• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perendaman Buah Dalam Larutan Cacl2 Terhadap Kualitas Tomat (Lycopersicon Esculentum)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perendaman Buah Dalam Larutan Cacl2 Terhadap Kualitas Tomat (Lycopersicon Esculentum)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl

2

TERHADAP KUALITAS TOMAT (

Lycopersicon esculentum

)

Oleh :

Mawardi

A00499046

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl

2

TERHADAP KUALITAS TOMAT (

Lycopersicon esculentum

)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Mawardi

A00499046

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

RINGKASAN

MAWARDI. Pengaruh Perendaman Buah dalam Larutan CaCl2 Terhadap Kualitas Tomat (Lycopersicon esculentum). (Dibawah bimbingan BAMBANG S. PURWOKO).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman buah dalam CaCl2 terhadap kualitas tomat. Hipotesis yang

diajukan adalah peningkatan konsentrasi CaCl2 sampai 0.45 M dapat

memperpanjang daya simpan buah tomat, peningkatan lama perendaman dalam larutan CaCl2 sampai 30 menit dapat memperpanjang daya simpan buah tomat dan

terdapat konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan CaCl2 tertentu yang

memberikan pengaruh terbaik terhadap kualitas dan daya simpan buah tomat. Persiapan penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Sarongge. Pengamatan dilaksanakan di laboratorium RGCI (Research Group on Crop Improvement). Penyimpanan dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman. Analisis total asam tertitrasi (TAT) dan padatan terlarut total (PTT) dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Hortikultura. Analisis kandungan kalsium dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Penelitian dilaksanakan dari awal bulan Maret 2005 sampai bulan Juni 2005. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan satu faktor, tujuh perlakuan dan tiga kali ulangan. Ketujuh perlakuan tersebut adalah kontrol, perendaman dalam CaCl2 0.15 M selama 15 menit, perendaman dalam CaCl2 0.15 M selama

30 menit, perendaman dalam CaCl2 0.30 M selama 15 menit, perendaman dalam

CaCl2 0.30 M selama 30 menit, perendaman dalam CaCl2 0.45 M selama 15

menit, dan perendaman dalam CaCl2 0.45 M selama 30 menit

Bahan yang digunakan adalah benih tomat varietas Arthaloka, pupuk kandang, pupuk urea, SP-36, KCl, Dithane, Daconil, Benlate, Decis, Curacron, Lanet, kalsium klorida, NaOH, indikator phenolptalein dan aquades. Alat-alat yang digunakan adalah alat untuk budidaya, timbangan analitik, penetrometer, refraktometer, cosmotektor dan alat untuk titrasi.

Buah tomat yang digunakan untuk uji kualitas adalah buah tomat yang dipanen pada tingkat kemasakan breaker (semburat merah). Perendaman buah dalam larutan kalsium sesuai perlakuan dilakukan di laboratorium RGCI pada hari panen. Pengamatan terhadap uji kualitas meliputi kandungan kalsium, susut bobot, perubahan warna, kelunakan buah, kandungan padatan terlarut total, kandungan asam total tertitrasi, dan laju respirasi pada hari ke 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21 dan 24 setelah perendaman.

Perendaman buah dalam larutan CaCl2 dapat meningkatkan kandungan

kalsium pada buah tomat sekitar 1.0 – 1.6 mg/100 g. Perbedaan konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan CaCl2 tidak berpengaruh terhadap kandungan

kalsium pada buah.

Persentase susut bobot buah secara umum hingga hari terakhir pengamatan semakin besar. Pada 24 HSP susut bobot pada perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.15 M selama 15 menit dan 30 menit lebih kecil dibanding dengan

(4)

Perendaman buah dalam larutan CaCl2 0.15 M selama 15 menit dan 30

menit berbeda nyata dengan kontrol terhadap kelunakan buah pada 3 HSP, 9 HSP, 21 HSP dan 24 HSP. Pada saat 24 HSP perendaman buah dalam larutan CaCl2

dapat menghambat pelunakan buah karena pada semua perlakuan nilai kelunakan buah lebih rendah dibanding kontrol. Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 pada semua konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap

perubaha n warna kulit buah.

Nilai padatan terlarut total (PTT) secara umum hingga 15 HSP tidak berbeda dengan kontrol. Pada 18 HSP dan 21 HSP perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.45 M selama 15 menit memiliki nilai PTT lebih rendah yang

berbeda nyata dibanding kontrol. Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 pada semua konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap

kandungan asam tertitrasi pada buah

Puncak respirasi (kenaikan produksi CO2 secara mendadak) pada

perlakuan kontrol terjadi pada 15 HSP sedangkan perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.45 M 30 menit terjadi pada 12 HSP. Perlakuan perendaman

dalam larutan CaCl2 0.45 M selama 30 menit tidak dapat menurunkan laju

respirasi pada buah tomat. Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 0.15

(5)

Judul : PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl2

TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum) Nama : MAWARDI

NRP : A00499046

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc

NIP 131 404 220

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr

NIP 130 422 698

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Januari 1982 sebagai anak

ketiga dari lima bersaudara, anak dari Bapak M. Manaf dan Ibu Titin Sumarni.

Tahun 1993 penulis menyelesaikan pendidikan dari SD Negeri 12 Meruya

Utara Jakarta Barat, kemudian tahun 1996 penulis lulus dari SMP Negeri 134

Jakarta dan menyelesaikan studi di SMU Negeri 65 Jakarta pada tahun 1999.

Tahun 1999 penulis diterima di Program Studi Hortikultura, Jurusan

Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB melalui jalur UMPTN. Selama

menjadi mahasiswa di IPB penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul

Pengaruh Perendaman Buah dalam Larutan CaCl2 terhadap Kualitas Tomat

(Lycopersicon esculentum) ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc. atas bimbingan dan

pengarahannya selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi.

2. Dr. Ir. Sobir MSc. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan saran dan nasehat.

3. Dr. Ir. Darda Efendi, MSi. dan Ir. Diny Dinarti, MSi. yang berkenan

menjadi dosen penguji skripsi.

4. Ayah, Mama, Feri, Neti, Ci Yana dan Aa Eman atas doa, perhatian dan

kasih sayangnya.

5. Renata Widi Astuti atas kesabaran dan dukungan semangat yang tidak

pernah putus.

6. Pak Nana atas kerjasamanya selama penanaman di KP Pasir Sarongge.

7. Pak Joko Mulyono atas bantuannya di Laboratorium Ekofisologi

Tanaman.

8. Pak Yudhi dan Mas Bambang atas arahan dan bantuannya di Laboratorium

RGCI, IPB.

9. Pak Didi atas bantuannya di Laboratorium Pendidikan Hortikultura.

10.Ibu Hety atas bantuannya di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pasca Panen, Bogor.

11.Teman-teman baikku Ade, Hendra, Ami, Dian, Deni, Erlin, Khafid, Afifi,

dan Nina atas bantuan dan sarannya.

12.Teman-teman Hortikultura 36 lainnya atas persahabatannya.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

Bogor, November 2005

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani ... 3

Syarat Tumbuh ... 4

Kualitas Buah Tomat ... 5

Proses-proses Pasca Panen... 5

Penggunaan Kalsium Klorida ... 6

BAHAN DAN METODE ... 8

Tempat dan Waktu Penelitian ... 8

Bahan dan Alat... 8

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan ... 9

Pengamatan ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Keadaan Umum... 14

Hasil dan Pembahasan ... 14

KESIMPULAN... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Indeks Warna Kulit Buah Tomat (Kader, 1992) ... 11

2. Kandungan Ca pada Buah ... 14

3. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Susut Bobot Buah ... 15

4. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Kelunakan Buah... 16

5. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Warna Kulit Buah ... 16

6. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Padatan Terlarut Total17 7. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Total Asam Tertitrasi 17 8. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Laju Respirasi ... 18

Lampiran 1. Sidik Ragam Kandungan Ca pada Buah Tomat... 24

2. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Susut Bobot Buah... 25

3. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Kelunakan Buah ... 26

4. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Warna Kulit Buah ... 27

5. Sidik Ra gam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Padatan Terlarut Total ... 28

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Buah Tomat pada Tingkat Kemasakan Breaker ... 8

(11)

PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl

2

TERHADAP KUALITAS TOMAT (

Lycopersicon esculentum

)

Oleh :

Mawardi

A00499046

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl

2

TERHADAP KUALITAS TOMAT (

Lycopersicon esculentum

)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Mawardi

A00499046

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

RINGKASAN

MAWARDI. Pengaruh Perendaman Buah dalam Larutan CaCl2 Terhadap Kualitas Tomat (Lycopersicon esculentum). (Dibawah bimbingan BAMBANG S. PURWOKO).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman buah dalam CaCl2 terhadap kualitas tomat. Hipotesis yang

diajukan adalah peningkatan konsentrasi CaCl2 sampai 0.45 M dapat

memperpanjang daya simpan buah tomat, peningkatan lama perendaman dalam larutan CaCl2 sampai 30 menit dapat memperpanjang daya simpan buah tomat dan

terdapat konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan CaCl2 tertentu yang

memberikan pengaruh terbaik terhadap kualitas dan daya simpan buah tomat. Persiapan penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Sarongge. Pengamatan dilaksanakan di laboratorium RGCI (Research Group on Crop Improvement). Penyimpanan dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman. Analisis total asam tertitrasi (TAT) dan padatan terlarut total (PTT) dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Hortikultura. Analisis kandungan kalsium dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Penelitian dilaksanakan dari awal bulan Maret 2005 sampai bulan Juni 2005. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan satu faktor, tujuh perlakuan dan tiga kali ulangan. Ketujuh perlakuan tersebut adalah kontrol, perendaman dalam CaCl2 0.15 M selama 15 menit, perendaman dalam CaCl2 0.15 M selama

30 menit, perendaman dalam CaCl2 0.30 M selama 15 menit, perendaman dalam

CaCl2 0.30 M selama 30 menit, perendaman dalam CaCl2 0.45 M selama 15

menit, dan perendaman dalam CaCl2 0.45 M selama 30 menit

Bahan yang digunakan adalah benih tomat varietas Arthaloka, pupuk kandang, pupuk urea, SP-36, KCl, Dithane, Daconil, Benlate, Decis, Curacron, Lanet, kalsium klorida, NaOH, indikator phenolptalein dan aquades. Alat-alat yang digunakan adalah alat untuk budidaya, timbangan analitik, penetrometer, refraktometer, cosmotektor dan alat untuk titrasi.

Buah tomat yang digunakan untuk uji kualitas adalah buah tomat yang dipanen pada tingkat kemasakan breaker (semburat merah). Perendaman buah dalam larutan kalsium sesuai perlakuan dilakukan di laboratorium RGCI pada hari panen. Pengamatan terhadap uji kualitas meliputi kandungan kalsium, susut bobot, perubahan warna, kelunakan buah, kandungan padatan terlarut total, kandungan asam total tertitrasi, dan laju respirasi pada hari ke 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21 dan 24 setelah perendaman.

Perendaman buah dalam larutan CaCl2 dapat meningkatkan kandungan

kalsium pada buah tomat sekitar 1.0 – 1.6 mg/100 g. Perbedaan konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan CaCl2 tidak berpengaruh terhadap kandungan

kalsium pada buah.

Persentase susut bobot buah secara umum hingga hari terakhir pengamatan semakin besar. Pada 24 HSP susut bobot pada perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.15 M selama 15 menit dan 30 menit lebih kecil dibanding dengan

(14)

Perendaman buah dalam larutan CaCl2 0.15 M selama 15 menit dan 30

menit berbeda nyata dengan kontrol terhadap kelunakan buah pada 3 HSP, 9 HSP, 21 HSP dan 24 HSP. Pada saat 24 HSP perendaman buah dalam larutan CaCl2

dapat menghambat pelunakan buah karena pada semua perlakuan nilai kelunakan buah lebih rendah dibanding kontrol. Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 pada semua konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap

perubaha n warna kulit buah.

Nilai padatan terlarut total (PTT) secara umum hingga 15 HSP tidak berbeda dengan kontrol. Pada 18 HSP dan 21 HSP perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.45 M selama 15 menit memiliki nilai PTT lebih rendah yang

berbeda nyata dibanding kontrol. Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 pada semua konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap

kandungan asam tertitrasi pada buah

Puncak respirasi (kenaikan produksi CO2 secara mendadak) pada

perlakuan kontrol terjadi pada 15 HSP sedangkan perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.45 M 30 menit terjadi pada 12 HSP. Perlakuan perendaman

dalam larutan CaCl2 0.45 M selama 30 menit tidak dapat menurunkan laju

respirasi pada buah tomat. Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 0.15

(15)

Judul : PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl2

TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum) Nama : MAWARDI

NRP : A00499046

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc

NIP 131 404 220

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr

NIP 130 422 698

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Januari 1982 sebagai anak

ketiga dari lima bersaudara, anak dari Bapak M. Manaf dan Ibu Titin Sumarni.

Tahun 1993 penulis menyelesaikan pendidikan dari SD Negeri 12 Meruya

Utara Jakarta Barat, kemudian tahun 1996 penulis lulus dari SMP Negeri 134

Jakarta dan menyelesaikan studi di SMU Negeri 65 Jakarta pada tahun 1999.

Tahun 1999 penulis diterima di Program Studi Hortikultura, Jurusan

Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB melalui jalur UMPTN. Selama

menjadi mahasiswa di IPB penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah

(17)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul

Pengaruh Perendaman Buah dalam Larutan CaCl2 terhadap Kualitas Tomat

(Lycopersicon esculentum) ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc. atas bimbingan dan

pengarahannya selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi.

2. Dr. Ir. Sobir MSc. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan saran dan nasehat.

3. Dr. Ir. Darda Efendi, MSi. dan Ir. Diny Dinarti, MSi. yang berkenan

menjadi dosen penguji skripsi.

4. Ayah, Mama, Feri, Neti, Ci Yana dan Aa Eman atas doa, perhatian dan

kasih sayangnya.

5. Renata Widi Astuti atas kesabaran dan dukungan semangat yang tidak

pernah putus.

6. Pak Nana atas kerjasamanya selama penanaman di KP Pasir Sarongge.

7. Pak Joko Mulyono atas bantuannya di Laboratorium Ekofisologi

Tanaman.

8. Pak Yudhi dan Mas Bambang atas arahan dan bantuannya di Laboratorium

RGCI, IPB.

9. Pak Didi atas bantuannya di Laboratorium Pendidikan Hortikultura.

10.Ibu Hety atas bantuannya di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pasca Panen, Bogor.

11.Teman-teman baikku Ade, Hendra, Ami, Dian, Deni, Erlin, Khafid, Afifi,

dan Nina atas bantuan dan sarannya.

12.Teman-teman Hortikultura 36 lainnya atas persahabatannya.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

Bogor, November 2005

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani ... 3

Syarat Tumbuh ... 4

Kualitas Buah Tomat ... 5

Proses-proses Pasca Panen... 5

Penggunaan Kalsium Klorida ... 6

BAHAN DAN METODE ... 8

Tempat dan Waktu Penelitian ... 8

Bahan dan Alat... 8

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan ... 9

Pengamatan ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Keadaan Umum... 14

Hasil dan Pembahasan ... 14

KESIMPULAN... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

(19)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Indeks Warna Kulit Buah Tomat (Kader, 1992) ... 11

2. Kandungan Ca pada Buah ... 14

3. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Susut Bobot Buah ... 15

4. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Kelunakan Buah... 16

5. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Warna Kulit Buah ... 16

6. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Padatan Terlarut Total17 7. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Total Asam Tertitrasi 17 8. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Laju Respirasi ... 18

Lampiran 1. Sidik Ragam Kandungan Ca pada Buah Tomat... 24

2. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Susut Bobot Buah... 25

3. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Kelunakan Buah ... 26

4. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Warna Kulit Buah ... 27

5. Sidik Ra gam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Padatan Terlarut Total ... 28

(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Buah Tomat pada Tingkat Kemasakan Breaker ... 8

(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman tomat merupakan jenis sayuran penting. Penggunaan buah tomat

dalam konsumsi masyarakat sangat beragam, selain dikonsumsi dalam bentuk

segar buah toma t juga dapat diolah menjadi saus, pure, kecap, sari buah dan

dikalengkan dalam bentuk utuh maupun potongan (Prosea, 1994). Kandungan

gizi buah tomat yang tinggi, pemanfaatan yang beragam dan penerimaan

masyarakat yang baik menjadikan buah tomat sebagai komoditas hortikultura

yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia.

Pada umumnya produk hortikultura dikonsumsi dalam bentuk segar,

sehingga kadar air sangat menentukan kualitasnya. Buah tomat memiliki kadar

air mencapai 94% dari total beratnya. Kadar air yang tinggi menyebabkan produk

tersebut mudah rusak (perishable) (Ashari, 1995).

Kehilangan hasil pascapanen buah tomat dapat mencapai 30% (Maletta et

al., 1995). Kehilangan hasil ini disebabkan oleh daya simpan yang relatif singkat

berkisar antara 4 sampai dengan 10 hari tergantung pada kultivar dan tingkat

kematangan buah tomat pada saat panen. Tomat mudah rusak disebabkan

berbagai faktor fisik, kimiawi dan hayati. Kehilangan hasil dapat terjadi sejak

panen, penanganan yang kurang baik, keterlambatan mencapai konsumen, cara

bongkar/muat yang kasar dan penggunaan kemasan yang tidak memadai, serta

keadaan yang tidak menguntungkan selama pengangkutan (Marpaung, 1997).

Usaha untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang daya simpan

buah tomat tersebut sampai tiba ke konsumen perlu dilakukan (Ashari, 1995).

Salah satu cara untuk memperpanjang daya simpan buah tomat adalah dengan

perlakuan pascapanen dengan perendaman buah dalam larutan kalsium. Buah

dengan kandungan kalsium yang tinggi mempunyai tingkat respirasi yang rendah

dan lama penyimpanan yang lebih panjang dibandingkan dengan buah dengan

kandungan kalsium yang rendah. Kalsium dapat mempertahankan organisasi

selular dan jika kekurangan dapat menyebabkan disintegrasi membran (Shear dan

(22)

Perlakuan dengan CaCl2 telah banyak dilakukan pada beberapa jenis buah.

Pelunakan apel ‘MacIntosh’ selama penyimpanan dapat direduksi dengan

perendaman buah 2 hari setelah panen dalam larutan 4% CaCl2 (Mason et al.,

1975). Apel ‘Golden Delicious’ lebih keras dibandingkan kontrol setelah diberi

perlakuan perendaman dalam larutan kalsium (Conway et al., 1994). Purwoko

dan Juniarti (1998) melaporkan perlakuan dengan CaCl2 memberikan hasil terbaik

dalam memperlambat peningkatan pelunakan buah, padatan terlarut total dan

memberikan hasil yang baik dalam indeks skala warna kulit pada buah pisang

cavendish. Perlakuan perendaman dalam kalsium klorida juga meningkatkan

kekerasan dari buah melon cantaloupe potong (Luna-Guzman et al., 1999).

Perendaman dalam larutan CaCl2 1% dapat mempertahankan kualitas buah tomat

potong (Artes et al., 1999).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan

lama perendaman buah dalam CaCl2 terhadap kualitas tomat.

Hipotesis

1. peningkatan konsentrasi CaCl2 sampai 0.45 M dapat memperpanjang daya

simpan buah tomat.

2. peningkatan lama perendaman dalam larutan CaCl2 sampai 30 menit dapat

memperpanjang daya simpan buah tomat.

3. terdapat konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan CaCl2 tertentu

yang memberikan pengaruh terbaik terhadap kualitas dan daya simpan

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) termasuk ke dalam famili

Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Peru dan Ekuador, yang kemudian

menyebar ke seluruh dunia. Tanaman tomat merupakan herba semusim,

bunganya hermafrodit dan bersifat self-compatible pada daerah yang lebih dingin.

Penyerbukan sendiri sangat tinggi persentasenya, tetapi di daerah tropik 24%

buahnya terjadi melalui penyerbukan silang oleh serangga penyerbuk (Ashari,

1995). Tanaman tomat sangat bervariasi dalam karakter pertumbuhannya.

Tanaman ini terbagi menjadi tiga jenis, yakni tipe determinate, semideterminate

dan indeterminate (Crockett, 1972)

Bunga tanaman tomat berjenis kelamin dua , kelopaknya berwarna hijau

dan mahkota bunganya berwarna kuning. Kepala sari membentuk tabung dan

mengelilingi putik. Tangkai putik terus tumbuh memanjang ketika kepala sari

dalam persiapan membebaskan tepung sarinya (Ashari, 1995). Pembuaha n atau

fertilisasi terjadi 50-96 jam setelah penyerbukan dan pematangan buah terjadi

42-50 hari setelah anthesis (Harjadi dan Sunarjono, 1989). Menurut Pantastico

(1986) buah tomat termasuk tipe buah buni karena bijinya terletak pada daging

buah yang lunak dan berair.

Sistem perakaran tomat berupa akar tunggang dengan akar samping yang

menjalar merata. Tanaman tomat berbatang lunak, mudah patah dan berbulu

halus pada waktu muda, setelah tua batangnya menjadi persegi dan hampir

berkayu. Tanaman tomat memiliki percabangan yang menyebar atau tegak

dengan cabang-cabang berwarna hijau (Thompson dan Kelly, 1957). Pada ujung

batang utama terdapat meristem apikal yang merupakan bagian paling aktif

membentuk daun dan bunga (Jaya, 1997).

Setiap 100 g buah tomat me ngandung air sebanyak 94.1%; protein 1.0 g;

lemak 0.2 g; karbohidrat 4.1 g; serat 0.8 g; abu 0.6 g; Ca 18.0 mg; P 18.0 mg; Fe

0.8 mg; Na 4.0 mg; K 266.0 mg; vitamin A 735 IU; tiamin 0.06 mg; riboflavin

(24)

Syarat Tumbuh

Tanaman tomat toleran terhadap beberapa kondisi lingkungan tumbuh.

Suhu optimum untuk tumbuh dan berkembang tanaman tomat berkisar antara

21-24oC (Prosea, 1994). Apabila suhu melebihi 26oC, hujan lebat dan mendung

menyebabkan dominasi pertumbuhan vegetatif dan masalah serangan penyakit

tanaman. Suhu malam sangat menentukan terhadap pembentukan buah. Pigmen

penyebab warna merah pada kulit buah hanya dapat berkembang pada suhu antara

15-30oC. Pada suhu di atas 30oC hanya pigmen warna kuning saja yang terbentuk

(Ashari, 1995).

Tomat tidak sensitif terhadap panjang hari. Pembentukan buah dapat

terjadi pada saat panjang hari sekitar 7-19 jam (Prosea, 1994). Menurut Harjadi

dan Sunarjono (1989) cahaya sebaiknya cukup moderat. Cahaya yang terlalu terik

dapat meningkatkan transpirasi, memperbanyak gugur bunga dan gugur buah. Bila

cahaya kurang, tanaman beretiolasi dan lemah.

Tomat dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah, mulai dari tanah

berpasir hingga tanah liat yang mengandung banyak bahan organik. Kisaran pH

tanah ideal 6.0-6.5, pH yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan

defesiensi mineral dan keracunan. (Prosea, 1994)

Tanaman tomat lebih banyak diusahakan di dataran tinggi (700-1500 m di

atas permukaan laut). Pada suhu tinggi (dataran rendah), produksinya rendah dan

buahnya lebih pucat. (Ashari, 1995). Di dataran tinggi, penanaman tomat pada

musim kemarau adalah yang terbaik. Temperatur yang optimal dan penyinaran

matahari yang penuh sudah cukup. Selama musim hujan di dataran tinggi, curah

hujan yang tinggi, drainase yang buruk dan penyinaran matahari yang terganggu

dapat menyebabkan masalah yang serius pada tanaman tomat. Petani menanam

tomat pada musim hujan karena untuk mendapatkan harga yang baik di pasaran

(Villareal, 1980). Menanam tomat berurutan pada lokasi yang sama dapat

mengundang risiko kegagalan yang tinggi karena serangan penyakit layu (Ashari,

(25)

Kualitas Buah Tomat

Kualitas komoditi hortikultura segar merupakan kombinasi dari ciri-ciri,

sifat dan nilai harga yang mencerminkan nilai komoditi tersebut. Penerima dan

distributor pasar komoditi hortikultura tertarik pada kualitas penampilan, tingkat

kekerasan dan daya simpan yang panjang. Konsumen memperhatikan kualitas

buah dan sayur didasari pada penampilan dan tingkat kekerasan yang baik, nilai

rasa, dan gizi (Santoso dan Purwoko, 1995).

Ameriana (1997) menyatakan kualitas buah tomat dapat dinilai

berdasarkan sifat fisik dan sifat kimianya. Sifat fisik meliputi bentuk buah, warna,

kekerasan, ketebalan daging buah, tekstur, ada tidaknya kerusakan, bebas

serangan hama dan penyakit. Sifat kimia meliputi kandungan vitamin C (asam

askorbat), kadar gula, kadar asam, kadar air dan komposisi nilai gizi.

Tigchelaar (1986) membedakan komponen kualitas buah antara tomat

untuk konsumsi segar dan tipe olahan. Komponen kualitas buah tomat untuk

konsumsi segar meliputi ukuran, bentuk, kekerasan dan permukaan kulit buah

yang bebas dari cacat dan serangan hama penyakit. Buah tomat tipe olahan

memiliki komponen kualitas yaitu warna, pH, total keasaman, dan total padatan

terlarut.

Proses-proses Pasca Panen

Selama pematangan, buah mengalami beberapa perubahan nyata dalam

warna, tekstur, dan aroma, yang menunjukkan bahwa terjadi perubahan-perubahan

dalam susunannya (Mattoo et al., 1986). Marpaung (1997) menyatakan

perubahan kimia selama proses pemasakan buah tomat terjadi pada warna kulit

buah yang berubah dari hijau menjadi merah, tergantung pada perubahan struktur

klorofil; karbohidrat berubah dari pati menjadi gula; asam organik semakin

menurun; protein dan pembebasan asam amino yang meningkat diikuti kerusakan

jaringan sel-sel; aroma yang tergantung pada perubahan enzim-enzim dan

menurunnya kandungan bahan organik terlarut untuk kegiatan metabolisme

Tomat tergolong dalam buah klimakterik dimana terjadi puncak respirasi

(26)

produksi CO2 atau penurunan O2 internal, yang berkaitan dengan proses

mekanisme pemasakan buah (Santoso dan Purwoko, 1995).

Penggunaan Kalsium Klorida

Kalsium merupakan nutrisi tanaman yang paling sering diasosiasikan

dengan kualitas buah dan kekerasan buah. Keterlibatan kalsium dalam beberapa

proses fisiologi dan biokimia diasosiasikan dengan pelunakan buah (Sams, 1999).

Kalsium merupakan kation utama dari lamela tengah dinding sel, dimana kalsium

pektat merupakan unsur utama. Kalsium berhubungan erat dengan kekuatan

mekanis suatu jaringan. Konsentrasi kalsium dalam jaringan yang sehat pada

berbagai macam tanaman berkisar antara 0.2 persen hingga beberapa persen

(Epstein, 1972).

Ferguson dan Drobak (1988) menyatakan kalsium dapat mereduksi atau

menunda kerusakan dinding sel. Pengaruh ini biasanya diekspresikan pada

penundaan pelunakan buah diasosiasikan dengan aktifitas poligalakturonase.

Kalsium juga mempertahankan fungsi membran. Luna-Guzman dan Barrett

(2000) melaporkan pengaruh pengerasan yang disebabkan kalsium klorida dapat

dijelaskan dengan:

1. kompleks dari ion kalsium dengan dinding sel dan pektin lamela tengah.

2. penstabilan membran sel oleh ion kalsium.

3. pengaruh kalsium pada tekanan turgor sel.

Tekstur buah-buahan tergantung pada tebalnya kulit luar, kandungan

padatan terlarut total, dan perbedaan kandungan patinya. Tekstur buah-buahan

juga tergantung pada ketegangan, ukuran, bentuk, dan keterikatan sel-sel, adanya

jaringan penunjang, dan susunan tanamannya. Dengan dinding sel yang tegang

dan kuat dipertahankan suatu tekstur yang kokoh (Pantastico, 1986).

Ferguson (1984) melaporkan perlakuan kalsium pada jaringan sel apel

memberikan efek pada komposisi dinding sel, penguatan mekanis dan fungsi

membran. Larutan 0.14 g/L CaCl2 merupakan konsentrasi untuk memperpanjang

masa simpan serta meminimalkan risiko kerusakan permukaan buah apel ‘Golden

(27)

Perlakuan perendaman buah dengan larutan kalsium lebih efektif jika

dikombinasikan dengan perlakuan panas. Lurie dan Klein (1992) melaporkan

buah apel ‘Anna’ menyerap kalsium lebih efektif dengan perlakuan panas

sebelum perendaman dalam larutan kalsium. Komb inasi perlakuan CaCl2 dan

perlakuan panas pada buah apel 'Lobo' meningkatkan pH. Pada saat akhir masa

penyimpanan kekerasan buah apel yang diberi perlakuan lebih tinggi dan gejala

kerusakan lebih rendah dibandingkan kontrol (Dris et al., 2000).

Pemberian garam CaCl2 0.1 M dan 0.2 M pada waktu aplikasi 18±2 hari

setelah anthesis (HSA) dan 25±2 HSA tidak dapat mempertahankan kualitas buah

tomat. Pemberian CaCl2 0.1 M prapanen dapat menghambat perkembangan

warna kulit buah (Normasari dan Purwoko, 2002). Hamaisa (2005) melaporkan

pemberian garam CaCl2 pra panen pada buah tomat dapat meningkatkan

kandungan kalsium pada buah. Peningkatan tersebut secara umum tidak dapat

mempertahankan kualitas buah. Perlakuan kalsium laktat merupakan alternatif

yang potensial dibandingkan kalsium klorida untuk memperpanjang masa segar

dari melon potong (Luna-Guzman dan Barrett, 2000). Rahayu (2003) melaporkan

perlakuan Ca(NO3)2 memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan

(28)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Persiapan penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Sarongge,

Cianjur dengan ketinggian 1100 m di atas permukaan laut. Pengamatan

kelunakan buah, perubahan warna, susut bobot buah dan laju respirasi

dilaksanakan di laboratorium RGCI (Research Group on Crop Improvement),

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Penyimpanan

dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman. Analisis total asam tertitrasi

(TAT) dan padatan terlarut total (PTT) dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan

Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Darmaga, Bogor. Analisis kandungan

kalsium dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen

Pertanian, Bogor. Penelitian dilaksanakan dari awal bulan Maret 2005 sampai

bulan Juni 2005.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih tomat varietas Arthaloka, pupuk

kandang, pupuk urea, SP-36, KCl dan pestisida. Fungisida yang digunakan adalah

Dithane, Daconil dan Benlate. Insektisida yang digunakan adalah Decis,

Curacron, dan Lanet. Bahan kimia yang digunakan yaitu kalsium klorida, NaOH,

indikator phenolptalein dan aquades. Buah tomat yang digunakan untuk uji

kualitas adalah buah tomat yang dipanen dengan bentuk dan ukuran yang relatif

sama dan pada tingkat kemasakan breaker yaitu pada umur 45 Hari Setelah

Anthesis (HSA) seperti pada Gambar 1. Alat-alat yang digunakan adalah alat

untuk budidaya, timbangan analitik, penetrometer, refraktometer, cosmotektor dan

alat untuk titrasi.

(29)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan satu

faktor, 7 perlakuan dan 3 kali ulangan. Ketujuh perlakuan adalah:

P0 = Kontrol (perendaman dalam air selama 15 menit)

P1 = perend aman dalam CaCl2 0.15 M selama 15 menit

P2 = perendaman dalam CaCl2 0.15 M selama 30 menit

P3 = perendaman dalam CaCl2 0.30 M selama 15 menit

P4 = perendaman dalam CaCl2 0.30 M selama 30 menit

P5 = perendaman dalam CaCl2 0.45 M selama 15 menit

P6 = perendaman dalam CaCl2 0.45 M selama 30 menit

Terdapat 21 satuan percobaan dan setiap percobaan terdiri atas 18 buah

tomat untuk 9 kali pengamatan (2 buah/pengamatan). Empat buah tomat untuk

pengamatan susut bobot dan warna. Pada perlakuan kontrol dan perendaman

buah dalam CaCl2 0.45 M selama 30 menit ditambahkan satu buah setiap

pengamatan untuk pengukuran laju respirasi. Oleh karena itu untuk 21 satuan

percobaan dibutuhkan 516 buah tomat.

Model matematika yang digunakan adalah:

Yij = µ + ai + Rj + eij

i = 1,2,3,4,5,6,7 j = 1,2,3

Keterangan :

Yij = Pengaruh perendaman CaCl2 ke-i dan kelompok ke-j

µ = Nilai rataan umum

ai = Pengaruh perendaman CaCl2 ke-i

Rj =Pengaruh pengelompokan ke-j

eij = Galat percobaan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Hasil pengamatan dianalisis dengan uji F, jika berbeda nyata maka

dilakukan uji lanjut dengan uji Jarak Berganda Duncan. Analisis statistik

disajikan pada Tabel lampiran 1-6.

Pelaksanaan

Benih tomat disemai di bak semai dengan kedalaman ± 0.5 cm. Media

(30)

perbandingan 1:1. Setelah 1 minggu benih yang telah disemai dipindahkan ke

tempat pembumbungan.

Tanah yang akan ditanami diolah pada kedalaman lapisan tanah 30 cm.

Fumigasi dilakukan dengan cara : tanah dicangkul kemudian dibasahi dengan air

dan diratakan, lalu ditaburi basamid dengan dosis 40 g/m2 dan pupuk kandang

dengan dosis 0.5 kg/tanaman kemudian dicangkul hingga tercampur rata antara

tanah, basamid dan pupuk kandang. Selanjutnya dibuat bedengan selebar

0.4m-0.6m dan ditutup dengan mulsa selama 1 minggu. Setelah 1 minggu, mulsa

dibuka kemudian dicangkul dan dibiarkan selama 2 minggu sebelum ditanami.

Setelah 2 minggu, tanaman siap ditanam dalam lubang tanam yang dibuat dengan

jarak 50 cm x 80 cm.

Penanaman dilakukan setelah 3 minggu tanaman dibumbung. Pada saat

penanaman diberikan pupuk urea 15 gram/tanaman, SP-36 10 gram/tanaman, dan

KCL 10 gram/tanaman. Urea kedua diberikan 15 gram/tanaman saat tanaman

berumur 4 minggu. Pupuk diberikan dengan cara membuat alur melingkar di

sekitar tanaman dengan kedalaman + 3 cm.

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pengajiran, pewiwilan,

pemangkasan bagian pucuk tanaman (topping), pengendalian hama dan penyakit

serta penjarangan buah.

Buah tomat dipanen pada + 45 hari setelah anthesis (HSA) yaitu pada

tingkat kemasakan breaker. Buah yang dipilih adalah bentuknya seragam, sehat

dan tidak luka. Kemudian buah dimasukkan ke dalam kotak kardus dengan

terlebih dahulu dilapisi kertas koran untuk menghindari terjadinya benturan

selama dalam perjalanan ke Laboratorium RGCI, Bogor.

Persiapan larutan untuk perendaman dilakukan dengan melarutkan garam

CaCl2 dengan konsentrasi sesuai masing- masing perlakuan, kemudian ditera

dengan menggunakan labu takar. Setelah CaCl2 menjadi larutan, kemudian

dimasukkan ke dalam ember plastik. Buah direndam dalam 4 liter larutan.

Buah yang diberi perlakuan dicuci dahulu sampai bersih, kemudian

direndam dalam ember yang berisi larutan kalsium sesuai perlakuan yang

diberikan. Setelah kering, buah dicelupkan ke dalam larutan Benlate 500 ppm

(31)

menimbulkan penyakit. Kemudian buah diletakkan pada piring kertas dan

disimpan dengan suhu kamar berkisar 28oC - 30oC.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik dan kimia buah tomat. Sifat

fisik meliputi susut bobot, perubahan warna dan kelunakan buah, sedangkan sifat

kimia meliputi kandungan padatan terlarut total, kandungan asam total tertitrasi,

dan laju respirasi. Pengamatan dilakukan pada hari ke 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21

dan 24 setelah perendaman.

Perubahan warna ditentukan berdasarkan indeks skala warna kulit buah

tomat (Tabel 1). Pengukuran kelunakan buah menggunakan penetrometer.

Pengukuran dilakukan pada tiga tempat yang berbeda yaitu bagian pangkal,

tengah, dan ujung buah tomat.

Tabel 1. Indeks Warna Kulit Buah Tomat (Kader, 1992)

Skor Warna Kulit Buah

1 Hijau tidak ada warna kuning (6-10 hari sebelum semburat, breaker).

Fase masak hijau

2 Semburat warna kuning atau pink awal pada bagian luar ujung buah. Fase

breaker

3 10-30% warna buah yang nyata kombinasi hijau, kuning, pink, merah.

Fase turning

4 30-60% permukaan buah menunjukkan warna pink atau merah. Fase pink

5 60-90% menunjukkan warna pink- merah. Fase light red

6 Lebih dari 90% permukaan kulit menunjukkan warna merah. Fase red

7 Warna merah tua, kulit buah mengkerut. Fase lewat masak

Susut bobot dinyatakan dalam persen yang diperoleh dengan menimbang

buah yang telah disiapkan pada hari ke 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, kemudian

dibandingkan dengan bobot awal sebelum penyimpanan.

% Susut Bobot = bobot awal – bobot akhir x 100 %

(32)

Kandungan padatan terlarut total diukur dengan menggunakan

refraktometer. Buah tomat dihancurkan dengan blender, kemudian cairan buah

yang telah disaring diteteskan pada prisma refraktometer. Hasil pengukuran dapat

terlihat pada skala yang tertera (oBrix).

Pengukuran kandungan total asam dilakukan dengan cara titrasi yaitu

menghancurkan buah tomat dengan menggunakan blender kemudian diambil

sebanyak 25 gram, disaring, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan

ditambahkan aquades hingga tanda tera lalu dikocok dan disaring. Hasil saringan

dipipet sebanyak 25 ml dan ditetesi indikator phenolphtalein kemudian dititrasi

dengan larutan NaOH 0.1 N hingga berubah warna menjadi merah jambu.

Kandungan total asam dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Total Asam (mg/100 g bahan)= ml NaOH x N NaOH x fp x BE x 100

Bobot contoh

Keterangan : fp = faktor pengenceran (100/25)

BE = Bobot ekivalen asam sitrat yaitu 64

Pengukuran respirasi dilakukan dengan menggunakan cosmotektor tipe

XP. 314, yaitu dengan cara menimbang 3 buah tomat, lalu dimasukkan ke dalam

stoples respirasi dan diinkubasi selama + 5 jam, kemudian diukur kadar CO2

akhir. Rumus perhitungannya adalah :

L = V x K : W x 1.76

B

Keterangan : L = Laju Respirasi (mg CO2/kg/jam)

V = Volume bebas stoples (ml)

K = Kadar CO2 setelah beberapa jam – Kadar CO2 awal (%)

W = Waktu yang digunakan untuk inkubasi (jam)

B = Bobot bahan (kg)

1.76 = Faktor koreksi untuk konversi ml CO2 ke mg CO2

(pada suhu 26oC – 28oC)

Analisis kandungan Ca pada buah tomat (pada skor warna 2)

menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Buah tomat

sebanyak satu gram bobot kering diekstrak dengan HNO3 pekat, ditambah air

(33)

dengan metode AAS pada panjang gelombang ? = 422.7 nm untuk mengukur Ca

(AOAC, 1999). Data hasil analisis diuji dengan ANOVA dan uji lanjut dengan uji

Duncan. Kemudian kandungan kalsium untuk masing- masing perlakuan

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Pertumbuhan vegetatif tanaman tomat mulai dari penyemaian hingga

dipindahkan ke lapang cukup baik. Pertumbuhan tanaman tomat di dalam rumah

plastik tanaman tomat mengalami etiolasi yang disebabkan sedikitnya cahaya

matahari yang diterima tanaman. Cahaya matahari terhambat oleh kondisi atap

rumah plastik yang berlumut dan cuaca saat penanaman yang sering mendung dan

hujan.

Hama yang menyerang tanaman tomat yaitu hama Liriomyza huidobrensis

dengan gejala pada daun terdapat liang korokan berwarna putih dan

berkelok-kelok. Hama lainnya adalah kutu kebul (Bemisia tabaci), belalang dan ulat

jengkal yang memakan daun dan buah. Penyakit yang menyerang tanaman tomat

yaitu jamur dan layu Phytopthora. Untuk mengatasi serangan hama dan penyakit

dilakukan penyemprotan pestisida terhadap tanaman.

Hasil dan Pembahasan

Kandungan kalsium pada buah mengalami peningkatan 1.0 – 1.6 mg/100 g

dibandingkan kontrol setelah diberi perlakuan perendaman buah dalam larutan

CaCl2 (Tabel 2). Berdasarkan analisis statistik buah tomat yang mendapat

perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 berbeda nyata dengan kontrol.

Konsentrasi larutan CaCl2 dan waktu perendaman tidak berpengaruh terhadap

peningkatan kandungan kalsium dalam buah tomat.

Tabel 2. Kandungan Ca pada Buah

Perlakuan Ca Peningkatan

mg/ 100 g

Kontrol 5.11a -

CaCl2 0.15 M 15’ 6.53b 1.42

CaCl2 0.15 M 30’ 6.29b 1.18

CaCl2 0.30 M 15’ 6.34b 1.23

CaCl2 0.30 M 30’ 6.49b 1.38

CaCl2 0.45 M 15’ 6.20b 1.09

CaCl2 0.45 M 30’ 6.71b 1.60

(35)

Hamaisa (2005) melaporkan pemberian CaCl2 0.3 M prapanen

meningkatkan kandungan kalsium pada buah tomat dari 4.12 mg/100 g menjadi

6.04 mg/100 g, namun peningkatan tersebut secara umum tidak dapat memberikan

pengaruh nyata dalam mempertahankan kualitas buah tomat.

Persentase susut bobot buah secara umum hingga hari terakhir pengamatan

semakin besar. Pada 24 HSP susut bobot pada perlakuan perendaman dalam

larutan CaCl2 0.15 M selama 15 menit dan 30 menit berbeda nyata dengan kontrol

(Tabel 3). Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 0.15 M selama 15

menit dan 30 menit memiliki persentase susut bobot yang lebih kecil dibanding

kontrol

Persentase susut buah tomat selama penyimpanan semakin besar karena

buah mengalami kehilangan kandungan air disebabkan transpirasi. Santoso dan

Purwoko (1995) menyatakan transpirasi selain berpengaruh langsung terhadap

kehilangan kuantitatif, juga menyebabkan kehilangan kualitas (layu dan

pengkerutan).

Tabel 3. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Susut Bobot Buah

Perendaman Hari Setelah Perendaman

3 6 9 12 15 18 21 24

(%)

Kontrol 1.1b 2.8abc 4.2abc 5.5ab 6.9ab 8.2ab 9.4ab 10.9a

CaCl2 0.15 M 15’ 1.1b 2.4c 3.6c 4.7b 5.8b 6.9b 7.8b 8.8b

CaCl2 0.15 M 30’ 1.2ab 2.5bc 3.7bc 4.7b 5.8b 6.9b 7.9b 8.9b

CaCl2 0.30 M 15’ 1.4ab 2.9ab 4.5ab 5.9ab 7.3ab 8.5a 9.7a 10.9a

CaCl2 0.30 M 30’ 1.6a 3.0a 4.6a 6.0a 7.5a 8.7a 10.0a 11.2a

CaCl2 0.45 M 15’ 1.3ab 3.1a 4.8a 6.2a 7.6a 8.8a 10.0a 11.4a

CaCl2 0.45 M 30’ 1.4ab 2.9ab 4.6a 6.1a 7.7a 9.0a 10.3a 11.6a

Keterangan : - Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 0.05

Perendaman buah dalam larutan CaCl2 0.15 M selama 15 menit dan 30

menit berbeda nyata dengan kontrol terhadap kelunakan buah pada 3 HSP, 9 HSP,

21 HSP dan 24 HSP (Tabel 4). Pada saat 24 HSP perendaman buah dalam larutan

CaCl2 dapat menghambat pelunakan buah karena pada semua perlakuan nilai

kelunakan buah lebih kecil dibanding kontrol. Santoso dan Purwoko (1995)

menyatakan pemecahan polimer karbohidrat, khususnya senyawa pektin dan

(36)

bersama. Pada tahap awal, tekstur menjadi lebih lunak, tetapi pada akhirnya

struktur buah menjadi rusak.

Tabel 4. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Kelunakan Buah

Perendaman Hari Setelah Perendaman

0 3 6 9 12 15 18 21 24 Keterangan : - Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda

nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 0.05

Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 pada semua konsentrasi

tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan warna kulit buah (Tabel 5).

Secara umum buah yang diberi perlakuan memiliki skor warna yang lebih kecil

dibanding kontrol. Perubahan skor warna berkisar antara 2.0 (fase breaker) pada

0 HSP hingga 4.9 (fase light red) pada 24 HSP. Perubahan warna dari hijau

menjadi merah pada buah tomat dikarenakan adanya sintesis likopen dan

perombakan klorofil (Pantastico, 1986).

Tabel 5. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Warna Kulit Buah

Perendaman Hari Setelah Perendaman

0 3 6 9 12 15 18 21 24

Keterangan : - Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 0.05

Nilai padatan terlarut total (PTT) secara umum hingga 15 HSP tidak

berbeda dengan kontrol. Pada 18 HSP dan 21 HSP perlakuan perendaman dalam

(37)

berbeda nyata dibanding kontrol (Tabel 6). Normasari dan Purwoko (2002)

melaporkan aplikasi CaCl2 pra panen tidak berpengaruh nyata terhadap padatan

terlarut total (PTT) buah tomat.

Tabel 6. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Padatan Terlarut

Total

Perendaman Hari Setelah Perendaman

0 3 6 9 12 15 18 21 24

Keterangan : - Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 0.05

Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 pada semua konsentrasi

tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan asam tertitrasi pada buah

(Tabel 7). Rahayu (2003) melaporkan perendaman buah tomat dalam larutan

CaCl2 hingga 0.2 M tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan asam total

tertitrasi buah. Nilai kandungan asam tertitrasi cenderung menurun hingga 24

HSP. Umumnya kandungan asam organik menurun selama pemasakan karena

direspirasikan atau diubah menjadi gula (Santoso dan Purwoko, 1995).

Tabel 7. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Total Asam

Tertitrasi

Perendaman Hari Setelah Perendaman

0 3 6 9 12 15 18 21 24 Keterangan : - Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda

(38)

Puncak respirasi (kenaikan produksi CO2 secara mendadak) pada

perlakuan kontrol terjadi pada 15 HSP sedangkan perlakuan perendaman dalam

larutan CaCl2 0.45 M selama 30 menit terjadi pada 12 HSP (Tabel 8, Gambar 2).

Perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.45 M selama 30 menit tidak dapat

menurunkan laju respirasi pada buah tomat. Pantastico (1986) menyatakan laju

respirasi yang tinggi biasanya disertai oleh umur simpan yang pendek. Kenaikan

laju respirasi pada buah yang direndam dalam larutan CaCl2 0.45 M selama 30

menit kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi larutan yang tinggi, sehingga

terjadi plamolisis pada sel-sel buah.

Tabel 8. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Laju Respirasi

Perendaman Hari Setelah Perendaman

0 3 6 9 12 15 18 21 24

(mg CO2/ kg/ jam)

Kontrol 3.4 2.9 1.3 1.8 1.4 1.6 0.9 0.6 0.7

CaCl2 0.45 M 30’ 4.1 3.4 2.1 2.1 2.2 2.1 1.4 1.1 0.7

Laju Respirasi

0 1 2 3 4 5

0 3 6 9 12 15 18 21 24

Hari Setelah Perendaman

mg CO2/kg/jam

Kontrol

CaCl2 0.45 M 30"

(39)

KESIMPULAN

Perendaman buah dalam larutan CaCl2 dapat meningkatkan kandungan

kalsium dalam buah tomat. Perendaman buah dalam larutan CaCl2 0.15 M selama

15 dan 30 menit dapat menghambat susut bobot pada 24 HSP, kelunakan buah

pada 3, 9, 21 dan 24 HSP. Dengan demikian perlakuan perendaman buah dalam

larutan CaCl2 0.15 M memberikan pengaruh yang lebih baik dalam

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Ameriana, M. 1997. Produksi dan Konsumsi Tomat. Dalam Duriat A. S., W. W. Hadisoeganda ,A. H. Permadi, R. M. Sinaga, Y. Hilman, dan R. S. Basuki (eds.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.

Artes, F., M. A. Conesa, S. Hernandez, and M. I. Gil. 1999. Keeping quality of fresh-cut tomato. Postharvest Biology and Technology. 17 : 153-162.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. 485 hal.

Association of Official Analytical Chemists. 1999. Offical Methods of Analysis of AOAC International, 16th ed. AOAC International, Maryland, USA.

Conway, W. S., C. E. Sams, C. Y. Wang and J. A. Abbott. 1994. Additive effects of postharvest calcium and heat treatment on reducing decay and maintaining quality in apples. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 119(1):49-53.

Crockett, J. U. 1972. Vegetables and Fruits. Time Life Books. New York.

Dris, R., R. Niskanen, and N. El-Assi. 2000. Effect of CaCl2 sprays, heat, and

combined CaCl2-heat treatments on the quality of apples (Malus domestica

Borkh.). Jour. Appl. Hort. 2 : 79-83. www.Horticultureworld.net/2279.htm.

Epstein, E. 1972. Mineral Nutrition of Plant: Principles and Perspectives. Toronto. John Willey and Sons, Inc.

Ferguson, I, B. 1984. Calcium in plant senescence and fruit ripening. Plant Cell Environ. 7:477-489.

Hamaisa, A. 2005. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Garam terhadap Kualitas Tomat (Lycopersicon esculentum) di Dataran Tinggi. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Harjadi, S. S. Dan H. Sunarjono. 1989. Budidaya Tomat, hal. 244-269. Dalam Harjadi, S. S. (ed.). Dasar-dasar Hortikultura. Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya, IPB.

Jaya, B. 1997. Botani Tanaman Tomat, Dalam Duriat A. S., W. W. Hadisoeganda ,A. H. Permadi, R. M. Sinaga, Y. Hilman, dan R. S. Basuki (eds.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.

(41)

Luna-Guzman, I., M. Cantwell, and D. M. Barrett. 1999. Fresh cut cantaloupe: effects of CaCl2 dips and heat treatment on firmness and metabolic

activity. Postharvest Biology and Technology. 17 : 201-213.

Luna-Guzman, I. and D. M. Barrett. 2000. Comparison of calcium chloride and calcium lactate effectiveness in maintaining shelf stability and quality of fresh cut cantaloupes. Postharvest Biology and Technology. 19 : 61-72.

Lurie, S., and J. D. Klein. 1992. Calcium and heat treatment to improve storability of ‘Anna’ apples. HortScience. 27 : 36-39.

Maletta, M., W. H. Tietjen, W. P. Cowgill, Jr., and S. A. Johnson. 1995. Tomato

Culture--How Does It Affect Yield and Disease?. www.

Ext.vt.edu/news/periodicals/commhort/1995-10/commhort-43.html.

Marpaung, L. 1997. Pemanenan dan Penanganan Buah Tomat. Dalam Duriat A. S., W. W. Hadisoeganda ,A. H. Permadi, R. M. Sinaga, Y. Hilman, dan R. S. Basuki (eds.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.

Mason, J. L., J. J. Jasmin, and R. L. Granger. 1975. Softening of ‘McIntosh’ apples reduced by a postharvest dip in calcium chloride solution plus thickener. HortScience. 10:524-525.

Mattoo, A.K., T. Murata, Er. B. Pantastico, K. Chachin, dan C. T. Phan. 1986. Perubahan-perubahan Kimiawi Selama Pematangan dan Penuaan. Dalam Er. B. Pantastico (ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Terjemahan Kamariyani. Gadjah Mada University Press.

Normasari, F., dan B. S. Purwoko. 2002. Pengaruh pemberian CaCl2 prapanen

terhadap perubahan kualitas tomat segar selama penyimpanan. Bul. Agron. 30 : 53-57.

Pantastico, Er. B. 1986. Susunan Buah-buahan dan Sayur-sayuran. Dalam Er. B. Pantastico (ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Terjemahan Kamariyani. Gadjah Mada University Press.

PROSEA. 1994. Plant Resources of South-East Asia 8. Vegetables. J. S. Siemonsma and Kasem Piluek (eds.). Bogor.

(42)

Rahayu, T. 2003. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 dan Ca(NO3)2

terhadap Daya Simpan Buah Tomat. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Sams, C. E. 1999. Preharvest factors affecting postharvest texture. Postharvest Biology and Technology. 15:249-254.

Santoso, B. B. dan B. S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project.

Shear, C. B. and M. Faust. 1975. Preharvest Nutrition and Postharvest Physiology of Apples. In N. F. Haard and D. K. Salunkhe (eds.). Symposium: Postharvest Biology and Handling of Fruits and Vegetables. The AVI Publishing Company, Inc. Connecticut.

Thompson, H. C. and W. C. Kelly. 1957. Vegetable Crops. Mcgraw-Hill Book Company, Inc. New York.

Tigchelaar, E. C. 1986. Tomato Breeding. In M. J. Bassett (ed.). Breeding Vegetable Crops. AVI Publ. West Port. Connecticut.

(43)
(44)

Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Kandungan Ca pada Buah Tomat

Faktor Sumber Db JK KT F-hit F-Tabel probabilitas

Konsentrasi Aplikasi

Galat

Total 3

17

20

4.486

2.015

6.502

1.495

0.119

12.615 3.197 0.000

Waktu

perendaman

Aplikasi

Galat

Total 2

18

20

4.566

1.936

6.502

2.283

0.108

(45)

Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2

terhadap Susut Bobot Buah

(46)
(47)

Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2

terhadap Warna Kulit Buah

(48)

Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2

terhadap Padatan Terlarut Total

(49)

Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2

terhadap Total Asam Tertitrasi

Gambar

Gambar 1. Buah Tomat pada Tingkat Kemasakan Breaker.
Tabel 2.  Kandungan Ca pada Buah
Tabel 3. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Susut Bobot Buah
Tabel 4. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Kelunakan Buah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengindetifikasi bentuk- bentuk perubahan morfologis dan arsitektural Desa Adat Bayung Gede, faktor-faktor yang menyebabkan perubahan,

Indonesia-Merdeka sebagai saya katakan di atas, adalah menjanjikan tetapi belum pasti menentukan bagi Marhaen hidup kemanusiaan yang demikian itu.” Yang menjanjikan itu “barulah

Setelah dilakukan identifikasi menggunakan Microbact Identification Kit 12A dan 12B, hasil identifikasi pada isolat bakteri yang digunakan adalah sebagai berikut:. No Kode Isolat

paparan lesson design yang disusun oleh peserta pengabdian. Evaluasi oleh Tim Pengabdian Dari hasil evaluasi, diperoleh bahwa kegiatan pendampingan penyusunan skenario

berlangsung. Sebaliknya, pada autoklaf yang diputar, selain pencampurannya kurang sempurna, pengambilan cuplikan harus didahului dengan menghentikan proses, sehingga

juga, jika Anda tidak benar-benar menyukai dunia pakaian, maka usaha.. Anda kelak tidak akan dapat bertahan lama, sebab Anda

Komposisi media tanam campuran antara tanah, pupuk kandang, arang sekam dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif, yakni tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang dan

Penanganan ISPA tepat dan kurang tepat ini dapat terjadi dikarenakan pada kuesioner penanganan ISPA pada balita dalam penelitian ini setiap poin pertanyaan dalam penanganan yang