• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problematika Pelaksanaan Pendaftaran Peralihan Hak Milik Di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Problematika Pelaksanaan Pendaftaran Peralihan Hak Milik Di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

- Katalog BPS, Kabupaten Karo Dalam Angka 2009, Penerbit: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo.

- Chomzah, Ali Achmad, 2004, Hukum Agraria Pertanahan

Indonesia.Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

- Chandra.S, 2006, Perlindungan Hukum Terhadap Pemengang Sertifikat

Hak Atas Tanah, ,Medan, Pustaka Bangsa Press.

- Harsono, Boedi. 2003, Hukum Agraria Indonesia. Undang-Undang

Hukum Agraria---Sejarah Isi dan Pelaksanaannya.- Ed.rev.,Cet.9-

Jakarta : Djambatan.

- Kartasapoetro,G,dkk., 1991 Hukum Tanah Jaminan UUPA bagai

Keberhasilan pendayagunaan Tanah, Rineke CIpta, Jakarta

- Mukti Affan, 2006, Pokok-Pokok Pembahasan Hukum Agraria. Medan:

Remaja USUpress.

- Prakoso, Djoko dan Budiman Adi Purwanto., (1985), Eksistensi Prona

Sebagai Pelaksanaan Mekanisme Fungsi Agraria, Ghalia Indonesia,

Jakarta.

- Parlindungan,A.P, 1999, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, Mandar Maju,

(2)

- Parlindungan, A.P., 1990. Pedoman Pelaksanaan UUPA Dan Tata Cara

Penjabat Pembuat Akta Tanah.Bandung: Alumni Bandung.

- Parlindungan, A.P., 2003. Tanya Jawab Hukum Agraria Dan

Pertanahan.Medan : Mandar Maju.

- Saleh, Wanjik, 1997, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta.

- Salindeho,Jhon, Masalah Tanah Dalam Pembanguanan, 1987, Penerbit Sinar Grafika, Jakatra.

- Suardi. 2005. Hukum Agraria. Jakarta : Badan Penerbit IBLAM.

- Supardi, 2007, Hukum Agraria. Jakarta: Sinar Grafika.

- Sumardjo S.W. Maria, 2009, Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sisial

Budaya.Jakarta : Kompas.

- Siregar Tampil Ansari, 2001, Undang-Undang Pokok Agraria Dalam

Bagan. Medan: Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat.

- Siregar, Tampil Ansari.2005. Mempertahankan Hak Atas Tanah.Medan :

Multi Grafika Medan.

- Siregar, Tampil Ansari.2007. Pendaftaran Tanah Kepastian Hak,: Multi

Grafika Medan.

- Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan

Bahasa.1989.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Diperbanyak oleh

Balai Pustaka.

- Zaidar. 2006. Dasar Filosofis Hukum Agrarian Indonesia. Medan :

(3)

MAKALAH/PAPER :

- Yamin, M., Problematika Mewujudkan Jaminan Kepastian Hukum Atas

Tanah Dalam Pendaftaran Tanah, Pidato pengukuhan, Medan, 2

September 2006.

UNDANG-UNDANG :

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang undang-undang

Pokok-Pokok Agrara

- Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tantang Pajak Bumi dan Bangunan

- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata = Burgerlijk Wetboek Dengan

Tambahan Undang-Undang Pokok Agraria Dan Undang-Undang

Perkawinan. diterjemahkan oleh R.Soebakti dan

R.Tjitrosudibio.Jakatra:Pramadya Paramita.

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010, Tentang

Jenis Dan Tariff Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang

Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional

- Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Tentang Pendaftaran

Tanah.

- Peratutran pemerintah Nomor 16 tahun 2004 tentang Penatagunaan

(4)

- Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 3 Tahun 1997.Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Tentang Pendaftaran Tanah.

- Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan

Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan.

- Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor

4 Tahun 2006, Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah

(5)

BAB III

HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN PERALIHAN

HAK MILIK

A. Hambatan Yang Dihadapi Kantor Pertanahan Kabupaten Karo

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 mengenai

pendaftaran peralihan hak atas tanah, telah diatur serta telah ditunjuk instansi

maupun pejabat-pejabat yang diberi tugas dan wewenang dalam pelaksanaan

pelayanan pendaftaran peralihan hak atas tanah, termasuk juga cara-cara yang

ditempuh bagi setiap pemohon maupun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam

memperoleh suatu hak atas tanah yang dimilikinya. Untuk waktu penyelesaian

pendaftaran peralihan hak atas tanah untuk tanah hak milik yang bersertifikat ini

sekitar 11-20 hari.

Tetapi kenyataannya, waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan

tersebut sampai berbulan-bulan lamanya. Hal ini dikarenakan dalam

pelaksanaannya terdapat berbagai macam hambatan-hambatan yang menyebabkan

pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah ini selesai tidak tepat pada

waktunya, baik dari faktor intern maupun faktor ekstern. Hambatan-hambatan

yang berasal dari faktor intern, mengakibatkan masyarakat Kabupaten Karo

(6)

berkesan lambat, tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan

membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang sebenarnya.53

1. Hambatan-hambatan yang timbul dari faktor intern, dalam hal ini pada Kantor

Pertanahan Kabupaten Karo. Hambatan yang ada pada Kantor Pertanahan

Kabupaten Karo, dibedakan menjadi dua yakni hambatan dalam segi teknis

atau pelaksana dan hambatan dalam segi pembukuan.

Sedangkan hambatan yang berasal dari faktor ekstern, masih banyak

masyarakat Kabupaten Karo yang dalam melakukan peralihan hak atas tanahnya

tidak dibuat dihadapan PPAT sekaligus tidak dilakukannya pendaftaran

peralihannya pada Kantor Pertanahan Kabupaten Karo. Hambatan-hambatan yang

terjadi antara lain :

a. Hambatan dalam segi teknis atau pelaksana, maksudnya hambatan yang

dilihat dari segi pelaksana, dalam hal ini menyangkut sumber daya

manusia, diantaranya :

1) Kurangnya sumber daya manusia, dalam hal ini tenaga ahli di bidang

pertanahan, yang menangani pendaftaran peralihan hak atas tanah

tersebut pada Sub Seksi peralihan hak pembebanan dan PPAT.

Pelaksanaan pelayanan pendaftaran peralihan hak atas tanah bukan

merupakan pekerjaan yang ringan akan tetapi merupakan pekerjaan

yang berat yang banyak membutuhkan tenaga ahli di bidangnya. Di

Kantor Pertanahan Kabupaten Karo ini, jumlah tenaga ahli yang

menangani pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah karena

53

(7)

jual beli ini masih sangat terbatas. Hal ini dilihat dari menumpuknya

pekerjaan pendaftaran peralihan hak atas tanah ini, yang menyebabkan

pelayanan menjadi sangat lambat dan tidak tepat waktu. Begitu juga

pada petugas pengukuran, jika dalam hal tanah yang dialihkan tersebut

belum bersertipikat, walaupun sudah ada petugas ukur keliling yang

sudah terjadwal, sering juga terlambat dalam melakukan pengukuran,

dikarenakan jumlah tenaga ukur sangat terbatas. Keterlambatan ini

dikarenakan banyaknya pekerjaan dari petugas ukur yang lebih penting

dari pada pengukuran di lapangan yang akhirnya pekerjaan

pengukuran menjadi tertunda.

2) Benturan kepentingan pegawai antara kepentingan pekerjaan dengan

kepentingan pribadinya, yang keduanya sama-sama penting. Kurangnya

tenaga ahli dalam pekerjaan ini menyebabkan terjadinya benturan kepentingan

antara kepentingan pribadi pegawai dengan kepentingan pekerjaan, yang

keduanya dirasakan terlihat penting. Hal ini pula yang menyebabkan

pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah ini tidak lancar, dan

menghambat waktu penyelesaiannya.

3) Kesibukan Kepala Kantor Pertanahan dalam hal ini Kantor Pertanahan

Kabupaten Karo. Pekerjaan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Karo sangat

padat. Kesibukannya terkadang menunda pekerjaan ini untuk beberapa waktu

lamanya, karena dirasakan ada sesuatu kepentingan yang harus diselesaikan

(8)

Misalnya : untuk kepentingan dinas, yang mengharuskan Kepala Kantor

Pertanahan meninggalkan semua pekerjaan di Kantor Pertanahan tersebut.

Sehingga waktu penyelesaian pekerjaan ini menjadi tertunda sampai beberapa

waktu yang lama. Hambatan dari segi teknis atau pelaksana ini menyebabkan

pandangan masyarakat menjadi negatif mengenai pelaksanaan pendaftaran

peralihan hak atas tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Tanah Karo. Dengan

adanya sumber daya manusia yang masih sangat terbatas, Kepala Sub Seksi

peralihan hak pembebanan dan PPAT memang mengakui, bahwa merupakan

sebagian sebab dari belum lancarnya kegiatan pelaksanaan pendaftaran peralihan

hak atas tanah tersebut di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo.Maka wajarlah

kiranya dengan kekurangan tenaga ahli, penyelesaian pekerjaan ini menjadi

terlambat karena kurang adanya keseimbangan antara tenaga yang tersedia dan

tugas yang harus diselesaikan.54

b. Dari segi pembukuan, maksudnya hambatan yang dilihat dari segi

pembukuannya atau pencatatannya, diantaranya :

1) Pencarian buku tanah yang tidak ditemukan Ketika PPAT akan

melakukan pendaftaran peralihan hak atas tanah tersebut, terlebih

dahulu harus dicari buku tanah yang sesuai dengan sertipikat yang

bersangkutan, untuk mengetahui apakah data-data yang ada dalam

sertipikat sesuai dengan data-data yang ada dalam buku tanah yang

bersangkutan sekaligus untuk mencatat adanya peralihan dan hapusnya

54

(9)

hak atas tanah khususnya karena jual beli. Dalam pencarian buku tanah

tersebut kadang-kadang mengalami hambatan, diantaranya tidak

ditemukannya buku tanah pada almari arsip buku tanah, hal ini

dikarenakan buku tanah yang bersangkutan sedang dipakai/digunakan

oleh bagian lain dan belum dikembalikan pada almari arsip buku tanah.

Hal ini mengakibatkan pencocokan dan pencatatan pada buku tanah

mengenai telah terjadinya peralihan hak atas tanah tesebut mengalami

katerlambatan, karena menunggu buku tanah tersebut selesai diproses

oleh bagian lain. Begitu juga buku tanah yang akan digunakan,

ternyata hilang. Hilangnya buku tanah ini pada Kantor Pertanahan

Kabupaten Tanah Karo, dapat juga dikarenakan ketidakteraturan para

pegawai dalam menyimpan kembali buku tanah tersebut dalam almari

arsip atau buku tanah tersebut telah usang termakan oleh waktu. Di

mana hilangnya buku tanah tersebut harus melalui berita acara

kehilangan, untuk dibuatkan buku tanah yang baru lagi yang memakan

proses yang sangat lama.Hal inilah yang menghambat proses

penyelesaian pendaftaran peralihan hak atas tanah tersebut yang tidak

selesai tepat pada waktunya.

2) Pengisian akta-akta khususnya jual beli yang dibuat oleh PPAT yang

kurang lengkap, kurang teliti dan cenderung tidak sempurna dalam

pembuatan aktanya. Hal ini terletak pada banyaknya halaman-halaman

yang berisi pasal-pasal dalam akta jual beli yang tidak terpakai, tidak

(10)

pada akta jual beli tersebut tidak dibubuhkan paraf oleh PPAT maupun

para pihak serta tidak dibubuhkan cap stempel PPAT yang

bersangkutan. Sehingga harus dikembalikan pada PPAT yang

bersangkutan, untuk segera melengkapinya. Hal inilah yang

menyebabkan pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah ini

menjadi tertunda dan berkesan sangat lambat.

3) Berkas-berkas yang diperlukan untuk melakukan pendaftaran

peralihan hak atas tanah karena jual beli tersebut, tidak lengkap atau

kurang lengkap.Hal ini dilihat dari foto copy KTP yang sudah tidak

berlaku lagiataupun belum dilegalisir oleh pejabat yang berwenang,

begitu pula sertipikat yang akan dilakukan peralihan haknya belum

dilakukan pengecekan terlebih dahulu pada Kantor

Pertanahan.Kabupaten Karo. Di mana pengecekan sertipikat tersebut

dilakukan oleh PPAT sebelum melakukan pembuatan akta jual beli

tanah. Berkas yang kurang lengkap inilah yang nantinya dikembalikan

kepada pemohon untuk dilengkapi terlebih dahulu. Hal ini akan

memperpanjang waktu pendaftaran peralihannya sehingga berkesan

pelaksanaanya sangat lambat.

4) Tanah yang akan dilaksanakan pendaftaran peralihannya tersebut

ternyata dalam keadaan sengketa. Dalam hal ini Kantor Pertanahan

(11)

jual beli tersebut, selama tanah tersebut masih bersengketa dengan

pihak lain.55

B. Hambatan Yang Dihadapi Masyarakat

Dalam pelaksanaan pendaftaran tanah, tidak terlepas dari adanya peran

serta masyarakat sebagai pemengang hak atas tanah. Namun demikian,

masyarakat juga mengalami hambatan-hambatan sehingga pelaksanaan

pendaftaran peralihan hak milik tidak berjalan dengan maksud dan harapan yang

di ingginkan. Beberapa faktor penghambat yang timbul terdiri dari dari faktor

ekstern, dalam hal ini masyarakat Kabupaten Karo sendiri, yakni :

a. Kurangnya Pemahaman Masyarakat

Dari hasil quisioner yang disebarkan penulis, menunjukkan kurangnaya

pemahaman masyarakat akan arti pentingnya pelaksanaan pendaftara peralihan

hak milik atas tanah. Masih banyaknya masyarakat, khususnya pada desa yang

terpencil yang dalam melakukan peralihan hak atas tanahnya melalui jual beli

yang dilakukan di bawah tangan, tidak dilakukan di hadapan PPAT.

Mereka beranggapan dengan dilakukannya peralihan hak atas tanah

melalui jual beli tersebut yang dilakukan di bawah tangan, yang hanya

bermodalkan materai, yang disaksikan oleh para pihak, jual beli tersebut dianggap

sah, tanpa didaftarkannya pada Kantor Pertanahan setempat dan beranggapan

bahwa pemilik tanah sudah pasti mendapatkan hak atas tanah dan jaminan

kepastian hukum.

55

(12)

Hal ini disebabkan masih banyaknya masyarakat Kabupaten Karo yang

belum mengetahui secara jelas tentang pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas

tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo serta syarat-syarat yang harus

dipenuhi dalam pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah karena jual beli

tersebut yang tidak diketahui oleh masyarakat Kabupaten Tanah Karo.56

b. Biya Pendaftaran Yang Mahal

Bagi masyarakat Kabupaten Tanah Karo, khususnya daerah yang

terpencil, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan peralihan hak atas tanahnya

sampai dengan pendaftaran peralihannya cukup mahal, dan mengeluarkan biaya

yang sangat besar. Menurut bapak Daniel Sambiring bisa mencapai Rp 1.500.000

s/d Rp.2000.000, serta melalui proses yang berbelit-belit dan lama. Sehingga bagi

masyarakat golongan ekonomi lemah, biaya tersebut dirasakan sangat mahal.

Yang pada kenyataannya masyarakat ekonomi lemah merasa malas dan enggan

untuk melakukan peralihannya pada PPAT dan melakukan pendaftaran

peralihannya pada Kantor Pertanahan Kabupaten Karo, yang dirasa hanya

memakan waktu yang sangat lama, yang hanya akan menyita waktu kerja mereka.

Mereka tidak menyadari bahwa dengan tidak didaftarkannya peralihan tersebut,

mereka akan kesulitan dalam memperoleh sertifikat atas namanya.

Begitu pula terkadang masyarakat di Kabupaten Karo, terutama di daerah

pedesaan yang dalam melakukan pendaftaran peralihan hak atas tanahnya melalui

perantara Kepala Desa, karena kesibukan kepentingan pribadi Kepala Desa untuk

mengurusi hal lain, mengakibatkan pendaftaran ke Kantor Pertanahan Kabupaten

56

(13)

Karo menjadi tertunda untuk beberapa waktu lamanya. Keterlambatan dan

penundaan oleh Kepala Desa inilah yang menyebabkan pendaftaran peralihan hak

atas tanah berkesan lama.

Sebagian besar masyarakat Kabupaten Karo belum mengetahui prosedur

pelaksanaan pendaftaran peralihan hak milik tersebut dan pelayanan yang

diberikan oleh Kantor Pertanahan. Hal ini disebabkan kurangnya penyuluhan

kepada masyarakat, terutama pada masyarakat desa yang penduduknya

berpendidikan sangat rendah, baik itu yang dilaksanakan oleh pemerintah, Kantor

Pertanahan ataupun Kepala Desa itu sendiri. Semuanya ini menghambat dalam

pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah dengan status hak milik di

Kantor Pertanahan Kabupaten Karo

Menurut Pasal 6 Peraturan Menteri Agraria No.10 Tahun 1961, uang

jasa/honorarium dapat dipungut oleh pejabat sebesar 0,5% dari harga penjualan/

harga taksiaran hak. Apabila pembutan akta disaksikan oleh kepala Desa dan

seorang anggota pemerintah desa, uang saksi dipungut 1% dari harga

penjualan/harga taksiran.

Tetapi sangat sering terjadi para camat dan/atau PPAT membebankan

biaya 10% dari harga penjualan/ taksiran penjualan tanah. Ini beban yang sangat

berat bagi pemengang hak atas tanah sebidang tanah. Dapat dikatakan bahwa

naluri manusia untuk mencari untung sekalipun tanpa kerja keras dan tidak halal

(14)

Khususnya mengenai mengenai besar dan cara pembayaran biaya

Pendaftaran Tanah diatur dalam peraturan pemerintah sendiri. Apabila dikaitkan

dengan Anggarn Pendapatan Belanja Negara dan daerah Provinsi, Kabupaten dan

Kota (APBN dan APBD) peraturan sendiri itu mengisyaratkan bahwa biaya

pendaftaran tersebut akan selalu mengalami perubahan sesui kebutuhan sebagai

salah satu sumber pendapatan negara dan daerah.

Berdasarkan ketentuan UUPA, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun

2002 dan peraturan pelaksana lainya, biaya pendaftran tanah di tetapkan variatif.

Hal-hal yang menyebabkan demikian antara lain :57

1. Luas Tanah

2. Peruntukan Penggunaan Tanah

3. Letak Tanah

4. Pemilik Tanah

5. Besar Pajak

6. Status Tanah

Sebgaian bersar masyarakat selain dari berdagag di Kabupaten Karo

khususnya di Kecamatan Kabanjahe Desa Samura adalah menggantungkan

hidupnya pada sektor Perkebunan dan Pertanian. Akan tetapi masih banyak

penduduk yang hanya memiliki tanah yang tidak terlalu luas atau tidak mencukupi

57

(15)

untuk di usahai bagi peningkatan taraf hidup sehingga banyak penduduk hanya

sebagai pekerja saja di dalam tanah milik orang lain. Tentu kondisi ini juga

merupakan salah satu penghambat masyarakat di Kabupaten Karo khusunsya di

Kecamatan Kabanjahe Desa Samura untuk mendaftarkan hak milik atas tanahnya.

Karena orientasi mereka lebih kepada bagaimana meningkatkan taraf hidup dan

keluarganaya. Sehingga pendaftaran hak milik bukan merupakan hal yang penting

bagi mereka. Secara yuridis dikatakan bahwa orang yang tak mampu dibebaskan

dari biaya pendaftaran tanah sebagi mana yang dimaksud Pasal 19 Ayat (4)

UUPA. Tetapi dalam kenyataannya, ini belum terlaksana secara memadai,

kembali masalahnya yaitu terbetur pada masalah biaya. Sehingga bagi petani atau

orang yang tidak mampu enggan untuk mendaftarkan tanahnya. Biaya yang cukup

mahal menjadikan masyarakat enggan untuk mendaftarkan tanahnya dan akhirnya

merasa telah cukup aman dengan hanya memengang surat bukti jual beli, surat

bukti milik adat tanpa berniat untuk melakukan pendaftaran hak miliknya pada

kantor pertanahan setempat.

c. Amanat undang undang perpajakan

Sekarang yang ingin mendaftarkan tanah disamping harus memenuhi

biaya pemohon yang ditetapkan aturan pendaftaran tanah juga ada biaya-biaya

lain atas perintah undang-undang yang tidak dapat diabaikan seperti

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang BPHTB dan undang-unang Pajak Bumi

(16)

pendaftran tanah itu sendiri menjadi orang enggan untuk mendaftarkan tanahnya

apalagi di daerah pedesaan.58

Dismaping mahalnya biaya yang harus dikeuarkan dalam pelaksanaan

peralihan hak milik, invesatasi undang-undang perpajakan juga mempengaruhi

kurangnya minat masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya. Undang-undang

Nomor 2 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan menyebutkan bahwa,

yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan hukum yang secara nyata

mempunyai sesuatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi dan

atau memiliki, menguasai atau memperoleh manfaat tanah dan bangunan.

Masyarakat sering beranggapan bahwa apabila mereka melakukan peralihan hak

di hadapan pejabat PPAT atau di Kantor Pertanahan setempa maka mereka harus

membayar pajak yang mahal atas tanah yang dialihkan tersebut sehingga mereka

merasa enggan bahkan enderung mengabaikan masalah pendaftaran tanah

tersebut. Mereka lebih memilih untuk tidak memiliki akta jual beli daripada harus

membayar pajak yang menurut mereka cukup mahal. Seperti yang disampaikan

bapak : masyarakat enggan mendaftarkan peralihan hak milik karena mahal dan

juga sangat lama perosesnya.

58

(17)

BAB IV

UPAYA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KARO MENGATASI

HAMBATAN

Mengenai Pelaksanaan Pendaftaran Peralihan Hak Milik masih banyak

masyarakat melakukan pendaftarannya dengan perantaran Kepala Desa. Dimana

penyelenggaraan Pendaftaran Tanah tidak lepas dari fungsi pengukuran dan

pemetaan yang tujuannya adalah untuk menghasilakan surat ukur yang akan

menjadi kelengkapan sertifikat bukti hak atas tanah.

Dengan berbagai permasalahan-permasalahan yang timbul dalam

melaksanakan pendaftaran peralihan hak milik yang terjadi akibat berbagai faktor,

ada beberapa upaya yang dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Karo untuk

memperkecil hambatan-hambatan tersebut yang rutin dilakukan oleh pihak Kantor

Pertanahan Kabupaten Karo.

Upaya untuk memperkecil hambatan-hambatan itu antara lain :

1. Dari segi interen

b. Membuat pengumuman-pengumuman kepada setiap kecamatan yang

berada diwilayah Kabupaten Karo, tentang informasi-informasi baik

mengenai pendaftaran peralihak hak milik atas tanah melalui jual beli

maupun pendaftran tanah untuk pertama kalinya.

c. Selalu memanggil setiap Kepala Desa/Kepala Kelurahan untuk mendapat

(18)

pendaftaran tanah. Agar setiap kepala desa selalu melakukan peralihan hak

miliknya melalui pejabat yang berwewenang demi menjamin kepastian

hukumnya.

d. Memberikan pemahanan-pemahaman kepada msyarakat lewat kepala desa

tentang informasi pendaftaran tanah dan besar biaya pendaftaran tanah

tdak akan lari dari peraturan pemerintah yang berlaku

2. Dari segi eksteren

a. Penyuluhan lagsung oleh pihak Pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten

Karo. Seperti yang disebutkan diatas, dimana kantor pertanahan dalam

melakukan peralihan hak milik terlebih dahulu melakukan sosialisasi

kepada kepala desa setempat, dan apabila perlu ada beberapa pegawai

kantor pertanahan yang ikut mndampingi kepala desa untuk

mensosialisasiakan mengenai pentingnya pendaftaran peralihan hak milik.

Dimana selain sudah menjadi tanggung jawab dari setiap Kepala Desa

untuk kemabali mensosialisasikan hal tersebut kepada warganya, namun

berdasarkan data yang ada dilapangan perbandingan pendaftarn peralihan

hak milik yang dilakukan masyarakat antara PPAT Camat 80% dngan

PPAT sekitar 20% saja.59

b. PRONA APBN

Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) mulai beralaku tanggal 15

Agustus 1981 sejak dikeluarkannya keputusan Menteri dalam Negeri

59

(19)

Nomor 189 Tahun 1981. Dengan adanya PRONA ini diharapkan

permasalahan tanah yang marak terjadi dapat diatasi dengan penuh

pengertian dan kesadaran dari masyarakat.

Penetapan pelaksanaan PRONA dilatar belakangi sejumlah faktor yang

sifatnya teknis dan non teknis. Yakni :

a. Faktor teknis

Menyangkut kenyataan, selama ini agraria bersifat pasif (menunggu

masyarakat mendaftarkan tanahnya atau adanya rakyat yang membodohi

masyarakat)

b. Faktor non teknis

Menyangkut kepekaan masalah tanah yang turut meniungkat, karena

dengan meningkatnya jumlah penduduk dan volume pembangunan,

permintaan tanah yang luas dan berkualitas baik semakin besar. Sementara

tanah semakin sulit didapat terutama dikota-kota besar. Keresahan

masyarakat karena persoalan tanah antara lain bersumber dari

meningkatnya harga tanah, calo tanah dan campur tagan oknum agraria di

luar wewenangnya. Ditengah itu golongan ekonomi lemah sendiri

cenderung menjual tanahnya kepada golongan ekonomi kuat.60

60

Djoko Prakoso dan Budiman Ali Purwanto., Op.cit, hal. 67.

Tujuan pendaftaran tanah melalui PRONA harus dapat dimanfaatkan

sebagai landasan bagi akselarasi pelaksanaan pendaftaran peralihan tanah

(20)

a) Untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam bidang

pertanahan sebagai usaha untuk berpartisipasi dalam menciptakan

stabilitas sosial politik serta pembangunan nasional.

b) Untuk menyelesaikan sengketa tanah yang bersifat strategis agar dapat

mengurangi kerawanan/ kepekaan sebagai gangguaan terhadap stabilitas

sosial politik dikalangan masyarakat.

c) Ditujuakan kepada golongan ekonomi lemah agar para pemilik dapat

memperoleh jaminan kepastian hukum atas tanah yang mereka kuasai

sehingga dapat merasa lebih aman dan tentram dalam menggunakan/

menguasai serta memanfaatkan tanahnya.61

Pada awalanya PRONA ditujuakan bagi golongan ekonomi lemah, namun

kemudian berkembang secara melembaga dan meluas.

Di Kabupaten Karo program PRONA dilaksanakan sebagai upaya untuk

mempercepat proses pendaftaran tanah di daerah ini. Program ini dilaksanakan

sekali dalam satu tahun dimana pelaksanaanya sesuai dengan peraturan yang

berlaku yang dalam hal ini PMDN Nomor 189 Tahun 1981.

61

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan pendaftaran peralihan hak milik di Kantor Pertanahan

Kabupaten Tanah Karo cukup baik. Hal ini dikarenakan dalam

pelaksanaannya sesuai dengan tata laksana yang sudah ditentukan, yang

dilaksanakan oleh Sub Seksi Peralihan Hak, Pembebanan dan PPAT, serta

adanya hubungan kerja sama yang baik antara pihak PPAT dengan Kantor

Pertanahan Kabupaten Tanah karo.

2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pendaftaran

peralihan hak atas tanah tersebut, baik itu dari faktor intern (dalam hal ini

Kantor Pertanahan Kabupaten Karo) maupun hambatan dari faktor ekstern

(dalam hal ini dari masyarakat Kabupaten Karo) adalah :

a. Faktor intern, dibedakan menjadi 2 yakni :

1) Segi teknis (pelaksana), diantaranya kurangnya sumber daya

manusia/tenaga ahli, benturan kepentingan pegawai antara kepentingan

pekerjaan dengan kepentingan pribadinya, yang keduanya sama-sama

penting, serta kesibukan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Karo.

2) Segi pembukuan, diantaranya pencarian buku tanah yang tidak

diketemukan, pengisian akta-akta jual beli yang kurang lengkap dan

(22)

kurang lengkap, serta tanah yang akan dialihkan haknya tersebut dalam

keadaan sengketa.

b. Faktor ekstern, dalam hal ini dari masyarakat Kabupaten Karo itu sendiri,

diantaranya :

1) Banyaknya peralihan hak atas tanah yang dilakukan di bawah tangan

yang hanya bermodalkan materai.

2) Masih minimnya pengetahuan masyarakat akan arti pentingnya

pendaftaran peralihan hak atas tanah tersebut.

3) Bagi masyarakat pedesaan, biaya untuk melakukan peralihan hak atas

tanah sampai didaftarkan peralihan hak tersebut sangat mahal.

4) Banyak masyarakat di pedesaan yang dalam melakukan pendaftaran

peralihan hak atas tanahnya melalui Kepala Desa, yang terkadang

karena kesibukan Kepala Desa mengakibatkan pendaftaran peralihan

hak atas tanah menjadi tertunda.

3. Dalam pelaksanaan peralihan hak milik atas tanah di Kantor Pertanahan

Kabupaten Karo dihadapai adanya berbagai kendala baik yang dihadapi

oleh kantor Pertanahan seperti kurangnya kesadaran masyarakat, citra

buruk BPN serta alas hak berbeda dengan data dilapangan. Kedala yang

dihadapi masyarakat seperti pemahaman masyarakat kurang, mahalnya

biaya pendaftaran dan adanya Investasi Undang-undang perpajakan

(BPHTB dan biaya lain). Untuk mengatasi kendala tersebut maka BPN

membuat program-program yang dapat menunjang terlaksananya

(23)

masyarakat dan melalui program PRONA dan bekerjasama dengan pihak

Dinas Penindustrian dan Koperasi Kabupaten Karo.

B. Saran

1. Bagi Kantor Pertanahan Kabupaten Tanah Karo, hendaknya meningkatkan

jumlah pegawai / tenaga ahli yang menangani pendaftaran peralihan hak

atas tanah tersebut dan meningkatkan produktifitas kerja.Hal ini dilakukan

agar kinerja Kantor Pertanahan Kabupaten Tanah Karo berkesan sangat

baik dan lancar.

2. Hendaknya masyarakat Kabupaten Tanah Karo, ketika akan melakukan

peralihan hak atas tanahnya dalam hal ini melalui jual beli, harus dibuat

oleh dan dihadapan PPAT setempat yang dibuktikan dengan akta jual beli

tanah, sekaligus dilakukan pendaftaran peralihan haknya pada Kantor

Pertanahan Kabupaten Tanah Karo, agar peralihan hak tersebut mendapat

jaminan kepastian hukum dan kekuatan hukum serta sahnya peralihan

tersebut dan hapusnya hak milik dan untuk penerima hak akan mendapat

sertipikat atas namanya.

3. Dalam hal ini khususnya kepada Badan Pertanahan Kabupaten Karo agar

lebih giat memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat dimana

agar masyarakat lebih antusias dalam mendaftarkan hak miliknya melalui

Kantor Pertanahan setempat dan umumnya kepada pemerintah setempat

baik itu bupati serta unsur-unsur pemerintahan lainya agar lebih

memperhatikan konsep apa yang harus di berikan kepada masyarakat agar

(24)

hak milik atas tanah masyarakat setempat sehingga konflik-konflik dapat

(25)

BAB II

PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kantor Pertanahan

Kantor Pertanahan Kabupaten Karo didirikan di atas tanah seluas 1,030

m², sedangkan luas bangunannya sendiri adalah 360 m². Adapun jumlah karyawan

Kantor Pertanahan Kabupaten Karo adalah 27 orang, yang terdiri atas golongan II

berjumlah 6 orang, golongan III berjumlah 19 orang, golongan IV berjumlah 2

orang sedangkan golongan I tidak ada. Wilayah kerja Kantor Pertanahan

Kabupaten Tanah Karo, meliputi 17 Kecamatan, yaitu :41

1. Kabanjahe, sebanyak 8 desa dan 5 kelurahan

2. Berastagi, sebanyak 5 Desa dan 4 Kelurahan

3. Tigapanah, Sebanyak 29 Desa

4. Merek, Sebanyak 19 Desa

5. Barusjahe, Sebanyak 19 Desa

6. Simpang Empat, Sebanyak 40 Desa

7. Payung, sebanyak 25 Desa

8. Kutabuluh, Sebanyak 16 Desa

9. Munte, Sebanyak 22 Desa

10.Juhar, Sebanyak 24 Desa

11.Tigabinanga, Sebanyak 18 Desa dan 1 Kelurahan

41

(26)

12.Lau Baleng, Sebanyak 13 Desa

13.Mardinding, Sebanyak 10 Desa

14.Tiganderket, Sebanyak 16 Desa

15. Naman Teran, Sebanyak 14 Desa

16. Dolat Rayat, Sebanyak 6 Desa

17.Merdeka, 9 Desa

Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kota memiliki tugas sebagai sumber

data pertanahan dan sumber pelayanan. Dalam melaksanakan tugas tersebut di

Kantor Pertanahan Kabupaten Karo mengacu kepada Peraturan Pemerintah

Nomor 3 Tahun 1998 yaitu tentang peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan

masyarakat di bidang pertanahan. Di mana untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat terutama di bidang pertanahan, Kantor Pertanahan Kabupaten Karo

selalu memberi pelayanan yang prima kepada masyarakat melalui sistem loket.

Adapun loket yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Loket 1: Informasi Pelayanan

Setiap permohonan yang datang ke loket informasi dapat menerima penjelasan

mengenai jenis pelayanan yang diinginkan dari petugas loket ini, antara lain:

a. Jenis-jenis pelayanan yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo.

b. Syarat-syarat permohonan dan jadwal waktu penyelesaian.

c. Besarnya biaya yang diperlukan.

Loket 2 : Pelayanan Dokumen

Pemohon menyerahkan berkas melalui loket ini, yang terlebih dahulu diteliti oleh

(27)

maka pemohon akan mendapatkan slip atau tanda bahwa berkas sudah diterima

dalam keadaan lengkap. Dan apabila persyaratan belum lengkap maka pemohon

akan diberi slip kekurangan berkas dengan keterangan persyaratan yang kurang

lengkap dan berkas akan dikembalikan untuk dilengkapi terlebih dahulu. Adapun

loket pelayanan dokumen terbagi dalam beberapa loket pelayanan menurut jenis

pelayanan pertanahan yang diberikan, antara lain :

a. Loket pengambilan formulir permohonan

b. Loket pengecekan sertipikat tanah

c. Loket pelayanan konversi dan pengakuan hak

d. Loket pelayanan permohonan peningkatan hak rumah sederhana atau rumah

sangat sederhana dan rumah tempat tinggal dengan luas di bawah 200 m2

e. Loket balik nama, pemisahan, penggabungan roya, hak tanggungan, warisan

dan lain sebagainya

f. Loket permohonan hak atas tanah

g. Loket permohonan ijin lokasi

h. Loket permohonan konsolidasi tanah

Pada masing-masing loket tersebut pemohon akan mendapat informasi

tentang besarnya biaya yang harus dibayarkan dan kapan permohonan tersebut

selesai serta kapan akan diadakan pengukuran.

Loket 3 : Penerimaan Biaya

Pembayaran dilaksanakan melalui loket ini pada Bendaharawan Khusus Penerima

(BKP) dan dibukukan sesuai DI (daftar isian) 305, serta kepada pemohon

(28)

Loket 4 : Pengambilan Produk

Produk pelayanan pertanahan dapat diambil pada loket ini. Adapun jenis produk

pelayanan antara lain :

a. Sertipikat tanah

b. Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah

c. Gambar Ukur

d. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah

e. Surat Keputusan izin Perubahan Penggunaan Tanah

f. Pelayanan Permohonan Peralihan Hak, Pembebanan Hak, Pencatatan Roya,

Pendaftaran sita, dan ganti nama atau ralat nama

g. Pendaftaran Peningkatan Hak

h. Pembuatan Sertipikat Tanah Pengganti yang Rusak atau Hilang Pelayanan

Pertanahan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Karo meliputi pelayanan

kepada masyarakat atau perorangan, Badan Hukum maupun dinas atau

instansi pemerintah.42

2. Dasar Hukum dan Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten

Karo.

Struktur organisasi adalah kerangka yang mewujudkan pola tetap dari

hubungan orang-orang yang menunjukan kedudukan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing dalam suatu kebulatan kerja sama. Berdasarkan Peraturan

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 Tentang

Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan

42

(29)

Kantor Pertanahan, dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masing Kantor

Pertanahan Kabupaten Karo tidak berdiri sendiri melainkan bersifat terpadu,

terkoordinasi, dan terkait satu sama lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan

kerja sama antar bagian yang saling terkait dalam kegiatan yang dilakukan.

Adapun Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Karo sesuai

dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor

4 Tahun 2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan sesuai dengan pasal 1 Ayat (2), Pasal

4, Pasal 7, Pasal 11, Pasal 15, Pasal 19, Pasal 23 dan Pasal 27 sebagai berikut:

1. Kanwil BPN dipimpin seorang Kepala Kantor Pertanahan

2. Bagian Tata Usaha terdiri dari:

a. Subbagian Perencanan Dan Keuangan

b. Subbagian Kepegawaian

c. Subbagian Umum Dan Informasi

3. Bagian Survei, Pengukuran dan Pemetaan terdiri dari :

a. Seksi pengukuran

b. Seksi Pemetaan Tematik

c. Seksi Pengukuran Bidang

d. Seksi Survei Potensi Tanah

4. Bidang Hak Tanah Dan Pendaftaran Tanah terdiri dari :

a. Seksi Penetapan Hak Tanah Perorangan

b. Seksi Penetapan Hak Tanah Badan Hukum

(30)

d. Seksi Pendaftaran, Peralihan, Pembebanan Hak Dan Pejabat Pembuat Akte

Tanah

5. Bidang Pengaturan Dan Penataan Pertanaha terdiri dari :

a. Seksi Penataguna Tanah

b. Seksi Penataan Kawasan Tertentu

c. Seksi Landreform

d. Seksi Konsolidasi Tanah

6. Bidang Pengendalian Pertanahan Dan Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari :

a. Seksi Pengendalian Pertanahan

b. Seksi Pemberdayaan Masyarakat

7. Bidang Pengkajian Dan Penaganan Sengketa Dan Konflik Pertanahan terdiri

dari :

a. Seksi Pengkajian Dan Penaganan Dengketa Dan Konflik Pertanahan

b. Seksi Pengkajian Penaganan perkara Pertanahan.43

3. Uraian Kerja Sub Seksi Peralihan, Pembebanan dan PPAT di Kantor

Pertanahan Kabupaten Karo.

Berdasarkan Peraturan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan. Sesuai dengan Pasal 44 Ayat (4)

“Sub Seksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Aakte Tanah

mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pendaftaran, peralihan hak atas tanah,

(31)

pembebanan hak tanggungan dan bimbingan PPAT, serta sarana daftar isian di

bidang Pendaftaran tanah.”44

a. Membantu Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah dalam

melaksanakan tugas di bidang penyelesaian peralihan hak atas tanah,

pembebanan hak atas tanah dan bahan-bahan bimbingan PPAT, serta

menyiapkan bahan-bahan daftar isian di bidang pengukuran dan pendaftaran

tanah.

Uraian tugas tersebut adalah sebagai berikut :

b. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijaksanaan,

pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan

dengan bidang tugasnya sebagai pedoman dan landasan kerja.

c. Membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Sub Seksi Peralihan

Hak, Pembebanan Hak dan Konversi sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

d. Mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan,

pedoman dan petunjuk teknis di bidang penyelesaian peralihan hak atas tanah,

pembebanan hak atas tanah dan bahan-bahan bimbingan PPAT, serta

menyiapkan bahan-bahan daftar isian di bidang pengukuran dan pendaftaran

tanah.

e. Melakukan hubungan kerja dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugasnya

dengan urusan / Sub Seksi di lingkungan Kantor Pertanahan.

(32)

f. Mencatat permohonan pendaftaran peralihan hak atas tanah pada DI 301 dan

permohonan pembebanan hak atas tanah pada DI 208 sesuai disposisi Kepala

Seksi.

g. Meneliti dan memeriksa berkas-berkas permohonan.

h. Menyiapkan dan melaksanakan penjilidan Buku Tanah dan Sertipikat Balik

Nama serta sertipikat Hipotik.

i. Mengarsip / menjilid Warkah peralihan hak dan pembebanan hak.

j. Menerima dan menghimpun laporan bulanan PPAT.

k. Menyiapkan dan menyalurkan bahan-bahan untuk bimbingan PPAT serta

memberikan bimbingan teknis mengenai tata cara pembuatan akta peralihan

hak dan pembebanan hak atas tanah.

l. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan di

bidang dibidang penyelesaian peralihan hak atas tanah, pembebanan hak atas

tanah dan bahan-bahan bimbingan PPAT, serta menyiapkan bahan-bahan

daftar isian di bidang pengukuran dan pendaftaran tanah.

m. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Seksi pengukuran dan

pendaftaran tanah, sesuai dengan bidang tugasnya.

Hak milik demikian pula setiap peralihan haknya, hapusnya hak, dan

pembebanan tanah Hak milik dengan hak-hak lain, harus didaftarkan pada Kantor

Pertanahan dalam hal ini pada Kantor Pertanahan Kabupaten Karo, menurut

ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran

Tanah. Pelaksanaan pendaftaran peralihan hak milik di Kantor Pertanahan

(33)

selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah. Hal ini dikarenakan tugas dari PPAT

tersebut, selain membuat akta jual beli tanah, PPAT tersebut sekaligus wajib

mendaftarkan akta jual beli tanah tersebut pada Kantor Pertanahan Kabupaten

Karo, selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak ditandatanganinya akta jual beli hak

atas tanah tersebut baik oleh PPAT yang bersangkutan maupun kedua belah pihak

dan para saksi.

Sebelum melakukan pendaftaran peralihan hak milik atas tanah karena jual

beli dan sebelum dilakukannya peralihan hak tersebut, PPAT yang bersangkutan

terlebih dahulu melakukan kegiatan pengecekan sertifikat. Pengecekan sertifikat

di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo ini merupakan salah satu bentuk kegiatan

untuk melakukan pencocokan mengenai kesesuaian sertifikat hak atas tanah

dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo, dalam hal

ini adalah buku tanah, dengan cara memperlihatkan sertifikat asli.

Pengecekan sertifikat ini bertujuan untuk menghindari jika dalam buku

tanah terdapat perselisihan atau sengketa tanah. Setelah dilakukan peralihan hak

atas tanah dengan dibuatkan akta jual beli hak atas tanah dan berkas-berkas

lainnya dari pemohon telah lengkap dan memenuhi persyaratan, selanjutnya

PPAT yang bersangkutan melakukan pendaftaran peralihan hak atas tanah

tersebut pada Kantor Pertanahan Kabupaten Karo.

Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah pada Kantor Pertanahan Kabupaten

Karo adalah salah satu kegiatan pencatatan mengenai peralihan hak atas tanah.

Pencatatan peralihan hak atas tanah adalah suatu kegiatan pencatatan

(34)

kepemilikan suatu bidang tanah dari satu pihak ke pihak lain. Di mana dalam

menyelenggarakan pendaftaran peralihan hak atas tanah ini pada Kantor

Pertanahan Kabupaten Karo, pencatatan administrasinya dibukukan ke dalam

daftar isian. Daftar isian yang dimaksud di sini adalah daftar-daftar yang

dipergunakan untuk melakukan pencatatan administrasi mengenai pendaftaran

peralihan hak atas tanah tersebut.

Pendaftaran ini merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya

hak milik serta sahnya peralihan hak tersebut. Pelaksanaan pendaftaran peralihan

hak atas tanah yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo, didahului dengan

pencarian buku tanah pada almari arsip buku tanah. Dimana buku tanah tersebut

disusun berdasarkan klasifkasi setiap Kecamatan dalam Kabupaten Karo yang

dikelompokan setiap desa. Setiap buku tanah tersebut dijilid dalam satu album. Di

mana satu album tersebut diberi nomor 000001-000100, album kedua diberi

nomor 000101-000200, dan seterusnya. Arsip buku tanah tersebut disusun secara

vertikal dan tertata rapi dalam almari arsip buku tanah.

Setelah itu kemudian dilakukan pencatatan peralihan hak atas tanah yang

sudah bersertifikat karena jual beli tersebut dalam buku tanah, sertifikat dan daftar

isian, dengan cara :

a. Pencoretan nama pemegang hak lama atau penjual dan pencantuman nama

pemegang hak yang baru atau pembeli dalam buku tanah dan dalam sertifikat

hak atas tanah yang bersangkutan, dengan mencatat dalam kedua dokumen

tersebut bahwa telah terjadinya jual beli, dan dinyatakan hapus sekaligus

(35)

Kemudian ditandatangani oleh Kepala Kantor dan dicap dinas Kantor

Pertanahan Kabupaten Karo. Pencoretan catatan ini dilakukan demi ketertiban

administrasi pertanahan yang merupakan salah satu tujuan catur tertib

pertanahan.

b. Nomor hak dan identitas lain, dari tanah tersebut dicoret dari daftar nama

penerima hak. Kegiatan Pendaftaran Peralihan Hak Milik di Kantor

Pertanahan Kabupaten Karo sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang

ada, yang dilakukan oleh Sub Seksi Peralihan Hak Pembebanan dan PPAT.

Dalam pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah di Kantor Pertanahan

Kabupaten Karo, pemohon harus memenuhi syarat-syarat yang telah

ditentukan, yang harus dilampirkan pemohon, khususnya dalam hal ini untuk

tanah dengan status hak milik yang sudah bersertifikat antara lain :

1. Sebelum membuat akta maka sertifikat harus dicocokkan terlebih dahulu

pada Kantor Pertanahan, apakah sertifikat tersebut masih sesuai dengan

data-data dalam buku tanah atau tidak.

2. Akta jual beli yang dibuat oleh dan di hadapan PPAT.

3. Sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan.

4. Foto copy KTP penjual (suami dan istri) jika tanah itu didapat dari harta

gono-gini dan foto copy KTP pembeli yang disahkan dan telah dilegalisir

oleh pejabat yang berwenang.

5. Lembar SSB yang tertulis berapa besar BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan) yang harus disetorkan. BPHTB dikenakan apabila

(36)

mulai tahun 2004, batas minimal tidak dikenakan BPHTB adalah Rp.

15.000.000. BPHTB ini dikenakan pada pihak pembeli yang besarnya

adalah Rp xx – Rp 15.000.000 dikalikan dengan 5% (lima persen).

6. Bukti setor BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan)

7. Bukti setor PPh (Pajak Penghasilan) apabila harga jual beli di atas Rp.

60.000.000,00, yang dikenakan kepada penjual.

8. Jual beli tanah pertanian hanya dapat dilakukan apabila pembeli bertempat

tinggal (berdomisili) pada satu wilayah kecamatan, dengan letak atas

bidang tanah dimaksud dan tidak boleh dipecahkan.45

Untuk tanah yang sudah bersertifikat, jenis hak atas tanah dapat dicatat

dalam sertifikat itu, pada halaman sampul dalam dan ditulis pada kolom sebelah

kiri atas dari buku tanah. Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka Kantor

Pertanahan Kabupaten Karo melaksanakan pendaftaran peralihan hak atas tanah

karena jual beli tersebut. Di mana dalam menyelenggarakan pendaftaran peralihan

hak atas tanah ini pencatatan administrasinya dibukukan ke dalam daftar isian.

Daftar isian yang dimaksud di sini adalah daftar-daftar yang dipergunakan untuk

melakukan pencatatan administrasi/pembukuan mengenai pendaftaran peralihan

hak atas tanah tersebut.

Adapun daftar-daftar isian yang dipergunakan oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten Karo untuk melakukan pencatatan adanya peralihan hak atas tanah

tersebut serta hapusnya hak atas tanah tersebut pada sertifikat dan buku tanah,

antara lain :

45

(37)

1. DI 208, yaitu daftar isian tentang daftar penyelesaian pekerjaan pendaftaran

tanah.

2. DI 301, yaitu daftar isian tentang daftar permohonan pekerjaan pendaftaran

tanah.

3. DI 301 A, yaitu daftar isian tentang daftar penyerahan hasil pekerjaan.

4. DI 305, yaitu daftar isian tentang penerimaan uang muka biaya pendaftaran

tanah/buku panjer.

5. DI 307, yaitu daftar isian tentang daftar penghasilan negara.

Adapun tata laksana dari Kegiatan Pendaftaran Peralihan Hak Milik yang

dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo, adalah :

1. Pemohon membawa dokumen untuk diterima oleh loket I (Loket informasi

Pelayanan). Dokumen-dokumen tersebut, adalah seperti yang tersebut di atas

2. Pada petugas loket I (Loket informasi Pelayanan), menerima dan meneliti fisik

dokumen, dengan meneliti kelengkapan materi dokumen, jika lengkap

diserahkan ke petugas loket II (Loket Pelayanan dokumen), ika tidak lengkap

diserahkan kembali ke pemohon. Setelah itu petugas membuat STTD (Surat

tanda Terima Dokumen) dan diberikannya kepada pemohon, untuk diserahkan

ke loket II (Loket Pelayanan Dokumen). Untuk kelengkapan dokumen, pada

permohonan pendaftaran agar mencantumkan bahwa semua berkas yang

menjadi lampiran permohonan ini adalah sah dan apabila dikemudian hari

dapat dibuktikan itu palsu, pemohon bersedia dituntut sesuai dengan ketentuan

(38)

3. Kemudian petugas loket II (Loket Pelayanan Dokumen) membuat SPS (Surat

Perintah Setor), dimana SPS (Surat Perintah Setor) asli ini diberikan kepada

pemohon. Pemohon dengan membawa asli SPS (Surat Perintah Setor) dan

STTD (Surat Tanda Terima Dokumen) untuk melakukan pembayaran ke

petugas loket III (Loket Penerimaan Biaya). Sebelumnya petugas loket II

(Loket Pelayanan dokumen), menyerahkan dokumen ke petugas loket III

(Loket Penerimaan Biaya).

4. Petugas loket III (Loket Penerimaan Biaya), menerima biaya permohonan

sesuai dengan SPS (Surat Perintah Setor) yang diperoleh dari pemohon.

Setelah menerima biaya kemudian melakukan pencatatan pada DI 305 (Daftar

Isian tentang Daftar Penerimaan Uang Muka Biaya Pendaftaran tanah / Buku

Panjer). Kemudian dibuatkan kwitansi pada DI 306 (Kwitansi). Pada STTD

(Surat Tanda Terima Dokumen) dicantumkan nomor dan tanggal. Kemudian

dokumen yang telah dilakukan pencatatan diserahkan kembali ke petugas

loket II (Loket Pelayanan dokumen). Dan kepada pemohon diserahkan

kwitansi asli, sebagai bukti permohonan biaya Pendaftaran Peralihan Hak Atas

Tanah khususnya karena jual beli tersebut.

5. Pada petugas loket II (Loket Pelayanan Dokumen), melakukan pencatatan

pada DI 301 (Daftar Isian tentang Daftar Permohonan Pekerjaan Pendaftaran

Tanah), sekaligus mencantumkan nomor dan tanggal DI 301 tersebut pada

STTD (Surat Tanda Terima Dokumen), yang kemudian diserahkan kembali

(39)

6. Oleh petugas loket II (Loket Pelayanan dokumen), dokumen tersebut

diserahkan ke Kepala Sub Seksi Peralihan Hak Pembebanan dan PPAT.

7. Kepala Sub Seksi Peralihan Hak Pembebanan dan PPAT, setelah menerima

dokumen dari petugas loket II (Loket Pelayanan Dokumen), kemudian

mempelajari dokumen tersebut dan membuat disposisi. Di mana disposisi

tersebut diserahkan ke petugas buku tanah dan sertifikat untuk melaksanakan

tugasnya sekaligus diserahkannya dokumen-dokumen tersebut.

8. Pada petugas buku tanah dan sertipikat, melakukan tugas :

a. Mencari buku tanah yang bersangkutan dalam almari arsip buku tanah.

b. Mencatat adanya peralihan hak tersebut pada buku tanah dan sertipikat.

Setelah itu dokumen-dokumen tersebut, buku tanah dan sertifikat

diserahkan kembali pada Kepala Sub Seksi Peralihan Hak Pembebanan

dan PPAT.

9. Kepala Sub Seksi Peralihan Hak Pembebanan dan PPAT, melakukan

pengoreksian, setelah dinyatakan lengkap kemudian membubuhkan paraf

catatan peralihan pada buku tanah dan sertifikat yang bersangkutan. Setelah

itu diteruskan dokumen tersebut dan buku tanah serta sertifikat yang

bersangkutan kepada Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah.

10.Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah melakukan pengoreksian

dan membubuhkan paraf catatan peralihan pada buku tanah dan sertipikat,

untuk kemudian diteruskan dokumen tersebut pada Kepala Kantor Pertanahan.

11.Oleh Kepala Kantor Pertanahan mengoreksi dan menandatangani catatan

(40)

buku tanah dan sertifikat. Kemudian diserahkan kembali pada petugas

pembukuan.

12.Oleh petugas pembukuan, melakukan pembukuan pada DI 208 (Daftar Isian

tentang Daftar Penyelesaian Pekerjaan Pendaftaran Tanah) dan mencantumkan

nomor DI 208 pada buku tanah dan sertifikat serta warkah dan membubuhkan

stempel garuda pada buku tanah dan sertifikat serta surat ukur, kemudian

melakukan pembukuan pada DI 307 (Daftar Isian tentang Daftar Penghasilan

Negara). Setelah itu menginformasikan kepada petugas loket II (Loket

Pelayanan Dokumen) untuk melakukan pencoretan pada DI 301 (Daftar Isian

tentang Daftar Permohonan Pekerjaan Pendaftaran Tanah) bahwa sertipikat

telah selesai diproses. Dokumen-dokumen tersebut diserahkan ke petugas

arsip selaku petugas yang menyimpan warkah-warkah adanya peralihan hak

atas tanah karena jual beli tersebut. Sertipikat yang telah selesai diproses

diserahkan ke petugas loket IV (Loket Pengambilan Produk).

13.Pada petugas loket IV (Loket Pengambilan produk), setelah menerima

sertipikat kemudian melakukan pencatatan pada DI 301 A (Daftar Isian

tentang Daftar Penyerahan Hasil Pekerjaan) untuk penyelesaian produk.

Warkah-warkah, buku tanah, sertifikat dipilih/dipisah-pisahkan. Sertifikat asli

dikembalikan kepada pemohon, warkah-warkah dan akta jual beli dijilid

menjadi satu untuk disimpan di bagian arsip warkah. Serta buku tanah yang

telah selesai diproses dikembalikan pada almari arsip buku tanah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

(41)

pendapatan negara bukan pajak, yang berlaku pada Kantor Pertanahan Kabupaten

Karo, bahwa pemohon harus membayar biaya untuk melakukan pendaftaran

peralihan hak atas tanah karena jual beli tersebut sebesar Rp. 25.000 untuk setiap

permohonan. Setiap permohonan pendaftaran peralihan hak atas tanah tersebut,

dengan alokasi waktu sekitar 11-20 hari.

Biaya tersebut dibayar melalui loket III yaitu pada pelayanan

bendaharawan, yang kwitansi sebagai bukti pembayaran permohonan pendaftaran

peralihan tersebut. Untuk pendaftaran peralihan hak atas tanah karena jual beli

tersebut yang tidak memerlukan pengukuran, maka dalam sertifikat yang

bersangkutan dan buku tanah nama pemegang hak yang lama, dilakukan

pencoretan dan diganti dengan nama pemegang hak yang baru dan sekaligus

dilakukan penulisan mengenai sebab peralihan hak atas tanah tersebut.

Pendaftaran peralihan hak atas tanah dengan status hak milik di Kantor

Pertanahan Kabupaten Karo, maka masyarakat Kabupaten Karo, yang

mendaftarkan peralihannya di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo akan mendapat

jaminan kepatian hukum mengenai pemegang haknya/subjek haknya, jaminan

kepastian mengenai haknya, jaminan kepastian hukum mengenai tanah/objeknya,

serta sahnya peralihan hak tersebut, selain dari pada itu akan diperoleh pula surat

tanda bukti hak yang sah dan kuat yang disebut sertifikat hak atas tanah.

Jadi tugas Kantor Pertanahan khususnya Kantor Pertanahan Kabupaten

Karo dalam hal ini adalah hanya melakukan pencatatan mengenai adanya

peralihan hak atas tanah. Pelaksanaan pendaftaran peralihan hak milik karena jual

(42)

dialihkan oleh PPAT setempat, yang dibuktikan dengan akta jual beli tanah dan

telah ditandatanganinya oleh kedua belah pihak serta telah didaftarkannya

peralihan haknya tersebut pada Kantor Pertanahan Kabupaten Karo.

Setelah pelaksanaan peralihan hak atas tanah tersebut selesai, selanjutnya

sertipikat hak atas tanah tersebut yang sudah dinyatakan sah berpindah tangan dan

telah didaftar pada Kantor Pertanahan Kabupaten Karo, diserahkan kepada

pemegang / pemilik hak atas tanah yang baru.46

4. Manfaat Pelaksanaan Pendaftaran Hak Milik Untuk Kelangsungan

Kepemilikan Hak Atas Tanah.

Dalam era pembanguanan dewasa ini, khususnya di bidang pertanahan,

maka sasaran pembangunan dibidang pertanahan adalah terwujudnya tertib

pertanahan.

Masalah tanah di Indonesia telah mendapat perhatian yang sangat luas dan

mendalam dikalangan masyarakat. Pasal 19 UUPA memerintahkan

diselenggarakannya Pendaftaran Tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum.

Pendaftaran tanah ini sangat penting dan tanah tersebut didaftarkan untuk

kepentingan dari pengguna terhadap tanah, sehingga akan terlihat dari manfaat

tanah tersebut. Arti pendaftaran tanah adalah untuk memberikan kejelasan atau

keterangan supaya tidak menimbulkan permasalahan dalam bidang pertanahan

terutama terhadap status tanah tersebut.

(43)

Dewasa ini pembicaraan mengenai tanah sudah merupakan pembicaraan

yang menyangkut hidup dan penghidupan manusia. Hal ini terjadi baik di

perkotaan maupun di pedesaan, tidak terkecuali di Kabupaten Karo. Memang

sering kita dengar bahwa timbul konflik tentang tanah ini karena orangnya tidak

menuruti hukum tanahnya, boleh jadi soal timbul karena sangketa batas, boleh

jadi karena ada pemerintah konversi lantas tidak dikonversi. Dan yang paling

mendasar karena tidak punya sertifikat atau setrtifikatnya telah dirubah dengan

tujuan kepentingan masyarakat.47

Demikian pula halnya pelayanan di bidang pertanahan terutama dalam

pengurusan hak-hak tanah seperti prosedur permohonan hak-hak atas tanah

sampai kepada penerbitan sertifikat oleh masyarakat. Pelayanannya masih

dirasakan berbelit-belit disamping banyak dijumpai pengutan-pungutan tambahan, Sampai sekarang ini sering dijumpai terjadinya penguasaan pemilikan dan

penggunaan tanah oleh oknum-oknum yang tidak sesuai atau melanggar ketentuan

peraturan perudang-undangan pertanahan yang berlaku, seperti penguasaan tanah

tanpa dilandasi sesuatu hak oleh orang-orang atau badan hukum maupun adanya

jual beli dibawah tangan. Hal ini dapat disebabkan karena disamping belum

dipahaminya ketentuan peraturan di bidang pertanahan yang berlaku juga adanya

unsur kesenjangan untuk mencari keuntungan pribadi, sehingga dapat membawa

akibat-akibat yang negatif yang dapat merugikan pihak lain serta menjadi sumber

persangketaan tanah.

47

(44)

sering terjadinya sertifikat atas tanah palsu, buku tanah hilang dan sebagainya. Hal

demikian menunjukkan bahwa belum tertibnya Admiistrari Pertanahan.

Bagi tanah-tanah yang pemiliknya terdiri dari beberapa orang seperti tanah

adat (tanah yang bersifat publiekrechtelijke), awalnya pendaftaran tanah bukan

sebagai hal yang penting dilakukan atasnya. Sebab yang diprioritaskan adalah

fungsi haknya yakni bagaimana supaya dapat memberikan manfaat bagi seluruh

anggota keluarga sekawasan yang hidup diatas tanah. Namun akibat

perkembangan kehidupan manusia yang satu sama lain tidak mempunyai nasib

yang sama dalam mengembangkan hidupnya, sudah barang tentu tanah milik

bersama akan menjadi sasaran untuk dikeluarkan bahagianya dari kepemilikan

bersama tersebut. Proses seperti ini bukan semakin lama menjadi kegiatan

manusia yang tidak terelakkan di atas tanah-tanah adat. Akhirnya milik bersama

yang sifatnya publiekrechtelijke semakin terindividualisasikan menjadi milik

privat. Tidak mungkin ditahan untuk menjadi benda/ barang milik yang tidak

dapat dialihkan dan beralih dari kepemilikan bersama tersebut.

Ditengah-tengah terindividualisasinya hak-hak yang pada awalnya hak

bersama, lembaga Pendaftaran Tanah menjadi alat yang paling utama dan

mendasar untuk menegakkan individualisasi kepemilikan hak atas tanah tersebut.

Sebaiknya dengan Pendaftaran Tanah ini dilakukan akan dapat mengamankan

(45)

hukum. Sehingga pemiliknya dapat terlindungi secara yuridis dan teknis untuk

dugunakan, dialihkan dan atau diikatkan sebagai jaminan hutang pemiliknya.48

Diselenggarakanya pendaftaran tanah yang efektif akan memungkinkan

barangsiapapun yang berkepentingan dengan mudah membuktikan haknya atas Sama halnya seperti yang terjadi di Kabupaten Karo untuk menjaga agar

tidak terkjadi sengketa tanah, perlu diadakan Pendaftaran Tanah sebab dengan

dilakukannya Pendaftaran Tanah maka pihak-pihak yang berkepentingan akan

mengetahui status tanah dan hak yang ada diatsnaya, subjek hak atas tanah dan

batas-batasnya. Pendaftaran tanah yang dilakukan dengan melalui prosedur

sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang akan merupakan kekuatan

hukum atau kepastian hukum dan kepastian hak.

Untuk memperoleh kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah, UUPA

telah meletakkan kewajiaban kepada pemerintah untuk melaksanakan pendaftaran

tanah yang ada diseluruh Indonesia disamping bagi para pemengang hak untuk

mendaftarkan hak atas tanah yang ada padanya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Dengan adanya peraturan-peraturan yang tertulis akan memungkinkan

barang suapapun yang berkepentingan dengan mudah mengetahui hukum yang

bagaimana yang berlaku dan berwenang serta kewajiban-kewajiban apa yang ada

padanya bersangkutan dengan tanah yang dipunyainya.

(46)

tanah yang dipunyai dan mengetahui hal-hal yang perlu diketahui mengenai

tanah-tanah kepunyaan pihak lain, baik segi-segi teknis kadaster maupun

yuridisnya.49

Oleh sebab itulah, didalam UUPA khususnya Pasal 19 memerintahkan

diadakanya Pendaftaran Tanah. Pasal 19 UUPA ditunjukan kepada pemerintah

untuk melaksanakan Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia

ada merupakan kewajiban pemerintah sebagai penguasa tertinggi terhadap tanah.

Selain itu Pasal 23. 32 dan Pasal 38 UUPA yang menyatakan bahwa hak milik,

hak guna usaha, dan hak guna banguan setiap peralihan, hapusnya dan

pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan merupakan kewajiban

bagi yang mempunyai hak tersebut dengan maksud agar mereka mendapat

kepastian hukum tentang hak itu. Memang kewajiban itu perlu ditegaskan, kalu Telah kita sadari bahwa masalah pertanahan realitanya pada dewasa ini

menjadi problem dan telah banyak masalah pertanahan ini yang menimbulkan

perselisihan antara pihak-pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu penanganan

tugas keagrariaan dengan cara kerja yang konsepsional dan berprogram meliputi

semua fungsi yang ada yaitu tata guna tanah, fungsi landreform, pengurusan

hak-hak atas tanah dan pendaftaran tanah yang didukung oleh administrasi yang baik.

Kepastian hukum dan kepastian hak terhadap pemilikan hakl-hak atas

tanah adalah sangat penting sekali, untuk menghindari dan mencegah adanya

pertentangan dan perselisihan yang ditimbulkan oleh problema ini.

(47)

tidak mungkin yang mempunyai hak tersebut tidak mengetahuii kewajiban atau

melalaikan kewajibannya itu, padahal secara keseluruhan usaha pendaftaran tanah

yang dibebankan kepada pemerintahan sudah mengeluarkan tenaga dan biaya

yang banyak, akan menjadi sia-sia tanpa adanya dukungan orang yang mempnyai

hak-hak tersebut diatas.50

Penerbitan sertifikat hak atas tanah di Kabupaten Karo sudah mencapi

70% dengan demikian menunjukan bahwa penguasaan tanah di daerah in sudah

mempunyai alas hak yang kuat sehingga apa yang diinginkan oleh tertib

pertanahan yaitu untuk menumbuhkan kepastian hukum sebagai pengayoman atas

penggunanan/ penguasaaan tanah telah tercapai. Artinya sengketa mengenai

penguasaan atas tanah maupun penguasaan tanah tanpa hak yang sering terjadi

dapat diatasi. Karena dengan adanyan pendaftaran tanah maka kepemilikan dan

penguasaan tanah telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

51

Salah satu tujuan dari pendaftaran tanah adalah untuk terselenggaranyan

tertib administrasi pertanahan. Hal ini dapat dilihat dalam bunyi Pasal 3 PP

Nomor 24 Tahun 1997. Tertib administrasi maksudnya bahwa seluruh

berkas-berkas dari kanror pertanahan tersebut harus sudah tersimpan dengan baik dan

teratur sehingga sangat mudah sekali jika akan mencari suatu data yang

50

K.Wantjik Saleh., Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indnesia, Jakarta, 1977, hal. 22. 51

(48)

diperluakan, terbukti dari adanya sejumlah buku-buku yang yang tersedia dalam

menunjang Pendaftaran Tanah.52

(49)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan sumber daya

alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan baik yang

langsung untuk kehidupanya seperti misalnya untuk bercocok tanam guna

mencukupi kebutuhannya (tempat tinggal/ perumahan), maupun untuk

melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, Industri, Pendidikan,

pembangunan sarana dan perasarana lainya.1

Masalah yang paling mendasar yang dihadapi bidang pertanahan adalah

suatu kenyataan bahwa persediaan tanah yang selalu terbatas sedangkan

Lebih dari itu tanah juga mempunyai hubungan emosional dengan

Manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bukan hanya dalam kehidupannya

saja, untuk meninggalpun manusia masih memerlukan tanah sebagai tempat

peristirahatan. Manusia hidup senang serba kecukupan jika mereka dapat

menggunakan tanah yang dikuasai atau dimilikinya sesuai dengan hukum alam

yang berlaku, dan manusia akan dapat hidup tentram dan damai jika mereka dapat

menggunakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan batas-batas tertentu

dalam hukum yang berlaku yang mengatur kehidupan manusia itu dalam

masyarakat.

1

(50)

kebutuhan manusia akan tanah selalu meningkat. Sengketa ini tidak hanya terjadi

di perkotaan tetapi juga di Desa, sehingga tidak jarang kita mendengar bahwa

tanah merupakan masalah yang rawan. Untuk menghindari adanya sengketa,

masyarakat mengiginkan adanya suatu kepastian hukum atas bidang-bidang

tanah.2

Karenanya oleh pemerintah kebijakan mengenai tanah ini diatur dalam

berbagai ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Pada jaman penjajahan

Belanda diatur dalam Agrarische Wet, Agrariche besluit, Domeinverklaring3

2

A.P.Parlindungan., Pendaftaran Tanah Di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1999, hal.1.

3 3

Setelah berkuasa di Indonesia, pemerintah Belanda memberlakukan hukum tanah yang terdapat di Belanda yang dibuat di Belanda pada Tahun 1870, yang bertujuan utama diberlakukannya Agrarische wet (AW) ini adalah membuka kemungkinan dan memberikan jaminan hukum kepada para pengusaha swasta untuk dapat berkembang di Hindia Belanda. Ketentuan yang terdapat dalam Agrarische we (AW) pelaksanaannya diatuar lebih lanjut oleh beberapa peratuaran dan keputusan, diantaranya adalah Agrarische Besluit tersebut dimuat sebuah pernyataan asas yang sangat penting bagi perkembangan dan pelaksannaanya hukum tanah administratif Hindia Belanda. Asas tersebut dinilai kurang memnghargai , bahkan memerkosa hak-hak rakyat atas tanah yang bersumber pada hukum adat. Dalam ketentuan asas tersebut dinyatakan bahwa “…semua tanah yang pihak lain tidak dapat membuktikan sebagai hak eigendomnya, adalah domei (milik) Negara. Ketentuan yang terdapat dalam asas tersebut lazim disebut Domein Verklaring (Pernyataan Domein). Lihat Supriadi; Hukum Agraria (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), hal.48 dan 49.

dan

sebagainya mengenai tanah untuk kepentingan penjajah antara lain

perkebunan-perkebunan yang ada di Indonesia diberikan kepada perusahaan-perusahaan

Belanda. Demikian juga perlindungan terhadap hak-hak atas tanah diberikan

kepada kaum penjajah seperti hak eigendom adalah hak milik yang mutlak pada

umumnya diberikan kepada kaum penjajah serta diberikan kepastian hukumnya

(51)

bukti hak atas tanah tersebut. Sedangkan kepada penduduk pribumi/rakyat

Indonesia yang tunduk pada hukum adat tidak diberikan bukti hak atas tanah dan

kalaupun ada hanya berupa bukti pembayaran pajak saja, seperti Girik, Pipil,

Ketitir dan lain sebagainya.4

Manusia dalam mengejar kepentingan hidupnya ada yang didasari oleh

itikad baik dan ada pula yang didasari itikad buruk. Satu dengan lainya

mengadakan interaksi dalam masayarakat. Mengenai kepentingan mereka

terhadap tanah dan penggunaanya, tidak jarang sebenarnya manusia mempunyai

hak, dikebiri atau dirampas haknya oleh mereka yang tidak berhak seperti pada

masa sebelum berlakunya UUPA karena nafsu atau itikad tidak baik

mengakibatkan manusia itu inggin menguasai tanah yang bukan miliknya

sehinnga menimbulkan kerugian bagi orang lain. Oleh sebab itu Pendaftaran

Tanah perlu dilakukan untuk mencegah kerugian-kerugian yang menimpa pihak

yang sah.5

4 Suardi., Op.cit, hal. 2. 5

G.Kartasapoetra., dkk, Hukum Tanah Jaminan UUPA Pendayagunaan Tanah, Rineke Cipta, Jakarta,1991, hal.136.

Namun ketidakpastian hukum menyebabkan kekhawatiran pihak-pihak

yang akan menguasai sebidang tanah karena peralihan hak ataupun kreditur yang

akan memberikan kredit dengan jaminan sebidang tanah. Permasalahan ini sering

terjadi pada waktu pemindahan hak atas tanah berlangsung, maka yang penulis

maksudkan dengan peralihan hak milik adalah suatu perbuatan hukum yang

bertujuan memindahkan hak dari satu pihak ke pihak lain yaitu hak milik atas

(52)

Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Tanah Karo mempunyai hak atas

tanah dengan status hak milik. Hak Milik di sini merupakan hak atas tanah yang

terkuat, maksudnya adalah bahwa hak ini merupakan hak yang paling kuat bila

dibandingkan dengan hak-hak lainnya. Dengan terselenggaranya pelaksanaan

pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo, maka masyarakat

Kabupaten Karo yang melakukan pendaftaran peralihan hak tersebut pada

pendaftaran peralihan hak atas tanah khususnya hak milik, akan mendapat

jaminan kepastian hukum mengenai telah terjadinya peralihan hak atas tanah

tersebut, selain daripada itu akan diperoleh pula surat tanda bukti hak yang sah

dan kuat yang disebut dengan sertipikat hak atas tanah. Jaminan kepastian hukum

yang dimaksud di sini meliputi :

1. Kepastian hukum mengenai orang/Badan Hukum yang menjadi pemegang hak

atas tanah. Kepastian mengenai siapa yang memiliki sebidang tanah atau

subjek hak.

2. Kepastian hukum bidang tanah yang dimilikinya. Hal ini menyangkut letak,

batas serta luas bidang tanah/objek hak.

3. Kepastian hukum mengenai hak atas tanahnya. Demikian juga pada Pasal 19

Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 05 Tahun 1960 disebutkan bahwa :

“Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran

tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan

yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.”6

(53)

Memperhatikan arti pentingnya pendaftaran peralihan hak atas tanah

khususnya hak milik tersebut, kenyataannya masih banyak masyarakat khususnya

di Kabupaten Karo yang dalam melakukan peralihan hak atas tanahnya belum

didaftarkan peralihannya pada Kantor Pertanahan setempat dalam hal ini Kantor

Pertanahan Kabupaten Karo, dan dalam proses penyelesaian pekerjaan

pendaftaran peralihan hak milik ini terdapat berbagai macam hambatan yang

menyebabkan proses pendaftaran peralihan hak milik atas tidak s

Referensi

Dokumen terkait

Alat perawatan sistem transmisi I ini dirancang untuk memperagakan transmisi secara manual, karena dalam perpindahan sistem transmisi satu dengan yang lainnya masih menggunakan

Telah diterima oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar

(8) Menyimpang dari ayat (1) sampai (6), laba usaha yang diterima oleh penduduk salah satu Negara Pihak pada Perjanjian dari bentuk usaha tetap yang dimilikinya di

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa angket atau kuesioner dan pedomana wawancara. 142) “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4, diketahui bahwa pemodelan dan peramalan deret waktu debit Sungai Citarum PDA Nanjung yang dilakukan sebelumnya melalui model SARIMA

Hasil penilaian aspek administrasi, teknis, dan aspek biaya telah dilakukan terhadap peserta Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi yang telah ditetapkan sebagai

Sistem koloid merupakan heterogen yang tercampur dari dua zat atau lebih yang partikel tersebut berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain

a) Semua Harta Intelek yang direka cipta oleh Rakan Sekutu sepanjang tempoh penyelidikan atau pelantikan tetap akademiknya di UKM adalah hak milik Rakan Sekutu. Walau