PEMERIKSAAN KADAR BESI DALAM AIR RESERVOIR DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR PADA PDAM TIRTANADI DI HAMPARAN PERAK SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR
TAMPAK
TUGAS AKHIR
Oleh:
WINDA YANI NIM 082410040
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PEMERIKSAAN KADAR BESI DALAM AIR RESERVOIR DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR PADA PDAM TIRTANADI DI HAMPARAN PERAK SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR
TAMPAK
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli
Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
WINDA YANI NIM 082410040
Medan, April 2011 Di setujui Oleh: Dosen Pembimbing,
Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si,Apt. NIP 195201041980031002
Di sahkan Oleh: Dekan,
Prof.Dr.Sumadio Hadisahputra, Apt.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayah Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ( KTI )
sebagai Tugas Akhir dalam menyelesaikan pendidikan Program D III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, nasehat serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas bimbingan dan bantuan nya terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. Jansen Silalahi M.App.S., Apt selaku ketua jurusan program D
III Analis Farmasi dan makanan
3. Bapak Drs. Fathur Rahman Harun M.Si, Apt. selaku Dosen pembimbing penulis
4. Bapak Drs. Wahril selaku Kepala Instalasi Pengolahan Air PDAM TIRTANADI Hamparan Perak
5. Bapak Adi Supratman, ST. selaku kepala bagian pengolahan air PDAM
TIRTANADI IPA Hamparan Perak dan Bapak Herman Hidayat selaku asisten I serta Bapak Ade Zuadi H.,ST. selaku asisten II
7. Orang tua dan rekan – rekan mahasiswa yang telah memberi dorongan dan masukan dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini, dapat
bermanfaat bagi pembaca bagi kemajuan ilmu pengetahuan maupun sebagai bahan perbandingan bagi yang memerlukan.
Medan, April 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang... 1
I.2. Manfaat Percobaan... 2
I.3. Tujuan Percobaan... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Air... 3
II.1.1. Definisi Air... 3
II.1.2. Kegunaan Air ... 3
II.1.3. Sumber – Sumber Air... 4
II.1.4. Pencemaran Air... 6
II.1.5. Komponen Pencemar Air... 7
II.1.6. Proses Pengolahan Air Baku Menjadi Air Reservoir... 7
II.1.7. Syarat – syarat Air Minum... 10
II.2. Logam Besi ( Fe ) II.2.1. Definisi ... 10
II.2.2. Kegunaan Besi ... 11
II.2.3. Dampak Kelebihan Fe ... 12
II.2.4. Efek Defisiensi ... 13
II.2.5. Kadar Batas Aman ... 13
II.2.6. Keberadaan Fe Dalam Air ... 13
II.2.7. Reaksi Logam besi ( Fe) dengan O – Phenantroline... 14
II.2.8. Penanggulangan Pencemaran Fe... 15
II.3. Spektrofotometri Sinar Tampak ( Visible )
II.3.1. Definisi ... 16 II.3.2. Radiasi Elektromagnetik ... 16 II.3.3. Penyerapan Radiasi Oleh Molekul ... 16
II.3.4. Analisa Kuantitatif Spektrofotometer Visible
(Sinar tampak) ... 17 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1. Alat ... 18 III.2. Bahan ... 18 III.3. Prosedur ... 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil ... 20 IV.2. Pembahasan ... 20 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Gambar Alat
Lampiran 2 : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Lampiran 3 : Data Analisa Air Reservoir Mingguan I
Lampiran 4 : Data Analisa Air Reservoir Mingguan II
Lampiran 5 : Data Analisa Air Reservoir Mingguan III
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan, terutama penyakit perut. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolahan terhadap air yang akan di perlukan sebagai air minum
dengan mutlak diperlukan, terutama bila air tersebut berasal dari air permukaan. Pada umumnya air permukaan akan mendapat pengotoran selama pengaliran nya misalnya oleh lumpur, batang – batang kayu, daun – daun, kotoran industri kota
dan sebagainya. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi. Oleh sebab itu, air permukaan tersebut harus di olah. Pengelolahan
yang di maksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai pada pengolahan air yang lengkap, sesuai dengan tingkat kekotoran air tersebut. Semakin kotor air tersebut semakin berat pengolahan air yang di butuhkan dan semakin banyak
ragam zat pencemar akan semakin banyak pula tehnik – tehnik yang di perlukan untuk mengolah air tersebut, agar bisa di manfaatkan sebagai air minum.
(Sutrisno, 2004 ).
Air mempunyai sifat melarutkan bahan kimia. Oleh karena itu melarutnya
racun, zat – zat mineral atau zat – zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan. ( Sutrisno, 2004 ).
Zat-zat kimia tersebut misalnya besi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 kadar besi di dalam air adalah
maksimal 0,30 Mg/l. Jika kadar logam besi di dalam air minum lebih dari kadar maksimal akan menyebabkan efek toksik bagi tubuh. Penetapan kadar logam Fe di lakukan secara spektrofotometri sinar tampak dengan panjang gelombang 510
nm, dengan menggunakan pereaksi 1,10 phenantroline, yang akan membentuk ikatan kompleks [ ( C12 H8 N2 )3 Fe ]2+ yang berwarna jingga merah.
1.2. MANFAAT PERCOBAAN
- Menambah wawasan mahasiswi mengenai cara – cara penetapan kadar besi yang terdapat dalam air reservoir
- Menambah pengetahuan mahasiswi perihal kadar besi yang terdapat dalam air reservoir di Instalasi Pengolahan Air di PDAM
TIRTANADI di Hamparan Perak
I.3. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kesesuaian kadar Besi pada air reservoir di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Air
II.1.1. Definisi Air
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satu pun mahluk hidup yang berada di planet bumi ini, yang tidak membutuhkan air. Di dalam sel hidup, baik pada tumbuh – tumbuhan ataupun pada hewan ( termasuk di dalam
nya manusia ) akan terkandung sejumlah air, yaitu lebih dari 75 % kandungan sel tumbuh – tumbuhan atau lebih dari 67 % kandungan sel hewan terdiri dari air.
Jika kandungan tersebut kurang, misalnya dehidrasi pada manusia yang di akibatkan muntaber, kalau tidak cepat di tanggulangi akan mengakibatkan kematian, tanaman yang lupa tidak di siram pun akan layu dan kalau di biarkan
akan mati. ( Suriawiria, 2005 ).
II.1.2. Kegunaan Air
Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira – kira 60 – 70 % dari berat
badan nya. Untuk kelangsungan hidup manusia, tubuh manusia memerlukan air yang jumlah nya antara lain tergantung berat badan nya. Untuk orang dewasa
kira– kira memerlukan air 2.200 gram setiap harinya. Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, kebersihan, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Apabila kekurangan
II.1.3. Sumber – Sumber Air
a. Air Laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat untuk
air minum. ( Sutrisno, 2004 )
b. Air Atmosfir
Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran
udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran industri / debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada
waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. ( Sutrisno, 2004 )
c. Air Permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang – batang kayu, daun – daun, kotoran industri kota dan sebagainya.
Air permukaan ada 2 macam yakni :
1. Air Sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. ( Sutrisno, 2004 )
2. Air rawa / danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat – zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang
menyebabkan warna kuning cokelat. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur – unsur Fe dan Mn ini
akan larut. Pada permukaan air akan timbul algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2. ( Sutrisno, 2004 ).
d. Air Tanah
Terbagi atas :
1. Air tanah dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah dangkal ini terdapat pada kedalaman 15,00 m. Sebagai sumber air minum, air
2. Air tanah dalam
Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam,
tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman ( biasanya antara
100 – 300 m) akan didapatkan suatu lapis air. Kualitas dari air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. ( Sutrisno, 2004 ).
3. Mata air
Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan
kualitas / kualitasnya sama dengan keadaan air dalam. ( Sutrisno, 2004 ).
II.1.4. Pencemaran Air
Pencemaran air sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke
bumi bersama air hujan, maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air ke daratan sekitarnya sehingga mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan.
Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus, dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk ke dalam air tersebut
kuman penyakit ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit yang di sebabkan oleh pencemaran air. ( Darmono, 2001 )
II.1.5. Komponen Pencemar Air
Meskipun rumus kimia air murni di lingkungan laboratorium adalah H2O
namun kenyataan nya di alam, rumus tersebut seolah – olah berubah menjadi H2O
+ X . Dalam hal ini, X merupakan komponen – komponen yang masuk atau di masukkan ke dalam badan air sehingga menyebabkan perairan menurun
kualitasnya. ( Nugroho, 2006; Ryadi, 1984 ).
Karena X adalah merupakan zat – zat yang umumnya lebih banyak larut di dalam H2O, maka efek kelarutan bagi air akan menimbulkan pengaruh toksisitas
maupun wujud fisik yang berubah dari air. ( Ryadi, 1984 )
II.1.6. Proses Pengolahan Air Baku Menjadi Air Reservoir
a. Intake
Intake adalah tempat masuknya air baku melalui saluran yang bercabang dua di lengkapi dengan bar screen ( saringan kasar ) dan fine screen ( saringan
b. Bak Pengendap I (Prasedimentasi)
Bangunan ini berfungsi sebagai bak pengendap awal untuk partikel yang ada
pada air baku serta sebagai tempat penginjeksian klorin. Selain itu sebagai tempat untuk memisahkan materi suspensi.
c. Bak Koagulasi
Bangunan ini berfungsi untuk menurunkan parameter turbidity, logam berat dengan penambahan koagulan PAC dan penginjeksian klorin sesuai dengan
kondisi operasi melalui pompa dosing. Bangunan ini dilengkapi dengan 2 unit pengaduk mekanik (Rapid Mix) yang berfungsi sebagai pengaduk / pencampur air dengan bahan kimia seperti klorin dan Poly Aluminium Cloride ( PAC ).
d. Bak Flokulasi
Bangunan ini berfungsi untuk memperbesar flok yang terjadi pada saat
proses koagulasi sehingga lebih mudah di endapkan pada bak pengendap (sedimentasi ). Untuk mempercepat reaksi flokulasi ditambahkan pengaduk
kecepatan lambat ( Slow Mix ).
e. Bak Sedimentasi
Bak sedimentasi berfungsi untuk pengendapan padatan dan flok yang
f. Saringan Pasir Cepat
Fungsi saringan pasir cepat untuk menangkap flok yang tidak dapat
dipisahkan pada bak pengendap.
g. Bak Netralisasi
Bak netralisasi berfungsi sebagai tempat pengaturan pH agar air hasil
pengolahan mempunyai pH netral dan juga sebagai tempat penambahan khlor untuk menjaga agar kandungan klorin dalam air yang akan didistribusikan selalu
ada untuk menghindari adanya bakteri patogen dalam air.
h. Reservoir
Reservoir ini berfungsi untuk menampung air bersih / air olahan setelah melewati saringan pasir cepat (filter) dan bak netralisasi.
i. Pompa Transmisi
Pompa transmisi (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih ke pelanggan.
Adapun bahan – bahan kimia yang di gunakan dalam proses pengolahan air adalah :
1. Kapur ( CaCo3)
2. Liquid Clorine ( Cl2 )
Gas klorin untuk desinfektan ( pembunuh bakteri ).
3. Poly Aluminium Cloride ( Al2(OH)3Cl3 )
PAC berfungsi untuk menggumpalkan materi halus dalam air baku menjadi flok yang lebih besar. ( Katalog PDAM Tirtanadi )
II.1.7. Syarat – Syarat Air Minum
Syarat – syarat kualitas air minum dapat di lihat dalam parameter wajib dan parameter tambahan, yang secara keseluruhan telah di tetapkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 / MENKES / PER / IV / 2010 yang terdapat dalam lampiran.
II.2. Logam Besi ( Fe )
II.2.1. Definisi
Besi ( Fe) adalah logam transisi yang memiliki sifat sangat kuat, tahan panas, mudah di murnikan, tetapi muda korosi. Besi ( Fe ) memiliki nomor atom
26 dan memiliki berat atom 55, 845 g/mol, serta titik leleh 1.538 0 C dan titik didih 2.861 0 C . ( Widowati, 2008 ).
II.2.2. Kegunaan Besi ( Fe)
a. Dalam bidang Industri
Besi ( Fe ) paling banyak di gunakan dalam pembuatan baja seperti besi tuang, besi tempa dan baja karbon. ( Widowati, 2008 ).
b. Dalam bidang kesehatan
Fe memiliki fungsi essensial dalam tubuh, yaitu :
1. Sebagai alat angkut oksigen dari paru – paru ke seluruh tubuh yang terikat dalam hemoglobin
Kadar Fe2+ dalam tubuh manusia kira – kira sebesar 3 – 5 gr. Sebanyak 2/3 gr bagian terikat oleh Hb dan sisanya terikat dalam protein, dan inilah yang mengangkut oksigen dari paru –
paru menuju sel ke seluruh tubuh. ( Widowati, 2008 )
2. Sebagai alat angkut elektron dalam sel
Dalam setiap sel, Fe2+ bekerja sama dengan rantai protein pengangkut elektron. Protein pengangkut elektron bertugas
memindahkan hidrogen ( H ) dan elektron ( e ) dari zat gizi penghasil energi ke oksigen sehingga dihasilkan air dan Adenosin
3. Sebagai bagian terpenting dari beberapa reaksi enzim
Enzim mengandung Fe2+ bisa melarutkan jenis obat –
obatan tertentu yang tidak larut dalam air , berperan dalam reaksi
oksidasi dalam sistem biologi dan berperan dalam transport gas. ( Widowati, 2008 ).
II.2.3. Dampak kelebihan Fe
a. Secara Fisik
Kelebihan Fe pada air dapat menimbulkan bau dan warna pada air minum, seperti menyebabkan air menjadi kemerah – merahan dan memberi rasa
yang tidak enak pada minuman. ( Sutrisno, 2004 )
Selain itu, kelebihan Fe juga dapat menimbulkan korosif pada pipa dan
menimbulkan noda – noda pada pakaian apabila dipakai untuk mencuci. (Suriawiria, 2005 ).
b. Dalam bidang kesehatan
Besi ( Fe2+ ) dalam dosis besar pada manusia bersifat toksik karena, konsumsi Fe2+ berlebih berakibat pada meningkatnya feritrin dan hemosiderin
dalam sel parenkim hati, akibatnya hemosiderin akan masuk ke dalam sel parenkim organ – organ lain, misalnya pankreas, otot jantung dan ginjal sehingga dalam jangka panjang, hemosiderin akan tertimbun dalam organ – organ dan
hemokromatosis. Kerusakan sel juga meluas pada hati, jantung dan organ lain, bahkan bisa berakhir dengan kematian. ( Widowati, 2008 ).
II.2.4. Efek Defisiensi
Anemia salah satunya di karenakan oleh kekurangan Fe2+ yang berperan dalam pembentukan Hb yang di sebabkan kekurangan konsumsi Fe2+, oleh sebab itu kadar Hb menurun. Defisiensi juga menggangu fungsi kelenjar tiroid serta
kemampuan berkurang nya mengatur suhu tubuh. Defisiensi pada anak – anak dapat mengakibatkan berkurangnya daya konsentrasi, daya ingat serta
terganggunya kemampuan belajar. ( Widowati,2008)
II.2.5. Kadar Batas Aman
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.492 / MENKES / PER / IV/
2010 tentang air minum kadar maksimal besi ( Fe) adalah 0,30 Mg/L.
II.2.6. Keberadaan Fe dalam Air
Logam – logam lingkungan perairan ( hydrosphere ) umumnya berada
dalam bentuk ion. ( Heryando, 2008 ). Ion – ion logam tersebut berinteraksi dengan spesies kimia yang berada dalam perairan, begitu juga dengan logam Fe.
1. Reaksi Hidrolisis
Jika ion logam Fe yang mempunyai muatan tinggi seperti Fe3+ akan
terhidrolisa kuat oleh air dengan konstanta keseimbangan (K1) kecil. Persamaan Reaksi :
Fe (H2O)63+ + H2O Fe (H2O)5OH 2+ + H3O+
Hidrolisis dapat juga berlangsung lebih lanjut dengan lepas nya satu atau lebih proton dari air yang terkoordinasi
Fe (H2O)5OH2+ + H2O Fe (H2O)4 (OH)2+ + H3O+
( Heryando, 2008; Connell, 1995)
2. Reaksi Reduksi dan Oksidasi
Reaksi oksidasi dan reduksi logam Fe sangat di pengaruhi oleh kadar oksigen. Apabila kadar oksigen terlarut dalam air cukup besar, oksidasi Fe 2+
menjadi Fe3+ akan berlangsung dan Fe3+ yang terbentuk akan di pisahkan oleh pasir lambat. Besi dalam bentuk ion Fe++ sangat mudah larut di dalam air. Oksigen
terlarut di dalam air akan mengoksidasi Fe++ menjadi Fe(OH)3 yang merupakan endapan, sehingga akan menyebabkan kekeruhan dalam air yang berwarna merah karat. ( Suriawiria, 2005 ).
II.2.7. Reaksi Logam besi ( Fe) dengan O – Phenantroline
bereaksi dengan 1,10 phenantroline membentuk kompleks jingga merah [C12H8N2)3Fe]2+ ( Basset,1994 ). Total besi dapat di perkirakan setelah di cerna
dan di reduksi. Besi yang terdapat dalam air berbentuk ion ( Fe2+ atau Fe3+) sebagai larutan kompleks, koloid dan sebagai suspensi yang tidak dapat larut. Fe2+ akan di oksidasi segera oleh O2 menjadi Fe3+ dan Fe3+ akan mengendap, dalam
suasana asam. ( Golterman, 1978). Indikator 1,10 phenantroline bereaksi dengan besi Ferro di dalam larutan dan akan membentuk warna jingga merah , tetapi jika
besi Ferri tidak bereaksi dengan 1, 10 phenantroline. (The handbook, 2002).
II.2.8. Penanggulangan Pencemaran Fe
Cara yang sederhana untuk penghilangan Fe++ adalah kombinasi aerasi dan filtrasi dengan saringan pasir kering ( pasir aktif ), sehingga endapan Fe+++ yang terbentuk sesudah aerasi akan di pisahkan oleh saringan pasir di dalam proses
filtrasi.( Suriawiria, 2005 )
II.2.9. Pengobatan Toksisitas Fe
Pengobatan toksisistas Fe adalah mencegah terjadi nya absorpsi Fe baik dari saluran pencernaan atau saluran nafas, yaitu dengan cara memuntahkan bahan makanan yang dimakan yang telah tercemar Fe dengan obat emetika, atau bisa
juga dengan menggunakan obat pencahar yaitu pemberian 5 % larutan Sodium Bikarbonat ( NaHCO3 ), dimana sejumlah besi terikat sebagai ferro – bikarbonat
Untuk mengurangi toksisitas Fe akibat injeksi Fe pada penderita dialisis ginjal, bisa di berikan vitamin E. Kelebihan Fe dalam tubuh bisa di kurangi
melalui donor darah secara teratur. ( Widowati, 2008 ).
II.3. Spektrofotometri Sinar Tampak ( Visible )
II.3.1. Definisi
Spektrofotometri adalah analisa kuantitatif yang mengukur jauhnya penyerapan energi cahaya ( absorsbsi ) oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi
dari suatu panjang gelombang radiasi, atau pengukuran penyerapan cahaya oleh suatu panjang gelombang tertentu.( Day, 1986 ). Spektrofotometri sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400 – 800 nm. ( Kosasih, 2004 )
II.3.2. Radiasi Elektromagnetik
Radiasi elektromagnetik, yang mana sinar tampak merupakan salah
satunya, dapat dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400 – 800 nm. Warna sinar tampak
dapat di hubungkan dengan panjang gelombang nya. Sinar putih mengandung radiasi pada semua panjang gelombang di daerah sinar tampak. Sinar pada panjang gelombang tunggal ( radiasi monokromatik ) dapat di pilih dari sinar
putih. ( Gandjar, 2007 ).
II.3.3. Penyerapan radiasi Oleh Molekul
1988 ). Jika suatu molekul bergerak dari suatu tingkat energi ke tingkat energi yang lebih rendah maka beberapa energi akan dilepaskan. Energi ini dapat hilang
sebagai radiasi dan dapat dikatakan telah terjadi emisi radiasi. Jika suatu molekul di kenai suatu radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai sehingga energi molekul tersebut di tingkatkan ke level yang lebih tinggi, maka terjadi peristiwa
penyerapan ( absorbsi ) energi oleh molekul. Banyak nya sinar yang di absorbsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyak nya molekul yang
menyerap radiasi, sehingga spektra absorbsi juga dapat di gunakan untuk analisis kuantitatif. Jika suatu molekul sederhana di kenakan radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang energi nya sesuai.
(Gandjar, 2007 ).
II.3.4. Analisa Kuantitatif Spektrofotometer Visible ( Sinar tampak )
Dalam analisa kuantitatif, suatu berkas radiasi di kenakan pada cuplikan (larutan sampel ) dan intensitas sinar radiasi yang di teruskan akan di ukur
besarnya. Radiasi yang di serap oleh cuplikan di tentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang di teruskan dengan intensitas sinar yang di serap. ( Gandjar,
2007 ).
Untuk menentukan besi sering di gunakan 1,10 phenantroline dalam
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III. 1. ALAT
- Spektrofotometer DR / 2400 - Kuvet
- Tissue
- Pipet volume - Beker glass
- Bola pompa
- Masker dan sarung tangan
III.2. BAHAN
- Ferrover Iron Reagent Powder Pillow
III.3. PROSEDUR PERCOBAAN
- Pastikan analisis telah memakai masker dan sarung tangan
- Tekan power pada alat spectrofotometer DR / 2400 - Tekan HACH Programs
- Pilih program 265 iron, Ferrover
- Tekan start, layar akan menunjukkan Mg / L Fe
- Isi cell pertama ( sebagai sampel ) dengan 10 ml sampel air
- Tambahkan 1 kandungan Ferrover Iron Reagent Powder pillow ke dalam botol sampel, tutup dan aduk hingga larut
- Tekan tanda “timer” dan tekan “OK 3 menit “ reaksi akan dimulai, setelah waktu tercapai layar akan menunjukkan mg/L Fe,
- Isi cell berikutnya dengan 10 ml benda uji (sebagai blanko),
masukkan blanko pada dudukan cell, tutup .
- Tekan “Zero” pada layar akan menunjukkan 0,00 mg/L Fe
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. HASIL
Jadwal Pemeriksaan
Air Reservoir
Kadar maksimum ( Mg/l ) Hasil ( Mg/l )
Minggu I 0,30 0,08
Minggu II 0,30 0,17
Minggu III 0,30 0,07
Minggu IV 0,30 0,24
IV.2. PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan kadar besi yang di dapat pada minggu I adalah 0,08 Mg/l, pada minggu ke II adalah 0,17, pada minggu ke III adalah 0,07, dan minggu
ke IV adalah 0,24. Dari data tersebut terlihat bahwa kadar besi yang paling besar terdapat pada minggu ke IV yaitu 0,24 Mg/l. Tetapi walaupun kadar itu cukup
besar tapi masih memenuhi persyaratan, karena masih di bawah kadar maksimum yaitu 0,30 Mg/l.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang air minum kadar maksimal besi ( Fe2+ )
Kadar Besi yang terdapat di dalam air reservoir masih memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 atau masih di bawah kadar maksimal, karena proses pengolahan air di PDAM IPA Hamparan Perak telah menggunakan aerasi dan saringan pasir cepat karena penggabungan antara aerasi dan saringan pasir cepat
akan mengurangi kadar besi di dalam air. Dalam melakukan pencampuran sampel dengan Ferrover Iron Reagent Powder Pillow harus tercampur merata agar reaksi
terjadi secara sempurna sehingga hasil yang di dapat juga tepat.
Cara yang sederhana untuk penghilangan Fe++ adalah kombinasi aerasi dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. KESIMPULAN
Kadar besi ( Fe ) di dalam air reservoir PDAM TIRTANADI IPA Hamparan Perak telah memenuhi persyaratan Peraturan Menteri
Kesehatan No. .492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu di bawah 0,30 Mg/l.
V.2. SARAN
- Diharapkan kepada PDAM TIRTANADI selalu menjaga kualitas air baik dalam proses pengolahan maupun proses penyaluran
kepada masyarakat
- Diharapkan kepada PDAM TIRTANADI selalu rutin dalam penggantian pasir pada saringan pasir cepat agar penyaringan air
lebih sempurna
- Diharapkan kepada pihak PDAM TIRTANADI secara
berkesinambungan selalu memberikan penyuluhan kepada masyarakat, bahwas peran serta masyarakat sangat di perlukan dalam hal menjaga dan melestarikan lingkungan (terutama sumber
– sumber air baku di sungai ) seperti pembuangan air limbah di sungai, yang mana hal ini erat kaitannya dengan masalah kualitas
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. (1994 ). Buku Ajar Vogel : Kimia analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta : EGC. Hal. 864
Connell, Des. W. Dan Gregory J. Miller. ( 1995 ). Kimia dan Ekotoksikologi
Pencemaran. Jakarta : UI Press. Hal. 351
Cotton, Albert dan Geoffrey Wilkinson.( 1989 ). Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press . Hal. 463
Darmono. ( 2001 ). Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta : UI Press Hal.28, 34 dan 164
Day, R.A. (1986). Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta : IKAPI. Hal. 383
Golterman, Hendrik Leonard. (1979). Method For Physical and Chemical Analysis of Fresh Water. USA : J.B. Lipincott Company. Hal.76
Ingle, James D. (1988). Spectrochemical Analysis. New Jersey : Prentice Hall Englewood Cliffs. Hal. 387 – 388
Katalog PDAM Tirtanadi
Nugroho, Asti. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta : Universitas Trisakti Hal.9
Rohman, Abdul dan Ibnu Gholib Ganjar. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar. Hal. 220 - 240
Ryadi, Slamet. (1984). Pencemaran Air. Surabaya : Karya Anda. Hal.19
Satiadarma, Kosasih. ( 2004 ). Asas Pengembangan Prosedur Analisis. Jakarta :
Airlangga University Press. Hal. 93
Suriawiria, Unus. (2005). Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung : PT. ALUMNI. Hal.3 dan 103 – 116
Sutrisno, Totok dan Eni Suciastuti. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka Cipta. Hal.1 – 21 dan 37
Svehla, G. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : P.T. Kalman Media Pusaka. Hal. 257
The Handbook. (2002). DR/2400 Portable Spectrophotometer. USA : HACH
Company.
Widowati, Wahyu dkk. (2008). Efek Toksik Logam. Yogyakarta : Penerbit Andi
Gambar
Gbr.1 Gbr.2
Alat spektrofotometri UV-Vis Penyiapan Bahan
Gbr.3