PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS
PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Jenjang S-I
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Nama : Taufik Budiman Nim : 21110181
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iv
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ... 1
1.2 Tujuan Kerja Praktek ... 3
1.3 Kegunaan Kerja Praktek ... 4
1.4 Metode Kerja Praktek ... 5
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek ... 7
1.5.1 Lokasi Kerja Praktek ... 7
1.5.2 Waktu Kerja Praktek ... 7
v
2.2 Visi, Misi, dan Kebijakan ... 10
2.2.1 Visi ... 10
2.2.2 Misi ... 10
2.2.3 Kebijakan ... 10
2.3 Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah ... 11
2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah ... 13
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek ... 21
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek ... 21
3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek ... 21
3.1.1 Prosedur ... 22
3.1.2 Pajak ... 23
3.1.2.1 Pengertian Pajak ... 23
3.1.2.2 Fungsi Pajak ... 25
3.1.2.3 Jenis-jenis Pajak ... 26
3.1.2.4 Azas Pemungutan Pajak ... 29
3.1.2.5 Hambatan-hambatan Pemungutan Pajak ... 29
3.3.3.1 Pengertian Pajak Hiburan ... 32
3.3.4. Subjek dan Objek Pajak Hiburan... 32
3.3.4.1 Subjek Pajak Hiburan ... 32
3.3.4.2 Objek Pajak Hiburan ... 32
3.3.5. Dasar Pengenaan tarif dan cara perhitungan pajak hiburan ... 33
3.3.5.1 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan... 33
3.3.5.2Tarif Pajak Hiburan ... 33
3.3.5.3 Cara Perhitungan Pajak Hiburan ... 37
3.3.6 Sistem Pemungutan Pajak ... 38
3.3.7 tatacara Pemungutan Pajak Hiburan ... 39
3.3.7.1 Penetapan dan Pembayaran Pajak Hiburan ... 41
3.3.7.2 Penagihan pajak Hiburan ... 42
3.3.8 Pembahasan ... 44
3.3.9.1 Prosedur Pemungutan Pajak Hiburan ... 41
3.3.9.2Hambatan Dalam Pemungutan Pajak Hiburan ... 46
3.3.8.3 Upaya Dalam Mengatasi Pemungutan Pajak Hiburan ... 48
vii
4.2 Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 54
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Permohonan Kuliah Kerja Praktek... 56
Lampiran 2 Surat Perizinan Kuliah Kerja Praktek dari Perusahaan ... 57
Lampiran 3 Surat Ket.Hasil Kuliah Kerja Praktek dari Perusahaan ... 58
Lampiran 4 Surat Ket.Hasil Kuliah Kerja Praktek dari Dosen Pembimbing 59 Lampiran 5 Daftar Kehadiran ... 60
Lampiran 6 Surat Setoran Pajak Daerah ... 61
Lampiran 7 Berita Acara Bimbingan Kerja Praktek ... 62
Lampiran 8 Lembar Pengesahan ... 63
54
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Bupati Tangerang Nomor 05 Tahun 2011 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hiburan
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia. UNIKOM : Bandung Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2000 Tentang
Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18
tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Sumber Lain
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat, rahmat, dan anugrah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis,
sehingga penulis mampu menyelesaikan Laporan Kerja Praktek dengan judul
“Prosedur Pemungutan Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Tangerang.”.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
mata kuliah Kerja Praktek jenjang S-I (Strata-I) Program Studi Akuntansi di
Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Penulis menyadari dalam penulisan Laporan Kerja Praktek ini masih
banyak terdapat kekurangan baik isi maupun bahasa yang digunakan. Hal ini tidak
lain karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak.
Selain itu penulis menyadari bahwa Laporan ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bimbingan, dorongan, nasihat, serta doa dan bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu dengan kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua yang telah membantu penulis, sehingga Laporan Kerja
ii
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer
4. Siti Kurnia Rahayu SE.,M.Ak.,Ak.,CA, selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktek yang dengan sabar membimbing penulis.
5. Inta Budi Setyanusa SE., M.Ak, selaku Dosen Wali Kelas AK-5.
6. Rukayah SE., M.Si. selaku Koordinator Kerja Praktek Tahun 2013 – 2014.
7. Seluruh Bapak Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia.
8. Bapak Hendarto S,STP, selaku pembimbing di Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Tangerang yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dan
dengan sabar serta tekun dalam membimbing penulis dalam penyusunan
Laporan Kerja Praktek ini.
9. Bapak H.M Barnas selaku Kepala Bidang Pendapatan I Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Tangerang yang telah membantu dalam penyusunan
Laporan Kerja Praktek ini.
10.Seluruh Staf dan Pegawai yang bekerja di Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Tangerang.
11.Ibundaku tercinta, kupanjatkan doa, semoga segala bantuan dan dorongan
yang telah diberikan akan mendapat balasan dan pahala yang berlipat ganda
iii
12. Sahabat, serta teman-teman kelas Ak 5 yang telah memberikan bantuan dan
dukungan pada penulis.
13. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan yang tidak
dapat penulis sebutkan. Semoga kebaikannya dapat dibalas oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Akhir kata penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak atas
terselesaikannya laporan ini. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat memberi
manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Dan semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan Berkat-Nya kepada kita semua. Amin.
Bandung, Desember 2013
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Kerja Praktek
Semakin berkembangnya perkembangan di dunia pada saat
ini,membuat Indonesia harus berusaha keras memajukan pula
perekonomiannya dan mengikuti perkembangan jaman agar dapat bersaing
dengan negara-negaralainnya. Dengan tuntutan seperti ini, maka Pemerintah
Pusat pada umumnya dan Pemerintah Daerah pada khususnya akan
menghadapi permasalahan yang penting, yaitu bagaimana Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah menciptakan kondisi perekonomian yang kondusif
yang dapat menarik minat investor baik dalam maupun luar negeri untuk
berinvestasi dan mampu menciptakan lapangankerja sebanyak-banyaknya.
Sejak dikeluarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 Pajak bila dilihat darisegi
pemungutannya dibedakan antara Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak
Pusatadalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai kebutuhan rumah tangga negara, sedangkan Pajak Daerah
adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai kebutuhan rumah tangga daerah.
Pajak daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 terbagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak
kabupaten/kota. Pembagian ini dilakukan sesuai dengan kewenagan
pengenaan dan pemungutan masing-masing pajak daerah pada wilayah
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, ditetapkan sebelas pajak daerah,
yaitu empat jenis pajak provinsi dantujuh jenis pajak kabupaten atau kota.
Pajak daerah provinsi tersebut terdiri dari: Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
danKendaraan di Atas Air (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor (PBBKB), dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (AP dan ABT). Serta pajak daerah kabupaten
meliputi: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, dan Pajak
Parkir.
. Berdasarkan jenis Pajak Daerah di atas, yang menjadi pembahasan
adalah Pajak Hiburan, dimana pajak hiburan sangat potensial dalam
meningkatan penerimaan daerah, maka dalam menyelenggarakan Pajak
Hiburan tersebut Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan Kabupaten
harus mengawasi proses pelaksanaan Pajak Hiburan ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Daerah yang telah ditetapkan.
Dinas Pendapatan Kabupaten mempunyai peranan yang sangat besar
dalam menyelenggarakan Pajak Hiburan. Pajak Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten dituntut untuk dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Dalam melaksanakan Pajak Hiburan tersebut Pemerintah tentunya
mendapat permasalahan. Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam
pelaksanaan Pajak Hiburan ini harus meningkatkan kinerjanya, sehingga
dapat mengatasi permasalahan yang timbul. Apabila permasalahan tersebut
3
dapat membiayai pembangunan daerah. Banyaknya tugas yang dilakukan
oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam mengelola
Pajak Hiburan ini tentunya bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah,
karena itu mahasiswa merasa perlu untuk mengetahui lebih dalam apa saja
yang harus dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Tangerang dalam
mengelola Pajak Hiburan di Kabupaten Tangerang. Hal inilah yang
menjadikan penulis memilih Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Tangerang sebagai tempat praktek, dan “PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG”. sebagai objek yang menarik untuk dijadikan wadah Kuliah Kerja Praktek.
1.2Tujuan Kerja Praktek
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui:
1. Prosedur Pemungutan Pajak hiburan pada Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Tangerang.
2. Hambatan dalam prosedur pemungutan pajak hiburan pada Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang.
3. Upaya yang di lakukan dalam mengatasi hambatan prosedur
pemungutan pajak hiburan pada Dinas Pemdapatan Daerah
1.3 Kegunaan Kerja Praktek 1.3.1 Kegunaan Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui masalah
pelaksanaan prosedur pemungutan pajak hiburan pada kantor Dinas
Pendapatan Daerah kabupaten Tangerang.
1.3.2 Kegunaan Akademis
Mebuktikan kembali teori-teori dan hasil penelitian terdahulu
berkaitan dengan prosedur pemungutan pajak hiburan pada kantor
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang.
1.4 Metode Kerja Praktek
Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari,
memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data
primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan
menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisis
factor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan
sehingga akan mendapatkan suatu kebenaran data-data yang akan
diperoleh.
Oleh karena itu metode yang diterapkan oleh penulis dalam
laporan kerja praktek ini adalah menggunakan Metode deskriptif
yaitu suatu metode yang menggambarkan dan melaporkan suatu
kejadian atau peristiwa pada waktu peneliti mengadakan penilitian.
5
1. Teknik Wawancara (Interview)
Penulis melakukan Tanya jawab secara langsung kepada
karyawan (nara sumber) tentang hal-hal yang berhubungan
dengan operasional kerja dimana penulis ditempatkan.
2. Pengamatan langsung (observasi)
Penulisan mengamati dan mempelajari secara langsung
dilapangan mengenai aturan-aturan prosedur pemungutan
pajak hiburan pada kantor Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Tangerang.
3. Studi pustaka
Penulis mencari literature yang berhubungan dengan topik
laporan seperti buku-buku perpustakaan yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
1.5 Metode Kerja Praktek
Metode kerja praktek yang dilakukan penulis dalam menyusun
laporan ini adalah metode block realease yaitu suatu metode pelaksanaan
kerja praktek yang dilakukan dalam satu periode tertentu, dimana periode
tersebut dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih tiga minggu yaitu dari
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan
laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Studi lapangan (Field Research), yaitu penelitian secara langsung
pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang yang
dilakukan dengan cara :
a. Pengamatan (Observation)
Yaitu suatu pengamatan dan pencatatan secara sistematis dalam
hal ini penulis melihat dan mengamati secara langsung apa yang
terjadi dan kaitannya dalam laporan kerja praktek ini.
b. Wawancara (Interview)
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi
langsung dengan pimpinan maupun karyawan perusahaan yang
berhubungan dengan kajian yang diteliti.
c. Dokumentasi
Pengumpulan, pemilihan dan pengolahan bukti-bukti serta
data-data yang berhubungan dengan bidang kajian laporan Kerja
Praktek yang diteliti.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Yaitu bentuk penelitian dengan cara pengumpulan data
dengan membaca buku-buku dan diklat-diklat yang berhubungan
7
1.6 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
1.5.1 Lokasi Kerja Praktek
Penulis melaksanakan kerja praktek di Dinas Pendapatan
Daerah Kab Tangerang, Komp Perkantoran Tigaraksa Gedung
Usaha – Usaha Daerah.
1.5.2 Waktu Kerja Praktek
Penulis melaksanakan kerja praktek selama 3 minggu, dari
tanggal 15 Juli 2013 sampai dengan tanggal 02 Agustus 2012. Kerja
Praktek dimulai dari hari Senin sampai hari Jum’at, pukul 08.00 s.d
Tabel 1
Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek Tahun 2013
No. Kegiatan Kerja Praktek
Bulan
Juni Juli Agust Sep Okt Nop Des
I Persiapan Kerja Praktek
1.Permohonan Ijin Kerja Praktek
2.Realisasi Ijin Kerja Praktek
3.Penentuan Tempat Kerja Praktek
4.Surat Penerimaan dari Instansi
II Pelaksanaan Kerja Praktek
1.Aktivitas Kerja Praktek
2.Bimbingan Kerja Praktek dengan
Pembimbing Perusahaan
III Pelaporan Kerja Praktek
1.Konsultasi dengan Dosen Kerja Praktek
2.Bimbingan dengan Dosen Kerja Praktek
3.Pembuatan Laporan Kerja Praktek
4.Final Laporan Kerja Praktek
9 BAB II
GAMBARAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat Instansi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah PP No. 41 tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah yang disahkan tanggal 25
Maret 2008 oleh DPRD Kabupaten Tangerang, instansi Badan
Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Tangerang
diubah namanya menjadi Dinas Pendapatan Daerah yang mulai aktif
sejak Oktober 2008. Dinas Pendapatan Daerah adalah unsur
pelaksana otonomi daerah yang menyelenggarakan pelayanan
bidang pendapatan. Perubahan ini didasarkan atas kebutuhan
daerah Kabupaten Tangerang yang disesuaikan dengan keuangan
daerah.
Instansi tersebut diubah namanya karena pertimbangan
beberapa hal. Salah satunya adalah adanya peraturan pemerintah
yang menyatakan bahwa daerah punya kewenangan untuk mengatur
struktur organisasi berdasarkan beban kerja. Dimana BPKD
Kabupaten Tangerang dianggap memiliki beban kerja yang terlalu
tinggi karena BPK Dmerupakan gabungan antara dinas pendapatan
daerah dengan bagian keuangan. Saat itu, BPKD bertugas untuk
mengelola pengeluaran juga penerimaan. Sehingga, BPKD dianggap
tidak memiliki kontrol yang baikatas manajemen keuangan yang ada
Setelah BPKD diubah namanya menjadi Dinas Pendapatan
Daerah, secara tidak langsung Dinas Pendapatan Daerah mempunyai
suatu kewenangan untuk mengatur dengan baik pendapatan yang
telah diterima oleh Kabupaten Tangerang. Sehingga, dana-dana yang
telah didapatkan bisa digunakan untuk kegiatan-kegiatan atau
proyek-proyek yang lebih bermanfaat.
2.2 Visi, Misi, dan Kebijakan 2.2.1 Visi
Berdasarkan Rencana Strategi Dinas Pendapatan Daerah
(Dipenda) Kabupaten Tangerang Tahun 2008 – 2013, Visi Dipenda
Kabupaten Tangerang adalah “OPTIMALISASI PENDAPATAN
DAERAH YANG BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK”. 2.2.2 Misi
Misi Dipenda Kabupaten Tangerang yaitu :
a. Meningkatkan Pendapatan Daerah
b. Meningkatkan Pelayanan
2.2.3 Kebijakan
a. Dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari Pajak
Daerah akan dilaksanakan penggalian potensi baik intensifikasi
maupun ekstensifikasi ;
b. Peningkatan SDM Aparatur Bidang Pendapatan I melalui Bintek
dan Pelatihan Pajak ;
11
pemerintah maupun swasta ;
d. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pajak daerah.
2.3 Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah
Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas
yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah. Dimana dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya agar berjalan secara efektif dan efisien, maka diperlukan
suatu susunan organisasi yang terstruktur dengan rapi. Adapun susunan
organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dispenda Kab Tangerang KEPALA DINAS
BERHARGA DAN SEKSI KEBIJAKAN
PENDAPATAN
a. KepalaDinas
b. Sekretariat
1. Sub. Bagian Perencanaan
2. Sub. Bagian Umumdan Kepegawaian
3. Sub. BagianKeuangan
c. Bidang Pendapatan I
1. Seksi Pendaftaran dan Pendataan
2. Seksi Penetapan
3. Seksi Penagihan
d. Bidang Pendapatan II dan Dana Perimbangan
1. Seksi Biaya Peralihan Hak Tanah dan Bangunan
2. Seksi PBB
3. Seksi Dana Perimbangan dan Lain – lain Pendapatan Daerah yang sah
e. Bidang Akuntansidan Pelaporan
1. Seksi Akuntansidan Pelaporan
2. seksi Verifikasi
3. Seksi Benda Berharga dan Quasi
f. Bidang Perencanaan dan Pengendalian Pendapatan
1. Seksi Perencanaan Pendapatan
2. Seksi Pengawasan dan Evaluasi
3. Seksi Kebijakan Pendapatan
g. Unit Pelaksanaan Teknis
13
2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 2
tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang mempunyai tugas pokok,
yaitu merencanakan, melaksanakan, mengarahkan, mengawasi dan
mengendalikan dibidang pendapatan sesuai kebijakan pemerintah daerah.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Pendapatan Daerah
mempunyai fungsi, yaitu:
a. Penyusunan bahan kebijakan teknis dibidang pendapatan
daerah
b. Pengumpulan dan pengolahan bahan untuk penyusunan,
rencana dan program kegiatan dibidang pendapatan
c. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, evaluasi, penggalian dan
pengembangan pendapatan daerah
d. Pelaksanaan pembinaan kebijakan pelayanan dibidang
pemungutan pendapatan daerah
e. Pengkoordinasian pembinaan pelaksanaan pemungutan
pandapatan asli daerah (PAD), pemungutan dana perimbangan
dan lain-lain pendapatan
f. Evaluasi, pemantauan dan pengendalian pemungutan
pendapatan daerah
Berdasarkan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 24 tahun 2008
tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Pendapatan Daerah
a. Kepala dinas, bertugas membina, memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan dinas dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi dinas, serta memimpin
dan mengkoordinasikan kegiatan staf, pelaksana dan kelompok
jabatan fungsional.
b. Sekretariat dinas mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan
pengendalian bidang perencanaan, umum dan kepegawaian
serta keuangan dinas. Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut,
sekretaria tmempunyai fungsi:
1. Perencanaan dan pengelolaan bahan perumusan kebijakan
yang berkaitan dengan perencanaan, umum dan
kepegawaian serta keuangan dinas;
2. Pelaksanaan pemberian fasilitas dan dukungan pelayanan
teknis administrasi dilingkungan dinas;
3. Pelaksanaan penyusunan program kegiatan dibidang
perencanaan, umum, dan kepegawaian, serta keuangan
dinas;
4. Pelaksanaan pengelolaan surat menyurat, tata naskah
dinas, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga dan
pemeliharaan sarana dan prasarana dinas;
5. Pelaksanaan tertib administrasi pengelolaan inventarisasi
barang, pemeliharaan sarana dan prasarana, perlengkapan
15
6. Pelaksanaan pengelolaan administrasi dan penatausahaan
keuangan;
7. Pelaksanaan dan pembinaan organisasi dan tata laksana
dilingkup dinas;
8. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya
terkait kegiatan dinas;
9. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan
kegiatan dinas;
10.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai
bidang tugasnya.
c. Bidan pajak mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan
pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian
program penyusunan bahan perencanaan pendapatan pajak
daerah, melaksanakan kegiatan pendataan, pendaftaran,
pemeriksaan, penetapan dan penagihan subjek pajak dan objek
pajak daerah. Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang pajak
mempunyai fungsi:
1. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan
perumusan penerimaan dan membuat program kerja
pendapatan pajak daerah dalam rangka penyusunan APBD
dan APBD-P (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Perubahan), pendaftaran dan pendataan pajak, perhitungan
dan penetapan pajak daerah, penerbitan surat ketetapan dan
2. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan
data perumusan registrasi secara sistematis dan kronologis
atas data perumusan penerimaan dan membuat program
kerja pendapatan pajak daerah dalam rangka penyusunan
APBD dan APBD-P (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Perubahan), pendaftaran dan pendataan pajak,
perhitungan dan penetapan pajak daerah, penerbitan surat
ketetapan dan surat tagihan pajak daerah;
3. Pelaksanaan kegiatan perumusan penerimaan dan membua
tprogram kerja pendapatan pajak daerah dalam rangka
penyusunan APBD dan APBD-P (Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Perubahan), pendaftaran dan pendataan
pajak, perhitungan dan penetapan pajak daerah, penerbitan
surat ketetapan dan surat tagihan pajak daerah;
4. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya
terkait perumusan penerimaan dan membuat program kerja
pendapatan pajak daerah dalam rangka penyusunan APBD
dan APBD-P (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Perubahan), pendaftaran dan pendataan pajak, perhitungan
dan penetapan pajak daerah, penerbitan surat ketetapan dan
17
5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan
kegiatan;
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan
bidang tugasnya.
d. Bidang perimbangan dan lain-lain pendapatan mempunyai
tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi
serta pengawasan dan pengendalian program penerimaan dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan.Untuk melaksanakan
tugas tersebut, bidang perimbangan dan lain-lain pendapatan
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan
DAU (Dana Alokasi Umum), DAK (Dana Alokasi Khusus),
dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang
sah;
2. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan
data DAU (Dana Alokasi Umum), DAK (Dana Alokasi
Khusus), dan dana perimbangan penerimaan pembiayaan
dan lain-lain pendapatan daerah yang sah;
3. Pelaksanaan kegiatan DAU (Dana Alokasi Umum), DAK
(Dana Alokasi Khusus), dan dana perimbangan dan
lain-lain pendapatan daerah yang sah;
4. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya
terkait DAU (Dana Alokasi Umum), DAK (Dana Alokasi
5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan
kegiatan;
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan
bidang tugasnya.
e. Bidang akuntansi dan pelaporan mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta
pengawasan dan pengendalian program akuntansi dan
pelaporan penerimaan daerah dan pembiayaan serta benda
berharga dan quasi. Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang
akuntansi dan pelaporan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Perencanaan kegiatan pengumpulan data konsolidasian
akuntansi dan pelaporan penerimaan daerah dan
pembiayaan serta benda berharga dan quasi;
2. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan
data konsolidasian akuntansi serta pelaporan penerimaan
daerah dan pembiayaan, benda berharga dan quasi;
3. Pelaksanaan kegiatan konsolidasian pendapatan,
verifikasi penerimaan daerah dan pembiayaan, akuntansi
pelaporan serta benda berhargadan quasi;
4. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya
terkait konsolidasian penerimaan daerah dan pembiayaan,
akuntansi pelaporan serta benda berharga dan quasi;
5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan
19
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan
bidang tugasnya
f. Bidang perencanaan dan pengendalian pendapatan
mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan
pembinaan dan koordinasi, serta pengawasan dan
pengendalian program perencanaan dan pengendalian
pendapatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang
perencanaan dan pengendalian pendapatan mempunyai
fungsi sebagai berikut:
1. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan
perecanaan, pengawasan dan evaluasi serta kebijakan
pendapatan;
2. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan
data perencanaan, pengawasan dan evaluasi serta kebijakan
pendapatan;
3. Pelaksanaan kegiatan perencanaan, pengawasan dan
evaluasi serta kebijakan pendapatan;
4. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya
terkait perencanaan, pengawasan dan evaluasi serta
kebijakan pendapatan;
5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan
20
KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Penulis ditempatkan di bagian Pajak daerah tepatnya pada pendapatan 1
maka bidang yang menjadi fokus penulis adalah prosedur pengenaan
dan pemungutan Pajak Hiburan pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Tangerang. Adapun kegiatan yang dilakukan selama kerja
praktek adalah meninjau prosedur prosedur pengenaan dan pemungutan
pajak hiburan pada kontor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Tangerang.
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Teknis pelaksanaan kuliah kerja praktek yang dilaksanakan
penulis yaitu menganalisi/ mengamati pelaksanan prosedur pengenaan
dan pemungutan pajak hiburan pada kantor Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Tangerang. Adapun tugas-tugas yang harus dilakukan
penulis yaitu merekam setiap prosedur pemungutan pajak hiburan dan
menginput data-data wajib pajak.
3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
Salah satu tujuan kuliah kerja praktek adalah membahas
hasil-hasil kuliah kerja praktek berdasarkan data-data yang didapat selama
21
Kabupaten Tangerang, maka penulis memberikan penjelasan tentang
tinjauan prosedur pengenaan dan pemungutan pajak hiburan pada Dinas
Pendapatan Kabupaten Tangerang. Maka penulis memberikan
penjelasan atas prosedur pengenaan dan pemungutan pajak hiburan
pada Dinas Pendapatan Kabupaten Tangerang.
3.3.1 Prosedur
Prosedur adalah sebagai suatu kelompok yang merupakan suatu
fungsi dari suatu sistem pemungutan, pembayaran dan pengumpulan
kas.
Prosedur adalah operasi tulis-menulis yang berurutan dan biasanya
menyangkut beberapa orang dalam beberapa bagian, guna menjamin
keseragaman pelaksanaan transaksi yang berulang-ulang.
Prosedur adalah suatu urutan-urutan dan langkah-langkah
pelayanan dalam rangka pencapaian tujuan. Prosedur merupakan suatu
urutan kronologis tugas-tugasnya yang berhubungan satu sama lainya
untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau dari definisi-definisi prosedur
diatas, prosedur merupakan kegiatan penulisan yang berurutan dan
terdiri dari kelompok orang atau lebih yang terjadi secara
3.3.2 Pajak
3.3.2.1 Pengertian Pajak
Didalam melaksanakan pembangunan nasional
sebagai pengamalan dari pancasila yang bertujuan untuk
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dan
oleh karena itu pula dikelola untuk meningkatkan peran serta
masyarakat sesuai dengan kemampuannya, maka untuk
mewujudkan tujuan dalam melaksanakan dan meningkatkan
pembangunan nasional, salah satu sumber penerimaan
Negara yang sangat menunjang untuk kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat.
Menurut Prof. Dr. P.J.A Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo dalam buku “Pengantar Ilmu HukumPajak “ mengemukakan bahwa :
“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali,yang langsung ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.(2000 : 2 )
23
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjuk. Dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.(2007 : 1) Definisi tersebut kemudian disempurnakan menjadi :
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving
yang merupakansumber utama untuk membiayai public investment”.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas
dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri atau unsur pokok
yang terdapat pada pengertian pajak yaitu:
1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan
pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidakdapat ditunjukan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran
pemerintah, yang bila dari pemasukannya terdapat surplus,
diperuntukan untuk membiayai public investment.
3.3.2.2 Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri pajak yang
diatas adadua fungsi pajak yaitu :
1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan
bagipembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Contoh : Dimasukannnya pajak dalam APBN sebagai
penerimaan dalam Negeri.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan
melaksanakankebijakan-kebijakan dibidang sosial dan
ekonomi.
Contoh : Dikenakannya pajak yang tinggi terhadap
minumankeras dan terhadap barang mewah
pula,sehinggapenggunaannya dapat ditekan
dan dibatasi.
3.3.2.3 Jenis-Jenis Pajak
Dalam hukum pajak terdapat pembagian jenis-jenis
pajak yang dibagi dalam berbagai kelompok pajak.
25
1. Berdasarkan Golongan
Pajak dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :
a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau
ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dilimpahkan atau dibebankan kepada oranglain atau
pihak lain.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh) yang harus dibayar
atau ditanggung oleh pihak-pihak tertentu
yang memproleh penghasilan tersebut.
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada oranglain
atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika
terdapat suatukegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang
menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi
penyerahan barang atau jasa.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terjadi karena
terdapat pertambahan nilai terhadap barang
atau jasa. Pajak ini dibayarkan oleh produsen
tetapi dapat dibebankan kepadakonsumen baik
secara eksplisit maupun implicit (dimasukan
2. Berdasarkan Sifatnya
Pembagian pajak menurut sifatnya dimaksudkan
pembedaan dan pembagiaannya berdasarkan ciri-ciri
prinsip :
a. Pajak subjektif adalah yang pengenaannya
memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau
pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan
subjeknya.
Contoh: Dalam PPh terdapat subjek pajak (wajib
pajak) dan harus memerhatikan keadaan
pribadi wajib pajak (status perkawinan,
banyaknya tanggungan, dan lainnya), hal
ini selanjutnya digunakan menentukan
besarnya penghasilan yang tidak kena pajak.
b. Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya
memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaaan,
perbuatan, atau pristiwa yang mengakibatkan timbulnya
kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan
keadaan subjek pajak maupun tempat tingggal.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta
27
3. Berdasarkan Pemungutannya
Pajak dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :
a. Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah pajak yang dipungut
oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga Negara pada umumnya.
Contoh: PPh, PPN, PPnBM, PBB, serta Bea Prolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak
provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/
kota) dan digunakan untukmembiayai rumah tangga
daerah masing-masing.
Contoh: Pajak Provinsi yaitu pajak kendaraan bermotor,
bea balik nama kendaraan bermotor dan
pajak pengambilan dan pemanfaatan air
bawah tanah dan air permukaan, sedangkan
Pajak Kabupaten/ Kota yaitu pajak hotel,
pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame,
3.3.2.4 Azas Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak didasarkan pada azas-azas
tertentu bagifiskus sehingga dengan azas ini Negara memberi
hak kepada dirinyasendiri untuk memungut pajak dari
penduduknya, yang pada hakekatnyamemungut dengan
paksa (berdasarkan Undang-undang) sebagian dariharta yang
dimiliki penduduknya. Azas-azas tersebut adalah :
1. Azas domisili
2. Azas Sumber
3. Azas Kebangsaan
3.3.2.5 Hambatan – Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan-hambatan pemungutan pajak terdiri dari dua jenis,
yaitu:
1. Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif yaitu berupa hambatan yang
mempersulitpemungutan pajak dan mempunyai hubungan
erat dengan strukturekonomi.
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif secara nyata terlihat pada semua usaha
danperbuatan yang secara langsung ditujukan kepada
pemerintah(fiskus) dengan tujuan untuk menghindari
29
3.3.3 Pajak Hiburan
3.3.3.1 Pengertian Pajak hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
Dengan demikian pajak hiburan itu sendiri dapat diartikan secara
singkat adalah pajak atau pungutan daerah atas penyelenggara
hiburan di tempat tersedianya hiburan tersebut. Pengenaan pajak
hiburan tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota
yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan karena penyelenggaraan
daerah otonom sehingga daerah mempunyai kewenangan untuk
mengenakan untuk atau tidak mengenakan suatu jenis pajak
Kabupaten / Kota. Pembangunan Kabupaten / Kota diseluruh
Indonesia tentu tidak sama, demikian juga dengan penyelenggaraan
pajak hiburan, oleh karena itu untuk dapat menerapkan pada suatu
daerah Kabupaten / Kota pemerintah daerah setempat harus
mengeluarkan peraturan daerah tentang pajak hiburan yang nantinya
akan menjadi landasan atau pedoman hukum operasional dalam
teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di
daerah kabupaten / kota tersebut. Dalam pemungutan pajak hiburan
terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui, Terminologi
tersebut adalah :
1. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan,
dan/ataukeramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
2. Penyelenggara hiburan adalah orang pribadi atau badan yang
pihak lain yang menjadi tanggungannya dalam menyelenggarakan
suatu hiburan.
3. Penonton atau penunjang adalah setiap orang yang menghadiri suatu
hiburanuntuk melihat dan/atau mendengar, menikmatinya atau
menggunakan fasilitas yang disediakan oleh penyelenggara hiburan,
kecuali penyelenggaraan karyawan, artis (para pemain), dan petugas
yang menyadari untuk melakukan tugas pengawasan.
4. Pembayaran adalah jumlah nilai uang atau yang dapat disamakan
dengan ituyang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan
atas penyerahan jasakepada penyelenggara hiburan.
5. Tanda masuk adalah semua tanda atau alat atau cara yang sah
dengan namadan dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk
menonton,menggunakan fasilitas, atau menikmati hiburan.
6. Harga tanda masuk, yang selanjutnya disingkat HTM, adalah nilai
jual yangtercantum pada tanda masuk yang harus di bayar oleh
penonton ataupengunjung.
7. Bon Penjualan atau Bill, faktur atau invoice adalah dokumen bukti
pembayaran yang sekaligus sebagai bukti pungutan pajak, yang
dibuat oleh Wajib Pajak Hiburan pada saat pengajuan pembayaran
31
3.3.4Subjek dan Objek Pajak Hiburan 3.3.4.1 Subjek Pajak Hiburan
Dalam pajak hiburan yang dimaksud dengan subjek pajak
adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmati
hiburan. Sedangkan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan
yang menyelenggarakan hiburan. Dengan demikian, subjek pajak
dan wajib pajak tentu berbeda peranan hak maupun kewenangan.
Misalnya orang pribadi atau badan yang menikmati pelayanan
tempat hiburan merupakan subjek pajak hiburan yang membayar
atau menanggung pajak,sedangkan penyelenggara hiburan tersebut
bertindak sebagai wajib pajak hiburan yang mempunyai kewenangan
untuk memungut pajak dari subjek pajak.Namun sebelum menjadi
Wajib Pajak hiburan, subjek pajak terlebih dahulu harus mendaftar
supaya dikukuhkan menjadi wajib Pajak.
3.3.4.2 Objek Pajak Hiburan
Objek pajak hiburan adalah setiap penyelenggaraan hiburan
dengan dipungut bayaran. Objek pajak hiburan terdiri dari :
1. Tontonan Film;
2. Pagelaran Kesenian, Musik, Tari dan/atau Busana;
3. Kontes kecantikan, Binaraga dan Sejenisnya;
4. Pameran;
5. Diskotik, Karaoke, klub malam dan sejenisnya;
6. Sirkus, akrobat dan sulap;
8. Pacuan kuda, Kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan;
9. Panti pijat, Refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran
(Fitnescenter)
10.Pertandingan Olah Raga;
Namun ada juga beberapa objek pajak hiburan yangidak
dikenakan pajak atau dikecualikan yaitu penyelenggaraan hiburan
yang tidak dipungut bayaran, yaitu hiburan yang diselenggarakan
dalam rangka pernikahan, ucapan adat dan kegiatan keagamaan.
3.3.5. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Hiburan
3.3.5.1 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan
Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran
atau yangseharusnya dibayar untuk menonton dan atau menikmati
hiburan.
3.3.5.2 Tarif Pajak Hiburan
Tarif pajak hiburan yang telah ditetapkan oleh peraturan
daerah dikenakan paling tinggi 35% ( tiga puluh lima persen ). Tarif
pajak hiburan di tiap Kabupaten /kota tentu berbeda – beda, hal ini
harus disesuaikan dengan keadaan daerahnya, asalkan tidak melebihi
tarif pajak yang telah di tetapkan yaitu 35%. Tarif pajak dapat
33
1. Tarif Tunggal terdiri dari :
a. Tarif pajak tetap adalah jumlah atau angkanya tetap, tidak
bergantung besarnya dasar pengenaan pajak.
b. Tarif proposional adalah tarif objek yang persentasenya
tetap dan tidak bergantung pada besarnya dasar
pengenaan pajak
2. Tarif Tidak Tunggal, terdiri dari :
a. Tarif Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya
meningkat sesuai besarnya atau meningkatnya dasar
pengenaan pajak.
b. Tarif Degresif adalah tarif pajak yang persentasenya
menurun sesuai dengan meningkatnya dasar pengenaan
pajak.
Tarif pajak Hiburan Kabupaten Tangerang adalah sebagai
berikut :
a. Tarif pajak untuk jenis pertunjukan Film di bioskop
ditetapkan :
Golongan I Sebesar 12 % (dua belas persen)
Golongan II Sebesar 10 % (sepuluh persen)
Catatan: Perlu diberi penjelasan apa yang dimaksud
dengan ”golongan I dangolongan II”
b. Tarif pajak untuk pertunjukan kesenian daerah, pameran
c. Tarif pajak untuk pertunjukan/Pagelaran musik, tari dan
Busana ditetapkan sebesar 15 % (lima belas persen);
d. Tarif pajak untuk kontes Kecantikan, Bina Raga dan Demo
Promosi ditetapkan sebesar 15 % (lima belas persen) ;
e. Tarif pajak untuk Penyelenggaraan Diskotik/Disco Bar,
Karaoke, Pub, Club Malam dan Sejenisnya ditetapkan
sebesar 35 % (tigapuluh Lima persen);
f. Tarif pajak untuk permainan billiard ditetapkan sebesar 25 %
(duapuluh lima persen);
g. Tarif pajak untuk permainan Bowling ditetapkan pajaknya
sebesar 20 % (dua puluh persen);
h. Tarif Pajak Untuk permainan Golf ditetapkan sebesar 20 %
(duapuluh persen);
i. Tarif pajak untuk Ice Skating ditetapkan sebesar 20 % (dua
puluhpersen);
j. Tarif pajak untuk Permainan Keterampilan/
Ketangkasan/TV.Game/ Video Game, Arena Bermain Anak
adalah : Permainan Keterampilan/Ketangkasan Golongan A
ditetapkan sebesar 30 % (tiga puluh persen);Permainan
Keterampilan/Ketangkasan Golongan B ditetapkan sebesar
20 % (dua puluh persen);
k. Arena bermain Anak, Kid Ride, Mandi Balon, dan
Sejenisnya ditetapkan pajaknya sebesar 10 % (sepuluh
35
Catatan: Perlu diberi penjelasan apa yang dimaksud
dengan ”permainanketrampilan/ketangkasan golongan A dan
golongan B”
l. Tarif pajak untuk Panti Pijat ditetapkan pajaknya sebesar
30 % (tiga puluh persen);
m. Tarif pajak untuk taman wisata, taman rekreasi, rekreasi
air/wisata air, kolam pemancingan, dan sejenisnya ditetapkan
sebesar 15 %(lima belas persen);
n. Tarif pajak untuk sirkus, akrobat dan sejenisnya ditetapkan
sebesar 15 % (lima belas persen);
o. Tarif Pajak untuk pertandingan olah raga dietapkan sebesar
10 % (sepuluh persen);
p. Tarif pajak untuk pacuan kuda ditetapkan sebesar 10 %
(Sepuluh persen);
q. Tarif pajak untuk mandi uap/SPA ditetapkan sebesar 35 %
(Tigapuluh lima persen);
r. Tarif pajak untuk pusat kebugaran/fitnes center ditetapkan
sebesar 15% (lima belas persen);
s. Tarif pajak untuk pertunjukan balap kendaraan bermotor
ditetapkan sebesar 15 % (lima belas persen);
t. Tarif hiburan/keramaian umum lainya ditetapkan sebesar
3.3.5.4 Cara Perhitungan Pajak Hiburan
Cara menghitung besarnya pajak hiburan yang terutang
adalah dengan mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak atau
secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pajak terutang = Tarif pajak x Dasar pengenaan pajak
= Tarif pajak x Jumlah pembayaran
untuk menikmati hiburan
Di dalam pajak hiburan terdapat juga masa pajak yang
merupakan jangka waktu yang lamanya sama dengan tahun takwim.
Tahun takwim sama dengan satutahun lamanya atau biasanya
dihitung mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember.
Selanjutnya di dalam masa pajak atau tahun pajak, Wajib Pajak
harus membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan
Peraturan Daerah mengenai pajak hiburan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah. pajak hiburan yang terutang akan dipungut di
wilayah atau daerah tempat hiburan tersebut diselenggarakan. Hal ini
karena kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerahyang
terbatas akan tempat hiburan yang berlokasi dan terdaftar dalam
37
3.3.6 Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa sistem yaitu:
1. Official Assessment System
Adalah suatu pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang.
Ciri-ciri Official Assessment System
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
berada pada fiskus.
b. Wajib pajak bersifat pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan
pajak oleh fiskus.
2. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib
pajak untuk menghitung, membayar,dan melaporkan
3. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau
memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
3.3.7 Tata Cara Pemungutan Pajak Hiburan
3.3.7.1 Penetapan dan Pembayaran Pajak Hiburan
a. DIPENDA dapat menetapkan besarnya pajak yang
terutang dalam suatumasa pajak berdasarkan SPTPD.
b. Pembayaran Pajak Hiburan terutang dilakukan Paling
lama 30 (tiga puluh)hari setelah berakhirnya masa pajak
dengan menggunakan SSPD.
c. Apabila batas waktu pembayaran jatuh pada hari libur,
maka batas waktu pembayaran jatuh pada hari kerja
berikutnya.
d. Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada bagian b,
dilakukan pada Kas Daerah atau Bank lain yang ditunjuk
oleh Bupati.
e. Apabila pembayaran pajak terutang dilakukan setelah
jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud pada
bagian b, dikenakan bunga keterlambatan sebesar 2%
(dua Perseratus) sebulan untuk jangka waktu paling lama
39
f. Pajak terutang dalam SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD,
wajib dilunasi dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal diterbitkan.
g. Pajak terutang dalam SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD,
yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo
pembayaran sebagaimana dimaksud pada bagian e,
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua Persen) sebulan.
3.3.7.2Penagihan Pajak Hiburan
a. Kepala DIPENDA dapat menerbitkan STPD apabila :
1. Pajak Hiburan dalam tahun berjalan tidak atau kurang
dibayar;
2. Dari hasil penelitian SKPD terdapat kekurangan
pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah
hitung;
b. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda
atau bunga.
c. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD
sebagaimana dimaksud pada bagian a angka1 dan 2,
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2 % (dua perseratus) setiap bulan untuk paling
lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.
d. Pajak yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo
administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua perseratus)
sebulan, dan ditagih dengan STPD.
e. Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak yang terutang
dalam surat ketetapan pajak, surat keputusan pembetulan,
surat keputusan keberatan dan putusan banding yang
tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo
pembayaran.
f. Ketentuan mengenai pelaksanaan penagihan pajak
dengan Surat Paksa diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
g. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak atau Penanggung
Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan
penagihan pajak dengan Surat Paksa.
3.3.8 Pembahasan
3.3.8.1 Prosedur Pemungutan Pajak Hiburan
Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan
pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak
atau retribusi kepada wajib pajak atau wajibretribusi serta
pengawasan penyetoran”. Untuk itu wajib pajak terlebih dahulu
melaporkan jenis usahanya kepada Dinas Pendapatan daerah dengan
41
1. Pengukuhan Wajib Pajak
Wajib pajak hiburan, wajib melaporkan usahanya kepada
Dinas Pendapatan Kabupaten Tangerang dalam jangka waktu
tertentu selambat–lambatnya tiga puluh hari setelahizin
penyelenggaraan hiburan diperoleh untuk dikukuhkan dan
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). Surat
keputusan pengukuhan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas
Pendapatan Daerah kabupaten / kota tidak merupakan dasar
untuk menentukan mulai saat terutang pajak hiburan. Tetapi
hanya merupakan sarana dalam administrasi dan pengawasan
bagi petugas atau fiskus Dinas Pendapatan Daerah. Apabila
penyelenggara hiburan tidak mendaftarkan usahanya dalam
jangka waktu yang ditentukan, Kepala Dinas Pendapatan Daerah,
akan menetapkan pengusaha atau penyelenggara hiburan tersebut
sebagai wajib pajak jabatan. Penetapan secara jabatan ini
dimaksudkan untuk memberikan nomor pengukuhan dan
NPWPD dan bukan merupakan untuk penetapan besarnya pajak
terutang.
2. Pendaftaran dan Pendataan
a. Setiap Wajib Pajak Hiburan wajib mendaftarkan
usahanya ke DIPENDA sebelum dimulai kegiatan
usahanya.
b. Apabila Wajib Pajak tidak melaporkan sendiri usahanya
DIPENDA akan mendaftarkan usahaWajib Pajak secara
jabatan.
c. Pendaftaran usaha sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
Pasal ini dilakukansebagai berikut :
1. Pengusaha/ penanggungjawab atau kuasanya
mengambil, mengisi dan menandatangani
formulir pendaftaran yang disediakan oleh Dinas
Pendapatan Daerah;
2. Formulir pendaftaran yang telah diisi dan
ditandatangani disampaikan kepada DIPENDA
dengan melampirkan ;
a. FotocopyKTPpengusaha/penanggungjawa
b/penerima kuasa;
b. Foto copy surat keterangan domisili
tempat usaha;
c. Foto copy Akte pendirian perusahaan dan
surat izin lain yang terkait dengan bidang
usaha hiburan yang dikelola dari instansi.
3. Terhadap penerimaan berkas pendaftaran,
DIPENDA memberikan tandaterima pendaftaran.
Berdasarkan keterangan Wajib Pajak dan data
yang ada pada formulir pendaftaran, Kepala
43
a. Surat pengukuhan sebagai Wajib Pungut dengan
sistem pemungutan pajak yang dikenakan;
b. Surat penunjukan sebagai pemilik/
penanggungjawab usaha Wajib Pajak;
c. Kartu NPWPD;
d. Penyerahan Surat Pengukuhan, Surat
Penunjukan, Kartu NPWPD kepada
pengusaha/penanggungjawab atau kuasanya
sesuai dengan tanda terima pendaftaran. 3. Pelaporan Pajak Hiburan
a.Penyelenggaraan hiburan rutin
1. Berdasarkan rekapitulasi penerimaan bulanan
yang disusun dari rekapitulasi bill atau bukti
pembayaran harian, Wajib Pajak menyiapkan
SPTPD yang telah diisi dengan benar, jelas,
lengkap dan ditandatangani oleh Wajib
Pajakatau Penanggung Pajak.
2. SPTPD disampaikan paling lambat tanggal 15
bulan berikutnya.
3. Apabila batas waktu penyampaian SPTPD
jatuh pada hari libur, maka batas waktu
penyampaian SPTPD jatuh pada hari kerja
4. SPTPD dianggap tidak disampaikan, apabila
tidak ditandatangani oleh Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud
pada bagian 1 dan tidak dilampirkan
keterangan atau dokumen sebagaimana
dimaksud pada bagian 2.
b. Penyelenggara Hiburan Insindentil
1. Penyelenggaraan menyampaikan Berita
Acara Penyelenggaraan hiburan kepada
DIPENDA dan jumlah pajak yang
terkumpul sesuai Berita Acara yang
dimaksud untuk disetor ke Kas Daerah
atau Bank yang ditunjuk menggunakan
SSPD.
2. Berita Acara sebagaimana dimaksud
bagian 1 ini disampaikan kepada
DIPENDA paling lambat 2 x 24 jam
setelah berakhirnya acara hiburan yang
dimaksud.
3. Apabila batas waktu penyampaian Berita
Acara sebagaimana dimaksud pada bagian
1 ini jatuh pada hari libur, maka batas
waktu penyampaian adalah hari
45
1.3.8.2 Hambatan Pemungutan Pajak Hiburan
Dalam upaya meningkatkan penerimaan daerah melalui
pajak hiburan masihditemui masalah – masalah yang harus dicari
solusinya dalam rangka upaya peningkatan penerimaan pajak daerah.
Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan pegawai Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang, penulis dapat mengetahui
apa yang menjadi masalah dalam upaya yang dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang untuk memperoleh data –
data yang benar dari wajib pajak, permasalahan yang dihadapi
adalah :
1. Sulitnya bertemu dengan Wajib Pajak, dikarenakan Wajib Pajak
tidak ingin bertemu atau memiliki kesibukan pada saat dia ingin
dijumpai. Pada saat Wajib pajak diberikan surat pemberitahun
tetapi Wajib Pajak tersebut tidak mengindahkannya, maka
diberikan surat Peringatan Pertama (5 Hari) dan apabila masih
belum diindahkan maka diberi peringatan kedua (2 Hari). Karena
banyaknya Wajib Pajak tidak patuh dengan surat peringatan
kedua itu maka Wajib Pajak tersebut ditetapkan secara jabatan.
2. Beberapa Wajib Pajak yang tidak mau untuk menyampaikan
Surat Pemberitahuan (SSPT) sendiri, tetapi mereka
menggunakan jasa Konsultan.
3. Keterlambatan Wajib Pajak dalam Penyampaian Surat
4. Data dari Wajib Pajak tidak lengkap seperti laporan penjualan.
Kalau tidak lengkap dilakukan penongkrongan (penjagaan)
kompetensi dari Wajib Pajak selama 30 hari kerja (1 bulan
kalender).
5. Tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah dalam
memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak. Rendahnya
kesadaran masyarakat umum dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya dapat disebabkan oleh minimnya pengetahuan
mereka arti, manfaat, dan tujuan pembayaran pajak. Apabila
mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk itu, maka cara
pandang mereka terhadap kewajiban perpajakannya pun akan
berubah. Masih adanya beberapa wajib pajak yang memiliki
tunggakan –tunggakan pajak.
6. Masih ditemui atau masih adanya petugas Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Tangerang yang belum bekerja secara efektif
khususnya bagi petugas yang berkaitan dengan penyuluhan.
7. Susahnya untuk menjumpai pimpinan yang menyelenggarakan
objek hiburan guna untuk dimintai keterangan mengenai data –
data penghasilan yang didapat agar Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Tangerang dapat mengetahui berapa besar
penghasilan yang didapat dan menghindari penyimpangan
terhadap wajib pajak.
47
3.3.8.3Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Hambatan Pajak Hiburan
Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan yang telah penulis lakukan di
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dan dengan melihat data
yang berhasil penulis peroleh dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Tangerang telah melaksanakan kewajibannya dalam hal upaya peningkatan
penerimaan pajak hiburan. Adapun upaya yang dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang :
1. Melakukan pendataan terhadap wajib pajak sehingga data yang
disampaikan dapat lebih mendekati akuratisasi data.
2. Melakukan pendataan atas Usaha Game Online yang ada di Wilayah
UPT se Kabupaten Tangerang dalam upaya menjaring Wajib Pajak
Baru dari sektor permainan Ketangkasan Pajak Hiburan.
3. Melakukan Koordinasi dengan bendahara SKPD yang ada
dilingkungan PEMKAB Kabupaten Tangerang, Selaku Wajib
Pungut dalam hal pemungutan Pajak Hiburan atas kegiatan yang
dilakukan oleh SKPD terkait.
4. Melakukan Koordinasi dengan SKPD yang terkait perizinan, antara
lain dengan Dinas Pariwisata dan BPPT, dalam hal menjaring Wajib
Pajak Baru, yang mana arus terlebih dahulu terdaftar dan memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) dalam rangka
pengurusan Izin Usaha Baru.
5. Untuk Wajib Pajak Lama, terlebih dahulu harus melunasi pajak
6. Memfungsikan pengawasan dari Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Tangerang dan bekerjasama dengan administrasi terkait /
Tim Terpadu ( Dinas Pariwisata, Satpol PP, Polisi, Kejaksaan dan
Kodim ) dengan tujuan untuk melaksanakan penagihan kepada wajib
pajak khususnya wajib pajak yang tidak taat membayar pajak, bagi
wajib pajak terutang, menunggak dan sekaligus peninjauan data
lapangan yang sebenarnya.
7. Mengadakan peninjauan ulang atau mendata ulang apabila terjadi
kesalahan dalam pemeriksaan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam
pendataan, apabila dilakukan peninjauan kembali atau meneliti data
dengan benar sehingga tidak adanya lagi kesalahan – kesalahan
dalam perhitungan besar pajak yang seharusnya terutang.
8. Pemeriksaan wajib pajak secara terus dilakukan dengan
menggunakan self assessment system dan juga official assesment.
Pemeriksaan secara selfassessment System digunakan untuk
memeriksa objek pajak hiburan yang tergolong hiburan mewah yang
penghasilannya melebihi Rp 300.000.000,-(tiga ratus juta rupiah)
perbulan, sedangkan pemeriksaan yang menggunakan official
assessment system digunakan untuk memeriksa objek pajak
hiburanyang tergolong hiburan biasa – biasa saja atau tidak
tergolong mewah yangpenghasilannya kurang atau dibawah Rp
49
9. Melakukan pengawasan secara rutin kepada wajib pajak, hal ini
dilakukan guna untuk menghindari adanya penyimpangan atau
50 4.1KESIMPULAN
Berdasarkan uraian permasalahan yang dikemukakan penulis dari
hasil Praktek Kerja Lapangan di Dinas Pendapatan Daerah kabupaten
Tangerang dan dari studi pustaka yang dilakukan penulis, penulis
menyimpulkan :
1. Prosedur pemungutan pajak hiburan pada dinas Pendapatan Daerah
kabupaten Tangerang harus sesuai dengan Peraturan Bupati
Tangerang Nomor 5 Tahun 2011
2. Adapun hambatan yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Tangerang dalam pemungutan pajak hiburan yaitu :
tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah, masih ada
beberapa tunggakan – tunggakan pajak hiburan yang belum dibayar wajib pajak, sulit menemui pimpinan yang menyelenggarakan objek
hiburan, masih adanya petugas Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Tangerang yang masih belum bekerja secara efektif dan kurang
tegasnya peraturan daerah dalam mengatur pajak daerah dapat
diselesaikan dengan baik.
3. Adapun upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah untuk
mengatasi hambatan yang dihadapi sehingga penerimaan meningkat
adalah : melakukan pendataan terhadap wajib pajak, memfungsikan
51
dan bekerjasama dengan Tim Terpadu (Dinas Parawisata, Satpol PP,
Polisi, Kejaksaan, Kodim) untuk melaksanakan penagihan,
mengadakan peninjauan ulang apabila terjadi kesalahan dalam
pendataan, melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak,
melakukan pengawasan secara rutin kepada wajib pajak untuk
menghindari adanya data yang tidak benar disampaikan wajib pajak.
4.2 SARAN
Dalam Rangka Menyukseskan penerimaan pajak Hiburan Kabupaten
Tangerang pada masa yang akan datang, penulis memberikan saran :
1. Dinas pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang harus dapat
menciptakan kerjasama yang baik terhadap sesama pegawai maupun
kepada masyarakat agar wajib pajak tahu mereka membayar pajak
berarti mereka turut serta membiayai pembangunan daerah untuk
kesejahteraan masyarakat.
2. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang harus mengelola
pajak daerah sesuai dengan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku dengan baik dan benar serta selalu menjaga sifat yang jujur,
sopan dan tegas dalam melakukan pelayanan terhadap wajib pajak.
3. Harus dilakukan upaya-upaya oleh Pemerintah Kabupaten
Tangerang untuk meningkatkan penerimaan pajak hiburan melalui
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten tangerang yaitu dengan
dijalankan wajib pajak, penagihan tunggakan – tunggakan pajak dan penggaliaan potensi pajak.
4. Dinas Pendapatan Kabupaten Tangerang harus mensosialisasikan
Peraturan Pemerintah Kabupaten Tangerang agar lebih bisa
dipahami dan dilaksanakan oleh wajib pajak.
5.
Harus diadakan peningkatan kerja petugas – petugas yang berkaitan dengan bidang penyuluhan, bidang penagihan dan pengawasan pajak.
6. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang harus menambah