• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap dan Pengetahuan Remaja Tentang Tindakan Penyalahgunaan Narkoba : (Studi Deskriptif Pada Siswa/Siswi SMP SWASTA Jambi Di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sikap dan Pengetahuan Remaja Tentang Tindakan Penyalahgunaan Narkoba : (Studi Deskriptif Pada Siswa/Siswi SMP SWASTA Jambi Di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung)"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

SIKAP DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG

TINDAKAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

(Studi Deskriptif Pada Siswa/Siswi SMP SWASTA Jambi Di

Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung)

SKRIPSI Diajukan Oleh CANDRA SIMARMATA

060901042

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA

DEPARTEMEN SOSIOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Narkoba kini mengintai setiap generasi muda khususnya para pelajar. Masyarakat, keluarga, dan sekolah memikul tanggung jawab untuk menjaga para pelajar dari ancaman narkoba. Tempat bermain, rumah dan sekolah harus aman bagi para pelajar. Para pelajar harus dibekali pegetahuan, sekaligus kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba harus tersampaikan dengan sangat jelas kepada sekuruh remaja khususnya para pelajar, bahkan ketika mereka tidak dengan sengaja bermaksud mencari informasi tersebut. Untuk menghadapi perubahan pada masa remaja khususnya yang berkaitan dengan masalah kenakalannya, remaja perlu memiliki sikap yang positif terhadap pergaulan dan kesehatannya agar remaja dapat terhindar dari pengaruh negatif lingkungan dan menjadi remaja yang sehat serta menerima kedewasaannya secara bertanggung jawab.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif tersebut bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta yang terdapat dalam masyarakat yang menjadi obyek penelitian. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realita sosial yang ada dalam masyarakat yang menjadi obyek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMP Swasta Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung tentang pengetahuan dan sikap remaja tentang penyalahgunaan narkoba, maka dapat ditarik kesimpulan pengetahuan dan sikap pelajar SMP Swasta Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung tentang tindakan penyalahgunaan narkoba adalah cukup, hal ini dapat dilihat dari mayoritas jawaban responden yang menyatakan ya atau kebenaran tentang tindak penyalahgunaan narkoba, hanya beberapa pernyataan saja yang menyatakan tidak, hal tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman atau pengetahuan para pelajar akan pernyataan kuesioner.

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati saya mengucapka Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan perlindunganNya yang begitu besar pada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “ Sikap Dan Pengetahun Remaja Tentang Tindakan Penyalahgunaan Narkoba ”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan pembelajaran dan

hikmat, terutama dalam hal ketekunan, kesabaran dan disiplin. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis merasakan betapa pentingnya eksplorasi berpikir

dan bertindak, serta mengembangkan penalaran, hal tersebut merupakan pengalaman yang tidak dapat dilupakan.

Selama penulis mengerjakan skripsi ini dan melaksanakan penelitian yang

berhubungan atau mendukung dalam penyusunan skripsi, penulis banyak memperoleh bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis juga ingin menyampaikan dan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Jurusan Departemen

Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Ilham Saladin, M.Si selaku Sekretaris Departemen Sosiologi

(4)

4. Ibu Dra. Rosmiani MA selaku Dosen Pembimbing saya selama proses penyusunan skripsi, yang telah banyak membimbing, memberikan waktu,

tenaga, dan sumbangan pemikiran dalam memberikan saran dan kritik serta mengevaluasi sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan tepat

pada waktunya.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang ada di FISIP USU, khususnya Dosen yang mengajarkan mata kuliah di Departemen Sosiologi, atas ilmu yang telah

diberikan kepada penulis selama ini.

6. Bapak Drs. Roland Siregar, SE selaku Kepala Sekolah di SMP Swasta

Jambi Medan.

7. Kedua orang tua saya yang selalu sabar dalam membimbing dan mengarahkan saya anaknya untuk menjadi seorang sarjana yang kompeten.

Orang tua yang selalu memberikan dorongan , pengorbanan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan perkuliahan terutama dalam masa

penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk doa dan harapan dari ayah dan ibu, semoga Tuhan memberikan rahmat dan umur yang panjang kepada kedua orang tua saya.

8. Teman-teman saya angkatan 2006 : Jhon A. Sitio, Ryandiko Nainggolan, Prabu Tamba, Herbin Marthin, Doso Waluyo, Erick Pasaribu, Zul Fadli,

(5)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,

masukan dan kritik yang membangun sangat penulis hargai. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua kalangan. Akhir kata penulis mengucapkan banyak

terimakasih.

Medan, April 2013

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI... i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL………. vii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah………. 1

1.2 Perumusan Masalah……… 6

1.3 Tujuan Penelitian……… 6

1.4 Manfaat Penelitian……….. 6

1.4.1 Manfaat Teoritis………. 6

1.4.2 Manfaat Praktis……….. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 8

2.1 Pengetahuan……… 8

2.1.1 Defenisi Pengetahuan……… 8

2.1.2 Tingkat pengetahuan………. 8

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan…… 10

2.1.4 Pengetahuan Siswa……… 12

2.2 Sikap………... 13

2.2.1 Defenisi Sikap……… 13

2.2.2 Tingkatan Sikap………. 14

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap……… 14

2.2.4 Sikap Siswa……… 16

2.3 Defenisi Konsep……….. 16

2.4 Defenisi Operasional……….. 17

2.5 Keterbatasan Penelitian……….. 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 20

8.1 Jenis Penelitian……… 20

8.2 Lokasi Penelitian………. 21

(7)

8.3.1 Populasi……… 21

8.3.2 Sampel………. 21

8.4 Teknik Pengumpulan Data……… 23

8.5 Teknik Analisis Data………. 24

8.6 Keterbatasan Penelitian BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN……….. 25

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………... 25

4.1.1 Gambaran Umum SMP Swasta Jambi………. 25

4.2 Temuan Data Di Lapangan………... 25

4.2.1 Profil Responden………. 25

4.2.2 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Responden……… 29

4.2.2.1 Pengetahuan Siswa Tentang Penyalahgunaan Narkoba………. 29

4.2.2.2 Sikap Siswa Tentang Tindakan Penyalahgunaan Narkoba……….. 48

4.3 Analisis Deskriptif Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Tindakan Penyalahgunaan Narkoba………. 65

4.3.1 Pengetahuan Remaja Tentang Tindakan Penyalahgunaan Narkoba……… 65

4.3.2 Sikap Remaja Tentang Tindakan Penyalahgunaan Narkoba ……….. 66

BAB V PENUTUP……… 67

5.1 Kesimpulan………. 67

5.2 Saran……….. 68

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa/I di SMP Swasta Jambi Kelurahan Bantan

Kecamatan Medan Tembung……… 26 Tabel 4.2 Komposisi Responden Berdasarkan Umur Siswa/I

di SMP Swasta Jambi Kelurahan Bantan

Kecamatan Medan Tembung……… 27 Tabel 4.3 Komposisi responden berdasarkan kelas Siswa/I

di SMP Swasta Jambi Kelurahan Bantan

Kecamatan Medan Tembung……… 28 Tabel 4.4 Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Yang Di Dapat Siswa/I Di SMP Swasta Jambi

Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung………….. 29 Tabel 4.5 Jawaban Responden Tentang Pernyataan,

Narkoba Adalah Singkatan Dari Narkotika dan

Obat/Bahan Berbahaya………. 30 Tabel 4.6 Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa

Narkoba Adalah Senyawa-Senyawa Psikotropika Yang Biasa Dipakai Utuk Membius Pasien Saat

Hendak Dioperasi Atau Obat-obatan Untuk

Penyakit Tertentu……… 31

Tabel 4.7 Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Narkoba

Memiliki Resiko “Kecanduan” Bagi Penggunanya……… 32

Tabel 4.8 Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Narkoba Dapat Menyebabkan Penurunan Kesadaran

Bahkan Kematian……….. 33

(9)

Bahkan Anak-anak Usia SD Maupun SMP……….. 34 Tabel 4.10 Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa

Meminum Alkohol Termasuk Pengguna Narkoba……… 36 Tabel 4.11 Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Penggunaan

Narkoba Dengan Menggunakan Jarum Suntik Dapat

Menimbulkan Penyakit HIV/AIDS……….. 38 Tabel 4.12 Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa

Kecanduan Merokok atau Meminum-minuman Keras,

Merupakan Gerbang Ke Arah Penyalahgunaan Narkoba….. 39 Tabel 4.13 Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa

Penyalahgunaan Narkoba Tidak Lepas Dari Pergaulan……. 40 Tabel 4.14 Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa

Penyalahgunaan Narkoba Dapat Menyebabkan Putus Sekolah, Putus Kerja, Hancurnya Masa Depan,

Tindak Kekerasan/Kejahatan……….. 41 Tabel 4.15 Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa

Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan Dan Pengarahan

Tentang Narkoba……… 43

Tabel 4.16 Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Ada Tempat Transaksi Narkoba Yang Dilakukan Secara Terang-Terangan Maupun Secara

Sembunyi-Sembunyi……….. 44

Tabel 4.17 Jawaban Responden Tentang Penyataan Bahwa Media Massa Dan Media Elektronik Dapat Menjadi Sarana Untuk Mendapatkan Informasi

Tentang Bahaya Narkoba……… 45 Tabel 4.18 Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa

Lembaga Pendidikan Dapat Mengadakan Kegiatan Ekstrakurikuler Untuk Mencegah Siswa Bergaul

(10)

Hiburan Malam Adalah Tempat Transaksi Narkoba……… 47 Tabel 4.20 Jawaban Responden Tentang Pengguna Narkoba Harus

Dikucilkan Dari Masyarakat………. 48 Tabel 4.21 Jawaban Responden Tentang Pernyataan Jika Memiliki

Teman Pemakai Narkoba, Maka Saya Tidak Akan

Berteman Lagi Dengannya……… 49 Tabel 4.22 Jawaban Responden Tentang Pengguna Narkoba

Tidak Perlu Diobati Karena Pasti Akan Meninggal………… 50 Tabel 4.23 Jawaban Responden Tentang Merasa Takut Jika

Berdekatan Ataupun Berada Pada Kumpulan

Pengguna Narkoba………. 51

Tabel 4.24 Jawaban Responden Tentang Remaja Tidak Perlu

Mendapatkan Pendidikan Bahaya Narkoba……… 52 Tabel 4.25 Jawaban Responden Tentang Saya Tidak Akan

Memakai Narkoba Karena Berdampak Buruk

Bagi Diri Saya………. 53

Tabel 4.26 Jawaban Responden Tentang Saya Bersedia Mengikuti Penyuluhan/Seminar Tentang

Bahaya Narkoba………. 54

Tabel 4.27 Jawaban Responden Tentang Kebiasaan Merokok Pada Usia Remaja, Rentan

Mengarah/Terkena Kepada Narkoba……….. 55 Tabel 4.28 Jawaban Responden Tentang Ada Bujukan Seorang

Teman Menawarkan Untuk Menggunakan Narkoba……….. 56 Tabel 4.29 Jawaban Responden Tentang Pengguna Narkoba Akan

Melakukan Tindak Kejahatan/Kekerasan Demi Mendapatkan Apa Yang Mereka Inginkan………. 58 Tabel 4.30 Jawaban Responden Tentang Menjauhi Tempat Beredarnya

Narkoba……… 59 Tabel 4.31 Jawaban Responden Tentang Para Pengguna Narkoba

(11)

Untuk Proses Penyembuhan……….. 60 Tabel 4.32 Jawaban Responden Tentang Pemakai Narkoba Harus

Diberikan Sanksi, Baik Itu Sanksi Hukum maupun Sanksi

Moral Atas Tindakannya……… 61 Tabel 4.33 Jawaban Responden Tentang Narkoba Dapat Digunakan

Untuk Menghilangkan Rasa Depresi………. 63 Tabel 4.34 Jawaban Responden Tentang Perhatian/Keterlibatan

Keluarga Sangat Berperan Untuk Mencegah Para Remaja

(12)

ABSTRAK

Narkoba kini mengintai setiap generasi muda khususnya para pelajar. Masyarakat, keluarga, dan sekolah memikul tanggung jawab untuk menjaga para pelajar dari ancaman narkoba. Tempat bermain, rumah dan sekolah harus aman bagi para pelajar. Para pelajar harus dibekali pegetahuan, sekaligus kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba harus tersampaikan dengan sangat jelas kepada sekuruh remaja khususnya para pelajar, bahkan ketika mereka tidak dengan sengaja bermaksud mencari informasi tersebut. Untuk menghadapi perubahan pada masa remaja khususnya yang berkaitan dengan masalah kenakalannya, remaja perlu memiliki sikap yang positif terhadap pergaulan dan kesehatannya agar remaja dapat terhindar dari pengaruh negatif lingkungan dan menjadi remaja yang sehat serta menerima kedewasaannya secara bertanggung jawab.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif tersebut bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta yang terdapat dalam masyarakat yang menjadi obyek penelitian. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realita sosial yang ada dalam masyarakat yang menjadi obyek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMP Swasta Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung tentang pengetahuan dan sikap remaja tentang penyalahgunaan narkoba, maka dapat ditarik kesimpulan pengetahuan dan sikap pelajar SMP Swasta Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung tentang tindakan penyalahgunaan narkoba adalah cukup, hal ini dapat dilihat dari mayoritas jawaban responden yang menyatakan ya atau kebenaran tentang tindak penyalahgunaan narkoba, hanya beberapa pernyataan saja yang menyatakan tidak, hal tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman atau pengetahuan para pelajar akan pernyataan kuesioner.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Modal utama dalam melaksanakan pembangunan disegala bidang adalah Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Gcnerasi muda merupakan salah satu Sumber Daya Manusia yang menjadi kunci suksesnya pembangunan dan berada

pada posisi Utama untuk mempersiapkan masa depan bangsa dan Negara. Untuk mendapatkan generasi muda yang berkualitas, maka kesehatan generasi muda

sudah selayaknya mendapatkan perhatian yang serius, baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat luas (Mappiare, 1998).

Generasi muda terutama usia remaja merupakan masa transisi/peralihan dari

kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa peralihan itulah terjadi perubahan yang cepat pada diri seseorang baik secara fisik, biologis maupun psikologis. Berbagai

perubahan yang dialami remaja sering kali menimbulkan serangkaian konflik, baik dari dalam individu yang bersangkutan ataupun dalam berhubungan dengan orang lain disekitarnya. Keadaan tersebut dapat berakibat buruk pada kehidupan

intelektual dan kesehatan remaja serta manimbulkan konflik dalam kehidupan (Sarlito, 2005).

Salah satu konflik yang paling besar terjadi dikalangan remaja adalah penyalahgunaan “Narkoba”, yang diantaranya Narkotika, Psikotropika dan Zat-zat adiktif lainnya (NAPZA). Penyalahgunaan atau ketergantungan NAPZA dari

(14)

bagaikan gunung es (Ice Berg) artinya yang tampak dipermukaan lebih kecil dibandingkan yang tidak tampak atau dibawah permukaan laut (Hawari, 2001).

Berdasarkan hasil penelitian Badan Koordinasi Narkoba Daerah (BKND) hampir 90 % yang menjadi korban dan sasaran pengedar NAPZA adalah remaja.

Korban NAPZA di Indonesia diperkirakan sekarang ini 3.000.000 orang, maka jumlah remaja yang menjadi korban 2.700.000 orang (Hikmat, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan Dadang Hawari (Tahun 2008), diperoleh data

dan kesimpulan bahwa pada umumnya penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA mulai memakai antara usia 13-17 tahun, sebagian besar penyalahgunaan

dan ketergantungan NAPZA berumur antara 13-25 tahun sebanyak 97% dan 90% berjenis kelamin laki-laki,

Berdasarkan fakta diatas 60% dari mereka menggunakan zat ganda (alkohol,

dan sedatif atau hipnotika ganda), Lebih dari 80% zat tersebut didapatkan dari teman. Alasan mereka menggunakan zat tersebut pada umumnya untuk

menghilangkan kecemasan, kemurungan, ketakutan dan susah tidur. Dampak dari penyalahgunaan NAPZA tersebut, 96% prestasi belajar merosot, 93% hubungan dengan keluarga memburuk, 65,3% memicu perkelahian dan tindak pidana,

kecelakaan lalu lintas 58,7% (Hikmat, 2007).

Banyaknya jumlah remaja yang menjadi pemakai sekaligus korban

penyalahgunaan NAPZA memang sangat dimungkinkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai pemberitahuan kasus NAPZA, baik di media cetak maupun media elektronik, pelakunya sebagian besar adalah remaja. Menurut penelitian

(15)

membeli ekstasi, shabu-shabu, narkotik dan obat-obat terlarang lainnya. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa betapa banyaknya remaja yang menjadi korban

penyalahgunaan NAPZA. Dalam setahun kini diperkirakan 15.000 remaja tewas akibat penyalahgunaan NAPZA diseluruh Indonesia ( Bambang, 2007).

Hasil survei Badan Narkotika Nasional menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di daerah Provinsi Sumatra Utara pada lingkungan pelajar mencapai 4,7 persen dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar

921.695 orang. “Dari jumlah tersebut, 61 persen di antaranya menggunakan narkoba jenis ‘analgesic’ dan 39 persen jenis ganja, ‘amphetamine’, ekstasi dan

lem,” ujar Kabid Pembinaan dan Pencegahan Badan Narkotika Propinsi Sumatera Utara, Arifin Sianipar, di Medan. Ia mengatakan, jumlah pecandu narkoba yang mendapatkan terapi dan rehabilitasi di seluruh Indonesia, berdasarkan data

Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) tahun 2012 sebanyak 17.734 orang. Jumlah pengguna narkoba terbanyak,

kata dia lagi, pada usia remaja yakni rentang usia 15 hingga 17 tahun. Jenis narkoba yang paling banyak digunakan oleh pecandu yang mendapatkan terapi dan rehabilitasi adalah jenis heroin sebanyak 10.768 orang, ganja 1.774 orang dan

sabu-sabu sebanyak 984 orang.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan banyaknya remaja terjerumus kedalam bahaya NAPZA. Pertama, keadaan keluarga yang tidak kondusif atau

dengan kata lain disfungsi keluarga mempunyai resiko relatif anak/ remaja yang

(16)

kurang perhatian dari orang tuanya cenderung terlibat kedalam bahaya penyalahgunaan NAPZA. Kedua, besarnya pengaruh teman, Umumnya asal mula

seseorang memakai NAPZA adalah karena bujukan teman. Bujukan teman bisa berasal dari lingkungan teman sepermainan disekitar dia tinggal ataupun

teman-teman yang berada dilingkungan sekolahnya. Penolakan terhadap tekanan ini sering mengakibatkan ia dikucilkan oleh kelompoknya. Hal ini membuat remaja menjadi merasa tidak memiliki pergaulan, akibatnya remaja harus mengikuti

bujukan teman dan terjerumus kedalam penyalahgunaan NAPZA (Adiningsih, 2002).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada siawa/i SMP Swasta di kawasan kecamatan Medan Tembung melalui observasi, dimana tampak beberapa siswa sedang duduk - duduk dikantin pada jam pelajaran dan

setelah diwawancarai ternyata mereka bolos dari mata pelajaran, sementara sekitar 5 orang siswa tampak sedang merokok dan menurut mereka hal itu sudah biasa

dilakukan baik disekolah maupun diluar sekolah. Oleh karena itu perlu diberikan pengetahuan kepada siswa/i SMP mengenai narkoba, agar tidak terjerumus kepada perilaku menyimpang yakni bahayanya narkotika.

Kondisi lingkungan komunitas di Kecamatan Medan Tembung pada umumnya tergolong rawan dan kondusif bagi tumbuhnya perilaku menimpang.

Daerah Medan Tembung memiliki jumlah penduduk yang berdesak-desakan dan dan masih banyak penghuni berstatus ekonomi rendah. Lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan dapat merupakan faktor terganggunya perkembangan

(17)

terlibat pada penggunaan NAPZA. Ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi penulis pada saat melihat kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat pada daerah

ini, antara lain :

1. Ada beberapa tempat hiburan yang buka hingga dini hari, seperti

billyard, warnet dan tempat-tempat pelacuran yang beroperasi sehingga bisa menjadi tempat tongkrongan bagi remaja.

2. Banyaknya anak yang putus sekolah. Pada saat melakukan wawancara

awal, rata-rata mereka mengatakan putus sekolah pada kelas I SMP. 3. Sering terjadi tawuran antar pelajar setelah jam sekolah selesai, dan pada

saat malam hari tawuran antar gang, yang rata-rata pelakunya adalah remaja.

4. Siswa SMP sering kebut-kebutan, corat-coret dinding rumah warga, dan

mau melakukan pengrusakan.

5. Ada tempat-tempat transaksi NAPZA yang dilakukan secara

terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.

6. Sering terjadi perampokan di jalan raya maupun perampokan terhadap rumah warga.

Hal inilah yang menarik bagi penulis untuk meneliti bagaimana pengetahuan dan sikap remaja tentang tindakan penyalahgunaan narkoba pada siswa/i SMP

(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu bagaimana pengetahuan dan sikap remaja tentang tindakan penyalahgunaan narkoba di SMP Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan

Tembung.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap remaja tentang

tindakan penyalahgunaan narkoba di SMP Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung.

2. Untuk mendeskripsikan bagaimana pengetahuan dan sikap remaja tentang

tindakan penyalahgunaan narkoba di SMP Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung.

1.4. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, telebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, yang menjadi manfaat dari penelitian adalah: 1. Manfaat teoritis

(19)

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini harapannya adalah selain meningkatkan

kemampuan dan wawasan penulis dalam menulis karya ilmiah serta penerapan ilmu di tengah – tengah masyarakat . harapannya penelitian ini

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

2.1.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya keputusan ini, pengetahuan dibagi dua yakni pengetahuan khusus yang mengenai

satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal (Poedjawijatna, 2004).

Pengetahuan merupakan keseluruhan gagasan, ide, konsep, dan pemahaman, yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya, pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman,

manusia menjalani segala sesuatu. Pengetahuan juga mencakup praktek atau kemampuan dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum di bekukan

sistematis dan metode (Keraf A.S, 2001).

Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengalaman manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Penglihatan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (Soekidjo, 2003).

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

(21)

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, yang termasuk ke dalam pengethauan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyipulakan, mermalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisa (analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu stu,ktur organisasi tersebut, dan masih dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

(22)

5. Sintesa (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu materi atau objek. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyakan isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita

ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut di atas.

2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses

pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.

b. Persepsi

(23)

c. Motivasi

motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang

berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan menyampingkan hal-hal yang di anggap kurang bermanfaat. Dalam

mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam diri individu (biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga menjadi puas) maupun dari luar (merupakan pengaruh

dari orang lain/lingkungan). Motivasi murni adalah yang betul-betul disadari akan penyingmya suatu perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan.

d. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan tertangkap oleh indera manusia. Pengetahuan

yang diperoleh dari pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa laludan aspirasinya untuk

masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini. 2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan

Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu.

b. Sosial Ekonomi

(24)

c. Kebudayaan

kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai, dan penggunan

sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup.

d. Informasi

Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2003).

2.1.4 Pengetahuan siswa mengenai penyalahgunaan narkoba

Narkoba kini mengintai setiap generasi muda khususnya para pelajar.

Masyarakat, keluarga, dan sekolah memikul tanggung jawab untuk menjaga para pelajar dari ancaman narkoba. Tempat bermain, rumah dan sekolah harus aman bagi para pelajar. Para pelajar harus dibekali pegetahuan, sekaligus kecakapan

untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba harus tersampaikan dengan sangat jelas kepada sekuruh

remaja khususnya para pelajar, bahkan ketika mereka tidak dengan sengaja bermaksud mencari informasi tersebut. Mereka harus mendapatkan informasi yang benar, mudah dipahami, serta mudah diakses. Mereka harus dipersiapkan

untuk menolak setiap tawaran menggunakan narkoba. Mampu berkata tidak, memiliki alasan yang tegas dan lugas untuk menolak, dan dapat mengalihkan

pembicaraanjika ia dalam situasi tersudutkan. Disinilah peran sekolah turut mengambil bagian dalam membasmi penyalahgunaan narkoba oleh pelajar. Kurangnya pengetahuan remaja mengenai penyalahgunaan narkoba dikarenakan

(25)

sekolah sangat diutamakan sebagai contoh pada tingkat SD dapat disampaikan pendidikan kesehatan tentang cara menolak ajakan menggunakan narkoba,

sedangkan pada tingkat SMP dan SMA dapat disampaikan materi pendidikan kesehatan tentang analisis bahaya penggunaan narkoba serta berbagai peraturan

perundang-undangan tentang narkoba. Selain itu, pihak sekolah dapat menggiatkan kegiatan ekstra kurikuler yang berkaitan dengan pendidikan bahaya penyalahgunaan narkoba, seperti melalui kegiatan perkemahan, ceramah, dan

diskusi.

2.2 Sikap

2.2.1 Defenisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Menurut Newcomb (1999) seorang ahli psikologi, bahwa

sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau perilaku.

Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu pernyataan terhadap objek. Sikap adalah pandangan atau perasaan yang di sertai dengan sikap objek tadi. Jadi sikap

senantiasa terarah terhadap suatu hal objek, tidak ada sikap tanpa objek.

Sikap dikatakan sebagai suatu responden evaluatif. Respon hanya akan

timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang

(26)

positif-negatif, menyenangkan, tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2005).

2.2.2 Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan sti ulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah bahwa orang menerima ide

tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).

2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sikap 1. Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi merupakan apa yang telah dan sedang dialami ikut

(27)

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek. Penghayatan tersebut

akan membentuk sikap positif atau negatif di kemudian hari. 2. Pengaruh Orang Lain

Pengaruh orang lain yang di anggap penting merupakan komponen sosial yang mempengaruhi sikap.

3. Media Massa

Media massa sebagai sarana komunikasi yang mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk opini dan kepercayaan orang. Walaupun pengaruh

media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individu secara langsung, namun dalampembentukan sikap, media massa juga berperan karena merupakan suatu bentuk informasi sugestif.

4. Faktor Emosi

Pengaruh faktor emosi, yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama

(28)

2.2.4 Sikap siswa mengenai penyalahgunaan narkoba

Untuk menghadapi perubahan pada masa remaja khususnya yang berkaitan

dengan masalah kenakalannya, remaja perlu memiliki sikap yang positiv terhadap pergaulan dan kesehatannya agar remaja dapat terhindar dari pengaruh negativ

lingkungan dan menjadi remaja yang sehat serta menerima kedewasaannya secara bertanggung jawab. Sikap remaja cenderung untuk bertindak sesuai dengan sikap objek terssebut atau lebih tepatnya kesediaan untuk beraksi terhadap suatu hal

(Gerungan, 2004 : 161). Remaja pada umunya ingin memulai atau mencoba sesuatu yang belum pernah dia ketahui.

2.3 Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian defenisi konsep sangat diperlukan dalam

mempemudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah kerangka acuan penelitian di dalam desain instrumen penelitian. Konsep digunakan agar

masyarakat ilmiah maupun konsumen penelitian tahu pembaca laopran penelitian tentang apa yang dimaksud dengan variabel, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dimaksud peneliti dalam penelitiannya (Burhan Bungin, 2001).

Adapun beberapa konsep penting dalam penelitian ini adalah:

(29)

2. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

3. Remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-anak ke masa dewasa. Pada masa peralihan itulah terjadi perubahan yang cepat pada diri

seseorang baik secara fisik, biologis maupun psikologis. Berbagai perubahan yang dialami remaja sering kali menimbulkan serangkaian konflik, baik dari dalam individu yang bersangkutan ataupun dalam berhubungan dengan orang

lain disekitarnya. Keadaan tersebut dapat berakibat buruk pada kehidupan intelektual dan kesehatan remaja serta manimbulkan konflik dalam kehidupan

(Sarlito, 2005).

4. Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi seintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran,hilang nya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

5. Institusi Pendidikan adalah badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya penididikan terhadap anak didik.

2.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi yang didasarkan pada karakteristik

yang dapat diobservasi dari apa yang sedang di definisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan

(30)

1. Pengetahuan remaja terhadap tindakan penyalahgunaan narkoba adalah segala pengertian, penyebab, dampak, atau segala sesuatu yang diketahui para siswa

SMA Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung terhadap penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

2. Sikap remaja terhadap tindakan penyalahgunaan narkba adalah reaksi atau respon para siswa SMA Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung terhadap penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

2.5 Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan waktu dalam penyebaran kuesioner, kesibukan informan dalam melakukan proses belajar mengajar, harus membuat peneliti dapat mengatur waktu dalam penyebaran kuesioner penelitian. Terbatasnya waktu

yang di sediakan responden membuat peneliti harus dapat memaksimalkan waktu, agar peyebaran dan pengisian kuesioner dapat berjalan dengan

efisien.

2. Kendala teknis juga di alami selama penelitian, seperti : responden seolah bingung dengan pernyataan ataupun pertanyaan yang ada dalam kuesioner,

sehingga tidak sedikit dari responden yang bertanya dan bingung, oleh karena itu peneliti harus dengan jelas menjelaskan isi dari kuesioner.

3. Peneliti juga belum menguasai secara menyeluruh teknik dan metode penelitian, sehingga dapat menjadi keterbatasan dalam menyajikan dan mengolah data. Teteapi kendala tersebut dapat diatasi melalui proses

(31)

mendukung proses penelitian ini. Walaupun terdapat keterebatasan dalam mengumpulkan informasi dari responden, serta informasi yang di peroleh

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif tersebut bertujuan untuk membuat

gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta yang terdapat dalam masyarakat yang menjadi obyek penelitian.

Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realita sosial yang ada dalam masyarakat yang menjadi obyek penelitian, dan berupaya menarik realitas

itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu (Burhan Bungin, 2007).

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang pada dasarnya

menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan

pengalaman, kemudian dikembangkan berdasarkan permasaahan-permasalahan beserta solusi pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran dalam bentuk dukungan data empiris dilapangan. Penelitian kuantitatif dengan

format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi

(33)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Jambi Kelurahan Bantan,

Kecamatan Medan Tembung. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena menurut observasi awal dan pandangan masyarakat, banyak para siswa SMP

terkhususnya di Kecamatan Medan Tembung yang sudah mengarah kepada perilaku menyimpang, misalnya pecandu narkoba, tindak prilaku kriminal, dan terikut ke dalam gank motor.

3.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki kharakteristik tertentu didalam suatu penelitian(Nawawi, 2003:141).

Populasi terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan kharakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja siswa/i SMP Swasta Jambi yang berada di Kelurahan Bantan, Kecamatan Medan Tembung. Berdasarkan hasil pra penelitian yang telah dilakukan, jumlah siswa/i SMP

Swasta Jambi sebanyak 168 orang.

3.3.2 Sampel

(34)

sampel dari populasi yang ada maka peneliti menggunakan rumus Taroyamane dengan presisi 10% dan dengan tingkat kepercayaan 90% (Rahmat, 1987:82).

� = N

N(d)2+ 1

Keterangan : n = sampel

N = jumlah populasi d = presisi 10% atau 0,1

berdasarkan data yang didapat maka untuk penelitian ini peneliti memerlukan sampel sebanyak:

Jadi besar sampel diperoleh 63 orang. Dimana jumlah siswa :

- Kelas I : 55

Maka masing-masing kelas diambil sample sebanyak : - Kelas I : 33% x 63 = 21 Orang

(35)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data primer

a. Kuisioner, yaitu alat pengumpul data yang dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang dijawab tertulis pula oleh responden (nawawi,

1995:17).

b. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak

pada saat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung dilapangan. Data yang diperoleh melalui observasi terdiri dari rincian tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang atu keseluruhan kemungkinan

interaksi interpersonal dan proses penataan yang merupakan bagian dari lapangan yang dapat diamati. Hasil obsevasi ini kemudian ditungkan dalam

bentuk catatan lapangan.

Studi Kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder

dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari buku, juga dari sumber-sumber lainnya seperti surat kabar, internet, dan lain-lain yang berkaitan langsung

(36)

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan

Kuantitatif, dilakukan dengan mengorganisasikan data, memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari. 3.5 Teknik Analisis Data

Pendekatan kuantitatif dilakukaan dengan pengujian secara statistik terhadap data yang terkumpul, maka penyajian data dalam bentuk tabel frekuensi

dan persentase yang kemudian diteruskan dengan mengedit dan menganalisanya, dan hasil analisis data yang disajikan tidak lagi dalam bentuk angka-angka

statistik, tetapi diubah menjadi informasi dalam bentuk sebuah laporan hasil penelitian.

Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis menggunakan teknik

analisis tabel tunggal, tabel tunggal merupakan salah satu teknik yang dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki

hubungan dengan yang lainnya, sehingga diketahui variabel tersebut bernilai positif atau negatif, dimana analisis tabel tunggal yaitu suatu analisa yang dilakukan dengan membagi variabel penelitian kedalam sejumlah frekuensi dan

(37)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum SMP Swasta Jambi

Sekolah Menengah Pertama Swasta Jambi berlokasi di Jln Pertiwi Ujung No 17 Kelurahan Bantan, Kecamatan Medan Tembung. SMP Swasta Jambi berdiri pada tahun 2001. SMP Swasta Jambi memiliki visi dan misi sekolah pada

umumnya yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan menghasilkan anak didik yang cerdas, beriman dan bertaqwa. Dan lembaga pendidikan ini tidak hanya

mendirikan tingkat pendidikan SMP, akan tetapi mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi yakni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun pada awalnya yang terlebih dahulu didirikan adalah SMP Swasta Jambi, yang terdiri

dari 3 kelas yaitu kelas I berjumlah 55 orang, kelas II berjumlah 52 orang, dan kelas III berjumlah 61 orang, dan jumlah keseluruhan siswa sebanyak 168 orang.

SMP Swasta Jambi memiliki jumlah staf pengajar sebanyak 25 orang dan staf Tata Usaha berjumlah 1 orang.

4.2 Temuan Data Di Lapangan 4.2.1 Profil Responden

Temuan data di lapangan disaikan dalam bentuk table distribusi frekuensi

(38)

A.Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan penyebaran kuesioner penelitian kepada 63 orang responden di

SMP Swasta Jambi, diketahui bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa/I di SMP Swasta Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun

2013 No Jenis Kelamin

Responden

Frekuensi ( F )

Persentase (%)

1 Laki-laki 26 41,3

2 Perempuan 37 58,7

Jumlah 63 100

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui jumlah responden berdasarkan jenis

kelamin yaitu laki-laki sebanyak 26 orang (41,3%), dan responden perempuan sebanyak 37 orang (58,7%).

B.Usia Responden

Berdasarkan penyebaran kuesioner penelitian kepada 63 orang responden di SMP Swasta Jambi, maka pengelompokan usia responden dalam penelitian ini

(39)

Tabel 4.2

Komposisi Responden Berdasarkan Umur Siswa/I di SMP Swasta Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013

No Usia

Responden

Frekuensi ( F )

Persentase (%)

1 12 tahun 3 orang 4,8

2 13 tahun 23 orang 36,5

3 14 tahun 23 orang 36,5

4 15 tahun 11 orang 17,5

5 16 tahun 3 orang 4,8

Jumlah 63 orang 100

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diketahui jumlah responden berdasarkan usia untuk pendidikan SMP Swasta Jambi adalah berusia 12 tahun sebanyak 3 orang (4,8%), yang berusia 13 tahun sebanyak 23 orang (4,8%), yang berusia 1 tahun

sebanyak 23 orang (36,5%), yang berusia 15 tahun sebanyak 11 orang (17,5%), yang berusia 16 tahun sebanyak 3 orang (4,8%).

(40)

C.Kelas responden

Tabel 4.3

Komposisi responden berdasarkan kelas Siswa/I di SMP Swasta Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013

No Kelas

Responden

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Kelas 1 21 33,3

2 Kelas 2 19 30,2

3 Kelas 3 23 36,5

Jumlah 63 100

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diketahui jumlah responden berdasarkan kelas, yaitu kelas 1 sebanyak 21 orang (33,3%), kelas 2 sebanyak 19 orang (30,2%),

(41)

D. Sumber Informasi Responden

Tabel 4.4

Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Yang Di Dapat Siswa/I Di SMP Swasta Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan

Tembung Tahun 2013 No Sumber informasi

Responden

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Televisi 46 73,0

2 Radio 3 4,8

3 Koran/majalah 11 17,4

4 Lainnya,(sekolah) 3 4,8

Jumlah 63 100

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui jumlah responden berdasarkan

sumber informasi, yaitu yang mendapat informasi dari televisi sebanyak 46 orang (73,0%), yang mendapat informasi dari radio sebanyak 3 orang (4,8%), yang

mendapat informasi dari Koran/majalah sebanyak 11 orang (17,5%), dan yang mendapat informasi dari sumber lainnya 3 orang (4,8%).

Responden yang mengatakan mendapat informasi dari televisi merupakan

(42)

4.2.2 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Responden

4.2.2.1 Pengetahuan Siswa Tentang Penyalahgunaan Narkoba : Tabel 4.5

Jawaban Responden Tentang Pernyataan, Narkoba Adalah Singkatan Dari Narkotika dan Obat/Bahan Berbahaya.

No Jawaban

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa responden menyatakan mengetahui narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya

sebanyak 56 orang (88,8%), dan yang tidak mengetahui narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya sebanyak 7 orang (11,2%).

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kebanyakan responden mengetahui kepanjangan dari narkoba, hal itu ditandai dengan banyaknya responden yang mendapatkan informasi dari berbagai sumber

informasi diantaranya televisi, radio, Koran/majalah, ataupun mendapatkan pendidikan langsung dari sekolah.

(43)

tentang narkoba. Peran ini ditandai dengan adanya mata pelajaran sosiologi di SMP Swasta Jambi dimana terdapat topik Perilaku Menyimpang di kalangan

Remaja.

Tabel 4.6

Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Narkoba Adalah Senyawa-Senyawa Psikotropika Yang Biasa Dipakai Utuk Membius

Pasien Saat Hendak Dioperasi Atau Obat-obatan Untuk Penyakit Tertentu.

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui bahwa responden menyatakan

mengetahui bahwa narkoba adalah senyawa-senyawa psikotropika, yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk

penyakit tertentu sebanyak 48 orang (76,2%), dan yang tidak mengetahui sebanyak 15 orang (23,8%).

Sehingga dapat diambil kesimpulan dari tabel 4.6 di atas adalah mengerti

tentang penggunaan yang sah pada narkoba. Yaitu sejak zaman purba manusia sudah mengenal dan menggunakan daun, ranting , biji, akar, bunga, atau getah

(44)

dan perilaku dan sampai sekarang para medis ataupun ilmu kesehatan menggunakan bahan-bahan yang terkandung dalam narkoba digunakan untuk

pengobatan sebagai anastesi ataupun mengurangi rasa sakit. Tetapi bila disalahgunakan (digunakan diliuar tujuan pengobatan serta tanpa pengawasan

dokter, secara berlebihan dan berulang kali atau terus menerus), bahan tersebut dapat menibulkan ketergantungan. Bahan tersebut yang akan disebut narkoba sebagai singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan/zat adiktif lainnya.

Tabel 4.7

Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Narkoba Memilki Resiko “Kecanduan” Bagi Penggunanya.

No Jawaban

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan narkoba memiliki resiko kecanduan bagi pengguna narkoba sebanyak

52 orang (82,5%), dan yang menyatakan tidak kecanduan sebanyak 11 orang (17,5%).

(45)

penggunanya. Ketergantungan terhadap narkoba dapat menimbulkan gangguan kesehatan jasmani dan rohani. Penyalahgunaan narkoba biasanya diawali oleh

penggunaan coba-coba sekedar mengikuti teman, untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri, kelelahan, ketegangan jiwa, atau sebagai hiburan,

maupun untuk pergaulan. Bila taraf coba-coba tersebut dilanjukan secara terus menerus akan berubah menjadi kecanduan akan narkoba itu sendiri.

Tabel 4.8

Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Narkoba Dapat Menyebabkan Penurunan Kesadaran Bahkan Kematian.

No Jawaban

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Dari tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa responden yang menyatakan bahwa narkoba dapat menyebabkan penurunan kesadaran bahkan kematian sebanyak 28 0rang (44,4%), dan yang menyatakan tidak dapat menyebabkan penurunan

kesadaran dan kematian sebanyak 35 orang (55,6%).

Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel 4.8 di atas adalah kurang

(46)

kematian. Dampak sebenarnya dari ketergantungan narkoba yaitu dapat mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan sampai pada kematian sia-sia.

Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan jasmani dan rohani, gangguan fungsi sampai kerusakan organ vital

seperti otak, jantung, hati, paru-paru, dan ginjal.

Tabel 4.9

Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Pemakaian Narkoba Sudah Ada Di Kalangan Remaja Maupun Dewasa, Bahkan

Anak-anak Usia SD Maupun SMP.

No Jawaban

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan bahwa narkoba sudah ada dikalangan remaja maupun dewasa, bahkan

anak-anak usia SD maupun SMP sebanyak 45 orang (71,4%), sementara yang menyatakan tidak sebanyak 18 orang (28,6%).

(47)

diperkirakan sekarang ini 3.000.000 orang, maka jumlah remaja yang menjadi korban 2.700.000 orang (Hikmat, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan Dadang Hawari (Tahun 2008), diperoleh data dan kesimpulan bahwa pada umumnya penyalahgunaan dan ketergantungan

NAPZA mulai memakai antara usia 13-17 tahun, sebagian besar penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA berumur antara 13-25 tahun sebanyak 97% dan 90% berjenis kelamin laki-laki,

Berdasarkan fakta diatas 60% dari mereka menggunakan zat ganda (alkohol, dan sedatif atau hipnotika ganda), Lebih dari 80% zat tersebut didapatkan dari

teman. Alasan mereka menggunakan zat tersebut pada umumnya untuk menghilangkan kecemasan, kemurungan, ketakutan dan susah tidur. Dampak dari penyalahgunaan NAPZA tersebut, 96% prestasi belajar merosot, 93% hubungan

dengan keluarga memburuk, 65,3% memicu perkelahian dan tindak pidana, kecelakaan lalu lintas 58,7% (Hikmat, 2007).

Banyaknya jumlah remaja yang menjadi pemakai sekaligus korban penyalahgunaan NAPZA memang sangat dimungkinkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai pemberitahuan kasus NAPZA, baik di media cetak maupun

media elektronik, pelakunya sebagian besar adalah remaja. Menurut penelitian remaja Jakarta dalam seharinya menghabiskan uang sebesar Rp.l,3 Miliar untuk

membeli ekstasi, shabu-shabu, narkotik dan obat-obat terlarang lainnya. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa betapa banyaknya remaja yang menjadi korban penyalahgunaan NAPZA. Dalam setahun kini diperkirakan 15.000 remaja tewas

(48)

Hasil survei Badan Narkotika Nasional menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di daerah Provinsi Sumatra Utara pada lingkungan

pelajar mencapai 4,7 persen dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang. “Dari jumlah tersebut, 61 persen di antaranya menggunakan

narkoba jenis ‘analgesic’ dan 39 persen jenis ganja, ‘amphetamine’, ekstasi dan lem,” ujar Kabid Pembinaan dan Pencegahan Badan Narkotika Propinsi Sumatera Utara, Arifin Sianipar, di Medan. Ia mengatakan, jumlah pecandu narkoba yang

mendapatkan terapi dan rehabilitasi di seluruh Indonesia, berdasarkan data Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

(P4GN) tahun 2012 sebanyak 17.734 orang. Jumlah pengguna narkoba terbanyak, kata dia lagi, pada usia remaja yakni rentang usia 15 hingga 17 tahun. Jenis narkoba yang paling banyak digunakan oleh pecandu yang mendapatkan terapi

dan rehabilitasi adalah jenis heroin sebanyak 10.768 orang, ganja 1.774 orang dan sabu-sabu sebanyak 984 orang.

Tabel 4.10

Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Meminum Alkohol Termasuk Pengguna Narkoba

(49)

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

menyatakan meminum alkohol termasuk pengguna narkoba sebanyak 26 orang (41,3%), sedangkan yang menyatakan tidak termasuk pengguna narkoba sebanyak

37 orang (58,7%).

Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa siswa-siswi SMP Jambi kurang mengerti bahwa alkohol juga merupakan bagian dari narkoba yang

tergolong baan zat adiktif yaitu bahan atau zat yang tidak terglong narkotika ataupun psikotropika, tetapi seperti halnya dengan narkotika dan psikotropika,

bahan zat adiktif ini menimbulkan ketergantungan. Alkohol adalah hasil fermentasi/pergian karbohidrat : dari bulir padi-padian, cassava, sari buah anggur, nira. Kadar alkohol minuman yang diperoleh melalui proses fermentasi tidak lebih

dari 14% karena ketika kadar alkohol mencapai 14%, mikroba raginya mati. Alkohol yang disebut metal alkohol adalah jensi alkohol yang sangat berbahaya.

Kadar alkohol dari bir 3-5%, wine 10-14%, whiski, rum, gin, vodka, dan brendy antara 40-50%. Minuman beralkohol dapat megakibatkan dan menimbulkan gangguan fungsi hati, menimbulkan perubahan pada struktur dan fungsi pancreas,

menimbulkan gangguan fungsi saluran pencernaa, menimbulkan kelemahan otot, merusak sumsum tulang belakang, menimbulkan gangguan fungsi endokrin,

(50)

Tabel 4.11

Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Penggunaan Narkoba Dengan Menggunakan Jarum Suntik Dapat Menimbulkan

Penyakit HIV/AIDS.

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan penggunaan narkoba dengan menggunakan jarum suntik dapat

menimbulkan penyakit HIV/AIDS sebanyak 53 orang (84,1%), sedangkan yang menyatakan tidak adalah sebanyak 10 orang (15,9%).

Dapat diambil kesimpulan bahwa para siswa mengerti tentang jenis dari cara penggunaan narkoba yakni dengan cara ditelan, dirokok, disedot dengan hidung, disuntikkan ke dalam pembuluh dara balik (intravena), disuntikkan ke dalam otot

atau disuntikkan ke dalam lapisan lemak di bawah kulit. Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara bergilir dapat menibulkan

ketularan penyakit HIV/AIDS, hepatitis B, Hepatitis C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh. Tedapat hubungan erat antara penyalahgunaan narkoba khususnya menggunakan jarum suntik secara

(51)

darah, atau air mani, melalui transfuse darah, kontak badan dan hubungan seksual baik heteroseksual maupun homo seksual. Dahulu ada anggapan bahwa

HIV/AIDS hanya menlar di lingkungan pelaku penyimpangan seksual (pelacur dan pelaku homo seksual), tetapi sekarang ternyata bahwa tidak sedikit yang

tertular HIV karena transfusi darah dan penggunaan jarum sunik secara bergilir diantara para pecandu narkoba/IDU (Injecting Drug Use).

Tabel 4.12

Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Kecanduan Merokok atau Meminum-minuman Keras, Merupakan Gerbang Ke

Arah Penyalahgunaan Narkoba.

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa responden yang

menyatakan bahwa kecanduan merokok atau meminum-minuman keras, merupakan gerbang ke arah penyalahgunaan narkoba sebanyak 42 orang (66,7%),

dan yang menyatakan tidak sebanyak 21 orang (33,3%).

(52)

meminum-minuman kerasmerupakan gerbang ke arah penyalahgunaan narkoba. Kebiasaan atau ketergantungan terhadap dan atau meminum minuman keras juga membuat remaja rentan rehadap penyalahgunaan narkoba. Para remaja mempunyai dorongan kuat untuk mengikuti trend dan gaya hidup modern, penggunaan narkoba dipandang sebagai bagian atau ciri gaya hidup modern, hal inilah yang membuat remaja rentan terhadap penyalahgunaan narkoba.

Tabel 4.13

Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Penyalahgunaan Narkoba Tidak Lepas Dari Pergaulan.

No Jawaban

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, diketahui bahwa siswa-siswi yang menyatakan

benar bahwasanya penyalahgunaan narkoba tidak lepas dari pergaulan ataupun lingkungan yang negatif ada sebanyak 32 orang (50,8 %), sementara yang menyatakan tidak ada sebanyak 31 orang (49,2 %).

(53)

dengan orang-orang yang berperilaku sama untuk memperoleh penerimaan, pembenaran, dan pengakuan. Pengguna juga membujuk, mendorong atau menekan temannya untuk berperilaku yang sama.

Cita rasa yang pertama, serta dampaknya yang dirasakan oleh pemula sangat mempengaruhi penggunaan selanjutnya. Makin muda usia pengguna pada waktu pertama kali ia menggunakan narkoba, makin kuat kecenderungan yang bersangkutan untuk mencoba lagi dan seterusnya sampai menimbulkan ketergantungan. Lingkungan pergaulan remaja dan pemuda baik di sekolah, di kampus Perguruan Tinggi, tempat kerja atau lingkungan gaul lainnya juga menimbulkan kerentanan bagi para pemuda bila dalam kelompok atau lingkungan pergaulan tersebut ada satu orang atau lebih yang menjadi pengguna atau pengedar narkoba.

Tabel 4.14

Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Penyalahgunaan Narkoba Dapat Menyebabkan Putus Sekolah, Putus Kerja, Hancurnya

Masa Depan, Tindak Kekerasan/Kejahatan.

No Jawaban

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, dapat diketahui bahwa siswa-siswi yang

(54)

putus sekolah, putus kerja, hancurnya masa depan, tindak kekerasan/ kejahatan sebanyak 59 orang (93,6 %), sedangkan yang menyatakan tidak sebayak 4 orang

(6,4%).

Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel 4.14 di atas adalah hampir seluruh

dari responden setuju akan pernyataan bahwa peyalahgunan narkoba dapat menyebabkan putus sekolah, putus kerja, hancurnya kehidupan rumah tangga, hancurya masa depan, tindak kekerasan, kecelakaan lalu-lintas, tindak kejahatan

dan kematian percuma. Penyalahgunaan narkoba adalah gangguan perilaku dan perbuatan anti social, seperti berbohong, membolos, minggat, malas, seks bebas,

melanggar aturan dan disiplin, merusak barang, melawan orang tua, mencuri, suka mengancam, dan suka berkelahi sehingga mengganggu ketertiban, ketenteraman, dan keamanan masyarakat.

Karena harga narkoba sangat mahal dan penggunanya harus terus menerus memakai, maka ketergantungan narkoba menimbulkan beban biaya yang sangat

tinggi bagi diri orang yang bersangkutan, orang tua dan keluarganya. Bila uang dan kekayaannya, harta dan kekayaan orang tuanya sudah tandas, maka dapat menggerayangi harta kekayaan milik orang lain, hal ini lah yang memicu si

(55)

Tabel 4.15

Jawaaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan Dan Pengarahan Tentang Narkoba.

No Jawaban

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.15 di atas, diketahui bahwa responden yang menyatakan

ya bahwa sekolah dapat memberikan pendidikan dan pengarahan tentang narkoba adalah sebanyak 53 orang (84,1 %), sedangkan yang menjawab tidak sebanyak 10 orang (15,9%).

Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel 4.15 di atas adalah responden sangat antusias dan menarik akan pembelajaran tentang narkoba. Dalam hal ini

program pencegahan adalah pendidikan pencegahan melalui kurikulum pendidikan sekolah baik secara terpadu dengan mata pelajaran lainnya, maupun secara khusus, baik intra maupun ekstra kurikuler. Untuk itu para guru yang

bersangkutan perlu mendapat pelatihan khusus; pengelolaan waktu luang dan kegiatan alternative dengan kegiatan-kegiatan penyaluran hobi, olahraga,

kesenian, kegiatan rekreasi bersama atau lainnya.

(56)

serta kemampuan pemecahan masalah (problem coping capacity). Menghadapi masyarakat yang majemuk, diperlukan metoda, teknik, media serta pesan

komunikasi yang bervariasi untuk masing-masing masyarakat, etnis, budaya, kelompok usia, tingkat pendidikan serta tingkat sosial ekonomi.

Tabel 4.16

Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Ada Tempat Transaksi Narkoba Yang Dilakukan Secara Terang-Terangan Maupun Secara

Sembunyi-Sembunyi.

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.16 di atas, diketahui bahwa responden yang meyatakan benar bahwasanya ada tempat transaksi narkoba yang dilakukan secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi adalah sebanyak 47 orang (74,6%),

sementara yang menyatakan tidak ada sebanyak 16 orang (25,4%).

Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel 4.16 di atas adalah bahwa

(57)

Tabel 4.17

Jawaban Responden Tentang Penyataan Bahwa Media Massa Dan Media Elektronik Dapat Menjadi Sarana Untuk Mendapatkan

Informasi Tentang Bahaya Narkoba.

No Jawaban

Responden

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 YA 63 100

2 TIDAK - -

Jumlah 63 100

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.17 di atas, dapat diketahui bahwa seluruh responden menyatakan benar bahwasanya media cetak maupun media elektronik dapat menjadi sarana untuk mendapatkan informasi tentang bahaya narkoba yaitu

sebanyak 63 orang (100%).

Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel 4.17 di atas adalah para responden

memiliki perhatian khususnya pengetahuan tentang narkoba melalui info yang di kabarkan melalui segala media massa dan cetak dan elektronik. Dalam hal ini pencegahan penyalahgunaan narkoba di lakukan di dalam keluarga, sekolah,

komunitas, tempat kerja, dan masyarakat luas, melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi dengan menggunakan berbagai media, yakni media massa

(58)

Tabel 4.18

Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Lembaga Pendidikan Dapat Mengadakan Kegiatan Ekstrakurikuler Untuk Mencegah Siswa

Bergaul Dengan Lingkungan Sosial Yang Negatif.

No Jawaban

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.18 di atas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan ya bahwasanya lembaga pendidikan dapat mengadakan kegiatan ekstra kurikuler untuk mencegah siswa bergaul dengan kelompok sosial yang

negative ada sebanyak 44 orang (69,8 %), sementara yang menyatakan tidak ada sebanyak 19 orang (30,2 %).

Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel 4.18 di atas adalah responden

setuju dengan diadakannya kegiatan ekstra kurikuler guna menambah dan mengembangkan keterampilan siswa daripada harus bergaul dengan keadaan

lingkungan yang negative yang dapat merusak moral dan terjerumus kedalam perilaku yang menyimpang. Dalam hal ini program pencegahan adalah pendidikan pencegahan melalui kurikulum pendidikan sekolah baik secara terpadu dengan

(59)

kegiatan penyaluran hobi, olahraga, kesenian, kegiatan rekreasi bersama atau lainnya.

Tabel 4.19

Jawaban Responden Tentang Pernyataan Bahwa Tempat Hiburan Malam Adalah Tempat Transaksi Narkoba.

No Jawaban

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.19 di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

menyatakan ya bahwasanya tempat hiburan malam ( diskotik ) adalah salah satu tempat transaksi narkoba sebanyak 55 orang (87,3%), dan yang menyatakan tidak ada sebanyak 8 orang (12,7%).

Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel 4.19 di atas adalah bahwa responden setuju bahwasanya tempat hiburan malam seperti halnya diskotik

adalah tempat yang sangat sering digunakan untuk mereka pengguna narkoba untuk berpesta narkoba. Perbuatan penyalahgunaan narkoba disebabakan bukan oleh faktor tunggal saja, melainkan oleh kombinasi beberapa faktor baik faktor

(60)

seperti diskotik, café, pub, karaoke, juga membuat remaja dan kawula muda rentan terhadap penyalahgunaan narkoba.

4.2.2.2 Sikap Siswa/I SMP Swasta Jambi Tentang Tindakan Penyalahgunaan Narkoba :

Tabel 4.20

Jawaban Responden Tentang Pengguna Narkoba Harus Dikucilkan Dari Masyarakat.

No Jawaban

Responden

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Sangat Setuju 24 38,1

2 setuju 5 7,9

3 Tidak Setuju 18 28,6

4 Sangat Tidak Setuju 16 25,4

Jumlah 63 100

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.20 di atas, diketahui bahwa sikap responden tentang pengguna narkoba harus dikucilkan dari masyarakat adalah sebagai berikut: yang menjawab sangat setuju sebanyak 24 orang (38,1%), yang menjawab setuju

sebanyak 5 orang (7,9%), yang menjawab tidak setuju sebanyak 18 orang (28,6%), dan responden yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 16 orang

(61)

Kesimpulan yang dapat diambil, peranan dan fungsi dari setiap anggota masyarakat sangat diperlukan dalam setiap tindakan penyalahgunaan narkoba.

Masyarakat pada umumnya mengambil sikap acuh terhadap pengguna narkoba, bahkan ada yang sampai mengucilkan. Setiap lapisan masyarakat memiliki

peranan untuk menciptakan lingkungan sosial yang sehat dan kondusif bagi perkembangan remaja. Hindari sarana dan peluang agar remja tidak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.

Tabel 4.21

Jawaban Responden Tentang Pernyataan Jika Memiliki Teman Pemakai Narkoba, Maka Saya Tidak Akan Berteman Lagi Dengannya.

No Jawaban

Responden

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Sangat Setuju 15 23,8

2 setuju 13 20,6

3 Tidak Setuju 17 27,0

4 Sangat Tidak Setuju 18 28,6

Jumlah 63 100

Sumber : Kuesioner Maret 2013

Berdasarkan tabel 4.21 di atas dapat diketahui bahwa, responden yang menjawab sangat setuju tentang pernyataan tersebut sebanyak 15 orang (23,8%),

(62)

sebanyak 17 orang (27,0%), dan responden yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 18 orang (28,6%).

Dari tabel 4.21 tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa responden memiliki tanggapan yang berbeda, masih ada di antara mereka yang bersikap untuk

menjauhi ataupun tetap berteman dengan merka yang menggunakan narkoba. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa mereka yang menyalahgunakan narkoba berasal dari kondisi keluarga yang tidak kondusif, sering terjadi perselisihan

ataupun pertengkaran di dalam keluarganya, untuk itu tidak sepatutnya mereka yang telah menggunakan narkoba di jauhi, melainkan tetap diberikan kesadaran

untuk meninggalkan narkoba yang akan membuat hidupnya sia-sia.

Tabel 4.22

Jawaban Responden Tentang Pengguna Narkoba Tidak Perlu Diobati Karena Pasti Akan Meninggal.

No Jawaban

Responden

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Sangat Setuju 12 19,0

2 Setuju 10 15,9

3 Tidak Setuju 23 36,5

4 Sangat Tidak Setuju 18 28,6

Jumlah 63 100

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.5 Jawaban Responden Tentang Pernyataan, Narkoba Adalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap data mengenai upaya Polri dalam menangani penyalahgunaan narkoba oleh remaja (Studi kasus tentang penyalahgunaan

PERILAKU REMAJA TENTANG PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI SMP NEGERI 1 SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT

Adapun hasil penelitian ini menunjukkan strategi bertahan hidup masyarakat pemukiman kumuh di daerah bantaran rel kereta api Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Kota Medan

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui strategi bertahan hidup masyarakat pemukiman kumuh di daerah bantaran rel kereta api Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Kota

Untuk mengetahui bentuk-bentuk strategi yang dilakukan masyarakat penghuni pemukiman kumuh di daerah bantaran rel kereta api Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Kota

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyakan isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang

2 Startegi Pembiayaan Pendidikan Oleh Keluarga Penyapu Jalan di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan Tembung Nama penyapu Jalan Masalah Yang Dihadapi Dalam Memenuhi

536 Sosialisasi Kebutuhan Dan Kecukupan Gizi Anak Pada Pertemuan Kelompok Kegiatan Bina Keluarga Balita Di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Srie Faizah Lisnasari 1*,