• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Pemberian Asam Asetil Salisilat (Aspirin) Dosis 80 mg terhadap Hiperagregasi Trombosit pada Pasien Stroke Iskemik Kasus Baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efek Pemberian Asam Asetil Salisilat (Aspirin) Dosis 80 mg terhadap Hiperagregasi Trombosit pada Pasien Stroke Iskemik Kasus Baru"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK PEMBERIAN ASAM ASETILSALISILAT

(ASPIRIN) DOSIS 80 MG TERHADAP

HIPERAGREGASI TROMBOSIT PADA

PASIEN STROKE ISKEMIK KASUS BARU

TESIS

OLEH

TRIO ADORATEE L. PUTRA

NIM: 077101001

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EFEK PEMBERIAN ASAM ASETIL SALISILAT

(ASPIRIN) DOSIS 80 MG TERHADAP

HIPERAGREGASI TROMBOSIT PADA PASIEN

STROKE ISKEMIK KASUS BARU

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Spesialis Penyakit Dalam dalam Program Studi Ilmu Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

TRIO ADORATEE L. PUTRA NOMOR INDUK : 077101001

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : EFEK PEMBERIAN ASAM ASETIL SALISILAT (ASPIRIN) DOSIS 80 MG TERHADAP HIPERAGREGASI TROMBOSIT PADA PASIEN STROKE ISKEMIK KASUS BARU

Nama Mahasiswa : Trio Adoratee L. Putra Nomor Pokok : 077101001

Program Studi : Ilmu Penyakit Dalam

Menyetujui

Pembimbing Tesis I Pembimbing Tesis II

( dr. Dairion Gatot, Sp.PD-KHOM ) ( dr.Yuneldi Anwar, Sp.S)

Disyahkan Oleh:

Ketua Program Studi Kepala Departemen

(dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH) (dr. Salli Rosefi Nasution, SpPD-KGH)

(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar

Nama : Trio Adoratee L. Putra

Nomor Induk : 07710100120111

(5)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda

tangan di bawah ini :

Nama : Trio Adoratee L. Putra

Nomor Induk : 07710100120111 Program Studi : Ilmu Penyakit Dalam

Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive

Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul :

EFEK PEMBERIAN ASAM ASETIL SALISILAT

(ASPIRIN) DOSIS 80 MG TERHADAP

HIPERAGREGASI TROMBOSIT PADA

PASIEN STROKE ISKEMIK KASUS BARU

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Non-eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan

mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada tanggal : 27Januari 2012

Yang menyatakan

(6)

Abstrak

“Efek Pemberian Asam Asetil Salisilat (Aspirin) Dosis 80 mg terhadap Hiperagregasi Trombosit pada Pasien Stroke Iskemik Kasus Baru”

Trio Adoratee L. Putra*, Dairion Gatot*, Yuneldi Anwar**, *Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam

**Departemen Neurologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP.H.Adam Malik Medan

Latar Belakang

Agregasi trombosit adalah penting dalam patogenesis dari stroke iskemik akut. Trombosit yang berasal dari pasien-pasien stroke mengalami hiperagregasi sebagai respon terhadap agonist pada fase akut. Asam asetil salisilat (aspirin) telah digunakan secara luas untuk menghambat agregasi trombosit, prevensi sekunder stroke iskemik dan kejadian vaskuler lainnya. Meskipun aspirin dosis rendah dianggap aman dan efektif, obat tersebut memiliki manfaat yang terbatas karena hanya menurunkan 25-30% kejadian stroke iskemik. Tes fungsi trombosit adalah efektif untuk mengukur efek aspirin.

Tujuan :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas aspirin dosis rendah sebagai obat anti agregasi trombosit pada pasien stroke iskemik kasus baru

Bahan dan Cara :

Penelitian eksperimental dari 13 pasien stroke iskemik kasus baru dan menggunakan aspirin 80 mg/hari selama kira-kira 4 minggu. Agregasi trombosit dievaluasi sebelum dan sesudah minum aspirin menggunakan Chronolog Helena

AggRam dengan ADP 1,5 dan 10 secara berturut-turut.

Hasil :

Dari total 23 subjek penelitian dengan stroke iskemik akut dan hiperagregasi trombosit. Hanya 13 subjek (9 orang laki-laki dan 4 orang perempuan) yang menyelesaikan tes agregasi trombosit setelah meminum aspirin dengan dosis 80 mg selama kira-kira 4 minggu. Sepuluh orang subjek dikeluarkan dari penelitian karena meninggal (4 orang) dan hilang dari follow up (6 orang). Tiga dari tiga belas pasien tampak mengalami penurunan respon dengan terapi aspirin, sisanya 10 pasien tak tampak penurunan respon agregasi trombosit. Setelah terapi aspirin dosis rendah, respon agregasi trombosit tidak mengalami penurunan dengan agonis ADP 1.0 dan ADP 10.0, tetapi hampir mendekati bermakna dengan ADP 5.0 (p = 0,057).

Kesimpulan :

Asam asetil salisilat 80 mg sehari adalah tidak efektif dalam menurunkan agregasi trombosit pada pasien stroke kasus baru, dan dibutuhkan evaluasi lebih lanjut dengan dosis yang lebih dari 80 mg.

(7)

Abstract

The Effect of 80 mg Acetyl Salicylic Acid (Aspirin) to Platelet Hyperaggregation in Recent Ischemic Stroke Patients Trio Adoratee L. Putra*, Dairion Gatot*, Yuneldi Anwar**

*Division of Hematology Oncology Medic,Department of Internal Medicine ** Department of Neurology

Faculty of Medicine University of Sumatera Utara H. Adam Malik General Hospital Medan

Background

Platelet aggregation is critical in the pathogenesis of acute ischemic stroke. Platelets derived from stroke patients were more hyperaggregable in response to agonist in the acute phase. Acetyl salicylic acid (aspirin) is most widely used to inhibit platelet aggregation in secondary prevention of ischemic stroke and other vascular event. Although low dose aspirin is considered safe and effective, it has limited efficacy with 25-30% a risk reduction for ischemic stroke. Platelet function test are effective in measuring aspirin effect.

Objective :

The purpose of this study was to assess the effectiveness of low dose aspirin as antiplatelet agent in recent ischemic stroke.

Materials and Methods :

An experimental study of 13 patients with recent ischemic stroke taking aspirin 80 mg/day for 4 weeks. Platelet aggregation level was evaluated before and after 4 weeks of aspirin consumption using Chronolog Helena Aggram with ADP 1.0, 5.0, 10.0 respectively.

Result:

Total of 23 patients had acute ischemic stroke and hyperaggregation response to three ADP, only 13 patients completed the study (9 men and 4 women) from February-December 2011 in Stroke Unit Department of Neurology. Only ten patients were excluded from this study (4 patients passed away and 6 patients loss of follow up). Only 3 patients had reduced response with aspirin therapy and 10 patients unresponsed. After approximately 4 weeks of low dose aspirin therapy, platelet aggregation responses were not reduced with agonist ADP 1.0 and ADP 10.0, but near significant with ADP 5.0 (p = 0,057).

Conclusion :

Acetyl salicylic acid (aspirin) 80 mg daily was effective in reducing platelet aggregation in recent ischemic stroke and future research is needed to determine the effectiveness aspirin with dose over 80 mg/day.

(8)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat

menyelesaikan tesis ini dengan judul: “Efek Pemberian Asam Asetil Salisilat

(Aspirin) Dosis 80 mg terhadap Hiperagregasi Trombosit pada Pasien Stroke Iskemik Kasus Baru “ yang merupakan persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan dokter ahli di bidang ilmu penyakit dalam pada fakultas kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya karya tulis ini, maka penulis ingin menyampaikan

terima kasih dan rasa hormat serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Salli Roseffi Nasution, SpPD-KGH, selaku Kepala Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FK USU / RSUP H ADAM MALIK MEDAN yang

telah memberikan kemudahan dan dorongan buat penulis dalam

menyelesaikan tulisan ini.

2. Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Dalam Dr. Zulhelmi Bustami,

SpPD-KGH dan Sekretaris Program Ilmu Penyakit Dalam Dr Zainal Safri,

SpPD-SpJP yang dengan sungguh-sungguh telah membantu dan

membentuk penulis menjadi ahli penyakit dalam yang berkualitas, handal

dan berbudi luhur serta siap untuk mengabdi bagi nusa dan bangsa.

3. Khusus mengenai karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Dr. Dairion Gatot, SpPD-KHOM dan Dr.

Yuneldi Anwar, Sp.S(K) sebagai pembimbing tesis, yang telah

memberikan bimbingan dan kemudahan bagi penulis selama

melaksanakan penelitian, juga telah banyak meluangkan waktu dan

dengan kesabaran membimbing penulis sampai selesainya karya tulis ini.

Kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan karunia kepada

beliau beserta keluarga.

4. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU / RSUD Dr

Pirngadi / RSUP H Adam Malik medan : Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis,

SpPD-KGH., Prof. Dr. Bachtiar Fanani Lubis, SpPD-KHOM., Prof. Dr.

(9)

Prof. Dr. Azhar Tanjung, SpPD-KP-KAI-SpMK., Prof. Dr. OK Moehad

Sjah, SpPD-KR., Prof. Dr. Lukman H. Zain, SpPD-KGEH., Prof. Dr. M.

Yusuf Nasution, SpPD-KGH., Prof. Dr. Azmi S Kar, SpPD-KHOM.,

Prof. Dr. Gontar A Siregar, KGEH., Prof. Dr. Haris Hasan,

SpPD-SpJP(K)., Dr. Nur Aisyah, SpPD-KEMD., Dr. A Adin St Bagindo,

KKV., Dr. Lutfi Latief, KKV., Dr. Syafii Piliang,

SpPD-KEMD (Alm)., Dr. T. Bachtiar Panjaitan, SpPD., Dr. Rustam Effendi

YS, SpPD-KGEH., Dr. Abiran Nababan, SpPD-KGEH., Dr. Betthin

Marpaung, SpPD-KGEH., Dr. Sri M Sutadi, SpPD-KGEH., Dr. Mabel

Sihombing, SpPD-KGEH., Dr. Salli R. Nasution, SpPD-KGH., DR. Dr.

Juwita Sembiring, SpPD-KGEH., Dr. Alwinsyah Abidin, SpPD-KP., Dr.

Abdurrahim Rasyid Lubis, KGH., Dr. Dharma Lindarto,

SpPD-KEMD., DR. Dr Umar Zein, SpPD-KPTI-DTM&H-MHA., Dr. Yosia

Ginting, SpPD-KPTI., Dr. Refli Hasan, SpPD-SpJP., Dr. EN. Keliat,

SpPD-KP., DR. Dr. Blondina Marpaung, SpPD-KR., Dr. Leonardo

Dairy, SpPD-KGEH., Dr. Pirma Siburian, SpPD-KGer., Dr. Mardianto,

SpPD-KEMD., Dr. Santi Safril, SpPD-KEMD., Dr Zuhrial, SpPD., yang

merupakan guru-guru saya yang telah banyak memberikan arahan dan

petunjuk kepada saya selama mengikuti pendidikan.

5. Dr. Armon Rahimi, KPTI., Dr. R Tunggul Ch Sukendar,

SpPD-KGH (Alm)., Dr. Daud Ginting, SpPD., Dr. Tambar Kembaren, SpPD.,

Dr. Saut Marpaung, SpPD., Dr. Dasril Effendi, SpPD-KGEH., Dr.

Ilhamd, SpPD., Dr. Calvin Damanik, SpPD., Dr. Rahmat Isnanta, SpPD.,

Dr. Jerahim Tarigan, SpPD., Dr. Endang, SpPD., Dr. T. Abraham,

SpPD., Dr. Soegiarto Gani, SpPD., Dr. Savita Handayani, SpPD., Dr.

Fransiskus Ginting, SpPD., Dr. Deske Muhadi, SpPD., Dr. Syafrizal Nst,

SpPD., Dr. Ida Nensi Gultom, SpPD., Dr. Imelda Rey, SpPD., Dr. Anita

Rosari, SpPD., Dr. Wika Hanida, SpPD., Dr. Radar R Ginting, SpPD.,

Dr. Ameliana Purba, SpPD., dan Dr. Taufik Sungkar, SpPD., sebagai

dokter kepala ruangan / senior yang telah amat banyak membimbing saya

(10)

6. Direktur RSUP H Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan

yang telah memberikan begitu banyak kemudahan dan izin dalam

menggunakan fasilitas dan sarana Rumah Sakit untuk menunjang

pendidikan keahlian ini.

7. Bupati Kabupaten Sikka Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Sikka Propinsi Nusa Tenggara Timur, Rektor

Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan menerima saya,

sehingga dapat mengikuti pendidikan keahlian ini.

8. Seluruh PPDS Hematologi Onkologi Medik dan PPDS Departemen

Neurologi yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini.

9. Kepada teman-teman seangkatan yang memberikan dorongan semangat:

Dr. Halomoan Budisusanto, Dr. Fahmi, Dr. Alfred Situmorang, Dr.

Terang Meliala, Dr. Melati Nasution, Dr. Sumi Ramadhani. Juga para

sejawat dan PPDS interna lainnya yang tidak dapat saya sebut satu

persatu, paramedik dan Syarifuddin Abdullah, Kak Leli, Fitri, Deni,

Wanti, Yanti, Tika dan Sari atas kerjasama yang baik selama ini.

10. Para co-asisten dan petugas kesehatan di SMF / Bagian Ilmu Penyakit

Dalam RSUP H. Adam Malik Medan / RSUD Dr. Pirngadi Medan / RS

Haji Medan / RS Tembakau Deli, karena tanpa adanya mereka tidak

mungkin penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

11. Kepada DR. Dr. Rosita Sembiring di Laboratorium Trombosis dan

Hemostasis RSU Herna Medan yang telah memberikan kemudahan dan

kerjasama dengan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

12. Kepada Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan yang tulus dalam menyelesaikan penelitian ini.

Rasa hormat dan terima kasih saya yang setinggi-tingginya dan

setulusnya penulis tujukan kepada ayahanda Soenardi dan ibunda Upik Harya

Teresia (Alm) yang sangat ananda sayangi dan kasihi, tiada kata-kata yang tepat untuk mengucapkan perasaan hati, rasa terima kasih atas segala jasa-jasanya

(11)

Tuhan Yang Maha Esa memberikan kesehatan dan kebahagian kepada orang tua

yang sangat saya cintai dan sayangi. Demikian juga mertua saya Ir. Bengkas

Tampubolon (Alm) dan Ny. Norma Rosintan Siti Bonur Sitorus yang telah mendukung, membimbing, menyemangati dan menasihati agar kuat dalam

menjalani pendidikan, saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya. Semoga

Allah memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada orang tua yang sangat saya

cintai dan sayangi.

Kepada istriku tercinta drg. Marsintha Lolita Margaretha

Tampubolon dan anak-anakku tercinta Amanda Naomi L. Putri Panggabean dan Nadine L. Putri Panggabean, terima kasih atas kesabaran, ketabahan, pengorbanan dan dukungan yang telah diberikan selama ini. Semoga apa yang

kita capai dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi kita dan

diberkati Tuhan.

Kepada saudara-saudaraku Indra Ardie Surya, S.Si, M.Si., Ir. Dwieka Trimulya Pisces Nuralam Hakim yang telah banyak membantu memberi semangat dan dorongan selama pendidikan, terima kasihku yang tak terhingga

untuk segalanya.

Kepada semua pihak baik perorangan maupun instansi yang tidak

mungkin kami ucapkan satu persatu yang telah membantu kami dalam

menyelesaikan pendidikan spesialis ini, kami ucapkan banyak terima kasih

Akhirnya izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas

kesalahan dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala

bantuan, dorongan dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti

pendidikan kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha

Esa yang maha pengasih, maha pemurah dan maha penyayang.

Medan, Januari 2012

(12)

DAFTAR ISI

Daftar Lampiran... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 2

1.3 Hipotesis... 3

1.4 Tujuan Penelitian... 3

1.5 Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ... 5

2.1. Trombosit... 5

2.2. Stroke Iskemik... 9

2.3. Asam Asetil Salisilat (Aspirin)... 12

2.4. Tes Agregasi Trombosit... 14

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16

3.1. Kerangka Konsep... 16

3.2. Definisi Operasional ...16

BAB IV METODE PENELITIAN....………... 17

4.1 Desain penelitian...………….…... 17

4.2 Waktu dan tempat penelitian………... 17

4.3 Subjek Penelitian……….. 17

4.4 Kriteria Inklusi………..……….…... 17

4.5 Kriteria Eksklusi………... 17

4.6 Besar Sampel………... 18

4.7 Cara Kerja...………. 18

4.8 Ethical clearance dan informed consent…………...……….... 19

4.9 Kerangka operasional………... 20

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN…………... 21

5.1. Hasil Penelitian... 21

5.2. Pembahasan ... 22

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 28

6.1 Kesimpulan... 30

6.2 Saran... 30

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data karakteristik dasar kelompok stroke iskemik kasus baru .... 21

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Fungsi Trombosit ... 6

(15)

DAFTAR SINGKATAN

ACCP : American College of Chest Physician

ADP : Adenosine Diphosphate

AHA : American Heart Association

AMP : Adenosine Monophosphate

ASA : Acetyl Salicylic Acid

ASA : American Stroke Association

ATP : Adenosine Triphosphate

aPTT : Activated Partial Thromboplastin Time

BB : Berat Badan

BM : Berat Molekul

cAMP : Cyclic Adenosine Monophosphate

CT-Scan : Computed Tomography Scan

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dkk : dan kawan-kawan

DM : Diabetes Mellitus

GP : Glikoprotein

HDL : High Density Lipoprotein

IMT : Indeks Massa Tubuh

KGD : Kadar Gula Darah

HDL : High Density Lipoprotein

LDL : Low Density Lipoprotein

(16)

m : Meter

mg : Miligram

mmHg : Millimeter air raksa

MRI : Magnetic Resonance Imaging

n : Jumlah subjek penelitian

p : Tingkat kemaknaan

PDGF : Platelet Derived Growth Factor

PF 3 : Platelet Factor 3

PGI2 : Prostaglandin Inhibitor 2

PRP : Platelet Rich Plasma

PT : Protrombin Time

SD : Standar Deviasi

SGOT : Serum Glutamic Oksaloasetat Transaminase

SGPT : Serum Glutamic PiruvatTransaminase

TB : Tinggi Badan

TDD : Tekanan Darah diastolik

TDS : Tekanan Darah sistolik

TG : Trigliserida

TIA : Transient Ischemic Attack

vWF : von Willebrand Factor

WHO : World Heath Organization

Zα : deviat baku normal untuk α

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1. Lembar Informasi Subjek Penelitian ... 35

LAMPIRAN 2. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian ... 36

LAMPIRAN 3. Lembar Persetujuan Komite Etik Penelitian ... 37

LAMPIRAN 4. Master Tabel Hasil Penelitian ... 38

LAMPIRAN 5. Uji Statistik ... 42

(18)

Abstrak

“Efek Pemberian Asam Asetil Salisilat (Aspirin) Dosis 80 mg terhadap Hiperagregasi Trombosit pada Pasien Stroke Iskemik Kasus Baru”

Trio Adoratee L. Putra*, Dairion Gatot*, Yuneldi Anwar**, *Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam

**Departemen Neurologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP.H.Adam Malik Medan

Latar Belakang

Agregasi trombosit adalah penting dalam patogenesis dari stroke iskemik akut. Trombosit yang berasal dari pasien-pasien stroke mengalami hiperagregasi sebagai respon terhadap agonist pada fase akut. Asam asetil salisilat (aspirin) telah digunakan secara luas untuk menghambat agregasi trombosit, prevensi sekunder stroke iskemik dan kejadian vaskuler lainnya. Meskipun aspirin dosis rendah dianggap aman dan efektif, obat tersebut memiliki manfaat yang terbatas karena hanya menurunkan 25-30% kejadian stroke iskemik. Tes fungsi trombosit adalah efektif untuk mengukur efek aspirin.

Tujuan :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas aspirin dosis rendah sebagai obat anti agregasi trombosit pada pasien stroke iskemik kasus baru

Bahan dan Cara :

Penelitian eksperimental dari 13 pasien stroke iskemik kasus baru dan menggunakan aspirin 80 mg/hari selama kira-kira 4 minggu. Agregasi trombosit dievaluasi sebelum dan sesudah minum aspirin menggunakan Chronolog Helena

AggRam dengan ADP 1,5 dan 10 secara berturut-turut.

Hasil :

Dari total 23 subjek penelitian dengan stroke iskemik akut dan hiperagregasi trombosit. Hanya 13 subjek (9 orang laki-laki dan 4 orang perempuan) yang menyelesaikan tes agregasi trombosit setelah meminum aspirin dengan dosis 80 mg selama kira-kira 4 minggu. Sepuluh orang subjek dikeluarkan dari penelitian karena meninggal (4 orang) dan hilang dari follow up (6 orang). Tiga dari tiga belas pasien tampak mengalami penurunan respon dengan terapi aspirin, sisanya 10 pasien tak tampak penurunan respon agregasi trombosit. Setelah terapi aspirin dosis rendah, respon agregasi trombosit tidak mengalami penurunan dengan agonis ADP 1.0 dan ADP 10.0, tetapi hampir mendekati bermakna dengan ADP 5.0 (p = 0,057).

Kesimpulan :

Asam asetil salisilat 80 mg sehari adalah tidak efektif dalam menurunkan agregasi trombosit pada pasien stroke kasus baru, dan dibutuhkan evaluasi lebih lanjut dengan dosis yang lebih dari 80 mg.

(19)

Abstract

The Effect of 80 mg Acetyl Salicylic Acid (Aspirin) to Platelet Hyperaggregation in Recent Ischemic Stroke Patients Trio Adoratee L. Putra*, Dairion Gatot*, Yuneldi Anwar**

*Division of Hematology Oncology Medic,Department of Internal Medicine ** Department of Neurology

Faculty of Medicine University of Sumatera Utara H. Adam Malik General Hospital Medan

Background

Platelet aggregation is critical in the pathogenesis of acute ischemic stroke. Platelets derived from stroke patients were more hyperaggregable in response to agonist in the acute phase. Acetyl salicylic acid (aspirin) is most widely used to inhibit platelet aggregation in secondary prevention of ischemic stroke and other vascular event. Although low dose aspirin is considered safe and effective, it has limited efficacy with 25-30% a risk reduction for ischemic stroke. Platelet function test are effective in measuring aspirin effect.

Objective :

The purpose of this study was to assess the effectiveness of low dose aspirin as antiplatelet agent in recent ischemic stroke.

Materials and Methods :

An experimental study of 13 patients with recent ischemic stroke taking aspirin 80 mg/day for 4 weeks. Platelet aggregation level was evaluated before and after 4 weeks of aspirin consumption using Chronolog Helena Aggram with ADP 1.0, 5.0, 10.0 respectively.

Result:

Total of 23 patients had acute ischemic stroke and hyperaggregation response to three ADP, only 13 patients completed the study (9 men and 4 women) from February-December 2011 in Stroke Unit Department of Neurology. Only ten patients were excluded from this study (4 patients passed away and 6 patients loss of follow up). Only 3 patients had reduced response with aspirin therapy and 10 patients unresponsed. After approximately 4 weeks of low dose aspirin therapy, platelet aggregation responses were not reduced with agonist ADP 1.0 and ADP 10.0, but near significant with ADP 5.0 (p = 0,057).

Conclusion :

Acetyl salicylic acid (aspirin) 80 mg daily was effective in reducing platelet aggregation in recent ischemic stroke and future research is needed to determine the effectiveness aspirin with dose over 80 mg/day.

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke masih merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas

jangka panjang di seluruh dunia. Di Amerika Serikat kira-kira 795.000

orang setiap tahun mengalami stroke kasus baru atau stroke rekuren, hampir

600.000 orang merupakan serangan pertama dan 185.000 orang merupakan

kejadian ulangan. Data mortalitas pada tahun 2006 mengindikasikan bahwa

stroke diperkirakan 1 dari 18 kematian yang terjadi di Amerika Serikat.

Insidens dari serangan iskemik sepintas di Amerika Serikat diperkirakan

200.000-500.000 orang per tahun. Risiko rekuren setelah serangan iskemik

sepintas (TIA) atau stroke iskemik berkisar 5-20% per tahun. Risiko yang

paling tinggi terjadi dalam beberapa hari pertama setelah kejadian awal.(1)

Di Indonesia, prevalensi yang benar dari serangan iskemik sepintas

(TIA) atau stroke iskemik sulit untuk diketahui karena sebagian besar pasien

yang mengalami serangan tidak melaporkannya ke penyedia pelayanan

kesehatan. (2)

Di Indonesia masih belum terdapat epidemiologi tentang insidensi dan

prevalensi penderita stroke secara nasional. Dari beberapa data penelitian

yang minim pada populasi masyarakat dilaporkan angka prevalensi penyakit

stroke pada daerah urban sekitar 0,5% dan angka insidensi penyakit stroke

pada daerah rural sekitar 50/100.000 penduduk. Sedangkan data dari survei

Kesehatan Rumah Tangga (1995) Depkes RI, menunjukkan bahwa penyakit

vaskular merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia.(3)

Stroke adalah tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan

otak fokal atau global dengan gejala-gejala yang belangsung cepat selama

24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab

lain yang jelas selain vaskular.(4) Stroke diklasifikasikan dalam 2 tipe utama

yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Kira-kira 80% stroke

disebabkan oleh stroke iskemik dan 20% disebabkan oleh stroke

(21)

Stroke iskemik dapat disebabkan oleh tiga macam mekanisme yaitu

trombosis, emboli dan pengurangan perfusi sistemik. (5)

Berdasarkan triad of Virchow’s terdapat tiga faktor yang berperanan

dalam patofisiologi trombosis yaitu kelainan dinding pembuluh darah,

perubahan aliran darah dan perubahan daya beku darah. Ketiga faktor

tersebut saling berkaitan, tetapi besarnya peranan masing-masing faktor

tidak sama.(6)

Banyak peneliti melaporkan bahwa penyumbatan pembuluh darah

otak dan jantung sering terjadi akibat hiperaktivitas fungsi trombosit. Hal ini

terlihat pada trombus arteri yang lebih banyak mengandung trombosit

daripada fibrin. Hiperaktivitas trombosit dapat meningkatkan agregasi

trombosit yang menimbulkan trombosis, akibatnya pembuluh darah menjadi

tersumbat.(6)

Satu studi yang dilakukan oleh Suzanne Fateh-Moghadam (2007)

terhadap pasien stroke iskemik akut dengan usia rata-rata 62,3 ± 13,91

tahun (68 perempuan, 49,3% ) dan 40 subjek kontrol yang sehat dengan usia

rata-rata 38 ± 11,7 tahun (16 perempuan, 40%). Pasien dengan penyakit

yang mempengaruhi fungsi trombosit dikeluarkan pada penelitian ini.

Faktor-faktor resiko seperti hipertensi, hiperkolesterol, perokok aktif dan

diabetes memiliki distribusi yang sama antara pasien yang stroke dan

serangan iskemik sepintas (TIA). Lekosit dan jumlah trombosit adalah

sangat bermakna pada grup pasien stroke dibandingkan grup pasien TIA.

Agregasi trombosit dengan agonis trombosit ADP, asam arakidonat dan

epinefrin meningkat bermakna pada pasien stroke dibandingkan grup TIA.(7)

Pemeriksaan agregasi trombosit dapat dikerjakan dengan

bermacam-macam cara, tetapi yang paling sering dikerjakan adalah dengan cara

turbidimetrik menurut Born yang didasarkan pada perubahan transmisi

cahaya. Hasil pemeriksaan agregasi trombosit disajikan dalam bentuk kurva

yang menggambarkan perubahan transmisi cahaya. Penilaian hasil dapat

dilakukan dengan menganalisis bentuk kurva agregasi trombosit yaitu

dengan menghitung persentasi transmisi cahaya maksimal. Hasil

(22)

Terapi anti trombosit seperti asam asetil salisilat (aspirin) merupakan

pilihan pengobatan pertama untuk stroke iskemik akut dan pencegahan

sekunder jangka panjang pada pasien-pasien dengan stroke iskemik atau

serangan iskemik sepintas.

Cara untuk mengetahui efektivitas terapi aspirin adalah dengan

menilai fungsi trombosit. Penelitian secara cross over study yang dilakukan

oleh Refli Hasan pada tahun 1998 yang menilai kemampuan anti agregasi

trombosit aspirin antara dosis 80 mg dan dosis 320 mg pada penderita

penyakit jantung koroner yang berobat jalan di poliklinik kardiologi RSU.

Pirngadi Medan.(8) Demikian juga studi yang dilakukan oleh Juliani Dewi

dkk yang meneliti hubungan persentase agregasi trombosit dengan lamanya

komsumsi aspirin pada penderita aterosklerosis di Poli Jantung RSU dr.

Saiful Anwar Malang.(9) Sampai saat ini belum ada penelitian di Indonesia

mengenai agregasi trombosit pada pasien-pasien stroke setelah pemberian

aspirin. Oleh karena itu penulis berminat untuk melakukan sebuah

penelitian mengenai efek pemberian aspirin terhadap agregasi trombosit

pada pasien stroke iskemik kasus baru.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah disebutkan di atas,

maka dapat dirumuskan masalah : apakah terjadi penurunan agregasi

trombosit pada stroke iskemik kasus baru yang telah diberikan asam asetil

salisilat (aspirin).

1.3. Hipotesis

Terdapat penurunan agregasi trombosit pada stroke iskemik kasus

baru yang telah diberikan asam asetil salisilat (aspirin).

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas aspirin dosis 80 mg sebagai anti agregasi

(23)

1.5. Manfaat Penelitian

• Dengan dilakukannya penelitian agregasi trombosit pada stroke

iskemik yang telah diberikan anti agregasi maka diharapkan dapat

berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

• Dengan mengetahui agregasi trombosit pada stroke iskemik yang telah diberikan anti agregasi maka dapat digunakan sebagai pedoman untuk

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Trombosit

Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari sitoplasma

megakariosit. Hitung trombosit antara 150-400 X 10 9/ltr, sedangkan umur

trombosit berkisar antara 7-10 hari. Sel ini memegang peranan penting pada

hemostasis karena trombosit membentuk sumbat hemostatik untuk menutup

luka. Pembentukan sumbat hemostatik terjadi melalui beberapa tahap yaitu

adhesi trombosit, agregrasi trombosit dan reaksi pelepasan.(6,9,10)

Dalam keadaan tidak teraktivasi, trombosit berbentuk cakram

bikonveks dengan diameter 2-4 µm dan volumenya 7-8 fl. Selubung

eksternal trombosit lebih tebal dan padat dari sel dan banyak mengandung

glikoprotein yang berfungsi sebagai reseptor. Glikoprotein I dan V adalah

reseptor untuk trombin, glikoprotein Ib merupakan reseptor untuk faktor

Von Willebrand sedangkan glikoprotein II b dan III a adalah reseptor untuk

fibrinogen.(6,10,12)

Secara ultrastruktur trombosit dapat dibagi atas zona perifer, zona sol

gel dan zona organella. Zona perifer terdiri atas glikokalik, suatu membran

ekstra yang terletak di bagian paling luar; di dalamnya terdapat membran

plasma dan lebih dalam lagi terdapat sistem kanal terbuka. Zona sol gel

terdiri atas mikrotubulus, mikrofilamen, sistem tubulus padat (berisi

nukleotida adenin dan kalsium). Selain itu juga terdapat trombostenin, suatu

protein penting untuk fungsi kontraktil. Zona organella terdiri atas granula

padat, mitokondria, granula α dan organella (lisosom dan retikulum

endoplasmik). Granula padat berisi dan melepaskan nukleotida adenin,

serotonin, katekolamin dan faktor trombosit. Sedangkan granula α berisi dan

melepaskan fibrinogen, PDGF (platelet-derived growth factor), enzim

lisosom. Terdapat 7 faktor trombosit (platelet factor) yang telah

diidentifikasi dan diketahui ciri-cirinya. Dua diantaranya dianggap penting

(25)

Agregrasi trombosit adalah perlekatan antara sesama trombosit.

Dalam keadaan tidak aktif, trombosit tidak mudah melekat karena

glikoprotein pada permukaan trombosit mengandung molekul sialic acid

yang mengakibatkan permukaan trombosit bermuatan negatif sehingga

trombosit saling tolak menolak.(17)

Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selama

respons hemostasis normal terhadap cedera vaskular. Tanpa trombosit,

dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi

trombosit berupa adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi serta aktivitas

prokoagulannya sangat penting untuk fungsinya.(6,13,17)

Setelah terjadi adhesi trombosit, selanjutnya akan dilepas ADP. Proses

ini bersifat reversibel, yang terlihat sebagai gelombang pertama pada tes

agregasi trombosit. Bila konsentrasi ADP makin meningkat, terjadilah

agregasi trombosit. Selain ADP, juga dilepas serotonin, yang menyebabkan

vasokonstriksi, sehingga memberi kesempatan untuk menyiapkan

pembentukan sumbat hemostatik primer, yang terdiri atas trombosit dan

fibrin. Pada kondisi dimana kadar ADP mencapai titik kritis, terjadilah

pengaktifan membran fosfolipid (PF3), yang bersifat ireversibel dan tampak

sebagai gelombang kedua dalam grafik tes agregasi trombosit. Membran

fosfolipid ini memfasilitasi pembentukan kompleks protein koagulasi yang

terjadi secara berurutan. (3,13,17)

(26)

AMP siklik merupakan modulator kunci fungsi trombosit. Peranan

dari senyawa ini adalah menggabungkan protein yang tergantung AMP

siklik, untuk membentuk aktivitas kinase. Kinase sendiri berfungsi untuk

fosforilasi protein reseptor, yang akhirnya mengikat kalsium. Apabila

kalsium dalam sel trombosit terikat, trombosit bersifat hipoagregrasi.

Epinefrin, trombin, kolagen dan serotonin menghambat enzim adenilat

siklase, yang bertanggungjawab untuk konversi ATP menjadi AMP siklik.

Hambatan ini mengakibatkan penurunan konsentrasi kinase, penurunan

fosforilase protein reseptor, peningkatan ion kalsium, yang akhirnya

berakibat hiperagregrasi trombosit.(17)

Enzim yang bertanggung jawab mengubah AMP siklik menjadi

bentuk inaktif adalah fosfodiesterase. Enzim ini dapat dihambat oleh obat

antitrombosit dipiridamol sehingga AMP siklik, kinase dan protein reseptor

yang telah mengalami fosforilase meningkat dan akibatnya kalsium dalam

trombosit akan terikat sehingga trombosit menjadi hipoaktif.(17)

Gambar 2.2. Reaksi biokimiawi dalam sel trombosit (17)

Pemajanan kolagen atau kerja trombin menyebabkan sekresi isi

granula trombosit, yang meliputi ADP, serotonin, fibrinogen, enzim

(27)

Kolagen dan trombin mengaktifkan sintesis prostaglandin trombosit. Terjadi

pelepasan diasilgliserol (yang mengaktifkan fosforilasi protein melalui

protein kinase C) dan inositol trifosfat (yang menyebabkan pelepasan ion

kalsium intrasel) dari membran, yang menyebabkan pembentukan suatu

senyawa yang labil yaitu tromboksan A2, yang menurunkan kadar adenosin

monofosfat siklik (cAMP) dalam trombosit serta mencetuskan reaksi

pelepasan. Tromboksan A2 tidak hanya memperkuat agregasi trombosit,

tetapi juga mempunyai aktivitas vasokonstriksi yang kuat. Reaksi pelepasan

dihambat oleh zat-zat yang meningkatkan kadar cAMP trombosit. Salah

satu zat yang berfungsi demikian adalah prostasiklin (PGI2) yang disintesis

oleh sel endotel vaskular. Prostasiklin merupakan inhibitor agregasi

trombosit yang kuat dan mencegah deposisi trombosit pada endotel vaskular

normal.(6,14,17)

ADP dan tromboksan A2 yang dilepaskan menyebabkan makin banyak

trombosit yang beragregasi pada tempat cedera vaskular. ADP

menyebabkan trombosit membengkak dan mendorong membran trombosit

pada trombosit yang berdekatan untuk melekat satu sama lain. Bersamaan

dengan itu, terjadi reaksi pelepasan lebih lanjut yang melepaskan lebih

banyak ADP dan tromboksan A2 yang menyebabkan agregasi trombosit

sekunder. Proses umpan balik positif ini menyebabkan terbentuknya massa

trombosit yang cukup besar untuk menyumbat daerah kerusakan endotel.(16)

Setelah agregasi trombosit dan pelepasan tersebut, fosfolipid membran

yang terpajan (faktor trombosit, platelet faktor 3) tersedia untuk dua jenis

reaksi dalam kaskade koagulasi, yang bergantung pada ion kalsium. Reaksi

pertama (tenase) melibatkan faktor IXa, VIIIa, dan X dalam pembentukan

faktor Xa. Reaksi kedua (protrombinase) menghasilkan pembentukan

trombin dari interaksi faktor Xa, Va, dan protrombin (II). Permukaan

fosfolipid membentuk cetakan yang ideal untuk konsentrasi dan orientasi

protein-protein tersebut yang penting.(3,6,17)

Konsentrasi ADP yang tinggi, enzim yang dilepaskan selama reaksi

pelepasan, dan protein kontraktil trombosit menyebabkan fusi yang

(28)

vaskular. Trombin juga mendorong terjadinya fusi trombosit, dan

pembentukan fibrin memperkuat stabilitas sumbat trombosit yang

terbentuk.(3,6,16)

Platelet Derived Growth Factor (PDGF) yang ditemukan dalam

granula spesifik merangsang sel-sel otot polos vaskular untuk

memperbanyak diri, dan ini dapat mempercepat penyembuhan vaskular

setelah cedera.

Plak aterotrombotik yang terjadi pada pembuluh darah dapat lisis

akibat mekanisme fibrinotik pada dinding arteri dan darah yang

menyebabkan terbentuknya emboli, yang akan menyumbat arteri yang lebih

kecil, distal dari pembuluh darah tersebut. Trombus dalam pembuluh darah

juga dapat timbul akibat kerusakan endotel, sehingga plak menjadi tidak

stabil dan membetuk emboli. Emboli tersebut mengandung endapan

kolesterol, agregasi trombosit dan fibrin. Emboli akan lisis, pecah atau tetap

utuh dan menyumbat pembuluh darah sebelah distal, tergantung pada

ukuran, komposisi, konsistensi dan umur plak tersebut, dan juga tergantung

pada pola dan kecepatan aliran darah.(3) Sumbatan pembuluh darah tersebut

bila timbul di pembuluh darah otak akan menyebabkan stroke iskemik, dan

bila timbul di jantung dapat menimbulkan sindroma koroner akut,

sedangkan bila timbul di daerah ekstermitas menimbulkan penyakit arteri

perifer.

2.2. Stroke Iskemik

Stroke iskemik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang

berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih,

pada umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang

menyebabkan cacat atau kematian. Stroke jenis ini memiliki ciri khas onset

defisit neurologis setempat yang tiba-tiba. Beberapa pasien mengalami

perkembangan gejala yang bertahap. Defisit neurologis yang lazim

ditemukan meliputi dysphasia, dysarthria, hemianopia, hemiparesis, ataxia,

dan sensory loss. Gejala dan tandanya biasanya satu sisi (unilateral).(22)

Iskemia jaringan otak biasanya disebabkan oklusi mendadak pada

(29)

yang kemudian akan mengaktivasi sistem pembekuan. Interaksi antara

ateroma dengan bekuan akan mengisi lumen arteri sehingga aliran darah

mendadak tertutup.

Aterosklerosis berhubungan erat dengan banyak faktor risiko. Stroke

dapat dicegah dengan memanipulasi faktor-faktor resikonya. Faktor resiko

stroke ada yang tidak dapat diubah, tetapi ada yang dapat dimodifikasi

dengan perubahan gaya hidup atau secara medik. Menurut Sacco 1997,

Goldstein 2001, faktor-faktor risiko pada stroke adalah hipertensi, penyakit

jantung, diabetes mellitus, peningkatan viskositas darah, riwayat stroke

sebelumnya, peningkatan kadar lemak, merokok, obesitas, kurang aktivitas

dan usia lanjut. (3,4,6,22-27)

Stroke iskemik (stroke non-hemoragik, infark otak, penyumbatan)

dapat terjadi berdasarkan 3 mekanisme yaitu trombosis serebri, emboli

serebri dan pengurangan perfusi sistemik umum.(4,5,21)

Stroke iskemik merupakan penyakit yang progresif dengan berbagai

macam tampilan klinis, dari yang ringan hingga yang berat. Gambaran

klinis stroke iskemik dapat berupa kelemahan anggota tubuh (jarang pada

kedua sisi), hiperrefleksia anggota tubuh, kelemahan otot-otot wajah,

dysarthria, dysfagia, peningkatan reflex muntah, diplopia, nystagmus,

kelemahan otot mata, dan penurunan kesadaran.(22)

Diagnosis stroke dibuat berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan

radiologis (CT Scan/MRI). Pemeriksaan laboratorium berperan dalam

menyingkirkan gangguan neurologis lain, mendeteksi penyebab stroke dan

menemukan keadaan komorbid.

1. Pemeriksaan radiologis

a. CT-Scan

Pada kasus stroke, CT-Scan dapat menentukan dan memisahkan

antara jaringan otak yang infark dan daerah penumbra. Selain

itu, alat ini bagus juga untuk menilai kalsifikasi jaringan.

Berdasarkan beberapa studi terakhir, CT-Scan dapat mendeteksi

lebih dari 90% kasus stroke iskemik, dan menjadi baku emas

(30)

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Secara umum lebih sensitif dibandingkan CT-Scan. MRI juga

dapat digunakan pada kompresi spinal. Kelemahan alat ini

adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas

dalam peritoneum dan fraktur. Kelemahan lainnya adalah

prosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama, hanya

sedikit sekali rumah sakit yang mempunyai, harga pemeriksaan

yang sangat mahal serta tidak dapat dipakai pada pasien yang

memakai alat pacemaker jantung dan alat bantu pendengaran.

2. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada stroke akut

meliputi beberapa parameter yaitu hematologi lengkap, kadar gula

darah, elektrolit, ureum, kreatinin, profil lipid, enzim jantung, analisis

gas darah, protrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin

time (aPTT), kadar fibrinogen serta D-dimer. Polisitemia vera dan

trombositemia esensial merupakan kelainan darah yang dapat

menyebabkan stroke. Polisitemia, nilai hematokrit yang tinggi

menyebabkan hiperviskositas dan mempengaruhi darah otak.

Trombositemia meningkatkan kemungkinan terjadinya agregasi dan

terbentuknya trombus. Kadar glukosa darah untuk mendeteksi adanya

hipoglikemia dan hiperglikemia dimana dapat dijumpai gejala

neurologis. Pemeriksaan elektrolit bertujuan mendeteksi gangguan

natrium, kalium, kalsium, fosfat dan magnesium yang semuanya dapat

menyebabkan depresi susunan saraf pusat. Analisis gas darah perlu

dilakukan untuk mendeteksi penyebab metabolik, hipoksia dan

hiperkapnia. Profil lipid dan enzim jantung untuk menilai faktor resiko

stroke. PT dan aPTT untuk menilai aktivitas koagulasi serta

monitoring terapi. Sedangkan D-dimer diperiksa untuk mengetahui

(31)

2.3. Asam Asetil Salisilat (Aspirin)

Aspirin merupakan agen anti trombosit yang telah dievaluasi untuk

pengobatan stroke iskemik akut. Aspirin bekerja dengan menghambat enzim

siklooksigenase yang berperanan penting pada metabolisme asam

arakhidonat. Hambatan pada enzim siklooksigenase ini terjadi pada sel

trombosit maupun pada dinding pembuluh darah sehingga pembentukan

prostasiklin (PGI2) dan tromboksan A2 akan terganggu. Mekanisme

penghambatan enzim siklooksigenase oleh aspirin terjadi secara asetilase.

Karena aspirin menghambat pembentukan baik prostasiklin maupun

tromboksan A2, maka aspirin mempunyai dua macam efek yang berlawanan

terhadap agregasi trombosit. Tetapi karena siklooksigenase trombosit lebih

peka terhadap blokade aspirin dibandingkan siklooksigenase dinding

pembuluh darah, maka pemberian aspirin pada dosis rendah akan

menghambat siklooksigenase trombosit secara selektif sehingga menhambat

pembentukan tromboksan A2 tetapi tidak atau kurang menghambat

siklooksigenase dinding pembuluh darah sehingga prostasiklin akan tetap

terbentuk. Dengan demikian pada dosis rendah aspirin akan mempunyai

efek antiagregrasi trombosit, sebaliknya pada dosis tinggi tidak hanya

menghambat pembentukan tromboksan A2 tetapi juga menghambat

pembentukan prostasiklin sehingga tidak mempunyai efek antiagregasi.

Oleh karena trombosit selama hidupnya mensinstesa sedikit protein, maka

penghambatan pada enzim siklooksigenase berlangsung selama trombosit

itu hidup. Jadi satu dosis tunggal terapeutik akan mengakibatkan kerusakan

trombosit selama satu minggu.(28,29)

Selama beberapa dekade, terapi antiagregasi trombosit terfokus pada

jalur tromboksan, dan jalur ini dihambat oleh aspirin. Dosis yang sering

digunakan adalah 75-325 mg/hari, karena dosis ini dinilai cukup efektif dan

mempunyai efek samping perdarahan yang lebih kecil dibandingkan dosis

yang lebih tinggi.(30)

Dua uji klinis utama yang meneliti manfaat dan risiko dari aspirin

(32)

• Studi dari International Stroke Trial (IST), pasien yang menerima

aspirin (300 mg) dalam 48 jam pertama dari onset gejala stroke

iskemik akut mengalami penurunan bermakna rekurensi stroke

iskemik dalam 14 hari (2,8 versus 3,9%) dan dalam hasil akhir stroke

nonfatal atau kematian (11,3 versus 12,4%).

• Studi dari Chinese Acute Stroke Trial (CAST) terhadap 21.100 pasien

yang dirandomisasi dengan 160 mg aspirin perhari atau plasebo, juga

dalam 48 jam dari onset stroke iskemik akut. Pasien-pasien yang

diberikan aspirin mengalami penurunan 14% mortalitas pada 4

minggu (3,3 versus 3,9%).(31)

Kedua studi di atas menggambarkan bahwa terapi aspirin pada stroke

iskemik akut menyebabkan penurunan 11 stroke nonfatal atau kematian per

1000 pasien dalam minggu-minggu pertama tetapi menyebabkan 2 stroke

hemoragik. Kemudian, kira-kira 9 stroke nonfatal atau kematian dicegah

untuk setiap 1000 pasien yang diobati dini. (32)

Review Cochrane terhadap terapi anti trombosit untuk stroke iskemik

akut mencakup 9 penelitian terhadap 41.399 pasien. Para peninjau resensi

menyimpulkan bahwa terapi anti trombosit dengan aspirin, 160-300 mg

yang diberikan secara oral (atau per rektum pada pasien yang tidak dapat

menelan obat), dan dimulai dalam 48 jam dari onset stroke iskemik,

menurunkan risiko stroke iskemik rekuren tanpa risiko komplikasi

hemoragik dan meningkatkan hasil akhir jangka panjang. (32)

Menurut rekomendasi American Heart Association/American Stroke

Association 2011 bahwa aspirin dengan dosis 75 mg/hari hingga 325

mg/hari dapat digunakan sebagai monoterapi dengan Level of evidence A,

Class I. Untuk pasien stroke iskemik yang sementara minum aspirin, tidak

terdapat bukti bahwa meningkatkan dosis aspirin memberikan manfaat

tambahan.(30,33)

Pada studi BB Weksler dkk (1985) yang menilai efek aspirin 40 mg

terhadap fungsi trombosit pada pasien-pasien iskemia serebral mendapatkan

bahwa agregrasi trombosit menunjukkan respon penuh terhadap stimuli

(33)

agregrasi trombosit adalah 15,6 ± 2,5 dan setelah diberikan aspirin 40

mg/hari selama 7 hari, skor rata-rata turun menjadi 4,9 ± 1,1. Tidak ada

perbedaan skor agregrasi trombosit antara laki-laki dan perempuan pada

garis dasar studi dengan sesudah pemberian aspirin. (35)

Satu studi yang membandingkan aspirin dosis 300 mg/hari dan 1000

mg/hari pada pasien-pasien dengan iskemia cerebral. Hasil studi ini

mengindikasikan bahwa dosis tinggi aspirin memberikan lebih banyak efek

samping daripada dosis rendah. Tidak ada data yang menyakinkan bahwa

dosis obat yang satu adalah lebih atau kurang efektif dari yang lainnya.(36)

Studi-studi yang ada menyokong penggunaan dosis aspirin sehari

sebanyak 75-100 mg untuk pencegahan jangka panjang kejadian vaskular

pada pasien yang beresiko tinggi. Sedangkan pada kasus yang

membutuhkan efek antitrombotik yang segera (seperti pada sindroma

koroner akut atau stroke iskemik akut) maka dosis pembebanan adalah

160-200 mg harus diberikan pada saat diagnosis untuk menjamin inhibisi yang

cepat dan lengkap dari agregasi trombosit yang tergantung tromboksan.(37)

Aspirin jangka panjang setiap hari adalah bermanfaat dalam

pencegahan terhadap kejadian vaskular serius dari stroke iskemik,

penurunan angka rata-rata rekurensi dan meningkatkan survival. Efek

antitrombosit dari aspirin bermanfaat dalam menurunkan mikroagregrat

trombosit dan vasokonstriksi yang ditimbulkan oleh trombosit seperti

tromboksan A2. Hal tersebut pada gilirannya akan meningkatkan aliran

darah ke mikrosirkulasi cerebral dan dengan demikian akan menurunkan

jejas iskemik.(37)

2.4. Tes Agregasi Trombosit (Tes Fungsi Trombosit)

Proses agregasi adalah suatu proses yang menyebabkan trombosit

saling melekat satu sama lain. Pemeriksaan agregasi trombosit berfungsi

untuk mengevaluasi faal trombosit, terutama pada pasien dengan jumlah

trombosit yang normal tetapi disertai dengan perdarahan atau pasien dengan

trombosit normal dengan kecenderungan mengalami trombosis. Cara untuk

mengetahui manfaat aspirin dalam pasien-pasien dengan stroke iskemik

(34)

mengevaluasi inhibisi fungsi trombosit yang diinduksi oleh aspirin dan

metodologinya yang berbeda meliputi classical platelet aggregometry,

whole blood agregometry, light scattering methods, The VerifyNow Assay,

Platelet Function Analyzer (PFA-100) pengukuran indirek tromboksan A2

meliputi serum tromboksan B2 TXB2 dan 11-dehidro-TXB2 dari urine.(38,40)

Salah satu tes yang dipakai dalam penelitian ini adalah classical

platelet aggregometry, mengevaluasi perubahan pancaran cahaya akibat

agregasi timbul pada plasma yang kaya akan trombosit (platelet-rich

plasma/PRP) yang timbul akibat stimulasi oleh agonis trombosit. Meskipun

tes ini telah digunakan selama lebih dari 40 tahun namun dapat memprediksi

hasil akhir klinik pada pasien yang resisten aspirin, standarisasi yang rendah

dan memerlukan manipulasi oleh tenaga laboratorium terlatih dalam

penggunaannya.

Obat-obatan yang dapat mempengaruhi agregasi trombosit meliputi

obat golongan anti inflamasi non steroid, aspirin, amitriptilin,

chlorpromazine, chloroquine, cyprohepatadine, dextran, beta bloker,

furosemide, heparin, sefalosporin, kortikosteroid, promethazine, ibuprofen,

imipramine, clofibrate, antidepresan trisiklik dan berbagai suplemen diet

seperti ginko biloba, panax ginseng. (39)

Nilai rujukan yang dipakai di RSCM dengan PACKS-4 dengan ADP

1.0 µM, ADP 2.5-5 µM, ADP 5.0 µM dan ADP 10.0 µM masing-masing

adalah 3,4-31%, 22,4-100,8%, 54-108% secara berturut-turut. Riadi

Wirawan yang meneliti nilai rujukan pemeriksaan agregasi trombosit

dengan adenosin difosfat pada orang Indonesia dewasa normal di Jakarta

dengan memakai alat Chrono-Log 490 menggunakan ADP 1,2,5 dan 10 µM

berturut-turut 3-15%, 11-36%, 25-68% dan 49-84%, sedangkan nilai

rujukan yang dipakai dalam penelitian ini dengan alat platelet aggregation

Aggram Helena di Laboratorium Hemostasis dan Trombosis Medan

menggunakan ADP 1, 5 dan 10 µM berturut-turut 10-20%, 60% dan

(35)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berikut ini adalah kerangka konsep penelitian yang dikembangkan

untuk menentukan pengaruh pemberian aspirin dosis 80 mg terhadap

hiperagregasi trombosit pada pasien stroke iskemik kasus baru

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Asam asetil salisilat (Aspirin) adalah salah satu obat anti trombosit

yang digunakan untuk pencegahan sekunder setelah iskemia

serebral.

3.2.2. Hiperagregasi trombosit merupakan suatu fase dari trombosit yang

mengalami peningkatan fungsi agregasi yang dinilai secara kualitas

melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Born

menggunakan Chronolog Helena AggRAM & Packs 4 dengan

konsentrasi ADP 1.0, ADP 5.0, ADP 10.0 yang dinyatakan dalam

persen.

3.2.3. Stroke iskemik adalah sekumpulan tanda klinik yang berkembang

oleh sebab vaskular, berlangsung 24 jam atau lebih; pada umumnya

terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan

cacat atau kematian. Pada gambaran CT-Scan kepala, warna lebih

hypodense dibandingkan dengan otak normal.

Asam Asetil Salisilat (Aspirin)

(36)

BAB IV

BAHAN DAN METODE

4.1. Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan eksperimental. Pengambilan sampel

dengan cara consecutive sampling, dimana jumlah sampel dibatasi minimal

sesuai perkiraan jumlah sampel atau sampai batas waktu pengumpulan

sampel yang ditetapkan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2011 hingga tercapai

jumlah sampel di Unit Stroke Departemen Neurologi RSUP H. Adam

Malik.

4.3. Subjek Penelitian

Pasien-pasien stroke iskemik akut yang rawat inap di Departemen

Neurologi RSUP H. Adam Malik.

4.4. Kriteria Inklusi :

a. Pasien dengan bukti klinik stroke iskemik (diperoleh melalui

pemeriksaan CT Scan Kepala)

b. Laki-laki dan perempuan usia di atas 20 tahun

c. Pasien sebelumnya tidak mengkonsumsi obat-obatan yang dapat

mempengaruhi agregasi trombosit (seperti aspirin, clopidogrel,

dipiridamol, obat antiinflamasi non steroid)

4.5. Kriteria Eksklusi :

a. Pasien dengan stroke hemoragik

b. Pasien yang alergi terhadap aspirin

c. Pasien dengan perdarahan saluran makanan

d. Pasien dengan penyakit yang mempengaruhi fungsi trombosit seperti

penyakit hati, gagal ginjal kronik, gangguan hematologi, kanker.

e. Menggunakan kontrasepsi hormonal atau antikoagulan oral

f. Pasien yang tidak bersedia ikut serta hingga akhir penelitian

(37)

h. Pasien yang meninggal sebelum dilakukan pemeriksaan tes agregasi

trombosit post terapi aspirin

4.6. Besar Sampel

Perkiraan besar sampel :

Rumus yang digunakan : n = (Zα + Zβ) Sd 2

d

Dimana:

n = jumlah sampel.

Zα = nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada

nilai α yang ditentukan. Untuk α = 0,05 → Zα = 1,96.

Zβ = nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada

nilai β yang ditentukan. Untuk β = 0,10 → Zβ = 1,282.

d = selisih rerata kedua kelompok yang bermakna = 1,0

Sd = standard deviasi adalah 1,1

Jumlah sampel yang dibutuhkan:

(1,96 +1,282) 1,1 2

1,0

n = 13

4.7. Cara Kerja

a. Pasien stroke akut di Unit Stroke Departemen Neurologi RSUP H.

Adam Malik dilakukan anamnesis (usia, jenis kelamin dan faktor

risiko), pemeriksaan fisis (berat badan, tinggi badan, tekanan darah),

pemeriksaan laboratorium (darah rutin, kadar gula darah adrandom,

kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL, ureum,

creatinin, SGOT dan SGPT.

b. Dilakukan pemeriksaan CT-Scan kepala merk Toshiba Asteion CT

System Model TSX 021B D1512241-Toshiba Corporation Japan pada

pasien stroke.

c. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi menandatangai persetujuan

informed consent dan dilakukan evaluasi awal dan akhir pemeriksaan

(38)

agregasi trombosit setelah lengkap mendapatkan terapi aspirin 80

mg/hari selama kira-kira 4 minggu.

Bahan penelitian berupa 10 mL darah yang diambil dengan stasis

minimal dari vena kubiti dan dimasukkan dalam tabung sitrat yang

telah berisi 1 mL Na sitrat 3,2%. Darah yang diambil dalam keadaan

puasa minimal 8-10 jam. Pemeriksaan agregasi trombosit dilakukan di

Laboratorium Hemostasis dan Trombosis RSU Herna Medan. Bahan

pemeriksaan harus diletakkan pada suhu ruangan (24-27oC) dan diuji

tidak lebih dari 2 jam sejak pengambilan dan diteruskan sampai

dengan 2 ½ jam.

4.8. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistik

SPSS 15.0 for windows. Untuk melihat perbandingan agregasi trombosit

pada pasien stroke yang telah diberikan anti agregasi trombosit digunakan

uji t berpasangan bila data yang diamati berdistribusi normal. Sebaliknya

jika tidak berdistribusi normal digunakan Wilcoxon rank sum test yang

digambarkan dengan mean ± SD. Dikatakan bermakna apabila p < 0,05.

4.9. Ethical Clearence dan informed consent

Ethical clearence (izin untuk melakukan penelitian) diperoleh dari

Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang ditanda tangani oleh Prof. Dr. Sutomo Kasiman,

Sp.PD, Sp.JP (K) pada tanggal 20 April 2011 dengan nomor

102/KOMET/FK USU/2011.

Informed consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang

bersedia untuk ikut dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan

(39)

4.10. Kerangka Operasional

CT-Scan otak

Hiperagregasi trombosit

Stroke iskemik Akut Stroke hemoragik

Test agregasi trombosit Test agregasi trombosit

Terapi agregasi trombosit (aspilet ≥ 4 minggu)

Pasien stroke Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik

(40)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Selama periode seleksi penelitian (Februari s/d Desember 2011) di

Departemen Neurologi RS. H. Adam Malik Medan diperoleh 23 subjek

penelitian dengan stroke iskemik akut dan hiperagregasi trombosit. Hanya

13 subjek (9 orang laki-laki dan 4 orang perempuan) yang menyelesaikan

lengkap tes agregasi trombosit setelah meminum aspirin dengan dosis 80

mg selama kira-kira 4 minggu, 3 orang dengan riwayat diabetes mellitus

tipe 2 (23%) dan 11 orang dengan riwayat hipertensi (84,6%), 3 orang

dengan obesitas (23%). Sepuluh orang subjek yang dikeluarkan dari

penelitian karena meninggal (4 orang) dan hilang dari follow up (6 orang).

Tiga dari tiga belas pasien tampak mengalami penurunan respon dengan

terapi aspirin, sisanya 10 pasien tak tampak penurunan respon agregasi

trombosit.

Tabel 1. Data karakteristik dasar kelompok stroke iskemik kasus baru

Karakteristik Stroke Iskemik Kasus Baru

(Mean ± SD)

Jumlah 13

Usia (tahun) 59,92 ± 19,42

BB (kg) 58,92 ± 10,04

TB (mtr) 1,61 ± 0,34

IMT (kg/m2) 22,56 ± 3,34

TDS (mmHg) 166,15 ± 25,67

TDD (mmHg) 93,85 ± 13,25

KGD (mg/dl) 149,90 ± 87,66

Kolesterol Total (mg/dl) 169 ± 34,35

Trigliserida (mg/dl) 105,08 ± 30,08

Kolesterol HDL (mg/dl) 33,15 ± 7,83

(41)

Semua parameter karakteristik dasar yang diperoleh dengan uji

Kolomogorov-Smirnov memiliki sebaran dara yang terdistribusi normal.

Untuk mengetahui perbandingan agregasi trombosit awal dan akhir selama

kira-kira 4 minggu digunakan uji t berpasangan dan diperoleh hasil tidak

ditemukan perbedaan bermakna pada nilai agregasi trombosit dengan agonis

ADP 1.0 dan ADP 10.0 dan hampir bermakna pada agonis ADP 5.0.

Tabel 2. Efek Terapi Aspirin terhadap Agregasi Trombosit

ADP Awal

Aterosklerosis merupakan penyebab utama gangguan serebrovaskuler

dan menyebabkan peradangan kronik yang berinteraksi dengan faktor-faktor

risiko metabolik untuk memulai, memperbanyak dan mengaktifkan lesi

vaskuler. Trombosis arterial merupakan komplikasi akut yang berkembang

pada permukaan plak ateroma yang mengalami ruptur atau sebagai

konsekuensi jejas di endotel pembuluh darah sehingga timbul stroke

iskemik atau infark miokard. Trombosit merupakan komponen penting

hemostasis yang akan memulai proses fisiologik untuk menghentikan

perdarahan seperti yang telah disebutkan di atas. Kemampuan trombosit

untuk berpartisipasi dalam hemostasis normal dan aterotrombosis

tergantung pada daya melekat dan kapasitasnya untuk teraktivasi secara

cepat sebagai respon terhadapa berbagai stimuli. Sejumlah studi

menunjukkan bahwa trombosit teraktivasi pada fase akut dari stroke

iskemik.(41) Akan tetapi pengaruh peningkatan aktivasi trombosit pada

stroke iskemik akut dengan terapi anti trombotik seperti aspirin tunggal

maupun kombinasi aspirin dengan anti trombotik lainnya hingga saat ini

(42)

Manfaat dan keamanan aspirin telah dievaluasi pada beberapa

populasi, mulai dari individu sehat dengan faktor risiko yang rendah hingga

pasien-pasien dengan stroke iskemik akut atau infark miokard akut.

Beberapa studi meta-analisis terhadap aspirin dan obat anti trombosit

lainnya menurunkan risiko kejadian vaskuler (infark non fatal, stroke non

fatal atau kematian dari penyebab vaskuler) diperkirakan sebanyak

25-30%.(37,56)

Diabetes mellitus tipe 2 berhubungan dengan disfungsi endotel dan

peningkatan agregasi trombosit yang disebabkan karena kondisi

hiperglikemia kronik. Beberapa peneliti melaporkan adanya peningkatan

fungsi adesi yang dihubungkan dengan peningkatan kadar vWF,

peningkatan agregasi trombosit spontan in vitro. Disamping itu didapatkan

bukti adanya peningkatan fungsi pelepasan yang dicerminkan adanya

peninggian kadar tromboglobulin dan platelet factor 4 meski belum tampak

adanya kelainan vaskuler. Trombosit penderita DM cenderung

memprodukso tromboksan lebih banyak dibandingkan dengan kontrol, hal

ini mungkin akibat peningkatan aktivitas siklooksigenase sehubungan

dengan peningkatan kadar peroksida lipid. Ekspresi GP Ib dan GP IIb/IIIa

yang meningkat akan memperkuat interaksi trombosit-vWF dan trombosit

fibrinogen. Kelainan fungsi trombosit hanya bisa diatasi dengan pemberian

anti trombosit. Namun dari beberapa penelitian didapatkan adanya resistensi

aspirin pada penderita DM yang diterapi dengan aspirin dibandingkan

dengan kontrol sehat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena peningkatan

faktor-faktor koagulasi yang mempengaruhi proses asetilasi disamping

kelainan fungsi trombosit yang disebutkan di atas. Dengan kontrol glikemik

yang lebih baik ternyata berhubungan dengan penurunan resistensi aspirin.

Pada penelitian ini penulis belum dapat menyimpulkan terhadap tidak

terjadinya penurunan ke arah hipoagregasi pada penderita DM dengan

setelah terapi aspirin. Dibutuhkan studi lebih lanjut tentang penderita DM

dengan stroke iskemik akut bila diberikan terapi aspirin.(57)

Kolesterol HDL merupakan faktor proteksi terhadap stroke terutama

(43)

endotel vaskuler. Pada pasien dengan penyakit jantung koroner, risiko

stroke iskemik berhubungan terbalik dengan tingginya kadar kolesterol

HDL. Penelitian ini dijumpai kadar kolesterol HDL yang rendah (HDL < 40

mg/dl) pada 12 subjek penelitian dan kadar kolesterol total yang tidak

optimal pada 2 subjek penelitian (Optimal bila kadar kolesterol < 200

mg/dl). Dengan demikian gambaran lipid yang ada merupakan faktor risiko

untuk terjadinya stroke dan tidak berhubungan dengan agregasi trombosit.

Namun dari beberapa panelitian didapatkan bukti bahwa terapi statin selain

menurunkan kolesterol, juga memiliki efek anti inflamasi dan efek anti

trombosit, sehingga memerlukan studi lanjutan tentang agregasi trombosit

pada pasien yang mendapat terapi aspirin saja dengan terapi aspirin

ditambah statin pada pasien stroke iskemik akut (58,59)

Demografik pasien yang dilakukan dalam uji klinik akan berdampak

pada hasil akhir stroke dan dapat memperkirakan manfaat pengobatan. Akan

tetapi demografi pasien dalam uji klinik tidak secara akurat menggambarkan

keadaan pasien sebenarnya yang mangalami stroke iskemik. Keseluruhan

tingkatan risiko sangat tergantung pada persentase pasien yang terlibat

dengan faktor-faktor risiko seperti hipertensi, diabetes melitus, riwayat

merokok. Hal ini penting karena faktor-faktor risiko merupakan prediktor

mortalitas post stroke dan stroke rekuren.(56)

Demografi lainnya yang berdampak pada hasil uji klinik adalah usia

rata pasien. Menurut studi yang berdasarkan pada populasi, usia

rata-rata onset stroke adalah ≥ 70 tahun; akan tetapi usia rata -rata pasien yang

dilakukan dalam uji klinis dengan terapi anti trombosit adalah kira-kira 65

tahun, karena peningkatan usia merupakan prediktor independen mortalitas

post stroke jangka pendek dan jangka panjang, stroke rekuren dan prognosis

yang jelek.(56) Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 7 orang subjek yang

berusia di atas 60 tahun dengan usia mean 59,92 ± 19,42 tahun.

Faktor risiko ras dan suku dari populasi pasien juga penting untuk

distribusi aterosklerosis serebral, misalnya studi populasi yang

menunjukkan bahwa stroke lakunar lebih banyak pada pasien-pasien di Asia

(44)

tentang proporsi stroke dan faktor-faktor risiko usia, jenis kelamin, suku dan

penyakit penyerta pada populasi penduduk di Sumatera Utara.

Penggunaan aspirin untuk pencegahan sekunder terhadap komplikasi

kardiovaskuler telah diterima secara luas. Banyak studi yang telah dilakukan

untuk menjawab persoalan ini dengan kesimpulan yang berbeda. American

Heart Association (AHA) merekomendasikan penggunaan aspirin (71-326

mg) untuk jangka waktu yang tidak terbatas pada semua pasien sebagai

prevensi sekunder penyakit kardiovaskuler, kecuali jika terdapat

kontraindikasi. Dengan aspirin dosis rendah antara 71-326 mg pada pasien

yang berisiko tinggi diharapkan akan memberi rasio manfaat risiko yang

lebih besar dan penggunaan aspirin dengan regimen sekali sehari lebih baik

dibandingkan dengan penggunaan selang sehari karena variasi diantara

individu pada turn over trombosit, yang merupakan suatu faktor penting

pada tingkat dan durasi inhibisi trombosit dengan aspirin dosis rendah pada

dosis ulangan.(30,37,61)

Efek antitrombosit dari aspirin bermanfaat dalam menurunkan

mikroagregrat trombosit dan menurunkan vasokonstriksi yang ditimbulkan

oleh trombosit seperti tromboksan A2. Hal tersebut pada gilirannya akan

meningkatkan aliran darah ke mikrosirkulasi cerebral dan dengan demikian

akan menurunkan jejas iskemik. Pada penelitian ini penulis berasumsi

bahwa luasnya infark berhubungan dengan peningkatan agregasi trombosit,

sehingga masih memerlukan studi lebih lanjut.

Meskipun aspirin telah terbukti bermanfaat pada populasi pasien yang

berisiko tinggi, kira-kira 10-20% pasien mengalami kejadian vaskuler

ulangan dalam 5 tahun. Data yang ada menunjukkan adanya respon terhadap

aspirin yang tidak sama diantara individu, sehingga banyak pasien yang

resisten atau hanya berespon sebagian terhadap efek anti trombosit dari

aspirin.(64-67)

Saat ini terdapat banyak metode untuk menilai fungsi agregasi

trombosit, namun yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode Born

(classical platelet aggregometry) karena hanya satu-satunya metode yang

(45)

lama, membutuhkan tenaga analisis laboratorium yang intensif, tergantung

pada operator dan interpreter, biayanya mahal namun berkorelasi dengan

kejadian klinik.

Hasil pemeriksaan agregasi trombosit tergantung pada jenis dan kadar

agonis yang digunakan. Dengan kadar agonis ADP yang rendah akan timbul

agregasi kemudian desagregasi. Bila kadar ADP ditingkatkan, akan

dihasilkan agregasi bersifat ireversibel dengan bentuk kurva yang bifasik.

Hal ini disebabkan karena proses agregasi primer yang disebabkan oleh

ADP eksogen kemudian diikuti oleh agregasi sekunder yang disebabkan

oleh pelepasan ADP endogen dari trombosit. Dengan kadar yang lebih

tinggi lagi akan diperoleh kurva yang monofasik karena gelombang primer

dan sekunder menjadi satu. Oleh karena itu pengukuran agregasi trombosit

dengan ADP tinggi tidak dapat membedakan trombosit normal dengan

hiperaktif.

Aspirin bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase

sehingga sintesis prostaglandin dan tromboksan menjadi terhambat.

Hambatan yang terjadi akibat pemakaian aspirin bersifat ireversibel karena

berlangsung seumur hidup trombosit. Dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat penghambatan aspirin pada konsentrasi agonis ADP

yang rendah (ADP 1.0) dan konsentrasi agonis ADP tinggi (10.0), tetapi

hampir mendekati nilai yang bermakna pada konsentrasi agonis ADP

sedang (ADP 5.0). Hal ini menunjukkan bahwa dengan aspirin terutama

bekerja pada agregasi sekunder yang dihasilkan oleh agonis ADP yang

rendah. Pada konsentrasi ADP yang tinggi, agregasi sekunder dihasilkan

maksimal dari ADP eksogen daripadi ADP endogen, sehingga aspirin

dengan dosis rendah 80 mg pada penelitian ini belum bermanfaat untuk

menekan respon agregasi trombosit dan diperlukan dosis yang lebih tinggi

dari dosis 80 mg sebagai pencegahan sekunder pasien stroke iskemik akut.

Akan tetapi dibutuhkan studi lanjutan untuk mengevaluasi asumsi ini

dengan dosis yang lebih besar dari 80 mg dan sangatlah penting untuk

mengevaluasi terapi aspirin secara individual, namun tetap sebagai klinisi

Gambar

Gambar 2.1. Fungsi Trombosit (Dikutip dari 17)
Gambar 2.2. Reaksi biokimiawi dalam sel trombosit (17)
Tabel 1. Data karakteristik dasar kelompok stroke iskemik kasus baru
Tabel 2. Efek Terapi Aspirin terhadap Agregasi Trombosit

Referensi

Dokumen terkait

Untuk prosentase dari kondisi awal 46,67% menjadi 76,76% jumlah siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 23 siswa dari 30 siswa Peningkatan yang terjadi

Faktor Resiko Terjadinya Penyakit Akibat Buruknya Sarana Sanitasi Buruknya sarana sanitasi yang ada pada tempat umum seperti pasar, akan berdampak bukan hanya pada

Dari isyarat aperiodis ini dapat direkayasa sebuah runtun periodis yang diperhitungkan untuk hanya periode pertama, sebagaimana digambarkan pada Gambar 9(b). Ketika periode N

Data tersebut diperkuat dengan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 29 Maret - 04 April 2015 di Instalasi Rawat Inap Kelas II Rumah Sakit

Berkoordinasi, Mobilisasi sarana dan SDM Kesehatan serta RHA pada tahap siaga darurat (contoh : kebakaran lahan dan hutan) Dilakukan dengan mengalokasikan anggaran untuk

Articulatio genus atau sendi lutut adalah articulatio composite karena lebih dari dua tulang yang bersendi, yaitu: condylus femoris, condylus tibiae, menisci, dan

Tujuan ditulisnya buku ini untuk: (1) menjelaskan kepada para pembaca tentang pengertian akuntansi, (2) memberikan pemahaman tentang siklus akuntansi dalam kaitannya untuk