• Tidak ada hasil yang ditemukan

Citra Homoseksual Dalam Media Massa Online Nasional (Analisis Framing Citra Homoseksual dalam Tempo.co dan Republika Online)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Citra Homoseksual Dalam Media Massa Online Nasional (Analisis Framing Citra Homoseksual dalam Tempo.co dan Republika Online)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

CITRA HOMOSEKSUAL DALAM MEDIA MASSA ONLINE

NASIONAL

(Analisis Framing Citra Homoseksual dalam Tempo.co dan Republika Online)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh:

Wan Ulfa Nur Zuhra

080904042

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Homoseksual adalah salah satu jenis orientasi seksual yang dianggap menyimpang di masyarakat. Lebih dari itu, masyarakat kerap mempunyai pandangan negatif terhadap kaum homoseksual. Tak sedikit masyarakat yang pada akhirnya menjadi homophobia dengan berbagai alasan.

Media massa punya peran penting terhadap pembentukan citra kaum homoseksual di masyarakat. Simbol-simbol atau istilah yang terus-menerus diulang akan menciptakan citra tersendiri tentang kaum homoseksual di kalangan masyarakat. Beberapa pemberitaan tentang kasus kriminal yang dilakukan kaum homoseksual juga kerap membuat masyarakat menarik kesimpulan bahwa homoseksual cenderung melakukan kekerasan.

Portal berita atau media online sedang naik daun. Semakin banyaknya pengguna internet berbanding lurus dengan jumlah pembaca media online. Tempo.co dan Republika Online adalah dua portal berita yang juga memiliki versi online. Penelitian ini akan melihat bagaimana kedua media online ini mengkonstruksi citra kaum homoseksual.

Penelitian ini berjudul Citra Homoseksual dalam Media Massa Online Nasional (Analisis Framing Citra Homoseksual dalam Tempo.co dan Republika Online) dan menggunakan analisis framing. Analisis framing merupakan analisis teks media yang bersifat deskripstif dengan pendekatan analisis framing. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Adapun analisis framing yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis framing dari Gamson dan Modigliani. Teori yang digunakan adalah media massa dan konstruksi sosial, berita, bahasa dan konstruksi realitas, analisis framing, dan homoseksual.

(3)

KATA PENGANTAR

Ada kelegaan yang amat sangat ketika akhirnya skripsi ini selesai, setelah sekian lama mengambang ditelan aktivitas dan kebuntuan. Pada akhirnya, limpahan karunia dan kekuatan hati yang diberikan Allah SWT sangat saya rasakan. Saya berhutang budi pada banyak pihak untuk terselesaikannya skripsi ini, dan dalam kesempatan ini saya ingin menyebut mereka sebagai ungkapan terima kasih.

Pertama, rasa hormat dan terima kasih saya kepada Bang Haris Wijaya, dosen pembimbing yang begitu sabar dan pengertian. Terima kasih untuk segala masukan, nasehat, dan perbaikan demi kesempurnaan skripsi ini. Kepada Ibu Fatma Wardy Lubis, Ketua Departemen Ilmu Komunikasi dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi, terima kasih untuk ilmu, pengalaman dan pelajaran yang telah diberikan.

Saya juga ingin berterima kasih kepada Bang Veryanto dari Aliansi Sumut Bersatu untuk diskusi singkat tentang kaum homoseksual. Kepada Bang Febri Ikhwan Butsi, yang meminjamkan buku bagus tentang framing, memberi masukan dan menjawab banyak pertanyaan saya tentang analisis framing.

(4)

1. Shahnaz Asnawi Yusuf dan Bania Cahya Dewi, sahabat setia sejak awal perkuliahan. Ada sangat banyak cerita dan kenangan tentang kita. Semoga ke depan, kita masih bisa saling menjadi ‘telinga’.

2. Richka Hapriyani, yang juga seorang sahabat. Meski kita sering tidak ‘sepemikiran’, tapi kedekatan kita membuat penulis nyaman. Terima kasih untuk segala masukan tentang skripsi, juga tentang hidup yang terkadang kelihatan rumit.

3. Dewi Sartika dan Rika Isnaini, teman sekamar penulis yang memberi motivasi sangat nyata bagi selesainya skripsi ini. Kebersamaan dan cerita-cerita ‘tengah malam’ kita pasti akan sangat penulis rindukan.

4. Kak Tania dan Ninda, teman sekantor di Kover Magazine yang sering mengingatkan penulis untuk mengerjakan skripsi di tengah-tengah kesibukan dan tekanan deadline.

5. Teman-teman di Tim Kesenian IPTR, Henny, Mirna, Suci, Putri (alm), Kak Nabeq, Kak Nadia, Kak Kiki, Kak Raihan, Kak Noni, Kak Hesty, Wanda, Indah, Yani. Kalian adalah ‘warna lain’ di tengah-tengah aktivitas penulis yang terlalu serius.

(5)

7. Muhammad Agung dan Muharrami Syahputra, terima kasih atas bantuan kalian empat tahun lalu. Tanpa kalian, barangkali penulis gagal jadi mahasiswa.

Terakhir, ada lima pihak yang harus penulis sebutkan secara istimewa, karena mereka adalah anugerah Tuhan yang penulis punya,

Pertama, Wan Loethfi Akhyar, ayah penulis yang selalu mengajarkan kalau hidup adalah untuk mencari kebahagiaan. Ajaran dan nasehatnya membuat penulis selalu berpikir bahwa hidup sangat sederhana. Kedua, Nurul Huda, Ibu yang begitu tulus dan membuat penulis paham kalau perempuan tak boleh lemah, yang selalu menanyakan “sudah sampai bab berapa?” tiap kali menghubungi penulis via telepon.

Ketiga, Wan Luthfia Nur Zuhri, adik penulis satu-satunya. Kontribusinya bagi skripsi ini memang tak ada. Tapi kehadirannya menambah warna dan memberi makna bagi kehidupan penulis. Keempat, kepada “Rumah Tanpa Jeda” dan seluruh orang-orang yang dahulu pernah menghuni dan sekarang sedang menjadi penghuni. Mereka semua adalah keluarga yang disatukan dalam sebuah organisasi Pers Mahasiswa SUARA USU, organisasi yang ‘membesarkan’ penulis. Tanpanya, penulis yakin, penulis bukan apa-apa.

(6)

Penulis berharap agar skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi banyak pihak, terutama dalam hal pengkajian media dengan pendekatan kualitatif.

Medan, 22 Juli 2012

(7)

DAFTAR ISI I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 7

I.3 Pembatasan Masalah ... 8

I.4 Tujuan ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

I.6 Kerangka Teori ... I.7 Kerangka Konsep ... BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Media Massa dan Konstruksi Sosial ... II.2 Berita, Bahasa dan Konstruksi Realitas... II.3 Analisis Framing ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Objek Penelitian ... III.1.1 Republika Online ... III.1.2 Tempo.co ... III.2 Metode Penelitian ... III.3 Subjek Penelitian ... III.4 Teknik Pengumpulan Data ... III.5 Teknik Analisis Data ... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN VI.1 Analisis Framing Pemberitaan Republika Online ... VI.2 Analisis Framing Pemberitaan Tempo.co ... VI.3 Pembahasan ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 85

V.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 (Skema Analisis Framing Model Gamson dan Modigliani)... 17

(9)

ABSTRAK

Homoseksual adalah salah satu jenis orientasi seksual yang dianggap menyimpang di masyarakat. Lebih dari itu, masyarakat kerap mempunyai pandangan negatif terhadap kaum homoseksual. Tak sedikit masyarakat yang pada akhirnya menjadi homophobia dengan berbagai alasan.

Media massa punya peran penting terhadap pembentukan citra kaum homoseksual di masyarakat. Simbol-simbol atau istilah yang terus-menerus diulang akan menciptakan citra tersendiri tentang kaum homoseksual di kalangan masyarakat. Beberapa pemberitaan tentang kasus kriminal yang dilakukan kaum homoseksual juga kerap membuat masyarakat menarik kesimpulan bahwa homoseksual cenderung melakukan kekerasan.

Portal berita atau media online sedang naik daun. Semakin banyaknya pengguna internet berbanding lurus dengan jumlah pembaca media online. Tempo.co dan Republika Online adalah dua portal berita yang juga memiliki versi online. Penelitian ini akan melihat bagaimana kedua media online ini mengkonstruksi citra kaum homoseksual.

Penelitian ini berjudul Citra Homoseksual dalam Media Massa Online Nasional (Analisis Framing Citra Homoseksual dalam Tempo.co dan Republika Online) dan menggunakan analisis framing. Analisis framing merupakan analisis teks media yang bersifat deskripstif dengan pendekatan analisis framing. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Adapun analisis framing yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis framing dari Gamson dan Modigliani. Teori yang digunakan adalah media massa dan konstruksi sosial, berita, bahasa dan konstruksi realitas, analisis framing, dan homoseksual.

(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya, kaum homoseksual menjadi kaum yang dijauhi. Mereka dianggap tidak normal dan tak bisa diterima oleh orang-orang yang menganggap dirinya normal (heteroseksual).

Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan seksual atau perilaku antara individu be

sama. Sebagai

berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama. Istilah umum dalam homoseksualitas yang sering

digunakan adalah

untuk pria pecinta sesama jenis

(11)

Sebelumnya pada DSM I (1952) menyatakan bahwa homoseksual adalah gangguan sosio phatik, artinya perilaku homoseksual tidak sesuai dengan norma sosial, sehingga merupakan perilaku yang abnormal. Pada DSM II (1968) menyatakan bahwa homoseksual adalah penyimpangan seks (sex deviation), dipindahkan dari kategori gangguan sosio phatik. Tahun 1973, DSM III diterbitkan, pada DSM III ini homoseksual dikatakan gangguan jika orientasi seksualnya itu mengganggu dirinya. Namun pada revisi DSM III homoseksual sudah dihapus sebagai sebuah gangguan. Bahkan menurut Robert L. Spitzer (Ketua Komite Pembuatan DSM III saat itu) menyatakan bahwa homoseksualitas adalah sebuah variasi orientasi seksual. Tidak lebih dari itu.

Namun, kenyataan di masyarakat homoseksual dianggap sebagai momok dan harus dijauhi. Baik masyarakat yang tinggal di kota metropolitan—di mana nilai-nilai global yang telah membuka celah penerimaan kaum homoseksual dimungkinkan berpenetrasi lebih banyak—maupun masyarakat di daerah terpencil kerap mengucilkan kaum homoseksual. Kontroversi fenomena homoseksual dapat menular ke orang lain menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat merasa perlu menjauhi kaum tersebut.

(12)

agama, kaum homoseksual dianggap aneh, tidak normal, menyimpang, hingga mereka dijauhi atau dikucilkan. Hal ini berdampak pada ketakutan kaum homoseksual menunjukkan jati dirinya. Pemberitaan dan konstruksi kaum homoseksual di media massa pun pasti memengaruhi pandangan masyarakat.

Media massa merupakan agen sosialisasi sekunder yang dampak penyebarannya paling luas dibanding agen sosialisasi lain. Meskipun dampak yang diberikan media massa tidak secara langsung terjadi, namun cukup signifikan dalam memengaruhi seseorang, baik dari segi kognisi, afeksi maupun konatifnya (Gabner, 2007: 8).

Media massa mempunyai peran penting dalam pencitraan. Media massa dapat membentuk pencitraan tertentu dari suatu peristiwa atau suatu kelompok dan dipahami sebagai kebenaran umum dalam masyarakat. Simbol-simbol atau istilah yang terus menerus diulang menciptakan citra tersendiri tentang sesuatu di mata masyarakat.

Pencitraan yang sudah begitu melekat dalam benak masyarakat ini kemudian berkembang menjadi stereotip yang kemudian diteruskan intra dan inter generasi (Gabner, 2007: 9). Misal, teroris itu identik dengan janggut dan sorban. Foto atau video teroris berjanggut dan bersorban menanamkan pemahaman di masyarakat kalau teroris itu berjanggut dan bersorban.

(13)

kriminal yang dilakukan kaum homoseksual juga kerap membuat masyarakat menarik kesimpulan bahwa homoseksual cenderung melakukan kekerasan.

Banyak pemberitaan kekerasan yang disangkutpautkan dengan latar belakang orientasi seksual si pelaku. Kasus pertama adalah Very Idham Heryansyah alias Ryan—pelaku mutilasi berantai yang didiagnosa mengalami gangguan kejiwaan dan berorientasi seksual sesama jenis. Kasus kedua adalah perkosaan berantai yang terjadi di Bali, dilakukan oleh Mochammad Davis Suharto yang juga seorang homoseksual. Februari lalu media massa heboh memberitakan kasus pembunuhan berantai oleh Mujianto—pria asal Nganjuk yang membunuh sejumlah pria yang dianggap dekat dengan pasangan gay-nya.

(14)

menyimpang dan berpotensi melakukan tindak kekerasan yang merugikan orang lain.

Media massa lebih tertarik untuk menampilkan sesuatu yang kontroversial. Maka dalam pemberitaan kriminal Ryan dan Davis, sisi homoseksual mereka yang dikaitkan dengan kejahatan lebih memiliki daya tarik bagi khalayak dan hal inilah yang menjadi sudut pandang utama dalam pemberitaan di media massa.

Media massa mengarahkan opini khalayak lewat proses framing dan sekaligus menanamkan stereotipe kepada mereka bahwa homoseksual kerap identik dengan kekerasan. Hal ini kemudian menimbulkan kekhawatiran dari masyarakat untuk berhubungan atau bersosialisasi dengan kaum LGBT. Ketika akses untuk bersosialisasi semakin terhambat, kaum LGBT akan memiliki self esteem yang rendah dan perasaan bersalah yang terus menerus karena ditekan oleh masyarakat (Kirnandita, 2010: 10).

Bagimana media menyajikan suatu isu menentukan bagaimana khalayak memahami dan mengerti suatu isu (Eriyanto, 2002: 217). Pencitraan negatif atau stereotiping oleh media massa dan pemahaman masyarakat seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dilepaskan. Sekali media massa menanamkan suatu stereotipe tertentu dan masyarakat mengamininya, maka hal ini yang akan diteruskan ke generasi selanjutnya.

(15)

e-paper ada juga yang membuat portal berita khusus online yang bisa di-update dengan cepat, tanpa menunggu proses cetak.

Dalam sebuah materi pelatihan tentang New Media di Sei Rokan Januari 2011 lalu, Andreas Harsono, pemateri dalam pelatihan itu mengatakan ada 12 pendekatan teknologi internet yang kerap dimasukkan dalam portal berita dan ini menjadi nilai lebih dari media massa online, yaitu Customizable graphics, Photo galleries (produksi staf atau warga), Link pada kata-kata kunci dalam cerita, Link pada organisasi atau newsmakers dalam cerita, Link guna mendukung key facts –terutama dokumen dan materi lain, Transkrip wawancara, video atau audio interview, biografi si wartawan, interactive timelines, searchable database baik dalam situs kita atau situs lain, frequently asked questions, link pada blog yang bereaksi terhadap laporan, “crowd source” – minta informasi tambahan dari publik, undang warga untuk mengatakan apa lagi yang mereka ingin tahu, background tentang apa yang bisa dilakukan warga guna partisipasi, klik untuk sharing cerita tersebut lewat facebook, twitter, digg, reddit dan sebagainya, terakhir adalah koreksi dan updates.

(16)

34.319.040 warga Indonesia mengakses internet. Di tahun 2012 ini, jumlah itu pasti bertambah.

Republika Online dan Tempo.co adalah dua portal berita nasional. Keduanya adalah media besar yang juga memiliki versi cetak. Tempo.co memiliki Koran Tempo dan Majalah Tempo, Republika Online memiliki Harian Republika.

Republika Online dan Tempo.co memiliki latar belakang ideologi yang berbeda. Republika Online cenderung lebih islami. Terlihat dari judul-judul beritanya yang sering menggunakan ungkapan-ungkapan khas muslim, seperti Alhamdulillah, Astaghfirullah atau Subhanallah. Sementara Tempo.co tak membawa latar belakang agama apapun.

Untuk melihat citra kaum homoseksual di media massa online, kedua portal berita nasional ini dirasa cukup bisa mewakili. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melihat citra kaum homoseksual dalam Republika Online dan Tempo.co.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(17)

1.3 Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi ruang lingkup penelitian yang terlalu luas yang menyebabkan kaburnya penelitian, maka perlu dibuat pembatasan masalah. Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif, bertujuan untuk melihat bagaimana portal berita nasional mengkonstruksi citra kaum homoseksual dalam pemberitannya.

2. Penelitian ini menggunakan analisis framing dengan menggunakan model analisis Gamson dan Modigliani.

3. Penelitian dilakukan pada Tempo.co dan Republika Online yang dipublikasikan sejak Januari-Maret 2012.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis isi teks berita tentang kaum homoseksual di Tempo.co dan Republika Online. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui citra kaum homoseksual

yang dibentuk kedua portal berita melalui pemberitaan.

(18)

4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang tersirat atau laten yang tidak ditampilkan secara nyata dalam pemberitaan tentang kaum homoseksual.

I.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi masyarakat. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna dalam memperluas pengetahuan peneliti dalam bidang jurnalistik, khususnya itra homoseksual dalam media massa.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah penelitian bidang komunikasi, terutama yang berkaitan dengan kajian tentang media massa di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Sebagai bahan yang dapat dijadikan informasi bagi khalayak media untuk memahami isi media secara kritis dan komprehensif.

4. Secara praktis, diharapkan menjadi bahan masukan untuk perbaikan serta meningkatkan kualitas pemberitaan kedua portal berita sebagai objek penelitian.

I.6 Kerangka Teori

(19)

menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995: 39).

Sedangkan menurut Kerlinger, teori adalah himpunan konstruk atau konsep, definisi, dan proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Dalam penelitian ini teori yang dianggap relevan adalah:

1.6.1 Media Massa dan Konstruksi Sosial

Realitas sosial adalah hasil konstruksi sosial dalam proses komunikasi tertentu. Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa terlepaskan dari bangunan teoritik yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann.

Berawal dari istilah konstruktivisme, konstruksi realitas sosial terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge tahun 1966. Menurut mereka, realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan (Bungin, 2008: 192).

(20)

Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis (Bungin, 2008: 203).

Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan konstruksi; tahap konfirmasi (Bungin, 2008: 188-189). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap menyiapkan materi konstruksi: Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.

2. Tahap sebaran konstruksi: prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

(21)

4. Tahap Konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembetukan konstruksi.

Pada kenyataannya, realitas sosial itu berdiri sendiri tanpa kehadiran individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknai secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu mengkonstruksi realitas sosial dan merekonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya.

Melalui konstruksi sosial media, dapat dijelaskan bagaimana media massa membuat gambaran tentang realitas. Untuk itu, peneliti menggunakan paradigma ini sebagai pandangan dasar untuk melihat bagaimana Tempo.co dan Republika Online memaknai, memahami dan kemudian membingkai citra kaum homoseksual ke dalam bentuk teks berita.

I.6.2 Berita, Bahasa dan Konstruksi Realitas

(22)

Ashadi Siregar dalam buku Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa memberikan pendapat mengenai unsur-unsur nilai berita (news value) dan layak berita (news worthy). Unsur-unsur tersebut yaitu pertama, significance (penting). Unsur ini terlihat ketika kejadian atau peristiwa yang ada memengaruhi kehidupan masyarakat. Atau setidaknya memengaruhi kehidupan pembaca. Kedua, magnitude (besar). Unsur ini ada dalam kejadian mengenai angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak. Ketiga, timeless (waktu). Ini menyangkut tentang aktualitas sebuah kejadian, terutama mengenai baru dan tidaknya sebuah peristiwa. Keempat, proximity (kedekatan). Kedekatan yang dimaksud adalah kedekatan terhadap pembaca yang berada dalam lingkungannya. Bisa kedekatan secara emosional, maupun secara geografis. Kelima, prominence (tenar). Kejadian yang menyangkut orang, benda maupun tempat yang terkenal dan berpengaruh bagi banyak orang. Keenam, human interest (manusiawi). Ini berkaitan dengan hal-hal yang menyentuh perasaan atau emosi pembaca.

(23)

praktisi jurnalisme (wartawan) harus menjaga independensi terhadap narasumber berita; (5) jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan; (6) jurnalisme harus menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat; (7) jurnalisme memberitakan hal yang penting menjadi menarik dan relevan; (8) jurnalisme menyiarkan berita komprehensif dan proporsional; (9) mengikuti hari nurani. Untuk bisa memenuhi nilai berita dan layak berita, sebuah peristiwa tidak harus memenuhi semua unsur di atas. Ia bisa memenuhi semua unsur, tetapi juga bisa hanya memenuhi beberapa unsur. Hal ini biasanya sesuai dengan hak prerogatif penerbitan pers dalam menentukan kebijakan redaksionalnya untuk menentukan unsur-unsur tersebut.

Konstruksi realitas terjadi ketika wartawan atau media melakukan proses pembingkaian (framing) berita setelah nilai berita (news values) dan layak berita (news worthy) dipenuhi. Wartawan tidak melakukan pembingkaian dalam keseluruhan teks berita. Hanya di beberapa bagian saja dalam struktur berita yang dibingkai dan selanjutnya menentukan wacana yang dikonstruksi oleh wartawan.

I.6.3 Analisis Framing

(24)

ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media.

Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang tersebut yang pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan bagian mana yang dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut (Sobur, 2004: 162).

Menurut Imawan dalam Sobur (2004: 162) pada dasarnya framing adalah pendekatan yang digunakan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Untuk melihat bagaimana cara media memaknai, memahami dan membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab media bukanlah cerminan realitas yang memberitakan apa adanya. Namun, media mengkonstruksi realitas sedemikian rupa, ada fakta-fakta yang diangkat ke permukaan, ada kelompok-kelompok yang diangkat dan dijatuhkan, ada berita yang dianggap penting dan tidak penting. Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan untuk mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar atau tak terelakkan.

Membuat frame adalah menyeleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas dan membuatnya lebih menonjol dalam suatu teks yan dikomunikasikan sedemikian rupa hingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral dan merekomendasi penanganannya (Entman, 1993:52).

(25)

bahwa fungsi frames adalah mendefinisikan masalah, mendiagnosis penyebab, memberikan penilaian moral dan menawarkan penyelesaian masalah dengan tujuan memberi penekanan tertentu terhadap apa yang diwacanakan.

Definisi lain tentang framing dikemukakan oleh Gamson dan Modgliani. Mereka berpendapat bahwa frame adalah cara bercerita yang menghadirkan konstruksi makna atas peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana (Gamson dan Modigliani, 1989:3).

I.6.4 Homoseksualitas

Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan sama. Sebagai berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis" terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama, "Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi itu.

(26)

seksual manusia. (http://www.apa.org. Diakses pada 13 Maret 2012, 22.47)

Kata homoseksual adalah hasil penggabungan

ὁμός

homos, 'sama' (tidak terkait dengan kata Latin homo, 'manusia', seperti dalam Homo sapiens), sehingga dapat juga berarti tindakan seksual dan kasih sayang antara individu berjenis kelamin sama, termasuk lesbianisme.

Gay umumnya mengacu pada homoseksualitas laki-laki, tetapi dapat digunakan secara luas untuk merujuk kepada semua orang Dalam konteks seksualitas, lesbian, hanya merujuk pada homoseksualitas perempuan. Kata "lesbian" berasal dari nama pulau Yunani mana penyair emosionalnya dengan wanita muda.

I.7 Kerangka Konsep

(27)

Condensing Symbols. Berikut adalah model analisis framing Gamson dan Modigliani:

CONDENSING SYMBOLS

FRAMING DEVICES REASONING DEVICES

1. Metaphors 2. Exemplars 3. Catchphrases 4. Depiction 5. Visual Image

1. Roots

2. Appeal to Principle 3. Consequences

Gambar 1 : Analisis Framing Model Gamson dan Modigliani

Sumber : Alex M. Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis

Framing. hlm. 177

Core frame (gagasan sentral) pada dasarnya berisi elemen-elemen inti untuk memberikan pengertian yang relevan terhadap peristiwa dan

MEDIA PACKAGE

(28)

mengarahkan makna isu yang dibangun condensing symbol. Condensing symbol (simbol yang dimampatkan) adalah hasil pencermatan terhadap interaksi perangkat simbolik (framing device dan reasoning devices) sebagai dasar digunakannya perspektif simbol dalam wacana terlihat transparan apabila dalam dirinya terdapat perangkat bermakna yang mampu berperan sebagai panduan untuk menggantikannya sesuatu yang lain.

Struktur framing devices mencakup metaphors, exemplars, catchphrases, depiction dan visual images. Struktur ini menekankan aspek bagaimana melihat suatu isu. Metaphors diartikan sebagai cara memindahkan makna dengan menghubungkan dua fakta melalui analog atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana. Exemplars mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi memiliki bobot makna lebih untuk dijadikan acuan. Posisinya menjadi pelengkap bingkai inti dalam kesatuan berita untuk membenarkan perspektif. Catchphrases adalah istilah, bentukan kata atau frase khas cerminan fakta yang merujuk atau semangat tertentu. Depiction adalah penggambaran fakta dengan memakai kata, istilah dan kalimat konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Visual Images seperti pemakaian foto, diagram, grafis, tabel, kartun dan lainnya digunakan untuk mengekspresikan kesan.

(29)
(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS II.1. Media Massa dan Konstruksi Sosial

Realitas sosial adalah hasil konstruksi sosial dalam proses komunikasi tertentu. Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa terlepaskan dari bangunan teoritik yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Berawal dari istilah konstruktivisme, konstruksi realitas sosial terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge tahun 1966. Menurut mereka, realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.

Konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan (Bungin, 2008: 192). Bagi kaum konstruktivisme, realitas (berita) itu hadir dalam keadaan subjektif. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang dan ideologi wartawan. Secara singkat, manusialah yang membentuk imaji dunia. Sebuah teks dalam sebuah berita tidak dapat disamakan sebagai cerminan dari realitas, tetapi ia harus dipandang sebagai konstruksi atas realitas.

(31)

Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan konstruksi; tahap konfirmasi (Bungin, 2008: 188-189). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap menyiapkan materi konstruksi: Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.

2. Tahap sebaran konstruksi: prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

3. Tahap pembentukan konstruksi realitas. Pembentukan konstruksi berlangsung melalui: (1) konstruksi realitas pembenaran; (2) kedua kesediaan dikonstruksi oleh media massa; (3) sebagai pilihan konsumtif.

(32)

Gambar 2.

Proses Konstruksi Sosial Media Massa (Sumber: Bungin, 2008: 204)

Pada kenyataanya, realitas sosial itu berdiri sendiri tanpa kehadiran individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknai secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu mengkonstruksi realitas sosial dan merekonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya.

Melalui konstruksi sosial media, dapat dijelaskan bagaimana media massa membuat gambaran tentang realitas. Untuk itu, peneliti menggunakan paradigma ini sebagai pandangan dasar untuk melihat bagaimana Tempo.co dan Republika Online memaknai, memahami dan

Objektivasi

- Membentuk Opini Massa

(33)

kemudian membingkai citra kaum homoseksual ke dalam bentuk teks berita.

II.2 Berita, Bahasa dan Konstruksi Realitas

Kejadian atau peristiwa yang menghasilkan fakta sangat banyak. Tetapi, tidak semua peristiwa tersebut dapat ditulis dan dikategorikan sebagai sebuah berita jurnalistik. Karena itu, berita pada dasarnya adalah peristiwa yang sudah ditentukan sebagai berita. Ia bukan peristiwa itu sendiri.

Elemen utama yang dipakai dalam mengkonstruksi realitas adalah bahasa. Bahasa yang digunakan bisa berbentuk verbal seperti kata-kata lisan dan tulisan maupun nonverbal seperti gambar, foto, gerak-gerik, grafik, angka, tabel dan lain-lain. Pemilihan kata, struktur bahasa, cara penyajian, serta penampilan secara keseluruhan sebuah teks dapat menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus akan menghasilkan makna tertentu darinya, termasuk pemilihan kata-kata tertentu yang secara efektif mampu memanipulasi konteks (Ibnu Hamad, “Media Massa dan Konstruksi Realitas”, Majalah Pantau edisi 06/Oktober-November 1999, hal. 53-58). Kata atau bahasa, dalam wacana linguistik, diberi pengertian sebagai sistem symbol bunyi bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap), yang bersifat arbitrer (berubah-ubah) dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran (Sobur, 2001:42).

(34)

Kata-kata yang dipakai dapat membatasi seseorang untuk melihat perspektif lain, menyediakan aspek tertentu dari suatu peristiwa, dan mengarahkan khalayak untuk memahami suatu peristiwa. Seperti apa yang diungkapkan Kenneth Burke, kata-kata tertentu tidak hanya memfokuskan perhatian khalayak dan mengarahkan pada cara berpikir serta keyakinan tertentu, tetapi juga membatasi persepsi khalayak dan mengarahkan pada cara berpikir serta keyakinan tertentu.

Menurut Deddy Mulyana dalam tulisannya berjudul Teori Liberalisasi dan Media Massa yang diterbitkan Majalah Pantau Edisi 06/Oktober-November tahun 1999, ada beberapa praktik pemakaian bahasa yang bisa ditelaah. Pertama, penghalusan kata atau makna (eufemisme). Realitas buruk bisa kembali menjadi halus dengan pemakaian kata-kata ini. Hal ini membuat khalayak tidak melihat kenyataan yang sebenarnya, seperti pemecatan menjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), kenaikan harga menjadi penyesuaian harga.

Kedua, pengasaran bahasa (disfemisme) yang membuat realitas menjadi kasar. Penggunaan kata ini biasanya dipakai untuk menyebut tindakan petani, buruh dan rakyat bawah sebagai pencaplokan, penyerobotan dan penjarahan. Bahasa ini akan menggambarkan bahwa mereka melakukan hal yang illegal dan anarkis.

(35)

dapat memengaruhi pikiran khalayak dan membentuk citra tertentu. Missal, menyebut kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan sebutan kelompok separatis.

Media massa, pada dasarnya tidak mereproduksi tetapi menentukan realitas melalui kata-kata tertentu. Pemaknaan terhadap realitas dilakukan media melalui pemilihan dan pendefinisian fakta, selain penggunaan bahasa dalam menuliskan berita.

Proses pemilihan fakta didasarkan pada asumsi bahwa wartawan memiliki sense of news serta perspektif dalam melihat peristiwa, sehingga dapat menentukan apa yang dipilih dan apa yang dibuang. Proses ini dengan sendirinya akan mengakibatkan penghilangan atas bagian tertentu dari realitas serta penonjolan pada bagian lain (Saripudin dan Hasan, 2003:20).

II.3 Analisis Framing

(36)

Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang tersebut yang pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan bagian mana yang dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut (Sobur, 2001: 162).

Menurut Robert M Entman, framing dijalankan media dengan melakukan dua hal: “seleksi isu” dan “penonjolan atau penekanan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu”. Media menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan berbagai strategi wacana, antara lain penempatan yang mencolok (menempatkan di headline, baik di depan atau di belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplikasi dan lain-lain. Poses ini, menurut Entman melibatkan reporter di lapangan, gatekeeper (redaktur di desk bersangkutan, redaktur pelaksana, wakil pemimpin redaksi dan pemimpin redaksi), hingga pihak-pihak lain.

Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya (Eriyanto, 2002: 13).

(37)

definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral dan merekomendasi penanganannya (Entman, 1993:52).

Framing secara esensial, menurut Robert M. Entman meliputi penyeleksian dan penonjolan. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa fungsi frame adalah mendefinisikan masalah, mendiagnosis penyebab, memberikan penilaian moral dan menawarkan penyelesaian masalah dengan tujuan memberi penekanan tertentu terhadap apa yang diwacanakan.

Definisi lain tentang framing dikemukakan oleh Gamson dan Modgliani. Mereka berpendapat bahwa frame adalah cara bercerita yang menghadirkan konstruksi makna atas peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana (Gamson dan Modigliani, 1989: 3). Gamson mengandaikan wacana media terdiri dari sejumlah package interpretif yang mengandung konstruksi makna tentang objek wacana. Package adalah gugusan ide-ide yang memberi petunjuk mengenai isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan dengan wacana yang terbentuk. Package adalah semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk memaknai pesan yang disampaikan serta untuk menafsirkan pesan yang ia terima.

(38)

dibicarakan. Keberadaan package dalam suatu wacana berita ditunjukkan oleh keberadaan ide yang didukung oleh perangkat wacana seperti metaphor, depiction, catchphrase, exemplars dan virsual image. Semuanya mengarah pada ide atau pandangan tertentu, masing-masing kelompok berusaha menarik dukungan publik. Dengan mempertajam kemasan (package) tertentu dari sebuah isu politik, mereka dapat mengklaim bahwa opini publik yang berkembang mendukung kepentingan mereka, atau sesuai dengan kebenaran versi mereka.

Pan dan Kosicki (1991: 5-7) menyatakan framing dapat dipelajari sebagai suatu strategi untuk memproses dan mengkonstruksi wacana berita atau sebagai karakteristik wacana itu sendiri. Proses framing berkaitan erat dengan rutinitas dan konvensi profesional jurnalistik. Proses framing tidak dapat dipisahkan dari strategi pengolahan dan penyajian informasi dalam presentasi media. Dengan kata lain, proses framing merupakan bagian integral dari proses redaksional media massa. Dominasi sebuah frame dalam wacana berita bagaimanapun berkaitan dengan proses produksi berita yang melibatkan unsur-unsur seperti reporter, redaktur dan lain-lain.

(39)

berbeda pula apabila wartawan memiliki frame yang berbeda dalam memandang suatu peristiwa dan menuliskan pandangannya itu ke dalam sebuah berita atau artikel.

Analisis framing sebagai pengembangan lebih lanjut dari analisis wacana, banyak meminjam perangkat operasional analisis wacana. Pan dan Kosicki mengklasifikasikan perangkat framing ke dalam empat kategori yaitu struktur, sintaksis, struktur skrip, struktur tematik dan struktur retoris.

Struktur sistaksis mengacu pada pola penyusunan kata atau frase menjadi kalimat. Ini ditandai dengan struktur piramida terbalik dan pemilihan narasumber. Keberadaan struktur sintaksis dalam sebuah berita menggiring khalayak kepada sebuah perspektif tertentu dalam memandang sebuah peristiwa.

Struktur skrip mengacu pada tahapan-tahapan kegiatan dan komponen dari sebuah peristiwa. Secara umum, teks berita terdiri dari 5W dan 1H (what, who, where, when dan how). Kehadiran struktur skrip dalam sebuah berita bisa memberi kesan bahwa berita tersebut unit yang relative independen, karena menyajikan informasi yang lengkap dari sebuah peristiwa, mulai dari awal, klimaks, karakter dan emosi manusia.

(40)

dipresentasikan melalui headline, lead, atau kesimpulan. Sedangkan bagian utama merupakan tempat di mana bukti-bukti pendukung disajikan, baik berupa peristiwa itu sendiri, latar belakang informasi atau kutipan-kutipan.

Struktur retoris menggambarkan pilihan gaya yang dibuat oleh jurnalis sehubungan dengan efek yang mereka harapkan dari sebuah peristiwa terhadap khalayak. Mereka menggunakan perangkat framing untuk menggambarkan observasi dan interpretasi mereka sebagai sebuah fakta atau untuk meningkatkan efektivitas sebuah berita.

Analisis framing tidak melihat presentasi media sebagai sesuatu yang bebas nilai. Akan ada selalu ada faktor-faktor yang memengaruhinya. Seperti yang dikemukakan oleh Pan dan Kosicki, “…it accepts both assumptions of the rule-governed nature of the text formation and the multidimensional conception of news text that will allow for cognitive shortcuts in both news production and comsumption” (Pan dan Kosicki, 1993: 58)

(41)

senantiasa diiringi beroperasinya ideologi, pemaknaan yang melayani kekuasaan.

Framing media sedikit banyak akan memengaruhi penilaian khalayak terhadap sebuah realitas. Di samping itu, proses framing dapat menghasilkan gambaran tentang suatu realitas yang berbeda dengan kondisi objektifnya. Hal ini dikarenakan pihak-pihak yang berkompetensi di media dengan frame masing-masing selalu berusaha memenangkan wacana yang dianggap benar menurut versinya masing-masing.

II. 4 Homoseksualitas

Orientasi seksual digambarkan sebagai objek impuls seksual sesesorang: heteroseksual (jenis kelamin berlawanan), homoseksual (jenis kelamin sama) atau biseksual (kedua jenis kelamin) (Kaplan, 1997: 207). Istilah “homoseksual” paling sering digunakan untuk menggambarkan perilaku jelas seseorang, orientasi seksual, dan rasa identitas pribadi atau sosial. Hawkin (dalam Kaplan, 1997: 208) menulis bahwa istilah “gay” dan “lesbian” dimaksudkan pada kombinasi identitas diri sendiri dan identitas sosial; istilah tersebut mencerminkan kenyataan bahwa orang memiliki suatu perasaan menjadi kelompok sosial yang memiliki label sama.

(42)

mengidentifikasi diri mereka sebagai gay atau lesbian. Homoseksualitas dapat mengacu pada:

1. Orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain yang mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama.

2. Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli orientasi seksual atau identitas gender.

3. Identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Deskripsi Objek Penelitian III.1.1 Republika Online

Republika Online (ROL) hadir sejak 17 Agustus 1994, satu tahun setelah Harian Republika terbit. ROL merupakan portal berita yang menyajikan informasi secara teks, audio dan video, yang terbentuk berdasakan teknologi hipermedia dan hiperteks.

Dengan kemajuan informasi dan perkembangan sosial media, ROL hadir dengan berbagai fitur baru yang merupakan percampuran komunikasi media digital. Selain menyajikan informasi, ROL kini juga hadir dalam versi English.

III.1.2 Tempo.co

Tempo.co ialah sebuah didirikan oleh PT Tempo Inti Media, Tbk. Tempo.co didirikan pada tahun 1996 oleh Yusril Djalinus Dari, Bambang Bujono, S. Prinka dan Saiful B. Ridwan dengan nama Tempointeraktif.

(44)

dibagi berdasarkan jenis-jenis berita, antara lain: nasional, metro, bisnis, olahraga, teknologi, gaya hidup, internasional, seni dan hiburan, selebritas dan otomotif.

III.2. Metode Penelitian

Ada empat paradigma yang kini diterima dalam menginformasikan dan membimbing suatu penelitian kualitatif, yaitu paradigma positivism, paradigma post positivism, paradigma kritis, dan paradigma konstruktivisme.Penelitian ini menggunakan metode analisis framing, yaitu metode analisis yang melihat wacana sebagai konstruksi realitas sosial, maka penelitian ini dikelompokkan ke dalam kategori penelitian konstruktivisme. Hal ini sesuai dengan dimensi ontologisme, epistemologis dan metodologis dari paradigma konstruktivisme itu sendiri.

Secara ontologis, paradigma konstruktivisme bersifat relativis. Realitas dapat dipahami sebagai bentuk konstruksi mental yang diperoleh secara alami melalui kehidupan sosial atau pengalaman dan sering kali dipertukarkan di antara sejumlah individu.

Secara epistemologis, paradigm konstruktivisme bersifat transaksional dan subjektivis. Peneliti dan objek penelitian diasumsikan terhubung secara interaktif sehingga temuan dari penelitian tersebut tercipta seiring berlangsungnya penelitian.

(45)

sosial menyebabkan konstruksi individual hanya diperoleh melalui interaksi antara peneliti dan responden.

Analisis framing dapat menggunakan pendekatan paradigma konstruktivisme yang melihat representasi media baik berita maupun artikel yang terdiri atas package-package interpretif yang mengandung konstruksi makna tertentu. Dalam pandangan konstruktivis, media dipandang sebagai wujud dari pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini, media bukan sarana yang netral yang menampilkan kekuatan dari kelompok dalam masyarakat secara apa adanya, tetapi kelompok dan ideologi yang dominan itulah yang akan tampil dalam pemberitaan.

Metode yang dipilih ketika meneliti topik apapun akan tergantung pada pertanyaan yang dicoba untuk dijawab dalam penelitian tersebut. Ketika yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah tentang isi berita, tipe penelitian yang signifikan untuk menjelaskannya adalah tipe penelitian kualitatif (Tuchman dalam Jensen dan Jankowski, 1991: 80).

(46)

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (Moloeng, 2000: 3).

Penelitian kualitatif memiliki beberapa karakteristik, antara lain:

1. Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity)

2. Menggunakan metode kualitatif

3. Menggunakan analisis data secara induktif

4. Menggunakan teori dari dasar (grounded theory), penyusunan teori berasal dari data yang ada karena tidak ada teori apriori yang dapat mencakup kenyataan ganda yang mungkin akan dihadapi.

5. Lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil karena hubungan bagian-bagian yang diteliti akan jauh lebih jelas bila diamati dalam proses

6. Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, reliabilitas dan objektivitas dalam versi lain dibanding yang lazim digunakan pada penelitian klasik

7. Menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan.

(47)

lebih difokuskan pada komentar-komentar interpretative di sekitar isi manifest tersebut.

III.3 Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah kumpulan berita, foto dan artikel apapun tentang homoseksual yang terbit di Republika Online dan Tempo.co sepanjang Januari-Maret 2012.

III.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Studi dokumenter, yaitu data unit analisis dikumpulkan dengan

cara mengumpulkan data dari bahan-bahan tertulis pada Online dan Tempo.co yang memuat berita dan artikel tentang homoseksual. Berita-berita terkait kemudian dikliping dan selanjutnya dilakukan analis data.

b. Studi kepustakaan (library research), yaitu penelitian dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

(48)

Penelitian ini menggunakan model framing milik Gamson dan Modigliani. Gamson mendefinisikan frame sebagai organisasi gagasan sentral atau alur cerita yang mengarahkan makna peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan suatu isu. Frame merupakan inti sebuah unit besar wacana publik yang disebut package. Robert M. Entman mengatakan ada empat fungsi frame, yaitu:

1. Mendefinisikan masalah

2. Mendiagnosa atau melihat penyebab masalah 3. Melakukan penilaian moral

4. Memberikan saran untuk perbaikan

Analisis framing yang dikembangkan Gamson dan Modigliani memahami media sebagai satu gagasan interpretasi (interpretative package) saat mengkonstruksi dan memberi makna pada suatu isu. Model ini didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media seperti berita dan artikel terdiri atas interpretative package yang mengandung konstruksi makna tertentu. Di dalam package ini terdapat dua struktur yaitu Core Frame dan Condensing Symbols.

(49)

transparan apabila dalam dirinya terdapat perangkat bermakna yang mampu berperan sebagai panduan untuk menggantikannya sesuatu yang lain.

Struktur framing devices mencakup metaphors, exemplars, catchphrases, depiction dan visual images. Struktur ini menekankan aspek bagaimana melihat suatu isu. Metaphors diartikan sebagai cara memindahkan makna dengan menghubungkan dua fakta melalui analog atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana. Exemplars mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi memiliki bobot makna lebih untuk dijadikan acuan. Posisinya menjadi pelengkap bingkai inti dalam kesatuan berita untuk membenarkan perspektif. Catchphrases adalah istilah, bentukan kata atau frase khas cerminan fakta yang merujuk atau semangat tertentu. Depiction adalah penggambaran fakta dengan memakai kata, istilah dan kalimat konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Visual Images seperti pemakaian foto, diagram, grafis, tabel, kartun dan lainnya digunakan untuk mengekspresikan kesan.

(50)

Appeal to principle adalah pemikiran prinsip yang digunakan sebagai argumentasi pembenaran membangun berita berupa pepatah, cerita rakyat atau mitos. Tujuannya adalah membuat khalayak tak berdaya menyanggah argumentasi.

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis teks berita terkait homoseksual di Republika Online dan Tempo.co akan dilakukan dengan analisis framing yang merujuk pada konsep Gamson dan Modigliani. Sepanjang Januari hingga Maret 2012, dari Republika Online, ditemukan empat berita mengenai kaum homoseksual dan dari Tempo.co, ditemukan lima berita. Seluruh berita yang akan dianalisis berbentuk straight news (berita lugas).

Tidak semua berita terkait homoseksual sepanjang Januari-Maret akan dianalisis. Sembilan berita dari kedua portal berita dipilih dengan sengaja karena dianggap dapat menggambarkan citra kaum homoseksual.

Semua teks yang dipilih tersebut mula-mula akan dianalisis dengan metode Gamson dan Modigliani (dengan melihat framing devices dan reasoning devices). Setelah itu untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang teks dimaksud, peneliti akan mendeskripsikan teks tersebut dengan merujuk pada bingkai yang dibawanya.

VI.1 Analisis Teks Republika Online Teks 1

(52)

Pembunuhan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Aksi pembunuhan yang didasari adanya hubungan sesama jenis yang dilakukan Very Idham Henyansyah alias Ryan Jagal terjadi juga di Nganjuk, Jawa Timur. Pelaku, Mujianto (24 tahun) meracuni sebanyak 15 orang korban terdiri dari empat orang korban tewas, dua orang dapat diselamatkan dan sembilan orang lainnya belum ditemukan keberadaannya.

“Empat orang tewas dan dua orang dapat diselamatkan,” kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Saud Usman Nasution dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (15/2).

Saud menambahkan Mujianto merupakan seorang pembantu rumah tangga (PRT) di Kediri. Dalam membunuh korbannya, Mujianto meracuni korban dengan obat tikus merk Temex. Setelah membunuh korbannya, pelaku mengambil seluruh harta benda korban seperti telepon seluler.

Korban pembunuhan yang telah tewas yaitu atas nama Ahyani (46 tahun) warga Kampung Tokelan, Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo, Jatim yang ditemukan pada 2 Januari 2012, Romadhon (55 tahun) warga Widodaren, Kabupaten Ngawi, Jatim ditemukan pada 7 Januari 2012, Basori, warga Pacitan, Jatim yang ditemukan pada 4 Februari 2012 dan satu korban belum diketahui identitasnya yang ditemukan pada 8 Februari 2012.

(53)

Sebelumnya diberitakan berdasarkan pengakuan tersangka, sudah 15 korban yang diperdaya mulai pertengahan 2011. Tepatnya delapan orang pada 2011 dan tujuh orang pada awal 2012 ini. Aksi pembunuhan berantai itu berawal saat Mujianto menjalin asmara dengan majikannya bernama Joko (54 tahun) warga Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk.

Dua orang sesama jenis ini menjalin asmara sekitar dua tahun. Namun beberapa waktu terakhir, hubungan ini memanas karena Joko berhubungan dengan pria lain. Diam-diam Mujianto mendata orang-orang yang diduga memiliki hubungan khusus dengan Joko dari ponsel milik Joko.

Satu per satu korban dihubungi pelaku dan setelah akrab langsung diajak bertemu. Saat pertemuan inilah, pelaku meracuni minuman korban-korbannya dengan racun tikus merk Temex. Saat korban tak sadarkan diri, Mujianto merampas harta benda korbannya.

Tanpa melihat kondisi korban, Mujianto langsung kabur dan meninggalkan korban. Tanpa diketahui pelaku, beberapa korban yang diracuni tewas. Mujianto pun menjadi tersangka dan dijerat pasal 340 juncto pasal 338 juncto pasal 372 KUHP dengan ancaman maksimal hukuman mati.

Analisis

Judul : Aksi Pembunuhan Ala 'Ryan Jagal' di Nganjuk Didalami Polisi

Terbit : Rabu, 15 Februari 2012, 18:28 WIB

Frame : Hubungan sesama jenis dapat memicu tindakan pembunuhan

Framing Devices:

Metaphors:

1. Aksi Pembunuhan Ala 'Ryan Jagal' di Nganjuk Didalami Polisi 2. Aksi pembunuhan yang didasari adanya hubungan sesama jenis

yang dilakukan Very Idham Henyansyah alias Ryan Jagal terjadi juga di Nganjuk, Jawa Timur

(54)

Ryan Jagal Exemplar:

1. Aksi pembunuhan berantai itu berawal saat Mujianto menjalin asmara dengan majikannya bernama Joko (54 tahun) warga Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk.

2. Dua orang sesama jenis ini menjalin asmara sekitar dua tahun. Namun beberapa waktu terakhir, hubungan ini memanas karena Joko berhubungan dengan pria lain. Diam-diam Mujianto mendata orang-orang yang diduga memiliki hubungan khusus dengan Joko dari ponsel milik Joko.

3. Satu per satu korban dihubungi pelaku dan setelah akrab langsung diajak bertemu. Saat pertemuan inilah, pelaku meracuni minuman korban-korbannya dengan racun tikus merk Temex. Saat korban tak sadarkan diri, Mujianto merampas harta benda korbannya. 4. Dalam membunuh korbannya, Mujianto meracuni korban dengan

obat tikus merk Temex. Setelah membunuh korbannya, pelaku mengambil seluruh harta benda korban seperti telepon seluler. Depiction:

Pembunuhan ala Ryan Jagal Visual Images:

Ilustrasi foto berupa garis putih yang membentuk tubuh manusia korban pembunuhan

(55)

Roots:

Aksi pembunuhan yang didasari adanya hubungan sesama jenis Appeals to Principle:

Dua orang sesama jenis ini menjalin asmara sekitar dua tahun. Namun beberapa waktu terakhir, hubungan ini memanas karena Joko berhubungan dengan pria lain. Diam-diam Mujianto mendata orang-orang yang diduga memiliki hubungan khusus dengan Joko dari ponsel milik Joko.

Consequence:

Aksi pembunuhan yang didasari adanya hubungan sesama jenis yang dilakukan Very Idham Henyansyah alias Ryan Jagal terjadi juga di Nganjuk, Jawa Timur. Pelaku, Mujianto (24 tahun) meracuni sebanyak 15 orang korban terdiri dari empat orang korban tewas, dua orang dapat diselamatkan dan sembilan orang lainnya belum ditemukan keberadaannya.

Deskripsi:

Berita di atas adalah salah satu berita tentang kasus pembunuhan yang dilakukan Mujianto, warga Nganjuk, Jawa Timur. Mujianto (24 tahun) meracuni sebanyak 15 orang korban terdiri dari empat orang korban tewas, dua orang dapat diselamatkan dan sembilan orang lainnya belum ditemukan keberadaannya.

(56)

yang pernah dilakukan oleh Ryan, warga Jombang, Jawa Timur, karena Ryan juga seorang homoseksual.

Pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan dan Mujianto adalah dua jenis pembunuhan yang berbeda. Ryan menjagal korbannya dan Mujianto meracuni korbannya. Kesamaannya ada pada orientasi seksual keduanya dan alasan pembunuhan, yaitu rasa cemburu. Jadi, judul berita yang menyebutkan “pembunuhan ala Ryan Jagal” tidaklah tepat, karena tak sesuai dengan isinya. Berita ini membingkai bahwa penyebab pembunuhan adalah karena Mujianto Gay dan sedang cemburu buta.

Bingkai tersebut tergambar jelas pada kalimat pertama di paragraf pertama, “Aksi pembunuhan yang didasari adanya hubungan sesama jenis yang dilakukan Very Idham Henyansyah alias Ryan Jagal terjadi juga di Nganjuk, Jawa Timur.”

Frase “Aksi pembunuhan yang didasari adanya hubungan sesama jenis,” mengisyaratkan bahwa hubungan sesama jenis dapat memicu aksi pembunuhan. Republika Online mempertegas bahwa adanya hubungan sesama jenis lah yang menyebabkan Mujianto dan Ryan membunuh. Bingkai seperti ini akan menimbulkan penafsiran bahwa seorang gay atau homoseksual adalah sosok yang sadis.

Teks 2

(57)

Larangan pernikahan sejenis (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA Akhirnya putusan pengadilan banding federal California menolak dan melarang pernikahan sesama jenis 'Gay'. Keputusan ini, disambut baik oleh muslim Amerika Serikat.

Penolakan ini, selain disambut baik oleh warga muslim, juga warga non muslim di daerah AS yang padat penduduknya ini, California. Sebab, menurut mereka hal ini bertentangan dengan ajaran agama.

"Hal itu tidak diperbolehkan oleh Alkitab," kata Marvin Ellis (51), warga California, dikutip Contra Costa Times, Rabu (8/2).

Hal serupa juga dikatakan oleh Ellis."Seorang pria harus dengan wanita, bukan pria,"ujar warga muslim California, yang biasa berjualan di luar stasiun Hollywood Utara ini.

Ia juga menambahkan,"Seperti Adam dan Hawa, bukan Adam dan Steve,".

Analisis

Judul : Alhamdulillah, Pengadilan California Larang Pernikahan 'Gay'

Terbit : Jumat, 10 Pebruari 2012 |13:42 WIB

Frame : Pernikahan sesama jenis harus dilarang karena bertentangan dengan ajaran agama

(58)

Metaphors:

“Seperti Adam dan Hawa, bukan Adam dan Steve,” Catchphrases:

Alhamdulillah, Pengadilan California Larang Pernikahan 'Gay' Exemplar:

1. Akhirnya putusan pengadilan banding federal California menolak dan melarang pernikahan sesama jenis 'Gay'. Keputusan ini, disambut baik oleh muslim Amerika Serikat.

2. "Hal itu tidak diperbolehkan oleh Alkitab," kata Marvin Ellis (51), warga California, dikutip Contra Costa Times, Rabu (8/2).

3. "Seorang pria harus dengan wanita, bukan pria,"ujar warga muslim California, yang biasa berjualan di luar stasiun Hollywood Utara ini.

Depiction:

Akhirnya putusan pengadilan banding federal California menolak dan melarang pernikahan sesama jenis 'Gay'

Visual Images:

Ilustrasi lambang cinta sesama jenis yang diberi tanda di larang, Reasoning Devices:

Roots:

(59)

California. Sebab, menurut mereka hal ini bertentangan dengan ajaran agama.

Appeals to Principle:

1. "Hal itu tidak diperbolehkan oleh Alkitab," kata Marvin Ellis (51), warga California, dikutip Contra Costa Times, Rabu (8/2).

2. "Seorang pria harus dengan wanita, bukan pria,"ujar warga muslim California, yang biasa berjualan di luar stasiun Hollywood Utara ini.

Consequence:

Menurut mereka hal ini bertentangan dengan ajaran agama. Deskripsi:

Berita ini berisi tentang pengadilan California yang melarang pernikahan Gay, dengan judul “Alhamdulillah, Pengadilan California Larang Pernikahan 'Gay'”. Tak ada penjelasan mengapa pengadilan California melarang pernikahan tersebut. Di paragraf ke dua hingga akhir, berita ini berisi tentang pandangan agama dan pendapat beberapa warga yang juga menilainya dari segi agama.

(60)

Pencampuran fakta dan opini juga terlihat jelas mulai dari judul. “Alhamdulillah” terlihat seperti ungkapan pribadi penulis, yang kebetulan seorang muslim.

Teks 3

Malaysia Tolak Penganut Seks LGBT

Lesbian dan homo. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR - Malaysia menentang keras upaya berbagai organisasi internasional yang mendesak pemerintah mengubah hukum pidana untuk menghalalkan kegiatan seks menyimpang di Negeri Jiran tersebut. Salah satu penentangnya adalah Mufti Selangor, Datuk Mohd Tamyes Abd Wahab, yang menolak habis-habisan upaya menghalalkan seks LGBT di Malaysia.

Mohd Tamyes menyatakan kegiatan seks menyimpang oleh kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) bertentangan dengan Islam dan tidak pernah diizinkan hukum syariah.

"Jika ada upaya membawa masalah ini ke Dewan Fatwa Nasional, saya yakin hal tersebut akan ditolak karena melanggar hukum syariah dan melanggar tatasusila dan budaya orang Islam,” tandas Mohd Tamyes seperti dikutip Berita Harian. "Ini adalah cobaan untuk menghancurkan budaya dan pegangan umat Islam. Kita tidak mau budaya liar tersebut menular di kalangan masyarakat.’’

(61)

hukum internasional. Organisasi Progresif Gay Filipina (ProGay) juga menyatakan pendirian sama dengan mengeluarkan pernyataan bahwa sudah saatnya hukum yang menjadi bagian dari warisan kolonial Inggris itu dihapus.

Mohd Tamyes siap menentang upaya menghalalkan seks LGBT di Malaysia. "Jika LGBT mau diperkenalkan dan kegiatan seks menyimpang mau dihalalkan di negara ini, mereka harus segera diberantas dan ditolak mentah-mentah oleh masyarakat," katanya.

Analisis

Judul : Malaysia Tolak Penganut Seks LGBT Terbit : Minggu, 15 Januari 2012, 07:24 WIB

Frame : LGBT harus ditolak karena bertentangan dengan agama

Framing Devices:

Metaphors: (Tidak ditemukan) Catchphrases:

“Ini adalah cobaan untuk menghancurkan budaya dan pegangan umat Islam. Kita tidak mau budaya liar tersebut menular di kalangan masyarakat.’’

Exemplar:

1. Mohd Tamyes menyatakan kegiatan seks menyimpang oleh kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) bertentangan dengan Islam dan tidak pernah diizinkan hukum syariah.

(62)

syariah dan melanggar tatasusila dan budaya orang Islam,” tandas Mohd Tamyes

3. "Jika LGBT mau diperkenalkan dan kegiatan seks menyimpang mau dihalalkan di negara ini, mereka harus segera diberantas dan ditolak mentah-mentah oleh masyarakat," katanya.

Depiction:

Kegiatan seks menyimpang Visual Images:

Ilustrasi lambang lesbian dan gay. Reasoning Devices:

Roots:

Mohd Tamyes menyatakan kegiatan seks menyimpang oleh kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) bertentangan dengan Islam dan tidak pernah diizinkan hukum syariah.

Appeals to Principle:

Ini adalah cobaan untuk menghancurkan budaya dan pegangan umat Islam. Kita tidak mau budaya liar tersebut menular di kalangan masyarakat.

Consequence:

(63)

Deskripsi:

Berita berjudul “Malaysia Tolak Penganut Seks LGBT” agaknya terlalu berlebihan menggunakan kata ‘Malaysia’, sedangkan pada isi beritanya hanya memaparkan pendapat seorang saja, yaitu Mufti Selangor, Datuk Mohd Tamyes Abd Wahab. Seluruh isi berita adalah pendapat Mufti Selangor, tak ada pendapat orang lain.

“Malaysia menentang keras upaya berbagai organisasi internasional yang mendesak pemerintah mengubah hukum pidana untuk menghalalkan kegiatan seks menyimpang di Negeri Jiran tersebut,” begitu tertulis di paragraf pertama. Selanjutnya berita tersebut berisi pendapat Mufti Selangor yang pada intinya menolak homoseksual karena bertentangan dengan ajaran agama Islam.

(64)

Teks 4

Sebarkan Selebaran Anti-Homoseksual, 5 Muslim Inggris Diadili

Dari kiri-kanan: Ihjaz Ali (42), Razwan Javed (28), Kabir Ahmed (28), Mehboob Hussain (45), dan Umar Javed (38).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Aksi ajakan menjauhi perilaku homosekual dan seruan menghukum mati para pelaku gay yang dilakukan lima warga muslim Inggris berujung di pengadilan. Kepolisian setempat menuduh mereka telah melakukan kampanye kebencian dan memicu konflik di masyarakat.

Kabir Ahmed (28) mengaku, tindakannya membagi-bagikan selebaran menghukum mati pelaku gay adalah didasari keyakinan dan tugasnya sebagai muslim.

Sebagaimana dikutip Dailymail, Selasa (17/1), Ahmed yang baru memiliki seorang putri 9 bulan ini mengatakan, hanya menjalankan kewajibannya sebagai muslim untuk menyebarkanluaskan firman Allah dan memberikan pesan Allah tentang larangan homoseksualitas.

(65)

Dalam selebaran yang disebut Death Pinalty tersebut, digambarkan sebuah manekin tergantung terjerat tali dan bertuliskan homoseksualitas dihukum mati dalam Islam.

Ahmed juga mengatakan, dirinya telah mempelajari hal-hal tentang narkoba, alkohol, prostitusi, dan 'hubungan manusia' dalam berbagai teks agama termasuk Alkitab dan Taurat.

Empat pria lain yang juga diadili atas tuduhan sama adalah Ihjaz Ali (42), Razwan Javed (28), Mehboob Hussain (45) dan Umar Javed (38).

Analisis

Judul : Sebarkan Selebaran Anti-Homoseksual, 5 Muslim Inggris Diadili

Sumber : Selasa, 17 Januari 2012, 07:18 WIB

Frame : Homoseksualitas bertentangan dengan agama, Jadi bukanlah tindakan yang salah jika seseorang menyebarkan selebaran anti-homoseksual.

Framing Devices:

Metaphors:

Dalam selebaran yang disebut Death Pinalty tersebut, digambarkan sebuah manekin tergantung terjerat tali dan bertuliskan homoseksualitas dihukum mati dalam Islam.

(66)

1. Kabir Ahmed (28) mengaku, tindakannya membagi-bagikan selebaran menghukum mati pelaku gay adalah didasari keyakinan dan tugasnya sebagai muslim.

2. Ahmed yang baru memiliki seorang putri 9 bulan ini mengatakan, hanya menjalankan kewajibannya sebagai muslim untuk menyebarluaskan firman Allah dan memberikan pesan Allah tentang larangan homoseksualitas.

3. Ahmed juga mengatakan, dirinya telah mempelajari hal-hal tentang narkoba, alkohol, prostitusi, dan 'hubungan manusia' dalam berbagai teks agama termasuk Alkitab dan Taurat.

Depiction:

Kepolisian setempat menuduh mereka telah melakukan kampanye kebencian dan memicu konflik di masyarakat.

Visual Images:

Sketsa wajah kelima pelaku yang menyebarkan selebaran antihomoseksual

Reasoning Devices:

Roots:

Ahmed yang baru memiliki seorang putri 9 bulan ini mengatakan, hanya menjalankan kewajibannya sebagai muslim untuk menyebarkanluaskan firman Allah dan memberikan pesan Allah tentang larangan homoseksualitas.

(67)

Kabir Ahmed (28) mengaku, tindakannya membagi-bagikan selebaran menghukum mati pelaku gay adalah didasari keyakinan dan tugasnya sebagai muslim.

Consequence:

• Ahmed dan empat pria lainnya diadili di pengadilan Derby Crown

dengan dakwaan menghasut kebencian atas dasar orientasi seksual. Deskripsi:

Berita tersebut berisi tentang lima warga muslim Inggris yang diadili karena menyebarkan selebaran anti-homoseksual. Beberapa kalimat dalam berita ini, menunjukkan frame yang mengarahkan pembaca kalau apa yang dilakukan kelima pria muslim itu adalah bukan kesalahan. Mereka tidak mendapat keadilan dengan diadili.

Frame tersebut bisa dilihat di kalimat akhir di paragraf pertama, “Kepolisian setempat menuduh mereka telah melakukan kampanye kebencian dan memicu konflik di masyarakat.” Kata ‘menuduh’ menunjukkan kalau menurut Republika Online, kelima pemuda itu tidak bersalah.

(68)

VI.2 Analisis Teks Tempo.co Teks 1

Ada Lagi Gay Nganjuk Tusuk Pasangannya

TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Kediri - Belum tuntas pengungkapan kasus pembantaian gay yang dilakukan Mujianto, tindak kekerasan di kalangan homoseksual kembali terjadi. Seorang remaja gay asal Nganjuk menusuk pasangannya dengan kaca setelah memergoki kekasihnya berselingkuh.

Kisah tragis ini menimpa JA, 20 tahun, seorang gay yang tinggal di Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Dia ditusuk WC, 18 tahun, kekasihnya sendiri yang juga seorang homoseksual.

Kasus dipicu WC yang merasa cemburu saat memergoki JA sedang berselingkuh dengan HK, 26 tahun, seorang gay. WC asal Nganjuk emosi setelah mendapati JA berada di dalam sebuah kamar kos bersama HK dalam keadaan tanpa busana. Diduga keduanya melakukan hubungan intim. "Saya cemburu dan marah," kata WC saat diamankan di Kepolisian Sektor Kediri Kota, Kamis, 1 Maret 2012.

(69)

Dia dijerat dengan pasal 351 KUHP tentang penganiayaan. "Ancaman hukumannya tiga tahun," ujar Sucipto.

Analisis

Judul : Ada Lagi Gay Nganjuk Tusuk Pasangannya Terbit : Kamis, 01 Maret 2012 | 19:27 WIB

Frame : Homoseksual cenderung melakukan kekerasan

Framing Devices:

Metaphors: (Tidak ditemukan) Catchphrases:

Gay Nganjuk Exemplar:

1. Seorang remaja gay asal Nganjuk menusuk pasangannya dengan kaca setelah memergoki kekasihnya berselingkuh.

2. Dia ditusuk WC, 18 tahun, kekasihnya sendiri yang juga seorang homoseksual.

3. Kasus dipicu WC yang merasa cemburu saat memergoki JA sedang berselingkuh dengan HK, 26 tahun, seorang gay.

Depiction: (tidak ditemukan) Visual Images:

Gambar

Gambar 1 : Analisis Framing Model Gamson dan Modigliani
Gambar 2. Proses Konstruksi Sosial Media Massa (Sumber: Bungin, 2008: 204)

Referensi

Dokumen terkait

Ainun Nisa Nadhifah, D0212008, PEMBINGKAIAN BERITA PENANGKAPAN TERDUGA TERORIS OLEH DENSUS 88 ANTITEROR DALAM MEDIA CETAK (Analisis Framing Berita dalam Harian

Galih Fitraditya, D1214035, PEMBERITAAN KELOMPOK TERORIS SANTOSO DALAM MEDIA MASSA (Analisis Framing Tentang Pemberitaan Kelompok Teroris Poso Santoso dalam Koran

Perbandingan Komunikasi Krisis Oleh Media Massa dalam Insiden Kecelakaan Tur Penerbangan Sukhoi Superjet 200 di Indonesia (Analisis Framing dalam Surat Kabar Harian Koran Tempo

Dalam hubungan ini, analisis data dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi kecenderungan-kecenderungan yang ada pada masing-masing persoalan yang dilacak kemudian

KEPEMIMPINAN MUSYAWARAH NASIONAL PARTAI GOLONGAN KARYA DALAM PEMILIHAN KETUA UMUM PERIODE 2014 – 2019 (Analisis Framing pada Media Online Viva.co.id