• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Besar 'Nambangan'

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Besar 'Nambangan'"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)

X'ISNGA1XIJIi STRANGULASI TERI-IADAP PEMBUNGAAN

JERUK BESAR

'NAMI3ANGAN'

OLEII :

GUNTUR ARDANII

PUTk4

PROGRAM

PASCASARJANA

(66)

ABSTRAK

GUNTUR ARDANI PUTRA. Pengaruh Strangulasi Terhadap Pembungaan Jerulc Besar 'Nambangan'. Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO dan ROEDHY POERWANTO.

Salah satu kendala dalam perkebunan jeruk adalah sifat musiman menyebabkan melimpahnya produksi pada panen raya, tetapi terjadi kekosongan produksi buah di luar musim. Keadaan seperti ini dari segi agribisnis tentu kurang menguntungkan. Oleh karena itu, manipulasi produksi tanaman agar dapat berbuah sepaljang musim dan konstan setiap tahunnya akan memperbaiki keadaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat respon pembuangaan pada jeruk besar terhadap strangulasi supaya dapat memproduksi buah jeruk besar di luar musim. Rancangan yang digunakan dalarn penelitian ini adalah rancangan acak kelompok faktorial yaug terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu (1) diameter kawat (K): 1.6 mnl (Kl) dan 2.0 mm (K2); (2) lama waktu strangulasi (W): 1 bulan (Wl), 2 bulan (W2) dan 3 bulan (W3) Pengaruh perlakuan strangulasi terhadap pembungaan jemk besar diuji dengan menggunakan analisis sidik ragam, uji nilai tengah duncan multiple range test dan uji kontras.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan strangulasi nyata meningkatkan dan mempercepat pembungaan jeruk besar kultivar Nambangan. Sebesar 90 % tanaman yang distrangtulasi nyata menghasilkan bunga sedangkan tanaman yang tidak distrangulasi tidak ada yang menghasilkan bunga saxnpai akhir periode penelitian. Hasil uji kontras menunjukkan bahwa perlakuan strangulasi nyata meningkatkan jumlah tunas generatif, jumlah kuncup bunga, junllah bunga mekar, mempercepat waktu yang diperlukan tanaman untuk berbunga, fiuit set, kandungan karbohidrat daun, daya hantar stomata dan laju fotosintesis bersih dibandingkan dengan tanaman kontrol.

(67)

SURAT PEFWYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

PENGARUH STRANGULASI TERHADAP PEMBUNGAAN JERUK BESAR 'NAMBANGAN'.

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pemah dipublikasikan. Selnua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 1 April 2002

(68)

PENGARUH STRANGULASI TERHADAP PEMBUNGAAN

JERUK BESAR 'NAMBANGAN'

GUNTUR

ARDANI PUTRA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Agronomi

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(69)

Judul Tesis : Pengaruh Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Besar 'Nambangan'

Nama : Guntur Ardani Putra

N R P : 99072

Program Studi : Agronomi

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr.

Ir.

Slamet Susanto. M Sc Ketua

Roedhv Poerwanto. M Sc Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Agronomi

eL

Dr.Ir.Hairial Aswidinnoor. M Sc

(70)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 28 Januari 1975 sebagai an&

kedua dari pasangan Nawawi MBA dan Ibu Siti Hajar. Pendidikan sarjana ditempuh di

Program Studi Budidaya Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Muharnmadyah

Palembang, lulus pada tahun 1999. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi

(71)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunia-Nya

sehingga tesis ini diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

sejak bulan Oktober 2000 ini ialah pembungaan di luar musim, dengan judul Pengaruh

Strangulasi Terliadap Pembungaan Jeruk Besar 'Nambangan'.

Terin~a kasih penulis ucapkan juga kepada Bapak Dr.Ir. Slarnet Susarzto, MSc

selaku pembimbing pertama dan Bapak Dr.Zr. Roedlzy Poerwarzto, MSc selaku

pembimbing kedua yang banyak memberikan bimbingan, kritik dan saran yang

bermanfaat selama ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak

Dr. Greg Virtcerzt dari ICRAP, Ir.Fadjri Djufri, MSi, Ir. Edi Sarztoso, M.Si dan

Staf-staf di Keburr Percobaan Pernuliarz Tanarnan IPB Cikabayan, Fazczarz SP,

Ir. Mardlltiyetti, M.Si, Sri Mirtterz SP, teman-teman PPs Agrorzonti '99 yang telah

membantu dan memberikan dukungan. Ungkapan terima kasih yang mendalam

disanipaikan kepada Bapak dan Ibu beserta seluruh keluarga dan yang tersayang, atas

segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Senioga Tesis ini bermanfaat bagi kita seinua.

...

Gurztrcr Ardnrzi Putra

,

(72)

DAFTAR IS1

PRAKATA..

. . .

.

.

.

. . . .

...

. .

. . .

. . . .

. .

.

.

. . .

. . . .

. . .

. .

.

. . .

. . .

. . .

. . .

. .

. . .

.

,

.

. .. DAFTAR TABEL

...

...

...

...

DAFTAR GAMBAR

...

...

. DAFTAR LAMPIRAN

...

PENDAHULUAN..

. . . .

. .

. . . .

. .

. . .

. . .

. . . .

. . . .

. . . .

.

.

. . .

. . . .

. . .

.

.

. .

. . . .

.

.

. .

. . . .

. . . ..

a...

...

Latar Belakanc

. .

Tujuan Penelltlan

... ... .

...

...

...

.. . ... ... . .

..

... .

..

. . .. ...

...

. ... .

Hipotesis..

. . .

.

. . .

.

. . .

.

. . .

.

. . .

. . .

. . .

.

. . . .

TINJAUAN PUSTAKA

.... .. ... .. ... . . . ... ... .. . . ... .... . ... . . . ... . .... .

...

..

. . . ..

. .

Deskrlpsr Jeruk Besar

...

...

... .

..

. .... .

. .

..

. . .

...

..

. ...

. ..

... . .

.

.. . .. .

..

.

Pembungaan Jeruk Besar.. .

. . .

.

. . ...

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

.

.

Strangulasi

... . .

.

. .

. .

. . . .

.

. . . .

. .

. . . .. .

.

.. . .

.

.. . .

.. ..

. . .

. .

. . .

BAKAN DAN METODE

...

. .. .... ... ..

.

. . .. . .

.

. . . .. . .

.

. .. . .

.

. . .

..

. .. .

..

. ..

Tempat dan Waktu

. .. . .. .

..

.. . .. . .. . . .. . . .. ... ... . .. . . .. . . .

..

. . . .

..

. . . . ..

.

Bahall dall Alat

...

... ... ...

.

,

Metode Penel~tlan

. . .

..

. . . .... .. .

..

. . . .. . . .

.

. . . ... . . .. . . .. . . .. . . .

. .

Pelaksanaan Penellt~an

...

Pengamatan..

. . .

.

. . .

.

. ... .

.

. . . ... . .

.

. . .

.

. . .

HASIL PENELITIAN.

.. . .. . .. . . ...

..

. .. . . .. . ... . . .. . .

.

. .. . .

. .

. . . .. . .. .

.

.

Kondisi Umuln Penelltlan

.. . ..

...

. . ..

.

..

. . . . .. . .. . . . .. . . .. . . .. . . . ... .. . .. ...

Jumlah Tunas Vegetatif..

.

.. . .. . .

..

. .. .

..

. . .

.

. . . ..

.

..

. . .

..

.. . ... .

.

. .

(73)

Jumlah Tunas Generatif

...

Jumlah Kuncup Bunga

...

Jumlah Bunga Mekar

...

Waktu Berbunga. Persentase Fruit Set. Karbohidrat Daun dan

Nitrogen Daun

...

Intensitas Cahaya. Laju Fotosintesis Bersih dan Daya Hantar Stomata

...

PEMBAHASAN

...

KESIMPULAN DAN SARAN

...

DAFTAR PUSTAKA

(74)

DAFTAR

TABEL

Halaman

1

.

Jumlah Tunas Vegetatif

...

18

2

.

Jumlah Tunas Generatif

...

19

3

.

Jumlah Kuncup Bunga

...

20

4

.

Juinlah Bunga Mekar

...

21

5

.

Waktu Berbunga. Persentase Fruit Set. Karbohidrat Daun dan Nitrogen Daun

.

22
(75)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Bagafz Lampiran

1 . Penetapan Karbohidrat Daun

...

24 [image:75.602.89.535.89.806.2]

2 . Metode Kjeldhal

...

25

Tabel Lampiran

I

.

Analisis Ragam Jumlah Tunas Vegetatif

...

26

2 . Analisis Ragam Jumlah Tunas Generatif

...

27

3

.

Analisis Ragam Jumlah Kuncup Bunga

...

28

...

4

.

Analisis Ragam Jumlah Bunga Mekar 29

5

.

Analisis Ragam Waktu Berbunga, Persentase Fruit Set, Karbohidrat Daun

...

30

...

(76)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jeruk besar

(Citrus

grandis L) termasuk buah asli Indonesia yang dibudidayakan

karena rasa buahnya yang enak dan penampilan buahnya yang menarik (Setiawan,

1993), sehingga permintaan jeruk besar di dalam negeri cukup tinggi. Namun demikian,

produksi jeruk besar dalam negeri masih relatif rendah, sehingga tejadi impor jeruk

besar dengan trend impor semakin tinggi dari tahun ke tahun. Impor jeruk besar pada

tahun 1995 tercatat sebanyak 11.690 kg dengan nilai US $ 8.360 (BPS, 1996). Pada

tahun 1997 tejadi peningkatan impor menjadi sebanyak 115.516 kg dengan nilai

US $ 218.804 yang terjadi di luar musim panen dan sebagian besar jeruk besar diimpor

dari negara Thailand, dan beberapa negara lain, seperti Taiwan, Australia dan Amerika

Serikat (BPS, 1998)

Jemk besar merupakan tanaman buah-buahan daerah tropika yang berbuah

musiman, yang suplainya hanya beberapa bulan saja setiap tahunnya. Sifat musiman

menyebabkan melimpahnya produksi pada waktu panen raya, tetapi terjadi kekosongan

produksi buah di luar musim. Keadaan seperti ini dari segi agribisnis tentu kurang

menguntungkan. Oleh karena itu, manipulasi produksi tanaman agar dapat berbuah di

sepanjang musim sangat diperlukan.

Salah satu upaya untuk menginduksi pembungaan dengan cara penerapan

strangulasi. Perlakuan strangulasi bencekikan batang) merupakan salah satu cara

(77)

peluang untuk memenuhi suplai buah di dalam periode waktu yang lebih lama setiap

tahunnya. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dengan cara strangulasi

akan menghambat translokasi fotosintat dari tajuk ke akar sehingga te rjadi peningkatan

allumulasi karbohidrat di bagian tajuk yang akan merangsang tanaman untuk berbunga

dan membentuk buah (Yarnanishi dan Hasegawa, 1995). Perlakuan lain yaitu dengan

cara pengeratan batang terbukti dapat meningkatkan pembentukan bunga dan akumulasi

pati di daun (Garcia ef a l , 1995). Poenvanto et aL, (2000) menunjukkan bahwa

perlakuan ringging yang diaplikasikan pada rambutan Binjai dapat menghambat

translokasi fotosintat dari tajuk ke akar yang pada gilirannya menyebabkan tejadinya

penumpukan karbohidrat di tajuk, dan menginduksi pembungaan.

Pada perlakuan strangulasi, diameter kawat dan lama waktu strangulasi

merupakan faktor-faktor yang nyata b e r p e n g d terhadap kecepatan induksi

pembungaan. Yamanishi et a l , (1993) melaporkan bahwa pelakuan strangulasi dengan

diameter kawat 1,6 rnm dan lama waktu strangulasi 3 bulan dapat meningkatkan jumlah

tunas generatif dan menurunkan jumlah tunas vegetatif jeruk besar dibandingkan dengan

kontrol. Perbedaan ukuran diameter kawat dan lama waktu strangulasi diperkirakan

berkaitan dengan efek gangguan yang terjadi pada sistem floem. Semakin tinggi tingkat

kerusakan mengakibatkan peningkatan laju induksi pembungaan.

Berdasarkan ha1 tersebut di atas, maka pada penelitian ini dilaksanakan dengan

mengunakan ukuran diameter kawat dan lama waktu strangulasi yang berbeda untuk

(78)

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui respon pembungaan jeruk besar 'Nambangan' terhadap strangulasi

dengan kawat yang berdiameter berbeda dan lama waktu yang berbeda.

2. Mendapatkan kombinasi antara ukuran kawat dan lama waktu strangulasi yang

efektif meningkatkan pembungaan jeruk besar.

Hipotesis

1. Perlakuan strangulasi meningkatkan pembungaan jeruk besar.

2. Pembungaan pada tanaman jeruk besar yang distrangulasi dengan kawat

berdiameter 2.0 mm lebih tinggi dari pada tanaman yang distrangulasi dengan

kawat berdiameter 1.6 mm.

3. Lama waktu strangulasi 3 bulan meningkatkan pembungaan jeruk besar

dibandingkan dengan lama waktu strangulasi 1 dan 2 bulan.

4. Terdapat interaksi antara diameter kawat dan lama waktu strangulasi dalam

(79)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Jemk Besar

Jeruk besar (Citrus grarrdis L) merupakan tanaman asli Indonesia. Selain di

Indonesia jeruk besar juga bisa ditemui hampir di seluruh Asia Tenggara. Jeruk besar

dikenal dengan sebutan pummelo. Tanaman tersebut termasuk dalam famili Rutaceae

dan ordo Rutales. Di Indonesia. salah satu kultivar jeruk besar yang terkenal adalah

jeruk Nambangan yang berasal dari Nambangq Madiun (Jawa Timur). Dalam

pembudidayaannya Jeruk Nambangan yang berasal dari bahan cangkokan atau okulasi

mulai berbuah pada umur 3 sampai 4 tahun setelah tanam (Setiawan, 1993).

Jeruk Nambangan termasuk dalam kultivar jenis unggul yang banyak diusahakan

dan berkembang di Kabupaten Magetan. Di sentra produksinya jeruk ini dikenal dengan

nama Adas Nambangan sesuai dengan asalnya dari Nambangan sebuah Kelurahan di

Kotamadya Madiun.

Tanaman ini sudah mulai berkurang akibat perluasan lahan perkotaan di daerah

asalnya, walaupun pemerintah daerah telah berusaha mengembangkan kembali

pertanaman komoditas ini tetatpi hasilnya belum memuaskan. Sampai sekarang

produksi jenis Nambangan ini mulai nergeser ke Kabupaten Magetan di Desa

(80)

Tanaman jeruk besar berbentuk pohon, tingginya 5-10 m, cabangnya rendah dan

tersebar. Tanaman yang berasal dari biji memiliki dun yang panjangnya mencapai

5 cm namun duri akan hilang setelah tanaman dewasa, sedangkan yang berasal dari

pembiakan vegetatif tidak memiliki dun. Hal ini tejadi karena bagian tanaman yang

digunakan untuk perbanyakan vegetatif berasal dari tanaman yang sudah dewasa dan

sudah tidak berduri lagi (Niyomdham dalam Verheij and Coronel, 1992). Daun jeruk

besar berbentuk bundar telur (ovule) hingga lonjong (elliptical), pangkalnya membundar

berbentuk jantung (subcordate), berpingiran rata (entire) hingga beringgit (crenate)

dangkal. Antara daun dan batang dihubungkan oleh tangkai daun yang bersayap lebar

dan berbentuk hati (Verheij and Coronel, 1997).

Bunga jeruk besar berada di ketiak daun, berisi rangkaian beberapa kuntum atau

hanya sekuntum bunga. Bunga tanaman berukuran besar dengan panjang kuncup bunga

2-3 cm dan lebar setelah mekar penuh mencapai 3-5 cm. Mahkota bunga berwama

putih hingga krem, stamen berjumlah 25-30 dengan dasar bunga terbagi atas 11-16

lokus (Niyomdham dalam Verheij and Coronel, 1992) Tangkai benag sari berwatna

putih terletak di dalam tabung sari Kepala benang dari terdii dari 2 buah berbentuk

memanjang dan benvama kuning. Kepala sarinya terletak berhadapan dengan

permukaan kepala putik dan dapat melepaskan serbuk sarinya sebelum kuncup bunga

mekar (Verheij and Coronel, 1997)

Jeruk besar memiliki buah yang berbentuk agak bulat pendek yang diameternya

(81)

hanya keluar satu tunas (Purgeslove, 1974). Selain ukurannya yang relatif besar

dibandingkan dengan spesies lainnya, buah memiliki kulit yang relatif lebih tebai. Kulit

buah masak berwarna hijau keku~ngan (Anonim, 1980) Tiap tangkai jeruk besar

menghasilkan satu buah Daging buah berwarna merah muda sampai merah jingga

setelah tua Rasanya manis asam. segar dengan daging buah yang banyak mengandung

air (Niyamdham dalam Verheij and Coronel, 1992). Keistimewaan lain buah jeruk ini

dapat tahan dalam penyimpanan dalam suhu kamar dan dapat berlangsung sampai

4 bulan. Selama penyimpanan kulit buah sediiit keriput namun daging buahnya tetap

segar (Setiawaa 1993)

Biji pada jeruk besar tidak terlalu banyak, berukuran besar, bemas, berpinggiran,

berwama kekuning-kuningan, berembrio tunggal. Ukuran biji sekitar 1 - 1,5 cm, bentuk

tipis dan lonjong (Niyomdham d a h Verheij and Coronel, 1992).

Secara agroklimat, jeruk besar dapat tumbuh baik di dataran rendah tropik

dengan suhu bulannya rata-rata 25 sampai 30%. Tamaman lebih menyukai wilayah

dengan musim kemarau berlangsung 3 sampai 4 bulan dan curah hujan tahunannya

sekitar 1500-1800 mm. Ketinggian tempat yang ideal untuk pertanaman ini adalah tidak

lebih dari 400 m di atas permukaan la&. Jsruk besar mampu beradaptasi pada kisaran

tanah yang luas, mulai dari tanah berpasir hingga lempung berat. Namun demikian

tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tipe tanah yang mampu menunjang perakaran

yang dalam, tekstur tanah sedang, gembur serta bebas kadar garam (Verheij and

(82)

baik untuk pertumbuhan jeruk besar dengan kisaran pH yang baik adalah 5-6 dimana

pada pH 6 produksi maksimal dapat diperoleh. Jika pH dibawah 5, daun jeruk akan

menguning dan buah tidak berkembang (Setiawan, 1993)

Pembungaan Jeruk Besar

Jeruk besar merupakan tanaman yang berbunga dan berbuah musimam. Di Jawa,

bulan panen berlangsung pada bulan April - Juni setelah berbunga pada bulan

September - Oktober tahun sebelumnya (Setiawan, 1993).

Di Indonesia pembungaan jeruk besar tejadi secara alami. Manipulasi

pengaturan pembungaan masih belum dilakukan secara komersiil. Pengaturan

pembungaan pada pohon bush-buahan secara ekonomi sangat penting untuk

memperoleh buah di luar musim. Hasil penelitian Poemanto dan Inoue (1990)

menunjukkan bahwa induksi pembungaan pada jeruk dapat dilakukan dengan cara

mengatur suhu perakaran dan pemangkasan akar. Namun demikian, ha1 tersebut sulit

untuk diterapkan di Indonesia mengingat umumnya petani menanam tanaman langsung

di lapang produksi dan bukan dalam green house.

Penelitian lebih lanjut menujukkan bahwa terd&pat beberapa cara yang dapat

dilakukan untuk mengatur pembungaan pohon buah-buahan, antara lain dengan

pencekikan batang (Susanto el al., 1990; Yamanishi et a/., 1993), mengatur suhu udara

(83)

pengatur tumbuh (Poenvanto dan Susanto, 1996; Poerwanto et al., 1997). Teknik-teknik

tersebut secara umum dilakukan dengan mengganggu sistem metabolisme tanaman.

Adanya gangguan pada metabolisme tanaman terutama yang berkaitan dengan

translokasi hasil-hasil asimilat dari daun ke perakaran berkorelasi positif dengan

akumulasi karbohidrat di tajuk tanaman Perlakuan pengbambatan translokasi

karbohidrat ke bagian bawah tanaman seperti strangulasi dan pengeratan batang mampu

meningkatkan akumulasi karbohidrat di bagian atas tanaman sehingga akan merangsang

pembungaan Hasil penelitian Yamanishi dan Hasegawa (1995) memperlihatkan bahwa

strangulasi batang selain mampu merangsang pembungaan, juga dapat meningkatkan

kadar gula pada buah pummelo. Demikian pula perlakuan pengeratan batang dapat

meningkatkan pembentukan bunga dan akumulasi pati di daun (Garcia el a[., 1995).

Penelitian Poerwanto ei al., (2000) juga menunjukkan bahwa periakuan ~ g g i n g (kerat

batang) yang diaplikasikan pada rambutan Binjai dapat menghambat translokasi

fotosintat (karbohidrat) dari tajuk ke akar yang menyebabkan tejadinya penumpukan

karbohidrat di tajuk. Secara umum, penghambatan aliran karbohidrat ke akar akan

mengakibatkan adanya gangguan fkngsi akar yang pada gilirannya akan dapat

menyebabkan berkurangnya hormon gibberellin yang disintesis di akar tanaman

Ogata et al., (1996) telah membuktikan bahwa pada tanaman jeruk, induksi pembungaan

memerlukan penurunan aktivitas giberellin.

Perlakuan penghambatan translokasi karbohidrat mampu meningkatkan induksi

(84)

(Garcia el al., 1995). Menzel el al. (1995) menyatakan bahwa kandungan karbohidrat

pada jaringan di atas perlakuan ringing batang pada tanaman leci meningkat, sedangkan

kandungan karbohidrat di akar menurun secara nyata

Strangulasi

Strangulasi merupakan salah satu cara memanipulasi tanaman dengan

pencekikan batang ataupun cabang tanaman. Strangulasi terutama ditujukan untuk

memanipulasi transportasi makanan dari tubuh tanaman yaitu pada batang rnenuju akar

agar lebih lambat atau berhenti sama sekali. Hambatan tersebut diarahkan untuk

merangsang proses fisiologi yang lain yang pada gilirannya akan mengaktifkan hormon

yang menginduksi pembungaan. Mekanisme transportasi pada batang cukup rumit

dijabarkan secara detail, namun secara garis besar dapat dijelaskan bahwa tanaman jeruk

adalah tanaman yang berkambium, dimana sebelah dalam kambium terdapat jaringan

xylem (kayu) yang berfungsi untuk mengangkut unsur hara dari tinah. Unsur hara

bersama air mengalir dari tanah ke jaringan xylem yang diakar dan batang pada sel-sel

xylem, dan sampai di daun untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Sedangkan

jaringan yang ada di sebelah luar (floem), yang dilapisi kulit dan jaringan gabus,

mengangkut hasil fotosintesis dari daun untuk diedarkan ke seluqh tubuh tanaman.

Dengan dilakukannya strangulasi pada batang sebatas kambium maka dimungkinkan

akan terjadi penumpukan karbohidrat di tajuk tanaman. Kandungan karbohidrat di daun

pada tanaman jeruk yang dishangulasi selama 3 dan 20 bulan nyata meningkat

(85)

Ukuran kawat yang digunakan untuk strangulasi disesuaikan dengan ketebalan

dari kulit batang tanaman. Strangulasi akan memutus suplai karbohidrat dari tajuk ke

a k a . Keadaan ini akan menyebabkan aktivitas akar terganggu. Di lain pihak, tejadi

penumpukan karbohidrat di bagian pucuk tanaman. Kondisi tersebut dapat menginduksi

pembungaan. Hasil Penelitiian Yamanishi dan Hasegawa (1995) memperlihatkan bahwa

strangulasi meningkatkan kandungan karbohidrat di tajuk sehingga akan merangsang

tanaman untuk berbunga dan membentuk buah.

Kandungan karbohidrat dan C/N rasio daun pada tanaman yang di strangulasi

mengalami peningkatan selama strangulasi. Jumlah kuncup bungadan bunga mekar

lebih banyak pada tanaman yang di strangulasi dibandingkan deng& tanaman kontrol.

(Yamanishi et

at.,

1993). Stranguiasi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tunas,

,transpirasi dan laju fotosintesis pada daun tanaman jeruk besar (Yamanishi, 1995).

Ukuran kawat untuk strangulasi diduga akan berkaitan dengan tingkat gangguan

yang ditimbulkan. Semakin besar gangguan maka diharapkan laju induksi akan semakin

tinggi. Diameter kawat yang sering digunakan adalah 1.6 mm dan 2.0 mm, karena

memiliki ukuran yang mendekati dengan ukuran ketebalan kulit batang jeruk. Sehingga

(86)

BAHAN

DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Areal Pertanaman Jeruk Kebun Percobaan Cikabayan

Institut Pertanian Bogor, Darmaga dengan ketinggian 240 m dpl (di atas permukaan

laut). Analisa Karbohidrat dan Nitrogen Daun dilakukan di Laboratoriurn Balitbio,

Cimanggu Bogor. Penelitian mulai dilaksanakan pada awal bulan Oktober 2000 sampai

dengan Maret 2001.

Bahan dan Alat

Bahan penelitian meliputi tanaman jeruk besar hasil okulasi antara batang atas

jeruk besar Nambangan dan batang bawah jeruk besar Japansche Citroen yang telah

berumur 3 tahun ditanam di lapangan. Kawat yang digunakan untuk strangulasi

berdiarneter 1.6 mm dan 2.0 mm. Peralatan yang digunakan adalah tang, jangka sorong,

gunting pangkas, gergaji, meteran, peralatan analisis laboratorium dan IRGA (Infra Red

Gas Analyzer).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dengan rancangan lingkungan

acak kelompok. Pengelompokan tanaman berdasarkan diameter batang, dengan cara

mengukur diameter batang yang terkecil hingga yang terbesar dari semua unit

percobaan. Faktor yang dicobakan terdiri atas ukuran diameter kawat dan lama waktu

(87)

Diameter kawat (K), terdiri atas:

K1 : 1,6 millimeter

K2 : 2,O millimeter

Perlakuan Lama Waktu (W) terdiri atas:

W1 : 1 bulan

W2 : 2 bulan

W3 : 3 bulan

Dari kedua faktor diatas didapat kombinasi perlakuan sebanyak 6 kombinasi

yang diulang sebanyak lima kali sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Satu satuan

percobaan terdiri dari satu tanaman.

Model matematika untuk rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yijk = p +/lk + A i + B j

+

(AB)ij

+

Eijk

Dimana:

Yijk = Nilai pengamatan akibat pengaruh waktu ke- i, diameter kawat ke-j dan

ulangan ke-k.

P - - Nilai rataan umum pengamatan

(88)

Ai = Pengaruh waktu strangulasi ke-i

Bj = Pengaruh diameter kawat ke-j

(AB)ij = Pengaruh interaksi antara perlakuan waktu strangulasi ke-i dengan

diameter kawat ke-j

Eijk = Galat Percobaan

Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam clan uji

nilai tengah dilakukan dengan duncan multiple range test (DMRT). Selain perlakuan di

atas, pada masing-masing ulangan ada 1 kontrol (tanaman yang tidak distrangulasi)

Untuk melihat pengaruh perlakuan antara tanaman kontrol dengan perlakuan, dilakukan

uji kontras (contrast Method).

Pelaksanaan Penelitiao

Strangulasi dilaksanakan dengan melilitkan kawat berdiameter 1,6 mrn (Kl) atau

2,O mm (K2) pada batang 10 cm dari pangkal batang dan menekan kawat ke batang

sedalam diameter. Strangulasi dilakukan serentak pada tanggal 7 Oktober 2000, dan

strangulasi dilepas sesuai perlakuan, yaitu masing-masing 1 bulan (Wl), 2 bulan (W2),

dan 3 bulan (W3) setelah strangulasi. Pemupukan diberikan satu kali selama penelitian

yaitu pada satu minggu sebelum perlakuan strangulasi dan diberikan di sekeliling

(89)

Pengamatan

Pengamatan mulai dilakukan 1 minggu setelah perlakuan strangulasi sampai

minggu ke

-

20, variabel yang diamati meliputi :

1. Jumlah tunas vegetatif

Dihitung berdasarkan tumbuhnya tunas vegetatif yang ada pada setiap cabang.

Dilakukan setiap dua minggu sekali untuk setiap tanaman karena periode lama

untuk membentuk tunas vegetatif.

2. Jumlah tunas generatif

Dihitung berdasarkan pada jumlah tunas generatif yang muncul, dilakukan setiap

satu minggu sekali untuk setiap tanaman karena periodenya pendek untuk

membentuk tunas generatif.

3. Jumlah kuncup bunga

Dihitung jumlah kuncup bunga yang ada di setiap tanaman, dilakukan setiap

satu minggu sekali setelah perlakuan strangulasi.

4. Waktu yang diperlukan tanaman untuk berbunga

Waktu munculnya bunga dilihat saat kapan bunga pertama pada pohon tersebut

terlihat mekar, dihitung sejak strangulasi dilakukan, dengan mengamati pada

tajuk pohon secara keseluruhan. Pengamatan dilakukan satu minggu sekali

(90)

5. Jumlah bunga mekar

Dihitung jumlah kuncup bunga yang mekar di setiap tanaman, dilakukan setiap

satu minggu sekali setelah perlakuan strangulasi.

6. Persentase Fruit set

Fruit set diamati setelah fase bunga mekar, dihitung dari jumlah buah yang

terbentuk. Pengamatan dilakukan satu minggu sekali.

7. Kandungan Karbohidrat Dauu

Dianalisis diakhir periode perlakuan. Penentuan kandungan karbohidrat daun

dengan menggunakan Metode Penetapan Karbohidrat Daun (Bagan Lampiran 1)

8. Kandungan Nitrogen Daun

Analisis kandungan nitrogen daun dilakukan dengan Metode Kjeldhal. (Bagan

lampiran 2) Pengamatan dilakukan pada akhir periode perlakuan.

9. Intensitas Cahaya

Pengukuran dengan menggunakan IRGA (Infra Red Gas Analyzer). Daun yang

diukur adalah daun ke-5 dan ke-6 (yang sehat) dari titik tumbuh. Pengukuran

dilakukan sebanyak empat kali dengan interval waktu satu bulan dan dimulai

bulan kedua setelah perlakuan strangulasi.

10. Daya Hantar Stomata

Pengukuran dengan menggunakan IRGA. Daun yang diukur adalah daun ke-5

(91)

kali dengan interval waktu satu bulan dan dimulai bulan kedua setelah perlakuan

strangulasi.

11. Laju Fotosintesis Bersih

Pengukuran dengan menggunakan IRGA. Daun yang diukur adalah daun ke-5

dan ke-6 bang sehat) dari titik tumbuh. Pengukuran dilakukan sebanyak empat

kali dengan interval waktu 1 bulan dan dimulai bulan kedua setelah perlakuan

strangulasi.

Khusus untuk pengukuran Intensitas Cahayo, Daya Hantar Stomata dan

Laju Fofosintesis Bersih, pengukuran dimulai bdan kedua setelah perlakuan

dikarenakan pemakaian alat hams disesuaikan dengan jadwal pemakaian di

kantor ICRAF. Setiap perlakuan akan dibandingkan dengan pedakuan lainnya

untuk masing-masing bulan pengamatan. Perlakuan Strangulasi 1 bulan (Wl)

dibandingkan dengan 2 bulan (W2) dan 3 bulan (W3) pada 1 bulan setelah

selesai strangulasi pada masing-masing perlakuan (1 BSS). Selanjutnya

dibandingkan antara perlakuan strangulasi 1 bulan (Wl), 2 bulan (W2) dan 3

bulan (W3) pada 2 bulan setelah selesai strangulasi untuk masing-masing

perlakuan (2 BSS). Sampel diukur kandungan khlorofilnya lalu dilanjutkan

(92)

HASIL PENELITIAN

Kondisi Umum Penelitian

Selama penelitian uinumnya pertumbuhan tanaman cukup baik. Pengaruh

strangulasi mulai terlihat pada 6 MSS (minggu setelah strangulasi) yang ditandai dengan

munculnya tunas generatif pada perlakuan diameter kawat 2.0 mm dengan lama waktu

1 dan 2 bulan.

Hama yang menyerang tanaman cukup banyak di lokasi penelitian. Hama yang

banyak menyerang tanaman tersebut adalah kutu dompolan (Pseudococus citri) dan lalat

buah (Dacus dorsalis). Pengendalian hanla tersebut dilakukan dengan cara

menggunakan pestisida

untuk

kutu dompolan sedangkan

untuk

lalat buah menggunakan

perangkap. Perangkap tersebut menggunakan botol-botol aqua yang didalamnya diberi

kapas yang telah ditetesi Methyl eugenol. Cara pengendalian lalat buah juga dilakukan

dengan membungkus buah yang ada dengan menggunakan kertas yang memiliki lapisan

lilin.

Jumlah Tunas Vegetatif

Jumlah tunas vegetatif dipengaruhi oleh lama waktu strangulasi dan tidak ada

interaksi antara diameter kawat dan lama waktu strangulasi. Pengaruh diameter kawat

terhadap jumlah tunas vegetatif tampak pada 12 MSS hingga 16 MSS (Tabel

(93)

Hasil uji F kontras pada Tabel 1 sejak 12 MSS sampai 16 MSS menunjukkan

bahwa perlakuan strangulasi pada tanaman jeruk besar nyata menurunkan jumlah tunas

vegetatif dibandingkan dengan tanaman yang tidak distrangulasi (kontrol). Sejak

12 MSS hingga 16 MSS tanaman yang tidak distrangulasi mempunyai jumlah tunas

vegetatif lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang distrangulasi. Kisaran jumlah

tunas vegetatif sejak 12 MSS-16 MSS adalah 61.5 - 71 untuk kontrol. Untuk tanaman

yang distrangulasi adalah 32.9 - 51.1 atau 28 - 46% lebih rendah dibandingkan dengan

kontrol

Tabel 1. Rata-rata Jurnlah Tunas Vegetatif Tanaman Jeruk Besar Nambangan pada Berbagai Perlakuan

Dilmeter Kawat

1.6 mm 38.4 tn 41.4 tn 43.0 tn 2.0 mm 36.0 38.3 40.7

Lama Waktu StranguIasi

lbulan 45.4 a 48.0 a 51.la

2 Man 33.4 b 36.0 b 37.3 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama pada faktor perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRTpada taraf 0.05

**

: berbeda sangat nyata tn : tidak berbeda nyata

Hasil Uji lanjut DMRT pada Tabel 1 sejak 12 MSS-16 MSS menunjukkan

bahwa perlakuan strangulasi dengan menggunakan kawat berdiameter 1.6 mm

(94)

dibandingkan dengan perlakuan kawat berdiameter 2.0 mm (36-40.7). Jumlah tunas

vegetatif pada tanaman jeruk besar yang dishangulasi selama 1 bulan pada 12 MSS - 16

MSS adalah 45.4

-

51.1 nyata lebih banyak dibandingkan dengan lama waktu 2 bulan

( 33.4 -37.3) dan 3 bulan (32.9 - 37.2).

Jumlah Tunas Generatif

Jumlah tunas generatif dipengaruhi oleh diameter kawat namun tidak oleh lama

waktu strangulasi dan tidak ada interaksi antara diameter kawat dan lama waktu

strangulasi. Pengaruh diameter kawat terhadap jumlah tunas generatif tampak pada 16

MSS hingga 19 MSS (Tabel Lampiran 2).

Tabel 2 menunjukkan bahwa sejak 16 MSS sampai dengan 19 MSS, jumlah

tunas generatif pada tanaman jemk besar yang distrangulasi berbeda secara nyata

dibandingkan dengan tanaman yang tidak distrangulasi (kontrol). Sejak 16 MSS hingga

19 MSS jumlah tunas generatif pertanaman yang distrangulasi 1.3

-

6.1 sedangkan pada

kontrol tidak menghasilkan tunas generatif. Hasil uji lanjut DMRT sejak 16 MSS

hingga 19 MSS, perlakuan strangulasi dengan menggunakan kawat berdiameter 2.0 mm

mempunyai jumlah tunas generatif 3.3 - 5.9 nyata lebih banyak dengan perlakuan

strangulasi dengan kawar berdiameter 1 6 mm (1.3 - 2.7) Tanaman jeruk besar yang

distrangulasi selama 1 bulan mempunyai jumlah tunas generatif 3.3 - 12.2 yang tidak

berbeda secara nyata dengan lama waktu 2 bulan (2.6 - 14) dan 3 butan (7.8 - 16.9)

(95)

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Tunas Generatif Tanaman Jemk Besar Nambangan pada Berbagai Perlakuan

Diameter Kawat

1.6 mm 1.3 tn 2.21~1 2.3

*

2.5

*

2.6

*

2.7

*

2.0 m m 3.3 4.3 5.0 5.8 5.9 5.9

Lama Walrm Strangulasi

1.3 a 2.3 a 2.6 a 3.1a 3.3a 3 3 a

Ketemgm : Angka yang diikuti humf yang sama pa& kolom yang sama pada faktorperlahan

yrmg sama memutjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRTpada taraf 0.05

*

: berbeda nyata m : tidak berbeda nyata

Jumlah Kuncup Bunga

Jumlah kuncup bunga dipengaruhi oleh diameter kawat namun tidak oleh lama

walm! strangulasi dan tidak ada interaksi antara kedua faktor tersebut. Tabel 3

menunjukkan bahwa sejak 16 MSS-19 MSS jumlah kuncup bunga dipengaruhi secara

nyata oleh perlakuan strangulasi dibandingkan dengan tanaman yang tidak distrangulasi

(konhol). Jumlah kunLp bunga untuk tanaman yang distrangulasi adalah 6.1 - 20.2

sedangkan tanaman yang tidak distrangulasi tidak mempunyai kuncup bunga. Hasil uji

lanjut DMRT pada tabel 3, jumlah kuncup bunga antara perlakuan strangulasi dengan

[image:95.602.82.510.196.401.2]
(96)

nyata kecuali pada 15 MSS-16 MSS dan berbeda sangat nyata pada 19 MSS. Tanaman

jeruk besar yang distrangulasi selama 3 bulan pada 14 MSS

-

19 MSS mempunyai

jumlah kuncup bunga 7.8 - 16.9 lebih banyak tetapi tidak berbeda nyata dengan dengan

lama waktu strangulasi 1 bulan ( 3.3 - 12.2) dan 2 bulan ( 2.6 - 14).

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Kuncup Bunga Tanaman Jemk Besar Nambangan pada Berbagai Perlakuan

Diameter Kawat

1.6 tnn~ 1.9

*

5.3 fl 6.1

m

6.7

*

7.2

*

8.5

*

2.0 m m 7.2 10.1 12.7 14.3 15.9 20.2

Lama Waktu Strangulasi

lbulan 3.3 a 6.7 a 7.8 a 8.3 a 9.6 a 12.2 a

Keierangm : Angka yang diikuti huruf ynng sama parla kolom yang sama parla faktor perlakuan ).ing sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Dh4RTpada t a r 4 0.05

**

: berbeda sangat nyata

*

: berbeda nyata in : fi&k berbeda nyata

Jumlah Bunga Mekar

Jumlah bunga mekar dipengaruhi oleh diameter kawat namun tidak oleh lama

waktu strangulasi dan tidak ada interaksi antara kedua faktor tersebut. Tabel 4

menunjukkan bahwa sejak 17 MSS sampai 19 MSS, tanaman jemk besar yang

distrangulasi sangat nyata meningkatkan jumlah bunga mekar dibandingkan dengan

[image:96.605.80.525.130.748.2]
(97)

pengamatan 17 MSS hingga 19 MSS pada tanaman yang distrangulasi 5.8 - 17.5 dan

pada tanaman yang tidak distrangulasi tidak memiliki bunga mekar.

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Bunga Mekar Tanaman Jeruk Besar Nambangan pada Berbagai Perlakuan

Konfrol Diameter Kanat

1.6 mm

2.0 mm

Lama Waldu Strangulasi

lbulan 2bulan

Keterangan : Angka yang diikuti huruf p n g sama pada kolom yang sama paah perlakuan yang sama menunfikbn tiahk berbeda nyata menurut DMRTpada taraf 0.05

**

: berbeda sangat nyata

*

: berbeda nyata

m

: tidak berbeda nyata

Secara umum perlakuan strangulasi dengan kawat berdiameter 2.0 mm

mempunyai jumlah bunga mekar 4.5 - 17.5 lebih banyak dibandingkan dengan kawat

berdiameter 1.6 mm (0.4 - 8.3) pada 14 MSS-19 MSS, akan tetapi perbedaan yang nyata

hafiya tampak pada 14 MSS, 18 MSS dan 19 MSS. Jumlah bunga mekar pada tanaman

jeruk besar yang distrangulasi selama 1,2 dan 3 bulan tidak berbeda secara nyata

Lama Waktu yang Diperlukan Tanaman Untuk Berbunga

Waktu yang dibutuhkan tanaman jeruk untuk berbunga pada tanaman yang diberi

perlakuan strangulasi dengan menggunakan kawat berdiameter 1.6 mm (12 MSS) dan

[image:97.608.86.532.196.384.2]
(98)

24

selama 2 bulan (1 1 MSS) mempunyai waktu berbunga yang lebih cepaf tetapi tidak

berbeda secara nyata dengan lama waktu strangulasi 1 bulan (12 MSS) dan 3 bulan

(13 MSS).

Fruit Set

Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa h i t set pada tanaman yang mendapat

perlakuan strangulasi dengan menggunakan kawat berdiameter 1.6 mm (52.5 %) tidak

berbeda nyata dibandingkan dengan 2.0 mm (55.9). Tanaman jeruk besar yang

distrangulasi dengan lama waktu 1 bulan (59 2) memiliki fruit set lebih tinggi tetapi

tidak berbeda secara nyata bila dibandingkan dengan lama waktu strangulasi 2 bulan

(49.5) dan 3 bulan (54).

Tabel 5. Rata-rata Waktu Berbunga, Fruit Set, Karbohidrat Daun pada Tanaman Jeruk Besar Nambangan pada Berbagai Perlakuan

Diameter Kawat

1.6 nun 12 tn 52.5 !n 14.1 tn 2.4 tn

2.0 nun 11 55.9 16.6 2.3

Lama \Yakhl Strangdasi

1 bulan 12 a 59.2 a 13.4 b 2.6 a 2 bulan 11 a 49.5 a 15.8 b 2.4 a

Keterangan : Angka yang diikuti hurufyang sama pada kolom yang sama pada faktor perlakuan yang sama menunjukknn tidak berbeda nyata menurut DMRTpada taraf 0.05

(99)

Kandungan Karbot~idrat Daun

Karbohidrat daun dipengamhi oleh diameter kawat dan lama waktu strangulasi,

tetapi tidak ada interaksi antara kedua faktor tersebut (Tabel Lampiran 7). Pada Tabel 5

menunjukkan bahwa tanaman jeruk besar yang distrangulasi sangat nyata meningkatkan

kandungan karbohidrat daun dibandingkan dengan tanaman yang tidak distrangulasi

(kontrol). Kandungan karbohidrat daun pada tanaman yang distrangulasi berkisar

13.4 %

-

16.9 % sedangkan untuk kontrol 11.2 %. Hasil uji lanjut DMRT pada tabel 5

menunjukkan bahwa kanduqan karbohidrat daun pada perlakuan strangulasi dengan

kawat berdiameter2.0 m m (16.6%) mempunyai kandungan karbohidrat daun yang nyata

lebih tin& dibandingkan perlakuan strangulasi dengan kawat berdiameter 1.6 mm

(14.1%). Perlakuan lama waktu strangulasi 3 bulan mempunyai kandungan karbohidrat

daun terbesar (16.9 %) dan berbeda secara nyata dengan perlakuan strangulasi dengan

lama waktu 1 bulan (13.4 %), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama waktu

2 bulan (15.8 %).

Kandungan Nitrogen Daun

Kandungan nitrogen daun dipengaruhi oleh diameter kawat dan lama waktu

strangulasi tetapi tidak ada interaksi antara kedua faktor :ersebut (Tabel Lampiran 8)

Hasil uji F kontras pada Tabel 5 menunjukkan bahwa tanaman jeruk besar yang

distrangulasi sangat nyata menurunkan kandungan nitrogen daun dibandingkan dengan

tanaman yang tidak distrangulasi (kontrol). Kandungan nitrogen daun pada tanaman

(100)

Kandungan nitrogen daun pada perlakuan strangulasi dengan kawat berdiameter 1.6 mm

(2.4 %) nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan strangulasi menggunakan kawat

berdiameter 2.0 mm (2.3 %). Perlakuan strangulasi selama 1 bulan mempunyai

kandungan nitrogen daun terbesar (2.6 %) dan berbeda secara nyata dengan lama waktu

strangulasi 2 bulan (2.4 %) dan 3 bulan (2.4 %). Pada perlakuan lama waktu strangulasi

2 bulan tidak berbeda secara nyata terhadap kandungan nitrogen daun pada perlakuan

lama waktu strangulasi 3 bulan.

Intensitas Cahaya, Daya Hantar Stomata dan Laju Fotosintesis Bersih

Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil pengukuran daya hantar stomata dan laju

fotosintesis bersih pada 1 BSS dengan nilai intensitas cahaya 920 sampai dengan 975

pmof fotonhtQ/det pada tanaman jeruk besar yang distrangulasi berbeda nyata. Nilai

daya hantar stomata pada tanaman jeruk besar yang distrangulasi selama 2 bulan (427)

dan 3 bulan (436) pada 1 BSS nyata meningkat dibandingkan dengan perlakuan lama

waktu 1 bulan (190.8). Perlakuan lama waktu strangulasi 3 bulan pada 1 BSS adalah

tidak berbeda nyata pada nilai daya hantar stomata dengan perlakuan lama waktu

(101)

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Tpada taraf 5 %.

Tabel 6 Pengukuran Intensitas Cahaya, Daya Hantar Stomata dan Laju Fotosintesis Bersih pada tanaman jeruk besar kultivar Nambangan yang distrangulasi pada 1 dan 2 bulan setelah selesai strangulasi (BSS)

Nilai laju fotosintesis bersih pada tanaman jeruk besar yang distrangulasi selama

1 bulan pada 1 BSS (5.1) nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lama

waktu 2 bulan (8.1) dan 3 bulan (9.5) (Tabel 6). Nilai laju fotosintesis bersih pada

perlakuan strangulasi dengan lama waktu 3 bulan tidak berbeda nyata dengan perlakuan

strangulasi 2 bulan

Daya hantar stomata dan laju fotosintesis bersih pada 2 BSS dengan intensitas

cahaya 817 sampai dengan 1048 pt1oVfoton/m2/det pada tanaman jeruk besar yang

distrangulasi berbeda nyata. Hasil pengukuran daya hantar stomata dan laju fotosintesis

bersih pada tanaman jeruk besar yang distrangulasi selama 1 bulan pada 2 BSS adalah

367 berbeda nyata dengan perlakuan lama waktu 2 bulan (43 1) dan 3 bulan (473 3)

Perlakuan4ama waktu strangulasi 2 dan 3 bulan pada 2 BSS mempunyai nilai daya

Perlakuan

1 bulan

2 bdan

3 bulan

1 BSS 2 BSS i

Daya Laju Daya Laju Intensitas ffantar ~otoosintesis

1

Intensitas Hantar Fotosintesis ,

Stomata Bersih i Cahaya Stomata

P d P m d pmot

fo(o&/dd H 2 0 / d d d CO2/d/dei

920 a 190.8 b 5.1 b

975 a 427.0 a 8.1 a

948 a 436.0 a 9.5 a

,umot p r o 1

:n2:

foton/d/& HtO/n?/dd c02/n?/det

1048 a 367.0 b 7.5 b

[image:101.611.85.537.128.359.2]
(102)

hantar stomata yang tidak berbeda nyata. Kondisi demikian juga berlaku bagi tanaman

yang distrangulasi selama 1 bulan pada 2 BSS (7.5) nyata Iebih rendah nilai laju

fotosintesis bersih nya dibandingkan dengan perlakuan lama waktu 2 bulan (8.9) dan 3

bulan (9.1). Namun demikian, nilai laju fotosintesis bersih pada perlakuan lama waktu 2

(103)

PEMBAHASAN

Jumlah tunas vegetatif yang diamati terlihat lebih tinggi pada tanaman kontrol

dibandingkan pada tanarnan yang diberi perlakuan strangulasi. Kondisi yang berlawanan

tejadi pada parameter tunas generatif, dimana pada kontrol tidak muncul tunas generatif

sama sekali sedang pada perlakuan strangulasi rata-rata muncul tunas generatif. Hasil

tersebut mendukung penelitian yang dilakukan Yamanishi et al., (1993) bahwa

parameter tunas vegetatif pada tanaman yang distrangulasi &an lebih rendah dibanding

dengan tanaman kontrol sedangkan parameter tunas generatif dan bunga mekar akan

lebih besar pada tanaman yang distrarigulasi daripada tanaman kontrol.

Strangulasi dapat menginduksi pembungaan jeruk besar karena pengaruhnya

pa& beberapa ha1 sebagai berikut:

1. Strangulasi akan menghambat translokasi fotosintat dari tajuk ke akar, sehingga

&an terjadi penumpukan karbohidrat di bagian tajuk. Peningkatan karbohidrat

tersebut akan menyebabkan nisbah C/N pada tajuk akan tinggi. Nisbah C N

yang tinggi tersebut penting dalam menginduksi pembungaan. Menurut Ryugo

(1988) kerat batang dapat menekan gerakan fotosintat (karbohidrat) dari daun ke

akar sehingga akan terjadi akumulasi karbohidrat di daun yang selanjutnya

digunakan untuk pembungaan. Penelitian Yamanishi dan Hasegawa (1995)

menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat tinggi di daun akan merangsang

(104)

2. Terhambatnya translokasi karbohidrat ke akar akan menyebabkan akar akan

kekurangan energi untuk melakukan aktivitasnya. Dengan demikian hngsi akar

dalarn absorbsi air dan unsur hara terutama nitrogen menjadi berkurang

Absorbsi air yang berkurang akan menyebabkan stress air fisiologis pada

tanaman Dari penelitian Susanto et al., (1993) diketahui bahwa stres air pada

tanaman jeruk besar dapat menginduksi pembungaan Sedangkan absorbsi unsur

hara nitrogen yang rendah akan rnenyebabkan nisbah CIN pada tajuk tanaman

akan

meningkat

3. Terganggunya fungsi akar karena strangulasi akan menyebabkan berkurangnya

sintesis hormon, termasuk giberellin. Koshita et al., (1999) menyatakan bahwa

hormon giberellin pada tanaman jeruk satsuma mandarin yang diringging akan

menurun seiring penambahan waktu ringging Poenvanto dan Inoue (1990) dan

Ogata et al., (1996) telah membuktikan bahwa pada jeruk, induksi pembungaan

memerlukan penurunan aktivitas giberellin

Strangulasi mengakibatkan terjadinya akumulasi karbohidrat pada daun

Tanaman yang distrangulasi akumulasi karbohidratnya nyata rneningkat dibanding

kontrol sehingga dapat mempercepat proses tejadinya pembungaan. Perlakuan

strangulasi dengan diameter kawat 2 0 kandungan karbohidrat daun lebih tinggi

dibanding perlakuan diameter kawat 1 6 rnm. Hal tersebut diduga terjadi karena pada

perlakuan diameter kawat 2.0 mm tejadi hambatan translokasi fotosintat dari tajuk ke

akar yang lebih besar dibanding perlakuan diameter kawat 1 6 mm sehingga kandungan

(105)

dengan diameter kawat 1.6 mm, akar akan kekurangan energi untuk mengabsorbsi

nitrogen sehingga kandungan nitrogen di daun akan semakin rendah Perlakuan lama

waktu strangulasi 1 bulan lebih tinggi dibanding dengan lama waktu 2 dan 3 bulan

Hasil tersebut mendukung penelitian Yamanishi et al., (1993) yang melaporkan bahwa

perlakuan strangulasi dengan kawat berdiameter 1 6 mm dan dengan semakin lama

waktu strangulasi pada tanaman jemk besar maka kandungan nitrogen di daun akan

semakin rendah Tanaman yang tidak distrangulasi mempunyai kandungan nitrogen

2 5 % sedangkan tanaman yang distrangulasi selama 3 bulan mempunyai kandungan

nitrogen 2.3 %.

Perlakuan lama waktu strangulasi 3 bulan menyebabkan transpor karbohidrat ke

akar terhambat lebih lama dibandingkan dengan perlakuan lama waktu strangulasi 1

bulan sehingga pada tanaman yang distrangulasi 3 bulan, akar sangat kekurangan

karbohidrat dan kebutuhan karbohidrat untuk melakukan aktivitas hanya diperoleh dari

cadangan karbohidrat yang ada di akar sehingga akar mengalami defisiensi karbohidrat

yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang distrangulasi selama 1 bulan

Hal ini menyebabkan akar tanaman yang distrangulasi selama 3 bulan akan menjadi sink

yang kuat, sehingga permintaan karbohidrat ke tajuk lebih tinggi dibandingkan dengan

1 bulan. Karena kebutuhan karbohidrat di akar yang sangat banyak pada tanaman yang

selesai distrangulasi selama 3 bulan maka tanaman berusaha meningkatkan Iaju

fotosintesisnya. Peningkatan laju fotosintesis tersebut memerlukan membukanya

stomata yang besar. Besarnya pembukaan stomata menyebabkan daya hantar stomata

(106)

bahwa tanaman yang distrangulasi 3 bulan mempunyai nilai daya hantar stomata yang

nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan strangulasi 1, 2 bulan dan kontrol.

Peningkatan laju fotosintesis bersih merupakan akibat dari peningkatan daya hantar

stomata. Semakin tinggi nilai daya hantar stomata pada tanaman yang distrangulasi 2

dan 3 bulan pada 1 dan 2 BSS maka nilai laju fotosintesis bersih juga akan semakin

tinggi Hal tersebut mendukung pernyataan Salisbury dan Ross (1995) bahwa laju

fotosintesis merupakan fungsi dari daya hantar stomata. Semakin tinggi daya hantar

stomata, laju fotosintesis juga akan semakin tinggi. Mohr and Schopfer (1995) juga

menyatakan bahwa daya hantar stomata berkaitan dengan laju fotosintesis. Semakin

tinggi daya hantar stomata menyebabkan diffusi C02 dari udara ke jaringan akan

(107)

KESIMPULAN DAN SARAN

Perlakuan strangulasi berpengaruh sangat nyata meningkatkan pembungaan

dibandingkan dengan kontrol (tanaman yang tidak distrangulasi).

Perlakuan diameter kawat (K) berpengaruh nyata pada peubah jumlah tunas

generatif, kuncup bunga, bunga mekar, kandungan karbohidrat dan nitrogen daun.

Perlakuan lama waktu strangulasi (W) berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tunas

vegetatif, kandungan karbohidrat dan nitrogen daun. Tidak terdapat interaksi antara

kedua faktor perlakuan pada semua peubah.

Perlakuan strangulasi dengan diameter kawat 2.0 m m (K2) memberikan hasil

yang nyata lebih tinggi dibanding dengan perlakuan 1.6 mm (K2) pada peubah jumlah

tunas generatif, kuncup bunga bunga mekar, fruit set dan karbohidrat daun. Sedangkan

perlakuan stangulasi dengan lama waktu 3 bulan (W3) menunjukkan hasil nyata lebih

tinggi dibanding 1 (Wl) dan 2 bulan (W2) pada peubah kandungan karbohidrat dan

nitrogen daun.

Perubahan fisiologis tersebut didukung oleh perubahan laju fotosintesis bersih

dan daya hantar stomata. Nilai laju fotosintesis bersih dan daya hantar stomata pade

perlakuan strangulasi selama 2 dan 3 bulan pada 1 BSS dan 2 BSS nyata meningkat

(108)

Saran

Perlunya penelitian lanjutan, tentang perlakuan strangulasi pada tanaman yang

sama tetapi dilakukan pada tahun berikutnya, apakah perlakuan strangulasi masih

memberikan respon yang baik terhadap pembungaan.

Hasil penelitian tersebut perlu diterapkan ke petani j e r k supaya dapat

(109)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1980. Laporan pengamatan Mutu Jeruk di Kalimantan Barat. Direktur Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. Direktorat Bina Usaha Petani Tanaman Pangan. Sub Unit Pengujian Hasil. Jakarta. 60 hal.

Biro Pusat Statistik. 1996. Statistik Indonesia. Jakarta

Biro Pusat Statistik. 1998. Statistik Indonesia. Jakarta

Garcia-Luis A, Fomes F, Guardiola JL. 1995. Leaf Carbohydrates and Flower Formation in Citrus. J. Amer. Soc. Hort. Sci., 120 (2) : 222 - 227.

Garcia-Luis A, Kanduser M, Guardiola E. 1995. The Influence of Fruiting on The Bud Sprouting and Induction Responses to Chilling in Citrus. J. Hort. Sci., 70 (5) :

817 - 825.

Koshita Y, Takahara T, Ogata T, Goto A 1999. Involvement of Endogenous Plant Hormones (IAq ABA, Gas) in Leaves and Flower Bud Formation of Satsurna Mandarin (Citrus rinshiri Marc.) J. Sci. Hort., 79 (1999) : 185-194.

Menzel CM, Rasmussen TS, Simpson DR 1995. Carbohydrate Reserves in Lychee Trees. J. Hort. Sci., 70 (2) : 245 - 255.

Mohr

H,

Schopfer P. 1995. Plant Physiology. Springer-Verlag,

NY.

629 p

Niyomdham, C. 1992. Citrus mainla. P.128-131.

In

Verheij and Coronel (ed.) Plant Resources of South East Asia; 2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation Bogor. Bogor. 44611.

Ogata T, Hasukawa H, Shiozaki S, Hariuchi S, Kawase

K,

Iwagaki, Okuda H.

1996. Seasonal Changes in Endogenous Geberellin Contens in Satsuma Mandarin during Flower differentation and The Infulence of Paclobutrazol on Giberre!lin Synthesis. J.Japan. Soc. Hort. Sci., 65245-253.

Purseglove JW. 1974. Tropical Crops Dicotyledons. Longman Group Limited. London. 719 p.

(110)

Poerwanto, R. and Inoue, H. 1990. Effeect of Air and Soil Temperatures in Autumn on Flowers Induction and Some Physiological Responses of Satsuma ~andarin; J. Japan. Soc. Hort. Sci., 59:207-214.

Poenvanto, R. dan Susanto, S. 1996. Pengaturan Pembungaan dan Pembuahan Jenik dengan Paclobutrazol dan Zat Pemecah Dormansi. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 6 (2):39-44.

Poerwanto, R., Efendi, D. dan Harjadi, S.S. 1997. Pengaturan Pembungaan Mangga Gadung 21 di Luar Musim dengan Paclobutrazol dan Zat Pemecah Dormansi. Hayati., 4(2):41-46.

Poenvanto, R., R. Hidayat, dan D. Guntoro. 2000. Studi fenofisiologi rambutan sebagai upaya mengatasi biannual bearing dan memproduksi buah di luar musim. Laporan Penelitian Hibah Bersaing P e r g m Tinggi VIIV1. Tahun anggaran 199912000. IPB-Bogor (tidak dipublikasikan).

Ryugo, K. 1998. Fruit Culture. It Science and Art. United State of America.

Salisbury, F. B., and Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Terjemahan Diah R. Lukmandan Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung. 173 p.

Setiawan, LA. 1993. Usaha Pembudidayaan Jeruk Besar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanto, S., Nakajima, Y dan Hasegawa, K. 1993. InfIuence of Water Stress In

Autumn On Flower Induction and Fruiting in Pomelo Trees (Citrus grandis (L.) Osbeck). J. Japan. Soc. Hort. Sci., 62(1) : 15-20.

Verheij, E.W.M. dan Coronel, R.E. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara; 2. Buah-Buahan yang Dapat Dimakan. Prosea. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yamanishi, O.K., Nakajima, Y. and Hasegawa, K. 1993. Effect of Branch Strangulation in Late Season on Reproductive phase of Young Pummelo Trees Grown in a Plastic House.

J.

Jpn. Trop. Agr., 37(4):290-297.

Yamanishi, O.K., and Hasegawa, K. 1995 Trunk Strangulation Responses to The Detrimental Effect of Heavy Shade on Fruit Size and Quality of 'Tosa Buntan' Pummelo. J. Hort. Sci., 70 (6) 875-887.

(111)

Bagan Lampiran 1.

PENETAPAN KARBOHIDRAT TOTAL DAUN

Sampel halus (300 mg) d i m a s e m ke dalam labu karbohidrat

+ . .

.

Ditambahkan HC10.7 N 20 ml dan dihid;ol~s~s dr atas Waterbath selama 2.5 jam

+

Larutan disaring ke dalam labu ukur 100

ml dan dibilas i 3

kali sehingga diperoleh volume q0-60 ml

+

Ditambahkan indikator Phenol Red 2 tetes (wama larutan merah muda kecoklatan)

+

Dinetralkan dengan penambahan NaOH 1 N

+

14ml hingga warna berubah menjadi kuning dan kembali berubah merah ungu (lembayung)

I

Ditambahkan ZnS04 5% sebanyak

f

ml--+ wama kembali merah muda

*

Ditambahkan Ba(OH)2 5% sebanyak 5 ml wama merah ungu dan impitkan sampai 100 ml

I

f

Larutan disaring ke dala,m botol plastik 100 ml

f

Lalu dipipet 2 ml kedatam tabung reaksi 20 ml, dibuat juga deret standar (0, 5, 10, 15, 20,25 ppm) dari standar karbohidrat 250 ppm

I

f

Ditambahkan pereaksi Cu 2 ml dan dlpanaskan

2

10 menit dalam air panas (wama merah bata)

I

a;

Didinginkan lalu ditambahkan pere si Nelson

*

2 ml

+

wama biru tua I

f

Diimpitkan ke 20 ml dan dikocok secukupnya serta ditungu 20-30 menit

Diukur pada Spektrofotometer dengan panjang gelombang 500 nm

*

Pereaksi Nelson :

a. Ditambahkan 24 g (NH4)6 M0-r 0 2 4 Hz0 dalam 450 ml aquades. Ditambahkan 21 ml

%SO4 pekat samhil di aduk.

b. Dilarutkan 3 g NazH As 0 4 7 Hz0 dalaln 25 ml aquades. Dicampurkan antara a dan b

(112)

Bagan Lampiran 2.

METODE

KJEEDAHL

Sampe10.5 g dimasukkan ke dalam labu Kjeltec dan ditambahkan 0.5 g selen mixture dan 3 ml H2S04 pekat.

Dipanaskan dengan suhu 150 O C skala 4 pada digister Kjeltec selama 30 menit

sampai larutan menjadi jernih, kemudian didinginkan

I

+

Dilakukan ditambahkan air suling 25 ml

(113)
[image:113.602.47.512.42.847.2]

Tabel Lampiran 1. Analisis Ragam Jumlah Tunas Vegetatif Umur 12, 14 dan 16 MSS.

12 MSS

16 MSS

K K = 20.62

(114)

15 MSS

- - - - . . - - - .

16 MSS

KK = 36.25 %

17 MSS 18 MSS

K

W

K* W 1 2 2 3.15 1.09 0.62 3.15 0.54 0.3

1

(115)

19 MSS

Tabel Lampiran 3. Analisis Ragarn Jumlah Kuncup Bunga Umur 14, 15, 16, 17,18 dan 19 MSS.

14 MSS

KK = 64.76 %

15 MSS

16 MSS

KK = 44.87 %

Galat 20

~ T , o ~ ~

37.36 1.86

....- , -2%.

1

'- .% ~ .":h ,,,., ,:

I:.

.,%<,->* ?: - :

..

.

1,:.

.,.42xs4*-. . .. 1

KK = 53.01 %

[image:115.608.40.539.34.850.2]
(116)

17 MSS

18 MSS

KK= 38.77 %

19 MSS

[image:116.608.35.560.63.806.2]

KK = 35.33 %

Tabel Lampiran 4. Analisis Ragam Jurnlah Bunga Mekar Umur 14, 15, 16,

17,

18 dan

19 MSS.

14 MSS

(117)
(118)

19 MSS

[image:118.599.60.539.51.805.2]

KK

= Z2.74 %

Tabel Lampiran 5. Analisis Ragam Waktu yang Diperlukan Tanaman untuk Berbunga (MSS)

Tabel Lampiran 6 Analisis Ragam Persentase Fruit Set (%)

Gambar

Tabel Lampiran
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Tunas Generatif Tanaman Jemk Besar Nambangan pada
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Kuncup Bunga Tanaman Jemk Besar Nambangan pada
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Bunga Mekar Tanaman Jeruk Besar Nambangan pada
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana latar belakang Obama, sebagai kekuatan atau kelemahan?. dalam pemilu

penyusunan skripsi dengan judul “ Persepsi Bahaya Merokok Bagi Kesehatan Pada Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.. Tahun

Simpulan dari penelitian ini adalah melalui penerapan model kooperatif tipe NHT dengan media powerpoint dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil

Pokok pikiran dari penelitian ini berorientasi pada peningkatan kekuatan beton, baik kuat tekan, kuat tarik maupun kuat lentur yang dihasilkan dari beton dengan

Untuk itu, penulis memberikan saran untuk meningkatkan penghasilan dan pola hidup keluarga Bapak Ketut Suarsana dengan cara memberikan ide bisnis kepada Bapak Ketut Suarsana

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini

klinis yang sering terjadi pada penderita osteoarthritis sehingga.. mengakibatkan penurunan kemampuan fungsional pada

Setelah melakukan penelitian dan melihat dari hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa ada pengaruh dan hubungan yang positif antara Pengaruh Etika dalam Bekerja