)

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum instrumen penelitian digunakan maka terlebih dahulu diadakan uji validitas dan reliabilitas. Tujuan dari dilakukannya uji validitas dan reliabilitas adalah untuk menguji butir- butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner, apakah isi dari butir pertanyaan sudah valid dan realibel. Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang didapat seteleah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan (kuesioner). Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan antara nilai korelasi atau r hitung dari variabel penelitian dengan nilai r table. Pengujian validitas instrument dilakukan terhadap 30 orang konsumen pasta gigi pepsodent pada mahasiswa POLMED dengan menggunakan SPSS 15.00 for windows dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Jika r hitung > r tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid b. Jika r hitung < r tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak

valid.

Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan menunjukkan konsistensi di dalam mengukur gejala yang sama. Pertanyaan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas, maka akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika r alpha positif atau > dari r tabel maka pertanyaan reliabel. b. Jika r alpha negatif atau < dari r tabel maka pernyataan tidak reliabel.

9. Metode Analisis Data

(27)

a. Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis dimana data yang telah diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian diinterpretasikan secara objektif sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan menjelaskan hasil perhitungan.

b. Analisis Regresi Berganda

Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh word of mouh marketing dan perceived quality terhadap keputusan pembelian konsumen. Dalam melakukan analisis penulis menggunakan bantuan program software SPSS 15.00 for windows.

Model regresi berganda yang digunakan:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:

Y = Keputusan pembelian konsumen a = Konstanta

b1,b2 = Koefisien regresi

X1 = Variabel Pemasaran mulut ke mulut (word of mouth marketing)

X2 = Variabel persepsi kualitas (perceived quality)

e = Standar error 1. Uji Simultan (Uji- F)

(28)

Hipotesis yang diajukan:

H0;µ = 0 : Pemasaran mulut ke mulut dan Persepsi kualitas tidak terdapat

pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.

H1;µ 0 : Pemasaran mulut ke mulut dan Persepsi kualitas terdapat pengaruh

terhadap keputusan pembelian konsumen. Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima bila F hitung < F tabel pada = 5%

H1 diterima bila F hitung > F tabel pada = 5 %

2. Uji Parsial (Uji-t)

Uji signifikansi secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 :bi = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh faktor word of mouth dan perceived quality terhadap keputusan pembelian konsumen.

H1 : bi 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh faktor word of mouth dan perceived quality terhadap keputusan pembelian konsumen.

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika t hitung < t tabel pada = 5 %

H0 ditolak jika t hitung > t tabel pada = 5 %

c. Uji Asumsi Klasik

Untuk memastikan apakah model regresi linier berganda layak digunakan atau tidak, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.

(29)

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat normal tidaknya distribusi data yang akan dianalisis. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal, dimana data cenderung lurus mengikuti garis diagonal (berdistibusi normal) sehingga layak untuk digunakan.

2. Uji Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka disebut homokedastisitas dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu telah dilakukan Wibowo et al (2004) berjudul “Analisa Pengaruh Word of Mouth dan Perceived Value Product Terhadap Keputusan Pembelian Tata Rias Oriflame di UK. Petra”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa word of mouth dan perceived value product berpengaruh terhadap keputusan pelanggan dalam membeli produk tata rias Oriflame. Dimana variabel independen word of mouth dan perceived value product terhadap pembentukan ekuitas merek sebesar 53,1 %, sedangkan sisanya 46,9% dijelaskan oleh faktor- faktor lain. Yang mana word of mouth memiliki hubungan yang lebih kuat daripada perceived value product.

B. Promosi dan Komunikasi

1. Pengertian Promosi dan Komunikasi

Promosi adalah suatu komunikasi dari penjual dan pembeli yang berasal dari informasi yang tepat yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut. Maka. Berdasarkan pengertian tersebut maka promosi merupakan aktivitas komunikasi yang berasal dari informasi yang tepat.

(31)

3. Sebagai alat untuk meneruskan informasi dalam proses pengambilan keputusan membeli.

Perusahaan- perusahaan yang berada dalam persaingan yang begitu ketat sekarang ini harus berupaya semaksimal mungkin untuk menyampaikan suatu pesan kepada para konsumen yang hendak diraihnya. Perusahaan yang melakukan komunikasi kepada konsumen haruslah melakukan komunikasi yang bersifat persuasif. (Setiadi, 2003: 244) dalam komunikasi persuasif (persuasi) ini yang dikehendaki justru perubahan perilaku, keyakinan dan sikap yang lebih mantap seolah- oleh perubahan tersebut bukan atas kehendak komunikator akan tetapi justru atas kehendak komunikan sendiri. Maka ketika komunikasi persuasi yang dilakukan oleh perusahaan berhasil dan mampu menarik perhatian konsumen sehingga melakukan pembelian riil, diharapkan terjadi pemasaran dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh konsumen itu sendiri.

1.1 Proses Komunikasi

Unsur yang dasar dalam komunikasi adalah informasi. Sebagai suatu proses, proses yang asasi dalam komunikasi adalah penggunaan bersama.

Menurut Bovee dan Thill dalam Purwanto (2006: 11- 13) proses komunikasi terdiri dari 6 tahap, yaitu:

1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan 2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan 3. Pengirim menyampaikan pesan

(32)
[image:32.595.123.547.133.411.2]

6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.

Gambar 2.1 Proses komunikasi Sumber: Purwanto, 2006: 12

a. Tahap pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide Atau Gagasan

Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau audiens.

b. Tahap Kedua : Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan

Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audiens, gaya personal, dan latar belakang budaya.

Tahap I Pengirim mempunyai

gagasan

Tahap II

Pengirim mengubah ide menjadi pesan Tahap III Pengirim mengirim pesan SALURAN dan MEDIA Tahap VI

(33)

c. Tahap Ketiga : Pengirim Menyampaikan Pesan

Tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran kepada si penerima pesan.

Dalam menyampaikan pesan, (Setiadi, 2003: 249) komunikator harus memilih saluran komunikasi yang efisien untuk menyampaikan pesan. Saluran komunikasi terdiri atas dua jenis besar, yaitu:

1. Saluran Komunikasi Personal

Saluran komunikasi ini mencakup dua orang atau lebih yang berkomunikasi secara langsung satu sama lain. Mereka dapat berkomunikasi dengan cara tatap muka, melalui telepon atau melalui surat. Saluran komunikasi personal memperoleh efektivitasnya melalui peluang untuk mengindividualkan penyajian dan umpan baliknya.

2. Saluran Komunikasi Non- Personal

Saluran komunikasi non-personal menyampaikan pesan tanpa melakukan kontak atau interaksi pribadi. Tetapi dilakukan melalui media, atmosfer, dan acara.

d. Tahap Keempat : Penerima Menerima Pesan

(34)

e. Tahap Kelima : Penerima Menafsirkan Pesan

Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan di dalam benak si penerima pesan.

f. Tahap Keenam : Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke

Pengirim

Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Umpan balik tersebut merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan.

Setelah menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Di samping itu, adanya umpan balik akan dapat menunjukkan adanya faktor- faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata- kata, dan perbedaan reaksi secara emosional.

2. Bauran Promosi

(35)

Perusahaan mengembangkan program pemasarannya melalui (Boyd, 2000: 65-66):

1. Iklan (advertising) yakni bentuk presentasi dan promosi gagasan barang dan jasa nonpribadi yang dibayar oleh sponsor tertentu.

2. Penjualan perorangan (personal selling) suatu proses membantu dan membujuk satu atau lebih calon konsumen untuk membeli barang atau jasa atau bertindak sesuai ide tertentu dengan menggunakan presentasi oral (komunikasi tatap muka)

3. Promosi Penjualan (sales promotion) insentif yang dirancang untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk.

4. Humas (public relations) Stimulasi permintaan yang tidak dibayar dan nonpribadi atas sebuah produk, jasa, atau unit bisnis dengan menghasilkan berita- berita menarik.

Jenis promosi produk dan jasa dapat dikategorikan ke dalam marketing

communication mix (komunikasi pemasaran terpadu) yang terdiri atas sarana-

sarana komunikasi seperti: Sales force (personal selling), Periklanan, Promosi penjualan, Penjualan langsung (database marketing), Public relations, Sponsorship, Eksibisi, Corporate Identity, Packaging (pengemasan), Point of

sale, merchandising, Word of mouth, Internet dan media baru.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemasar dalam pemilihan alat promosi:

1. Ciri alat promosi

(36)

a. Menciptakan kesadaran, b. Menciptakan pengertian c. Pengingat yang efisien d. Pembuka jalan

e. Meyakinkan kembali

3. Komunikasi dari Mulut ke Mulut (Word Of Mouth)

Philip Kotler (2003: 206) mengatakan “Tidak ada sebuah iklan atau seorang penjual pun yang akan mampu meyakinkan anda secara persuasif tentang kualitas suatu produk selain teman, kenalan, pelanggan lama, atau ahli yang independen”. Ini mengindikasikan bahwa terjadinya suatu penggunaan suatu produk kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh orang yang kita percaya.

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa betapa kuatnya komunikasi dari mulut ke mulut mempengaruhi seorang konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Dunia pemasaran dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat konsumen pada akhirnya menjadi satu kekuatan yang memiliki potensi yang luar biasa, karena dalam kehidupan sehari- sehari konsumen melakukan pembicaraan mengenai suatu hal termasuk tentang suatu produk. Dan pada saat seperti inilah timbul istilah yang dikenal dengan word of mouth, buzzmarketing atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan pemasaran dari mulut ke mulut atau getok tular.

(37)

suatu organisasi resmi yang khusus membahas tentang word of mouth marketing yang disebut dengan WOMMA (Word Of Mouth Marketing Association).

WOMMA (Word of Mouth Marketing Association) memberikan pengertian Word of Mouth is The act of consumers providing information to

other consumers. Yakni tindakan konsumen yang menyediakan informasi kepada

konsumen lainnya.

Sedangkan Word of Mouth Marketing: Giving people a reason to talk

about your products and services, and making it easier for that conversation to

take place. It is the art and science of building active, mutually beneficial

consumer-to-consumer and consumer-to-marketer. Yakni memberikan orang

alasan untuk membicarakan produk dan jasa anda, yang memudahkan orang untuk membicarakannya. Pemasaran mulut ke mulut merupakan seni dan pengetahuan akan pembangunan aktif yang saling menguntungkan antara konsumen dengan konsumen, konsumen dengan pemasar.

(38)

Word of mouth (komunikasi dari mulut ke mulut) sekarang ini menjadi

sangat efektif karena perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat, para konsumen dengan mudah membicarakan suatu produk, selain ketika bertatap muka, word of mouth juga dapat terjadi melaui media internet melalui jejaring sosial dan juga media handphone yang memungkinkan terjadinya word of mouth. Yang akhirnya teknologi makin mempercepat sampainya bahasa lisan.

Oleh karena itu, (Mark Hughes, 2007: 31) bahasa lisan tidak hanya sepuluh kali lebih efektif dibanding iklan cetak atau TV, bahasa lisan juga lebih penting pada saat ini dibanding kapanpun di masa lalu karena empat alasan, yaitu:

1. Persaingan iklan meningkat ke level tak terbendung.

2. Biaya (operasional) media tradisional semakin meningkat, bercampur dengan masalah persaingan yang ada.

3. Kita sudah dibohongi berkali- kali oleh iklan, sepertinya satu- satunya pesan yang kita percaya saat ini berasal dari orang biasa seperti saya dan anda.

4. Teknologi makin mempercepat (sampainya bahasa lisan)

a. Kondisi untuk word of mouth (komunikasi dari mulut ke mulut)

Balter and Bultman dalam Hoskins mengatakan ”everybody talks about

products and services, and they talk about them all the time. Word of mouth is not

about identifying a small subgroup of highly influential or well connected people

to talk up a product or service. It’s not about mavens or bees or celebrities or

people with specialist knowledge. It’s about everybody.” Yang berarti setiap

(39)

Word of mouth bukan merupakan identifikasi penyebaran yang tingi akan

subgroup yang kecil atau orang yang berpengaruh untuk berbicara mengenai produk atau jasa. Hal ini tidak mengenai mavens atau saingan atau selebriti dengan pengetahuan yang spesial. Hal ini mengenai semua orang.

Suatu produk yang diluncurkan ke pasar, pada dasarnya haruslah memiliki nilai yang mampu membuat produk itu menjadi bahan pemberitaan (perbincangan). Dimana sebenarnya pemasar mampu menghasilkan dampak besar dalam waktu yang lebih singkat dan dengan lebih sedikit uang dibandingkan sebelumnya. Tentu saja konsumen ikut serta dalam proses penyampaian cerita. Tidak ada satupun pemasar dapat melakukan sesuatu tanpa partisipasi aktif dari orang itu.

Ada tiga situasi pembelian lainnya dimana konsumen seringkali dimotivasi untuk mencari masukan dari orang lain:

a. Bila produk sangat jelas bagi orang lain b. Bila produk sangat kompleks

c. Bila produk tidak dapat dengan mudah diuji terhadap suatu kriteria objektif.

(40)

keterlibatannya dengan kelompok dan meningkatkan interkasi sosial serta keterpaduan kelompok.

b. Menghidari untuk Negative Word of Mouth (Komunikasi dari mulut ke

mulut yang bersifat negatif)

Word of mouth sendiri terdiri atas dua bagian yaitu Positive word of mouth

(PWOM) dan Negative word of mouth (NWOM). Dan yang menjadi satu

perhatian serius adalah bahwa ternyata penyebaran Negatif word of mouth jauh lebih cepat menyebar daripada positive word of mouth, dimana berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata, rata- rata orang Indonesia membicarakan hal yang baik (positive word of mouth) kepada 7 orang, namun untuk hal yang berbau negatif, mereka bisa menyebarkannya ke 11 orang lainnya (SWA 08/XXV/16-29 April 2009).

Namun, NWOM sebenarnya dapat dihindari, selama terdapat pemahaman akan penyebab dan terdapat katalisator akan NWOM, dan ada tindakan nyata yang dilakukan oleh para pekerja untuk memastikan bahwa terdapat kualitas pelayanan yang tinggi yang akhirnya membuat konsumen mengalami kepuasan, yang mana hal inilah akan berkontribusi dalam terciptanya PWOM.

Ada beberapa jenis Negatif WOM yang tergantung dari mana hal itu bermula, yaitu:

a. Negatif WOM yang berasal dari konsumen yang tidak puas dimana konsumen merasa tidak puas sesuai dengan apa yang diharapkan.

(41)

c. Negatif WOM juga akan menyebar dengan begitu cepat ketika ada kegagalan produk, isu keselamatan, atau skandal yang pada akhirnya bisa saja tersebat dengan tidak proporsional sesuai dengan apa yang sebenarnya.

Maka, jika perusahaan melihat dengan jeli sebenarnya konsumen (pelanggan) akan berubah menjadi agen penjualan yang independen. Sehingga, bagi suatu perusahaan salah satu yang menjadi perhatian penting adalah tidak hanya bagaimana seorang konsumen menjadi konsumen seumur hidup (consumer

lifetime) tetapi juga bagaimana mereka menjadi pemasar melalui word of mouth

dan mencari calon pelanggan baru bagi perusahaan. Oleh karena itu, bagi perusahaan, Ennew dalam jurnal Ryan Storey yang berjudul Word of Mouth

Marketing and Viral Marketing, Deconstructing The “Buzz” mengemukakan

pendekatan dalam memanajemen WOM: 1. Mendengarkan dengan aktif 2. Bertanya dengan efektif 3. Berorientasi konsumen

4. Berupaya agar selalu (dengan konsisten) menepati janji 5. Membantu (konsumen) dalam pencarian informasi 6. Manajemen internal WOM (budaya)

7. Menemukan apa yang dikatakan oleh pesaing dan pelanggan.

(42)
[image:42.595.112.559.111.496.2]

Tabel 2.1 Faktor- faktor yang mempromosikan komunikasi dari mulut ke mulut

Sumber : Mowen dan Minor (2002: 181)

I. Kebutuhan Pengirim Informasi

A. Untuk membangkitkan keberanian dan prestise.

B. Untuk menghapus kesalahan akibat pembelian (pria/ wanita).

C. Untuk menciptakan keterlibatan dengan masyarakat atau kelompok yang diinginkan. D. Untuk mendapatkan manfaat yang berwujud

II. Kebutuhan Penerima Infomasi

A. Untuk mencari informasi dari beberapa sumber yang dapat dipercaya tentang produk yang ditawarkan

B. Untuk menurunkan keinginan tentang kemungkinanan resiko pembelian. 1. Resiko dapat berasal dari produk karena kompleksitas atau harganya

2. Resiko dapat berasal dari perhatian para pembeli tentang apa yang akan dipikirkan oleh orang lain.

3. Resiko dapat berasal dari kekurangan kriteria objektif dimana produk telah dievaluasi

(43)

WOM Episode

WOMUnit

Venue

WOMUnit Action

Dimensions

- Propensity - Reach - Depth - Population

- Demographics - Topicality - Velocity - Audience - Credibility - Timeliness - Distibution - Rules

- Polarity - Spread - Clarity - Source

[image:43.595.106.565.108.608.2]

- Diversity

Gambar 2.2 Proses Terjadinya WOM

Sumber: Cambridge Marketing College (www. marketingcollege.com) Creator

Action

Sender Receiver

Participants Venue Outcomes

Consumption Inquiry

Conversion

Relays

(44)

c. Kepemimpinan Opini (Opinion Leaders)

Dalam mempelajari komunikasi dari mulut ke mulut kita dapatkan bahwa beberapa orang lebih sering memberi informasi daripada yang lainnya. Individu- individu yang seperti ini disebut dengan Pemimpin Opini. Pemimpin opini merupakan konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian orang lain.

1. Penghubung (Connectors)

Seorang penghubung merupakan orang yang mampu memberikan pengaruh kepada orang lain atas pembelian suatu produk, dimana seseorang dapat dikatakan sebagai connectors jika ia kenal banyak orang. Dimana kemampuan mereka yang mampu merambah berbagai dunia yang berbeda merupakan fungsi sesuatu yang terkait dengan sifat khas pribadi, terkait dengan perpaduan antara sifat-sifat ingin tahu,percaya diri, kepedulian sosial, dan semangat hidup.

Connector mampu menjalani perannya sebagai seorang penghubung jika

ia memiliki banyak kenalan, karena kenalan merupakan sumber kekuatan sosial, sehingga makin banyak kenalan kita, maka makin besar kekuatan atau kekuasaan kita.

2. Mavens

Mavens market adalah orang- orang yang mempunyai informasi

mengenai berbagai jenis produk, tempat berbelanja, segi- segi lain dari pasar, dan memulai pembahasan dengan para konsumen serta memberi jawaban atas pertanyaan dari konsumen akan informasi pasar.

(45)

banyaknya pengetahuan yang mereka miliki melainkan cara mereka menyebarluaskan pengetahuan itu.

3. Konsumen Pengganti (Surrogate Consumer)

Konsumen Pengganti adalah orang yang bertindak sebagai agen yang dipertahankan oleh konsumen untuk membimbing, mengarahkan/ pemimpin, dan atau mentraksaksikan kegiatan- kegiatan pasar.

Karakterisik Pemimpin Opini

a. Terlibat dalam kategori produk b. Mereka tertarik pada produk

c. Membaca majalah khusus mengenai produk d. Mengetahui banyak tentang produk tersebut

e. Percaya diri dan secara sosial lebih aktif dari pada pengikutnya

f. Mempunyai status sosial yang lebih tinggi dari para pengikut, meskipun mereka termasuk dalam kelompok teman sebaya yang sama.

g. Cenderung lebih inovatif dalam pembelian

4. Hambatan dalam Promosi dan Komunikasi

(46)

diinginkan, memahami tindakan apa yang diinginkan dan mengapa, dan dipertanyakan apa yang telah dikatakan.

Mengenai hal- hal tersebut, para peneliti sampai pada kesimpulan sebagai berikut:

a. Eksposur Selektif (Selective Exposure)

Kebanyakan orang membuka diri terhadap pesan dan media yang sesuai dengan sikap mereka saat itu. Sebaliknya, konsumen membuang pesan yang tidak sesuai dengan sikap mereka atau apa yang mereka anggap menganggu dan membosankan.

b. Persepsi Selektif (Selective Perception)

Orang- orang dapat melakukan distorsi atau salah menginterpretasikan maksud dari sebuah pesan jika berbeda dengan sikap mereka. Semakin besar perubahan sikap yang diharuskan untuk membuat responden menerima posisi yang dianjurkan di dalam pesan, maka semakin dapat dipastikan bahwa pesan terdistorsi dan ditolak.

c. Rentensi Selektif (Selective Rentention)

(47)

C. Produk dan Kualitas

1. Pengertian Produk (Product) dan Kualitas

a. Produk (Product)

Kotler dan Armstrong (2003: 337) mendefenisikan produk sebagai berikut semua yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya.

1. Perencanaan Produk

Perencanaan produk memiliki 5 (lima) tingkat, yaitu: 1. Manfaat inti (core benefit)

Produk inti terdiri dari jasa untuk memecahkan masalah/ manfaat inti yang dicari konsumen ketika mereka membeli suatu produk.

2. Produk Pasar

Bagian dari produk, tingkat mutu, sifat, rancangan, nama, pengemasan, dan sifat yang lain yang digabungkan untuk memberi produk inti.

3. Produk yang diharapkan

Serangkaian atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan oleh konsumen ketika mereka membeli produk itu.

4. Produk yang ditingkatkan

Produk yang melampaui harapan konsumen. 5. Produk potensial

(48)

2. Klasifikasi Produk

Berdasarkan konsumen yang mengunakannya, produk dan jasa dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: (Laksana, 2008: 69-73)

1. Barang Konsumsi (consumers goods)

a. Barang kebutuhan sehari- hari (convenience goods), yaitu barang yang pada umumnya seringkali dibeli, segera dan memerlukan usaha yang sangat kecil untuk membelinya.

b. Barang belanjaan (shopping goods) yaitu barang yang dalam proses memilih dan membelinya dan dibeli oleh konsumen dengan cara membanding- bandingkan berdasar kesesuaian, mutu, harga, dan modelnya.

c. Barang khusus (speciality goods), yaitu barang yang memiliki ciri unik atau merek khas dimana kelompok konsumen bersedia berusaha keras untuk membelinya.

2. Barang Industri

a. Bahan dan suku cadang (material and spart), yaitu barang- barang yang seluruhnya masuk ke dalam produksi jadi. Bahan baku dibedakan 2 kelas besar

1. Barang hasil pertanian dan barang hasil alam

2. Bahan jadi dan suku cadang, dipecah lagi menjadi dua, yaitu: 1. Bahan komponen

(49)

b. Barang modal (capital items) yaitu barang- barang yang sebagian masuk ke hasil barang jadi akhir.

Terdiri dari:

1. Instalasi yaitu untuk bangunan (untuk pabrik dan kantor) dan peralatan tetap (misal mesin bor)

2. Peralatan tambahan digunakan sebagai pembantu pelaksanaan tugas operasi industry, tapi tak punya arti langsungm tidak menjadi bagian produk yang dibuat, umurnya pendek.

Misal: alat- alat kantor, hard truk, dll. c. Perbekalan dan layanan (supplies and services):

a. Perbekalan operasional (Operating supplies), yakni convenience goods untuk industry, umurnya pendek, harga rendah, tapi tak punya arti langsung.

Misal: oil, pelumas, dll.

b. Usaha pelayanan (business services) yakni perawatan dan perbaikan, dilakukan dengan kontrak perjanjian.

Misal: perbaikan alat kantor.

Klasifikasi produk berdasarkan karakteristik/ sifat:

1. Barang tahan lama (durable goods) yaitu barang berwujud yang biasanya bertahan lama dengan banyak sekali pemakaian.

(50)

3. Jasa (service) yaitu kegiatan, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dibeli.

b. Kualitas

Kualitas adalah salah satu alat pemasaran yang penting. Kualitas produk mempunyai dua dimensi, yaitu tingkatan dan konsistensi. Dalam mengembangkan produk, pemasar lebih dahulu harus memilih tingkatan kualitas yang yang dapat mendukung posisi produk di pasar sasarannya. Dalam dimensi kualitas tersebut berarti kualitas kinerja yaitu kemampuan produk untuk melakukan fungsi- fungsinya. Perusahaan jarang menawarkan tingkatan kinerja yang kualitasnya setinggi mungkin, namun sebaliknya, perusahaan lebih memilih tingkatan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar sasarannya dan tingkatan kualitas produknya. Selain tingkatan kualitas yang tinggi juga dapat berarti konsistensi kualitas produk yang tinggi. Dalam konsisten yang tinggi tersebut kualitas produk berarti

kualitas kesesuaian, bebas dari kecatatan dan kekonsistenan dalam memberikan

tingkatan kualitas yang akan dicapai/ dijanjikan. Semua perusahaan harus berusaha keras memberikan tingkatan kualitas kesesuaian yang tinggi.

2. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)

Menurut Aaker dalam (Simamora, 2003: 281), persepsi kualitas (perceived

quality) adalah kualitas suatu produk menurut pemikiran subjektif konsumen.

(51)

melakukan penilaian sangat tergantung pada apakah atribut- atribut intinsik produk dapat dirasakan dan dievaluasi pada saat hendak melakukan pembelian. Keterbatasan konsumen disebabkan karena terbatasnya pengetahuan mereka tentang cara pembuatan suatu produk atau bahkan konsumen sendiri tidak memiliki cukup banyak waktu melakukan penilaian. Akibatnya konsumen cenderung untuk mengandalkan atribut ekstrinsik seperti nama merek, nama toko, dan harga dalam mengevaluasi kualitas produk. Atribut ekstrinsik produk ini berperan sebagai jalan pintas yang menyediakan sejumlah informasi bagi konsumen dalam melakukam evaluasi.

Menurut Durianto (2001:96) perceived quality dapat didefenisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Karena

perceived quality merupakan persepsi dari pelanggan maka perceived quality

tidak dapat ditentukan secara obyaktif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan yang berbeda terhadap suatu produk atau jasa. Maka dapat dikatakan bahwa perceived

quality berarti akan membahas keterlibatan dan kepentingan pelanggan.

Mengingat kepentingan dan keterlibatan pelanggan berbeda- beda,

perceived quality perlu dinilai berdasarkan sekumpulan kriteria yang berbeda.

Perceived quality yang tinggi bukan berarti harapan pelanggan rendah (pelanggan

(52)

tinggi, maka kemungkinan besar program perikalanan dan promosi yang dijalankan akan efektif. Tetapi perceived quality dapat juga mengakibatkan kesuilitan yang berarti jika program pemasaran tidak direncanakan dengan baik.

a. Perceived quality Menghasilkan Nilai

Secara umum perceived quality dapat menghasilkan nilai- nilai sebagai berikut: 1. Alasan untuk membeli

Keterbatasan informasi, uang dan waktu membuat keputusan seorang pelangan sangat dipengaruhi oleh perceived quality suatu merek yang telah adadi benak konsumen, sehingga seringkali alasan keputusan pembeliannya hanya didasarkan kepada perceived quality dari merek yang akan dibelinya.

2. Differensiasi atau posisi

Pada saat informasi yang objektif tidak tersedia tentang merek produk, maka perceived quailty menjadi sangat berguna dalam memenuhi pendapat konsumen.

3. Harga Premium

(53)

4. Perluasan saluran distribusi

Para pengcer akan termotivasi untuk menjadi penyalur produk/ merek dengan perceived quality yang tinggi, yang berarti dapat memperluas distribusi dari merek tersebut.

5. Perluasan merek

Merek dengan perceived quality yang kuat dapat digunakan untuk memperkenalkan kategori produk baru, yang beraneka ragam. Produk dengan

perceived quality kuat akan mempunyai kemungkinan sukses yang lebih besar

[image:53.595.125.522.317.497.2]

dibandingkan dengan yang perceived quality nya lemah.

Gambar 2.3 perceived quality menghasilkan nilai Sumber : Durianto, dkk (2001: 101)

D. Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif tindakan (atau perilaku). Keputusan selalu mensyaratkan pilihan diantara perilaku yang berbeda. Adapun inti dari pengambilan keputusan konsumen (comsumer

decision making) adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan Perceived quality

Alasan untuk membeli

Differensiasi atau posisi Harga premium Perluasan saluran distribusi

(54)

pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya.

2.3.2 Tahapan – tahapan Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Tahapan- tahapan dalam proses pengambilan keputusan pembelian adalah: (Setiadi, 2003:16 – 20)

1. Pengenalan Masalah

Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan dimana terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh adanya rangsangan internal maupun eksternal.

2. Pencarian informasi

Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Adapun sumber- sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan.

2. Sumber komersil: iklan, tenaga penjualan, penyalur kemasan dan pameran.

3. Sumber umum: media massa, organisasi konsumen

4. Sumber pengalaman: pernah menangani, menguji, menggunakan produk.

3. Evaluasi Alternatif

(55)

konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pertimbangan yang sadar dan rasional.

Konsumen mungkin mengembangkan seperangkat kepercayaan merek tentang dimana setiap merek berada pada ciri masing- masing. Kepercayaan merek menimbulkan citra merek.

4. Keputusan membeli

Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi merek- merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai

5. Perilaku sesudah pembelian

Setelah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat pasar.

6. Kepuasan sesudah pembelian

Apa yang menentukan konsumen akan merasa sangat puas, cukup puas, atau tidak puas atas suatu pembelian? Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari dekatnya antara harapan dari pembeli tentang produk dan kemampuan dari produk tersebut.

7. Tindakan- tindakan sesudah pembelian

(56)

akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi. Konsumen yang tidak puas akan berusaha mengurangi ketidakpuasannya.

8. Penggunaan dan pembuangan sesudah pembelian

Para pemasar juga harus mengontrol bagaimana pembeli menggunakan dan membuang suatu produk. Pada akhirnya, pemasar perlu mempelajari pemakaian dan pembuangan produk untuk mendapatkan isyarat- isyarat dari msaalah- masalah dan peluang- peluang yang mungkin ada.

[image:56.595.84.530.275.321.2]

Gambar 2.4 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Sumber: Setiadi, 2003

Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian adalah: (Setiadi, 2003: 11-15)

1. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang.

2. Sub- Budaya

Sub- budaya dibedakan menjadi empat jenis: Kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok, ras, area geografis.

3. Kelas Sosial

Kelompok sosial merupakan kelompok- kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat.

Mengenali Kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Membeli

(57)

A. Faktor- faktor Sosial

1. Kelompok Referensi

a. Kelompok Primer merupakan kelompok yang ditunjukkan dengan adanya interaksi yang cukup berkesinambungan, seperti keluarga, teman, tetangga dan teman sejawat.

b. Kelompok sekunder adalah yang cenderung lebih resmi dan yang mana interaksi yang terjadi kurang berkesinambungan.

2. Keluarga

a. Keluarga Orientasi merupakan orang tua dari seseorang. Dimana dari orang tua itulah seseorang mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri cinta.

b. Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup yang anak- anak seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat telah diteliti secara intensif.

3. Peran dan Status

Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam

peran dan status.

B. Faktor Pribadi

1. Umur dan Tahapan Dalam Siklus Hidup

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan dalam siklus hidup

keluarga. Orang- orang dewasa umunya mengalami perubahan atau transformasi

(58)

2. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pembelian mereka terhadap suatu produk atau jasa yang ada.

3. Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat

dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan harta

(termasuk persentase yang mudah dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam

dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung.

4. Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.

5. Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relative konsisten.

C. Faktor- faktor Psikologis

1. Motivasi

(59)

tingkat intensitas yang mencukupi. Motif inilah yang membuat orang untuk mencari kepuasan.

2. Persepsi

Persepsi merupakan proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Adanya perpsepsi yang berbeda akan suatu objek yang sama, dipengaruhi oleh tiga proses persepsi yaitu: Perhatian yang selektif, Gangguan yang selektif, Mengingat kembali yang selektif.

3. Pengetahuan

Ketika Orang melakukan suatu aktivitas, pada akhirnya mereka akan belajar. Pembelakaran melibatkan perubahan dalam perilaku individu yang muncul dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia dipelajari. Teori pembelajaran meyakini bahwa pengetahuan dihasilkan melalui dorongan, rangsangan, petunjuk, respon, dan penguatan kembali.

4. Kepercayaan dan Sikap

(60)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.Sejarah PT. Unilever

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Tambahan No. 3 Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934.

Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Pebruari 1998 dan diumumkan dalam Tambahan No. 39 Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998.

Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.

(61)

Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933. Kantor pusat perusahaan terletak di Jakarta dan pabriknya terletak di Cikarang dan Surabaya.

B. Pasta Gigi Pepsodent

Pepsodent adalah pasta gigi yang paling terkenal dan tertua di Indonesia, sejak awal keberadaannya selalu memberikan lebih dari sekedar kemanjuran dasar. Pepsodent adalah pasta gigi pertama di Indonesia yang kembali meluncurkan pasta gigi berflorida pada tahun 1980-an dan satu-satunya pasta gigi di Indonesia yang secara aktif mendidik dan mempromosikan kebiasaan menyikat gigi secara benar melalui program sekolah dan layanan pemeriksaan gigi gratis. Sejak itu Pepsodent telah melengkapi jajaran produknya mulai dari pembersihan dasar hingga pasta gigi dengan manfaat lengkap.

(62)

bawah 12 tahun di seluruh Indonesia dan jumlah ini terus meningkat. Program ini meningkatkan kebiasaan menyikat gigi secara benar dan semenjak dini untuk mencegah masalah gigi khususnya gigi berlubang.

Pepsodent memahami bahwa banyak bagian di Indonesia yang mengalami masalah gigi dan juga dihadapkan pada masalah rendahnya jumlah dokter gigi dan jumlah penduduk itu sendiri. Itulah sebabnya mengapa program Pemeriksaan Gigi Gratis Pepsodent khusus dirancang untuk menjangkau orang-orang ini dengan memberikan perawatan dan pendidikan gigi gratis dengan cara yang menyenangkan dan memungkinkan untuk dilaksanakan dengan program ini, seluruh keluarga dapat memiliki kebiasaan kesehatan mulut dan gigi yang lebih baik. Ini juga merupakan usaha untuk mendorong rakyat Indonesia mengunjungi dokter gigi secara rutin sebagai bagian dari kebiasaan pencegahan gigi berlubang. Adapun deretan produk dari pasta gigi Pepsodent adalah:

1. Pepsodent Complete 12

2. Pepsodent Complete Care

(63)

4. Pepsodent Gigi Susu Orange

5. Pepsodent Herbal

6. Pepsodent Sensitive

7. Pepsodent Whitening

[image:63.595.110.247.75.470.2]

8. Pepsodent White

Gambar 3.1 Jenis Produk Pasta Gigi Pepsodent Sumber: www.unilever.co.id

(64)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Uji Validitas dan Realibilitas

1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur. Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Tabel 4.1 Uji Validitas

No Pertanyaan rhitung rtabel keterangan

1 P1 .536 0.374 Valid

2 P2 .407 0.374 Valid

3 P3 .450 0.374 Valid

4 P4 .531 0.374 Valid

5 P5 .705 0.374 Valid

6 P6 .607 0.374 Valid

7 P7 .736 0.374 Valid

8 P8 .591 0.374 Valid

9 P9 .610 0.374 Valid

10 P10 .490 0.374 Valid

11 P11 .744 0.374 Valid

12 P12 .711 0.374 Valid

(65)

Keterangan:

a. Pada uji validitas ini nilai derajat bebasnya (degree of freedom) adalah 28. Data minimal yang dibutuhkkan adalah n = 30 responden dan variabel independen sebanyak 2, sehingga diperoleh df = n – variabel independen (30 – 2 = 28).

b. Hasil Perolehan rtabel untuk nilai df = 28, dapat dilihat pada tabel r dengan

signifikansi 5% adalah 0.374 c. Nilai tersebut dinilai bila:

r hitung (hasil perhitungan SPSS) > r tabel = valid r hitung (hasil perhitungan SPSS) < r tabel = tidak valid

Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa semua pertanyaan valid karena lebih besar 0.374.

2. Uji Realibilitas

Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dinyatakan reliabel.

Menurut Ghozali dan Kuncoro dalam (Ginting dan Situmorang, 2008: 179) butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan realibilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

(66)
[image:66.595.113.514.84.195.2]

Tabel 4.2 Uji Realibilitas

r alpha Jumlah Pertanyaan

0.885 12

Sumber : Hasil penelitian (2010) data diolah peneliti

Pada 12 pertanyaan dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa koefisien alpha adalah sebesar 0.885. Ini berarti 0,885 > 0,60 dan 0,885 > 0,80 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dapat dijadikan sebagai instrumen dalam penelitian ini.

B. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat normal tidaknya distribusi data yang akan dianalisis. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal, dimana data cenderung harus mengikuti garis diagonal distribusi diagonal (berdistribusi normal) sehingga layak untuk digunakan. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

a. Analisis Grafik

(67)

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Defenisi Operasional Variabel
Tabel 1.1
Gambar  2.1 Proses komunikasi Sumber: Purwanto, 2006: 12
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, menunjuk nama-nama yang tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini sebagai Pembentukan

c. Menumbuhkan kebiasaan kerja yang efektif kepada siswa akan terjadi hanya jika pelatihan dan pembelajaran yang diberikan berupa pekerjaan nyata dan bukan

Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya 488 B.. Muatan Peminatan

untuk mampu mengintegrasikan kedua macam komponen tersebut secara terpadu dalam menyiapkan peserta didik untuk memiliki kemampuan bekerja dan berkembang di masa depan. Jika

Bidang Keahlian : Seni dan Industri Kreatif 9.1 Program Keahlian : Seni RupaA. 9.1.1 Kompetensi Keahlian :

Berdasarkan Tabel 3 diketahui hasil analisis uji Mann-whitney terhadap data pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol secara statistik tidak menunjukkan terdapat

The Economic Consequences of Regulatory Accounting in the Nuclear Power Industry: Market Reaction to Plant Abandonments P.J. ARNOLD

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak,