• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Prosedur Administrasi Terhadap Efektivitas Pelayanan Publik (Studi Tentang Pelayanan Paspor Pada Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Prosedur Administrasi Terhadap Efektivitas Pelayanan Publik (Studi Tentang Pelayanan Paspor Pada Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar)"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROSEDUR ADMINISTRASI TERHADAP EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK

(Studi Tentang Pelayanan Paspor Pada Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial Departemen Ilmu Administrasi Negara

Oleh: Gustina Purba

100921001

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

DAFTAR ISI

1.5.1 Prosedur Administrasi... 7

1.5.1.1 Pengertian Prosedur ... 7

1.5.1.2 Karakteristik Prosedur ... 9

1.5.1.3 Pengertian Administrasi... ... 10

1.5.1.4 Pengertian Prosedur Administrasi ... 13

1.5.1.5 Klasifikasi dan Sifat Administrasi ... 14

1.5.1.5 Fungsi Administrasi... 16

1.5.2 Efektivitas Pelayanan Publik ... 18

1.5.2.1 Pengertian Efektivitas ... 18

1.5.2.2 Pengertian Pelayanan Publik ... 20

1.5.2.3 Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik ... 24

1.5.2.4 Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik ... 25

1.5.2.5 Dimensi-Dimensi Mutu Pelayanan Publik ... 29

1.5.2.6 Standar Pelayanan Publik ... 30

1.5.2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Publik ... 32

(3)

1.6 Hipotesis ... 35

1.7 Defenisi Konsep ... 35

1.8 Defenisi Operasional... 36

1.9 Sistematika Penulisan ... 39

BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ... 41

2.2 Lokasi Penelitian ... 41

2.3 Populasi dan Sampel ... 41

2.3.1 Populasi... 41

2.3.2 Sampel ... 42

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42

2.5 Teknik Pengukuran Skor ... 43

2.6 Teknik Analisis Data ... 44

2.6.1 Koefisien Korelasi Product Momen... 45

2.6.2 Uji Signifikan ... 46

2.6.3 Determinasi... 47

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Sejarah Singkat Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar ... 48

3.2 Visi dan Misi ... 50

3.3 Struktur Organisasi ... 50

3.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi ... 51

3.5 Surat Perjalanan Republik Indonesia ... 77

3.6 Pembuatan Paspor ... 79

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Deskripsi Data Identitas Responden ... 84

4.2 Prosedur Administrasi (Variabel X) ... 87

4.3 Efektivitas Pelayanan Publik (Variabel Y)... 94

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA 5.1 Analisa Data ... 102

5.1.1 Prosedur Administrasi... 102

(4)

5.1.3 Pengaruh Prosedur Administrasi Terhadap Efektivitas

Pelayanan Publik ... 107

5.1.3.1 Product Moment ... 107

5.1.3.2 Uji Signifikan ... 109

5.1.3.3 Koefisien Determinan ... 110

5.2 Interpretasi Data ... 111

5.2.1 Prosedur Administrasi... 111

5.2.2 Efektivitas Pelayanan Publik ... 115

5.2.3 Pengaruh Prosedur Administrasi Terhadap Efektivitas Pelayanan Publik ... 119

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 121

6.2 Saran ... 122

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Susunan Organisasi Kantor Imigrasi Kelas II

Pematang Siantar ... 73

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment ... 44

Tabel 2 : Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84

Tabel 3 : Identitas Responden Berdasarkan Umur ... 85

Tabel 4 : Identitas Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 85

Tabel 5 : Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 86

Tabel 6 : Jawaban Responden Mengenai Pembagian Tugas Pegawai Dalam Memberikan Pelayanan Pembuatan Paspor ... 86

Tabel 7 : Jawaban Responden Mengenai Kejelasan Syarat-Syarat Dalam Pelaksanaan Pembuatan Paspor ... 87

Tabel 8 : Jawaban Responden Mengenai Kejelasan Urutan Setiap Tahapan Dalam Pembuatan Paspor ... 88

Tabel 9 : Jawaban Responden Mengenai Ketepatan Waktu Dalam Pembuatan Paspor Sesuai Dengan Peraturan ... 89

Tabel 10 : Jawaban Responden Mengenai Cepat Tidaknya Waktu Penyelesaian Paspor Yang Dilakukan Dengan Jasa Perantara ... 90

Tabel 11 : Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Paspor Yang Cepat Dan Tidak Berbelit-Belit ... 91

Tabel 12 : Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Pembuatan Paspor Yang Mudah Dipahami Dan Dilaksanakan Oleh Pemohon Paspor ... 92

Tabel 13 : Jawaban Responden Mengenai Pengetahuan Tentang Rincian Biaya Dalam Pembuatan Paspor ... 93

Tabel 14 : Jawaban Responden Mengenai Kesesuain Biaya Yang Dibayarkan Pemohon Paspor Dengan Peraturan Yang Telah Ditetapkan... 94

(7)

Tabel 16 : Jawaban Responden Mengenai Kenyamanan Di Kantor

Imigrasi Kelas II Pematang Siantar ... 96

Tabel 17 : Jawaban Responden Mengenai Kebenaran Data Yang Tertera

Pada Paspor Yang Diterima Oleh Pemohon Paspor ... 97

Tabel 18 : Jawaban Responden Mengenai Ketanggapan Dalam

Memberikan Pelayanan Yang Dibutuhkan Oleh Pemohon

Paspor ... 99

Tabel 19 : Jawaban Responden Mengenai Tahu Atau Tidaknya Pemberi

Layanan Terhadap Ketentuan Dalam Pelayanan Pembuatan

Paspor ... 100

Tabel 20 : Jawaban Responden Mengenai Kesopanan Dalam

Memberikan Pelayanan Pembuatan Paspor Kepada Pemohon ... 101

Tabel 21 : Jawaban Responden Mengenai Pernah Tidaknya

Memberikan Imbalan Sebagai Ungkapan Terima Kasih

Dalam Bentuk Apapun ... 102

Tabel 22 : Jawaban Responden Mengenai Ada Tidaknya Ditemukan

Para Calo/Perantara Dilingkungan Tempat Pembuatan Paspor ... 103

Tabel 23 : Jawaban Responden Mengenai Sudah Atau Tidaknya Kantor

Imigrasi Kelas II Pematang Siantar Melayani Pembuatan

Paspor Dengan Sistem Online ... 104

Tabel 24 : Jawaban Responden Mengenai Informasi Layanan Paspor

Diberikan Dengan Bahasa Yang Jelas Dan Dapat Dipahami ... 105

Tabel 25 : Jawaban Responden Mengenai Sudah Tidaknya Memberikan

Pelayanan Yang Diinginkan Oleh Pemohon Paspor... 106

Tabel 26 : Rekapitulasi Jawaban Untuk Prosedur Administrasi

(Variabel X) ... 107

Tabel 27 : Rekapitulasi Jawaban Untuk Efektivitas Pelayanan Publik

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Kuesioner

Lampiran 2 Skor Jawaban Responden tentang Prosedur Administrasi

(Variabel x)

Lampiran 3 Skor Jawaban Responden tentang Efektivitas Pelayanan Publik

(Variabel y)

Lampiran 4 Nilai-Nilai untuk Menghitung Koefisien Korelasi

Lampiran 5 Tabel Nilai “t”

Lampiran 6 Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi

Lampiran 7 Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran8 Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 9 Berita Acara Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 10 Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 10 Surat Izin Pra Penelitian dari FISIP USU

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian dari FISIP USU

Lampiran 12 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Kantor Imigrasi

(9)

ABSTRAK

PENGARUH PROSEDUR ADMINISTRASI TERHADAP EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK

(Studi Tentang Pelayanan Paspor Pada Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar )

Nama : Gustina Purba

NIM : 100921001

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Februati Trimurni, M. Si

Salah satu fungsi utama pemerintah adalah menyelenggarakan kegiatan pembangunan dan pelayanan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan kehidupan masyarakat saat ini cenderung semakin kompleks. Hal ini ditandai dengan semakin beragamnya dan meningkatnya harapan atas terpenuhinnya kebutuhan masyarakat. Dalam kondisi masyarakat yang disebutkan diatas maka pelayanan publik harus memberikan layanan yang efektif, salah satunya adalah pelayanan administrasi. Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar adalah salah satu instansi penyelenggara pelayanan publik yang sering mendapat kritikan dari masyarakat mengenai proses pengurusan pembuatan paspor yang berbelit-belit, biaya yang mahal, dan waktu penyelesaian yang sangat lama.

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh prosedur administrasi terhadap efektivitas pelayanan publik di Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian asosiatif kausal dengan analisis kuantitatif. Hipotesis yang dikemukakan adalah “Prosedur administrasi berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan publik”. Data yang diperoleh melalui kuesioner dari 30 responden yang merupakan masyarakat yang melakukan pengurusan paspor di Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar, dan beberapa orang pegawai sebagai pembanding. Kemudian dianalisis dengan koefesien korelasi product moment, uji signifikan, dan koefesien determinan.

Analisis tersebut menunjukan hasil bahwa prosedur administrasi mempunyai pengaruh terhadap efektivitas pelayanan publik di Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar, dan pengaruhnya berada dalam kategori kuat. Hal ini terbukti dari perhitungan r = 0,745, dan ini berarti koefesien korelasi menunjukan hubungan yang positif antara prosedur administrasi terhadap efektivitas pelayanan publik dengan signifikasi sebesar 55,5%. Ini dapat diartikan bahwa efektivitas pelayanan publik di Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar dipengaruhi oleh prosedur administrasi dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

(10)

ABSTRAK

PENGARUH PROSEDUR ADMINISTRASI TERHADAP EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK

(Studi Tentang Pelayanan Paspor Pada Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar )

Nama : Gustina Purba

NIM : 100921001

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Februati Trimurni, M. Si

Salah satu fungsi utama pemerintah adalah menyelenggarakan kegiatan pembangunan dan pelayanan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan kehidupan masyarakat saat ini cenderung semakin kompleks. Hal ini ditandai dengan semakin beragamnya dan meningkatnya harapan atas terpenuhinnya kebutuhan masyarakat. Dalam kondisi masyarakat yang disebutkan diatas maka pelayanan publik harus memberikan layanan yang efektif, salah satunya adalah pelayanan administrasi. Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar adalah salah satu instansi penyelenggara pelayanan publik yang sering mendapat kritikan dari masyarakat mengenai proses pengurusan pembuatan paspor yang berbelit-belit, biaya yang mahal, dan waktu penyelesaian yang sangat lama.

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh prosedur administrasi terhadap efektivitas pelayanan publik di Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian asosiatif kausal dengan analisis kuantitatif. Hipotesis yang dikemukakan adalah “Prosedur administrasi berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan publik”. Data yang diperoleh melalui kuesioner dari 30 responden yang merupakan masyarakat yang melakukan pengurusan paspor di Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar, dan beberapa orang pegawai sebagai pembanding. Kemudian dianalisis dengan koefesien korelasi product moment, uji signifikan, dan koefesien determinan.

Analisis tersebut menunjukan hasil bahwa prosedur administrasi mempunyai pengaruh terhadap efektivitas pelayanan publik di Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar, dan pengaruhnya berada dalam kategori kuat. Hal ini terbukti dari perhitungan r = 0,745, dan ini berarti koefesien korelasi menunjukan hubungan yang positif antara prosedur administrasi terhadap efektivitas pelayanan publik dengan signifikasi sebesar 55,5%. Ini dapat diartikan bahwa efektivitas pelayanan publik di Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar dipengaruhi oleh prosedur administrasi dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu tugas utama negara adalah memberi pelayanan kepada

masyarakat baik dalam bentuk jasa maupun fasilitas. Bahkan untuk mengukur

tingkat kemajuan sebuah negara, pelayanan publik dapat digunakan sebagai salah

satu indikator. Oleh karena itu, bila sebuah negara berada dalam posisi menuju

pada kemajuan, hal utama yang perlu diperbaiki adalah pelayanan publik di

negara tersebut. Indonesia sebagai negara yang sedang bergerak menuju negara

maju juga memprioritaskan pelayanan publik sebagai salah satu aspek yang perlu

ditingkatkan. Karena pemerintah Indonesia sangat menyadari bahwa jika

masyarakat sudah mendapatkan apa yang menjadi haknya yaitu pelayanan yang

baik, maka masyarakat juga akan menjalankan kewajibannya dengan penuh

kesadaran.

Pelayanan publik yang diberikan instansi Pemerintah (Pusat, Pemerintah

Propinsi, Kabupaten, Kota dan Kecamatan) kepada masyarakat merupakan

perwujudan fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping sebagai

abdi negara. Pada era otonomi daerah, fungsi pelayanan publik menjadi salah satu

fokus perhatian dalam peningkatan kinerja instansi pemerintah daerah. Oleh

karenanya secara otomatis berbagai jasa atau fasilitas pelayanan publik harus

lebih didekatkan pada masyarakat, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.

Sesuai dengan pengertian pelayanan publik dalam Undang-Undang No. 25 Tahun

(12)

sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan

penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.

Dalam Keputusan Menpan No. 63/Kep./M.PAN/7/2003, tentang

Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, disebutkan bahwa pelayanan

publik oleh pemerintah dibedakan menjadi tiga kelompok pelayanan, yaitu :

Pertama, kelompok layanan yang menghasilkan bentuk dokumen resmi yang

dibutuhkan oleh publik; Kedua, kelompok layanan yang menghasilkan berbagai

bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik; Ketiga, kelompok layanan yang

menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan. Pelayanan publik oleh

birokrasi seharusnya digerakkan oleh visi dan misi pelayanan, namun pada

kenyataannya justru digerakkan oleh peraturan dan anggaran yang tidak

dimengerti oleh publik karena tidak disosialisasikan secara transparan (Dwiyanto,

2002 : 84).

Pada saat ini kondisi masyarakat Indonesia sendiri semakin kritis dalam

menginginkan pelayanan yang maksimal dari pemerintah. Hal ini berarti

masyarakat semakin sadar akan apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai

warga negara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan, keinginan

dan aspirasinya kepada pemerintah. Dalam kondisi masyarakat seperti

digambarkan diatas, pelayanan publik harus dapat memberikan layanan yang

efektif, tepat waktu dalam artian pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang

telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan, informasi yang jelas dalam

(13)

prosedur pelayanan mudah dipahami, tidak berbelit-belit, serta perlu adanya

kepastian biaya pelayanan, yakni kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan

biaya yang telah ditetapkan. Selain itu, pelayanan publik juga harus sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Ini berarti pemerintah harus mampu merespon kebutuhan

dan keinginan pelanggan dengan menyediakan pelayanan yang tepat.

Selain itu, efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih

oleh instansi pemerintah agar dapat memuaskan masyarakat. Yang mendasari dari

efektivitas adalah tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan perencanaan yang telah

ditetapkan. Pelayanan publik yang diberikan oleh aparat sangat rumit, prosedural,

berbelit-belit lama, boros atau tidak efisien dan efektif (Rohman, dkk 2008:5).

Efektivitas pelayanan publik mempunyai indikator nyata, kepercayaan,

ketanggapan, kompetensi, kesopanan, kredibilitas, kemudahan mengakses,

komunikasi, dan pemahamanpelanggan.

Kedudukan administrasi penting dalam suatu negara yang telah maju

apalagi bagi negara yang sedang berkembang. Administrasi akan memberikan

sumbangan pengalaman dibidang apapun yang mengajarkan kepada

negara-negara bahwa masalah kemajuan negara-negara bukanlah dititik beratkan hanya pada

modal yang cukup sumber daya alam dan tenaga kerja manusia tetapi sangat

dibutuhkan peranan administrasi. Administrasi merupakan modal berharga bagi

negara-negara yang ingin melaksanakan tugas dalam mencapai tujuan. Asas

utama administrasi adalah daya guna kerja yang berarti bahwa manusia ingin

mencapai suatu hasil secara maksimum atau terbaik dengan menyelenggarakan

(14)

Salah satu pelayanan publik dapat dilihat pada Kantor Imigrasi Kelas II

Pematang Siantar yang mempunyai tugas dalam menerbitkan Paspor kepada

Warga Negara Indonesia (WNI) yang ingin pergi keluar negeri. Kantor Imigrasi

Kelas II Pematang Siantar sebagai institusi pelaksana teknis dari Direktorat

Jendral Imigrasi Departemen Hukum dan HAM merupakan lembaga birokrasi

yang mempunyai tugas kewenangan dibidang pelayanan publik antara lain:

memberikan pelayanan sekaligus pengawasan kepada Warga Negara Indonesia

(WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) seperti penerbitan Surat Perjalanan

Republik Indonesia (SPRI), VISA, Izin Tinggal Orang Asing, dan lain-lain.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian,

pada pasal 8 dikatakan bahwa setiap orang yang masuk atau keluar wilayah

Indonesia wajib memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku.

Dengan demikian setiap Warga Negara Indonesia (WNI) apabila ingin melakukan

perjalanan keluar negeri dengan alasan apapun harus memiliki paspor. Adapun

prosedur pengurusan paspor adalah formulir diisi dengan melampirkan foto copy

KTP, KK dan Akte Kelahiran/Ijasah. Semua dokumen permohonan dimasukkan

ke dalam map yang telah disediakan dan diserahkan ke loket permohonan SPRI

untuk diteliti oleh petugas imigrasi. Tahap selanjutnya membayar uang pembuatan

paspor diloket pembayaran, yaitu untuk paspor 24 halaman Rp 105.000,

sedangkan paspor 48 halaman Rp 255.000. Tahap selanjutnya membuat foto di

ruang foto, menempelkan sepuluh jari tangan ke mesin biometrik, wawancara, dan

(15)

IMI-1586.IZ.03.10 Tahun 2011) yaitu 4 (empat) hari kerja terhitung setelah

pengambilan foto dan wawancara.

Dari hasil pengamatan penulis, maka ada beberapa faktor yang

menyebabkan pelayanan paspor menjadi tidak efektif diantaranya seperti

perlakuan yang tidak adil oleh pegawai, panjangnya prosedur yang harus dilalui

sehingga menyita waktu yang lama dan biaya yang cukup besar serta kurangnya

ketegasan petugas dalam memberantas calo. Salah satu penyebab hambatan

tersebut adalah adanya persoalan internal, artinya pemerintah sulit mencegah

pengaruh nilai-nilai dan kepentingan para aparat dari kepentingan umum

masyarakat yang seharusnya dilayaninya. Lebih buruk lagi sebagian pengelola

pelayanan memanfaatkan untuk mengambil keuntungan pribadi dan cenderung

mempersulit prosedur pelayanannya sehingga masyarakat akan mengeluarkan

biaya tertentu agar prosesnya lebih cepat. Akibatnya citra buruk pada pengelolaan

pelayanan publik masih melekat sampai saat ini sehingga tidak ada kepercayaan

masyarakat pada pengelola pelayanan (Rahmayanty, 2010:100). Hal tersebut

diatas dapat menurunkan efektivitas pelayanan publik sehingga belum tercapai

secara maksimal.

Berdasarkan gambaran latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

(16)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka

permasalahan yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah:

“Seberapa besar pengaruh prosedur administrasi terhadap efektivitas pelayanan

publik dalam pemberian paspor pada Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar.”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui prosedur administrasi dalam pengurusan paspor pada

Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar.

2. Untuk mengetahui efektivitas pelayanan publik pada Kantor Imigrasi Kelas

II Pematang Siantar.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh prosedur administrasi terhadap

efektivitas pelayanan publik dalam pengurusan paspor di Kantor Imigrasi

Kelas II Pematang Siantar.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai acuan bagi Kantor Imigrasi Pematang Siantar dalam rangka

meningkatkan efektivitas pelayanan publik khususnya pelayanan pemberian

(17)

2. Sebagai bahan referensi ilmiah bagi Mahasiswa/i FISIP-USU dalam

melakukan penelitian di bidang Ilmu Sosial pada umumnya dan Ilmu

Administrasi Negara pada khususnya.

3. Bermanfaat bagi penulis untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan

kemampuan berpikir dalam menganalisa setiap gejala dan permasalahan

yang dihadapi di lapangan.

1.5. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini diperlukan adanya kumpulan teori-teori yang

menjadi landasan teoritis dan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian.

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari

teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang

dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan penelitian

(Sugiyono, 2005:55). Menurut Arikunto (2004:92) kerangka teori adalah bagian

dari penelitian, tempat penelitian, memberikan penjelasan tetang hal-hal yang

berhubungan dengan variabel-variabel pokok, subvariabel atau pokok masalah

yang ada dalam penelitian. Maka dalam penelitian ini, yang menjadi kerangka

teorinya adalah sebagai berikut:

1.5.1. Prosedur Administrasi 1.5.1.1. Pengertian Prosedur

Prosedur adalah suatu rangkaian metode yang telah menjadi pola tetap

(18)

2004:33). Prosedur merupakan rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain,

sehingga menunjukkan adanya urutan tahapan secara jelas dan pasti serta

cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu bidang tugas

(Boediono, 2003:62). Sedangkan suatu rangkaian prosedur yang telah merupakan

suatu kebulatan untuk melaksanakan fungsi disebut sistem. Terry (dalam Syamsi,

2004:33) memberikan batasan: a procedure is a series of related tasks that make

up the cronological sequence and the established way of performing the work to

be accomplished (prosedur adalah serangkaian tugas yang saling berkaitan dan

yang secara kronologis berurutan dalam rangka menyelesaikan suatu pekerjaan).

Sedangkan menurut Mulyadi (2001:5) prosedur adalah urutan kegiatan clerical,

biasanya melibatkan beberapa orang atau lebih, yang dibuat untuk menjamin

penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

Menurut Wiriadihardja (1987:29) prosedur adalah tata cara dan tata

urutan atau metode yang harus dipatuhi dalam melakukan pekerjaan dari awal

sampai akhir. Jelasnya prosedur adalah langkah-langkah yang berupa:

a. Segala kegiatan yang harus dilaksanakan dalam melakukan tugas atau

melakukan sebagian dari sistem.

b. Langkah-langkah para pelaksana yang diambil bersama secara keseluruhan

dan merupakan serangkaian proses.

c. Bagian dari sistem yang merupakan ajang kegiatan para pelaksana berupa

urutan-urutan apa yang harus ditaati, apa yang harus terjadi dan dibagian

(19)

d. Kegiatan yang ditetapkan sebelumnya mengenai pelaksanaan tugas yang

berulang-ulang terjadi secara sistematis, menggariskan apa yang harus

dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan dan kapan harus dikerjakan.

e. Kegiatan rutin yang digariskan, agar pekerjaan dilaksanakan secara cepat,

terus-menerus dan teratur.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan prosedur merupakan tata laksana

yang memiliki urutan tahapan secara jelas dan pasti yang saling berkaitan

biasanya melibatkan beberapa orang atau lebih untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan.

1.5.1.2. Karakteristik Prosedur

Pada hakikatnya prosedur itu diterapkan bagi pekerjaan yang terjadi

berulang-ulang. Dalam prosedur biasanya dicantumkan batas waktu untuk setiap

langkah, sehingga prosedur itu akan berjalan sesuai dengan batas waktu yang

telah ditetapkan. Batas waktu itu sangat penting, terlebih lagi kalau suatu prosedur

itu ada kaitannya dengan prosedur lain sehingga secara keseluruhan dari

prosedur-prosedur itu akan selesai pada batas akhir waktu yang telah ditetapkan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu prosedur selain dihitung waktu pengerjaan

masing-masing, juga diperhitungkan kesinambungan yang tepat antara langkah

yang satu dengan langkah berikutnya.

Selain itu, menurut Syamsi (2004:34) suatu prosedur mempunyai ciri

yang bersifat stabil di satu pihak dan fleksibel di lain pihak. Yang dimaksud disini

(20)

Akan tetapi ada juga sebagian kecil langkah yang luwes cara penerapannya

dengan melihat situasi dan kondisinya. Secara umum dikatakan, bahwa sasaran

yang stabil (tidak berubah) akan menjadikan prosedur yang stabil juga.

Sebaliknya, apabila sasarannya berubah maka prosedur pelaksanaannya juga akan

ikut berubah. Perubahan sasaran itu dapat disebabkan berkembangnya organisasi.

Namun, sebaliknya dijaga keseimbangan antara stabilitas dan fleksibilitas dalam

penerapan prosedur. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa ada

kemungkinan proses yang telah berlaku lama itu pada suatu ketika akan menjadi

tidak cocok lagi untuk dipertahankan. Oleh karena itu, secara berkala perlu

diadakan evaluasi terhadap prosedur yang berlaku.

1.5.1.3. Pengertian Administrasi

Pemahaman yang tepat tentang pentingnya administrasi dalam kehidupan

modern sangat tergantung pada defenisi yang digunakan sebagai titik tolak

berfikir. Administrasi dapat dibedakan dalam 2 (dua) pengertian, yaitu:

1. Administrasi dalam arti sempit, yaitu dari kata administratie (bahasa

Belanda) yang meliputi kegiatan: catat-mencatat, surat-menyurat,

pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat

teknis ketatausahaan (clerical work). Jadi tata usaha adalah bagian kecil dari

kegiatan administrasi dalam arti luas.

2. Administrasi dalam arti luas dari kata administration (bahasa Inggris)

dibawah ini akan dikemukakan beberapa pendapat, arti atau defenisi dari

(21)

a. Menurut White, “Administration is a process common to all group effort,

public or private, civil or military, large scale or small scale”

(Administrasi adalah suatu proses yang pada umumnya terdapat pada

semua usaha kelompok, negara atau swasta, sipil atau militer, usaha besar

atau kecil).

b. Simon, mengemukakan “Administration as the activities of groups

cooperating to accomplish common goals” (Administrasi sebagai

kegiatan kelompok yang mengadakan kerjasama untuk menyelesaikan

tujuan bersama).

c. Newman, mengemukakan “Administration has been defined as the

guidance, leadership and control of the effort of a group of individuals

towards some common goal” (Administrasi didefenisikan sebagai

pedoman/petunjuk, kepemimpinan dan pengawasan dari usaha-usaha

kelompok individu-individu guna tercapainya tujuan bersama)

(Simbolon, 2004:14-15).

Pada kehidupan masyarakat modern, terjadi perubahan pola kehidupan di

berbagai bidang yang berdasarkan pada kerja sama dalam organisasi. Pola

kehidupan keorganisasian berkaitan dengan pola berpikir dan bertindak secara

rasional. Pola berpikir dan bertindak secara rasional berkaitan dengan efektivitas

dan efisiensi. Menurut Poerwanto (2006:15) administrasi didefenisikan sebagai

proses kerja sama secara sistematis dari sekelompok manusia yang berinteraksi

dengan lingkungannya untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara efektif, efisien

(22)

tersebut bahwa administrasi sebagai pola kehidupan modern berorientasi pada

kemajuan, ketertiban, efektivitas, dan efisiensi.

Menurut The Liang Gie (dalam Daryanto, 2005:7) administrasi adalah

segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang

dilaksanakan oleh sekelompok orang dalam bekerjasama untuk mecapai tujuan

tertentu. Kegiatan kerja sama yang dilakukan sekelompok orang harus

berdasarkan pembagian kerja sebagaimana yang telah ditentukan dengan

menggunakan sumber daya dan sarana untuk mencapai tujuan secara efektif dan

efisien. Senada dengan itu Nawawi (dalam Syafiie, 2009:5) mengemukakan

bahwa administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses

pengendalian usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan

bersama yang telah ditetapkan. Proses kerja sama tersebut selalu terikat pada

kondisi, waktu, dan tempat. Dalam penyelenggaraan administrasi terkandung

pemikiran bahwa semakin lama proses administrasi itu berlangsung harus

diupayakan tercapainya tingkat dan mutu pekerjaan yang semakin meningkat.

Dari beberapa pengertian diatas terdapat unsur-unsur dari administrasi

tersebut menurut Siagian (2008:3) yang terdiri dari :

1. Adanya dua orang manusia atau lebih karena seseorang tidak dapat bekerja

sama dengan dirinya sendiri.

2. Adanya tujuan, tujuan merupakan suatu sasaran atau target yang hendak

dicapai secara bersama- sama.

(23)

4. Adanya sarana dan prasarana yang disebut juga dengan peralatan dan

perlengkapan, terutama peralatan yang sangat berkaitan langsung dengan

proses administrasi seperti peralatan kantor yakni komputer, meja, telepon

dan sebagainya.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa administrasi

adalah rangkaian kegiatan sebagai proses kerja sama sekelompok orang secara

sistematis dengan memanfaatkan sarana prasarana untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan secara berdaya guna dan berhasil guna.

1.5.1.4. Pengertian Prosedur Administrasi

Prosedur merupakan rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain,

sehingga menunjukkan adanya urutan tahapan secara jelas dan pasti serta

cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu bidang tugas

(Boediono, 2003:62). Untuk selanjutnya, istilah prosedur dapat juga

dilengkapkan menjadi prosedur kerja. Yang mana prosedur kerja merupakan

kegiatan yang harus dilakukan secara berurutan untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan tertentu (Syamsi, 2004:33). Sedangkan administrasi didefenisikan

sebagai proses kerja sama secara sistematis dari sekelompok manusia yang

berinteraksi dengan lingkungannya untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara

efektif, efisien dan saling menguntungkan serta berkelanjutan (Poerwanto,

2006:15).

Kegiatan kerja sama yang dilakukan sekelompok manusia dalam

(24)

dahulu agar benar-benar sesuai. Informasi mengenai persyaratan tersebut harus

mudah diperoleh, sederhana, cepat dan adanya biaya yang jelas sehingga

masyarakat menjadi lebih mudah dalam memenuhi persyaratan administrasi

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan (Sumber:

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa prosedur kerja juga dapat

dikatakan sebagai prosedur administrasi karena memiliki pemgertian yang hampir

sama. Dan dapat disimpulkan bahwa prosedur administrasi adalah tata laksana

yang memiliki tahapan, syarat-syarat, pembagian tugas dan biaya yang jelas,

pasti, sederhana serta melibatkan beberapa orang atau lebih dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

dengan memanfaatkan sarana prasarana.

1.5.1.5. Klasifikasi dan Sifat Administrasi

Westra (2009:9) mengklasifikasikan administrasi dalam tiga jenis, yaitu:

1. Administrasi sebagai Tata Usaha

Administrasi dalam arti sebagai tata usaha merupakan setiap penyususnan

keterangan-keterangan secara sistematis dan pencatatan secara tertulis.

Pekerjaan administrasi tersebut terdiri atas pencatatan pelbagai keterangan

(25)

2. Administrasi sebagai Proses atau Kegiatan

Administrasi sebagai keseluruhan proses yang terdiri atas kegiatan-kegiatan,

pemikiran-pemikiran, pengaturan-pengaturan, mulai dari penentuan tujuan

sampai dengan penyelenggaraannya sehingga tercapai tujuan tersebut.

3. Administrasi sebagai Administrasi Negara atau Pemerintah

Administrasi sebagai pemerintah atau administrasi negara antara lain

sebagai aparatur dari negara yang dikepalai dan digerakkan oleh pemerintah

guna meyelenggarakan undang-undang, kebijakan-kebijakan pemerintah.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan, menurut hakikat dan

kenyataannya administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan.

Rangkaian kegiatan penataan yang merupakan administrasi itu berlangsung dalam

usaha bersama dari sekelompok orang yang bermaksud untuk mencapai tujuan

tertentu. Rangkaian kegiatan penataan dilakukan dengan menyelenggarakan

usaha-usaha untuk mencapai tujuan suatu negara.

Menurut Poerwanto (2006:15) administrasi sebagai fenomena sosial

merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki sifat sifat sebagai berikut:

1. Sifat empiris, proses dalam administrasi diartikan sebagai kegiatan yang

terus menerus dilakukan tanpa batas akhir, dilakukan secara bertahap

dengan didasarkan pada pengalaman masa lalu untuk menjadi acuan

tindakan selanjutnya.

2. Tujuan, salah satu dasar penting dari kegiatan administrasi adalah tujuan.

Tujuan menjadi arahan pembuatan kebijakan operasional dan pelaksanaan

(26)

3. Sistematis, kegiatan administrasi baik pada tingkat kebijakan maupun

pelaksanaan dan pengendalian dilakukan dalam sebuah sistematika. Artinya

keseluruhan kegiatan merupakan suatu rangkaian yang dilaksanakan secara

berurutan berlandaskan nilai-nilai dan aturan yang telah disusun dalam satu

kesatuan fungsi dan tanggung jawab, berkelanjutan, dan diukur hasilnya.

4. Analitis, proses penyelenggaraan dilakukan berdasarkan metode yang

konsisten terhadap tugas serta bertanggung jawab atas berbagai bagian, dan

hubungan antar bagian diuraikan dengan tegas dan jelas.

5. Terbuka, kegiatan yang mengarahkan pihak-pihak yang berkepentingan

untuk bekerja sama melalui sejumlah tahapan yang akan menciptakan

pengetahuan baru dari permasalahan yang dihadapi.

1.5.1.6. Fungsi Administrasi

Administrasi, baik dalam pengertian luas maupun sempit di dalam

penyelenggaraannya diwujudkan melalui fungsi-fungsi. Menurut Makmur

(2007:17) mengatakan bahwa ada tiga fungsi administrasi, yaitu:

1. Fungsi administrasi dibidang pengaturan

Seluruh tugas-tugas atau aktivitas yang ditetapkan administrasi tergolong

dalam kegiatan untuk menciptakan perangkat aturan yang dapat digunakan

untuk mengatur manusia dan non manusia dalam organisasi. Tindakan

melalui proses administrasi ini biasanya tidak terlalu banyak mengalami

hambatan karena telah diperhitungkan secara matang sebelum

(27)

2. Fungsi administrasi dibidang penataan

Seluruh tugas atau aktivitas dalam organisasi yang tergolong dalam kegiatan

penataan disebut fungsi penataan. Fungsi administrasi dibidang penataan

merupakan kewenangan para birokrat dalam organisasi untuk melakukan

suatu tindakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya secara berdaya guna dan berhasil guna.

3. Fungsi administrasi dibidang pembinaan

Seluruh tugas atau aktivitas dalam organisasi yang tergolong dalam kegiatan

pembinaan ini adalah mengefektifkan pemanfaatan seluruh sumber daya

baik manusia maupun sumber materil lainnya.

Fungsi administrasi tersebut pengimplementasinya dilakukan oleh

manusia tergantung dalam organisasi. Birokrasi pemerintahan merupakan salah

satu bentuk organisasi yang harus taat dan tunduk terhadap sejumlah jenis derajat

ketentuan dalam pelaksanaan urusannya, baik secara langsung berdasarkan tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan menurut Poerwanto (2006:38) bila ditinjau dari aspek proses

kerja sama, administrasi dibagi menjadi tiga fungsi, yaitu:

1. Formulasi kebijakan, yaitu kegiatan untuk membangun rumusan-rumusan

kebijakan yang meliputi:

a. Menetapkan tujuan-tujuan

b. Membangun sistem keorganisasian

c. Membangun ide-ide

(28)

2. Pendayagunaan unsur-unsur administrasi meliputi:

a. Sumber daya manusia

b. Keuangan

c. Peralatan

d. Aset tidak bergerak

3. Pengendalian dinamika administrasi, yaitu pelaksanaan kerja sama yang

telah didesain dalam kebijakan organisasi.

Fungsi-fungsi administrasi menggambarkan bahwa kegiatan utama

administrasi adalah merumuskan kebijaksanaan yang didasarkan atas ide-ide

seseorang atau para pendiri atau pemimpin puncak. Kebijakan berisi

alternatif-alternatif atau pilihan-pilihan terhadap suatu kegiatan atau sasaran yang harus

dilaksanakan.

1.5.2. Efektifitas Pelayanan Publik 1.5.2.1. Pengertian Efektivitas

Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas

untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini

sesuai dengan pendapat dari para ahli, menurut Steers (dalam Sutrisno, 2010:123 )

pada umumnya efektivitas hanya dikaitkan dengan tujuan organisasi, yaitu laba

yang cenderung mengabaikan aspek terpenting dari keseluruhan prosesnya, yaitu

sumber daya manusia. Menurut McDonald & Lawton (dalam Ratminto &

Winarsih, 2005:174) efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan

(29)

Menurut Siagian (2003:27) efektivitas merupakan penyelesaian

pekerjaan tidak hanya dipandang dari segi pencapaian tujuan saja tetapi juga dari

segi ketepatan waktu dalam mencapai tujuan tersebut. Dari pendapat Siagian

diatas disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan dengan masalah waktu. Suatu

kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut berhasil diselesaikan sesuai

dengan waktu yang telah ditetapkan atau dalam kata lain tepat waktu. Menurut

Siagian (2003:17) efektivitas sebagai orientasi kerja menyoroti:

a. Sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang dapat digunakan oleh

organisasi atau perusahaan yang jumlah sudah ditentukan/dibatasi

b. Jumlah dan mutu pelayanan jasa yang diberikan sudah ditentukan sesuai

dengan sasaran yang ingin dicapai

c. Batas waktu dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah

ditentukan sebelumnya

d. Tata cara yang ditempuh untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang

ditetapkan.

Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam pencapaian

efektivitas suatu organisasi yakni terdiri dari keterampilan, pengetahuan, dan

sikap. Bila keterampilan, kemampuan dan sikap diupayakan untuk ditingkatkan,

maka hal tersebut akan mempengaruhi pelaksanaan tugasnya sehingga efektivitas

yang lebih baik dapat terbentuk dalam organisasi.

Mahsun (2006:182) mengatakan bahwa efektivitas merupakan hubungan

antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian

(30)

kebijakan. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut

mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Mahsun

menambahkan bahwa efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi

mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka

organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

efektivitas adalah pencapaian sebuah tujuan yang telah disepakati dan dapat

terlaksana pada waktu yang telah ditentukan sehingga menghasilkan hasil akhir

yang diharapkan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif.

1.5.2.2. Pengertian Pelayanan Publik

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara

ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan

kehidupan manusia. Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik

yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai

dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini

masih bercirikan: berblit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan. Menurut Kotler

(dalam Sinambela, 2010:4) pelayanan adalah setiap kegiatan yang

menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan

meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Menurut Moenir

(2002:6) pelayanan merupakan kegiatan yang diteruskan oleh organisasi atau

perseorangan kepada konsumen yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat

(31)

dilakukan oleh organisasi yang memberikan pelayanan. Sedangkan menurut

Boediono (2003:60) pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain

dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan

interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Dari beberapa

pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah serangkaian

kegiatan atau proses pemenuhan kebutuhan yang dilaksanakan oleh organisasi

kepada masyarakat yang menawarkan kepuasan.

Menurut Juliantara (2005:3) pelayanan publik adalah segala kegiatan

pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan

perundang-undangan. Dalam hal ini pemberi pelayanan adalah aparatur yang

bertugas pada organisasi pemerintahan baik pemerintahan pusat maupun daerah.

Penerima pelayanan adalah warga masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban

atas pelayanan publik. Pelayanan publik adalah pengabdian serta pelayanan

kepada masyarakat berupa usaha yang dijalankan dan pelayanan itu diberikan

dengan memegang teguh syarat-syarat efisiensi, efektivitas, ekonomis serta

manajemen yang baik dalam pelayanan kepada masyarakat dengan baik dan

memuaskan ( Lukman, 2006 : 82 ). Sedangkan pelayanan yang terkait dengan

tugas aparatur pemerintah menurut Ratminto dan Winarsih (2005:5) adalah:

(32)

Sementara menurut Kurniawan (2005:4) pelayanan publik adalah

pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang

ditetapkan. Keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintahan

kepada publik didalam suatu organisasi atau instansi untuk memenuhi kebutuhan

penerima layanan/masyarakat. Atau pada hakekatnya pelayanan publik

merupakan pemberian layanan prima kepada masyarakat yang merupakan

perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

Menurut Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63

Tahun 2003 tentang Pedoman Pelayanan Publik, pelayanan publik dapat dibagi

menjadi tiga jenis kelompok, antara lain:

1. Kelompok Pelayanan Administrasi

Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang

dibutuhkan oleh publik.

2. Kelompok Pelayanan Barang

Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan

oleh publik.

3. Kelompok Pelayanan Jasa

Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh

pulik.

Pelayanan publik merupakan segala kegiatan guna memenuhi kebutuhan

dasar sesuai dengan hak-hak seluruh warga negara dan penduduk atas pelayanan

(33)

kepentingan publik. Administrasi yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di

pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha

Milik Daerah menggunakan istilah pelayanan publik yang meliputi pelayanan

administrasi. Pelayanan administrasi adalah pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik.

Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Pernikahan, Akte

Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat

Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), Izin

Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat Kepemilikan/Penguasaan Tanah

dan sebagainya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah

rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah untuk memenuhi

kebutuhan penerima layanan atas pelayanan administrasi yang telah ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan.

Selain itu, efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih

oleh instansi pemerintah agar dapat memuaskan masyarakat. Yang mendasari dari

efektivitas adalah tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan perencanaan yang telah

ditetapkan. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan efektivitas

pelayanan publik adalah tercapainya kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

instansi pemerintah atas pelayanan administrasi untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dengan mutu pelayanan: tangibles, reliability, responsiveness,

(34)

1.5.2.2 Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik

Pemerintah melalui lembaga dan segenap aparaturnya bertugas

menyelenggarakan dan menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Menurut

Moenir (2010:190) pelayanan umum dilakukan oleh siapapun, bentuknya tidak

terlepas dari tiga macam, yaitu:

1. Layanan dengan lisan

Layanan dengan lisan ini dilakukan oleh petugas-petugas bidang hubungan

masyarakat (humas), bidang layanan informasi dan bidang-bidang lainnya yang

tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada masyarakat mengenai

berbagai fasilitas layanan yang tersedia.

Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada

syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelayanan, yaitu:

a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang

tugasnya.

b. Mampu memberikan penjelasan apa saja yang perlu dengan lancar dan

singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin

memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

d. Meski dalam keadaan sepi tidak berbincang dan bercanda dengan sesama

pegawai, karena dapat menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan

tugas.

e. Tidak melayani orang yang hanya ingin sekedar “berbincang” dengan

(35)

2. Layanan melalui tulisan

Layanan dengan tulisan ini, layanan yang diberikan berupa pemberian

penjelasan kepada masyarakat dengan penerangannya berupa penulisan suatu

informasi mengenai hal atau masalah yang sedang terjadi. Pelayanan melalui

tulisan terdiri dari dua macam, yaitu:

a. Layanan yang berupa petunjuk informasi dan yang sejenis yang ditujukan

pada orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka dalam

berurusan dengan instansi atau lembaga.

b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atau pelaporan, keluhan, pemberian atau

penyerahan, pemberitahuan, dan lain sebagainya.

3. Layanan berbentuk perbuatan

Layanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam

bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar kesanggupan dan penjelasan

secara lisan. Umumnya layanan ini dilakukan oleh petugas-petugas tingkat

menengah dan bawah, karena itu faktor keahlian dan keterampilan pegawai sangat

menentukan terhadap hasil perbuatan dan pekerjaan.

1.5.2.3 Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik

Pada hakekatnya perbaikan sistem dan prosedur pelayanan publik yang

menuju pelayanan publik yang prima yang diberikan oleh aparatur/birokrat

kepada masyarakat sebaiknya dilakukan dengan penuh perhatian sehingga

diharapkan akan menimbulkan pandangan positif baik dari kalangan pelanggan,

(36)

pelayanan publik harus dilasanakan dan berjalan berdasarkan prinsip-prinsip

pelayanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan Keputusan Mentri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2003 disebutkan bahwa

penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Kesederhanaan

Pada hakekatnya prinsip kesederhanaan lebih menekankan pada

prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara sederhana, lancar,

cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan dilaksanakan oleh

masyarakat yang meminta pelayanan. Namun kesederhanaan prosedur ini,

dengan tanpa mengurangi atau mengabaikan unsur legalitas atau keabsahan

dari hasil pelaksanaan pelayanan itu sendiri.

2. Kejelasan

Kejelasan dalam pelaksanaan publik ini mencakup kejelasan dalam hal:

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik.

b. Prosedur dan tata cara pelayanan publik

c. Unit kerja / pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan / persoalan / sengketa

dalam pelaksanaan pelayanan publik.

d. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

3. Kepastian waktu

Pelaksanaan pemberian pelayanan harus memberikan ketegasan dan

kepastian waktu, serta jadwal pelayanan dapat dilaksanakan secara

(37)

4. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah yang

berpegang pada prinsip efektivitas dan efisiensi.

5. Keamanan

Pelaksanaan pelayanan maupun mutu produk pelaksanaan pelayanan dapat

memberikan rasa aman pada masyarakat. Mutu produk pelayanan meliputi:

a. Produk pelayanan administrasi (dokumen, surat, kartu, dan lain-lain),

hendaknya diperhatikan agar dapat menjamin kepastian atau

keabsahannya secara hukum, tanpa kesalahan cetak serta tidak

menimbulkan keraguan bagi masyarakat.

b. Produk pelayanan barang (air bersih, listrik, pengobatan rumah sakit, dan

sebagainya), perlu diperhatikan standar mutu yang layak.

c. Produk pelayanan jasa (perhubungan darat, laut, udara), perlu

diperhatikan standar mutu keamanan dan keselamatan.

6. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk

bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan Publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana

Dalam pelaksanaan pelayanan harus tersedia sarana dan prasarana kerja,

peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan

(38)

8. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai sehingga mudah

dijangkau oleh masyarakat. Selain itu, segala bentuk informasi yang

berkaitan dengan pelayanan publik juga mudah diakses oleh masyarakat

melalui teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

9. Kedisiplinan, kesopanan, keramahan

Pada pelaksanaan pelayanan publik, pemberi pelayanan harus bersikap

disiplin, sopan dan santun, ramah/ serta memberikan pelayanan dengan

ikhlas.

10. Kenyamanan

Lingkungan tempat pelayanan harus tertib, teratur, tersedianya ruang tunggu

yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi

dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah

dan lain-lain.

Prinsip-prinsip tersebut merupakan suatu bentuk perhatian pemerintah

terhadap perbaikan pelayanan publik melihat banyaknya keluhan masyarakat

tentang buruknya pelayanan yang diterima dari aparat pelayan publik. Selain itu,

prinsip-prinsip tersebut juga akan memberikan kemudahan bagi masyarakat

karena berpihak pada kepentingan publik. Untuk itu, penyelenggara pelayanan

(39)

1.5.2.4 Dimensi-Dimensi Mutu Pelayanan Publik

Dalam pelayanan publik terdapat dimensi-dimensi mutu pelayanan

publik yang terdiri atas (Sumber

1. Tangibles (Nyata)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk fasilitas fisik dan personalia.

Misalnya, ruangan yang bersih, penataan meja dan kursi yang teratur, rapi

dan lan-lain.

2. Reliability (Kepercayaan)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk kemampuan untuk menyediakan

layanan dan data secara tepat dan akurat.

3. Responsiveness (Ketanggapan)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk respon pegawai yang cepat dan

kreatif terhadap permintaan atau permasalahan yang dihadapi oleh

masyarakat.

4. Competence (Kompetensi)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk kemampuan serta pengetahuan yang

dimiliki pegawai dalam melakukan layanan sehingga layanan yang

diberikan dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat.

5. Courtesy (Kesopanan)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk keramahan, kesopanan, rasa hormat

serta sikap menghargai yang dimiliki pemberi layanan. Kesan baik pemberi

layanan menjadi indikasi bagi konsumen tentang kemampuan pegawai

(40)

6. Credibility (Kredibilitas)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk perjanjian yang dapat dipercaya, sifat

pribadi dari pegawai yang berhubungan dengan masyarakat.

7. Security (Keamanan)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk rasa aman, keragu-raguan,

ketidakpercayaan yang diberikan oleh pemberi jasa kepada masyarakat.

8. Acces (Kemudahan mengakses)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk pelayanan yang mudah dalam kontak

hubungan antara masyarakat dengan pemberi layanan.

9. Communication (Komunikasi)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk layanan dengan menggunakan

bahasa yang dapat dimengerti dan dapat didengar dengan baik oleh

masyarakat sehingga selalu membuat masyarakat selalu mendapatkan

informasi yang tepat tentang pelayanan.

10. Understanding (Pemahaman)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk usaha yang dilakukan pemberi

layanan untuk memahami kebutuhan pelayanan yang sebenarnya melalui

perhatian yang diberikan pemberi layanan kepada masyarakat sehingga

dapat dipastikan pemberi layanan dapat memahami kebutuhan masyarakat.

1.5.2.5 Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar

(41)

pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau

penerima pelayanan. Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003

standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan

satu sama lain, sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti

serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu

pelayanan.

2. Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian pelayanan merupakan jangka waktu penyelesaian suatu

pelayanan publik mulai dari dilengkapinya/dipenuhinya persyaratan teknis

dan/atau persyaratan administratif sampai dengan selesainya suatu proses

pelayanan.

3. Biaya Pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses

pemberian pelayanan yang mana besaran dan tata cara pembayarannya

ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

4. Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

(42)

5. Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

penyelenggara pelayanan publik.

6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang

dibutuhkan.

1.5.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Publik

Secara konseptual menurut Moenir (2010:88) mengidentifikasikan

adanya faktor yang dianggap mempunyai bobot pengaruh relatif yang sangat besar

untuk mendukung pelayanan sebagai berikut :

1. Faktor kesadaran merupakan kesadaran para pegawai pada segala tindakan

terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya dapat membawa dampak

yang sangat positif terhadap organisasi. Ini akan menjadi kesungguhan dan

disiplin dalam melaksanakan tugas sehingga hasilnya dapat diharapkan

memenuhi standar yang telah ditetapkan.

2. Faktor aturan dalam arti ketaatan dan penggunaan kewenangan bagi

pelaksanaan hak, kewajiban, dan tanggung jawab. Adanya pengetahuan dan

pengalaman yang memadai serta kemampuan berbahasa yang baik dengan

pemahaman pelaksanaan tugas yang cukup. Adanya kedisiplinan (disiplin

(43)

3. Faktor organisasi merupakan alat atau sistem yang memungkinkan

berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan dalam usaha pencapaian tujuan.

4. Faktor pendapatan yaitu pendapatan pegawai berfungsi sebagai pendukung

pelayanan, pendapatan yang cukup akan memotivasi pegawai dalam

melaksanakan pekerjaan dengan baik.

5. Faktor keterampilan tugas dalam arti kemampuan dan keterampilan petugas

dalam melaksanakan pekerjaan.

6. Faktor sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan

layanan. Sarana ini meliputi peralatan, perlengkapan, alat bantu dan fasilitas

yang melengkapi seperti fasilitas komunikasi.

1.5.3 Hubungan Prosedur Administrasi dengan Efektifitas Pelayanan Publik

Hubungan antara prosedur administrasi dengan efektivitas pelayanan

publik dapat dilihat dari prinsip-prinsip pelayanan publik dalam Keputusan

MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan

Publik disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan terdapat beberapa

prinsip yang mana salah satunya mencakup tentang kejelasan dalam hal

persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik, prosedur dan tata cara

pelayanan publik. Dalam memberikan berbagai macam pelayanan kepada

masyarakat tanpa adanya prosedur yang jelas maka pelayanan yang diberikan

aparat pemerintah kepada masyarakat tidak akan dapat tercapai yaitu kepuasan

(44)

berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukkan adanya urutan tahapan secara

jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian

suatu bidang tugas (Boediono, 2003:62). Prosedur sangat diperlukan untuk

meningkatkan efektivitas pelayanan publik, terutama pada jenis pekerjaan yang

berulang-ulang atau rutin.

Pelayanan publik merupakan suatu tugas wajib bagi aparat pemerintah

untuk memberikan, menyediakan pelayanan kepada masyarakat sehingga

masyarakat akan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.

Lukman (dalam Sinambela, 2010:5) mengemukakan pelayanan adalah suatu

kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar

seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan

pelanggan. Sedangkan yang dimaksud dengan efektivitas pelayanan publik adalah

pencapaian serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan

dapat terlaksana pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam bidang pelayanan publik, upaya-upaya telah dilakukan dengan

menetapkan standar pelayanan publik, yang merupakan ukuran dalam

penyelenggaraan pelayanan publik, salah satunya adalah prosedur pelayanan

yang merupakan rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain,

sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang

harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu pelayanan sesuai dengan

Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan

(45)

pelayanan publik mempunyai hubungan yang sangat erat karena tanpa adanya

prosedur administrasi yang jelas maka pelayanan yang diberikan oleh aparat

pemerintah kepada masyarakat tidak sesuai dengan harapan.

1.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana

kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data (Sugiyono, 2005:70).

Adapun hipotesis yang dikemukakan penulis sebagai berikut:

a. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara prosedur administrasi

terhadap efektivitas pelayanan publik.

b. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara prosedur

administrasi terhadap efektivitas pelayanan publik.

1.7. Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang

menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 2006:33). Maka dalam hal ini, penulis

(46)

1. Prosedur administrasi adalah tata laksana yang memiliki tahapan,

syarat-syarat, pembagian tugas dan biaya yang jelas, pasti, sederhana serta

melibatkan beberapa orang atau lebih dalam rangka pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan

memanfaatkan sarana prasarana.

2. Efektivitas pelayanan publik adalah tercapainya kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan instansi pemerintah atas pelayanan administrasi untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mutu pelayanan: tangibles,

reliability, responsiveness, competence, courtesy, credibility, security,

acces, communication, understanding.

1.8. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara mengukur suatu variabel, sehingga dalam pengukuran ini dapat

diketahui indikator-indikator apa saja yang melekat dalam variabel tersebut

(Singarimbun, 2006: 46).

Dalam hal ini sehubungan dengan judul terdapat dua variabel, yaitu

variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Masing-masing indikator dari variabel

tersebut adalah :

1. Variabel prosedur administrasi(X), indikatornya adalah:

a. Kejelasan, persyaratan administrasi serta tahapan yang tepat antara

(47)

b. Kepastian, dalam pelaksanaan proses administrasi dapat diselesaikan

dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

c. Kesederhanaan, tata cara administrasi tidak berbelit-belit, mudah

dipahami dan mudah dilaksanakan.

d. Biaya administrasi, rincian biaya atau tarif yang jelas serta sesuai

dengan peraturan yang telah ditetapkan.

e. Sarana dan prasarana, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai

sehingga mendukung pelakasanaan administrasi.

2. Variabel efektivitas pelayanan publik (Y), indikatornya adalah:

a. Tangibles (Nyata)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk fasilitas fisik dan personalia.

Misalnya, ruangan yang bersih, penataan meja dan kursi yang teratur,

rapi dan lain-lain.

b. Reliability (Kepercayaan)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk kemampuan untuk menyediakan

layanan dan data secara tepat dan akurat.

c. Responsiveness (Ketanggapan)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk respon pegawai yang cepat dan

kreatif terhadap permintaan atau permasalahan yang dihadapi oleh

(48)

d. Competence (Kompetensi)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk kemampuan serta pengetahuan

yang dimiliki pegawai dalam melakukan layanan sehingga layanan

yang diberikan dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat.

e. Courtesy (Kesopanan)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk keramahan, kesopanan, rasa

hormat serta sikap menghargai yang dimiliki pemberi layanan. Kesan

baik pemberi layanan menjadi indikasi bagi konsumen tentang

kemampuan pegawai dalam melaksanankan tugasnya.

f. Credibility (Kredibilitas)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk kejujuran, perjanjian yang dapat

dipercaya, sifat pribadi dari pegawai yang berhubungan dengan

masyarakat.

g. Security (Keamanan)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk rasa aman atau bebas dari

bahaya, keragu-raguan, ketidakpercayaan yang diberikan oleh pemberi

jasa kepada masyarakat.

h. Acces (Kemudahan mengakses)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk layanan yang mudah dalam

kontak hubungan antara masyarakat dengan pemberi layanan.

i. Communication (Komunikasi)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk layanan dengan menggunakan

(49)

masyarakat sehingga selalu membuat masyarakat selalu mendapatkan

informasi yang tepat tentang pelayanan.

j. Understanding (Pemahaman)

Bagian dari pelayanan yang berbentuk usaha yang dilakukan pemberi

layanan untuk memahami kebutuhan pelayanan yang sebenarnya

melalui perhatian yang diberikan pemberi layanan kepada masyarakat

sehingga dapat dipastikan pemberi layanan dapat memahami kebutuhan

masyarakat.

1.9. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori , hipotesis, definisi konsep,

definisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel

penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data yang digunakan

dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi

(50)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan menguraikan

hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan menganalisanya

berdasarkan metode yang digunakan.

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Bab ini memuat analisis dan interpretasi dari data-data yang disajikan

pada bab-bab sebelumnya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah

dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang

(51)

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan penelitian asosiatif kausal dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian asosiatif kausal bertujuan untuk meneliti

hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. Karena

penelitian ini hanya menghubungkan dua variabel secara searah saja, maka

penelitian ini menggunakan metode asosiatif kausal (Sugiyono, 2005 : 11).

Pendekatan kuantitatif diterapkan dengan menggunakan rumus statistik untuk

membantu menganalisa data yang diperoleh dari responden.

2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kantor Imigrasi Kelas II Pematang Siantar,

Jl. Raya Medan Km 11,5 Pematang Siantar.

2.3. Populasi dan Sampel 2.3.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2005:90), bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Dari pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan pengurusan paspor di

(52)

diberikan oleh masyarakat yang mengurus paspor maka diambil 4 orang pegawai

sebagai informan kunci. Dimana yang dimaksud dengan informan kunci adalah

mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan

dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan

yang sedang diteliti (Arikunto, 2002:57)

2.3.2. Sampel

Menurut Arikunto (2002: 109), menyatakan bahwa sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini berjumlah

30 orang masyarakat yang melakukan pengurusan paspor di Kantor Imigrasi

Kelas II Pematang Siantar yang diambil secara accidental (kebetulan) dalam

kurun waktu 5 hari kerja sedangkan yang menjadi informan kunci adalah Kepala

Seksi Lalintuskim, Kepala Seksi Infokim, Kepala Sub Seksi Komunikasi, dan

Kepala Urusan Kepegawaian.

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi yang mendukung tujuan

penelitian, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu :

a. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

menyebarkan sejumlah daftar pertanyaan yang dilengkapi dengan

Gambar

Tabel 1 : Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment
Tabel 2 : Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3 : Identitas Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5 : Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada pelayanan pembuatan paspor yang dihadapi oleh Kantor Imigrasi Kelas I Semarang dalam melayani masyarakat kendala yang sering terjadi yaitu sistem untuk pengaplikasian

Kualitas pelayanan pengurusan paspor pada Kantor Imigrasi Kota Semarang apabila dilihat dari dimensi Tangibles atau ketampakan fisik yang ada sudah menunjukkan

Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa transparansi pelayanan publik dalam pengurusan paspor di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat

Apa saja yang telah dilakukan oleh Kantor Imigrasi Kelas 1 Polonia untuk mempublikasikan informasi yang berkaitan dengan tata cara pelaksanaan permohonan pengurusan

Pembuatan Paspor Secara Online (Studi pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus

Pejabat yang menerima keluhan masyarakat apabila terdapat sesuatu yang tidak jelas dan atau tidak puas atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Implikasi dari penelitian ini adalah: 1) Kantor Imigrasi Kelas I Makassar selalu berusaha memberikan pelayanan yang baik dalam pelayanan pengurusan paspor kepada

Dalam proses thinking ahead oleh pihak Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Surabaya, ditemukan bahwa dari pihak kantor imigrasi cukup sering melakukan evaluasi