• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Pelabuhan Gunungsitoli Dalam Menunjang Pembangunan Di Kabupaten Nias

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perkembangan Pelabuhan Gunungsitoli Dalam Menunjang Pembangunan Di Kabupaten Nias"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN NIAS (1980-1990)

SKRIPSI Dikerjakan

O L E H

FEBRIANUS MENDROFA 050706008

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH MEDAN

(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

PERKEMBANGAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN NIAS (1980-1990)

Yang Diajukan Oleh : Nama : Febrianus Mendrofa

Nim : 050706008

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi oleh

Pembimbing

Dra. SP.Dewi Murni ,M.A. Tanggal : Nip. 195408141984032001

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Dra. Fitriaty Harahap S.U Tanggal : Nip. 195406031983032001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PERKEMBANGAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN NIAS (1980-1990) Skripsi Sarjana

DIKERJAKAN O

L E H

FEBRIANUS MENDROFA 050706008

Pembimbing

Dra. SP. Dewi Murni, M.A Nip. 195408141984032001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi Salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA Dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Lembar Persetujuan Ketua Jurusan

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMAN ILMU SEJARAH Ketua Jurusan

Dra. Fitriaty Harahap S. U Nip. Nip. 195406031983032001

(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra

Dalam Ilmu Sejarah Fakultas Sastra USU Medan.

Pada :

Hari :

Tanggal :

Fakultas Sastra USU Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A. Nip. 195110131976031001 Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1 ………. (………)

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,

karena begitu besar Kasih dan Karunia yang senantiasa boleh penulis rasakan mulai

dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini. Begitu banyak hal yang penulis

rasakan baik itu suka maupun duka yang datang silih berganti mewarnai perjuangan

dan perjalanan hidup penulis selama ini. Apa yang penulis rasakan dan lewati bukan

semata-mata karena kekuatan penulis, tetapi di balik itu semua ada kekuatan dan

kuasa yang selalu menolong, membimbing, menopang penulis, itulah kasih dan

anugrah Tuhan yang mengatasi dan tidak pernah berkesudahan hingga proses

perkuliahan penulis dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada

oran-orang yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini. Penulis menyadari tanpa keterlibatan

mereka skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Tidak ada satu hal pun yang dapat

penulis sampaikan selain ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Buat orang tuaku tercinta Gofu’aroMendrofa dan Asalia Zendrato, yang telah

merawat , membesarkan dan mendidik penulis mulai dari lahir hingga sampai saat

ini. Kasih saying yang telah beliau berikan tiada taranya. Suka dan duka yang

dirasakan tidak pernah menyulutkan semangat Bapak dan Ibu untuk terus

mendukung penulis hingga sampai penulisan skripsi ini selesai. Penulis sungguh

sangat besyukur karena memiliki orang tua seperti Bapak dan Ibu. Tiada yang

dapat penulis berikan kepada Bapak dan Ibu selain doa yang tulus semoga diberi

(7)

2. Buat saudara-saudaraku K’Yani, B’Nota, K’Sri, B’Yusu, K’Linda, K’Lina dan

Joice yang membawa kebahagian dan warna baru dalam keluarga besar penulis,

terimakasih buat semangat dan dukungan doa abang dan kakak yang telah

menjadikan penulis lebih tegar dalam menghadapi segala persoalan sehingga

penulis tidak merasa sendiri.

3. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama perkuliahan.

4. Ibu Dra. Fitriaty Harahap S.U, selaku Ketua Departemen Ilmu Sejarah Fakultas

Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan meluangkan

waktunya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dra. SP. Dewi Murni, M.A sebagai dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan bantuan, dorongan dan pelajaran yang berharga dan meluangkan

waktu untuk membimbing penulis dengan sabar serta memberikan banyak

masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh Dosen terkhususnya buat Dosen Wali Penulis Ibu Dra. Hj. Farida Hanum

Ritonga, Staf Pengajar, Staf Administrasi di Departemen Ilmu Sejarah yang telah

mendidik dan membantu penulis selama mengenyam pendidikan di Departemen

Ilmu Sejarah, sehingga penulis mendapatkan suatu ilmu yang dapat penulis bawa

ke mana pun penulis melangkah.

7. My Heart (Sere Murni Farolika Gultom S.S) yang selalu setia menemani penulis

(8)

semangat yang tiada henti-hentinya bagi penulis mulai dari awal hingga

selesainya penulisan skripsi ini. Hari-hariku penuh kebahagian karena

kehadiranmu disisiku. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan, tetap

semangat dan setia dalam mencapai dan menantikan cita-cita yang telah kita

impikan.

8. Sahabat-sahabatku stambuk ’05 terkhusus kepada Sere murni, Sesilia, Iunita,

Meris, Jogi, Edward, Antonius, Halasson, Jekson, Putera, Jomenda, Supriadi,

Elim, Mulia, Rici, Hizkia dan Panji yang telah memberikan dorongan, semangat

serta doa-doa bagi penulis. Terima kasih buat persahabatan dan kebersamaan kita

selama ini.

9. Teman KTB (K’Lita, Sere, Meris, Edward) terima kasih buat doa-doa, perhatian

dan semangat teman-teman yang senantiasa boleh penulis rasakan

10. Koordinasi periode 08/09 dan seluruh komponen pelayanan satra yang tetap

memberikan penguatan, doa-doa dan semangat yang luar biasa. Tetap semangat

dan bergandengan tangan untuk membangun pelayanan di sastra.

Akhirnya semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat

disebutkan satu persatu dalam penyusunan skripsi ini, saya mengucapkan terima

kasih buat segala sesuatu yang telah diberikan.

Medan, September 2010

Penulis

(9)

ABSTRAK

Pelabuhan merupakan suatu jembatan antar daratan dan lautan sebagai sarana aktifitas manusiaPelabuhan Gunungsitoli merupakan pintu gerbang utama untuk memasuki pulau nias. Oleh karena itu pelabuhan Gunungsitoli memegang peranan penting dalam perkembangan pembanguan di kabupaten Nias maupun dalam menghubungkan Kabupaten Nias dengan daerah lainnya. Pelabuhan Gunungsitoli bukan hanya sekedar tempat berlabuh/ tempat bersandarnya kapal, melainkan juga sebagai sarana kegiatan ekonomi baik dalam hal transportasi maupun perdagangan. Pada masa Kolonial Belanda Pelabuhan Gunungsitoli yang terletak di Moawo (1864) dipindahkan ke dalam pusat kota yang terletak di Kelurahan Pasar (1926) dan pada tahun 1980 pelabuhan Gunungsitoli kembali dipindahkan di Kelurahan Labuhan Angin.

Topik peraslahan dalam tulisan ini adalah (1) kegiatan yang dilakukan pelabuhan Gunungsitoli (2) pera pelabuhan Gunungsitoli dalam menunjang pembangunan di Kabupaten Nias (3) pengaruh aktifitas pelabuhan Gunungsitoli terhadap pembangunan di Kabupaten Nias.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan perkembangan pelabuhan Gunungsitoli dalam menunjang pembangunan di kabupaten Nias serta peranannya dalam menunjang kehidupan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode yang mencakup tahapan heuristic (pengumpulan sumber), kritik sumber (mengkritisi setiap sumber informasi), interpretasi (penafsiran terhadap sumber) dan historigrafi (penulisan). Penulisan skripsi ini menggunakan dekskriptif naratif untuk mendapatkan penulisan sejarah yang ilmiah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pelabuhan Gunungsitoli merupakan jalur utama untuk memasuki Kabupaten Nias (2) pelabuhan Gunungsitoli merupakan sarana kegiatan ekonomi baik dalam hal transportasi maupun perdagangan (3) pelabuhan Gunungsitoli merupakan sumber pendapatan daerah Kabupaten Nias (4) pelabuhan Gunungsitoli merupakan tempat pencaharian sebagian masyarakat Kabupaten Nias (5) pelabuhan Gunungsitoli merupakan penunjang perkembangan pembangunan di Kabupaten Nias.

(10)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH

ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4. Tinjauan Pustaka ... 6

1.5. Metode Penelitian ... 8

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 10

2.1. Letak Geografis ... 10

2.2. Keadaan Demografi ... 12

2.2.1. Penduduk ... 12

2.2.2. Agama ... 14

2.2.3. Budaya ... 18

2.2.4. Pendidikan ... 19

2.2.5. Kesehatan ... 22

2.3. Latar Belakang Historis ... 24

2.3.1. Zaman Penjajahan Belanda ... 24

(11)

2.3.3. Zaman Kemerdekaan ... 25

BAB III KEBERADAAN DAN KEGIATAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI 29 3.1. Berdirinya Pelabuhan Gunungsitoli ... 29

3.2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pengelolaan Pelabuhan Gunungsitoli ... 36

3.3. Fasilitas dan Kegiatan Pelabuhan Gunungsitoli ... 40

3.3.1. Fasilitas Pelabuhan Gunungsitoli ... 40

3.3.2. Kegiatan Pelabuhan Gunungsitoli ... 41

3.4. Fungsi Pelabuhan Gunungsitoli ... 45

BAB IV PERANAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI DALAM MENDUKUNG PERKEMBANGAN KABUPATEN NIAS ... 48

4.1. Pengaruh Aktivitas Pelabuhan Gunungsitoli Terhadap Masyarakat 48

4.2. Perkembangan Pembangunan Kabupaten Nias ... 54

4.2.1. Pembangunan Dalam bidang Perekonomian ... 58

BAB V PENUTUP ... 64

5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN

(12)

ABSTRAK

Pelabuhan merupakan suatu jembatan antar daratan dan lautan sebagai sarana aktifitas manusiaPelabuhan Gunungsitoli merupakan pintu gerbang utama untuk memasuki pulau nias. Oleh karena itu pelabuhan Gunungsitoli memegang peranan penting dalam perkembangan pembanguan di kabupaten Nias maupun dalam menghubungkan Kabupaten Nias dengan daerah lainnya. Pelabuhan Gunungsitoli bukan hanya sekedar tempat berlabuh/ tempat bersandarnya kapal, melainkan juga sebagai sarana kegiatan ekonomi baik dalam hal transportasi maupun perdagangan. Pada masa Kolonial Belanda Pelabuhan Gunungsitoli yang terletak di Moawo (1864) dipindahkan ke dalam pusat kota yang terletak di Kelurahan Pasar (1926) dan pada tahun 1980 pelabuhan Gunungsitoli kembali dipindahkan di Kelurahan Labuhan Angin.

Topik peraslahan dalam tulisan ini adalah (1) kegiatan yang dilakukan pelabuhan Gunungsitoli (2) pera pelabuhan Gunungsitoli dalam menunjang pembangunan di Kabupaten Nias (3) pengaruh aktifitas pelabuhan Gunungsitoli terhadap pembangunan di Kabupaten Nias.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan perkembangan pelabuhan Gunungsitoli dalam menunjang pembangunan di kabupaten Nias serta peranannya dalam menunjang kehidupan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode yang mencakup tahapan heuristic (pengumpulan sumber), kritik sumber (mengkritisi setiap sumber informasi), interpretasi (penafsiran terhadap sumber) dan historigrafi (penulisan). Penulisan skripsi ini menggunakan dekskriptif naratif untuk mendapatkan penulisan sejarah yang ilmiah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pelabuhan Gunungsitoli merupakan jalur utama untuk memasuki Kabupaten Nias (2) pelabuhan Gunungsitoli merupakan sarana kegiatan ekonomi baik dalam hal transportasi maupun perdagangan (3) pelabuhan Gunungsitoli merupakan sumber pendapatan daerah Kabupaten Nias (4) pelabuhan Gunungsitoli merupakan tempat pencaharian sebagian masyarakat Kabupaten Nias (5) pelabuhan Gunungsitoli merupakan penunjang perkembangan pembangunan di Kabupaten Nias.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Nias merupakian salah satu dari 17 kabupaten di Propinsi

Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

mengelilinginya, Nias merupakan satu-satunya kabupaten di Propinsi Sumatera Utara

yang terpisah dari daratan Sumatera. Kabupaten Nias dikelilingi oleh samudera

Hindia dengan permukaan pulaunya yang agak bergunung dan berbukit di bagian

tengah. Pusat pemukiman penduduk terpenting adalah Gunungsitoli, Awaay, Teluk

Dalam, dan Lahewa. Melalui kota-kota ini terjadi interaksi budaya dengan

masyarakat luar, terutama Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

Kabupaten Nias dapat dicapai baik melalui udara maupun laut. Jalur

perhubungan laut dapat ditempuh melalui jalur Sibolga-Gunungsitoli, Selain

pelabuhan Gunungsitoli, terdapat pelabuhan laut kecil seperti Tello, Teluk Dalam,

dan Sirombu.

Pelabuhan merupakan suatu tempat atau daerah yang terletak di pinggir pantai

atau sungai, dan sekitar pelabuhan ada beberapa penduduk yang bertempat tinggal di

pinggir pantai atau sungai. Lama-kelamaan daerah ini mengalami perkembangan

sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, kebutuhan

penduduk yang semakin meningkat untuk mencari nafkah hidupnya mereka ada yang

(14)

pantai saling membutuhkan satu sama lain untuk memenuhi keperluan hidup

mereka1

Pengertian pelabuhan adalah suatu lingkungan kerja terdiri dari area daratan

dan perairan yang dilengkapi dengan fasilitas untuk berlabuh dan bersandarnya kapal-kapal guna terselenggaranya bongkar muat barang serta turun naiknya penumpang dari suatu moda

.

Dengan keperluan masing-masing rumah tangga, mereka membutuhkan suatu

tempat yang dapat dijadikan sebagai kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup mereka.

Dalam kegiatan tersebut masyarakat memilih tepi pantai. Tepi pantai ini berkembang

menjadi daerah Bandar perdagangan yang sering disebut sebagai pelabuhan.

Demikian juga dengan berdirinya pelabuhan Gunungsitoli.

Menurut Abbas Salim dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pelayaran

Niaga dan Pelabuhan, pengertian pelabuhan adalah :

2

transportasi laut (kapal) ke moda transportasi lainnya atau sebaliknya.3

1

Abbas Salim, Managemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan, Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, 1995, hal. 3

2

Moda adalah jenis / bentuk 3

Ibid, hal. 10

Pelabuhan juga dapat dijadikan sebagai pintu gerbang yang dapat memperlancar hubungan antar daerah, pulau bahkan antar negara.

Pelabuhan Gunungsitoli terletak di Pantai Barat Pulau Nias yang berjarak 80

mil dari Pelabuhan Sibolga. Secara administratif Pelabuhan Gunungsitoli berada di

Kabupaten Nias Propinsi Sumatera Utara. Hinterland pelabuhan ini menghasilkan

komoditi ekspor seperti karet, kelapa dan minyak nilam. Sejak tahun 1980 status

pelabuhan ini adalah pelabuhan umum yang diusahakan terbuka untuk perdagangan

dalam negeri, status tidak wajib pandu, kelas pelabuhan adalah pelabuhan kelas IV.

(15)

Sejak tahun 1980 pelabuhan Gunungsitoli dikelola secara efisien serta

dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dan membawa keuntungan bagi

perdagangan, perindustrian, dan hinterland tempat pelabuhan berada. Keberadaan

pelabuhan ini sangat menunjang perekonomian ataupun perdagangan bagi

perkembangan Kabupaten Nias dan didukung dengan sarana transportasi darat untuk

memperlancar kegiatan pelabuhan, seperti pengangkutan karet serta turun naiknya

penumpang dari kapal yang berlabuh. Pelabuhan sebagai terminal poin bagi

kapal-kapal merupakan hal yang utama dan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem

ekonomi, karena fungsinya sebagai penunjang bagi perkembangan industri,

perdagangan maupun pelayaran. Kontribusinya pada perekonomian negara sangat

besar.

Menurut Elfrida Gultom dalam bukunya Refungsionalisasi Pengaturan

Pelabuhan untuk meningkatkan Ekonomi Nasional, ada dua hal yang disumbangkan

oleh pelabuhan untuk meningkatkan perekonoian nasional yaitu :

berupa pajak-pajak atau deviden yang diberikan kepada pemerintah pusat atau daerah, demikian juga secara langsung berupa perolehan pendapatan pada jenis-jenis usaha lain yang dapat dikelola oleh masyarakat di lokasi pelabuhan, dan bertumbuhnya usaha-usaha lain di daerah belakang (hinterland)4 yang digerakkan oleh adanya aktivitas pelabuhan dan pada gilirannya akan memberikan nilai tambah ekonomi pada daerah sekitar atau belakang pelabuhan.5

Kegiatan ekonomi yang berlangsung di dalam maupun di luar pelabuhan

Gunungsitoli sejak tahun 1980 hingga tahun 1990 memberikan lapangan pekerjaan

bagi masyarakat sekitar khususnya masyarakat Kelurahan Pasar dan Labuhan Angin,

4

Hinterland adalah daratan atau daerah pedalaman yang langsung berbatasan dengan wilayah pantai, ataupun wilayah yang dilayani suatu pelabuhan dengan segala fasilitasnya

5

(16)

di antaranya ada sebagai awak kapal, pedagang, buruh pelabuhan, karyawan dan juga

pemberi jasa lainnya seperti calo6

Pertumbuhan pembangunan bagi daerah Gunungsitoli dapat memperbaiki

keadaan sarana ekonomi dan sarana sosial di daerah tersebut. Sarana-sarana yang

menjadi prioritas utama adalah perbaikan jalan, keadaan pelabuhan yang didukung

berbagai sektor, fasilitas kebersihan, air minum, dan tenaga listrik. Pembangunan

yang ada merupakan prasarana yang dibuat pemerintah dalam rangka pembangunan

nasional untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan bagi

masyarakat yang adil dan bijaksana.

. Pada umumnya masyarakat di sekitar pelabuhan

lebih dominan mengisi lapangan pekerjaan baik itu sabagai karyawan, buruh,

pedagang maupun pemberi jasa lainnya dan sebagian berasal dari luar daerah

pelabuhan. Pelabuhan Gunungsitoli memiliki peranan penting dalam kehidupan

masyarakat baik itu dalam bidang perekonomian, pendidikan serta perkembangan

pembangunan di Gunungsitoli. Pembangunan yang ada tidak terlepas dari peran aktif

atau andil masyarakat Gunungsitoli dengan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat.

7

Berdasarakan pemikiran di atas, penulis mencoba mengkaji permasalahan

mengenai pelabuhan yang ada di Gunungsitoli dengan judul “ Perkembangan

Pelabuhan Gunungsitoli Dalam Menunjang Pembangunan di Kabupaten Nias

(1980-1990). Alasan penulis mengambil judul di atas karena tahun 1980 Pelabuhan

Gunungsitoli resmi menjadi Perusahaan Umum, yang sebelumnya merupakan

Perusahaan Negara, dan beroperasi pada Pelabuhan yang baru dan pada tahun 1990

6

Calo adalah orang yang menjual tiket secara illegal. 7

(17)

pelabuhan ini sudah mengalami perkembangan dan mempunyai peranan yang

dominan dalam kegiatan perdagangan, sarana transportasi kelautan yang aman,

murah, lancar, cepat, mudah, teratur dan nyaman.

Selain itu keberadaan pelabuhan Gunungsitoli memberikan pengaruh yang

sangat dominan terhadap mata pencaharian penduduk sehingga taraf kehidupan

masyarakat meningkat, ini mendorong naiknya tingkat kehidupan ekonomi, sosial

masyarakat.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kegiatan pelabuhan Gunungsitoli

2. Bagaimana peranan pelabuhan Gunungsitoli dalam mendukung

pembangunan di Kabupaten Nias

3. Bagaimana pengaruh aktifitas pelabuhan Gunungsitoli terhadap pembangunan

di Kabupaten Nias.

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian yang dilakukan seorang peneliti bertujuan untuk

memperoleh gambaran yang lengkap terhadap permasalahan yang diteliti. Oleh

karena itu penelitian yang akan dilakukan ini juga mempunyai tujuan. Adapun tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan fungsi dan kegiatan pelabuhan Gunungsitoli

2. Menjelaskan peranan pelabuhan Gunungsitoli dalam mendukung

(18)

3. Menjelaskan pengaruh aktifitas pelabuhan Gunungsitoli terhadap

pembangunan di Kabupaten Nias.

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dapat memberikan sumbangan pemahaman mengenai keberadaan pelabuhan

Gunungsitoli di Kabupaten Nias

2. Memberikan informasi mengenai perkembangan pelabuhan Gunungsitoli

kepada lingkungan akademis.

3. Menambah distribusi dan pengkajian sejarah Kabupaten Nias

4. Tinjauan Pustaka

Pelabuhan merupakan suatu jembatan antar daratan dan lautan sebagai sarana

aktifitas manusia. Agar perdagangan di pelabuhan mengalami kemajuan perlu

pengaturan dan pengolahan yang baik dan efisien. Dengan pengolahan yang baik dan

efisien, pelabuhan dapat memberikan pelayanan bagi pengguna jasa pelabuhan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh H. A. Abbass Salm, dalam bukunya yang

berjudul ‘Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan’ bahwa secara umum dapat

dikemukakan kegiatan yang dilakukan mendapat pengaturan performansi pelabuhan

dalam arti kelancaran operasi untuk mencapai efisiensi yang lebih matang. Dengan

teraturnya pengolahan pelabuhan memberikan pelayanan terhadap pelanggannya.

Dalam memberikan penggunaan fasilitas pelabuhan yang tepat terhadap kapal untuk

(19)

Menurut Bambang dalam bukunya pelabuhan (1996), pelabuhan dapat

diartikan sebagai daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang

dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat

bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar muatannya, dan

gudang-gudang dimana barang-barang disimpan dalam waktu yang lebih lama selama

menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. Terminal ini dilengkapi

dengan jalan raya atau saluran pelayaran darat.

Tipe-tipe dalam pelabuhan , mempunyai fungsi-fungsi tersendiri. Antara lain

adalah dari segi penyelenggaraan, pengusahaannya, fungsi dalam perdagangan

nasional dan internasional, segi kegunaan dan letak geografisnya. Seperti halnya

untuk mencapai semua itu ada beberapa faktor yang perlu diketahui misalkan

kemudahan dalam menggunakan fasilitas pelabuhannya serta fungsi.

Menurut S. Kramadibrata dalam bukunya “Perencanaan Pelabuhan’

menyatakan bahwa : Pelabuhan sebagai titik simpul yang merupakan suatu jembatan

antar daratan dan lautan sebagai sarana aktivitas manusia memerlukan suatu

perencanaan yang efisien sehingga menghasilkan keseimbangan di berbagai sektor

kehidupan masyarakat. Sektor-sektor tersebut meliputi sektor sosial, sektor ekonomi,

sektor teknologi dan administrasi. Semua sektor tersebut saling berkesinambungan

satu sama lainnya

Dalam tinjauan pustaka ini, memang tidak dipaparkan secara historis, namun

(20)

5.Metode Penelitian

Penulisan dalam skripsi ini adalah pengkajian terhadap peristiwa masa

lampau, Untuk itu, penulis menggunakan metode penelitian historis. Dengan metode

ini penulis berusaha untuk mencari penjelasan tentang masa lampau dengan harapan

akan ditemukan suatu generalisasi yang berguna untuk memahami

kenyataan-kenyataan sejarah. Untuk memperoleh data yang akurat perlu dilakukan suatu

penyusunan metode, tujuannya agar penelitian dapat berjalan dengan baik serta dapat

memahami secara akurat objek penelitian yang dimaksud. Untuk mencapai suatu

hasil yang maksimal perlu dilakukan tahapan demi tahapan.

Tahapan pertama yang dilakukan adalah Heuristik dengan mengumpulkan

data, fakta-fakta dan sumber yang sesuai dan mendukung objek yang diteliti.

Pengumpulan sumber-sumber sejarah ini dilakukan dengan cara wawancara dan

penelitian pustaka. Melalui sumber lisan, penulis melakukan wawancara tidak

berstruktur, bagaimana perkembangan pelabuhan menurut masyarakat kabupaten

Nias terutama kepada para pegawai pelabuhan, para nelayan, buruh pelabuhan, dan

pengguna jasa pelabuhan. Para informan telah menguraikan baik sisi

perkembangannya ataupun pelayanan pelabuhan. Selain itu juga mengumpulkan

data-data mengenai angka-angka perkembangan produksi jasa pelabuhan dan juga

pendapatan jasa pelabuhan sehingga penulis dapat melihat perkembangan yang terjadi

dari tahun ke tahun. Selain itu wawancara berstruktur mengupayakan pandangan

masyarakat Kabupaten Nias mengenai pelabuhan yang telah memberikan topangan

(21)

Untuk melengkapi sumber-sumber selanjutnya dilakukan juga studi pustaka

yaitu dengan membaca buku-buku, majalah atau referensi yang ada hubungannya

dengan pelabuhan yang diteliti. Sumber-sumber yang didapat dari studi pustaka

digabungkan dan kemudian dijabarkan secara sistematis hingga dapat diwujudkan

dalam bentuk penulisan.

Tahapan kedua yang dilakukan adalah Kritik Sumber. Setelah data-data

terkumpul maka digunakan kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern yaitu berupa

pengujian atas keaslian isi data yang di peroleh, apakah data tersebut dapat dipercaya

berdasarkan komposisi dan legalitas data tersebut. Kemudian kritik ekstern meliputi

berbagai sumber yang dikumpulkan baik berupa dokumen atau pustaka dimana aspek

fisiknya tersebut diuji dengan memperhatikan aspek dominan yang mempengaruhi

kondisi dokumen itu, seperti gaya bahasa, jenis tulisan, ejaan yang digunakan

sehingga mendapatkan sumber yang autentik

Tahapan ketiga yang dilakukan adalah Interpretasi, data yang diperoleh

dianalisis sehingga melahirkan suatu analisis yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah

dari objek yang diteliti. sumber yang diperoleh merupakan perekat atau penghubung

sumber dari sumber yang satu ke sumber yang lain.

Tahapan keempat yang dilakukan adalah Historiografi, yakni penyusunan

karya ilmiah yang dapat dipercaya menjadi suatu kisah atau kajian yang menarik

(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2.1 Letak Geografis

Kabupaten Nias (Pulau Nias) merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah

Propinsi Sumatera Utara yang berada di sebelah Barat Pulau Sumatera berjarak ± 92

mil laut dari kota Sibolga (Kabupaten Tapanuli Tengah). Secara geografis wilayah

Kabupaten Nias terletak di antara 00 12’ - 10 32’ Lintang Utara dan 97 – 980 Bujur

Timur. Kabupaten Nias secara administratif terdiri dari 17 kecamatan, 6 Kelurahan,

651 desa dan 5 perwakilan. Luas total Kabupaten Nias 5.625 KM2 atau sekitar

7,82% luas Sumatera Utara secara keseluruhan, dan berada di bagian barat daya

wilayah Propinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk 17.779 jiwa. Kabupaten

Nias terdiri dari 131 pulau kecil dimana 37 pulau dihuni oleh manusia dan 95 pulau

lainnya belum dihuni manusia.

Batas- batas wilayah pulau Nias adalah sebelah Utara berbatasan dengan

pulau-pulau banyak propinsi daerah Istimewa aceh, sebelah Selatan berbatasan

dengan pulau-pulau Mentawai propinsi Sumatera Barat, sebelah Timur berbatasan

dengan pualu-pulau Mursala kabupaten Tapanuli Tengah, sebelah Barat berbatasan

dengan Samudera hindia

Kabupaten Nias memiliki 5 macam jenis tanah yaitu tanah Podsolid berwarna

(23)

coklat tua dan coklat kekuningan, tanah gleisol berwarna coklat tua kekuningan,

tanah Lotosol berwarna coklat keabuan.

Topografi pulau Nias berupa bukit-bukit yang sempit dan terjal serta

pegunungan yang memiliki ketinggian hingga 800 meter di atas pemukaaan laut.

Bagian wilayahnya yang berupa dataran rendah sampai bergelombang mencapai

jumlah 24%, tanah bergelombang sampai berbukit 28,8% sedangkan tanah berbukit

sampai pegunungan mencapai 51,2% dari seluruh luas dataran. Dataran rendah

terdapat di bagian tepi pulau, dan sebagian tepi pulau Nias tersebut merupakan tebing

karang yang menyulitkan pencapaiaanya dari arah laut. Daerah perbukitan berada di

bagian tengah pulau, menyebabkan kota-kota utama di Kabpaten Nias terletak di tepi

pantai. Dengan kondisi topografi yang demikian mengakibatkan sulitnya membuat

jalan-jalan lurus dan lebar.

Kabupaten Nias terletak di daerah khatulistiwa yang curah hujannya cukup

tinggi. Menurut data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) kabupaten Nias,

rata-rata curah hujan pertahun 3.145,1 mm. Curah hujan tinggi dan relatif turun

sepanjang tahun, hujan 248 hari dalam setahun dan sering kali disertai angin badai

besar. Musim badai biasanya berkisar antara bulan April-oktober, tetapi

kadang-kadang terjadinya pada bulan-bulan lainnya, sering kali terjadi perubahan secara

mendadak. Selain struktur batuan dan susunan tanah yang labil mengakibatkan

seringnya banjir bandang dan terdapat patahan jalan-jalan aspal dan longsor di

beberapa tempat, bahkan sering terjadi daerah aliran sungai yang berpindah-pindah.

Keadaan iklim pulau Nias dipengaruhi Samudera Indonesia. Suhu udara berkisar

(24)

Kabupaten Nias terdiri dari 104 buah pulau besar dan kecil, banyaknya pulau

yang dihuni 21 pulau sementara yang tidak dihuni berjumlah 99 pulau. Luas pulau-

pulau besar yaitu Pulau Nias ± 5.449,70 km2, Tanah Bala ± 39,67 km2, Pulau Tanah

Masa ± 32,16 km2, Pulau Tello ± 18,00 km2, Pulau Pini ± 15,36 km2, Pulau Bawa ±

12,50 km2, Pulau Hinako ± 10,80 km2.8

Garis- garis besar haluan negara menyatakan bahwa jumlah penduduk yang

besar dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan

nasional. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sangat sulit untuk meningkatkan

mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata

Kabupaten Nias memiliki sungai-sungai besar, sedang dan kecil. Sungai dapat

menjadi kendala dalam bidang perhubungan darat, karena harus membangun begitu

banyak jembatan besar dan ratusan bubusan kecil yang akan memerlukan dana yang

sangat besar untuk membangunnya, namun sungai dapat juga menjadi peluang jika

dapat dimanfaatkan dengan baik di bidang pertanian, seperti air untuk irigasi.

2.2 Keadaan Demografi 2.2.1 Penduduk

9

8

BPS, Nias Dalam Angka 1990, Gunungsitoli: Kerjasama Badan Perencanaan pembangunan Daerah Tingkat II Nias, 1991 hal. 15

9

Ibid, Hal.2

. Hal ini berarti bahwa

penduduk dengan jumlah yang sangat besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan

mudah dicapai. Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai

(25)

Menurunnya tingkat kelahiran, meningkatnya arus perpindahan suatu daerah dan

proses urbanisasi akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

TABEL 2.2.1

JUMLAH PENDUDUK DI KABUPATEN NIAS TAHUN 1980-1990

TAHUN

KABUPATEN NIAS

1980 468,021

1981 476,480

1982 486,300

1983 502,214

1984 519,640

1985 531,629

1986 550,827

1987 560,632

1989 575,584

1990 588,643

Sumber : BPS Kabupaten Nias

Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa dari tahun ketahun jumlah

penduduk Nias mengalami peningkatan, dengan laju pertumbuhan penduduk yang

dipengaruhi oleh meningkatnya derajat kehidupan sosial masyarakat, khususnya di

(26)

mempengaruhi jumlah pertumbuahan penduduk adalah meningkatnya arus urbanisasi

dari desa ke kota, seperti pencari kerja ke Gunungsitoli.

2.2.2 Agama

Masyarakat Nias telah ada sejak 500 tahun yang silam. Sebelum masuknya

agama di pulau Nias, masyarakat sudah mempunyai kepercayaan sendiri yaitu

politeisme (kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu Tuhan) dan animisme

(kepercayaan kepada roh dan benda- benda mati)

Masuknya agama Islam di daratan Nias tidak dapat diketahui secara pasti,

namun diperkirakan masuk melalui sektor perdagangan. Suku Nias yang beragama

Islam yang terkenal adalah Balugu Luaha Nasi Zebua yang berasal dari desa

Ononamolo I Lot yang merantau dan memeluk agama Islam di pantai barat Tanah

Minang. Sekitar tahun 1645 Tengku Pohan yang merupakan keturunan Iskandar

Muda dari Meulaboh Aceh Barat tiba di pulau Nias dan menikah dengan seorang

gadis Nias bernama Bowo Ana’a. Perkembangan agama Islam ditandai dengan

berdirinya Surau pertama di Nias yang terletak di kota Gunungsitoli sekitar tahun

1115 H/ 1695 M dan sekaligus menjadi embrio berdirinya Masjid Ilir tahun 1907.10

Penyebaran agama Kristen di tanah Nias dibawa oleh seorang misionaris

berkebangsaan Jerman bernama Denninger. Pada tahun 1861 Denninger ditugaskan

untuk pergi ke Sumatera menunjang pelayanan pengabaran injil yang telah dimulai di

tanah Batak, namun diperjalanan istrinya sakit sehingga mereka terpaksa tinggal di

10

(27)

Padang. Setelah beberapa tahun tinggal di Padang, Denninger memiliki keinginan

yang kuat langsung ke Nias. Pada tanggal 27 september 1865 dia tiba di Nias dan

inilah yang kemudian dijadikan sebagai awal kedatangan Berita Injil di pulau Nias

dan secara khusus dirayakan sebagai Yubilium oleh gereja BNKP dan pada tahun

1936 ditetapkan berdirinya gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP)11

Misi agama Katholik di Nias diawali dengan masuknya dua orang Pastor

Muda yaitu Pastor Jean Pierre Vallon dan Pastor Jean Laurent Berard yang

ditugaskan oleh uskup Florens dari Perancis dan mereka tiba di Nias tanggal 14

Desember 1832.

.

12

11

Ibid, Hal. 25

12

(28)

TABEL 2.2.2

JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN NIAS

BERDASARKAN AGAMA YANG DIANUT TAHUN 1980-1990

Kecamatan Agama Jumlah

Islam Kristen Hindu Budha

Protestan Katolik

1.Idano Gawo 2.Sirombu 3.Mandrehe 4.Gido 5.Lolofitu Moi 6.Gunung Sitoli 7.Hiliduho 8.Alasa 9.Lahewa 10.Tuhemberua 1,021 1,634 91 1,275 42 12351 48 316 4,044 3,256 44,135 16,507 34,949 43,652 31,915 54,055 24,476 30,872 25,677 47,846 3,181 1,589 9,428 3,083 3,546 4,377 6,441 9,397 3,695 2,886 4 2 0 0 33 1 0 1 1 20 0 0 371 8 14 0 48,342 19,752 44,468 48,010 35,503 71,18 30,965 40,598 33,430 53,989

Sumber : BPS Kabupaten Nias

Penduduk di Kabupaten Nias 80% memeluk agama Kristen (terutama

(29)

sepuluh tahun beliau bekerja menyebarkan ajaran yang dibawanya, namuna hanya 25

orang yang resmi menjadi kristen. Seterusnya perkembangan keagamaan dapat dilihat

dari statistik pada akhir 1952 sebagai berikut : Protestan 202.165 penganut, Roma

Khatolik 7. 087 penganut, Islam 19.271 penganut, Animisme dan lain-lain 21.008.

Penduduk Nias pada akhir 1952 berjumlah 245.381 jiwa, selain itu terdapat rumah

ibadah seperti gereja yang jumlahnya 303 buah dan mesjid berjumlah 73 buah.

Penganut agama Islam kebanyakan terdiri dari orang-orang Aceh (suku

polem) dan Sumatera Barat (suku tanjung). Pada akhir tahun 1947 dan awal tahun

1950 pernah terjadi propokasi untuk mengadu domba antara umat Kristen dengan

umat Islam tapi berkat kebijaksanaan pemimpinya serta keinsafaan penduduk dalam

menjalankan ibadahnya segala hasutan dapat diatasi.

TABEL 2.2.3

JUMLAH RUMAH IBADAH MENURUT JENIS DAN KECAMATAN DI

KABUPATEN NIAS TAHUN 1980-1990

Kecamatan Agama Jumlah

Islam Kristen Hindu Budha

(30)

1.Idano Gawo 2.Bawolatu 3.Sirombu 4.Mandrehe 5.Gido 6.Lolotifu Moi 7.Gunungsitoli 8.Hiliduho 9.Alasa 10.Nahomalu Esiwa 11. Lahewa 12. Afulu 13. Tuhemberua 14. Lotu 4 - 8 - 6 1 15 - - - 21 3 20 1 113 130 65 125 210 126 113 64 75 60 60 26 65 51 16 8 10 43 29 30 10 45 30 120 20 10 33 7 - - - - - - 1 - - - - - - - - - 1 - - - 1 - - - - - - - 133 138 87 169 248 157 161 109 105 180 103 39 121 59

Sumber : BPS Kabupaten Nias

2.2.3 Budaya

Daerah Nias memiliki sejarah kemegahan masa lampau yang tak ternilai

harganya. Hal ini bisa dibuktikan dari penemuan kebudayaan megalitik dari masa

3000-5000 tahun sebelum Masehi atau sekitar 2500-5000 tahun silam, ditemukannya

(31)

moyang suku Nias. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti asal-usul nenek

moyang suku Nias atau “Suku Ono Niha”. Namun banyak anggapan yang

menyatakan bahwa nenek moyang suku Nias dahulunya adalah pelaut dan memasuki

daerah pedalaman kecamatan Gomo (Kabupaten Nias Selatan). diyakini dari seluruh

pelosok tanah Nias.

Nias sangat sangat kaya akan berbagai unsur budaya yang memiliki ciri khas

tersendiri seperti unsur bahasa, hukum adat, kesenian, arsitektur rumah, olahraga, dan

pesta-pesta adat seperti masa panen, perkawinan, pengangkatan gelar, dan lain

sebagainya. Pertalian daerah dan darah yang masih kuat menyebabkan semangat

tolong-menolong masih tetap hidup diantara rakyat, sehingga umumnya tidak

terdapat orang-orang yang terlantar.

2.2.4 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk

dalam suatu daerah. Semakin tinggi dan semakin merata tingkat pendidikan suatu

daerah, semakin maju daerah tersebut. Pada tahapan tertentu tingkat pendidikan dapat

meningkatkan status sosial dalam kehidupan penduduk. Pemerataan kesempatan

pendidikan senantiasa diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar

seperti gedung sekolah baru dan penambahan tenaga pengajar mulai dari tingkat

pendidikan terendah sampai jenjang tertinggi. Ketersediaan fasilitas pendidikan di

kabupaten Nias masih jauh dari yang diharapkan baik dari jumlah gedung sekolah,

(32)

Tingkat partisipasi sekolah erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan

masyarakat tersebut. Semakin sejahtera penduduk suatu daerah, maka tingkat

partisipasi sekolah juga akan semakin tinggi. Penyebab utama rendahnya angka

partisipasi sekolah (putus sekolah) adalah tingkat perekonomian keluarga yang

kurang mendukung karena sebagian besar penghasilan masih ditujukan untuk

[image:32.612.115.531.333.705.2]

memenuhi kebutuhan pangan (makanan) di samping faktor- faktor lainnya.

TABEL 2.2.4

JUMLAH SEKOLAH DI KABUPATEN NIAS TAHUN 1980-1990

No Kecamatan TK SD SLTP SLTA Jumlah

1 Idano Gawo 1 27 1 1 30

2 Bawolatu 1 16 2 - 19

3 Sirombu 2 22 4 1 27

4 Mandrehe 1 44 9 3 57

5 Gido 6 38 3 2 49

6 Lolofitu Moi - 27 4 2 33

7 Gunungsitoli 9 62 14 9 94

8 Hiliduho - 36 4 5 45

9 Alasa - 33 4 1 38

10 Namohalu Esiwa 1 13 1 - 15

11 Lahewa 3 33 5 1 42

(33)

13 Tuhemberua - 42 4 1 47

14 Lotu 1 12 4 1 18

JUMLAH 25 419 61 27 532

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Nias

Tingginya tingkat pendidikan dalam suatu daerah sangat berpengaruh

terhadap sumber daya manusia daerah tersebut. Salah satu indikator meningkatnya

kualitas sumber daya manusia suatu daerah dapat dilihat dari tingginya tingkat

pendidikan penduduknya.

Pada tahun 1920 berdirilah sebuah sekolah Belanda “Melsjesvervolgschool”

dan pada tahun 1932 didirikan sebuah HIS atas inisiatif partikulir yang kemudian

menjadi Chr. HIS (Dr. Nomensen Schoolvereniging).

Menurut catatan dalam tahun 1950 jumlah murid-murid sekolah, 15.605 dan

Guru-guru 342 orang. Terdapat 35 sekolah rendah, 109 sekolah rendah permulaan, 1

sekolah keputrian,dan satu sekolah menengah pertama (murid 65 orang dan 3 orang

guru). Menurut data yang diperoleh pada bulan juli 1952, di Kabupaten Nias terdapat

160 buah Sekolah Rakyat, diantaranya Sekolah Rakyat III berjumlah 114 buah dan

Sekolah Rakyat IV berjumlah 46 buah. Jumlah murid seluruhnya 18.233 orang,

dimana laki-laki berjumlah 14.137 orang dan perempuan berjumlah 4096 orang,

guru-gurunya berjumlah 428 orang.

Hasrat penduduk untuk kemajuan pendidikan dapat terlihat dari kegiatan

rakyat mendirikan sekolah-sekolah baru. Dalam tiap-tiap Negeri (ori) dibentuk Badan

(34)

guru-guru, usaha pendidikan dapat berjalan terus walaupun hubungan dengan departemen

pendidikan nasional pada waktu itu masih terbatas. Untuk perbandingan dapat

dipaparkan bahwa di jaman Hindia Belanda terdapat sekolah Rakyat (3 tahun) dan

beberapa saja sekolah Rakyat yang masa pendidikannya selama 5 tahun. Dari sekolah

Rakyat ini siswanya dapat melanjutkan ke sekolah Seminari yang masa

pendidikannya selama 3-4 tahun dan setelah tamat dari pendidikan dapat menjadi

guru di sekolah Rakyat yang masa pendidikannya 3 tahun.

2.2.5 Kesehatan

Di seluruh Kabupaten Nias ada 5 rumah sakit. Kemudian pada masa Jepang di

tambah beberapa kecamatan yang merupakan poliklinik. Pada zaman merdeka

poliklinik di kecamatan itu kemudian di jadikan rumah sakit. Sebelum perang di

Gunungsitoli ada dua Dokter yaitu seorang dari Gouvernement dan seorang dari

Zending. Koni disana sudah ada lagi dua dokter bangsa asing yang bekerja pada

pemerintahan dan di tempatkan di Gunugsitoli.

Program pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup serta

mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Peningkatan

fasilitas kesehatan di kabupaten Nias terus diupayakan dari tahun 1980 dengan tujuan

untuk memudahkan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Disamping

(35)

buah fasilitas kesehatan lainnya seperti balai pengobatan swasta, praktek dokter, dan

[image:35.612.114.528.194.668.2]

toko obat

TABEL 2.2.5

FASILITAS KESEHATAN DI KABUPATEN NIAS TAHUN 1980-1990

No Kecamatan Jlh

Desa

RSU Puskesmas Pustu BP Swasta Toko

Obat

1 Idano Gawo 26 - 1 4 2 1

2 Bawolato 16 - 1 6 - -

3 Sirombu 36 - 1 7 2 -

4 Mandrehe 62 - 1 10 2 1

5 Gido 49 - 2 7 1 2

6 Llofitu Moi 35 - 1 8 1 -

7 Gunungsitoli 60 1 2 10 10 14

8 Hiliduho 39 - 2 7 - -

9 Alasa 27 - 1 11 - -

10 Namohalu 12 - 1 4 - -

11 Esiwa 27 - 1 7 - 4

12 Afulu 9 - 1 6 - -

13 Tuhemberua 31 - 2 7 1 -

14 Lotu 14 - 1 4 - -

JUMLAH 443 1 18 98 19 22

(36)

2.3 Latar Belakang Historis 2.3.1 Zaman Penjajahan Belanda

Sejak tahun 1864 daerah Nias merupakan bagian wilayah Residentil Tapanuli

yang termasuk dalam lingkungan Goverment Sumatera Wesiklet. Sejak tahun 1864

secara efektif pemerintahan Hindia Belanda mengatur pemerintahan di Nias sebagai

bagian wilayah Hindia Belanda pada saat itu.

Sejak tahun 1991 Residen Tapanuli tidak lagi terdiri dari tiga afdeling, tetapi telah

menjadi empat afdeling yang masing-masing dipimpin oleh seorang asisten, yaitu :

Afdeling Sibolga dan sekitarnya dengan ibukota Sibolga

Afdeling Padang Sidempuan dengan ibukota Padang Sidempuan

Afdeling Batak Landen dengan ibukota Tarutung

Afdeling Nias termasuk pulau-pulau sekitarnya (kecuali pulau-pulau batu)

yang merupakan afdeling yang baru dibentuk pada tahun 1991 dengan ibukota

Gunungsitoli

Pembentukan daerah Nias sebagai satu afdeling didasarkan pada

pertimbangan antropologis, tidak ada pemerintahan yang meliputi keseluruhan daerah

Nias yang dialami oleh Suku Nias. Afdeling Nias terdiri dari dua Onderafdeeling

yaitu Onderafdeling Nias Selatan denagn ibukota teluk dalam dan Onderafdeling

Nias Utara denang ibukota Gunungsitoli yang masing- masing dipimpin oleh seorang

Controleur atau Gezeghebber

Di bawah Onderafdeling terdapat lagi satu tingkat pemerintahan yang disebut

(37)

Asisten Demang. Batas antara masing- masing wilayah tersebut tidak ditentukan

secara tegas. Onderafdeeling nord Nias terbagi atas satu satu distrik, yaitu Distrik

Gunungsitoli dan empat Onderdistrik, yaitu Onderdistrik Idawo Gawo, Onderdistrik

Hiliguigui, Onderdistrik Lahewa, dan onderdistrik Lahagu. Onderdistik Zuid Nias

terbagi atas satu distrik, yaitu : Distirk Teluk Dalam dan dua Onderdistrik, yaitu :

Onderdistrik Balaekha dan Onderdistrik Lolowau.

2.3.2 Zaman Pendudukan Jepang

Pada zaman pendudukan Jepang, sebagaimana halnya di seluruh Indonesia

waktu itu berdasarkan Undang-undang No.1 tahun 1942 pembagian wilayah

pemerintahan di derah Nias pemerintahan Hindia Belanda, kecuali Onderafdeeling

dihilangkan, yang mengalami perubahan, hanya namanya saja yaitu : afdeling diganti

dengan nama Gunsu Sibu yang dipimpin oleh seorang Setyotyo, distirk diganti dengan

nama Gun yang dipimpin oleh seorang Guntyo, onderdistrik diganti dengan nama

Fuku Gu yang dipimpin oleh seorang Fuku Guntyo

Mengenai peraturan pemerintahan juga didasarkan undang- undang Nomor 1

tahun 1942 yang mengatakan bahwa semua badan pemerintahan dan kekuasaannya,

hukum, dan undang- undang dari pemerintahan Hindia Belanda untuk sementara

diakui sah asal tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer Jepang.

2.3.3 Zaman Kemerdekaan

Pada tahun-tahun pertama zaman kemerdekaan pembagian wilayah

(38)

pemerintahan, yang berubah hanya nama wilayah dan nama pimpinannya seperti :

Nias Gunsu Sibu diganti nama Pemerintahan Nias yang dipimpin oleh Kepala Luhak,

Gun diganti dengan nama Urung yang dipimpin oleh seorang asisten kepala Urung

(Demang), Fuku Gun diganti dengan nama Urung kecil yang dipimpin oleh kepala

urung kecil (Asisten Demang).

Sesuai dengan jumlah distrik dan Onderdistrik pada zaman Belanda,

pembagian nama tetap berlaku pada zaman Jepang, maka pada awal kemerdekaan

terdapat sembilan kecamatan. Hanya saja di antara kecamatan itu terdapat tiga

kecamatan yang mengalami perubahan nama dan lokasi ibukota yaitu :Onderdistrik

Hiliguigui menjadi kecamatan Tuhemberua, Onderdistrik Lahagu menjadi kecamatan

Mandrehe dengan ibukota Mandrehe, Onderdistrik Balaekha menjadi kecamatan

Lahusa dengan ibokota Lahusa.

Pada Tahun 1945 Komite Nasional Daerah (KND) dihapuskan dan dibentuk

suatu lembaga baru yaitu Dewan Perwakilan Rakyat. Pada tahun 1946 daerah Nias

berubah dari Pemerintahan Nias menjadi Kabupaten Nias yang dipimpin oleh seorang

bupati.. Pada tahun 1953 di bentuk tiga kecamatan, yaitu :

1. kecamatan Gido yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah Kecamatan

Gunungsitoli dan sebagian diambil dari kecamatan Idano Gawo, dengan

ibukota Lahemo

2. Kecamatan Gomo yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah kecamatan

Idano Gawo dan sebagian dari wilayah kecamatan Lahusa dengan ibukota

(39)

3. Kecamatan Alasa yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah kecamatan

lahewa, sebagian dari wilayah kecamatan Tuhemberua dan sebagian dari

wilayah kecamatan Mandrehe dengan ibukota Ombolata.

Pada tahun 1956 dibentuk satu kecamatan baru yaitu kecamatan Sirombu

yang wilayahnya sebagian dari wilayah kecamatan Mandrehe dan sebagian dari

wilayah kecamatan Lolowau. Pada tahun 1956 dengan undang- undang No. 7 tahun

1956 Kabupaten Nias di tetapkan sebagai daerah otonom yang disebut Daerah

Swatantra Kabupaten Daerah Tingkat II Nias, Yang dipimpin oleh Bupati Kepala

Daerah. Disamping Bupati kepala daerah dibentuk dewan pemerintahan Daerah yang

dipilih dari anggota DPRD. Pada tahun 1961 samapi dengan tahun 1969 ketua DPRD

langsung dirangkap oleh Bupati Kepala Daerah. Untuk membantu Bupati Kepala

Daerah dalam menjalankan roda pemerintahan sehari- hari dibentuk Badan

Pemerintahan Harian sebagai ganti DPD yang telah dihapuskan.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa perubahan- perubahan pemerintahan di

Kabupaten Nias, mengikuti perubahan- perubahan tentang pemerintahan di daerah

yang berlaku secara nasional. Desa/ Kelurahan sebagai tingkat pemerintahan yang

paling bawah, di Kabupaten Nias terdapat sebanyak 657 buah. Desa/kelurahan

tersebut karena persekutuan masyarakat menurut setempat, yang dahulunya masing-

masing berdiri sendiri- sendiri tanpa ada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi yang

(40)

sampai tahun 1967 terdapat satu tingkat pemerintahan lagi diantara kecamatan

dengan desa/kelurahan yang disebut Ori13

13

Ori adalah kepala suku/ kepala daerah yang dibentuk karena perserikatan beberapa desa yang menyangkut pesta dan adat-istiadat.

yang meliputi beberapa desa.

Memang Ori ini sejak awal kemerdekaan telah ada di dibentuk karena

perserikatan beberapa desa yang menyangkut pesta, sedang masalah-masalah

pemerintahan desa langsung diatur oleh masing- masing desa. Wilayah Kabupaten

Nias yang terdiri dari 22 kecamatan yaitu : Kecamatan Idanogawo, Bawolato,

Sirombu, Mandrehe, Gido, Lolofitu Moi, Gunungsitoli, Hiliduho, Alasa, Namohalu

Esiwa, Lahewa, Afulu, Tuhemberua, Lotu, Amandraya, Lahusa, Teluk Dalam,

(41)

BAB III

KEBERADAAN DAN KEGIATAN PELABUHAN GUNUNGSITOLI

3.1 Berdirinya Pelabuhan Gunungsitoli

Pelabuhan Gunungsitoli pada mulanya terletak di daerah Moawo yang

berjarak sekitar 7 km dari pusat kota. Pelabuhan Gunungsitoli yang terletak di daerah

Moawo ini didirikan sekitar abad XVIII (tahun 1864) oleh pemerintah Kolonial

Belanda yang awalnya hanya merupakan sebuah bandar kecil14

14

Wawancara dengan Bapak Bazatulo Zega ,Nias (Gunungsitoli), tanggal 9 Mei 2010 pukul 11.00 Wib.

.

Perkembangan yang semakin meningkat akibat tingkat urbanisasi dan

kelahiran, maka bandar Gunungsitoli yang terletak di daerah Moawo tidak dapat

bertahan lagi membendung arus pertambahan penduduk, kegiatan perdagangan

maupun untuk menyediakan sarana perkantoran dan tempat-tempat pemukiman

penduduk. Kemudian pemerintah Kolonial Belanda sekitar pertengahan abad XX

(tahun 1926) memindahkan bandar Gunungsitoli ke dalam pusat kota yang berjarak 7

Km dari tempat semula yang berhadapan dengan Rumah Dinas Bupati.

Pada tahun 1980 pelabuhan yang berada di dalam pusat kota ini kembali

dipindahkan ke daerah Labuhan Angin. Hal ini disebabkan karena pelabuhan yang

ada tidak mampu lagi menampung segala kegiatan pelabuhan, juga lokasi yang

kurang memungkinkan untuk dikembangkan. Namun pelabuhan ini masih tetap

digunakan tapi merupakan pelabuhan cadangan apabila aktivitas pelabuhan yang baru

(42)

Istilah bandar Gunungsitoli berubah menjadi pelabuhan sekitar tahun 1926

yaitu pada saat terbitnya staatsblad No. 234 tahun 1926 oleh Kolonial Belanda yang

memuat tentang batasan daerah pelabuhan Gunungsitoli.

Batas pelabuhan Gunungsitoli menurut staadblad tahun 1926 nomor 249

mengenai batas-batas Pelabuhan Gunugsitoli yaitu pada posisi 01017’-28” LU /

97036’-25” BT, yang dikelilingi oleh beberapa pulau kecil15

15

Soedjono Wihoho, Sarana- Sarana Penunjang Pengangkutan Laut, Jakarta : PT Bina Aksara, 1983, hal. 23

. Pelabuhan Gunungsitoli

mempunyai luas areal lebih kurang 15.290 M2 dengan keadaan hidrografi dan

oceanografi sebagai berikut :

1. Hidrogafi

Secara morfologi pelabuhan Gunungsitoli terletak di daerah dataran rendah

dengan pantai yang sempit. Di sebelah barat terdapat puncak bukit dengan

ketinggian 184 meter. Keadaan hidro-oseanografi kawasan sekitar pelabuhan

Gunungsitoli adalah landai, banyak ditumbuhi pohon kelapa. Dasar laut di sekitar

kawasan pelabuhan Gunungsitoli terjal terdiri dari lumpur karang dan lumpur

pasir. Untuk posisi berlabuh yang paling baik pada kedalaman kira-kira 36 meter.

Kedalaman di depan dermaga 11,6 m LWS

2. Pasang surut

Tipe pasang surutnya harian ganda dengan tinggi air rata-rata pada saat pasang

perbani 50 cm dan saat pasang mati 20 cm, muka surut terletak 70 cm dibawah

DT

(43)

Gelombang kolam dipelabuhan tidak ada, diluar kolam gelombang tertinggi 1,5

M dan rata-rata 0,50 M pada bulan Desember-Mei dan gelombang tertinggi pada

bulan Juni-Nopember yaitu 2 M dan rata-rata 0,75 M.

4. Arus laut

Arus yang berpengaruh di daerah tersebut adalah sesuai dengan sifat pasutnya

yaitu arus pasut harian ganda yang beraturan

5. Angin

Kecepatan angin maksimal 4 knot s/d 16 knot pada bulan Desember-Mei dan 4

knott s/d 21 knot pada bulan Juni-Nopember.

6. Tekanan atmosfir

Tekanan udara dikawasan ini berkisar antara 1008 milibar s/d 1011 milibar.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945-1949) manajemen

kepelabuhanan masih dipegang oleh Belanda yang dikelola oleh Departemen Van

Scheepvarat. Kemudian setelah adanya pemutusan mata rantai modal Belanda dalam

angkutan laut, pengelolaan pelabuhan mulai dibina oleh Pemerintah Republik

Indonesia sejak tahun 1945 dimana seluruh milik pemerintah Kolonial di Indonesia

dinasionalisasikan serta dikuasai oleh pemerintah Indonesia, dan sejak tahun

1950-1990 Pelabuhan Gunungsitoli dikelola oleh Departemen Perhubungan Republik

Indonesia. Namun konsep pembinaan belum dapat dilaksanakan sebagai mana

mestinya, karena pengelolaan pelabuhan dengan bentuk Perusahaan Negara tidak

memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam UU No. 9 tahun 1969 yang menyangkut

(44)

rakyat Indonesia. Hal ini juga disebabkan karena organisasi yang membina pelabuhan

silih berganti yaitu :

1. Jawatan Pelabuhan (1945-1957)

Sejak terbentuknya Kabinet Republik Indonesia (RIS) tahun 1945, maka

Departemen Van Scheevaart dibubarkan. Kemudian dibentuk Departemen

Pelayaran dan Jawatan. Pelabuhan di bawah naungan Kementerian Pekerjaan

Umum, Tenaga Kerja dan Perhubungan dimana urusan kepelabuhanan dan

angkatan laut ditangani Departemen ini. Jawatan pelabuhan ditunjuk untuk

mengelola pelabuhan yang dipimpin oleh kepala jawatan, misi ini diemban

mengarah kepada konsolidasi organisasi.

2. Perusahaan Jasa Pelabuhan (1957-1968)

Pengelolaan pelabuhan secara konsepsional dimulai dari PN Pelabuhan yang

lebih banyak melayani masyarakat (publik service). Pada periode ini pelabuhan

Indonesia dibagi 8 (delapan) wilayah dengan status perusahaan negara.

Pengelolaan berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No. 130

tahun 1957. PN Pelabuhan Gunungsitoli merupakan pelabuhan induk kecil di

lingkungan pelabuhan Belawan mulai dari pelabuhan Sabang di Aceh sampai

dengan pelabuhan Teluk Bayur di Sumatera Barat.

3. Badan Pengusahaan Pelabuhan (1968-1980)

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi maka PN Pelabuhan dirubah bentuknya

menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) sesuai dengan Peraturan

(45)

dilakukan oleh administrator pelabuhan yang mempunyai fungsi ganda yaitu

fungsi pengusahaan dan pemerintahan.

4. Perusahaan Umum Negara (1980-1990)

Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) dalam pelaksanaannya banyak

ditemukan kendala yang merugikan pemakai jasa, selanjutnya pengelolaan

pelabuhan kembali dirubah menjadi perusahaan umum berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 14 tahun 1980 tanggal 30 april 1980.

Terhitung pada tanggal 1 Mei 1980, pelabuhan yang diusahakan di seluruh

Indonesia resmi menjadi Perusahaan Umum, dimana Pelabuhan Gunungsitoli

adalah salah satu cabang perusahaannya.

5. PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I (1990-2008)

Setelah berjalan hampir 10 Tahun status perusahaan umum pelabuhan

berdasarkan Peraturan Pemerintah N0. 56 tanggal 19 Oktober 1990 dirubah

menjadi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I dengan Akte Notaris Imas Fatimah,

SH tanggal 1 Desember 1991 yang telah diumumkan dalam berita Negara RI No.

8612 tahun 1994 tanggal 1 Nopember 1993. Nama lengkap perusahaan adalah PT.

(Persero) Pelabuhan Indonesia I berkantor pusat di Jalan Krakatau Ujung No. 100

Medan, sedangkan Pelabuhan Gunungsitoli merupakan cabang perusahaan

dengan nama PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Gunungsitoli,

berkantor di Jalan Yos Sudarso Nias.

Pada taun 1952 di kabupaten Nias terdapat tiga pelabuhan laut, yaitu

pelabuhan laut Lahewa, pelabuhan laut Sirombu, dan pelabuhan Gunungsitoli.

(46)

letak Kabupaten Nias yang terpisah dari daratan Sumatera16

16

BPS, Profil Daerah dan Informasi Kabupaten Nias, Gunungsitoli : BAPPEDA, 1992 hal. 112-113

. Untuk memenuhi

trasportasi tersebut ada beberapa perusahaan yang melayani rute Nias- Sumatera

seperti : PT Angkutan Sungai dan Penyeberangan (ASDP) yang berada di bawah

naungan Departemen Perhubungan yang mengoperasikan 2 jenis kapal Ferry dengan

rute tetap Gunungsitoli-Sibolga setiap harinya, yang memiliki kapasitas 420

penumpang, 20 unit kendaraan roda empat dengan bobot barang 100 ton. Selain itu

ada Perusahaan Pelayaran swasta seperti : PT Gunung Silewa Cabang Gunungsitoli

yang mengoperasikan 2 jenis kapal kayu dengan bobot 200 GT, PT Simeuleu Cabang

Gunungsitoli dengan kapasitas rata- rata 240 penumpang dan bobot 171 GT dan PT

Perusahaan Nasional (PELNI) yang mengoperasikan kapal penumpang denagn

frekuensi pelayaran dua minggu sekali dengan rute Jakarta- Padang- Gunungsitoli-

Sibolga pulang pergi.

Jenis transportasi laut yang paling banyak di gunakan setiap harinya adalah

rute Gunungsitoli- Sibolga karena sarana penyeberangan yang ada mampu memenuhi

kebutuhan penumpang dari segi kecepatan waktu maupun kapasitas penumpang.

Perum Pelabuhan Gunungsitoli adalah cabang perusahaan dari pelabuhan I

yang berkedudukan di Medan, dengan bidang usaha pelayanan jasa kepelabuhan

untuk menunjang pelaksanaan Pembangunan Nasional dan sekaligus memupuk

keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Untuk mengembangkan dan

mencapai hal tersebut maka pelabuhan memiliki visi dan misi yaitu sebagai berikut :

(47)

Visi perusahaan dirumuskan sebagai berikut : mewujudkan pelayanan kepelabuhanan yang berkualitas dan berada di dalam jaringan transportasi laut global serta mampu memenuhi harapan “stakeholder”. Visi mengandung makna sebagai berikut :

• Perusahaan berorientasi pasar, berdaya saing dan berdaya cipta tinggi serta memiliki core bussines dan core competence yang memberikan high

added value

• Perusahaan memiliki ciri kemandirian, sehat, transparansi, memiliki sumber daya manusia yang professional

• Memiliki pelabuhan andalan yang tangguh dalam jaringan transportasi laut global

• Merupakan andalan dan kebanggaan masyarakat serta Pemerintahan Daerah dalam kepedulian terhadap lingkungan (community development) 2. Misi Pelabuhan/ Perusahaan

Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan, Perusahaan Umum Negara mempunyai dua misi yaitu corporate mission untuk memperoleh laba, dan port mission untuk mengembang wilayah di dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misi perusahaan dirumuskan sebagai berikut :”Menyediakan jasa kepelabuhan berkualitas yang berperan sebagai pusat logistik, memberikan nilai tambah, serta mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah”. Misi tersebut mengandung enam hal yang merupakan fondasi dalam mengelola perusahaan sebagai berikut :

• Bisnis inti perusahaan adalah pengusahaan jasa kepelabuhanan

• Tujuan utama yang hendak dicapai adalah untuk memuaskan pelanggan dan mendorong pertumbuhan ekonomi

• Laba yang diperoleh dapat meningkatkan pertumbuhan usaha dan memberikan kontribusi kepada negara.

• Kepuasan pelanggan dicapai melalui produk yang berkualitas

• Produk berkualitas dicapai melalui peningkatan dan pemberdayaan sumber daya manusia dan keandalan alat produksi

• Pengusahaan dan pengelolaan jasa kepelabuhanan dilaksanakan dalam kerangka Good Corporate Governance (GCG)

Sampai dengan tahun 1990, perum pelabuhan Gunungsitoli adalah cabang

perusahaan dari pelabuhan I yang berkedudukan di Medan dengan bidang usaha

pelayanan jasa kepelabuhan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan yang

dijalankan17

17

Wawancara dengan Bapak Temazaro Zendrato, Gunungsitoli, tanggal 10 Mei 2010 pukul 10.00 Wib.

(48)

luar daratan Sumatera. Pengembangan atau upaya yang dilakukan oleh perum

pelabuhan dalam mendorong pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Nias.

Pada tahun 1983 di lakukan pengembangan pelabuhan dengan memperpanjang

dermaga untuk memenuhi kepentingan yang semakin meningkat. Hal ini dilakukan

karena pada tahun 1982 kapal-kapal yang berbobot besar sangat sulit untuk

bersandar.

3.2 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pengelolaan Pelabuhan Gunungsitoli

Pelabuhan Gunungsitoli mempunyai struktur organisasi dan tata kerja yang

terkoordinir dengan baik. Hal ini dapat kita lihat berdasarkan bagan struktur

organisasi Perum pelabuhan Gunungsitoli yang menunjukkan bahwa pemberian

perintah atau komando, tugas dan wewenang berasal dari suatu sumber saja sehingga

memudahkan dalam pengambilan keputusan dan dapat bergerak cepat karena

prosedur yang tidak berbelit-belit. Pelabuhan Gunungsitoli merupakan pelabuhan

kelas IV di dalam Perum pelabuhan I yang berkedudukan di Medan.

Struktur organisasi dapat didefenisikan sebagai susunan kerja dari suatu

organisasi yang dikelola. Dalam suatu organisasi ini menunjukkan suatu susunan

kerja yang memiliki hubungan kerja di antara orang-orang yang mempunyai

kedudukan dan tanggungjawab serta wewenang yang berbeda-beda.

Organisasi yang ada mempunyai fungsi masing-masing yang dapat dijabarkan

dalam struktur organisasi yang ada nantinya. Perum pelabuhan mempunyai sistem

(49)

Pengelolaan pelabuhan dapat dengan jelas dilihat dalam tata kerja yang

dilaksanakan pegawainya demi kelancaran arus pelabuhan, disamping itu ketertiban

dan keamanan yang ada akan dijaga terus serta dapat ditingkatkan pelayanannya baik

itu untuk arus penumpang maupun pengapalan barang-barang.

Disini akan dijabarkan sistematika kerja para pegawai perum pelabuhan

Gunungsitoli menurut tata kerja yang ada disini. Adapun struktur pada perum

pelabuhan I Cabang Gunungsitoli yang digambarkan secara sistematika adalah

sebagai berikut :

Manajer sebagai pimpinan organisasi tertinggi pada perum pelabuhan I Cabang

Gunungsitoli bertanggungjawab kepada Direksi Perum Pelabuhan I di Medan atas

tugas dari semua bagian yang ada di Cabang Pelabuhan I Gunungsitoli yaitu :

1. Manajer

Tugasnya adalah :

a. Merencanakan penyediaan dan melaksanakan pengusahaan jasa labuh, tambat,

dermaga dan penumpukan, tanah perairan, persewaan bangunan, listrik, air,

peralatan pelabuhan serta pelayanan umum.

b. Merencanakan penyediaan dan melaksanakan pengusahaan jasa kepanduan

yang meliputi pandu atas kapal dan telekomunikasi pelabuhan.

c. Merencanakan penyediaan dan melaksanakan pengusahaan terminal, peti

kemas dan jasa usaha terminal.

2. Kepala Administrasi Urusan Umum

(50)

a. Menyiapkan perencanaan dan melaksanakan tata usaha kepegawaian,

pengangkatan program pendidikan dan mengembangkan kesehatan,

memberhentikan dan pensiun pegawai.

b. Menyiapkan perencanaan dan melaksanakan penelahaan dan penanganan

masalah hukum, penyusunan peraturan perusahaan dan kegiatan hubungan

masyarakat.

c. Menyiapkan perencanaan dan melaksanakan tata cara perawatan kesehatan

pegawai dan keluarganya serta melaksanakan kegiatan keselamatan kesehatan

kerja.

3. Tata Usaha dan Pers

Tugasnya adalah :

Melaksanakan urusan tata usaha, rumah tangga dan kemanan lingkungan bagi

pelabuhan.

4. Kepala Sub Urusan Data-Data Penting (kasubur Datin)

Tugasnya adalah :

Menyiapkan perencanaan dan melaksanakan pengumpulan dan pengelolaan data,

menyiapkan informasi dan visualisasi, penyusunan laporan dan statistik.

5. Asisten Manajer Dinas Usaha dan Teknik

Tugasnya adalah :

Menyiapkan perencanaan dan melaksanakan pemeliharaan peralatan bongkar

muat, peralatan pemadam kebakaran instalasi listrik, air serta melaksanakan

kegiatan perbengkelan teknik.

(51)

Tugasnya adalah :

Mengusahakan dan melaksanakan kegiatan pelayanan kapal dan barang serta jasa

pelayanan kepelabuhan sebagai produk perusahaan umum pelabuhan I cabang

Gunungsitoli

7. Kepala Sub Dinas Komersial (Kasubdin Komersial)

Tugasnya adalah:

Melaksanakan pengendalian operasional untuk menciptakan keterpaduan

penjualan jasa kepelabuhan yang meliputi pelaksanaan kegiatan promosi untuk

pengembangan usaha, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan jasa

fasilitas pokok pelabuhan, pelayanan jasa kapal, pelayanan penumpukan dan lain

sebagainya.

8. Kepala Sub Dinas Teknik

Tugasnya adalah :

Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan fasilitas peralatan pelabuhan serta

melaksanakan kegiatan perbekalan teknik

9. Asisten Manajer Dinas Keuangan

Tugasnya adalah :

Melaksanakan pengelolaan dan perawatan fasilitas peralatan pelabuhan serta

melaksanakan kegiatan perbekalan teknik.

10. Kepala Sub Dinas Akuntansi (Kasubdin Akuntansi)

Tugasnya adalah :

(52)

b. Melaksanakan penatausahaan pengendalian keuangan, penatausahaan

perpajakan

c. Melaksanakan penyiapan bahan verivikasi

d. Melaksanakan pembukuan

e. Menyiapkan laporan keuangan serta analisis keuangan dan biaya cabang.

11. Kepala Sub Dinas Perbendaharaan (Kasubdin Perbendaharaan)

Tugasnya adalah :

a. Melaksanakan penatausahaan utang piutang

b. Melaksanakan penggajian pegawai

c. Melaksanakan penatausahaan biaya asuransi

d. Menerima, meminjam dan mengeluarkan uang kas / bank dan barang-barang

persediaan

e. Melaksanakan penatausahaan uang cabang.

3.3 Fasilitas dan Kegiatan Pelabuhan Gunungsitoli 3.3.1. Fasilitas Pelabuhan Gunungsitoli

Pada dasarnya jasa kepelabuhanan yang ada pada pelabuhan setempat

merupakan faktor produksi. Untuk itu agar dapat melayani kapal dan barang serta

fungsinya pelabuhan perlu dilengkapi dengan fasilitas yang diperlukan sesuai dengan

(53)

pihak pelabuhan18

1. Jenis pelayanan kapal berupa jasa labuh dan jasa tambat

. Penyelenggaraan perusahaan fasilitas kepelabuhan di dalam usaha

untuk memproduksi jasa-jasa kepelabuhan dilakukan oleh perum pelabuhan.

3.3.2. Kegiatan Pelabuhan Gunungsitoli

Pelabuhan Gunungsitoli bukan saja sekedar sebagai tempat berlabuhnya

kapal, melainkan sebagai lokasi bersandarnya kapal-kapal. Dalam kegiatan ekonomi,

faktor produksi sangat berperan dalam menghasilkan jasa-jasa yang penting untuk

pemasukan pelabuhan itu sendiri. Adapun jenis-jenis pelayanan jasa diantaranya :

2. Jasa pelayanan barang berupa jasa bongkar muat, jasa penumpukan (gudang

dan lapanga), jasa persewaan alat

3. Jasa pelayanan penumpang berupa jasa pas masuk,pas terminal dan pas

dermaga

4. Jasa persewaan yang terdiri dari tanah, perairan dan bangunan

5. Jasa penyediaan terdiri dari air dan listrik

6. Jasa-jasa lain yang dapat menunjang tujuan perusahaan

Jenis jasa-jasa di atas merupakan pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan

untuk menambah pemasukan bagi pelabuhan, agar dapat meningkatkan pelayanan

kepada pengguna/ masyarakat. Jasa-jasa ini merupakan kegiatan-kegiatan pelabuhan

Gunungsitoli yang merupakan hasil dari salah satu pelabuhan di sumatera utara.

Kegiatan-kegiatan Pelabuhan Gunungsitoli merupakan kegiatan perdagangan,

seperti mengangkut bahan sandang dan pangan untuk memenuhi kebutuhan

18

(54)

masyarakat kabupaten Nias serta mengangkut hasil-hasil bumi untuk disalurkan ke

luar pulau nias. Selain itu, pelabuhan Gunungsitoli merupakan alat transportasi laut

bagi para penumpang yang menggunakan jasa pelabuhan. Perdagangan merupakan

kegiatan niaga yang dilakukan dibeberapa transportasi diantaranya pelabuhan, yang

mempermudah kegiatan perdagangan tersebut. Dari Pelabuhan Gunungsitoli inilah

perdagangan dilakukan yang berupa bahan makanan, kertas, buku, bahan sandang,

bahan bangunan dan hasil bumi lainnya.

Kegiatan perdagangan pada Pelabuhan Gunungsitoli sejak tahun 1980 hingga

tahun 1990 mengalami kemajuan. Agar dapat lebih jelasnya maka dapat dilihat dalam

[image:54.612.117.522.471.698.2]

tabel berikut ini :

TABEL 3.3.2

Perkembangan Produksi Jasa Kepelabuhan Tahun 1980-1990

No Jenis Produksi Satuan 1980 1985 1990

1 2 3 4 5 6 7 Jasa Labuh JasaTambat Jasa Dermaga Jasa Penumpukan Alat-alat Forkis Timbangan

Sewa Tanah Air Bangunan

(55)

8

9

10

Jasa Air

Pas Pelabuhan

P.B.M

Ton

Lembar

Ton

9.469

78.769

35.720

11.467

95.876

50.257

13.670

156.990

70.347

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kegiatan Pelabuhan Gunungsitoli meningkat

dari tahun-ketahun. Dengan demikian proses produksi dan pendapatan dari perum

pelabuhan cabang I Gunungsitoli dapat berjalan dengan lancar.

Selain dari kegiatan produksi jasa kepelabuhan. Pelabuhan juga menyediakan

sarana angkutan yang mempunyai peranan yang penting dan menentukan

perkembangan suatu daerah atau kota. Tanpa adanya sarana angkutan, maka kegiatan

yang dilakukan oleh masyarakat tidak berj

Gambar

TABEL 2.2.2
TABEL 2.2.3
TABEL 2.2.4
TABEL 2.2.5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Analisis univariat dilakukan dengan memasuk- kan data untuk kemudian dideskripsikan proporsi, besar rerata dan simpang baku dari asupan zat besi, seng, tembaga, folat,

(2) Pelaksanaan program hubungan masyarakat di MAN 3 Medan telah berjalan baik dengan humas sebagai konseptor dan penanggung jawab dalam merealisasikan program yang telah

Judul Skripsi : Pengaruh Tax Amnesty, Sanksi Pajak dan Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kualitas perairan kolong kaolin dan hubungannya terhadap kelimpahan fitoplankton untuk

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul (Lembaran

bagi para pedagang dari adanya pengembangan pariwisata di destinasi wisata. taman Diponegoro ini adalah Pengembangan dan pembukaan lapangan

JUDUL : VIOLINIS INTERNASIONAL AYKE AGUS KEMBALI KE YOGYA, GELAR KONSER AMAL. MEDIA :

Pada penelitian ini Hipotesis alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis nol (Ho) ditolak karena nilai r hitung lebih besar dari r tabel, yang berarti terdapat