• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan kompos dan zeolit untuk pengendalian Busuk Pangkal Batang (BPB) pada tanaman lada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan kompos dan zeolit untuk pengendalian Busuk Pangkal Batang (BPB) pada tanaman lada"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN KOMPOS DAN ZEOLIT

UNTUK PENGENDALIAN BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) PADA TANAMAN LADA

JEKVY HENDRA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: “Pemanfaatan Kompos dan Zeolit untuk Pengendalian Busuk Pangkal Batang (Bpb) pada Tanaman Lada” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, April 2006

(3)

PEMANFAATAN ZEOLIT DAN KOMPOS

UNTUK PENGENDALIAN BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) PADA TANAMAN LADA

(THE BENEFIT OF COMPOST AND ZEOLITES TO CONTROL THE FOOT ROT DISEASE ON PEPPER PLANT)

ABSTRAK

JEKVY HENDRA. Pemanfaatan K ompos dan Zeolit untuk Pengendalian Busuk Pangkal Batang (BPB) pada Tanaman Lada. Dibimbing oleh BONNY POERNOMO WAHYU SOEKARNO dan ABDUL MUNIF.

Kompos Dan zeolit berpotensi berpotensi dalam menekan pertumbuhan pathogen dan membantu pertumbuhan tanaman. Penelitian bertujuan mengetahui potensi zeolit dan ekstrak kompos menekan penyakit busuk pangkal batang tanaman lada dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB dari bulan November 2003- September 2005. Penelitian ini menggunakan RAK dengan 12 perlakuan dengan 3 ulangan dengan 2 faktor yaitu kompos dan zeolit. Zeolit terdiri 0 kg, 125 kg/ha, 150 kg/ha. Kompos terdiri: KO (tanpa ekstrak kompos), KA (kompos A.pintoii t), KK (kompos kulit kopi), KKA (kompos kulit kopi-A.pintoii).

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan interaksi kompos dan zeolit mampu menekan tingkat keparahan penyakit BPB. Tingkat keparahan penyakit tanaman dan akar terendah yakni 3,47 % dan 3,1 % terjadi pada perlakuan KA-Z1 dan KA-Z2. Pada percobaan labor berpengaruh nyata terhadap populasi dan keragaman mikroba serta analisa unsur. Kandungan nilai tukar kation tertinggi pada KA-Z1 13cmol+/kg. C/N rasio semua perlakuan interaksi berkisar 10 – 15. Pada semua perlakuan diperoleh 15 isolat aktinomisetes, 30 isolat bakteri dan 30 isolat cendawan. Populasi bakteri tertinggi 121,5 cfu/g pada KZ2, cendawan 39,5 cfu/g populasi pada KA-Z2, dan 8,3 cfu/g popuilasi aktinomisetes pada KA-Z2. Pengamatan analisa unsur menunjukkan semua perlakuan menghasilkan unsur P,Ca, Mg dan K yang lebih tinggi dari kontrol yang sangat berperan menghalangi perkembangan patogen dalam jaringan tanaman lada.

(4)

PEMANFAATAN KOMPOS DAN ZEOLIT

UNTUK PENGENDALIAN BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) PADA TANAMAN LADA

JEKVY HENDRA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk gelar Magister Sains pada Program Studi Entomolgi/ Fitopatologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pemanfaatan Kompos dan Zeolit Untuk Pengendalian Busuk Pangkal Batang (BPB) Pada Tanaman Lada

Nama Mahasiswa : Jekvy Hendra Nomor Pokok : A451030101

Program Studi : Entomologi/Fitopatologi

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bonny P.W. Soekarno, M.S Ketua

Dr. Ir. Abdul Munif, M.Agr Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Entomologi/Fitopatologi

Dr.Ir.Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan pada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis dengan judul ‘Pemanfaatan Kompos dan Zeolit untuk Pengendalian Busuk Pangkal Batang (BPB) pada Tanaman Lada’ ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada kepada Dr. Ir. Bonny P.W. Soekarno, M.S selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Abdul Munif, M.Agr selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan, saran dan arahannya selama proses penelitian hingga penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung yang telah memberi izin, kepercayaan dan menugaskan penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister Sains di Sekolah Pascasarjana IPB .Ucapan terima kasih juga diberikan kepada Departemen Pertanian Republik Indonesia dan Proyek Penelitian Hama Terpadu atas bantuan biaya yang diberikan sehingga proses penyelesaian pendidikan penulis dapat berjalan dengan lancar.

Terima kasih disampaikan kepada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB, teman-teman angkatan 2003 dan di Forum Wacana Entomologi/Fitopatologi dan seluruh anggota Laboratorium Mikologi atas semua bantuan, do’a dan dorongannya kepada penulis. Rasa hormat dan terima kasih yang mendalam penulis aturkan kepada Ayahanda (Alm), Ibunda, Istri Lola Linta dan Anak-anak tercinta Vynda, Anggi, Rofi serta Adik-adik yang dengan kesabaran, ketabahan, kasih sayang dan do’anya selama ini untuk kesuksesan penulis, Penulis mendo’akan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang Mikologi.

Bogor, April 2006

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 17 April 1967 dari Bapak Djamaludin dan Ibu Meynizar Ibrahim. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

(8)
(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pengaruh iteraksi kompos dan zeolit terhadap tingkat serangan BPB pada tanaman lada……….. 24 2. Tingkat keparahaan penyakit P. Capsicii tanaman lada pada

perlakuan kompos………. ……… 25

3. Tingkat keprahaan penyakit P. Capsicii tanaman lada pada perlakuan zeolit………. ……… 25 4. Tingkat keparahaan penyakit lada saat pembongkaran dengan

perlakuaan kompos………. 26 5. Tingkat keparahaan penyakit lada saat pembongkaran dengan

perlakuaan zeolit…..……….. 26 6. Tingkat keparahan penyakit akar tanaman saat pembongkaran

dengan perlakuan interaksi kompos dan zeolit……….. 27 7. Berat brangkas saat panen dengan perlakuan interaksi kompos

dan zeolit……… 27 8. Pertumbuhan tinggi tanaman dengan perlakuan interaksi kompos

dan zeolit……… 28 9. Kandungan nilai tukar kation pada perlakuan interaksi kompos

dan zeolit……… 28 10. Populasi isolat bakteri, aktinomycetes dan cendawan hasil isolat

dari tanah setelah perlakuan kompos dan zeolit………. 29 11. Kandungan unsur Mg, K, dan Na dalam tanah pada berbagai

perlakuan interaksi kompos dan zeolit……….……….. 31 12. Kandungan unsur Ca, C/N dan P2O5 dalam tanah pada berbagai

(11)

PEMANFAATAN KOMPOS DAN ZEOLIT

UNTUK PENGENDALIAN BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) PADA TANAMAN LADA

JEKVY HENDRA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: “Pemanfaatan Kompos dan Zeolit untuk Pengendalian Busuk Pangkal Batang (Bpb) pada Tanaman Lada” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, April 2006

(13)

PEMANFAATAN ZEOLIT DAN KOMPOS

UNTUK PENGENDALIAN BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) PADA TANAMAN LADA

(THE BENEFIT OF COMPOST AND ZEOLITES TO CONTROL THE FOOT ROT DISEASE ON PEPPER PLANT)

ABSTRAK

JEKVY HENDRA. Pemanfaatan K ompos dan Zeolit untuk Pengendalian Busuk Pangkal Batang (BPB) pada Tanaman Lada. Dibimbing oleh BONNY POERNOMO WAHYU SOEKARNO dan ABDUL MUNIF.

Kompos Dan zeolit berpotensi berpotensi dalam menekan pertumbuhan pathogen dan membantu pertumbuhan tanaman. Penelitian bertujuan mengetahui potensi zeolit dan ekstrak kompos menekan penyakit busuk pangkal batang tanaman lada dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB dari bulan November 2003- September 2005. Penelitian ini menggunakan RAK dengan 12 perlakuan dengan 3 ulangan dengan 2 faktor yaitu kompos dan zeolit. Zeolit terdiri 0 kg, 125 kg/ha, 150 kg/ha. Kompos terdiri: KO (tanpa ekstrak kompos), KA (kompos A.pintoii t), KK (kompos kulit kopi), KKA (kompos kulit kopi-A.pintoii).

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan interaksi kompos dan zeolit mampu menekan tingkat keparahan penyakit BPB. Tingkat keparahan penyakit tanaman dan akar terendah yakni 3,47 % dan 3,1 % terjadi pada perlakuan KA-Z1 dan KA-Z2. Pada percobaan labor berpengaruh nyata terhadap populasi dan keragaman mikroba serta analisa unsur. Kandungan nilai tukar kation tertinggi pada KA-Z1 13cmol+/kg. C/N rasio semua perlakuan interaksi berkisar 10 – 15. Pada semua perlakuan diperoleh 15 isolat aktinomisetes, 30 isolat bakteri dan 30 isolat cendawan. Populasi bakteri tertinggi 121,5 cfu/g pada KZ2, cendawan 39,5 cfu/g populasi pada KA-Z2, dan 8,3 cfu/g popuilasi aktinomisetes pada KA-Z2. Pengamatan analisa unsur menunjukkan semua perlakuan menghasilkan unsur P,Ca, Mg dan K yang lebih tinggi dari kontrol yang sangat berperan menghalangi perkembangan patogen dalam jaringan tanaman lada.

(14)

PEMANFAATAN KOMPOS DAN ZEOLIT

UNTUK PENGENDALIAN BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) PADA TANAMAN LADA

JEKVY HENDRA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk gelar Magister Sains pada Program Studi Entomolgi/ Fitopatologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pemanfaatan Kompos dan Zeolit Untuk Pengendalian Busuk Pangkal Batang (BPB) Pada Tanaman Lada

Nama Mahasiswa : Jekvy Hendra Nomor Pokok : A451030101

Program Studi : Entomologi/Fitopatologi

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bonny P.W. Soekarno, M.S Ketua

Dr. Ir. Abdul Munif, M.Agr Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Entomologi/Fitopatologi

Dr.Ir.Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

(16)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan pada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis dengan judul ‘Pemanfaatan Kompos dan Zeolit untuk Pengendalian Busuk Pangkal Batang (BPB) pada Tanaman Lada’ ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada kepada Dr. Ir. Bonny P.W. Soekarno, M.S selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Abdul Munif, M.Agr selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan, saran dan arahannya selama proses penelitian hingga penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung yang telah memberi izin, kepercayaan dan menugaskan penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister Sains di Sekolah Pascasarjana IPB .Ucapan terima kasih juga diberikan kepada Departemen Pertanian Republik Indonesia dan Proyek Penelitian Hama Terpadu atas bantuan biaya yang diberikan sehingga proses penyelesaian pendidikan penulis dapat berjalan dengan lancar.

Terima kasih disampaikan kepada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB, teman-teman angkatan 2003 dan di Forum Wacana Entomologi/Fitopatologi dan seluruh anggota Laboratorium Mikologi atas semua bantuan, do’a dan dorongannya kepada penulis. Rasa hormat dan terima kasih yang mendalam penulis aturkan kepada Ayahanda (Alm), Ibunda, Istri Lola Linta dan Anak-anak tercinta Vynda, Anggi, Rofi serta Adik-adik yang dengan kesabaran, ketabahan, kasih sayang dan do’anya selama ini untuk kesuksesan penulis, Penulis mendo’akan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang Mikologi.

Bogor, April 2006

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 17 April 1967 dari Bapak Djamaludin dan Ibu Meynizar Ibrahim. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

(18)
(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pengaruh iteraksi kompos dan zeolit terhadap tingkat serangan BPB pada tanaman lada……….. 24 2. Tingkat keparahaan penyakit P. Capsicii tanaman lada pada

perlakuan kompos………. ……… 25

3. Tingkat keprahaan penyakit P. Capsicii tanaman lada pada perlakuan zeolit………. ……… 25 4. Tingkat keparahaan penyakit lada saat pembongkaran dengan

perlakuaan kompos………. 26 5. Tingkat keparahaan penyakit lada saat pembongkaran dengan

perlakuaan zeolit…..……….. 26 6. Tingkat keparahan penyakit akar tanaman saat pembongkaran

dengan perlakuan interaksi kompos dan zeolit……….. 27 7. Berat brangkas saat panen dengan perlakuan interaksi kompos

dan zeolit……… 27 8. Pertumbuhan tinggi tanaman dengan perlakuan interaksi kompos

dan zeolit……… 28 9. Kandungan nilai tukar kation pada perlakuan interaksi kompos

dan zeolit……… 28 10. Populasi isolat bakteri, aktinomycetes dan cendawan hasil isolat

dari tanah setelah perlakuan kompos dan zeolit………. 29 11. Kandungan unsur Mg, K, dan Na dalam tanah pada berbagai

perlakuan interaksi kompos dan zeolit……….……….. 31 12. Kandungan unsur Ca, C/N dan P2O5 dalam tanah pada berbagai

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Karakteristik mineral zeolit …………..…………..……… 46

2. Data suhu dan kelembaban BPTP Lampung………... 47

3. Data hasil pengamatan Actinomycetes pada medium yeast lukosa agar……….. 55 4. Data hasil uji glukosa/ uji fermentasi karbonhidrat koloni bakteri. 56 5. Data hasil pengamatan bakteri dengan metode Bartholomew dan Mittwer.. ………. 57

6. Pertumbuhan tinggi tanaman…………..…………..………... 58

7. Panjang akar saat pembongkaran……..…………..……… 59

8. Berat brangkas basah saat panen……..…………..………. 60

9. Indeks penyakit saat pembongkaran…..…………..………... 61.

10. Intensitas serangan Phytopthora sp tiap minggu…..………... 62.

11 Jumlah daun………. …………..…………..………... 63

12 Rata -rata kejadian penyakit………. 64

13 Peta potensi lada berdasarkan zona agroekologi Propinsi Lampung…...………... 65

14 Gambar gejala penyakit busuk pangkal batang tanaman lada diatas permukaan tanah……… 66

Gambar gejala penyakit busuk pangkal batang akar tanaman lada...……… 66

Gambar Performace tanaman terserang penyakit busuk pangkal batang dan tanaman sehat………. 67

Gambar gejala serangan lanjut penyakit busuk pangkal batang tanaman lada diatas permukaan tanah………. 68

Gambar gejala serangan lanjut penyakit busuk pangkal batang saa pembongkaran………. 69

(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lada (Piper nigrum Leon) merupakan komoditas ekspor non migas yang penting setelah karet, teh, kelapa sawit dan kopi. Devisa nasional yang berasal dari komoditas lada rata-rata bernilai 22 juta dolar setiap tahun, merupakan 1.1 % dari jumlah ekspor hasil perkebunan (Ditbun 2000). Sebagai komoditas ekspor, lada mempunyai peluang pasar yang sangat terbuka. Data Komunitas Lada Internasional menyebutkan pada tahun 2003 produksi lada hitam dunia turun hingga 258.950 ton, dibandingkan produksi lada hitam dunia tahun 2002 sebesar 272.912 ton. Sementara ekspor lada hitam Indonesia tahun 2003 hanya sebesar 33.000 ton (AELI 2006).

Tanaman lada merupakan tanaman perkebunan yang masih banyak diusahakan oleh petani di Indonesia lebih-lebih pada daerah yang dikenal sebagai sentra lada yaitu Bangka dan Lampung. Tanaman lada umumnya diusahakan oleh petani kecil secara tradisional. Propinsi Lampung merupakan penghasil lada yang utama di Indonesia dimana 80 % ekspor lada berasal dari daerah ini (AELI 2006). Luas areal tanaman lada di Lampung 1996– 2000 relatif stabil, 44.703 ha rata-rata per tahun, sedangkan produksinya cenderung menurun dari 26.606 ton menjadi 20.603 ton dengan produktivitas 595 kg/ha pada tahun 1996 menjadi 453 kg/ha pada tahun 2000 (Disbun Propinsi Lampung 2001). Produktivitas tanaman lada sebesar 453 kg/ha tergolong rendah dibandingkan dengan rata-rata produktivitas nasional yang mencapai 658 kg/ha.

(23)

menjadi lebih rendah sehingga kondisi tersebut menyebabkan tanaman menjadi rentan dan mudah terserang patogen (Uexkull 1982).

Penyakit utama tanaman lada adalah busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Phytophthora capsicii Leon. Patogen ini dapat menyerang hampir semua bagian tanaman, namun yang paling berbahaya adalah serangan pada akar dan pangkal batang (Kasim 1985). P. capsicii dapat menyebabkan kerusakan tanaman lada 10% – 15% dari luas areal lada di Lampung dengan jumlah kerugian 2370 – 3555 ton setiap tahun (Kasim 1989). Lebih dari 40.000 ha tanaman lada hitam di Lampung, Bangka dan Kalimantan Barat telah yang terinfeksi P. capsicii penyebab BPB ini, dan pada tahun 2000 lebih dari 2.000 ha tanaman lada telah mati akibat penyakit BPB (Deciyanto 2001).

Pengendalian penyakit BPB lada telah dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya penggunaan klon lada Belantung, pembuatan drainase kebun, penanaman penutup tanah diantara tanaman lada dengan kacang-kacangan (Arachis pintoii), penyiangan terbatas, pemangkasan tanaman penegak lada dua kali per tahun, penyulaman tanaman lada mati dengan lada Belantung dan penutupan kebun untuk lalu lintas umum (Manohara & Kasim 1996; Deciyanto & Suprapto, 1996; Suprapto & Sudaryanto 2001).

Pengendalia n secara kimia merupakan cara yang cukup efektif terutama pada tingkat petani, untuk mengendalikan penyakit BPB lada. Penggunaan metalaxyl 2 G, fosetyl-al 80 wp, fosforic acid 400 AS, alliete dan ridomil yang telah direkomendasikan untuk mengendalikan penyakit ini banyak dipakai (Manohara et al. 1992). Sementara itu penelitian hayati terhadap penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada lebih difokuskan pada identifikasi mikroorganisme dari rizhosfer tanaman lada yang efektif untuk menekan penyakit tersebut. Diantaranya adalah Jamur antagonis dari species

(24)

Balitro (2002) di Lampung utara tanaman yang mengandung N rendah dan K tinggi mampu mengurangi tingkat serangan patogen di lapangan, dinding sel menjadi keras dan tebal, kandungan karbohidrat serta molekul asam amino menjadi lebih tinggi.

Pemanfaatan kembali pupuk hayati hasil daur ulang sangat berpotensi karena bahan baku tersedia banyak. Penambahan pupuk hayati/organik diharapkan dapat meningkatkan pengembalian unsur -unsur yang penting bagi tanaman ke dalam tanah dan mampu mengendalikan laju infeksi patogen pada tanaman lada. Penggunaan mineral yang banyak mengandung unsur, dapat dimanfaatkan tanaman untuk pertukaran ion dan memastikan ketersediaan unsur hara tinggi di tanah. Pemanfaatan mineral dapat menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik serta mampu mengurangi kehilangan nutrisi tanah (Pine et al. 1994). Penambahan mineral ke dalam tanah merupakan salah satu upaya untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman. Ketersediaan unsur hara terutama Kalium akan memperbaiki struktur dinding sel serta pertumbuhan tanam. Struktur dinding sel yang tebal merupakan salah satu potensi untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan patogen, sehingga dapat mengurangi laju infeksi P.capsicii pada tanaman lada.

Salah satu sumber mineral adalah zeolit. Saat ini pengelolaan dan pemanfaatan zeolit belum optimum, padahal zeolit mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi. Kadar zeolit di Lampung mengandung K 49,49%, Mg 16,46%, Ca 42,50%, dan Na 6,23% (Yufdy 2003). Oleh karena itu salah satu upaya untuk memanfaatkan zeolit adalah dengan mengaplikasikannya ke tanah sebagai sumber unsur hara tanaman sehingga tanaman dapat bersifat resisten terhadap patogen.

Penggunaan kompos dapat memperbaiki struktur tanah dan berperanan sangat penting dalam pengelolaan pertanian organik. Kompos juga

(25)

1994). Secara fisik, kimia, dan biologi kompos memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan tanaman. Ketersediaan unsur hara dalam kompos dapat dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhan (Alvarez et al. 1994). Proses mekanisme antagonis dari bahan kompos menghasilkan suatu biokontrol yang bisa menyebabkan lisis, antibiosis, mikoparasit, dan kompetisi (Zhang et al. 1998; Papavizas & Lumsden 1980). Keberadaan ekstrak kompos yang diaplikasikan ke dalam tanah diharapkan dapat memperbaiki komposisi mikroorganisme tanah yang bermanfaat dan dapat meningkatkan daya tahan tanaman dalam penanggulangan dari penyakit tanaman.

Berdasarkan hal yang dikemukan di atas, penelitian akan dilakukan untuk mengetahui peranan perlakuan zeolit sebagai sumber unsur hara dan mineral dan kompos dalam menekan penyakit BPB pada tanaman lada yang disebabkan oleh P.capsicii Leon .

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan kompos dan zeolit dalam menekan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada.

Manfaat Penelitian

Apabila kompos dan zeolit terbukti dapat menekan penyakit busuk pangkal batang maka hasil tersebut dapat dijadikan acuan dalam pengembangan manfaat zeolit dan kompos untuk mengendalikan cendawan

(26)

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa perlakuan kompos dan zeolit dapat menekan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada.

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Busuk Pangkal Batang

Penyakit akar atau busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh

Phytopthora capsicii Leon, merupakan salah satu penyakit penting pada pertanaman lada (Kasim 1978). Penyakit ini pertama kali dilaporkan sebagai penyakit yang menyebabkan kematian tiba-tiba pada tanaman lada di Kecamatan Sekampung, Kabupaten Lampung Selatan tahun 1885. Penyakit ini kemudian disebut busuk pangkal batang (BPB) dan pertama kali diperkenalkan tahun 1928 (Manohara 1992).

Penyakit ini biasanya menyerang tanaman yang berumur dua tahun atau lebih. Serangan pada tanaman muda biasanya menyebabkan kematian terutama jika konsentrasi inokulum tinggi. Di area yang baru ditanami lada jumlah inokulum di dalam tanah biasanya rendah. Perkembangan infeksi di perakaran sampai terjadi sangat lambat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sifat dari patogen P. capsicii termasuk pada patogen parasit lemah.

Penyakit BPB biasanya ditemukan pada daerah yang memiliki kandungan hara yang miskin. Seranga n BPB akan menjadi berat, pada tanah yang mempunyai periode basah sangat panjang. Pada bagian tanaman di permukaan tanah gejalanya berbeda-beda. Gejala umum berupa penurunan vigor dan pertumbuhan tanaman, menguning atau klorosis pada daun dan akhirnya kola ps atau tanaman mati (JICA et al. 1993).

Pada awalnya warna daun berubah menjadi pucat dan menjadi layu,

(27)

sehat. Ketika dasar dan pangkal batang terinfeksi tanaman menunjukkan warna hitam dan sering menghasilkan eksudat bewarna hitam berbau busuk, sering mengikuti perkembangan infeksi lanjut mikroorganisme. Pada daun, cendawan dapat menyebabkan satu atau banyak lesio, yang umumnya berbentuk bulat dengan karakteristik fimbr iate pada pinggirnya. Pada pagi hari beberapa tetes embun dengan beberapa sporangium dapat ditemukan pada permukaan bawah dari daun tanaman yang sakit. Jika kondisi baik untuk memproduksi sporangium setelah menginfeksi daun tanaman (JICA et al. 1993).

Perubahan warna pada kulit pangkal batang dan gejala pada daun yang berupa bercak coklat tua kosentris dengan warna abu-abu dipusatnya dan

akhirnya layu. Gejala penyakit ini yang mencolok adalah gajala layu pada daun yang menjadi kuning, kusam dan lembek. Bila daun gugur, maka keguguran daun dimulai dari bagian bawah kemudian bagian atas tanaman.

Setelah 10 hari tanaman akan mati. Pada musim kering, perkembangan penyakit terjadi lebih cepat, yaitu tanaman akan mati dalam waktu tiga atau empat hari setelah gejala layu mulai tampak. Dalam hal ini daun-daun tetap menggantung kering dan tanaman terlihat seperti terbakar (Kasim 1978).

Infeksi pada batang biasanya terjadi dekat permukaan tanah sampai setinggi 30 cm dari pangkal batang. Bagian yang terinfeksi mengalami perubahan warna, dan bila dipotong tampak warna coklat sampai hitam.

Infeksi pada daun terlihat dari adanya bercak mulai kelabu, dengan tepi bewarna coklat. Di luar bagian nekrotik tersebut terdapat zone kebasahan selebar 3–4 mm. Beberapa hari kemudian daun yang terserang ini dapat gugur (JICA et al. 1993). P. capsicii

memproduksi pedicellate sporangia untuk menginfeksi jaringan melalui percikan dari satu tanaman ke tanaman lain dan menyebar di tempat itu dari dalam tanah sampai ke atas permukaan tanah dari tanaman.

Kerugian Pada Tanaman

(28)

tingginya serangan penyakit busuk pangkal batang pada areal pertanaman lada di Indonesia. Sebelum perang dunia kedua 80% total kebutuhan lada dunia disuplai oleh Indonesia dan bahkan lada hitam Indonesia dianggap sebagai lada yang terbaik di dunia (Kasim 1978). Permasalahan penyakit akar atau busuk pangkal batang tanaman lada juga merupakan problem yang besar bagi negara-negara produsen lada dunia seperti India, Malaysia dan Brazil. Kerugian di lapangan mencapai 30% dan 5% – 10 % per tahun (Nambiar & Sarma 1977). Total kerugian dalam produksi akibat dari penyakit ini mencapai 7000 ton (Holliday & Mowat 1963). Di Lampung kerugian di lapangan mencapai 10% -15% pertahun (Kasim 1990).

Penyebaran Penyakit di Indonesia

Penyakit busuk pangkal batang atau penyakit akar pada tanaman lada

ditemukan 1885 di daerah Lampung. Sejak saat itu patogen P. capsicii terus menyebar keluar dari daerah pertanaman lada di Lampung. Setelah di

laporkan di Lampung banyak daerah pertanaman lada di Indonesia telah diserang oleh patogen ini, tetapi tidak dilaporkan. Baru tahun 1996 Manohara dan Kasim melakukan survei penyebaran dari penyakit ini di beberapa

propinsi sentral lada di Indonesia. Area infeksi patogen ini meliputi : Bangka (Sumatera selatan) penyakit ini telah ditemukan sejak tahun 1936, Aceh

(1929), Bengkulu (1916), Jawa barat, Banten dan Pelabuhan Ratu (1931), Jawa tengah (1933), Kalimanta n Barat dan Selatan (1931), Kalimantan Timur dan Kepulauan Sea (1930).

Patogen (P. Capsicii)

Sporulasi

(29)

Temperatur optimum untuk pertumbuhan miselium 21 0C, walaupun beberapa dapat tumbuh antara 12 0C – 30 0C. Seandainya temperatur tetap 26 0C untuk beberapa waktu yang lama hifa patogen akan mati setelah 1 minggu. Pada kondisi baik perkembangan miselia dari jamur menyebar keseluruh jaringan dan akhirnya akan memproduksi sporangia dalam tanaman.

Walaupun suatu faktor termasuk aerasi, cahaya dan nutrisi berperan dalam memproduksi spora, temperatur dan kelembaban kelihatannya menjadi

faktor penting. Jumlah sporangia akan berlimpah di dalam media antara 9 0C – 22 0C, dengan range optimum 180C – 220C. Sporangia yang berlimpah diproduksi lebih kurang 14 jam. Sebaliknya pada temperatur re ndah (90C – 15 0C) dibutuhkan waktu 48 jam. Kelembaban relatif 100 % adalah optimum dan 91% adalah minimum untuk memproduksi spora (Alexopoulos et al. 1996).

Pada agar tepung jagung miring, cendawan dapat membentuk oogonia dengan antheridia yang berbentuk lonjong sedang pada tepung haver, cendawan membentuk oospora dengan ukuran 26, 6 um x 22 – 34 µm. P. capsicii ini dapat hidup pada temperatur 110C – 350C, sedang pertumbuhan optimumnya berkisar antara 27,500C – 320C. Sporangia dapat terbentuk pada pH 3,0 – 8.0 optimum antara 4.5 – 6.

Sporangia berbentuk bulat panjang, papilate nyata dan meruncing pada bahagian dasarnya 31- 59 x 21 – 32 µm, dengan L/B ratio 1.54 – 2.37, sporangia papillae terang/ menyolok. Pedicells 56 – 119 µm, panjangnya. Sporangia memproduksi zoospora, jika ada sedikit air disekelilingnya. Pembentukkan zoospora pada P. capsicii langsung dalam sporangium.

P.capsicii mempunyai mating tipe (A1 & A2) ditemukan di Lampung, Kalimantan Barat dan Jawa Barat.

Penyebaran Spora

(30)

dan miselia terpendam di dalam tanah. Peningkatan yang lebih besar dari kepadatan propagul P. capsicii terjadi di dalam tanah yang terdapat jaringan akar untuk patogen berkolonisasi. Peningkatan ini memproduksi inukolum yang dapat menyebarkan zoospora di dalam tanah selama satu periode ketahanannya.

Oospore diyakini menjadi awal propagul di lapangan mengganggu dari

P. capsicii pada tanaman. Oospora P. capsicii berkecambah untuk membentuk sporangia. Zoospora terbebas dari sporangia selama periode ketahanan dalam tanah menyebabkan peningkatan penyakit pada lada dan mungkin awal infektif propagul di lapangan (Hord & Ristaino 1991).

Sejak pembebasan ke dalam tana h zoospora dari spesies P. capsicii

mampu bergerak beberapa milimeter dengan kekuatannya sendiri. Meskipun demikian penyebaran zoospora P.capsicii banyak terjadi bersama aliran air.

Penetrasi dan Perkembangan Patogen dalam Jaringan Tanaman Manohara & Machmud (1986) melakukan observasi proses infeksi patogen pada tanaman lada varietas Lampung daun lebar. Ada dua jalan infeksi proses infeksi oleh P. capsicii yaitu penetrasi langsung melalui epidermis dan penetrasi tidak langsung melalui stomata dan atau lubang alami. Infeksi mudah terjadi pada permukaan daun. Pertama cendawan tumbuh interseluler dan kemudian berkembang secara intra dan inter seluler. Delapan jam setelah inokulasi, miselia telah siap berkembang di dalam jaringan tanaman. Dua belas jam kemudian miselia telah menjangkau sel di bawah epidermis dari permukaan daun. Gejalanya seperti bintik bewarna coklat/kehitaman muncul pada daun setelah 18 jam sesudah inukulasi.

(31)

haustoria seperti mengeras dalam sel akar. Hifa pada interseluler tidak kelihatan seperti tingkat infeksi dimana cendawan telah masuk lebih kedalam di dalam sel. Setelah 9 jam berada dalam akar, patogen telah sampai ke dalam korteks dari akar lebih kurang 2 cm dari ujung akar, tetapi jaringan pada waktu ini tidak begitu nyata melihatkan tanda terserang. Setelah 12 jam kerusakan dari jaringan telah dapat dilihat secara makroskopik. Di dalam kondisi gelap dan jaringan lunak, cendawan tidak mudah terlihat, bagaimanapun juga banyak hifa yang terlihat tanpa protoplasma.

Daur Hidup P.capsicii

Cendawan P. capsicii hidup dalam tanah dan dapat bertahan hidup secara saprofitik. Cendawan dapat bertahan di dalam tanah sebagai miselium untuk menginfeksi atau sebagai oospore. Oospora dapat bertahan dalam waktu yang lama di dalam tanah. Bila kondisi tanah basah oospora berkecambah untuk membentuk filamen cendawan. Miselia dari perkecambahan spora atau dari infeksi jaringan memproduksi struktur reproduksi berupa sporangia. Sporangia ini berisi spora yang infektif yang disebut zoospora. Zoospora dari sporangia hanya terbentuk ketika tanah kompleks penuh dengan air. Zoospora menggunakan flagelnya untuk berenang ke permukaan tanah dan berpindah mengikuti sepanjang aliran air. Pada periode panjang dan peride dalam tanah, siap menimbulkan infeksi Alexopoulos et al. (1996).

Zoospora biasanya mencari inang pada daun dan batang kemudian berkecambah membentuk tabung kecambah. Tabung kecambah memproduksi

apresorium dari tingkat infeksi pertumbuhannya dan masuk ke jaringan inang dengan mempenetrasi langsung pada permukaan bawah sel epidermis atau tumbuh dan masuk melalui stomata atau lubang alami (Alexopoulos et al.

1996).

(32)

terjadi 1–4 menit setelah induksi encystment dan berhubungan dengan pengeluaran sebuah glycoprotein bermolekul tinggi oleh encyst spora. Kedua proses pelekatan dan perkembangan berikutnya dari tabung kecambah dari cyst adalah tergantung pada penyesuaian diri dari zoospora terhadap permukaan akar (Alexopoulos et al. 1996).

Pelepasan Inokulum

P. capsicii L sebenarnya dapat menginfeksi setiap bahagian dari tanaman lada dan produksi inokulumnya dapat menambah untuk penyebaran berikutnya di lapangan (Ristaino et al. 1994). Tiga mekanisme awal inokulum bebas telah dapat diidentifikasi. Inokulum P. capsicii ini termasuk inokulum yang dapat berpindah dari satu akar ke akar yang lainnya di dalam tanah (Larkin et al. 1995), inokulum berpindah kelingkungan dibawahnya karena adanya air permukaan dan curah hujan (Bower et al. 1990), dan pelepasannya dari dalam tanah tanah ke atas permukaan tanah dan bahagian tanaman karena adanya hujan atau aliran air irigas i (Ristaino et al. 1994).

Perpindahan inokulum melalui air permukaan adalah suatu mekanisme yang sangat penting pada pelepasan inokulumnya untuk banyak spesies polisiklik Phytopthora spp. termasuk di dalamnya P. capsicii (Neher & Duniway 1992). Hal tersebut merupakan mekanisme utama pelepasan

P.capsicii di alam untuk penyebaran di lapangan.

Kedua penyakit dan siklus hidup cendawan berhubungan dengan kelembaban yang tinggi. Penyakit yang berkembang dari membutuhkan banyak air biasanya menghasilkan patogen tumbuh dan berkembang, karena pengaruh air langsung pada tanaman. Pembuktian penyebaran akan berkembangnya penyakit ini ketika periode basah terjadi satu minggu atau lebih. Diantara periode basah cendawan berkembang, sporulasi, menyebar dan menginfeksi dengan serius, gejala penyakit tidak berkembang selama periode dengan kelembaban yang tinggi (Uchida & Aragaki 1991).

(33)

capsicii dan spesies lainnya adalah rentan sekali terhadap kekeringan. Jika kelembaban relatif turun dibawah 100% spora mati dalam beberapa menit. Jika ditemukan air sporagium juga berkecambah langsung membentuk sebuah tabung kecambah masuk melalui stomata dan menginfeksi daun atau dengan zoospora. Spora dapat berkecambah dengan rang temperatur dari 15 0C sampai 24 0C. Di atas 20 0C spora kehilangan viabilitas dalam 1 – 3 jam dalam udara kering dan 5–15 jam di dalam udara basah. Optimum temperatur untuk langsung tabung kecambah berkecambah adalah 24 0C, dimana untuk perkecambahan tidak langsung adalah 12 0C. Zoospora dapat berenang di permukaan yang ada film air untuk 15 menit pada temperatur tinggi dan di bawah 24 jam kalau terjadi peningkatan temperatur (Alexopoulos et al. 1996).

Struktur Ketahanan

Beberapa Phytopthora memproduksi dinding klamidospora yang tebal yang memungkinkan patogen dapat bertahan hidup selama periode musim kering yang panjang. Klamidopsora biasanya berbentuk fase istirahat

dalam siklus hidup atau sering tinggal di dalam jaringan tanaman yang mati. Disamping dari kekeringan klamidospora diketahui juga toleran terhadap

kondisi yang tidak menguntungkan (Uchida & Aragaki 1991). Spora seksual yang disebut oospora juga berdinding tebal dan mempunyai fungsi juga untuk ketahanan kelangsungan hidupnya. Spora banyak di produksi ketika tipe A1 dan A2 dari spesies Phytopthora tumbuh bersama-sama menginfeksi tanaman.

Hujan menyebarkan spora dan zoospora dari tanaman terinfeksi ke dalam tanah dan menyebabkan infeksi akar. Curah hujan yang tinggi mempunyai pengaruh yang luas terhadap rang perkembangan penyakit, diantaranya penyebaran penyakit dan perkembangan berikutnya di areal perkebunan tanaman lada (Ristaino 1991).

(34)

pada musim hujan. Menurut JICA et al. 1993 keadaan tersebut akan mempercepat pembentukkan spora kembara sebagai akibat turunnya temperatur tanah, sehingga dapat terjadi infeksi pada tanaman.

Pengaruh Lingkungan

Pengaruh cuaca pada siklus hidup patogen terutama sekali pada tingkat perkecambahan spora, bentuk dan penetrasi klamidospora, periode inkubasi penyakit, sporulasi, pembebasan dan pelepasan spora dan penurunannya. Awalnya P capsicii dan P.nicotianae adalah spesies tropik hidup pada kelembaban yang tinggi dan temperatur 24 0C – 30 0C.

Kedua penyakit dan siklus hidup cendawan berhubungan dengan kelembaban yang tinggi. Penyakit yang berkembang dari membutuhkan banyak air biasanya menghasilkan patogen tumbuh dan berkembang karena pengaruh air langsung pada tanaman. Pembuktian penyebaran akan berkembangnya penyakit ini ketika periode basah terjadi satu minggu atau lebih. Diantara periode basah cendawan berkembang, sporulasi, menyebar dan menginfeksi dengan serius, gejala penyakit tidak berkembang selama periode dengan kelembaban yang tinggi (Uchida & Aragaki 1991).

Infeksi yang terjadi pada tanaman disekililingnya dikarenakan oleh spora yang dipindahkan karena adanya air atau terbawa oleh angin. Spora dari

P. capsicii dan spesies lainnya adalah rentan sekali terhadap kekeringan. Jika kelembaban relatif turun dibawah 100% spora mati dalam beberapa

menit. Jika ditemukan air sporagium juga berkecambah langsung membentuk sebuah tabung kecambah masuk melalui stomata dan menginfeksi daun atau

dengan zoospora. Spora dapat berkecambah dengan rang temperatur dari 1.5 0C sampai 24 0C. Di atas 20 0C spora kehilangan viabilitas dalam 1–3 jam

dalam udara kering dan 5– 15 jam di dalam udara basah. Optimum temperatur untuk langsung tabung kecambah berkecambah adalah 24 0C, dimana untuk

perkecambahan tidak langsung adalah 12 0C. Zoospora dapat berenang di

(35)

Kompos

Terdapat gejala penurunan kadar bahan organik tanah di banyak perkebunan lada, terutama pada tanah latosol seiring dengan makin lamanya pengusahan lahan tersebut (Pujiyanto 1996; Wibawa 1987). Jika penurunan kadar bahan organik berlangsung terus -menerus, maka keberlanjutan usaha pertanian pada lahan tersebur akan terancam. Tanah dapat menjadi rusak dan tidak produktif, sehingga tidak ekonomis lagi dimanfaatkan sebagai usaha pertanian. Guna mengembalikan sifat fisik dan fisikokimia rizhosfer serta menjamin keberlangsungan pengusahaan lahan tersebut, maka degradasi lahan dapat dihindari, antara lain dengan menambahkan bahan organik berupa kompos untuk mempertahankan kandungannya pada aras minimum sebesar 3,5% atau 2% C organik (Baon et al. 2003).

Penurunan kadar bahan organik tanah merupakan salah satu indikator utama penurunan kesuburan tanah mineral di perkebunan lada. Kecenderungan penurunan kandungan BOT (bahan organik tanah) tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kehilangan dan penambahan bahan organik ke dalam tanah. Kehilangan BO dari tanah dapat terjadi karena oksidasi biologis oleh mikroorganisme didala m tanah, erosi tanah lapisan atas pada umumnya berkandungan BO tinggi, ataupun karena pembakaran pada saat melakukan persiapan lahan (Baon et al. 2003).

(36)

resistance (SAR) di dalam tanaman (Brito et al. 1994; Zhang et al. 1998). Chloe et al. (1998) mengemukakan bahwa kompos dari kotoran hewan banyak digunakan untuk memperbaiki struktur dan kondisi tanah, kesehatan tanaman, dan pengendalian penyakit. Aktivitas antagonis yang terlibat dalam biologi kontrol ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi di dalam kompos tersebut (Brito et al. 1994).

Zhang et al. (1998) mengemukakan proses dekomposisi yang cepat dan matang mengakibatkan patogen tular tanah Phytium dan Phytophthora spp.

terhalang aktivitasnya oleh kelompok bakteri yang berperanan sebagai agensia hayati di dalam campuran tanah kompos. Gliocladium virens merupakan suatu organisme biokontrol potensial dan penting untuk mengendalikan beberapa patogen tular tanah (Papavizas 1985). Phytophthora merupakan salah satu spesies yang dapat dipengaruhi oleh mikroorganisme tanah, hasil antagonisnya menyebabkan perkembangbiakan fungi terhalang. Bentuk antagonis yang terjadi bisa parasit, amensalisme, kompetisi dan keduanya terjadi di tanah dan dalam rizosfir spesies tanaman. Tingkat penekanan penyakit yang disebabkan oleh Phytopthora bervariasi sangat tergantung dengan tipe tanah dan cara pelaksanaannya (Malajzuk 1983). Keefektifan kompos sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, aerasi, kadar air bahan, suhu, nisbah C/N, dan aktvitas mikroba.

Zeolit

(37)

Zeolit dalam aplikasinya di tanah dapat memperbaiki struktur tanah dan melepaskan mineral dan unsur hara secara lambat (mobile) ke dalam tanah (Pine et al. 1994). Dalam perbaikan struktur tanah, aplikasi zeolit dilakukan dalam bentuk tekstur kasar dan dapat meningkatkan kekayaan lahan seperti kapasitas penyimpanan air, aktifitas biologi, kadar keasaman lahan, struktur lahan sehingga dapat meningkatkan hasil panen. Sani (2001) mengemukakan aplikasi zeolit pada tanaman padi pada lahan yang sudah jenuh mampu mengambil CEC, dan meningkatkan hasil 13% – 41% dengan aplikasi zeolit 200 & 1000 kg ha-1 secara berturut-turut.

Pelepasan unsur hara dan mineral secara lambat pada zeolit memberikan ketersediaan unsur hara & mineral yang cukup bagi tanah. Pelepasan nutrisi mineral terjadi melalui pertukaran ion dan menjamin ketersediaan nutrisi yang cukup tinggi untuk perbaikan pertumbuhan tanaman. Harsley et al. (1980) menemukan pelepasan unsur K dari zeolit diaplikasikan secara tunggal dengan 50 gr zeolit (clinoptilolite) pada setiap 1.5 liter air irigasi mengandung 234 µg.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

(38)

Penyiapan Medium Tanam Lada dan Inokulum P. capsicii

Penyiapan Perbanyakan Tanaman

Medium tanah yang digunakan dalam penelitian adalah tanah yang berasal dari desa Sukamarga, Kecamatan Abung Tinggi, Lampung Utara denga n jenis latosol, dicampur dengan tanah yang terinfeksi P. capsicii dengan perbandingan 3:1 (v/v). Campuran tanah dan yang terinfeksi dimasukkan dalam bak 1 x 1 x 0,25 m.

Penyiapan Inokulum P. capsicii

Inokulum P. ca psicii diperoleh dengan mengambil tanah disekitar tanaman lada yang terserang dari desa Sukamarga, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara. Tanah tersebut dihitung kepekatan spora rehatnya dengan hemositometer. Kepekatan suspensi spora dengan ke pekatan 106/g bobot kering tanah (Kasim 1985).

Penambahan Zeolit

Perlakuan Penambahan Zeolit

(39)

Dosis yang digunakan setelah analisis dicari dengan menggunakan rumus bobot pot x konsentrasi zeolit x banyak tanah, terdiri atas tiga taraf yaitu

1) 0 kg zeolit/ha 2) 125 kg zeolit/ha 3) 150 kg zeolit/ha

Dosis tersebut didasarkan pada komposisi kandungan unsur K zeolit dengan kebutuhan unsur K tanaman lada (Bathia 1990).

Penambahan Kompos

Pembuatan Kompos

Pembuatan kompos dilakukan dengan cara pencacahan bahan kulit kopi dan Arachis pintoii dengan menggunakan mesin pencacah. Kemudian bahan tersebut dicampurkan dengan pupuk kandang, diaduk secara merata dan diberi efektif mikroorganisme dengan perbandingan 5 ml/ 10 liter air. Dan bahan tersebut dimasukkan ke dalam lubang lalu ditutup dengan menggunakan lumpur. Pada bahagian atas ditancapkan bambu sebagai sumber sirkulasi udara. Bahan kompos terdiri atas kulit kopi dan tanaman kacang-kacangan (Arachis pintoii), dan tanah dari kebun lada yang termasuk jenis tanah latosol. Proses pematangan kompos berlangsung se lama 30 hari. Kompos yang sudah matang siap diaplikasikan. Kompos diberikan masing-masing 5 kg/polibag tanaman lada, adapun perlakuan yang diberikan yaitu :

1) Kontrol tanpa kompos 2) Kompos limbah kulit kopi

3) Kompos kacang-kacangan A.pintoii

4) Kompos campuran kulit kopi dan A.pintoii

(40)

mewakili golongan tumbuhan. Limbah kulit kopi dan A. pintoii yang digunakan banyak terdapat di sekitar lokasi pertanaman lada dan kopi serta sering menumpuk tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

A. pintoii dipakai sebagai cover crop (penutup tanah) di sekitar pertanaman lada, sehingga sering ketika rumput disiangi akan terjadi penumpukan sisa -sisa hasil pemotongan dan di saat musim hujan pertumbuhannya sangat cepat sering dibiarkan menjadi tumpukan sampah di lokasi perkebunan lada. Oleh karena itu untuk mengoptimalkannya, maka rumput ini digunakan sebagai salah satu sumber bahan organik untuk pembuatan kompos.

Penggunaan mikroorganisme S. cerevisae dari air kelapa diharapkan akan membantu mempercepat proses dekomposisi yang terjadi pada kompos dan diharapkan akan mendorong pembiakan kelompok mikroorganisme yang ada pada bahan kompos. Alasan digunakannya tanah kebun lada sebagai

starter dalam pembuatan ekstrak kompos, karena patogen yang menjadi sasaran adalah P. capsicii yang merupakan patogen penting pada tanaman lada. Salah satu sasaran tanah yang digunakan berasal dari lahan lada dengan asumsi, bahwa pada tanah tersebut terdapat mikroorganisme yang sudah dapat beradaptasi dengan baik sebagai antagonis terhadap P. capsicii.

Penyiapan Pembibitan Tanaman Lada dan Perlakuan Kompos

(41)

Pembuatan Bak Perlakuan Sebagai Media Pembibitan

Bak untuk perlakuan penelitian ini dibuat dari bambu dengan ukuran 1m x 1m x 0,25 m, bahagian dinding dari bak dilapisi dengan plastik. Pada

dasar bak juga dilapisi dengan plastik dan diberi lobang. Komposisi media tanah dalam bak 1 bagian tanah berasal dari tanaman yang terserang P.capsicii

dan 4 bagian dari tanah tanaman lada yang tidak terserang.

Rancangan Percobaan Kompos dan Zeolit pada Tanaman Lada

Metode perlakuan merupakan interaksi antara per lakuan zeolit dan kompos untuk melihat sampai sejauh mana pengaruh zeolit dan kompos terhadap P.capsicii yang menyerang tanaman lada. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) Faktorial dengan 12 perlakuan dengan 3 ulangan.

1. Kontrol tanpa kompos dan zeolit (KO-Z0)

2. Kontrol tanpa kompos dan 125 kg zeolit/ha (KO-Z1) 3. Kontrol tanpa kompos dan 150 kg zeolit/ha (KO-Z2) 4. Kompos kulit kopi dan 0 kg zeolit/ha (KA-Z0) 5. Kompos kulit kopi dan 125 kg zeolit/ha (KA-Z1) 6. Kompos kulit kopi dan 150 kg zeolit/ha (KA-Z2) 7. Kompos A.pintoii dan 0 kg zeolit/ha (KK-Z0) 8. Kompos A.pintoii dan 125 kg zeolit/ha (KK-Z1) 9. Kompos A.pintoii dan 150 kg zeolit/ha (KK-Z2)

10. Kompos campuran Kulit kopi dan 0 kg zeolit/ha (KKA-Z0)

11. Kompos campuran Kulit kopi, A.pintoii dan 125 kg zeolit/ha (KKA-Z1)

12. Kompos campuran Kulit kopi, A.pintoii dan 150 kg zeolit/ha (KKA-Z2)

(42)

ada P.capsicii di luar bak perlakuan. Setelah semuanya teraduk secara merata, masing-masing perlakuan dimasukkan kedalam bak, baru kemudian bibit lada di tanam. Tanaman dipelihara sampai dengan tanaman berumur 3 bulan setelah tanaman dipindahkan.

Isolasi Mikroba

Isolasi Mikrob dari BakPembibitan Setelah Penambahan Interaksi Perlakuan Zeolit dan Kompos

Isolasi mikroba tanah dilakukan untuk mengetahui keragaman dan kepadatan populasi mikroba tanah setelah perlakuan penambahan zeolit dan kompos. Metode isolasi yang digunakan sebagai berikut: 10 gram tanah dimasukkan ke dalam 90 ml air steril, kemudian dikocok dengan menggunakan shaker pada 200 rpm selama 30 menit sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-1. Selanjutnya dari suspensi tersebut diambil 1 ml dan ditambahkan ke dalam 9 ml air steril sehinga diperoleh suspensi dengan penyenceran 10-2. Hal serupa dilakukan hingga mencapai tingkat pengenceran 10-8. Pada pengenceran 10-3 dan 10-4 diambil 0,1 ml kemudian disebar pada medium Martin agar (MA) dan diinkubasi selama 5 hari pada suhu ruang dalam inkubator. Cendawan yang tumbuh pada media MA diisolasi dan dimurnikan pada medium PDA. Pada pengenceran 10-7 dan 10-8 diambil 0,1 ml kemudian disebar pada medium nutrient agar (NA) dan di inkubasi selama 7 hari, selanjutnya bakteri dan aktinomysetes yang tumbuh diisolasi dan dimurnikan, medium NA untuk bakteri dan TSA untuk

(43)

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan pengendalian hama. Penyiraman dilakukan setiap hari selama berlangsungnya penelitian. Pengendalian hama dilakukan secara mekanis yakni mengambil hama yang ada di tanaman dengan menggunakan tangan.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap peubah sebagai berikut : 1. Keja dian penyakit

Kejadian penyakit diamati pada saat panen dengan cara mencatat tanaman yang menunjukkan gejala pembengkakan pada akar tiap satuan percobaan.

Selanjutnya kejadian penyakit dihitung dengan menggunakan rumus : 100

x N

n

KP= n = jumlah tanaman yang menunjukan pembengkakan

N= jumlah tanaman yang diamati 2. Indeks penyakit

Indeks penyakit diamati pada saat panen dan dihitung dengan nilai skoring berdasarkan metode Narisawa et a l.(2000) dengan kriteria sebagai berikut:

0 = tidak a da gejala

1 = gejala sedikit, pada bagian pangkal batang dan daun 2 = gejala sedang, pada bagian pangkal batang dan daun 3 = gejala berat pada pangkal batang dan daun

4 = gejala berat dan atau pembusukan pada pangkal batang dan daun. Indeks penyakit dihitung dengan menggunakan rumus :

Indeks penyakit =

N v ni i

( . )

(44)

vi = skala serangan ke - i

N = jumlah tanaman yang diamati 3. Bobot basah tanaman tanpa akar (gr)

Bobot basah tanaman tanpa akar diamati pada saat panen dengan cara menimbang bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah.

4. Analis tanah

Analis tanah dilakukan pada saat sebelum tanaman lada di tanam, dan sesudah tanaman selesai diperlakukan.

5. Analisa mikroba tanah

Analisa mikroba tanah dilakukan pada saat sebelum tanaman lada di tanam.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Pengaruh perlakuan dianalisis dengan sidik ragam. Apabila terdapat perbedaan nyata antar perlakuan dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda duncan pada taraf nyata 5%.

Uji Antagonisme secara in vitro Bakteri dan Aktinomisetes

Hasil Isolasi dengan Cendawan Uji

Bakteri dan aktinomisetes yang diperoleh dari isolasi tanah perlakuan penambahan zeolit dan kompos diuji kemampuan antagonismenya terhadap cendawan uji. Dalam hal ini cendawan uji yang digunakan adalah P. capsicii. Uji antagonisme ini dilakukan untuk menyeleksi bakteri dan aktinomisetes yang dapat menghambat pertumbuhan P. capsicii yang selanjutnya akan diaplikasikan ke tanaman untuk mengetahui kemampuannya dalam menekan

P. capsicii. Adapun uji antagonisme ini dilakukan dengan cara menumbuhkan

(45)

dalam cawan petri. Adanya antagonisme ditandai dengan terhambatnya pertumbuhan miselium cendawan yakni miselium cendawan yang menuju ke arah bakteri atau aktinomisetes seperti terpotong. Persentase daya hambat bakteri terhadap P. capsicii dihitung menggunakan rumus:

DH= Persentase daya hambat bakteri terhadap P. capsicii

R1 = Jari-jari pertumbuhan miselium ke arah tepi petri R2 = Jari-jari pertumbuhan miselium Foc ke arah bakteri atau

aktinomisetes

Isolat bakteri yang memiliki daya hambat > 50% digunakan untuk uji in vivo terhadap P. capsicii.

Uji in vivo Bakteri dan Aktinomisetes terhadap P. capsicii

Isolat bakteri terpilih yang digunakan untuk uji in vivo ditumbuhkan pada medium NA selama 2 hari, selanjutnya ditambahkan 50 ml air steril pada pembiakan bakteri tersebut. Isolat aktinomisetes terpilih ditumbuhkan dalam medium TSB cair dan dikocok pada 150 rpm selama 48 jam. Bibit yang telah siap pindah tanam (umur 3 bulan di persemaianan) direndam dalam 50 ml suspensi bakteri atau aktinomisetes selama 24 jam, kemudian bibit ditanam pada medium tanam. Tanaman dipelihara sampai dengan berumur 3 bulan setelah tanaman dipindahkan.

IL PENELITIAN

Hasil

Tingkat Keparahan Penyakit Tanaman Lada (Intensitas Serangan)

(46)

Gambar 1 Pengaruh inompos dan zeolit terhadap tingkat serangan BPB pada tanaman lada.

Pengujian interaksi pemanfaatan kompos dan zeolit, memberikan pengaruh yang nyata terhadap penghambatan BPB. Pengamatan tingkat keparahan penyakit tiap minggu (gambar 1) memperlihatkan interaksi kompos dan zeolit mampu menekan P. capsicii pada tanaman lada.

Tingkat keparahan penyakit pada tanaman lada yang diberi perlakuan lebih rendah dibandingkan kontrol. Meskipun demikian selama pengamatan persentase gejala pada tanaman lada yang diberi perlakuan kompos dan zeolit masih mengalami kenaikan tiap minggu. Pada tanaman kontrol terjadi peningkatan keparahan penyakit dari 15,24 % pada pengamatan awal sampai 22,92 % pada akhir pengamatan.

Gambar 2 Tingkat keparahan penyakit P.Capsicii tanaman lada pada perlakuan

(47)

Pada perlakuan kulit kopi A. Pintoii (KKA) tingkat serangan penyakit BPB pada tanaman lada paling rendah, yaitu 9,46 % dibandingkan dengan perlakuan kompos KK, KKA dan kontrol, yaitu masing-masing : 10,67 %, 10,33 % dan 14,37 % (gambar 2).

Gambar 3 Tingkat keparahan penyakit tanaman lada pada perlakuan Zeolit

Sedangkan perlakuan zeolit pada dosis 125 kg/ha (Z1), tingkat serangan penyakit BPB paling rendah yaitu 8,99 %, dibandingkan perlakuan

zeolit (Z2) dan kontrol, yaitu masing-masing 10,37 % dan 14,27 % (gambar

3).

Tingkat Keparahan Penyakit Akar Lada, Berat Brangkasan dan Tinggi

(48)

Gambar 4 Tingkat keparahaan penyakit lada saat pembongkaran dengan perlakuan kompos

Hasil pengamatan pada akar tanaman lada menunjukkan penambahan

kompos mampu menurunkan tingkat keparahaan penyakit akar sampai pada

tingkat 5,8 %, dibandingkan dengan kontrol 10,46 % (gambar 4). Demikian

juga penambahan zeolit mampu menurunkan tingkat keparahaan penyakit akar

sampai pada taraf 5.9 % dibandingkan dengan kontrol 10.8 % (gambar 5).

Gambar 5 Tingkat keparahaan penyakit tanaman lada saat pembongkaran dengan

(49)

Secara umum interaksi penambahan kompos dan zeolit ke dalam tanah mampu menekan secara nyata tingkat keparahaan penyakit akar dibandingkan kontrol. Tingkat keparahaan penyakit akar paling rendah terjadi pada perlakuaan KA-Z2 yaitu 3,1 %, dibandingkan dengan kontrol yang mencapai 21,5 % (gambar 6)

Gambar 6 Tingkat keparahan penyakit akar tanaman lada saat pembongkaran dengan perlakuan interaksi kompos dan zeolit.

Interaksi penambahan kompos dan zeolit menunjukkan penambahan

berat brangkasan basah dibandingkan control (17,03 gr). Bobot basah tertinggi

(50)

Gambar 7 Berat brangkasan saat panen dengan perlakuaan interaksi kompos dan

zeolit.

Berdasarakan pengamatan secara umum penambahan kompos dan

zeolit mempengaruhi tinggi tanaman lada. Tanaman lada yang di beri

perlakuan kompos dan zeolit lebih tinggi dibandingkan dengan control

(gambar 8)

Gambar 8 Pertumbuhan tinggi tanaman dengan perlakuan interaksi kompos dan

(51)

Kandungan nilai tukar kation pada perlakuan KA-Z0 memperlihatkan nilai KTK yang tertinggi sebesar 13 cmol+/kg, sementara kontrol (KO-Z0) hanya mempunyai 7,16 cmol+/kg.

(52)

Keragaman dan Populasi Mikroorganisme

Gambar 10 Populasi isolat bakteri, aktinomycetes dan cendawan hasil isolat dari

tanah setelah perlakuan kompos dan zeolit

Hasil isolasi mikroba bahwa penambahan kompos dan zeolit

meningkatkan populasi keragaman mikroba tanah seperti bakteri,

aktinomycetes dan cendawan dibandingkan dengan kontrol (gambar 10).

Populasi dan keragaman bakteri tertinggi pada perlakuan KKA-Z2 yaitu

dengan 121,5 isolat bakteri, populasi dan keragaman cendawan tertinggi pada

perlakuan KK-Z1 sebanyak 39,5 isolat, sedangkan aktinomycetes populasi

tertinggi 8,3 pada KA-Z 2

Pada pengamatan morfologi isolat didapatkan keragaman tertinggi 5 isolat

aktinomisetes pada perlakuan KK-Z2, 21 isolat cendawan pada KA-Z1 dan 10

(53)

Tabel 1 Pengamatan marfologi isolat actinomycetes dari 12 jenis kompos

Jenis Kompos Jenis Isolat Genus Jumlah Isolat

(54)

Tabel 2 Pengamatan marfologi cendawan dari 12 jenis kompos

No Jenis Kompos Jumlah Isolat

1 KO-Z0 9

2 KO-Z1 15

3 KO-Z2 15

4 KA-ZO 11

5 KA-Z1 21

6 KA-Z2 18

7 KK-Z0 20

8 KK-Z1 8

9 KK-Z2 11

10 KKA-Z0 7

11 KKA-Z1 9

12 KKA-Z2 17

(55)

Gambar 11 Kandungan unsur Mg, K dan Na dalam tanah pada berbagai perlakuan interaksi kompos dan zeolit.

Gambar 12 Kandungan unsur Ca, C/N dan P2O5 dalam tanah pada berbagai

perlakuan interaksi kompos dan zeolit.

PEMBAHASAN

Tingkat Keparahan Penyakit Tanaman Lada (Intensitas Serangan)

Kompos.

Penambahan kompos ke dalam tanah berpengaruh nyata terhadap

intensitas serangan P.capsicii pada tanaman lada. Ketiga perlakuan kompos

tersebut dapat menekan perkembangan patogen secara signifikan

dibandingkan kontrol. Perlakuan kompos mampu menurunkan tingkat

serangan penyakit busuk pangkal batang tanaman lada. Penambahan kompos

meningkatkan ke ragaman dan kepadatan mikroorganisme baik bakteri,

aktinomycetes dan cendawan di rhizosphere pada tanaman lada.

Mikroorganisme yang diisolasi dari tanah pada sistem perakaran lada

mempunyai potensi sebagai agensia antagonis terhadap P.capsicii.

Pada perlakuan KKA menunjukkan populasi mikroorganisme,

(56)

populasi dan keragaman mikroorganisme yang tinggi merupakan peran antagonis terhadap P.capsicii. Pada gambar 2 perlakuan KKA mampu menekan penyakit BPB sampai pada tingkat serangan 10.3 %. Tsao (1977) melaporkan Phytopthora spp umumnya sensitif dan menunjukkan lisis bila terjadi antagonistik dengan mikroorganisme pada tanah.

Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi aktivitas mikroba tanah yang berperan dalam proses menetralisasi, dekomposisi berbagai bahan-bahan organik dan senyawa-senyawa kimia di tanah. Pada tanaman lada yang tanpa perlakuan kompos populasi mikroba lebih rendah bila dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan kompos. Pada kondisi tersebut tanaman lada tanpa pemberian kompos menunjukkan tingkat serangan P.capsicii lebih tinggi secara nyata, dan tingkat pertumbuhan yang rendah. Baon et al. (2003) menyatakan tanah dengan kandungan bahan organik tanah (BOT) yang cukup akan membentuk kondisi tanah yang baik sehingga membantu penyerapan hara oleh tanaman.

Berbagai mikroorganisme diketahui tumbuh pada kompos dan menghasilkan metabolit-metabolit dan senyawa-senyawa antimikrobial. ATTRA (1998) menjelaskan komponen-komponen aktif dalam kompos seperti bakteri, cendawan, aktinomycetes yang menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat antifungal seperti fenol dan asam amino yang dihasilkan. Atas dasar potensi kompos tersebut Jefries(1995) mengemukakan bahwa kompos banyak digunakan untuk memperbaiki struktur dan kondisi tanah, kesehatan tanaman dan pengendalian penyakit.

Zeolit

(57)

pertumbuhan tanaman lada. Brady dan Weil (2002) menyatakan di dalam tanah zeolit bersifat sebagai penyaring molekul, penukar dan penyerap ion serta katalis. Sifat-sifat tersebut menyebabkan zeolit dapat menetralisir ion atau unsur meracun.

Pemberian zeolit pada tanah mampu menyerap logam berat dan melengkapi kebutuhan hara tanaman terutama unsur N, P, K, Ca dan Mg, yang biasanya rendah ketersediaannya pada tanah podsolik merah kuning (PMK) yang merupakan ciri tanah di Lampung. Menurut Goeswono (1983) masalah yang ditemui pada lahan PMK kapasitas tukar kation (KTK) dan bahan organik tanah rendah, serta pH tanah rendah sehingga seringkali kelarutan beberapa unsur mikro tinggi atau sangat rendah dan dapat meracuni tanaman atau menyebabkan defisiensi. Tsadilas et al. (1997) melaporkan zeolit yang menga ndung clonoptilolite dapat meningkatkan penyerapan Ca di dalam tanah manakala diterapkan bersama-sama dengan kapur.

(58)

aktivitas biologi mikroorganisme antagonis menyebabkan P.capsicii sulit berkembang lebih lanjut. Kondisi ini sangat berperan dalam menghambat peneterasi patogen lebih lanjut dalam jaringan tanaman (gambar 3).

Pada perlakuaan Z2 pertukaran ion cenderung menurun 11,86 cmol+/kg sehingga mengurangi kemampuan tanaman menyerap unsur -unsur yang berperanan dala m menekan serangan P. capsicii. Terlihat intensitas serangan terhadap tanaman lada mencapai 10,37% dan perolehan terhadap ion Ca, Mg dan K yang tertukar juga cenderung menurun (gambar 12).

Interaksi Kompos dan Zeolit

Interaksi perlakuan kompos dan zeolit pada perlakuan Z1, dan KA-Z2 mampu menekan tingkat keparahan penyakit BPB tanaman lada sampai 3,47 % - 4,86 % pada akhir pengamatan, sedangkan tingkat serangan kontrol 22,92 % (gambar 1). Penambahan kompos dan zeolit, berpengaruh terhadap peningkatan ketersediaan hara tanaman dan kapasitas tukar kation tanah (KTK). Disamping itu selama proses dekomposisi bahan dalam tanah memberikan stimulasi perbaikan struktur tanah dan ketersedian beberapa unsur hara, yang dibutuhkan tanaman lada. Dengan demikian fungsi–fungsi fisiologis tanaman menjadi optimal dan mampu menghalangi perkembangan mikroorganisme patogen lebih lanjut dalam jaringan tanaman. Tanaman yang terinfeksi P capsicii akan membentuk suatu fitoaleksin berupa capdiol yang menghalangi penetrasi patogen dalam jaringan (Blein et al. (1991) dalam Huang (2001)).

(59)

akan semakin tinggi (gambar 1). Blein et al. (1991) dalam Huang (2001) menyatakan daun tanaman yang terinfeksi P capsicii akan terjadi pengurangan asam lemak dan tidak munculnya aktivitas fotosintesa.

Kemungkinan senyawa lignin yang terdapat pada kompos KKA yang sudah terdegradasi tidak dapat dimanfaatkan oleh P.capsicii. Sementara tanaman lada yang banyak membutuhkan unsur hara dapat memanfaatkannya. Kompos KKA yang mengandung lignin jika diaplikasikan ke tanah, maka lignin yang terkandung di dalamnya akan menstimulasi pertmbuhan mikrorganisme tanah yang bermanfaat. Mikroorganisme tersebut mampu memproduksi enzim liginase untuk mendegradasi lignin. Kompos kulit kopi ditambah Arachis pintoii yang kaya dengan mikroba secara perlahan-lahan akan mengalami peruraian menjadi bahan organik aktif dan akhirnya menjadi humus yang lebih resisten.

Tingkat Keparahan Penyakit Akar Lada, Berat Brangkasan dan Tinggi Tanaman

(60)

bahan-bahan mineral yang sebahagian besar digunakan dalam proses sintesis asam amino/protein (Huber 1985). Hal ini dapat mempengaruhi peningkatan sintesis asam amino/ protein, dan terbentuknya asam amino/ protein dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Perlakuan interaksi kompos dan zeolit terutama KA-Z2 terdapat asam amino/protein dan senyawa organik yang dihasilkan. Pemanfaatan asam amino/ protein berhubungan dengan ketahanan tanaman. Perlakuan KA-Z2 memberikan kejadian penyakit yang kecil dan berat brangkasan basah yang berbeda dengan kontrol.

Kompos dan zeolit juga mampu meningkatkan populasi mikroba dan aktivitasnya. Jefries (1995) melaporkan proses mekanisme antagonis dari bahan kompos menghasilkan suatu biokontrol yang bisa menyebabkan mikoparasit dan anti biosis. Jika penyerapan Ca berlangsung secara optimal maka dinding sel tanaman yang terbentuk menjadi lebih kokoh dan mampu meningkatkan ketahanan tanaman. Huber (1985) mengemukakan unsur Ca mempunyai peranan dalam pembentukkan dinding sel, pergerakkan karbohidrat, menetralkan asam pada dinding sel, pembentukkan asam pektat di lamela tengah, dan menurunkan tingkat toksisitas dari logam berat seperti Al, B, dan Mn.

(61)

Perlakuan kompos dan zeolit mempunyai kandungan unsur yang tinggi dibandingkan tanah kontrol sehingga dapat memperbaiki kondisi pertumbuhan tanaman lada. Pengamatan dan analisa fisik dan kimia menunjukkan kompos dan zeolit mampu memperbaiki ketersediaan air, pH, ketersediaan unsur-unsur seperti P, Ca, Mg, K dan mampu menghilangkan unsur yang bersifat meracun bagi tanaman. Perbaikan kesuburan fisik dan kimia tanah akan berdampak pada proses pertumbuhan tanaman dapat secara optimal. Peningkatan ketersediaan hara N dan P tanah akan menyebabkan serapan hara dapat secara optimal yang akan berdampak pada pertumbuhan tanaman.

Pada pertumbuhan tinggi tanaman perlakuan kontrol terjadi suatu defesiensi unsur yang terlihat terhambatnya pertumbuhan tinggi tanaman di lapangan 4,77 cm. Sementara perlakuaan KK-Z2 mencapai 10,25 cm (gambar 9). Kekurangan nutrient menyebabkan tanaman menjadi lebih lemah, patogen mudah menembus jaringan dan menggangu proses fisiologis tanaman terutama tidak munculnya aktivitas fotosintesis pada jaringan terinfeksi. Perlakuaan kompos dan zeolit mempunyai kandungan unsur yang tinggi dibandingkan tanah kontrol sehingga dapat memperbaiki kondisi pertumbuhan tanaman lada. Pengamatan dan analisa fisik dan kimia menunjukkan kompos dan zeolit mampu memperbaiki ketersediaan air, pH, ketersediaan unsure-unsur seperti P, Ca, Mg, K dan mampu menghilangkan unsur yang bersifat meracun bagi tanaman. Perbaikan kesuburan fisik dan kimia tanah akan berdampak pada proses pertumbuhan tanaman dapat secara optimal.

Tanaman yang terinfeksi dengan Phitopthora capsicii L mempunyai 0,54 µg C18: 3 α cm-2 dibandingkan dengan 8,41 µg cm-2 pada jaringan daun tanaman yang tidak terserang. Pengurangan asam lemak ini menyebabkan berkurangnya 90% monogalaktisyl diacylglyceride dan berkurangnya 96%

digalaktosyl diacylglyceride disamping tidak munculnya fotosintesis pada jaringan terinfeksi. Phytopthora capsicii tidak metabolis C18: 3 α tetapi menggunakan C18 : 1 (^9) dan C 18 : 2 (^9,12), yakni prekusor bagi C 18 : 3

(62)

Keragaman dan Populasi Mikroorganisme

Pemberian kompos dan zeolit ke dalam tanah telah meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam tanah, diantaranya yang bersifat antagonistik terhadap patogen tanah P. capsicii. Isolasi ini terbatas pada jenis

aktinomycetes, bakteri dan fungi. Hasil penelitian mendapatkan 15 isolat

aktinomycetes, 30 isolat bakteri dan didapatkan lebih kurang 30 isolat cendawan. Isolat-isolat sebahagian telah diindetifikasi (gambar 9). Penambahan ini juga memperbaiki jumlah populasi, keragaman mikroorganisme dan aktivitasnya. Aktivitas mikroorganisme yang terus -menerus berubah akan membentuk suatu mikro populasi. Mikro populasi secara terus-menerus mengalami perubahan densitas baik yang berkaitan dengan mortalitas dan masa reproduksi.

Keragaman isolat terbanyak terdapat pada KK-Z2, KKA-Z2 dan KO-Z2 yaitu 5 isolat (Streptomyces, Thermoactynomycetes, Nocardia, Streptosporangium). Perlakuan kontrol hanya ditemukan isolat Streptomyces . Pada cendawan paling banyak didominasi oleh Aspergillus, Mucor dan

Penicillium. Populasi isolat cendawan terbanyak pada KK-Z1, KK-Z2, KA-Z1, KA-Z2 mencapai 39,5 CFU/g. Populasi bakteri paling dominan bentuk sel kebanyakan batang, ditemukan pada perlakuan KKA-Z2 121,5 CFU/g, sementara kontrol hanya 16,5 CFU/g. Terlihat pada tanah yang diberikan perlakuan kompos dan zeolit mempunyai jumlah, keragaman dan populasi cendawan, bakteri dan aktinomycetes yang lebih banyak dibandingkan kontrol. Dari isolat-isolat yang didapat, tidak dilakukan uji antagonis.

(63)

biokontrol terhadap cendawan P. capsicii. Agen biokontrol memproduksi enzim lytik yang merusak dinding hifa patogen yang kemudian menyebabkan lisis pada dinding sel (Cuevas et al. 1995).

Nisbah C/N suatu bahan tanaman yang diberikan ke dalam tanah berhubungan erat dengan penyakit tanaman. Pada gambar 9 Ada kecenderungan bahwa makin tinggi nisbah C/N makin rendah tingkat keparahan penyakit yang terjadi. Bila dihubungkan dengan populasi mikroorganisme, mikroorganisme berperan dalam penekanan tingkat keparahan penyakit adalah mikroorganisme yang memerlukan medium-medium yang berkarbon tinggi atau berkadar nitrogen rendah. Golongan ini tumbuh subur pada medium dengan nisbah C/N tinggi. Wibisono (2004) mengemukakan kompos mengandung berbagai macam mikroorganisasme baik dari golongan bakteri, aktinomycetes, cendawan dan senyawa kimia seperti tanah yang berperan dalam pengendalian penyakit. Pemberian bahan organik ke dalam tanah, tidak hanya mempengaruhi sifat fisik atau kimia tanah, pertumbuhan tanaman, tetapi juga mempengaruhi perkembangan patogen.

(64)

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Interaksi zeolit dan kompos dapat menekan tingkat keparahan penyakit busuk pangkal

batang dan akar tanaman lada sehingga dapat meningkatkan bobot basah dan

pertumbuhan tanaman.

2. Pengunaan kompos kulit kopi dan A. pintoii dapat diaplikasikan pada saat pembibitan dan dapat menekan tingkat keparahaan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada.

3. Dosis zeolit 125 kg/ha dan 150 kg/ha dapat menekan tingkat keparahan penyakit.

SARAN

Gambar

Gambar 10    Populasi isolat bakteri, aktinomycetes dan cendawan hasil isolat
Tabel  1 Pengamatan marfologi isolat actinomycetes dari 12 jenis kompos
Tabel    Rata-rata interaksi kompos dan zeolit terhadap pertumbuhan tinggi               tanaman
Tabel   Rata-rata interaksi kompos dan zeolit terhadap panjang akar saat              pembongkaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Perspektif Hukum Islam Terhadap Praktek Sedekah Bumi Di Kelurahan Bapangan Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara (Studi Fenomenologis)2. Telah

Kemudian merencanakan dan menghitung gaya pada komponen elemen mesin, besarnya daya motor yang digunakan, dan besarnya kapasitas yang dihasilkan oleh mesin pencacah pelepah

tak sempurna seperti yang diterangkan dalam ensiklopedia nasional Indonesia. Susunan yang keseimbangannya tidak sama persis antara satu bagian yang lain. Tampilan visual

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara kepada responden, melalui kuesiner yang berisikan variable demografi, variable pengetahuan tentang praktik seks

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan guru, hasil analisis tes formatif pada siklus I dan siklus II tampak terjadi peningkatan yang cukup baik yaitu

Variabel pendidikan dan pelatihan naik maka prestasi kerja juga akan naik, dengan demikian hipotesis yang menyatakan pendidikan dan pelatihan berpengaruh terhadap prestasi

Agama Islam yang masuk ke wilayah Jawa Barat dibawa oleh Haji Purwa, orang Galuh yang diislamkan di Gujarat oleh saudagar berkebangsaan Arab; kemudian Syekh Quro, seorang

Pada tanggal 19 Februari 1997, Perusahaan telah menerbitkan “Obligasi Citra Marga Nusaphala Persada II Tahun 1997 Dengan Tingkat Bunga Tetap” (Obligasi II), dengan jumlah nilai pokok